bab ii gambaran umum kota surakarta · secara besar-besaran atau dikenal dengan boyong kedhaton....

24
15 BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SURAKARTA A. Profil Kota Surakarta 1. Sejarah Kota Surakarta Kerajaan (Keraton) Kartasura telah mengalami kerusakan sangat parah akibat perang antara Baginda (Sunan Pakubuwono/PB II) dengan Sunan Kuning (1742). Berkat bantuan oleh VOC PB II dapat merebut kembali keraton Kartasura, bantuan tersebut tidak gratis akan tetapi dengan mengorbankan beberapa wilayah warisan Mataram untuk diberikan pada VOC. Pemberontakan telah mengakibatkan hancurnya bangunan keraton, dimana hancurnya bangunan keraton dinilai telah menghilangkan kesaktian keraton. Pemberontak yang telah masuk kedalam keraton dianggap akan mempengaruhi pamor dan wibawa kerajaan, oleh karena itu sudah tidak tepat mempertahankan Keraton Kartasuro sebagai pusat pemerintahan atau ibu kota Kerajaan Mataram. Maka PB II menunjuk beberapa orang narapraja diantaranya Tumenggung Honggowongso, Adipati Pringgoloyo, Adipati Sindurejo, Tumenggung Mangkuyudo, Tumenggung Pusponegoro, Ngabei Yosodipuro, Komandan pasukan Belanda J.A.B Van Hohenndorff, ditambah dengan Pangeran Wijil, Tumenggung Tirtiwiguno, Kyai Kalifah Buyut dan Penggulu Fekih Ibrahim, untuk mencari tempat yang akan dijadikan sebagai pusat pemeritahan kerajaan. Setelah melakukan pengembaraan ke berbagai tempat, para narapraja menemukan tiga tempat atau desa yaitu Desa Kadipala, Desa Sala, dan Desa Sana Sewu yang bisa dijadikan sebagai pusat pemerintahan baru. Setelah melakukan perundingan, maka terpilih Desa Sala untuk diajukan kepada PB II sebagai pusat Keraton

Upload: vominh

Post on 08-Apr-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

15

BAB II

GAMBARAN UMUM KOTA SURAKARTA

A. Profil Kota Surakarta

1. Sejarah Kota Surakarta

Kerajaan (Keraton) Kartasura telah mengalami kerusakan sangat parah

akibat perang antara Baginda (Sunan Pakubuwono/PB II) dengan Sunan Kuning

(1742). Berkat bantuan oleh VOC PB II dapat merebut kembali keraton Kartasura,

bantuan tersebut tidak gratis akan tetapi dengan mengorbankan beberapa wilayah

warisan Mataram untuk diberikan pada VOC.

Pemberontakan telah mengakibatkan hancurnya bangunan keraton, dimana

hancurnya bangunan keraton dinilai telah menghilangkan kesaktian keraton.

Pemberontak yang telah masuk kedalam keraton dianggap akan mempengaruhi

pamor dan wibawa kerajaan, oleh karena itu sudah tidak tepat mempertahankan

Keraton Kartasuro sebagai pusat pemerintahan atau ibu kota Kerajaan Mataram.

Maka PB II menunjuk beberapa orang narapraja diantaranya Tumenggung

Honggowongso, Adipati Pringgoloyo, Adipati Sindurejo, Tumenggung

Mangkuyudo, Tumenggung Pusponegoro, Ngabei Yosodipuro, Komandan

pasukan Belanda J.A.B Van Hohenndorff, ditambah dengan Pangeran Wijil,

Tumenggung Tirtiwiguno, Kyai Kalifah Buyut dan Penggulu Fekih Ibrahim,

untuk mencari tempat yang akan dijadikan sebagai pusat pemeritahan kerajaan.

Setelah melakukan pengembaraan ke berbagai tempat, para narapraja menemukan

tiga tempat atau desa yaitu Desa Kadipala, Desa Sala, dan Desa Sana Sewu yang

bisa dijadikan sebagai pusat pemerintahan baru. Setelah melakukan perundingan,

maka terpilih Desa Sala untuk diajukan kepada PB II sebagai pusat Keraton

16

Mataram yang baru. Desa Sala terletak kurang lebih 10 km sebelah timur Keraton

Kartasuro.

Baginda menyetujui usulan tersebut, kemudian oleh Sri Baginda Sunan

Paku Buwono II diberi nama Surakarta Hadiningrat. Pada hari rabu tanggal 17

Syura 1670 atau 17 Februari 1745, Baginda Sunan Paku Buwono II pindah dari

Kartasuro ke Surakarta Hadiningrat, perpindahan ini dilaksanakan dengan kirab

secara besar-besaran atau dikenal dengan boyong kedhaton. Peristiwa yang

kemudian dijadikan sebagai dasar hari lahir Kota Surakarta. Desa Sala menjadi

pusat dalam menjalankan dan mengendalikan pemerintahan Kerajaan Mataram.

Disebut sebagai desa Sala, karena di desa tersebut hidup seorang tokoh

masyarakat yang bijaksana bernama Kyai Sala yang desa ini juga berawa-rawa

dan penuh dengan pohon Sala. Dengan nama Sala namun dalam

perkembangannya berubah dan lebih akrab disebut Solo (pakai huruf o).

Kesalahan orang Belanda dalam menyebut nama Sala disebabkan karena lidah

Belanda tidak seluwes lidah orang Indonesia

(http://sejarah.kompasiana.com/2012/06/08/awal-mula-solo-surakarta

463191.html, diakses tanggal 25 April 2015).

2. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Kota Surakarta

Kota Surakarta atau Sala juga disebut Solo terletak di dataran rendah

dengan medan datar 105 m di atas permukaan laut (di pusat kota sekitar 95 m di

atas permukaan laut), dengan luas 44,1 km2 (0,14% dari luas wilayah Jawa

Tengah). Kota Solo berada di sekitar 65 km (40 mil) timur laut dari Yogyakarta

dan 100 km (62 mil) tenggara dari Semarang. Bagian timur kota berbatasan

dengan Sungai Bengawan Solo, sungai terpanjang di Pulau Jawa. Kota Surakarta

17

dikelilingi oleh Gunung Merbabu dan Gunung Merapi (3.151 mdpl) di sebelah

barat dan Gunung Lawu (3265 mdpl) ke timur tersebut.

Secara administratif Kota Surakarta terdiri dari 5 (lima) wilayah

kecamatan, yaitu kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan

Banjarsari. Dari kelima kecamatan ini, terbagi menjadi 51 kelurahan, 595 Rukun

Warga (RW) dan 2669 Rukun Tetangga (RT). Dilihat dari batas kewilayahan

Kota Surakarta berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten

Boyolali di sebelah utara, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di

sebelah timur dan barat, serta Kabupaten Sukoharjo di sebelah selatan.

(http://www.surakarta.go.id/, diakes tanggal 25 April 2015).

Secara aspek lalu lintas perhubungan di Pulau Jawa, posisi Kota Surakarta

berada pada jalur yang strategis yaitu terletak diantara pertemuan atau simpul

yang menghubungkan Semarang dengan Yogyakarta (JOGLOSEMAR) dan jalur

Surabaya dengan Yogyakarta. Posisi yang strategis ini maka Kota Surakarta

menjadi pusat bisnis yang penting bagi daerah kabupaten di sekitarnya, hal inilah

yang menjadikan Kota Surakarta dapat menjadi sentra bisnis dalam bidang

tertentu. Berada di tengah Pulau Jawa sangat mendukung untuk berjalannya suatu

bisnis, ini yang menjadikan dalam mendistribusikan barang dari segi waktu dan

harga sangatlah efisien dan efektif. Dilihat dari segi pariwisata terletak di jalur

simpul bisnis membuat Kota Surakarta lebih dikenal, dimana menjadi titik

persilangan atau pertemuan dalam berjalannya perekonomian. Pariwisata Kota

Surakarta berkembang dengan baik, karena adanya pemanfaatan kesempatan yang

kreatif sehingga multiplier effect antara pariwisata dan bisnis terjalin.

18

3. Visi dan Misi Kota Surakarta

Pada Peraturan Daerah (Perda) Kota Surakarta Nomor 2 Tahun 2010

tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Surakarta

tahun 2005-2025.

Visi : Surakarta Kota Budaya, Mandiri, Maju dan Sejahtera.

Berdasarkan visi RPJPD Kota Surakarta tahun 2005-2025, visi pembangunan

daerah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun

2010-2015 sesuai visi dan misi walikota dan wakil walikota adalah Meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dan Memajukan kota dilandasi spirit Solo sebagai kota

budaya.

Misi :

a. Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.

b. Mewujudkan peningkatan kualitas pelayanan umum.

c. Mewujudkan keamanan dan ketertiban.

d. Mewujudkan perekonomian daerah yang mantap.

e. Mewujudkan lingkungan hidup yang baik dan sehat.

f. Mewujudkan perlindungan sosial.

g. Mewujudkan ketersediaan sarana dan prasarana perkotaan yang cukup

dan berkualitas (http://bappeda.surakarta.go.id/content/rpjmd-2010-

2015, diakses tanggal 03 Mei 2015).

Pariwisata merupakan ekspresi yang tidak terbatas, dimana memberikan

kesempatan yang luas dalam membaur ke berbagai ilmu baik dari masa lalu

maupun di masa kini. Pariwisata dapat menembus batas ruang dan waktu karena

bersifat multidimensional. Melalui pariwisata yang telah berjalan mempunyai

19

kelebihan dalam hal mengisi di berbagai aspek kehidupan, seperti suku, ras,

agama dan budaya serta ekonomi. Oleh karena itu, dengan adanya visi dan misi

memberikan gambaran dalam jangka menengah dan panjang sehingga dapat

dilihat secara jelas untuk masa periode hingga tahun 2025 di Kota Surakarta.

Visi dan misi berlandaskan pada akar budaya lokal, yang akan

mempengaruhi setiap jalannya aspek roda pemerintahan maupun kehidupan

masyarakat Kota Surakarta. Pariwisata sangat ampuh dalam menggerakan sektor

kehidupan riil, sektor ekonomi dengan skala mikro hingga yang berskala makro.

Oleh karena itu, dunia pariwisata yang semakin berkembang akan memberikan

manfaat yang besar kepada negara dan masyarakat.

B. Kota Surakarta Sebagai Destinasi Wisata

Kota Surakarta atau lebih dikenal Solo merupakan kota yang penuh

dengan nuansa sejarah dan budaya, dengan ini membuat terasa berbeda daripada

kota wisata lainnya walaupun dengan latar belakang yang sama. Terkenal dengan

atraksi budayanya sebagai tempat yang mempunyai nilai tradisi adiluhung yang

dijaga dan dilestarikan, sehingga sampai dengan sekarang masih banyak

ditemukan masyarakat yang berkiblat pada nilai tradisi. Semakin banyaknya

gempuran budaya dari luar tidak kemudian tradisi menjadi hilang dan tergantikan.

Tidak bisa dimungkiri bahwa memang ada tradisi yang telah tidak dijalankan

bahkan telah punah karena beberapa faktor penyebab, seperti sudah tidak ada

yang menjalankan karena dianggap terlalu rumit dan mengeluarkan dana yang

cukup besar serta semakin pudarnya rasa untuk menjaga tradisi yang telah ada.

Kota Surakarta dikenal sebagai kota modern yang menjadi “kota besar”

diantara kota-kota yang ada di Jawa Tengah. Tidak diragukan lagi bahwa

20

kemajuan pesat kota ini dikarenakan salah satu faktor semakin sadarnya warga

akan peran dunia pariwisata. Pariwisata Kota Surakarta yang semakin maju

tentunya tidak semudah membalikan tangan, berbagai cara dilakukan dan tidak

sedikit hambatan dalam memajukan. Dibutuhkan kerjasama antara pemerintah

kota, pihak swasta dan masyarakat untuk membuat potensi pariwisata lebih

dikenal dan dikunjungi wisatawan dalam kaitannya meningkatkan kunjungan

wisata. Terdapat upaya perubahan yang dilakukan, untuk menjadikan tidak hanya

sekedar mengunjungi tetapi menarik untuk ditelusuri. Hal ini maka wisatawan

tidak akan sekedar berkunjung dalam singkat waktu, melainkan dapat lebih dari

itu. Menjadi problema ketika Kota Surakarta hanya menjadi “kota transit” yang

apabila wisatawan berkunjung ke Jogja atau ke Bali hanya lewat ataupun singgah

sementara tanpa menginap.

Kota transit atau transit oriented development (TOD) secara profesional

adalah pola pembangunan tata kota yang terintegrasi dengan sistem transportasi

sehingga menciptakan suatu kota yang efisien. Kota yang efisien merupakan kota

yang memiliki keterpaduan antara “Land Use Planning” dan “Transportation

Planning” serta “Urban Design”. Dalam pariwisata dapat disimpulkan bahwa

kota transit adalah daerah dimana wisatawan akan melewati daerah tersebut dalam

perjalanan menuju destinasi pariwisata (jejakwisata.com, diakses tanggal 26 April

2015).

Pada dasarnya tidak semua wisatawan akan berhenti didaerah transit

melainkan hanya melewatinya. Upaya Kota Surakarta untuk membuat tidak

sekedar hanya melewatinya, melainkan dapat menarik minat wisatawan dalam

berkunjung dan menginap. Daya tarik wisata yang ada tidak kalah dengan kota

21

lain yang ada di Indonesia, berbagai cara yang dilakukan dalam menggali dan

memuculkan atraksi wisata ataupun obyek wisata baru akan menarik wisatawan

dalam berkunjung ke Kota Surakarta. Cara yang telah lazim digunakan untuk

membuat wisatawan agar dapat tinggal dan tidak hanya melewatinya adalah

pembangunan hotel. Pertumbuhan hotel di suatu kota memberikan gambaran,

bahwa kemajuan pariwisata khususnya akan berbanding lurus dengan tingkat

okupansi kamar. Hotel merupakan salah satu strategi untuk menyiasati

peningkatan kunjungan wisata.

Pihak hotel melakukan berbagai penawaran sesuai program andalan

pemerintah Kota Surakarta, melalui kegiatan MICE. Beberapa tahun belakangan

kota-kota di Indonesia sedang melakukan penawaran pada dalam bentuk MICE.

Kota Surakarta juga tidak jauh beda, dengan apa yang dilakukan oleh kota lain

dalam memproklamirkan sebagai kota tempat penyelenggaraan MICE. Dapat

dibuktikan berbagai acara MICE dalam taraf nasional maupun internasional

berhasil diselenggarakan di Kota Surakarta. Ada cara lain yang dilakukan agar

wisatawan tidak hanya sekedar berkunjung pada siang hari, melainkan juga dapat

menikmati suasana malam serta menginap di Kota Surakarta. Cara yang dilakukan

adalah dengan adanya berbagai event, dimana event yang diselenggarakan dapat

sebanyak mungkin menarik minat kunjungan wisatawan. Kegiatan wisata/event

dalam bentuk atraksi dibuat menjadi agenda Kota Surakarta. Event yang

dirancang setiap bulannya, dikondisikan agar wisatawan dari luar kota maupun

mancanegara dapat menginap. Melalui cara ada beberapa event yang hari

penyelengaraanya dibuat secara bersambung dengan event lainnya. Selain itu,

event diselenggarakan pada waktu malam hari dengan tema dan alur cerita yang

22

berbeda (wawancara dengan Tri Rusmita, bagian Promosi Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kota Surakarta 21 Mei 2015).

Perkembangan pariwisata yang semakin baik, dimana dikenal luas di

dalam negeri maupun diluar negeri merupakan keberhasilan dalam memanajemen

kota. Manajemen yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta adalah

membranding dengan slogan dan logo yang dikhususkan untuk menggambarkan

identitas potensi pariwisata, seperti “ Solo, The Spirit of Java” yang mempunyai

makna Solo merupakan Jiwanya Jawa. Slogan ini dapat dikatakan bahwa Kota

Solo adalah representasi dari Jawa, dapat dibuktikan bahwa Jawa diidentikkan

dengan Kota Surakarta dan sekitarnya. Slogan yang dijadikan branding untuk

memberikan gambaran bahwa memang wisatawan dapat berkunjung untuk

menikmati kunjungan wisatanya dengan aman, nyaman dan menarik selama di

Kota Surakarta.

Pariwisata di Kota Surakarta terdiri dari berbagai macam jenis, mulai dari

wisata budaya dan sejarah, wisata kuliner, wisata belanja, wisata kreatif dan

wisata minat khusus serta atraksi wisata yang banyak diadakan dalam agenda

tahunan maupun tidak. Terdapat berbagai aspek yang mendukung

terselenggaranya kepariwisataan Kota Surakarta, seperti tourist informatian center

(TIC), Dinas Pariwisata dan Budaya, satuan polisi pariwisata, bandara

internasional, stasiun, terminal, kantor imigrasi, akomodasi perhotelan, pusat

perbelanjaan modern dan tradisional, bank, transportasi umum, transportasi

wisata, tour and travel, money changer, dan restoran. Kesemuanya merupakan

unsur pokok maupun unsur penunjang dalam berjalannya kepariwisataan, maka

dari itu sangat cocok bahwa Kota Surakarta sebagai destinasi wisata. Unsur

23

kepariwisataan yang tersedia memberikan kemudahan, kenyamanan dan

keamanan dalam dan selama melakukan kunjungan wisata ataupun kegiatan

lainnya.

Kota Surakarta sebagai destinasi wisata di Indonesia tentunya selalu

mengadakan pembaruan yang berkaitan dengan kepuasan wisatawan, dimana

kepuasan akan mendorong untuk melakukan kunjungan kembali. Pembaruan

disini dimaksudkan kepada obyek wisata yang ditata ulang ataupun pembenahan

dengan sedemikian rupa. Akibat adanya pembaruan akan terciptanya daya tarik

baru, apabila terdapat wisatawan yang pernah berkunjung maka tidak akan timbul

rasa bosan dan jenuh. Dalam hal pembaruan yang telah dijadikan agenda atau

event tahunan adalah atraksi wisata. Berbagai macam atraksi wisata dirancang

semenarik mungkin dan hanya ada di satu kota sehingga membuat berbeda dari

yang lain (orisinil). Atraksi wisata yang menjadi icon, yang hanya ada sekali

dalam setahun membuat calon wisatawan yang ingin menikmati liburan dengan

suguhan berbeda harus datang ke Kota Surakarta. Macam-macam inovasi

pariwisata yang dilakukan diharapkan akan mendorong semakin pesat kemajuan

Kota Surakarta sebagai destinasi wisata. Tujuan lain adanya inovasi adalah untuk

dapat bersaing dengan destinasi wisata lainnya dalam skala nasional maupun

internasional, selain itu kota yang memiliki terobosan akan banyak dilirik oleh

industri pariwisata.

24

C. Promosi Pariwisata Kota Surakarta

Promosi adalah variabel kunci dalam strategi pemasaran dan dapat

dipandang sebagai suatu unsur untuk menciptakan kesempatan-kesempatan

menguasai pasar. Kegiatan promosi tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi

antara perusahaan dan konsumen, melainkan juga sebagai alat untuk

mempengaruhi konsumen dalam kegiatan pembelian atau penggunaan jasa sesuai

dengan keinginan dan kebutuhan (Otto R. Payangan 2014:63).

Daerah seperti Kota Surakarta, dimana berbagai aset-aset yang dapat

dimanfaatkan dalam rangka kepariwisataan perlu adanya perencanaan strategi

promosi yang tepat secara terintegrasi dan terpadu. Kota Surakarta yang dikenal

sebagai kota budaya, memiliki sarat akan nilai budaya adiluhung menjadi faktor

utama dalam menarik wisatawan. Seiring dengan berjalannya waktu dan tingkat

kebutuhan dalam berpariwisata, maka muncul berbagai macam faktor untuk

menarik minat wisatawan. Faktor baru yang ada menjadi tambahan dan

pendukung, selain faktor utama yang telah ada. Kota Surakarta mempunyai

berbagai potensi pariwisata yang dapat dikembangkan dan terus digali untuk

upaya pembaruan.

Mata rantai selanjutnya sangatlah penting ketika potensi yang sudah ada

dan mulai berkembang, maka diperlukan usaha dalam kaitanya dengan

memasarkan potensi tersebut melalui strategi promosi. Promosi yang dilakukan

oleh Pemerintah Kota Surakarta dapat menginformasikan dan meyakinkan kepada

masyarakat luas tentang produk dalam bentuk barang ataupun jasa. Joko Widodo

sewaktu menjadi Walikota Surakarta dalam sambutannya saat melantik pengurus

Badan Promosi Pariwisata Daerah Solo (BPPIS), menjelaskan bahwa anggaran

25

dalam promosi dan promosi itu sendiri tidak bisa dilakukan dengan setangah-

setengah. Akibat dari promosi yang tidak dilakukan secara penuh menimbulkan

dampak tidak jadi terlaksananya kegiatan promosi. Banyak negara yang mencapai

sukses karena berhasil dalam melakukan promosi. Terkait anggaran untuk dana

promosi wisata dapat berasal dari banyak sumber, seperti penyisihan pajak (tax

refund) hotel dan restoran serta sponsorship dari kalangan swasta. Selama ini,

untuk kebutuhan promosi BPPIS bergantung pada dana hibah Rp.50 juta/tahun

dan pihak swasta (m.solopos.com/2012/07/24/promosi-solo-bppis-dilantik-

walikota-minta-fokus-pada-segmen-pasar-204087, diakses 22 April 2015).

1. Manajemen Pengembangan Pariwisata Kota Surakarta

Kota Surakarta dikenal sebagai salah satu tujuan wisata yang menyuguhkan

berbagai tempat wisata menarik. Berbagai jenis wisata yang telah diklasifikasikan

membuat wisatawan dapat dengan mudah memilih wisata yang cocok selama

kunjungannya. Hal yang dapat membuat calon wisatawan dalam berkunjung

didapatkan dari berbagai macam informasi yang dihimpun dalam rangka kegiatan

pariwisata ke Kota Surakarta.

Kota Surakarta dengan potensi wisata yang dimiliki dapat bersaing dengan

kota wisata lainnya yang ada di Indonesia, hal ini diakibatkan karena munculnya

jenis-jenis wisata baru yang menarik dan belum ada di tempat lain.

Memperkenalkan berbagai wisata yang ada di Kota Surakarta, membutuhkan cara

yang yang kreatif sehingga menjadi pendorong untuk menarik minat kunjungan

wisata. Dalam hal ini yang dilakukan adalah melalui kegiatan promosi, dimana

promosi dengan cara berbeda memberikan gambaran yang berbeda mengenai

berwisata di Kota Surakarta.

26

Promosi yang dilakukan berhubungan erat dengan pengembangan

Pariwisata Kota Surakarta, karena secara langsung ataupun tidak langsung

keberhasilan dalam mempromosikan potensi wisata akan berdampak dalam

pengembangan selanjutnya untuk lebih mengoptimalkan apa yang telah

dipromosikan. Langkah-langkah pengembangan pariwisata semakin nyata pada

era kepemimpinan Joko Widodo, yang berlatar belakangkan di dunia bisnis

sebagai pengusaha mebel maka memahami prinsip-prinsip memasarkan produk ke

konsumen. Kota Surakarta diperlakukan seperti halnya produk yang perlu

dipasarkan sehingga menjadi kota yang memiliki daya tarik yang kompetitif di

masyarakat.

Promosi yang telah dilakukan yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota

Surakarta dengan dinas lainnya di luar kota maupun di luar negeri. Kerjasama

antar berbagai bidang dan khususnya bidang pariwisata di lakukan dalam macan

sektor, kaitannya untuk dapat memberikan informasi dan menarik wisatwan dalam

kunjungan di Kota Surakarta. Macam kerjasama yang telah dilakukan dengan

dinas lain di luar Kota Surakarta, seperti dengan dinas di Bandjarmasin, Jakarta,

Surabaya, Malang, dan Denpasar serta Batam dengan dinas ketenagakerjaan dan

badan penanaman modal (wawancara dengan Tri Rusmita, bagian Promosi Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta 21 Mei 2015).

Pemerintah Kota Surakarta telah menerapkan makro desain dalam

pengembangan pariwisata. Makro desain ini adalah sinergisitas antara tiga unsur

penting yang meliputi manajemen produk, manajemen branding dan manajemen

konsumen. Ketiga unsur tersebut harus saling bersinergi dan melengkapai satu

sama lain, karena menjadi hambatan apabila salah satu unsur tidak dapat berjalan

27

secara beriringan. (www.yusufabdurrohman.com/2014/12/strategi-

pengembangan-pariwisata-solo.html, diakses 22 April 2015)

a. Manajemen Produk

Manajemen produk merupakan cara dalam mengelola dan menyiapkan

berbagai potensi wisata yang ada, seperti objek wisata, event/kegiatan wisata dan

sarana prasarana yang menjadi pendukung berjalannya kepariwisataan. Selain

potensi wisata yang telah ada, manajemen produk juga menggali dan

mengembangkan daya tarik wisata dengan inovasi dan terobosan yang membuat

produk wisata memiliki perbedaan dengan produk lainnya.

Produk yang telah di manajemen yang baik akan memberikan kesan yang

baik dan teringat di masyrakat dan wisatawan. Banyak macam produk wisata yang

di tata dan dikelola dengan sangat baik di Kota Surakarta. Seperti contoh

“produk” atraksi wisata dalam bentuk event/ kegiatan wisata yang telah berjalan

dengan sukses dan meriah antara lain Solo International Perfoming Art (SIPA),

Solo International Ethnic Music (SIEM), Mangkunegaran Perfoming Art (MPA),

Solo Batik Carnival (SBC), dll. Semuanya merupakan produk atraksi wisata yang

memiliki latar belakang masing-masing dalam penyelenggaraannya.

b. Manajemen Branding

Manajemen branding dalam sebuah produk bertujuan untuk

memperkenalkan dan menginformasikan produk yang dimiliki agar diingat

masyarakat. Images mengenai daerah tujuan wisata akan memiliki kekhasan yang

menjadi identitas. Branding yang dilakukan di Kota Surakarta sejalan dengan

upaya promosi pariwisata yang dilakukan oleh pemerintah kota. Beberapa

branding berupa tagline “Solo The Spirit of Java” dan “Lets Go to Solo”

28

memberikan gambaran identitas dan sebagai ajang promosi untuk kunjungan

wisata dan lainnya dalam berbagai produk. Selain dalam bentuk tagline, branding

yang dilakukan adalah melalui berbagai event/kegiatan wisata. Kota Surakarta

sempat dihebohkan oleh berbagai tindakan teror dan dengan adanya

event/kegiatan wisata memberikan gambaran bahwa penyelenggaraan agenda

tahunan berjalan dengan lancar dan aman. Membranding sebuah kota berkaitan

dengan produk yang ada dan yang dihasilkan ataupun membuat produk baru yang

mencirikhaskan wisata di kota tersebut. Kota Surakarta membuat produk baru

yang ditawarakan kepada masyarakat dan hanya ada di satu kota di Indonesia

adalah produk Kereta Uap (Sepur Kluthuk) Jaladara, Railbus Bathara Kresna dan

Bus Tingkat Werkudara.

Produk yang dikeluarkan sejalan dengan konsep yang dikembangkan oleh

Pemerintah Kota Surakarta yaitu “Solo masa lalu adalah Solo masa depan” yang

mempunyai maksud berbagai potensi wisata lama dikemas dengan inovasi baru

agar menjadi daya tarik wisata.

c. Manajemen Konsumen

Manajemen konsumen adalah untuk mengetahui dan memahami yang

diinginkan oleh pasar atau konsumen, sehingga pangsa pasar yang dituju

diketahui dan pengelolaan dapat disesuaikan sesuai kebutuhan serta adanya

hubungan dalam jangka panjang. Konsumen merupakan tolak ukur yang dapat

dijadikan indeks dalam berbagai pertimbangan seperti tingkat kepuasan

konsumen.

Konsumen merupakan target dalam pemasaran selain profit yang

didapatkan. Berkaitan dengan manajemen konsumen, dalam rangka memenuhi

29

kebutuhan pasar sesuai tingkat kebutuhan masyarakat modern di Indonesia

khususnya Kota Surakarta adalah melalui aplikasi city guide. Aplikasi City Guide

Solo Destination merupakan salah satu contoh dalam mewujudkan kebutuhan

wisatawan dan masyarakat yang berlandaskan efektif dan efisien di era serba

modern.

Manajemen yang biasanya hanya dikenal di kalangan perekonomian, telah

merambah ke dunia pariwisata. Manajemen pariwisata khususnya dalam cakupan

tiga unsur tersebut dapat menjadi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang tentunya

dapat megembangkan dan memajukan Kota Surakarta.

Peningkatan ini dibuktikan dengan berhasilnya Kota Surakarta menyabet

dua penghargaan sekaligus dalam penganugerahan Indonesia Tourism Award

(ITA) 2010 yang diselenggarakan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata

(Kemenbudpar) dengan dinobatkan sebagai “Kota Terfavorit” yang dikunjungi

wisatawan dan juga menyandang “Kota dengan Pelayanan Terbaik”

(m.kompasiana.com, diakses tanggal 22 April 2015).

2. Media Promosi Pariwisata Kota Surakarta

Media yang digunakan dalam memasarakan produk dari suatu “brand”

memerlukan strategi promosi yang tepat pada sasaran karena tidak ada produk

yang sukses tanpa melakukan promosi (theforwarnews.blogspot.com, diakses

tanggal 22 April 2015).

Kota Surakarta sekarang ini gencar-gencarnya melakukan promosi

pariwisata dan jauh dari itu pada tahun 2010 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

(Disbudpar) membentuk Badan Promosi Pariwisata guna merelisasikan program

pariwisata “Solo Tourism Board” sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang yang

30

mengamanatkan tiap kota dan kabupaten di Indonesia untuk mempromosikan

potensi pariwisata.

Pangsa pasar yang luas merupakan tujuan dari promosi dalam kaitannya

menginformasikan dan memperkenalkan potensi wisata. Promosi dapat terhambat

karena berbagai macam faktor, salah satunya faktor klasik yaitu pendanaan dan

luas area promosi. Tidak menjadi hambatan kembali apabila pihak-pihak yang

bersangkutan dalam mempromosikan daya tarik wisata serius menanganinya.

Menjadi perlu diperhatikan, promosi yang dilakukan perlu menggunakan strategi

berupa media alternatif dalam mempromosikan. Media promosi yang digunakan

haruslah terpadu, konsisten dan teritegrasi sehingga promosi yang dilakukan dapat

berjalan dengan baik dan tidak sia-sia dalam proses serta hasilnya. Media promosi

yang beragam telah banyak ditemukan dan mengalami perkembangan yang

signifikan, sehingga faktor klasik dapat diminimalisir.

Kota Surakarta melakukan berbagai cara promosi dengan macam-macam

media yang digunakan. Media promosi yang digunakan pihak-pihak terkait telah

diperhitungkan agar dapat menarik sebanyak mungkin wisatawan. Ragam media

yang digunakan dalam melakukan promosi dapat dibagi menjadi empat kategori

agar dapat menjangkau ke seluruh lapisan, antara lain promosi media cetak,

promosi media elektronik, promosi media internet dan promosi media produk dan

road show (wawancara dengan Tri Rusmita, bagian Promosi Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Kota Surakarta 21 Mei 2015).

a. Promosi Media Cetak

Promosi media cetak merupakan cara yang paling banyak digunakan, karena

promosi dengan jenis ini mempunyai kelebihan dalam penjangkauan oleh semua

31

kalangan selain itu dengan media cetak konsumen sudah terbiasa mendapatkan

informasi pariwisata melalui ini. Media cetak yang digunakan seperti spanduk dan

banner yang terdapat di jalan protokol di Kota Surakarta seperti Jalan Slamet

Riyadi, iklan di koran seperti Koran Solopos, pamflet dan leaflet yang dirancang

oleh Disbudpar Kota Surakarta serta sticker yang disebar sewaktu event/kegiatan

wisata.

Semua jenis promosi media cetak memiliki kelebihan dan kekurangan, yang

tentuya kekurangan ini harus dapat diminimalisir sedini mungkin sehingga

promosi yang dilakukan dapat diterima dan menimbulkan efek balik sesuai

dengan awal tujuan promosi yang dilakukan. Kota Surakarta melakukan promosi

melalui media cetak berupa leaflet yang dikeluarkan oleh Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata, dimana leaflet ini tersedia dalam berbagai bahasa dan ragam obyek

wisata serta potensinya. Leaflet dibuat semenarik mungkin dan sesuai dengan

aslinya, walaupun dengan semakin majunya teknologi yang dapat membuat

gambaran obyek wisata menjadi lebih baik namun dalam hal ini tidak

menghilangkan kondisi sebenarnya.

32

Iklan di koran, dengan ini jangkauan untuk mempromosikan lebih luas pada

semua kalangan. Promosi melalui iklan di koran yang sudah mempunyai banyak

pembaca tentunya lebih memiliki prospek yang bagus. Iklan di koran tidak hanya

dilakukan di dalam kota saja, melainkan juga di luar kota dalam rangka

memperluas sebaran informasi. Koran juga menjadi partner pemerintah Kota

Surakarta dalam mempromosikan agenda wisata yang akan terselenggara. Media

cetak lainnya yang menjadi alat promosi berupa katalog, katalog ini dikeluarkan

oleh Disbudpar Kota Surakarta yang berisi tentang agenda pariwisata tahunan.

Diharapkan dari adanya katalog, calon wisatawan dapat mengetahui agenda

event/kegiatan pariwisata dalam satu tahun dan menjadi souvenir.

b. Promosi Media Elektronik

Promosi dengan media ini menjadi salah satu cara ampuh untuk

melancarkan pemasaran produk. Promosi melalui media elektronik adalah

Gambar 1. Promosi Media Cetak via Baliho

Sumber : Brosur Disbudpar Kota Surakarta

33

menggunakan televisi ataupun radio. Promosi menggunakan media elektronik ini

membutuhkan anggaran yang tidak sedikit, seperti halnya menggunakan televisi.

Perkembangan pariwisata nasional, mendorong stasiun televisi dalam

membuat program acara yang berlatar belakangkan pariwisata maupun film yang

berlatar bekangkan sosial budaya ataupun daerah wisata. Dikemas secara atraktif

dan dengan berbagai jenis alur cerita membuat program acara pariwisata ataupun

film diminati penonton. Program acara yang mengeksplore potensi wisata di

Indonesia yang belum banyak diketahui secara nasional, akan berdampak pada

daerah dimana potensi wisata itu berasal menjadi lebih dikenal. Tanpa disadari,

hal ini memberikan dampak secara tidak langsung dalam mempromosikan

pariwisata di daerah. Kota Surakarta telah banyak diliput oleh televisi nasional

maupun internasional karena banyaknya agenda kegiatan/event pariwisata yang

terselenggara. Melalui cara inilah secara tidak langsung mengenalkan pariwisata

lebih luas. Dilain pihak, televisi lokal juga turut andil dalam memasarkan dan

mempromosikan potensi wisata di Solo Raya khusunya Kota Surakarta, seperti

Sumber : Citizen 6

Gambar 2. Promosi Media Elektronik via Televisi Naional

34

pada acara bertemakan wisata dan liburan yang disiarkan oleh TATV (Terang

Abadi Televisi).

c. Promosi Media Internet

Promosi media internet adalah kemajuan dari cara berpromosi melalui

media elektronik. Promosi menggunakan internet dilatar belakangi oleh semakin

meningkatnya pengguna internet dan kebutuhan akan informasi yang cepat dan

mudah diakses. Perkembangan teknologi telah merubah segalanya yang dulu

hanya digunakan untuk berbisnis sekarang dapat digunakan dalm bidang

pariwisata. Pengguna internet akan mendapatkan berbagai macam informasi dari

seluruh penjuru dunia tanpa danya batasan jarak.

Sumber : youtube.com

Gambar 3. Promosi Media Elektronik via Youtube

35

Promosi melalui media internet biasanya dalam bentuk website, aplikasi

ataupun media sosial yang pada dasarnya memasarkan produk pariwisata secara

luas. Kota Surakarta sebagai kota modern yang maju dalam penggunaan promosi

melalui media internet. Tuntutan akan semakin majunya teknologi promosi dan

ketatnya persaingan dalam industri pariwisata. Media internet dalam bentuk

website dan media sosial penggunaanya digemari oleh calon wisatawan dalam

mencari informasi mengenai tempat wisata. Dalam bentuk website dengan situs

www.surakarta.go.id masyarakat dan calon wisatawan dapat menemukan berbagai

macam informasi mengenai wisata di Kota Surakarta. Melalui media sosial,

promosi yang dilakukan dapat secara interaktif dengan konsumen dan lebih

personal. Kota Surakarta juga menggunakan media sosial facebook, twitter serta

aplikasi dalam menyebar luaskan informasi mengenai macam potensi dan agenda

kegiatan/event pariwisata. Sistem kepengelolaan melalui soial media, beberapa

akun facebook dan twitter di kelola oleh swasta dalam hal ini masyarakat dan

komunitas di Kota Surakarta. Akun facebook juga ada yg dikelola oleh tempat

wisata langsung seperti Wayang Orang Sriwedari yang membagikan jadwal

pentas wayang orang dengan judul ceritanya. Disisi lain, akun twitter kebanyakan

malah dikelola oleh pihak luar seperti akun @soloupdate dan @solothok.

36

d. Promosi Media Produk

Adalah promosi yang dilakukan melalui sebuah produk yang dihasilkan.

Produk dalam hal ini berkaitan dengan pariwisata yang tentunya dapat dirasakan

dan menjadi pengalaman atau kenangan. Promosi dengan media produk seperti

sarana prasarana, paket wisata, oleh-oleh dan atau souvenir. Kota Surakarta yang

jika diibaratkan sebagai sebuah produk, maka sudah berbagai macam jenis produk

yang dihasilkan dari segi produk barang maupun jasa. Produk yang fresh atau

baru menjadi inovasi dan terobosan yang menjadi andalan dalam menarik minat

wisatawan ke Kota Surakarta. Sarana dan prasarana yang menjadi media produk

andalan Kota Surakarta, seperti Bus Tingkat Werkudara, Sepur Kluthuk Jaladara,

Railbus, becak, city work, taman balekambang dan lain sebagainya. Paket wisata

dapat diambil contoh banyak diprodukasi oleh tour lokal yang membuat paket

wisata menyusuri dan merasakan langsung kehidupan masyarakat sehari-hari

Gambar 4. Promosi Media Produk berupa oleh-oleh khas Kota Surakarta

Sumber : Serabi Notosuman

37

ataupun wisata sejarah. Oleh-oleh atau souvenir yang menjadi ciri khas dan

hanya dapat ditemukan di satu tempat ada di Kota Surakarta adalah serabi

notosuman, ampyang, ledre, gangsingan dan lain sebagainya.

e. Road Show

Merupakan salah satu strategi promosi dengan menggunakan media

komunikasi yang berbeda yaitu melalui pendekatan. Road show yang dilakukan

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta adalah dengan mendatangi

dinas pariwisata di luar kota ataupun diluar negeri untuk mempromosikan

pariwisata Indonesia kususnya Kota Surkarta. Selain itu, dengan mengajak atau

mengundang pelaku pariwisata (stakeholder) untuk datang dan mencoba berbagai

macam wisata yang ada (wawancara dengan Tri Rusmita, bagian Promosi Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta 21 Mei 2015).

Berbeda lagi dengan salah satu cara yang telah menjadi event tahunan dalam

mempromosikan, menawarkan, dan menjual pariwisata Kota Surakarta yaitu

Bengawan Travel Mart (BTM). Pada acara BTM diundang buyer and saler atau

pembeli dan penjual produk wisata dari berbagai kota di Indonesia.

Gambar 5. Road Show Acara Bengawan Travel Mart (BTM) 2012

Sumber : Solopos.com

38

Promosi yang dilakukan merupakan pengelolaan atau manajemen, yang

kemudian di implementasikan dengan adanya kegiatan atau event kreatif yang

penyelenggaraannya sesuai dengan slogan pariwisata “Solo,The Spirit of Java”

maupun slogan lainnya yang berkaitan dengan visi misi Pemerintah Kota

Surakarta. Sesuatu yang berbeda akan ditemukan dan dirasakan ketika wisatawan

berkunjung ke Kota Surakarta, sehingga akan menimbulkan second visit atau

kunjungan selanjutnya dan ini merupakan tujuan dalam hal loyalitas.

Promosi yang dilakukan tidaklah berjalan dengan sendirinya melainkan saling

kerjasama di antara daerah sekitar kota yang terdiri dari Surakarta, Boyolali,

Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten

(SUBOSUKAWONOSRATEN) atau dikenal dengan Solo Raya. Kerjasama

dalam rangka mempromosikan potensi wisata di Solo Raya, dibahas dalam Forum

Pariwisata Solo Raya yang diadakan setiap bulannya dan ada MOU Solo

Surrounding (wawancara dengan Tri Rusmita, bagian Promosi Dinas Pariwisata

Kota Surakarta 21 Mei 2015).