BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keperawatan merupakan disiplin profesional yang dikenal melalui bidang
keilmuan spesifik dan nilai tentang komitmen sosial dan sifat layanannya.
Keperawatan muncul dengan perspektif unik yang didasarkan pada
perkembangan filosofi, riwayat masa lampau dan cakupan praktik
keperawatan yang terus meluas. Selain itu, pandangan global yang dianut
oleh mayoritas kelompok ilmu keperawatan membentuk suatu susunan
yang mengatur hubungan di antara beberapa teori guna mengembangkan
model konseptual dan teori – teori keperawatan sebagai kerangka kerja
pemberian layanan keperawatan secara komprehensif.
Dalam disiplin ilmu keperawatan, pengetahuan ilmiah terdiri atas prinsip,
teori, dan model konseptual, serta temuan penelitian dari keperawatan dan
disiplin terkait (Parker, 2005).
Model konseptual keperawatan diharapkan dapat menjadi kerangka berfikir
perawat, sehingga perawat perlu memahami beberapa konsep ini sebagai
kerangka konsep dalam memberikan asuhan keperawatan dalam praktek
keperawatan. Pengembangan teori di keperawatan adalah bagian yang perlu
dikerjakan untuk memajukan disiplin ilmu pengetahuan keperawatan.
Teori keperawatan menunjukkan fenomena yang menarik yang di
kemukakan, mengikuti banyak pertimbangan, sehingga logis, konsisten dan
disesuaikan dengan penemuan empiris dan didefinisikan secara operasional.
Pengembangan teori bukan kegiatan yang misterius, tetapi merupakan usaha
ilmiah yang dilakukan secara sistematis. Ketepatan pengembangan teori
keperawatan, merupakan prioritas untuk masa yang akan datang dari
disiplin dan praktik profesi keperawatan. Mengingat begitu pentingnya
mengetahui perkembangan teori dan model konseptual serta tingkatan teori,
1
2
maka penulis tertarik untuk menyusun makalah dengan topik
Pengembangan Empiris Tentang Teori/Model Konseptual Keperawatan dan
analisis hubungan antara Teori/Model Konseptual Keperawatan dengan
filosofi dan paradigma keperawatan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum :
Mampu memahami, menjelaskan, dan menganalisa pengembangan empiris
tentang model konseptual dan teori keperawatan serta hubungannya dengan
falsafah, dan paradigma keperawatan.
1.2.2 Tujuan Khusus :
Makalah ini dibuat dengan tujuan :
1. Menjelaskan pengembangan empiris tentang model konseptual dan teori
keperawatan.
2. Menjelaskan tingkatan pengembangan teori keperawatan.
3. Menganalisa hubungan model konseptual atau teori keperawatan dengan
falsafah dan paradigma keperawatan.
1.3 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini adalah:
BAB I : Pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan, dan
sistematika penulisan
BAB II: Tinjauan konsep meliputi pengembangan empiris model
konseptual keperawatan dan tingkat pengembangan teori
keperawatan
BAB III : Pembahasan tentang analisis hubungan model konseptual
/ teori keperawatan dengan filosofi dan paradigma
keperawatan
BAB IV : Penutup meliputi kesimpulan dan saran
BAB II
Universitas Indonesia
3
3
TINJAUAN KONSEP
2.1 Pengembangan Empiris Model Konseptual Keperawatan
Sebuah analisis terminologi digunakan untuk menggambarkan pengetahuan
tentang keperawatan saat ini yang meliputi komponen : metaparadigma, filosofi,,
model konseptual, teori, dan indikator empiris (Fawcett, 2005).
2.1.1 Metaparadigma
Metaparadigma didefinisikan sebagai konsep global untuk
mengidentifikasi fenomena yang terkait disiplin ilmu, dan secara umum
digunakan sebagai dasar dalam menggambarkan hubungan antar beberapa
konsep (Fawcett, 2005).
Metaparadigma adalah suatu ungkapan atau sekelompok ungkapan untuk
mengidentifikasi fenomena yang saling berhubungan. Metaparadigma
merupakan konsep yang paling abstrak dalam disiplin ilmu keperawatan
(yang terdiri dari manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan) serta
beberapa konsep yang ada masuk ke dalam setiap model konseptual
berdasarkan filosofi model tersebut (Alligood, and Tomey , 2010)
Paradigma merupakan suatu diagram konseptual berupa struktur - struktur
yang digunakan untuk mengorganisasikan teori. Berdasarkan definisi
tersebut, maka metaparadigma keperawatan digunakan sebagai dasar
dalam mempelajari beberapa konsep keperawatan berdasarkan filosofi
model yang digunakan sedangkan paradigma keperawatan memberi arahan
kepada perawat dalam menyikapi dan menyelesaikan berbagai persoalan
yang melingkupi profesi keperawatan seperti aspek pendidikan dan
pelayanan keperawatan serta kehidupan profesi.
2.1.2 Filosofi
Filosofi dapat didefinisikan sebagai ungkapan yang mencakup pengakuan
secara ontology mengenai fenomena dalam suatu disiplin ilmu,
Universitas Indonesia
4
epistomologi menjelaskan bagaimana fenomena tersebut dapat dikenal dan
secara etik tentang apa yang menjadi nilai dalam setiap disiplin ilmu.
Secara ontology filosofi keperawatan memandang adanya manusia,
lingkungan, kesehatan, dan keperawatan. Secara epistomologi filosofi
keperawatan memberikan beberapa informasi tentang bagaimana seseorang
mampu mempelajari dunia dan bagaimana fenomena tersebut dapat
diketahui. Epistomologi secara langsung memberikan penjelasan
pengetahuan tentang manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan
dapat dikembangkan.
2.1.3 Model Konseptual
Model konseptual didefenisikan sebagai kumpulan konsep yang umum dan
abstrak dengan menempatkan fenomena suatu disiplin ilmu, Dalil yang
secara luas menggambarkan konsep tersebut yang secara umum dan
abstrak berhubungan dengan dua atau lebih konsep.
Model konseptual memberikan perspektif atau kerangka kerja sebagai pola
pikir kritis dan acuan dalam membuat keputusan bagi perawat. (Tomey and
Alligood, 2010). Model konseptual digunakan sebagai kerangka konsep
kerja yang mengarahkan suatu pandangan keperawatan dalam tindakan
yang akan dilakukan dalam memberikan asuhan, menjadikan perawat peka
terhadap apa yang terjadi dalam memberikan asuhan keperawatan.
Model konseptual biasanya dikembangkan melalui tiga tahap yaitu
konseptual/formulasi, formalisasi model dan validasi, prosesnya dapat
dilakukan secara empiris atau intuitif, deduktif atau induktif. Model
konseptual menggambarkan asumsi, keyakinan, nilai dari pengembang
model terhadap fenomena yang diamati. Model konseptual terdiri dari
enam unit yaitu apa tujuan keperawatan, bagaimana konseptualisasi klien,
apa peran sosial perawat, apa masalah/kesukaran sumber, apa intervensi
Universitas Indonesia
5
yang dilakukan dan konsekuensi yang diinginkan (Peterson & Bredow,
2004).
2.1.4 Teori
Teori didefinisikan sebagai satu atau lebih konsep yang spesifik dan
konkrit yang diperoleh dari sebuah model konseptual, dalil yang ada secara
sempit menjelaskan tentang konsep, dan dalil yang ada secara konkrit dan
spesifik berhubungan dengan dua atau lebih konsep.
Ada banyak teori yang telah ditemukan meliputi atomistic theory, grand
theory, macro theory, micro theory, middle-range theory, mid-range
theory, practice theory, praxis theory, dan theoretical framework (Fawcett,
2005).
Draper 1991 dalam Fountouki (2008) menjelaskan bahwa “nursing theory
is a tool”. Pernyataan ini menekankan bahwa teori keperawatan sangat
diperlukan. Drapper berfokus pada dua tujuan, dari teori keperawatan,
pertama teori keperawatan sebagai kerangka dalam memahami beberapa
bagian dari keperawatan di dunia dengan mengidentifikasi fenomena
relevan yang patut untuk diuji. Kedua, mengidentifikasi tugas khusus
keperawatan seperti mendalilkan sebuah teori keperawatan yang ideal
untuk dapat diaplikasikan.
Ada banyak teori keperawatan yang telah diformulasikan sejak tahun
1970an yang dipelajari dan dipraktekkan oleh perawat setelah itu direvisi
dan dimodifikasi. Teori keperawatan harus dikembangkan dengan
menggunakan komponen teori keperawatan sebagai berikut :
1. Konsep, diperoleh dari persepsi individu atau berdasarkan pengalaman
individu. Teori keperawatan menekankan pada 4 konsep utama yang
dikenal sebagai konsep paradigma yang meliputi individu, lingkungan,
derajat kesehatan/penyakit, dan keperawatan.
Universitas Indonesia
6
2. Definisi yaitu penjelasan atau gambaran teori , konsep ataupun
komponen-komponen yang menyusun teori tersebut. Pernyataan di
dalam teori tersebut dapat diklasifikasikan sebagai defenisi yang
berhubungan dengan konsep tertentu. Dimana defenisi memberikan
penjelasan tentang konsep, hubungan pernyataan yang menegaskan
hubungan antara dua bagian atau lebih konsep atau variable. (Alligood
dan Tomey, 2010).
3. Proposisi didefinisikan sebagai pernyataan dua konsep atau lebih yang
menegaskan sebuah teori dengan mendeskripsikan, menjelaskan, dan
memprediksikan. Pernyataan proposisi dapat bersifat relasional maupun
nonrelasional. Pernyataan relasional dapat berupa korelasi atau kausal.
Pernyataan nonrelational meliputi deskripsi tentang sifat dan dimensi
konsep mengenai suatu istilah. (Meleis dalam Peterson and
Bredow,2004).
4. Asumsi merupakan pernyataan yang menjelaskan tentang konsep-
konsep atau menggabungkan konsep-konsep. Merumuskan sebuah teori
dalam menjelaskan dan memprediksikan fenomena.
Dalam perkembangan teori keperawatan saat ini, terdapat beberapa
pandangan yang mempengaruhi teori keperawatan itu sendiri.
Diantaranya yaitu:
No Penyusun
Teori
Tujuan
Keperawatan
Kerangka Kerja
Praktik
1 Hildegard
E.Peplau
(1952)
Untuk
mengembangkan
interaksi antara
perawat dan klien
(Peplau, 1952)
Keperawatan adalah
proses yang penting
terapeutik dan
interpersonal
(Peplau,1952).
Keperawatan
berpartisipasi dalam
Universitas Indonesia
7
menyusun struktur sistem
asuhan kesehatan untuk
memfasilitasi kondisi
yang dialami dan
kecenderungan manusia
untuk mengembangkan
hubungan interpersonal
(Mariner Tome, 1994)
2 Ernestine
Wiedenbach
(1964)
Untuk membantu
individual dalam
mengatasi masalah
yang berkaitan
dengan
kemampuan untuk
memenuhi tekanan
atau kebutuhan
yang dihasil dari
suatu kondisi,
lingkungan, situasi
atau waktu (Torres,
1986)
Praktik keperawatan
berhubungan dengan
individu yang
memerlukan bantuan
karena adanya stimulasi
perilaku. Keperawatan
klinik memiliki
komponen seperti
filosofi, tujuan, praktik,
dan seni (Chinn &
Jaccobs, 1995)
3 Myra Estrin
Levine (1966)
Untuk melakukan
konservasi kegiatan
yang ditujukan
untuk
menggunakan
sumber daya yang
dimiliki klien
secara optimal
Model adaptasi manusia
ini sebagai bagian dari
satu kesatuan yang utuh
didasarkan oleh “empat
prinsip konservasi
keperawatan” (Levine
1973)
Universitas Indonesia
8
Teori keperawatan juga terdiri dari konsep dan proporsi. Konsep telah
didefenisikan dengan spesifik dan preposisi sedikit lebih fokus
dibanding model konseptual. Perkembangan teori mencakupi isi dan
proses (Peterson & Bredow, 2004). Isi teori mencakup komponen-
komponen teori yang berkontribusi terhadap pembentukan teori, yaitu
konsep, defenisi, pernyataan hubungan dan rasional dari hubungan
tersebut. (Tomey & Alligood, 2010).Proses perkembangan teori terdiri
dari eksplorasi, analisis konsep, membangun hubungan dalam praktek
(Chin & Jacobs, 1983 dalam Paula & Kenney, 2009).
Sistem Penyusunan Teori :
proses Aktivitas produk
Eksplorasi Mengidentifikasi nilai kepercayaan dan
asumsi:
Apa yang sebenarnya dilakukan
perawat (tindakan, keterampilan),
dan untuk siapa (individu, keluarga
dan komunitas)?
Kapan (dalam kondisi seperti apa)?
Dimana (di lingkungan seperti
apa)?
Bagaimana (peran praktis,
penelitian)?
Filosofi
keperawa
tan
Analisis
konsep
Mengidentifikasi dan menguraikan konsep
utama:
Keperawatan – tindakan, interaksi ,
proses
Klien – individu, keluarga dan
komunitas
Kesehatan – pemeliharaan,
penvegahan, pemulihan
Lingkungan – Rumah sakit,
Identifika
si konsep
Universitas Indonesia
9
komunitas, klinik
Membangun
hubungan
Teori deskriptif
Menjelaskan interelasi diantara konsep
tetapi hubungan tersebut tidak dengan jelas
didefenisikan diantara semua konsep
Model
konseptu
al
Menguji
hubungan
Teori Ekplanatorik
Menjelaskan intelerasi diantara konsep
utama, namun demikian keadekuatan
hubungan secara logis dan empiris
membutuhkan penjelasan lebih jauh
Kerangka
kerja
teoritik
Memvalidasi
hubungan
dalam
praktik
Teori prediktif dan preskroptif
Memberikan serangkaian konsep yang
saling berhubungan dan pernyataan relasi
yang loogis dan sesuai dengan pengujian
empiric dan yang menjelaskan atau
memprediksi fenomena
Teori
Sumber: (Chin & Jacobs, 1983 dalam Paula & Kenney, 2009)
Metode yang digunakan dalam pengembangan teori keperawatan yaitu
deduktif, induktif, dan retroduktif (Tomey & Alligood, 2010):
a. Deduktif merupakan bentuk penalaran logis dari umum ke spesifik.
Proses ini melibatkan sederetan pernyataan teoritis yang diperoleh
dari pernyataan – pernyataan umum atau aksioma. Hubungan –
hubungan teoritis yang abstrak digunakan untuk memperoleh
hipotesis empiris yang spesifik (theory then research strategy).
b. Induktif merupakan bentuk penalaran dari spesifik beralih ke umum.
Kejadian – kejadian khusus diamati dan dianalisis sebagai landasan
untuk merumuskan pernyataan teoritis umum (research then
research strategy ).
c. Retroduktif yaitu menggabungkan deduksi dengan induksi.
Retroduktif menggunakan analogi yang menghasilkan teori. Para ahli
teori memperbaiki pengembangan teori ketika mereka mengalihkan
Universitas Indonesia
10
aspek – aspek materi atau struktur teori tersebut ke dalam bidang
mereka untuk membentuk suatu teori baru.
Selama perkembangannya, teori telah diklasifikasikan berdasarkan
berbagai kriteria. Berdasarkan levelnya teori terdiri dari: grand theory,
middle range theory dan practice theory (Marton dalam McKenna,
1977; Peterson & Bredow 2004), berdasarkan tingkat keabstrakan dan
keluasannya yaitu grand theory cakupannya luas dan bersifat lebih
abstrak namun kurang abstrak dibandingkan konseptual model. Dan
middle range theory yang lebih konkrit dan lebih jelas cakupannya
(Fawcett 2005).
Berdasarkan cara kerjanya dibagi menjadi empat tipe yaitu nursing
theory philosophies, nursing conceptual models, nursing theories, dan
middle range nursing theories (Tomey & Alligood, 2010; Chinn
Maeona & Kramer, 2008).
Berdasarkan tujuan teori dibagi menjadi factor isolating theories
(descriptive), factor – relating theories(explanatory), situation –
relating theories (predictive),situation – producting theories
(prescriptive) (Dickhoff & James, 1995 dalam Peterson & Bredow ,
2004). Sementara itu Waljkker dan ayant (1995) dalam McKenna
(1997) mengidentifikasi empat level teori yaitu matatheories, grand
theory, mid – range theory dan practice theory.
2.1.5 Indikator Empiris
Paula J. Christensen dan Jannet V. Keney (2009) menjelaskan pengetahuan
empiris atau pengetahuan ilmiah didasarkan pada bukti-bukti objektif yang
didapatkan melalui pengindraan, dimana hal tersebut membutuhkan validasi
dan verifikasi. Dalam disiplin ilmu keperawatan, pengetahuan ilmiah terdiri
atas prinsip, teori, dan model konseptual, serta temuan penelitian dari
keperawatan dan disiplin terkait.
Universitas Indonesia
11
Para ahli juga menjelaskan bahwa empirisme adalah suatu aliran dalam ilmu
filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari
pengalaman manusia dan mengecilkan peranan akal. Ada dua ciri pokok
empiris yaitu : teori tentang makna dan teori pengetahuan.
Teori Pertama yaitu teori makna, pada aliran empirisme biasanya
dinyatakan sebagai teori tentang asal ilmu pengetahuan, yaitu asal usul idea
atau konsep. Pada abad pertengahan teori ini diringkaskan dalam rumus
nihil est in intellectu quod non prius fuerit in sensu (tidak ada sesuatu di
dalam pikiran kita selain di dahului oleh pengalaman). Sebenarnya
pernyataan ini adalah pernyataan tesis Locke yang terdapat di dalam
bukunya An essay concerning human understanding yang diterbitkannya
tatkala ia menentang ajaran idea bawaan / innate idea pada orang-orang
rasionalis.
“Jiwa itu, tatkala orang dilahirkan, keadaannya kosong, laksana kertas
putih atau tabula rasa, yang belum ada tulisan diatasnya, dan setiap idea
yang diperolehnya mestilah datang dari pengalaman”
John Locke (1690)
Teori Kedua yaitu teori pengetahuan, mengenai teori ini kaum empiris
berbeda pendapat dengan kaum rasionalis. Kaum rasionalis berpendapat
bahwa ada beberapa kebenaran umum seperti setiap kejadian tentu
mempunyai sebab, dasar-dasar matematika, dan beberapa prinsip dasar
etika, dan kebenaran-kebenaran itu benar dengan sendirinya yang dikenal
dengan istilah kebenaran a priori / secara harafiah diartikan dari yang
terakhir, frasa (Latin) ini digunakan sebagai sinonim untuk metoda
penalaran induktif yang diperoleh lewat intuisi rasional itu. Namun kaum
empiris menolak pendapat tersebut, menurul kaum empiris tidak ada intuisi
rasioanl itu. Semua kebenaran yang disebut tadi adalah kebenaran yang
diperoleh lewat observasi / kebenaran a posteriori, secara harafiah diartikan
sejak yang pertama, biasa frasa (Latin) ini digunakan sebagai sinonim untuk
metoda penalaran deduktif.
Universitas Indonesia
12
Kemudian tinjauan empiris juga melakukan evaluasi terhadap kelebihan
model konseptual dalam situasi praktik keperawatan, dan sebuah tinjauan
sistematik pada aplikasi dan hasil dari penerapannya. Carper (1987) dalam
Fitzpatrick 1989 juga mengemukakan, sebagai tambahan pada penilaian
empiris, didalamnya juga terdapat estetika atau “art of Nursing”, serta etika
atau “the moral knowledge of nursing” dan personal sebagai intuisi untuk
proses memahami.
Pada disiplin ilmu keperawatan hasil pengujian empiris dari falsafah
menghasilkan model-model konseptual, sementara pengujian empiris
terhadap model konseptual akan menghasilkan hal yang lebih konkrit yaitu
teori-teori keperawatan.
2.2 Tingkat Pengembangan Teori Keperawatan
Potter & Perry (2001) menjelaskan teori keperawatan mengalami
perkembangan dari masa ke masa yang ditujukan untuk penerapan teori
yang sesuai dengan kondisi praktik, meliputi : Philosophical theory, grand
theory, middle range theory, dan practice theory.
Philosophical Theory merupakan karya awal yang mendahului era teori dan
menyajikan makna umum dari keperawatan dan fenomenanya melalui
penalaran logis dan penjelasan ide (Alligood, 2010). Penjelasan lengkap
untuk masing-masing jenis teori adalah sebagai berikut:
1. Metatheory
Metatheory bersifat abstrak dan umum. Metatheory difokuskan pada
filosofi dan pertanyaan-pertanyaan metodologi yang dihubungkan
dengan perkembangan teori-teori dasar keperawatan. Metatheory
kadang disebut juga philosophical theory. Philosophical theory
merupakan pernyataan yang mendukung tuntutan ontologi tentang
fenomena sebagai pusat perhatian suatu disiplin, tuntutan epistemik
Universitas Indonesia
13
tentang bagaimana fenomena muncul dan tuntutan etik tentang nilai
suatu disiplin ilmu (Fawcett, 2005).
Metatheory memberikan panduan bagaiman cara menggeneralisasi,
menggunakan dan menguji teori, tapi tidak bisa diberlakukan terhadap
dirinya sendiri (McKenna, 1997). Teori para pakar yang termasuk
dalam metatheory atau philosophical theory adalah: Nightingale:
modern nursing, Watson: Watson’s philosophy and theory of
transpersonal caring, Benner: caring, clinical wisdom and ethics in
nursing practice, Martinsen: philosophy of caring dan Erikcsson:
tehory of caritative caring (Tomey & Alligood, 2010)
Berdasarkan uraian di atas, kelompok mengartikan metatheory sama
dengan philosophical theory merupakan teori yang bersifat abstrak
yang menunjukkan keyakinan dasar disiplin keperawatan dalam
memandang manusia sebagai mahluk biologis, dan respon manusia
dalam keadaan sehat dan sakit serta berfokus terhadap respon mereka
terhadap suatu situasi.
2. Grand Theory
Grand theory merupakan satu atau beberapa konsep yang spesifik yang
didapatkan dari model konseptual, preposisi yang didapatkan dari
konsep tersebut dan preposisi tersebut nyata dan hubungan yang spesial
antara dua konsep atau lebih. Grand theory kurang abstrak dan lebih
spesifik dibanding model konseptual tetapi tidak se-konkrit dan
sespesifik middle range theory (Fawcett, 2005). Grand theory
merupakan teori yang cakupannya luas dan kompleks, terdiri dari
kerangka kerja konseptual global yang mendefinisikan perspektif
praktek keperawatan dan melibatkan perbedaan cara dalam melihat
fenomena keperawatan, memuat konsep yang menggabungkan teori-
teori dengan cakupan lebih kecil (Tomey & Aligood, 2010).
Universitas Indonesia
14
Grand theory menyebutkan tujuan, misi dan aturan nursing care yang
dihasilkan dari observasi/insight. Tujuan dari grand theory adalah untuk
mengatur beberapa informasi dan mengidentifikasi konsep atau point
penting serta menghubungkannya dengan praktik keperawatan. Manfaat
grand theory adalah sebagai alternatif panduan untuk praktik selain
tradisi/intuisi, kerangka kerja untuk pendidikan dengan mengusulkan
fokus dan struktur kurikulum, dan bantuan untuk profesional
keperawatan dengan menyediakan dasar praktek (McKenna, 1997).
Meskipun grand theory masih sangat abstrak dan normatif sehingga
sulit untuk mengaplikasikannya secara empiris, namun grand teory
lebih mudah dijadikan dasar untuk perkembangan dari middle range
theory dan teori praktis yang lebih spesifik. Berdasarkan sebab inilah
grand theory berhasil memenuhi fungsi penting sebagai pembeda
keperawatan dari profesi lain dan menyediakan legitimasi untuk ilmu
pengetahuan keperawatan (Peterson & Bredow, 2004). Contohnya, dari
model konseptual Rogers’s Science of Unitary Human Beings
dihasilkan tiga grand theory yaitu Theory of Accelerating Evolution,
Theory of Rhythmical Correlates of Change, dan Theory of Paranormal
Phenomena (Fawcett, 2005). Contoh grand theory lainnya yaitu King’s
theory of goal attainment, Leininger’s theory of culture care and
universality, Newman ‘s theory of health as expanding consciousness,
Orem’s self care deficit theory, Parse’s theory of human becoming
(Peterson & Bredow, 2004).
Berdasarkan uraian di atas, menurut kelompok grand theory merupakan
teori yang masih bersifat abstrak dengan cakupan yang masih luas,
belum bisa secara langsung diuji secara empiris, tapi merupakan dasar
bagi perkembangan teori yang lebih spesifik.
3. Middle Range Theory
Fawcett (2005) menggambarkan middle range theory sebagai teori yang
lebih konkret dari grand theory dan memberikan batasan konsep dan
Universitas Indonesia
15
preposisi dengan relatif lebih konkret dan spesifik. Middle range theory
memberikan cara penyelesaian masalah dan dapat diuji secara empiris.
Middle range theory membantu praktek dengan memfasilitasi
pemahaman tenatng perilaku klien, saran intervensi dan memberikan
penjelasan untuk keefektifan intervensi (Peterson & Bredow, 2004).
Setiap middle range theory menyebutkan fenomena yang spesifik
dengan lebih kongkrit atau kurang kongkrit dibanding middle range
theory lainnya yang menggambarkan apa itu fenomena, menjelaskan
mengapa fenomena terjadi atau memprediksi bagaimana cara fenomena
terjadi, sehingga middle range theory dapat dibedakan menjadi tiga tipe
yaitu descriptive theory, explanatory theory dan predictive theory. 1)
Desciptive theory merupakan tipe paling dasar dari middle range
theory, menggambarkan atau mengklasifikasikan sebuah fenomena dan
mungkin hanya mencakup satu fenomena atau konsep saja. Contohnya
Peplau’s theory of interpersonal realtionship. 2) Explanatory theory
merupakan teori yang menjelaskan hubungan antara dua atau lebih
konsep. Contohnya Watson’s theory of human caring. 3) Predictive
Theory menjelaskan lebih luas tentang hubungan antara konsep–konsep
atau pengaruh satu konsep terhadap konsep lainnya. Tipe ini
menunjukkan bagaimana perubahan- perubahan dalam suatu fenomena
terjadi. Contohnya Orlando’s theori of deliberative nursing process
(Fawcett, 2005). Contoh middle range theory lainnya yaitu Pender’s
health promotion in nursing practice, Beck’s postpartum depression
theory, dll (Peterson & Bredow, 2004).
4. Practice Theory
Practice theory lebih spesifik dan jelas cakupannya dibanding middle
range theory, teori pada level ini juga didefinisikan juga sebagai
prescriptive theory, situations-spesific theory, dan micro theory.
Practice theory menetukan tindakan atau intervensi keperawatan yang
cocok untuk mencapai tujuan tertentu, fokus pada fenomena
keperawatan yang spesifik dengan memberikan arahan langsung pada
Universitas Indonesia
16
praktek keperawatan dan mempunyai pernyataan teoritis yang jelas,
hipotesis dengan menguraikan kejelasan fenomone. Practice theory
menyediakan kerangka kerja untuk intervensi keperawatan dan
memprediksi hasil dan efek dari praktek keperawatan itu sendiri
(Peterson & Bredow, 2004).
Practice theory berkembang dari middle range theory, pengalaman
praktik keperawatan dan uji empiris. Pengalaman praktik klinis perawat
dapat menjadi sumber utama untuk pengembangan practice theory
keperawatan. Kedalaman dan kompleksitas teori keperawatan
digambarkan dan dijelaskan melalui apresiasi secara mendalam
terhadap fenomena keperawatan dan hubungan antara aspek pada
situasi keperawatan (McKenna, 1997). Contoh Practice theory yaitu
bonding attachment theory, therapeutic touch, exercise as selfcare,
caring for patient with chronic skin disease, quality of care, dll
(Peterson & Bredow, 2004).
Secara ringkas, tingkatan pengembangan teori dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Philosophical theory Falsafah keperawatan merupakan karya
awal yang mendahului era teori.
Falsafah berkontribusi untuk
pengetahauan keperawatan dengan
memberikan arahan untuk disiplin dan
membentuk dasar untuk keilmuan
professional, yang mengarah kepada
pemahaman teotitis baru
Grand theory Cakupannya luas dan kompleks.
Membutuhkan penelitian yang spesifik
sebelum dapat sepenuhnya diuji
cobakan.
Tidak memberikan panduan terhadap
Universitas Indonesia
17
intervensi keperawatan yang spesifik,
namun memberikan kerangka kerja
struktural dan ide yang abstrak
Middle range theory Cakupannya lebih terbatas dan kurang
abstrak
Menjelaskan fenomena spesifik atau
konsep dan mencerminkan praktik
keperawatan
Practice Theory Lebih tidak abstrak, lebih spesifik dan
cakupannya lebih sempit dibandingkan
dengan middle range theory.
Berorientasi pada suatu tindakan nyata
untuk tujuan yang spesifik.
Fokus kepada fenomena keperawatan
spesifik yang mencerminkan praktik
klinis dan hanya terbatas kepada
populasi atau bagian dari situasi pada
teori
BAB III
PEMBAHASAN
Universitas Indonesia
18
3.1 Analisis Hubungan Model Konseptual / Teori Keperawatan dengan
Filosofi dan Paradigma Keperawatan
Model konsep maupun teori keperawatan yang didasari filosofi sangat erat
hubunganya dengan paradigma keperawatan. Penerapan konsep maupun
teori keperawatan harus selalu dikawal oleh paradigma, sehingga
interaksinya jelas dan terarah. Interaksinya adalah sebagai berikut :
Dari skema tersebut terlihat bahwa terdapat hubungan yang saling terkait
antara model konseptual / teori keperawatan dengan filosofi dan paradigma
keperawatan, dimana falsafah keperawatan merupakan sistem nilai yang
Universitas Indonesia
PARADIGMA KEPERAWATAN
MODEL KONSEPTUAL
FALSAFAH KEPERAWATAN
GRAND THEORY
GRAND THEORY
MIDDLE RANGE
THEORY
THEORY
MIDDLE RANGE
THEORY
THEORY
PRACTICE THEORY
PRACTICE THEORY
KONKRET
ABSTRAKABSTRAK
METATHEORYMETATHEORY
Hub. Langsung
Panduan
Klarifikasi
Pengujian Praktik
Memperbaiki
Materi
18
19
mendasari munculnya beberapa teori seperti Methatory, Grand theory,
Middle range theory, dan Practice theory.
Falsafah keperawatan sebagai keyakinan dasar dalam menerapkan teori
keperawatan terhadap metaparadigma keperawatan yang terdiri dari
manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan. Dalam hal ini paradigma
dapat dijadikan parameter dasar dan kerangka kerja untuk mengatur sebuah
disiplin ilmu pengetahuan, hal ini berarti paradigma keperawatan akan
memberikan banyak kontribusi terhadap pengembangan teori-teori
keperawatan. Fungsi paradigma selain sebagai parameter adalah untuk
mengidentifikasi batas-batas materi subjek yang menjadi perhatian sebuah
disiplin ilmu, paradigma juga memberikan kesimpulan intelektual dan
tujuan sosial dalam penerapan disiplin ilmu.
Falsafah keperawatan yang merupakan landasan dasar praktik keperawatan
harus dimiliki oleh setiap perawat sebagai pedoman untuk berfikir,
mengambil keputusan dan bertindak. Falsafah ini juga terkait dengan model
konseptual keperawatan, yang diaplikasikan melalui metode ilmiah akan
menghasilkan teori-teori keperawatan baru. Teori-teori yang awalnya
bersifat abstrak akan menjadi konkret dengan melalui penelitian
menggunakan metode ilmiah, sehingga penerapanya dapat sesuai dengan
tujuan.
Pada skema di atas digambarkan bahwa grand theory yang merupakan
konsep paling abstrak karena hanya terdiri dari konsep global yang
menguraikan perspektif yang luas tentang praktek dan cara melihat
fenomena keperawatan. Untuk menerapkan teori tersebut dalam praktik
keperawatan masih perlu penjabaran lebih spesifik .
Untuk menjembatani kesenjangan antara grand theory dengan nursing
practice maka muncullah pemikiran tentang middle range theory yang dapat
dimanfaatkan untuk riset dan praktik. Peterson, Bredow (2004) dalam riset
Universitas Indonesia
20
middle range theory digunakan sebagai panduan dalam memilih variabel
dan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Dalam praktik middle range theory
memfasilitasi pemahaman terhadap prilaku klien, menekankan intervensi,
dan menjelaskan tingkat efektifitas sebuah intervensi. Melalui penelitian
ilmiah middle range theory ini akan menjadi lebih spesifik dan aplikatif
yang dijabarkan dalam nursing practice.
Meskipun teori keperawatan relevan untuk praktik keperawatan tetapi tidak
semua teori dapat diterapkan dalam praktik. Marriner-Tomey (1994)
mendeskripsikan tentang teori bahwa “theoritical models of reality, often a
reality that is not directly observable”. Teori keperawatan dibuat
berdasarkan kondisi sesungguhnya di masyarakat, namun keadaan yang
sesungguhnya sering tidak diobservasi secara langsung, sehingga tidak
semua teori keperawatan dapat diaplikasikan secara langsung pada tatanan
praktik. Penerapan teori-teori keperawatan masih memerlukan kerangka
kerja yang lebih nyata dan lebih aplikatif, hal ini dapat dilakukan dengan
pemilihan yang teliti sehingga dapat menentukan intervensi dan tujuan
perawatan yang tepat.
BAB IV
PENUTUP
Universitas Indonesia
21
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka kesimpulan makalah adalah :
1. Falsafah Keperawatan yang meyakini manusai sebagai individu yang
unik dan holistik dan melalui Model konseptual keperawatan yang
berlandaskan paradigma keperawatan (manusia, sehat, kesehatan dan
lingkungan) pada akhirnya akan melandasi lahirnya teori – teori
keperawatan mulai dari yang paling abstrak (grand theory) sampai
dengan teori yang lebih konkret dan aplikatif (practice theory).
2. Teori-teori keperawatan akan selalu berkembang melalui pengalaman
empiris yang menunjang masing-masing bidang dan tujuan utama teori
keperawatan. Proses pengembangan teori keperawatan dapat meliputi
pengujian teori, memperbaiki teori maupun memodifikasi serta
menggunakan penelitian dalam penerapan teori tersebut.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :
1. Perawat diharapkan mampu mengembangan ilmu yang menjadi satu
kewajiban dilandasi dengan ilmu pengetahuan / body of knowledge,
falsafah dan paradigma keperawatan.
2. Perawat diharapkan mampu terus mengembangkan riset dan menelaah
teori keperawatan guna meningkatkan kualitas layanan kesehatan /
asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Aligood, Martha R & Tomey, Marriner A,. (2014). Nursing Theorists and Their Work 8th ed. St.Louis : Mosby Inc, USA
Universitas Indonesia
21
22
Aligood, Martha R & Tomey, Marriner A, . (2008). Nursing Theories Utilization and Application 3rd ed. St.Louis : Mosby Inc, USA
Chinn & Kramer. (1995). Fundamental Of Nursing. Loussiana :Delmar a division of Thomson Larning. Inc,USA
Fountouki A, & Theofanadis D. (2008). Nursing Theory A discussion on an ambiguous concept. The International Journal of Caring Sciences vol 1 issue 1. http:www.internationaljournalofcaringsciences.org, diunduh tanggal 24 September 2014.
Fawcett, Jacqueline. (2005). Contemporary Nursing Knowledge; Analisys and Evaluation of Nursing Models and Theories. Philadelphia : Davis Company, USA.
Locke, J. (1690). An Essay Concerning Human Understanding. Pennsylvania State University, USA.
Meleis, Afaf Ibrahim. (2007). Theoritical Nursing; Development and Progress. Philadelphia : Lippincott Williams& Wilkins, USA
Parker, Marilyn E.(2005). Nursing Theories and Nursing Practice. Philadelphia ; Davis Company,USA.
Peterson, Sandra J and Bredow, Timothy S. (2004). Middle Range Theory application to Nursing Research. Philadelphia : Lippincott Williams& Wilkins, USA.
Universitas Indonesia