bab i pendahuluan a. latar belakang masalaheprints.ums.ac.id/62311/3/4. bab i - pendahuluan.pdf ·...

36
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Islam harus mampu membentuk peserta didik untuk membangun dirinya sendiri, dengan membekali peserta didik agar mampu hidup dengan kemampuan masing-masing. Semakin maraknya angka pengangguran disetiap jenjang pendidikan dan pemberitaan di televisi terkait pembegalan, pencurian, perampokan, dan penyelundupan narkoba merupakan salah satu akibat dari lemahnya ekonomi dan keimanan seseorang, sehingga menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan uang. Selain itu, mereka juga kurang mengembangkan keterampilan sehingga kurang mampu bersaing di era modern yang penuh dengan ide kreativitas dan inovasi. Fenomena-fenomena tersebut menuntut khususnya pada dunia pendidikan Islam untuk mengembangkan kemandirian peserta didik. Sebagai lembaga pendidikan tradisional di Negara Indonesia, Pondok Pesantren masih tetap konsisten dalam mendidik peserta didiknya menggunakan sarana keteladanan, penciptaan lingkungan yang kondusif, pembiasaan yang baik, serta kegiatan yang terarah dalam mengembangkan kemandirian peserta didiknya dalam berprilaku sehari-hari. 1 Dalam mengimplementasikan kemandirian di Pondok Pesantren terhadap santri, tidak cukup dengan mengandalkan ceramah dan pengarahan, namun juga dikuatkan dengan keteladanan dan penciptaan miliu yang kondusif, sehingga semua apa yang dilihat peserta didik dan didengarkannya 1 Ahmad Suharto, Senarai Kearifan Gontory (Kata Bijak Para Perintis dan Masyayikh Gontor), (Yogyakarta: YPPWP Guru Muslich, 2016), hlm.127

Upload: phunghanh

Post on 07-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/62311/3/4. BAB I - PENDAHULUAN.pdf · baik dalam memperjuangkan masa depannya yang gemilang, dan mampu berdiri ... (latihan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Islam harus mampu membentuk peserta didik untuk

membangun dirinya sendiri, dengan membekali peserta didik agar mampu hidup

dengan kemampuan masing-masing. Semakin maraknya angka pengangguran

disetiap jenjang pendidikan dan pemberitaan di televisi terkait pembegalan,

pencurian, perampokan, dan penyelundupan narkoba merupakan salah satu akibat

dari lemahnya ekonomi dan keimanan seseorang, sehingga menghalalkan

berbagai cara untuk mendapatkan uang. Selain itu, mereka juga kurang

mengembangkan keterampilan sehingga kurang mampu bersaing di era modern

yang penuh dengan ide kreativitas dan inovasi. Fenomena-fenomena tersebut

menuntut khususnya pada dunia pendidikan Islam untuk mengembangkan

kemandirian peserta didik.

Sebagai lembaga pendidikan tradisional di Negara Indonesia, Pondok

Pesantren masih tetap konsisten dalam mendidik peserta didiknya menggunakan

sarana keteladanan, penciptaan lingkungan yang kondusif, pembiasaan yang baik,

serta kegiatan yang terarah dalam mengembangkan kemandirian peserta didiknya

dalam berprilaku sehari-hari.1 Dalam mengimplementasikan kemandirian di

Pondok Pesantren terhadap santri, tidak cukup dengan mengandalkan ceramah

dan pengarahan, namun juga dikuatkan dengan keteladanan dan penciptaan miliu

yang kondusif, sehingga semua apa yang dilihat peserta didik dan didengarkannya

1 Ahmad Suharto, Senarai Kearifan Gontory (Kata Bijak Para Perintis dan Masyayikh

Gontor), (Yogyakarta: YPPWP Guru Muslich, 2016), hlm.127

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/62311/3/4. BAB I - PENDAHULUAN.pdf · baik dalam memperjuangkan masa depannya yang gemilang, dan mampu berdiri ... (latihan

2

berupa gerakan dan suara-suara, merupakan faktor pendukung dalam

meningkatkan kemandirian santri di Pondok Pesantren.

Tujuan implementasi kemandirian santri di Pondok Pesantren,

sebenarnya mengarahkan santri agar mampu memiliki akhlak yang mulia,

mengabdi kepada masyarakat, memiliki kemandirian, memiliki prilaku dan sikap

yang selalu beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, memiliki keteguhan dalam

berprilaku, dan mampu menegakkan agama Islam, baik bagi dirinya sendiri

maupun bagi masyarakatnya, serta mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan

kepribadian dirinya sendiri.2

Kemandirian yang diterapkan di Pondok Pesantren, merupakan

pengenjawatahan dari filsafat kepompong, dimana santri berevolusi menjadi lebih

baik dalam memperjuangkan masa depannya yang gemilang, dan mampu berdiri

sendiri tanpa mengharapkan santunan orang lain untuk keluar dari belunggu

kepompong, karena disitu ada proses penguatan daya tahan, daya juang, daya

saing, daya suai, dan daya kreatif. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ahmad

Suharto, bahwa:

“Pondok Pesantren mengutamakan pendidikan kemandirian, mendidik santri

untuk selalu “al-I’timad alan nafsi”, pandai menolong diri sendiri, tidak

bergantung dengan orang lain, tetapi selalu belajar untuk mencukupi

kebutuhan diri sendiri. Santri yang terdidik menolong diri sendiri, dapat

menghadapi masa depan dengan penuh harapan, jalan hidup terbentang luas

di mukanya. Sebaliknya pemuda yang tidak percaya pada dirinya, dia

senantiasa was-was dan ragu-ragu, serta tidak akan mendapat kepercayaan

dari masyarakat, sedang dia sendiri tidak percaya kepada dirinya sendiri”.3

2 Ahmad Muthohar, Pesantren di Tengah Arus Ideologi-ideologi Pendidikan,

(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2007), hlm.19 3 Ahmad Suharto, Melacak Akar Filosofis Pendidikan Gontor (Kajian Metamorfosis

Syajarah Thayyibah Gontor), (Yogyakarta: Nabela, 2017),

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/62311/3/4. BAB I - PENDAHULUAN.pdf · baik dalam memperjuangkan masa depannya yang gemilang, dan mampu berdiri ... (latihan

3

Hal diatas, diperkuat dengan Undang-Undang No.20, Tahun.2003,

tentang sistem pendidikan Nasional, Bab.2, Pasal:3, bahwa:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab”.4

Berdasarkan ungkapan Ahmad Suharto dan Undang-Undang diatas,

sebenarnya kemandirian santri yang ditekankan di Pondok Pesantren dan Negara

Indonesia memiliki kesamaan dalam pencapaiannya, yaitu agar santri mampu

berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain menghadapi segala rintangan

problematika kehidupannya sehari hari, membentuk kepribadian mandiri, percaya

pada kemampuan dan potensi diri sendiri, hingga mandiri dalam belajar, dalam

berpikir, dan pengembangan diri sendiri. Dan untuk memopang kemandirian

santri juga dibekali dengan berbagai macam ilmu, wawasan, kepernahan

pengalaman, keterampilan, dan kecakapan, namun penekanannya tetap pada

mental skill dan bukan job skill. Sebagaimana firman Allah SWT, dalam surat Al-

Insyirah, Ayat:5-6, yang berbunyi:

(6) يسرا العسر مع إن ( 5) فإن مع العسر يسراArtinya:

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya

sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (Q.S Al-Insyirah: 5-6)5

Kemandirian santri merupakan suatu sikap yang sangat diperlukan oleh

santri dalam menjalani aktivitas kehidupannya, sebaliknya ketergantungan kepada

4 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: CV. Eko Jaya, 2003), hlm.7

5 Tim Kreatif al-Ikhlâs, Al-Qur’an Terjemah Al-Ikhlâs, (Jakarta Pusat: Samad, t.h), hlm.

596

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/62311/3/4. BAB I - PENDAHULUAN.pdf · baik dalam memperjuangkan masa depannya yang gemilang, dan mampu berdiri ... (latihan

4

orang lain adalah sifat yang kurang baik bagi santri, karena santri akan melahirkan

sifat malas dan lemah semangat serta enggan berusaha, yang pada akhirnya akan

merugikan santri sendiri dan orang lain, karena santri pada hakekatnya adalah

“sendiri”, akan kembali ke asalnya sendiri, dan mempertanggung jawabkan semua

amalnya juga sendiri, tanpa ada seorangpun yang sanggup membantu dan

menemani santri tersebut.6

Santri dalam kehidupan sehari-hari, tidak akan selamanya

menggantungkan hidupnya pada orang lain. Tidak ada yang hidup abadi di dunia

ini. Oleh sebab itu, santri hendaknya dididik untuk mampu mandiri, dengan

dibiasakan untuk mengerjakan sesuatu yang sudah dapat dilakukannya sendiri.

Namun, dalam hal ini kemandirian santri jika tidak didukung dengan pendidikan

life skill maka tidak akan berjalan dengan baik, karena pendidikan life skill

merupakan pendukung dan penunjang dalam membentuk kepribadian santri untuk

lebih mandiri (dapat menghidupi diri sendiri bahkan orang lain dengan life skill

yang dimilikinya).7 Sebagaimana firman Allah SWT, dalam surat An-Nisa, ayat:9,

yang berbunyi:

عليهم ف لي ت قوا الل ولي قولوا وليخش الذين لو ت ركوا من خلفهم ذرية ضعافا خافوا (9) ق ول سديدا

Artinya:

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya

meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka

khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka

6 Juwariyah, Pendidikan Moral dalam Puisi Imam Syafi’i dan Ahmad Syauqi,

(Yogyakarta: Bidang Akademik, 2008), hlm.174 7 Helmawati, Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2014), hlm.164

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/62311/3/4. BAB I - PENDAHULUAN.pdf · baik dalam memperjuangkan masa depannya yang gemilang, dan mampu berdiri ... (latihan

5

bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang

benar. (Q.S An-Nisa : 9)8

Hal di atas, sangalah penting untuk dilaksanakan dalam meningkatkan

kemandirian santri, dikarenakan adanya kecenderungan dikalangan pendidik saat

ini, terlalu banyak memberikan proteksi yang tinggi kepada santrinya dalam

melakukan apapun yang ingin mereka lakukan, dan cenderung berlebihan, yang

mengakibatkan santri terlalu bergantungan terhadap bantuan orang lain.9

Sebagaimana firman Allah SWT, dalam surat Ar-Raad, Ayat:11, yang berbunyi:

بات من ب ي يديه ومن خلفه يفظونه من أمر الل إن الل ل ي غي ما بقوم *له معقوا ما بن فسهم وإذا أراد الل بقوم سوءا فال مرد له وما لم من دونه من حت ي غي

(11) وال

Artinya:

Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya

bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah

Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum

sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah

menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat

menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (Q.S Ar-Raad:

11)10

Dari ayat tersebut menegaskan bahwa Allah SWT tidak merubah nasib

suatu kaum, sebelum kaum itu yang gigih mengubah nasibnya sendiri. Manusia

diberi kemampuan oleh Allah SWT untuk mengubah nasibnya sendiri.11

Artinya

kita sebagai manusia tanpa disadari telah diberikan life skill oleh Allah SWT, agar

mampu untuk hidup mandiri dalam mengarungi kehidupan di dunia ini dan

8 Tim Kreatif al-Ikhlâs, Al-Qur’an Terjemah Al-Ikhlâs, (Jakarta Pusat: Samad, t.h), hlm.

78 9 Ngainun Naim, Character Building, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm.164

10 Tim Kreatif al-Ikhlâs, Al-Qur’an Terjemah Al-Ikhlâs, (Jakarta Pusat: Samad, t.h),

hlm. 250 11

Abdullah Gymnastiar, Malu jadi Benalu, (Bandung: MQ Publishing, 2003), hlm.12

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/62311/3/4. BAB I - PENDAHULUAN.pdf · baik dalam memperjuangkan masa depannya yang gemilang, dan mampu berdiri ... (latihan

6

berusaha agar tidak bergantung kepada orang lain. Jika ingin sukses maka kita

perlu berusaha untuk meraihnya, tidak hanya berdiam menunggu bantuan orang

lain.

Pondok Pesantren, sebagaimana tertuang pada, Peraturan Pemerintah,

No.55, Tahun.2007, tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan

dalam Pasal.1, yang berbunyi:

“Lembaga pendidikan keagamaan Islam berbasis masyarakat yang

menyelenggarakan pendidikan diniyah atau secara terpadu dengan jenis

pendidikan lainnya. Sebagai lembaga pendidikan, pendidikan di pesantren

ditujukan untuk menanamkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT,

akhlak mulia, serta tradisi pesantren untuk mengembangkan kemampuan,

pengetahuan, dan life skill peserta didik untuk menjadi ahli ilmu agama

Islam dan menjadi muslim yang memiliki life skill untuk membangun

kehidupan yang islami di masyarakat”.12

Salah satu Pondok Pesantren yang di dalam kesehariannya, menanamkan

pendidikan life skill dalam meningkatkan kemandirian santrinya yaitu: Pondok

Modern Darussalam Gontor Putra II Madusari Siman Ponorogo. Dimana

penanaman pendidikan life skill di Pondok ini, mengarah kepada aspek

pembentukan perilaku yang dilaksanakan dengan pendidikan by talking and by

doing, pemberian tugas, pembiasan, pelatihan, pengawalan, dan penciptaan miliu.

Tujuaannya adalah untuk mewujudkan generasi yang unggul demi terwujudnya

khairu ummah yang berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas, dan

berpikiran bebas, serta mampu menjadi warga Negara Indonesia yang selalu

beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

Penanaman pendidikan life skill dalam meningkatkan kemandirian santri

baru di Pondok Modern Darussalam Gontor Putra II (PM Gontor Putra II)

12

Suryadharma Ali, Mengawal Tradisi Meraih Prestasi; Inovasi dan Aksi Pendidikan

Islam, (Malang: UIN-Maliki Press, 2013), hlm.159-160

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/62311/3/4. BAB I - PENDAHULUAN.pdf · baik dalam memperjuangkan masa depannya yang gemilang, dan mampu berdiri ... (latihan

7

diterapkan dengan sistem klasikal dan berasrama penuh, dimana kyai sebagai

sentral figurnya dan masjid sebagai pusat miliu yang menjiwai dan pusat kegiatan,

keteladanan figuritas kyai dalam segala hal, pembinaan hidup berasrama dengan

mengandalkan penciptaan miliu yang edukatif serta kegiatan yang komprehensif

selama kurang lebih 24 jam, baik akademis maupun non akademis.

Penanaman pendidikan life skill PM Gontor Putra II, dilakukan dengan

menciptakan berbagai macam kegiatan, meliputi: kepramukaan, kesenian,

keterampilan, muhadhoroh (latihan pidato), muhadhasah (percakapan bahasa

Arab dan Inggris), olahraga, dan keorganisasian. Semua kegiatan tersebut,

dijalankan oleh santri sendiri dan terbimbing oleh Dewan Guru di PM Gontor

Putra II, sehingga dapat memberikan bekal bagi santri untuk kehidupan yang

aplikatif dan dapat menjadi sumber inspirasi bagi santri ketika kembali ke

masyarakat serta dapat terlaksana dengan terencana, terarah, dan terpantau.

Jadi, penanaman pendidikan life skill dalam meningkatkan kemandirian

santri baru di PM Gontor Putra II, dilakukan dengan berbagai macam kegiatan,

dimana kegiatan tersebut, diyakini dapat menumbuhkan dinamika kehidupan

santri yang tinggi, membentuk kepribadian santri yang militansi, menimbulkan

kreatifitas dan produktivitas santri, serta menimbulkan etos kerja santri yang

tinggi. Pada akhirnya, santri PM Gontor Putra II akan mempunyai kemandirian

yang dinamis, kreatif, dan produktif.

Berdasarkan uraian diatas, maka tertarik untuk melakukan penelitian,

dengan judul “Penanaman Pendidikan Life Skill dalam Meningkatkan

Kemandirian Santri Baru di Pondok Modern Darussalam Gontor Putra II

Madusari Siman Ponorogo”.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/62311/3/4. BAB I - PENDAHULUAN.pdf · baik dalam memperjuangkan masa depannya yang gemilang, dan mampu berdiri ... (latihan

8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan konteks penelitian yang telah dipaparkan di atas, masalah

pokok yang hendak dijawab dalam penelitian ini adalah penanaman pendidikan

life skill untuk meningkatkan kemandirian santri barudi Pondok Modern

Darussalam Gontor Putra II, Madusari, Siman, Ponorogo. Untuk memudahkan

penelitian, maka rumusan masalah yang ingin dicari jawabannya dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi penanaman pendidikan life skill dalam meningkatkan

kemandirian santri baru di Pondok Modern Darussalam Gontor Putra II,

Madusari, Siman, Ponorogo?

2. Bagaimana implementasi penanaman pendidikan life skill dalam

meningkatkan kemandirian santri baru di Pondok Modern Darussalam

Gontor Putra II, Madusari, Siman, Ponorogo?

3. Apa saja faktor penghambat dan pendukung penanaman pendidikan life skill

dalam meningkatkan kemandirian santri baru di Pondok Modern

Darussalam Gontor Putra II, Madusari, Siman, Ponorogo?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin

dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

a. Strategi penanaman pendidikan life skill dalam meningkatkan

kemandirian santri baru di Pondok Modern Darussalam Gontor Putra

II, Madusari, Siman, Ponorogo.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/62311/3/4. BAB I - PENDAHULUAN.pdf · baik dalam memperjuangkan masa depannya yang gemilang, dan mampu berdiri ... (latihan

9

b. Implementasi penanaman pendidikan life skill dalam meningkatkan

kemandirian santri baru di Pondok Modern Darussalam Gontor Putra

II, Madusari, Siman, Ponorogo.

c. Faktor penghambat dan pendukung penanaman pendidikan life skill

dalam meningkatkan kemandirian santri baru di Pondok Modern

Darussalam Gontor Putra II, Madusari, Siman, Ponorogo.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara

kajian ilmiah maupun sebagai bentuk aplikasi secara langsung terhadap

upaya peningkatan mutu pendidikan di lembaga pendidikan Islam secara

umumnya dan Pondok Pesantren secara khususnya. Manfaat yang penelitian

ini, yaitu:

a. Manfaat secara teoritis, dapat memberikan kontribusi dalam

pengembangan keilmuan dan pengetahuan tentang penanaman

pendidikan life skill dalam meningkatkan kemandirian santri/peserta

didik di lembaga pendidikan Islam secara umumnya, dan Pondok

Pesantren secara khususnya.

b. Manfaat secara praktis, dapat memberikan contoh yang baik lembaga

pendidikan Islam secara umumnya dan Pondok Pesantren secara

khususnya tentang penanaman pendidikan life skill dalam

meningkatkan kemandirian santri dan memberikan informasi

tambahan bagi guru/pendidik tentang strategi, implementasi, dan

faktor pendukung mampun penghambat dalam menanamkan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/62311/3/4. BAB I - PENDAHULUAN.pdf · baik dalam memperjuangkan masa depannya yang gemilang, dan mampu berdiri ... (latihan

10

pendidikan life skill dalam meningkatkan kemandirian santri di

Pondok Pesantren.

D. Telaah Pustaka

Telaah pustaka ini, merujuk kepada penelitian yang sudah pernah

dilakukan sebelumnya, tetapi fokus penelitian yang peneliti lakukan berbeda

dengan yang ada, adapun penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

1. Tesis yang ditulis oleh Eka Ester Yustiningrum, dengan judul penelitiannya

“Implementasi Pendidikan Life Skill Di SMK Batik 1 Surakarta”.13

Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa perencanaan implementasi life

skill sudah tergolong tepat yang mendukung proses pelaksanaan

implementasi life skill. Kendala-kendala dalam pelaksanaan tidak terlalu

signifikan, karena mudah diatasi. Kegiatan pelaksanaan proses implementasi

life skill melalaui tahap-tahap yaitu tahap persiapan, tahap identifikasi siswa,

penyusunan program implementasi life skill, menentukan materi program

serta identifikasi sekolah. Untuk menghindari terjadinya kegagalan meminta

sumbangan pemikiran dan saran, kritik dari masyarakat melalui media atau

sarana yang representatif yaitu suatu wadah untuk duduk bersama, untuk

menampung dan mengakomodasi usul, kritik dan saran. Dalam

mengimplementasikan sistem pendidikan life skill di SMK Batik 1

Surakarta, proses pelaksanaannya mempunyai dasar yang jelas yaitu

dokumentasi dari pemerintah UUSPN No.20, Tahun 2003, UU No.25,

13

Eka Ester Yustiningrum, Implementasi Pendidikan Life Skill Di SMK Batik 1

Surakarta, Tesis, (Surakarta: Pascasarjana UMS, 2006)

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/62311/3/4. BAB I - PENDAHULUAN.pdf · baik dalam memperjuangkan masa depannya yang gemilang, dan mampu berdiri ... (latihan

11

Tahun 2000, tentang Properma, UU No.22, Tahun 1999, tentang otonomi

daerah, PP No.29, Tahun 1990, Kepmendiknas No.044/4/2002, Tanggal 2

April 2002. Jadwal kegiatan disusun secara berurutan, program manajemen

dijadwalkan lebih awal daripada operasionalisasi yaitu dengan diawali

konsolidasi dan koordinasi diteruskan peningkatan kualitas guru dan pelatih.

Evaluasi dan monitoring untuk menjaga ketercapaian sasaran program

monitoring difokuskan pada: 1) kegiatan, 2) aspek meliputi: persiapan,

pelaksanaan kegiatan, hasil-hasil waktu monitoring. Dengan tahap-tahap

yang telah dilaksanakan, maka hasil sesuai dengan yang ingin dicapai yaitu

calon tenaga yang berkualitas.

2. Tesis yang ditulis oleh Machbub Ainur Rofiq, dengan judul penelitiannya

“Pendidikan enterpreunership dan jiwa kemandirian santri di Pondok

Pesantren Sidogiri Pasuruan dan Pondok Pesantren Riyadlul Jannah Pacet

Mojokerto”.14

Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa Jiwa kemandirian

santri di Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan dan Pondok Pesantren

Riyadlul Jannah Pacet Mojokerto telah mengakar kuat. Praktek pendidikan

enterpreneurship di Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan dan Pondok

Pesantren Riyadlul Jannah Pacet Mojokerto dalam praktek kurikulum, dan

menejemennya secara keseluruhan yang meliputi sistemnya telah berjalan

dengan baik, yang berupa pengajaran di kelas, pelatihan, praktek langsung

di lapangan dengan didampingi oleh guru, tutor, dan choach yang

berpengalaman, meski memiliki kekurangan dalam praktek evaluasinya.

14

Machbub Ainur Rofiq, Pendidikan enterpreunership dan jiwa kemandirian santri di

Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan dan Pondok Pesantren Riyadlul Jannah Pacet Mojokerto,

Tesis, (Surabaya: Pascasarjana UIN Sunan Ampel, 2017)

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/62311/3/4. BAB I - PENDAHULUAN.pdf · baik dalam memperjuangkan masa depannya yang gemilang, dan mampu berdiri ... (latihan

12

3. Tesis yang ditulis oleh Jamal Ripani, dengan judul penelitiannya

“Manajemen Strategi Pelaksanaan Life Skills Santri di Pondok Pesantren

Darul Ilmi Banjarbaru”.15

Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa

pelaksanaan pendidikan life skills di Pondok Pesantren Darul Ilmi berjalan

tanpa ada peraturan yang khusus mengatur tentang pendidikan life skills.

Pendidikan life skills dilaksanakan dengan mengacu kepada visi, misi dan

tujuan Pondok Pesantren Darul Ilmi. Strategi yang dilaksanakan dalam

melaksanakan pendidikan life skills di Pondok Pesantren Darul Ilmi adalah

dengan cara menanamkan minat santri, mengatur pelaksanaan kegiatan,

menambah sarana yang mendukung terhadap pendidikan life skills. Problem

yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan life skills antara lain : sarana

yang kurang lengkap untuk kegiatan pendidikan life skills, waktu kegiatan

santri yang sangat padat dan belum adanya aturan dari Pondok Pesantren

Darul Ilmi yang mengatur tentang pendidikan life skills.

4. Tesis yang ditulis oleh Evi Susanti, dengan judul penelitiannya “Manajemen

pendidikan life skills dalam membina kemandirian vokasional santri (Studi

Di Pondok Pesantren Babussalam Kabupaten Kapuas)”. Penelitian ini

menghasilkan temuan bahwa manajemen pendidikan Lifeskills di pesantren

Pesantren Babussalam Kapuas dapat meningkatkan Kemandirian vokasional

santri setelah mereka keluar dari lembaga pendidikan tersebut. kemandirin

tersebut ditunjukkan dengan kemampuan berfikir dan berbuat untuk diri

sendiri, aktif, kreatif, kompeten, independen, mempunyai kecenderungan

15

Jamal Ripani, Manajemen Strategi Pelaksanaan Life Skills Santri di Pondok

Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru, Tesis, (Banjarmasin: Pascasarjana UIN Antasari, 2016)

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/62311/3/4. BAB I - PENDAHULUAN.pdf · baik dalam memperjuangkan masa depannya yang gemilang, dan mampu berdiri ... (latihan

13

memecahkan masalah, tidak merasa takut mengambil resiko dan percaya

terhadap penilaian sendiri.16

5. Tesis yang ditulis oleh Ahsanatul Khulailiyah, dengan judul penelitiannya

“Edupreneurship Sebagai Usaha Pembentukan Karakter Kemandirian

Santri (Studi Kasus di Pondok Pesantren al-Urwatul Wutsqo Jombang)”.17

Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa konsep edupreneurship yang

dilaksanakan di Pondok Pesantren al-Urwatul Wutsqo Jombang pada

mulanya berasal dari kewajiban praktik amal shaleh sebagai wadah para

santri menyalurkan bakat, keterampilan serta potensinya, yang kemudian

menjadi kegiatan wirausaha santri karena hasil yang didapat dari kegiatan

tersebut bernilai jual di masyarakat. Kedua, kegiatan edupreneurship yang

bergerak di bidang pertanian ketela ungu, perkebunan kelengkeng, dan

perikanan ikan lele serta ikan nila ini dilaksanakan oleh masing-masing

kelompok santri beserta koordinator yang membawahi sebagai penanggung

jawab kegiatan mulai dari awal kegiatan hingga proses penjualan ke

tengkulak atau pembeli. Ketiga, karakter mandiri yang ditanamkan pada

santri dalam kegiatan wirausaha ini bukan bertujuan agar dapat

meningkatkan taraf hidup pribadi, mandiri bagi santri berarti membina

mereka untuk mempersiapkan mental dalam menghadapi hidup di segala

situasi dan kondisi setelah lulus dari pesantren melalui bekal ilmu

16

Evi Susanti, “Manajemen Pendidikan Life Skills Dalam Membina Kemandirian

Vokasional Santri (Studi Di Pondok Pesantren Babussalam Kabupaten Kapuas)”, Tesis,

(Palangkaraya: IAIN Palangkaraya, 2015) 17

Ahsanatul Khulailiyah, “Edupreneurship Sebagai Usaha Pembentukan Karakter

Kemandirian Santri (Studi Kasus di Pondok Pesantren al-Urwatul Wutsqo Jombang)”, Tesis,

(Surabaya: Pascasarjana UIN Sunan Ampel, 2017)

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/62311/3/4. BAB I - PENDAHULUAN.pdf · baik dalam memperjuangkan masa depannya yang gemilang, dan mampu berdiri ... (latihan

14

pengetahuan serta keterampilan yang telah dipelajari di Pondok Pesantren

al-Urwatul Wutsqo Jombang.

6. Jurnal yang ditulis oleh Uci Sanusi, dengan judul “Pendidikan Kemandirian

di Pondok Pesantren (Studi Mengenai Realitas Kemandirian Santri Di

Pondok Pesantren Al-Istiqlal Cianjur Dan Pondok Pesantren Bahrul Ulum

Tasikmalaya)”.18

Jurnal ini menghasilkan temuan bahwa kemandirian santri

yang ditemukan diantaranya perilaku pengelolaan kehidupan sederhana

seperti makan, mencuci, dan sebagainya. Ciri minimal yang terbentuk

adalah santri tidak mengandalkan orang lain dan ini menjadi indikator

penting, dan kurikulum yang dikembangkan pada kedua pondok cukup

sederhana, tidak terstruktur dengan rapi dan tidak terdokumentasi dengan

baik. Kurikulum dan pembelajaran berjalan menurut jadwal hasil inisiatif

kyai dan para ustadznya.

7. Jurnal yang ditulis oleh Nurfina Aznam, dengan judul “Implementasi Life

Skill pada Pembelajaran Kimia Bahan Aditif”.19

Jurnal ini menghasilkan

temuan bahwa pada dasarnya Life Skill dapat diimplementasikan pada

materi pembelajaran Mata Kuliah Kimia Bahan Aditif. Materi perkuliahan

dapat disusun ke dalam pokok-pokok dan sub-pokok bahasan yang berisi

pengetahuan-pengetahuan yang diperlukan untuk memecahkan masalah-

masalah yang ada di masyarakat, dan diberi tugas-tugas yang dapat melatih

dan membekali mahasiswa dengan kecakapan serta sikap yang dapat di

manfaatkan pada kehidupan nyata. Proses pembelajaran harus dapat

18

Uci Sanusi, Pendidikan Kemandirian Di Pondok Pesantren (Studi Mengenai Realitas

Kemandirian Santri Di Pondok Pesantren Al-Istiqlal Cianjur Dan Pondok Pesantren Bahrul

Ulum Tasikmalaya, Jurnal Pendidikan Agma Islam, Ta’lim, Vol.10, No.2, Tahun 2012 19

Nufiana Aznam, Implementasi Life Skill pada Pembelajaran Kimia Bahan Aditif,

Jurnal Cakrawala Pendidikan, Juni, No.2, Tahun.2002, hlm.166-179

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/62311/3/4. BAB I - PENDAHULUAN.pdf · baik dalam memperjuangkan masa depannya yang gemilang, dan mampu berdiri ... (latihan

15

memotivasi mahasiswa, sehingga muncul ide-ide kreatif dari mahasiswa.

Selain itu, evaluasi yang diberikan harus komprehensif, karena banyak hal

yang dilakukan.

8. Jurnal yang ditulis oleh Moh. Farid Ma’ruf, dengan judul “Implementasi

Program Life Skill di Man Yogyakarta 3”.20

Jurnal ini menghasilkan temuan

bahwa program life skill telah dapat berjalan dengan baik di Mayoga serta

mendapatkan dukungan dari seluruh warga sekolah. Inilah salah satu

keunggulan yang menjadikan Mayoga mampu menjadi madrasah yang

diminati oleh masyarakat sehingga menjadi sekolah yang mampu

mendekatkan lulusannya dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Program life skill ini seyogyanya juga dilaksanakan di semua sekolah dan

madrasah agar lulusan sekolah dan madrasah di Indonesia benar-benar

menjadi lulusan yang cakap dan siap menghadapi problematika hidup dan

kehidupan secara wajar dan tanpa adanya tekanan sebagaimana makna life

skill.

9. Jurnal yang ditulis oleh Titin Suprihatin, dkk, dengan judul “Pembentukan

Life Skill Melalui Pembelajaran PKN”.21

Jurnal ini menghasilkan temuan

bahwa di SMA N 2 Pati dalam proses pembelajarannya telah menerapkan

pembelajaran yang berbasis life skill yang ditunjukkan oleh sikap siswa

yang telah mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

20

Moh. Farid Ma’ruf, implementasi program life skill di man yogyakarta 3, Jurnal

Dewantara, Volume 1 No. 1, Tahun. 2015, hlm. 78-82 21

Titin Suprihatin, dkk, Pembentukan Life Skill Melalui Pembelajaran PKN, Jurnal

Unnes Civic Education, Volume 1 , No. 1, Tahun 2012, hlm. 43-45

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/62311/3/4. BAB I - PENDAHULUAN.pdf · baik dalam memperjuangkan masa depannya yang gemilang, dan mampu berdiri ... (latihan

16

10. Jurnal yang ditulis oleh Husaini Usman, dengan judul “Model Pendidikan

Kecakapan Hidup Sebagai Alternatif Mengurangi Angka Kemiskinan”.22

Jurnal ini menghasilkan temuan bahwa anak-anak putus sekolah sangat

tertarik untuk mengikuti pelatihan. Mereka memilih pelatihan yang dapat

meningkatkan penghasilannya. Lembar kerja ternyata layak untuk materi

pelatihan. Pelatihan kecakapan hidup dapat mengentaskan masyarakat

miskin. Terdapat sejumlah kriteria pelatihan efektif. Model pelatihan

kecakapan hidup adalah efektif.

11. Jurnal yang ditulis oleh Ahmad Fauzi,M.Pd dkk, dengan judul

“Pengelolaan Pendidikan Life Skills di Pondok Pesantren Kabupaten

Pandeglang”.23

Jurnal ini menghasilkan temuan bahwa pengelolaan

pendidikan life skill dilakukan melalui tiga tahap yaitu perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi. Pada tahap perencanaan adapun langkah-langkah

yang dilakukan antara lain: a) menetapkan tujuan pendidikan life skill; b)

mengidentifikasi kebutuhan; c) penyusunan kurikulum pendidikan life skill

yang terdiri dari kurikulum penunjang akademik, keagamaan, vocasional

skill dan pengabdian masyarakat. Sedangkan pada tahap pelaksanaan

langkah-langkah yang dilakukan antara lain: a) pengorganisasian santri; b)

pengelolaan kelas, dan sarana prasarana dan fasilitas pembelajaran life skill.

Terakhir pada tahap evaluasi pendidikan life skill menggunakan evaluasi

hasil kerja yang menekankan pada kemampuan santri dalam

mentransformasikan nilai-nilai ajaran agama melalui ilmu dari pesantren di

22

Husaini Usman, Model Pendidikan Kecakapan Hidup Sebagai Alternatif Mengurangi

Angka Kemiskinan, Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 17, Nomor 1, Tahun 2010, hlm. 7-14 23

Ahmad Fauzi,M.Pd dkk, Pengelolaan Pendidikan Life Skills di Pondok Pesantren

Kabupaten Pandeglang, Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 2. No 2, Tahun 2017, Hlm. 116-213

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/62311/3/4. BAB I - PENDAHULUAN.pdf · baik dalam memperjuangkan masa depannya yang gemilang, dan mampu berdiri ... (latihan

17

masyarakat. Dalam penerapan pendidikan life skills di Pondok Pesantren

Kabupaten Pandeglang menggunakan beberapa pinsip, antara lain: a) Etika

sosio-religius b) menggunakan prinsip learnig to know, lerning to do,

learning to be, dan learning to life together c) tetap menggunakan beberapa

metode khas pesantren, akan tetapi melakukan pengkombinasian dengan

metode-metode modern; d) Potensi daerah sekitar pesantren dapat

direfleksikan dalam penyelenggaraan kecakapan hidup (life skills) di

pesantren; dan e) Paradigma learning for life learning to work dapat

dijadikan sebagai dasar pendidikan, sehingga terjadi pertautan antar

pendidikan dengan kebutuhan nyata para santri.

12. Jurnal yang ditulis oleh Susi Ratnawati & Indah Noviandari, dengan judul

“Model Life Skill Berbasis Potensi Ekonomi Lokal Bagi Mantan Penderita

Kusta Sebagai Upaya Pengentasan Kemiskinan”.24

Jurnal ini menghasilkan

temuan bahwa Pemberian kesempatan dan peningkatan kemampuan

penduduk miskin mantan penderita kusta menyangkut : kemudahan untuk

memperoleh sumber daya, peningkatan keterampilan Life Skill,

pendayagunaan kemajuan teknologi, memanfaatkan pasar secara terus

menerus, serta mendapatkan layanan dari berbagai sumber pembiayaan.

Model Implementasi Life Skill Berbasis Potensi Ekonomi lokal adalah

sebagai berikut : 1) wawasan, pola pikir dan sikap mental warga belajar

dikembangkan sehingga mampu mengoptimalkan potensi yang dimilikinya,

merubah tantangan menjadi peluang bagi peningkatan kehidupannya, 2)

Peningkatan mutu tim fasilitasi terhadap pelaksanaan program pendidikan

24

Susi Ratnawati & Indah Noviandari, Model Life Skill Berbasis Potensi Ekonomi

Lokal Bagi Mantan Penderita Kusta Sebagai Upaya Pengentasan Kemiskinan, Jurnal Jurnal

Kebijakan dan Manajemen Publik Vol.3, No.1 Tahun 2012:, Hlm. 1-11.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/62311/3/4. BAB I - PENDAHULUAN.pdf · baik dalam memperjuangkan masa depannya yang gemilang, dan mampu berdiri ... (latihan

18

kecakapan hidup guna memantau dan memberikan supervisi terhadap

program sehingga mencapai tujuan yang diharapkan, 3) bentuk

Pendampingan dikembangkan guna mendukung program pendidikan

kecakapan hidup, 4) optimalisasi peran berbagai instansi untuk

melaksanakan dan mengembangakan program kecakapan hidup, sesuai

dengan karakteristik dan potensi daerah.

13. Jurnal yang ditulis oleh Ir. Abdul Malik, MP, dkk, dengan judul

“Peningkatan Kemandirian Santri dan Pondok Pesantren Nurul Falah

Muhammadiyah Melalui Penerapan Pengelolaan Usaha Teknologi

Pertanian”.25

Jurnal ini menghasilkan temuan bahwa Secara umum

kurikulum yang diajarkan di PONPES tidak mampu mengembangkan ilmu

agamanya (berdakwah) di masyarakat dikarenakan mereka kesulitan

ekonomi. Melihat banyaknya kenyataan para lulusan PONPES yang

mengalami kondisi tersebut diatas, maka Pimpinan Ranting Muhammadiyah

Desa Godong Kecamatan Gudo Jombang, pada tahun 2009, mendirikan

Pondok Pesantren “Nurul Falah. Dikelola ustad Mahmud Fauzi, lulusan

pondok pesantrem Gontor dan lulusan perguruan tinggi di Arab Saudi.

Pondok Pesantren Nurul Falah ini baru mempunyai santri satu angkatan

yang berjumlah 10 orang. Untuk kurikulum yang dikembangkan diarahkan

pada dua target yaitu menghasilkan lulusan yang memiliki keahlian bidang

agama dan memiliki kemandirian dibidang ekonomi. Dan untuk mencapai

target kedua yakni para santri memiliki ketrampilan dibidang ekonomi dan

mempunyai jiwa kewirasusahaan, Pondok Pensantren telah membangun

25

Ir. Abdul Malik, MP, dkk, Peningkatan Kemandirian Santri dan Pondok Pesantren

Nurul Falah Muhammadiyah Melalui Penerapan Pengelolaan Usaha Teknologi Pertanian, Jurnal

Dedikasi Volume. 8, Tahun 2011, hlm. 1-5

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/62311/3/4. BAB I - PENDAHULUAN.pdf · baik dalam memperjuangkan masa depannya yang gemilang, dan mampu berdiri ... (latihan

19

beberapa fasilitas praktik bisnis seperti, kolam lele, kandang ayam ayam

kampung dan usaha bisnis jamur.

14. Jurnal yang ditulis oleh Imam Mawardi, dengan judul “Pendidikan Life

Skills Berbasis Budaya Nilai-nilai Islami dalam Pembelajaran”.26

Jurnal ini

menghasilkan temuan bahwa pendidikan life skills yang berperan untuk

men-gonfirmasi fungsi kemanusiaan manusia sebagai hamba Allah dan

sebagai kha-lifah di muka bumi. Life skills sebagai keterampilan hidup dapat

membantu pe-serta didik untuk mengatasi berbagai masalah kehidupan.

Keterampilan ini meli-puti aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan

kejuruan yang berhubungan dengan perkembangan moral siswa yang

mereka hadapi sebagai tuntutan dan tantangan dalam kehidupannya. Fungsi

keterampilan hidup terkait dengan nilai-nilai budaya Islam tidak hanya

dipahami sebagai keterampilan untuk bekerja tetapi juga mencakup

kemampuan untuk melakukan tugas-tugas sebagai hamba dan khalifah

Allah secara luas. Pengembangan kurikulum berbasis Life skills harus

diinternalisasikan dalam pembelajaran sekolah formal. Ide ini didasarkan

pada sudut pandang bahwa pendidikan adalah untuk kehidupan yang

bermakna dan bukan hanya semata-mata mencari pekerjaan.

15. Jurnal yang ditulis oleh Iin Hindun, dengan judul “Model Pengembangan

Pendidikan kecakapan Hidup (Life Skill) Pada Sekolah Umum Tingkat

Menengah di Kota Batu ”.27

Jurnal ini menghasilkan temuan bahwa 1)

tanggapan guru terhadap PKH dan kepentingannya dalam merealisasikan

26

Imam Mawardi, Pendidikan Life Skills Berbasis Budaya Nilai-nilai Islami dalam

Pembelajaran, Jurnal Pendidikan Islam, Vol.6, No.2, Tahun 2012, hlm.216 27

Iin Hindun, Model Pengembangan Pendidikan kecakapan Hidup (Life Skill) Pada

Sekolah Umum Tingkat Menengah di Kota Batu, Jurnal Pendidikan Humanity, Vol.1, No.1,

Tahun, 2005, hlm.29-35

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/62311/3/4. BAB I - PENDAHULUAN.pdf · baik dalam memperjuangkan masa depannya yang gemilang, dan mampu berdiri ... (latihan

20

PKH bervariasi, tanggapan yan positif mendorong guru melaksanakan PKH

dalam pembelajaran sesuai dengan semangat kebijakan PKH yaitu untuk

menunbuhkan kemampuan, kesanggupan, dan keterampilan terjun dalam

kehidupan. Tanggapan yang skeptis mendorong guru acuh tak acuh pada

PKH. 2) Implementasi PKH pada bidang studi IPA meliputi kecakapan

kesadaran diri, kecakapan berpikir rasional, kecakapan sosial, dan

akademik. 3) model pengembangan PKH di dua sekolah yang diteliti dan

hampir memiliki kesamaan dan pelaksanaan pengembangannya.

16. Jurnal yang ditulis oleh H.M Djumransjah, dengan judul “Pendidikan

Pesantren dan Kemandirian”.28

Jurnal ini menghasilkan temuan bahwa

pengembangan program pendidikan berkelanjutan dalam memberikan bekal

kemandirian kepada santri berfokus pada perumusan visi misi, tujuan

pelaksanaannya, dan diaplikasikan dalam berbagai program kegiatan dengan

menggunakan strategi pelaksanaan yang bermanfaat bagi kehidupan

masyarakat.

17. Jurnal yang ditulis oleh Hari Amirullah Rachman, dengan judul “Dimensi

Kecakapan Hidup (life skill) Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani”.29

Jurnal ini menghasilkan temuan bahwa Pada dasarnya, pendidikan

kecakapan hidup adalah pendidikan yang memberi bekal dasar dan latihan

yang dilakukan secara benar kepada peserta didik tentang nilai-nilai

kehidupan sehari-hari agar yang bersangkutan mampu, sanggup, dan

terampil menjalankan kehidupannya yaitu dapat menjaga kelangsungan

28

H.M Djumransjah, Pendidikan Pesantren dan Kemandirian, Jurnal Ilmu Pendidikan,

Vol.6, No.2, Tahun, 2001, hlm.139 - 149 29

Hari Amirullah Rachman, Dimensi Kecakapan Hidup (life skill) Dalam Pembelajaran

Pendidikan Jasmani, Jurnal Pendidikan Jasmani, Vol.6, No.2, Tahun, 2009, hlm.19 - 26

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/62311/3/4. BAB I - PENDAHULUAN.pdf · baik dalam memperjuangkan masa depannya yang gemilang, dan mampu berdiri ... (latihan

21

hidup dan perkembangannya. Kecakapan hidup dapat dipilah menjadi dua

kategori, yaitu kecakapan hidup yang bersifat dasar dan instrumental.

Kecakapan dasar bersifat universal dan berlaku sepanjang zaman, dan

kecakapan instrumental bersifat relatif, kondisional, dan dapat berubah-ubah

sesuai dengan perubahan ruang, waktu, dan situasi. Pendidikan jasmani

merupakan suatu keniscayaan bagi pendidikan kecakapan hidup untuk

terimplemantasikan melalui kurikulum dan pembelajaran di sekolah. Tujuan

yang ingin dicapai oleh pembelajaran pendidikan jasmani sangat

dimungkinkan untuk bersinergi dengan dimensi kecakapan hidup, baik

kecakapan hidup generic maupun spesifik. Hal ini memberikan gambaran

bahwa pendidikan kecakapan hidup dapat diberikan melalui pembelajaran

pendidikan jasmani di sekolah.

18. Jurnal yang ditulis oleh Sarika Chauhan, Vallabh Vidyanagar, dengan judul

“Effectiveness Of A Life Skills Programme On Teacher Trainees”.30

Jurnal

ini menghasilkan temuan bahwa: The tremendous changes in knowledge

explosion and rapid technological advancement in the social and economic

spheres at national and international level necessitate for improvement of

national educational quality. Teachers’ role is larger in that sense. Many

countries are concerned with lifting up educational standards through

compulsory school education to meet the demands of an active, happy and

fulfilled life in the globalizatio era. To beprepared for the demands of the

knowledge economy, students need to know how to use their knowledge and

skills, applying knowledge to new situations, analyzing information,

30

Sarika Chauhan, Effectiveness Of A Life Skills Programme On Teacher Trainees,

International Multidisciplinary E-journal, April, Vol.5, 2016.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/62311/3/4. BAB I - PENDAHULUAN.pdf · baik dalam memperjuangkan masa depannya yang gemilang, dan mampu berdiri ... (latihan

22

comprehending new ideas, communicating, collaborating, solving problems

and making decisions (Saltpeter J., 2003). They are responsible to develop

essential skills and abilities among adolescents and youth. Therefore the

need is realized to introduce life skills programme for the prospective

teachers at pre service teacher education programme. Hence, it is desired

that the future teachers would develop essential constructs of life skills

which not only help them to face challenges in life confidently but also to

train their students, in future, to utilize the skills in their personal and

professional life. The present study was an attempt to develop the life skills

programme and evaluate its effect on teacher trainees in enhancing their

life skills.

(Perubahan yang luar biasa dalam ledakan pengetahuan dan kemajuan

teknologi yang pesat di bidang sosial dan ekonomi di tingkat nasional dan

internasional memerlukan perbaikan kualitas pendidikan nasional Peran

guru lebih besar dalam pengertian itu. Banyak negara prihatin dengan

mengangkat standar pendidikan melalui pendidikan wajib sekolah

memenuhi tuntutan kehidupan yang aktif, bahagia dan terpenuhi di era

globalisasi. Menjadi disiapkan untuk tuntutan ekonomi pengetahuan,

kebutuhan siswa untuk mengetahui bagaimana cara menggunakannya

pengetahuan dan keterampilan, menerapkan pengetahuan pada situasi baru,

menganalisis informasi, memahami gagasan baru, berkomunikasi,

berkolaborasi, memecahkan masalah dan membuat keputusan (Saltpeter J.,

2003). Mereka bertanggung jawab untuk mengembangkan keterampilan dan

kemampuan penting antara remaja dan remaja. Oleh karena itu kebutuhan

direalisasikan untuk mengenalkan kecakapan hidup program untuk calon

guru pada program pendidikan guru pra sekolah. Karenanya, Diharapkan

guru masa depan akan mengembangkan konstruksi keterampilan hidup yang

penting yang tidak hanya membantu mereka menghadapi tantangan dalam

hidup dengan percaya diri tapi juga untuk melatih murid mereka, di masa

depan, untuk memanfaatkan keterampilan dalam kehidupan pribadi dan

profesional mereka. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengembangkan

program kecakapan hidup dan mengevaluasi pengaruhnya terhadap peserta

pelatihan guru dalam meningkatkan keterampilan hidup mereka).

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/62311/3/4. BAB I - PENDAHULUAN.pdf · baik dalam memperjuangkan masa depannya yang gemilang, dan mampu berdiri ... (latihan

23

19. Jurnal yang ditulis oleh Deepika Anand and R. K. Anuradha, dengan judul

“Life skill based education for sustainable future of adolescent girls”.31

menyebutkan bahwa: Adolescence is a period of transition between

childhood and adulthood that occupies a crucial position in the life of

human beings. This period is an important physiological phase of life

characterized by an exceptionally rapid rate of growth and development.

Good nutritional status, positive health and healthy eating habits are

important stepping stones among adolescent girls for health promotion and

disease prevention. Life skills are abilities for adaptive and positive

behaviour that enable individuals to deal effectively with the demands and

challenges of everyday life. These skills are usually associated with

managing and living better quality of life by accomplishing adolescent’s

ambitions. Life skills enable individuals to translate knowledge, attitudes

and values into actual abilities. Life skills as an approach is designed to

enhance efforts to positively develop or change behaviour related to healthy

functioning in society.

(Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

dewasa yang menempati posisi penting dalam kehidupan manusia. Periode

ini merupakan fase fisiologis penting kehidupan yang ditandai dengan

tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat. Status gizi yang

baik, kesehatan positif dan kebiasaan makan sehat merupakan batu loncatan

penting di kalangan remaja putri untuk promosi kesehatan dan pencegahan

penyakit. Kecakapan hidup adalah kemampuan untuk perilaku adaptif dan

positif yang memungkinkan individu untuk menangani secara efektif

tuntutan dan tantangan kehidupan sehari-hari. Keterampilan ini biasanya

dikaitkan dengan pengelolaan dan kualitas hidup yang lebih baik dengan

mencapai ambisi remaja. Kecakapan hidup memungkinkan individu

menerjemahkan pengetahuan, sikap, dan nilai ke dalam kemampuan aktual.

31

Deepika Anand and R. K. Anuradha, “Life skill based education for sustainable

future of adolescent girls”, International Journal Home of Science, IJHS 2016, 2(2): 213-217

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/62311/3/4. BAB I - PENDAHULUAN.pdf · baik dalam memperjuangkan masa depannya yang gemilang, dan mampu berdiri ... (latihan

24

Kecakapan hidup sebagai pendekatan dirancang untuk meningkatkan usaha

untuk secara positif mengembangkan atau mengubah perilaku yang

berkaitan dengan fungsi sehat di masyarakat)

20. Jurnal yang ditulis oleh Kwame Akyeampong, dengan judul

“Reconceptualised life skills in secondary education in the African context:

Lessons learnt from reforms in Ghana”. 32

Jurnal ini menghasilkan temuan

bahwa: Early notions of life skills in Africa did not take into account the

importance of a flexible and portable set of skills that would enable youth to

adapt to changes in the world of work and lay the foundations for

productive well-being and behaviour. Rather, life skills education in many

secondary education curricula in Africa started with an emphasis on

developing specific technical vocational skills considered essential for

employability or self-employment. Using Ghana as an example, this paper

shows how secondary education curriculum reformers recommended shifts

that embraced a new interpretation of life skills focused on 21st-century

skills. This gradual move also reflected the difficulty that secondary

education in general has had in networking with the world of work to

provide work experience that would lead to the development of work-related

skills and enhance employability. The author’s main argument is that

although the reconceptualisation of life skills in secondary education to

reflect 21st-century skills is a welcome shift in the African context, this

needs to be accompanied by reforms in teacher education. Classroom

teaching and learning need to be adapted in a fundamental way in order to

32

Kwame Akyeampong, “Reconceptualised Life Skills In Secondary Education In The

African Context: Lessons Learnt From Reforms In Ghana”, International Review of Education,

Vol.60, May, 2014.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/62311/3/4. BAB I - PENDAHULUAN.pdf · baik dalam memperjuangkan masa depannya yang gemilang, dan mampu berdiri ... (latihan

25

ensure that youth fully benefit from the inclusion of 21st-century life skills in

secondary education curricula. Such reforms must include pedagogical

practices which nurture communication, collaboration, creativity and

critical thinking skills.

(Gagasan awal tentang kecakapan hidup di Afrika tidak memperhitungkan

pentingnya seperangkat keterampilan fleksibel dan portabel yang

memungkinkan remaja beradaptasi dengan perubahan dalam dunia kerja dan

meletakkan fondasi untuk kesejahteraan dan perilaku produktif. Sebaliknya,

pendidikan keterampilan hidup di banyak kurikulum pendidikan menengah

di Afrika dimulai dengan penekanan pada pengembangan ketrampilan

kejuruan teknis spesifik yang dianggap penting untuk dipekerjakan atau

wirausaha. Dengan menggunakan Ghana sebagai contoh, makalah ini

menunjukkan bagaimana pembaharu kurikulum pendidikan menengah

merekomendasikan pergeseran yang mencakup interpretasi baru

keterampilan hidup yang berfokus pada keterampilan abad ke-21. Langkah

bertahap ini juga mencerminkan kesulitan bahwa pendidikan menengah

pada umumnya memiliki jaringan dengan dunia kerja untuk memberikan

pengalaman kerja yang akan mengarah pada pengembangan keterampilan

terkait pekerjaan dan meningkatkan kemampuan kerja. Argumen utama

penulis adalah bahwa meskipun rekonseptualisasi keterampilan hidup di

pendidikan menengah untuk mencerminkan keterampilan abad ke-21 adalah

pergeseran yang disambut baik dalam konteks Afrika, ini perlu disertai

dengan reformasi dalam pendidikan guru. Pembelajaran dan pembelajaran

di kelas perlu disesuaikan dengan cara yang mendasar untuk memastikan

bahwa kaum muda mendapatkan manfaat sepenuhnya dari masuknya

keterampilan hidup abad ke-21 dalam kurikulum pendidikan menengah.

Reformasi semacam itu harus mencakup praktik pedagogis yang memupuk

komunikasi, kolaborasi, kreativitas dan kemampuan berpikir kritis).

Berdasarkan beberapa penelitian di atas, peneliti banyak menemukan

beberapa hal yang berkaitan dengan kemandirian santri dan life skill, namun

belum ada yang meneliti dan membahas tentang penanaman pendidikan life skill

dalam meningkatkan kemandirian santri baru di Pondok Pesantren. Menurut

penulis, pendidikan life skill merupakan sebagian dari pendidikan yang diterapkan

di Pondok Pesantren bagi santrinya, dimana pendidikan life skill di Pondok

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/62311/3/4. BAB I - PENDAHULUAN.pdf · baik dalam memperjuangkan masa depannya yang gemilang, dan mampu berdiri ... (latihan

26

Pesantren telah mampu membentuk kemandirian santri, terlihat dari bagaimana

mereka melaksanakan berbagai macam kegiatan kehidupan sehari-hari di Pondok

Pesantren, terlebih dari hal ini, pendidikan life skill juga bekal yang sangat penting

bagi mereka dalam menghadapi tantangan kehidupan di masyarakat setelah

mereka menyelesaikan pendidikan dan pengajarannya di Pondok Pesantren. Hal

inilah yang menjadikan penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

“Penanaman Pendidikan Life Skill dalam Meningkatkan Kemandirian Santri Baru

di Pondok Modern Darussalam Gontor Putra II Madusari Siman Ponorogo”, ini

juga yang menjadikan penelitian ini berbeda dari penelitian yang terdahulu.

E. Kerangka Teoritik

1. Penanaman

Penanaman menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya proses,

cara, perbuatan menanam, menanami atau menanamkan.33

Jika ditarik

kedalam pendidikan life skill dalam meningkatkan kemandirian santri, maka

penanaman disini adalah proses atau cara menanamkan benih pendidikan

life skill agar tumbuh dan berkembang menjadi sebuah kemandirian di

dalam diri santri di Pondok Pesantren.

2. Pendidikan Life Skill

Banyak definisi yang telah dijelaskan oleh beberapa ahli mengenai

pendidikan life skill, di antara sebagai berikut:

a. Menurut Satori, pendidikan life skill merupakan kecapakan untuk

hidup, yang tidak semata-mata hanya memiliki kemampuan tertentu

saja, namun ia harus memiliki kemampuan-kemampuan dasar, seperti

33

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1989), hlm.23

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/62311/3/4. BAB I - PENDAHULUAN.pdf · baik dalam memperjuangkan masa depannya yang gemilang, dan mampu berdiri ... (latihan

27

calistung (membaca, menulis, dan menghitung), merumuskan, dan

memecahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam tim,

terus belajar di tempat kerja, dan mempergunakan tekmologi.34

b. Menurut Imam Mawardi, pendidikan life skills merupakan pendidikan

yang orientasi dasarnya membekali keterampilan peserta didik yang

terdiri dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, serta aspek

kejuruan berkaitan dengan pengembangan akhlak peserta didik,

sehingga nantinya peserta didik mampu menghadapi tuntutan dan

tantangan dalam kehidupan mereka. Dengan demikian, fungsi life skill

apabila dikaitkan dengan budaya nilai-nilai islami tidak hanya

dipahami sekedar sebagai keterampilan untuk mencari penghidupan

atau pekerjaan, tetapi lebih luas yang mencakup keterampilan untuk

menjalankan tugas kehidupan sebagai hamba Allah dan sebagai

khalifah-Nya.35

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat dipahami bahwa

pendidikan life skill adalah kegiatan yang memberikan bekal kepada peserta

didik untuk dapat bertahan hidup di masa mendatang yang begitu banyak

kebutuhan yang harus dihadapi dan juga memberikan kemampuan yang

diperlukan kepada peserta didik untuk menempuh kehidupan dengan

sukses, bahagia, dan secara bermartabat di masyarakat.

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan teori Imam Mawardi,

sebab pendidikan life skill atau keterampilan hidup merupakan suatu bekal

34

Anwar, Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education), (Bandung: Alfabeta,

2012), hlm.20 35

Imam Mawardi, Pendidikan Life Skills Berbasis Budaya Nilai-nilai Islami dalam

Pembelajaran, Nadwa: Jurnal Pendidikan Islam, Vol.6, No.2, Oktober, 2012, hlm.216

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/62311/3/4. BAB I - PENDAHULUAN.pdf · baik dalam memperjuangkan masa depannya yang gemilang, dan mampu berdiri ... (latihan

28

yang diberikan kepada santri di Pondok Pesantren yang menyangkut aspek

pengetahuan, tingkah laku, mental, serta kecakapan yang berkaitan dengan

pengembangan akhlak santri sehingga mereka ketika terjun ke masyarakat

mampu menghadapi tuntutan dan tantangan yang ada di masyarakat. Dan

pendidikan life skill yang ada di Pondok Pesantren tidak selalu dikaitkan

dengan bagaimana peluang kerja mereka di luar nanti, namun lebih luas

daripada itu, yaitu menyangkut kepada keterampilan santri dalam

menjalankan tugas sebagai hamba Allah SWT.

3. Kemandirian Santri

Banyak definisi yang telah dijelaskan oleh beberapa ahli mengenai

kemandirian santri, di antara sebagai berikut:

a. Menurut Desmita, kemandirian santri merupakan kebebasan santri

untuk memilih, menjadi kesatuan yang bisa memerintah, menguasai

dan menentukan dirinya sendiri di masa yang akan datang, serta

kemampuan untuk mengendalikan pikiran, perasaan dan tindakan

sendiri secara bebas, serta berusaha sendiri untuk mengatasi perasaan-

perasaan malu dan keragu-raguan.36

b. Menurut Juwariyah, kemandirian santri merupakan sikap yang sangat

diperlukan oleh santri dalam menjalani aktivitas kehidupannya,

sebaliknya ketergantungan kepada orang lain adalah sifat yang kurang

baik, karena ia akan melahirkan sifat malas dan lemah semangat serta

enggan berusaha, yang pada akhirnya akan merugikan diri sendiri dan

orang lain. Dan kemandirian santri merupakan pengejawantahan dari

36

Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2012), hlm.185

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/62311/3/4. BAB I - PENDAHULUAN.pdf · baik dalam memperjuangkan masa depannya yang gemilang, dan mampu berdiri ... (latihan

29

kemampuan santri untuk mampu hidup tanpa menggantungkan

nasibnya kepada orang lain, karena manusia pada hakekatnya adalah

sendiri, akan kembali ke asalnya sendiri, dan mempertanggung

jawabkan semua amalnya juga sendiri, tanpa ada seorangpun yang

sanggup membantu dan menemani.37

Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa kemandirian

santri adalah usaha sadar dan terencana berupa penumbuhkembangan dan

bimbingan yang ditujukan kepada santri agar kelak mempunyai sikap mau

mengusahakan dan berbuat sesuatu atas kesadaran dan usaha sendiri serta

tidak mudah menggantungkan kebutuhannya kepada orang lain.

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan teori Juwariyah, sebab

kemandirian santri merupakan proses pengembangan diri santri untuk

mampu terlepas dari pengaruh orang lain, proses menemukan jati dirinya

atau identitas ego (perkembangan individualitas yang mantap, kokoh, dan

berdiri sendiri). Kemandirian santri di Pondok Pesantren biasanya ditandai

dengan kemampuan santri dalam menentukan nasib dirinya sendiri,

kemampuan santri untuk mengeluarkan kreatif dan inisiatif yang ada dalam

dirinya, kemampuan santri untuk mengatur tingkah laku, sikap, dan mental,

kemampuan santri untuk bertanggung jawab, menahan diri, membuat

keputusan-keputusan, serta kemampuan santri untuk mencari solusi dari

setiap permasalahan yang dihadapinya tanpa harus dibantu orang lain.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

37

Juwariyah, Pendidikan Moral dalam Puisi Imam Syafi’i dan Ahmad Syauqi, hlm. 174.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/62311/3/4. BAB I - PENDAHULUAN.pdf · baik dalam memperjuangkan masa depannya yang gemilang, dan mampu berdiri ... (latihan

30

Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research), sebab

data yang dikumpulkan terhadap objek yang bersangkutan secara langsung.

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif, yakni

dengan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diperlukan agar dapat diamati

yang dilakukan dalam kehidupan yang nyata dan sebenarnya,38

serta

mendekspripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial,

sikap, kepercayaan, persepsi, dan pemikiran orang baik secara individu

maupun kelompok.39

Peneliti melakukan penelitian terhadap “Penanaman

Pendidikan Life Skill Dalam Meningkatkan Kemandirian Santri Baru Di

Pondok Modern Gontor Putra II, Madusari, Siman, Ponorogo”.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini pendekatan

fenomenologis,40

yaitu: menggambarkan data dengan apa adanya. Peneliti

mengambil kesimpulan dari obyek yang memancarkan fenomena-fenomena,

yang nantinya dapat digunakan peneliti dalam menyusun hasil akhir dari

penelitian. Pendekatan fenomenologis, dalam penelitian ini diharapkan

dapat mengetahui strategi, implementasi, faktor pendukung dan penghambat

penanaman pendidikan life skill dalam meningkatkan kemandirian santri

baru di Pondok Modern Gontor Putra II, Madusari, Siman, Ponorogo.

3. Subjek dan Objek Penelitian

38

Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya

Offset, 2007), hlm. 4. 39

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2007), hlm.94 40

Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm.9

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/62311/3/4. BAB I - PENDAHULUAN.pdf · baik dalam memperjuangkan masa depannya yang gemilang, dan mampu berdiri ... (latihan

31

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah Pengasuh Pondok,

Direktur KMI, Asatidz, dan Pengurus Rayon Santri Baru Pondok Modern

Gontor Putra II dan keterangan yang terkait dengan penelitian “penanaman

pendidikan life skill dalam meningkatkan kemandirian santri baru di

Pondok Modern Gontor Putra II”. Sedangkan objek dalam penelitian ini

adalah Pondok Modern Gontor Putra II, Desa Madusari, Kec. Siman, Kab.

Ponorogo, Provinsi Jawa Timur.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik untuk menemukan data-data dalam penelitian “penanaman

pendidikan life skill dalam meningkatkan kemandirian santri baru di

Pondok Modern Gontor Putra II”, menggunakan tiga jenis teknik

pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.

a. Observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek secara langsung

untuk mengetahui keberadaan objek, situasi, konteks, dan maknanya

dalam upaya mengumpulkan data penelitian.41

Dalam hal ini, secara

langsung terjun ke lokasi penelitian untuk melakukan pengamatan

untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini. Data

yang dikumpulkan melalui metode observasi ini, berupa kegiatan-

kegiatan pendidikan life skill, strategi yang dilakukan dalam

penanaman pendidikan life skill dalam meningkatkan kemandirian

santri baru, dan kehidupan sehari-hari santri baru di Pondok Modern

Darussalam Putra II, Madusari, Siman, Ponorogo.

41

Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:

Alfabeta, 2012), hlm.105

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/62311/3/4. BAB I - PENDAHULUAN.pdf · baik dalam memperjuangkan masa depannya yang gemilang, dan mampu berdiri ... (latihan

32

b. Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk

mendapatkan informasi-informasi terkait dengan penelitian, yang

digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau tanya jawab.

Dalam penelitian kualitatif wawancara sifatnya mendalam karena

ingin mengeksplorasi informasi secara holistic dan jelas dari

informan.42

Peneliti menggunakan metode wawancara dari sumber

yang relevan berupa pendapat, kesan, pengalaman, pemikiran untuk

mendapatkan informasi secara mendalam. Wawancara tersebut

dilakukan kepada Pengasuh Pondok, Direktur KMI, Asatidz, dan

Pengurus Rayon santri baru Pondok Modern Gontor Putra II,

Madusari, Siman, Ponorogo.

c. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal yang bersifat

variabel berupa buku, surat kabar, majalah, catatan, transkip, agenda,

dan sebagainya.43

Dengan dokumentasi akan diperoleh data tentang

gambaran umum dan sejarah berdirinya Pondok Modern Darussalam

Gontor Putra II, Madusari, Siman, Ponorogo, deksripsi mengenai

beberapa kegiatan pendidikan life skill, catatan perkembangan santri

baru, dan dokumentasi rapot mental santri baik di pengasuhan santri

maupun di asrama santri.

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses pengorganisasian dan

mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga

dapat ditemukan tema dan dirumuskan hipotesis kerja seperti yang

42

Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm.130 43

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2006), hlm.134

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/62311/3/4. BAB I - PENDAHULUAN.pdf · baik dalam memperjuangkan masa depannya yang gemilang, dan mampu berdiri ... (latihan

33

direncanakan oleh peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

analisis Miles dan Hubberman, dimana analisis Miles dan Hubberman ini

merupakan analisis yang dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara

terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam

analisis data meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan.

a. Reduksi data (Data Reduction) adalah bagian analisis yang berfungsi

untuk mempertegas, memperpendek, dan membuat fokus hal-hal yang

penting serta mengatur sedemikian rupa untuk dilakukan penarikan

kesimpulan. Oleh sebab itu data sebenarnya diringkas dan catatan

yang diperoleh dari permasalahan.

b. Penyajian data (Data Display) merupakan serangkaian kalimat atau

informasi yang disusun secara logis dan sistematis sehingga

memungkinkan peneliti untuk melakukan penarikan kesimpulan.

c. Penarikan kesimpulan (Verification) merupakan rangkaian analisis

data puncak, dan kesimpulan membutuhkan verifikasi selama

penelitian berlangsung. Oleh karena itu, ada baiknya suatu kesimpulan

ditinjau ulang dengan cara memverifikasi kembali catatan-catatan

selama penelitian dan mencari pola, tema, model, hubungan, dan

persamaan untuk ditarik sebuah kesimpulan.44

44

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D, hlm.99

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/62311/3/4. BAB I - PENDAHULUAN.pdf · baik dalam memperjuangkan masa depannya yang gemilang, dan mampu berdiri ... (latihan

34

G. Sistematika Pembahasan

Untuk memberikan gambaran pembahasan yang sistematis dan mudah

dipahami, maka tesis ini disusun sistematika pembahasan yang terdiri dari lima

bab yang diawali dengan

Bab I : Bab ini, merupakan bab pendahuluan yang berisikan tentang latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, telaah pustaka, kerangka teoritik, metode penelitian

dan sistematika penulisan.

Bab II : Bab ini, membahas tentang teori yang akan digunakan dalam

penelitian serta menjadi kerangka berfikir dalam memahami

pembahasan pada bab selanjutnya, pada bab ini akan

dideskripsikan secara umum tentang 1. pendidikan life skill yang

terdiri dari pengertian pendidikan life skill, tujuan penanaman

pendidikan life skill, strategi penanaman pendidikan life skill, dan

implementasi penanaman pendidikan life skill dan 2.

kemandirian santri yang terdiri dari pengertian kemandirian

santri, bentuk-bentuk kemandirian santri, dan metode

peningkatan kemandirian santri, 3. Upaya peningkatakan

kemandirian santri melalui pendidikan life skill di Pondok

Pesantren.

Bab III : Bab ini, membahas tentang data-data yang ditemukan di

lapangan yang berkaitan dengan penanaman pendidikan life skill

dalam meningkatkan kemandirian santri di PM Gontor II dan

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/62311/3/4. BAB I - PENDAHULUAN.pdf · baik dalam memperjuangkan masa depannya yang gemilang, dan mampu berdiri ... (latihan

35

juga akan membicarakan tentang hasil penelitian dari penanaman

pendidikan life skill dalam meningkatkan kemandirian santri baru

di PM Gontor Putra II, yang terdiri dari A. Paparan data

penelitian, mencakup hal-hal berikut ini: 1. Profil PM Gontor

Putra II yang terdiri dari sejarah PM Gontor Putra II, lembaga

pendidikan Islam dengan sistem Pondok, struktur kelembagaan

PM Gontor Putra II, orientasi pendidikan dan pengajaran di PM

Gontor Putra II, dan keadaan santri baru, 2. Tujuan penanaman

pendidikan life skill dalam meningkatkan kemandirian santri baru

di PM Gontor Putra II, 3. Strategi penanaman pendidikan life

skill dalam meningkatkan kemandirian santri baru di PM Gontor

Putra II, 4. Implementasi penanaman pendidikan life skill dalam

meningkatkan kemandirian santri baru di PM Gontor Putra II,

dan 5. Faktor penghambat dan pendukung penanaman

pendidikan life skill dalam meningkatkan kemandirian santri baru

di PM Gontor Putra II. B. Hasil penelitian penanaman

pendidikan life skill dalam meningkatkan kemandirian santri baru

di PM Gontor Putra II.

Bab IV : Bab ini, membahas tentang analisis terhadap hasil penelitian

berkaitan dengan penanaman pendidikan life skill dalam

meningkatkan kemandirian santri baru di PM Gontor Putra II

yang terdiri dari: A. Strategi penanaman pendidikan life skill

dalam meningkatkan kemandirian santri baru di PM Gontor

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/62311/3/4. BAB I - PENDAHULUAN.pdf · baik dalam memperjuangkan masa depannya yang gemilang, dan mampu berdiri ... (latihan

36

Putra II, B. Implementasi penanaman pendidikan life skill dalam

meningkatkan kemandirian santri baru di PM Gontor Putra II,

dan C. Faktor penghambat dan pendukung penanaman

pendidikan life skill dalam meningkatkan kemandirian santri baru

di PM Gontor Putra II.

Bab V : Bab ini, membahas tentang kesimpulan penelitian tentang

penanaman pendidikan life skill dalam meningkatkan

kemandirian santri baru di PM Gontor Putra II dan saran serta

kata penutup. Pada bab ini disertakan beberapa lampiran yang

akan memperkuat dan memperjelas pembahasan dalam tesis ini