LAPORAN PRAKTIKUM
PEMANFAATAN PERANGKAP KUNING UNTUK MEMANTAU PERKEMBANGAN POPULASI HAMA
Oleh :
Golongan C/Kelompok 4A
1. Mohammad Eno (151510501143)
2. Sunarji (151510501147)
3. Anindya Salsabila (151510501148)
4. Siti Masruroh (151510501156)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses budidaya pertanian tidak terlepas dari Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT), kerugian akibat serangan hama bisa menyebabkan gagal panen.
Organisme pengganggu tanaman secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu
hama, penyakit dan gulma. Mengurangi serangan hama tentunya kita harus
membuat suatu pengendalian yang bertujuan untuk mengendalikan atau
mengurangi resiko terserang hama. Pengendalian tersebut dapat berupa
pengendalian dengan cara penyemprotan bahan kimia, pengendalian dengan
pemberian predator, maupun dengan cara menangkap dengan tangan atau
memberi perangkap buatan.
Senyawa yang hingga saat ini masih sering dipakai dalam pengendalian
hama adalah pestisida. Penggunaan pestisida sekarang ini semakin mendominasi
dalam pengendalian terhadap organisme pengganguan tanaman (OPT). Pestisida
merupakan salah satu senyawa yang dapat memberikan hasil dan bekerja
mengendalikan OPT secara cepat, sehingga senyawa tersebut dapat digunakan
jika keadaan darurat dalam mengatasi masalah OPT ketika serangannya telah
melewati ambang ekonomi. Kelebihan lainnya dari penggunaan pestisida dalam
penggunaan dilapang dapat dilakukan sendiri oleh petani tanpa membutuhkan
penanganan tenaga ahli. Penggunaan pestisida dapat menimbulkan pengaruh
samping atau dampak negatif yang tidak diingginkan jika mengendalikan hama
yang tidak berdasarkan pada pandangan ekologis. Dampak negatif yang
ditimbulkan yaitu timbulnya hama yang resisten, peledakan hama yang kedua,
pengaruh negatif pada organisme bukan sasaran (musuh alami, pollinator, burung,
dan ikan), residu dalam makanan yang dikonsumsi, pengaruh langsung terhadap
manusia, polusi pada air dan tanah.
Salah satu jenis hama yang biasa sering menyerang tanaman, terutama
jenis buah-buahan yaitu lalat buah Bactrocera dorsalis. Hama Bactrocera dorsalis
mampu membuat buah menjadi masak sebelum waktunya, busuk dan akhirnya
gugur. Kerusakan yang diakibatkan oleh lalat buah yaitu 5-30%, bahkan jika
2
terjadi ledakan hama atau ambang ekonomi dapat merusak secara total buah yang
dihasilkan. Kerusakan yang diakibatkan oleh hama tersebut sangat merugikan
petani dalam budidaya tanaman terutama tanaman untuk kegiatan ekspor-impor
tanaman pertanian.
Pengendalian secara mekanik fisik yang mudah dan murah untuk
mengendalikan lalat buah yaitu dengan menggunakan perangkap warna.
Perangkap warna yang terdiri dari plastik kuning, hijau, dan merah yang diberi
perekat dapat membuat serangga datang ke perangkap tersebut. Adanya
perangkap warna tersebut membuat serangga tidak dapat membedakan antara
tanaman inangnya. Perangkap yang biasanya diguankan untuk mengendalikan
lalat buah adalah perangkap kuning. Penggunaan perangkap ini sangat bermanfaat
bagi pertanian sehingga dapat mengurangi penggunaan insektisida sehingga dapat
menciptakan pertanian yang berkelanjutan.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu untuk membuat dan mengaplikasikan perangkap hama
berupa perangkap warna
2. Untuk mengetahui perkembangan populasi hama
3. Melatih mahasiswa mampu merakit perangkap hama, pengaplikasian serta
dapat menganalisis atau mengamati jenis hama yang terperangkap ke dalam
warna kuning.
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman hortikultura yang termasuk dalam keluarga tanaman
Solanaceae yaitu cabai, terong dan tomat. Cabai merah merupakan tanaman yang
sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari sehingga cabai
merah menjadi komoditas strategis. Cabai merah mengandung zat gizi yang
dibutuhkan manusia seperti vitamin A, vitamin C, karoten, zat besi, kalium,
kalsium, fosfor dan juga mengandung alkaloid seperti kapaicin, flavenoid, dan
minyak esensial. Kegiatan budidaya tanaman cabai tidak dapat lepas dari
kendala-kendala baik dari biotik maupun abiotik (Setiadi, 2006). Kendala yang
umum terjadi pada budidaya hortikultura adalah serangan lalat buah (Bactrocera
spp.) yang merupakan salah satu hama merugikan pada tanaman hortikultura di
dunia. Lalat buah dapat menyerang berbagai jenis tanaman hortikultura.
Saat ini untuk mengendalikan berbagai jenis hama maupun penyakit
menggunakan pestisida secara terus menerus yang nantinya akan berdampak
negatif terhadap kesehatan dan lingkungan maka untuk saat ini diperlukan konsep
PHT sebagai inovasi yang harus diterapkan dalam mengurangi pestisida.
Pengendalian hama terpadu merupakan upaya pengendalian populasi atau tingkat
serangan OPT dengan menggunakan berbagai teknik pengendalian yang
kompatibel dengan tetep memperhatikan faktor keseimbangan lingkungan.
Pengendalian hama terpadu menekankan pengelolaan ekosistem dengan
mengurangi penggunaan input kimiawi sintetik. Pengelolaan ekosistem
dimaksudkan agar tanaman dapat tumbuh sehat sehingga memiliki ketahanan
ekologis yang tinggi terhadap hama (Sari dkk., 2016). Teknologi Pengendalian
Hama Terpadu (PHT) dianggap sebagai teknologi yang tepat dan potensial untuk
mengendalikan hama sekaligus mengurangi resiko penggunaan pestisida yang
berbahaya bagi lingkungan. Konsep pengendalian hama terpadu mengutamakan
penggunaan musuh alami dalam mengendalikan populasi hama, apabila populasi
hama terlalu tinggi maka dianjurkan penggunaan pestisida dengan dosis yang
sesuai sehingga tidak merusak lingkungan (Gunawan dkk, 2015).
4
Perangkap kuning merupakan perangkap yang digunakan di atas
permukaan tanah. berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, jumlah serangga
yang paling banyak tertangkap adalah dengan menggunakan perangkap kuning
(yellow trap). Hal ini disebabkan karena serangga yang ada di areal pertanaman
adalah serangga yang aktif dari pagi hingga sore hari, sedangkan pada perangkap
jatuh yang dilakukan hanya sedikit jumlah serangga yang dapat tertangkap. Faktor
lain yang mempengaruhi diduga adalah warna perangkap yang digunakan
(Aryoudi dkk., 2015).
Spesies serangga menunjukkan daya tarik yang kuat terhadap warna
tertentu sehingga memungkinkan penggunaan perangkap sebagai monitoring
populasi hama. Pada hasil penelitian, diketahui bahwa serangga yang dipantau
pada lingkungan pertanian banyak ditemukan pada perangkap kuning. Perangkap
warna yang lengket (dengan penambahan lem) sering digunakan dalam bidang
pertanian. Diantara beberapa warna yang digunakan sebagai perangkap, pada
perangkap warna kuning ditemukan banyak serangga yang lengket/ melekat. Oleh
karena itu perangkap warna kuning lebih disarankan untuk pemantauan populasi
hama (Saeed et al, 2013).
Perangkap kuning cenderung lebih menarik bagi serangga karena warna
kuning membuat kontras antara trap dan latar belakang bidang. Pigmen kuning
memiliki respon positif diduga karena serangga tergolong aktif mencari meskipun
terdapat beberapa variasi berbeda (Idris et al, 2012). Perangkap kuning mampu
menangkap serangga hama lebih banyak dibandingkan perangkap yang lain. Hal
ini dikarenakan warna dan kekontrasan warna digunakan oleh serangga untuk
membedakan antara tanaman inang dengan lingkungan sekitar. Hama merusak
dapat melihat spektrum warna berbeda seperti warna kuning. Umumnya serangga
hanya mempunyai dua tipe pigmen penglihatan yaitu pigmen yang dapat
menangkap warna hijau dan kuning terang serta pigmen yang dapat menangkap
warna biru dan ultra violet (Goncalves and Oliveira, 2013).
5
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Teknologi Inovasi Produksi Pertanian acara “Pemanfaatan
Perangkap Kuning untuk Memantau Perkembangan Lalat Buah yang dilaksanakan
hari Sabtu tanggal 28 Oktober 2017 pada pukul 06.00 sampai dengan selesai,
bertempat di 3 lokasi berbeda yaitu Kranjingan, Sumbersari, Pakusari.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Ajir
2. Tali
3. Gelas Plastik
4. Kertas atau plastik kuning
3.2.2 Bahan
1. Lem
2. Perangkap kuning
3. Pertanaman cabai atau tembakau
3.3 Pelaksanaan Praktikum
1. Membentuk kelompok yang terdiri dari 5-10 mahasiswa
2. Mengambil perangkap kuning dari pabrikan untuk setiap kelompok
3. Membuat ajir setinggi kurang lebih setengah meter untuk tiap kelompok lalu
memasangnya di lahan tanaman tembakau
4. Memasang ajir dengan perangkap kuning dengan cara mengantungnya
5. Membiarkan perangkap selama lima hari kemudian mengamati jenis serangga
yang tertangkap dan jumlahnya seperti tabel berikut
6
Tabel 2.1 Pengamatan populasi hama yang tertangkap
No. Jenis hama tertangkap Jumlah (ekor)
1.
2.
3.
dst
Catatan : Menulis tanggal pengamatan dan tanggal pemasangan perangkap,
kelompok/kelas
3.4 Variabel Pengamatan
Variabel pengamatan yang diamati yaitu jumlah lalat bibit yang tertangkap
dari ketiga perlakuan yaitu perangkap kuning, hijau dan merah.
1.3 Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan praktikum selanjutnya akan di
analisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif
7
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Grafik hasil pengamatan jumlah hama terperangkap pada color trap tanaman
cabai
4.1.2 Grafik hasil pengamatan jumlah hama terperangkap pada color trap tanaman
terong
8
4.1.3 Grafik hasil pengamatan jumlah hama terperangkap pada color trap tanaman
Tomat
4.2 Pembahasan
Pada hasil praktikum penggunaan yello trap pada masing-masing lahan
yang di laksanakan di daerah jember. Pelaksanaan pengamatan yello trap
dilakukan pada -8,1621896 BT. 113,7175485 LS. Pada umumnya hama lalat
buah yang memiliki kebiasaan hidup pada daerah dengan ketinggian tertentu
sehingga pada pelaksanaan pengamatan lalat buah memiliki hasil yang berbeda
pada setiap trap pada daerah tertentu. Hama lalat buah memiliki prilaku dan
kebiasaan hidup yang berbeda-beda sehingga lalat buah di suatu daerah berbeda
dengan daerah lain, sehingga lalat buah yang hidup pada daerah dataran rendah
tidak bisa hidup di dataran tinggi dan sebaliknya (kardinan,2003).
Yellow trap atau perangkap kuning merupakan pengendalian serangga atau
hama yang dirancang berdasarkan kecenderungan serangga terhadap suatu warna
tertentu. Perangkap kuning telah dilumuri lem atau vaselin yang memiliki tujuan
untuk mengikat hama. Hama yang dapat diperangkap dengan hama ini antara lain
Aphids, kutu hijau, kutu daun, dan semua golongan serangga yang tertarik dengan
gelombang yang dipancarkan benda yang berwarna kuning. kemungkinan warna
kuning pada plastik dipilih karena lebih kontras dan mengkilap, sehingga hama
9
lebih tertarik dibandingkan jenis perangkap lainnya. Plastik kuning juga lebih
tahan terhadap hujan dan cahaya matahari, sehingga mengakibatkan lebih melekat
lebih awet atau lebih lama.
Hama yang banyak tertarik pada perangkap kuning diantaranya adalah
kutu, trips, ngengat, lalat buah, serta serangga lainnya yang juga tertarik pada
gelombang yang dipancarkan oleh warna kuning. Menurut Afrianto (1992),
perangkap kuning ampuh untuk memikat hama golongan aphid, kutu, ngengat,
dan tungau. Yi et al. (2012) juga menambahkan bahwa lalat buah, kutu daun,
ngengat, dan belalang merupakan contoh serangga hama yang tertarik pada
perangkap warna kuning. Dasarnya, serangga yang tertarik pada spektrum kuning-
hijau (500 – 600 nm) akan mendekati perangkap kuning.ketinggian dalam
penempatan perangkap kuning yang dibuat akan berpengaruh besar terhadap
jumlah serangga yang terperangkap. Ketinggian perangkap disesuaikan dengan
morfologi tanaman dan kondisi lahan.Perangkap kuning harus diletakan pada area
yang lapang dan lebih tinggi dari tanaman di sekitarnya.
Keberhasilan yellow trap sebagai salah satu metode pengendalian tidak
lepas dari peran faktor-faktor pendukung keberhasilan. Salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi keberhasilan pengaplikasian yellow trap adalah ketinggian
tempat. Yi et al. (2012), menambahkan bahwa ketinggian dalam penempatan
perangkap kuning yang dibuat akan berpengaruh besar terhadap jumlah serangga
yang terperangkap. Ketinggian perangkap disesuaikan dengan morfologi tanaman
dan kondisi lahan. Perangkap kuning harus diletakan pada area yang lapang dan
lebih tinggi dari tanaman di sekitarnya. Dalam praktikum ini, perangkap kuning
diletakkan sekitar 50 cm diatas permukaan tanah mengingat tanaman tembakau di
sekitarnya memiliki ketinggian lebih rendah.
Menurut Afrianto dan Liviawaty (1992), penggunaan perekat juga akan
berpengaruh pada efektifitas penangkapan serangga yang mendekat. Perekat harus
sering diperhatikan kondisinya, apabila perekat yang digunakan mulai luntur,
maka sebaiknya mulai dioleskan lagi pada permukaan perangkap. Pemilihan
perekat juga harus disesuaikan dengan kondisi lahan. Hal tersebut berkaitan
dengan daya tahan dan daya rekat zat yang digunakan, misalnya perekat lem yang
10
lebih tahan lama dan memiliki keampuan rekat yang tinggi dibandingkan dengan
penggunaan perekat berupa minyak atau oli yang mudah luntur dan kemungkinan
juga dapat merusak perangkap.
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan pada macam-macam
perlakuan dan komoditas yang berbeda menunjukkan serangga yang didapat juga
bermacam-macam. Komoditas tanaman cabai didominasi dengan serangga
cocinela pada hari ke 3 sedangkan pada hari ke 7 didominasi serangga yang
terperangkap yaitu lalat buah. Kedua hasil pengamatan dengan waktu yang
berbeda menunjukakan bahwa yellow trap yang mendominasi dalam keberhasilan
menarik serangga sedangkan untuk red trap dan green trap serangga yang
berhasil tertangkap tidaklah sebanyak dari yellow trap. Hal ini membuktikan
bahwa penggunaan yellow trap pada komoditas cabai lebih baik dibandingkan red
trap maupun green trap. Warna kuning merupakan warna yang paling cerah
dibandingkah warna-warna lainnya (Wulandari dkk., 2015). Perbedaan dari
keberhasilan memancing serangga yaitu bisa dikarenakan serangga pada tanaman
cabai lebih suka atau peka pada warna kuning dibandingkan dengan warna merah
atau hijau. Kendati demikian perbedaan tersebut bisa dikarenakan dari posisi atau
letak dari pemasangan trap yang dilakukan.
Terong merupakan tanaman semusim yang mempunyai warna didominasi
hijau, pada buah terong didominasi dengan warna ungu, kuning, atau hijau.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan bahwa pada hari ke 3 yellow
trap lebih mendominasi perolehan serangga dibandingkan dengan red trap
maupun green trap, serangga yang berhasil terperangkap pada yellow trap yaitu
walang sangit, belalang, dan Coccinella, sedangkan pada hari pengamatan ke 7
hasil perolehan serangga yang terperangkap terbanyak yaitu pada yellow trap dan
red trap. Kesimpulan sementara yellow trap lebih efektif pada komoditas terong
dibandingkan dengan red trap atau grenn trap. Hal tersebut bisa disebapkan oleh
perbedaan yang sangat mencolok dari tanaman terong itu sendiri yang memiliki
warna hijau dan color trap yang paling efektif yaitu berwarna kuning. Faktor lain
juga bisa disebabkan oleh kriteria warna yang disukai dari macam-macam
serangga yang telah terperangkap yang lebih menyukai warna kuning
11
dibandingkan dengan warna lainnya. Kuning lebih afektif dibandingkan dengan
warna-warna lainnya yaitu dikarenakan warna kuning memiliki spektrum warna
dengan panjang gelombang 500-600 nm yang disukai oleh serangga (Wulandari
dkk., 2015).
Color trap yang dilakukan pada komoditas tomat hasilnya hampir sama
dengan komoditas cabai dan komoditas terong, yang membedakan yaitu jumlah
serangga yang terperangkap. Berdasarkan hasil yang telah didapat bahwa color
trap berwarna kuning lebih efektif dibandingkan dengan warna merah atau hijau.
Pengamatan hari ke 3 didominasi oleh serangga lalat buah dikarenakan lalat buah
sangat menyukai warna kuning terutama warna kuning tua (Wulandari dkk.,
2015). Sedangkan pada pengamatan hari ke 7 paling banyak serangga yang
terperangkap yaitu kutu kebul dan Cyrtopeltis. Kesuksesan dalam melakukan
pengendalian menggunakan color trap yaitu harus memahami letak penempatan
yang strategis dimana serangga sering lalu-lalang.
12
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan mengenai perbedaan
efektifitas dari color trap dengan warna yang berbeda dan komoditas yang
berbeda dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Color trap merupakan teknik pengendalian OPT secara mekanik dengan
menggunakan warna yang disukai oleh serangga. Ada 3 macam warna yang
paling disukai oleh serangga sekaligus dapat dijadikan sebagai teknik
pengendalian menggunakan teknik color trap yaitu warna merah, hijau, dan
kuning.
2. Pada tanaman cabai color trap yang berhasil menjerat serangga paling banyak
yaitu warna kuning. Pada tanaman terong warna yang paling banyak menjerat
serangga yaitu warna kuning. Pada tanaman tomat warna yang paling afektif
dalam menjerat hama yaitu warna kuning.
3. Warna kuning mempunyai warna yang paling cerah dibandingkan dengan
warna-warna lainnya dan mempunyai spectrum panjang gelombang 500-600
nm yang kebanyakan serangga sangat menyukai.
5.2 Saran
Pada praktikum selanjutnya diharapkan praktikan lebih memperhatikan
dalam penempatan lokasi color trap pada tanaman agar memperoleh data yang
representatif.
13
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E., dan E. Liviawaty. 1992. Pengendalian Hama danPenyakitikan. Yogyakarta. Kasinus
Aryoudi, A., M. I. Pinem dan Marheni. 2015. Interaksi Tropik Jenis Serangga di atas Permukaan Tanah (Yellow Trap) dan pada Permukaan Tanah (Pitfall Trap) pada Tanaman Terung Belanda (Solanum betaceum Cav.) di Lapangan. Agroekoteknologi, 3(4): 1250-1258.
Goncalves, R. B. and P. S. Oliveira. 2013. Preliminary Results of Bowl Trapping Bees (Hymenoptera, Apoidea) in a Southern Brazil Forest Fragment. Insect Biodiversity, 1(2): 1-9.
Gunawan, C. S. E., G. Mudjiono dan L. P. Astuti. 2015. Kelimpahan Populasi Wereng Batang Coklat Nilaparvata lugens Stal. (Homoptera: Delphacidae) dan Laba-Laba Pada Budidaya Tanaman Padi dengan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu dan Konvensional. Hama Penyakit Tumbuhan, 3(1): 117-122.
Idris, A. B., S. A. N. Khalid and M. N. M. Roff. 2012. Effectiveness of Sticky Trap Designs and Colours in Trapping Alate Whitefly, Bemisia tabaci (Gennadius) (Hemiptera: Aleyrodidae). Trop. Agric, 35(1): 127-134.
Kardinan, A. 2003. Tanama Pengendali Lalat Buatr- Agromedi Pustaka. Jakarta.
Saeed, S., M. A. Amin, Q. Saeed and M. Farooq. 2013. Attraction of Idioscopus clypealis (Leith) (Cicadellidae: Homoptera) to Sticky Colored Traps in Mango Orchard. Plant Sciences, 4(1): 2275-2279.
Sari, N., A. Fatchiya dan P. Tjitropranoto. 2016. Tingkat Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Sayuran di Kenagarian Koto Tinggi Kabupaten Agam Sumatra Barat. Penyuluhan, 12(1): 15-30.
Setiadi.2006. Bertanam Cabai. Jakarta: Penebar Swadaya.
Wulandari, D. A., L. D. Saraswati dan Martini. 2015. Pengaruh Variasi Warna Kuning pada Fly Grill terhadap Kepadatan Lalat (Studi di Tempat Pelelangan Ikan Tambak Lorok Kota Semarang). Kesehatan Masyarakat, 3(3): 130-141.
Yi, Z., F. Jinchao, X. Dayuan, S. Weiguo, dan J. C. Axmacher. 2012. A Comparison of Terrestrial Arthropod Sampling Methods. Resources and Ecology, 3 (2): 174 – 182.
14
Lampiran koordinat:
15
16
Lampiran
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36