bab i-bab 3 kesimpulan modul 4 tanaman kopi

44
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas yang diunggulkan di Batu, Malang. Dengan adanya tanaman kopi sebagai tanaman utama ini dapat memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi yang terdapat pada salah satu wilayah di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu. Dengan budidaya tanaman kopi ini mampu meningkatkan kesejahteraan para petani yang terdapat pada Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu. Hanya saja permasalahan-permasalahan dalam sistem budidaya tanaman kopi ini masih seringkali ditemukan oleh petani kopi tersebut dan berdampak pada hasil yang nantinya akan dirasakan oleh petani kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu. Dimana permasalahan-permasalahan yang dihadapi petani kopi ini dan juga solusi yang seringkali dilakukan petani kopi serta solusi yang dapat diberikan oleh studi literatur dan juga pada Building Soils For Better Crops akan dibahas pada makalah ini. 1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana budidaya tanaman kopi dari persiapan hingga pasca panen yang dilakukan oleh petani kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu 2. Bagaimana permasalahan yang dihadapi oleh petani kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu? 3. Bagaimana petani kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi selama ini? 4. Bagaimana rekomendasi solusi terhadap permasalahan budidaya tanaman kopi berdasarkan literatur yang ada. 5. Bagaimana rancangan kegiatan-kegiatan perbaikan habitat pertanaman baik di atas dan di dalam tanah? 6. Bagaimana uraian teknologi baik cara dan lokasi penerapan teknologi tersebut yang sebaiknya diterapkan guna mencapai sasaran hasil tanaman yang optimal dan berkualitas? 7. Bagaimana uraian kegiatan yang perlu dilakukan dalam mengkonservasi biodiversitas dengan memperhatikan sepuluh prinsip konservasi biodiversitas dalam landscape pertanian? Makalah Analisis dan Rancangan Managemen Tanah dalam Pengembangan Pertanian Kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu | 1

Upload: stella-oktavia

Post on 19-Feb-2016

76 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Bab I-bab 3 Kesimpulan Modul 4 Tanaman Kopi

TRANSCRIPT

Page 1: Bab I-bab 3 Kesimpulan Modul 4 Tanaman Kopi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangKopi merupakan salah satu komoditas yang diunggulkan di Batu,

Malang. Dengan adanya tanaman kopi sebagai tanaman utama ini dapat memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi yang terdapat pada salah satu wilayah di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu. Dengan budidaya tanaman kopi ini mampu meningkatkan kesejahteraan para petani yang terdapat pada Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu. Hanya saja permasalahan-permasalahan dalam sistem budidaya tanaman kopi ini masih seringkali ditemukan oleh petani kopi tersebut dan berdampak pada hasil yang nantinya akan dirasakan oleh petani kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu. Dimana permasalahan-permasalahan yang dihadapi petani kopi ini dan juga solusi yang seringkali dilakukan petani kopi serta solusi yang dapat diberikan oleh studi literatur dan juga pada Building Soils For Better Crops akan dibahas pada makalah ini.

1.2. Rumusan Masalah1. Bagaimana budidaya tanaman kopi dari persiapan hingga pasca panen

yang dilakukan oleh petani kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu

2. Bagaimana permasalahan yang dihadapi oleh petani kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu?

3. Bagaimana petani kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi selama ini?

4. Bagaimana rekomendasi solusi terhadap permasalahan budidaya tanaman kopi berdasarkan literatur yang ada.

5. Bagaimana rancangan kegiatan-kegiatan perbaikan habitat pertanaman baik di atas dan di dalam tanah?

6. Bagaimana uraian teknologi baik cara dan lokasi penerapan teknologi tersebut yang sebaiknya diterapkan guna mencapai sasaran hasil tanaman yang optimal dan berkualitas?

7. Bagaimana uraian kegiatan yang perlu dilakukan dalam mengkonservasi biodiversitas dengan memperhatikan sepuluh prinsip konservasi biodiversitas dalam landscape pertanian?

1.3. TujuanMakalah ini dibuat dengan tujuan :

1. Memberikan informasi mengenai budidaya tanaman kopi yang dilakukan oleh petani kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu

2. Mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh petani kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu

3. Mengetahui penyelesaian permasalahan yang dilakukan petani kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu selama ini.

4. Mengetahui rekomendasi solusi terhadap permasalahan budidaya tanaman kopi berdasarkan literatur yang ada.

Makalah Analisis dan Rancangan Managemen Tanah dalam Pengembangan Pertanian Kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu | 1

Page 2: Bab I-bab 3 Kesimpulan Modul 4 Tanaman Kopi

5. Mengetahui rancangan kegiatan-kegiatan perbaikan habitat pertanaman baik di atas dan di dalam tanah.

6. Mengetahui uraian teknologi baik cara dan lokasi penerapan teknologi tersebut yang sebaiknya diterapkan guna mencapai sasaran hasil tanaman yang optimal dan berkualitas.

7. Mengetahui uraian kegiatan yang perlu dilakukan dalam mengkonservasi biodiversitas dengan memperhatikan sepuluh prinsip konservasi biodiversitas dalam landscape pertanian.

1.4 ManfaatMakalah ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan baru

kepada masyarakat khususnya mahasiswa Fakultas Pertanian mengenai permasalahan yang dihadapi oleh petani kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu serta solusi yang digunakan oleh petani daerah tersebut dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi selain itu juga solusi yang dapat menyelesaikan permasalahan tersebut dengan menyesuaikan solusi yang terdapat pada Building Soil For Better Crops.

Makalah Analisis dan Rancangan Managemen Tanah dalam Pengembangan Pertanian Kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu | 2

Page 3: Bab I-bab 3 Kesimpulan Modul 4 Tanaman Kopi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Tanaman Kopi (Coffea sp.)Adapun klasifikasi tanaman kopi (Coffea sp.) dari literatur Hasbi

(2009) adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dycotiledoneae Ordo : Rubiales Famili : Rubiaceae Genus : Coffea Spesies : Coffea sp.

Kopi (Coffea sp.) adalah spesies tanaman berbentuk pohon. Tanaman ini tumbuh tegak, bercabang dan bila dibiarkan akan mencapai tinggi 12 m. Tanaman ini memiliki beberapa jenis cabang : cabang reproduksi, cabang primer, cabang sekunder, cabang kipas, cabang pecut, cabang balik, dan cabang air

(Najiyati dan Danarti, 1997) Meskipun kopi adalah tanaman tahunan, tetapi memiliki perakaran

yang dangkal. Secara alami tanaman kopi memiliki akar tunggang sehingga tidak mudah rebah. Oleh sebab itu tanaman ini mudah mengalami kekeringan pada kemarau yang panjang bila di daerah perakarannya tidak diberi mulsa

(Najiyati dan Danarti, 1997). Daun tanaman kopi berbentuk bulat telur dengan ujung tegak

meruncing. Daun tumbuh berhadapan pada batang, cabang dan ranting – rantingnya.

(Najiyati dan Danarti, 1997). Tanaman kopi mulai berbunga setelah berumur ±2 tahun. Mula –

mula bunga keluar dari ketiak daun yang terletak pada batang reproduksi. Jumlah kuncup pada setiap ketiak daun terbatas. Pada setiap ketiak daun menghasilkan 8 – 18 kuntum, setiap buku menghasilkan 16 – 36 kuntum bunga. Waktu yang dibutuhkan untuk bunga hingga jadi buah matang 6 – 11 bulan. Penyerbukan kopi ada 2 jenis yaitu penyerbukan sendiri dan penyerbukan menyilang

(Najiyati dan Danarti, 1997).

2.2. Syarat Tumbuh Tanaman KopiTanaman kopi memiliki spesifikasi agroklimat yang berbeda bagi

masing-masing jenis. Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh pada tanaman kopi antara lain ketinggian tempat, curah hujan, sinar matahari, angin, dan kondisi tanah.Ketinggian tempat tidak berpengaruh secara langsung kepada pertumbuhan kopi. Namun faktor suhu berpengaruh langsung terhadap petumbuhan tanaman kopi, terutama padapembentukan bunga dan resistensi terhadap penyakit. Namun tinggi rendahnya suhu sangat ditentukan oleh ketinggian daerah tersebut. Setiap jenis kopi menghendaki ketinggian dan suhu yang berbeda. Kopi Robusta dapat tumbuh optimal pada ketinggian 400 s.d.700m dpl. Namun

Makalah Analisis dan Rancangan Managemen Tanah dalam Pengembangan Pertanian Kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu | 3

Page 4: Bab I-bab 3 Kesimpulan Modul 4 Tanaman Kopi

beberapa diantaranya masih tumbuh baik dan ekonomispada ketinggian 1000 m dpl. Kopi Arabika menghendaki ketinggian yang lebih tinggi dari pada kopi Robusta. Jenis kopi ini akan mampu tumbuh pada ketinggian 500ms.d. 1.700 m dpl. Apabila ditanam dibawah ketinggiann 500m dpl, maka biasanya produksi dan mutunya akan rendah. Selain itu,akan mudah terserangpenyakit HV.

(Najiyati dan Danarti, 2007:23).Faktor lingkungan penting lainnya yang berpengaruh adalah

hujan. Curah hujan dan waktu turunnya hujan sangat berpengaruh pada produktivitas tanaman kopi. Hujan sangat berpengaruh pada ketersediaan air yang dibutuhkan tanaman, sedangkan waktu turunnya hujan sangat berpengaruh pada proses terbentuknya bunga dan buah. Kopi tumbuh optimum pada daerah dengan curah hujan 2.000 mm/th s.d. 3.000 mm/th. Namun, kopi masih tumbuh baik pada daerah dengan curah hujan lebih rendah (1.000 mm/th s.d. 1.300 mm/th), tetapi harus dengan mulsa dan irigasi yang intensif. Proses terjadinya bunga dan buah kopi (terutama kopi robusta dan arabika) sangat dipengaruhi hujan. Saat musim hujan berakhir, cabang-cabang primer sudah mulai menghasilkan kuncup bunga.

Kopi hanya dapat menghasilkan dengan baik apabila ditanam pada tanah yang sesuai, yaitu tanah dengan kedalaman efektif yang cukup dalam (> 100 cm), gembur, berdrainase baik, serta cukup tersedia air, unsur hara terutama kalium (K), harus cukup tersedia bahan organik (> 3 %). Derajat kemasaman (pH) yang ideal untuk pertumbuhan tanaman kopi berkisar antara 5,3 – 6,5.

Tanaman kopi tumbuh dengan baik pada daerah-daerah yang terletak di antara 20° LU dan 20° LS. Berdasarkan data yang ada, Indonesia terletak di antara 5° LU dan 10° LS. Hal ini berarti sangat ideal dan potensial bagi pengembangan tanaman kopi.Selama ini tanaman kopi lazim diusahakan di Indonesia ada dua jenis, yaitu kopi Arabika dan kopi Robusta. Kedua jenis kopi tersebut secara fisiologis menghendaki persyaratan kondisi iklim yang berbeda. Kopi Arabika menghendaki lahan dataran lebih tinggi daripada kopi Robusta, sebab apabila ditanam pada lahan dataran rendah selain pertumbuhan dan produktivitasnya menurun juga akan lebih rentan penyakit karat daun.

(Spillane, 1991)

2.3. Budidaya Tanaman KopiPascapanen hasil pertanian adalah tahapan kegiatan yang dimulai

sejak pemungutan (pemanenan) hasil pertanian yang meliputi hasil tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, peternakan, dan perikanan sampai siap untuk dipasarkan . Hasil utama pertanian adalah hasil pertanian yang merupakan produk utama untuk tujuan usaha pertanian dan diperoleh hasil melalui maupun tidak melalui proses pengolahan. Penanganan pascapanen adalah tindakan yang disiapkan atau dilakukan pada tahapan pascapanen agar hasil pertanian siap dan aman digunakan oleh konsumen dan atau diolah lebih lanjut oleh industry. Penanganan pascapanen hasil pertanian meliputi semua kegiatan perlakuan dan pengolahan langsung terhadap hasil pertanian yang karena sifatnya harus segera ditangani untuk meningkatkan mutu hasil pertanian agar mempunyai daya simpan dan daya guna lebih tinggi.

( Miftah C.R. 2014 )

Makalah Analisis dan Rancangan Managemen Tanah dalam Pengembangan Pertanian Kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu | 4

Page 5: Bab I-bab 3 Kesimpulan Modul 4 Tanaman Kopi

Budidaya tanaman adalah suatu usaha terstuktur dan terencana dalam pengembangan dan pemeliharaan tanaman agar memberikan hasil dan manfaat sesuai dengan yang diinginkan. Suatu kegiatan  pengembangan dan pemeliharaan tanaman dapat dikatakan sebagai budidaya apabila kegiatan tersebut pada suatu lahan yang sengaja diolah untuk memperoleh suatu hasil optimal serta maksimal dan kegiatan ini dilakukan secara menetap (tidak berpindah-pindah). Secara garis besar, kegiatan budidaya tanaman meliputi pembibitan, persiapan lahan, pemupukan, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit atau organisme pengganggu tanaman (OPT) lainnya, panen, dan penanganan pasca panen.

( Ilham, Fajri. 2014 )

2.4. Definisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang di batasi

punggung-punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan ditampung oleh punggung gunung tersebut dan akan dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke sungai utama

(Asdak, 1995). Karena DAS dianggap sebagai suatu sistem, maka dalam

pengembangannya pun, DAS harus diperlakukan sebagai suatu sistem. Dengan memperlakukan sebagai suatu sistem dan pengembangannya bertujuan untuk memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan, maka sasaran pengembangan DAS akan menciptaka ciri-ciri yang baik sebagai berikut :

1. Mampu memberikan produktivitas lahan yang tinggi. Setiap bidang lahan harus memberikan produktivitas yang cukup tinggi sehingga dapat mendukung kehidupan yang layak bagi petani yang mengusahakannnya.

2. Mampu mewujudkan, pemerataan produktivitas di seluruh DAS. 3. Dapat menjamin kelestarian sumberdaya air.

(Agus, dkk., 2007). Salah satu fungsi utama dari DAS adalah sebagai pemasok air

dengan kuantitas dan kualitas yang baik terutama bagi orang di daerah hilir. Alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas tata air pada DAS yang akan lebih dirasakan oleh masyarakat di daerah hilir. Persepsi umum yang berkembang pada saat ini, konversi hutan menjadi lahan pertanian mengakibatkan penurunan fungsi hutan dalam mengatur tata air, mencegah banjir, longsor dan erosi pada DAS tersebut. Hutan selalu dikaitkan dengan fungsi positif terhadap tata air dalam ekosistem DAS

(Noordwijk danFarida, 2004). Fungsi hutan dalam ekosistem DAS perlu dipandang dari tiga aspek

berbeda, yaitu pohon, tanah dan lansekap (landscape). Vegetasi hutan berfungsi mengintersepsi air hujan, namun laju transpirasi yang tinggi mengakibatkan perbandingan dengan jenis vegetasi non-irigasi lainnya. Tanah hutan memiliki lapisan seresah yang tebal, kandungan bahan organik tanah, dan jumlah makro porositas yang cukup tinggi sehingga laju infiltrasi air lebih tinggi dibandingkan dengan lahan pertanian. Dari sisi lansekap, hutan tidak peka terhadap erosi karena memiliki filter berupa seresah pada lapisan tanahnya. Hutan dengan karakteristik tersebut di atas sering disebut mampu meredam tingginya debit sungai pada saat musim hujan dan menjaga kestabilan aliran air pada musim kemarau. Namun prasyarat penting untuk memiliki sifat tersebut adalah jika tanah

Makalah Analisis dan Rancangan Managemen Tanah dalam Pengembangan Pertanian Kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu | 5

Page 6: Bab I-bab 3 Kesimpulan Modul 4 Tanaman Kopi

hutan cukup dalam (e-3m). Dalam kondisi ini hutan akan mampu berpengaruh secara efektif terhadap berbagai aspek tata air

(Noordwijk dan Farida, 2004). Daerah resapan air berperan sebagai penyaring air tanah. Ketika

air masuk ke daerah resapan maka akan terjadi proses penyaringan air dari partikel-partikel yang terlarut di dalamnya. Hal ini dimungkinkan karena perjalanan air dalam tanah sangat lambat dan oleh karenanya memerlukan waktu yang relatif lama. Pada keadaan normal, aliran air tanah langsung masuk ke sungai yang terdekat

(Asdak, 1995). Berkurangnya infiltrasi air ke dalam tanah yang mengalami erosi di

bagian hulu DAS menyebabkan pengisian kembali (recharge) air di bawah tanah (ground water) juga berkurang yang mengakibatkan kekeringan di musim kemarau. Dengan demikian terlihat bahwa peristiwa banjir dan kekeringan merupakan fenomena ikutan yang tidak terpisahkan dari peristiwa erosi. Bersama dengan sedimen, unsur-unsur hara terutama N dan P serta bahan organikpun banyak yang ikut terbawa masuk ke dalam waduk atau danau

(Agus, dkk., 2007).

Makalah Analisis dan Rancangan Managemen Tanah dalam Pengembangan Pertanian Kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu | 6

Page 7: Bab I-bab 3 Kesimpulan Modul 4 Tanaman Kopi

BAB IIIPEMBAHASAN

1. Tetapkan teknis budidaya mulai dari persiapan lahan hingga pasca panen dari komoditi yang anda usahakan, berdasarkan observasi yang pernah anda lakukan terhadap praktek yang dilakukan petani saat iniJawab:

A. Syarat Tumbuha. Ketinggian Tempat

Kopi di Indonesia saat ini umumnya dapat tumbuh baik pada ketinggian tempat diatas 700 m diatas permukaan laut (dpl). Dalam perkembangannya dengan adanya introduksi beberapa klon baru dari luar negeri, beberapa klon saat ini dapat ditanam mulai diatas ketinggian 500 m dpl, namun demikian yang terbaik sebaiknya kopi ditanam diatas 700 m dpl, terutama jenis kopi robusta. Kopi arabika baik tumbuh dengan citarasa yang bermutu pada ketinggian diatas 1000 m dpl. Namun demikian, lahan pertanaman kopi yang tersedia di Indonesia sampai saat ini sebagian besar berada diketinggian antara 700 sampai 900 m dpl. Mungkin hal ini yang menyebabkan mengapa sebagian besar (sekitar 95%) jenis kopi di Indonesia saat ini adalah kopi robusta.

b. IklimPersyaratan iklim kopi Arabika :

Persyaratan tumbuh kopi Arabika ditinjau dari wilayah penanamannya berada di daerah – daerah yang berada pada 6 – 90

LU sampai 240 LS. Suhu udara rata – rata 17 – 210 C, Dengan ketinggian tempat sekitar 1.250 – 1.850 m diatas permukaan laut. Areal yang ideal untuk penanaman kopi adalah yang memiliki curah hujan 1.500 – 2.500 mm pertahun, dengan 1 – 3 bulan kering (curah hujan < 60 mm pertahun) Persyaratan iklim Kopi Robusta :

Sedangkan persyaratan tumbuh kopi Arabika ditinjau dari wilayah penanamannya berada di daerah – daerah yang berada pada 200 LU sampai 200 LS. Suhu udara rata – rata 21 – 240 C, Dengan ketinggian tempat sekitar 300 – 1.500 m diatas permukaan laut. Areal yang ideal untuk penanaman kopi adalah yang memiliki curah hujan 1.500 – 2.500 mm pertahun, dengan 1 – 3 bulan kering (curah hujan < 60 mm pertahun)

c. Curah HujanCurah hujan yang sesuai untuk kopi adalah 1500 – 2500 mm

per tahun, dengan rata-rata bulan kering 1-3 bulan dan suhu rata-rata 15-25 derajat celcius dengan lahan kelas S1 atau S2 (Puslitkoka, 2006). Ketinggian tempat penanaman akan berkaitan juga dengan citarasa kopi.

d. Persiapan LahanBudidaya kopi bisa dilakukan baik didataran tinggi maupun

rendah, tergantung dari jenisnya. Secara umum kopi menghendaki tanah gembur yang kaya bahan organik. Untuk menambah kesuburan berikan pupuk organik dan penyubur tanah disekitar area

Makalah Analisis dan Rancangan Managemen Tanah dalam Pengembangan Pertanian Kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu | 7

Page 8: Bab I-bab 3 Kesimpulan Modul 4 Tanaman Kopi

tanaman. Arabika akan tumbuh baik pada keasaman tanah 5-6,5 pH, sedangkan robusta pada tingkat keasaman 4,5-6,5 pH. Hal yang harus disiapkan sebelum memulai budidaya kopi adalah menanam pohon peneduh. Guna pohon peneduh untuk mengatur intensitas cahaya matahari yang masuk. Tanaman kopi termasuk tumbuhan yang menghendaki intensitas cahaya matahari tidak penuh. Jenis pohon peneduh yang sering digunakan dalam budidaya kopi adalah dadap, lamtoro dan sengon. Pilih pohon pelindung yang tidak membutuhkan banyak perawatan dan daunnya bisa menjadi sumber pupuk hijau. Pohon pelindung jenis sengon harus ditanam 4 tahun sebelum budidaya kopi. Sedangkan jenis lamtoro bisa lebih cepat, sekitar 2 tahun sebelumnya. Tindakan yang diperlukan untuk merawat pohon pelindung adalah pemangkasan daun dan penjarangan.

e. TanahSehubungan dengan tanah ini yang penting untuk dipelajari

terutama sifat fisik tanah dan sifat kimia tanah. 1. Sifat Fisik Tanah Untuk Pertanaman Kopi

Sifat fisik tanah meliputi: tekstur, struktur, air dan udara di dalam tanah. Tanah untuk tanaman kopi berbeda‐beda, menurut keadaan dari mana asal tanaman itu. Pada umumnya tanaman kopi menghendaki tanah yang lapisan atasnya dalam, gembur, subur, banyak mengandung humus, dan permeable, atau dengan kata lain tekstur tanah harus baik. Tanah yang tekstur atau strukturnya baik adalah tanah yang berasal dari abu gubung berapi atau yang cukup mengandung pasir. Tanah yang demikian pergiliran udara dan air di dalam tanah berjalan dengan baik. Tanah tidak menghendaki air tanah yang dangkal, karena dapat membusukkan perakaran, sekurang‐kurangnya kedalaman air tanah 3 meter dari permukaannya. Akar tanaman kopi membutuhkanoksigen yang tinggi, yang berarti tanah yang drainasenya kurang baik dan tanah liat berat adalah tidak cocok. Sebab kecuali tanah itu sulit ditembus akar, peredaran air dan udara pun menjadi jelek.

Demikian pula tanah pasir berat, pada umumnya kapasitas kelembaban kurang, karena kurang dapat mengikat air. Selain itu tanah pasir berat juga mengandung N atau zat lemas. Zat lemas sangat dibutuhkan oleh tanaman kopi, terutama dalam pertumbuhan vegetatif. Hal ini dapat dibuktikan pada pertumbuhan tanaman di tanah‐tanah hutan belantara hasilnya sangat memuaskan, karena humus banyak mengandung berbagai macam zat yang dibutuhkan untuk petumbuhan dan pembuahan. Sebaliknya pada tanah‐tanah yang ditanami kembali (tanaman ulang = replanting) pertumbuhan dan hasilnya kurang memuaskan. Maka apabila dipandang perlu tanaman ulang ini hendaknya diganti dengan tanaman yang tidak sejenis, karena tanaman yang berlainan kebutuhan zat makanan juga berbeda.

2. Sifat Kimia Tanah

Makalah Analisis dan Rancangan Managemen Tanah dalam Pengembangan Pertanian Kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu | 8

Page 9: Bab I-bab 3 Kesimpulan Modul 4 Tanaman Kopi

Sifat kimia tanah yang dimaksud di sini ialah meliputi kesuburan tanah dan PH. Di atas telah dikemukakan, bahwa tanaman menghendaki tanah yang dalam, gembur dan banyak mengandung humus. Hal ini tidak dapat dipisahkan dengan sifat kimia tanah, sebab satu sama lain saling berkaitan. Tanah yang subur berarti banyak mengandung zat‐zat makanan yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan produksi. Tanaman kopi menghendaki reksi yang agak asam dengan PH 5,5 ‐ 6,5. Tetapi hasil yang baik sering kali diperoleh pada tanaman yang lebih asam, dengan catatan keadaan fisisnya baik, dengan daun‐daun cukup ion Ca++ untuk fisiologi zat makanan dengan jumlah makanan tanaman yang cukup. Pada tanah yang bereaksi lebih asam, dapat dinetralisasi dengan kapur tohor, atau yang lebih tepat diberikan dalam bentuk pupuk; misalnya serbuk tulang/Ca‐(PO2) + Calsium metaphospat/Ca(PO2).

B. Pembibitan dan Perbanyakan Bahan Tanaman Tanaman kopi dapat diperbanyak dengan cara vegetatif

menggunakan bagian dari tanaman dan generatif menggunakan benih atau biji. Perbanyakan secara generatif lebih umum digunakan karena mudah dalam pelaksanaanya, lebih singkat untuk menghasilkan bibit siap tanam dibandingkan dengan perbanyakan bibit secara vegetatif (klonal). Beberapa kelebihan yang dimiliki perbanyakan kopi secara klonal adalah sebagai berikut: Mempunyai sifat yang sama dengan tanaman tetuanya. Mutu hasil seragam Memanfaatkan dua sifat unggul batang atas dan batang bawah Memiliki umur mulai berbuah (prekositas) lebih awal

Sambungan dan setek merupakan perbanyakan tanaman kopi secara klonal yang umum dilakukan. Tujuan penyambungan bibit kopi adalah untuk memanfaatkan dua sifat unggul dari bibit batang bawah tahan terhadap hama nematoda parasit akar, dan sifat unggul dari batang atas yaitu mempunyai produksi yang tinggi serta mutu biji baik. Sedangkan perbanyakan klonal tanaman kopi dengan setek hanya memanfaatkan salah satu sifat keunggulan dari sumber bahan tanaman.1. Penyetekan

Merupakan proses perbanyakan kopi untuk menumbuhkan akar entres kopi dengan menggunakan media tumbuh dan lingkungan. Media tumbuh yang digunakan untuk penyetekan kopi terdiri dari campuran pasir, pupuk kandang/humus dengan perbandingan 3:1. Hal ini dimaksudkan agar mampu menahan lengas tanah cukup lama tetapi aerasi dan drainasinya baik. Untuk bagian paling bawah media tumbuh diberi pecahan batu dan kerikil setebal 30 cm. Kondisi lingkungan untuk penyetekan kopi, disusun dalam bedengan yang dibuat memanjang dengan ukuran lebar 1,25 m dengan panjang 5-10 meter atau dapat menyesuaikan dengan keadaan tempat yang tersedia, kemudian dibuat tutup bedengan/sungkup plastik dengan tinggi 60 cm. Bedengan setek diberi naungan yang cukup terbuat dari para-para (dari anyaman daun kelapa), disarankan penyetekan dilakukan dibawah pohon pelindung

Makalah Analisis dan Rancangan Managemen Tanah dalam Pengembangan Pertanian Kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu | 9

Page 10: Bab I-bab 3 Kesimpulan Modul 4 Tanaman Kopi

lamtoro atau jenis pepohonan lainnya yang dapat meneruskan cahaya. Pelaksanaan penyetekan dilakukan sebagai berikut :a. Entres yang digunakan masih hijau dan lentur tidak terlalu muda

atau tua. Umur entres antara 3-6 bulan, karena pada umur tersebut cukup baik untuk bahan setek.

b. Entres kopi yang digunakan adalah pada ruas 2-4 dari pucuk. Pemotongan bahan setek menjadi satu ruas 6-8 cm sepasang daun yang dikupir, bagian pangkal dipotong miring satu arah.

c. Setek yang sudah disiapkan ditanam dengan cara menancaapkan setek ke dalam media tumbuh sehingga daunnya menyentuh permukaan media. Setek ditanam dengan menggunakan jarak tanam 5-10 cm, dan setelah setek tertanam tertutup/disungkup dengan plastik.

d. Setelah setek selesai ditanam media tumbuh segera disiram air dengan menggunakan gembor secara hati-hati agar tidak merusak media tumbuh. Penyiraman dapat dilakukan 1-2 hari sekali dengan membuka sungkup dan segera ditutup kembali.

Pemindahan setek dilakukan :a. Setelah setek umur ± 3 bulan dilakukan penyesuaian dengan

membuka sungkup secara bertahap, dan pada umur ± 4 bulan setek dipindahkan ke pembibitan dengan menggunakan kantong plastik yang berisi media pasir : tanah : pupuk kandang perbandingan 1 : 2 : 1.

b. Bibit setek siap tanam di kebun setelah berumur ± 7 bulan dipembibitan batang bawah disisakan 1-3 pasang.

c. Batang bibit batang bawah yang telah dipotong, diiris dibagian tengah sepanjang 2-3 cm, untuk penyambungan entres batang atas.

d. Entres batang atas diambil dari kebun entres, dan dipotong satu ruas panjang 7 cm (3 cm di atas ruas dan 4 cm di bawah ruas).

e. Daun pada entres dihilangkan, dan pangkal entres diiris dua sisi menbentuk huruf V.

f. Penyambungan entres batang atas kebatang bibit batang bawah, dan sambungan diikat dengan tali raffia atau plastik.

g. Sambungan diberi sungkup kantung plastik transparan, pangkal sungkup diikat agar kelembaban dan penguapan terkendali serta air tidak masuk.

h. Pengamatan hasil sambungan dilakukan setelah dua minggu, sambungan hidup bila entres masih segar atau hijau dan bila sambungan mati entres berwarna hitam sungkup dibuka/dilepas apabila tunas tumbuh yang cukup besar.

i. Tali ikatan dibuka apabila pertautan telah kokoh dan tali ikatan mulai mengganggu pertumbuhan batang.

Untuk mengganti pertananam kopi robusta menjadi pertanaman kopi arabika sudah ada caranya. Teknologi rehabilitasi kopi robusta menjadi kopi arabika dapat dilakukan tanpa harus membongkar tanaman kopi robusta yang tua, yaitu dengan cara klonalisasi. Teknik klonalisasi ini sangat diminati oleh petani. Umumnya ketertarikan para petani dikarenakan teknologi klonalisasi ini cukup mudah dilakukan dan produksi kopi robusta masih dapat dipanen hasilnya (Rubiyo et al., 2005). Klonalisasi kopi robusta menjadi kopi arabika dilakukan dengan teknik

Makalah Analisis dan Rancangan Managemen Tanah dalam Pengembangan Pertanian Kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu | 10

Page 11: Bab I-bab 3 Kesimpulan Modul 4 Tanaman Kopi

sambung pucuk melalui tunas air. Salah satu kelemahan yang dirasakan waktu penyambungan adalah pada saat musim kering, karena kondisi tanaman kopi robusta kambiumnya tidak aktif sehingga persentase sambungan hidupnya sangat kecil. Oleh karena itu disarankan kepada para petani sebaiknya penyambungan dilakukan pada saat kondisi tanaman kopi tumbuh sehat, dan dilakukan pada musim hujan.

2. PenyambunganPenyambungan kopi adalah penggabungan batang atas atau

disebut entres pada bibit kopi dewasa yang digunakan sebagai batang bawah. Pelaksanaan penyambungan dilakukan dipembibitan menggunakan bibit kopi batang bawah umur 5-6 bulan, dari saat benih disemaikan. Teknik dan tata cara penyambungan bibit kopi dilakukan mengikuti prosedur sebagai berikut :

a. Menyiapkan entres batang atas dan bibit batang bawah umur 5-6 bulan, kriteria bibit siap sambung ukuran batang bawah sebesar pensil.

b. Penyambungan dilakukan dengan memotong batang bibit batang bawah ketinggian 15-20 cm dan daun bibit

3. Penanaman a. Jarak Tanam

Jarak tanam kopi umumnya disesuaikan dengan kemiringan tanah. Beberapa contoh jarak tanam, populasi dan kebutuhan jumlah setek berakar per hektarnya adalah seperti pada Tabel 1.

Table 1. jarak tanam robusta sesuai kemiringan tanah dan kebutuhan bahan tanam per hektar. Sumber : Puslit Koka (2003)

Untuk lahan dengan kemiringan tanah kurang dari 15%, tiap klon ditanam dengan lajur sama, berseling dengan klon lain. Pergantian klon mengikuti arah timurbarat. Apabila kemiringan tanah lebih dari 15% tiap klon diletakkan dalam satu teras, diatur dengan jarak tanam sesuai lebar teras. Hal ini untuk mengantisipasi apabila dikemudian hari dilakukan penyulaman, selain memudahkan penelusuran klon juga tidak mengubah imbangan komposisi klon .

Makalah Analisis dan Rancangan Managemen Tanah dalam Pengembangan Pertanian Kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu | 11

Page 12: Bab I-bab 3 Kesimpulan Modul 4 Tanaman Kopi

Gambar .1 Titik Klon Penyulaman Tahap 1

Gambar. 2 Titik Klon Penyulaman Tahap 2

Keterangan : X = BP-409 □ = BP-42 O = BP-354 ○ = BP-359

b. PemupukanTujuan pemupukan adalah untuk menjaga daya tahan tanaman,

meningkatkan produksi dan mutu hasil serta menjaga agar produksi stabil tinggi. Seperti tanaman lainnya, pemupukan secara umum harus tepat waktu, dosis dan jenis pupuk serta cara pemberiannya. Semuanya tergantung kepada jenis tanah, iklim dan umur tanaman. Pemberian pupuk dapat diletakkan sekitar 30-40 cm dari batang pokok. Pedoman dosis pemupukan kopi secara ringkas adalah sebagai beriku :

Table 2. Pedoman dosis pemupukan kopi, sumber : Puslioka (2006)

Dosis pemupukan biasanya mengikuti umur tanaman, kondisi tanah, tanaman serta iklim. Pemberian pupuk biasanya juga mengikuti jarak tanamnya, dan dapat ditempatkan sekiatr 30-40 cm dari batang pokoknya. Seperti untuk tanaman lainnya, pelaksanaan pemupukan harus tepat waktu, tepat jenis, tepat dosis dan benar cara pemberiannya.

c. PemangkasaanManfaat dan fungsi pemangkasan umumnya adalah agar

pohon tetap rendah sehingga mudah perawatannya, membentuk cabang-cabang produksi yang baru, mempermudah masuknya cahaya dan mempermudah pengendalian hama dan penyakit. Pangkasan juga dapat dilakukan selama panen sambil menghilangkan cabang-cabang yang tidak produktif, cabang liar maupun yang sudah tua. Cabang yang kurang produktif dipangkas

Makalah Analisis dan Rancangan Managemen Tanah dalam Pengembangan Pertanian Kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu | 12

Page 13: Bab I-bab 3 Kesimpulan Modul 4 Tanaman Kopi

agar unsur hara yang diberikan dapat tersalur kepada batang-batang yang lebih produktif. Secara morfologi buah kopi akan muncul pada percabangan, oleh karena itu perlu diperoleh cabang yang banyak. Pangkasan dilakukan bukan hanya untuk menghasilkan cabang-cabang saja, (pertumbuhan vegetatif) tetapi juga banyak menghasilkan buah.

Umumnya pangkasan dengan sistem berbatang ganda tidak tergantung pada individu pohon, sehingga banyak dikembangkan di negara-negara yang sukar dan mahal tenaga kerja. Oleh karena itu umumnya perusahaan perkebunan besar di Indonesia banyak yang menggunakan pemangkasan dengan sistem berbatang tunggal, sedangkan perkebunan rakyat kebanyakan menggunakan sistem berbatang ganda (Yahmadi, 2007). Untuk menentukan terhadap pilihan sistem mana yang lebih baik sangat dipengaruhi oleh kondisi agroekosistem dan jenis kopi yang ditanam. Sistem berbatang tunggal lebih sesuai untuk jenis kopi arabika karena jenis kopi ini banyak membentuk cabang-cabang sekunder dan sistem ini lebih banyak diarahkan pada pengaturan peremajaan cabang. Sehubungan dengan hal tersebut, apabila peremajaan cabang yang merupakan inti dan sistem ini, kurang diperhatikan produksi akan cepat menurun, karena pohon-pohon menjadi berbentuk payung. Untuk daerahdaerah yang basah dan letaknya rendah, dimana pertumbuhan batang-batang baru berjalan lebih cepat sistem berbatang ganda lebih diarahkan pada peremajaan batang oleh karena itu lebih sesuai. Sebaliknya, sistem ini pada umumnya kurang sesuai untuk pertanaman kopi yang sudah tua yang telah lemah daya regenerasinya (Yahmadi, 2007).

d. PenaunganPenaungan ada yang membagi menjadi penaungan sementara

dan penaungan tetap. Penaung sementara sebaiknya dirapikan pada awal musim hujan agar tidak terlalu rimbun. Pada penaungan tetap, percabangan paling bawah hendaknya diusahakan 1-2 meter di atas pohon kopi, oleh karena itu harus dilakukan pemangkasan secukupnya. Ada juga yang mengatur pemangkasan sehingga percabangannya diatur agar dua kali tinggi pohon kopinya agar tetap terjaga peredaran udaranya (Yahmadi, 2007). Jika diperlukan bahkan dilakukan penjarangan, sehingga populasi pohon naungan menjadi sekitar 400-600 pohon/ha, terutama setelah kanopi pohon kopi sudah saling menutup. Selama musim hujan, pohon lamtoro sebagai pohon naungan dapat dipangkas agar matahari masuk dan merangsang pembentuk-an pembungaan kopi. Penjarangan dilakukan tidak harus dengan cara mendongkel pohon, tetapi bisa mempertahankan menjadi setinggi satu meter, sehingga apabila diperlukan pohon naungan masih dapat tumbuh lebih tinggi lagi. Tanaman naungan ada dua macam, yaitu (a) tanaman naungan sementara dan (b) tanaman naungan tetap. Tanaman naungan sebaiknya tanaman leguminosa, yang dapat mengikat nitrogen (N) pada akar-akarnya (memperkaya kandungan N tanah melalui daun-daun yang gugur).

Makalah Analisis dan Rancangan Managemen Tanah dalam Pengembangan Pertanian Kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu | 13

Page 14: Bab I-bab 3 Kesimpulan Modul 4 Tanaman Kopi

4. Panen dan Pengolahan a. Panen

Pemanenan buah kopi yang umum dilakukan dengan cara memetik buah yang telah masak pada tanaman kopi adalah berusia mulai sekitar 2,5 – 3 tahun. Buah matang ditandai oleh perubahan warna kulit buah. Kulit buah berwarna hijau tua adalah buah masih muda, berwarna kuning adalah setengah masak dan jika berwarna merah maka buah kopi sudah masak penuh dan menjadi kehitam-hitaman setelah masak penuh terlampaui (over ripe) (Starfarm, 2010).

Untuk mendapatkan hasil yang bermutu tinggi, buah kopi harus dipetik dalam keadaan masak penuh. Kopi robusta memerlukan waktu 8–11 bulan sejak dari kuncup sampai matang, sedangkan kopi arabika 6 sampai 8 bulan. Beberapa jenis kopi seperti kopi liberika dan kopi yang ditanam di daerah basah akan menghasilkan buah sepanjang tahun sehingga pemanenan bisa dilakukan sepanjang tahun. Kopi jenis robusta dan kopi yang ditanam di daerah kering biasanya menghasilkan buah pada musim tertentu sehingga pemanenan juga dilakukan secara musiman. Musim panen ini biasanya terjadi mulai bulan Mei/Juni dan berakhir pada bulan Agustus/September (Ridwansyah, 2003).

Kadangkala ada petani yang memperkirakan waktu panennya sendiri dan kemudian memetik buah yang telah matang maupun yang belum matang dari pohonnya secara serentak. Dahan-dahan digoyang-goyang dengan mengguna-kan tangan sehingga buah-buah jatuh kedalam sebuah keranjang atau pada kain terpal yang dibentangkan dibawah pohon. Metode ini memang lebih cepat, namun menghasilkan kualitas biji kopi yang lebih rendah (Starfarm, 2010). Terdapat pemanenan secara alami yaitu seperti yang terjadi pada kopi luwak. Luwak atau lengkapnya musang luwak, senang sekali mencari buah-buahan yang cukup baik dan masak (termasuk buah kopi) sebagai makanannya. Luwak akan memilih buah kopi yang betul-betul masak sebagai makanannya. Dalam proses pencernaannya, biji kopi yang dilindungi kulit keras tidak tercerna dan akan keluar bersama kotoran luwak. Biji kopi seperti ini, pada masa lalu sering diburu para petani kopi, karena diyakini berasal dari biji kopi terbaik dan telah difermentasikan secara alami dalam perut luwak, dan oleh karenanya disebut kopi luwak.

"Kopi Luwak" sekarang telah menjadi merek dagang dari sebuah perusahaan kopi. Umumnya, kopi dengan merek ini dapat ditemui di pertokoan atau kafe atau kedai modern. Dibeberapa tempat ditemukan penyajian kopi luwak. Namun belum tentu racikan kopi yang dijual disana benar-benar berasal dari luwak atau tepatnya "kotoran" luwak. Untuk pemasaran kopi jenis ini ke mancanegara memang harus memperhatikan kebersihannya. Kopi Luwak yang diberikan oleh Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono kepada PM Australia, Kevin Rudd, pada kunjungannya ke Australia di awal Maret 2010 menjadi perhatian pers Australia, karena menurut Jawatan Karantina Australia tidak melalui pemeriksaan terlebih dahulu. Pers menjulukinya dung diplomacy ( Nichholls and Mahar, 2010).

b. Pengolahan1. Sortasi

Sortasi atau pemilihan biji kopi dimaksudkan untuk memisahkan biji yang masak dan bernas serta seragam dari buah yang pecah, kurang seragam dan terserang hama serta penyakit.

Makalah Analisis dan Rancangan Managemen Tanah dalam Pengembangan Pertanian Kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu | 14

Page 15: Bab I-bab 3 Kesimpulan Modul 4 Tanaman Kopi

Sortasi juga dimaksudkan untuk pembersihan ranting, daun atau kerikil dan lainnya. Buah kopi masak hasil panen disortasi secara teliti untuk memisahkan buah superior (masak, bernas dan seragam) dari buah inferior (cacat, hitam, pecah, berlubang dan terserang penyakit). Kotoran seperti daun, ranting, tanah dan kerikil harus dibuang karena benda – benda tersebut dapat merusak mesin pengupas. Buah merah terpilih (superior) diolah dengan metode pengolahan secara basah atau semi basah supaya diperoleh biji kopi HS (Haulk Snauk) kering dengan tampilan yang bagus, sedang buah campuran hijau – kuning – merah diolah dengan cara pengolahan kering. (Starfarm, 2010)

2. Pengupasan Sebelum dikupas, biji kopi sebaiknya dipisahkan berdasarkan

ukuran biji agar menghasilkan pengupasan yang baik jika dilakukan dengan mesin pengupas.

3. FermentasiFermentasi diperlukan untuk menyingkirkan lapisan lendir

pada kulit tanduk kopi. Fermentasi biasanya dilakukan pada pengolahan kopi arabika, untuk mengurangi rasa pahit dan mempertahankan citra rasa kopi. Proses fermentasi umumnya hanya dilakukan untuk pengolahan kopi robusta, terutama untuk kebun rakyat. Tujuan proses ini adalah untuk menghilangkan lapisan lendir yang tersisa dari lapisan kulit tanduk pada biji kopi setelah proses pengupasan. Pada kopi arabika, fermentasi juga bertujuan untuk mengurangi rasa pahit dan mendorong terbentuknya kesan “mild” pada citarasa seduhannya. Prinsip fermentasi adalah alami dan dibantu oleh oksigen dari udara. Proses fermentasi dapat dilakukan secara basah (merendam biji dalan genangan air) dan secara kering (tanpa rendaman air).

4. PencucianPencucian bertujuan untuk menghilangkan sisa lendir hasil

fermentasi yang masih menempel pada kulit tanduk. Untuk kapasitas kecil, pencucian dapat dikerjakan secara manual didalam bak atau ember, sedangkan kapasitas besar, perlu dibantu dengan mesin.

5. PengeringanProses pengeringan bertujuan untuk mengurangi kandungan

air dalam biji kopi HS semula 60 – 65% sampai menjadi 12%. Pada kadar air ini, biji kopi HS relatif aman untuk dikemas dalam karung dan disimpan di gudang pada kondisi lingkungan tropis. Proses pengeringan dapat dilakukan dengan cara penjemuran, mekanis dan kombinasi keduanya. Buah kopi arabika mutu rendah (inferior) hasil sortasi di kebun sebaiknya diolah secara kering. Cara ini juga banyak dipraktekan petani untuk mengolah kopi robusta.

6. PengukuranPenentuan kadar biji kopi merupakan salah satu tolak ukur

proses pengeringan agar diperoleh mutu hasil yang baik dan biaya pengeringan yang murah. Akhir dari proses pengeringan harus ditentukan secara akurat. Pengembangan yang berlebihan (menghasilkan biji kopi dengan kadar air jauh dibawah 12%) merupakan pemborosan bahan bakar dan merugikan karena terjadi kehilangan berat. Sebaliknya jika terlalu singkat, maka kadar air kopi belum mencapai titik keseimbangan (12%) sehingga biji kopi

Makalah Analisis dan Rancangan Managemen Tanah dalam Pengembangan Pertanian Kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu | 15

Page 16: Bab I-bab 3 Kesimpulan Modul 4 Tanaman Kopi

menjadi rentan terhadap serangan jamur pada saat disimpan atau diangkut ke tempat konsumen.

7. PenggilinganBiji kopi kering atau biji kopi HS kering digiling dengan mesin

huller untuk mendapatkan biji kopi pasar atau kopi beras (Puslitkoka, 2006). Penggilingan kopi diperlukan untuk memperoleh kopi bubuk dan meningkatkan luas permukaan kopi. Pada kondisi ini, citarasa kopi akan lebih mudah larut pada saat dimasak dan disajikan, dengan demikian seluruh citarasa kopi terlarut ke dalam air seduan kopi akan dihidangkan (Starfarm, 2010). Penggilingan kopi sebaiknya hanya dilakukan terhadap kopi HS yang sudah kering. Setelah proses penggilingan selesai, maka perlu dilakukan pengemasan untuk menjaga hasil pengolahan tetap aman dan terjaga.

8. PenggudanganPenggudangan bertujuan untuk menyimpan hasil panen

yang telah disortasi dalam kondisi yang aman sebelum dipasarkan konsumen. Beberapa faktor penting pada penyimpanan biji kopi adalah kadar air, kelembaban relatif udara dan kebersihan gudang. Udara yang lembab pada gudang di daerah tropis merupakan pemicu utama pertumbuhan jamur pada biji, sedangkan sanitasi atau kebersihan yang kurang baik menyebabkan hama gudang seperti serangga dan tikus.

2. Lakukan identifikasi dan analisis permasalahan sistem budidaya tanaman dari praktek-praktek petani selama ini guna menuju pengembangan pertanian berbasis ekologi.Jawab:

Permasalahan yang terdapat pada sistem budidaya tanaman kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu terletak pada praktek pemupukan. Dimana pemupukan petani kopi di wilayah tersebut tidak menggunakan pedoman atau aturan dosis yang tepat. Sehingga dengan dosis yang tidak sesuai selalu diberikan pada tanah tersebut, dapat memberikan dampak negatif pada hasil pertanian kopi tersebut. Tanah yang digunakan untuk budidaya tanaman kopi tersebut menjadi asam dan menganggu fase vegetatif tanaman kopi tersebut. Pupuk yng diberikan petani kopi ini juga menggunakan pupuk kimia, yaitu dengan alasan agar dapat mempercepat pertumbuhan dari tanaman kopi tersebut.Tetapi hasil yang didapatkan adalah tanaman kopi tersebut mengalami penurunan kualitas. Selain penurunan kualitas, juga terjadi penurunan kuantitas dari hasil produksi yang berdampak terjadi penurunan pendapatan dari petani kopi itu sendiri. Mereka, para petani kopi merasa merugi karena telah mengeluarkan cost atau biaya yang besar dalam pembelian pupuk kimia tersebut tetapi dengan hasil atau kuantitas yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh para petani kopi. Sehingga tanah yang rusak akibat dari kesalahan dari teknik pemupukan ini menjadi sorotan utama dari permasalahan petani kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu

Permasalahan kedua adalah masih pada sistem budidaya tanaman kopi tetapi terletak pada hama yang mengganggu dari tanaman kopi tersebut. Luwak yang seringkali menjadi sebutan sebagai binatang yang erat hubungan simbiosis mutualisme dengan kopi tersebut malah menjadi hama pada budidaya tanaman kopi di Dusun Toyomerto Desa

Makalah Analisis dan Rancangan Managemen Tanah dalam Pengembangan Pertanian Kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu | 16

Page 17: Bab I-bab 3 Kesimpulan Modul 4 Tanaman Kopi

Pesanggrahan Kecamatan Batu. Ketika proses pemanenan tanaman kopi tersebut, luwak seringkali menyerbu tanaman kopi, luwak tersebut memakan tanaman kopi yang sudah masak dan siap panen. Sehingga terjadi penurunan kuantitas yang semula dari 65 kg/hari menyusut menjadi 50kg/hari. Sehingga petani kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu lebih memilih untuk mengkonsumsi sendiri tanaman kopi tersebut daripada dijual dengan para tengkulak dengan harga yang jatuh. Sehingga petani kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu merupakan petani yang subsisten yaitu hasil panen hanya digunakan untuk konsumsi keluarga saja.

3. Jelaskan bagaimana petani menyelesaikan masalah ini selama ini.Jawab:

Petani kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu dalam menyelesaikan masalah praktek pemupukan yang salah yaitu dengan cara pembelajaran lebih lanjut mengenai dosis pemupukan yang sesuai dengan anjuran pada tanaman kopi. Pembelajaran ini didapatkan dari kelompok tani yang mengikuti penyuluhan dalm praktek pemupukan. Hanya saja akses kelompok tani ini masih terkesan sulit untuk mendapatkan penyuluhan. Sehingga dalam penyelesaian masalah pada praktek pemupukan ini belum dapat dikatakan dapat menyelesaikan permasalahan tanah yang mengalami penurunan kualitas dan hasil produksi yang mengalami penurunan kualitas maupun kuantitas.

Pada permasalahan kedua yaitu hama luwak, petani kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu melakukan pembuatan pagar diluar dari kebun kopi. Pagar ini dibuat mengeilingi dari kebun kopi tersebut. Pagar yang dibuat para petani kopi ini masih saja dapat dilewati oleh luwak tersebut sehingga pembuatan pagar keliling ini belum dapat menekan dari dampak yang ditimbulkan oleh luwak yang memakan kopi siap panen tersebut.

4. Solusi atas permasalahan yang terjadi pada petani Kopi.Jawab:

Produksi Kopi Luwak dari tahun ke tahun semakin merosot, dikarenakan Luwak dianggap sebagai hama atau binatang perusak, karena selain buah kopi, Luwak juga pintar mengkonsumsi buah-buahan yang siap dipanen, seperti pisang, coklat, pepaya dan buah segar lainnya. Selain itu, Luwak sering dianggap sebagai hama yang suka memangsa ayam, anak ayam dan telur. Mangsa lainnya adalah aneka serangga, moluska, cacing tanah, kadal, serta bermacam-macam hewan kecil lain yang bisa ditangkapnya, termasuk mamalia kecil seperti tikus. Perilaku yang demikian menjadikan Luwak sebagai binatang yang diburu petani. Dengan demikian perlu dilakukan langkah-langkah tepat agar populasi Luwak tetap terjaga, yaitu salah satunya dengan memelihara binatang Luwak.

Memang tidak gampang dalam memelihara dan mengembangbiakkan binatang Luwak tersebut. Karena binatang Luwak pemakan daging, binatang ini cenderung berperilaku kanibal bila dikumpulkan dengan Luwak yang lebih kecil, sehingga kandangnya harus dibuat satu per satu. Seminggu sekali untuk menambah protein, diberi daging ayam dan selama tidak ada buah kopi, Luwak diberi makan buah-buahan. Pada musim kopi, Luwak dapat menghabiskan 0,88 - 1,15 kg kopi gelondongan per hari. Tiap ekor Luwak dewasa dapat menghasilkan

Makalah Analisis dan Rancangan Managemen Tanah dalam Pengembangan Pertanian Kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu | 17

Page 18: Bab I-bab 3 Kesimpulan Modul 4 Tanaman Kopi

rata-rata kopi pasar 0,16 – 0,20 kg/ekor/hari. Buah kopi yang diberikan adalah buah kopi yang masak dan segar. Biji kopi yang dimakan mengalami proses fermentasi selama 12 jam dalam perut Luwak yang mengandung berbagai macam enzim. Biji tersebut kemudian keluar bersama kotoran pada proses ekskresi. (Kementerian Pertanian-Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktort Perlindungab Perkebunan)

Sehingga dapat diketahui bahwa keberadaan Luwak juga sebenarnya memiliki sisi positif bagi perekonomian petani kopi, akan tetapi terkadang petani tidak menyadari dan memang tidak menginginkan Luwak berada pada tanaman kopi mereka sehingga mereka merasa bahwa Luwak adalah hama pengganggu yang harus dijauhkan dari tanaman kopi mereka. Selanjutnya, permasalahan yang juga menjadi kendala bagi para petani kopi adalah kurangnya pengetahuan tentang pentingnya pengaplikasian pupuk sesuai dosis yang menyebabkan keadaan tanah menjadi tidak baik. Tanaman membutuhkan delapan belas elemen untuk pertumbuhan, akan tetapi ang umumnya tanah mengalami kekurangan pada tiga unsur yaitu Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Kekurangan nutrisi lainnya seperti Mg (Magnesium), Sulfur (S), Mangan (Mn) tentu terjadi, tetapi tidak banyak. Kekurangan unsur S, Mg, dan beberapa mikronutrien lain lebih umum terjadi di daerah dengan curah hujan tinggi. Sedangkan di daerah kering lebih sering terjadi kekurangan zat besi, seng, tembaga, dan mangan.Tujuan Manajemen nutrisi atau pemupukan adalah :.

a. memenuhi kebutuhan hara tanaman untuk kualitas hasil yang memuaskan dan juga sebagai upaya untul meminimalisir serangan dengan menyeimbangkan kebutuhan nutrisi tanaman

b. Meminimalkan biaya ekonomi dan lingkungan dengan memasok nutrisi.

c. penggunaan sumber-sumber lokal nutrisi bila memungkinkan.d. kebutuhan nutrisi untuk kesuburan tanah.

Sedangkan dalam pemupukan atau Manajemen nutrisi ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti :

a. Membangun dan mempertahankan tingkat bahan organik tanah yang tinggi.

b. Uji pupuk dan ketahui kandungan gizinya sebelum diaplikasikan.

c. Memasukkan pupuk ke dalam tanah dengan cepat jika mungkin, untuk mengurangi penguapan N dan potensihilangnya nutrisi dalam limpasan.

d. Uji tanah secara teratur untuk menentukan nutrisi dan apakah membutuhkan pemupukan atau pengapuran atau tidak.

e. seimbangkan aliran nutrisi untuk mempertahankan kondisi nutrisi yang optimal

f. Meningkatkan struktur tanah dan mengurangi limpasan lapangandengan meminimalkan kerusakan pemadatan tanah.

g. Gunakan kacang-kacangan hijauan atau tanaman kacangan untukmenyediakan N untuk tanaman yang diikuti dengan pengembangan hasil dan tanah menjadi lebih baik.

h. Gunakan tanaman penutup untuk mengikat nutrisi, meningkatkan struktur tanah,mengurangi limpasandan erosi, dan menyediakan mikroba dengan segarbahan organik.

i. Menjaga pH tanah di kisaran optimal untuksebagian besar tanaman sensitif saat kita melakukan rotasi tanaman.

Makalah Analisis dan Rancangan Managemen Tanah dalam Pengembangan Pertanian Kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu | 18

Page 19: Bab I-bab 3 Kesimpulan Modul 4 Tanaman Kopi

j. Ketika kekurangan P dan K yang berlebihan, sebarkan beberapapupuk untuk meningkatkan kesuburan tanah pada keadaan umum dengan sebaik mungkin.

k. Untuk mendapatkan hasil yang paling efisien, gunakan pupuk Pdan K ketika level berada di kisaran menengah, pertimbangkan pengaplikasian ikatan saat menanam, terutama di iklim dingin. (Building Soils for Better Crops: Sustainable Soil Management, Chapter 18 : Nutrient Management)

Dari penjelasan buku building soils tersebut dapat dikatakan bahwa pengaplikasian pupuk yang tepat juga harus didasarkan pada keadaan tanah yang digunakan untuk menanam. Karena sebenarnya tanah memiliki elemen-elemen nutrisinya sendiri, hanya saja harus diketahui bahwa tanah yang sedang digunakan itu mengalami kekurangan nutrisi apa ketika digunakan sebagai media tanaman kopi. Sehingga para petani harus benar-benar mengetahui keadaan atau kondisi tanah mereka untuk bisa mengaplikasikan pupuk dengan baik dan benar dengan tidak menyebabkan kerusakan pada tanah.

5. Tetapkan dan rancang kegiatan-kegiatan perbaikan habitat pertanaman baik di atas dan di dalam tanah:Jawab: A. Meningkatkan Perbaikan Habitat di Atas Tanah pada Komoditas Kopi

Kegiatan yang dapat dilakukan untuk perbaikan pertanaman baik diatas maupun didalam tanah untuk komoditas kopi sangat perlu dilakukan dengan tujuan meningkatkan produktifitas komoditas tersebut dan tetap tidak mengesampingkan faktor pendukung

Dengan semakin besarnya tanaman kopi maka nilai perlindungan tanaman terhadap tanah akan meningkat. Sejalan dengan itu maka tanaman naungan akan semakin rimbun dan memberikan kontribusi bahan organik yang lebih tinggi. Hal ini menyebabkan perlakuan multistrata akan efektif menekan erosi sampai tingkat yang dapat ditoleransi pada hampir setiap kemiringan dan panjang lereng. Dengan berkembangnya kopi dan tanaman pelindung sampai mencapai umur sekitar ±8 tahun, maka efektivitasnya menahan erosi akan menyerupai hutan. Dengan demikian perlakuan pengelolaan erosi yang bersifat mekanis (engineering) seperti rorak, gulud, dsb. hanya diperlukan sewaktu tanaman kopi dan tanaman naungannya masih muda.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk memperbaiki habitat di atas tanah, antara lain :a. Metode Mekanik/ sipil teknik

Suatu bentuk metode konservasi tanah dengan menggunakan sarana fisik (tanah, batu, dan lain-lain) sebagai sarana bangunan konservasi tanah. Metode ini berfungsi untuk : (a) memperlambat aliran permukaan, (b) menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak. Beberapa cara yang diajurkan untuk mewujudkan metode ini adalah sebagai berikut :

1. Pengolahan tanah minimumDengan adanya pengolahan tanah secara minimum akan

memperbaiki struktur tanah melalui peningkatan pori makro. Proses ini terjadi karena dengan minimum pengolahan atau

Makalah Analisis dan Rancangan Managemen Tanah dalam Pengembangan Pertanian Kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu | 19

Page 20: Bab I-bab 3 Kesimpulan Modul 4 Tanaman Kopi

bahkan tanpa adanya olah tanah, fauna (hewan) tanah seperti cacing menjadi aktif.

2. Pengolahan tanah menurut kontur.3. Pembuatan guludan dan teras

Sistem gulud adalah sistem dengan menggunakan larikan di mana bagian saluran gulud dapat berfungsi untuk meningkatkan penyerapan air ke dalam tanah (infiltrasi) sedangkan punggung gulud dapat menahan laju aliran permukaan.

Keuntungan dan peluang penerapan pembuatan guludan antara lain, (1) sistem ini efektif menahan erosi dan mengurangi hanyutan hara, (2) meningkatkan infiltrasi air ke dalam tanah, (3) saluran guludan dapat dijadikan tempat menumpuk sisa tanaman sehingga mempertahankan kadar bahan organik tanah dan meningkatkan efektivitas organisme tanah.

Sedangkan kerugian penggunaan guludan antara lain memerlukan tambahan tenaga kerja untuk pembuatan dan pemeliharaan.

4. Saluran buntuSaluran buntu pada dasarnya adalah rorak yang ukuran

panjangnya 1 sampai 1,5 m. Seperti halnya rorak, saluran buntu dianggap dapat merangsang pertumbuhan akar tanaman dan selanjutnya meningkatkan produksi kopi. Jika satu saluran penuh terisi sisa tanaman dan tanah, maka saluran selanjutnya dibuat pada sisi lain dari tanaman kopi.

b. Metode VegetativeSuatu metode konservasi tanah dengan menggunakan tanaman

atau tumbuhan dan seresah untuk mengurangi daya rusak hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan daya rusak aliran permukaan erosi.Metode ini berfungsi untuk :

a. Melindungi tanah terhadap daya rusak butir-butir hujan yang jatuh.

b. Melindungi tanah terhadap daya perusahaan aliran air.c. Memperbaiki kapasitas infiltrasi tanah dan penahan air yang mempengaruhi besarnya aliran permukaan.d. Memperbaiki struktur dan kesuburan tanah.

Beberapa cara yang digunakan dalam metode ini yaitu sistem pertanaman lorong, strip rumput, tanaman penutup tanah, teras gulud, teras bangku, rorak, embung, mulsa, dan dam parit.

Tanaman penutup tanah adalah tumbuhan atau tanaman yang khusus ditanaman untuk melindungi tanah dari ancaman kerusakan oleh erosi dan atau untuk memperbaiki sifat kimia dan fisik tanah. Tanaman penutup tanah berperan untuk :

e. Menahan atau mengurangi daya perusak butir-butir hujan yang jatuh dan aliran air di atas permukaan tanah

f. Menambah bahan organik tanah melalui batang, ranting, dan daun mati yang jatuh

g. Melakukan transpirasi, yang mengurangi kandungan air tanah.

Makalah Analisis dan Rancangan Managemen Tanah dalam Pengembangan Pertanian Kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu | 20

Page 21: Bab I-bab 3 Kesimpulan Modul 4 Tanaman Kopi

Peranan tanaman penutup tanah tersebut menyebabkan berkurangnya kekuatan dispersi air hujan, mengurangi jumlah serta kecepatan aliran permukaan dan memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah sehingga mengurangi erosi. Selain itu banyak tumbuhan yang termasuk dalam tumbuhan pengganggu atau tidak disukai yang dapat berfungsi sebagai penutup tanah atau pelindung tanah terhadap ancaman erosi. Gulma umumnya menjadi masalah utama dalam pertanian. Para petani biasanya membersihkan seluruh atau sebagian gulma dengan menggunakan koret (sejenis cangkul kecil). Pembersihan dengan cara ini dapat memicu terbukannya permukaan tanah yang mengawali terjadinya erosi, terutama di sebagian area kebun untuk menghalangi terjadinya erosi. Aktivitas pembersihan gulma ini menuntut alokasi waktu, tenaga, bahkan biaya untuk upah jika menggunakan jasa orang lain. (Dianda, 2011).

Tanaman penutup tanah seperti tanaman Arachis pintoi adalah sejenis tanaman kacang-kacangan yang bentuknya hampir menyerupai tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea). Tanaman ini mudah merambat sehingga dalam waktu tiga bulan sesudah ditanam akan dapat menutupi permukaan tanah, asalkan penanamannya dilakukan pada awal atau pertengahan musim hujan. Pertumbuhannya merambat dan tingginya tidak lebih dari 25 cm dan dapat menutupi tanah dengan anyaman batang (shoot mat) yang rapat. Dengan demikian tanaman ini ideal untuk dijadikan sebagai tanaman penutup tanah. Apalagi karena kemampuannya menambat N2 dari udara maka penggunaan Arachissebagai penutup tanah dapat mengurangi, bahkan meniadakan penambahan pupuk N untuk tanaman utama.

Manfaat yang dapat diharapkan dari Arachis pintoi terhadap tanaman kopi yaitu :

h. Tanaman ini, seperti berbagai jenis tanaman kacang-kacangan lainnya, dapat menambat N2 dari udara sehingga dapat memperkaya N tanah. Dengan demikian pemberian pupuk N dapat dikurangi atau ditiadakan.

i. Humusnya meningkatkan kandungan bahan organik tanah. j. Mengurangi erosi karena penutupannya yang rapat pada

permukaan tanah.k. Mengurangi waktu yang diperlukan untuk penyiangan karena

penyiangan hanya perlu dilakukan pada sekitar lingkaran batang dengan diameter 120 cm.

Selain untuk penutup tanah, Arachis pintoidapat digunakan sebagai pakan ternak domba atau sapi. Pangkasan tanaman ini perlu dikeringkan lebih dahulu sebelum diberikan kepada ternak. Untuk ternak ruminansia pada umumnya, tanaman kacang-kacangan diberikan sekitar 10–15% (10-15% hijauan kacang-kacangan dan 85-90% rumput-rumputan dan sejumlah konsentrat). Apabila kacang-kacangan terlalu

Makalah Analisis dan Rancangan Managemen Tanah dalam Pengembangan Pertanian Kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu | 21

Page 22: Bab I-bab 3 Kesimpulan Modul 4 Tanaman Kopi

banyak, selain kurang memberi manfaat tambahan, juga dapat menimbulkan gangguan pencernaan ternak. Jika Arachis pintoi diberikan pada ternak maka unsur P dan K yang dikandungnya akan terangkut bersama hijauan pakan dan ini memerlukan penggantian hara P dan K dalam bentuk pupuk. Dengan demikian pupuk P dan K yang diberikan tergantung pada sering atau tidaknya pemotongan Arachis pintoidilakukan. Untuk pemotongan yang sering, misalnya sekali dua bulan maka perlu penambahan SP36 sekitar 100 sampai 150 kg/ha/tahun dan KCl sekitar 50–100 kg/ha/tahun.

c. Metode KimiaDimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah melalui

pemberian bahan kimia tanah (soil conditioner). Bahan kimia sebagai soil conditioner mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap stabilitas agregat tanah. Pengaruhnya berjangka panjang karena senyawa tersebut tahan terhadap mikroba tanah. Permeabilitas tanah dipertinggi dan erosi tanah berkurang. Bahan tersebut juga memperbaiki pertumbuhan tanaman semusim pada tanah liat yang berat. Bahan-bahan pemantap tanah bagi lahan-lahan pertanian dan perkebunan yang baru dibuka sesungguhnya sangat diperlukan mengingat :

a. Lahan-lahan bukaan baru kebanyakan masih merupakan tanah-tanah virgin yang memerlukan banyak perlakuan agar dapat didayagunakan dengan efektif.

b. Pada waktu penyiapan lahan tersebut telah banyak unsur-unsur hara yang terangkat.

c. Pengerjaan lahan tersebut menjadi lahan yang siap untuk kepentingan perkebunan, menyebabkan banyak terangkat atau rusaknya bagian top soil, mengingat pekerjaannya menggunakan peralatan-peralatan berat seperti traktor, bulldozer, dan alat-alat berat lainnya.

d. Pada waktu penyiapan lahan tersebut telah banyak unsur-unsur hara yang terangkat, sehingga perlu adanya pasokan unsur hara tambahan.

e. Pengerjaan lahan tersebut menjadi lahan yang siap karena penambahan bahan kimia, sehingga tanah menjadi subur.

Namun teknik konservasi dengan kimiawi jarang digunakan petani jika dibandingkan dengan cara konservasi mekanik ataupun vegetasi, terutama karena keterbatasan modal, sulit pengadaannya serta hasilnya tidak jauh beda dengan penggunaan bahan-bahan alami. Selain itu sebagian tanah sensitif terhadap penggunaan bahan-bahan kimia, dengan penggunaannya yang dilakukan terus-menerus maka tanah tersebut tidak akan produktif. (Dianda, 2011).

B. Meningkatkan Perbaikan Habitat Didalam Tanah pada Komoditas KopiPraktek-praktek umum untuk meningkatkan tanah sebagai tempat

untuk akar tanaman dan organisme menguntungkan untuk berkembang. Namun, pertanyaan yang nyatayang mana yang terbaik dilaksanakan, dan bagaimana mereka diimplementasikan pada sebuah peternakan

Makalah Analisis dan Rancangan Managemen Tanah dalam Pengembangan Pertanian Kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu | 22

Page 23: Bab I-bab 3 Kesimpulan Modul 4 Tanaman Kopi

tertentu? Pertanyaan-pertanyaan ini hanya dapat dijawab dengan mengetahui situasi tertentu serta sumber daya yang tersedia di pertanian.

Peranan bahan organik jika dilihat dari pengaruhnya terhadapat kondisi fisik tanah yaitu untuk membantu memperbaiki struktur tanah agar menjadi gembur, dimana dengan sifat dari bahan organik sendiri yang gembur maka dapat meningkatkan kegiatan jasad mikro dalam tanah. selanjutnya jika dilihat dari kondisi kimia tanah, bahan organik berfungsi sebagai gudang penyimpan hara, selain itu bahan organik juga mudah melepaskan hara tersebut untuk dipakai oleh tanaman. Fosfat yang semula terfiksasi Ca, Fe dan Al dan tidak dapat diserap tanaman akan menjadi tersedia bila unsur-unsur Ca dan Fe tersebut dapat diikat bahan organik menjadi organik kompleks. Proses ini adalah proses kimia sehingga kelarutan Al dan Fe dalam tanah yang semula tinggi dan bersifat racun dapat dikurangi. Tidak semua Al dan Fe tersebut dapat terikat tetapi hanya beberapa bentuk dalam senyawa tertentu. Sedangkan jika dilihat dari biologi tanah, bahan organik tanah merupakan sumber utama energi untuk menjadi bahan makanan bagi aktivitas jasad mikro tanah. Penambahan bahan organik dengan C/N rasio tinggi mendorong pembiakan jasad renik dan mengikat beberapa unsur hara tanaman. Setelah C/N rasio turun, sebagaian jasad mikro mati dan melepaskan kembali unsur hara ke tanah. Makin banyak bahan organik, makin banyak populasi jasad mikro dalam tanah. Untuk peranan bahan organik sendiri bagi pertanaman kopi yaitu untuk melakukan pengolahan tanah dalam skala kecil dan dianggap sebagai upaya minimumtillage. Penambahan bahan organik sendiri pada lubang tanam kopi untuk membuat area lubang tanam tersebut menjadi gembur sehingga perakaran tanaman kopi akan mudah untuk berkembang.

Selain perbaikan habitat diatas tanah, komoditas kopi juga dilakukan perbaikan habitat didalam tanah, seperti pemupukan. Pupuk adalah unsur hara atau makanan yang dibutuhkan oleh tanaman, sedangkan pemupukan adalah suatu teknik atau cara melakukan pemberian peningkatan nutrisi tanaman, tujuan dari perlakuan tersebut adalah:

1. Meningkatkan hasil produksi.2. Menambah kekebalan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit.3. Memperbaiki kondisi tanah dan menambah kesuburan tanaman.4. Memperpanjang usia tanaman.

Dengan tujuan memperbaiki sifat kimiawi tanah,suatu tanaman kopi membutuhkan minimal 16 unsur hara,untuk memperbaiki dan mempertahankan hidupnya,dan apabila salah satu unsur tidak terpenuhi maka akan berakibat buruk bagi pertumbuhan tanaman kopi, ke 16 unsur tersebut dibagi menjadi 2 bagian yaitu:

a. Unsur Mineral.Makro (unsur yang banyak dibutuhkan) N, P, K, S, Ca, Mg. - Mikro

(unsur yang sedikit dibutuhkan) Cl, B, Fe, Mo, Mn, Zn, Cu. Unsur Non Mineral seperti C, H, dan O. Walaupun tanaman kopi membutuhkan 16 unsur agar pertumbuhannya dapat lebih sempurna, tetapi yang perlu diperhatikan sekarang ini adalah unsur, Nitrogen, Phosfor, dan Kalium, sebab ketiga unsur inilah yang sangat sering kekurangan di dalam tanah, sehingga harus di lakukan penambahan melalui pemupukan, sedangkan unsur yang lainnya tersedia di dalam tanah sangat mencukupi, hanya saja bagaimana cara agar unsur tersebut bisa diserap oleh tanaman kopi, sangatlah perlu untuk di ketahui. Di bawah ini beberapa cara yang

Makalah Analisis dan Rancangan Managemen Tanah dalam Pengembangan Pertanian Kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu | 23

Page 24: Bab I-bab 3 Kesimpulan Modul 4 Tanaman Kopi

mungkin bisa dilakukan agar unsur lainnya bisa diserap dan terpenuhi bagi tanaman.1. Pemupukan menggunakan pupuk organik atau kompos alami lainnya

yang menggandung jasad hidup atau mikroba, yang dapat menyerap dan menguraikan makanan untuk tanaman kopi.

2. Menggemburkan lahan agar perakaran dapat lebah leluasa mencari makan.

3. Menggunakan pohon pelindung yang perakarannya cukup dalam, sehingga pohon tersebut akan menyerap beberapa unsur yang berada di lapisan tanah, kemudian pohon tersebut akan memberikan kepada tanaman kopi, melalui daun, buah dan ranting yang gugur.

Kesuburan lapisan tanah bisa digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu:1. Subur fisik, maksudnya kegemburan atau kelonggaran lapisan tanah2. Subur biologis, maksudnya ketersediaan jasad-jasad hidup yang

berada di lapisan tanah seperti cacing tanah, mikroba, bakteri pengurai dan mahluk hidup kecil lainnya, yang dapat berfungsi menguraikan makanan bagi tanaman kopi, sekaligus bisa mengemburkan tanah.

3. Subur kimiawi, maksudnya ketersediaan unsur hara yang di butuhkan tanaman kopi.

Setelah diketahui ke 3 tingkat kesuburan tersebut, bisa diambil satu kesimpulan, bila menggunakan pupuk kimia, lapisan tanah hanya mendapatkan subur kimiawi, sedangkan untuk subur fisik dan subur biologis tidak terpenuhi, bahkan mengurangi kedua tingkat kesuburan tersebut. Karena bahan kimia dapat membuat lapisan tanah menjadi keras dan membantu, serta bisa mematikan jasad-jasad hidup, sedangkan bila menggunakan pupuk organik, maka ketiga tingkat kesuburan tersebut dapat terpenuhi untuk lapisan tanah, dan perlu untuk diketahui, bila dilakukan pemupukan bukan tanaman yang seharusnya dipupuk, melainkan lapisan tanah yang yang sebetulnya harus diberikan pupuk, agar tanah menjadi baik dan subur, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik dan menjadi subur, hal ini bisa dibuktikan jika tanaman yang ditanam di lahan yang masih subur tanpa dipupuk maka tanaman tersebut dapat tumbuh subur dan berproduksi yang cukup tinggi.

6. Tetapkan teknologi apa yang bisa ditawarkan, bagaimana dan dimana teknologi tersebut sebaiknya diterapkan guna mencapai sasaran hasil tanaman (atau usaha lain) yang optimal dan berkualitas dengan memberikan dampak lingkungan positif yang tinggi dan dampak negatif yang rendahJawab:

Teknologi yang dapat ditawarkan untuk budidaya tanaman kopi dengan memperhatikan empat faktor yang menentukan keberhasilan budidaya kopi, yaitu pada :1. Teknik penyediaan sarana produksi

Kondisi lingkungan tumbuh tanaman kopi yang paling berpengaruh terhadap produktivitas tanaman kopi adalah tinggi tempat dan tipe curah hujan. Sebab itu, jenis tanaman kopi yang ditanam harus

Makalah Analisis dan Rancangan Managemen Tanah dalam Pengembangan Pertanian Kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu | 24

Page 25: Bab I-bab 3 Kesimpulan Modul 4 Tanaman Kopi

disesuaikan dengan kondisi tinggi tempat dan curah hujan di daerah setempat.Selama ini, jenis kopi yang biasa ditanam di perkebunan rakyat seperti di Lampung adalah kopi arabika dan robusta.Padahal kedua jenis tanaman kopi tersebut menghendaki persyaratan tumbuh yang berbeda.

Kopi arabika menghendaki ketinggian lahan yang lebih tinggi dari kopi robusta agar dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Penanaman kopi arabika pada lahan dataran rendah produktivitasnya akan menurun dan lebih rentan terhadap penyakit karat daun, sedangkan penanaman kopi robusta di daerah Lampung cocok ditanam pada ketinggian antara 300-600 m di atas permukaan laut.

2. Proses produksi/budidayaPertanaman kopi memerlukan pohon pelindung.Makanya,

sebelum menanam kopi terlebih dahulu menanam pohon pelindung.Di Lampung pohon pelindung yang banyak dipakai petani adalah glirisidea (gamal/kayu hujan).

a. PenyambunganPembentukan kebun kopi robusta secara poliklonal dapat juga

dilakukan pada kebun kopi yang sudah ada (tidak menanam baru).Batang bawah kopi disambung dengan batang atas (entres) dari klon-klon kopi robusta anjuran yang dipilih.Hasil sambungan dikatakan berhasil baik jika setelah 2 minggu penyambungan bahan masih tetap segar.

b. Pemeliharaan Tanaman di Lapang1. Penyulaman

Penyulaman dilakukan untuk tanaman yang matisetelah 2-3 minggu tanam di lapang.Kemudian didangir disekitar tanaman dengan jarak 30cm sekeliling batang untukpembersihan gulma (sekali setahun pada awal musim hujan).2. Pemangkasan Tanaman Kopi

Tujuan pemangkasan tanaman kopi:a) Untuk membentuk tanaman yang sehat dan mengatur

tinggitanaman sehingga memudahkan perawatan dan pemanenan.

b) Pada Robusta: membentuk cabang-cabang produksi yang barusecara rutin dalam jumlah yang pas.

c) Pada Arabika: menghilangkan cabang tua, cabang liar, cabangbalik, cabang cacing, dan cabang yang tidak dikehendaki.

d) Memudahkan masuknya cahaya dan memperlancar aliran udaradalam tajuk.

e) Memudahkan pengendalian hama penyakit.f) Mengurangi terjadinya perubahan hasil yang naik turun

sertadampak dari pembuahan yang berlebih.3. Pemangkasan Penaung

Tujuan pemangkasan pohon penaung:a) Melindungi tanaman kopidari kondisi terlalu lembapdan

meningkatnya seranganhama penyakit.b) Mengurangi kehilangan humus.c) Mengurangi kejadian matipucuk akibat kelebihanproduksi.d) Hasil pangkasan bisa dijadikan sebagai sumber bahan organik

(untuk kompos) dan juga sumber kayu bakar.

Makalah Analisis dan Rancangan Managemen Tanah dalam Pengembangan Pertanian Kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu | 25

Page 26: Bab I-bab 3 Kesimpulan Modul 4 Tanaman Kopi

4. PemupukanPemupukan dilakukan dengan pupuk NPK (berupacampuran

Urea, TSP, dan KCl) masing-masing ½ dari dosis 100 gr Urea, 50 gr TSP, dan 50 gr KCl, pada saat tanaman berumur 2 tahun. Setelah tanaman berumur 3-4 tahun, tinggi tanaman mencapai 150 cm dilakukan pemangkasan 30 cm dari pucuk, bila tanah kurang subur diperpanjang pemangkasannya menjadi 40-50 cm dari pucuk.5. Pembuatan Rorak (Lubang Angin)

Tujuan pembuatan adalah untuk memperlancar aliran udara akar dan memberikan nutrisi pada akar dengan memasukkan bahan organik ke dalam rorak.Cara membuat rorak:Menggali tanah sekitar 30 cm dari pangkal batang, dengan ukuran lubang: panjang 60–80 cm, lebar 30 cm, dalam 40–50 cm.6. Teknologi Pengendalian hama dan penyakit

Hama utama kopi yang dapat menurunkan produksi dan mutu kopi adalah: penggerek buah kopi oleh Hypothenemus hampei Ferr. Gejala serangannya dapat terjadi pada buah kopi yang muda maupun tua (masak), buah gugur mencapai 7-14% atau perkembangan buah menjadi tidak normal dan busuk. Penyakit ini dapat dikendalikan dengan cara:a) Petik semua buah yang masak awal (baik pada buah yangterserang

maupun tidak), biasanya dilakukan pada 15-30hari menjelang panen raya. Untuk mencegah terbangnyahama, pada saat menampung buah digunakan kantongyang tertutup, kemudian buah direndam dalam air panasselama sekitar 5 menit.

b) Lakukan lelesan, yaitu dengan mengumpulkan semuabuah yang jatuh di tanah untuk menghilangkan sumbermakanan bagi hama.

c) Dilakukan racutan/rampasan, yaitu memetik semua buahyang telah berukuran 5mm yang masih ada di pohonsampai akhir panen (hal ini untuk memutus daur hiduphama).

d) Lakukan pemangkasan terhadap tanaman pelindung agarkondisi lingkungan tidak terlalu gelap.

e) Bisa juga dilakukan penyemprotan dengan agensia hayati,yaitu dengan pemanfaatan jamur Beauvaria bassianadengan dosis 2,5 kg bahan padat per ha setiap kaliaplikasi. Dalam satu periode panen kopi dapat dilakukan 3 kali aplikasi.

3. Proses Teknik penanganan pascapanen dan pengolahan (agroindustri)

a. PanenPemanenan buah kopi dilakukan dengan cara memetik buah yang

telah masak. Penentuan kematangan buah ditandai oleh perubahan warna kulit buah.Kulit buah berwarna hijau tua ketika masih muda, berwarna kuning ketika setengah masak dan berwarna merah saat masak penuh dan menjadi kehitam-hitaman setelah masak penuh terlampaui (over ripe).Tanaman kopi tidak berbunga serentak dalam setahun, karena itu ada beberapa cara pemetikan :1) Pemetikan pilih/selektif (petik merah) dilakukan terhadapbuah

masak.2) Pemetikan setengah selektif dilakukan terhadap dompolanbuah

masak.

Makalah Analisis dan Rancangan Managemen Tanah dalam Pengembangan Pertanian Kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu | 26

Page 27: Bab I-bab 3 Kesimpulan Modul 4 Tanaman Kopi

3) Pemetikan lelesan dilakukan terhadap buah kopi yanggugur karena terlambat pemetikan.

4) Pemetikan racutan/rampasan merupakan pemetikanterhadap semua buah kopi yang masih hijau, biasanyapada pemanenan akhir.

b. Pengolahan Cara KeringMetoda pengolahan cara kering banyak dilakukan di tingkat

petani karena mudah dilakukan, peralatan sederhana dan dapat dilakukan di rumah petani. Tahap-tahap pengolahan kopi cara kering

Pengeringan1. Kopi yang sudah dipetik dan disortasi (dipilih) harussesegera

mungkin dikeringkan agar tidak mengalamiproses kimia yang bisa menurunkan mutu. Kopi dikatakankering apabila waktu diaduk terdengar bunyi gemerisik.

2. Beberapa petani mempunyai kebiasaan merebus kopigelondong lalu dikupas kulitnya, kemudian dikeringkan.Kebiasaan merebus kopi gelondong lalu dikupas kulitharus dihindari karena dapat merusak kandungan zatkimia dalam biji kopi sehingga menurunkan mutu.

3. Apabila udara tidak cerah pengeringan dapatmenggunakan alat pengering mekanis.

4. Tuntaskan pengeringan sampai kadar air mencapaimaksimal 12,5%

5. Pengeringan memerlukan waktu 2-3 minggu dengan caradijemur6. Pengeringan dengan mesin pengering tidak diharuskankarena

membutuhkan biaya mahal. Pengupasan kulit (Hulling)

1. Hulling pada pengolahan kering bertujuan untukmemisahkan biji kopi dari kulit buah, kulit tanduk dan kulitarinya.

2. Hulling dilakukan dengan menggunakan mesin pengupas(huller). Tidak dianjurkan untuk mengupas kulit dengancara menumbuk karena mengakibatkan banyak biji yangpecah. Beberapa tipe huller sederhana yang seringdigunakan adalah huller putar tangan (manual), hullerdengan penggerak motor, dan hummermill.

c. Pengolahan Cara Basah (Fully Washed)Tahap-tahap pengolahan cara basah terdiri dari:

a) Pengupasan Kulit Buahb) Fermentasic) Pencuciand) Pengeringane) Pengupasan kulit kopi HS

d. Pengolahan Cara Semi Basah (Semi Washed Process)Pengolahan secara semi basah saat ini banyak diterapkan

oleh petani kopi arabika di Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan.Cara pengolahan tersebut menghasilkan kopi dengan citarasa yang sangat khas, dan berbeda dengan kopi yang diolah secara basah penuh.Ciri khas kopi yang diolah secara semi-basah ini adalah berwarna gelap dengan fisik kopi agak melengkung.Kopi Arabika cara semi-basah biasanya memiliki tingkatkeasaman lebih rendah dengan body lebih kuat disbanding dengan kopi olah basah penuh.

Makalah Analisis dan Rancangan Managemen Tanah dalam Pengembangan Pertanian Kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu | 27

Page 28: Bab I-bab 3 Kesimpulan Modul 4 Tanaman Kopi

Proses cara semi-basah juga dapat diterapkan untuk kopi Robusta. Secara umum kopi yang diolah secara semibasah mutunya sangat baik. Proses pengolahan secara semibasah lebih singkat dibandingkan dengan pengolahan secara basah penuh.

Tahap-tahap pengolahan biji kopi semi basah:a. Pengupasan kulit buahb. Pemeraman (fermentasi) dan Pencucianc. Pengeringan awald. Pengupasan kulit tanduk/cangkange. Pengeringan biji kopi.

4. Sistem pemasarannya. Teknologi Pengemasan dan Penggudangan

a. Kemaslah biji kopi dengan menggunakan karung yangbersih dan baik, serta diberi label sesuaidengan ketentuanStandar Nasional Indonesia (SNI 01-2907-1999). Simpantumpukan kopi dalam gudang yang bersih, bebas dari bauasing dan kontaminasi lainnya

b. Karung diberi label yang menunjukkan jenis mutu danidentitas produsen. Cat untuk label menggunakan pelarutnon minyak.

c. Gunakan karung yang bersih dan jauhkan dari bau-bauasingd. Atur tumpukan karung kopi diatas landasan kayu dan beribatas

dengan dindinge. Monitor kondisi biji selama disimpan terhadap kondisikadar airnya,

keamanan terhadap organisme gangguan(tikus, serangga, jamur, dll) dan faktor-faktor lain yangdapat merusak kopi

f. Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalampenggudangan adalah: kadar air, kelembaban relatif dankebersihan gudang.

g. Kelembaban ruangan gudang sebaiknya 70%.

7. Tetapkan kegiatan-kegiatan yang perlu dilakuan dalam mengkonservasi biodiversitas dengan memperhatikan sepuluh prinsip konservasi biodiversitas dalam landscape pertanian di buku “Farming with Nature” (hal 158) yang ringkasnya tersaji di Tabel 3.Jawab :

Kegiatan pertama adalah mencegah hal-hal yang dapat menurunkan

biodiversitas lingngkungan, seperti penebangan hutan, pengalih pungsian

lahan hutan menjadi lahan pertanian. Hal tersebut dapat menyebabkan

keanekaragaman dalam suatu lingkungan akan berkuran yang nantinya akan

berakibat pada ketidak seimbangan lingkungan, dan juga dapat menurunkan

hasil pertanian di daerah tersebut. Hal ini disasarkan pada prinsip prinsip

dalam melakukan suatu konservasi biodiversitas yang menjelaskan bahwa

Mencegah kerusakan, frakmentasi atau degradasi yang lebih lanjut dari petak

habitat alami dalam landscape pertanian.

Kegiatan kedua yang perlu dilakukan adalah dengan membangun

kembali hutan alami yang selama digunakan sebagai lahan baru dalam

sebuah lanskap. Hal ini dapat meningkatkan kembali biodiversitas baik

tanaman maupun binatang binatang yang selama ini punah akibat dari

Makalah Analisis dan Rancangan Managemen Tanah dalam Pengembangan Pertanian Kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu | 28

Page 29: Bab I-bab 3 Kesimpulan Modul 4 Tanaman Kopi

penebangan hutan dan kerusakan lingkungan. Sebut saja lebah sebagai

binatang yang sangat dibutuhkan dalam proses fotosintesis tanaman kopi,

seperti yang kami lihat di daerah Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan

Kecamatan Batu banyak sekali tanaman kopi yang tidak berbuah akibat dari

tidak adanya bantuan lebah dalam proses fotosintesisnya. Sebagai akibatnya

adalah masyarakat disana menggunakan tanaman kopi hanya sebagai pagar

dari tanaman lain yang mereka budidayakan di kebun mereka, karena

menurut mereka biaya yang dikeluarkan lebih besar dari pada penghasilan

yang mereka dapatkan dari tanaman kopinya, penyebab lain dari tanaman

kopi di daerah tersebur adalah karena meningkatnya hama tanaman kopi,

akibat dari ketidak seimbangan ekostem di daerah tersebut.

Langkah konservasi ini berdasarkan prinsip konservasi biodiversitas

dalam lanskap. Yang mana dalam prinsip itu dijalaskan Mempertahankan

kawasan yang luas untuk melindungi vegetasi alami dalam suatu wilayah

untuk menyediakan sumberdaya spesies, individu dan gen. Jika

memungkinkan, memelihara (atau membangun kembali) keterhubungan

antara habitat alami dalam landscape pertanian dengan kawasan yang

luasakan vegetasi alami guna menjaga keseimbangan ekosistem.

Kegiatan ketiga adalah dengan menananmkan rasa peduli terhadap

lingkungan sekitar bahwa suatu lingkungan yang tidak seimbang akan

menimbulkan dampak negative terhadap pemenuhan kebutuhan manusia di

muka bumi ini. Langkah ini lebih kepada kedaran masyarakat akan

lingkungan sekitar, jika langkah yang kedua ini juga dapat terlaksa maka

akan tercipta keseimbangan ekosistem dalam suatu lanskap. Langkah

konservasi ini berdasarkan prisip dalam melakukan konservasi biodiversitas

yang menjelaskan bahwa Memelihara hubungan ekologis berbagai kelompok

spesieste tumbuhandan hewan dalam landscape pada berbagai skala.

Makalah Analisis dan Rancangan Managemen Tanah dalam Pengembangan Pertanian Kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu | 29

Page 30: Bab I-bab 3 Kesimpulan Modul 4 Tanaman Kopi

BAB IVPENUTUP

4.1 KesimpulanKomoditas kopi tidak hanya menjadi komoditas utama dalam

usahatani Petani kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu, namun ada beberapa petani/masyarakar yang menjadikan tanaman kopi sebagai tanaman pagar untuk rumah mereka. Dalam melakukan usahatani kopi, petani Kopi di Dusun Toyomerto mengalami dua permasalahan yaitu pada praktek pemupukan yang kurang sesuai dan hama luwak. Adanya kegiatan-kegiatan perbaikan habitat pertanaman baik di atas dan di bawah tanah diperlukan dalam peningkatan produksi kopi. Serta penerapan teknologi yang tepat guna juga salah satu cara dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi petani Dusun Toyomerto.

4.2 SaranSaran yang dapat diberikan untuk petani kopi di Dusun Toyomerto Desa

Pesanggrahan Kecamatan Batu, agar lebih memperhatikan dalam penggunaan pupuk yang sesuai dengan dosis yang telah ditentukan. Selain itu juga perlunya perbaikan kondisi tanah yaitu dengan cara memberikan pupuk hayati yang dapat menambah mikroorganisme di dalam tanah tersebut.

Saran yang dapat diberikan dalam pelaksanaan praktikum, kira nya dapat memberikan informasi yang lebih jelas. Karena terdapat pada kelas lainnya, tidak mengharuskan survey pada komoditas tersebut melainkan hanya studi literatur saja. Karena ketika pelaksanaan survey petani kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu praktikan mengalami kecelakaan akibat jalan yang terlalu curam menuju tempat survey dimana ini terjadi karena kurangnya sumberdaya manusia yang dapat menggunakan motor tetapi tetap memaksakan karena berupa kewajiban. Selain itu juga apabila survey tersebut diwajibkan sekiranya asisten dapat memberikan masukan kepada praktikan mengenai kondisi lokasi untuk menemukan komoditas yang telah ditentukan tersebut, tidak hanya memberi masukan untuk mencari di Google saja, karena informasi di Google tersebut seringkali tidak akurat, dan kondisi geografis dari tempat survey tersebut juga tidak dipaparkan pada informasi yang terdapat di Google. Pemberian informasi ini dengan tujuan untuk meminimalisir dari bahaya yang nantinya akan ditanggung oleh praktikan. Karena apabila telah terjadi kecelakaan, sekiranya semua yang terlibat akan sulit untuk memberikan pertanggungjawaban atas kejadian tersebut.

Makalah Analisis dan Rancangan Managemen Tanah dalam Pengembangan Pertanian Kopi di Dusun Toyomerto Desa Pesanggrahan Kecamatan Batu | 30