bab ii adab murid terhadap guru dalam kitab...

27
BAB II ADAB MURID TERHADAP GURU DALAM KITAB IHYA ‘ULUMUDDIN A. Ihya ‘Ulumuddin Sebagai Karya Monumental Al-Ghazali nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali (1058-1111M) lahir di kota Thuss dalam wilayah Khurasan, Iran. Pada tahun 450 H/1058 M. Abu Hamid itu saudaranya Abdul Futuh, Ahmad bin Muhammad adalah putera seorang penenun di kota Thuss itu. 1 Nama al-Ghazali kadang-kadang diucapkan al-Ghazzali (dua z), kata ini berasal dari ghazzal, artinya tukang pintal benang, pekerjaan ayah ghazali adalah memintal benang wol, sedangkan al-Ghazali, dengan satu z, diambil dari kota Ghazalah, nama kampung kelahiran al-Ghazali yang terakhir inilah yang banyak dipakai. 2 Dia adalah tokoh pemikir Islam yang menyandang gelar “Pembela Islam” (Hujjatul Islam),”Hiasan Agama”, (Zainuddin), “Samudra yang menghanyutkan”, (Bahrun Mughriq) dan lain-lain. 3 Hal ini disebabkan pemikiran-pemikirannya yang sangat mendalam dan mempunyai dampak yang besar atas kehidupan intelektual dunia Islam. Selain itu beliau juga berusaha mengembalikan madzha– madzhab yang muncul pada masanya dimana mereka di pengaruhi oleh aliran Mu’tazilah dan filsafat Yunani untuk pada ajaran Islam yang murni di lapangan aqidah diajarkannya faham Asy’ari, sedang dilapangan akhlaq diperkuatnya ilmu tasawuf. 4 1 Yoesoef Sou’yb, Pemikiran Islam Merombak Dunia, (Jakarta : Madju, 1984), hlm.169 2 Poerwantana, Ahmadi, dan Rosali, Seluk Beluk Filsafat Islam, (Bandung : C.V Rosda, 1988), hlm.166 3 Abidin Ibn Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998), hlm.9 4 Zainal Abidin Ahmad, Riwayat Hidup Al-Ghazali, (Jakarta : Bumi Aksra, 1975), hlm.38

Upload: doankhuong

Post on 18-Mar-2018

236 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II ADAB MURID TERHADAP GURU DALAM KITAB …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain...Thuss itu.1 Nama al-Ghazali kadang-kadang diucapkan al-Ghazzali (dua z), kata

BAB II

ADAB MURID TERHADAP GURU

DALAM KITAB IHYA ‘ULUMUDDIN

A. Ihya ‘Ulumuddin Sebagai Karya Monumental

Al-Ghazali nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin

Muhammad bin Muhammad al-Ghazali (1058-1111M) lahir di kota Thuss dalam

wilayah Khurasan, Iran. Pada tahun 450 H/1058 M. Abu Hamid itu saudaranya

Abdul Futuh, Ahmad bin Muhammad adalah putera seorang penenun di kota

Thuss itu.1 Nama al-Ghazali kadang-kadang diucapkan al-Ghazzali (dua z), kata

ini berasal dari ghazzal, artinya tukang pintal benang, pekerjaan ayah ghazali

adalah memintal benang wol, sedangkan al-Ghazali, dengan satu z, diambil dari

kota Ghazalah, nama kampung kelahiran al-Ghazali yang terakhir inilah yang

banyak dipakai.2

Dia adalah tokoh pemikir Islam yang menyandang gelar “Pembela Islam”

(Hujjatul Islam),”Hiasan Agama”, (Zainuddin), “Samudra yang menghanyutkan”,

(Bahrun Mughriq) dan lain-lain.3 Hal ini disebabkan pemikiran-pemikirannya

yang sangat mendalam dan mempunyai dampak yang besar atas kehidupan

intelektual dunia Islam. Selain itu beliau juga berusaha mengembalikan madzha–

madzhab yang muncul pada masanya dimana mereka di pengaruhi oleh aliran

Mu’tazilah dan filsafat Yunani untuk pada ajaran Islam yang murni di lapangan

aqidah diajarkannya faham Asy’ari, sedang dilapangan akhlaq diperkuatnya ilmu

tasawuf.4

1 Yoesoef Sou’yb, Pemikiran Islam Merombak Dunia, (Jakarta : Madju, 1984), hlm.169 2 Poerwantana, Ahmadi, dan Rosali, Seluk Beluk Filsafat Islam, (Bandung : C.V Rosda,

1988), hlm.166 3 Abidin Ibn Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,

1998), hlm.9 4 Zainal Abidin Ahmad, Riwayat Hidup Al-Ghazali, (Jakarta : Bumi Aksra, 1975), hlm.38

Page 2: BAB II ADAB MURID TERHADAP GURU DALAM KITAB …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain...Thuss itu.1 Nama al-Ghazali kadang-kadang diucapkan al-Ghazzali (dua z), kata

14

Beliau keturunan Persia dan mempunyai hubungan keluarga raja saljuk

yang memerintah daerah Khurasan, Jibal, Irak, Jazirah, Persia dan Ahwaz.5

Ayahnya adalah seorang muslim yang saleh, ia termasuk orang yang miskin

dengan usahanya bertenun wol, namun ia termasuk orang yang mengikuti majlis

para ulama dan pecinta ilmu.6 Apabila ia mendengar uraian para ulama itu, maka

ayah al-Ghazali menangis tersedu-sedu seraya memohon kepada Allah SWT.

Kiranya ia dianugrahi seorang putra yang pandai dan berilmu.7

Akan tetapi belum sempat menyaksikan jawaban Allah ( karunia atas

doanya), ia meninggal dunia pada saat putra idamannya masih anak-anak.8 Ketika

ayahnya meninggal, berpesan kepada sahabat setianya agar kedua putranya itu

diasuh dan disempurnakan pendidikannya seterusnya. Sahabatnya segera

melaksanakan wasiat ayah al-Ghazali kedua anak itu dididik dan di sekolahkan,

setelah harta pustaka peninggalan ayahnya habis, mereka dinasehati agar

meneruskan sekolah semampunya.9 Menurut satu riwayat disebutkan, bahwa

teman ayah al-Ghazali itu bernama Ahmad bin muhammad al-Razikani, seorang

sufi besar. Dari guru tersebut al-Ghazali mempelajari fiqih, riwayat para wali dan

kehidupan spiritual mereka. Selain itu, al-ghazali belajar menghafal syair-syair

mahabbah (cinta) kepada Allah, al-Qur’an dan sunnah.10

Dan pada masa itu juga. Al-Ghazali dan saudaranya berguru pada seorang

ustad bernama Yusuf al-Nassaj, seorang sufi yang kemudian disebut juga Imam

5 Zainuddin, dkk, Seluk-Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, (Jakarta : Bumi aksar, 1991), hlm.

9 6 M.Bahri Ghazali, Konsep Ilmu Menurut Al-Ghazali, (Yogyakarta : C.V Pedoman Ilmu jaya,

1989), hlm.22 7 Imam Al-Ghazali, Ihya ‘Ulumuddin, Terj. H. Ismail Y’akub, (Jkarta : C.V Faizan, 1994), hlm. 24

8 Zinuddin dkk, Op-cit, hlm. 7 9 H. Abudin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta : PT Gravindo persada,

2001), hlm 81 10 Ruswan Thoyib, dan Darmuin, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Tokoh Klasik dan

Konteporer, (yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 84

Page 3: BAB II ADAB MURID TERHADAP GURU DALAM KITAB …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain...Thuss itu.1 Nama al-Ghazali kadang-kadang diucapkan al-Ghazzali (dua z), kata

15

Haraimain.11 Dialah yang pertama kali meletakkan dasar-dasar pemikiran sufi

pada dirinya setelah itu dia melanjutkan pendidikannya yang lebih tinggi di Jurjan

dan dia belajar pada syhaik Abul Qosim bin Ismail bin Masadat al-Jurjani (404 -

477 H), seorang ulama dari madzhab Syafi’i dan ahli Hadits dan ahli Sastra,

rumahnya tempat berkumpul dan berdiskusi oleh para sarjana di kota Jurjan.12

Kemudian melanjutkan lagi ke Nisyabur dengan gurunya yang bernama al-

Juwaini. Ia adalah seorang Imam Harauman yang ditunjuk sebagai guru hukum

Islam pada Madrasah Nizamiyah di Bagdad yang didirikan oleh gubenur Nizam

al-Mulk, yakni seorang negarawan dan tokoh pendidikan yang sekaligus sebagai

pemprakarsa pendirian lembaga pendidikan madrasah. Dengan gurunya ini pula ia

tinggal hingga imam Haraumain wafat, sebagaimana diungkapkan H.A.R Gibb,

dan J.H. Kramers: “that he was aducated at Tus and at Naisabur, especially

under al-Djuwaini, the Imam al-Huraimain, With whom he remained until the

Imam’s death in 478 H/ 1085 M.13 Pada masa ini, disamping belajar al-Ghazali

menjadi asiten al-Juwayni.14

Diantara mata pelajaran yang dipelajari al-Ghazali pada Imam Haraimain

adalah teologi, hukum Islam, fisafat, logika, sufisme dan ilmu-ilmu alam. Ilmu-

ilmu yang dipelajarinya inilah yang kemudian mempengaruhi sikap dan

pemikirannya di kemudian hari.15 Imam al-Ghazali memang orang yang cerdas

dan sanggup mendebat segala sesuatu yang tidak sesuai dengan penalaran yang

jernih hingga Imam Al-Juwaini sempat memberi predikat beliau itu sebagai orang

11 M. Bahri Ghazali, O-pcit, hlm. 23 12 Yoesuf Su’yb,Op-Cit, hlm. 196 13 H.A.R Gibb, dan J.H. Krames, Shoerter Encylopedia of Islam,(London : Luzac d ca, 1961),

hlm. 13 14 Hasan Asri, Nukilat Pemikiran Islam Klasik Gagasan Pendidikan al-Ghazali, (Yogyakarta :

P T Tiara Wacana Yogya, 1999), hlm. 13 15 H. Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : logos, 1995), hlm 150

Page 4: BAB II ADAB MURID TERHADAP GURU DALAM KITAB …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain...Thuss itu.1 Nama al-Ghazali kadang-kadang diucapkan al-Ghazzali (dua z), kata

16

yang memiliki ilmu yang sangat luas “lautan dalam nan menggelamkan (Bahrul

Mughrib)”. 16

Selama menjadi guru di sekolah Nizdamah di Bagdad ia dapat

mengerjakan tugasnya dengan hasil yang sangat baik, selama di Bagdad ia

mengajar hukum agama. Selain itu juga menuluis buku-buku kontroversial

tentang bantahan-bantahan terhadap pemikiran-pemikiran golongan-golongan

Bathiniyah, Ismailiyah, golongan Filsafat dan lain-lain.17 Aliran Bathiniyah

(aliran Hassyasyin), telah melakukan pembunuhan terhadap wasir besar Nizam

Al-Mulk dan Sultan Malik Shah bin Alep Arselam pada tahun 485/1092. Trgedi

itu mendorong al-Ghazali mendalami pokok-pkok pikiran aliran bathiniyah dan

menjadi bahan baginya pada masa belakangan untuk mengecam aliran bathiniyah

itu. 18 Al-Ghazali hidup pada akhir abad ke IV H, di mana pada abad tersebut

berkembang para pemikir, muncul beberapa golongan, muncul perselisihan

ma’rifat, jalan pemikiran para mufakkir yang berbeda-beda, banyaknya para

mutakallimin di bidang aqaidah ushuluddin, berbagai mazhab agama dan

munculnya perbedaan pada cara beribadah dan tujuannya. Dari sinilah al-Ghazali

tertarik untuk menyelidiki pendapat dan pemikiran mereka.19

Munculnya perbedaan-perbedaan di atas, telah menyebabkan al-Ghazali

mengalami keraguan di berbagai hal. Ketika gejolak keraguan al-Ghazali telah

mencapai puncak, kesehatannya mulai terganggu sehingga tidak dapat

memberikan kuliah karena tidak dapat berbicara, dan ini dideritanya selama enam

bulan lamanya. Para tabib menasehatinya supaya melawat guna memperoleh

16 Abudin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Isalam, Op-Cit, hlm. 83 17 Ahmad Hanfi, Pengatar Filsafat Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1996), hlm. 135 18 Yoesoef Sou’yb, Op-cit, hlm. 170 19 Departemen Agama R. I., Ensiklopedi Islam di Indonesia, (IAIN Jakarta : Proyek

Peningkatan sarana dan Prasarana), 1993, hlm. 306.

Page 5: BAB II ADAB MURID TERHADAP GURU DALAM KITAB …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain...Thuss itu.1 Nama al-Ghazali kadang-kadang diucapkan al-Ghazzali (dua z), kata

17

kesegaran jiwa kembali. Kewajiban mengajar pada perguruan tinggi Nizhamiyah

itu dipindahkan nya ke saudaranya Abul FutuhnAhmad bin Muhammad.20

Dalam kegelapan dan keraguan tersebut, dalam posisi antara api uap dan

cahaya yang tampil dari balik cakrawala, al-Ghazali berlindung kepada Allah

untuk memohon pertolongan, mencari keimanan, mendampakan keyakinan dan

kedamian, akhirnya doanyapun dikabulkan oleh Allah. Dia memperlihatkan

kepada al-Ghazali rahasia yang memudahkan al-Ghazali untuk berpaling

meninggalkan pangkat, harta, dan temannya.

Al-Ghazali meninggalkan kota Bagdad dengan dalih untuk melaksanakan

Ibadah Haji, agar tidak ada yang menghalangi kepergiannya baik dari penguasa

(khalifah) maupun sahabat dosen se-Universitasnya. Di Damaskus inilah ia mula-

mula melakukan pertobatannya dengan melakukan khalwat, beiktikaf,

menyucikan diri dan jiwanya, membersihkan akhlak, dan budi perkertinya, selalu

berpikir tentang Allah SWT. Dari situ kemudian pergi ke Yerussalam. Di sinipun

beliau menetap dan berkhalwat di Masjid Maqdis. Kemudian sesudah itu, beliau

pergi ke-Mesir dn seterusnya ke-Mekah dan ke-Madinah untuk menunaikan

Ibadah Haji.21

Dalam pengasingan itu al-ghazali ber’itikad di sudut menara masjid Al-

Muwawi dengan memakai baju jelek. Disini Al-Ghazali mengurangi makan,

minum, pergaulan dan mulai menyusun kitab “Ihya ‘Ulumuddin”.22 Dan

dikarangnya selama beberapa tahun dalam keadaan berpindah-pindah antara

Syam, Yarussalam, Hajzz dan Thus, dan yang berisi paduan yang indah antara

20 Yoesoef Sou’yb, Op-Cit, hlm., 171. 21Al-Ghazali, Kegelisahan al-Ghazali; sebuah Otobiografi Intelektual; Penerj.Achmad

Khudori Saleh, (Bandung : Pustaka Hidayah, 1998), hlm. 59 22 Thaha Abd Al-Baqi Surur, Alam Pemikiran Al-Ghazali, Penj : LPMI, (Solo : CV Pustaka

Mantiq, 1993), hlm. 40

Page 6: BAB II ADAB MURID TERHADAP GURU DALAM KITAB …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain...Thuss itu.1 Nama al-Ghazali kadang-kadang diucapkan al-Ghazzali (dua z), kata

18

figih, tasawuf, dan filsafat, bukan saja terkenal dikalangan kaum muslim, tetapi

juga dikalangan dunia barat dan luar Islam.

Kitab Ihya’ Ulumuddin ini merupakan kitab yang paling banyak

membahas tentang etika, dan menjelaskan dengan tegas pentingnya seorang syaih

atau “pembimbing moral” sebagai figur sentral.23

Kitab Ihya ‘Ulumuddin itu, oleh al-Ghazali dibagi menjadi empat jilid, di

mana masing-masing jilid itu terdiri dari beberapa bab. Adapun empat itu adalah

sebagai berikut:

Jilid pertama tentang peribadatan (rubu’ ibadah) yang terdiri dari sepuluh

bab yaitu : Kitab Ilmu, kitab kaidah-kaidah ‘iktikad (aqodah), kitab rahasia

(hikma) bersuci, kitab hikmah sholat, kitab hikmah zakat, kitab hikmah shiam,

kitab hikmah haji, kitab adab (kesopanan) membaca Al-Qur’an, kitab dzikir dan

do’a, dan kitab tartib wirid pada masing-masing waktunya.

Jilid kedua tentang pekerjaan sehari-hari (rubu’ adat kebiasaan) yang

terdiri dari sepeluh bab yaitu: Kitab adab makan, kitab adab perkawinan, kitab

hukum berusaha (bekerja), kitab halal dan haram, kitab adab berteman dan

bergaul dengan berbagai golongan manusia, kitab ‘uzlah (mengasingkan diri),

kitab adab musafir (berjalan jauh), kitab mendengar dan merasa, kitab amar

ma’ruf dan nahi munkar, dan kitab adab kehidupan dan budi pekerti (akhlaq)

kenabian.

Jilid ketiga tentang perbuatan yang membinasakan (rubu’ al-muhlikat)

yang terdiri dari sepuluh bab yaitu : Kitab menguraikan keajaiban hati, kitab

latihan diri (jiwa), kitab hawa nafsu perut dan kemaluan, kitab bahaya lidah, kitab

bahaya marah, dengki dan dendam, kitab tercelany dunia, kitab tercelanya harta

23 M.Amin Abdullah, Antara Al-Ghazali dan Kant : Filsafat Etika Islam, penj : Hamzah,

(Bandung : Mizan, 2002), hlm. 30

Page 7: BAB II ADAB MURID TERHADAP GURU DALAM KITAB …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain...Thuss itu.1 Nama al-Ghazali kadang-kadang diucapkan al-Ghazzali (dua z), kata

19

dan kikir, kitab tercelanya sifat mencari kemegahan dan mencari muka, kitab

tercelanya sifat takabur dan mengherani diri, dan kitab tercelanya sifat tertipu

dengan kesenangan dunia.

Jilid keempat tentang perbuatan yang menyelamatkan (rubu’ al-munjiyat)

yang terdiri dari sepuluh bab yaitu : Kitab taubat, kitab sabar dan syukur, kitab

fakir dan zuhud, kitab tauhid dan tawakal, kitab cinta kasih, rindu, jihad hati dan

rela, kitab niat, benar dan ikhlas, kitab muraqabah dan menghitung amalan, kitab

memikirkan hal diri (tafakkur), dan kitab ingat mati.24

Adapun dalam kitab ilmu ini terdiri dari tujuh bab yaitu

1. Tentang kelebihan ilmu, mengajar dan belajar.

2. Tentang ilmu fardu a’in dan yang fardu kifayah, menerangkan batas ilmu

fiqih, memperkatakan ilmu agama, penjelasan ilmu dunia dan ilmu akhirat.

3. Tentang apa, yang dihitung oleh orang awwam, termasuk sebahagian dari

ilmu agama, pada hal tidak. Juga menerangkan jenis ilmu yang tercela dan

kadarnya

4. Tentang bahaya perdebatan dan menyebabkan kesibukan manusia dengan

berselisih dan bertengkar

5. Tentang adab pelajar dan pengajar

6. Tentang bahya ilmu, ulama dan tanda-tanda yang membedakan antara ulama

dunia dan ulama akhirat

7. Tentang akal, kelebihan akal, bahagia-bahagia akal dan hadits-hadits yang

membicarakan tentang akal.

Pada bab kelima yaitu adab pelajar dan pengajar, dijelaskan beberapa

tugas yang harus dilaksanakannya demi keberhasilan dalam belaja, adapun

keretria yang harus dimiliki oleh pelajar ini ada sepuluh yaitu:

1. Mendahulukan kesucian batin dari kerendahan budi dan sifat-sifat tercela.

24 Al-Ghazali, Ihya Ulumuddiin Juz I, (Indonesia : Toha Putra, t.th), hlm. 27

Page 8: BAB II ADAB MURID TERHADAP GURU DALAM KITAB …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain...Thuss itu.1 Nama al-Ghazali kadang-kadang diucapkan al-Ghazzali (dua z), kata

20

2. Seorang pelajar hendaknya mengurangkan hubungan dengan duniawi,

menjauhkan diri dari kaum keluarga dan kampung halamannya.

3. Seorang pelajar itu jangan menyombong dengan ilmunya dan jangan

menentang gurunga.

4. Seorang pelajar pada tingkat permulaan, hendahnya menjaga diri dari

pertentangan orang tentang ilmu pengetahuan.

5. Seorang pelajar itu tidak meninggalkan suatu mata pelajaran pun dari ilmu

pengetahuan yang terpuji.

6. Seorang pelajar itu tidak memasuki sesuatu bidang dalam ilmu pengetahuan

serentak.

7. Tidak mencempelungkan diri kedalam sesuatu bidang ilmu pengetahuan

sebelum menyempurnakannya.

8. Seorang pelajatr hendaknya mengetahui sebab untuk dapat mengethui ilmu

pengetahuan tersebut.

9. Tujuan belajar adalah untuk menghiasi kebatinannya dan mencantikkan sifat

keutamaannya.

10. Harus mengetahuinya hubungan pengetahuan itu kepada tujuannya.

Dan al-Ghazali kembali ketanah kelahirannya (thuss), disana ia

membangun sekolah untuk para fuqoha’ dan sebuah biara untuk para

mutasawifin. Dan di kota Thuss itu beliau wafat pada tahun 505 H/1111 M, dalam

usia lima puluh empat tahun.

B. Al-Ghazali Perhatiannya terhadap Adab/Akhlak

Al-Ghazali adalah seorang tokoh pendidikan, dan akhlak berada pada

poros pemikiran al-Ghazali. Di mana al-Ghazali lebih menekankan nilai etis

ketimbang nilai intlektual dari ilmu pengetahuan. Karena itu tidaklah

Page 9: BAB II ADAB MURID TERHADAP GURU DALAM KITAB …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain...Thuss itu.1 Nama al-Ghazali kadang-kadang diucapkan al-Ghazzali (dua z), kata

21

mengherankan kalau dalam Ihya’ Ulumuddin, ia menyediakan satu bab khusus

untuk pembahasan dan pembiasaannya.25

Menurut pandangan al-Ghazali, akhlak bukanlah pengetahuan (ma’rifat)

tentang baik dan jahat maupun kodrat (qudrat) untuk baik dan buruk, bukan pula

pengamalan (fi’il), yang baik dan buruk, malainkan kemampuan jiwa.26

“Akhlah berarti suatu kemampuan (jiwa), yang menghasilkan perbuatan

atau pengamalan dengan mudah, tanpa harus direnungkan dan disengaja. Jika

kemampuan sedemikian, sehingga menghasilkan amal-amal yang baik-yaitu amal

yang terpuji menurut akal dan syariat, maka ini disebut akhlak yang baik. Jika

amal-amal yang tercelahlah yang mucul dari keadaan (kemantapan) itu, maka itu

dinamakan akhlak yang buruk”.27

Al-Ghazali mengemukakan metode mendidik anak dengan memberi

contoh, latihan dan pembiasaan (driil) kemudian nasehat dan anjuran sebagai alat

pendidikan dalam rangka membina kepribadian anak sesuai dengan ajaran agama

Islam. Pembentukan kepribadian itu berlangsung secara berangsur-angsur dan

berkembang sehingga merupakan proses menuju kesempurnaan.28

Dari pengertian di atas, dapat ditarik benang merah bahwa hakikat akhlak

menurut al-Ghazali harus memenuhi dua syarat:

1. Perbuatan ini harus konstan yaitu dilakukan berulang kali kontinyu dalm

bentuk yang sama, sehingga menjadi kebiasaan.

2. Perbuatan yang konstan itu harus tumbuh dengan mudah sebagai wujud

reflektif dari jiwanya tanpa pertimbangan dan pemikiran yakni bukan karena

25 yaitu kitab riyadhat al-nafs wa-tahadzib al-aklaq wa-mu’alajat amra’dh; bab tentang

pembinanan jiwa, pembiana akhlak, dan [engobatan penyakit-penyakit hati, Hasan Asri, Nukilan,op.Cit., hlm. 85

26 Muhammad Abu Quasem, Etika Al-Ghazali ; Etika Majemuk di dalam Islam, (Bandung ; Pustaka, 1997), hlm. 81

27 Al-Ghazali, Ihya ’Ulumuddin Jilid III, (Indonesia : Toha Putra, t.th), hlm 52 28 Zainuddin, Op-Cit, Hlm. 106

Page 10: BAB II ADAB MURID TERHADAP GURU DALAM KITAB …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain...Thuss itu.1 Nama al-Ghazali kadang-kadang diucapkan al-Ghazzali (dua z), kata

22

adanya tekanan-tekanan, paksaan-paksaan dari orang lain atau pengaruh-

pengaruh dan bujukan yang indah dan sebagainya.29

Al-Ghazali menegaskan lebih konkrit bahwa induk dan pokok akhlak itu

ada empat, yaitu hikmah, syaja’ah, iffah dan adil. Hikmah adalah keadaan jiwa

yang dapat mengetahui kebenaran dari kesalahan semua perbuatan ikhtiariyah

(perbuatan yang dilakukan dengan pilihan dan kemauan sendiri). Adil berarti

keadaan dan kekuatan jiwa yang dapat menuntut dan mengendalikan amarah dan

syahwat kearah hikmah. Syaja’ah yaitu keadan kekuatan amarah yang harus

tunduk kepada akal, sedangkan iffah adalah terdidiknya kekuatan syahwat dengan

pendidikan, akal dan agama.30

Dari uraian di atas dapat ditarik benang merah bahwa akhlak menurut

pandangan al-Ghazali, bukan perbuatan baik atau buruk dan kekuatan dan

kekuasaan baik atau buruk, tetapi akhlak merupakan keadaan jiwa yang mampu

mempersiapkan dan memunculkan tingkah laku yang baik.

Akhlah menurut al-Ghazali, ini dapat dibagi menjadi dua yaitu : akhlak

baik dan buruk. Akhlak baik adalah perbuatan yang menurut dengan akal dan

syra’, dan akhlak yang baik adalah akhlak (tingkah laku) yang dipegang oleh

Rasulullah.

Akal menurut al-Ghazali adalah sesuatu yang dapat memperoleh

pengetahuan, atau tempat pengetahuan (yang mengetahui). Jika ditinjau dari

dzatnya, akal merupakan hakikat manusia yang dapat mengetahui dan mengenal

dirinya sendiri serta hal-hal diluar dirinya, sedangkan ditinjau dari objeknya akal

yaitu kebenaran-kebenaran atau ukuran-ukuran yang dapat mendapatkan ilmu-

ilmu.31 Kalau standar akhlak adalah akal dan syara’, maka syara’ berfungsi

29 Ibid, Hlm. 104 30 Ihya’ III, Op-Cit, hlm. 53 31 Sid Basil, Al-Ghzali Mencari Ma’rifat, Terj. Ahmadie Thaha (Jakarta : Pustaka Panjimas,

1990), Hlm. 85

Page 11: BAB II ADAB MURID TERHADAP GURU DALAM KITAB …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain...Thuss itu.1 Nama al-Ghazali kadang-kadang diucapkan al-Ghazzali (dua z), kata

23

menunjukkan baik dan buruk secara mutlak. Oleh karena itu akhlak baik pasti

direalisasikan dalam bentuk iman. Dalam hal ini al-Ghazali mengatakan;

“Sesungguhnya kebagusan akhlak itu adalah iman. Dan keburukan akhlak itu

adalah nifaq (sifat orang munafik).32

Akhlak buruk adalah keadaan jiwa yang menimbulkan perbuatan jelek,

sebagaimana diungkapkan oleh al-ghazali yang telah dikutip oleh Drs. Ruswan

Thayib, M.A dan Drs. Darmuin, M.Ag :

“Aklak yang jahat adalah racun yang membunuh, membinasakan, yang memecahkan kepala (memusingkan kepala), Perbuatan-perbuatan hina yang keji, perbuatan-perbuatan yang kotor yang nyata, kekejian yang menjauhkan dari sisi Tuhan semesta Alam dan memasukkan orang yang berakhlak demikian dalam kawasan syaitan.”33

Dari ungkapan al-Ghazali tersebut dapat dilihat bahwa akhlak yang jelek

adalah perbuatan yang menyimpang akal dan jauh dari syara’, akhlak yang jelek

atau keji merupakan penyakit jiwa. Jadi akhlak seseorang yang tercela ini dalam

hatinya terkena penyakit, dan yang menyebabkan itu terjadi karena bibit syaitan

yang ditanamkan dalam hati manusia. Sehingga dengan bibit itu manusia akan

terseret dan terbujuk untuk mengikuti hawa nafsunya.

Al-Ghazali menegaskan bahwa usaha untuk melatih anak-anak agar

mereka itu memperoleh pendidikan yang baik serta akhlak yang mulia termasuk

hal yang amat penting. Seorang anak adalah amanat yang diberikan oleh Allah

SWT kepada kedua orang tua. Hatinya yang suci adalah bagaikan mutiara yang

belum dibentuk. Karena itu, dengan mudah saja ia menerima segala bentuk

rekayasa yang ditujukan kepadanya. Jika dibiasakan melakukan kebiasaan dan

menerima pengajaran yang baik, ia akan tumbuh dewasa dalam keadaan baik dan

bahagia, dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Dan kedua orang tuanya,

32 Loc.Cit, hlm. 67

33 Ruswan Thayib, M.A dan Drs. Darmuin, Op-Cit, hlm. 90

Page 12: BAB II ADAB MURID TERHADAP GURU DALAM KITAB …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain...Thuss itu.1 Nama al-Ghazali kadang-kadang diucapkan al-Ghazzali (dua z), kata

24

gurunya serta pendidikannya ikut pula menerima pahala yang disediakan baginya.

Tetapi jika dihabiskan kepadanya perbuatan yang buruk atau ditelantarkan seperti

halnya hewan yang berkeliaran tak menentu, niscaya ia akan sengsara dan binasa,

dosanya akan dipikul juga oleh kedua orang tua, walinya atau siapa saja yang

yang bertanggung jawab atas pendidikannya.34

Apabila anak dibiasakan untuk mengamalkan apa-apa yang baik, diberi

pendidikan kearah itu, pastilah ia akan tumbuh di atas kebaikan tadi akibat

positifnya ia akan selamat sentosa di dunia dan di akhirat. Kedua orang tuanya

atau semua pendidik, pengajar serta pengasuhnya ikut serta memperoleh

pahalanya. Sebaliknya jika anak sejak kecil sudah dibiasakan mengerjakan

keburukan dan dibiarkan begitu saja tanpa dihiraukan pendidikan dan

pengajarannya, yakni sebagai mana halnya seorang yang memelihara binatang,

maka akibatnya anak itupun akan celaka dan rusak binasa akhlaknya, sedang

dosanya yang utama tentulah dipikul kedua orang (orang tua, pendidik) yang

bertangung jawab untuk memelihara dan mengasuh. 35

Oleh karena seorang anak siap menerima pengaruh apapun dari orang lain,

maka persiapan dan pembinaan akhlaknya haruslah dilakukan sendiri mungkin

sejak awal anak harus dihindarkan dari lingkungan yang jelek dan mesti dirawat

dan disusui oleh wanita baik-baik.36

Usia yang paling rawan pada prilaku anak adalah masa remaja, oleh

karena itu al-Ghazali menyarankan untuk menjaga waktu-waktu senggang dengan

kesibukan yang bermanfaat, sebagai pendidik berkewajiban menganjurkan anak

didiknya untuk membiasakan membaca, khususnya membaca al-Qur’an dan

34 Loc.Cit 35 Jamaluddin Al-Qosimi, Bimbingan Untuk Mecapai Tingkat Mukmin, Ringkasan Dari Ihya

‘Uluuddin,Terj. Mohammad Abdi Rothomy, (Bandung : CV Diponegoro, 1983), hlm. 534 36 Hasan Asri, Op-Cit, hlm. 82

Page 13: BAB II ADAB MURID TERHADAP GURU DALAM KITAB …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain...Thuss itu.1 Nama al-Ghazali kadang-kadang diucapkan al-Ghazzali (dua z), kata

25

karangan-karangan agama, sehingga ia memperoleh bantuan untuk melewatkan

waktu senggang.

Adapun pemikiran al-ghazali tentang konsep pendidikan akhlak pada anak

adalah sebagai berikut:

1. Akhlak Terhadap Allah

مظيع لظلم كرباهللا ان الش ركشالت ينياب عظهي وهنه وان الباذ قال لقمو

37 )13: القمان (

Dan (ingatlah) ketika luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya : “Hai anakku, janganlah mempersekutukan Allah, sesunguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang sangat besar. (QS Luqman : 13)

Ayat tersebut mengisaratkan bagaimana seharusnya para orang tua

mendidik anaknya untuk mengesahkan penciptaannya dan menegak prinsip

tauhid dengan tidak menyekutukan Tuhannya, kemudian hendaklah anak

diajarkan salat sehingga terbentuk manusia yang senantiasa kontak dengan

pencipta.

يابني اقم الصلوة وأمر باملعروف وانه عن املنكر واصبر على ما اصابك ان ذلك

38 ) 17: لقمان ( من عز م االمور Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah ). (QS Luqman : 17)

Supaya anak mengetahui bagaimana caranya taat dan tidak

menyekutukannya. Seorang anak yang telah mencapai usia tamyiz, maka

37 Soenarno, Al-qur’an danTerjemahnya, (Semarang : CV Asy-Syifa , 1992), hlm. 654 38 Op-Cit, hlm. 655

Page 14: BAB II ADAB MURID TERHADAP GURU DALAM KITAB …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain...Thuss itu.1 Nama al-Ghazali kadang-kadang diucapkan al-Ghazzali (dua z), kata

26

hendaklah tidak dibiarkan meninggalkan thaharah dan sholat, juga mulai

diperintah berpuasa beberapa hari dibulan Ramadan.39

Untuk membentuk jiwa keagamaan anak, meskipun anak yang belum

mencapai tamyiz, anak bisa diperkenalkan aktivitas-aktivitas keagamaan

seperti anak diajak pergi ke masjid, wudhu, bersahur dan buka puasa. Semua

aktivitas tersebut dapat dilakukan oleh setiap keluarga dalam kehidupan

keseharian.

Ibadah tersebut ditanamkan sejak pertumbuhannya. Sehingga ketika

anak tumbuh dewasa, ia telah terbiasa melakukan dan terdidik untuk mentaati

Allah, melaksanakan hal-Nya, bersandar kepada-Nya, dan berserah diri

kepada-Nya. Disamping itu, anak akan mendapatkan kesucian rohani,

kesehatan jasmani, kebaikan akhlak, perkataan dan perbuatan d dalam ibadah-

ibadah ini.40

2. Akhlak Terhadap Orang Tua

Orang tua merupakan orang yang telah bersusah payah menjaga,

memelihara, dan mendidik kita, lantaran itu tidak patut dan wajib kita

menjaga diri jangan sampai terunjuk satu perangai yang kurang baik atau

terlanjur satu perkataan yang kurang manis terhadap ibu bapak.41

اما يبلغن عندك الكبر احدهما اوكالهما فالتقل لهما اف وال تنهرهما وقل لهما 42 ) 32: االسرأ ( قوال كريما

Kalau salah seorang dari pada mereka itu atau keduanya telah tua, maka janganlah engkau berkata (perkataan menunjukkan kebencian

39 Al-Ghazali, Mengobati Penyakit Hati; Menbentuk Akhlak Mulia ; Penj. Muhammad al-

Baqir, (Bandung : Karisma,2001), Cet.IX, hlm. 110 40 Abdullah Nashihul Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, (Jakarta : Pustaka Amani, 1995),

hlm.153 41 A.Hasan, Kesopanan Tinggi, (Bandung : Diponegoro, 1993), hlm. 12 42 Al-Qur’an dan Terjemahnya, Op-Cit, hlm. 427

Page 15: BAB II ADAB MURID TERHADAP GURU DALAM KITAB …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain...Thuss itu.1 Nama al-Ghazali kadang-kadang diucapkan al-Ghazzali (dua z), kata

27

seperti) “Ah” dan janganlah engkau hadapkan kepada mereka itu yang kasar, tetap hendaklah engkau berkata kepada mereka itu perkataan yang mulia. (Bani Israil : 23 )

Sebagai seorang anak yang saleh, apabila orang tua sedang memberi

nasehat, maka hendaknya didengarkan dengan sebaik-baiknya, lekas dan

cepatlah datang, jika mereka memanggil dengan penuh kesopanan dan rendah

hati dihadapan keduanya

43 ) 24: االسرأ ( 000000واحفض لهما جناح الذل من الرحمة

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sanyang. (Al-Isra’ ; 24)

Al-Ghazali mengatakan hendaknya anak haruslah dididik untuk selalu

taat kepada orang tua, gurunya serta yang bertanggung jawab siapa saja yang

lebih tua dari padanya, dan agar ia senantiasa bersikap sopan dan tidak

bercanda atau bersendau gurau dihadapan mereka.44

3. Akhlak Ketika Makan

Hendaknya anak dibiasakan makan disertai niat agar mendapat

kekuatan untuk taat dan beribadah kepada Allah SWT. Sebelum makan

hendaknya diperintah untuk mencuci kedua tangannya, karena Rasulluh

SAW. Sebelum makan beliau berwudhu untuk menghilangkan kefakiran dan

berwudhu setelah makan untuk menghilangkan gangguan setan. Makanlah

diawali dengan membaca basmalah dan menggunakan tangan yang kanan,

awali dan diakhiri dengan memakan garam. Dan kecilkan suapan dan

perbanguskan kunyahannya.45 Dan perhaluslah kenyahan, makanlah dari arah

43 Ibid, Hlm. 428 44 Al-Ghazali, Op-Cit, hlm. 110 45 Al-Ghazali, Mutiara Ihya Ulumuddin, (Bandung : Mizan, 1997), Cet.I, hlm. 126

Page 16: BAB II ADAB MURID TERHADAP GURU DALAM KITAB …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain...Thuss itu.1 Nama al-Ghazali kadang-kadang diucapkan al-Ghazzali (dua z), kata

28

pinggir-pinggir piring, tidak makan dari atasnya,46 janganlah mengulurkan

tangan pada suapan yang lain sebelum menelan suapan pertama dan jangan

mencela makanan.

Makanlah makanan yang dekat letaknya, kecuali buah-buahan,

janganlah meniup makanan yang panas, karena hal itu dilarang.47

bersihkanlah sisa makan dijari-jejari dengan melumatinya, lalu membaca

hamdalah, sebagai ungkapan rasa terimakasih kepada Allah SWT.

4. Akhlak Ketika Minum

Sebelum minum periksalah tempat air (gelas), kemudian membaca

basmalah setelah itu mengucapkan hamdalah, minumlah seteguk, jangan

mengumpulkan air di dalam mulud yang kemudian diminum sekaligus,

janganlah bernafas di dalam gelas.

5. Akhlak Terhadap Lingkungan

Apabila anda bertemu dengan kawan maupun musuhmu ucapkanlah

salam terlebih dahulu dan hadapilah dengan wajah yang menunjukkan

kegembiraan dan kerelaan serta penuh kesopanan dan ketengan, jangan

sekali-kali menampakkan sikap angkuh, sombong dan merasa tinggi diri.48

Jenguklah apabila ia sakit dengan membawa oleh-oleh kesukaannya, dan

ucapkanlah selamat jika ia sukses meraih cita-citanya.

6. Akhlak Dalam Berpakaian

Hendaklnya diajarkan kepadanya agar menyukai pakaian yang putih-

putih saja, bukan yang berwarna ataupun yang terbuat dari sutra, sebab kedua

46 Imam Al-Ghazali, Kaidah-kaidah Sufistik Keluar dari Kemelut Tipu Daya, (Surabaya :

Risalah Gusti, 1997), hlm. 49-50 47 Op-Cit, hlm. 127 48 Jamaluddin Al-Qosimi, Op-Cit, Hlm. 387

Page 17: BAB II ADAB MURID TERHADAP GURU DALAM KITAB …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain...Thuss itu.1 Nama al-Ghazali kadang-kadang diucapkan al-Ghazzali (dua z), kata

29

jenis jenis pakain tersebut seperti itu hanya untuk perempuan atau yang

berlagak kebanci-bancian, dan karennya, laki-laki tidak pantas

mengenakannya. Keterangan seperti ini, hendaklnya diulang-ulang, bahkan

jika melihat seorang anak laki-laki mengenakan baju berwarna atau terbuat

dari sutra, maka sebaiknya si ayah mengecamnya dan menengaskan lagi

bahwa yang demikian itu tidak baik bagi dirinya.49 Dan anak hendaknya

diajarkan pula untuk tidak suka pada kemewahan yang mengakibatkan pada

pemborosan. Sebagaimana dijelaskan oleh al-Ghazalai yang dikutib oleh

Zainuddin, sebagai berikut:

Jangan digemari berhias yang tidak sepatutnys stsu apa saja yang menimbulkan keborosan. Jikalau ini dilakukan, pasti usia anak itu nantinya akan dihabiskan saja pada waktu besarnya, dan dengan demikian akan rusaklah jiwanya sepanjang masa dan tahan menderita, serta ingin berkecimpung dalam kenikmatan saja, sekalipun kehormatan dan haknya akan dilarang.50

C. Pemikiran al-Ghazali tentang Adab Murid terhadap Guru

Dalam proses pendidikan yang berlangsunng, tidak lepas dari interaction

education (hubungan antara murid dengan guru). Di mana seorang murid itu

dalam menuntut ilmu bukan mencari lembaga tetapi mencari guru, mengapa?

Karena seorang murid ini akan mengabdi kepada gurunya. Hubungan yang

terjalin antara murid dengan guru selalu intim, sebagaimana murid menghormati

gurunya seperti seorang ayah dan mematuhinya, bahkan dalam hal-hal pribadi

yang tidak langsung berkaitan dengan pendidikannya secara formal.

Hubungan yang terjalin antara murid dan gurunya ini, akan memberi

pengaruh sikap dan kepribadian murid dalam kesehariannya, dan berhasil atau

tidaknya dalam mencapai cita-cita yang akan dicapainya dan manfaat atau

tidaknya ilmu yang diprolehnya selama belajar selama bersama syaihnya. Oleh

49 Mengobati Op-Cit, Hlm. 105 50 Zainuddin, Op-Cit, Hlm. 110-111

Page 18: BAB II ADAB MURID TERHADAP GURU DALAM KITAB …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain...Thuss itu.1 Nama al-Ghazali kadang-kadang diucapkan al-Ghazzali (dua z), kata

30

karena itu al-Ghazali menjelaskan dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin nya, adab murid

terhadap guru yang harus dimilikinya, supaya apa yang dicita-citakan oleh murid

akan berhasil dengan baik, dan adab murid terhadap guru antara lain:

ان ال يتكرب على العلم وال يتأمر على املعلم . 1

Seorang Pelajar itu jangan menyombong dengan ilmunya dan jangan menentang gurunya.51

Seorang murid hendaklah mendengarkan dengan baik semua nasehat-

nasehat gurunya dan mengindahkannya atau melaksanakan dalam kehidupan

sehari yakni tindak tanduknya ketika dalam menuntut ilmu supaya ilmu itu

mendekat tidak menjauh demi mendapatkan ilmu yang bermanfaat .

Alangkah baiknya seorang pelajar ini, mematuhi dan melaksanakan segala

nasehat, perintah atau perkataan gurunya. Nasehat yang diberikannya bermanfaat

bagi murid untuk mencapai apa yang dicita-citakannya.

ن يستنكف فال ينبغى لطالب العلم أن يتكرب على املعلم و من تكربه على املعلم ا .2

عن االستفادة إالمن املرموقني املشهورين

Tidaklah layak seorang pelajar menyombongkan terhadap gurunya, termasuk sebagian dari pada menyombong terhadap guru itu, ialah tidak mau belajar kecuali yang terkenal benar keahliannya.52

Dalam menuntut ilmu, janganlah memandang siapa yang

menyampaikannya (guru) apakah ia terkenal atau tidak, karena ilmu pengetahuan

itu bagaikan barang yang hilang dari tangan seorang mu’min, yang harus

dipungut atau dicarinya dimana saja diperolehnya. Dan hendaklah mengucapkan

rasa terima kasih kepada siapa saja yang membawanya kepadanya. Sebagaimana

ungkapkan syair sebagai berikut:

51 Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin I, (Indonesia: Toha Putra, t.th), hlm. 50 52Loc-Cit

Page 19: BAB II ADAB MURID TERHADAP GURU DALAM KITAB …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain...Thuss itu.1 Nama al-Ghazali kadang-kadang diucapkan al-Ghazzali (dua z), kata

31

Pengetahuan adalah perjuangan

Bagi pemuda yang bercita-cita tinggi

Seumpamanya banjir itu adalah perjuangan

Bagi sesuatu tempat tinggi…..….53

فال ينال العلم إال با لتوا ضع وإلقإالسمع . 3

Ilmu pengetahuan tidak tercapai selain dengan merendahkan diri dan penuh perhatian.54

Sebagaimana seorang murid dalam menuntut ilmu, janganlah sifat tamak

dalam (menginginkan sesuatu yang belum semestinya), sebab hanya akan

menghasilkan dirinya hina. Dan menjaga sesuatu yang mengakibatkan ilmu

beserta ahlinya menjadi hina, akan tetapi hendaklah tawaduk (rendah hati), karena

dengan tawaduk ilmu itu akan melekat dalam hati sehingga manusia yang

beradab/bermoral.

و به التقي اىل املعاىل يرتقى # ان التوا ضع من خصال املتقى

Sesungguhnya sikap tawaduk (rendah hati) adalah sebagian dari sifat-sifat orang yang takwa kepada Allah SWT. Dan dengan tawaduk akan semakin baik derajatnya menuju keluhuran.55

Selain tawaduk, hendaklah murid mendengarkan keterangan guru dengan

penuh perhatian, supaya dapat menyerap seluruh yang disampaikan guru. Tiada

yang menolong kepada pemahaman selain dengan mempergunakan pendengaran

dengan berhati-hati dan sepenuh jiwa. Meskipun keterangan itu sudah pernah

didengar seribu kali, hendaknya keterangan tersebut didengarkan seperti ia

mendengarkan pertama kali.

53 Loc,Cit 54Loc-Cit 55 Syaik Az-Zarnuji, Penj: Noor Anfa Shiddiq,Terjemah Ta’limMuta’lim, (Surabaya : Al-

Hidayah, t.th), hlm. 14

Page 20: BAB II ADAB MURID TERHADAP GURU DALAM KITAB …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain...Thuss itu.1 Nama al-Ghazali kadang-kadang diucapkan al-Ghazzali (dua z), kata

32

Dalam hal ini al-Ghazali mengibaratkan seorang murid bagaikan tanah

kering yang disirami hujan lebat. Maka meresaplah keseluruhan bahagiannya dan

meratalah keseluruhannya air hujan itu.56

57ومهما أشار عليه املعلم بطريق يف التعلم فليقلده وليدع رأيه . 4

“Manakala guru itu menunjukkan jalan kepadanya hendaklah ditaati dan ditinggalkan pendapat sendiri.”

Seorang pelajar hendaklah mentaati apa yang menjadi keputusan gurunya

dalam meneىtukan kurikulum, jangan mengikuti pendapat dan kehendaknya

sendiri, karena guru lebih tahu tingkatan-tingkatan pengetahuan yang harus

diberikan kepadamu. Dari uraian di atas menimbulkan beberapa adab yang sejalan

dengan uraian tersebut yang telah disebutkan dalam karangan beliau dalam kitab

Bidayatul Bidayah yaitu : Jangan bertanya jika belum minta izin lebih dahulu.58

59 ) 43: النحل ( فسئلوا أهل الذكر إن كنتم ال تعلمون

Maka bertanyalah kepada ahli ilmu jika kamu tidak tahu. (Q.S. An-Nahl : ayat 43)

Izin seorang pelajar terhadap gurunya dalam bertanya sesuatu sangat

penting karena di mana seorang guru jelas lebih tahu letak penyampaian ilmu

yang harus diselesaikan lebih jelasnya menjaga kesopanan. Bertanya tentang soal

yang belum sampai tingkatanmu memahaminya, adalah dicela, karena itulah,

maka khaidir melarang Musa bertanya.

56 Al-Ghazali, Loc-Cit. 57 Loc-Cit. 58Al-Ghazali, Syaih Muhammad Nawawi, Syarah Bidayah Al-Hidayah, (Semarang : Al-

Alawiyah,t.th), hlm. 88 59 Soenarjo, Op-Cit., hlm.408

Page 21: BAB II ADAB MURID TERHADAP GURU DALAM KITAB …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain...Thuss itu.1 Nama al-Ghazali kadang-kadang diucapkan al-Ghazzali (dua z), kata

33

Seabagaimana ungkapan al-Ghazali sebagai berikut:

Tinggalkan bertanya sebelum waktunya ! guru lebih tahu tentang keahlianmu dan kapan sesuatu ilmu harus diajarkan kepadamu. Sebelum waktu itu datang dalam tingkatan mana pun juga, maka belumlah datang waktunya untuk bertanya.60

Hal di atas jelaslah bahwa seorang pelajar harus sopan dan tidak boleh

melontarkan pertanyaanatau perkataan yang belum minta izin terhadap gurunya

atau tiba-tiba berbicara dan bertanya.

Dari itu tinggalkanlah bertanya sebelum waktunya, guru lebih tahu tentang

keahlianmu dan kapan sesuatu ilmu harus diajarkan kepadamu. Sebelum

waktunya untuk bertanya. Hal ini sebagaimana diungkapkan nahi mungkar

kepada Nabi Musa As dalam surat Al-Kahf;ayat 70

61) 70: الكهف ( فإن اتبعتنى فال تسئلنى عن شيئ حتىاحدث لك منه ذكرا

Jika engkau mengikuti aku maka janganlah bertanya tentang ssesuatu, sehingga aku sendiri yang akan menceritakan kepadamu nanti. ( QS.Al-Kahfi : 70 )

وينبغى أن يتوا ضع ملعلمه ويطلب ا لثواب و ا لشراف . 5

Seharusnya seorang pelajar itu, tunduk kepada gurunya, mengharap pahala dan kemuliaan dengan berkhitmat kepadanya.62

Seorang pelajar hendaknya mendengarkan keterangan gurunya,

mengharapkan pahala dari guru yakni mengharapkan keridha’an guru dengan

tidak banyak bertanya sewaktu guru kelihatan bosan atau kurang baik.63

60 Ihya ‘Ulumuddin, Op-Cit, Hlm. 51 61 Sonarjo, Op-Cit., hlm. 454 62 Loc-Cit. 63 Bidayah,op-cit, Hlm. 89

Page 22: BAB II ADAB MURID TERHADAP GURU DALAM KITAB …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain...Thuss itu.1 Nama al-Ghazali kadang-kadang diucapkan al-Ghazzali (dua z), kata

34

Karena kondisi guru kurang enak lebih mempengaruhi cara bicara dan

penyampaian seorang guru sehingga percakapan antara keduanya harus melihat

kondisi keduanya tersebut seperti ungkapan Hasyim.

ان يتصرب علي جفوة تصدر من الشيخ او سؤ خلقه ال يصده ذلك

Seorang pelajar supaya sabar atas keras hati (kemarahan) yang keluar dari guru/jelek budi pekertinya dan jangan mencengah keluar kemarahan tersebut.

Sebagaimana perkataan Ali R.A. : “Hak dari seorang yang berilmu, ialah

jangan engkau banyak bertanya! jangan engkau paksakan dia menjawab, jangan

engkau minta, bila dia malas.”64

Kemarahan seorang atau rasa kurang enak kondisi guru tersebut kelihatan

dari cara bicara dan paras wajahnya, maka kondisi seperti itu seorang pelajar

harus dapat memahami diri dari bertanya, memberikan solusi apabila lagi

mencengah dan melarang guru untuk tidak marah. Seorang guru dimanapun tetap

akan ingat tugas guru diatas mempunyai tujuan untuk menghargai dan

menghormati dengan dihadapan mendapat ilmu pengetahuan yang bermanfaat,

karena seorang guru mepunyai tugas menyampaikan ilmu

6. Jika berkunjung kepada guru harus menghormati dan menyampaikan salam

terlebih dahulu.65

Menghormati guru merupakan salah satu sifat terpuji bahwa kewajiban

seorang pelajar terhadap guru untuk mencari kerelaan gurunya dalam

memberi ilmunya, seperti dalam kitab adabul’alimi wal muta’alim.

66ان جيلس ام ما الشيخ باألدب كأن حيثو على ركبتيه او جيلس كالتشهد

64 Ihya ‘Ulumuddin, Loc-Cit. 65 Bidayah, op-cit., hlm. 88

Page 23: BAB II ADAB MURID TERHADAP GURU DALAM KITAB …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain...Thuss itu.1 Nama al-Ghazali kadang-kadang diucapkan al-Ghazzali (dua z), kata

35

Pelajar hendaknya duduk didepan guru dengan sopan (adab) seperti pelajar memenuhi (meliputi dan merapatkan) pada kedua lututnya atau pelajar duduk seperti duduk takhiyat.

7. Jangan berbicara jika tidak diajak bicara oleh guru.67

Hubungan antara murid dengan guru dalam proses pendidikan yang

berlangsung ini memang harus terjalin dengan baik, tetapi ada batas-

batasannya untuk menjaga kesopanan murid terhadap ilmu,dan gurunya.

68وكذا قلت او كذا قال فال ن كذا اوخطرىل ا واذ ذاكر شيئا فال يقول ه

dan ketika guru berfikir sesuatu maka pelajar tidak boleh bicara, yaitu seperti aku berbicara atau seperti ini berpikir bagiku atau seperti fulan berkata.

Berbicara ditengah-tengah waktu guru berbicara atau berpikir sesuatu

itu merupakan tindakan yang kurang tepat, karena akan menghilangkan

konsentrasi berpikir guru.

8. Jangan sekali-kali su’udhan terhadap guru mengenai tindakan yang

kelihatannya mungkar atau tidak diridhai Allah menurut pandangan murid,

sebab guru lebih mengerti rahasia-rahasia yang terkandung dalam

tindakannya.69

Dalam belajar murid tidak boleh su’dhan guru mengenai tindakan yang

kelihatan munkar, su’udhan ini akan mengkibatkan ilmu yang akan diterima

tidak sampai, sebab su’udhan merupakan penyakit hati, maka dari itu murid

tidak boleh su’udhan terhadap gurunya, karena tidak tahu rahasia dibalik itu,

seperti yang terjadi dengan Nabi Musa terhadap Nabi Khidir, yang telah

66 Syeih Hasyim As’ary, Adabul ‘alimi Wal Muta’alim, (Jombang : Malitabah Turots alislam,

1415), Bidayah,Op-Cit, hlm.34 67 Bidayah, loc-cit. 68Op-Cit, hlm. 37 69 Bidayah, loc-cit

Page 24: BAB II ADAB MURID TERHADAP GURU DALAM KITAB …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain...Thuss itu.1 Nama al-Ghazali kadang-kadang diucapkan al-Ghazzali (dua z), kata

36

membunuh anak kecil. Oleh karena itu salah satu seoran sufi melukiskan

kewajiban murid terhadap gurunya dalam sajak sebagai berikut:

Engkau laksana mayat terlentang

Didepan gurumu terletak membentang

Dicuci dibalik laksana batang

Janganlah engkau berani menentang

Perintahnya jangan engkau elakkan

Meskipun haram seakan-akan

Tunduk dan taat diperntahkan

Engkau pasti ia cintakan

Biar semua perbuatannya

Meskipunbrlaianan dengan syara’nya

Kebenaran nanti akan nyatanya

Bagimu akan jelas putus asa

Pada akhirnya ia terasa

Pada akhirnya jelaslah sudah

Tampak padanya secara mudah

Kekuasaan Allah tidak tertadah

Ilmunya luas tidak termudah.70

9. Seorang pelajar hendahnya bersabar dalam menghadapi pelajaran dan

konsekuen pada guru.

Sabar merupakan kunci dari keberhasilan mencapai cita-cita, maka

murid hendak bersabar menghadapi pelajaran yang dihadapinya, janganlah

kamu sibuk dengan ilmu yang lain sebelum kamu dapat menguasai dengan

baik ilmu yang pertama tadi. 71 Hal ini tercermin pada firman Allah dalam

70 H.Aboe Bakar Ajheh, Pengantar Sejarah Sufi dan Tasawuf, (Solo : Ramadhani, 1984),

hlm. 309 71 Ahmad Sjalaby, Op-Cit, hlm. 313

Page 25: BAB II ADAB MURID TERHADAP GURU DALAM KITAB …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain...Thuss itu.1 Nama al-Ghazali kadang-kadang diucapkan al-Ghazzali (dua z), kata

37

surat kahfi ayat 67-68, yang mengisahkan Nabi Musa yang tidak bersabar

menghadapi Nabi Khaidir.

و كيف تصبر على ما لم تحط به خبرا . ل انك لن تستطيع معي صبرا قا

72) 68 -67: الكهف ( Dia menjawab : “Sesungguhnya kamu (musa) sekali-kali tidak akan sanggup bersamarku. Dan bagaimana kamu sabar atas sesuatu, yang belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu. ( QS. Alkahfi : 67-68)

Tetapi Nabi Musa tidak sabar untuk menunggu atau menghadapi

pngalamannya bersama Nabi Khaidir, selalu ia bertanya sampai Nabi Khaidir

berkata:

73) 70: الكهف ( عن شيئ حتىاحدث لك منه ذكرافإن اتبعتنى فال تسئلنى

Jika engkau mengikuti aku maka janganlah bertanya tentang sesuatu, sehingga aku sendiri yang akan menceritakan kamu nanti. ( Q.S. Al-Kahfi : 70)

Sikap Nabi Musa syaiknya (gurunya), selalu bertanya apa yang

diperbuat oleh Nabi Khaidir.

Salah satu prinsip dasar dalam hubungan ini adalah rasa hormat seorang

murid kepada gurunya, dan rasa seorang guru terhadap muridnya prinsip ini sama

pentingnya dalam sistem pendidikan sufi maupun non sufi . 74

Bagi al-Ghazali, ibadah merupakan ibadah internal, bila ingin

menanyakan sesuatu, murid harus terlebih dahulu meminta izin dari gurunya,

karena hal ini adalah bagian dari manifestasi signifikansi yang lebih tinggi

72 Soenarjo, Op-Cit. 73 Op-Cit 74 Hasan Asri, Op-Cit, Hlm 116

Page 26: BAB II ADAB MURID TERHADAP GURU DALAM KITAB …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain...Thuss itu.1 Nama al-Ghazali kadang-kadang diucapkan al-Ghazzali (dua z), kata

38

dikalangan sufi, karena seorang murid sangat tergantung pada guru untuk

kemajuannya.

Pola hubungan guru murid guru diatas masih cukup relevan untuk

diaplikasukn dalam kegiatan belajar-mengajar dimasa sekarang, karena hubungan

tersebut disamping tidak akan membunuh kreativitas guru dan murid, juga dapat

mendorong terciptanya akhlak yang mulia dikalangan pelajar khususnya, dan

pendidikan lain pada umumnya.

Para ahli pendidikan Islam masa kini juga telah sepakat bahwa maksud

dari pengajaran dan pendidikan bukanlah belum mengetahui tetapi maksudnya

adalah mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadhillah

(keutamaan), mempersiapkan mereka untuk sesuatu kehidupan yang suci

seluruhnya ikhlas dan jujur. 75

Jika hubungan antara anak dan orang tua, murid dan gurunya, tidak terjadi

atau jarang, maka kemungkinan besar pengajaran dan tujuan pendidikan tidak

akan berhasil. Dengan inilah para orang tua dan pendidikan harus memperhatikan

dengan seksama sarana-sarana dan cara yang positif agar ia mencintai anak-anak

dan anak-anak mencintai mereka, saling membantu dan berkasih sanyang

sesamanya.

Dan apabila adab murid tersebut ada diri murid maka dia akan mencapai

apa yang dicita-citakan, tetapi apabila dalam hatinya tidak ada, maka ia tidak akan

berhasil meskipun kelihatannya berhasil, hal ini dapat dilihat pada tingkah

lakunya sehari-hari.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa adab murid terhadap guru itu

masih kondisional dengan proses belajar mengajar dimasa sekarang meskipun ada

juga yang tidak kondisional apabila diterapkan di dalam proses belajar mengajar

75 M.Athiyah al-Abrasy, Dasar-dasar Pokok pendidikan Islam, Alih Bahasa Bustami A.Gani

dan Djohar Bahri (Jakrta : Bulan Bintang , 1993), Cet I, Hlm. 1

Page 27: BAB II ADAB MURID TERHADAP GURU DALAM KITAB …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain...Thuss itu.1 Nama al-Ghazali kadang-kadang diucapkan al-Ghazzali (dua z), kata

39

pada saat sekarang. Adapun yang masih kondisional dalam proses belajar

mengajar di masa sekarang adalah : a. Seorang Pelajar itu jangan menyombong

dengan ilmunya dan jangan menentang gurunya.b. Tidaklah layak seorang pelajar

menyombongkan terhadap gurunya, termasuk sebagian dari pada menyombong

terhadap guru itu, ialah tidak mau belajar kecuali yang terkenal benar

keahliannya. c. Ilmu pengetahuan tidak tercapai selain dengan merendahkan diri

dan penuh perhatian.d. Manakala guru itu menunjukkan jalan kepadanya

hendaklah ditaati dan ditinggalkan pendapat sendiri. e. Seharusnya seorang

pelajar itu, tunduk kepada gurunya, mengharap pahala dan kemuliaan dengan

berkhitmat kepadanya. f. Jika berkunjung kepada guru harus menghormati dan

menyampaikan salam terlebih dahulu. g. Jangan berbicara jika tidak diajak bicara

oleh guru, h. Seorang pelajar hendahnya bersabar dalam menghadapi pelajaran

dan konsekuen pada guru. i. Jangan berbicara jika tidak diajak bicara oleh guru. j.

Jangan sekali-kali su’udhan terhadap guru mengenai tindakan yang kelihatannya

mungkar atau tidak diridhai Allah menurut pandangan murid, sebab guru lebih

mengerti rahasia-rahasia yang terkandung dalam tindakannya. Adab-adab

tersebut, masih kondisional dalam proses belajar mengajar di masa sekarang,

karena akan membantu dalam keberahasilan belajar murid untuk mencapai cita-

citanya.

Adapun adab murid terhadap guru yang tidak sesuai / tidak kondisional

dimasa sekarang adalah : a. Seorang pelajar tidak boleh banyak bertanya kepada

gurunya sebelum waktunya. Adab ini sudah tidak kondisional lagi digunakan

dalam proses belajar mengajar, sebab dimasa sekarang informasi tidak hanya

diperoleh dari guru saja tapi bisa juga dari alat elektronika seperti radio, teletisi

atau yang lain.

---------------------------