Download - 1510122c919339f9a6dbff944b4dbb5b82db75e
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Infiltrasi adalah aliran air ke dalam tanah melalui permukaan tanah Di
dalam tanah air mengalir dalam arah lateral, sebagai aliran antara (interflow)
menuju mata air, danau dan sungai; atau secara vertical, yang dikenal dengan
perkolasi (percolation) menuju air tanah (Bambang Triatmodjo, 2006;91).
Beberapa penelitian yang relevan tentang model infiltrasi buatan dalam
menurunkan limpasan adalah sebagai berikut.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Irfan Jufianto, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, tahun 2013. Berjudul “ Analisis Pengaruh Metode Taman Hujan
Dalam Menurunkan Debit dan Kekeruhan Air Limpasan Permukaan. (Studi
Kasus Dengan Media Tanaman Krokot, sekam padi, Lubang Resapan, dan
Kemiringan tanah 2%)”.
Irfan Jufianto (2013) membuat model infiltrasi dibuat menggunakan
kayu berukuran 100x50x50 cm3, yang dilapisi plastik pada setiap dindingnya
untuk mencegah merembesnya air keluar dari model unit filtrasi dan diisi
dengan media tanah yang sebelumnya telah disaring dan lolos saringan #10
setinggi 45 cm untuk model infiltrasi tanah kosong dan 40 cm untuk model
infiltrasi dengan media infiltrasi serta kemiringan tanah dibuat sebesar 2%.
Setelah model unit infiltrasi diisi tanah, kemudian tanah ditutupi dengan mulsa
setinggi 5 cm dan juga diberi tanaman krokot, serta dibuat empat buah lubang
resapan.
Pengujian dilakukan terhadap tiga buah benda uji, yaitu model unit
infiltrasi tanah kosong, model unit infiltrasi rain garden, dan model unit
infiltrasi rain garden dengan tambahan lubang resapan. Setiap benda uji
dilakukan pengujian sebanyak 2 kali dengan menggunakan debit yang sama
besarnya di setiap pengujian. Saat pengujian, setiap model infiltrasi dialiri air
secara merata menyerupai intensitas hujan deras yaitu sebesar 0,71 mm/menit
dengan menggunakan pipa PVC ukuran ½ inch, dan debit sebesar 0,139 l/dtk.
9
Hasil analisis data penelitian dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut.
a. Model infiltrasi dengan batas waktu kehandalan tertinggi dalam
meresapkan air limpasan adalah model infiltrasi dengan media taman
hujan dan taman hujan dengan tambahan lubang resapan, dengan batas
kehandalan unit masing-masing selama 3 menit, baik dalam kondisi tanah
tak jenuh air maupun dalam kondisi tanah jenuh air. Sedangkan model
infiltrasi dengan menggunakan media tanah kosong hanya memiliki batas
waktu kehandalan unit dalam meresapkan air limpasan selama 1 menit.
b. Tingkat efisiensi model infiltrasi baik dalam kondisi jenuh maupun tak
jenuh air pada 10 menit pertama pengujian yang tertinggi adalah pada
model infiltrasi taman hujan dengan tambahan lubang resapan yaitu
sebesar 54,17% pada kondisi tanah tak jenuh air, dan 53,81% pada kondisi
tanah jenuh air. Sedangkan model infiltrasi taman hujan dan model
infiltrasi tanah kosong memiliki efisiensi berturut-turut sebesar 53,02%
dan 18,87% pada kondisi tanah tak jenuh air, serta 44,89% dan 15,97%
pada kondisi tanah jenuh air. Hal ini menunjukkan bahwa model infiltrasi
taman hujan dan model infiltrasi taman hujan dengan tambahan lubang
resapan mampu menurunkan debit air limpasan secara signifikan baik
dalam kondisi tanah tak jenuh air maupun dalam kondisi tanah jenuh air.
c. Selain dapat menurunkan debit air limpasan, model infiltrasi taman hujan
dan model infiltrasi taman hujan dengan tambahan lubang resapan juga
dapat menurunkan kandungan suspensi pada air limpasan hingga mencapai
nilai 0 mg/liter, sehingga dapat dikatakan bahwa model infiltrasi taman
hujan sangat efektif dalam menurunkan tingkat kekeruhan air limpasan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Lestari, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, tahun 2013. Berjudul “Pengaruh Model Infiltrasi Sederhana
Menggunakan Konsep Rain Garden Terhadap Debit Dan Kekeruhan Air
Limpasan Akibat Hujan (Studi Kasus Dengan Media Tanaman Lili Paris)”.
Dwi Lestari (2013) membuat model infiltrasi dengan menggunakan
ukuran 100 cm x 50 cm x 50 cm dan membutuhkan tanah 0,1833 m3. Tanah
10
yang diisi adalah tanah yang lolos saringan #10 setinggi 40 cm pada bagian
hulu dan 35 cm pada bagian hilir. Kemiringan yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu 5 %, sangat landai berdasarkan klasifikasi USSSM (United
Stated Soil System Management). Tanaman yang digunakan adalah lili paris
dengan ketinggian 12 cm, pada 36 titik dengan jarak 10 cm. Model diberi
lapisan impermeabilitas dari plastik untuk meminimalisir terjadinya
kebocoran.
Tanaman yang digunakan adalah lili paris dengan ketinggian 12 cm,
pada 36 titik dengan jarak 10 cm. Model diberi lapisan impermeabilitas dari
plastik untuk meminimalisir terjadinya kebocoran. Kemudian dihitung debit
hujan buatan, debit limpasan yang terjadi, debit resapan air serta kadar air
tanah asli pada kedalaman 0 cm dan 10 cm. Penelitian dilakukan dua kali
pengujian yaitu pertama pengujian tanah dengan media tanaman dan kedua
pengujian tanah tanpa tanaman. Setiap pengujian dilakukan 2 pengujian yaitu
pada saat tanah tak jenuh dan tanah jenuh.
Hasil analisis data penelitian dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut.
a. Variasi debit limpasan permukaan dari model infiltrasi sederhana. Pada
tanah kosong saat keadaan tak jenuh air debit limpasan puncak sebesar
0,136 liter/detik pada menit ke 5,6 dan 7. Pada tanah kosong saat keadaan
jenuh air debit limpasan puncak sebesar 0,134 liter/detik pada menit ke 3,4
dan 5. Pada tanah dengan media tanaman saat keadaan tak jenuh air debit
limpasan puncak sebesar 0,1330 liter/detik pada menit ke 6, 7 dan 8. Pada
tanah dengan media tanaman saat keadaan jenuh air debit limpasan puncak
sebesar 0,1300 liter/detik pada menit ke 5, 6 dan 7.
b. Perbandingan debit aliran antara dari model infiltrasi sederhana. Pada
tanah kosong saat keadaan tak jenuh air debit aliran antara puncak sebesar
0,00052 liter/detik pada menit ke-6. Pada tanah kosong saat keadaan jenuh
air debit aliran antara puncak sebesar 0,00050 liter/detik pada menit ke-8.
Pada tanah dengan media tanaman saat keadaan tak jenuh air debit aliran
antara puncak sebesar 0,00177 liter/detik pada menit ke-8. Pada tanah
11
dengan media tanaman saat keadaan jenuh air debit aliran antara puncak
sebesar 0,00055 liter/detik pada menit ke-10.
c. Efisiensi model infiltrasi sederhana terhadap infiltrasi pada tanah kosong
dan tanah dengan media tanaman saat keadaan tak jenuh air sebesar 10 %,
dan pada tanah kosong dan tanah dengan media tanaman saat keadaan
jenuh air sebesar 34,78 %.
d. Nilai rata-rata dari pengujian kandungan suspensi pada tanah kosong saat
tak jenuh air dan jenuh air adalah 5,01 mg/l dan 3,66 mg/l sedangkan pada
tanah dengan media tanaman saat tak jenuh air dan jenuh air adalah 1,63
mg/l dan 0,79 mg/l. Nilai rata-rata Pengujian 1 % kadar lumpur pada tanah
kosong saat tak jenuh air dan jenuh air adalah adalah 4,4 dan 3,8. Kadar
lumpur pada tanah dengan media tanaman saat tak jenuh air adalah 2,1 dan
1,3. Pengujian 2 kadar lumpur pada tanah kosong saat tak jenuh air adalah
3,6 dan 2,3. Kadar lumpur pada tanah dengan media tanaman saat tak
jenuh air adalah 2,0 dan 1,2. Pengujian 3 kadar lumpur pada tanah kosong
saat tak jenuh air adalah 3,5 dan 1,1. Kadar lumpur pada tanah dengan
media tanaman saat tak jenuh air adalah 1,3 dan 0,4.