dks ddt
DESCRIPTION
sTRANSCRIPT
Laboratorium Hidrogeologi 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hidrogeologi merupakan ilmu mengenai batuan) merupakan bagian dari hidrologi
yang mempelajari penyebaran dan pergerakan air tanah dalam tanah dan batuan di kerak
Bumi. Airtanah atau air bawah permukaan adalah batasan yang digunakan untuk
menggambarkan semua air yang ditemukan di bawah permukaan tanah.
Desain Konstruksi Sumur atau yang sering dikenal dengan DKS merupakan
sebuah desain debit sumur yang direncanakan terutama untuk sumur produksi yang akan
dibuat, dengan memperhatikan data-data yang diperoleh pada daerah yang bersangkutan.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui potensi airtanah pada suatu daerah. Jika potensi air
tanah pada suatu daerah belum diketahui, maka pemboran dan konstruksi sumur tersebut
dilakukan dengan tujuan eksplorasi sumur uji.
Perencanaan konstruksi sumur dilakukan setelah diketahui kondisi
geohidrologinya secara teliti berdasarkan hasil penyelidikan baik yang berupa pemboran
eksplorasi beserta pengujiannya maupun dari data log bgeofisika. Dari perencanaan
konstruksi sumur yang tepat diharapkan dapat memanfaatkan airtanah secara
optimumdalam waktu yang cukup lama.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari pembuatan desain konstruksi sumur adalah :
Membuat rancangan sumur pemboran yang maksimal dan efektif
berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi.
Dapat menentukan harga yang efisen dan minimum untuk desain konstruksi
sumur yang berkualitas baik.
1.3 Alat dan Bahan
1. Lembar kerja yang memuat pemerian contoh cutting dan log geofisika
2. Tabel daftar harga material konstruksi
3. Alat tulis
4. Pensil warna
5. penggaris
Nama : Abriyan Ade SetiawanNim : 111.120.096Plug : 5 Page 1
Laboratorium Hidrogeologi 2015
1.4 Langkah Kerja
1. Sediakan alat dan bahan
2. Menghitung Cutoff
3. Menentukan batas litologi pada log sumur berdasarkan ciri-ciri kurva masing-
masing log
4. Membuat kedalam sumur
5. Menuliskan pemberian pada kolom pemberian
6. Selanjutnya membuat desain konstruksi sumur pada tempat yang tersedia
7. Pertama buat diameter pipa jambang dengan diameter outter 12” dan inner 10”
8. Setelah itu buat diameter pipa coloum sebesar 1 cm, sedalam 27 mseteralah itu
membuat pompa submersible
9. Membuat reducer pada akuifer kedua di lapisan impermeable (batulempung)
sepanjang 2 m
10. Setelah membuat reducer kemuadian dibawah nya itu kita menyusungravel pack
nya sampai bagian paling bawah sumur
11. Dan pada dasar sumur kita memasang bottom cup (batuan sedimen)
Nama : Abriyan Ade SetiawanNim : 111.120.096Plug : 5 Page 2
Laboratorium Hidrogeologi 2015
BAB II
DASAR TEORI
II.1 Desain Konstruksi Sumur
Debit sumur yang direncanakan dimaksud bagi sumur produksi yang akan
dibuat dimana sebelumnya telah diperoleh data-data potensi air tanah dilokasi atau di
daerah yang bersngkutan. Bagi lokasi yang potensi air tanahnya belum diketahui,
pemboran dan konstruksi sumur yang dilaksanakan umumnya ditunjukkan untuk
kegiatan eksplorasi berupa sumur uji (tess well), sehingga diameter casing, saringan dan
lubang bor cukup diantisipasi berdasrkan evaluasi data-data yang tersedia. Aspek
perencanaan debit pemompaan sumur dalam tahapan desain konstruksi terutama ditinjau
atas dasar diameter pompa selam (subsemersible pump) yang lasim tersedia di pasaran,
disamping kecepatan maksimum aliran air ke atas yang diizinkan dalampipa untuk
memperkecil nilai gesek (friction losses).
Untuk dapat merencanakan / mendesain kontruksi sumur yang lebih baik perlu
tersedianya beberapa informasi data pemboran antara lain :
a. Lokasi, kedalaman, serta ketebalan aquifer
b. Jenis litologi formasi yang ditembus dan kondisi aquifer
c. Muka airtanah (piezometric level) dan kualitas air tanah
Hal-hal tersebut dapat diperoleh dari data yang direkam selama pemboran, berupa :
Diskripsi contoh pemboran (cutting)
Rekam kecepatan laju pemboran
Pengujian Geofisika lubang bor
Analisa ayakan butiran penyusun aquifer
Pengamatan muka air tanah selama pemboran
Rekaman data “circulation losses” jika ada
Data perubahan warna Lumpur pemboran
Catatan jumlah pemakaian campuran lumpur (poly meric) dan rekaman data
pemantauan viskositas dan densitas lumpur bor
Pengukuran dan peninjauan lubang bor lainnya.
Nama : Abriyan Ade SetiawanNim : 111.120.096Plug : 5 Page 3
Laboratorium Hidrogeologi 2015
II.2 Akuifer
Keberadaan airtanah dikontrol oleh sejarah dan kondisi geologi, deliniasi dan
kondisi batas tanah dan formasi batuan di suatu wilayah dimana air mengalami perkolasi.
Faktor lain yang berpengaruh adalah aktivitas dan iklim lingkungan sekitarnya, baik
secara alami maupun dipengaruhi oleh manusia. Jika airtanah tersebut secara ekonomi
dapat dikembangkan dan jumlahnya mencukupi untuk keperluan manusia, maka formasi
atau keadaan tersebut dinamakan lapisan pembawa air atau akuifer baik berupa formasi
tanah, batuan atau keduanya.
Akuifer adalah lapisan batuan dibawah permukaan tanah yang mengandung
air dan dapat dirembesi air. Akuifer adalah formasi geologi atau grup formasi yang
mengandung air dan secara signifikan mampu mengalirkan air melalui kondisi alaminya.
Batasan lain yang digunakan adalah reservoir air tanah, lapisan pembawa air. Todd
(1955) menyatakan bahwa akuifer berasal dari Bahasa Latin yaitu aqui dari aqua yang
berarti air dan ferre yang berarti membawa, jadi akuifer adalah lapisan pembawa air.
Macam-macam akuifer diantaranya:
1. Aquifer Tertekan (Confined Aquifer)
Aquifer Tertekan adalah aquifer yang dibatasi dibagian atasnya dan bawahnya
oleh lapisan kedap air,muka air tanahnya disebut pisometrik yang mempunyai tekanan
lebih besar dari pada tekanan udara luar.
2. Aquifer Setengah Tertekan (Semi Confined Aquifer)
Aquifer Setengah Tertekan adalah suatu aquifer yang dibagian atasnya
dibatasi oleh lapisan dan pada bagian bawahnya dibatasi oleh lapisan kedap air ini
disebut sebagai muka pesometrik,yang pada biasanya mempunyai tekanan udara yang
lebih besar daripada tekanan udarea yang berada disampingnya,biasanya terjadi
bocoran dan pada lapisan atasnya.
3. Aquifer Bebas (Unconfined Aquifer)
Aquifer Bebas adalah aquifer yang dibatasi oleh dibagian atasnya oleh muka
air tertekan sama dengan tekanan udara luar dan dibagian bawahnya dibatasi oleh
lapisan kedap air.
Nama : Abriyan Ade SetiawanNim : 111.120.096Plug : 5 Page 4
Laboratorium Hidrogeologi 2015
II.3 Interpretasi Log Geofisika dalam Desain Konstruksi Sumur
Jenis-jenis log yang digunakan antara lain :
1. Log Gamma Ray (GR )
Dalam analisa kualitatif, log Gamma Ray (GR Log) dapat digunakan untuk
identifikasi dan korelasi litologi serta estimasi tingkat kelempungan, karena
prinsip kerjanya yang mengukur tingkat radioaktivitas alami (sinar gamma) dari
unsur-unsur tertentu pada mineral mika, glaukonit, dan potasium feldspar, yang
umum ditemukan pada batu serpih (shale) dan lempung (clay). Secara umum
(konvensional), kegiatan eksplorasi dilakukan untuk mencari hidrokarbon pada
batuan reservoar yang memiliki porositas dan permeabilitas yang baik, yaitu
batupasir dan batugamping. Karena karakteristik batu serpih dan lempung yang
memiliki porositas dan permeabilitas yang kecil (kemudian dianggap sebagai
batuan non-reservoar), dan bersifat “menyerpih” dalam suatu tubuh batuan, maka
dengan analisa log Gamma Ray ini dapat dilakukan identifikasi litologi,
membedakan zona reservoar dengan zona non-reservoar.
2. Log Spontaneus Potensial (SP)
Dari prinsip kerjanya, log SP ini dapat digunakan untuk identifikasi batuan
permeable, identifikasi lapisan serpih (non-reservoar) dan non-serpih (reservoar),
membantu korelasi litologi, dan menghitung nilai salinitas fluida formasi (Rw).
Pengukurannya berdasarkan adanya beda potensial karena perbedaan salinitas
antara lumpur pemboran (Rmf) dengan fluida formasi (Rw), dimana pada
dasarnya nilai salinitas berbanding terbalik dengan resistivitas.
Dalam interpretasinya, apabila data log SP menunjukkan kurva lurus (tidak
ada perubahan nilai) maka mengindikasikan salinitas fluida formasi sama dengan
salinitas lumpur pemboran, atau dapat juga sebagai indikasi lapisan batuan yang
pejal (tight) atau impermeable. Sedangkan apabila terdapat defleksi
grafik/perubahan nilai log SP, maka menunjukkan adanya perbedaan salinitas,
adanya lapisan batuan permeable, dan dapat diasumsikan sebagai reservoar. Dan
apabila lapisan permable tersebut mengandung saline water maka nilai Rw <<
Rmf, dan akan terjadi perubahan nilai SP yang negatif, sedangkan lapisan yang
mengandung fresh water memiliki nilai Rw >> Rmf, mengakibatkan perubahan
nilai SP positif.
Nama : Abriyan Ade SetiawanNim : 111.120.096Plug : 5 Page 5
Laboratorium Hidrogeologi 2015
3. Log Resistivitas
Log Resistivitas dapat digunakan untuk membedakan lapisan reservoar dan
non-reservoar, identifikasi jenis fluida (air formasi dan hidrokarbon) dan batas
kontak fluidanya, menghitung nilai resistivitas air formasi dan salinitas air
formasi.
Terdapat dua macam pengukuran log resistivitas, yaitu Lateral Log; meliputi
Lateralog Deep (LLD), Lateralog Shallow (LLS), Micro Spherically Focused Log
(MSFL), dan Induction Log; yang meliputi Inductionlog Deep (ILD),
Inductionlog Shallow (ILS), Micro Spherically Focused (MFS). Mengacu dari
adanya perbedaan zona di sekitar dinding lubang pemboran, zona terinvasi dapat
terindikasi dari rekaman log MSFL atau SFL. Sedangkan untuk zona transisi dapat
terindikasi dari rekaman log LLS atau ILM. Untuk zona jauh dapat terbaca dari
log LLD atau ILD.
Dalam teknik interpretasinya, analisa log resistivitas, utamanya adalah untuk
mengetahui indikasi batuan yang porous dan permeable yang mengandung fluida
hidrokarbon atau air. Nilai-nilai LLD/ILD, LLS/ILS, dan MSFL umumnya
ditampilkan pada satu kolom grafik, dab berdasarkan karakteristik grafiknya,
indikasi hidrokarbon ditunjukkan oleh adanya perubahan nilai/defleksi grafik
LLD/ILD yang relatif berada di kanan terhadap defleksi grafik LLS/ILM dan
MSFL. Sedangkan defleksi grafik LLD yang relatif lebih negatif terhadap
LLS/ILM dan MSFL akan mengindikasikan adanya kandungan fluida air. Namun
apabila ketiga grafik tersebut menunjukkan grafik yang saling berhimpit tanpa
adanya separasi yang jelas maka dapat mengindikasikan suatu zona yang
impermeable atau tight.
Nama : Abriyan Ade SetiawanNim : 111.120.096Plug : 5 Page 6
Laboratorium Hidrogeologi 2015
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Penjalasan Umum
Desain Konstruksi Sumur ini dilakukan di Desa Kaligending Etan. Untuk mengetahui
lithologi dibawah permukaan digunakan data geofisika berupa data logging. Dari intepretasi
data log yang didapatkan, diketahui bawah lithologi dibawah permukaan terdiri atas soil,
batulempung dan batupasir.
Dari data yang diinterpretasi didapatkan 5 akuifer dengan lithologi batupasir.
Pembuatan desain konstruksi sumur ini dilakukan hingga kedalaman 189,3 m.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dan selanjutnya dapat dianalisa berkaitan
dengan konstruksi sumur, diantaranya ialah :
a. Penentuan penampang yang panjang dan screen
Pemasangan screen di sesuaikan dengan jenis aquifer dimana pada kasus yang
praktikan temui bahwa didapatkan jenis akuifer tertekan dimana pemasangan screen
dilakukan sepanjang 90-95% dari panjang lapisan akuifer. Akan tetapi 90-95% dari
keluruhan panjang akuifer hanya dapat di screen sepanjang 4 m dan kelipatanya.
b. Penentuan penempatan pompa Submersible
Agar air yang diambil efisien dan memiliki jangka produksi lama maka pemasangan
pompa dirasa sangat perlu diperhatikan . Pemasangan pompa dilakukan dibawah batas
air pada saat kemarau dan tidak terlalu kedalam untuk mengoptimalkan kinerja pompa
dan agar tidak menggangu dalam proses penyodotan. Jika muka air kering 22m maka
pompa hendanya dipasang di bawah dari 22m.
c. Penggunaan Metoda Reaming
Tujuan menggunakan metoda reaming atau pelebaran adalah reming \berfungsi
sebagai tempat akumulasi air yang terpompa dan keluar dari lubang bor tetapi belum
mencapai permukaan. Sehingga reaming Dapat dikatakan sebagai tempat penampungan
air yang bersifat sementara sebelum dikeluarkan dari alat-alat pemboran, atau dikatakan
bahwa reiming dapat disebut sebagai tempat penenampungan air sementara.
d. Jenis Akuifer
Pada lokasi pemboran, litologi yang menyusun daerah tersebut terdiri dari tiga litologi
soil, batulempung, dan batu pasir . Dari tiga lithologi yang terdapat di daerah batu pasir
merupakan lapisan prospek untuk menjadi akuifer pada daerah telitian.
Nama : Abriyan Ade SetiawanNim : 111.120.096Plug : 5 Page 7
Laboratorium Hidrogeologi 2015
e. Penentuan pemasangan Gravel Pack
Gravel Pack Adalah kerikil pembalut yang materialnya adalah material
formasi batuan itu sendiri jadi tidak diisikan dari luar kerikil ini diperoleh dari hasil
pengembangan sumur sehingga material yang halus terusir keluar. Kerikil pembalut ini
dipakai pada sumur yang selisih garis tengah lobang bor
Fungsinya yaitu untuk menahan material halus dari akuifer agar tidak masuk
kedalam lubang sumur untuk memperoleh tekanan minimum pada daerah sekeliling
saringan sumur dan sebagai material pewndukung lunbang bor agar formasi batuan tidak
runtuh dan menghimpit pipa instalansi sumur bor untuk mendapatkan aliran
tanah.dengan pipa relative kecil. Disini yang penting adalah memperhatikan kesesuaian
lebar lubang sering dengan distribusi ukuran butir akuifer Pada akifer bebas maupun
semi bebas, screen dipasang pada bagian bawah akuifer dengan panjang 1/3 tebal
akuifer. Sedangkan pada akuifer tertekan maupun semi tertekan, panjang yang dipasang
adalah 75% dari tebal akuifer. Kemudian, penempatan screen pada akuifer dimaksudkan
untuk pengendalian mutu air tanah dan kemampuan sumur dalam menyerap air tanah.
Dengan penempatan tersebut, diharapkan kualitas air tanah dapat terjaga.
f. Penentuan pemasangan Grouting
Grouting adalah penyemenan dimaksudkan untuk memperkuat kedudukan pipa
konstruksi menghindarkan kontaminasi sumber-sumber air yang tidak
diinginkan(akuifer yang dipakai warga) tersedot serta. Pemasangan grouting dilakukan
pada lithologi –lithologi yang tidak berfungsi sebagai akifer seperti lempung ataupun
pada lithologi mengandung air asin atau air payau serta akuifer yang tidak di screen.
Pada rencana pemboran sumur Suka Seturan, terdapat sumur dengan kedalaman
166,7 m dengan panjang akuifer (dalam hal ini batupasir) 83,4 m. Muka air tanah hujan
pada sumur ini 15 m dan muka air tanah kemaraunya 16 m. Jenis akuifer yang terdapat
dalam sumur ini adalah akuifer tertekan (confined akuifer), dimana akuifer (batupasir)
dibatasi oleh litologi batulempung.
Nama : Abriyan Ade SetiawanNim : 111.120.096Plug : 5 Page 8
Laboratorium Hidrogeologi 2015
3. 2 Daftar Harga Peralatan
No Jenis alat Satuan Harga Satuan (Rp)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pipa jambang Black steel diameter 10”
tebal 6mm lengkap dengan centralizer
Reducer dari 10” ke 8”
Pipa black steel diameter 8” tebal 5,84 mm
Lengkap dengan centralizer/ chasing
Pipa saringan diameter 8” stainlessteel
wire wound continous slot size 1,5mm
dengan minimum opening area 30 %
Filter pack ukuran 2-10mm
Penyemenan/grouting
Bottom cone besi diameter 8”
Pipa coloum medium GIP diameter 4”
Pompa submersible untuk debit 5-10
liter/detik dan head 150-200 m dan power
15 KW
Meter
Per buah
Meter
Per 4 meter
Meter3
Meter3
Per buah
Per Meter
Perbuah
650.000,-
900.000,-
550.000,-
1.200.000,-
400.500,-
450.000,-
400.000,-
300.000,-
88.000.000,-
3. 3 Perhitungan Anggaran Biaya
Nama : Abriyan Ade SetiawanNim : 111.120.096Plug : 5 Page 9
Laboratorium Hidrogeologi 2015
1. Pipa Jambang
Panjang pipa jambang : 37,5 meter
Harga/satuan : Rp 650.000,00
Harga total : 37,5 m x Rp 650.000,00 = Rp 24.375.000,00
2. Reducer 10” ke 8”
Yang dibutuhkan : 1 buah
Harga / satuan : Rp 900.000,00
Harga total : 1 . Rp 900.000,00 = Rp 900.000,00
3. Pipa black steel 8” tebal 5,84mm + centralizer
Panjang casing total : 68,3 m
Harga/ satuan : Rp 550.000,00
Harga total : 68,3 m x Rp 550.000,00 = Rp 37.565.000,00
4. Screen
Panjang screen : 20
Harga/satuan : Rp 1.200.000,00
Harga total : 20 x Rp 1.200.000,00 = Rp 24.000.000,00
5. Volume filter pack
D1 = 10 inchi = 0,254 m r 1= 0,127 m
D2 = 8 inchi = 0,2032 m r2 = 0.1016 m
Volume = πr21t - πr2
2t
= 3,14 x t (r 12 - r2
2 )
= 3,14 x 80,2m ( 0,1272 – 0,10162)
= 1,4622 m3
Harga /m3 = Rp 400.500,00
Harga total = 1,4622m3 x Rp 400.500,00 = Rp 585.611,00
6. Volume grouting
Nama : Abriyan Ade SetiawanNim : 111.120.096Plug : 5 Page 10
Laboratorium Hidrogeologi 2015
- Volume grouting pada pipa jambang
D1 = 12 inchi = 0,3048m r1 = 0,1502 m
D2 = 8 inchi = 0,2032 m r2 = 0.1016 m
Volume = πr21t - πr2
2t
= 3,14 x t (r 12 - r2
2 )
= 3,14 x 37,6 m ( 0,1522 – 0,1272)
= 0,8234 m3
Harga /m3 = Rp 450.000,00
Harga total = 0,8234 m3 x Rp 450.000,00 = Rp 370.530,00
- Volume grouting 8”-10”
D1 = 10 inchi = 0,254 m r 1= 0,127 m
D2 = 8 inchi = 0,2032 m r2 = 0.1016 m
Volume = πr21t - πr2
2t
= 3,14 x t (r 12 - r2
2 )
= 3,14 x 68,1m ( 0,1272 – 0,10162)
= 1,24 m3
Harga /m3 = Rp 400.500,00
Harga total = 1,24 m3 x Rp 400.500,00 = Rp 496.620,00
7. Bottom cup 8 “
Yang dibutuhkan : 1 buah
Harga / satuan : Rp 400.000,00
Harga total : 1 x Rp 400.000,00 = Rp 400.000,00
8. Pipa Coloum medium GIP 4”
Panjang terukur : 20 m
Harga/satuan : Rp 300.000,00
Harga total : 20m x Rp 300.000,00 = Rp 6.000.000,00
9. Pompa submersible
Yang dibutuhkan : 1 buah
Harga / satuan : Rp 88.000.000,00
Harga total : 1 x Rp 88.000.000,00 = Rp 88.000.000,00
Jadi, total yang dibutuhkan untuk rekonstruksi sumur :
Nama : Abriyan Ade SetiawanNim : 111.120.096Plug : 5 Page 11
Laboratorium Hidrogeologi 2015
Pipa Jambang Rp 24.375.000
Reducer 10” ke 8” Rp 900.000
Casing/pipa black stell 8” tebal 5,84mm + centralizer Rp 37.565.000
Screen Rp 24.000.000
Filter pack Rp 585.611
Volume grouting pada pipa jambang Rp 362.655
Volume grouting 8”-10” Rp 496.620
Bottom cup 8 “ Rp 400.000
Pipa Coloum medium GIP 4” Rp 6.000.000
Pompa submersible Rp 88.000.000
TOTAL Rp 182.684.886
BAB IV
Nama : Abriyan Ade SetiawanNim : 111.120.096Plug : 5 Page 12
Laboratorium Hidrogeologi 2015
KESIMPULAN
Pada rencana pemboran sumur di desa Kaligeding Etan, terdapat sumur dengan
kedalaman 189,3 m dengan akuifer berupa batupasir. Muka air tanah hujan pada sumur ini 15
m dan muka air tanah kemaraunya 18 m. Jenis akuifer yang terdapat dalam sumur ini adalah
akuifer tertekan (confined akuifer), dimana akuifer (batupasir) dibatasi oleh litologi
batulempung.
Grouting dimaksudkan untuk memperkuat kedudukan pipa konstruksi menghindarkan
kontaminasi sumber-sumber air yang tidak diinginkan(akuifer yang dipakai warga) tersedot
serta. Pemasangan grouting dilakukan pada lithologi –lithologi yang tidak berfungsi sebagai
akifer seperti lempung ataupun pada lithologi mengandung air asin atau air payau serta
akuifer yang tidak di screen
Desain konstruksi sumur dibuat seefisien mungkin sehingga keluar kebutuhan biaya
sebesar Rp 182.684.886
Nama : Abriyan Ade SetiawanNim : 111.120.096Plug : 5 Page 13
Laboratorium Hidrogeologi 2015
Nama : Abriyan Ade SetiawanNim : 111.120.096Plug : 5 Page 14