cerita dari tumaritis -...

63

Upload: phamnhi

Post on 26-May-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung
Page 2: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

Ceritadari Tumaritis

Cerita Anak: Farid Ibnu Wahid

Kementerian Pendidikan dan KebudayaanBadan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

2018

Page 3: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

Cerita dari TumaritisPenulis: Farid Ibnu Wahid

Ilustrasi:Alessandri Desyaumi

Tata letak dan CoverDesma Yuliadi Saputra

Diterbitkan pada tahun 2018 olehBadan Pengembangan dan Pembinaan BahasaJalan Daksinapati Barat IVRawamangunJakarta Timur

ISBN9786024375072

Hak Cipta Dilindungi Undang-undangIsi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya,dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpaizin tertulis dari penerbit, kecuali dalam halpengutipan untuk keperluan penulisan artikel ataukarangan ilmiah.

Page 4: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

iiiFarid Ibnu Wahid

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt.karena atas ridho dan nikmatNya lah Cerita Anak

yang berjudul Cerita dari Tumaritis ini dapat selesai.Salawat dan salam kepada nabi Muhammad Saw. yangtelah membawa kita dari Zaman gelap gulita ke zamanterang benderang.

Buku Cerita Anak yang berjudul Cerita dariTumaritis adalah sebuah cerita yang menggambarkankehidupan anak-anak di kampung Tumaritis yangterletak di punggung gunung Pulosari. Dunia anak danpengalamannya terlihat di cerita ini. Terutama penga-laman Tiga Sahabat, yaitu Dadang, Sobri, dan Udin.

Penulis sadar kesempurnaan hanya milik Rab. Untukitu sumbang saran demi kebaikan buku cerita ini,sehingga dapat dibaca oleh anak-anak sangat di tunggu.

Prakata

Page 5: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

iv Cerita dari Tumaritis

Terakhir penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-benarnya kepada semua pihak yang telah memotivasidan memberi kesempatan untuk selesainya buku ceritaanak ini.

Pulosari, Mei 2018

Penulis

Page 6: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

vFarid Ibnu Wahid

Prakata iiiDaftar Isi v

Kampung Tumaritis 1Tiga Sahabat 5Berkunjung ke Rumah Paman 9Ulang Tahun Mila 15Malam yang Mencekam 19Kang Dodi 23Pasukan Ciparalun 31

Glosarium 37Biodota Penulis 39Biodota Ilustrator 41

Daftar Isi

Page 7: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

vi Cerita dari Tumaritis

Page 8: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung
Page 9: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung
Page 10: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

1Farid Ibnu Wahid

Kampung Tumaritis terletak di punggung gunungPulosari. Letak perkampungannya memanjang ke

atas. Bila dilihat dari atas, kampung Tumaritis sepertibentuk tangga yang menurun, sedangkan ketika dilihatdari kaki gunung, kampung Tumaritis seperti bentuktangan yang sedang menggapai puncak Pulosari. Penuhharapan. Seperti orang-orang Tumaritis yang terusmenggantungkan harapan di punggung Pulosari.

Hampir semua orang kampung Tumaritis bekerjasebagai petani ladang, beberapa berkebun, dan sebagianpemudanya pergi mencari nafkah di ibukota Jakarta.

Sore itu adalah hari minggu. Matahari sudah beradadi balik puncak Pulosari, sinarnya sudah tidak terasadan membuat bayangan yang panjang ketika benda ter-kena sinarnya. Hampir semua anak-anak sudah ber-kumpul di lapangan. Setiap sore anak-anak berkumpuldan bermain bola di lapangan pinggir kampungTumaritis.

Kampung Tumaritis

Page 11: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

2 Cerita dari Tumaritis

Anak-anak akan menghabiskan setiap sore bermainbola sambil berteriak, tertawa, dan lari-larian. Dengantelanjang dada mereka lari ke timur, lari ke barat, keselatan, dan ke utara mengejar bola, saling tendang,saling senggol. Terus bekejar-kejaran tak peduli walauada teman yang jatuh tersandung.

Seperti sore itu tiga sahabat sedang bermain boladengan anak-anak seusianya di lapang. Tiga sahabat ituadalah Dadang, Sobri, dan Udin. Mereka masih sekolahdi SD kelas lima. Usia mereka sekitar 11 tahun. Merekaadalah asli anak kampung Tumaritis, seperti anak-anakyang lain yang berkumpul di lapangan untuk bermainbola.

“Dadaaaang...! Ayooo dong bangun, jangan tidurandi lapangan!” ujar Sobri sambil terus mengejar bola.Sementara teman yang lain membalas dengan teriakandan tertawa.

“Kasih selimut sekalian biar tidur nyenyak...” teriakUdin di bawah mistar gawang, sambil tertawa puas.

“Iyaaa...!” jawab Dadang, sambil berlahan bangundan ikut mengejar bola kembali.

Anak-anak terus berlari mengejar kemana arahbola pergi. Tak mengenal lelah atau pun capai.

“Anak-anak...! sudah sore....” teriak wa Kumis, sambilterus berjalan di pinggir lapangan. Tanganya sibukmemperbaiki pikulanya yang berat sebelah.

“Iyaa... Wa...!” jawab anak-anak hampir serempak.Wa Kumis terus berjalan menuju kampung Tumaritis

meninggalkan anak-anak di lapang.

Page 12: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

3Farid Ibnu Wahid

“Sudahan....yu....!” teriak Dadang sambil ke pinggirmengambil baju.

“Iya, sudah sore! Sebentar lagi Magrib ,” tambahUdin sambil mengikuti Dadang mengambil bajunya dipinggir lapangan.

“Teman-teman... sebelum pulang ayo kita mandi disungai Ciparalun!” ajak Udin.

“Wow.....Ciparalun! airnya pasti membuat tubuhsegar.... dingiiiin... segarrrrr!” jawab beberapa anaksambil berlari kecil menuju sungai Ciparalun yang takbegitu jauh.

Sesampainya di tepi sungai Ciparalun, hampirserempak semuanya membuka baju dan celana. Tapiketika sedang berebut akan loncat ke sungai, tiba-tibaDadang berteriak.

“Teman-teman.... nanti dulu! Ingat pesan pak Yono,guru jasmani di sekolah, kalau badan berkeringatjangan dulu mandi. Tunggu keringatnya sampai kering.Nanti sakit,” kata Dadang sambil mengibas-ngibasbajunya mengeringkan keringat.

Teman-teman Dadang menurut, ingat pesan gurumereka, kalau badan masih berkeringat jangan lang-sung mandi, tapi tunggu sampai kering dahulu. Ketikadirasa keringat sudah kering, Dadang dan teman-temannya saling berebut meloncat ke Ciparalun sambilberteriak sekencang-kencangnya.

Mereka berenang, saling mengejar, bercanda salingmenenggelamkan. Ada juga beberapa anak bermainkucing-kucingan. Mereka bergembira dan merasa

Page 13: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

4 Cerita dari Tumaritis

beruntung hidup di kampung Tumaritis di punggunggunung Pulosari yang masih asri. Sebelum bedugMagrib Dadang dan teman-temannya sudah berada dirumah masing-masing. Mereka menuju mushola kam-pung Tumaritis untuk salat Magrib dan selanjutnyamengaji. [*]

Page 14: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung
Page 15: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung
Page 16: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

5Farid Ibnu Wahid

Sejuknya alam pegunungan Pulosari menjadikankampung Tumaritis tempat yang paling asyik me-

nikmati pagi. Sinar matahari langsung lurus menembusdan menyinari seluruh daerah kampung Tumaritis.Sinar matahari pagi yang langsung mengenai kulitmenjadikan badan hangat dan segar.

Penduduk kampung Tumaritis sudah terbiasabangun dan memulai aktivitasnya sejak pagi hari.Mereka pergi ke landang, kebun, atau kehutan untukmencari kayu bakar. Sedangkan anak-anak bergegaspergi ke sekolah.

Jarak kampung Tumaritis dengan sekolah sekitar2 KM. Perjalanan melintasi pesawahan dan biasanyaanak-anak berjalan berbaris menelusuri pematangsawah. Seperti pagi itu, Dadang dan sahabatnya, Udindan Sobri sudah berangkat ke sekolah menyusuri pe-matang sawah. Tak berapa jauh di depan dan belakangmereka, berjalan anak-anak yang lain dengan tujuan

Tiga Sahabat

Page 17: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

6 Cerita dari Tumaritis

yang sama, ke sekolah.Sinar matahari membuat bayangan Dadang dan

anak-anak yang lainnya seperti memanjang dan terlihatlebih panjang. Mereka adalah anak-anak yang palinggembira, anak-anak yang lepas menyambut harapan-nya. Namun di kepala mereka, terhampar harapan dancita-cita yang mulia.

“Dang, sepulang sekolah kita main ke rumah H.Endi, yu...!” ajak Sobri.

“Iya, Dang... saya dengar kang Dodi anaknya H.Endi datang dari kota,” sambung Udin.

Dadang hanya diam. Dia teringat dengan janjiayahnya. Bahwa nanti sore Dadang diajak ayah untukberkunjung ke rumah pamannya di Serang. Jarak darirumah Dadang kampung Tumaritis ke rumah paman-nya di Serang sekitar 28 KM. Dadang akan berkunjungke rumah paman naik sepeda motor dengan ayah. Kataayah, paman yang di Serang akan ada perayaan MaulidNabi Muhammad, SAW. Kata paman perayaan mauliddi Serang sangat berbeda dengan perayaan maulid nabidi kampung Tumaritis. Dadang sangat ingin tahu peraya-an maulid Nabi di Serang, sehingga Dadang memintaantar ayahnya untuk berkunjung ke rumah paman.

“Aku tidak bisa,” jawab Dadang pendek.“Wah...wah... kenapa teman kita ini,” goda Sobri.“Iya, Dang… biasanya kamu yang paling semangat

bertamu ke rumah H. Endi, apa lagi bila kang Dodidatang dari kota,” desak Udin.

Page 18: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

7Farid Ibnu Wahid

“Aku ada janji dengan ayah, kami akan berkunjungke rumah paman di Serang”.

“Wah... teman kita sudah punya rencana untukliburan besok! Padahal bertemu dan mendengarkancerita kang Dodi asyik juga ya....” ujar Sobri.

“Iya, aku tahu akan banyak cerita dan pengetahuanbaru yang akan diceritakan oleh kang Dodi, tapi akusudah berjanji akan mengunjungi paman liburanbesok,” balas Dadang.

“Apa yang akan kau lakukan disana?” tanya Udinmenyelidiki.

“Paman akan memperingati maulid NabiMuhammad Saw. dan kata paman perayaan maulid diSerang sangat meriah. Banyak makanan yang dihias.Ada panjang1 yang dibuat menyerupai berbagai bentuk.Pokoknya meriah sekali. Untuk itu aku ingin melihat-nya besok,” Dadang menerangkan.

“Wah menarik juga, kau harus ceritakan nantikepada kita,” pinta Udin.

“Santai aku akan ceritakan semuanya kepada kalian,tapi sore dan esok aku tak bisa ke rumah H. Endi,”jawab Dadang.

“Tak mengapa, kami maafkan, kok,” goda Sobri.“Oh... iya, jangan lupa juga kalian ceritakan penga-

laman bertemu kang Dodi,” pinta Dadang.“Santai aku akan ceritakan semuanya kepada kau,”

jawab Udin sambil menirukan kata-kata Dadang.“Hahahaha... Hahaha....!”Mereka tertawa bertiga bersama-sama.

Page 19: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

8 Cerita dari Tumaritis

Jarak sekolah sudah dekat. Bahkan beberapa anakyang berangkat berbarengan sudah sampai di halamansekolah. Dadang dan sahabatnya seperti mempercepatlangkahnya untuk sampai di sekolah.

Di halaman sekolah mereka disambut benderamerah putih yang terus berkibar dengan gagah diembusangin. Awan pagi ditiup angin berlahan menuju utara.Warnannya yang putih menyerupai kumpulan kapasyang melayang di langit yang biru. Suara dan candaanak-anak di sekolah membuat hari itu terasa ceriadan bahagia.

Teng... teng... teng.... Tanda sekolah sudah masuk.Murid-murid berlarian menuju kelas mereka masing-masing. Sayup-sayup terdengar doa. Bertanda pelajar-an akan dimulai. Semua murid siap menerima pelajaranhari ini. Untuk bekal di hari kelak. [*]

Page 20: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung
Page 21: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung
Page 22: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

9Farid Ibnu Wahid

Setibanya di rumah, Dadang langsung melepas se-ragamnya. Lalu mencuci kaki dan tangannya. Di mejamakan sudah menunggu ayah, ibu, dan si bungsu, Mila.Kemudian Dadang dipersilakan makan oleh ibu.

“Dadang, ayo makan siang dulu, nak,”“Iya, bu,” jawab dadang sambil menghampiri meja

makan.Mereka makan siang bersama. Setelah selesai

makan, kemudian ayah menyuruh Dadang salat Duhur.“Dang, kamu sudah salat duhur? Kalau belum salat

dulu sambil berkemas, setelah agak dingin kitaberangkat ke rumah paman,” kata ayah.

Dadang segera membantu ibu membereskan mejamakan. Setelah selesai Dadang langsung pergi kekamarnya untuk salat duhur.

Setelah salat dan membereskan bekal pakaianuntuk di rumah paman, Dadang merebahkan tubuhnyadi atas balai-balai yang ada di kamarnya. Pikirannya

Berkunjung ke Rumah Paman

Page 23: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

10 Cerita dari Tumaritis

melayang jauh. Khayalannya sudah mendahuluinya keesok hari. Dadang membayangkan sedang menyaksikanpawai panjang yang penuh warna-warni dan beranekahiasan. Pawai sangat meriah sekali. Beberapa anakmengejar panjang bentuk dinosaurus. Dadang merasagembira, ini adalah kali pertama Dadang menyaksikanpawai panjang memperingati maulid nabi Muhammmad,SAW. Karena asyiknya melamun, Dadang tidak menya-dari bahwa hari sudah mulai dingin. Dari luar kamar,terdengar suara ayah yang mengajak Dadang berangkat.

“Daaang! “ suara ayah memanggil.Seakan tersentak, Dadang bangun dari balai-balai.

Dadang menoleh ke luar jendela kamar, siang itu ter-lihat agak dingin, karena awan sebagian menutupiwajah matahari.

“Iyaa, aku siap!” jawab dadang sambil meraih tasnya.“Ayo, kita berangkat, hari sudah agak dingin,” ajak

ayah dari luar kamar.Setelah berpamitan kepada ibu dan si bungsu Mila,

ayah menyalakan sepada motor. Dadang duduk di bela-kang menggunakan jaket, helm, dan masker penutupmulut dan hidung. Begitu juga ayah yang mengendaraisepeda motor.

“Hati-hati, jangan mengebut,” kata ibu sebelum ayahmenjalankan sepeda motornya.

“Baik, bu,” jawab ayah.“Kami pergi, Bismillahirohmanirohim,” pamit ayah

sambil menarik gas sepeda motor.

Page 24: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

11Farid Ibnu Wahid

Motor menuruni jalan desa. Jalan disini tak begitubagus. Tak begitu lama motor ayah dan Dadang sudahsampai ke jalan utama. Orang-orang di Tumaritismenyebutnya jalan besar. Karena ukurannya lebihbesar daripada jalan yang menuju kampung Tumaritis.

Sekitar 2 jam perjalanan akhirnya Dadang sampaike rumah paman di Serang. Saat itu di rumah pamanramai. Beberapa orang laki-laki sedang membuat mobilbalap dari rangkaian bambu. Sedangkan beberapa or-ang perempuan sedang memasak.

“Assallamualikum?” seru ayah.“Waalikumsallam!” jawab paman dan beberapa or-

ang yang sedang bekerja.Setelah dipersilakan masuk dan beberapa saat isti-

rahat, Dadang di ajak Amir sepupuhnya untuk mem-bantu kang Ucud membuat panjang. Tahun ini pamanmembuat panjang bentuk mobil balap, bentuk itukonon keinginan Amir. Mereka berdua membantu kangUcud mengelem, menempel, dan menghias mobil balapsesuai dengan warna keinginan Amir. Mobil itu miripsekali dengan mobil Formula 1. Bedanya mobil panjangini tempat mengemudinya dua orang. Satu di depandan satu dibelakang.

“Aku yang pasang benderanya, kang!” minta Amir.Lalu Amir menempelkan bendera merah-putih di

bagian belakang mobil balap itu. Hampir Magrib meng-hias panjang mobil balap, baru selesai. Tahap selanjut-nya adalah meletakannya di atas mobil bak terbuka.Dengan hati-hati dan teliti mang Ucud meletakan mobil

Page 25: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

12 Cerita dari Tumaritis

balap itu di mobil terbuka, yang sebelumnnya di berialas seperti jalan aspal. Mobil balap sudah terpasang,kini tinggal menuggu pagi untuk mengikuti pawai.

Malam harinya Dadang dan Amir membantu bibimenghias telur ayam. Hiasan itu menyerupai denganbungar mawar. Sementara beberapa panganan untukdisimpan di panjang sudah selesai.

Ayah dan paman membantu kang Ucud memastikanpanjang terpasang dengan kuat di atas mobil. Setelahdirasa kuat, panjang yang berbentuk mobil balap dihiaskembali. Hiasanya ada uang, kaos, baju anak-anak, mie,beberapa botol minuman dengan merk yang berbeda,taplak meja, serbet, dan beberapa helai kain.

Dadang membantu apa yang kiranya bisa dikerja-kan. Karena asyik terus bekerja tak terasa sudah larutmalam. Paman menyuruh Amir dan Dadang istirahat,karena esok pagi pawai panjang akan dilaksanakan.Dengan badan lelah, Dadang dan Amir pergi ke tempattidur. Tak berapa lama mereka sudah tertidur dengankhayalan dan bayangan mereka masing-masing.

Setelah selesai salat Subuh, Dadang dan Amir tidaktidur lagi. Mereka sedang asyik berfoto dengan latarpanjang berbentuk mobil balap. Amir dan Dadangmengagumi panjang buatan mereka, yang sebentar lagiakan meluncur ke halaman mesjid agung dan ber-kumpul dengan panjang-panjang yang lain.

“Akan banyak bentuk panjang yang lain di halamanmesjid,” ujar Amir sambil sarapan.

Page 26: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

13Farid Ibnu Wahid

“Aku baru kali ini melihat dan ikut persiapan pawaipanjang,” jawab Dadang.

“Kami selalu menanti perayaan maulid. Karenakami bisa melihat dekor-dekor yang kreatif. Bahkantahun lalu hampir semua orang sengaja membuatpanjang bentuk dinosaurus. Pawai saat itu sepertipawai dinosaurus,” jelas Amir.

“Aku ingin segera ke halaman mesjid!” kata Dadangtak sabar.

Tak beberapa lama paman dan ayah mengajakDadang dan Amir untuk naik ke mobil. Panjang mobilbalap akan meluncur ke halaman mesjid. Paman danayah naik di depan, mengendarai mobil bak terbuka,sedangkan Amir dan Dadang naik di belakang sepertimengendarai mobil balap. Amir jadi pengemudi didepan, sementara Dadang duduk di belakang Amirseperti seorang navigator.

Sesampainya di halaman mesjid agung, sudahterlihat beberapa panjang dengan bentuk dan ukuranyang berbeda. Oleh panitia panjang-panjang yangdatang langsung di bariskan untuk mempermudahpengaturan pawai.

Halaman mesjid sangat ramai. Anak-anak, remaja,dan orang dewasa tumpah ruah di halaman mesjid.Pedangan asong terus merayu dan menawarkandagangannya kepada setiap orang yang ditemuinya.

Setelah menunggu sekitar setengah jam dan di-anggap semuanya sudah datang, akhirnya panitia mem-berikan pengarahan.

Page 27: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

14 Cerita dari Tumaritis

“Pawai panjang dalam merayakan maulid nabiMuhammmd Saw. tahun ini diikuti 100 panjang denganukuran dan bentuk yang bermancam-macam.

Sedangkan rute yang akan dilalui pawai panjangpagi ini adalah jalan utama, ke arah alun-alun, kemu-dian ke pasar, dan kembali lagi ke halaman mesjidagung. Semua peserta harap hati-hati tertib berlalulintas. Agar kegiatan ini tidak mengganggu penggunajalan lainnya. Terima kasih. Mari kita mulai pawaipanjang dalam merayakan maulid nabi MuhammmdSaw. ini dengan membaca Basmallah!” suara panitiaterdengar dari pengeras suara.

Pawai sangat meriah sekali. Suara rebana mengi-ringi Salawat nabi. Beberapa orang menyalakan kem-bang api. Setiap jalan yang dilalui penuh dengan masya-rakat yang antusias dan semangat menyaksikan pan-jang yang melintas di depannya.

Amir dan Dadang seperti primadona di atas mobilbalapnya. Mereka berdua seolah-olah jadi pusat perhati-an. Pengalaman yang berharga dan pertama bagi Dadang.

Menjelang duhur pawai selesai. Setiap panjangyang datang di halaman mesjid akan diturunkan dansemua barang yang menghiasinya akan diambil dan di-kumpulkan untuk disumbangkan ke mesjid. Sementaramakanan akan dibagikan kepada masyarakat yangdatang. Sungguh pengalaman yang berharga.

“Ahh!, akan ku ceritakan pengalaman ini kepadaSobri dan Udin sahabatku!” pikir Dadang sambil me-lihat langit yang begitu cerah. [*]

Page 28: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung
Page 29: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung
Page 30: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

15Farid Ibnu Wahid

Beberapa hari ini Mila selalu cemberut. Dia selalumerengek minta dirayakan hari kelahirannya.

Mila ingin seperti Sofi sepupunya di Jakarta yang selalumeraya-kan hari kelahirannya. Sebenarnya ayah danibu tidak keberatan perayaan itu, asalkan Mila tidakmengudang teman-temannya. Perayaan ulang tahuntersebut di-anggap berlebihan untuk di kampung.

Satu minggu lagi ulang tahun Mila. Dia masihbersikeras dengan keinginannya untuk mengundangteman-teman sepermainnya.

“Apa namanya kalau tidak ada teman-teman dankado,” rengek Mila kepada ayah dan ibu di suatu malam.

“Mila, kakakmu Dadang tidak pernah merayakanulang tahun,” jawab ayah.

“Aku bukan kak Dadang, pokoknya Mila ingin ulangtahun dirayakan”.

“Boleh dirayakan asal tidak mengundang teman-teman,” jelas ibu.

Ulang Tahun Mila

Page 31: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

16 Cerita dari Tumaritis

“Mmmmm....”“Ayolah Mila, kamu boleh memesan kado dari ibu,

ayah, dan kak Dadang,” ayah menghibur.“Mmmmmm..... baiklah. Tapi dari ayah Mila minta

boneka panda yang besar. Mmm... dari ibu Mila mintadibelikan anak ayam 4 ekor, akan mila pelihara, dandari kakakku mmm....aku mau dibuatkan kandangayam....” minta Mila.

Tahun ini Mila genap berusia enam tahun. Milabelum sekolah.

“Mengapa Mila meminta anak ayam” tanya ibu.“Mila sangat senang melihat Sofi, yang selalu men-

ceritakan tentang hewan-hewan peliharaannya. Sofiselalu bermain dengan kelincinya di halaman bekangrumah. Berkejaran dan bermain yang lain. Setiap pagidan sore memberimakan kelinci. Dan selalu diceritakankepada teman-teman sepermainnya,” jelas Mila.

Dua hari menjelang hari ulang tahun Mila, ayahmemanggil Mila.

“Ayah takut, nanti kamu lupa mengurus hewan pe-liharaan kamu,” begitu kata ayah untuk meyakinkanMila.

“Hewan peliharaan itu memerlukan perhatian yanglebih. Mengurus hewan peliharaan sama dengan tang-gung jawabnya seperti mengurus diri sendir,” tambahayah.

“Mila harus pandai membagi waktu. Tidak bolehmalas, dan tentunya Mila harus rajin memberi makandan minum binatang peliharaan,” ibu ikut nimbrung.

Page 32: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

17Farid Ibnu Wahid

“Mila siap, yah. Mila tidak lupa pada ayam-ayampeliharaan Mila. Mila akan bangun lebih pagi agar bisamemberi makan dan minum hewan peliharaan,” Milameyakinkan ayah.

“Pokoknya ayah dan ibu harus percaya kepadaMila,” tegas Mila meyakinkan ayah dan ibu.

Ketika hari ulang tahun tiba, Mila tak melihat adakandang ayam. Ayah dan ibu menyambut Mila dengansenyuman. Mila bertanya-tanya. Di meja hanya adakue ulang tahun dan satu kotak besar serta beberapabungkus kado.

Kotak besar itu pasti hadiah dari ayah, bonekapanda dan kotak-kotak kecil itu pasti dari ibu.

“Mana anak ayamnya hewan peliharaan untuk aku,bu?” tanya Milai tidak sabar.

Ayah hanya tersenyum. Lalu mengajak Mila ke mejauntuk meniup lilin dan memotong kue. Setelahmemotong kue dan membuka kado pemberian dariayah dan ibu, tiba-tiba bel pintu depan berbunyi.

“Mila tolong ibu, siapa yang datang!” kata ibu sambilmenuangkan minuman di gelas.

Dengan bergegas dan agak kesal Mila menuju pintudepan. Ketika pintu dibuka, Mila merasa terkejut. Dihadapannya telah berdiri Kak Dadang dan sahabatnyaSobri dan Udin.

“Selamat Ulang Tahun ...!” tiga sahabat itu memberiselamat setengah berteriak.

“Mana Kadonya?” tanya Mila sambil tersenyummeledek.

Page 33: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

18 Cerita dari Tumaritis

“Tetetet... tetet... tetet... jrenggg... jrenggg...jrenggg...!” kata Dadang sambil menunjukan kotak yangberisi empat ekor anak ayam.

“Selamat ulang tahun,” tiga sahabat itu mengulangkembali sambil setengah berteriak.

“Ok.... Terima kasih,” jawab Mila sambil bergegasmengambil kotak kawat dari tangan kakaknya.

“Ini hadiah dari kami,” kata Dadang.“Wow.... terima kasih!” seru Mila dengan semangat.Ternyata ayah dan ibu telah mengundang sahabat

kakak yaitu kak Sobri dan kak Udin untuk datang kerumah tepat di hari ulang tahun Mila. Ayah juga me-mesan agar tiga sahabat itu membawa empat anakayam sebagai hadiah ulang tahun untuk Mila.

“Anak ayam ini harus kamu pelihara dengan baikdan rajin” kata Udin.

“Siap...!” jawab Mila.Mila sangat senang dengan hadiah hewan pelihara-

an yang dia pesan. Mila tersenyum senang, sambilmenuju halaman belakang dia memberi nama keempatanak ayam itu.

“Terima kasih ayah, ibu, kak Dadang, kak Sobri,dan kak Udin akan Mila pelihara anak ayam ini denganbaik sampai mereka bertelur dan beranak,” pikir Milasambil tersenyum senang. [*]

Page 34: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung
Page 35: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung
Page 36: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

19Farid Ibnu Wahid

Hujan terus mengguyur dari pagi. Sudah beberapahari ini kampung Tumaritis terus diguyur hujan

lebat. Udara sangat dingin. Angin terus berhembus taktentu arah. Beberapa pohon di kampung Tumaritismulai condong dihempas angin.

Seperti hari itu, seharian penuh kampung Tumaritisdiguyur gerimis dan terkadang hujan lebat disertaiangin, saling berganti. Cuaca seperti ini membuat wargaTumaritis tak berani keluar. Mereka lebih memilih ber-kumpul dengan keluarga atau memperbaiki alat-alatpertanian yang rusak.

Cuaca membuat waktu bergerak dengan cepat. Takterasa hari pun menjelang malam. Udara di kampungTumaritis semakin dingin. Bahkan ada beberaparumah yang sudah padam lampunya. Mereka memilihtidur lebih awal.

Malam merangsak semakin kelam. Hujan turundengan lebat menjelang tengah malam. Sambaran kilat

Malam yang Mencekam

Page 37: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

20 Cerita dari Tumaritis

sambung-menyambung dengan suaranya yang keras.Cahaya petir seperti menjadi penerang di malam yangsunyi. Suara dedaunan yang terkena air dan angin me-nimbulkan suara yang aneh. Air hujan seperti di-tumpahkan dari langit, suaranya menderu melewatiselokan-selokan yang sepertinya tak mampu menam-pungnya. Menyeret plastik, dedaunan, dan beberapasampah lainnya.

Semua warga kampung Tumaritis tidur. Tak adasatu pun yang terbangun. Semuanya dengan mimpimasing-masing dan dengan alamnya masing-masing.Saat itu hujan sudah tak lebat lagi. Gerimis masihmenghiasi kampung Tumaritis. Angin sudah mulai ber-sahabat, suara air diselokan sudah tak menderu-deru.Tumaritis saat itu sangat sepi dan sunyi. Tak terdengarpetir atau daun yang dihempas angin.

Menjelang subuh, warga Tumaritis dibangunkanoleh suara gemuruh yang menderu. Suaranya sangatdekat sekali dan gemuruh itu menimbukan goyangan-goyangan, seperti gempa.

Beberapa orang tua sudah berkumpul di mushola.Tak menghiraukan gerimis, mereka berkumpul dansaling mencari tahu apa yang terjadi. Semuanya ter-diam, karena tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.Semua orang hanya mereka-reka.

“Sebaiknya kita laksanakan salat Subuh,” kata H.Endi.

“Setelah agak terang baru kita lihat apa yang se-benarnya terjadi, sementara kita pasrahkan dulu saja

Page 38: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

21Farid Ibnu Wahid

ke Allah Swt,” H. Endi menenangkan.Akhirnya warga yang berkumpul mengambil wudhu

dan mereka melaksanakan salat berjamaah.Ketika sedang berdzikir dan berdoa, sekonyong-

konyong jamaah dikejutkan oleh suara seseorang yangberterik-teriak.

“Pak..., pak Haji...!” kata orang itu dengan napasmegap-megap.

Semua orang hampir serempak berdiri dan menujumuka mushola.

“Ada apa, pak Pudin?” hampir semua orangbertanya.

“Anu... Pa... pa Haji... eehhh.... longsong, di bagianatas longsong. Rumah pak Dullah terkena longsongmaksud saya rumah pak Dullah tertimbun tanahlongsor!” kata pak Pudin dengan tersedat-sedat.

“Astagfirullahaladzim...!” hampir semua jamaahberbarengan.

“Ada korban?” tanya H. Endi.“Pak Dullah! Tubuhnya tertimbun tanah longsor,”

jawab pak Pudin.“Baik, beberapa orang berangkat ke rumah pak

Dullah dan beberapa orang menyiapkan segala sesuatuuntuk pemakaman pak Dullah,” kata H. Endi mem-berikan tugas.

Tak perlu di komando dua kali, jamaah pun bubardan mengambil tugas dan perannya masing-masing.

Malam ini adalah kali pertama perkampunganTumaritis terjadi longsor. Dan lebih sedih lagi longsor

Page 39: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

22 Cerita dari Tumaritis

itu memakan korban. Dadang dan sahabatnya hanyamelihat. Mereka terdiam. Entah apa yang dipikirkananak-anak itu.

“Malam ini harus jadi pelajaran untuk kita,” kataDadang sambil berjalan meninggalkan dua sahabatnya.

“Apa yang Ia katakan?” tanga Sobri kepada Udin.“Ga tau....” jawab Udin sambil berjalan menuju

rumahnya.Tiga sahabat itu berjalam menuju rumah masing-

masing dengan pikirannya masing-masing.Hari berangsur terang, hari itu di kampung

Tumaritis sedang berkabung. Tak ada satupun orangyang bekerja. Mereka berkumpul di sekitar rumah pakDullah yang baru saja dikebumikan, sambil membersih-kan tumpukan tanah longsor. Semua orang berbicarasatu dengan yang lainnya entah apa yang dibicarakan.Setelah dianggap bersih, satu persatu merekan pulang.Sementara ibu-ibu masih menghibur bu Dullah dananak-anaknya yang terus menangis. [*]

Page 40: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung
Page 41: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung
Page 42: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

23Farid Ibnu Wahid

Sore sangat cerah. Matahari rupanya enggan me-nyelinap ke balik Pulosari, sehingga sinarnya

masih menusuk kulit. Angin sore belum bisa mengusirpanasnya. Seperti terbawa keadaan cuaca panas, soreitu Dadang dan teman-temannya tidak bermain boladi lapangan pinggir kampung atau mandi dan berenangdi sungai Ciparalun.

Sore itu anak-anak sedang berkumpul di berandarumah H. Endi.

H. Endi adalah seorang yang terpandang di kam-pung Tumaritis. H. Endi memiliki anak bernama Dodi.Kami menyebutnya kang Dodi. Kang Dodi sekarangsedang kuliah jurusan sejarah di Bandung. Setiap bulankang Dodi pulang ke kampung Tumaritis. Setiap pulangkang Dodi pasti menceritakan hal-hal yang belum kamiketahui. Seperti halnya kali ini, kang Dodi pulang lebihawal dari biasanya. Katanya kang Dodi pulang lebihawal karena ingin menengok keadaan kami di kampung

Kang Dodi

Page 43: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

24 Cerita dari Tumaritis

Tumaritis setelah kejadian longsor dan banjir bandangbeberapa hari belakang.

Setelah menunggu beberapa saat, Kang Dodimuncul sambil tersenyum dan diikuti bi Narti sambilmembawa teko dan gelas. Bi Narti adalah perempuanyang membantu ibu kang Dodi. Setelah menyimpanteko dan gelas bi Narti kembali ke dalam dan tak lamake luar lagi sambil membawa pangan. Dan peristiwainilah salah satu yang kami rindukan bila berkunjungke rumah H. Endi. Teh manis hangat dan pangananyang disediakan gratis untuk disantap sambil men-dengarkan cerita kang Dodi.

“Selamat sore semuanya.... apa kabar !” kang Dodimengawali ceritanya dengan sapaan.

“Soreee.... sehat,” jawab kami serentak.“Sobri tolong tuang dulu tehnya dan Dadang tolong

bagikan panganannya,” pinta kang Dodi.Setelah setiap orang mendapatkan teh dan pangan-

an, kami duduk merapat seakan-akan kami berebutuntuk duduk paling dekat denga kang Dodi. Setelahsemuanya terdiam dan terlena dengan teh manis, tiba-tiba kang Dodi berbicara.

“Bagaimana perasaan kalian ketika malam terjadi-nya longsor?’

“Takuttt....!” jawab kami serentak sambil terusmemperhatikan kang Dodi.

“Adik-adik, kemarin-kemarin kita sedang men-dapatkan musibah, yaitu longsor. Semua ini kampungTumaritis sedang diuji oleh Allah. Kita sebagai hamba

Page 44: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

25Farid Ibnu Wahid

yang sedang ditimpa musibah, janganlah merasa cemas,jangan takut, dan jangan selalu dirundung duka,karena Allah tidak akan memberikan musibah atau uji-an kalau umatnya tidak kuat dan tidak mampu mene-rimanya. Kita harus ingat bahwa semua musibah yangdiberikan pasti ada jalan keluarnya,” kata kang Dodimengawali ceritanya.

Kemudian kang Dodi menjelaskan semua musibahharus menjadi sarana mendekatkan diri dengan surga,dan jadikanlah musibah itu sebagai sarana menjauhkandiri anda dari neraka. Berapa banyak yang Allah telahmemberikan nikmatnya namun justru membua tnyamelupakan Allah dan berapa banyak manusia yang diujidengan musibah oleh Allah tapi justru musibah itu men-dekatkannya dengan Allah, dan mendekatkan dirinyamenuju surga.

“Amiiinnnn.....!” jawab kami serempak.Kang Dodi tersenyum. Seperti sadar dengan dak-

wahnya. Dan akhirnya kami tersenyum bersama. Sua-sana yang hangat. Sehangat teh dan sore yang tak begitupanas. Semua masih terduduk. Semua yang ada diberanda masih penasaran dengan apa yang sebenarnyaakan diceritakan oleh kang Dodi. Angin berhembuspelan. Beberapa daun kering gugur terkena hebusannya.

“Siapa yang tahu mengapa longsor kemarin terjadi?”tanya kang Dodi.

Semua terdiam. Saling pandang. Tiba-tiba Sobrimengangkat tangannya. Kemuadian dipersilakan olehkang Dodi.

Page 45: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

26 Cerita dari Tumaritis

“Pencuri kayu di hutan.”“Mungkin ke hendak Allah untuk menguji kita

semua,” Udin menimpali.“Baiklah semuanya bisa benar. Tapi kali ini kita

tak perlu menyalahkan siapapun. Mulai hari ini kitaharus menjaga kampung kita Tumaritis dan gunungPulosari ini. Harus dimulai dari kita dan dimulai apayang bisa kita lakukan, walau sekecil apapun, yangpenting niat kita untuk menjaganya.”

Kami mulai serius dengan cerita kang Dodi.“Sebulan yang lalu saya pergi ke Baduy,” kata kang

Dodi meneruskan.“Dimana itu, kang?” tanya Dadang.“Suku Baduy terletak di kecamatan Ciboleger kabu-

paten Lebak.”“Kakang kerja disana?” tanya Udin.“Tidak. Saya dan teman-teman sedang mengerjakan

tugas kuliah terkait kehidupan suku Baduy di Ciboleger.”Kang Dodi berhenti, dan meminum teh manisnya.“Ada yang menarik dari adat suku Baduy dalam

melaksanakan kehidupannya. Mereka salah satu sukuyang mempertahankan adat dan menolak kemajuanzaman. Suku Baduy tidak perlu pintar kata merekakalau pintar bisa mencurangi orang. Mereka hidupsederhana. Mereka bercocok tanam hampir samadengan kita, berladang dan berkebun. Tetapi merekapunya adat dan hubungan yang bagus dengan alam.Suku Baduy sangat hormat dengan alam, denganhutan, dengan sungai, dan dengan segala isi alam ini.

Page 46: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

27Farid Ibnu Wahid

Karena Suku Baduy yakin kalau alam akan berbuatsopan dan baik bila orang-orang yang ada di dunia inisopan dan baik juga kepada alam. Seperti peribahasayang berkemabang di sana, di suku Baduy.

Gunung nteu meunang dilebur.Lebak nteu meunang diruksak.Lojor nteu meunang dipotong.Pendek nteu meunang disambung.3

Artinya:gunung tak boleh dihancurkan.Lembah tak boleh dirusak.Panjang tak boleh dipotong.Pendek tak boleh disambung.”

“Itu adalah peribahasa dari suku Baduy yang hinggakini terus berusaha menjaga kelestarian alam dan adatsejak mereka lahir di bumi Banten.”

Kami semangkin penasaran. Duduk kami semakinrapat.

“Dalam pengelolaan hutan, di Baduy di bagi bebe-rapa. Ada kawasan pertanian dan kawasan hutan kera-mat. Pengelolaaan ini tidak terlepas dari sistem keper-cayaan yaitu Sunda Wiwitan. Ajaran dari kepercayaantersebut adalah ketentuan adat yang mutlak yangdisebut juga pikukuh. Yaitu yang termuat dalam lojorteu meunang dipotong, pondok teu meunang disam-bungan. Masyarakat Baduy merupakan salah satu sukudi Indonesia yang sampai sekarang masih memper-

Page 47: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

28 Cerita dari Tumaritis

tahankan nilai-nilai budaya dasar yang dimiliki dandiyakininya, ditengah-tengah kemajuan zaman.”

“Itu kehidupan suku Baduy. Ya tentu banyak per-bedaan dengan kita. Tapi tak ada salahnya kalau kitameniru cara mereka memberlakukan alam,” lanjut kangDodi.

“Benar kang, kita punya gotong royong,” jawabSobri.

“Ya benar. Kita harus mulai lagi dengan gotongroyong. Kita benahi segala yang bisa kita kerjakan,”tambah kang Dodi.

Sore sudah merangkak senja. Semburat yangdiakibatkan sinar matahari berwarna kemerahan.Sungguh indah.

“Baiklah karena hari sudah menjelang senja, kitasudahi saja. Siapa yang bisa mengintikan pengalamanyang diceritakan tadi,” tanya kang Dodi.

“Saya kak,” jawab Dadang.“Silakan Dadang.”“Intinya adalah kita harus `menjaga alam, karena

alam itu seperti manusia, bila kita sopan dan mem-perlakukan alam dengan baik, maka alam pun akansopan dan baik juga kepada kita, begitu juga sebaliknya.Kita harus mencontoh suku Baduy dalam memanfaat-kan alam seperti peribahasa yang berkembang di sana,di suku Baduy.

Page 48: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

29Farid Ibnu Wahid

Gunung nteu meunang dilebur.Lebak nteu meunang diruksak.Lojor nteu meunang dipotong.Pendek nteu meunang disambung.

“Ok.... terima kasih semuanya. Terakhir saya maupamit, esok saya mau kembali ke kota untuk melanjut-kan aktivitas saya kuliah. Pesan saya tolong titipkampung kita ini Tumaritis,” pungkas kang Dodi.

Semua bersalaman dengan kang Dodi, dan semuamerasa senang dan termotivasi. Satu persatu anak-anak pulang ke rumahnya masing-masing. Sebentarlagi bedug Magrib. [*]

Page 49: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

30 Cerita dari Tumaritis

Page 50: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung
Page 51: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung
Page 52: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

31Farid Ibnu Wahid

Hampir seminggu setelah bertemu dengan kangDodi. Serasa ada yang membuat gelisah dan meng-ganggu pikiran Dadang. Seperti siang itu, angin yangberhembus membuat sejuk dan menggugurkan daun-daun yang telah kuning.

Dadang duduk sendiri di batu besar ditepi sungaiCiparalun. Pikirannya selalu gelisah. Dia ingat gunungPulosari, dia ingat kampung Tumaritis, dia ingat pakDullah, dia ingat longsor, dia ingat H. Endi, dia ingatSuku Baduy, dia ingat kang Dodi, dia ingat segalanya.Dan semua itu selalu mengganggu pikirannya.

“Siapa dan oleh siapa kampung Tumaritis dangunung Pulosari yang akan dijaganya? Sementara pem-balak dan perambah hutan semakin menjadi-jadi.Padahal gunung Pulosari adalah yang menampa kam-pung Tumaritis,” pikir Dadang.

Pasukan Ciparalun

Page 53: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

32 Cerita dari Tumaritis

Tiba-tiba terdengar suara yang memanggil Dadang.Dari suaranya, Dadang ingat jelas itu suara sahabatnyaSobri dan Udin.

“Dang... Dadaaaannnnggg.....!” teriak Sobri danUdin.

“Dang... dimana, kamu?” goda Udin.“Aku, disini,” teriak Dadang.“Sedang apa, kamu? Melamun?” tanya Sobri.“Iya, akhir-akhir ini kamu kok aneh! Kami tadi ke

rumahmu, kata adikmu, kau sedang keluar,” kataUdin.

“Lalu kami berpikir. Laaahh paling juga kau disinidan eehhh.... ternyata benar,” tambah Sobri.

Setelah mereka duduk di atas batu, Dadang mulaimenceritakan kegelisahanya.

“Kalian ingat kejadian longsor yang menewaskanpak Dullah?” tanya Dadang.

“Sudahlah jangan kau terlalu besar-besarkankematian pak Dullah, semua orang akan mati dengancaranya masing-masing,” jawab Sobri.

“Bukan masalah kematian pak Dullah yang akupikirkan. Tapi longsor itu.” Jawab Dadang.

“Memang kenapa longsor itu?” tanya Udin.“Longsor itu mungkin akan terulang lagi. Mungkin

minggu depan, tahun depan, atau saat-saat kita sedangtertidur. Dan selanjutnya kita yang seperti pakDullah...” Jawab Dadang.

“Ahh.. Kau terlalu mendramatisir, kau terlalumengada-ada,” Sobri memotong.

Page 54: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

33Farid Ibnu Wahid

“Maksudku kita harus berbuat. Ingat yangdikatakan kang Dodi? Kita harus menjaga gunungPulosari ini demi kampung kita yang kita cintai.Kampung Tumaritis,” terang Dadang.

“Apa yang bisa kita perbuat? Kita hanya anak SDyang usianya baru 11 tahun? Tangan kita kecil dansiapa yang percaya kepada kita,” Udin membalas.

“Tapi ku pikir-pikir, aku setuju dengan usulDadang. Walau aku sendiri tak tahu apa yang mestidilakukan,” Sobri berkata.

“Ok. Kita buat pasukan saja,” Tiba-tiba Udinbersemangat.

“Pasukan?” kata Dadang dan Sobri kaget.“Ya... pasukan, seperti regu pramuka di sekolah.

Kita kumpulkan beberapa teman untuk menjagakampung Tumaritis, kampung kita,” seru Udin.

“Aku setuju. Nanti sore selepas kita main bola kitaobrolkan dengan beberapa teman,” usul Dadang,

“Ok... setuju,” kata mereka sambil tertawa.Sore itu, tak seperti biasanya anak-anak bermain

bola tak sampai wak Kumis pulang. Mereka sedangberkumpul di batu besar ditepi sungai Ciparalun.Seperti sedang rapat besar, semua anakmemperhatikan ke arah Dadang, Sobri, dan Udin.

“Teman-teman... masih ingat apa yang dikatakankang Dodi beberapa hari?” tanya Sobri.

“Iyaaa...!” jawab semuanya kompak.“Teman-teman siapa yang senang kalau kampung

kita aman?” tanya Sobri.

Page 55: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

34 Cerita dari Tumaritis

“Kita...!” jawab mereka kompak.“Baiklah, kita harus menjaga kampung kita

sendiri,” kata Dadang.“Dang, kita masih anak-anak, apa yang bisa kita

lakukan untuk menjaga kampung kita?” tanya salahseorang anak bernama Arif.

“Betul kita masih anak-anak, usia kita antara 11dan 12 tahun, kita masih SD. Tapi dengan bekerjasamadan semangat, kita akan bisa melakukan hal yang besar.Sesuatu yang belum tentu bisa dilakukan oleh paraorang tua,” Dadang memberi penjelasan.

“Intinya kita harus kerjasama,” teriak Sobri.“Setuju!” jawab semuanya.“Hidup pasukan anak Tumaritis!” Sobri lebih

histeris.“Hidup...!”“Boleh Usul, sebaiknya pasukan kita diberi nama

Pasukan Ciparalun, bagaimana?” usul Udin.“Mengapa menggunakan nama Ciparalun?” tanya

Usman.“Begini, pertama kita membuat pasukan ini di tepi

sungai Ciparalun. Kedua, hampir semua wilayahkampung Tumaritis berada di tepi sungai Ciparalun.Ketiga, kalau teman-teman setuju kita markasnya dibatu besar ini, dan terakhir, kita selalu mandi disinisetelah bermain bola, yaitu di Ciparalun,” terang Udin.

“Aku, setuju,” kata Sobri.“Aku, setuju.”“Aku, setuju.”

Page 56: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

35Farid Ibnu Wahid

“Aku, setuju.”“Aku, juga setuju.”“Baiklah nama sudah kita dapatkan sekaligus

markas besarnya. Sekarang tugas kita pertama adalahsetiap orang mengumpulkan tunas pohon yang bisadijadikan bibit. Tunas-tunas itu akan kita masukan keplastik agar tunas-tunas itu siap ditanam,” kataDadang.

“Siapa yang menanamnya?” tanya Mumu.“Yang menanamnya tentu kita. Dimana? Di ladang

atau kebun orang tua kita,” jawab Sobri.“Kalau yang mengurus bibit-bibit itu aku usul, kita

semuanya bertanggungjawab. Selepas bermain bola kitasiram dan rawat bibit-bibit itu,” jelas Usman.

“Setuju...!”“Baik, esok kita mulai mengumpulkan tunas-tunas

pohon. Silakan dari mana saja, biasanya di tempatsampah banyak tunas pohon rambutan, kecapi, duriandan tumbuhan lainnya. Kita kumpulkan sebanyak-banyaknya. Dan beberapa teman mengumpulkanplastik bekas. Semuanya kita kumpulkan disini.Setuju...!” Dadang memompa semangat.

“Setuju...!” balas semua anak.“Hidup Pasukan Ciparalun...!” teriak Usman.“Hidup....!”“Hidup!”“Baiklah teman-teman, hari sudah sore. Sebaiknya

kita semua mandi merayakan lahirnya PasukanCiparalun, untuk melestarikan alam gunung Pulosari,

Page 57: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

36 Cerita dari Tumaritis

kampung kita tercinta Tumaritis,” kata Dadang.“Mannnddddiiiii...!” teriak Sobri sambil membuka

baju dan terjun.Semua seperti dikomando. Membuka baju dan

byyuurr... byyyuuurr... byuuurr... suara Ciparalunseperti gembira menyambut tubuh-tubuh yang mungil.

Anak-anak akan menghabiskan hari-hari yang pan-jang di tepi Ciparalun. Menyusun strategi untuk mem-pertahankan kelestarian alam, bermain bola sambil ber-teriak, tertawa, dan lari-larian. Dengan telanjang dadamereka lari ke timur, lari ke barat, ke selatan, dan keutara mengejar bola, saling tendang, saling senggol.Terus sambil bekejar-kejaran tak peduli walau adateman yang jatuh tersandung.

Selanjutnya mereka berenang, saling mengejar,bercanda saling menenggelamkan. Ada juga beberapaanak bermain kucing-kucingan. Mereka bergembiradan merasa beruntung hidup di kampung Tumaritis dipunggung gunung Pulosari yang masih asri. Sebelumbedug Magrib Dadang dan teman-temannya sudahberada di rumah masing-masing, menuju mushola kam-pung Tumaritis untuk salat Magrib dan selanjutnyamengaji.

Begitulah seterusnya mereka gembira denganPasukan Ciparalun dan akan terus gembira sambilmenjaga kampung yang dicintai sampai mereka satupersatu meninggalkan kampung halaman. KampungTumaritis tercinta. [*]

Page 58: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

37Farid Ibnu Wahid

1. Navigator: Pemandu arah/ mengatur haluan dibalapan mobil

2. Panjang adalah tempat yang dihiasi dengan berbagaijenis makanan, mulai dari makanan matang siapsantap hingga bahan makanan seperti beras,makanan instan, pakaian, dan uang yang semuanyadisusun dalam sebuah tempat yang beranekabentuk seperti mobil, kuda, unta, dan bentuk lain-nya. Panjang Mulud digelar warga Serang untukmemperingati kelahiran Nabi Muhammad ditandaidengan mebagi-bagikan aneka barang sedekahkepada warga tidak mampu. Panjang Mulud identikdengan menghias, mengemas, memberikan hadiahdan mengaraknya.

3. Kakang adalah sebuatan untuk kakak atau abang

Glosarium

Page 59: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

38 Cerita dari Tumaritis

4. Gunung nteu meunang dilebur.Lebak nteu meunang diruksak.Lojor nteu meunang dipotong.Pendek nteu meunang disambung.

Adalah Pepatah / peribahasa adat Badui; yang arti-nya sebagai berikut:

Gunung tidak boleh dihancurkanLebak tidak boleh dirusakPanjang tidak boleh dipotongPendek tidak boleh disambung

5. lojor teu meunang dipotong, pondok teu meunangdisambungan: Pepatah adat Badui yang artinya:Panjang tidak boleh dipotong, pendek tidak bolehdisambung.

Page 60: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

39Farid Ibnu Wahid

Lahir di Serang pada 7 Februari1979. Anak pertama dari pasang-an Bapak Hudaedi dan IbuPurniah. Pendidkan formalnya diawali dari SDN Bojongloa, SMPN1 Pamarayan, SMAN 1 Rangkas-bitung, dan Sarjananya di Univer-sitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Dari bangku kuliah sampai saat ini aktif berteaterdengan Teater Studio Indonesia sebagai aktor danManager Produksi. Dengan berteater penulis pernahterlibat di dalam Perang Petani karya & sutradaraNandang Aradea di Serang, Bulungan, Jakarta, Yogya-karta, Bandung. pertunjukan Perempuan Gerabahkarya & sutradara Nandang Aradea di Serang,Jakarta, Solo, Lampung, Palembang, dan InternationalFestival of Street and Open Air Theatres (FETA 2010)di Gdansk,Polandia, tahun 2010. Naskah Emergency

Biodata Penulis

Page 61: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

40 Cerita dari Tumaritis

karya & sutradara Nandang Aradea Festival Tokyo#12, di Tokyo Jepang, tahun 2012. Pernah pula menyut-radarai beberapa pertunjukan di teater Kafe IdeUntirta. Malam Jahanam (Motinggo Busye), Pinangan( Anton Chekhov), Qasidah Firdaus (Godi Swarna),Tongtong Malaria (Performance art), dan Monumen(Indra Tranggono)

Kini bersama teman-temannya mendirikanKOMUNITAS KEMBALI, yaitu komunitas yang ber-gerak di seni dan pertunjukan. Penulis tinggal bersamaistri tercinta Neni Nuraeni dan kedua Jagoannya ber-nama Rizkia Amali dan Arival Ramadhan di KomplekBumi Pandeglang Indah Blok D6 No 17 KaduhejoPandeglang Banten, No. Telepon 08176961532, surel:[email protected].

Page 62: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

41Farid Ibnu Wahid

Nama : Alessandri DesyaumiTTL : Jakarta, 20 Desember 1998Agama : IslamAlamat : Jalan Raya Ciwaru 25 Cipocok jaya SerangNo. HP : 0895357768471Pretasi : - Duta FKIP Untirta 2017

- Kandidat Duta Bahasa ProvinsiBanten 2018

- Duta Kampus Untirta 2018

Biodota Ilustrator

Page 63: Cerita dari Tumaritis - badanbahasa.kemdikbud.go.idbadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Cerita dari Tumaritis.pdf · dan bermain bola di lapangan pinggir kampung

42 Cerita dari Tumaritis