bab ii landasan teori a. tinjauan pustakaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/r0212006_bab2.pdf ·...
TRANSCRIPT
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan proses suatu pengalaman khusus yang
bertujuan menciptakan perubahan terus-menerus dalam perilaku dan
pemikiran (Kelvin, 2010).
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui kepandaian
atau segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan mata pelajaran
(KBBI, 2012).
Menurut Zulkarimen (2004) pengetahuan sebagai faktor
terjadinya perkembangan dan pertumbuhan, dengan pengetahuan yang
baik akan meningkatkan kehidupan suatu bangsa.
Pengetahuan adalah hasil dari kondisi tahu yang akan terjadi
setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek.
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu : penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
7
b. Tingkatan Kognitif Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan atau kognitif
merupakan tindakan seseorang, dalam hal ini pengetahuan yang
mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) suatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, oleh sebab itu ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2) Memahami (komprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
3) Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks
atau situasi yang lain.
8
4) Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di
dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama
lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5) Sintesis
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang ada, misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat
meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainnya terhadap suatu
teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu meteri atau objek. Penilaian
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria - kriteria yang telah ada.
9
c. Proses Adopsi Perilaku Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa sebelum
orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
1) Awareness (Kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (Objek) terlebih dahulu.
2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
3) Evaluation (Menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya).
4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
d. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan.
1) Pendidikan
Mubarak (2012) menjelaskan pendidikan merupakan
bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat
dipahami suatu hal. Tidak dipungkiri semakin tinggi pendidikan
seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada
akhirnya pengetahuan yang dimilikinya semakin banyak.
2) Pekerjaan
Mubarak (2012) lingkungan pekerjaan yang dapat membuat
seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara
langsung maupun tidak langsung.
10
3) Umur
Mubarak (2012) menjelaskan dengan bertambahnya umur
seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik dan psikologis.
Secara garis besar, pertumbuhan fisik terdiri dari perubahan proporsi,
hilangnya ciri-ciri lama, dan timbulnya ciri-ciri baru.
4) Minat
Mubarak (2012) berpendapat minat sebagai suatu
kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat
menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal,
sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
5) Pengalaman
Mubarak (2012) menjelaskan bahwa pengalaman merupakan
suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi
dengan lingkungannya. Orang cenderung berusaha melupakan
pengalaman yang kurang baik dan sebaliknya jika pengalaman
tersebut menyenangkan, makan akan secara psikologis mampu
menimbulkan kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam
emosi kejiwaan seseorang.
6) Kebudayaan, Sosial dan lingkungan sekitar
Mubarak (2012) menjelaskan lingkungan sangat berpengaruh
dalam membentuk pribadi atau sikap seseorang. Kebudayaan
lingkungan sekitar tempat kita hidup dan dibesarkan memiliki
pengaruh besar pada pembentukan sikap kita.
11
7) Informasi
Mubarak (2012) Informasi merupakan suatu yang dapat
diketahui atau sebagai kemudahan untuk memperoleh suatu informasi
dapat mempercepat seseorang dalam mendapatkan pengetahuan yang
baru.
e. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan melalui wawancara
maupun menggunakan angket yang menanyakan isi materi yang ingin
dukur dari subyek penelitian atau responden (Notoatmojo, 2003).
2. Kepatuhan
a. Pengertian Kepatuhan
Menurut David G Mayer (2012) kepatuhan merupakan
perubahan perilaku atau kepercayaan seseorang sebagai dari akibat
adanya tekanan kelompok yang terdiri dari pemenuhan dan penerimaan,
serta mengikuti peraturan atau perintah langsung yang diberikan kepada
suatu kelompok maupun individu.
Kepatuhan (Obedience) didefinisikan sebagai perubahan
perilaku seseorang untuk mengikuti permintaan atau perintah orang lain
(Feldman, 2003).
Menurut Baron (2005) kepatuhan ialah pengaruh sosial dimana
satu orang memerintahkan seseorang atau lebih untuk melakukan sesuatu
dan mereka melakukannya yang dipengaruhi langsung oleh sosial.
12
Kepatuhan adalah seseorang mentaati dan mematuhi permintaan
orang lain untuk melakukan tingkah laku tertentu karena adanya unsur
power/kekuasaan (Sarlito Sarwono dan Eko Meinarno, 2009).
Feldman (2003) mengungkapkan bahwa reward dan punishment
merupakan kekuatan efektif untuk menambah derajat kepatuhan
seseorang terhadap orang lain. Penggunaan reward dan punishment ini
terkait dengan adanya usaha penguatan perilaku, yaitu perilaku patuh.
b. Teori Perilaku
Perilaku merupakan perbuatan atau tindakan seseorang dalam
melakukan suatu respon terhadap stimulus dan kemudian dijadikan suatu
kebiasaan karena ada nilai yang diyakini (Mubarak, 2012).
Menurut teori Green (1980) perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama
yaitu :
1) Predisposisi (Predisposing)
Terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, kepercayaan,
nilai-nilai.
2) Pemungkin (Enabling factors)
Terwujud oleh adanya fasilitas daialam lingkungan fisik,
maupun tersedianya fasilitas sarana prasarana kesehatan, misal :
Puskesmas, obat-obatan.
13
3) Penguat (Reinforcing factors)
Terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau
petugas sebagai pengawas, peraturan, petugas lainnya, yang
merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
c. Tahap Perubahan Perilaku
Menurut mubarak (2012) proses perubahan perilaku mencakup 5
(lima) fase yaitu :
1) Fase Pencairan (Unfreezing Phase)
Individu mulai mempertimbangkan penerimaan terhadap
perubahan perilaku baru, dalam hal ini dipertimbangkan melalui
tingkat usia dan jenis kelamin individu maupun kelompok terhadap
adanya fasilitas ketersediaan dan pengenalan alat pelindung diri
melalui pelatihan.
2) Fase Diagnosis Masalah (Problem Diagnosis Phase)
Individu mulai mengidentifikasi segala sesuatu, baik yang
mendukung maupun menentang perubahan. Dalam hal ini individu
mempertimbangkan dengan adanya sanksi, hukuman maupun tekanan
yang diberikan.
3) Fase Penentuan Tujuan (Goal Setting Phase)
Individu menentukan tujuan sesuai dengan perubahan yang
diterimanya. Individu menggunakan alat pelindung diri dengan
mempertimbangkan adanya peraturan dan pengawasan tentang
pemakaian alat peindung diri.
14
4) Fase Tingkah Laku Baru (New Behaviour Phase)
Individu mulai mencoba perilaku baru. Pada fase ini individu
mulai mencoba dan membandingkan dengan praktik-praktik yang
telah dilakukan dan diharapkan, dengan mempertimbangan
kenyamanan dari penggunaan alat pelindung diri yang telah
disediakan.
5) Fase Pembekuan Ulang (Refreezing Phase)
Tingkah laku individu yang permanen, apabila dianggap
berguna, perubahan kemudian diasimilasikan menjadi pola tingkah
laku yang permanen, dalam hal ini diharapkan dalam perubahan
perilaku dapat menggunakan alat pelindung diri secara permanen.
d. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku merupakan bentuk
respon yang dapat dipengaruhi oleh faktor Internal dan faktor Eksternal.
Pentingnya peran penggunaan alat pelindung diri di tempat kerja perlu
adanya kesadaran dan kepatuhan oleh tenaga kerja dalam menggunakan
alat pelindung diri yang telah di sediakan oleh perusahaan dan sesuai
dengan resiko dan bahaya ditempat kerja, sebagai kelengkapan untuk
menjaga keselamatan tenaga kerja itu sendiri maupun orang lain di
sekelilingnya.
Faktor internal yang mempengaruhi dalam berperilaku meliputi :
1) Pendidikan (Tingkat Kecerdasan)
2) Jenis Kelamin
15
3) Usia
4) Masa Kerja
5) Pelatihan
Faktor eksternal yang mempengaruhi dalam berperilaku meliputi :
1) Lingkungan
2) Penghasilan
3) Sosial
4) Budaya
Faktor yang mempengaruhi perilaku kepatuhan penggunaan APD
menurut penelitian terdahulu :
1) Faktor internal yang mempengaruhi dalam berperilaku patuh
meliputi :
a) Usia
Usia adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai
saat ini dalam satuan tahun. Usia atau umur menurut Word Health
Organitation yaitu :
(1) Remaja : 12-19 Tahun
(2) Dewasa Muda : 20-40 Tahun
(3) Dewasa Tua : > 40 Tahun
Dalam Penelitian Widyaningsih (2012) dengan hasil
analisis uji ststistik koefisien tidak terdapat hubungan antara umur
dan penggunaan APD dengan nilai p-value = 0,885 dengan total
pekerja 54 di PT Swasemesta Surakarta.
16
b) Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah perbedaan antara perempuan dengan
laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir (Hungu, 2007).
Dalam penelitian Ramdayana (2008) tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara jenis kelamin terhadap
penggunaan alat pelindung diri. Terdapat 13 tenaga kerja laki – laki
terlihat bahwa 1 tenaga kerja yang menggunakan APD dengan
persentase (7,7 %) memiliki kepatuhan penggunaan APD rendah
dan dari 69 tenaga kerja perempuan terlihat hanya 18 tenaga kerja
(26,1 %) memiliki kepatuhan pemakaian APD rendah. Dari uji
statistik didapatkan nilai p = 0,236 berarti p value > 0,05.
c) Masa Kerja
Masa kerja yang di maksud merupakan jangka waktu atau
lamanya pekerja, bekerja di suatu tempat.
Menurut Handoko (1992) masa kerja di kategorikan menjadi 2
yaitu:
(1) Baru : > 3 Tahun
(2) Lama : < 3 Tahun
Dalam penelitiaan Trisno (2010) dengan jumlah pekerja
422 orang pekerja di PT BMB. Didapatkan hasil analisis dengan
hasil koefisien R Squere = 0,002 dengan nilai p = 0,813 yang dapat
diartikan secara biologis terdapat hubungan antar masa kerja
17
dengan penggunaan alat pelindung diri dan kecelakaan kerja
dengan dinyatakan 0,2 persen.
d) Pelatihan
Pelatihan Kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk
memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan
kompetensi kerja, Produktivitas, disiplin, sikap, pada tingkat
keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan
kualifikasi jabatan atau pekerjaan (ILO, 2004).
Dalam penelitian Anisyah (2009) terdapat pengaruh atau
efektifitas adanya pelatihan K3 terhadap penggunaan Alat
pelindung diri di PT MAK Yogyakarta. Terdapat 60 orang
karyawan bagian produksi peningkatan pengetahuan penggunaan
APD antara kelompok eksperimen dan kontrol, ditunjukkan dengan
t hitung = 6,067 dan nilai p value < 0,05. Ada pengaruh yang
signifikan efektivitas peningkatan sikap penggunaan APD antara
kelompok eksperimen dan kontrol, ditunjukkan dengan t hitung=
7,034 dan nilai p < 0,05. Ada pengaruh yang signifikan efektivitas
peningkatan motivasi penggunaan APD antara kelompok
eksperimen dan kontrol, ditunjukkan dengan t hitung = 5,695 dan
nilai p value < 0,05.
e) Ketersediaan APD
Adanya ketersediaan alat pelindung diri yang telah
disediakan oleh perusahaan untuk tenaga kerja.
18
Dalam penelitian Ryan Wahyu (2014) ada hubungan
ketersediaan alat pelindung diri dengan tingkat penggunaanya yang
terdapat dari 20 pekerja di bengkel M. Mischan Surabaya.
Persentase pekerja menggunakan APD 78% yang dinyatakan
dengan nilai R= 1,38 yang berarti tingkat pemakaiannya berkorelasi
tinggi.
f) Kenyamanan APD
Alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi
seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi pekerja
dari bahaya di tempat kerja (Permenakertrans
No.08/Men/VII/2010), dalam artian lain kenyamaan dan kefektifan
penggunaan APD contohnya, kaca mata yang terlalu besar akan
merepotkan pekerja dalam kegiatannya, hairnet yang terlalu besar
menimbulkan ketidaknyamanan pada saat digunakan, sepatu yang
terlalu besar atau bahan yang tidak memiliki sirkulasi udara yang
baik membuat kaki pekerja tidak nyaman atau panas saat
digunakan.
Dalam Penelitian Bustanul (2013) Terdapat hubungan
kenyamanan terhadap penggunaan APD dari 32 responden yang
ada di PT.X Unit 3 dan 4 Coal Yard yang dilakukan dengan uji
ststistik didapatkan nilai p-value < 0.05 yang berarti ada hubungan
antara kenyamanan terdapat penggunaannya.
19
2) Faktor eksternal dalam berperilaku patuh dalam menggunakan alat
pelindung diri, meliputi :
a) Adanya Peraturan
Peraturan yang dimaksud adalah peraturan yang dibuat oleh
perusahaan mengenai penggunaan APD sebelum bekerja, yang
bertujuan untuk melindungi tenaga kerja dan juga salah satu upaya
mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
yang terdapat di suatu tempat kerja.
Dalam penelitian Ramdayana (2008) ada hubungan antara
peraturan APD terhadap kepatuhan penggunaan APD di RS
Marinir Cilandak yang terdapat 109 tenaga kerja, dengan
dinyatakan memalui uji statstik didapatkan nilai p-value < 0,05
sehingga dapat di simpulkan terdapat hubungan bermakna antara
adanya peraturan APD terhadap kepatuhan penggunaan APD di
RS Marinir Cilandak.
b) Pengawasan
Pengawasan berfungsi untuk memastikan kegiatan yang
dilakukan berjalan dengan baik, kegiatan pengawasan bertujuan
mempromosikan dan memastikan kepatuhan kepada peraturan atau
sistem yang berlaku disemua tempat kerja, seperti dalam
pengawasan penggunaan APD dan aspek lain yang berhubungan
dengan pekerjaan (ILO, 2013).
20
Dalam Penelitian Bustanul (2013) terdapat hubungan
pengawasan terhadap penggunaan APD dari 32 responden yang ada
di PT.X Unit 3 dan 4 Coal Yard yang dilakukan dengan uji ststistik
didapatkan nilai p-value < 0.05 yang berarti ada hubungan antara
pengawasan terdapat penggunaannya.
c) Sanksi atau Hukuman
Saksi atau hukuman merupakan penekanan terhadap suatu
perilaku yang dilakukan seseorang, agar perilaku tersebut sesuai
dengan peraturan yang ada (Skinner, 2013).
Dalam penelitian Rima (2010) terdapat hubungan antara
sanksi terhadap penggunaan APD dari 62 tenaga kerja konstruksi
pembangunan rumah sakit X Jakarta, didapatkan uji statistik nilai
p-value < 0,005 yang berarti memiliki hubungan yang berarti
antara sanksi terhadap penggunaan APD.
e. Pengukuran Perilaku
Pengukuran indikator perilaku yang paling akurat dapat dilakukan
dengan menggunakan cara pengamatan atau observasi. Namun dapat
dilakukan pula dengan cara wawancara dengan pendekatan mengingat
kembali yang telah dilakukan oleh responden beberapa waktu yang lalu
(Notoatmojo, 2003).
21
3. Penyuluhan
a. Pengertian Penyuluhan
Penyuluhan merupakan kegiatan pendidikan yang dilakukan
dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa
melakukan suatu anjuran yang ada hubunganya dengan pendidikan
kesehatan (Azwar, 1983).
Menurut Singgih (1992) penyuluhan adalah pemberian bantuan
oleh seseorang kepada orang lain dalam menentukan pilihan,
penyesuaian dan pemecahan masalah, serta bertujuan membantu individu
atau kelompok agar bertambah kemampuan bertanggung jawab atas
dirinya.
Menurut Suma’mur (1993) penyuluhan adalah pemberian
informasi yang menimbulkan kejelasan pada orang-orang yang
bersangkutan.
b. Tujuan Penyuluhan.
1) Mengubah pengetahuan atau pengertian, pendapat serta konsep-
konsep.
2) Mengubah sikap dan presepsi.
3) Menanamkan tingkah laku atau kebiasaan baru (Notoatmodjo, 2003).
c. Langkah - Langkah Penyuluhan.
Dalam melakukan penyuluhan, penyuluhan yang baik harus
melakukan langkah-langkah sebagai berkut :
22
1) Mengkaji kebutuhan masyarakat atau pekerja.
2) Menetapkan masalah yang ada di masyarakat.
3) Menentukan metode penyuluhan.
4) Memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu ditangani.
5) Perencanaan penyuluhan.
6) Tindak lanjut dari penyuluhan Pelaksanaan penyuluhan.
7) Menentukan isi penyuluhan.
8) Memilih alat peraga atau media penyuluhan yang akan digunakan.
(Mahfoedz, 2005).
d. Metode Penyuluhan.
Beberapa metode pendidikan individual, kelompok dan massa (Public)
dalam tulisan Notoatmodjo (2003) antara lain :
1) Metode Pendidikan Individual (perorangan).
2) Metode Pendidikan Kelompok.
3) Metode Pendidikan Massa (Public).
Untuk mendapatkan dampak terhadap apa yang disampaikan dan
waktu ideal untuk menilai dari pengaruh penyuluhan mengenai
penggunaan apd terhadap pengetahuan dan kepatuhan pentingnya
penggunaan apd di area kerja spinning PT Delta Dunia Textile
Karanganyar. Pretest dan postest tidak dilaksanakan bersamaan dalam
hari yang sama, melainkan berselang waktu antara 15-30 hari, dengan
alasan:
23
1) Untuk menghindari subyek masih mengingat atau pernah melakukan
hal yang sama pada saat pretest, semakin dekat jarak, semakin besar
peluang retensi (Arief, 2004).
2) Suatu penilaian alat ukur atau suatu teknik pretest dan postest
penelitan, sebaiknya selang waktu yang diambil jangan terlalu
pendek, kemungkinan responden masih mengingat pertanyaan-
pertanyaan pada test yang pertama. Sedang kalau selang waktu
terlalu lama, kemungkinan pada responden terjadi ;perubahan dalam
variabel yang diukur ( Notoatmodjo, 2010).
e. Media Penyuluhan.
Media penyuluhan merupakan alat bantu yang digunakan
penyuluh untuk memperjelas penyampaian materi penyuluhan, alat bantu
disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap
manusia diterima melalui alat indera. Semakin banyak alat indera yang
digunakan untuk menerima suatu materi, maka semakin banyak dan
semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh
(Notoatmodjo, 2003).
Menurut Notoatmodjo (2003) media penyuluhan dibagi menjadi 3 :
1) Media Cetak
Media cetak sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan
kesehatan sebagai berikut : booklet, leafleat, flyer, flif chart, rubrik,
poster dan foto.
24
2) Media Elektronik
Media elektronik sebagi sarana untuk menyampaikan pesan-
pesan atau informasi kesehatan berbeda-beda jenisnya, yaitu :
Televisi, Radio, Slide, Video dan Film strip (Film Pendek).
3) Media Papan (Billboard)
Media papan dipasang ditempat tempat umum yang strategis
dapat di isi dengan pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang
ditempel pada dinding maupun kendaraan – kendaraan umum (bus-
taksi).
Media yang digunakan dalam penelitian ini ialah media
elektronik yaitu slide dan video. Slide yang berisikan mengenai
definisi APD, Dasar Hukum APD, Jenis-jenis APD, Jenis APD yang
sesuai dengan PT. Delta Dunia Textile, pemutaran video contoh kasus
kecelakaan kerja akibat tidak menggunakan APD, dan disertai
simulasi cara penggunaan macam-macam alat peraga APD yang baik
dan benar.
4. Alat Pelindung Diri
a. Pengertian Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri adalah seperangkat alat yang digunakan oleh
tenaga kerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuh dari adanya
kemungkinan potensi bahaya dan kecelakaan kerja (Permenakertrans No.
08/Men/VII/2010).
25
Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health
Administration (2003) pesonal protective equipment atau alat pelindung
diri (APD) didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi
pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak
dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia,
biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.
Penggunaan alat pelindung diri harus memberikan perlindungan
yang kuat terhadap bahaya yang spesifik yang dihadapi oleh tenaga kerja.
Menurut Ridley (2006) APD harus disediakan oleh perusahaan secara
gratis, diberikan kepada pekerja perorangan sesuai dengan jenis
pekerjaanya, dijaga kondisinya agar dapat digunakan secara
berkelanjutan dan disimpan ditempat yang sesuai ketika tidak digunakan.
Menurut Buntarto (2015) alat pelindung diri dibagi menjadi 7
(tujuh) macam, yaitu :
1) Apron
Apron dibuat dari karet atau plastik atau kain sebagai suatu
pembatas dibagian depan pekerja. Menutupi bagian tubuh pekerja dari
dada hingga lutut, tebuat dari kain drill, mika sheet, kulit atau plastik
tebal.
2) Kap (Penutup Rambut)
Dipakai untuk menutup rambut dan kepala, tujuan utamanya
untuk melindungi rambut dan kepala dari bahaya terkena jertan mesin.
26
3) Pelindung mata
Pelindung mata digunakan apabila ada kemungkinan
masuknya serat serat kain ke dalam mata.
4) Sarung tangan
Sarung tangan dipakai untuk melindungi tangan pekerja agar
aman dalam melakukan pekerjaannya.
5) Masker
Masker digunakan untuk melindungi pernafasan pekerja agar
terhindar dari masuknya debu dari proses pemintalan kapas, serat-
serat kain ke dalam saluran pernafasan.
6) Sumbat telinga (Ear Plug)
Digunakan untuk mengurangi intensitas suara atau kebisingan
yang masuk ke dalam telinga yang diakibatkan oleh suara mesin
produksi.
7) Alas kaki
Alas kaki atau sepatu dipakai untuk melindungi kaki dari
benturan oleh benda tajam atau dari cairan yang jatuh atau menetes ke
kaki. Sepatu boots dari karet atau kulit lebih melindungi, tetapi harus
selalu bersih dan bebas dari kontaminasi cairan yang berbahaya.
Menurut Ridley (2006) APD yang efektif yaitu
1) Sesuai dengan bahaya yang dihadapi.
2) Terbuat dari material yang akan tahan terhadap bahaya tersebut.
3) Cocok bagi orang yang akan menggunakannya.
27
4) Tidak mengganggu kerja karyawan yang sedang bertugas.
5) Memiliki konstruksi yang sangat kuat.
6) Tidak mengganggu APD lain yang sedang dipakai secara bersamaan.
7) Tidak meningkatkan resiko terhadap pemakainya.
Sedangkan alat pelindung diri yang sesuai dengan potensi bahaya di PT.
Delta Dunia Textile adalah
1) Masker
Masker digunakan untuk melindungi saluran pernafasan dari
serat-serat kapas berterbangan yang halus, serta melindungi agar tidak
terkena debu mesin didalam ruangan produksi. Hal ini dapat
mencegah pekerja dari penyakit ispa dan paru-paru. Alat ini harus
dikenakan oleh karyawan terutama yang bekerja di bagian produksi
dalam upaya pencegahan faktor bahaya di ruang produksi unit
spinning.
2) Earplug
Mesin-mesin yang terdapat di unit spinning menghasilkan
suara yang sangat bising dalam pengoperasiannya. Hal ini dapat
menyebabkan ketulian atau gangguan pendengaran pada pekerja yang
berada didalam ruangan mesin tersebut, untuk itu diperlukan alat
pelindung telinga, agar kontak dengan suara yang bising dan terus
menerus selama jam kerja, bahaya dari dampaknya dapat di
minimalisir.
28
3) Apron
Pakaian kerja diperlukan oleh seluruh pekerja terutama yang
bertugas didalam ruangan atau gedung yang berhubungan langsung
dengan proses produksi. Para staf dan tenaga kerja unit produksi juga
menggunakan pakaian kerja, karena perusahaan terdapat aturan
khusus mengenai pemakaian seragam untuk tenaga kerja. Alat
pelindung diri ini harus dikenakan oleh karyawan terutama yang
bekerja di bagian produksi unit spinning berupa apron atau celemek
sebagai usaha pencegahan terhadap paparan uap dan suhu panas yang
keluar dari mesin serta melindungi pakaian tenaga kerja dari debu
kapas.
4) Hairnet
Melindungi rambut pekerja supaya tidak tertarik mesin yang
berputar, melindungi kepala dari benturan benda keras. Pada aspek
kebersihan, melindungi rambut dari serat serat kapas yang bertebaran
diseluruh ruangan. Alat ini harus dikenakan oleh karyawan terutama
yang bekerja di bagian produksi unit spinning.
5. Kajian Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Dan Kepatuhan Penggunaan
APD.
Pengetahuan merupakan faktor terjadinya perkembangan dan
pertumbuhan, dengan pengetahuan yang baik akan meningkatkan kehidupan
suatu bangsa (Zulkarimen, 2004). Pengetahuan adalah hasil dari kondisi
29
tahu yang akan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni
pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmojo, 2003).
Menurut Buntarto (2015) alat pelindung diri merupakan kelengkapan
yang wajib digunakan saat bekerja sesuai dengan bahaya dan resiko kerja
untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri maupun orang
disekelilingnya, sebagaimana yang dijelaskan oleh Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.08 MEN/VII/2010 seperangkat alat yang
digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh dan atau sebagian
tubuh dari adanya kemunginan potensi bahaya dan kecelakaan kerja.
Kepatuhan (Obedience) merupakan perubahan perilaku seseorang
untuk mengikuti permintaan atau perintah orang lain (Feldman, 2003).
Penyuluhan merupakan kegiatan yang bersifat edukasi yang nantinya
mampu merubah perilaku di implementasikan melalui perilaku kerja yang
aman yang dikemas dengan berbagai metode, baik secara langsung maupun
melalui alat bantu dan persentasi atau media yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh program penyuluhan kesehatan dan keselamatan kerja
pada perilaku maupun sikap tenaga kerja dan berkurangnya kecelakaan
kerja ( Tri Susilo, 2014).
30
B. Kerangka Pemikiran
Keterangan : Di Teliti
Tidak di teliti
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis
Ada Pengaruh Pengetahuan terhadap Kepatuhan Penggunaan APD Pada
Pekerja Unit Spinning PT. Delta Dunia Textile Karanganyar.
Penyuluhan APD
Pengetahuan APD
Perilaku Penggunaan APD
Unfreezing Phase
Problem Diagnosis
Goal Setting Phase
New Behaviour Phase
Refreshing Phase
Kepatuhan APD
1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Lama Kerja
4. Pelatihan
5. Ketersediaan
APD
6. Kenyamanan
APD
1. Peraturan
2. Pengawasan
3. Sanksi atau
Hukuman