buku ajar matakuliah entrepeneurship dr. mohammad bukhori, se., s.ag., mm

301

Upload: rifki-hanif

Post on 05-Sep-2015

52 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Buku ajar Matakuliah Entrepeneurship Dr. Mohammad Bukhori, SE., S.Ag., MM, untuk memenuhi prasyarat pengajuan Sertifikasi Dosen Tahun 2015 untuk kopertis VII Surabaya Jawa Timur

TRANSCRIPT

  • Kata Pengantar

    Dengan Mengucapkan Puji Syukur Alhamdulillah Kehadirat Allah SWT, atas perkenan-Nya

    Penulis dapat menulis buku yang berjudul Enterpreneurship. Buku ini bisa dijadikan

    sebagai sumber referensi bagi mahasiswa yang menekuni mata kuliah atau sedang

    menyelesaikan tugas Akhir yang berkaitan dengan Ilmu Enterpreneur dan bermanfaat bagi

    semua kalangan yang ada. Buku ini terdiri dari 10 Bab, diantaranya;

    Bab 1 : Characteristik of Enterpreneur

    Bab 2 : Woman of Enterpreneur

    Bab 3 : Personality, Emotion and Behavior

    Bab 4 : Motivation for Productivity

    Bab 5 : Imagination and Intuition.

    Bab 6 : The Way to Succes Enterpreneur

    Bab 7 : Selling The Basic of Bussiness

    Bab 8 : Bussiness Profil

    Bab 9 : Leadership

    Bab10 : Marketing Plan

    Buku ini tentu masih memiliki banyak kekurangan dan kesalahan oleh karena itu mohon

    dimaklumi dan jika mungkin mohon diberi usul perbaikan yang konstruktif atas kesediaan

    pembaca memberikan usul masukan dan saran kami mengucapkan terima kasih.

    Malang, Juni 2013

    Penulis

  • BAB I

    Characteristic of Enterpreneur

    1.1. Karakteristik Kewirausahaan

    Riset tentang karakteristik-karakteristik entrepreneur, telah memusatkan perhatian pada

    sejumlah sifat yang pada umumnya dimiliki oleh mayoritas individu- individu yang memulai

    dan mengoprasikan usaha- usaha baru.

    Para ahli mengemukakan karakteristik kewirausahaan dengan konsep yang berbeda-

    beda. Geoffrey G. Meredith (1996: 5-6), misalnya, mengemukaan karakteristik dan watak

    kewirausahaan sebagai berikut:

    Tabel 3.1 karakteristik dan watak kewirausahaan

    Karakteristik Watak

    Percaya diri dan optimis Memiliki kepercayaan diri yang kuat,

    ketidaktergantungan kepada orang

    lain, dan individualistis.

    Berorientasi pada tugas dan hasil Kebutuhan untuk berprestasi,

    berorientasi laba, mempunyai

    dorongan kuat, energik, tekun dan

    tabah, tekad kerja keras, serta

    inisiatif.

    Berani mengambil resiko dan

    menyukai tantangan

    Mampu mengambil resiko yang

    wajar.

    Kepemimpinan Berjiwa kepemimpinan, mudah

    beradaptasi dengan orang lain, dan

    terbuka terhadap saran serta kritik.

    Keorisinalan Inovatif, kreatif dan fleksibel.

    Berorientasi masa depan Memiliki visi dan perspektif terhadap

    masa depan.

  • Ahli lain, seperti M. Secarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:6-7),

    mengemukakan delapan karakteristik kewirausahaan sebagai berikut:

    1. Desire for responsibility yaitu memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang

    dilakukannya. Seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab akan selalu mawas diri.

    2. Preference for Moderate risk, yaitu lebih memilih resiko yang moderat, artinya selalu

    menghindari resiko, baik yang terlalu rendah maupun yang terlalu tinggi.

    3. Confidence in their ability to success, yaitu memiliki kepercayaan diri untuk

    memperoleh kesuksesan.

    4. Desire for immediate feedback, yaitu selalu menghendaki umpan balik dengan segara.

    5. High level of energy, yaitu memiliki semangat den kerja keras untuk mewujudkan

    keinginannya demi masa depan yang lebih baik.

    6. Future orientation, yaitu berorientasi serta memiliki perspektif dan wawasan jauh

    kedepan.

    7. Skill at organizing, yaitu memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber

    daya untuk menciptakan nilai tambah.

    8. Value of achievement over money, yaitu lebih menghargai prestasi daripada uang.

    Secara eksplisit, Dun Stainhoff dan John F. Burgess (1993: 38) mengemukakan

    karakteristik yang di perlukan untuk menjadi wirausaha yang berhasil yaitu:

    1. Memiliki visi dan tujuan usaha yang jelas

    2. Bersedia menanggung resiko waktu dan uang

    3. Memiliki perencanaan yang matang dan mampu mengorganisasikannya.

    4. Bekerja keras sesuai dengan tingkat kepentingannya.

    5. Mengembangkan hubungan dengan pelanggan, pemsok, pekerja, dan pihak

    lain.

    6. Bertanggung jawab terhadap keberhasilan dan kegagalan.

  • 1.2. Nilai-Nilai Kewirausahaan

    Masing-masing karakteristik kewirausahaan memiliki makna-makna dan peragai

    tersendiri yang disebut nilai. Milton Rockeach (1973: 4), membedakan konsep nilai menjadi

    dua, yaitu nilai sebagai sesuatu yang dimiliki oleh seseorang dan nilai sebagai sesuatu yang

    berkaitan dengan objek. Pandangan pertama, manusia mempunyai nilai, yaitu sesuatu yang

    dijadikan ukuran baku bagi persepsinya terhadap dunia luar. Menurut Sidarta Poespadibrata

    (1993: 91), watak seseorang merupakan sekumpulan peraga yang tetap. Sekumpulan peraga

    yang tetap tersebut dapat dipandang sebagai sistem nilai (Rockeach, 1973). Oleh karena itu,

    watak dan peraga yang melekat pada kewirausahaan dan menjadi ci ri-ciri

    kewirausahaan dapat dipandang sebagai system nilai kewirausahaan.

    Nilai-nilai kewirausahaan diatas identik sistem nilai yang melekat pada system nilai

    manajer. Seperti dikemukakan oleh Andreas A. Danandjaja(1986), Andreas Budi

    Hardjo(1991), dan Sidharta Poespadibrata (1993), dalam system nilai manajer terdapat 2

    kelompok nilai, yaitu :

    a. Sistem nilai pribadi,

    b. Sistem nilai kelompok/ organisasi.

    Dalam system nilai pribadi terdapat 4 jenis system nilai, yaitu:

    1) Nilai primer pragmatig

    Dalam nilai primer pragmatig terkandung beberapa unsur, diantaranya perencanaan,

    prestasi, produktifitas, kemampuan, percakapan, kreativitas, kerja sama, dan

    kesempatan. Dalam kewirausahaan, system nilai pragmatig dapat dilihat dari watak,

    jiwa, dan perilaku.

    2) Nilai primer moralistic,

    Dalam nilai moralictic terkandung unsur-unsur keyakinan, jaminan, martabat pribadi,

    kehormatan, dan ketaatan. Dalam kewirausahaan, nilai primer moralistic meliputi

    keyakinan atau kepercayaan diri, kehormatan, kerja sama, kejujuran, keteladanan,

    dan keutamaan.

    3) Nilai prixmer afektif, dan

    4) Nilai baruan.

    Sujuti Jahya (1977), membagi nilai-nilai kewirausahaan tersebut ke dalam 2 dimensi

    nilai berpasangan, yaitu:

  • a. Pasangan sistem kewirausahaan yang berorientasi materi dan non materi.

    b. Nilai-nilai yang berorientasi pada kemajuan dan nilai-nilai kebiasaan.

    Beberapa nilai hakiki kewirausahaan, :

    1. Percaya diri

    Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan seseorang

    dalam menghadapi tugas/pekerjaan. Dalam praktik, sikap dan kepercayaan

    ini sikap dan keyakinan untuk memulai, melakukan dan menyelesaikan tugas

    atau pekerjaan yang dihadapi. Oleh sebab itu, kepercayaan diri memiliki

    nilai keyakinan, optimisme, individualitas, dan ketidaktergantungan.

    Seseorang yang memiliki kepercayaan diri cenderung memiliki keyakinan

    akan kemampuannya untuk mencapai keberhasilan.

    Kepercayaan diri ini bersifat internal, sangat relatif, dan banyak

    ditentukan oleh kemampuan untuk memulai, melaksanakan, dan

    menyelesaikan suatu pekerjaan. Orang yang percaya diri memiliki

    kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sistematis, terencana,

    efektif, dan terencana. Kepercayaan diri juga selalu di tunjukkan oleh

    ketenangan, ketekunan, kegairahan, dan kemantapan dalam melakukan

    pekerjaan.

    2. Berorientasi pada tugas dan hasil

    Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah orang yang

    selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba,

    ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat,

    energik dan berinsiatif. Berinsiatif artinya selalu ingin mencari dan

    memulai sesuatu. Untuk memulai diperlukan adanya niat dan tekad yang

    kuat serta karsa yang besar. Sekali sukses atau berprestasi, maka sukses

    berikutnya akan menyusul sehingga usahanya akan maju dan berkembang.

    Dalam kewirausahaan, peluang hanya diperoleh apabila terdapat insiatif.

  • Perilaku inisiatif ini biasanya diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman

    selama bertahun tahun, dan pengembangannya diperoleh dengan disiplin

    diri, berfikir kritis, tanggap, dan semangat berprestasi.

    3. Keberanian mengambil resiko

    Kemauan dan kemampuan untuk mengambil resiko merupakan salah satu

    nilai utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau mengambil

    resiko akan sukar memulai atau berinisiatif. Menurut Angelita S. Bajaro,

    seorang wirausaha yang berani menanggung resiko adalah orang yang selalu

    ingin menjadi pemenang dan memenangkan dengan cara yang baik.

    Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih

    menantang untuk lebih mencapai kesuksesan atau kegagalan dari pada

    usaha yang kurang menantang. Oleh sebab itu, wirausaha kurang menyukai

    resiko yang terlal rendah atau terlalu tinggi. Resiko yang terlalu rendah

    akan memperoleh sukses yang relative rendah. Sebaliknya, resiko yang

    tinggi kemungkinan memperoleh sukses yang tinggi, tetapi dengan

    kegagalan yang sangat tinggi.

    Menurut Meredith (1996: 38), ada dua elternatif, yaitu alternatif yang

    mengandung resiko dan alternatif yang konserfatif. Pilihan terhadap

    resiko ini sangat berpengaruh pada:

    a. Daya tarik setiap alternative

    b. Siap untuk mengalami kerugian

    c. Kemungkinan relative untuk sukses atau gagal

    Pemilihan sangat ditentukan oleh kemampuan wirausaha untuk mengambil

    resiko. Kemampuan untuk mengambil resiko ditentukan oleh :

  • a. Keyakinan pada diri sendiri

    b. Kesediaan menggunakan kemampuan dalam mencari peluang dan

    kemungkinan untuk memperoleh keuntungan

    c. Kemampuan untuk menilai situasi resiko secara realistis

    Di atas, dikemukakan bahwa pengambilan resiko berkaitan dengan

    kepercayaan diri sendiri. Artinya, semakin besar keyakinan seseorang pada

    kemampuan sendiri, maka semakin besar keyakinan orang tersebut akan

    kesanggupan untuk mempengaruhi hasil dan keputusan, dan semakin besar

    pula kesediaan seseorang untuk mencoba apa yang menurut orang lain

    sebagai resiko. Jadi, pengambil resiko ditemukan pada orang-orang yang

    inofatif dan kreatif yang merupakan bagian terpenting dari perilaku

    kewirausahaan.

    4. Kepemimpinan

    Seorang wirausahan yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan,

    kepeloporan, dan keteladanan. Dengan menggunakan kemampuan

    kreatifitas dan inovasi, ia selalu menampilkan barang dan jasa yang di

    hasilkannya dengan lebih cepat, lebih dulu, dan segara berada di pasar. Ia

    selalu memanfaatkan perbedaan sebagai suatu yang menambah nilai.

    Contoh sederhana adalah, Toyota yang hampir setahun sekali menghasilkan

    produk mobil baru. Disebut produk mobil kijang baru karena penampilan,

    interior, bentuk, dan aksesorisnya berbeda dengan yang sudah ada.

    Akibatnya nilai jual kijang baru lebih mahal dari pada mobil yang lain.

    Inilah nilai tambah yang diciptakan oleh wirausaha yang memiliki

    kepeloporan.

  • 5. Berorientasi Kemasa Depan

    Orang yang berorientasi kemasa depan adalah orang yang memiliki

    respektif dan pandangan kemasa depan sehingga ia selalu berusaha untuk

    berkarsa dan berkarya. Kuncinya adalah kempuan sesuatu yang baru dan

    berbeda dengan yang sudah ada saat ini.

    6. Keorisinalan: Kreatifitas dan Inovasi

    Wirausaha yang inovatif adalah orang yang kreatif dan yakin dengan

    adanya cara-cara baru yang lebih baik ( Yuyun Wirasasmita, 1994: 7)

    dengan ciri-ciri:

    a. Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini,

    meskipun cara tersebut cukup baik.

    b. Selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaan.

    c. Selalu ingin tampil beda atau memanfaatkan perbedaan.

    Kreatifitas adalah kemampuan menciptakan gagasan dan menemukan cara baru dalam

    melihat permasalahan dan peluang yang ada. Sedangkan inovasi adalah kemampuan

    mengaplikasikan solusi yang kreatif terhadap permasalahan dan peluang yang ada untuk

    memakmurkan kehidupan masyarakat.

    Zimmerer (1996 : 51) dalam bukunya Entreneurshipand The New Venture Formation

    mengungkapkan bahwa kreativitas mengandung pengertian :

    Penciptaan atas sesuatu yang awalnya tidak ada.

    Hasil kerja sama masa kini untuk memperbaiki masa lalu dengan cara yang

    baru.

    Menggantikan sesuatu dengan sesuatu yang lebih sederhana dan lebih baik.

    Menerut Zimmerer, ide-ide kreatif sering muncul ketika wirausaha melihat sesuatu

    yang lama dan berfikir sesuatu yang baru dan berbeda. Oleh karena itu, kreativitas adalah

    menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada menjadi ada.

  • Wirausaha selalu berkomitmen dalam melakukan tugasnya hingga memperoleh hasil

    yang di harapakannnya. Ia tidak setengah-setengah dalam memlakukan pekerjaannya, karena

    itu ia selalu tekun, ulet, dan pantang menyerah. Tindakannya tidak di dasari oleh spekulasi,

    melainkan perhitungan yang matang. Ia berani mengambil resiko terhadpa pekerjaannya

    karena sudah melakukan perhitungan yang matang. Oleh sebab itu, wirausaha selalu berani

    mengambil resiko yang moderat, artinya resiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak

    terlalu rendah. Keberanian mengambil resiko yang didukung oleh komitmen yang kuat

    mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang hingga memperoleh hasil. Hasil-

    hasil itu harus nyata atau jelas dan objektif serta merupakan umpan balik bagi kelancaran

    kegiatannya. Dengan semangat optimisme yang tinggi karena mendapatkan hasil yang

    diharapkannya, maka uang selalu dikelola secara proaktif dan di pandang sebagai sumber

    daya bukan tujuan akhir.

    Arthur Kuriloff dan John M. Mempil (1993:20), mengemukkan karakteristik

    kewirausahaan dalam nilai dan perilaku kewirausahaan sebagai berikut:

    Table 3.2 Nilai-Nilai dan Perilaku Kewirausahaan

    Nilai-Nilai

    Watak

    Komitmen Menyelesaikan tugas hingga

    selesai.

    Resiko moderat Tidak melakukan spekulasi,

    melainkan berdasarkan

    perhitungan yang matang.

    Melihat peluang Memanfaatkan peluang yang ada

    sebaik mungkin.

    Objektivitas Melakukan pengamatan secara

    nyata untuk memperoleh

    kejelasan.

    Umpan balik Menganalisis data kinerja waktu

    untuk memandu kegiatan.

    Optimisme Menunjukkan kepercayaan diri

  • yang besar walaupun berada

    dalam situasi berat.

    Uang Melihat uang sebagai sumber

    daya, bukan tujuan akhir.

    Menejemen proaktif Mengelola berdasarkan

    perencanaan masa depan.

  • Ciri-Ciri Umum Kewirausahaan

    1) Memiliki motif prestasi tinggi

    Dorongan untuk selalu berprestasi tinggi harus ada dalam diri seorang wirausaha,

    karena dapat membentuk mental yang ada pada diri mereka untuk selalu lebih unggul dan

    mengerjakan segala sesuatu melebihi standar yang ada. Indikator memiliki motif berprestasi

    tinggi dalam kehidupan sehari-hari dapat tercermin pada :

    a. Mahasiswa yang tekun belajar untuk mencapai indeks prestasi kumulatif (IPK)

    tertinggi.

    b. Tenaga penjual yang bekerja keras dengan menetapkan berbagai strategi agar jumlah

    penjualannya melebihi penjualan rekan sekerja lainnya.

    c. Pengusaha yang selalu menang dalam persaingan karena kreatif menciptakan produk

    baru yang berbeda dari waktu ke waktu.

    2) Memiliki perspektif ke depan

    Arah pandangan seorang wirausaha juga harus berorientasi ke masa depan. Perspektif

    seorang wirausaha akan dapat membuktikan apakah ia berhasil atau tidak. Indikator-

    indikatornya dapat dilihat dari contoh berikut :

    a. Sony sugema, tokoh wirausaha yang sukses melalui lembaga bimbingan belajar,

    mampu menangkap berbagai peluang di masa depan dengan menerapkan motto The

    Fastest Solution yang sebelumnya tidak langsung dipercaya, ternyata setelah dicoba

    menjadi populer di mana-mana.

    b. Akio morita, pendiri dan pemilik Sony Corp. menciptakan walkman dari hasil

    perspektifnya terhadap masa depan, yaitu impiannya untuk menciptakan sebuah tape

    recorder yang dilengkapi dengan headphone dan berbentuk kecil sehingga mudah

    dibawa ke manapun.

    3) Memiliki kreativitas tinggi

    Seorang wirausaha umumnya memiliki daya kreasi dan inovasi yang lebih dari

    nonwirausaha. Hal-hal yang belum terpikirkan orang lain sudah terpikirkan olehnya dan

    wirausaha mampu membuat hasil inovasinya tersebut menjadi permintaan, contohnya :

    Menjelang tahun 2000, ada sekelompok orang menjadi kaya raya karena berhasil

    menjual ide the millenium bug. Puluhan juta dolar bergulir di industri komputer dan

    teknologi hanya karena ide ini. Piranti lunak baru, jasa teknologi komputer, bahkan

  • Hollywood pun berhasil membuat ide ini menjadi industri hiburan yang menghasilkan

    puluhan juta dolar.

    4) Memiliki sifat inovasi tinggi

    Inovasi adalah kreativitas yang diterjemahkan menjadi sesuatu yang dapat

    diimplementasikan dan memberikan nilai tambah atas sumber daya yang kita miliki. Jadi,

    untuk senantiasa berinovasi, kita memerlukan kecerdasan kreatif. Caranya adalah dengan

    berlatih untuk senantiasa menurunkan gelombang otak sedemikian sehingga kita dapat

    menggali sumber kreativitas dan intuisi bisnis. Sifat inovasi dapat ditumbuhkembangkan

    dengan memahami bahwa inovasi adalah suatu kerja keras, terobosan, dan kaizen (perbaikan

    yang terus-menerus). Contoh perilaku inovasi tinggi di antaranya :

    a. Laboratorium obat-obatan dan kosmetik senantiasa melakukan penelitian dan

    percobaan untuk menemukan obat atau kosmetik terbaru yang memberi manfaat bagi

    masyarakat luas.

    b. Stasiun televisi berlomba-lomba menciptakan program acara baru untuk menarik

    minat penonton guna mendapat dukungan dari para sponsor iklan.

    5) Memiliki komitmen terhadap pekerjaan

    Menurut Sony Sugema, terdapat tiga hal yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha

    yang sukses, yaitu mimpi, kerja keras, dan ilmu.

    Ilmu disertai kerja keras namun tanpa impian bagaikan perahu yang berlayar tanpa

    tujuan. Impian disertai ilmu namun tanpa kerja keras seperti seorang pertapa. Impian disertai

    kerja keras, tanpa ilmu, ibarat berlayar tanpa nahkoda, tidak jelas kemana arah yang akan

    dituju. Sering kali orang berhenti di antara sukses dan kegagalan. Namun, seorang wirausaha

    harus menancapkan komitmen yang kuat dalam pekerjaannya, karena jika tidak akan

    berakibat fatal terhadap segala sesuatu yang telah dirintisnya, misalnya :

    a. Seorang mahasiswa memilih untuk dropout dari studinya hanya demi memuaskan

    keinginannya untuk bekerja. Hal ini merupakan tindakan yang tidak berkomitmen

    terhadap apa yang telah diupayakannya.

    b. Seorang pedagang bakso yang laris melihat peluang namun tetap tidak beralih dari

    profesinya, padahal ia bisa memiliki beberapa cabang restoran waralaba.

  • 6) Memiliki tanggung jawab

    Ide dan perilaku seorang wirausaha tidak terlepas dari tuntutan tanggung jawab. Oleh

    karena itu komtmen sangat diperlukan dalam pekerjaan sehingga mampu melahirkan

    tanggung jawab. Indikator orang yang bertanggung jawab adalah berdisiplin, penuh

    komitmen, bersungguh-sungguh, jujur, berdedikasi tinggi, dan konsisten. Misalnya :

    a. Staf bagian keuangan malas membuat laporan rutin secara tepat waktu sehingga

    menyulitkan pengukuran kinerja perusahaan.

    b. Pengusaha merekayasa laporan keuangan untuk menghindari pembayaran pajak

    sesuai dengan ketentuan.

    c. Mahasiswa menyalin tugas atau PR temannya agar mendapat nilai dengan cara

    mudah.

    7) Memiliki kemandirian atau ketidaktergantungan terhadap orang lain

    Orang yang mandiri ialah orang yang tidak suka mengandalkan orang lain

    namun justru mengoptimalkan segala daya dan upaya yang dimilikinya sendiri.

    Intinya adalah kepandaian dalam memanfaatkan potensi diri tanpa harus diatur

    oleh orang lain.

    Untuk menjadi seorang wirausaha mandiri, harus memiliki berbagai jenis

    modal. Ada tiga jenis modal utama yang menjadi syarat, yaitu :

    a. Sumber daya internal calon wirausaha, misalnya kepandaian, keterampilan,

    kemampuan menganalisis dan menghitung resiko, serta keberanian atau visi

    jauh ke depan.

    b. Sumber daya eksternal, misalnya uang yang cukup untuk membiayai modal

    usaha dan modal kerja, jaringan sosial serta jalur permintaan / penawaran,

    dan lain sebagainya.

    c. Faktor x, misalnya kesempatan dan keberuntungan.

    Seorang calon wirausaha harus menghitung dengan seksama apakah ketiga

    sumber daya ini dimiliki sebagai modal atau tidak. Jika faktor-faktor tersebut

  • dapat dimiliki, maka ia akan merasa optimis dan boleh berharap bahwa impiannya

    dapat menjadi kenyataan, misalnya :

    Akio Morita dan Bill Gates terlahir dari orang tua yang kaya raya, namun

    perusahaan yang mereka dirikan memperoleh kesuksesan atas jerih payah

    mereka sendiri, bukan merupakan warisan dari keluarga.

    8) Memiliki keberanian mengambil resiko

    Seorang wirausaha harus berani menghadapi resiko. Semakin besar resiko

    yang dihadapinya, semakin besar pula kesempatan untuk meraih keuntungan. Hal

    ini dikarenakan jumlah pemain semakin sedikit.

    Wirausaha harus bisa belajar mengelola resiko dengan cara mentransfer

    atau berbagi resiko ke pihak lain seperti bank, investor, konsumen, pemasok, dan

    lain sebagainya. Wirausaha yang sukses dinilai dari keinginannya untuk mulai

    bermimpi dan berani menanggung resiko dalam upaya mewujudkannya, misalnya:

    Sebuah gerai pisang goreng model baru dipadati oleh pengunjung sehingga

    antrian menjadi terlalu panjang. Pemilik harus berani berinvestasi untuk

    menambah kapasitas penggorengan pisang agar pembeli tidak pergi karena terlalu

    lama menunggu. Namun di sisi lain ia harus siap menghadapi resiko jika

    penambahan kapasitas penggorengan menjadi investasi yang sia-sia ketika orang

    sudah bosan makan pisang goreng sehingga jumlah penjualan menurun.

    9) Selalu mencari peluang

    Seorang wirausaha sejati mampu melihat sesuatu dalam perspektif atau

    dimensi yang berlainan dalam satu waktu. Bahkan, ia juga harus mampu melakukan

    beberapa hal sekaligus dalam satu waktu. Semakin tinggi kemampuan seorang

    wirausaha dalam mengerjakan berbagai tugas sekaligus, semakin besar pula

    kemungkinan untuk mengolah peluang menjadi sumber daya produktif.

  • Ketika seorang wirausaha berhenti belajar dan memperbaiki diri, saat

    itulah ia mengambil keputusan untuk berhenti menjadi seorang wirausaha.

    Belajar, bagi seorang wirausaha sejati adalah proses yang dilakukan seumur

    hidup, seperti halnya perubahan senantiasa terjadi sepanjang perjalanan hidup.

    Contoh :

    Sony Sugema membangun Q College pada saat belum ada satu lembaga pun

    yang menyelenggarakan kursus e-commerce dan cara membuat Web. Ternyata,

    kursus ini merupakan peluang bisnis yang sangat menjanjikan.

    10) Memiliki jiwa kepemimpinan

    Untuk dapat mampu menggunakan waktu dan tenaga orang lain mengelola

    dan mengembangkan bisnisnya, seorang wirausaha harus memiliki kemampuan dan

    semangat untuk mengembangkan orang-orang di sekelilingnya. Seorang pemimpin

    yang baik tidak diukur dari berapa banyak pengikut atau pegawainya, tetapi dari

    kualitas orang-orang yang mengikutinya serta berapa banyak pemimpin baru di

    sekelilingnya.

    Jiwa kepemimpinan, sebagai faktor penting untuk dapat mempengaruhi

    kinerja orang lain, memberikan sinergi yang kuat demi tercapainya suatu tujuan.

    Sikap orang yang memiliki jiwa kepemimpinan dapat tercermin pada praktik

    sehari-hari, seperti kakak yang membimbing adik-adiknya untuk belajar.

    11) Memiliki kemampuan manajerial

    Kemampuan manajerial seseorang dapat dilihat dari tiga kemampuan, yaitu:

    a. Kemampuan teknik

    b. Kemampuan pribadi / personal

    c. Kemampuan emosional

  • Seorang wirausaha yang cerdas harus mampu menggunakan tenaga dan

    waktu orang lain untuk mencapai impiannya. Sebagai contohnya adalah konsep

    pemasaran dengan sistem jaringan. Bayangkan bahwa kita bekerja rata-rata 8

    jam sehari selama 5 hari seminggu dan 50 minggu setahun. Jika waktu produktif

    kita adalah 40 tahun, maka seumur hidup kita memiliki 80.000 jam kerja. Jika dalam jaringan

    kerja kita memiliki 1.000 anggota yang rata-rata bekerja satu jam sehari untuk bisnis

    pemasaran jaringan, maka kita bisa menggantikan produktivitas seumur hidup hanya dalam

    80 hari.

    12) Memiliki kemampuan personal

    Semua orang yang berkeinginan untuk menjadi seorang wirausaha harus memperkaya

    diri dengan berbagai keterampilan personal. Hal ini dapat kita lihat indikatornya dalam

    kehidupan sehari-hari, seperti :

    a. Seorang pemilik toko roti dan kue harus memiliki kemampuan personal dalam

    membuat kue dengan berbagai macam resep.

    b. Seorang pemilik bengkel harus memiliki keterampilan mereparasi kendaraan

    bermotor.

    c. Seorang koreografer setidaknya harus menguasai beberapa tarian sari berbagai bidang

    berbeda.

    Menurut Vernon A. Musselman, Wasty Sumanto, dan Geoffrey Meredith, ciri-ciri

    dari kewirausahaan adalah sebagai berikut :

    1) Memiliki keinginan yang kuat untuk berdiri sendiri.

    2) Memiliki kemauan untuk mengambil resiko.

    3) Memiliki kemampuan untuk belajar dari pengalaman.

    4) Mampu memotivasi diri sendiri.

    5) Memiliki semangat untuk bersaing.

    6) Memiliki orientasi terhadak kerja keras.

    7) Memiliki kepercayaan diri yang besar.

    8) Memiliki dorongan untuk berprestasi.

    9) Tingkat energi yang tinggi.

  • 10) Tegas.

    11) Yakin terhadap kemampuan diri sendiri.

    Wasty Sumanto menambah ciri-ciri yang ke-12 dan ke-13 sebagai berikut :

    12) Tidak suka uluran tangan dari pemerintah / pihak lain dalam masyarakat.

    13) Tidak bergantung pada alam dan berusaha untuk tidak mudah menyerah.

    Geoffrey Meredith menambahkan ciri yang ke-14 sampai dengan ke-16,

    yaitu :

    14) Kepemimpinan.

    15) Keorisinalana.

    16) Berorientasi ke masa depan dan penuh gagasan.

    Dalam mencapai keberhasilannya, seorang wirausaha memiliki ciri-cir tertentu.

    Dalam Enterpeneurship and Small Enterprise Development Report (1986) yang dikutip oleh

    M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer, dikemukakan beberapa ciri, yaitu :

    1) Proaktif, yaitu berinisiatif dan tegas.

    2) Berorientasi pada prestasi, tercermin dalam pandangan dan tindakan terhadap

    peluang, orientasi efesiensi, mengutamakan kualitas pekerjaan, berencana, dan

    mengutamakan pengawasan.

    3) Memiliki komitmen yang kuat kepada orang lain, misalnya dalam mengadakan

    kontrak dan hubungan bisnis.

  • BAB II

    WOMAN OF ENTERPRENEUR

    2.1.Wanita Wirausaha

    Menurut definisi dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan, perempuan

    adalah orang (manusia) yang mempunyai vagina, dapat menstruasi, hamil,

    melahirkan anak dan menyusui. Sedangkan wanita adalah perempuan yang

    berusia dewasa. Menurut bahasa sansekerta adalah Vani/vanita/Desire artinya

    keinginan,dan wanita adalah mengandung makna sesuatu yang selalu diin

    kekurangan yang dimilikinya.

    Wanita memiliki dua karakter yang dibentuk dari paling tidak oleh kemuliaan

    berikut: (1) Aspek jasmaniah dan (2)Nilai keagamaan yang dianut. Kedua hal ini

    yang menjadikan muslimah sangat berbeda dengan wanita-wanita non muslim.

    Melalui aspek jasmaniah, melahirkan suatu penampilan fisik yang mencerminkan

    nilai syariat dari penetapan jilbab sebagai cara berbusana, tidak bertabaruj dalam

    pergaulan berkomunikasi bebas dengan seorang lelaki kecuali apabila telah

    menjadi suami hingga ke tata cara yang lebih prinsipil dan monumental, misalnya

    cara berumah tangga mendidik anak dan masyarakat.

    Sedangkan pada segi nilai keagamaan, dicirikan pada tata cara beribadah kepada

    Allah SWT,tingkat ketaqwaan yang dapat diraih, hingga menjadi tauladan bagi

    manusia-manusia lain di dalam kehidupan di dunia.

    Selain memiliki karakter, wanita juga memiliki empat peran, yaitu:

    1. Pendamping seorang suami

    2. Perawat anak-anak

    3. Penghangat rumah tangga

    4. Pengokoh ummat

    Cara Menjadi Wanita Wirausaha yang berhasil

    Wanita karir adalah wanita yang menekuni sesuatu atau beberapa

    pekerjaan yang dilandasi oleh keahlian tertentu yang dimilikinya untuk mencapai

    suatu kemajuan dalam hidup, pekerjaan, atau jabatan.

    Pengertian wanita karir sebagaimana dirumuskan diatas, nampaknya tidak

    identik dengan wanita bekerja. Menurut Omas Ihromi, wanita pekerja adalah

    mereka yang hasil karyanya akan mendapat imbalan uang. Meskipun imbalan

    tersebut tidak langsung diterimanya. Ciri-ciri dari wanita pekerja inilah

  • ditekankan pada hasil berupa imbalan keuangan, pekerjaannya tidak harus ikut

    dengan orang lain ia dapat bekerja sendiri yang terpenting dari hasil pekerjaannya

    menghasilkan uang dan kedudukannya dapat lebih tinggi dan lebih rendah dari

    wanita karir, seperti wanita yang terlibat dalam perdagangan

    Wanita wirausaha juga disebut wirausahawan, untuk menjadi wiraushawan

    Berikut ini merupakan beberapa ciri wirausahawan yang telah dikatakan berhasil :1

    1. Memiliki visi dan tujuan yang jelas. Hal ini berfungsi untuk menebak ke

    mana langkah dan arah yang dituju sehingga dapat diketahui apa yang

    akan dilakukan oleh pengusaha tersebut.

    2. Inisiatif dan selalu proaktif. Ini merupakan ciri mendasar di mana

    pengusaha tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih dahulu

    memulai dan mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan.

    3. Berorientasi pada prestasi. Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi

    yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk, pelayanan

    yang diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap

    waktu segala aktivitas usaha yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus

    lebih baik dibanding sebelumnya.

    4. Berani mengambil risiko. Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki

    seorang pengusaha kapan pun dan di mana pun, baik dalam bentuk uang

    maupun waktu.

    5. Kerja keras. Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu, di mana ada

    peluang di situ ia datang. Kadang-kadang seorang pengusaha sulit untuk

    mengatur waktu kerjanya. Benaknya selalu memikirkan kemajuan

    usahanya. Ide-ide baru selalu mendorongnya untuk bekerja keras

    merealisasikannya. Tidak ada kata sulit dan tidak ada masalah yang tidak

    dapat diselesaikan.

    6. Bertanggung jawab terhadap segala aktifitas yang dijalankannya, baik

    sekarang maupun yang akan datang. Tanggung jawab seorang pengusaha

    tidak hanya pada material, tetapi juga moral berbagai pihak.

    7. Komitmen pada berbagai pihak merupakan ciri yang harus dipegang teguh

    dan harus ditepati. Komitmen untuk melakukan sesuatu memang

    merupakan kewajiban segera ditepati dan direalisasikan.

    1Kasmit, 2006. Kewirausahaan. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta.Hal. 27-28.

  • 8. Mengembangkan dan memelihara hubungan baik denan berbagai pihak,

    aik yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun

    tidak. Huungan baik yang perlu dijalankan antara lain kepada para

    pelanggan, pelanggan, pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas.

    2.2.Faktor Penunjang dan Penghambat Wanita Wirausaha

    Faktor Penunjang Wanita Wirausaha

    Faktor-faktor penunjang wanita karir untuk berkembang dalam bidang

    wirausaha.

    1. Naluri kewanitaan yang bekerja lebih cermat, pandai mengantisipasi masa

    depan.

    2. Mendidik anggota keluarga agar lebih berhasil di kemudian hari, dapat

    dikembangkan dalam personal manajemen perusahaan.

    3. Faktor adat-istiadat, contohnya di Balidan Sumatera Barat di mana wanita

    memegang peranan dalam mengatur ekonomi rumah tangga.

    4. Lingkungan kebutuhan hidup seperti jahit menjahit, menyulam membuat kue

    mendorong wanita pengusaha yang mengembangkan komoditi tersebut.

    5. Majunya dunia pendidikan wanita sangat mendorong perkembangan wanita

    karir, menjadi pegawai atau membuka usaha sendiri dalam berbagai bidang

    usaha.

    Faktor Penghambat Wanita Wirausaha

    Faktor-faktor penghambat wanita karir untuk berkembang dalam

    bidang wirausaha.

    1. Faktor kewanitaan, di mana sebagai ibu rumah tangga ada masa hamil,

    menyusui, tentu agak mengganggu jalannya bisnis. Namun hal ini dapat

    diatasi dengan mendelegasikan tugas kepada karyawan lain.

    2. Faktor sosial budaya, adat istiadat. Wanita sebagai ibu rumah tangga,

    bertanggung jawab, penuh dalam urusan rumah tangga, bila anak atau

    suami sakit, dia harus memberikan perhatian penuh, dan ini mengganggu

    aktivitas usahanya.

    3. Faktor emosional yang dimiliki wanita, disamping menguntungkan juga

    bisa merugikan. Misalnya dalam pengambilan keputusan, karena ada

    faktor emosional, maka keputusan yang diambilkehilangan rasionalitasnya.

  • 4. Sifat pandai, cekatan, hemat dalam mengatur keuangan rumah tangga,

    berpengaruh terhadap keuangan perusahaan.

    2.3. Pandangan Islam tentang Wanita Wirausaha

    Wanita wirausaha menurut pandangan Islam adalah wanita yang

    tidak mengesampingkan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga. Adapun

    tugas seorang ibu rumah tangga adalah mengurus suami dan anak-anaknya.

    Wanita wirausaha juga dapat disebut dengan wanita karir.

    Sebagaimana di alquran dijelaskan untuk perintah mencari nafkah

    dalam surat Al-Isra: 12.

    Artinya: Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda

    malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari karunia dari Tuhanmu,

    dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. Dan segala sesuatu

    telah kami terangkan dengan jelas. (Q.S.Al-Isra:12.

    Contoh figur wanita wirausaha pada zaman Rasulullah SAW

    Siti Khadijah

    Khadijah adalah wanita pertama yang beriman kepada Allah, mendirikan shalat

    bersama Rasulullah., dianugerahi anak dari rahimnya, mendapat kabar gembira seagai salah

    seorang penghuni surga, menrima salam dari Rabbnya, dan istri pertama Rasulullah yang

    wafat.

    Dialah wanita yang beriman kepada Allah saat semua manusia mengingkari-Nya,

    wanita yang percaya kepada Rasullah ketika semua mendustakannya, wanita yang

    mendermakan kekayaannya tatkala semua manusia menimbunnya. Dialah pribadi wanita

    bijaksana, cerdik, dan dilindungi oleh Islam saat jahiliah. Lalu bagaimanakah sosoknya di

    bawah kemuliaan Islam?

    Sungguh, dialah wanita yang menenangkan hati Rasulullah, menemani dakwahnya,

    memberikan kebahagiaan dan kedamaian dengan menyediakan berbagai keutuhannya,

    menjadi sandaran Rasululah hingga mendapat kedamaian dari sisi-Nya, dan wanita yang

    dijanjikan surga di kehidupan abadi.

  • Dialah khadijah, pemimpin seluruh wanita pada zamannya, ibunda Qasim, putri

    Khuwailid bin Asad bin Abdul Izzi bin Qushay bin Kilan, dan ibu dari seluruh putra

    Rasulullah. Sekali lagi, dia adalah orang pertama yang percaya dan membenarkan kerasulan

    Muhammad. Dan Khadijah adalah teladan ideal bagi kesempurnaan seorang wanita yang

    melengkapi kehidupan seorang laki-laki yang agung.

    Sungguh, seluruh nabi dan rasul Allah, para pengemban risalah-Nya, memiliki hati

    dan perasaan yang peka, memahami kezhaliman yang hendak mereka ubah, memperjuangkan

    kebenaran yang telah menjadi tanggung jawab dan kewajiban mereka sekuat tenaga, dan

    senantiasa mendahulukan kepentingan orang lain dibanding kepentingan pribandi juga

    keluarga. Dan Khadijah telah terlebih dahulu memiliki karkteristik tersebut. Dalam hidup

    Rasulullah Khadijah memiliki pengaruh yang mulia.

    Ibnu Astir berpendapat, Khadijah binti Khuwailid adalah seorang saudagar kaya raya

    dan terpandang. Dia mempekerjakan banyak laki-laki dalam perniagaannya. Ketika

    mengetahui kejujuran, sikap amanah, dan akhlak terpuji

    Rasulullah, Khadijah meminta Rasulullah untuk meniagakan baranga dagangannya ke negeri

    Syam bersama pelayannya, Maisarah.2

    Kemudian, Rasulullah menerima amanat perniagaan itu. Beliau pun bertolak menuju

    negeri Syam untuk meniagakan barang dagangan Khadijah. Dalam perniagaan itu, Allah

    melimpahkan taufik-Nya kepada Rasulullah. Karenanya, keuntungan yang beliau dapatkan,

    jauh lebih banyak dari keuntungan yang pernah diperoleh Khadijah dalam perniagaan

    sebelumnya bersama sang paman, Abu Thalib.

    Mengetahui hal itu, Khadijah merasa sangat senang dan gemira. Namun, wanita kaya

    itu lebih tertarik kepribadian Rasulullah Saw dibanding keuntungan yang telah beliau

    dapatkan.

    Khadijah adalah wanita bangsawan, kaya raya, cerdas, dan menjadi setiap lelaki

    quraisy, namun, mereka mengincar kekayaaan yang dimilikinya, bukan mengincar dirinya.

    Dengan kata lain, mereka hendak menikahi Khadijah karena ingin menguasai kekayaannya

    saja.

    Namun, ketika mengetahui lebih jauh mengenai sosok Muhammad SAW, Khadijah

    merasakan sesuatu yang lain, sesuatu yang berbeda dari kebanyakan lelaki quraisy. Wanita

    saudagar kaya raya itu seakan telah menemukan sosok lelaki yang tidak terlena oleh harta

    2Abdul Radi, Ibrahim Mahmud. 2009. Wanita-Wanita Hebat Pengukir Sejarah. PT. Niaga Swadaya: Jakarta.

    Hal. 358.

  • sebab selama dia menyuruh para lelaki meniagakan barang dagangannya, dalam benaknya

    selalu muncul keraguan dan ketidakpercayaan. Sementara terhadap Muhammad SAW,

    Khadijah melihatnya sebagai sosok yang sanggup menjaga diri, berwibawa, dan memiliki

    kecerdasan yang luar biasa dan Muhammad juga, tidak pernah melihat kekayaan ataupun

    kecantikan dirinya.3

    Contoh figur wanita pebisnis muslim di Indonesia

    Hj. Nadhifah Jufri, MBA

    Yang Menjadi Bukti dengan Butik Islami

    (Komisariat ALIB Moslem Store)

    Menekuni bisnis sekaligus aktif berorganisasi, itulah sosok Maria Nadhifah, ibu

    dengan 3 putri dan 1 putra yang tetap gesir di usianya yang ke-65. Karena aktifitasnya yang

    luar biasa serta dedikasinya yang tinggi kepada masyarakat dan para entrepreneur (pebisnis),

    tak heran eksistensi Nadhifah banyak mendapatkan penghargaan dari berbagai lembaga dan

    instansi. Diantara bentuk apresiasi tersebut antara lain: Wanita Pengusaha Teladan 1992 dari

    IWAPI pusat, International Development Citra Award dari ASEAN, Program Consultant

    Indonesia Consortium akhir tahun 2002, dan The Best Executive Citra Awards tahun 2003

    dari ASEAN Program Consultant (APC). Sejak tahun 1982, ia mulai menekuni bisnis busana

    muslim dengan nama Al-Falah Islamic Boutiq, yang lebih dikenal dengan ALIB Busana

    Muslim. Selama itu pula ia telah menjadi pelopor dalam usaha busana muslim di Jawa

    Timur.4

    Hidup di Lingkungan Wirausaha

    Anak pertama dari empat bersaudara yang dilahirkan di Surabaya,6 November 1940

    ini sejak kecil tumbuh di lingkungan wirausaha.Sang ayah mempunyai usaha percetakan dan

    toko buku Peneleh, yang mengenalkan pertama kali dunia bisnis kepadanya.

    Membantu proses penjilidan buku merupakan kontribusi yang diberikannya terhadap usaha

    ayahnya. Bekal inilah yang banyak mempengaruhi kehidupan bisnisnya hingga sekarang.5

    3Ibid. Hal. 359.

    4Nasution, Nursanita. 2005. Kisah Sukses Pebisnis Muslimah Indonesia. PUSTAKA AL-KAUTSAR: Jakarta.

    Hal. 142. 5Ibid.

  • Selepas SMA, Nadhifah meneruskan sekolahnya di IKIP Surabaya mengambil

    jurusan Kimia. Walaupun masih kuliah, di usianya yang ke dua puluh empat, dia

    memutuskan untuk menikah dengan Zeni AD, di tahun1964.Baru di tahun1968, dia dapat

    menyelesaikan studinya tersebut. Suaminya yang bekerja sebagai tentara, menyebabkan

    dirinya sering berpindah tempat mengikuti sang suami.

    Menengok Sejarah ALIB

    Bermula ketika menunaikan ibadah haji di tahun 1980, Nadhifah dan suami merasa

    kesulitan dalam mencari perlengkapannya. Begitu pun sepulang haji, ia masih merasa

    kesulitan dalam mencari oleh-oleh. Tidak dapat dipungkiri, begitu banyak calon jamaah haji

    yang juga sangat membutuhkan perlengkapan ibadahnya.Hal tersebut dilihat sebagai peluang

    yang dapat digunakan sebagai penghasilan dan sarana ibadah. Akhirnya sang suami memberi

    ide untuk membuka toko perlengkapan muslim yang menyediakan peralatan ibadah tersebut,

    dengan niat memudahkan umat Islam mencari sarana ibadah.6

    Naluri bisnis Nadhifah bergolak mendengar saran suami. Setahun kemudian, ia

    mengawali membuka usaha dengan modal satu juta rupiah berupa banguna toko ukuran 3 x 4

    meter didirikan diteras rumah. Awalnya, ia sendiri yang bersusah payah dalam mencari

    barang yang hendk dijualnya, hingga terwujud sebuah toko kecil yang dilengkapi dengan

    berbagai busana muslim, peralatan ibadah, buku dan kaset-kaset agama. Ia pun gencar

    melakukan promosi melalu pengajian yang diikutinya, yaitu dengan jalan menyebar kartu

    nama. Walaupun awalnya anaknya merasa malu dengan aksi ibunya, namun dari situlah

    akhirnya banyak orang mengenal keberadaan ALIB.Dalam perjalanannya ALIB semakin

    berkembang dari tahun ke tahun, hingga di tahun 1995 seluruh lokasi yang beralamat di

    Dukuh Kupang 71-73 ini dibongkar dan dijadikan toko berlantai tiga.

    Melakukan kerjasama dan membangun kemitraan dengan pengrajin kecil sejak tahun

    1984 menjadikan usaha Nadhifah yang waktu itu menjabat sebagai Direktris ALIB, memiliki

    sebagai berbagai macam produk perlengkapan muslim seperti jilbab, kerudung, bordir-bordir,

    kaligrafi, dan lain-lain. Tidak hanya itu saja, berkat membangun kemitraan dengan pengrajin

    dari daerah, pada tahun 1995 Nadhifah mendapatkan anugerah Upakarti (penghargaan

    tertinggi bagi perusahaan di Indonesia) dari presiden Soeharto dalam bidang kepeloporan

    untuk untuk menjalin kerjasama dengan industri kecil.

    6Ibid. Hal. 143.

  • ALIB juga sempat mengalami pasang surutnya usaha, terutama pada saat terkena

    krismon.Pada saat krismon terjadi, Nadhifah baru saja selesai membangun gedung baru untuk

    ALIB.Padahal ekonomi waktu itu berputar 180 derajat dan daya beli masyarakat menurun

    walau saat musim haji.Nilai barang sangat tinggi, bunga bank melonjak 50%. Kalau ada

    pepatah: Pohon makin tinggi makin banyak anginnya, hal inilah yang dialami oleh Nadhifah.

    Namun berkat usaha yang giat dan dengan menambah frekuensi berdoa akhirnya semua

    berhasil dilewati dengan baik. Usahanya antara lain pengoptimalan pelayanan, perbaikan

    mutu dan menggunakan teknik jemput bola. Krisis berhasil dilalui, bahkan mampu

    menambah daya saing ALIB terhadap usaha lain yang sejenis.

    Tidak hanya di Surabaya, ALIB juga mengembangkan sayap usahanya dengan

    membuka cabang di Ujung Pandang dan menebar outlet di mall dan plaza di Surabaya, Ujung

    Pandang dan Banjarmasin. Pengembangan yang terlihat selain banyaknya pembukaan cabang

    di lokasi yang berbeda,

    jumlah karyawan pun mengalami peningkatan. Di awal berdirinya ALIB hanya mempunyai

    karyawan penjahit 3 orang dan di tahun 1996 bertambah menjadi 100 orang.7

    Selain itu produk yang ditawarkan oleh ALIB tidak hanya mempunyai pangsa pasar

    lokal tetapi juga diekspor ke luar negeri diantaranya Singapura, Jepang, dan juga

    Jeddah.Ekspor mulai dirintis ketika ada orang Singapura yang datang ke ALIB.

    Puncak penjualan ALIB terjadi ketika musim lebaran dan musim haji.Pemasaran yang

    mencapai luar negeri dikarenakan kualitas yang tetap terjaga dengan baik.Hal tersebut tidak

    lepas dari adanya quality control yang tetap dilakukan terhadap barang-barang yang dikirim

    dari daerah sehingga produk yang ditawarkan tidak mengecewakan pihak konsumen.

    Bukan berarti dalam menjalankan usahanya, Nadhifah senantiasa mulus-mulus

    saja.Pernah kualitas produknya dinilai masih kurang bagus oleh orang Jepang.Di sini yang

    dilihat lebih pada masalah jahitan dan menyertakan pinggiran kain yang terdapat merk dari

    kain tersebut.Tetapi Nadhifah tidak berkecil hati, Nadhifah menilai protesan tersebut sebagai

    intropeksi bagi produknya, sehingga lebih bisa meningkatkan kualitasnya di kemudian hari.

    7Ibid. Hal. 145.

  • Usaha dan Doa

    Di dalam kehidupan bu Jufri, ia adalah sosok yang tegar dan tidak pernah mengenal

    putus asa. Ia senantiasa optimis dan berusaha ketika menghadapi krisis moneter. Faktor-

    faktor yang penting dalam mengantarkan keberhasilannya dalam membangun usaha, yakni

    usaha dan doa. Dengan memegang dan menjalankan ketiga faktor tersebut dalam kehidupan

    sehari-hari, Hj.Nadhifah Jufri, MBA mampu mengelola dan mengembangkan usaha ALIB

    Busana Muslim. Usaha dan doa adalah kunci keberhasilan,ujar ibu Nadhifah ketika

    disinggung kiat suksesnya. Sebagai seorang muslimah yang taat, Direktur ALIB Busana

    Muslim ini juga selalu menanamkan syariat-syariat agama Islam dalam menjalankan roda

    bisnisnya.Ia juga mewajibkan seluruh karyawatinya memakai jilbab.

    Dalam mengembangkan usaha, ia menjalin usaha dengan pengraji kecil sejak 1984.

    Harapannya, dapat saling membantu dan menguntungkan khususnya dalam pemasaran

    produk. Dalam kemitraan ini, para pemasok dari berbagai daerah, seperti Mojokerto, Porong,

    Sidoarjo, Gresik, Bangil, dan Surabaya memasok produk-produk seperti jilbab, kerudung,

    bordir-bordir, kaligrafi dan lain-lain. Hasilnya setiap tahun mitra usahanya berkembang dan

    bertambah. Tentu saja, hal ini membuktikan adanya kerja sama yang terbina secara baik.

    Peduli SDM

    Kepeduliannya terhadap pengrajin terwujud jauh sebelum pemerintah menggalakkan

    program kemitraan dengan pengrajin, yaitu terjalin sejak tahun 1984.Demikian pula dengan

    program pendidikan sistem ganda, yakni program magang bagi siswi SMKK Maarif

    Sidoarjo.Bahkan beberapa tahun terakhir, tidak sedikit siswa yang magang banyak

    berasaldari Tulungangung, Madura, dan lain-lain.

    Keberhasilannya tak lepas dari kiat dan terobosannya.Saya menganggap semua

    karyawan adalah aset perusahaan.Mereka berperan pula menentukan maju mundurnya

    perusahaan.Oleh sebab itu, mereka saya perlakukan secara kekeluargaan, jelasnya.

    Mengingat karyawan adalah aset perusahaan, maka masalah SDM menjadi perhatian

    utamanya. Mengikuti pelatihan baik dari Kadinda, Deperindag, dan instansi lain sudah biasa

    bagi karyawan. Tak pelak pengiriman semacam ini, mau tak mau perusahaan harus

    berkorban.Pernah suatu kali ALIB melepas 13 karyawannya untuk magang ke Jepang

    padahal ada sebagian dari mereka begitu pulang justru menikah dan harus keluar.

  • Kebahagiaan Nadhifah adalah ketika mereka yang sudah keluar dari ALIB dan dapat

    mandiri, akan tetapi masih tetap mengingatnya. Hal lain yang membuatnya bersenang hati

    yaitu ketika banyak pengunjung. Berhubung yang datang ke ALIB mayoritas orang muslim,

    maka ia merasa selalu didoakan. Mereka datang dengan mengucapkan salam, berarti

    mendoakan kami. Apalagi orientasi ALIB dunia akhirat, insya Allah dunia tercapai juga

    akhiratnya, tutur Nadhifah.Masih ada lagi yang menambah daftar kebahagiaanya yaitu

    ketika desain terbarunya baru saja dipajang dan kemudian langsung laku. Sebaliknya, ia akan

    berduka ketika desain baru tersebut diatur di pihak lain dengan kualitas rendah.

    Hingga kini ALIB telah mempunyai 25 mitra binaan yang tersebar di berbagai tempat.

    Selama 23 tahun, perusahaan ini menjadi pelopor dalam usaha busana muslim di Jawa Timur.

    Selain itu, ALIB juga berkembang dengan memasuki bisnis garment yang lebih luas dengan

    melayani permintaan produk untuk uniform (seragam). Dengan kapasitas produksi mencapai

    1000 unit/bulan, ia berkomitmen untuk meningkatkan produksi seiring dengan semakin

    meningkatnya permintaan produk-produk baik di pasar lokal maupun ekspor. Di antara pasar

    lokal yang ditembusnya antara lain yaitu Jawa, Bali, Sulawesi, dan juga Kalimantan.

    Sedangkan untuk pasar ekspor menembus Singapura, Malaysia, Brunei, dan Saudi

    Arabia.Adapun produknya terbagi menjadi tiga hal yaitu, Moslem Garment (meliputi busana

    dewasa wanita dan pria, busana anak dan remaja, mukena, jilbab kerudung dan topi), Moslem

    Equipment (meliputi sajadah dan songkok), dan Moslem Accessories (meliputi tasbih, kalam

    dan perhiasan).

    Karena aktifitasnya yang sungguh luar biasa, serta dedikasinya yang tinggi kepada

    masyarakat entrepreneur, tak heran eksistensi nadhifah banyak mendapatkan penghargaan

    dari berbagai lembaga dan instansi, antara lain : Wanita Pengusaha Teladan (1992) dari

    IWAPI pusat, Wanita Berkarya dan Berprestasi (1993) dari Institut Manajemen Indonesia,

    Wanita Berbusana Rapi dan Serasi (1995) dari YAPMI (Yayasan Pembina Mode Indonesia),

    Wanita Al-Khoir (1995) dari PonPes Munirul Wathon Tuban, Citra Prestasi Mitra

    Pembangunan (1996) dan Citra Abdi Pembangunan Nasional (1997) dari Yayasan Citra

    Karya Abdi Pembangunan Indonesia, Citra Ibu Indonesia (1996) dari Yayasan Citra Karya

    Indonesia, Insan Abdi Masyarakat dan Pembangunan (1998) dari Yayasan Tridharma

    Adhikarya, Wanita Berprestasi Indonesia (1999) dari Yayasan Dharma Bhakti Indonesia, The

    Leader Achievement in the Development Award (2000) dari Yayasan Anugerah Prestasi

    Indonesia Independen. Sedangkan penghargaan untuk tingkat ASEAN ada dua penghargaan

  • yaitu The Best Executive Citra Awards (2002) dari ASEAN Program Consultant dan

    International Development Citra Award (2003) dari ASEAN Program Consultant Indonesia

    Conson. Selain itu Nadhifah juga pernah mendapat predikat Kartini-Kartini di Jawa Timur di

    tahun 1997 dan termasuk 54 profil Eksekutif Indonesia di tahun 1999.

    Dukungan suami tidak hanya berkaitan dengan usahanya, namun juga untuk aktivitas

    sosialnya di luar. Terbukti, Nadhifah dipercaya sebagai Ketua Pengajian Wanita Pusat

    Pengembangan Islam (PEWAPPI) Surabaya, penasehat Yayasan Pendidikan Bakti Wanita

    Islam (YPBWI) wilayah Jawa Timur, ketua yayasan Khoirun Nisa Surabaya, Ketua I badan

    Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI), Ketua kompertemen bidang

    UKM & Koperasi KADIN (Kamar Dagang dan Industri) Jawa Timur, ketua bidang

    organisasi IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia) Jawa Timur, dan pengurus FORSAP

    (Forum Silaturrahim Antar Pengajian) Jawa Timur. Bahkan ibu yang tinggal di jalan Dukuh

    Kupang XXIII/7 Surabaya, dan berkantor di jalan Dukuh Kupang no 71 73 Surabaya ini

    masih mendapat lobby untuk dicalonkan menjadi IWAPI periode ke depan.

    Hj.Nadhifah Jufri, MBA saat ini sudah mulai perlahan-lahan mengurangi perannya di

    ALIB, karena putri pertamanya Dra.Afrina Amalia Faris mampu mewarisi jiwa entrepreneur

    dari Nadhifah. Di bawah kepemimpinan Rina,

    demikian putri pertamanya ini dipanggil, dengan dibantu adiknya yang putri ketiga Aflaha

    Hidayah Hikmahsari, SE sebagai manager produksi sekaligus desainer meningkatkan

    penjualan ALIB hingga 200 %.

    Hingga kini, ALIB terus menjalin komunikasi dengan para pengusaha nasional

    lainnya, diantaranya KADIN (Kantor Dagang dan Industri Nasional), ASEPHI (Associaton of

    Indonesian Handycraft Producers and Exporters) dan IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha

    Indonesia). Ke depan, Nadhifah meyakini bahwa prospek usaha tekstil dan produk tekstil atau

    garment akan semakin cerah. Dengan begitu, tentunya ia juga siap untuk memasuki pasar

    global yang kompetitif dan dinamis.

    Peran Keluarga bagi Nadhifah

    Keluarga bagi Nadhifah adalah penyemangat dalam kehidupan dan

    usahanya.Nadhifah mengaku sangat beruntung karena suaminya H. Jufri Susilo ternyata juga

    mendukung, sekaligus memberi ijin.Ijin suami sangat penting, karena bisnis dan organisasi

    bagi saya adalah hobi.

  • Maka saya mohon ijin suami untuk seumur hidup, dan bila suatu waktu tak sempat pamitan

    saya mohon kerelaan suami tanpa bermaksud menyalahgunakan. Ini merupakan komitmen,

    jelas Nadhifah.

    Seorang Nadhifah menilai pentingnya arti pendidikan. Oleh karenanya ia senantiasa

    haus dengan ilmu. Di usianya yang senja, ia baru menyelesaikan pendidikannya di JIMS

    (Jakarta Institute of Management Studies) dengan meraih gelar MBA. Tidak hanya untuk

    dirinya, kepada anak-anak pun Nadhifah sangat peduli pada pendidikan. Sebagai pengusaha

    sesibuk apapun ia tetap memperhatikan penuh pendidikan putra-putrinya. Terbukti keempat

    anaknya, Dra. Afrina A. Faris (33), dr. Anita Kartikasari (32), Aflaha Hidayat Hikmahsari,

    SE (30) dan Riza Amrozi (29), sukses menyelesaikan studi yang ditempuhnya.

    Ia menegaskan bahwa orang tua tidak mewariskan harta tetapi mewariskan ilmu. Ilmu harus

    dicari dan dikembangkan. Oleh sebab itu, ia menyediakan dana untuk pendidikan anak-

    anaknya tersebut.

    Pesan untuk Generasi Muda

    Nadhifah memberikan pesan untuk para generasi muda, apa yang diperolehnya

    selama ini hanya bermodalkan keuletan dan kejujuran. Keuletan tanpa kejujuran menjadikan

    hasil yangdiperoleh kurang barokah. Sebaliknya kejujuran tanpa keuletan akan lemah dan

    mudah patah semangat sehingga akan sering alih profesi. Ia juga senantiasa berfikir untuk

    bermanfaat untuk orang lain, karena hadits Nabi Muhammad SAW sendiri mengatakan

    Khoirunnas anfaahum lin naas yaitu sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi

    orang lain. Selain itu ia bersemboyan bahwa hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, yang

    juga merupakan ajaran Nabi Muhammad SAW. Itulah Nadhifah Jufri, potret muslimah yang

    sukses di jalur bisnisnya.8

    2.4. Kesimpulan.

    Wanita wirausaha menurut pandangan Islam adalah wanita yang tidak

    mengesampingkan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga. Adapun tugas seorang ibu

    rumah tangga adalah mengurus suami dan anak-anaknya. Wanita wirausaha juga dapat

    disebut dengan wanita karir. Contoh figur wanita wirausaha pada zaman Rasulullah

    adalah Siti Khadijah sebagai saudagar atau pedagang yang kaya raya dan contoh figur

    8Ibid. Hal. 153.

  • wanita pebisnis muslim di Indonesia adalah Hj. Nadhifah Jufri, MBA. sebagai pemilik

    butik Islami.

    .

  • DAFTAR PUSTAKA

    Bygrave, William D. 1996. The Portable MBA Entrepreneurship. Binarupa Aksara: Jakarta.

    Abdul Radi, Ibrahim Mahmud. 2009. Wanita-Wanita Hebat Pengukir Sejarah. PT. Niaga Swadaya:

    Jakarta.

    Nasution, Nursanita. 2005. Kisah Sukses Pebisnis Muslimah Indonesia. PUSTAKA AL-KAUTSAR:

    Jakarta.

    Kasmit, 2006. Kewirausahaan. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta.

    Digilib.uin-suka.ac.id, Hari jumat, tanggal 01 Maret 2013, Jam 11.15 wib.

    Isi. Unisba.ac. id/index.php/makalah/makna-wanita, Hari Kamis, tanggal 28 Februari 2013, Jam 20.00

    wib.

    Mirzafaishall.wordpress.com, Hari jumat, tanggal 01 Maret 2013, Jam 19.22 wib.

    Firiyawahyuni.blogspot.com, Hari jumat, tanggal 01 Maret 2013, Jam 19.22 wib.

    Carapedia.com, Hari jumat, tanggal 01 Maret 2013, Jam 19.28 wib.

  • BAB III

    PERSONALITY,EMOTION AND BEHAVIOR

    3. Pengertian Personality, Emotion and Behaviour

    3.1. Personality

    Kepribadian seseorang tidak sama persis dengan kepribadaian orang

    lain. Kepribadian ini adalah sangat unik, demikian dinyatakan oleh para ahli.

    Dengan kepribadian yang dimiliki oleh seseorang dia dapat memikat orang

    lain, orang menjadi simpati padanya, orang tertarik dengan pembicaraannya,

    orang terkesima olehnya. Wirausahawan yang memiliki kepribadian seperti ini

    seringkali berhasil dalam menjalankan usahanya.

    Adapula wirausahawan yang secara fisik tidak meyakinkan, tidak

    menarik, tetapi setelah berbincang (lobby) rasanya tersimpan suatu daya tarik,

    sehingga calon relasi tadi makin tertarik, akhirnya menjurus ke arah lebih

    dekat dan saling memberi harapan.

    Kepribadian semacam inilah yang perlu dikembangkan oleh

    wirausaha. Sekarang timbul pertanyaan, apakah kepribadian itu? Dapatkah

  • kepribadian itu diperbaiki? Bagian-bagian manakah yang menjadi unsur

    kepribadian yang dapat diperbaiki dan manakah yang sudah pembawaan

    sejak lahir.

    Dikemukakan oleh Eric Fromm bahwa, kepribadian adalah merupakan

    keseluruhan kualitas psikis yang diwarisi atau diperoleh yang khas pada

    seseorang yang membuatnya baik. Jadi kepribadian seseorang itu bisa

    berbentuk pikiran, perasaan, kata hati, berupa berupa tempramen, watak

    (karakter).

    1. Kepribadian yang Produktif

    Seorang wirausaha adalah seorang yang memiliki kepribadian yang

    produktif. Apakah yang dikatakan produktif? Produktif ialah kegiatan yang

    menimbulkan atau meningkatkan kegunaan (utility). Kita mengenal beberapa

    macam utility, yaitu utility of place (kegunaan tempat), utility of time

    (kegunaan waktu), utility of form (kegunaan bentuk), dan utility of

    ownership/possesion (kegunaan kepemilikan, dsb. Jadi segala bentuk

    kegiatan yang meningkatkan kegunaan suatu benda disebut produktif.

    Gilmore menyatakan bahwa pribadi yang produktif (productive

    person) ialah individu yang menghasilkan kontribusi bermanfaat bagi

    lingkungannya.

    Seorang wirausaha jelas selalu memberi kontribusi positif bagi

    lingkungnnya, antara lain menampung tenaga kerja, memberi sumbangan

    sosial, menjaga kebersihan, bergaul dengan sesama, dan sebagainya.

    Seseorang wirausaha memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi terhadap

    lingkungannya. Sorang wirausaha juga memiliki tanggung jawab sosial,

    untuk itu harus sering berinteraksi, bergaul, terbuka sesama teman. Dia harus

    memiliki rasa empati, menolong orang lain yang membutuhkan

    pertolongannya.

    Sebagai kesimpulan, pribadi yang produktif ialah seseorang yang

    memberikan kontribusi kepada lingkungannya, dia imajinatif, dan inovatif,

    bertanggung jawab dan responsif dalam berhubungan dengan orang lain.

    Seseorang yang produktif ini adalah individu yang matang. Matang disini

  • bukan berarti dewasa secara fisik, tetapi lebih banyak mengandung aspek

    psikologisnya. Ciri-ciri pribadi yang matang ialah:

    1. Tidak banyak tergantung pada orang alin.

    2. Memiliki rasa tanggung jawab.

    3. Obyektif dan krits (tidak asal terima).

    4. Emosinya stabil.

    5. Sociability, artinya dalam lingkungan yang cocok ia akan tampil kedepan.

    Dalam lingkungan yang tidak cocok, ia akan menjaga jarak.

    6. Keyakinan agama.

    Yang terkhir ini adalah aspek paling tinggi dalam jenjang kematangan

    yang dicapai seseorang, yaitu pengakuan akan pertolongan dan

    kekuasaan Allah Swt.

    3.2. Emotion

    Istilah tempramen menunjukkan cara bereaksi atau bertingkah laku

    yang bersifat tetap, sedangkan istilah watak dibentuk oleh pengalaman-

    pengalaman semasa kanak-kanak dan dapat berubah pada batas-batas

    tertentu karena diperolehnya pengalaman-pengalaman baru.

    Hippocrates membedakan 4 macam tempramen:

    1. Choleric

    2. Sanguine

    3. Melan cholic

    4. Phlegmatic (Erich Fromm, 1975)

    Secara simbolik dapat disamakan:

    choleric= api, panas, cepat, dan kuat= easily angered= gampang marah.

    Sanguine= udara, panas dan lembab, cepat, dan lemah, dalam istilah lain= over

    estimated= terlalu optimis.

    Melancholic disimbolkan dengan bumi, dingin, kering, lemah, dan kuat, dan

    pendiam. Jadi tipe ini kuat dalam kelemahannya yang bersifat pendiam

    (depressed).

    Phlegmatic, simbolnya air, dingin, lembab, dan lemah (too slow).

  • Tempramen ini menunjukkan pada cara berkreasi yang bersifat tetap

    dan tidak berubah. Tempramen ini akan diimbangi oleh watak, yaitu suatu

    pola tingkah laku yang khas yang terdapat pada seseorang.

    Berbagai bentuk tempramen di atas tidak boleh dikatakan ini jelek, itu

    bagus. Tempramen ini akan diimbangi oleh watak.

  • 3.3. Behavior

    Menurut ahli psikologi behavioristik, sifat-sifat watak dapat disamakan

    dengan sifat tingkah laku (behavior). Sedangkan menurut socio-psikologis

    manusia selalu berbuhungan dengan sesamanya, berhubungan dengan

    alam, dan berhubungan dengan dirinya sendiri. Cara manusia berhubungan

    itu bermacam-macam, marah, kasihan, benci, sayang, cinta, berkerja sama,

    bersaing, dan sebagainya. Dengan segala cara berhubungan itu, manusia

    berusaha menyesuaikan diri, mencoba berorientasi dengan sesama, dengan

    alam, bahkan dengan diri sendiri. Oleh sebab itu, dikatakan bahwa inti dari

    watak ialah orientasi.

    Seorang wirausahawan yang sukses, sebagai salah satu kuncinya ia

    harus mempunyai kepribadian yang menarik. Dengan melihat adanya

    kekurangan yang terdapat pada dirinya, ia harus berusaha belajar dari sesama

    manusia atau lingkungannya. Bakat seorang wirausaha akan bertambah dan

    berkembang berkat pengetahuan, pengalaman yang diperoleh dari hasil

    interaksi dengan lingkungan.

    Faktor-faktor yang dapat dipelajarai untuk mengembangkan bakat

    yang kita miliki diantaranya:

    a. Pikiran

    b. Perasaan

    c. Pertimbangan

    d. Sikap

    Dengan cara mengasah pikiran, diharapkan daya ingat menjadi tajam

    dan kreatif, berwujud menjadi cepat berpikir, sistematis, dan terarah pada

    tujuan disamping terbukanya kemungkinan bertambahnya pengetahuan.

    Perasaan akan berkembang menjadi lapang dan leluasa, memiliki jiwa

    besar, sehingga tumbuh daya energi yang agresif, berani, sabar, dan penuh

    perhitungan dalam mengaji perasaan orang lain.

    Setiap wirausaha harus dapat memberikan keterangan-keterangan

    kepada relasi dengan jelas dan menarik. Setiap kata dan kalimatnya harus

    meyakinkan dan setiap keberatan orang lain harus dijawab dengan tepat dan

    memuaskan. Memang seseorang wirausaha itu perlu mempunyai kecakapan

  • untuk memberikan pertimbangan-pertimbangan ke arah proses lancarnya

    pembicaraan.

    Sikap yang serius dibubuhi dengan humor pada tempatnya, maka

    seorang wirausaha sudah menempatkan dirinya untuk mendapatkan

    perhatian. Pada saat-saat menentukan ia harus dapat memuaskan kedua

    belah pihak dan hubungan dengan relasi akan semakin harmonis.

    Dengan demikian wirausaha dapat membuka hati dan pikiran lebar-

    lebar dalam menerima tambahan pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan

    sehingga segala bentuk pribadi yang betul-betul teruji dan menyenangkan.

    3.4.1. Sikap Berwirausaha

    Alex Inkeles dan David H. Smith adalah beberapa ahli yang

    mengemukkan tentang dan sikap orang modern. Menurut Inkeles kualitas

    manusia modern tercermin pada orang yang berpartisipasi dalam produksi

    modern yang di manifestasikan dalam bentuk sikap, nilai, dan tingkah laku

    dalam kehidupan social Ciri-cirinya meliputi keterbukaan terhadap

    pengalaman baru selalu membaca perubahan social, lebih realistis terhadap

    fakta dan pendapat, berorientasi pada masa kini dan masa yang akan datang

    bukan pada masa lalu, berencana, percaya diri, memiliki aspirasi,

    berpendidikan dan mempunyai keahlian, respek, hati-hati, serta memahami

    produksi.

    Ciri-ciri orang modern tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan oleh

    Gunar Myrdal, yaitu:

    1. Kesiapan diri dan keterbukaan terhadap inovasi.

    2. Kebebasan yang besar dari tokoh-tokoh tradisional.

    3. Mempunyai jangkauan dan pandangan yang luas terhadap berbagai

    masalah.

    4. Berorientasi pada masa sekarang dan yang akan datang.

    5. Selalu memiliki perencanaan dalam segala kegiatan.

    Sikap dan Perilaku Wirausaha 3.4.

  • 6. Mempunyai keyakinan pada kegunaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

    7. Percaya bahwa kehidupan tidak dikuasai oleh nasib dan orang tertentu

    8. Memiliki keyakinan dan menggunakan keadilan sesuai dengan prinsip

    masing-masing.

    9. Sadar dan menghormati orang lain.

    Menurut Harsojo, modernisasi merupakan sikap yang menggambarkan.

    a. Keterbukaan bagi pembaruan dan perubahan.

    b. Kesanggupan membentuk pendapat secara demokratis.

    c. Orientasi pada masa kini dan masa depan.

    d. Keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri.

    e. Keyakinan terhadap kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

    f. Anggapan bahwa keberhasilan merupakan hasil dari prestasi.

    Orang yang terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru akan

    lebih siap untuk menanggapi segala peluang, tantangan, dan perubahan

    sosial, misalnya dalam mengubah standart hidup. Orang-orang yang terbuka

    terhadap ide-ide baru merupakan wirausaha inovatif dan kreatif. Menurut

    Yurgen Kocka, pandangan yang luas dan dinamis serta kesediaan untuk

    pembaruan bisa lebih cepat berkembang dalam lapangan industri, tidak lepas

    dari latar belakang pendidikan, dan pengalaman perjalanan yang banyak.

    Dalam konteks ini juga dijumpai perpaduan yang

    nyata antara usaha perdagangan yang sistematis

    dan nasional dengan kemampuan bereaksi

    terhadap kesempatan-kesempatan yang didasari

    keberanian berusaha. Wirausaha adalah pribadi

    unggul yang mencerminkan budi yang luhur dan

    sifat yang pantas diteladani, karena atas dasar

    kemampuannya sendiri dapat melahirkan sesuatu

    sumbangsih dan karya untuk kemajuan

    kemanusiaan yang berlandaskan kebenaran dan kebaikan.

    Seperti telah diungkapkan, wirausaha sebenarnya adalah seorang

    inovator atau individu yang mempunyai kemampuan naluriah untuk melihat

    benda-benda materi sedemikian rupa yang kemudian terbukti benar,

    mempunyai semangat dan kemampuan serta pikiran untuk menaklukkan cara

  • berfikir yang tidak berubah, dan mempunyai kemampuan untuk bertahan

    terhadap posisi sosial. Wirausaha berperan dalam mencari kombinasi-

    kombinasi baru yang merupakan gabungan dari lima proses inovasi, yaitu

    menentukan pasar baru, pengenalan barang-barang baru, metode produksi

    baru, sumber penyediaan bahan mentah baru, serta organisasi baru.

    Wirausaha merupakan innovator yang dapat menggunakan kemampuan

    untuk mencari kreasi-kreasi baru.

    Dalam perusahaan, wirausaha adalah seorang inisiator atau

    organisator penting. Menurut Dusselman, seseorang yang memiliki jiwa

    kewirausahaan ditandai oleh pola-pola tingkah laku sebagai berikut:

    1. Inovasi, yaitu usaha untuk menciptakan, menentukan, dan menerima ide-

    ide baru.

    2. Keberanian untuk menghadapi resiko, yaitu usaha untuk menimbah dan

    menerima risiko dalam mengambil keputusan danmenghadapi

    ketidakpastian.

    3. Kemampuan manajerial, yaitu usaha yang dilakukan untuk melaksanakan

    fungsi-fungsi manajemen, meliputi:

    a. Perencanaan

    b. Koordinasi

    c. Menjaga kelancaran usaha

    d. Mengawasi dan mengevaluasi usaha.

    4. Kepemimpinan, yaitu usaha memotivasi, malaksanakan, dan mengarahkan

    tujuan usaha.

    Menurut Kathleen L. Hawkins & Peter A.Turla, pola tingkah laku

    kewirausahaan di atas tergambar dalam perilaku dan kemampuan sebagai

    berikut:

    a. Kepribadian, aspek ini bisa di amati dari segi kreativitas, disiplin diri,

    kepercayaan diri, keberanian menghadapi resiko, memiliki dorongan, dan

    kamauan kuat.

    b. Hubungan, dapat dilihat dari indikator komunikasi dan hubungan

    antarpersonal, kepemimipinan, dan manajemen.

    c. Pemasaran, meliputi kemampuan dalam menentukan produk dan harga,

    periklanan, dan promosi.

  • d. Keahlian dalam mengatur, diwujudkan dalam bentuk penentuan tujuan,

    perencanaan, panjadwalan, serta pengaturan pribadi.

    e. Keuangan, indikatornya adalah sikap dan cara mengatur uang.

    David Mc Clelland mengemukakan 6 ciri perilaku kewirausahaan yaitu:

    1. Keterampilan mengambil keputusan dan resiko yang moderat, serta bukan

    atas kabetulan belaka.

    2. Energik, khususnya dalam berbagai bentuk kegiatan inovatif.

    3. Memiliki sikap tanggung jawab individual.

    4. Mengetahui hasil-hasil dari berbagai keputusan yang di ambilnya, dengan

    tolak ukur satuan uang sebagai indikator keberhasilan.

    5. Mampu mengantisipasi berbagai kemungkinan di masa mendatang.

    6. Memiliki kemampuan berorganisasi, meliputi kemampuan kepemimipinan

    dan manajerial.

    Dapat ditarik kesimpulan bahwa berwirausaha memerlukan banyak

    kebutuhan pribadi dari pelaku wirausaha tersebut. Beriwausaha menuntut

    eseorang untuk berfikir ke depan dalam arti memikirkan langkah selanjutnya

    untuk kemudian hari. Selain itu berwirausaha juga membutuhkan keahlian

    kemampuan kepemimpinan, mampu memecahkan masalah dan mencari

    jalan keluar, dan utamanya kreativitas dan inovasi yang tinggi.

    3.4.2.Perilaku Wirausaha

    1) Perilaku Wirausaha Secara Individu

    a. Teguh dalam pendiriannya

  • b. Selalu yakin dengan apa yang ia kerjakan dan lakukan, sehingga

    kadang cenderung keras kepala tapi sebenarnya punya konsep dan

    alasan yang kuat dalam melakukan sesuatu.

    c. Berperilaku profesional dalam arti punya tanggung jawab,

    komitmen tinggi, displin, berusaha tetap konsisten pada

    pendiriannya serta jujur dan terbuka.

    d. Optimis dalam segala perilaku yang ia lakukan.

    e. Berpikir positif dalam mendengar sertta menganggapi suatu saran

    atau cercaan, bahkan ejekan dari teman atau keluarganya. Ia

    anggap sebagai tantangan yang memotifasi dirinya agar ia harus

    mewujudkannya.

    f. Tidak gegabah dab penuh dengan rencana dalam setiap tindakan

    (visioner).

    g. Selalu berorientasi pasti ada jalan keluarnya sehingga ia berpikir

    kreatif dan inovatif untuk menemukan solusinya.

    2) Perilaku wirausaha secara sosial dan lingkungan

    a. Berpenampilan rapi dan ingin disukai setiap orang.

    b. Berperilaku baik sehingga bantak oranmg yang menyukainya.

    c. Senang memotivasi orang lain untuk tujuan baik.

    d. Menjadi teladan yang baik bagi teman bisnisnya, karyawan,

    pelanggannya.

    e. Pandai bergaul dan cakap dalam berkomunikasi sehingga banyak

    orang yang senang padanya.

    3) Perilaku wirausaha dalam pekerjaan

    a. Berorientasi pada tujuan dan tetap berkeinginan yang kuat pada

    hasil yang sempurna.

    b. Bila kerja (workaholic) dan bekerja dengan baik sehingga tidak

    menyukai kelemahan (perfectionist).

    c. Tidak suka menunda pekerjaan dan selalu ingin cepat diselesaikan.

    d. Haus akan presentasi sempurna (excellence).

    e. Tuntas dalam mengerjakan tugas.

  • f. Energik atau penuh semangat dalam bekerja dan mengerjakan

    tugas.

    g. Paling menyukai pekerjaan yang baru dan menantang.

    h. Kreatif dan inovatif sehingga selalu mempunyai ide-ide yang

    cemerlang dan bisa keluar dari tekanan.

    4) Perilaku wirausaha dalam menghadapi resiko

    a. Mengevaluasi resiko dan dampaknya terlebih dahulu.

    b. Mencari keputusan yang tepat dan optimal.

    c. Tidak takut terhadap resiko karena ia kuat dalah hal intuisinya.

    d. Waspada dan antisipatif sehingga selalu berperilaku pro aktif.

    5) Perilaku wirausaha dalam kepemimpinan (leadhership)

    a. Seorang pemimpin yang berani mengambill keputrusan.

    b. Perilakunya hati-hati karena menjadi contoh bagi yang lain.

    c. Membuat karyawan tenang dalam menjalankan pekerjaan dan

    tugasnya.

    d. Mempunyai karisma dan berjiwa besar.

    a.

    3.5.1. Faktor keturunan

    Keturunan merujuk pada faktor genetis seorang individu. Tinggi fisik,

    bentuk wajah, gender, temperamen, komposisi otot dan refleks, tingkat energi

    dan irama biologis adalah karakteristik yang pada umumnya dianggap, entah

    sepenuhnya atau secara substansial, dipengaruhi oleh siapa orang tua dari

    individu tersebut, yaitu komposisi biologis, psikologis, dan psikologis bawaan

    dari individu.

    Terdapat tiga dasar penelitian yang berbeda yang memberikan sejumlah

    kredibilitas terhadap argumen bahwa faktor keturunan memiliki peran

    penting dalam menentukan

    kepribadian seseorang. Dasar

    Faktor-Faktor Penentu Kepribadian

  • pertama berfokus pada penyokong genetis dari perilaku dan temperamen

    anak-anak. Dasar kedua berfokus pada anak-anak kembar yang dipisahkan

    sejak lahir. Dasar ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja dari waktu ke

    waktu dan dalam berbagai situasi.

    Penelitian terhadap anak-anak memberikan dukungan yang kuat

    terhadap pengaruh dari faktor keturunan. Bukti menunjukkan bahwa sifat-

    sifat seperti perasaan malu, rasa takut, dan agresif dapat dikaitkan dengan

    karakteristik genetis bawaan. Temuan ini mengemukakan bahwa beberapa

    sifat kepribadian mungkin dihasilkan dari kode genetis sama yang

    memperanguhi faktor-faktor seperti tinggi badan dan warna rambut.

    Para peneliti telah mempelajari lebih dari 100 pasangan kembar identik

    yang dipisahkan sejak lahir dan dibesarkan secara terpisah. Ternyata peneliti

    menemukan kesamaan untuk hampir setiap ciri perilaku, ini menandakan

    bahwa bagian variasi yang signifikan di antara anak-anak kembar ternyata

    terkait dengan faktor genetis. Penelitian ini juga memberi kesan bahwa

    lingkungan pengasuhan tidak begitu memengaruhi perkembangan

    kepribadian atau dengan kata lain, kepribadian dari seorang kembar identik

    yang dibesarkan di keluarga yang berbeda ternyata lebih mirip dengan

    pasangan kembarnya dibandingkan kepribadian seorang kembar identik

    dengan saudara-saudara kandungnya yang dibesarkan bersama-sama.

    3.5.2. Faktor lingkungan

    Faktor lain yang memberi pengaruh

    cukup besar terhadap pembentukan

    karakter adalah lingkungan di mana

    seseorang tumbuh dan dibesarkan;

    norma dalam keluarga, teman, dan

    kelompok sosial; dan pengaruh-pengaruh

    lain yang seorang manusia dapat alami.

    Faktor lingkungan ini memiliki peran

    dalam membentuk kepribadian

    seseorang. Sebagai contoh, budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang

    diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan menghasilkan

    konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yang secara intens

  • berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada kultur

    yang lain. Misalnya, orang-orang Amerika Utara memiliki semangat

    ketekunan, keberhasilan, kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan yang

    terus tertanam dalam diri mereka melalui buku, sistem sekolah, keluarga, dan

    teman, sehingga orang-orang tersebut cenderung ambisius dan agresif bila

    dibandingkan dengan individu yang dibesarkan dalam budaya yang

    menekankan hidup bersama individu lain, kerja sama, serta memprioritaskan

    keluarga dari pada pekerjaan dan karier.

    3.6.1. Evaluasi inti diri

    Evaluasi inti diri adalah tingkat di mana

    individu menyukai atau tidak menyukai diri

    mereka sendiri, apakah mereka

    menganggap diri mereka cakap dan

    efektif, dan apakah mereka merasa

    memegang kendali atau tidak berdaya atas

    lingkungan mereka. Evaluasi inti diri

    seorang individu ditentukan oleh dua

    elemen utama: harga diri dan lokus

    kendali. Harga diri didefinisikan sebagai tingkat menyukai diri sendiri dan

    tingkat sampai mana individu menganggap diri mereka berharga atau tidak

    berharga sebagai seorang manusia.

    a. Machiavellianisme

    Machiavellianisme adalah tingkat di mana seorang individu pragmatis,

    mempertahankan jarak emosional, dan yakin bahwa hasil lebih penting dari

    pada proses. Karakteristik kepribadian Machiavellianisme berasal dari nama

    Niccolo Machiavelli, penulis pada abad keenam belas yang menulis tentang

    cara mendapatkan dan menggunakan kekuasaan.

    Sifat kepribadian utama yang memengaruhi perilaku organisasi

  • b. Narsisisme

    Narsisisme adalah kecenderungan menjadi arogan, mempunyai rasa

    kepentingan diri yang berlebihan, membutuhkan pengakuan berlebih, dan

    mengutamakan diri sendiri. Sebuah penelitian mengungkap bahwa ketika

    individu narsisis berpikir mereka adalah pemimpin yang lebih baik bila

    dibandingkan dengan rekan-rekan mereka, atasan mereka sebenarnya

    menilai mereka sebagai pemimpin yang lebih buruk. Individu narsisis

    seringkali ingin mendapatkan pengakuan dari individu lain dan penguatan

    atas keunggulan mereka sehingga individu narsisis cenderung memandang

    rendah dnegan berbicara kasar kepada individu yang mengancam mereka.

    Individu narsisis juga cenderung egois dan eksploitif, dan acap kali

    memanfaatkan sikap yang dimiliki individu lain untuk keuntungannya.

    c. Pemantauan diri

    Pemantauan diri adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan

    perilakunya dengan faktor situasional eksternal. Individu dengan tingkat

    pemantauan diri yang tinggi menunjukkan kemampuan yang sangat baik

    dalam menyesuaikan perilaku dengan faktor-faktor situasional eksternal. Bukti

    menunjukkan bahwa individu dengan tingkat pemantauan diri yang tinggi

    cenderung lebih memerhatikan perilaku individu lain dan pandai

    menyesuaikan diri bila dibandingkan dengan individu yang memiliki tingkat

    pemantauan diri yang rendah.

    Prinsip Etika

  • Prinsip-prinsip etika adalah sebagai berikut:

    a. Untuk membangun kepercayaan antara anggota masyarakat dengan

    perusahaan atau pengusaha.

    b. Hal tersebut merupakan elemen penting untuk suksesnya jangka panjang.

    c. Menjaga etika adalah hal penting untuk melindungi reputasi perusahaan.

    Fundamental etika yang berlaku pada semua etnis menurut Zimmerer (1996) terdiri

    atas:

    1. Sopan santun, yaitu selalu bicara benar, terus terang, tidak menipu, dan tidak

    mencuri.

    2. Integrasi (integrity), yaitu memiliki prinsip, hormat, dan tidak bermuka dua.

    3. Menjaga janji, yaitu dapat dipercaya bila berjanji karena janji adalah amanah,

    tidak mau menang sendiri.

    4. Kesetiaan, ketaatan (fidelity), yaitu benar dan loyal pada keluarga dan teman,

    tidak menyembunyikan informasi yang tidak perlu dirahasiakan.

    5. Kejujuran, kewajaran (fairness), yaitu berlaku fair dan terbuka, berkomitmen

    pada kedamaian, jika bersalah maka cepat mengakui kesalahan, perlakuan

    yang sama terhadap setiap orang dan memiliki toleransi tinggi.

    6. Menjaga satu sama lain (caring for others), yaitu penuh perhatian, baik budi,

    ikut andil, menolong siapa saja yang memerlukan bantuan.

    7. Saling menghargai satu sama lain (respect for others), yaitu menghormati hak-

    hak orang lain, menghormati kebebasan dan rahasia pribadi,

    mempeertimbangkan orang lain yang dianggap bermanfaat dan tidak

    berprasangka.

    8. Dapat dipertanggung jawabkan (accountability), yaitu bertanggung jawab

    dalam segala perbuatan terutama dalam mengambil keputusan.

    Fundamental Etika Yang Berlaku Pada Semua Etnis

  • 3.7. Kesimpulan.

    Kepribadian Wirausaha

    Kepribadian ini adalah sangat unik, demikian dinyatakan oleh para ahli. Dengan

    kepribadian yang dimiliki oleh seseorang dia dapat memikat orang lain, orang

    menjadi simpati padanya, orang tertarik dengan pembicaraannya, orang terkesima

    olehnya dengan menggunakan prinsip etika sebagai berikut.

    Usaha membangun kepercayaan antara anggota masyarakat dengan perusahaan atau

    pengusaha

    Hal tersebut merupakan elemen terpenting buat suksesnya bisnis jagka panjang

    Menjaga etika adalah hal penting untuk melindungi reputasi perusahaan.

  • BAB IV

    MOTIVATION FOR PRODUCTIVITY

    a.1. Produktivitas/Wirausaha

    Di dalam beberapa ensiklopedi, produktivitas didefinisikan sebagai berikut:9

    1. Productivity in economics, is a term used to describe how well or how efficiently an

    economys resources are used in the processes of production (Americana, Vol 22,

    1978: 640).

    2. Productivity in economics is the ratiom of what is produced to what is require to

    produce it (Britanica, Vol 15, 1982: 27).

    3. Productivity refers to a class of empirical output-input ratios that is widely used in

    economic history, economic analysis and economic policy (The Encyclopedy of

    Social Science, Vol 12, 1972: 523).

    Inti dari pengertian produktivitas yang diungkapkan di atas adalah menyangkut

    perbandingan hasil yang diperoleh dengan sumber-sumber ekonomi yang digunakan. Dari

    pendapat yang lain menyatakan produktivitas adalah kuantitas atau volume dari produk

    atau jasa yang dihasilkan. Akan tetapi banyak pandangan menyatakan bahwa

    produktivitas bukan hanya kuantitas, tetapi juga kualitas produk yang dihasilkan, yang

    harus juga dipakai sebagai pertimbangan mengukur tingkat produktivitas.10

    Seperti

    dinyatakan dalam pengertian berikut: productivity means quality of output as well as

    quantity. Productivity refers to the output per man hour anyone, company or

    organization. Productivity refern to the ratio of output to input by industry of section of

    the economy (Ray A. Killian, 1976: 120).

    Pandangan di atas ada yang termasuk pandangan tradisional dan ada yang termasuk

    pandangan modern tentang produktivitas. Pandangan tradisional memfokuskan pada

    perbandingan antara output fisik dan resources inputs. Sedangkan pandangan yang lebih

    modern menyatakan: Produktivity is a summary measure of the quality and quality of

    work performance with resource utilization considered (Schermerhorn, 1984: 17).

    Productivity is defined for our purpose as output per employee-hour, quality considerd.

    (Sutermeister, 1976: 5).

    Jadi dalam menentukan produktivitas tidak hanya dilihat faktor kuantitas saja, tetapi

    juga faktor kualitasnya. Jika seorang menghasilkan 20 unit produk bulan yang lalu, dan

    9 Buchari Alma. KEWIRAUSAHAAN. (Bandung: ALFABETA, 2001), hlm. 69

    10 Buchari Alma. Hlm. 70

  • sekarang dihasilkan 22 unit, maka dikatakan produktivitasnya naik 10%. Jika seseorang

    menghasilkan 20 unit produk bulan lalu dan sekarang tetap 20 unit, tetapi dalam kualitas

    yang lebih baik, maka produktivitasnya juga meningkat.11

    Melihat definisi di atas, maka produktivitas ini dapat diukur menurut tiga tingkatan,

    yaitu:

    1. Individu

    2. Kelompok

    3. Organisasi

    Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:

    Ketiga kelompok di atas yang terdapat dalam organisasi bisnis dapat diukur

    produktivitasnya. Ada tiga ukuran produktivitas yang harus dipertimbangkan dalam

    mengelola organisasi, yaitu:12

    1. Untuk tujuan strategi, apakah organisasi sudah benar sesuai dengan apa yang telah

    digariskan.

    2. Efektivitas, sampai tingkat manakah tujuan itu sudah dicapai dalam arti kuantitas

    dan kualitas.

    3. Efensiensi, bagaimana perbandingan output dibagi input, dimana pengukuran

    output termasuk di dalamnya kuantitas dan kualitas.

    Selanjutnya untuk menghitung tingkat produktivitas, ada 3 bentuk dasar

    perhitungan, yaitu:13

    11

    Ibid. Hlm.70 12

    Ibid. Hlm.71 13

    Ibid. Op.cit.Hlm.71

    Organisasi

    Produktivitas

    Individu

    Kelomp

    ok kerja

  • 1. Produktivitas Parsial, yaitu perbandingan output dengan salah satu input tertentu,

    misalnya dengan input kerja.

    2. Produktivitas Total-Faktor, yaitu perbandingan output dengan sejumlah input

    yang berhubungan dengan pekerja dan modal.

    3. Produktivitas Total, yaitu perbandingan output dengan input.

    Kemudian ada lagi pengertian produktivitas yang kelihatanya lebih

    komprehensif ialah yang dikemukakan oleh Paul Mali (1978: 6) yang menyatakan:

    Productivity is the measure of how well resources are brought together in

    organization and utilized for accomplishing a set of result. Produktivity is reaching

    the highest level of performance with the least expenditure of resources. Paul Mali

    mengungkapkan bahwa produktivitas bukanlah produksi, bukan performans, bukan

    pula hasil. Dikatakan bahwa baik produksi, performans, maupun hasil merupakan

    komponen produktivitas. Dalam hal ini ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu:14

    1. Seperangkat hasil atau performans. Disini kita melihat efektivitas.

    2. Penggunaan sumber-sumber, ini menyangkut efensiasi.

    Berdasarkan menyusun formula dalam mencari indeks produktivitas yaitu sebagai

    berikut:

    Produktivitas = Hasil yang diperoleh

    Input yang dikeluarkan

    = Performans yang dicapai

    Sumber-sumber yang dikorbankan

    = Efektivitas

    Efisiensi

    Wirausaha berasal dari kata wira dan usaha.Wira dapat berarti mulia, luhur,

    unggul, serta usaha berarti kemampuan melakukan usaha atas kekuatan sendiri. Jadi,

    wirausaha berarti manusia unggul dalam usaha atas kekuatan sendiri dan tidak

    bergantung pada orang lain.

    Menurut Arif F. Hadipranata, wirausaha adalah sosok pengambil risiko yang

    diperlukan untuk mengatur dan mengelola bisnis serta menerima keuntungan financial

    ataupun non uang.

    14

    Ibid. log.cit.Hlm.71

  • Drucker menilai wirausaha secara umum dalam arti jiwa atau nilai-nilai yang

    terkandung di dalamnya, seperti adanya keinginan untuk melakukan perubahan, dan

    sifat harus terhadap sesuatu yang baru

    Kathleen mengemukakan bahwa wirausaha adalah orang yang mengatur,

    menjalankan, dan menanggung risiko bagi pekerjaan-pekerjaan yang dilakukannya

    dalam dunia usaha.

    Anwar Gozall