bab ii a. pembahasan guru pendidikan agama islam dan...
TRANSCRIPT
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembahasan Guru Pendidikan Agama Islam dan Ruang Lingkupnya
1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam
Guru adalah pekerja profesional yang secara khusus disiapkan untuk
mendidik anak-anaknya di sekolah.18 Dalam Islam, guru adalah mereka yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik baik secara
keilmuan ataupun spiritualnya.19 Jadi, dapat disimpulkan guru adalah pekerja
profesional yang bertanggung jawab terhadap semua perkembangan siswa
baik dari segi keilmuan dan spiritualnya.
Pendidikan agama Islam adalah usaha untuk memperkuat iman dan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut
oleh peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntutan untuk
menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama
dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.20 Pendidikan
agama Islam adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan
membentuk sikap, kepribadian, serta keterampilan peserta didik dalam
mengamalkan ajaran agama, yang dilaksanakan sekurang kurangnya melalui
mata pelajaran pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan.21
18Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam: Rancang Bangun KonsepPendidikan Monokotomik-Holistik (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hal. 97
19 M. Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam-Jilid II (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), hal. 11020 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya pengefektifan PAI di
Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 7521 M. Amin Haedari, Pendidikan Agama di Indonesia, (Puslitbang Pendidikan
Agama dan Keagamaan, 2010), hal. 9
15
Jadi, dapat disimpulkan pendidikan agama Islam adalah pendidikan
yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, serta
keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agama serta usaha
untuk memperkuat iman dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Sedangkan sebagaimana dinyatakan Chabib Thoha yang dimaksud
guru pendidikan agama Islam adalah:
Guru Agama Islam adalah sebagai murabbi, muallim dan muaddib.Pengertian murabbi adalah guru agama harus memiliki sifat rabbani,yaitu bijaksana, terpelajar dalam bidang ilmu pengetahuan tentangrabb. Muallim adalah seorang guru agama harus alimun (ilmuan),yakni menguasai ilmu teoritik, memiliki kreatifitas, komitmen yangsangat tinggi dalam mengembangkan ilmu serta sikap hidup yangselalu menjunjung tinggi nilai di dalam kehidupan sehari-hari.Sedangkan ta’dib ialah integrasi antegrasi antara ilmu dan amal.22
Menurut Wahab dkk, Guru PAI adalah guru yang mengajar mata
pelajaran akidah akhlak, Al-Qur‟an dan hadis, fiqih atau sejarah kebudayaan
Islam (SKI) di Madrasah.23 Jadi, pengertian guru PAI adalah guru yang
mempunyai sifat bijaksana, berpendidikan, mempunyai ilmu pengetahuan
yang luas, serta antara ilmu dan amal harus seimbang, maksudnya antara
perkataan dan perbuatan harus mencerminkan kepribadian seorang guru
agama.
2. Tugas Pokok Guru Pendidikan Agama Islam secara umum
Pada bagian ini terdapat dua pendapat dalam memberikan tugas pokok guru
pendidikan agama Islam yaitu :
22 Chotib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996),hal. 11-12
23 Wahab dkk, Kompetensi Guru Agama Tersertifikasi, (Semarang: Robar Bersama,2011), hlm. 63
16
a. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, tugas guru tidak hanya sebagai profesi,
tetapi juga sebagai suatu tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan,
diuraikan sebagai berikut;
1) Tugas profesional adalah tugas yang berhubungan dengan profesinya.
Tugas profesional ini meliputi tugas untuk mendidik, untuk mengajar
dan tugas untuk melatih. Mendidik mempunyai arti untuk meneruskan
dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar mempunyai arti untuk
meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan serta teknologi,
dan tugas melatih mempunyai arti untuk mengembangkan
keterampilan.
2) Tugas manusiawi merupakan tugas sebagai seorang manusia. Guru
harus bisa menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua bagi murid.
Guru harus bisa menarik simpati sehingga dia menjadi idola bagi siswa.
Selain itu transformasi diri terhadap kenyataan di kelas atau di
masyarakat harus dibiasakan agar setiap lapisan masyarakat bisa
mengerti jika menghadapi guru.
3) Tugas kemasyarakatan adalah tugas sebagai anggota masyarakat dan
warga negara yang berfungsi sebagai pencipta masa depan dan
penggerak kemampuan. Keberadaan guru menjadi faktor penentu yang
tidak mungkin bisa digantikan oleh komponen manapun dalam
kehidupan bangsa sejak dahulu apalagi pada masa kini.24
24 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta:Rineka Cipta, 2009), hal. 37
17
Berdasarkan dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
tugas guru tidak hanya sebagai profesi saja, akan tetapi juga punya
tugas sebagai kemanusiaan dan kemasyarakatan.
b. Menurut A.g. Soejono tugas pendidik atau guru dirinci sebagai berikut:
1) wajib menemukan pembawaan yang ada pada anak didik.
2) berusaha menolong anak didik mengembangkan pembawaan yang
baik dan menekan perkembangan pembawaan yang buruk agar tidak
berkembang.
3) memperlihatkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan cara
memperkenalkan berbagai bidang keahlian, keterampilan, agar anak
didik memilihnya dengan tepat.
4) mengadakan evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah
perkembangan anak didik berjalan dengan baik.
5) memberikan bimbingan dari penyuluhan tatkala anak didik menemui
kesulitan dalam mengembangkan potensinya.25
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
tugas guru menurut A.g. Soejono yaitu seorang guru harus
mengetahui bakat dari siswanya dan juga mampu mengembangkan
bakat yang dimiliki oleh siswa-siswanya.
25Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: 2013), hal. 125-126.
18
c. Tugas pokok guru pendidikan agama Islam dalam pelaksanaan
pembelajaran.
Menurut Muhaimin bahwa tugas guru PAI dalam melaksanakan
pembelajaran baik di dalam kelas ataupun di luar kelas adalah berusaha
secara sadar untuk membimbing, mengajar atau melatih siswa agar dapat:
1) Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT yang
telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.
2) Menyalurkan bakat dan minatnya dalam mendalami bidang agama
serta mengembangkan secara optimal, sehingga dapat dimanfaatkan
untuk dirinya sendiri dan dapat pula bermanfaat bagi orang lain.
3) Memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan
kelemahan-kelemahan dalam keyakinan, pemahaman dan
pengalaman ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
4) Menangkal dan mencegah pengaruh negatif dari kepercayaan, paham
atau budaya lain yang membahayakan dan menghambat
perkembangan keyakinan siswa.
5) Menyesuaikan diri dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial yang sesuai dengan ajaran Islam.
6) Menjadikan ajaran Islam sebagai pedoman hidup untuk mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
19
7) mampu memahami, mengilmui pengetahuan agama Islam secara
menyeluruh sesuai dengan daya serap siswa dan keterbatasan waktu
yang tersedia.26
Berdasarkan dari paparan di atas, maka dapat disimpulkan tugas guru
pendidikan agama Islam diposisikan untuk menjadikan siswa memiliki
kecerdasan spiritual, yang dapat membawa keberhasilan dalam mendidik
sehingga tercapailah visi pendidikan agama, yaitu terbentuknya peserta didik
yang memiliki kepribadian yang dilandasi keimanan dan ketaqwaan terhadap
Allah SWT dan tercapainya pula misinya yaitu tertanamnya nilai-nilai akhlak
yang mulia dan budi pekerti yang kokoh yang tercermin dalam keseluruhan
sikap dan perilaku sehari-hari.
3. Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam pelaksanaan pembelajaran
Peran guru pendidikan agama islam bisa dilihat dari dua segi, yaitu :
a. Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam kegiatan Intra Kurikuler
Pada dasarnya peran guru pendidikan agama Islam dan guru umum
itu sama, yaitu sama-sama berusaha untuk memindahkan ilmu
pengetahuan yang ia miliki kepada anak didiknya, agar mereka lebih
banyak memahami dan mengetahui ilmu pengetahuan yang lebih luas.
Akan tetapi peran guru pendidikan agama Islam selain berusaha
memindahkan ilmu (transfer of knowledge), ia juga harus menanamkan
nilai- nilai agama Islam kepada anak didiknya agar mereka bisa
26 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan AgamaIslam di Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 83
20
mengaitkan antara ajaran-ajaran agama dan ilmu pengetahuan.27
Sedangkan pengertian kegiatan intra kurikuler adalah kegiatan
pembelajaran yang dilakukan di ruang kelas dengan orientasi peningkatan
kemampuan akademis.28
Sedangkan pendapat Wina Sanjaya tentang peran guru secara
keseluruhan, baik guru PAI atau non PAI dalam proses pembelajaran
adalah :
1) Guru sebagai sumber belajar
Peran guru sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan
materi pelajaran. Guru memiliki suber belajar dalam proses
pembelajaran, yaitu: (a) bahan referensi yang lebih banyak
dibandingkan dengan siswa. (b) guru dapat menunjukkan sumber
belajar yang dapat dipelajari oleh siswa yang biasanya memiliki
kecepatan belajar di atas rata-rata siswa yang lain. (c) guru perlu
melakukan pemetaan tentang materi pelajaran, misalnya dengan
menentukan mana materi inti yang wajib dipelajari siswa, mana materi
tambahan, mana materi yang harus diingat kembali.
2) Guru sebagai fasilitator
Guru berperan dalam memberikan pelayanan agar memudahkan siswa
dalam kegiatan proses pembelajaran. Guru perlu memahami berbagai
jenis media dan sumber belajar beserta fungsi masing-masing media,
memiliki keterampilan dalam merancang suatu media, mampu
27 http://eprints.iain-surakarta.ac.id/113/1/2016TS0001.pdf, diakses pada tanggal 28 Mei2017
28 Rohmad Mulyana, Mengartikan Pendidikan Nilai (Bandung: Alfabeta, 2004), hal. 162
21
mengorganisasikan berbagai jenis media serta dapat memanfaatkan
berbagai sumber belajar.
3) Guru sebagai pengelola
Guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan
siswa dapat belajar secara nyaman. Dalam melaksanakan pengelolaan
pembelajaran ada dua macam yang harus dilakukan, yaitu mengelola
sumber belajar dan melaksanakan peran sebagai sumber belajar itu
sendiri.
4) Guru sebagai demonstrator
Maksudnya adalah peran untuk mempertunjukkan kepada siswa segala
sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami
setiap pesan yang disampaikan. Misalnya, (a) Guru harus menunjukkan
sikap-sikap terpuji. (b) Guru harus dapat menunjukkan bagaimana
caranya agar setiap materi pelajaran bisa lebih dipahami dan dihayati
oleh setiap siswa.
5) Guru sebagai pembimbing
Guru berperan dalam membimbing peserta didik agar dapat
menemukan berbagai potensi yang dimilikinya sebagai bekal hidup dan
harapan setiap orang tua dan masyarakat. Seorang guru harus memiliki
pemahaman tentang apa yang sedang dibimbing, memahami dan
terampil dalam merencanakan, baik merencanakan tujuan dan
kompetensi yang akan dicapai maupun merencanakan proses
pembelajaran.
22
6) Guru sebagai pengelola kelas
Guru bertanggung jawab memelihara lingkungan kelas, agar
senantiasa menyenangkan untuk belajar. Guru harus menciptakan
kondisi kelas yang merangsang siswa untuk melakukan kegiatan belajar
baik secara kelompok, dari dalam siswa sendiri maupun dari luar diri
siswa itu sendiri.29
Berdasarkan beberapa peran guru dalam proses belajar mengajar
yang dikemukakan Wina Sanjaya di atas dapat disimpulkan, bahwa
guru sangat berperan dalam proses pembelajaran, baik sebagai sumber
belajar, fasilitator, pengelola kelas, demonstrator, dan pembimbing.
b. Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam kegiatan ekstra kurikuler
Peran guru Pendidikan Agama Islam dapat dikatakan optimal jika
sepenuhnya dapat melaksanakan perannya dalam pelaksanaan kegiatan
Ekstrakurikuler. Peran guru PAI dalam ekstrakurikuler adalah sebagai
berikut:
1) Guru Pendidikan Agama Islam mengontrol dalam pelaksanaan
kegiatan-kegiatan Ekstrakurikuler.
2) Guru Pendidikan Agama Islam menggunakan media dalam pelaksanaan
kegiatan Ekstrakurikuler.
3) Guru Pendidikan Agama Islam menciptakan suasana yang aman dalam
pelaksanaan kegiatan Ekstrakurikuler.
29 Wina Senjaya, strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan(Jakarta: Kencana, 2006), hal. 21-29
23
4) Guru Pendidikan Agama Islam merespon ide-ide yang baik demi
menunjang kegiatan Ekstrakurikuler.
5) Guru Pendidikan Agama Islam memotivasi siswa agar aktif dalam
pelaksanaan Ekstrakurikuler.
6) Guru Pendidikan Agama Islam melakukan bimbingan dan pengawasan
terhadap kegiatan Ekstrakurikuler.
7) Guru Pendidikan Agama Islam menyampaikan bahwa kegiatan
Ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang sangat penting dalam
mengembangkan bakat.
8) Guru Pendidikan Agama Islam mengarahkan siswa dalam pelaksanaan
kegiatan Ekstrakurikuler.
9) Guru Pendidikan Agama Islam memberikan penilaian terhadap
perkembangan bakat siswa.
10) Guru Pendidikan Agama Islam melakukan perbaikan-perbaikan
terhadap pelaksanaan kegiatan Ekstrakurikuler.30
Dari beberapa uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
peran guru PAI dalam ekstrakurikuler adalah guru mengontrol
pelaksanaannya dan mampu membuat suasana yang baik serta
memberikan pemahaman betapa pentingnya kegiatan ekstrakurikuler bagi
pengembangan bakat.
30 http://repository.uin-suska.ac.id/69/1/2011_201143.pdf. Diakses pada tanggal14 Juni 2017.
24
B. Pelaksanaan Shalat Berjamaah di Sekolah
Ada beberapa yang akan dibahas pada bagian ini, yaitu:
1. Pengertian Shalat Berjamaah
Shalat adalah salah satu sarana komunikasi antara hamba dengan
Tuhannya sebagai bentuk ibadah yang di dalamnya merupakan amalan yang
tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan
takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam, serta sesuai dengan syarat dan
rukun yang telah ditentukan syara’.31
Jamaah menurut bahasa adalah sekelompok manusia yang
memiliki kesamaan sifat, sehingga dapat dikatakan jamaah haji, jamaah
majelis ta’lim, dan sebagaimya. Jadi, menurut bahasa shalat jamaah adalah
shalat yang dilakukan secara kelompok.
Shalat jamaah adalah shalat yang dikerjakan secara bersama-sama
di bawah pimpinan imam.32 Dalam shalat jama’ah ada dua unsur dimana
salah satu diantara mareka sebagai pemimpin yang disebut dengan imam
dan ma’mum.33 Kedua unsur ini merupakan ketentuan dalam melaksanakan
shalat berjamaah.
Shalat jamaah lebih baik (afdhal) karena mengandung hikmah yang
sangat besar, diantaranya: terdapat semangat persaudaraan (ukwah),
menambah semangat untuk melaksanakan ibadah, suasana kebersamaan dan
31 Imam Bashri Assayuthi, Fiqih Shalat (Jakarta: Lentera, 1997), hal. 3032 Cyrl Glasse, Ensiklopedi Islam, tarj. Ghufron A. Mas’adi (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1999). hlal. 48733 Muhammad Baqir al-Habsyi, Fiqh Praktis Menurut al-Qur’an As-Sunnah dan
Pendapat Para Ulama (Bandung: Mizan, 1999), hal. 193
25
keteraturan di bawah pimpinan seorang imam.34 Umat muslim laki-laki
maupun perempuan yang berhimpun di suatu tempat (masjid) itu berdiri
berbaris, sebaris atau beberapa baris dan memilih salah satu dari mereka
(laki-laki) sebagai imam. Shalat lima waktu bagi laki-laki dengan berjamaah
di masjid, itu lebih baik dari pada shalat berjama’ah di rumah, sebagaimana
sabda Rasulullah Saw dari Abu Hurairah yaitu:
لھ في الجنة نزلا كلما غدا أو راح .من غدا إلى المسجد أو راح، أعد الله
“Barangsiapa yang pergi ke masjid atau kembali (darinya) makaAllah akan membersiapkan baginya sambutan dariAllah Subhanahu wa Ta’ala di surga setiap kali dia berangkat ataukembali.” (H.R. Bukhari dan Muslim)35
Maksud dari hadits di atas yaitu orang yang pergi ke masjid untuk
melaksanakan shalat berjamaah, maka setiap langkahnya mendapat pahala
baik ketika menuju masjid ataupun kembali dari masjid.
2. Hukum Shalat Berjamaah
Jumhur ulama sependapat bahwa shalat berjama’ah secara umum
adalah lebih afdhal dari pada shalat sendirian, namun dalam keadaan-
keadaan tertentu, para ulama berbeda pendapat tentang hukum shalat
jamaah, yaitu :
a. Menurut Malikiyah, bahwa shalat berjamaah adalah sunnah muakkad dan
fardhu kifayah. Maksud dari sunnah muakkad adalah ibadah sunnah yang
sifatnya sangat dianjurkan untuk dilaksanakan, sedangkan fardhu kifayah
34 Imam Ahmad Ibnu Hambal, Betulkah Shalat Anda, tarj. Umar Hubeis Bey Arifin (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), hal. 125
35 Imam An-Nawawi, Riyadhus Shalihin (Solo: Insan Kamil, 2011), hal. 487
26
adalah kewajiban yang apabila sudah ada yang mengerjakan maka yang
lainnya gugur (tidak mendapatan dosa).
b. Menurut Hanabilah berpendapat wajib ‘ain atas orang-orang laki-laki
yang dapat melaksanakannya walaupun dalam keadaan musafir dan
keadaan takut. Maksud dari fardhu ‘ain adalah kewajiban bagi setiap
individu untuk melaksanakan shalat berjamaah.
c. Menurut Syafi’iyyah, menentukan kewajiban sebagai fardhu a’in, bila
tidak ada disuatu kota atau desa selain dua orang muslim yang dapat
berjama’ah, maka bagi mereka wajib melaksanakan tiap shalat fardhu
dengan jamaah, agar mempertahankan syi’ar Islam dan sunnah Nabi,
apabila jamaah sudah melaksanakan maka berbalik hukumnya menjadi
fardhu kifayah. Maksud dari fardhu ‘ain adalah kewajiban bagi setiap
individu untuk melaksanakan shalat berjamaah. Sedangkan fardhu
kifayah adalah kewajiban yang apabila sudah ada yang mengerjakan
maka yang lainnya gugur (tidak mendapatan dosa).
d. Menurut Hanafiyah, berpendapat bahwa shalat jamaah adalah sunnah
muakkadah hampir sama dengan wajib, berdosalah siapa yang biasa
meninggalkanya.36 Sunnah dari sunnah muakkad disini adalah ibadah
sunnah yang sifatnya sangat dianjurkan untuk dilaksanakan.
36 Imam Ahmad Ibnu Hambal, Betulkah Shalat Anda ... hal. 130
27
3. Dasar perintah shalat berjamaah
Hal yang mendasari untuk melaksanakan shalat berjamaah baik untuk laki-
laki ataupun perempuan yaitu Al-Quran dan hadits, sebagaimana uraian
berikut:
a. Al-Quran
Ada beberapa ayat dan surat yang dapat diambil menjadi dasar shalat
berjamaah antara lain:
1) Firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah:43, yaitu:
اكعین كاة واركعوا مع الر لاة وآتوا الز وأقیموا الص ...
Artinya: ... Dan dirikanlah shalat, tunaikan zakat dan rukuklah beserta
orang-orang yang rukuk. (QS. Al-Baqarah:43)
Kandungan dari ayat tersebut yaitu terimalah ajakan untuk beriman, lalu
kerjakan shalat dengan rukun yang benar dan berikanlah zakat kepada
orang-orang yang berhak menerimanya. Shalatlah berjamaah dengan orang-
orang muslim agar kalian mendapatkan pahala shalat dan pahala jamaah.
Hal ini menuntut kalian untuk menjadi orang-orang muslim.37
2) Firman Allah SWT dalam QS. An-Nisaa’: 102, yaitu:
... ك ع م م ھ ن ة م ف ائ م ط ق ت ل ف ة لا م الص ھ ت ل م ق أ م ف یھ ت ف ن ا ك ذ إ و ...
Artinya: Apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu)lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, makahendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu.
37 Syaikh Prof. Dr. ‘Abdur Razzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-Badr, https://tafsirq.com/2-al-baqarah/ayat-43#tafsir-quraish-shihab, diakses pada tanggal 15 Juni 2017
28
Isi dari ayat di atas yaitu ketika kamu (Rasulullah) sedang berada di tengah-
tengah mereka, kemudian datang waktu shalat, kalian harus tetap berhati-
hati dan waspada terhadap musuh dengan mengelompokkan umat Islam ke
dalam dua kelompok. Kelompok pertama melakukan shalat bersamamu,
sedang yang lain berada di belakang sambil memegang senjata untuk
berjaga-jaga.38
b. Hadits
Hadits menjadi suatu dasar dari pelaksanaan shalat berjamaah, yaitu:
1) Hadists riwayat Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad ibn
Hanbal dan Malik dari ‘Abdullah ibn ‘Umar dengan lafadz riwayat
Bukhari.
علیھ وسلم قال صلاة الجماعة ت صلى الله بن عمر أن رسول الله فضل عن عبد الله
صلاة الفذ بسبع وعشرین درجة
“Dari Abdillah bin Umar, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda
“Shalat jamaah lebih utama yaitu 27 derajat daripada shalat sendirian.”
Hadist di atas dapat disimpulkan, bahwa shalat berjamaah lebih baik
daripada shalat sendirian, perbandingan keduannya yaitu 27:1. Dengan
demikian, maka disarankan kepada setiap muslim untuk melaksanakan
shalat lima waktu dengan berjamaah.
38 Syaikh Prof. Dr. ‘Abdur Razzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-Badr, https://tafsirq.com/4-an-nisa/ayat-102#tafsir-quraish-shihab, diakses pada tanggal 15 Juni 2017
29
4. Aspek Keaktifan Shalat Berjamaah
Keaktifan shalat berjamaah bisa dilihat dari tiga aspek yaitu:
a. Pahala
Shalat berjama’ah merupakan amalan yang penuh pahala bagi
seorang muslim, bahkan sejak sebelum memulai berjama’ah, karena
langkah-langkah orang yang keluar untuk shalat berjama’ah sudah suatu
amal kebaikan yang ditulis bahkan para malaikat saling berebutan untuk
menulisnya. Berjalan kaki untuk shalat berjama’ah adalah termasuk amal
yang didapatkan oleh seorang hamba dengan karunia Allah, jaminan
hidup dengan baik dan mati dengan baik. Demikian juga shalat
berjama’ah termasuk amal yang dengan melakukannya kesalahan
diampuni dan derajat dinaikkan. Itu bukan hanya ketika berangkat ke
masjid saja melainkan demikian juga ketika pulang kembali dari
masjid.39
Pahala shalat berjamaah dengan pahala 27 (dua puluh tujuh)
derajat dibandingkan shalat sendirian yang pahalanya hanya 1 derajat.
Hukum melaksanakan shalat berjamaah yaitu sunnah, akan tetapi
meskipun hukumnya sunnah muakkad, yaitu sunnah yang sangat
dianjurkan untuk dilaksanakan oleh umat Islam. Dengan demikian,
shalat berjamaah harus diaktifkan di sekolah maupun di rumah.
39 Fadlal Ilahi, Menggugat Kesunnatan Shalat Berjamaah, (Yogyakarta: Pustaka ahima,2004), hal. 11.
30
b. Disiplin waktu
Rahasia dan hikmah shalat berjamaah itu sungguh banyak, salah
satunya seperti halnya dapat mendisiplinkan waktu. Dengan shalat
berjamaah seseorang bisa mengatur waktu yakni menghindari orang-
orang dari sifat lupa, menyempurnakan shalat yang msih kurang
sempurna, berkumpulnya dengan orang-orang alim orang-orang awam
dapat mengetahui apa yang belum diketahui baik mengenai dunia
maupun akhirat, dapat membiasakan umat mentaati pemimpinya,
menumbuhkan rasa persamaan dan persaudaraan, serta membiasakan
bersatu dan tolong-menolong.40
Dengan demikian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa shalat
berjamaah dapat mendisiplinkan waktu yakni dengan shalat berjamaah
seseorang dapat membiasakan dirinya melakukan sesuatu tepat waktu,
hal itu terjadi karena kebiasaan dalam melaksanakan shalat berjamaah.
c. Kesehatan,
Secara umum ibadah dapat memperkuat tingkat kekebalan tubuh
karena menyugesti seseorang untuk sabar, tahan terhadap berbagai
cobaan dengan jiwa yang toleran dan ridha. meskipun cara kerja
pengaruh hal ini masih belum begitu jelas bagi para ilmuan, akan tetapi
cukup banyak bukti atas hal itu, yang sering disebut sebagai dominasi
akal terhadap tubuh. Bisa jadi melalui hormon-hormon alami yang
dikirim otak ke dalam tubuh dimana orang-orang yang rajin shalat
40Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Shalat: Edisi Lengkap(Semarang: Pustaka Rizki, 2001), hal. 380-383.
31
memiliki alat kekebalan tubuh yang lebih aktif daripada mereka yang
tidak melakukannya.
Di samping itu, ada beberapa hasil riset medis yang
memfokuskan pada gerakan-gerakan shalat, meliputi:
1) Takbiratul ihram, berhasiat melancarkan aliran darah, getah bening
(limfe) dan kekuatan otot lengan.
2) Rukuk, bermanfaat untuk menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi
tulang belakang (corpus vertebrae) sebagai penyangga tubuh dan
pusat syaraf.
3) I’tidal, yang merupakan variasi postur setelah rukuk dan sebelum
sujud merupakan latihan pencernaan yang baik.
4) Sujud, aliran getah bening dipompa ke bagian leher dan ketiak dan
posisi jantung di atas otak menyebabkan darah kaya oksigen bisa
mengalir maksimal ke otak, maka aliran ini berpengaruh pada daya
pikir seseorang.
5) Iftirosy (tahiyyat awal), Saat iftirosy kita bertumpu pada pangkal paha
yang terhubung dengan syaraf nervus Ischiadius, posisi ini
menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering menyebabkan
penderitanya tidak mampu berjalan.
6) Duduk tawarruk sangat baik bagi pria sebab tumit menekan aliran
kandung kemih (urethra), kelenjar kelamin pria (prostata) dan saluran
vas deferens, jika dilakukan dengan benar, postur irfi mencegah
impotensi.
32
7) Salam, berupa memutarkan kepala ke kanan dan ke kiri secara
maksimal, bermanfaat sebagai relaksasi otot sekitar leher dan kepala
untuk menyempurnakan aliran darah di kepala yang bisa mencegah
sakit kepala dan menjaga kekencangan kulit wajah.41
Dari sini bisa disimpulkan, bahwa tidak terlalu sulit dipahami
jika orang yang intens komunikasinya dengan Allah, melalui shalat
yang khusyu’ sebagai sarananya, akan berhasil mencapai kemenangan
dan keberhasilan di berbagai sendi kehidupan. Sebab, pada saat shalat
seorang hamba sedang ada dalam komunikasi langsung dengan
sumber energi dan kekuatan, yaitu Allah SWT. Jika kita sudah dekat
dengan sumber energi dan sumber kekuatan itu, maka dengan izin-
Nya energi dan kekuatan itu akan mengalir ke dalam diri kita.
Sehingga dari sana kemenangan dunia dan akhirat yang kita cita-
citakan insyaallah bisa dicapai.
5. Pelaksanaan Shalat Jamaah
Dalam pelaksanaan sholat berjamaah terdiri dari imam dan
makmum. Seorang imam biasanya adalah orang yang baik dalam shalatnya,
orang-orang yang berhati-hati mengerjakan shalat, yang memperbaiki cara-
cara shalat, agar mendapat pahala orang-orang yang menjadi pengikut
41Masduki H. Zainal, Tuntunan Shalat Lengkap dan Praktis( cetakan keempatbelas, juli
2006 ), Pustaka SM, Yogyakarta 2006
33
(makmum) dan bukan mendapat dosa dari kesalahan orang yang berada di
belakangnya.42
Seorang yang boleh dipilih menjadi imam jamaah memiliki sifat
utama sebagai berikut:
a. Dapat menunaikan amanah Allah, memelihara diri dari perbuatan fasik,
dan tidak secara terus menerus terlibat dengan dosa kecil.
b. Terpelihara dari sikap ujub dan takabur, merasa diri lebih dari
makmumnya. Jangan merasa diri lebih pintar, lebih tinggi derajatnya dari
mereka yang berada di belakangnya. Dan perasaan ujub tersebut dapat
menghilangkan pahala shalatnya.
c. Mempunyai sifat tahu diri, dapat menimbang-nimbang, apakah jamaah
menyukai dia selaku imam. Bila merasa ada yang tidak menyukai
dirinya, sebaiknya dia mengundurkan diri dan mempersilahkan anggota
jamaah lain bertindak selaku imam.43
Sedangkan syarat menjadi imam shalat berjamaah sebagai berikut:
a. Beragama Islam
b. Baligh
c. Suci dari hadats dan najis
d. Lebih mengerti serta lebih fashih tentang Al-Qur'an dan mengetahui
rukun-rukun shalat.
e. Lebih tua atau yang lebih dahulu Islamnya.
f. Lebih dicintai, dengan kecintaan yang dibenarkan oleh agama.44
42 Imam Ahmad Ibnu Hambal, Betulkah Shalat Anda..., hal. 3543 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Shalat: Edisi ..., hal. 453.44 https://salampathokan.blogspot.co.id/2013/01/syarat-menjadi-imam-dalam-shalat.html