buku ajar matakuliah entrepeneurship dr. mohammad bukhori, se., s.ag., mm
DESCRIPTION
Buku ajar Matakuliah Entrepeneurship Dr. Mohammad Bukhori, SE., S.Ag., MM, untuk memenuhi prasyarat pengajuan Sertifikasi Dosen Tahun 2015 untuk kopertis VII Surabaya Jawa TimurTRANSCRIPT
-
Kata Pengantar
Dengan Mengucapkan Puji Syukur Alhamdulillah Kehadirat Allah SWT, atas perkenan-Nya
Penulis dapat menulis buku yang berjudul Enterpreneurship. Buku ini bisa dijadikan
sebagai sumber referensi bagi mahasiswa yang menekuni mata kuliah atau sedang
menyelesaikan tugas Akhir yang berkaitan dengan Ilmu Enterpreneur dan bermanfaat bagi
semua kalangan yang ada. Buku ini terdiri dari 10 Bab, diantaranya;
Bab 1 : Characteristik of Enterpreneur
Bab 2 : Woman of Enterpreneur
Bab 3 : Personality, Emotion and Behavior
Bab 4 : Motivation for Productivity
Bab 5 : Imagination and Intuition.
Bab 6 : The Way to Succes Enterpreneur
Bab 7 : Selling The Basic of Bussiness
Bab 8 : Bussiness Profil
Bab 9 : Leadership
Bab10 : Marketing Plan
Buku ini tentu masih memiliki banyak kekurangan dan kesalahan oleh karena itu mohon
dimaklumi dan jika mungkin mohon diberi usul perbaikan yang konstruktif atas kesediaan
pembaca memberikan usul masukan dan saran kami mengucapkan terima kasih.
Malang, Juni 2013
Penulis
-
BAB I
Characteristic of Enterpreneur
1.1. Karakteristik Kewirausahaan
Riset tentang karakteristik-karakteristik entrepreneur, telah memusatkan perhatian pada
sejumlah sifat yang pada umumnya dimiliki oleh mayoritas individu- individu yang memulai
dan mengoprasikan usaha- usaha baru.
Para ahli mengemukakan karakteristik kewirausahaan dengan konsep yang berbeda-
beda. Geoffrey G. Meredith (1996: 5-6), misalnya, mengemukaan karakteristik dan watak
kewirausahaan sebagai berikut:
Tabel 3.1 karakteristik dan watak kewirausahaan
Karakteristik Watak
Percaya diri dan optimis Memiliki kepercayaan diri yang kuat,
ketidaktergantungan kepada orang
lain, dan individualistis.
Berorientasi pada tugas dan hasil Kebutuhan untuk berprestasi,
berorientasi laba, mempunyai
dorongan kuat, energik, tekun dan
tabah, tekad kerja keras, serta
inisiatif.
Berani mengambil resiko dan
menyukai tantangan
Mampu mengambil resiko yang
wajar.
Kepemimpinan Berjiwa kepemimpinan, mudah
beradaptasi dengan orang lain, dan
terbuka terhadap saran serta kritik.
Keorisinalan Inovatif, kreatif dan fleksibel.
Berorientasi masa depan Memiliki visi dan perspektif terhadap
masa depan.
-
Ahli lain, seperti M. Secarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:6-7),
mengemukakan delapan karakteristik kewirausahaan sebagai berikut:
1. Desire for responsibility yaitu memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang
dilakukannya. Seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab akan selalu mawas diri.
2. Preference for Moderate risk, yaitu lebih memilih resiko yang moderat, artinya selalu
menghindari resiko, baik yang terlalu rendah maupun yang terlalu tinggi.
3. Confidence in their ability to success, yaitu memiliki kepercayaan diri untuk
memperoleh kesuksesan.
4. Desire for immediate feedback, yaitu selalu menghendaki umpan balik dengan segara.
5. High level of energy, yaitu memiliki semangat den kerja keras untuk mewujudkan
keinginannya demi masa depan yang lebih baik.
6. Future orientation, yaitu berorientasi serta memiliki perspektif dan wawasan jauh
kedepan.
7. Skill at organizing, yaitu memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber
daya untuk menciptakan nilai tambah.
8. Value of achievement over money, yaitu lebih menghargai prestasi daripada uang.
Secara eksplisit, Dun Stainhoff dan John F. Burgess (1993: 38) mengemukakan
karakteristik yang di perlukan untuk menjadi wirausaha yang berhasil yaitu:
1. Memiliki visi dan tujuan usaha yang jelas
2. Bersedia menanggung resiko waktu dan uang
3. Memiliki perencanaan yang matang dan mampu mengorganisasikannya.
4. Bekerja keras sesuai dengan tingkat kepentingannya.
5. Mengembangkan hubungan dengan pelanggan, pemsok, pekerja, dan pihak
lain.
6. Bertanggung jawab terhadap keberhasilan dan kegagalan.
-
1.2. Nilai-Nilai Kewirausahaan
Masing-masing karakteristik kewirausahaan memiliki makna-makna dan peragai
tersendiri yang disebut nilai. Milton Rockeach (1973: 4), membedakan konsep nilai menjadi
dua, yaitu nilai sebagai sesuatu yang dimiliki oleh seseorang dan nilai sebagai sesuatu yang
berkaitan dengan objek. Pandangan pertama, manusia mempunyai nilai, yaitu sesuatu yang
dijadikan ukuran baku bagi persepsinya terhadap dunia luar. Menurut Sidarta Poespadibrata
(1993: 91), watak seseorang merupakan sekumpulan peraga yang tetap. Sekumpulan peraga
yang tetap tersebut dapat dipandang sebagai sistem nilai (Rockeach, 1973). Oleh karena itu,
watak dan peraga yang melekat pada kewirausahaan dan menjadi ci ri-ciri
kewirausahaan dapat dipandang sebagai system nilai kewirausahaan.
Nilai-nilai kewirausahaan diatas identik sistem nilai yang melekat pada system nilai
manajer. Seperti dikemukakan oleh Andreas A. Danandjaja(1986), Andreas Budi
Hardjo(1991), dan Sidharta Poespadibrata (1993), dalam system nilai manajer terdapat 2
kelompok nilai, yaitu :
a. Sistem nilai pribadi,
b. Sistem nilai kelompok/ organisasi.
Dalam system nilai pribadi terdapat 4 jenis system nilai, yaitu:
1) Nilai primer pragmatig
Dalam nilai primer pragmatig terkandung beberapa unsur, diantaranya perencanaan,
prestasi, produktifitas, kemampuan, percakapan, kreativitas, kerja sama, dan
kesempatan. Dalam kewirausahaan, system nilai pragmatig dapat dilihat dari watak,
jiwa, dan perilaku.
2) Nilai primer moralistic,
Dalam nilai moralictic terkandung unsur-unsur keyakinan, jaminan, martabat pribadi,
kehormatan, dan ketaatan. Dalam kewirausahaan, nilai primer moralistic meliputi
keyakinan atau kepercayaan diri, kehormatan, kerja sama, kejujuran, keteladanan,
dan keutamaan.
3) Nilai prixmer afektif, dan
4) Nilai baruan.
Sujuti Jahya (1977), membagi nilai-nilai kewirausahaan tersebut ke dalam 2 dimensi
nilai berpasangan, yaitu:
-
a. Pasangan sistem kewirausahaan yang berorientasi materi dan non materi.
b. Nilai-nilai yang berorientasi pada kemajuan dan nilai-nilai kebiasaan.
Beberapa nilai hakiki kewirausahaan, :
1. Percaya diri
Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan seseorang
dalam menghadapi tugas/pekerjaan. Dalam praktik, sikap dan kepercayaan
ini sikap dan keyakinan untuk memulai, melakukan dan menyelesaikan tugas
atau pekerjaan yang dihadapi. Oleh sebab itu, kepercayaan diri memiliki
nilai keyakinan, optimisme, individualitas, dan ketidaktergantungan.
Seseorang yang memiliki kepercayaan diri cenderung memiliki keyakinan
akan kemampuannya untuk mencapai keberhasilan.
Kepercayaan diri ini bersifat internal, sangat relatif, dan banyak
ditentukan oleh kemampuan untuk memulai, melaksanakan, dan
menyelesaikan suatu pekerjaan. Orang yang percaya diri memiliki
kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sistematis, terencana,
efektif, dan terencana. Kepercayaan diri juga selalu di tunjukkan oleh
ketenangan, ketekunan, kegairahan, dan kemantapan dalam melakukan
pekerjaan.
2. Berorientasi pada tugas dan hasil
Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah orang yang
selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba,
ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat,
energik dan berinsiatif. Berinsiatif artinya selalu ingin mencari dan
memulai sesuatu. Untuk memulai diperlukan adanya niat dan tekad yang
kuat serta karsa yang besar. Sekali sukses atau berprestasi, maka sukses
berikutnya akan menyusul sehingga usahanya akan maju dan berkembang.
Dalam kewirausahaan, peluang hanya diperoleh apabila terdapat insiatif.
-
Perilaku inisiatif ini biasanya diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman
selama bertahun tahun, dan pengembangannya diperoleh dengan disiplin
diri, berfikir kritis, tanggap, dan semangat berprestasi.
3. Keberanian mengambil resiko
Kemauan dan kemampuan untuk mengambil resiko merupakan salah satu
nilai utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau mengambil
resiko akan sukar memulai atau berinisiatif. Menurut Angelita S. Bajaro,
seorang wirausaha yang berani menanggung resiko adalah orang yang selalu
ingin menjadi pemenang dan memenangkan dengan cara yang baik.
Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih
menantang untuk lebih mencapai kesuksesan atau kegagalan dari pada
usaha yang kurang menantang. Oleh sebab itu, wirausaha kurang menyukai
resiko yang terlal rendah atau terlalu tinggi. Resiko yang terlalu rendah
akan memperoleh sukses yang relative rendah. Sebaliknya, resiko yang
tinggi kemungkinan memperoleh sukses yang tinggi, tetapi dengan
kegagalan yang sangat tinggi.
Menurut Meredith (1996: 38), ada dua elternatif, yaitu alternatif yang
mengandung resiko dan alternatif yang konserfatif. Pilihan terhadap
resiko ini sangat berpengaruh pada:
a. Daya tarik setiap alternative
b. Siap untuk mengalami kerugian
c. Kemungkinan relative untuk sukses atau gagal
Pemilihan sangat ditentukan oleh kemampuan wirausaha untuk mengambil
resiko. Kemampuan untuk mengambil resiko ditentukan oleh :
-
a. Keyakinan pada diri sendiri
b. Kesediaan menggunakan kemampuan dalam mencari peluang dan
kemungkinan untuk memperoleh keuntungan
c. Kemampuan untuk menilai situasi resiko secara realistis
Di atas, dikemukakan bahwa pengambilan resiko berkaitan dengan
kepercayaan diri sendiri. Artinya, semakin besar keyakinan seseorang pada
kemampuan sendiri, maka semakin besar keyakinan orang tersebut akan
kesanggupan untuk mempengaruhi hasil dan keputusan, dan semakin besar
pula kesediaan seseorang untuk mencoba apa yang menurut orang lain
sebagai resiko. Jadi, pengambil resiko ditemukan pada orang-orang yang
inofatif dan kreatif yang merupakan bagian terpenting dari perilaku
kewirausahaan.
4. Kepemimpinan
Seorang wirausahan yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan,
kepeloporan, dan keteladanan. Dengan menggunakan kemampuan
kreatifitas dan inovasi, ia selalu menampilkan barang dan jasa yang di
hasilkannya dengan lebih cepat, lebih dulu, dan segara berada di pasar. Ia
selalu memanfaatkan perbedaan sebagai suatu yang menambah nilai.
Contoh sederhana adalah, Toyota yang hampir setahun sekali menghasilkan
produk mobil baru. Disebut produk mobil kijang baru karena penampilan,
interior, bentuk, dan aksesorisnya berbeda dengan yang sudah ada.
Akibatnya nilai jual kijang baru lebih mahal dari pada mobil yang lain.
Inilah nilai tambah yang diciptakan oleh wirausaha yang memiliki
kepeloporan.
-
5. Berorientasi Kemasa Depan
Orang yang berorientasi kemasa depan adalah orang yang memiliki
respektif dan pandangan kemasa depan sehingga ia selalu berusaha untuk
berkarsa dan berkarya. Kuncinya adalah kempuan sesuatu yang baru dan
berbeda dengan yang sudah ada saat ini.
6. Keorisinalan: Kreatifitas dan Inovasi
Wirausaha yang inovatif adalah orang yang kreatif dan yakin dengan
adanya cara-cara baru yang lebih baik ( Yuyun Wirasasmita, 1994: 7)
dengan ciri-ciri:
a. Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini,
meskipun cara tersebut cukup baik.
b. Selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaan.
c. Selalu ingin tampil beda atau memanfaatkan perbedaan.
Kreatifitas adalah kemampuan menciptakan gagasan dan menemukan cara baru dalam
melihat permasalahan dan peluang yang ada. Sedangkan inovasi adalah kemampuan
mengaplikasikan solusi yang kreatif terhadap permasalahan dan peluang yang ada untuk
memakmurkan kehidupan masyarakat.
Zimmerer (1996 : 51) dalam bukunya Entreneurshipand The New Venture Formation
mengungkapkan bahwa kreativitas mengandung pengertian :
Penciptaan atas sesuatu yang awalnya tidak ada.
Hasil kerja sama masa kini untuk memperbaiki masa lalu dengan cara yang
baru.
Menggantikan sesuatu dengan sesuatu yang lebih sederhana dan lebih baik.
Menerut Zimmerer, ide-ide kreatif sering muncul ketika wirausaha melihat sesuatu
yang lama dan berfikir sesuatu yang baru dan berbeda. Oleh karena itu, kreativitas adalah
menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada menjadi ada.
-
Wirausaha selalu berkomitmen dalam melakukan tugasnya hingga memperoleh hasil
yang di harapakannnya. Ia tidak setengah-setengah dalam memlakukan pekerjaannya, karena
itu ia selalu tekun, ulet, dan pantang menyerah. Tindakannya tidak di dasari oleh spekulasi,
melainkan perhitungan yang matang. Ia berani mengambil resiko terhadpa pekerjaannya
karena sudah melakukan perhitungan yang matang. Oleh sebab itu, wirausaha selalu berani
mengambil resiko yang moderat, artinya resiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak
terlalu rendah. Keberanian mengambil resiko yang didukung oleh komitmen yang kuat
mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang hingga memperoleh hasil. Hasil-
hasil itu harus nyata atau jelas dan objektif serta merupakan umpan balik bagi kelancaran
kegiatannya. Dengan semangat optimisme yang tinggi karena mendapatkan hasil yang
diharapkannya, maka uang selalu dikelola secara proaktif dan di pandang sebagai sumber
daya bukan tujuan akhir.
Arthur Kuriloff dan John M. Mempil (1993:20), mengemukkan karakteristik
kewirausahaan dalam nilai dan perilaku kewirausahaan sebagai berikut:
Table 3.2 Nilai-Nilai dan Perilaku Kewirausahaan
Nilai-Nilai
Watak
Komitmen Menyelesaikan tugas hingga
selesai.
Resiko moderat Tidak melakukan spekulasi,
melainkan berdasarkan
perhitungan yang matang.
Melihat peluang Memanfaatkan peluang yang ada
sebaik mungkin.
Objektivitas Melakukan pengamatan secara
nyata untuk memperoleh
kejelasan.
Umpan balik Menganalisis data kinerja waktu
untuk memandu kegiatan.
Optimisme Menunjukkan kepercayaan diri
-
yang besar walaupun berada
dalam situasi berat.
Uang Melihat uang sebagai sumber
daya, bukan tujuan akhir.
Menejemen proaktif Mengelola berdasarkan
perencanaan masa depan.
-
Ciri-Ciri Umum Kewirausahaan
1) Memiliki motif prestasi tinggi
Dorongan untuk selalu berprestasi tinggi harus ada dalam diri seorang wirausaha,
karena dapat membentuk mental yang ada pada diri mereka untuk selalu lebih unggul dan
mengerjakan segala sesuatu melebihi standar yang ada. Indikator memiliki motif berprestasi
tinggi dalam kehidupan sehari-hari dapat tercermin pada :
a. Mahasiswa yang tekun belajar untuk mencapai indeks prestasi kumulatif (IPK)
tertinggi.
b. Tenaga penjual yang bekerja keras dengan menetapkan berbagai strategi agar jumlah
penjualannya melebihi penjualan rekan sekerja lainnya.
c. Pengusaha yang selalu menang dalam persaingan karena kreatif menciptakan produk
baru yang berbeda dari waktu ke waktu.
2) Memiliki perspektif ke depan
Arah pandangan seorang wirausaha juga harus berorientasi ke masa depan. Perspektif
seorang wirausaha akan dapat membuktikan apakah ia berhasil atau tidak. Indikator-
indikatornya dapat dilihat dari contoh berikut :
a. Sony sugema, tokoh wirausaha yang sukses melalui lembaga bimbingan belajar,
mampu menangkap berbagai peluang di masa depan dengan menerapkan motto The
Fastest Solution yang sebelumnya tidak langsung dipercaya, ternyata setelah dicoba
menjadi populer di mana-mana.
b. Akio morita, pendiri dan pemilik Sony Corp. menciptakan walkman dari hasil
perspektifnya terhadap masa depan, yaitu impiannya untuk menciptakan sebuah tape
recorder yang dilengkapi dengan headphone dan berbentuk kecil sehingga mudah
dibawa ke manapun.
3) Memiliki kreativitas tinggi
Seorang wirausaha umumnya memiliki daya kreasi dan inovasi yang lebih dari
nonwirausaha. Hal-hal yang belum terpikirkan orang lain sudah terpikirkan olehnya dan
wirausaha mampu membuat hasil inovasinya tersebut menjadi permintaan, contohnya :
Menjelang tahun 2000, ada sekelompok orang menjadi kaya raya karena berhasil
menjual ide the millenium bug. Puluhan juta dolar bergulir di industri komputer dan
teknologi hanya karena ide ini. Piranti lunak baru, jasa teknologi komputer, bahkan
-
Hollywood pun berhasil membuat ide ini menjadi industri hiburan yang menghasilkan
puluhan juta dolar.
4) Memiliki sifat inovasi tinggi
Inovasi adalah kreativitas yang diterjemahkan menjadi sesuatu yang dapat
diimplementasikan dan memberikan nilai tambah atas sumber daya yang kita miliki. Jadi,
untuk senantiasa berinovasi, kita memerlukan kecerdasan kreatif. Caranya adalah dengan
berlatih untuk senantiasa menurunkan gelombang otak sedemikian sehingga kita dapat
menggali sumber kreativitas dan intuisi bisnis. Sifat inovasi dapat ditumbuhkembangkan
dengan memahami bahwa inovasi adalah suatu kerja keras, terobosan, dan kaizen (perbaikan
yang terus-menerus). Contoh perilaku inovasi tinggi di antaranya :
a. Laboratorium obat-obatan dan kosmetik senantiasa melakukan penelitian dan
percobaan untuk menemukan obat atau kosmetik terbaru yang memberi manfaat bagi
masyarakat luas.
b. Stasiun televisi berlomba-lomba menciptakan program acara baru untuk menarik
minat penonton guna mendapat dukungan dari para sponsor iklan.
5) Memiliki komitmen terhadap pekerjaan
Menurut Sony Sugema, terdapat tiga hal yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha
yang sukses, yaitu mimpi, kerja keras, dan ilmu.
Ilmu disertai kerja keras namun tanpa impian bagaikan perahu yang berlayar tanpa
tujuan. Impian disertai ilmu namun tanpa kerja keras seperti seorang pertapa. Impian disertai
kerja keras, tanpa ilmu, ibarat berlayar tanpa nahkoda, tidak jelas kemana arah yang akan
dituju. Sering kali orang berhenti di antara sukses dan kegagalan. Namun, seorang wirausaha
harus menancapkan komitmen yang kuat dalam pekerjaannya, karena jika tidak akan
berakibat fatal terhadap segala sesuatu yang telah dirintisnya, misalnya :
a. Seorang mahasiswa memilih untuk dropout dari studinya hanya demi memuaskan
keinginannya untuk bekerja. Hal ini merupakan tindakan yang tidak berkomitmen
terhadap apa yang telah diupayakannya.
b. Seorang pedagang bakso yang laris melihat peluang namun tetap tidak beralih dari
profesinya, padahal ia bisa memiliki beberapa cabang restoran waralaba.
-
6) Memiliki tanggung jawab
Ide dan perilaku seorang wirausaha tidak terlepas dari tuntutan tanggung jawab. Oleh
karena itu komtmen sangat diperlukan dalam pekerjaan sehingga mampu melahirkan
tanggung jawab. Indikator orang yang bertanggung jawab adalah berdisiplin, penuh
komitmen, bersungguh-sungguh, jujur, berdedikasi tinggi, dan konsisten. Misalnya :
a. Staf bagian keuangan malas membuat laporan rutin secara tepat waktu sehingga
menyulitkan pengukuran kinerja perusahaan.
b. Pengusaha merekayasa laporan keuangan untuk menghindari pembayaran pajak
sesuai dengan ketentuan.
c. Mahasiswa menyalin tugas atau PR temannya agar mendapat nilai dengan cara
mudah.
7) Memiliki kemandirian atau ketidaktergantungan terhadap orang lain
Orang yang mandiri ialah orang yang tidak suka mengandalkan orang lain
namun justru mengoptimalkan segala daya dan upaya yang dimilikinya sendiri.
Intinya adalah kepandaian dalam memanfaatkan potensi diri tanpa harus diatur
oleh orang lain.
Untuk menjadi seorang wirausaha mandiri, harus memiliki berbagai jenis
modal. Ada tiga jenis modal utama yang menjadi syarat, yaitu :
a. Sumber daya internal calon wirausaha, misalnya kepandaian, keterampilan,
kemampuan menganalisis dan menghitung resiko, serta keberanian atau visi
jauh ke depan.
b. Sumber daya eksternal, misalnya uang yang cukup untuk membiayai modal
usaha dan modal kerja, jaringan sosial serta jalur permintaan / penawaran,
dan lain sebagainya.
c. Faktor x, misalnya kesempatan dan keberuntungan.
Seorang calon wirausaha harus menghitung dengan seksama apakah ketiga
sumber daya ini dimiliki sebagai modal atau tidak. Jika faktor-faktor tersebut
-
dapat dimiliki, maka ia akan merasa optimis dan boleh berharap bahwa impiannya
dapat menjadi kenyataan, misalnya :
Akio Morita dan Bill Gates terlahir dari orang tua yang kaya raya, namun
perusahaan yang mereka dirikan memperoleh kesuksesan atas jerih payah
mereka sendiri, bukan merupakan warisan dari keluarga.
8) Memiliki keberanian mengambil resiko
Seorang wirausaha harus berani menghadapi resiko. Semakin besar resiko
yang dihadapinya, semakin besar pula kesempatan untuk meraih keuntungan. Hal
ini dikarenakan jumlah pemain semakin sedikit.
Wirausaha harus bisa belajar mengelola resiko dengan cara mentransfer
atau berbagi resiko ke pihak lain seperti bank, investor, konsumen, pemasok, dan
lain sebagainya. Wirausaha yang sukses dinilai dari keinginannya untuk mulai
bermimpi dan berani menanggung resiko dalam upaya mewujudkannya, misalnya:
Sebuah gerai pisang goreng model baru dipadati oleh pengunjung sehingga
antrian menjadi terlalu panjang. Pemilik harus berani berinvestasi untuk
menambah kapasitas penggorengan pisang agar pembeli tidak pergi karena terlalu
lama menunggu. Namun di sisi lain ia harus siap menghadapi resiko jika
penambahan kapasitas penggorengan menjadi investasi yang sia-sia ketika orang
sudah bosan makan pisang goreng sehingga jumlah penjualan menurun.
9) Selalu mencari peluang
Seorang wirausaha sejati mampu melihat sesuatu dalam perspektif atau
dimensi yang berlainan dalam satu waktu. Bahkan, ia juga harus mampu melakukan
beberapa hal sekaligus dalam satu waktu. Semakin tinggi kemampuan seorang
wirausaha dalam mengerjakan berbagai tugas sekaligus, semakin besar pula
kemungkinan untuk mengolah peluang menjadi sumber daya produktif.
-
Ketika seorang wirausaha berhenti belajar dan memperbaiki diri, saat
itulah ia mengambil keputusan untuk berhenti menjadi seorang wirausaha.
Belajar, bagi seorang wirausaha sejati adalah proses yang dilakukan seumur
hidup, seperti halnya perubahan senantiasa terjadi sepanjang perjalanan hidup.
Contoh :
Sony Sugema membangun Q College pada saat belum ada satu lembaga pun
yang menyelenggarakan kursus e-commerce dan cara membuat Web. Ternyata,
kursus ini merupakan peluang bisnis yang sangat menjanjikan.
10) Memiliki jiwa kepemimpinan
Untuk dapat mampu menggunakan waktu dan tenaga orang lain mengelola
dan mengembangkan bisnisnya, seorang wirausaha harus memiliki kemampuan dan
semangat untuk mengembangkan orang-orang di sekelilingnya. Seorang pemimpin
yang baik tidak diukur dari berapa banyak pengikut atau pegawainya, tetapi dari
kualitas orang-orang yang mengikutinya serta berapa banyak pemimpin baru di
sekelilingnya.
Jiwa kepemimpinan, sebagai faktor penting untuk dapat mempengaruhi
kinerja orang lain, memberikan sinergi yang kuat demi tercapainya suatu tujuan.
Sikap orang yang memiliki jiwa kepemimpinan dapat tercermin pada praktik
sehari-hari, seperti kakak yang membimbing adik-adiknya untuk belajar.
11) Memiliki kemampuan manajerial
Kemampuan manajerial seseorang dapat dilihat dari tiga kemampuan, yaitu:
a. Kemampuan teknik
b. Kemampuan pribadi / personal
c. Kemampuan emosional
-
Seorang wirausaha yang cerdas harus mampu menggunakan tenaga dan
waktu orang lain untuk mencapai impiannya. Sebagai contohnya adalah konsep
pemasaran dengan sistem jaringan. Bayangkan bahwa kita bekerja rata-rata 8
jam sehari selama 5 hari seminggu dan 50 minggu setahun. Jika waktu produktif
kita adalah 40 tahun, maka seumur hidup kita memiliki 80.000 jam kerja. Jika dalam jaringan
kerja kita memiliki 1.000 anggota yang rata-rata bekerja satu jam sehari untuk bisnis
pemasaran jaringan, maka kita bisa menggantikan produktivitas seumur hidup hanya dalam
80 hari.
12) Memiliki kemampuan personal
Semua orang yang berkeinginan untuk menjadi seorang wirausaha harus memperkaya
diri dengan berbagai keterampilan personal. Hal ini dapat kita lihat indikatornya dalam
kehidupan sehari-hari, seperti :
a. Seorang pemilik toko roti dan kue harus memiliki kemampuan personal dalam
membuat kue dengan berbagai macam resep.
b. Seorang pemilik bengkel harus memiliki keterampilan mereparasi kendaraan
bermotor.
c. Seorang koreografer setidaknya harus menguasai beberapa tarian sari berbagai bidang
berbeda.
Menurut Vernon A. Musselman, Wasty Sumanto, dan Geoffrey Meredith, ciri-ciri
dari kewirausahaan adalah sebagai berikut :
1) Memiliki keinginan yang kuat untuk berdiri sendiri.
2) Memiliki kemauan untuk mengambil resiko.
3) Memiliki kemampuan untuk belajar dari pengalaman.
4) Mampu memotivasi diri sendiri.
5) Memiliki semangat untuk bersaing.
6) Memiliki orientasi terhadak kerja keras.
7) Memiliki kepercayaan diri yang besar.
8) Memiliki dorongan untuk berprestasi.
9) Tingkat energi yang tinggi.
-
10) Tegas.
11) Yakin terhadap kemampuan diri sendiri.
Wasty Sumanto menambah ciri-ciri yang ke-12 dan ke-13 sebagai berikut :
12) Tidak suka uluran tangan dari pemerintah / pihak lain dalam masyarakat.
13) Tidak bergantung pada alam dan berusaha untuk tidak mudah menyerah.
Geoffrey Meredith menambahkan ciri yang ke-14 sampai dengan ke-16,
yaitu :
14) Kepemimpinan.
15) Keorisinalana.
16) Berorientasi ke masa depan dan penuh gagasan.
Dalam mencapai keberhasilannya, seorang wirausaha memiliki ciri-cir tertentu.
Dalam Enterpeneurship and Small Enterprise Development Report (1986) yang dikutip oleh
M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer, dikemukakan beberapa ciri, yaitu :
1) Proaktif, yaitu berinisiatif dan tegas.
2) Berorientasi pada prestasi, tercermin dalam pandangan dan tindakan terhadap
peluang, orientasi efesiensi, mengutamakan kualitas pekerjaan, berencana, dan
mengutamakan pengawasan.
3) Memiliki komitmen yang kuat kepada orang lain, misalnya dalam mengadakan
kontrak dan hubungan bisnis.
-
BAB II
WOMAN OF ENTERPRENEUR
2.1.Wanita Wirausaha
Menurut definisi dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan, perempuan
adalah orang (manusia) yang mempunyai vagina, dapat menstruasi, hamil,
melahirkan anak dan menyusui. Sedangkan wanita adalah perempuan yang
berusia dewasa. Menurut bahasa sansekerta adalah Vani/vanita/Desire artinya
keinginan,dan wanita adalah mengandung makna sesuatu yang selalu diin
kekurangan yang dimilikinya.
Wanita memiliki dua karakter yang dibentuk dari paling tidak oleh kemuliaan
berikut: (1) Aspek jasmaniah dan (2)Nilai keagamaan yang dianut. Kedua hal ini
yang menjadikan muslimah sangat berbeda dengan wanita-wanita non muslim.
Melalui aspek jasmaniah, melahirkan suatu penampilan fisik yang mencerminkan
nilai syariat dari penetapan jilbab sebagai cara berbusana, tidak bertabaruj dalam
pergaulan berkomunikasi bebas dengan seorang lelaki kecuali apabila telah
menjadi suami hingga ke tata cara yang lebih prinsipil dan monumental, misalnya
cara berumah tangga mendidik anak dan masyarakat.
Sedangkan pada segi nilai keagamaan, dicirikan pada tata cara beribadah kepada
Allah SWT,tingkat ketaqwaan yang dapat diraih, hingga menjadi tauladan bagi
manusia-manusia lain di dalam kehidupan di dunia.
Selain memiliki karakter, wanita juga memiliki empat peran, yaitu:
1. Pendamping seorang suami
2. Perawat anak-anak
3. Penghangat rumah tangga
4. Pengokoh ummat
Cara Menjadi Wanita Wirausaha yang berhasil
Wanita karir adalah wanita yang menekuni sesuatu atau beberapa
pekerjaan yang dilandasi oleh keahlian tertentu yang dimilikinya untuk mencapai
suatu kemajuan dalam hidup, pekerjaan, atau jabatan.
Pengertian wanita karir sebagaimana dirumuskan diatas, nampaknya tidak
identik dengan wanita bekerja. Menurut Omas Ihromi, wanita pekerja adalah
mereka yang hasil karyanya akan mendapat imbalan uang. Meskipun imbalan
tersebut tidak langsung diterimanya. Ciri-ciri dari wanita pekerja inilah
-
ditekankan pada hasil berupa imbalan keuangan, pekerjaannya tidak harus ikut
dengan orang lain ia dapat bekerja sendiri yang terpenting dari hasil pekerjaannya
menghasilkan uang dan kedudukannya dapat lebih tinggi dan lebih rendah dari
wanita karir, seperti wanita yang terlibat dalam perdagangan
Wanita wirausaha juga disebut wirausahawan, untuk menjadi wiraushawan
Berikut ini merupakan beberapa ciri wirausahawan yang telah dikatakan berhasil :1
1. Memiliki visi dan tujuan yang jelas. Hal ini berfungsi untuk menebak ke
mana langkah dan arah yang dituju sehingga dapat diketahui apa yang
akan dilakukan oleh pengusaha tersebut.
2. Inisiatif dan selalu proaktif. Ini merupakan ciri mendasar di mana
pengusaha tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih dahulu
memulai dan mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan.
3. Berorientasi pada prestasi. Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi
yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk, pelayanan
yang diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap
waktu segala aktivitas usaha yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus
lebih baik dibanding sebelumnya.
4. Berani mengambil risiko. Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki
seorang pengusaha kapan pun dan di mana pun, baik dalam bentuk uang
maupun waktu.
5. Kerja keras. Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu, di mana ada
peluang di situ ia datang. Kadang-kadang seorang pengusaha sulit untuk
mengatur waktu kerjanya. Benaknya selalu memikirkan kemajuan
usahanya. Ide-ide baru selalu mendorongnya untuk bekerja keras
merealisasikannya. Tidak ada kata sulit dan tidak ada masalah yang tidak
dapat diselesaikan.
6. Bertanggung jawab terhadap segala aktifitas yang dijalankannya, baik
sekarang maupun yang akan datang. Tanggung jawab seorang pengusaha
tidak hanya pada material, tetapi juga moral berbagai pihak.
7. Komitmen pada berbagai pihak merupakan ciri yang harus dipegang teguh
dan harus ditepati. Komitmen untuk melakukan sesuatu memang
merupakan kewajiban segera ditepati dan direalisasikan.
1Kasmit, 2006. Kewirausahaan. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta.Hal. 27-28.
-
8. Mengembangkan dan memelihara hubungan baik denan berbagai pihak,
aik yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun
tidak. Huungan baik yang perlu dijalankan antara lain kepada para
pelanggan, pelanggan, pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas.
2.2.Faktor Penunjang dan Penghambat Wanita Wirausaha
Faktor Penunjang Wanita Wirausaha
Faktor-faktor penunjang wanita karir untuk berkembang dalam bidang
wirausaha.
1. Naluri kewanitaan yang bekerja lebih cermat, pandai mengantisipasi masa
depan.
2. Mendidik anggota keluarga agar lebih berhasil di kemudian hari, dapat
dikembangkan dalam personal manajemen perusahaan.
3. Faktor adat-istiadat, contohnya di Balidan Sumatera Barat di mana wanita
memegang peranan dalam mengatur ekonomi rumah tangga.
4. Lingkungan kebutuhan hidup seperti jahit menjahit, menyulam membuat kue
mendorong wanita pengusaha yang mengembangkan komoditi tersebut.
5. Majunya dunia pendidikan wanita sangat mendorong perkembangan wanita
karir, menjadi pegawai atau membuka usaha sendiri dalam berbagai bidang
usaha.
Faktor Penghambat Wanita Wirausaha
Faktor-faktor penghambat wanita karir untuk berkembang dalam
bidang wirausaha.
1. Faktor kewanitaan, di mana sebagai ibu rumah tangga ada masa hamil,
menyusui, tentu agak mengganggu jalannya bisnis. Namun hal ini dapat
diatasi dengan mendelegasikan tugas kepada karyawan lain.
2. Faktor sosial budaya, adat istiadat. Wanita sebagai ibu rumah tangga,
bertanggung jawab, penuh dalam urusan rumah tangga, bila anak atau
suami sakit, dia harus memberikan perhatian penuh, dan ini mengganggu
aktivitas usahanya.
3. Faktor emosional yang dimiliki wanita, disamping menguntungkan juga
bisa merugikan. Misalnya dalam pengambilan keputusan, karena ada
faktor emosional, maka keputusan yang diambilkehilangan rasionalitasnya.
-
4. Sifat pandai, cekatan, hemat dalam mengatur keuangan rumah tangga,
berpengaruh terhadap keuangan perusahaan.
2.3. Pandangan Islam tentang Wanita Wirausaha
Wanita wirausaha menurut pandangan Islam adalah wanita yang
tidak mengesampingkan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga. Adapun
tugas seorang ibu rumah tangga adalah mengurus suami dan anak-anaknya.
Wanita wirausaha juga dapat disebut dengan wanita karir.
Sebagaimana di alquran dijelaskan untuk perintah mencari nafkah
dalam surat Al-Isra: 12.
Artinya: Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda
malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari karunia dari Tuhanmu,
dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. Dan segala sesuatu
telah kami terangkan dengan jelas. (Q.S.Al-Isra:12.
Contoh figur wanita wirausaha pada zaman Rasulullah SAW
Siti Khadijah
Khadijah adalah wanita pertama yang beriman kepada Allah, mendirikan shalat
bersama Rasulullah., dianugerahi anak dari rahimnya, mendapat kabar gembira seagai salah
seorang penghuni surga, menrima salam dari Rabbnya, dan istri pertama Rasulullah yang
wafat.
Dialah wanita yang beriman kepada Allah saat semua manusia mengingkari-Nya,
wanita yang percaya kepada Rasullah ketika semua mendustakannya, wanita yang
mendermakan kekayaannya tatkala semua manusia menimbunnya. Dialah pribadi wanita
bijaksana, cerdik, dan dilindungi oleh Islam saat jahiliah. Lalu bagaimanakah sosoknya di
bawah kemuliaan Islam?
Sungguh, dialah wanita yang menenangkan hati Rasulullah, menemani dakwahnya,
memberikan kebahagiaan dan kedamaian dengan menyediakan berbagai keutuhannya,
menjadi sandaran Rasululah hingga mendapat kedamaian dari sisi-Nya, dan wanita yang
dijanjikan surga di kehidupan abadi.
-
Dialah khadijah, pemimpin seluruh wanita pada zamannya, ibunda Qasim, putri
Khuwailid bin Asad bin Abdul Izzi bin Qushay bin Kilan, dan ibu dari seluruh putra
Rasulullah. Sekali lagi, dia adalah orang pertama yang percaya dan membenarkan kerasulan
Muhammad. Dan Khadijah adalah teladan ideal bagi kesempurnaan seorang wanita yang
melengkapi kehidupan seorang laki-laki yang agung.
Sungguh, seluruh nabi dan rasul Allah, para pengemban risalah-Nya, memiliki hati
dan perasaan yang peka, memahami kezhaliman yang hendak mereka ubah, memperjuangkan
kebenaran yang telah menjadi tanggung jawab dan kewajiban mereka sekuat tenaga, dan
senantiasa mendahulukan kepentingan orang lain dibanding kepentingan pribandi juga
keluarga. Dan Khadijah telah terlebih dahulu memiliki karkteristik tersebut. Dalam hidup
Rasulullah Khadijah memiliki pengaruh yang mulia.
Ibnu Astir berpendapat, Khadijah binti Khuwailid adalah seorang saudagar kaya raya
dan terpandang. Dia mempekerjakan banyak laki-laki dalam perniagaannya. Ketika
mengetahui kejujuran, sikap amanah, dan akhlak terpuji
Rasulullah, Khadijah meminta Rasulullah untuk meniagakan baranga dagangannya ke negeri
Syam bersama pelayannya, Maisarah.2
Kemudian, Rasulullah menerima amanat perniagaan itu. Beliau pun bertolak menuju
negeri Syam untuk meniagakan barang dagangan Khadijah. Dalam perniagaan itu, Allah
melimpahkan taufik-Nya kepada Rasulullah. Karenanya, keuntungan yang beliau dapatkan,
jauh lebih banyak dari keuntungan yang pernah diperoleh Khadijah dalam perniagaan
sebelumnya bersama sang paman, Abu Thalib.
Mengetahui hal itu, Khadijah merasa sangat senang dan gemira. Namun, wanita kaya
itu lebih tertarik kepribadian Rasulullah Saw dibanding keuntungan yang telah beliau
dapatkan.
Khadijah adalah wanita bangsawan, kaya raya, cerdas, dan menjadi setiap lelaki
quraisy, namun, mereka mengincar kekayaaan yang dimilikinya, bukan mengincar dirinya.
Dengan kata lain, mereka hendak menikahi Khadijah karena ingin menguasai kekayaannya
saja.
Namun, ketika mengetahui lebih jauh mengenai sosok Muhammad SAW, Khadijah
merasakan sesuatu yang lain, sesuatu yang berbeda dari kebanyakan lelaki quraisy. Wanita
saudagar kaya raya itu seakan telah menemukan sosok lelaki yang tidak terlena oleh harta
2Abdul Radi, Ibrahim Mahmud. 2009. Wanita-Wanita Hebat Pengukir Sejarah. PT. Niaga Swadaya: Jakarta.
Hal. 358.
-
sebab selama dia menyuruh para lelaki meniagakan barang dagangannya, dalam benaknya
selalu muncul keraguan dan ketidakpercayaan. Sementara terhadap Muhammad SAW,
Khadijah melihatnya sebagai sosok yang sanggup menjaga diri, berwibawa, dan memiliki
kecerdasan yang luar biasa dan Muhammad juga, tidak pernah melihat kekayaan ataupun
kecantikan dirinya.3
Contoh figur wanita pebisnis muslim di Indonesia
Hj. Nadhifah Jufri, MBA
Yang Menjadi Bukti dengan Butik Islami
(Komisariat ALIB Moslem Store)
Menekuni bisnis sekaligus aktif berorganisasi, itulah sosok Maria Nadhifah, ibu
dengan 3 putri dan 1 putra yang tetap gesir di usianya yang ke-65. Karena aktifitasnya yang
luar biasa serta dedikasinya yang tinggi kepada masyarakat dan para entrepreneur (pebisnis),
tak heran eksistensi Nadhifah banyak mendapatkan penghargaan dari berbagai lembaga dan
instansi. Diantara bentuk apresiasi tersebut antara lain: Wanita Pengusaha Teladan 1992 dari
IWAPI pusat, International Development Citra Award dari ASEAN, Program Consultant
Indonesia Consortium akhir tahun 2002, dan The Best Executive Citra Awards tahun 2003
dari ASEAN Program Consultant (APC). Sejak tahun 1982, ia mulai menekuni bisnis busana
muslim dengan nama Al-Falah Islamic Boutiq, yang lebih dikenal dengan ALIB Busana
Muslim. Selama itu pula ia telah menjadi pelopor dalam usaha busana muslim di Jawa
Timur.4
Hidup di Lingkungan Wirausaha
Anak pertama dari empat bersaudara yang dilahirkan di Surabaya,6 November 1940
ini sejak kecil tumbuh di lingkungan wirausaha.Sang ayah mempunyai usaha percetakan dan
toko buku Peneleh, yang mengenalkan pertama kali dunia bisnis kepadanya.
Membantu proses penjilidan buku merupakan kontribusi yang diberikannya terhadap usaha
ayahnya. Bekal inilah yang banyak mempengaruhi kehidupan bisnisnya hingga sekarang.5
3Ibid. Hal. 359.
4Nasution, Nursanita. 2005. Kisah Sukses Pebisnis Muslimah Indonesia. PUSTAKA AL-KAUTSAR: Jakarta.
Hal. 142. 5Ibid.
-
Selepas SMA, Nadhifah meneruskan sekolahnya di IKIP Surabaya mengambil
jurusan Kimia. Walaupun masih kuliah, di usianya yang ke dua puluh empat, dia
memutuskan untuk menikah dengan Zeni AD, di tahun1964.Baru di tahun1968, dia dapat
menyelesaikan studinya tersebut. Suaminya yang bekerja sebagai tentara, menyebabkan
dirinya sering berpindah tempat mengikuti sang suami.
Menengok Sejarah ALIB
Bermula ketika menunaikan ibadah haji di tahun 1980, Nadhifah dan suami merasa
kesulitan dalam mencari perlengkapannya. Begitu pun sepulang haji, ia masih merasa
kesulitan dalam mencari oleh-oleh. Tidak dapat dipungkiri, begitu banyak calon jamaah haji
yang juga sangat membutuhkan perlengkapan ibadahnya.Hal tersebut dilihat sebagai peluang
yang dapat digunakan sebagai penghasilan dan sarana ibadah. Akhirnya sang suami memberi
ide untuk membuka toko perlengkapan muslim yang menyediakan peralatan ibadah tersebut,
dengan niat memudahkan umat Islam mencari sarana ibadah.6
Naluri bisnis Nadhifah bergolak mendengar saran suami. Setahun kemudian, ia
mengawali membuka usaha dengan modal satu juta rupiah berupa banguna toko ukuran 3 x 4
meter didirikan diteras rumah. Awalnya, ia sendiri yang bersusah payah dalam mencari
barang yang hendk dijualnya, hingga terwujud sebuah toko kecil yang dilengkapi dengan
berbagai busana muslim, peralatan ibadah, buku dan kaset-kaset agama. Ia pun gencar
melakukan promosi melalu pengajian yang diikutinya, yaitu dengan jalan menyebar kartu
nama. Walaupun awalnya anaknya merasa malu dengan aksi ibunya, namun dari situlah
akhirnya banyak orang mengenal keberadaan ALIB.Dalam perjalanannya ALIB semakin
berkembang dari tahun ke tahun, hingga di tahun 1995 seluruh lokasi yang beralamat di
Dukuh Kupang 71-73 ini dibongkar dan dijadikan toko berlantai tiga.
Melakukan kerjasama dan membangun kemitraan dengan pengrajin kecil sejak tahun
1984 menjadikan usaha Nadhifah yang waktu itu menjabat sebagai Direktris ALIB, memiliki
sebagai berbagai macam produk perlengkapan muslim seperti jilbab, kerudung, bordir-bordir,
kaligrafi, dan lain-lain. Tidak hanya itu saja, berkat membangun kemitraan dengan pengrajin
dari daerah, pada tahun 1995 Nadhifah mendapatkan anugerah Upakarti (penghargaan
tertinggi bagi perusahaan di Indonesia) dari presiden Soeharto dalam bidang kepeloporan
untuk untuk menjalin kerjasama dengan industri kecil.
6Ibid. Hal. 143.
-
ALIB juga sempat mengalami pasang surutnya usaha, terutama pada saat terkena
krismon.Pada saat krismon terjadi, Nadhifah baru saja selesai membangun gedung baru untuk
ALIB.Padahal ekonomi waktu itu berputar 180 derajat dan daya beli masyarakat menurun
walau saat musim haji.Nilai barang sangat tinggi, bunga bank melonjak 50%. Kalau ada
pepatah: Pohon makin tinggi makin banyak anginnya, hal inilah yang dialami oleh Nadhifah.
Namun berkat usaha yang giat dan dengan menambah frekuensi berdoa akhirnya semua
berhasil dilewati dengan baik. Usahanya antara lain pengoptimalan pelayanan, perbaikan
mutu dan menggunakan teknik jemput bola. Krisis berhasil dilalui, bahkan mampu
menambah daya saing ALIB terhadap usaha lain yang sejenis.
Tidak hanya di Surabaya, ALIB juga mengembangkan sayap usahanya dengan
membuka cabang di Ujung Pandang dan menebar outlet di mall dan plaza di Surabaya, Ujung
Pandang dan Banjarmasin. Pengembangan yang terlihat selain banyaknya pembukaan cabang
di lokasi yang berbeda,
jumlah karyawan pun mengalami peningkatan. Di awal berdirinya ALIB hanya mempunyai
karyawan penjahit 3 orang dan di tahun 1996 bertambah menjadi 100 orang.7
Selain itu produk yang ditawarkan oleh ALIB tidak hanya mempunyai pangsa pasar
lokal tetapi juga diekspor ke luar negeri diantaranya Singapura, Jepang, dan juga
Jeddah.Ekspor mulai dirintis ketika ada orang Singapura yang datang ke ALIB.
Puncak penjualan ALIB terjadi ketika musim lebaran dan musim haji.Pemasaran yang
mencapai luar negeri dikarenakan kualitas yang tetap terjaga dengan baik.Hal tersebut tidak
lepas dari adanya quality control yang tetap dilakukan terhadap barang-barang yang dikirim
dari daerah sehingga produk yang ditawarkan tidak mengecewakan pihak konsumen.
Bukan berarti dalam menjalankan usahanya, Nadhifah senantiasa mulus-mulus
saja.Pernah kualitas produknya dinilai masih kurang bagus oleh orang Jepang.Di sini yang
dilihat lebih pada masalah jahitan dan menyertakan pinggiran kain yang terdapat merk dari
kain tersebut.Tetapi Nadhifah tidak berkecil hati, Nadhifah menilai protesan tersebut sebagai
intropeksi bagi produknya, sehingga lebih bisa meningkatkan kualitasnya di kemudian hari.
7Ibid. Hal. 145.
-
Usaha dan Doa
Di dalam kehidupan bu Jufri, ia adalah sosok yang tegar dan tidak pernah mengenal
putus asa. Ia senantiasa optimis dan berusaha ketika menghadapi krisis moneter. Faktor-
faktor yang penting dalam mengantarkan keberhasilannya dalam membangun usaha, yakni
usaha dan doa. Dengan memegang dan menjalankan ketiga faktor tersebut dalam kehidupan
sehari-hari, Hj.Nadhifah Jufri, MBA mampu mengelola dan mengembangkan usaha ALIB
Busana Muslim. Usaha dan doa adalah kunci keberhasilan,ujar ibu Nadhifah ketika
disinggung kiat suksesnya. Sebagai seorang muslimah yang taat, Direktur ALIB Busana
Muslim ini juga selalu menanamkan syariat-syariat agama Islam dalam menjalankan roda
bisnisnya.Ia juga mewajibkan seluruh karyawatinya memakai jilbab.
Dalam mengembangkan usaha, ia menjalin usaha dengan pengraji kecil sejak 1984.
Harapannya, dapat saling membantu dan menguntungkan khususnya dalam pemasaran
produk. Dalam kemitraan ini, para pemasok dari berbagai daerah, seperti Mojokerto, Porong,
Sidoarjo, Gresik, Bangil, dan Surabaya memasok produk-produk seperti jilbab, kerudung,
bordir-bordir, kaligrafi dan lain-lain. Hasilnya setiap tahun mitra usahanya berkembang dan
bertambah. Tentu saja, hal ini membuktikan adanya kerja sama yang terbina secara baik.
Peduli SDM
Kepeduliannya terhadap pengrajin terwujud jauh sebelum pemerintah menggalakkan
program kemitraan dengan pengrajin, yaitu terjalin sejak tahun 1984.Demikian pula dengan
program pendidikan sistem ganda, yakni program magang bagi siswi SMKK Maarif
Sidoarjo.Bahkan beberapa tahun terakhir, tidak sedikit siswa yang magang banyak
berasaldari Tulungangung, Madura, dan lain-lain.
Keberhasilannya tak lepas dari kiat dan terobosannya.Saya menganggap semua
karyawan adalah aset perusahaan.Mereka berperan pula menentukan maju mundurnya
perusahaan.Oleh sebab itu, mereka saya perlakukan secara kekeluargaan, jelasnya.
Mengingat karyawan adalah aset perusahaan, maka masalah SDM menjadi perhatian
utamanya. Mengikuti pelatihan baik dari Kadinda, Deperindag, dan instansi lain sudah biasa
bagi karyawan. Tak pelak pengiriman semacam ini, mau tak mau perusahaan harus
berkorban.Pernah suatu kali ALIB melepas 13 karyawannya untuk magang ke Jepang
padahal ada sebagian dari mereka begitu pulang justru menikah dan harus keluar.
-
Kebahagiaan Nadhifah adalah ketika mereka yang sudah keluar dari ALIB dan dapat
mandiri, akan tetapi masih tetap mengingatnya. Hal lain yang membuatnya bersenang hati
yaitu ketika banyak pengunjung. Berhubung yang datang ke ALIB mayoritas orang muslim,
maka ia merasa selalu didoakan. Mereka datang dengan mengucapkan salam, berarti
mendoakan kami. Apalagi orientasi ALIB dunia akhirat, insya Allah dunia tercapai juga
akhiratnya, tutur Nadhifah.Masih ada lagi yang menambah daftar kebahagiaanya yaitu
ketika desain terbarunya baru saja dipajang dan kemudian langsung laku. Sebaliknya, ia akan
berduka ketika desain baru tersebut diatur di pihak lain dengan kualitas rendah.
Hingga kini ALIB telah mempunyai 25 mitra binaan yang tersebar di berbagai tempat.
Selama 23 tahun, perusahaan ini menjadi pelopor dalam usaha busana muslim di Jawa Timur.
Selain itu, ALIB juga berkembang dengan memasuki bisnis garment yang lebih luas dengan
melayani permintaan produk untuk uniform (seragam). Dengan kapasitas produksi mencapai
1000 unit/bulan, ia berkomitmen untuk meningkatkan produksi seiring dengan semakin
meningkatnya permintaan produk-produk baik di pasar lokal maupun ekspor. Di antara pasar
lokal yang ditembusnya antara lain yaitu Jawa, Bali, Sulawesi, dan juga Kalimantan.
Sedangkan untuk pasar ekspor menembus Singapura, Malaysia, Brunei, dan Saudi
Arabia.Adapun produknya terbagi menjadi tiga hal yaitu, Moslem Garment (meliputi busana
dewasa wanita dan pria, busana anak dan remaja, mukena, jilbab kerudung dan topi), Moslem
Equipment (meliputi sajadah dan songkok), dan Moslem Accessories (meliputi tasbih, kalam
dan perhiasan).
Karena aktifitasnya yang sungguh luar biasa, serta dedikasinya yang tinggi kepada
masyarakat entrepreneur, tak heran eksistensi nadhifah banyak mendapatkan penghargaan
dari berbagai lembaga dan instansi, antara lain : Wanita Pengusaha Teladan (1992) dari
IWAPI pusat, Wanita Berkarya dan Berprestasi (1993) dari Institut Manajemen Indonesia,
Wanita Berbusana Rapi dan Serasi (1995) dari YAPMI (Yayasan Pembina Mode Indonesia),
Wanita Al-Khoir (1995) dari PonPes Munirul Wathon Tuban, Citra Prestasi Mitra
Pembangunan (1996) dan Citra Abdi Pembangunan Nasional (1997) dari Yayasan Citra
Karya Abdi Pembangunan Indonesia, Citra Ibu Indonesia (1996) dari Yayasan Citra Karya
Indonesia, Insan Abdi Masyarakat dan Pembangunan (1998) dari Yayasan Tridharma
Adhikarya, Wanita Berprestasi Indonesia (1999) dari Yayasan Dharma Bhakti Indonesia, The
Leader Achievement in the Development Award (2000) dari Yayasan Anugerah Prestasi
Indonesia Independen. Sedangkan penghargaan untuk tingkat ASEAN ada dua penghargaan
-
yaitu The Best Executive Citra Awards (2002) dari ASEAN Program Consultant dan
International Development Citra Award (2003) dari ASEAN Program Consultant Indonesia
Conson. Selain itu Nadhifah juga pernah mendapat predikat Kartini-Kartini di Jawa Timur di
tahun 1997 dan termasuk 54 profil Eksekutif Indonesia di tahun 1999.
Dukungan suami tidak hanya berkaitan dengan usahanya, namun juga untuk aktivitas
sosialnya di luar. Terbukti, Nadhifah dipercaya sebagai Ketua Pengajian Wanita Pusat
Pengembangan Islam (PEWAPPI) Surabaya, penasehat Yayasan Pendidikan Bakti Wanita
Islam (YPBWI) wilayah Jawa Timur, ketua yayasan Khoirun Nisa Surabaya, Ketua I badan
Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI), Ketua kompertemen bidang
UKM & Koperasi KADIN (Kamar Dagang dan Industri) Jawa Timur, ketua bidang
organisasi IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia) Jawa Timur, dan pengurus FORSAP
(Forum Silaturrahim Antar Pengajian) Jawa Timur. Bahkan ibu yang tinggal di jalan Dukuh
Kupang XXIII/7 Surabaya, dan berkantor di jalan Dukuh Kupang no 71 73 Surabaya ini
masih mendapat lobby untuk dicalonkan menjadi IWAPI periode ke depan.
Hj.Nadhifah Jufri, MBA saat ini sudah mulai perlahan-lahan mengurangi perannya di
ALIB, karena putri pertamanya Dra.Afrina Amalia Faris mampu mewarisi jiwa entrepreneur
dari Nadhifah. Di bawah kepemimpinan Rina,
demikian putri pertamanya ini dipanggil, dengan dibantu adiknya yang putri ketiga Aflaha
Hidayah Hikmahsari, SE sebagai manager produksi sekaligus desainer meningkatkan
penjualan ALIB hingga 200 %.
Hingga kini, ALIB terus menjalin komunikasi dengan para pengusaha nasional
lainnya, diantaranya KADIN (Kantor Dagang dan Industri Nasional), ASEPHI (Associaton of
Indonesian Handycraft Producers and Exporters) dan IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha
Indonesia). Ke depan, Nadhifah meyakini bahwa prospek usaha tekstil dan produk tekstil atau
garment akan semakin cerah. Dengan begitu, tentunya ia juga siap untuk memasuki pasar
global yang kompetitif dan dinamis.
Peran Keluarga bagi Nadhifah
Keluarga bagi Nadhifah adalah penyemangat dalam kehidupan dan
usahanya.Nadhifah mengaku sangat beruntung karena suaminya H. Jufri Susilo ternyata juga
mendukung, sekaligus memberi ijin.Ijin suami sangat penting, karena bisnis dan organisasi
bagi saya adalah hobi.
-
Maka saya mohon ijin suami untuk seumur hidup, dan bila suatu waktu tak sempat pamitan
saya mohon kerelaan suami tanpa bermaksud menyalahgunakan. Ini merupakan komitmen,
jelas Nadhifah.
Seorang Nadhifah menilai pentingnya arti pendidikan. Oleh karenanya ia senantiasa
haus dengan ilmu. Di usianya yang senja, ia baru menyelesaikan pendidikannya di JIMS
(Jakarta Institute of Management Studies) dengan meraih gelar MBA. Tidak hanya untuk
dirinya, kepada anak-anak pun Nadhifah sangat peduli pada pendidikan. Sebagai pengusaha
sesibuk apapun ia tetap memperhatikan penuh pendidikan putra-putrinya. Terbukti keempat
anaknya, Dra. Afrina A. Faris (33), dr. Anita Kartikasari (32), Aflaha Hidayat Hikmahsari,
SE (30) dan Riza Amrozi (29), sukses menyelesaikan studi yang ditempuhnya.
Ia menegaskan bahwa orang tua tidak mewariskan harta tetapi mewariskan ilmu. Ilmu harus
dicari dan dikembangkan. Oleh sebab itu, ia menyediakan dana untuk pendidikan anak-
anaknya tersebut.
Pesan untuk Generasi Muda
Nadhifah memberikan pesan untuk para generasi muda, apa yang diperolehnya
selama ini hanya bermodalkan keuletan dan kejujuran. Keuletan tanpa kejujuran menjadikan
hasil yangdiperoleh kurang barokah. Sebaliknya kejujuran tanpa keuletan akan lemah dan
mudah patah semangat sehingga akan sering alih profesi. Ia juga senantiasa berfikir untuk
bermanfaat untuk orang lain, karena hadits Nabi Muhammad SAW sendiri mengatakan
Khoirunnas anfaahum lin naas yaitu sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi
orang lain. Selain itu ia bersemboyan bahwa hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, yang
juga merupakan ajaran Nabi Muhammad SAW. Itulah Nadhifah Jufri, potret muslimah yang
sukses di jalur bisnisnya.8
2.4. Kesimpulan.
Wanita wirausaha menurut pandangan Islam adalah wanita yang tidak
mengesampingkan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga. Adapun tugas seorang ibu
rumah tangga adalah mengurus suami dan anak-anaknya. Wanita wirausaha juga dapat
disebut dengan wanita karir. Contoh figur wanita wirausaha pada zaman Rasulullah
adalah Siti Khadijah sebagai saudagar atau pedagang yang kaya raya dan contoh figur
8Ibid. Hal. 153.
-
wanita pebisnis muslim di Indonesia adalah Hj. Nadhifah Jufri, MBA. sebagai pemilik
butik Islami.
.
-
DAFTAR PUSTAKA
Bygrave, William D. 1996. The Portable MBA Entrepreneurship. Binarupa Aksara: Jakarta.
Abdul Radi, Ibrahim Mahmud. 2009. Wanita-Wanita Hebat Pengukir Sejarah. PT. Niaga Swadaya:
Jakarta.
Nasution, Nursanita. 2005. Kisah Sukses Pebisnis Muslimah Indonesia. PUSTAKA AL-KAUTSAR:
Jakarta.
Kasmit, 2006. Kewirausahaan. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta.
Digilib.uin-suka.ac.id, Hari jumat, tanggal 01 Maret 2013, Jam 11.15 wib.
Isi. Unisba.ac. id/index.php/makalah/makna-wanita, Hari Kamis, tanggal 28 Februari 2013, Jam 20.00
wib.
Mirzafaishall.wordpress.com, Hari jumat, tanggal 01 Maret 2013, Jam 19.22 wib.
Firiyawahyuni.blogspot.com, Hari jumat, tanggal 01 Maret 2013, Jam 19.22 wib.
Carapedia.com, Hari jumat, tanggal 01 Maret 2013, Jam 19.28 wib.
-
BAB III
PERSONALITY,EMOTION AND BEHAVIOR
3. Pengertian Personality, Emotion and Behaviour
3.1. Personality
Kepribadian seseorang tidak sama persis dengan kepribadaian orang
lain. Kepribadian ini adalah sangat unik, demikian dinyatakan oleh para ahli.
Dengan kepribadian yang dimiliki oleh seseorang dia dapat memikat orang
lain, orang menjadi simpati padanya, orang tertarik dengan pembicaraannya,
orang terkesima olehnya. Wirausahawan yang memiliki kepribadian seperti ini
seringkali berhasil dalam menjalankan usahanya.
Adapula wirausahawan yang secara fisik tidak meyakinkan, tidak
menarik, tetapi setelah berbincang (lobby) rasanya tersimpan suatu daya tarik,
sehingga calon relasi tadi makin tertarik, akhirnya menjurus ke arah lebih
dekat dan saling memberi harapan.
Kepribadian semacam inilah yang perlu dikembangkan oleh
wirausaha. Sekarang timbul pertanyaan, apakah kepribadian itu? Dapatkah
-
kepribadian itu diperbaiki? Bagian-bagian manakah yang menjadi unsur
kepribadian yang dapat diperbaiki dan manakah yang sudah pembawaan
sejak lahir.
Dikemukakan oleh Eric Fromm bahwa, kepribadian adalah merupakan
keseluruhan kualitas psikis yang diwarisi atau diperoleh yang khas pada
seseorang yang membuatnya baik. Jadi kepribadian seseorang itu bisa
berbentuk pikiran, perasaan, kata hati, berupa berupa tempramen, watak
(karakter).
1. Kepribadian yang Produktif
Seorang wirausaha adalah seorang yang memiliki kepribadian yang
produktif. Apakah yang dikatakan produktif? Produktif ialah kegiatan yang
menimbulkan atau meningkatkan kegunaan (utility). Kita mengenal beberapa
macam utility, yaitu utility of place (kegunaan tempat), utility of time
(kegunaan waktu), utility of form (kegunaan bentuk), dan utility of
ownership/possesion (kegunaan kepemilikan, dsb. Jadi segala bentuk
kegiatan yang meningkatkan kegunaan suatu benda disebut produktif.
Gilmore menyatakan bahwa pribadi yang produktif (productive
person) ialah individu yang menghasilkan kontribusi bermanfaat bagi
lingkungannya.
Seorang wirausaha jelas selalu memberi kontribusi positif bagi
lingkungnnya, antara lain menampung tenaga kerja, memberi sumbangan
sosial, menjaga kebersihan, bergaul dengan sesama, dan sebagainya.
Seseorang wirausaha memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi terhadap
lingkungannya. Sorang wirausaha juga memiliki tanggung jawab sosial,
untuk itu harus sering berinteraksi, bergaul, terbuka sesama teman. Dia harus
memiliki rasa empati, menolong orang lain yang membutuhkan
pertolongannya.
Sebagai kesimpulan, pribadi yang produktif ialah seseorang yang
memberikan kontribusi kepada lingkungannya, dia imajinatif, dan inovatif,
bertanggung jawab dan responsif dalam berhubungan dengan orang lain.
Seseorang yang produktif ini adalah individu yang matang. Matang disini
-
bukan berarti dewasa secara fisik, tetapi lebih banyak mengandung aspek
psikologisnya. Ciri-ciri pribadi yang matang ialah:
1. Tidak banyak tergantung pada orang alin.
2. Memiliki rasa tanggung jawab.
3. Obyektif dan krits (tidak asal terima).
4. Emosinya stabil.
5. Sociability, artinya dalam lingkungan yang cocok ia akan tampil kedepan.
Dalam lingkungan yang tidak cocok, ia akan menjaga jarak.
6. Keyakinan agama.
Yang terkhir ini adalah aspek paling tinggi dalam jenjang kematangan
yang dicapai seseorang, yaitu pengakuan akan pertolongan dan
kekuasaan Allah Swt.
3.2. Emotion
Istilah tempramen menunjukkan cara bereaksi atau bertingkah laku
yang bersifat tetap, sedangkan istilah watak dibentuk oleh pengalaman-
pengalaman semasa kanak-kanak dan dapat berubah pada batas-batas
tertentu karena diperolehnya pengalaman-pengalaman baru.
Hippocrates membedakan 4 macam tempramen:
1. Choleric
2. Sanguine
3. Melan cholic
4. Phlegmatic (Erich Fromm, 1975)
Secara simbolik dapat disamakan:
choleric= api, panas, cepat, dan kuat= easily angered= gampang marah.
Sanguine= udara, panas dan lembab, cepat, dan lemah, dalam istilah lain= over
estimated= terlalu optimis.
Melancholic disimbolkan dengan bumi, dingin, kering, lemah, dan kuat, dan
pendiam. Jadi tipe ini kuat dalam kelemahannya yang bersifat pendiam
(depressed).
Phlegmatic, simbolnya air, dingin, lembab, dan lemah (too slow).
-
Tempramen ini menunjukkan pada cara berkreasi yang bersifat tetap
dan tidak berubah. Tempramen ini akan diimbangi oleh watak, yaitu suatu
pola tingkah laku yang khas yang terdapat pada seseorang.
Berbagai bentuk tempramen di atas tidak boleh dikatakan ini jelek, itu
bagus. Tempramen ini akan diimbangi oleh watak.
-
3.3. Behavior
Menurut ahli psikologi behavioristik, sifat-sifat watak dapat disamakan
dengan sifat tingkah laku (behavior). Sedangkan menurut socio-psikologis
manusia selalu berbuhungan dengan sesamanya, berhubungan dengan
alam, dan berhubungan dengan dirinya sendiri. Cara manusia berhubungan
itu bermacam-macam, marah, kasihan, benci, sayang, cinta, berkerja sama,
bersaing, dan sebagainya. Dengan segala cara berhubungan itu, manusia
berusaha menyesuaikan diri, mencoba berorientasi dengan sesama, dengan
alam, bahkan dengan diri sendiri. Oleh sebab itu, dikatakan bahwa inti dari
watak ialah orientasi.
Seorang wirausahawan yang sukses, sebagai salah satu kuncinya ia
harus mempunyai kepribadian yang menarik. Dengan melihat adanya
kekurangan yang terdapat pada dirinya, ia harus berusaha belajar dari sesama
manusia atau lingkungannya. Bakat seorang wirausaha akan bertambah dan
berkembang berkat pengetahuan, pengalaman yang diperoleh dari hasil
interaksi dengan lingkungan.
Faktor-faktor yang dapat dipelajarai untuk mengembangkan bakat
yang kita miliki diantaranya:
a. Pikiran
b. Perasaan
c. Pertimbangan
d. Sikap
Dengan cara mengasah pikiran, diharapkan daya ingat menjadi tajam
dan kreatif, berwujud menjadi cepat berpikir, sistematis, dan terarah pada
tujuan disamping terbukanya kemungkinan bertambahnya pengetahuan.
Perasaan akan berkembang menjadi lapang dan leluasa, memiliki jiwa
besar, sehingga tumbuh daya energi yang agresif, berani, sabar, dan penuh
perhitungan dalam mengaji perasaan orang lain.
Setiap wirausaha harus dapat memberikan keterangan-keterangan
kepada relasi dengan jelas dan menarik. Setiap kata dan kalimatnya harus
meyakinkan dan setiap keberatan orang lain harus dijawab dengan tepat dan
memuaskan. Memang seseorang wirausaha itu perlu mempunyai kecakapan
-
untuk memberikan pertimbangan-pertimbangan ke arah proses lancarnya
pembicaraan.
Sikap yang serius dibubuhi dengan humor pada tempatnya, maka
seorang wirausaha sudah menempatkan dirinya untuk mendapatkan
perhatian. Pada saat-saat menentukan ia harus dapat memuaskan kedua
belah pihak dan hubungan dengan relasi akan semakin harmonis.
Dengan demikian wirausaha dapat membuka hati dan pikiran lebar-
lebar dalam menerima tambahan pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan
sehingga segala bentuk pribadi yang betul-betul teruji dan menyenangkan.
3.4.1. Sikap Berwirausaha
Alex Inkeles dan David H. Smith adalah beberapa ahli yang
mengemukkan tentang dan sikap orang modern. Menurut Inkeles kualitas
manusia modern tercermin pada orang yang berpartisipasi dalam produksi
modern yang di manifestasikan dalam bentuk sikap, nilai, dan tingkah laku
dalam kehidupan social Ciri-cirinya meliputi keterbukaan terhadap
pengalaman baru selalu membaca perubahan social, lebih realistis terhadap
fakta dan pendapat, berorientasi pada masa kini dan masa yang akan datang
bukan pada masa lalu, berencana, percaya diri, memiliki aspirasi,
berpendidikan dan mempunyai keahlian, respek, hati-hati, serta memahami
produksi.
Ciri-ciri orang modern tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan oleh
Gunar Myrdal, yaitu:
1. Kesiapan diri dan keterbukaan terhadap inovasi.
2. Kebebasan yang besar dari tokoh-tokoh tradisional.
3. Mempunyai jangkauan dan pandangan yang luas terhadap berbagai
masalah.
4. Berorientasi pada masa sekarang dan yang akan datang.
5. Selalu memiliki perencanaan dalam segala kegiatan.
Sikap dan Perilaku Wirausaha 3.4.
-
6. Mempunyai keyakinan pada kegunaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
7. Percaya bahwa kehidupan tidak dikuasai oleh nasib dan orang tertentu
8. Memiliki keyakinan dan menggunakan keadilan sesuai dengan prinsip
masing-masing.
9. Sadar dan menghormati orang lain.
Menurut Harsojo, modernisasi merupakan sikap yang menggambarkan.
a. Keterbukaan bagi pembaruan dan perubahan.
b. Kesanggupan membentuk pendapat secara demokratis.
c. Orientasi pada masa kini dan masa depan.
d. Keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri.
e. Keyakinan terhadap kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
f. Anggapan bahwa keberhasilan merupakan hasil dari prestasi.
Orang yang terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru akan
lebih siap untuk menanggapi segala peluang, tantangan, dan perubahan
sosial, misalnya dalam mengubah standart hidup. Orang-orang yang terbuka
terhadap ide-ide baru merupakan wirausaha inovatif dan kreatif. Menurut
Yurgen Kocka, pandangan yang luas dan dinamis serta kesediaan untuk
pembaruan bisa lebih cepat berkembang dalam lapangan industri, tidak lepas
dari latar belakang pendidikan, dan pengalaman perjalanan yang banyak.
Dalam konteks ini juga dijumpai perpaduan yang
nyata antara usaha perdagangan yang sistematis
dan nasional dengan kemampuan bereaksi
terhadap kesempatan-kesempatan yang didasari
keberanian berusaha. Wirausaha adalah pribadi
unggul yang mencerminkan budi yang luhur dan
sifat yang pantas diteladani, karena atas dasar
kemampuannya sendiri dapat melahirkan sesuatu
sumbangsih dan karya untuk kemajuan
kemanusiaan yang berlandaskan kebenaran dan kebaikan.
Seperti telah diungkapkan, wirausaha sebenarnya adalah seorang
inovator atau individu yang mempunyai kemampuan naluriah untuk melihat
benda-benda materi sedemikian rupa yang kemudian terbukti benar,
mempunyai semangat dan kemampuan serta pikiran untuk menaklukkan cara
-
berfikir yang tidak berubah, dan mempunyai kemampuan untuk bertahan
terhadap posisi sosial. Wirausaha berperan dalam mencari kombinasi-
kombinasi baru yang merupakan gabungan dari lima proses inovasi, yaitu
menentukan pasar baru, pengenalan barang-barang baru, metode produksi
baru, sumber penyediaan bahan mentah baru, serta organisasi baru.
Wirausaha merupakan innovator yang dapat menggunakan kemampuan
untuk mencari kreasi-kreasi baru.
Dalam perusahaan, wirausaha adalah seorang inisiator atau
organisator penting. Menurut Dusselman, seseorang yang memiliki jiwa
kewirausahaan ditandai oleh pola-pola tingkah laku sebagai berikut:
1. Inovasi, yaitu usaha untuk menciptakan, menentukan, dan menerima ide-
ide baru.
2. Keberanian untuk menghadapi resiko, yaitu usaha untuk menimbah dan
menerima risiko dalam mengambil keputusan danmenghadapi
ketidakpastian.
3. Kemampuan manajerial, yaitu usaha yang dilakukan untuk melaksanakan
fungsi-fungsi manajemen, meliputi:
a. Perencanaan
b. Koordinasi
c. Menjaga kelancaran usaha
d. Mengawasi dan mengevaluasi usaha.
4. Kepemimpinan, yaitu usaha memotivasi, malaksanakan, dan mengarahkan
tujuan usaha.
Menurut Kathleen L. Hawkins & Peter A.Turla, pola tingkah laku
kewirausahaan di atas tergambar dalam perilaku dan kemampuan sebagai
berikut:
a. Kepribadian, aspek ini bisa di amati dari segi kreativitas, disiplin diri,
kepercayaan diri, keberanian menghadapi resiko, memiliki dorongan, dan
kamauan kuat.
b. Hubungan, dapat dilihat dari indikator komunikasi dan hubungan
antarpersonal, kepemimipinan, dan manajemen.
c. Pemasaran, meliputi kemampuan dalam menentukan produk dan harga,
periklanan, dan promosi.
-
d. Keahlian dalam mengatur, diwujudkan dalam bentuk penentuan tujuan,
perencanaan, panjadwalan, serta pengaturan pribadi.
e. Keuangan, indikatornya adalah sikap dan cara mengatur uang.
David Mc Clelland mengemukakan 6 ciri perilaku kewirausahaan yaitu:
1. Keterampilan mengambil keputusan dan resiko yang moderat, serta bukan
atas kabetulan belaka.
2. Energik, khususnya dalam berbagai bentuk kegiatan inovatif.
3. Memiliki sikap tanggung jawab individual.
4. Mengetahui hasil-hasil dari berbagai keputusan yang di ambilnya, dengan
tolak ukur satuan uang sebagai indikator keberhasilan.
5. Mampu mengantisipasi berbagai kemungkinan di masa mendatang.
6. Memiliki kemampuan berorganisasi, meliputi kemampuan kepemimipinan
dan manajerial.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa berwirausaha memerlukan banyak
kebutuhan pribadi dari pelaku wirausaha tersebut. Beriwausaha menuntut
eseorang untuk berfikir ke depan dalam arti memikirkan langkah selanjutnya
untuk kemudian hari. Selain itu berwirausaha juga membutuhkan keahlian
kemampuan kepemimpinan, mampu memecahkan masalah dan mencari
jalan keluar, dan utamanya kreativitas dan inovasi yang tinggi.
3.4.2.Perilaku Wirausaha
1) Perilaku Wirausaha Secara Individu
a. Teguh dalam pendiriannya
-
b. Selalu yakin dengan apa yang ia kerjakan dan lakukan, sehingga
kadang cenderung keras kepala tapi sebenarnya punya konsep dan
alasan yang kuat dalam melakukan sesuatu.
c. Berperilaku profesional dalam arti punya tanggung jawab,
komitmen tinggi, displin, berusaha tetap konsisten pada
pendiriannya serta jujur dan terbuka.
d. Optimis dalam segala perilaku yang ia lakukan.
e. Berpikir positif dalam mendengar sertta menganggapi suatu saran
atau cercaan, bahkan ejekan dari teman atau keluarganya. Ia
anggap sebagai tantangan yang memotifasi dirinya agar ia harus
mewujudkannya.
f. Tidak gegabah dab penuh dengan rencana dalam setiap tindakan
(visioner).
g. Selalu berorientasi pasti ada jalan keluarnya sehingga ia berpikir
kreatif dan inovatif untuk menemukan solusinya.
2) Perilaku wirausaha secara sosial dan lingkungan
a. Berpenampilan rapi dan ingin disukai setiap orang.
b. Berperilaku baik sehingga bantak oranmg yang menyukainya.
c. Senang memotivasi orang lain untuk tujuan baik.
d. Menjadi teladan yang baik bagi teman bisnisnya, karyawan,
pelanggannya.
e. Pandai bergaul dan cakap dalam berkomunikasi sehingga banyak
orang yang senang padanya.
3) Perilaku wirausaha dalam pekerjaan
a. Berorientasi pada tujuan dan tetap berkeinginan yang kuat pada
hasil yang sempurna.
b. Bila kerja (workaholic) dan bekerja dengan baik sehingga tidak
menyukai kelemahan (perfectionist).
c. Tidak suka menunda pekerjaan dan selalu ingin cepat diselesaikan.
d. Haus akan presentasi sempurna (excellence).
e. Tuntas dalam mengerjakan tugas.
-
f. Energik atau penuh semangat dalam bekerja dan mengerjakan
tugas.
g. Paling menyukai pekerjaan yang baru dan menantang.
h. Kreatif dan inovatif sehingga selalu mempunyai ide-ide yang
cemerlang dan bisa keluar dari tekanan.
4) Perilaku wirausaha dalam menghadapi resiko
a. Mengevaluasi resiko dan dampaknya terlebih dahulu.
b. Mencari keputusan yang tepat dan optimal.
c. Tidak takut terhadap resiko karena ia kuat dalah hal intuisinya.
d. Waspada dan antisipatif sehingga selalu berperilaku pro aktif.
5) Perilaku wirausaha dalam kepemimpinan (leadhership)
a. Seorang pemimpin yang berani mengambill keputrusan.
b. Perilakunya hati-hati karena menjadi contoh bagi yang lain.
c. Membuat karyawan tenang dalam menjalankan pekerjaan dan
tugasnya.
d. Mempunyai karisma dan berjiwa besar.
a.
3.5.1. Faktor keturunan
Keturunan merujuk pada faktor genetis seorang individu. Tinggi fisik,
bentuk wajah, gender, temperamen, komposisi otot dan refleks, tingkat energi
dan irama biologis adalah karakteristik yang pada umumnya dianggap, entah
sepenuhnya atau secara substansial, dipengaruhi oleh siapa orang tua dari
individu tersebut, yaitu komposisi biologis, psikologis, dan psikologis bawaan
dari individu.
Terdapat tiga dasar penelitian yang berbeda yang memberikan sejumlah
kredibilitas terhadap argumen bahwa faktor keturunan memiliki peran
penting dalam menentukan
kepribadian seseorang. Dasar
Faktor-Faktor Penentu Kepribadian
-
pertama berfokus pada penyokong genetis dari perilaku dan temperamen
anak-anak. Dasar kedua berfokus pada anak-anak kembar yang dipisahkan
sejak lahir. Dasar ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja dari waktu ke
waktu dan dalam berbagai situasi.
Penelitian terhadap anak-anak memberikan dukungan yang kuat
terhadap pengaruh dari faktor keturunan. Bukti menunjukkan bahwa sifat-
sifat seperti perasaan malu, rasa takut, dan agresif dapat dikaitkan dengan
karakteristik genetis bawaan. Temuan ini mengemukakan bahwa beberapa
sifat kepribadian mungkin dihasilkan dari kode genetis sama yang
memperanguhi faktor-faktor seperti tinggi badan dan warna rambut.
Para peneliti telah mempelajari lebih dari 100 pasangan kembar identik
yang dipisahkan sejak lahir dan dibesarkan secara terpisah. Ternyata peneliti
menemukan kesamaan untuk hampir setiap ciri perilaku, ini menandakan
bahwa bagian variasi yang signifikan di antara anak-anak kembar ternyata
terkait dengan faktor genetis. Penelitian ini juga memberi kesan bahwa
lingkungan pengasuhan tidak begitu memengaruhi perkembangan
kepribadian atau dengan kata lain, kepribadian dari seorang kembar identik
yang dibesarkan di keluarga yang berbeda ternyata lebih mirip dengan
pasangan kembarnya dibandingkan kepribadian seorang kembar identik
dengan saudara-saudara kandungnya yang dibesarkan bersama-sama.
3.5.2. Faktor lingkungan
Faktor lain yang memberi pengaruh
cukup besar terhadap pembentukan
karakter adalah lingkungan di mana
seseorang tumbuh dan dibesarkan;
norma dalam keluarga, teman, dan
kelompok sosial; dan pengaruh-pengaruh
lain yang seorang manusia dapat alami.
Faktor lingkungan ini memiliki peran
dalam membentuk kepribadian
seseorang. Sebagai contoh, budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang
diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan menghasilkan
konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yang secara intens
-
berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada kultur
yang lain. Misalnya, orang-orang Amerika Utara memiliki semangat
ketekunan, keberhasilan, kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan yang
terus tertanam dalam diri mereka melalui buku, sistem sekolah, keluarga, dan
teman, sehingga orang-orang tersebut cenderung ambisius dan agresif bila
dibandingkan dengan individu yang dibesarkan dalam budaya yang
menekankan hidup bersama individu lain, kerja sama, serta memprioritaskan
keluarga dari pada pekerjaan dan karier.
3.6.1. Evaluasi inti diri
Evaluasi inti diri adalah tingkat di mana
individu menyukai atau tidak menyukai diri
mereka sendiri, apakah mereka
menganggap diri mereka cakap dan
efektif, dan apakah mereka merasa
memegang kendali atau tidak berdaya atas
lingkungan mereka. Evaluasi inti diri
seorang individu ditentukan oleh dua
elemen utama: harga diri dan lokus
kendali. Harga diri didefinisikan sebagai tingkat menyukai diri sendiri dan
tingkat sampai mana individu menganggap diri mereka berharga atau tidak
berharga sebagai seorang manusia.
a. Machiavellianisme
Machiavellianisme adalah tingkat di mana seorang individu pragmatis,
mempertahankan jarak emosional, dan yakin bahwa hasil lebih penting dari
pada proses. Karakteristik kepribadian Machiavellianisme berasal dari nama
Niccolo Machiavelli, penulis pada abad keenam belas yang menulis tentang
cara mendapatkan dan menggunakan kekuasaan.
Sifat kepribadian utama yang memengaruhi perilaku organisasi
-
b. Narsisisme
Narsisisme adalah kecenderungan menjadi arogan, mempunyai rasa
kepentingan diri yang berlebihan, membutuhkan pengakuan berlebih, dan
mengutamakan diri sendiri. Sebuah penelitian mengungkap bahwa ketika
individu narsisis berpikir mereka adalah pemimpin yang lebih baik bila
dibandingkan dengan rekan-rekan mereka, atasan mereka sebenarnya
menilai mereka sebagai pemimpin yang lebih buruk. Individu narsisis
seringkali ingin mendapatkan pengakuan dari individu lain dan penguatan
atas keunggulan mereka sehingga individu narsisis cenderung memandang
rendah dnegan berbicara kasar kepada individu yang mengancam mereka.
Individu narsisis juga cenderung egois dan eksploitif, dan acap kali
memanfaatkan sikap yang dimiliki individu lain untuk keuntungannya.
c. Pemantauan diri
Pemantauan diri adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan
perilakunya dengan faktor situasional eksternal. Individu dengan tingkat
pemantauan diri yang tinggi menunjukkan kemampuan yang sangat baik
dalam menyesuaikan perilaku dengan faktor-faktor situasional eksternal. Bukti
menunjukkan bahwa individu dengan tingkat pemantauan diri yang tinggi
cenderung lebih memerhatikan perilaku individu lain dan pandai
menyesuaikan diri bila dibandingkan dengan individu yang memiliki tingkat
pemantauan diri yang rendah.
Prinsip Etika
-
Prinsip-prinsip etika adalah sebagai berikut:
a. Untuk membangun kepercayaan antara anggota masyarakat dengan
perusahaan atau pengusaha.
b. Hal tersebut merupakan elemen penting untuk suksesnya jangka panjang.
c. Menjaga etika adalah hal penting untuk melindungi reputasi perusahaan.
Fundamental etika yang berlaku pada semua etnis menurut Zimmerer (1996) terdiri
atas:
1. Sopan santun, yaitu selalu bicara benar, terus terang, tidak menipu, dan tidak
mencuri.
2. Integrasi (integrity), yaitu memiliki prinsip, hormat, dan tidak bermuka dua.
3. Menjaga janji, yaitu dapat dipercaya bila berjanji karena janji adalah amanah,
tidak mau menang sendiri.
4. Kesetiaan, ketaatan (fidelity), yaitu benar dan loyal pada keluarga dan teman,
tidak menyembunyikan informasi yang tidak perlu dirahasiakan.
5. Kejujuran, kewajaran (fairness), yaitu berlaku fair dan terbuka, berkomitmen
pada kedamaian, jika bersalah maka cepat mengakui kesalahan, perlakuan
yang sama terhadap setiap orang dan memiliki toleransi tinggi.
6. Menjaga satu sama lain (caring for others), yaitu penuh perhatian, baik budi,
ikut andil, menolong siapa saja yang memerlukan bantuan.
7. Saling menghargai satu sama lain (respect for others), yaitu menghormati hak-
hak orang lain, menghormati kebebasan dan rahasia pribadi,
mempeertimbangkan orang lain yang dianggap bermanfaat dan tidak
berprasangka.
8. Dapat dipertanggung jawabkan (accountability), yaitu bertanggung jawab
dalam segala perbuatan terutama dalam mengambil keputusan.
Fundamental Etika Yang Berlaku Pada Semua Etnis
-
3.7. Kesimpulan.
Kepribadian Wirausaha
Kepribadian ini adalah sangat unik, demikian dinyatakan oleh para ahli. Dengan
kepribadian yang dimiliki oleh seseorang dia dapat memikat orang lain, orang
menjadi simpati padanya, orang tertarik dengan pembicaraannya, orang terkesima
olehnya dengan menggunakan prinsip etika sebagai berikut.
Usaha membangun kepercayaan antara anggota masyarakat dengan perusahaan atau
pengusaha
Hal tersebut merupakan elemen terpenting buat suksesnya bisnis jagka panjang
Menjaga etika adalah hal penting untuk melindungi reputasi perusahaan.
-
BAB IV
MOTIVATION FOR PRODUCTIVITY
a.1. Produktivitas/Wirausaha
Di dalam beberapa ensiklopedi, produktivitas didefinisikan sebagai berikut:9
1. Productivity in economics, is a term used to describe how well or how efficiently an
economys resources are used in the processes of production (Americana, Vol 22,
1978: 640).
2. Productivity in economics is the ratiom of what is produced to what is require to
produce it (Britanica, Vol 15, 1982: 27).
3. Productivity refers to a class of empirical output-input ratios that is widely used in
economic history, economic analysis and economic policy (The Encyclopedy of
Social Science, Vol 12, 1972: 523).
Inti dari pengertian produktivitas yang diungkapkan di atas adalah menyangkut
perbandingan hasil yang diperoleh dengan sumber-sumber ekonomi yang digunakan. Dari
pendapat yang lain menyatakan produktivitas adalah kuantitas atau volume dari produk
atau jasa yang dihasilkan. Akan tetapi banyak pandangan menyatakan bahwa
produktivitas bukan hanya kuantitas, tetapi juga kualitas produk yang dihasilkan, yang
harus juga dipakai sebagai pertimbangan mengukur tingkat produktivitas.10
Seperti
dinyatakan dalam pengertian berikut: productivity means quality of output as well as
quantity. Productivity refers to the output per man hour anyone, company or
organization. Productivity refern to the ratio of output to input by industry of section of
the economy (Ray A. Killian, 1976: 120).
Pandangan di atas ada yang termasuk pandangan tradisional dan ada yang termasuk
pandangan modern tentang produktivitas. Pandangan tradisional memfokuskan pada
perbandingan antara output fisik dan resources inputs. Sedangkan pandangan yang lebih
modern menyatakan: Produktivity is a summary measure of the quality and quality of
work performance with resource utilization considered (Schermerhorn, 1984: 17).
Productivity is defined for our purpose as output per employee-hour, quality considerd.
(Sutermeister, 1976: 5).
Jadi dalam menentukan produktivitas tidak hanya dilihat faktor kuantitas saja, tetapi
juga faktor kualitasnya. Jika seorang menghasilkan 20 unit produk bulan yang lalu, dan
9 Buchari Alma. KEWIRAUSAHAAN. (Bandung: ALFABETA, 2001), hlm. 69
10 Buchari Alma. Hlm. 70
-
sekarang dihasilkan 22 unit, maka dikatakan produktivitasnya naik 10%. Jika seseorang
menghasilkan 20 unit produk bulan lalu dan sekarang tetap 20 unit, tetapi dalam kualitas
yang lebih baik, maka produktivitasnya juga meningkat.11
Melihat definisi di atas, maka produktivitas ini dapat diukur menurut tiga tingkatan,
yaitu:
1. Individu
2. Kelompok
3. Organisasi
Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Ketiga kelompok di atas yang terdapat dalam organisasi bisnis dapat diukur
produktivitasnya. Ada tiga ukuran produktivitas yang harus dipertimbangkan dalam
mengelola organisasi, yaitu:12
1. Untuk tujuan strategi, apakah organisasi sudah benar sesuai dengan apa yang telah
digariskan.
2. Efektivitas, sampai tingkat manakah tujuan itu sudah dicapai dalam arti kuantitas
dan kualitas.
3. Efensiensi, bagaimana perbandingan output dibagi input, dimana pengukuran
output termasuk di dalamnya kuantitas dan kualitas.
Selanjutnya untuk menghitung tingkat produktivitas, ada 3 bentuk dasar
perhitungan, yaitu:13
11
Ibid. Hlm.70 12
Ibid. Hlm.71 13
Ibid. Op.cit.Hlm.71
Organisasi
Produktivitas
Individu
Kelomp
ok kerja
-
1. Produktivitas Parsial, yaitu perbandingan output dengan salah satu input tertentu,
misalnya dengan input kerja.
2. Produktivitas Total-Faktor, yaitu perbandingan output dengan sejumlah input
yang berhubungan dengan pekerja dan modal.
3. Produktivitas Total, yaitu perbandingan output dengan input.
Kemudian ada lagi pengertian produktivitas yang kelihatanya lebih
komprehensif ialah yang dikemukakan oleh Paul Mali (1978: 6) yang menyatakan:
Productivity is the measure of how well resources are brought together in
organization and utilized for accomplishing a set of result. Produktivity is reaching
the highest level of performance with the least expenditure of resources. Paul Mali
mengungkapkan bahwa produktivitas bukanlah produksi, bukan performans, bukan
pula hasil. Dikatakan bahwa baik produksi, performans, maupun hasil merupakan
komponen produktivitas. Dalam hal ini ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu:14
1. Seperangkat hasil atau performans. Disini kita melihat efektivitas.
2. Penggunaan sumber-sumber, ini menyangkut efensiasi.
Berdasarkan menyusun formula dalam mencari indeks produktivitas yaitu sebagai
berikut:
Produktivitas = Hasil yang diperoleh
Input yang dikeluarkan
= Performans yang dicapai
Sumber-sumber yang dikorbankan
= Efektivitas
Efisiensi
Wirausaha berasal dari kata wira dan usaha.Wira dapat berarti mulia, luhur,
unggul, serta usaha berarti kemampuan melakukan usaha atas kekuatan sendiri. Jadi,
wirausaha berarti manusia unggul dalam usaha atas kekuatan sendiri dan tidak
bergantung pada orang lain.
Menurut Arif F. Hadipranata, wirausaha adalah sosok pengambil risiko yang
diperlukan untuk mengatur dan mengelola bisnis serta menerima keuntungan financial
ataupun non uang.
14
Ibid. log.cit.Hlm.71
-
Drucker menilai wirausaha secara umum dalam arti jiwa atau nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya, seperti adanya keinginan untuk melakukan perubahan, dan
sifat harus terhadap sesuatu yang baru
Kathleen mengemukakan bahwa wirausaha adalah orang yang mengatur,
menjalankan, dan menanggung risiko bagi pekerjaan-pekerjaan yang dilakukannya
dalam dunia usaha.
Anwar Gozall