Download - Jurnal Jiwa Jiwa Perilaku Kekerasan Diahhh
-
7/28/2019 Jurnal Jiwa Jiwa Perilaku Kekerasan Diahhh
1/5
JURNAL JIWA JIWA PERILAKU KEKERASAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Umumnya klien dengan Perilaku Kekerasan dibawa dengan paksa ke Rumah sakit
Jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan
pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi.
Perilaku Kekerasan seperti memukul anggota keluarga/orang lain, merusak alat
rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak
dikemukakan oleh keluarga. Penanganan oleh keluarga belum memadai, keluarga
seharusnya mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien
(manajemen perilaku kekerasan)..
PENGERTIAN
Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap
kecemasan/ kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman
(Stuart & Sundeen, 1995).
Perasaan marah normal bagi tiap individu, namun perilaku yang dimanifestasikan
oleh perasaan marah dapat berfluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaftif.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
-
7/28/2019 Jurnal Jiwa Jiwa Perilaku Kekerasan Diahhh
2/5
PENGERTIAN MARAH
Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap
kecemasan/ kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman
(Stuart & Sundeen, 1995).Perasaan marah normal bagi tiap individu, namun perilaku yang dimanifestasikan
oleh perasaan marah dapat berfluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaftif.
Rentang respons marah
Asertif : mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain dan merasalega.
Frustasi : Merasa gagal mencapai tujuan disebabkan karena tujuan yang tidak
realistis.
Pasif : Diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan yang
sedang dialami.
Agresif : Tindakan destruktif terhadap lingkungan yang masih terkontrol.
Amuk : tindakan destruktif dan bermusuhan yang kuat dan tidak terkontrol.
FAKTOR PREDISPOSISI
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor
pridisposisi,artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika
faktor berikut dialami oleh individu :
1. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian
dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan
yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiayaatau saksi penganiayaan.2. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan dirumah atau di luar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
3. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan
kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan
seolah-olah perilaku kekerasan diterima (permisive).
4. Bioneurolgis, banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal,
lobus temporal dan ketidakseimbangan neurotransmiter turut berperan dalam
terjadinya perilaku kekerasan.
FAKTOR PRESIPITASI
-
7/28/2019 Jurnal Jiwa Jiwa Perilaku Kekerasan Diahhh
3/5
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan
orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan,
ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku
kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikanyang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan dan
kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang provokatif
dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.
TANDA DAN GEJALA
Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien masuk kerumah sakit
adalah perilaku kekerasan di rumah.
Dapat dilakukan pengkajian dengan cara :
- Observasi:
Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara yang tinggi, berdebat.Sering pula tampak klien memaksakan kehendak : merampas makanan, memukul
jika tidak senang
- Wawancara
Diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah yang
dirasakan klien.
MASALAH KEPERAWATAN
1. Perilaku kekerasan
2. Resiko mencederai
3. Gangguan harga diri : harga diri rendah
POHON MASALAH
Resiko mencederai
orang lain/lingkungan
Perilaku kekerasan
Gangguan harga diri :
Harga diri rendah
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko mencederai orang lain berhubungan dengan perilaku kekerasan
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
-
7/28/2019 Jurnal Jiwa Jiwa Perilaku Kekerasan Diahhh
4/5
Diagnosa : Resiko mencederai orang lain berhubungan dengan perilaku kekerasan
Tujuan Umum : Klien tidak mencederai orang lain
Tujuan Khusus :I. Manajemen perilaku kekerasan
Klien dapat :
1. Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2. Mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
4. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
5. Mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam berespons terhadap kemarahan
6. Mendemonstrasikan perilaku yang terkontrol
7. Mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku
8. Menggunakan obat yang benar
II. Pada saat perilaku kekerasan
9. Klien mendapat perlindungan dari lingkungan untuk mengontrol perilaku
kekerasan.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1.1. Bina hubungan saling percaya
1.1.1. Salam therapeutik dam empati
1.1.2. Perkenalan
1.1.3. Jelaskan tujuan interaksi
1.1.4. Ciptakan lingkungan yang tenang
1.1.5. Buat kontrak yang jelas
1.2. Beri kesempatan bagi klien untuk mengungkapkan perasaannya
1.3. Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab (orang lain, situasi, diri sendiri)
perasaan jengkel/kesal
2.1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat
jengkel/kesal : tanda-tanda, agresif, kekerasan.
2.2. Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien
2.3. Simpulkan bersama klien tanda- tanda jengkel/kesal yang dialami klien
3.1. Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukanklien
3.2. Bantu klien untuk bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan (yang tidak membahayakan)
3.3. Bicarakan dengan klien : Apakah dengan cara yang klien lakukan
masalahnya selesai ?
4.1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang digunakan klien
4.2. Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan klien
4.3. Tanyakan pada klien Apakah ia ingin cara yang baru yang sehat ?
5.1. Tanyakan pada klien Apakah ia mengetahui cara lain yang sehat ?
-
7/28/2019 Jurnal Jiwa Jiwa Perilaku Kekerasan Diahhh
5/5
5.2. Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat
5.3. Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat
5.3.1. secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, atau memukul
bantal/kasur, atau olah raga, atau pekerjaan yang memerlukan tenaga
5.3.2. secara verbal : katakan bahwa anda sedang kesal/jengkel : saya kesal andaberkata seperti itu : saya marah karena mama tidak memenuhi keinginan saya
5.3.3. Secara sosial : latihan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat : latihan
asertif, latihan manajemen perilaku kesehatan (MPK)
5.3.4. Secara spritual : sembahayang, berdoa atau ibadah lain : meminta pada
tuhan untuk
6.1. Gali pendapat klien tentang pengungkapan marah secara asertif/sehat
6.2. Beri reinforcement positif terhadap pendapat klien yang benar
6.3. Jelaskan pada klien tentang cara ungkapan marah yang sehat
6.4. Lakukan latihan asertif secara individual dengan cara bermain peran
6.5. Motivasi klien untuk terapkan cara marah yang asertif pada situasi nyata6.6. Libatkan klien dalam terapi aktivitas kelompok : latihan asertif
6.7. Beri umpan balik positif setiap klien mencoba melakukan marah yang sehat
7.1. Diskusikan bersama keluarga tentang tanda-tanda marah, penyebab klien
marah, cara menghadapi klien yang sedang marah
7.2. Beri reinforcement positif terhadap hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga
8.1. Menjelaskan macam, dosis dan frekuensi/jam makan obat
8.2. Dorong klien mengidentifikasi manfaat makan obat
8.3. Observasi efek samping obat
8.4. Diskusikan dengan dokter, efek dan efek samping yang ada