8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Teori Sinyal (Signaling Theory)
Teori sinyal (signaling theory) pertama kali diperkenalkan oleh Spence di
dalam penelitiannya yang berjudul Job Market Signaling. Spence (1973)
mengemukakan bahwa isyarat atau signal memberikan suatu sinyal, pihak pengirim
(pemilik informasi) berusaha memberikan potongan informasi relevan yang dapat
dimanfaatkan oleh pihak penerima. Pihak penerima kemudian akan menyesuaikan
perilakunya sesuai dengan pemahamannya terhadap sinyal tersebut.
Menurut Ratnasari et al. (2017) Signaling theory mengemukakan tentang
bagimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna
laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan
oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa
promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik
daripada perusahaan lain. Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2014:184)
signaling theory merupakan suatu perilaku manajemen perusahaan dalam memberi
petunjuk untuk investor terkait pandangan manajemen pada prospek perusahaan
untuk masa mendatang.
9
2. Dividend Irrelevance Theory
Teori ini dikemukakan oleh Merton Miller dan Franco Modigliani (1958)
dalam (Simanjuntak, 2016). Menurut dividend irrelevance theory, kebijakan
dividen tidak mempengaruhi harga pasar saham perusahaan atau nilai perusahaan.
Miller dan Modigliani berpendapat bahwa, nilai perusahaan hanya ditentukan oleh
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan (earning power) dan
risiko bisnis, sedangkan bagaimana cara membagi arus pendapatan menjadi dividen
dan laba ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan.
Inti dari pendapat MM adalah, bahwa pengaruh pembayaran dividen terhadap
kemakmuran pemegang saham diofset sepenuhnya oleh cara-cara pembelanjaan
investasi yang dilakukan perusahaan. Misalkan perusahaan telah membuat
keputusan investasi, maka perusahaan harus memutuskan apakah menahan laba
untuk membelanjai investasi atau membayar dividen dan menjual saham baru
sejumlah dividen yang dibayarkan (Simanjuntak, 2016).
3. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu
perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan.
Kepercayaan tersebut dapat diperoleh setelah melalui suatu proses kegiatan selama
beberapa tahun didirikan sampai dengan saat ini. Masyarakat menilai dengan
bersedia membeli saham perusahaan dengan harga tertentu sesuai dengan persepsi
dan keyakinannya. Meningkatnya nilai perusahaan adalah sebuah prestasi, yang
sesuai dengan keinginan para pemiliknya, karena dengan meningkatnya nilai
10
perusahaan, maka kesejahteraan para pemilik juga akan meningkat. Adapun hal ini
merupakan tugas dari manajer sebagai agen yang telah diberi kepercayaan oleh para
pemilik perusahaan untuk menjalankan perusahaannya. Nilai perusahaan sangat
penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya
kemakmuran pemegang saham (Brigham dan Gapenski, 1996). Semakin tinggi
harga saham semakin tinggi nilai perusahaan. Kekayaan pemegang saham dan
perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan
dari keputusan investasi, pendanaan (financing), dan manajemen aset.
4. Keputusan Pendanaan
Keputusan pendanaan merupakan tanggung jawab kedua manajer keuangan
untuk menggalang dana yang dibutuhkan perusahaan untuk investasi dan
operasinya. Ketika suatu perusahaan perlu mendapatkan dana, perusahaan dapat
mengundang para investor untuk menanamkan uang kas sebagai ganti bagian laba
di masa depan, atau menjanjikan untuk melunasi kas investor itu di tambah tingkat
bunga tetap. Keputusan pendanaan dan investasi (baik jangka panjang maupun
jangka pendek) tentu saja saling terkait. Jumlah investasi menentukan jumlah
pendanaan yang harus diperoleh, dan para investor yang berkontribusi mendanai
saat ini mengharapkan pengembalian investasi di masa depan. Oleh sebab itu,
investasi yang dilakukan perusahaan saat ini harus menghasilkan pengembalian di
masa depan untuk dibayarkan kepada para investor (Brealey et al., 2008).
11
5. Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen merupakan keputusan yang terkait dengan pertanyaan
apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham
atau akan digunakan untuk menambah modal dalam rangka pembiayaan investasi
di masa depan. Rasio pembayaran dividen atau dividend payout ratio (DPR)
menjadi penentu berapa bagian jumlah laba yang dibagikan dalam bentuk dividen
kas dan laba ditahan sebagai sumber pendanaan (Suryaningsih et al., 2018).
Perusahaan yang memilih kebijakan dividen tinggi tanpa arus kas untuk
mendukungnya, pada akhirnya harus memotong investasi atau beralih ke pasar
modal untuk mendapatkan pendanaan utang atau ekuitas tambahan. Dengan
demikian, manajer tidak meningkatkan dividen kecuali mereka yakin bahwa
perusahaan menghasilkan cukup banyak kas untuk membayar mereka. Hal ini
adalah alasan utama yang kita katakan bahwa ada isi informasi dividen yaitu
perubahan dividen dapat diterjemahkan sebagai tanda perubahan prospek
perusahaan (Brealey et al., 2008).
6. Kualitas Laba
Menurut Bandi (2009) untuk menjadi informasi yang berguna, laba sebagai
bagian dari laporan keuangan harus berkualitas. Laba yang berkualitas adalah laba
yang dapat mencerminkan kelanjutan laba (sustainable earnings) di masa depan,
yang ditentukan oleh komponen akrual dan kas dan dapat mencerminkan kinerja
keuangan perusahaan yang sesungguhnya (Djamaluddin et al., 2008). Dechows et
al. (2010) mendefinisikan kualitas laba sebagai berikut: “Higher quality earnings
12
provide more information about the features of a firms financial performance that
are relevant to a specific decision made by a specific decision-maker”. Dari
definisi di atas, terdapat tiga hal yang harus digarisbawahi menurut Dechows et al.
(2010) pertama, kualitas laba tergantung pada informasi yang relevan dalam
membuat keputusan. Dengan demikian, pendefinisian kualitas laba di atas hanya
dalam konteks model keputusan tertentu. Ke dua, kualitas dari angka laba yang
dilaporkan dilihat dari apakah informasi tersebut menggambarkan kinerja keuangan
suatu perusahaan. Ke tiga, kualitas laba secara bersama-sama ditentukan oleh
relevansi dari kinerja keuangan yang mendasari keputusan.
Dechows et al. (2010) mengklasifikasikan proksi dari kualitas laba ke dalam
tiga kategori utama yaitu: kategori pertama, sifat laba (properties of earnings)
meliputi: persistensi laba (earnings persistence), ukuran besarnya akrual
(magnitude of accruals), nilai sisa model akrual (residual models accrual), perataan
laba (earnings smoothness), dan ketepatan pengakuan rugi (timely loss
recognition). Kategori ke dua, respon investor terhadap laba (investor
responsiveness to earning), dan ke tiga external indicators of financial reporting
quality.
B. Reviu Penelitian terdahulu
Suryaningsih et al. (2018) meneliti tentang kepemilikan manajemen, ukuran
dewan komisaris dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan dengan corporate
social responsibility sebagai variabel moderating. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa variabel independen yang digunakan yaitu kepemilikan manajemen, ukuran
13
dewan komisaris dan kebijakan deviden, dan varibel dependennya yaitu nilai
perusahaan dengan menggunakan CSR sebagai variabel pemoderasi. Berdasarkan
uji t diperoleh hasil bahwa kepemilikan manajemen berpengaruh negatif terhadap
nilai perusahaan, sedangkan ukuran dewan komisaris dan kebijakan deviden
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Ng dan Daromes (2016) meneliti tentang peran kemampuan manajerial
sebagai mekanisme peningkatan kualitas laba dan nilai perusahan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel independen yaitu, kepemilikan manajerial, adapun
kualitas laba sebagai variabel intervening yang memiliki pengaruh terhadap nilai
perusahaan. Kemudian berdasarkan uji t mendapatkan analisis bahwa kemampuan
manajerial memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laba. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan manajer dalam mengelola
sumberdaya yang ada dalam perusahaan lebih efisien, maka akan meningkatkan
hasil pencapaian laba berkelanjutan di masa yang akan datang. Kemampuan
manajerial memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajer yang memiliki kemampuan yang
lebih baik akan mampu mengambil keputusan investasi dan keuangan yang
memiliki efek tetap terhadap mengelolaan perusahaan. Kualitas laba tidak memiliki
pengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
perusahaan dalam mengelola sumberdaya kasnya tidak efisien sehingga
mengakibatkan cenderung tidak dapat mempertahankan laba keberlanjutan di masa
yang akan datang. Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa tidak ada peran
mediasi variabel kualitas laba yang menghubungkan antara variabel eksogen dalam
14
hal ini kemampuan manajerial dengan variabel endogen dalam hal ini nilai
perusahaan.
Cahyono dan Sulistyawati (2016) melakukan penelitian tentang keputusan
investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen sebagai determinan nilai
perusahaan. Berdasarkan uji analisis regresi berganda maka hasil dari penelitian
menunujukkan bahwa variabel independen yaitu keputusan investasi, keputusan
pendanaan dan kebijakan dividen, mempengaruhi nilai perusahaan. Keputusan
investasi dan keputusan pendanaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan,
sedangkan variabel kebijakan deviden tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Astuti dan Setiawati (2014) meneliti tentang analisis pengaruh profitabilitas,
kebijakan deviden, kebijakan hutang, dan kepemilikan manajerial terhadap
nilai perusahaan. Hasil menunjukkan bahwa variabel independen yaitu,
profitabilitas yang diproksi dengan ROE, kebijakan deviden, kebijakan hutang, dan
kepemilikan manajerial memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Profitabilitas
yang diproksi dengan ROE berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Kebijakan deviden, kebijakan hutang dan kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Putra dan Hidayati (2018) meneliti tentang keputusan investasi, keputusan
pendanaan, dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Hasilnya
menunjukkan bahwa variabel independen yaitu, keputusan investasi, keputusan
pendanaan, dan kebijakan dividen memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan.
Keputusan investasi memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan, sedangkan
15
keputusan pendanaan dan kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
Himawan dan Christiawan (2016) meneliti tentang pengaruh keputusan
pendanaan dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Hasil yang diperoleh
menunujukkan bahwa variabel independen keputusaan pendanaan dan kebijakan
dividen mempengaruhi nilai perusahaan. Keputusan pendanaan memiliki pengaruh
positif terhadap nilai perusahaan, sedangkan kebijakan dividen tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
Syafitri dan Farida (2017) meneliti tentang pengaruh keputusan pendanaan
dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa variabel independen keputusan pendanaan dan kebijakan
dividen mempengaruhi nilai perusahaan. Keputusan pendanaan yang diproksikan
dengan debt to equity dan kebijakan dividen yang diproksikan dengan dividend
payout ratio secara bersama berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Ratnasari et al. (2017) meneliti tentang pengaruh keputusan investasi,
keputusan pendanaan, kebijakan dividen, dan profitabilitas terhadap nilai
perusahaan. Hasil yang menunjukkan bahwa variabel independen keputusan
investasi, keputusan pendanaan, kebijakan dividen, dan profitabilitas
mempengaruhi nilai perusahaan. Variabel keputusan investasi yang diproksikan
dengan price earning ratio berpengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai
perusahaan yang diproksikan dengan price book value. Variabel keputusan
pendanaan yang diproksikan dengan dept to equity ratio berpengaruh positif tidak
16
signifikan terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan price book value.
Variabel kebijakan dividen yang diproksikan dengan dividend payout ratio
berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan yang diproksikan
dengan price book value. Variabel profitabilitas yang diproksikan dengan return on
equity berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan yang diproksikan
dengan price book value.
Rahayu dan Sari (2018) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
nilai perusahaan. Hasil yang menunjukkan bahwa variabel independen leverage,
size, profitabilitas, dan kualitas laba memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan.
Leverage yang di proksikan dengan DAR memiliki pengaruh tidak signifikan
terhadap nilai perusahaan, Size memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap nilai
perusahaan, adapun tidak ada pengaruh antara profitabilitas terhadap nilai
perusahaan, dan kualitas laba memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan.
Hakim dan Ari (2018) meneliti tentang keputusan pendanaan, ukuran
perusahaan, laba perusahaan dan risk based capital sebagai variabel prediktor nilai
perusahaan. Hasil yang menunjukkan bahwa variabel independen yaitu keputusan
pendanaan, ukuran perusahaan, laba perusahaan dan risk based capital memiliki
pengaruh terhadap nilai perusahaan. Keputusan keuangan, ukuran perusahaan dan
laba perusahaan serta risk based capital secara kolektif atau secara bersama-sama
mempunyai pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan nilai perusahaan.
Keputusan pendanaan ditemukan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
dalam meningkatkan nilai perusahaan, sedangkan ukuran perusahaan mempunyai
17
pengaruh yang positif dan signifikan dalam meningkatkan nilai perusahaan. Nilai
perusahaan dapat ditingkatkan melalui peningkatan laba perusahaan, karena
ditemukan dalam penelitian bahwa laba perusahaan mempunyai pengaruh yang
signifikan dalam meningkatkan nilai perusahaan. Temuan lain bahwa, risk based
capital ternyata mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan dalam
meningkatkan nilai perusahaan.
Perbedaan penelitian dengan sebelumnya adalah tidak semua variabel
independen terdahulu digunakan semuanya. Peneliti hanya akan meneliti variabel
independen yang masih inconsistent, yaitu kebijakan pendanaan, kebijakan dividen,
dan kualitas laba sebagai moderasi atau memberikan interaksi terhadap hubungan
dengan nilai perusahaan.
C. Rerangka Pikir
Agar dapat lebih memahami variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian untuk melihat bagaimana pengaruh keputusan pendanaan dan kebijakan
dividen terhadap nilai perusahaan dengan kualitas laba sebagai variabel
pemoderasi, maka dapat dibentuk suatu kerangka pemikiran sebagai berikut :
18
Variabel Independen Variabel Moderasi Variabel Dependen
Gambar 2.1 Rerangka Pikir
D. Perumusan Hipotesis
1. Keputusan Pendanaan dan Nilai Perusahaan
Menurut Brigham dan Houston (2001) peningkatan hutang diartikan oleh
pihak luar tentang kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban di masa
yang akan datang atau adanya risiko bisnis yang rendah, hal tersebut akan direspon
secara positif oleh pasar. Penelitian yang dilakukan oleh Syafitri dan Farida (2017)
menyatakan bahwa keputusan pendanaan berpengaruh secara positif terhadap nilai
perusahaan, dimana nilai perusahaan akan lebih tinggi jika sumber dana yang
dimiliki perusahaan berasal dari modal sendiri atau ekuitas. Sehingga keputusan
pendanaan ini mengarah kepada persoalan pembelanjaan kegiatan perusahaan yang
optimal, efisiensi dalam memperoleh dana, keputusan dalam menggunakan modal
asing atau modal sendiri, dan mempertahankan komposisi sumber dana yang
H1
H2
H3
H4
Keputusan
Pendanaan
(X1)
Kebijakan
Dividen (X2)
Kualitas Laba
(Z)
Nilai
Perusahaan
(Y)
19
optimal. Berdasarkan hasil penelitian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Keputusan Pendanaan berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan.
2. Kebijakan Dividen dan Nilai Perusahaan
Berdasarkan teori sinyal seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal
kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang
sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal
dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan
tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Sehingga kebijakan dividen ini
merupakan informasi bagi para pemilik atau calon investor terkait keadaan
perusahaan. Menurut Suryaningsih et al. (2018) menyatakan bahwa kebijakan
dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Pengaruh Kebijakan dividen
terhadap nilai perusahaan pada dasarnya diperoleh dari laba bersih perusahaan yang
bisa dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau ditahan dalam bentuk
laba ditahan untuk membiayai investasi perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2 : Kebijakan Dividen berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan.
3. Peran Moderasi Kualitas Laba terhadap Hubungan Keputusan Pendanaan
dan Nilai Perusahaan
Peningkatan utang dapat diartikan oleh pihak luar tentang kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban di masa yang akan datang atau adanya
risiko bisnis yang rendah, hal tersebut akan direspon secara positif oleh pasar atau
20
meningkatkan penilaian investor terhadap perusahaan (Brigham dan Houston,
2001). Selain itu, pendanaan yang didanai melalui utang akan menghasilkan efek
tax deductible. Artinya, perusahaan yang memiliki utang akan membayar bunga
pinjaman yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak sehingga dapat memberi
manfaat bagi pemegang saham. Pengurangan pajak tersebut akan menambah laba
perusahaan yang dapat dipakai untuk investasi perusahaan di masa yang akan
datang atau untuk dibagikan dalam bentuk dividen kepada para pemegang saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu dan Sari (2018) menyatakan bahwa
keputusan pendanaan dan kualitas laba berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Konflik
keagenan yang mengakibatkan adanya sifat opportunistik manajemen dapat
mengakibatkan rendahnya kualitas laba. Rendahnya kualitas laba akan
mengakibatkan pembuatan keputusan yang salah dari para pemakainya, seperti
para investor dan kreditur, sehingga nilai perusahaan akan berkurang. Akibat dari
pembuatan keputusan yang salah berpengaruh terhadap keputusan pendanaan, oleh
sebab itu informasi terkait kualitas laba dapat memengaruhi keputusan pendanaan
perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
H3 : Kualitas Laba Memoderasi Hubungan Keputusan Pendanaan Terhadap
Nilai Perusahaan.
21
4. Peran Moderasi Kualitas Laba Terhadap Hubungan Kebijakan Dividen
dan Nilai Perusahaan
Penggunaan dividen sebagai isyarat berupa pengumuman yang menyatakan
bahwa suatu perusahaan telah memutuskan untuk menaikkan dividen per lembar
saham mungkin diartikan oleh penanam modal sebagai sinyal yang baik, karena
dividen per saham yang lebih tinggi menujukkan bahwa perusahaan yakin arus kas
masa mendatang akan cukup besar untuk menanggung tingkat dividen yang tinggi.
Hal ini sejalan dengan teori sinyal dimana kebijakan dividen memberikan sinyal
positif terhadap pihak pengguna laporan keuangan.
Dengan adanya pembagian dividen maka perusahaan memiliki beberapa
teknik manajemen laba (earnings management) yang dapat memengaruhi laba
untuk dilaporkan oleh manajemen. Praktik manajemen laba akan mengakibatkan
kualitas laba yang dilaporkan menjadi rendah. Laba dapat dikatakan berkualitas
tinggi apabila laba yang dilaporkan dapat digunakan oleh para pengguna (users)
untuk membuat keputusan yang terbaik, dan dapat digunakan untuk menjelaskan
atau memprediksi harga dan return saham (Bernhart dan Rosenstein, 1998).
Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu dan Sari (2018) yang menyatakan bahwa
kualitas laba dan kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H4 : Kualitas Laba Memoderasi Hubungan Kebijakan Dividen Terhadap
Nilai Perusahaan.