bab i pendahuluan a. latar belakangjurnal.sman1karangnunggal.sch.id/files/jurnal...bab i pendahuluan...
TRANSCRIPT
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar adalah proses perkembangan diri individu yang bertujuan
mengadakan suatu bentuk perubahan perilaku, sikap, ilmu pengetahuan dan
keterampilan. Dalam proses pembelajaran di sekolah hasil belajar siswa diukur
melalui prestasi akademik siswa yang dinilai dari tiga ranah kemampuan yaitu
kognitif, afektif dan psikomotorik. Kognitif yaitu kemampuan siswa mengenai
pengetahuan, pemahaman, penalaran, analisis, dan evaluasi dalam menerima
informasi yang diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran. Afektif yaitu
kemampuan yang berhubungan dengan kemampuan siswa dalam mengelola
emosi yang terdiri atas penilaian sikap terhadap guru dan sesama siswa.
Psikomotorik yaitu kemampuan siswa dalam keterampilan jasmani. Dengan
mengukur ketiga ranah kemampuan ini seseorang dapat mengamati perubahan
perilaku, sikap, dan pengetahuan setelah siswa belajar dan membandingkannya.
Pembelajaran adalah suatu proses Pendidikan secara keseluruhan dengan pendidik
sebagai pembimbing dalam memberikan pembelajaran dan motivasi kepada
siswa. Dalam proses pembelajaran siswa sering kali mengalami hambatan dalam
mencapai tujuan belajar. Hambatan ini dalam ilmu pendidikan disebut sebagai
kesulitan belajar. Kesulitan belajar adalah permasalahan yang menghambat dalam
proses belajar mengajar sehingga tidak tercapainya keberhasilan pembelajaran.
Menurut Djamarah (2011, hal.235) “Kesulitan belajar adalah suatu kondisi
dimana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman,
hambatan ataupun gangguan dalam belajar. Dapat dijelaskan bahwa kesulitan
belajar merupakan suatu kondisi dimana siswa mengalalami hambatan dalam
proses pembelajaran sehingga menyebabkan kegagalan dalam mencapai prestasi
belajar.
Kesulitan belajar sering kali dikaitkan dengan kegagalan pencapaian
prestasi belajar siswa. Menurut Abdurrahman prestasi belajar dipengaruhi oleh
dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Djamarah, 2011; 235),
-
2
1) Penyebab utama kesulitan belajar (learning disabilities) adalah faktor internal,
yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis. Disfungsi neurologis adalah
gangguan dalam sistem saraf otak yang disebabkan oleh berbagai faktor, antara
lain faktor keturunan, kerusakan pada fungsi otak, gizi yang tidak memadai, dan
pengaruh-pengaruh psikologis dan sosial lainnya.
2) Faktor eksternal, yaitu berasal dari luar diri siswa berupa strategi pembelajaran
yang keliru, pengelolaan kegiatan pembelajaran yang tidak membangkitkan
motivasi dan pemberian ulangan penguatan yang tidak tepat.
Kegagalan siswa untuk mencapai hasil belajar yang maksimal diduga
karena beberapa faktor. Faktor yang pertama adalah faktor yang berasal dari
dalam diri siswa, persepsi siswa materi jurnal penyesuaian terlalu sulit untuk
dipahami, sehingga minat belajar siswa menjadi rendah. Faktor kedua yaitu faktor
yang berasal dari luar diri siswa, metode pembelajaran ceramah dan resitasi yang
digunakan selama ini di SMAN 1 Karangnunggal pada mata pelajaran ekonomi
dinilai sudah cukup baik tetapi belum optimal hal ini dilihat dari masih banyaknya
siswa yang mengalami kesulitan belajar pada materi jurnal penyesuaian.
Jurnal penyesuaian merupakan proses pengikhtisaran yang mencerminkan
kondisi akun dan jumlah nominal sebenarnya. Sebagai proses pengikhtisaran
jurnal penyesuaian berhubungan dengan tahapan pada siklus akuntansi lainnya,
sehingga pada proses ini siswa memerlukan ketelitian dan kemampuan analisis
dalam penyelesaiannya. Oleh sebab itu, jurnal penyesuaian dianggap siswa
sebagai bagian tersulit dalam pembelajaran akuntansi. Berdasarkan informasi
awal yang diperoleh peneliti dari guru yang mengajar terdapat kesulitan belajar
akuntansi pada materi jurnal penyesuaian di kelas XII IPS SMAN 1
Karangnunggal.
Kesulitan belajar itu dilihat dari kurangnya keaktifan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung, dimana siswa cenderung pasif saat guru bertanya dan
saat diberikan tugas hanya sebagian siswa yang mengerjakan tugas sedangkan
sebagian lagi menyalin tugas yang dikerjakan temannya. Hal ini mengakibatkan
siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam menyelesaikan soal-soal akuntansi
khususnya jurna penyesuaian banyak yang tidak bisa menyelesaikan soal jurnal
penyesuaian yang diberikan. Permasalahan berdampak pada hasil belajar siswa
-
3
yang terlihat dari nilai rata-rata ulangan harian siswa yang belum mencapai KKM,
yaitu Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan siswa 40%, sedangkan 60% dibawah
KKM.
Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan oleh
guru.Untuk itu peneliti berkeinginan meneliti tentang kesulitan belajar siswa
dalam menyelesaikan soal jurnal penyesuaian dengan harapan hasil belajar siswa
akan lebih baik dan meningkat setelah diketahui faktor-faktor yang menyebabkan
siswa mengalami kesulitan belajar dan alternatif cara mengatasi kesulitan belajar
siswa. Berdasarkan permasalahan yang dialami siswa seperti yang diuraikan di
atas maka peneliti berkeinginan untuk mengadakan penelitian dengan judul
“Analisis Kesulitan Belajar Siswa dalam Menyelesaikan Soal Jurnal Penyesuaian
Pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMAN 1 Karangnunggal Tahun Pelajaran
2018/2019”
B. Rumusan Masalah
Bagaiman tingkat kesulitan belajar siswa dalam menyelesaikan soal jurnal
penyesuaian?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahuai gambaran tingkat kesulitan belajar siswa dalam
menyelesaikan soal jurnal penyesuaian
D. Manfaat Penelitian
Memberikan gambaran tingkat kesulitan belajar siswa dalam mempelajari
jurnal penyesuaian, dengan harapan perbaikan yang dibuat mengacu pada hasil
analisis.
-
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kesulitan Belajar
Memahami kesulitan belajar, penting untuk mengetahui terlebih dahulu
definisi dari kedua kata tersebut yaitu: kesulitan dan belajar. Menurut Gagne
dalam Siregar & Nara “belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relatif
menetap yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran
yang bertujuan/direncanakan” (2019, hal. 4). Sejalan dengan itu, Rusman
menjelaskan bahwa “belajar adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang
ada di sekitar siswa. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan
kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai proses pengalaman. Belajar
juga merupakan proses melihat, mengamati, menalar, mencobakan,
mengkomunikasikan, dan memahami sesuatu” (2017, hal. 1).
Berdasarkan definisi ahli, maka dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan sebuah proses interaksi yang menghasilkan pengalaman atas semua
situasi sehingga dapat mempengaruhi perubahan perilaku seseorang. Sementara
itu, menurut Subini “kesulitan berarti kesukaran, kesusahan, keadaan atau sesuatu
yang sulit. Kesulitan merupakan suatu kondisi yang memperlihatkan ciri – ciri
hambatan dalam kegiatan untuk mencapai tujuan sehingga diperlukan usaha yang
lebih baik untuk mengatasi hal tersebut” (2011, hal.13). Jadi, kesulitan dapat
diartikan sebagai suatu hal yang dalam praktiknya kadang ditemukan hambatan –
hambatan tertentu dalam proses mencapai sebuah tujuan.
Kesulitan belajar menurut Sulistiawati, Suryadi, & Fatimah yaitu “suatu
kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan
tertentu dalam mencapai hasil belajar. Kesulitan belajar disini adalah kesulitan
belajar yang biasa dikenal dengan learning obstacle”. (2015, Hal. 138). Subini
berpendapat bahwa anak yang mengalami kesulitan belajar cenderung memiliki
gangguan dalam memahami hal – hal mendasar dari pembelajaran. Selain itu,
anak yang memiliki kesulitan belajar cenderung tidak mencapai standar
kompetensi yang diharapkan, baik itu dalam bentuk sikap, pengetahuan maupun
-
5
keterampilan. Mereka mengalami hambatan – hambatan tertentu pada saat proses
pembelajaran sehingga tidak dapat mencapai hasil pembelajaran. (2011).
Berdasarkan definisi dari para ahli, maka kesulitan belajar yaitu adanya hambatan
yang dialami oleh peserta didik dalam proses memahami pembelajaran karena
faktor – faktor tertentu yang dapat mengakibatkan ketidakmaksimalan pencapaian
standar kompetensi yang telah ditetapkan, baik itu secara sikap, pengetahuan
maupun keterampilan.
Sudarajat dalam Idris, berpendapat bahwa kesulitan belajar dapat
dimanifestasikan dalam bentuk perilaku baik itu secara kognitif, afektif, dan
psikomotor. Manifestasi gejala tersebut seperti: hasil belajar yang rendah,
ketidakseimbangan antara hasil dengan usaha yang dilakukan, selalu lambat dan
tertinggal dari teman sebayanya terutama dalam mengerjakan tugas, dan adanya
sikap tidak peduli, menentang, membolos, selalu mengganggu orang lain, tidak
teratur dalam kegiatan pembelajaran, dan lain-lain (2009).
Indikator dari kesulitan belajar berdasarkan pemaparan tersebut yaitu
adanya gejala – gejala yang dimanifestasikan dalam bentuk tindakan atau perilaku
nyata dan dapat diamati. Pada umumnya, kesulitan belajar secara kognitif dapat
terlihat dari hasil belajar yang tidak mencapai standar yang ditentukan oleh
sekolah (KKM). Selain itu, biasanya terdapat peserta didik yang berusaha untuk
belajar, namun hasil yang dicapai juga tidak sesuai dengan harapan. Sejalan
dengan indikator yang dipaparkan Sudarajat dalam Idris, Arifin berpendapat
bahwa indikator kesulitan belajar, antara lain: 1) peserta didik tidak dapat
menguasai materi pelajaran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. 2) peserta
didik memperoleh peringkat hasil belajar yang rendah dibandingkan dengan
peserta didik lainnya dalam satu kelompok. 3) peserta didik tidak dapat mencapai
prestasi belajar sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. 4) peserta didik tidak
dapat menunjukkan kepribadian yang baik, seperti kurang sopan, membandel, dan
tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan (2012, hal. 306).
Senada dengan itu, Djamarah berpendapat bahwa indikator dari kesulitan
belajar peserta didik yaitu: rendahnya prestasi belajar, ketidaksesuaian usaha
dengan hasil yang didapatkan, lambat dalam mengerjakan tugas, berbeda dari
tingkah laku yang biasanya dan terkadang prestasi belajar menurun drastis dari
-
6
biasanya. (2007). Berdasarkan pemaparan tersebut, indikator adanya kesulitan
belajar yaitu pada saat peserta didik umumnya tidak mencapai hasil belajar yang
sesuai dengan standar, lambat dalam mengikuti pembelajaran dan cenderung
memperlihatkan perilaku yang tidak seharusnya.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kesulitan belajar pada
peserta didik, baik itu dari dalam diri (internal) maupun dari luar diri (eksternal).
Menurut Susiaty, Muhamad, & Hodiyanto, “faktor internal adalah faktor yang
berasal dari dalam diri siswa, misalnya kesehatan, bakat minat, motivasi,
intelegensi dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang
berasal dari luar diri siswa, misalnya dari lingkungan sekolah, lingkungan
keluarga dan lingkungan masyarakat” (2017, hal.231). Senada dengan itu,
Hamalik berpendapat bahwa faktor dari dalam diri yaitu: tidak adanya tujuan
belajar yang jelas, kurangnya minat dalam belajar, kesehatan fisik yang
terganggu, kurang dalam menguasai bahasa. Sedangkan faktor dari luar diri
peserta didik yaitu: sekolah sebagai tempat anak mendapatkan pendidikan formal,
keluarga sebagai lingkungan yang paling dekat dengan kehidupan peserta didik,
dan masyarakat (2015). Selain itu, Menurut Haqiqi “faktor kesulitan belajar dari
faktor internal siswa berupa aspek bakat, minat, motivasi dan intelegensi.
Sedangkan faktor eksternal berupa fasilitas sekolah, guru, sarana prasarana, dan
aktivitas siswa” (2018, hal. 42).
Berdasarkan pemaparan tersebut, faktor yang menyebabkan kesulitan
belajar secara internal dipengaruhi oleh kesehatan peserta didik, minat belajar
yang rendah akan membuat peserta didik tidak memiliki kemauan untuk belajar
sehingga dapat mengakibatkan kebosanan, tidak mengerjakan tugas dari guru, dan
lain – lain. Tingkat intelegensi atau IQ yang rendah juga akan menghambat peserta
didik dalam memahami pembelajaran karena proses berpikir yang lama. Pendapat
lain dikemukakan oleh Brosseau dalam Unaenah mengenai faktor-faktor yang
menyebabkan kesulitan belajar, antara lain: Hambatan ontogeni (obstacle of
ontogenic origin) biasanya terjadi karena proses pembelajaran tidak sesuai dengan
kesiapan anak. Hambatan ini erat kaitannya dengan mental anak dan usia. Pada
saat hambatan ini muncul karena perkembangan mental, maka hambatan tersebut
dapat hilang dengan sendirinya. Hambatan lainnya yaitu didaktis (obstacle of
-
7
didactional origin) hambatan ini biasanya muncul karena pilihan proyek sistem
pendidikan. (2017).
Faktor lain yang dikemukakan oleh Duroux dalam Suryadi (2008) yang
dikutip oleh Unaenah, yaitu: “hambatan epistemologi (obstacle of epistemological
origin) pada hakekatnya merupakan pengetahuan seseorang yang hanya terbatas
pada konteks tertentu. Jika orang tersebut dihadapkan pada konteks berbeda,
pengetahuan yang dimiliki menjadi tidak bisa digunakan atau dia mengalami
kesulitan untuk menggunakannya”. (2017, hal. 290). Sejalan dengan itu
Sulistiawati et al., (2015) menjelaskan bahwa ontogenical learning obstacle
merupakan jenis kesulitan belajar yang dialami peserta didik karena faktor
psikologis, hal ini pada umumnya disebabkan oleh cara berpikir yang belum
sesuai usia. Didactical learning obstacle yaitu kekeliruan dalam pembelajaran
terutama penggunaan bahan ajar oleh guru yang dapat menimbulkan miskonsepsi.
Epistemological learning obstacle yaitu kesulitan belajar peserta didik karena
tidak memahami konsep dari pembelajaran secara komprehensif atau pemahaman
pembelajaran hanya sebagian.
Berdasarkan pemaparan para ahli, terdapat dua faktor yang sangat
mempengaruhi kesulitan belajar peserta didik yaitu internal dan eksternal. Faktor
internal terkait dengan hambatan yang terjadi dalam diri peserta didik seperti:
kesehatan, minat, tingkat intelegensi, hambatan ontogeni (obstacle of ontogenic
origin) dan hambatan epistemologi (obstacle of epistemological origin)
sebagaimana dikemukakan oleh Brosseau dan Duroux dalam Unaenah.
Sedangkan faktor eksternal atau yang berasal dari luar diri peserta didik yaitu
lingkungan sekolah sebagai tempat peserta didik menempuh pendidikan formal,
lingkungan keluarga sebagai institusi pertama tempat peserta didik belajar dan
bertumbuh, lingkungan keluarga yang mendukung minat belajarnya, dapat
membantu peserta didik mencapai prestasi yang lebih baik. Selain itu, lingkungan
masyarakat tempat peserta didik tinggal, bersosialisasi dengan orang lain juga
dapat mempengaruhi peserta didik dalam pembelajaran. Faktor eksternal lainnya
yaitu hambatan didaktis (obstacle of didactional origin). Hambatan ini pada
umumnya disebabkan oleh metode pengajaran guru yang kurang tepat sehingga
peserta didik sulit dalam memahami pembelajaran.
-
8
B. Pembelajaran Ekonomi
1. Pengertian Mata Pelajaran Ekonomi
Ekonomi merupakan mata pelajaran yang mengkaji tentang perilaku
dan tindakan mannusia untuk memnuhi kebutuhan hidupnya yang banyak,
bervariasi, dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui
pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, dan/ atau distribusi (Fajar.
2004:127).
2. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Ekonomi
a. Fungsi mata pelajaran Ekonomi di SMA dan MA adalah:
mengembangkan kemampuan siswa untuk berekonomi, dengan cara
mengenal berbagai kenyataan dan peristiwa ekonomi, memahami
konsep dan teori serta berlatih dalam memecahkan masalah ekonomi
yang terjadi di lingkungan masyarakat.
b. Tujuan mata pelajatan ekonomi di SMA dan MA adalah:
1) Membekali siswa sejumlah konsep ekonomi untuk mengetahui dan
mengerti peristiwa dan masalah ekonomi dalam kehidupan sehari-
hari, terutama yang terjadi di lingkungan setingkat individu/rumah
tangga, masyarakat dan negara.
2) Membekali siswa sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan
untuk mendalami ilmu ekonomi pada jenjang selanjutnya.
3) Membekali siswa nilai-nilai etika ekonomi dan memiliki jiwa
wirausaha.
4) Meningkatkan kemampuan berkompetensi dan bekerjasama
dengan masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional
maupun skala internasional (Fajar. 2004:128).
-
9
3. Karakteristik Mata Pelajaran Ekonomi
Setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik yang khas.
Demikian juga halnya dengan mata pelajaran Ekonomi. Adapun
karakteristik mata pelajaran Ekonomi adalah sebagai berikut:
a. Mata pelajaran Ekonomi berangkat dari fakta atau gejala ekonomi
yang nyata. Kenyataan menunjukkan bahwa kebutuhan manusia tidak
terbatas, sedangkan sumber-sumber ekonomi sebagai alat memenuhi
kebutuhan jumlahnya terbatas. Ilmu ekonomi mampu menjelaskan
gejala tersebut, sebab ilmu ekonomi dibangun dari dunia nyata.
b. Mata pelajaran Ekonomi mengembangkan teori-teori untuk
menjelaskan fakta secara rasional.
Agar manusia mampu membaca dan menjelaskan gejala-gejala
ekonomi secara sistematis, maka disusunlah konsep dan teori ekonomi
yang menjadi bangunan ilmu ekonomi. Selain itu ilmu ekonomi adalah
obyektif dan mempunyai tujuan yang jelas.
c. Umumnya, analisis yang digunakan dalam ilmu ekonomi adalah
pemecahan masalah. Metode pemecahan masalah cocok untuk
digunakan dalam analisis ekonomi sebab obyek dalam ilmu ekonomi
adalah permasalahan dasar ekonomi, yaitu barang apa yang harus
diproduksi, bagaimana cara memproduksi, dan untuk siapa barang
diproduksi.
4. Inti dari ilmu ekonomi adalah memilih alternatif yang terbaik. Untuk
mencapai kemakmuran, manusia mempunyai banyak pilihan kegiatan.
Namun, dari sekian banyak pilihan kegiatan tersebut dapat dianalisis
secara ekonomi sehingga dapat ditentukan alternatif pilihan mana yang
paling optimal.
5. Lahirnya ilmu ekonomi karena adanya kelangkaan sumber pemuas
kebutuhan manusia (Depdiknas. 2003:2).
4. Kompetensi Mata Pelajaran Ekonomi
Standar kompetensi yang harus dikuasai siswa untuk mata pelajaran
Ekonomi menurut Depdiknas (2003:7) adalah sebagai berikut:
-
10
a. Menganalisis perilaku pelaku ekonomi dalam kaitannya dengan
kelangkaan, pengalokasian sumberdaya dan barang, melalui
mekanisme pasar.
b. Mendeskripsikan konsep ekonomi kemasyarakatan dan kebijakan
pemerintah dalam bidang ekonomi.
Menganalisis perekonomian Internasional, sistem ekonomi Indonesia,
manajemen, pembangunan ekonomi, tenaga kerja, wirausaha, dan model
pemecahan masalah ekonomi.
C. Jurnal Penyesuaian
Untuk mempermudah menyusun laporan keuangan, terdapat cara untuk
membantu hal tersebut yaitu dengan menggunakan jurnal penyesuaian.
Keseimbangan antara sisi debit dan kredit yang disajikan dalam neraca saldo
bukanlah jaminan bahwa kegiatan akuntansi telah dilakukan secara benar.
Karenanya neraca saldo harus menunjukkan keadaan yang sebenarnya dari
kegiatan akuntansi yang dilakukan perusahaan. Dalam siklus akuntansi
perusahaan terkadang ditemukan transaksi yang tidak habis diterima atau
dikeluarkan dalam satu periode karenanya perlu diadakan penyesuaian dan
perbaikan melalui jurnal penyesuaian. Tujuan jurnal penyesuaian adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mempermudah menyusun neraca saldo debit dan kredit buku besar.
2. Untuk merekap saldo akun-akun buku besar
3. Untuk menentukan saldo akun-akun buku besar yang sesuai dengan realita
4. Untuk mempermudah penyusunan laporan keuangan
5. Untuk mempermudah penyusunan kertas kerja
Beberapa transaksi yang perlu dicatat dalam jurnal penyesuaian, antara
lain:
1. Transaksi yang telah terjadi tetapi belum dicatat
a. Beban terutang (Beban yang masih harus dibayar)
Beban yang masih harus dibayar memerlukan jurnal penyesuaian terlihat
dalam contoh pembayaran gaji karyawan bulan Desember yang masih
harus dibayarkan pada bulan Januari tahun berikutnya. Penyesuaian
-
11
diperlukan karena beban gaji tersebut sudah dibukukan pada periode akhir
siklus akuntansi.
b. Pendapatan yang masih harus diterima
Sama halnya dengan beban terutang, pada akhir periode akuntansi
kemungkinan terdapat sejumlah pendapatan jasa yang pembayarannya
belum diterima. Penyesuaian diperlukan karena pendapatan tersebut
dibukukan pada periode akuntansi yang berbeda dengan ketika pendapatan
diterima.
c. Penyusutan aktiva tetap
Aktiva tetap atau fixed assets didefinisikan sebagai aktiva yang masa
pemanfaatannya lebih dari satu periode akuntansi. Penyesuaian pada
aktiva dilakukan untuk mengetahui nilai aktiva yang sudah dinikmati pada
periode berjalan.
2. Transaksi yang sudah dicatat tapi belum dikoreksi karena tidak sesuai
dengan keadaan
a. Beban yang dibayarkan di muka
Beban dibayar di muka adalah akun campuran, yaitu akun yang di
dalamnya terdapat sebagian nilai yang harus masuk ke dalam akun riil dan
sebagian lagi harus masuk ke dalam akun nominal.
b. Pemakaian perlengkapan
Akun perlengkapan termasuk dalam akun campuran, yaitu sebagian
masuk kelompok harta (perlengkapan) dan sebagian masuk kelompok
beban (pemakaian perlengkapan). Nilai perlengkapan pada akhir periode
dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan fisik terhadap persediaan
perlengkapan.
3. Pendapatan yang diterima di Muka
Jika pada saat penerimaan pendapatan dicatat sebagai hutang maka akun yang
digunakan untuk transaksi tersebut adalah akun pendapatan diterima di muka.
Walau menggunakan istilah pendapatan, sifat akun adalah utang. Sebagai
-
12
contoh : pada 1 Juli 2014 diterima pendapatan sewa gedung untuk 1 tahun
sebesar Rp. 18.000.000. Pada saat terjadi transaksi maka jurnal yang dibuat
sebagai berikut :
Sedangkan pada akhir periode diperlukan jurnal penyesuaian untuk
menentukan pendapatan yang menjadi hak perusahaan dan pendapatan yang
belum menjadi hak perusahaan.
Periode sewa berjalan : Juli s.d Desember = 6 bulan = 6/12 x
Rp.18.000.000=Rp.9.000.000
Periode sewa berikutnya = Rp. 18.000.000 – Rp. 9.000.000 = Rp. 9.000.000
Pendapatan yang diterima oleh perusahaan di periode tersebut adalah sebesar
Rp. 9.000.000 untuk 6 bulan periode pertama, sedangkan 6 bulan periode
berikutnya dibukukan dalam pendapatan yang diterima di periode selanjutnya.
-
13
BAB III
PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
Penelitian dilakukan di SMAN 1 Karangnunggal bertempat dengan jumlah
siswa yang menjadi sampel sebanyak 32 siswa kelas XII IPS 2 untuk mengetahu
kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal jurnal penyesuaian di SMAN 1
Karangnunggal melalui pemberian tes. Berdasarkan nilai hasil tes siswa materi
jurnal penyesuaian diketahui bahwa, siswa yang mencapai nilai (86-100)
sebanyak 4 orang siswa dengan kategori “Baik Sekali” dan pada barang dagang
sebesar 50% dan rata-rata keseluruhan kesalahan siswa dalam menganalisis
transaksi jurnal penyesuaian sebesar 40% dengan persentase kesalahan tertinggi
pada materi beban dibayar dimuka sebesar 52%.
Berdasarkan hasil angket faktor intern dan faktor ekstern pada tabel di atas
diketahui keseluruhan rata-rata faktor intern kesulitan belajar siswa dalam
menyelesaikan soal jurnal penyesuaian sebesar 52, 05% yang meliputi aspek
kognitif, afektif dan psikomor sedangkan rata-rata keseluruhan faktor ekstern
kesulitan belajar siswa sebesar 50, 28% yang meliputi lingkungan keluarga dan
lingkungan sekolah. Berdasarkan hasil penelitian soal tes kesulitan belajar siswa
dalam menyelesaikan soal jurnal penyesuaian. Kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal jurnal penyesuaian disebabkan oleh kesalahan mencatat
transaksi jurnal penyesuaian dan menganalisis transaksi jurnal penyesuaian.
Rata-rata keseluruhan kesalahan siswa dalam mencatat transaksi jurnal
penyesuaian sebesar 60% dan rata-rata keseluruhan kesalahan siswa dalam
menganalisis transaksi jurnal penyesuaian sebesar 40%. Kemudian kesulitan
belajar siswa yang heterogen ini dikelompokan menjadi 3 kategori untuk
mengetahui pada materi jurnal penyesuaian manakah yang menjadi kesulitan
belajar siswa.
Ada 3 kategori kesulitan belajar siswa, yaitu Sulit, Sedang dan Mudah.
Berikut ini deskripsi kesulitan belajar siswa dari ketiga kategori kesulitan belajar
siswa dalam menyelesaikan soal jurnal penyesuaian adalah sebagai berikut:
-
14
1. Pada kategori ini ada 2 materi jurnal penyesuaian yang sering menyebabkan
kesulitan belajar siswa dalam menyelesaikan soal jurnal penyesuaian yaitu
materi beban dibayar dimuka dengan persentase kesalahan 52% dan
persediaan barang dagang dengan persentase kesalahan 50%.
2. Pada kategori sedang ada 4 materi jurnal penyesuaian yang menyebabkan
kesulitan belajar siswa dalam menyelesaikan soal jurnal penyesuaian yaitu
materi beban yang masih harus dibayar sebesar 39%, pendapatan yang masih
harus diterima sebesar 37%, pendapatan diterima dimuka sebesar 32%, dan
penyusutan aktiva tetap sebesar 20%.
3. Pada kategori mudah materi jurnal penyesuaian yang menyebabkan
kesulitan belajar siswa dalam menyelesaikan soal jurnal penyesuaian yaitu
materi akun peralatan sebesar 8%. Kesulitan belajar biasanya tampak jelas
dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajar yang dicapai siswa.
Rendahnya kinerja akademik siswa dalam menyelesaikan soal jurnal
penyesuaian dilihat dari hasil tes siswa dibawah KKM sebesar 68,7%.
Hasil tes siswa yang rendah menunjukan adanya kesulitan belajar siswa
dalam menyelesaikan soal jurnal penyesuaian. Berdasarkan hasil tes siswa
kategori kesulitan belajar yang sulit yaitu beban dibayar dimuka dengan
persentase kesalahan 52%, kategori kesulitan belajar yang sedang yaitu beban
yang masih harus dibayar dengan persentase kesalahan 39% dan kategori
kesulitan belajar yang mudah yaitu akun perlengkapan dengan persentase
kesalahan 8%. Penyebab kesulitan belajar siswa hasil dalam menyelesaikan soal
jurnal penyesuaian berdasarkan hasil angket siswa diketahui bahwa kesulitan
belajar siswa dalam jurnal penyesuaian disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan dan keterampilan dasar atas bahan yang dipelajari berupa
pemahaman dan keterampilan dalam menganalisis dan mencatat data transaksi;
kurangnya minat belajar siswa terhadap materi jurnal penyesuaian; metode
mengajar guru yang kurang menarik saat pelajaran akuntansi serta kurang
lengkapnya prasarana pembelajaran seperti persediaan buku pelajaran akuntansi
yang kurang memadai.
-
15
B. PEMBAHASAN
Tinjauan ilmiah ini dilakukan di SMAN 1 Karangnunggal, dengan tujuan
untuk mengetahui kesulitan belajar siswa dalam menyelesaikan soal jurnal
penyesuaian pada mata pelajaran akuntansi.
Tahapan menganalisis transaksi merupakan salah satu tahap yang sangat
penting dalam akuntansi akan tetapi pada tahap menganalisis siswa merasa
kesulitan dalam mamahaminya sehingga berdampak pada pencapaian hasil
belajar yang tidak maksimal. Dan dari hasil tes siswa keseluruhan diperoleh
siswa sebanyak 22 siswa dengan presentase sebesar 68,7% mengalami kesulitan
belajar. Sedangkan hanya 31,3% sebanyak 10 siswa yang tidak mengalami
kesulitan belajar dalam materi jurnal penyesuaian.
Berdasarkan hasil penelitian soal tes kesulitan belajar siswa dalam
menyelesaikan soal jurnal penyesuaian yang dapat dilihat pada diagram 4.8.
Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal jurnal penyesuaian disebabkan oleh
kesalahan mencatat transaksi jurnal penyesuaian dan menganalisis transaksi
jurnal penyesuaian. Rata-rata keseluruhan kesalahan siswa dalam mencatat
transaksi jurnal penyesuaian sebesar 60%dan rata-rata keseluruhan kesalahan
siswa dalam menganalisis transaksi jurnal penyesuaian sebesar 40%. Kemudian
kesulitan belajar siswa yang heterogen ini dikelompokan menjadi 3 kategori
untuk mengetahui pada materi jurnal penyesuaian manakah yang menjadi
kesulitan belajar siswa yang disajikan dalam tabel 1 dibawah ini.
-
16
Tabel 1
Kategori Kesulitan Belaar Siswa Menyelesaikan Soal Jurnal Penyesuaian
No Kategori
Kesulitan
Belajar
Indikator Kesulitan
Belajar
Deskripsi Kesulitan
Belajar
%
1. Sulit Beban dibayar
dimuka
Menganalisis
transaksi jurnal
52 %
2. Sedang Beban yang masih
harus dibayar
Mencatat transaksi 39 %
3. Mudah Perlengkapan Menganalisis
transaksi jurnal
8 %
Berdasarkan tabel diatas diketahui ada 3 kategori kesulitan belajar siswa,
yaitu Sulit, Sedang dan Mudah. Berikut ini deskripsi kesulitan belajar siswa dari
ketiga kategori kesulitan belajar siswa dalam menyelesaikan soal jurnal
penyesuaian adalah sebagai berikut:
Kategori Kesulitan Belajar Siswa Sulit
Pada kategori ini ada 2 materi jurnal penyesuaian yang sering
menyebabkan kesulitan belajar siswa dalam menyelesaikan soal jurnal
penyesuaian yaitu materi beban dibayar dimuka dengan persentase kesalahan
52% dan persediaan barang dagang dengan persentase kesalahan 50%. Pada
materi jurnal penyesuaian beban dibayar dimuka soal nomor 3 merupakan soal
dengan persentase kesalahan tertinggi siswa, dimana pada soal ini sebanyak 17
siswa salah menganalisis transaksi jurnal dikarenakan salah menghitung bulan
yang sudah menjadi beban, yang seharusnya 7 bulan menjadi 6 bulan.
Persediaan barang dagang mempunyai dua pencatatan jurnal, yaitu
pencatatan dengan pendekatan laba rugi dan pencatatan dengan pendekatan
neraca. Soal nomor 14 dan soal nomor 18 menggunakan pendekatan laba rugi,
rata-rata kesalahan siswa disebabkan kekeliruan dalam mencatat jurnal dimana
pada soal nomor 14 sebanyak 16 siswa salah menjurnal, yaitu mendebit
persediaan barang dagang awal dan mengkredit persediaan barang dagang akhir.
Kesalahan pencatatan ini terjadi diakibatkan kurangnya pemahaman siswa
terhadap materi jurnal persediaan barang dagang dimana materi ini baru
-
17
dipelajari siswa pada semester ganjil kelas XII. Berbeda dengan enam materi
jurnal penyesuaian lain yang telah dipelajari pada semester genap kelas XI.
Kategori Kesulitan Belajar Siswa Sedang
Pada kategori sedang ada 4 materi jurnal penyesuaian yang menyebabkan
kesulitan belajar siswa dalam menyelesaikan soal jurnal penyesuaian yaitu
materi beban yang masih harus dibayar sebesar 39%, pendapatan yang masih
harus diterima sebesar 37%, pendapatan diterima dimuka sebesar 32%, dan
penyusutan aktiva tetap sebesar 20%.
Pada materi jurnal penyesuaian beban yang masih harus dibayar soal
nomor 13 menunjukan sebanyak 18 siswa menjawab soal dengan benar dan 14
siswa salah mencatat transaksi jurnal. Kesalahan pencatatan yang dilakukan oleh
siswa adalah dengan mencatat akun hutang gaji disebelah debit dan akun beban
gaji disebelah kredit, yang seharusnya akun beban gaji disebelah debit dan akun
hutang gaji disebelah kredit. Pada materi jurnal penyesuaian pendapatanyang
masih harus diterima rata-rata kesalahan tertinggi siswa ada pada soal nomor 10
sebanyak 22 siswa menjawab soal dengan benar dan sebanyak 11 siswa salah
mencatat transaksi jurnal. Kurangnya pemahaman dasar siswa terhadap akun,
menyebabkan siswa salah menjurnal yaitu mendebit akun penjualan dan
menkredit akun piutang usaha.
Pada materi jurnal penyesuaian pendapatan diterima dimuka rata-rata
kesalahan tertinggi siswa ada pada butir soal nomor 7 sebanyak 14 siswa salah
dalam menganalisis transaksi jurnal. Kesalahan yang dilakukan oleh siswa yaitu
menghitung saldo peralatan toko dikurang penyusutan setiap tahun menjadi
Rp.400.000 yang seharusnya hanya mencatat nominal penyusutan setiap tahun
Rp.100.000.
Kategori Kesulitan Belajar Siswa Mudah
Pada kategori mudah materi jurnal penyesuaian yang menyebabkan
kesulitan belajar siswa dalam menyelesaikan soal jurnal penyesuaian yaitu
materi akun peralatan sebesar8%. Pada materi akun perlengkapan rata-rata
kesalahan siswa ada pada soal nomor 2 sebanyak 10 siswa yang menjawab soal
salah dikarenakan salah menganalisis transaksi jurnal. Pemahaman dasar
-
18
terhadap materi jurnal penyesuaian yang kurang menyebabkan siswa salah
mencatat perlengkapan terpakai menjadi perlengkapan yang tersisa. Pada soal
nomor 2 rata-rata kesalahan siswa adalah mencatat beban perlengkapan
Rp.200.000 yang seharusnya Rp. 400.000.
Siswa yang mengalami kesulitan belajar kemudian dibagikan angket
untuk melihat faktor penyebab kesulitan belajar siswa. Hasil angket faktor
intern dan faktor ekstern diketahui keseluruhan rata-rata faktor intern kesulitan
belajar siswa dalam menyelesaikan soal jurnal penyesuaian sebesar 52, 05%
sedangkan rata-rata keseluruhan faktor ekstern kesulitan belajar siswa sebesar
50, 28%.
Berdasarkan angket faktor intern kesulitan belajar siswa diketahui
Kesulitan belajar ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan keterampilan
dasar atas bahan yang dipelajari berupa pemahaman dan keterampilan dalam
menganalisis dan mencatat data transaksi; kurangnya minat belajar siswa
terhadap materi jurnal penyesuaian; metode mengajar guru yang kurang
menarik saat pelajaran akuntansi serta kurang lengkapnya prasarana
pembelajaran seperti persediaan buku pelajaran akuntansi yang kurang
memadai.
Kesulitan belajar biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja
akademik atau prestasi belajar yang dicapai siswa. Rendahnya kinerja
akademik siswa dalam menyelesaikan soal jurnal penyesuaian dilihat dari hasil
tes siswa keseluruhan diperoleh dari 32 siswa sebanyak 22 siswa nilainya
dibawah KKM dengan presentase sebesar 68,7%.
Hasil tes siswa yang rendah menunjukan adanya kesulitan belajar siswa
dalam menyelesaikan soal jurnal penyesuaian. Berdasarkan hasil tes siswa
kategori kesulitan belajar yang sulit yaitu beban dibayar dimuka dengan
persentase kesalahan 52%, kategori kesulitan belajar yang sedang yaitu beban
yang masih harus dibayar dengan persentase kesalahan 39% dan kategori
kesulitan belajar yang mudah yaitu akun perlengkapan dengan persentase
kesalahan 8%. Penyebab kesulitan belajar siswa hasil dalam menyelesaikan
soal jurnal penyesuaian berdasarkan hasil angket siswa diketahui bahwa
kesulitan belajar siswa dalam jurnal penyesuaian disebabkan oleh kurangnya
-
19
pengetahuan dan keterampilan dasar atas bahan yang dipelajari berupa
pemahaman dan keterampilan dalam menganalisis dan mencatat data transaksi;
kurangnya minat belajar siswa terhadap materi jurnal penyesuaian; metode
mengajar guru yang kurang menarik saat pelajaran akuntansi serta kurang
lengkapnya prasarana pembelajaran seperti persediaan buku pelajaran
akuntansi yang kurang memadai.
-
20
BAB IV
SIMPULAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai kesulitan belajar siswa dalam
menyelesaikan soal jurnal penyesuaian perusahaan dagang pada mata pelajaran
Ekonomi kelas XII IPS di SMAN 1 Karangnunggal tahun pelajaran 2018/2019,
dapat disimpulkan bahwa Hasil tes siswa dalam menyelesaikan soal jurnal
penyesuaian perusahaan dagang di SMAN 1 Karangnunggal, yaitu kesalahan
siswa dalam mengerjakan soal jurnal penyesuaian disebabkan oleh kesalahan
dalam mencatat transaksi jurnal penyesuaian dan kesalahan dalam menganalisis
transaksi jurnal penyesuaian.
kategori kesulitan belajar yang sulit yaitu beban dibayar dimuka dengan
persentase kesalahan 52%, kategori kesulitan belajar yang sedang yaitu beban
yang masih harus dibayar dengan persentase kesalahan 39% dan kategori
kesulitan belajar yang mudah yaitu akun perlengkapan dengan persentase
kesalahan 8%.
Hasil analisis angket faktor yang menyebabkan kesulitan belajar siswa
dalam menyelesaikan soal jurnal penyesuaian di SMAN 1 Karangnunggal.
Diketahui keseluruhan rata-rata faktor intern kesulitan belajar siswa dalam
menyelesaikan soal jurnal penyesuaian sebesar 52, 05% sedangkan rata-rata
keseluruhan faktor ekstern kesulitan belajar siswa sebesar 50, 28%.
Berdasarkan angket faktor intern kesulitan belajar siswa diketahui kesulitan
belajar ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan keterampilan dasar atas
bahan yang dipelajari berupa pemahaman dan keterampilan dalam menganalisis
dan mencatat data transaksi; kurangnya minat belajar siswa terhadap materi
jurnal penyesuaian; metode mengajar guru yang kurang menarik saat pelajaran
akuntansi serta kurang lengkapnya prasarana pembelajaran seperti persediaan
buku pelajaran akuntansi yang kurang memadai.
-
21
B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, maka penulis menyarankan, perlu
adanya persiapan yang maksimal dalam proses KBM dalam menjelaskan materi
jurnal penyesuaian. Bahan ajar dan desain pembelajaran yang baik akan mampu
kesulitan belajar siswa pada materi ini, sehingga disarankan bagi guru untuk
mengidentifikasi kesulitan kesulitan belajar sebelum kegiatan belajar mengajar
dimulai.
-
22
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. (2016). Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, dan Prosedur,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Arikunto. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri. (2011). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Nazir, Moh. (2014). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia
Sudijono, Anas. (2010). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Rajafindo
Persada