Transcript
Page 1: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

12345Loading...

Page 2: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

Tugas Presentasi Sejarah Indonesia

Guru Pengampu : Chozaiyah, S.Pd

KELOMPOK 8

MULAI

Page 3: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

Kerajaan Islam Di Pulau Lombok dan Sumbawa

Disusun Oleh:1.Sultan Farkhan

Indrayanto2.Syifa Wasis Nisrina3.Wildan Hibatullah4.Yolan Maulita Wiguna

Page 4: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

Kerajaan Islam Di Lombok dan

Di Sumbawa

Kerajaan Selaparang

KerajaanBima

Page 5: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

KERAJAAN SELAPARANG(Kerajaan di Lombok)

Sejarah Masuknya Islam di Pulau Lombok

Kejayaan Kerajaan Selaparang

Pendapat Tentang Asal Muasal Kerajaan

Selaparang

Berkembangnya Agama Islam Di Pulau Lombok

Kehidupan Budaya Masyarakat

Runtuhnya Kerajaan Selaparang

Page 6: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

Sejarah Masuknya Islam di Pulau Lombok (Kerajaan Selaparang)

Dalam Babad Lombok disebutkan, pada abad ke IX-Xl  disebut bahwa kerajaan kerajaan Lombok yang  terakhir adalah Kerajaan Selaparang, dimana kerajaan selaparang mempunya 2 dekade / periode masa pemerintahan. Yang pertama adalah Selaparang periode Hindu/Pra Islam yang memerintah dari abad XIII dan berakhir dengan kedatangan ekspedisi Kerajaan Majapahit pada tahun 1357. Yang Kedua adalah Selaparang Periode Islam yang muncul pada sekitar abad XVI dan berakhir 1740 setelah ditaklukkan oleh pasukan gabungan Kerajaan Karang Asem, Bali dan Banjar Getas.

K. SELAPARANG K. BIMA

Page 7: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

Berkembangnya Agama Islam selama pemerintahan kerajaan “Selaparang Periode Islam“  dan munculnya kerajaan kerajaan lain di daerah Sumbawa ternyata membawa dampak yang luar biasa dalam sejarah Lombok. Perkembangan ini ternyata mampu mempercepat proses runtuhnya Kerajaan Majapahit sehingga kerajaan kerajaan yang masih dalam kekuasaan Kerajaan Majapahit waktu itu bisa merdeka dan mandiri. Diantaranya adalah Kerajaan Lombok yang berada di Teluk Lombok,dimana Kerajaan Lombok inilah yang beberapa tahun kemudian dijadikan Basis Islamisasi oleh Sunan Prapen yang merupakan Putra Sunan Giri. Setelah Sunan Prapen menganggap misi dan tugasnya di Lombok berhasil, beliau kemudian meneruskan misi “Islamisasi” tersebut ke pulau Sumbawa dengan hasil yang gemilang pula. Sepeninggalnya Sunan Prapen, atas beberapa pertimbangan dan permintaan yang logis, Prabu Rangkesari (yang menggantikan tugas Prabu Mumbul Sebagai Raja di Kerajaan Lombok waktu itu) kemudian memindahkan Ibukota Kerajaan Lombok yang dulunya berada di Teluk Lombok ke bekas Kerajaan Selaparang Periode Hindu dan mengganti nama Kerajaan Lombok menjadi Kerajaan Selaparang yang akhirnya kemudian dikenal sebagai Kerajaan Selaparang Periode Islam.

Sejarah Masuknya Islam di Pulau Lombok (Kerajaan Selaparang)

K. SELAPARANG K. BIMA

Page 8: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

Berkembangnya Agama Islam di Lombok

Agama Islam masuk di Bumi Selaparang tidak lama setelah runtuhnya kerajaan Majapahit karena pada waktu itu sudah ada pedagang-pedagang muslim yang bermukim dan berniaga di Lombok kemudian mereka menyebarkan agamanya. Bukti yang paling eksplisit menjelaskan kedatangan Islam di Lombok adalah Babat Lombok yang menjelaskan bahwa ”Sunan Ratu Giri memerintahkan raja-raja Jawa Timur dan Palembang untuk menyebarkan Islam ke Indonesia Bagian Utara yaitu:1. Lemboe Mangkurat dengan pasukannya dikirim ke Banjar2. Datu Bandan dikirim ke Makasar, Tidore, Seram, Selayar3. Anak Laki-Laki Raja Pangeran Perapen berlayar ke Bali,

Lombok, dan Sumbawa

K. SELAPARANG K. BIMA

Page 9: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

Berkembangnya Agama Islam di Lombok

Menurut Faille, setelah turun dari kapal, pasukan pangeran Prapen mendarat, Raja Lombok dengan sukarela memeluk Agama Islam tetapi rakyatnya tetap menolak sehingga terjadi peperangan yang dimenangkan oleh pihak Islam. Pendapat lain menyebutkan bahwa Raja Lombok awal mulanya menolak kedatangan Islam, namun setelah Pangeran Prapen menjelaskan maksudnya yaitu untuk menyampaikan misi suci dengan cara damai maka beliaupun diterima dengan baik, tetapi karena hasutan rakyatnya kemudian Raja Lombok ingkar janji dan mempersiapkan pasukan sehingga terjadilah peperangan. Dalam peperangan itu, Raja Lombok terdesak dan melarikan diri tetapi malang bagi raja yang dikejar oleh Jayalengkara lalu beliau dibawa menghadap ke Pangeran Perapen. Beliau kemudian diampuni dan mengucapkan dua kalimah syahadat serta dikhitan. Masjidpun segera dibangun sedangkan Pura, Meru, Babi, dan Sanggah dimusnahkan. Seluruh rakyat diislamkan dan dikhitan kecuali kaum wanita penghitanannya ditunda atas permintaan Syahbandar Lombok.

K. SELAPARANG K. BIMA

Page 10: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

Berkembangnya Agama Islam di Lombok

Setelah berhasil mengislamkan Raja Lombok, Sunan Perapen dengan pasukannya mengislamkan kedatuan-kedatuan lainnya seperti Pejanggik, Langko, Parwa, Sarwadadi, Bayan, Sokong dan Sasak (Lombok Utara).  Hal ini memiliki bukti-bukti adanya tinggalan arkeologi seperti mesjid-mesjid tua, makam-makam kuno dan sebagainya. Dalam mengislamkan kedatuan-kedatuan lainnya, sebagiannya masuk Islam dengan sukarela sebagian lagi masuk Islam dengan cara kekerasan seperti di Parigi dan Sarwadadi. Setelah itu beberapa tahun kemudian seluruh Lombok memeluk agama Islam, kecuali Pajarakan dan Pengantap.

K. SELAPARANG K. BIMA

Page 11: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

Pendapat Tentang Asal Muasal Kerajaan Selaparang

Berikut adalah beberapa pendapat tentang asal muasal kerajaan selaparang:1. Disebutkan bahwa kerajaan ini merupakan proses kelanjutan dari

kerajaan tertua di pulau Lombok, yaitu Kerajaan Desa Lae' yang diperkirakan berkedudukan di Kecamatan Sambalia, Lombok Timur sekarang. Dalam perkembangannya masyarakat kerajaan ini berpindah dan membangun sebuah kerjaan baru, yaitu kerajaan Pamatan di Kecamatan Aikmel dan diduga berada di Desa Sembalun sekarang. Dan ketika Gunung Rinjani meletus, penduduk kerajaan ini terpencar-pencar yang menandai berakhirnya kerajaan. Betara Indra kemudian mendirikan kerajaan baru bernama Kerajaan Suwung, yang terletak di sebelah utara Perigi sekarang. Setelah berakhirnya kerajaan yang disebut terakhir, barulah kemudian muncul Kerajaan Lombok atau Kerajaan Selaparang.

K. SELAPARANG K. BIMA

Page 12: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

Pendapat Tentang Asal Muasal Kerajaan Selaparang

2. disebutkan bahwa setelah Kerajaan Lombok dihancurkan oleh tentara Majapahit, Raden Maspahit melarikan diri ke dalam hutan dan sekembalinya tentara itu Raden Maspahit membangun kerajaan yang baru bernama Batu Parang yang kemudian dikenal dengan nama Kerajaan Selaparang.

3. disebutkan bahwa pada abad XII, terdapat satu kerajaan yang dikenal dengan nama kerajaan Perigi yang dibangun oleh sekelompok transmigran dari Jawa di bawah pimpinan Prabu Inopati dan sejak waktu itu pulau Lombok dikenal dengan sebutan Pulau Perigi. Ketika kerajaan Majapahit mengirimkan ekspedisinyo ke Pulau Bali pada tahun 1443 yang diteruskan ke Pulau Lombok dan Dompu pada tahun 1357 dibawah pemerintahan Mpu Nala, ekspedisi ini menaklukkan Selaparang (Perigi?) dan Dompu.

K. SELAPARANG K. BIMA

Page 13: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

Kejayaan Kerajaan Selaparang

2. Kerajaan Selaparang tergolong kerajaan yang tangguh, baik di darat maupun di laut. Laskar lautnya telah berhasil mengusir Belanda yang hendak memasuki wilayah tersebut sekitar tahun 1667-1668 Masehi. Namun demikian, Kerajaan Selaparang harus rnerelakan salah satu wilayahnya dikuasai Belanda, yakni Pulau Sumbawa, karena lebih dahulu direbut sebelum terjadinya peperangan laut. Di samping itu, laskar lautnya pernah pula mematahkan serangan yang dilancarkan oleh Kerajaan Gelgel (Bali) dari arah barat. Selaparang pernah dua kali terlibat dalam pertempuran sengit melawan Kerajaan Gelgel, yakni sekitar tahun 1616 dan 1624 Masehi, akan tetapi kedua-duanya dapat ditumpas habis, dan tentara Gelgel dapat ditawan dalam jumlah yang cukup besar pula.

K. SELAPARANG K. BIMA

Page 14: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

Kejayaan Kerajaan Selaparang

Setelah pertempuran sengit tersebut, Kerajaan Selaparang mulai menerapkan kebijaksanaan baru untuk membangun kerajaannya dengan memperkuat sektor agraris. Maka, pusat pemerintahan kerajaan kemudian dipindahkan agak ke pedalaman, di sebuah dataran perbukitan, tepat di desa Selaparang sekarang ini. Dari wilayah kota yang baru ini, panorama Selat Alas yang indah membiru dapat dinikmati dengan latar belakang daratan Pulau Sumbawa dari ujung utara ke selatan dengan sekali sapuan pandangan. Dengan demikian, semua gerakan yang mencurigakan di tengah lautan akan segera dapat diketahui. Wilayah ibukota Kerajaan Selaparang inipun memiliki daerah bagian belakang berupa bukit-bukit persawahan yang dibangun dan ditata rapi, bertingkat-tingkat hingga ke hutan Lemor yang memiliki sumber mata air yang melimpah.

K. SELAPARANG K. BIMA

Page 15: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

Kejayaan Kerajaan Selaparang

Berbagai sumber menyebutkan, bahwa setelah dipindahkan, Kerajaan Selaparang mengalami kemajuan pesat. Sebuah sumber mengungkapkan, Kerajaan Selaparang dapat mengembangkan kekuasaannya hingga ke Sumbawa Barat. Disebutkan pula bahwa seorang raja muda bernama Sri Dadelanatha, dilantik dengan gelar Dewa Meraja di Sumbawa Barat karena saat itu (1630 Masehi) daerah ini juga masih termasuk ke dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Selaparang. Kemudian dilanjutkan oleh generasi berikutnya, yaitu sekitar tanggal 30 November 1648 Masehi, putera mahkota Selaparang bernama Pangeran Pemayaman dengan gelar Pemban Aji Komala, dilantik di Sumbawa menjadi Sulthan Selaparang yang memerintah seluruh wilayah Pulau Lombok dan Sumbawa.

K. SELAPARANG K. BIMA

Page 16: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat

Selaparang dan Pejanggik sangat mengetahui Bahasa Kawi. Bahkan kemudian dapat menciptakan sendiri aksara Sasak yang disebut sebagai jejawen. Dengan modal Bahasa Kawi yang dikuasainya, aksara Sasak dan Bahasa Sasak, maka para pujangganya banyak mengarang, menggubah, mengadaptasi, atau menyalin manusia Jawa kuno ke dalam lontar-lontar Sasak. Lontar-lontar dimaksud, antara lain Kotamgama, lapel Adam, Menak Berji, Rengganis, dan lain-lain. Bahkan para pujangga juga banyak menyalin dan mengadaptasi ajaran-ajaran sufi para walisongo, seperti lontar-lontar yang berjudul Jatiswara, Lontar Nursada dan Lontar Nurcahya. Bahkan hikayat-hikayat Melayu pun banyak yang disalin dan diadaptasi, seperti Lontar Yusuf, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Sidik Anak Yatim, dan sebagainya.

K. SELAPARANG K. BIMA

Page 17: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat

Desa Bayan, Lombok Utara, 80 kilometer arah utara Mataram, ibu kota Nusa Tenggara Barat, dan keseharian masyarakatnya selama bulan suci Ramadhan tidaklah berbeda dengan banyak wilayah pedesaan di Indonesia. Dari tepi jalan lingkar Pulau Lombok, keberadaan bangunan yang telah menjadi situs purbakala yang dilindungi tersebut tak mencolok, seperti juga rumah-rumah di desa itu. Dari tepi jalan hanya tampak pagar tembok dengan dua rumah kecil di kedua sisi gerbang, kantor tempat pendaftaran pengunjung.Selain di Bayan, masjid kuno juga ada di Gunung Pujut, di Desa Rembitan dan Masjid Ar Raisiyah, Masjid yang termasuk dalam kawasan Desa Sekarbela. Meski punya ciri yang sama, situs dan budaya di tempat-tempat itu memiliki perbedaan yang menjadi tanda Islam masuk Lombok di beberapa tempat sekaligus. Islam masuk Lombok melalui Jawa, Gowa, dan Bima. Mengenai Bayan, masuknya dari Jawa.

K. SELAPARANG K. BIMA

Page 18: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat

Gambar masjid bayan di lombok

K. SELAPARANG K. BIMA

Page 19: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

Runtuhnya Kerajaan Selaparang

Terkalahkannya Gowa oleh Belanda, maka pada tanggal 18 Nopember 1667 ditandatangani “Perjanjian Bongaya”, kemudian VOC mengusir kekuasaan Goa di Lombok  dan Sumbawa. Pada tahun 1673 Belanda memindahkan pusat kerajaan dari pulau Lombok ke Sumbawa untuk memusatkan kekuatan. Hal ini diketahui dari berita-berita tahun 1673 dan 1680 tentang pertanggungjawaban Raja Sumbawa atas daerah Lombok. Kemudian pada tahun 1674 Sumbawa mendandatangani perjanjian dengan VOC yang isinya “Sumbawa harus melepaskan Selaparang”.

K. SELAPARANG K. BIMA

Page 20: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

Runtuhnya Kerajaan SelaparangSetelah Selaparang lepas dari kekuasaan Sumbawa,

maka VOC menempatkan regent dan pengawas. Ketidaksetujuan Selaparang terhadap VOC yang menempatkan regent dan pengawas menyebabkan pemberontakan Selaparang pada tanggal 16 Maret 1675. Untuk memadamkan pemberontakan tersebut VOC di bawah Kapten Holsteiner berhasil mengalahkan Selaparang. Pada akhirnya pemimpin-pemimpin Selaparang yang masing-masing : Raden Abdi Wirasentana, Raden Kawisangir Koesing, dan Arya Boesing diperintahkan membayar 5.000 sampai 15.000 kayu sepang dalam jangka waktu 3 tahun.Kedatangan  VOC  ke Lombok, akhirnya sejak tahun 1691 Kerajaan Selaparang mengalami kemunduran. Karang Asem Bali bersama Arya Banjar Getas berperang melawan raja-raja di Lombok. Pada tahun 1740,  peperangan di Tanaq Beaq dimenangkan oleh Karang Asem, maka tamatlah riwayat Kerajaan Selaparang.

K. SELAPARANG K. BIMA

Page 21: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

KERAJAAN BIMA(Kerajaan di Sumbawa)

Sejarah Kerajaan Bima

Kekuasaan Majapahit di Bima pada Era Raja

Indra Zambrud

Periode Pemerintahan dan Wilayah Kekuasaan

Silsilah Raja Yang Memerintah

Perluasan Kerajaan Bima

Foto Kerajaan Bima

Page 22: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

Sejarah Kerajaan Bima

Kerajaan Bima terletak di pantai timur pulau Sumbawa. Asal mula kerajaan ini diperkirakan telah ada sejak periode Hindu. Namun, sayang sekali, data sejarah berkenaan dengan kerajaan ini pada masa Hindu sangat minim. Data sejarah tertulis yang tersedia hanya pada fase Bima telah konversi ke Islam pada tahun 1620 M. Sumber sejarah Bima adalah artefak, prasasti dan manuskrip. Sumber sumber tersebut menceritakan tentang fase sejarah sejak masa prasejarah hingga masuknya Islam. Ada dua prasasti yang ditemukan di sebelah barat Teluk Bima, satu berbahasa Sanskerta dan satunya lagi berbahasa Jawa kuno.Ini menunjukkan bahwa, kedua bahasa tersebut ternyata juga pernah berkembang di Bima. Selain prasasti, juga banyak terdapat naskah-naskah kuno yang ditulis di era Islam, sehingga bisa digunakan untuk mengungkap sejarah di era tersebut.

K. SELAPARANG K. BIMA

Page 23: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

Sejarah Kerajaan Bima

Dalam naskah kuno dan Arsip Majelis Ada Dana Mbojo Bima, penduduk Bima dahulu pemeluk agama Hindu-Syiwa yang kemudian dalam perkembangannya berubah menjadi Islam.

Berdirinya kerajaan bima sejak abad ke 14, berawal dari kesepakatan raja-raja kecil di wilayah itu yang mencangkup Sumbawa dan Manggarai dibagian barat Flores. Hasil kesepakatan itu ditunjukanlah Indra Jamrud sebagai raja pertama.

K. SELAPARANG K. BIMA

Page 24: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

Sejarah Kerajaan Bima

Naskah kuno berbahasa Melayu tersebut menceritakan kehidupan sejak abad ke-17 hingga 20 M. Selain bahasa Melayu, sebenarnya bahasa Bima juga cukup berkembang, namun, bahasa ini belum mencapai taraf bahasa tulis. Bo Sangaji Kai, sebuah naskah kuno milik Kerajaan Bima yang ditulis dalam bahasa Arab Melayu menceritakan bahwa, sejarah Bima dimulai pada abad ke-14 M. Ketika itu, pulau Sumbawa diperintah oleh kepala suku yang disebut Ncuhi. Pulau Sumbawa tersebut terbagi dalam lima wilayah kekuasaan Ncuhi: selatan, barat, utara, timur, dan tengah. Ncuhi terkuat adalah Ncuhi Dara, wilayahnya disebut Kampung Dara. Struktur Ncuhi mulai mengalami perubahan, ketika Indra Zamrud, anak Sang Bima diangkat menjadi Raja Bima pertama. Selanjutnya, Indra Zamrud menggunakan nama ayahnya, yaitu Bima untuk menyebut kawasan yang meliputi pulau Sumbawa tersebut. Berkenaan dengan Zamrud, kisahnya dimulai pada masa kanak-kanak, ketika ia dikirim ayahnya ke Pulau Sumbawa dengan keranjang bambu.

K. SELAPARANG K. BIMA

Page 25: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

Sejarah Kerajaan Bima

Indra Zamrud sampai dan mendarat di Danau Satonda, dekat Tambora. Ncuhi Dara sudah mendengar berita kedatangan Indra ini, karena itu ia datang untuk menyambut dan mengangkatnya sebagai anak. Ketika Indra dewasa, lima Ncuhi di Sumbawa sepakat mengangkatnya menjadi raja, sedangkan para Ncuhi tersebut menjadi menteri. Dengan kepemimpinan mereka, Kerajaan Bima terus berkembang dan menjadi pelabuhan dagang yang cukup diperhitungkan. Kenyataan ini sejalan dengan catatan yang terdapat dalam Kitab Negarakertagama yang menyebutkan bahwa, Kerajaan Bima sudah memiliki pelabuhan besar pada tahun 1365 M. Jadi, kisah dalam Bo Sangaji Kai ini sesuai dengan catatan Negarakertagama.

K. SELAPARANG K. BIMA

Page 26: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

Silsilah Raja Yang Memerintah

Berikut ini adalah urutan raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Bima:1. Jan wa Mamiyan2. Sangyang Tunggal.3. Sangyang Wunang4. Maharaja Indra Luka5. Batara Indra Manis6. Maharaja Indra Falasyara7. Maharaja Tunggal Pandita.8. Maharaja Batara Indra Ratu Punggawa Bisa.9. Maharaja Pandu Devanata.10. Maharaja Sang Bima11. Maharaja Sang Aji Dharmawangsa12. Maharaja Sang Kang Kula13. Maharaja Sang Rajuna

K. SELAPARANG K. BIMA

Page 27: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

Silsilah Raja Yang Memerintah

14. Maharaja Sang Deva15. Maharaja Deva Indra Zamrud16. Maharaja Indra Kamala I.17. Maharaja Deva Batara Indra Bima18. Maharaja Batara Sang Luka19. Batara Mera20. Maharaja Batara Sang Bima21. Maharaja Batara Matra Indrawata22. Maharaja Matra Indra Tarata23. Maharaja Nggampo Java24. Maharaja Indra Kumala.25. Maharaja Batara Bima Indra Luka26. Maharaja Indra Sri, Maharaja of Bima.

K. SELAPARANG K. BIMA

Page 28: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

Silsilah Raja Yang Memerintah

27. Sangaji Ma Waa Paju Longgi (14.. – 1425 M)28. Sangaji Ma Waa Indra Mbojo (1425 – 14..)29. Sangaji Ma Waa Bilmana (14.. – 14..)30. Sangaji Manggampo Donggo (14.. – 1500)31. Ruma-ta Mambora Wa‘a Pili Tuta (1500-….)32. Sangaji Makapiri Solo33. Ruma-ta Mawa‘a Andapa34. Ruma-ta Mawa‘a La Laba35. Mantau La Sadina36. Ruma-ta Mambora di Sapaga37. Ruma-ta Mambora di Bata Lambu38. Ruma-ta Samara39. Ruma-ta Mantau Asi Sarise40. Ruma-ta Mantau La Limandaru

K. SELAPARANG K. BIMA

Page 29: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

Silsilah Raja Yang Memerintah

41. Mantau La Sadina Abdul Rahim (1609-….)42. Mambora di Sapaga (16.. – 1620 M)43. Paduka Sri Sultan Abdul Kahir (1620-1632 M)44. Ruma Mantau Asi Peka (1632–1633 M)45. Paduka Sri Sultan Abdul Kahir (1620-1632) dan (1633-1640 M)46. Paduka Sri Sultan Abdul Khair I Sirajuddin Muhammad Shah bin Sultan Abdul Kahar (1640-      1682 M).47. Sultan Nuruddin Abu Bakar Ali Shah bin Sultan Abdul Khair Sirajuddin (1682-1687 M)48. Sultan Jamaluddin Inayat Shah bin Sultan Nuruddin Abu Bakar Ali Shah (1687–1695 M)49. Sultan Hasanudin Muhammad Ali Shah bin Sultan Jamaludin (1695-1731 M)

K. SELAPARANG K. BIMA

Page 30: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

Silsilah Raja Yang Memerintah

50. Sultan Alauddin Muhammad Shah Zillullahi fi al Alam bin Sultan Hasanudin (1731–1748 M)51. Sangaji Perempuan Ruma Partiga Sultanah Kamalat Shah binti Sultan Alauddin (1748-1751 M)52. Sultan Abdul Karim Muhammad Shah Zillullah fi al Alam bin Sultan Alauddin (1751–1773 M)53. Sultan Shafiuddin Abdul Hamid Muhammad Shah Zillullah fi al Alam bin Sri Nawa AbdulKarim (1773–1817 M)54. Sultan Ismail Muhammad Shah Zillullah fi al Alam bin Sultan Shafiuddin Abdul Hamid (1817-1854 M)55. Sultan Abdullah Muhammad Shah Zillullah fi al Alam bin Sultan Ismail (1854–1868 M)

K. SELAPARANG K. BIMA

Page 31: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

Silsilah Raja Yang Memerintah

56. Sultan Abdul Aziz Zillullah fi al Alam bin almarhum Sultan Abdullah (1868–1881 M)57. Sultan Ibrahim Zillullah fi al Alam bin Sultan Abdullah (1881-1915 M)58. Sultan Muhammad Salahuddin Zillullah fi al Alam bin Sultan Ibrahim (1915–1951 M)59. Sultan Abdul Khair II Muhammad Shah Zillullah fi al Alam bin Sultan Muhammad Salahuddin (1951-2001)60. Putra (Iskandar) Zulkarnain bin Sultan Abdul Khair II Muhammad Shah (Dr Ferry Zulkarnaen) (2001-sekarang).

K. SELAPARANG K. BIMA

Page 32: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

Periode Pemerintahan Dan Wilayah Kekuasaan

Periode PemerintahanSejak awal berdirinya hingga saat ini, telah memerintah

sekitar 60 orang raja atau sultan di Kerajaan Bima. Khusus pada periode Islam, ada 14 orang sultan. Ketika Jepang masuk ke Indonesia, yang berkuasa di Kerajaan Bima adalah Sultan Muhammad Shalahuddin. Ia meninggal dunia pada tahun 1951, dan kemudian digantikan oleh anaknya, Abdul Khair II. Di masa Abdul Khair II ini, ia tidak banyak berkecimpung untuk mengurus Kerajaan Bima, sebab ia lebih memilih menjadi pegawai di Departemen Dalam Negeri dan anggota Parlemen. Ketika meninggal dunia, ia digantikan oleh anak tertuanya, Putra Feri Andi Zulkarnain.Wilayah Kekuasaan

Wilayah kerajaan Bima mencakup Pulau Sumbawa bagian timur dan tanah-tanah timur, Seperti Sawu, Alor, Sumba, Larantuka, Ende, Manggarai dan Komodo.

K. SELAPARANG K. BIMA

Page 33: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

Kekuasaan Majapahit di Bima pada Era Raja Indra Zambrud

Kerajaan Bima abad ke 14-15 adalah salah satu wilayah di bawah kekuasaan Majapahit yang terletak di wilayah Timur Jawa (mancanegara), yang didalam kitab Kakawin Nagarakretagama pupuh 13-15 di sebutkan wilayah Sanghyang Api (gunung sangiang-wera), di kala itu Bima di pimpin oleh Raja muda yang bernama Indra Zamrud, dan Pusat pemerintahan terletak di wilayah Ncuhi Dara (Bima), kerajaan Bima terbagi dalam 5 (lima) wilayah yaitu : 1. Ncuhi Dara, memegang kekuasaan wilayah Bima Tengah 2. Ncuhi Parewa, memegang kekuasaan wilayah Bima Selatan 3. Ncuhi Padolo, memegang kekuasaan wilayah Bima Barat 4. Ncuhi Banggapupa, memegang kekuasaan wilayah Bima Utara 5. Ncuhi Dorowani, memegang kekuasaan wilayah Bima Timur.

K. SELAPARANG K. BIMA

Page 34: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

Kekuasaan Majapahit di Bima pada Era Raja Indra Zambrud

Arti luas dari Ncuhi itu sendiri yaitu kepala suku yang memegang wilayah kekuasaannya masing-masing. Dalam posisi berada di bawah naungan Kerajaan besar seperti Majapahit, jadi Kerajaan Bima harus menyetor Upeti kepada Majapahit. Karena pada catatan Odorico da Pordenone, biarawan Katolik Roma dari Italia yang mengunjungi Jawa pada tahun 1321, menyebutkan bahwa istana raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak, dan permata. Upeti yang di terima dari kerajaan-kerajaan taklukan Majapahit akan dikumpulkan di Majapahit.

K. SELAPARANG K. BIMA

Page 35: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

Perluasan Kerajaan Bima

Pada suatu masa, ada keturunan Indra Zamrud yang memiliki 30 anak, dua puluh lelaki dan sepuluh perempuan. Anak lelakinya dijadikan raja di beberapa daerah Sumbawa, antara lain di Dompu, Bima, dan Sumbawa. Sehingga banyak terdapat kerajaan-kerajaan di pulau Sumbawa seperti kerajaan Pekat,Kerajaan Sanggar,Kerajaan Dompo (Dompu),Kerajaan Sanghyang (Gunung sanghyang),dan Kerajaan Sumbawa.  Pada saat itu penduduk Kerajaan bima mencapai 100.000 ± jiwa se pulau Sumbawa sebelum terjadi letusan gunung Tambora tahun 1815 yang memakan korban 71.000 jiwa. Sehingga banyak terjadi perpindahan penduduk yang merata sepulau Sumbawa tersebut.

K. SELAPARANG K. BIMA

Page 36: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

Foto dari kerajaan bima

Istana bima

K. SELAPARANG K. BIMA

Page 37: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

Foto dari kerajaan bima

Upacara Bumi Bajangkara

K. SELAPARANG K. BIMA

Page 38: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

Foto dari kerajaan bima

Keris dan mahkota dariKerajaan bima

K. SELAPARANG K. BIMA

Page 39: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

Foto dari kerajaan bima

Makam dua sultan bima

K. SELAPARANG K. BIMA

Page 40: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

Foto dari kerajaan bima

Sultan Muhammad Salahuddin yang Memerintah pada tahun 1920-1943 M

K. SELAPARANG K. BIMA

Page 41: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

Foto dari kerajaan bima

Putra (Iskandar) Zulkarnain bin Sultan Abdul Khair II Muhammad Shah(Dr Ferry Zulkarnaen) yang Memerintah dari tahun 2001- sekarang.

K. SELAPARANG K. BIMA

Page 42: Keajaan Islam di Pulau Lombok dan Sumbawa

TERIMA KASIH

Sekian Presentasi dari Kami


Top Related