III. LANDASAN TEORI
3.1 Gaya-gaya Yang Bekerja Pada Dermaga
Gaya-gaya yang bekerja pada dermaga dapat dibedakan menjadi gaya lateral dan
gaya vertikal. Gaya lateral meliputi gaya benturan kapal pada dermaga, gaya
tarikan kapal dan gaya gempa, sedang gaya vertikal adalah berat sendiri dan beban
hidup.
3.1.1 Gaya benturan kapal
Gaya benturan kapal adalah gaya yang terjadi akibat merapatnya kapal ke
dermaga, pada saat merapat ke dermaga kapal masih mempunyai kecepatan
sehingga terjadi benturan antara kapal dan dermaga. Gaya benturan bekerja secara
horizontal dan dapat dihitung berdasarkan energi horizontal. Besarnya energi
benturan dapat dihitung menggunakan rumus
csem CCCCg
WVE
2
2
dengan:
E = Energi benturan (ton meter)
V = Komponen tegak lurus sisi demaga dari kecepatan kapal pada saat
membentur dermaga (m/d)
W = Displacement (berat) kapal
g = Percepatan grafitasi
12
Cm = Koefisien massa
Ce = Koefisien eksentrisitas
Cs = Koefisien kekerasan (diambil 1)
Cc = Koefisien bentuk dari tambatan (diambil 1)
Kecepatan merapat kapal dapat ditentukan dari nilai pengukuran atau pengalaman,
secara umum kecepatan merapat kapal diberikan dalam tabel berikut ini
Tabel 3.1 Kecepatan merapat kapal pada demaga.
Ukuran Kapal
(DWT)
Kecepatan Merapat
Pelabuhan (m/d) Laut Terbuka (m/d)
Sampai 500 0,25 0,30
500 – 10.000 0,15 0,20
10.000 – 30.000 0,15 0,15
Diatas 30.000 0,12 0,15
Koefisien massa tergantung pada gerakan air disekeliling kapal, yang dapat
dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
Cm = 1 + B
d
Cb2
Dimana :
Cb = oppBdL
W
dengan
Cb = Koefisien blok kapal
d = draft kapal (m)
B = lebar kapal
13
Lpp = Panjang Garis Air (M)
γo = Berat Jenis Air Laut (t/m3)
untuk koefisien eksentrisitas dapat dihitung menggunakan rumus :
Ce = 2)/(1
1
rl
Dengan :
l = jarak sepanjang permukaan air dermaga dari pusat berat kapal sampai
titik sandar kapal.
r = jari jari putaran disekeliling pusat berat kapal pada permukaan air
dan panjang garis air (Lpp) dihitung menggunakan rumus :
LPP = 0,852 Loa1,0201
3.1.2 Gaya akibat angin
Angin yang berhembus ke badan kapal yang ditambatkan akan menyebabkan
gerakan kapal yang bisa menimbulkan gaya pada dermaga. Besar gaya akibat
angin dapat dihitung menggunakan rumus :
1. Gaya longitudinal apabila angin datang dari arah haluan (α =0o)
Rw = 0,42 Qa Aw
Gambar 3.1 Gaya angin longitudinal α = 0o
Dermaga
Arah angin Datang
Kapal
14
2. Gaya longitudinal apabila angin datang dari arah buritan (α =180o)
Rw = 0,5 Qa Aw
Gambar 3.2 Gaya angin longitudinal α =180o
3. Gaya Lateral apabila angin datang dari arah lebar (α =90o)
Rw = 1,1 Qa Aw
Gambar 3.3 Gaya angin lateral α = 90o
dimana;
Qa = 0,063 V2
dengan :
Rw = Gaya akibat angin (Kg)
Qa = Tekanan angin (kg/m2)
V = Kecepatan angin (m/d)
Aw = Proyeksi bidang yang tertiup angin (m2)
Dermaga
Arah angin Datang Kapal
Arah angin Datang
Dermaga
Kapal
15
3.1.3 Gaya Tarikan Kapal Pada Dermaga
Gaya tarikan kapal pada dermaga dapat dihitung dengan cara ;
1. Gaya tarikan pada bollard yang terdapat pada tabel untuk berbagai ukuran
kapal dalam GRT, selain gaya tersebut yang bekerja secara horizontal,
bekerja juga gaya vertikal sebesar ½ dari nilai yang tercantum dalam tabel.
2. Gaya tarikan kapal pada bitt yang terdapat pada tabel untuk berbagai
ukuran kapal dalam GRT, yang bekerja dalam semua arah.
Tabel 3.2 Gaya tarikan kapal
Bobot Kapal (GRT)
Gaya Tarik pada Bollard
(ton)
Gaya Tarik pada Bitt (ton)
200 – 500 15 15 501 – 1.000 25 25
1.001 – 2.000 35 25 2.001 – 3.000 35 35 3.001 – 5.000 50 35 5.001 – 10.000 70 50 (25) 10.001 – 15.000 100 70 (25) 15.001 – 20.000 100 70 (35) 20.001 – 50.000 150 100 (35) 50.001 – 100.000 200 100 (50)
3.2 Daya Dukung Tiang
Ditinjau dari cara mendukung beban, tiang dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
1. Tiang dukung ujung (end bearing pile)
2. Tiang gesek (friction bearing pile)
Tiang dukung ujung adalah tiang yang berkapasitas dukungnya ditentukan oleh
tahanan ujung tiang. Umumnya tiang dukung ujung berada dalam zona tanah yang
lunak yang berada diatas lapisan tanah yang keras. Untuk menentukan gaya
16
perlawanan lapisan tanah keras tersebut terhadap ujung tiang dilakukan dengan
alat sondir atau SPT. Dengan alat ini dapat diketahui kedalaman tiang yang harus
dipancang dan berapa daya dukung lapisan tanah keras tersebut pada ujung tiang.
Tiang gesek adalah tiang yang kapasitas dukungnya lebih ditentukan oleh
perlawanan gesek antara dinding tiang tanah dan tanah disekitarnya. Tahanan
gesek dan pengaruh konsolidasi lapisan tanah dibawahnya diperhitungkan pada
hitungan kapasitas tiang.
Prosedur perencanaan pondasi tiang pancang :
a. Melakukan pemeriksaan tanah dibawah permukaan, penyelidikan
disekelilingnya dan penyelidikan terhadap bangunan di sekitar letak
pondasi, untuk menentukan diameter, jenis dan panjang tiang.
b. Menghitung daya dukung tiang pancang tunggal yang diizinkan, untuk
daerah yang bebas gempa pemeriksaan pada waktu gempa tidak
diperlukan.
c. Bila daya dukung tiang pancang tunggal sudah diperkirakan, maka daya
dukung yang diizinkan untuk seluruh tiang harus diperiksa, harga akhir
akibat gabungan tiang ini atau gaya gesekan dinding tiang merupakan daya
dukung yang diizinkan untuk pondasi tiang.
d. Menghitung rekasi yang didistribusikan kesetiap tiang, juga menentukan
jumlah tiang secara tepat.
e. Setelah beban kepala tiang dihitung, pembagian momen lentur dan gaya
gesek pada tiang dalam arah yang lebih mendetail pada bagian bagian
tiang dapat dilakukan.
17
f. Jika perencanaan tubuh tiang selesai, maka tumpuan harus diperiksa
terhadap reaksi pada kepala tiang.
3.3 Hitungan Kapasitas Tiang
Kapasitas Tiang adalah kemampuan dukung tiang dalam mendukung beban.
Hitungan kapasitas tiang dapat dilakukan dengan cara pendekatan statis dan
dinamis.
Perhitungan kapasitas tiang secara statis dilakukan menurut teori mekanika tanah
yaitu dengan mempelajari sifat-sifat teknis tanah, menggunakan data hasil uji
laboratorium dan data penyelidikan tanah berupa SPT, CPT dan Boring.
Kapasitas ultimityang didasarkan atas data-data yang didapat dari hasil pengujian
di laboratorium, dibedakan atas kapasitas daya dukung ujung dan daya dukung
gesek, sedangkan hitungan dengan cara dinamis meggunakan data pada saat
pemancangan.
3.3.1 Kapasitas Ultimit Cara Statis
3.3.1.1 Berdasar Hasil Pengujian Laboratorium
a. Daya Dukung Ujung (End Bearing Capacity)
Perhitungan daya dukung ujung dilakukan dengan teori teori sebagai berikut :
> Teori Meyerhof
Kapasitas daya dukung ujung yang diusulkan Meyerhof untuk kondisi tanah
berpasir adalah:
Qe = Ap . q . Nq’
18
dengan : Qe = Daya dukung tiang ujung (ton)
Ap = Luas penampang ujung tiang (m)
q = Tegangan vertikal efektif tanah (t/m2)
Nq’ = Koefisien daya dukung meyerhof yang telah disesuaikan
dengan faktor bentuk dan kedalaman.
Karena kondisi tanah yang berbeda-beda, maka meyerhof mengklasifikasikan
formulanya berdasarkan kondisi tanah ditempat pemancangan, yaitu :
1. Tanah berbutir kasar
Untuk tanah berbutir kasar, nilai C= 0
Sehingga :
qu = q . Nq’
pada D
L ≥ D
Lc maka qu dibatasi sampai :
qu ≤ 50 . Nq’ tan Ø
berdasarkan hasil SPT yang didapat, meyerhof mengusulkan besarnya gaya
perlawanan ujung tiang (qu) pada tanah berbutir seragam (homogen) adalah
sebagai berikut :
qu = 40 . N . D
L ≤ 400 . N
dengan :
N = Nilai rata-rata SPT pada 10B di atas ujung tiang dan
4B di bawah ujung tiang
L = Panjang tiang (m)
D = Diameter tiang (m)
D
Lc = Perbandingan kedalam kritis
Ø = Sudut geser dalam (o)
19
2. Tanah berbutir halus (c-soil)
Untuk tanah berbutir halus nilai Ø = 0
Sehingga :
qu = c . Nc’
Nc’ = 9, untuk tanah berbutir halus sehingga,
qu = 9 . c
3. Tanah pada umumnya (c/Ø – soil)
Untuk tanah pada umumnya memiliki nilai C dan Ø
Sehingga :
qu = c . Nc’ + q . Nq’
sebelum perhitungan dilakukan, tiang ditentukan termasuk kategori tiang panjang
atau tiang pendek.
L (panjang tiang) ≥ 4T ................. termasuk tiang panjang
L (panjang tiang) ≥ 2T ................. termasuk tiang pendek
Dimana :
T = 5.
nh
IpEp
Ep = Modulus elastisitas tiang
Ip = Inersia penampang tiang
nh = Koefisien modulus tanah
Nilai Nc dan Nq ditentukan dengan menggunakan grafik dibawah berdasarkan
nilai sudut geser (Ө).
20
Sumber : Mayerhof, 1976
Gambar 3.4 Faktor kapasitas daya dukung pondasi panjang
21
Tabel 3.3 Koefisien modulus tanah (nh) untuk tanah non kohesif
Kerapatan Ralatif Lepas Agak Padat
Padat
Nh untuk tanah kering/ basah
Terzaghi KN/m 2.5 7.5 20
t/fit3 7.0 21 56
Nh untuk tanah dibawah permukaan air
Terzghi KN/m 1.4 5.0 12
t/m2 t/fit3 4.0 14.0 34
Nh untuk tanah dibawah permukaan air
Terzghi KN/m 5.3 16.3 34
t/m2 t/fit3 15.0 46.0 96
Tabel 3.4 Nilai-nilai (nh) untuk tanah granuler (c = 0 )
Kerapatan Ralatif (Dr) Lepas Agak Padat
Padat
Interval nilai A 100 - 300 300 - 1000 1000 - 2000
Nilai A dipakai 200 600 1500
Nh, pasir kering atau lembab (terzaghi)(kN/m3)
2425 7275 19400
Nh pasir terendam air (kN/m3) Terzaghi Reese dkk
1386 5300
4850 16300
11779 34000
22
> Teori Brom
a. Daya dukung ujung menurut Teori Brom yaitu :
Qb = Ab (Pb’ . Nq)
dengan :
Ab = Luas Penampang bawah tiang
Pb’ = Tekanan efektif overburden pada bawah tiang
Nq = Faktor daya dukung yang disesuaikan
Sumber : Peck. Dkk,1974
Gambar 3.5 Hubungan dan N-SPT
23
Sumber : Berezantsev, 1961
Gambar 3.6 Hubungan Nq dan
b. Daya Dukung Gesek (Friction Bearing Capacity)
> Teori Brom
Daya dukung gesek yang diusulkan oleh Brom adalah sebagai berikut :
Qs =
n
iPoiKdAs
1').tan(.
dengan :
As = Luas selimut tiang (m2)
Kd = Koefisien tanah lateral
δ = Sudut gesek efektif antara tanah dan tiang (o)
Po’ = Tekanan vertikal efektif rata-rata sepanjang tiang
Nilai Kd dan δ didapat dengan melihat tabel
24
Tabel 3.5 Nilai Kd tanah granuler
Bahan Tiang Nilai Kd Pasir tak padat Pasir padat
Baja 0.5 1.0 Beton 1.0 2.0 Kayu 1.5 4.0
Sumber : Brom, 1965
Tabel 3.6 Nilai δ (sudut gesek antara dinding tiang dan tanah granuler)
Bahan Tiang δ (o) Baja 20 Beton 0,75φ Kayu 0,66 φ
Sumber : Aas, 1996
> Teori Tomlinson
Qs =
n
iKqAs
1)tan..(.
Dengan :
As = Luas selimut tiang
K = Koefisien tanah lateral
δ = Sudut gesek efektif antara tanah dan tiang (o)
q = Tekanan vertikal efektif
nilai K didapat dengan menggunakan persamaan K = 1 – sin θ dengan θ adalah
nilai sudut gesek perlapisan.
3.3.1.2 Daya Dukung Berdasarkan Data Standard Penetration Test (SPT)
Berdasarkan data yang didapat dari hasil pelaksanaan Standard Penetration Test
yang dilakukan didapat desain suatu tipe pondasi dalam. Berikut dua metode yang
sering digunakan untuk mendesain pondasi dalam berdasarkan data SPT yaitu :
25
> Metode Meyerhof
Berdasarkan data hasil uji SPT, besarnya daya dukung batas tiang pada lapisan
pasir lempung dapat dinyatakan dengan rumus berikut :
Untuk tiang pancang beton dan kayu pada lapisan pasir
Qult = NbApNAs
.40.5
.
Untuk tiang pancang baja pada lapisan pasir
Qult = NbApNAs
.40.10
.
Untuk tiang pancang beton dan kayu pada lapisan lempung
Qult = NbApx
NAs.40.
52
.
Untuk tiang pancang baja pada lapisan pasir
Qult = NbApx
NAs.40.
102
.
Dengan :
Qult = Daya dukung batas (KN)
As = Luas selimut tiang (m2)
Ap = Luas Penampang ujung tiang (m2)
N = Nilai rata-rata N-SPT sepanjang tiang
Nb = Nilai rata-rata N-SPT sejarak 4D diatas ujung tiang sampai ujung tiang
26
> Metode Assosiasi Jalan Raya Jepang (Japan Road Association)
Assosiasi Jalan Raya Jepang mengusulkan juga suatu metode perhitungan daya
dukung aksial tiang pancang tunggal berdasarkan hasil uji SPT, dengan rumus
sebagai berikut :
Qult = qd . Ap + as . ).(1 hifini
dengan:
Qult = Daya dukung batas (KN)
qd = Intensitas daya dukung ujung tiang (KN/m2)
Ap = Luas penampang ujung tiang (m2)
as = Keliling tiang (m)
hi = Tebal lapisan yang ditinjau (m)
fi = Intensitas gaya geser maksimum lapisan tanah yang akan dihitung daya
dukung friksinya (Kn/m2)
perkiraan daya dukung qd, diperoleh dari hubungan antara L/D dengan qd/N,
seperti yang diperlihatkan pada gambar (3.7) dengan L adalah panjang ekivalen
tiang yang tertanam pada lapisan pendukung, sedangkan D adalah diameter atau
lebar tiang dan N adalah harga rata-rata N-SPT yang dihitung dengan persamaan
berikut :
27
Ñ = 2
21 NN
Dengan :
Ñ = Harga rata-rata N-SPT untuk perancangan ujung tiang
N1 = Harga rata-rata N-SPT pada ujung
N2 = Harga rata-rata N-SPT sejarak 4D pada ujung tiang
Dalam menentukan panjang ekivalen tiang yang tertanam pada lapisan
pendukung, ada dua kondisi yang harus diperhatikan. Kondisi pertama, bila
lapisan pendukung dapat dibedakan dengan jelas.
Pada kondisi kedua, dimana lapisan pendukung tidak dapat dibedakan dengan
jelas, maka langkah langkah yang harus diikuti dalam menentukan panjang
ekivalen tiang yang ditanam dalam lapisan pendukung adalah sebagai berikut:
1. Menentukan harga N-SPT pada ujung tiang
2. Menentukan harga N-SPT rata-rata sejarak 4D dari ujung tiang
3. Menentukan harga N-SPT rata-rata pada ujung tiang dengan persamaan
Ñ = 2
21 NN
4. Menentukan luas daerah yang dibatasi oleh N dengan kurva N-SPT (area 1)
5. Menentukan L sedemikian rupa sehingga area1 = area 2
28
6. Harga L tersebut merupakan panjang ekivalen tiang yang tertanam pada
lapisan pendukung.
Besarnya gaya geser maksimum dinding tiang fi ditentukan macam tiang serta
jenis lapisan tanah.
Gambar 3.7 Diagram perhitungan dari intensitas daya dukung ultimate tanah pondasi ujung tiang
3.3.1.3 Daya Dukung Berdasarkan Data Hasil Uji Cone Penetration Test
Metode Tomlinson
Besarnya daya dukung tiang pancang yang didasarkan atas uji Cone Penetration
Test (CPT) adalah sebagai berikut :
a. Terhadap kekuatan tanah dan beban sementara
Qall = 5
1
2
casquAp
Nil
ai q
d/N
= D
aya
duku
ng u
ltim
ate/
ha
rga
rera
ta N
spt
Nilai L/D = Panjang ekivalen penetrasi tiang pada lapis pendukung/ diameter tiang
29
b. Terhadap kekuatan tanah dan beban tetap/ statis
Qall = 5
1
3
casquAp
c. Terhadap kekuatan tanah dan beban dinamis
Qall = 5
1
5
casquAp
Dengan :
Ap = Luas Penampang ujung tiang (m2)
qu = Nilai konus perencanaan (KN/m2)
as = Keliling tiang (m)
l = Panjang tiang (m)
c = Nilai clef sepanjang tiang (KN/m2)
menurut Tomlinson nilai qu dihitung dengan rumus :
qu = 2
21 ququ
dengan :
qu = nilai konus perencanaan diujung tiang (KN/m2)
qu1 = nilai konus rata-rata pada 3D diatas ujung tiang (KN/m2)
qu2 = nilai konus rata-rata pada 1D dibawah ujung tiang (KN/m2)
menurut Begmen (1984) besarnya qu1 dihitung sebagai rata-rata qu pada jarak 3D
diatas ujung tiang, sedangkan qu2 adalah rata-rata qu pada jarak 3,75 D dibawah
ujung tiang.
Menurut Dute Theories yang diperbaharui oleh Delf Labolatory, nilai qu yang
digunakan untuk menghitung daya dukung di ujung tiang adalah qu rata-rata yang
30
diperoleh dari harga qu sedalam 3,5D dari ujung tiang, yaitu dihitung dengan
persamaan berikut (Sardjono, 1984) :
qu = n
quququ n
2
...........21
dengan :
qu = Nilai konus yang ditinjau (KN/m2)
n = Jumlah lapisan
D = Diameter tiang (m)
3.3.2 Daya Dukung Berdasarkan Formula Dinamik
Daya dukung aksial tiang pancang yang dihitung dengan menggunakan formula
dinamik yang ada didasarkan pada data-data yang didapat pada saat pelaksanaan
pemancangan yang berusaha mempersamakan usaha dari jatuhnya alat tumbuk
(hammer) dengan kerja yang dilakukan oleh alat pancang.
Beberapa formula yang dapat digunakan untuk menghitung daya dukung aksial
tiang :
Formula Hilley
Persamaan Hilley yang digunakan adalah ;
Pu = xc
s
Hweh
2
wpw
ewpw
2
Pu = wpw
ewpwx
cs
Hweh
2
2
Dimana :
Pu = Daya dukung ultimit (ton)
31
Wh = Berat ram (ton)
h = Tinggi jatuh ram
s = Penurunan terakhir/ pukulan (cm)
e = Faktor retribusi pukulan
c = reboun (cm)
Wp = Berat tiang pancang (ton)
W = Berat total tiang pancang (ton)
Formula Gates
Besarnya kapasitas tiang pancang yang diusulkan Gates adalah :
Pu =
sHWhehx
2510log(4
Dengan:
eh = Efisiensi hammer
wh = Berat piston hammer
H = Tinggi jatuh hammer
s = Penurunan terakhir/ pukulan
Standard Formula According to The Ministry of Construction in
Japan
Dirumuskan sebagai berikut :
Pu = 1,05 s
F F = 2W. h
Pu = 1,05
.h2
s
W
dengan :
32
W = Berat ram (ton)
h = Tinggi jatuh hammer (cm)
s = Penurunan terakhir/ pukulan (cm)
3.3.3 Daya Dukung Friksi
Pada kondisi tanah yang letak lapisan tanah kerasnya sangat dalam, maka untuk
memenuhi daya dukung yang dibutuhkan dapat memanfaatkan perlawanan friksi
antara tanah dengan tiang pada permukaan keliling tiang sepanjang tiang yang
dipancang kedalam tanah, pada kondisi tanah berlapis nilai tahanan gesek akan
berbeda beda sesuai dengan sifat lapisan tanah yang ditinjau, maka persamaan
daya dukung friksi dapat ditulis sebagai berikut :
Qs =
i
isisii saL
1
))()((
Dimana :
Qs = Kapasitas daya dukung friksi (ton)
iL = Panjang tiang tiap lapisan yang ditinjau (m2)
asi = Keliling tiang pancang setiap lapisan tanah yang ditinjau (m2)
Ssi = Tahanan gesek tiang pada lapisan tanah yang ditinjau (m2)
Gaya geser maksimum dinding tiang dapat dihitung menggunakan persamaan
gaya geser :
U Σ li.fi = π x D x li x fi
Dimana :
li = diperoleh dari ketebalan setiap lapisan tanah
33
Tabel 3.7 Intensitas gaya geser dinding tiang
Jenis Tiang Tiang pracetak
Tiang yang dicor ditempat Jenis tanah pondasi
Tanah berpori/ berpasir N/5 (≤10) N/2 (≤ 12) Tanah kohesif C atau N (≤ 12) C/2 atau N/2(≤ 12)
3.3.4 Daya Dukung Lateral Pondasi Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang harus dirancang memperhitungkan beban horisontal atau
beban lateral. Untuk tiang panjang perhitungan daya dukung lateral pondasi tiang
pancang pada tanah kohesif menggunakan Metode Broms. Pada tiang ujung jepit,
Broms menganggap bahwa momen yang terjadi pada tubuh tiang yang tertanam
didalam tanah sama dengan momen yang terjadi di ujung atas tiang yang terjepit
oleh plat penutup tiang (pile cap).
Sumber : Broms, 1964b
Gambar 3.8 Mekanisme tiang panjang prilaku jepit dalam tanah granuler
Hu My
1,5 d
f
9cud
My My
Defleksi Reaksi tanah Diagram momen
My My
3γdLKp
f
L
e
34
3.3.5 Defleksi Tiang Vertikal
Metode Broms (1964) dianggap metode yang lebih teliti dalam hal hitungan
defleksi tiang, untuk tanah granuler (pasir, kerikil), defleksi tiang akibat beban
lateral, dikaitkan dengan besaran tak berdimensi αL, menggunakan persamaan
sebagai berikut :
α =5
1
EpIp
nh
dengan :
nh = Koefisien reaksi subgrade (t/m3)
Ep = Modulus elastisitas tiang (t/m2)
Ip = Momen inersia penampang tiang (m4)
Tiang ujung bebas dan tiang ujung jepit dianggap sebagai tiang panjang (tidak
kaku) apabila αL > 4
Untuk perhitungan defleksi lateral tiang ujung jepit dapat menggunakan
persamaan :
y0 = 5/25/3)(
93,0
pp IEnh
H
dimana :
y0 = Defleksi lateral tiang ujung jepit
H = Beban/ Gaya Lateral (t)
nh = Koefisien reaksi subgrade (t/m3)
Ep = Modulus Elstis Pipa Baja (tm)
Ip = Momen inersia penampang tiang (m4)
35
3.3.6 Diagram Alir
3.3.6.1 Diagram Alir Penelitian
3.3.7 Diagram Alir Gaya Benturan Kapal
Mencari Data Kapal, Data Meteorologi, Data Tanah dan Data Pondasi
Mencari Gaya Kapal dan Gaya gaya yang bekerja pada pondasi dermaga
Mencari Kapasitas Daya Dukung Pondasi
Mulai
Selesai
Menghitung Lpp = 0,852 . Loa1,0201
Menghitung Cm =B
d
Cb21
Menghitung V = v . sin 10o
Menentukan nilai Ce dari grafik Loa
r
Menghitung l = ¼ Loa
Menghitung Cb =oBdL
W
PP
Menghitung E = CmCeCsCcg
WV
2
Mulai
Selesai
36
3.3.8 Diagram Alir Gaya Akibat Angin
3.3.8.1 Gaya akibat angin longitudinal α = 0o
3.3.8.2 Gaya akibat angin longitudinal α = 180o
3.3.8.3 Gaya akibat angin lateral α = 90o
Menghitung Qa = 0,065 V2
Menentukan nilai Aw
Menghitung Rw = 0,42 Qa Aw
Mulai
Selesai
Menghitung Qa = 0,065 V2
Menentukan nilai Aw
Menghitung Rw = 0,5 Qa Aw
Mulai
Selesai
Menghitung Qa = 0,065 V2
Menentukan nilai Aw
Menghitung Rw = 1,1 Qa Aw
Mulai
Selesai
37
3.3.9 Diagram Alir Daya Dukung Pondasi Berdasarkan Data SPT
3.3.9.1 Metode Meyerhof
3.3.9.2 Metode Assosiasi Jalan Raya Jepang
Menghitung Ap = ¼ . . D2
Menghitung As = (.D) L
Qall = Qult / Sf – (wtiang . L)
Qult = 40 . Ap . Nb + 0,1 N . As
Menentukan nilai Nb
Menghitung Ñ
Mulai
Selesai
Menentukan Lekv
qd = 0,1 . Ñ
Qall = Qult / Sf – Wp
fi = Ñ jika Ñ < 120 KN/m2, maka fi = Ñ jika Ñ > 120 KN/m2, maka fi = 120 KN/m2
Menghitung Ñ = (Nspt . L . 4D) + Nspt . L)/ 2
D/ Lekv dari gambar grafik didapat nilai qd/ Ñ
qi = hi . fi
Ap = ¼ . . D2
As = ( . D) L
Qult= Ap . qd + ni 1 (hi . fi)
Mulai
Selesai
38
3.3.10 Diagram Alir Daya Dukung Pondasi Berdasarkan Data End Bearing Pile dan Data Friction Pile
3.3.11 Diagram Alir Gaya Geser Maksimum Dinding Tiang
Menghitung Qs =
i
isisii SaL
1
))()((
Qall = Qult/SF
Menghitung Qe = Ap[c.Nc + γ Df (Nq-1)]
Qu = Qe +Qs
Mulai
Selesai
Menghitung fi = N/5
Menghitung Gaya Geser Maksimum U Σ li.fi = π x D x (Σ li.fi)
Menentukan nilai li
Menghitung li.fi
Mulai
Selesai
39
3.3.12 Diagram Alir Gaya Lateral Maksimum
3.3.13 Diagram Alir Defleksi Tiang Pancang
Menghitung S = Ip/ (h2)
Menghitung Kp = tg2 (45 + φ/2)
H = Hu/3
Menghitung Mmax = γ d L3 Kp
Menghitung σIp = )1
4
2
4(
64dd
Menghitung My = σizin x S
Menghitung f = 0,82 dKp
Hu
Hu =
32
2
fe
My
Mulai
Selesai
Menentukan nilai Ep
Menentukan nilai α =5/1
EpIp
nh
Menentukan nilai nh
Menghitung nilai Ip = )1
4
2
4(
64dd
Menentukan nilai y0 = 5/25/3)(
93,0
pp IEnh
H
Mulai
Selesai
40
3.3.14 Diagram Alir Metode Perhitungan
Gaya Benturan Kapal
Hasil dan Pembahasan
Pengumpulan Data
Perhitungan Gaya Pada Dermaga
Perhitungan Daya Dukung
Data Uji Lapangan
Kesimpulan dan Saran
Analisis Stabilitas (Geser, Daya Dukung, Gaya Lateral dan Defleksi)
Mulai
Selesai