audit terhadap siklus pengeluaran : pengujian substantif terhadap saldo utang usaha

25
B A B I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Audit terhadap siklus pengeluaran mencakup dua pendekatan yaitu pengujian kepatuhan dan pengujian substansi. Pengujian kepatuhan bertujuan untuk memahamai struktur pengendalian intern terhadap siklus penjualan, yang selanjutnya digunakan sebagai dasar pengujian substansi. Pengujian substansi dimaksudkan untuk melakukan verifikasi terhadap kelayakan jumlah rupiah serta kesesuaian penyajiannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan di Indonesia. Kedua pendekatan ini sangat berbeda dalam imlpementasinya, sehingga program audit untuk yang kedua pendekatan tersebut juga sangat berbeda. Sebelum membahas lebih lanjut siklus pengeluaran ini, terlebih dahulu perlu dijelaskan pengertian pengeluaran yaitu adalah rangkaian kegiatan bisnis dan operasional pemrosesan data terkait yang berhubungan dengan pembelian serta pembayaran barang dan jasa. Sistem penjualan tidak dibahas mengingat keterbatasan ruang lingkup pembahasan. Dengan demikian 1

Upload: gitathiananda

Post on 14-Jan-2017

2.126 views

Category:

Education


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Utang Usaha

B A B I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Audit terhadap siklus pengeluaran mencakup dua pendekatan yaitu

pengujian kepatuhan dan pengujian substansi. Pengujian kepatuhan bertujuan

untuk memahamai struktur pengendalian intern terhadap siklus penjualan, yang

selanjutnya digunakan sebagai dasar pengujian substansi.

Pengujian substansi dimaksudkan untuk melakukan verifikasi terhadap

kelayakan jumlah rupiah serta kesesuaian penyajiannya dengan prinsip akuntansi

yang diterapkan di Indonesia. Kedua pendekatan ini sangat berbeda dalam

imlpementasinya, sehingga program audit untuk yang kedua pendekatan tersebut

juga sangat berbeda.

Sebelum membahas lebih lanjut siklus pengeluaran ini, terlebih dahulu

perlu dijelaskan pengertian pengeluaran yaitu adalah rangkaian kegiatan bisnis

dan operasional pemrosesan data terkait yang berhubungan dengan pembelian

serta pembayaran barang dan jasa.

Sistem penjualan tidak dibahas mengingat keterbatasan ruang lingkup

pembahasan. Dengan demikian kami disini akan membahas salah satu aspek

mengenai utang usaha yaitu, Audit terhadap siklus pengeluaran: Pengujian

substantif terhadap saldo utang usaha.

1.2 Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Apa yang di maksud dengan Utang Usaha?

2. Apa perbedaan karakteristik utang lancar dengan aktiva lancar?

3. Apa perbedaan pengujian substantif utang lancar dengan aktiva lancar?

4. Apa saja yang termasuk prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia

dalam penyajian utang lancar?

1

Page 2: Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Utang Usaha

5. Apa saja tujuan audit terhadap utang usaha?

6. Apa saja dokumen terkait utang?

7. Apa saja catatan akuntansi terkait utang?

8. Prosedur apa saja yang ada pada pengujian subtantif terhadap utang usaha?

1.3 Tujuan Penulisan

Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan mengenai utang usaha

2. Menjelaskan perbedaan karakteristik utang lancar dengan aktiva lancar

3. Menjelaskan perbedaan pengujian substantif utang lancar dengan aktiva

lancar

4. Memaparkan PABU dalam penyajian piutang usaha di neraca.

5. Memaparkan tujuan pengujian substantif terhadap utang usaha.

6. Memaparkan dokumen-dokumen terkait utang usaha

7. Memaparkan catatan-catatan terkait utang usaha

8. Menjelaskan prosedur-prosedur dalam tahapan program pengujian

substantif terhadap utang usaha.

1.4 Manfaat Penulisan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu :

a. Bagi Penulis

Memenuhi tugas dari mata kuliah Auditing 2 dan untuk menambah

wawasan baru mengenai siklus pengeluaran, terutama pada akun utang

usaha.

b. Bagi Pembaca

Menambah wawasan, referensi, dan informasi bagi pembaca agar

mengetahui lebih lanjut mengenai audit terhadap siklus pengeluaran :

pengujian substantive terhadap saldo piutang usaha.

2

Page 3: Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Utang Usaha

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi Utang Usaha

Utang usaha termasuk sebagai unsur utang lancar. Utang lancar meliputi

semua kewajiban yang akan dilunasi dalam periode jangka pendek (satu tahun

atau kurang dari tanggal neraca atau dalam siklus kegiatan normal perusahaan)

dengan cara mengurangi aktiva yang dikelompokkan dalam aktiva lancaratau

dengan cara menimbulkan utang lancar yang lain. Utang lancar digolongkan

menjadi 6 kelompok berikut ini:

1. Utang usaha yang timbul dari transaksi pembelian bahan baku dan bahan

penolong, suku cadang, dan bahan habis pakai pabrik (factory supplies)

Utang usaha dapat digolongkan menjadi 2 golongan : (1) utang yang tidak

disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang kesanggupan

untuk membayar kewajiban (disebut dengan utang usaha atau account

payable) dan (2) utang yang disertai dengan surat berharga sebagai bukti

tertulis tentang kesanggupan untuk membayar kewajiban (disebut dengan

utang wesel atau notes payable).

2. Uang jaminan masuk dari pelanggan.

3. Utang yang timbul dari berlalunya waktu (accrued payable).

4. Utang yang timbul kepada pihak ketiga karena perusahaan yang ditunjuk

sebagai pemungut pajak atau iuran yang lain, seperti utang Pajak

Pertambahan Nilai (PPN), utang Pajak Penghasilan Karyawan (PPh Pasal

25), utang dana pensiun, utang asuransi karyawan.

5. Accrual yang timbul dari kegiatan usaha perusahaan meskipun:

a. Jumlah utang tersebut harus ditaksir seperti utang bonus.

b. Krediturnya tidak diketahui seperti utang biaya reparasi untuk

produk perusahaan yang dijual dengan garansi.

3

Page 4: Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Utang Usaha

c. Utang yang jumlahnya harus diukur dari transaksi sekarang

misalnya utang sewa, pendapatan yang diterima dimuka, utang

yang jumlahnya dihitung dari besarnya deplesi sumber alam.

6. Utang lain yang diperkirakanakan dilunasi dalam jangka waktu pendek

seperti utang bank (kredit modal kerja misalnya), utang jangka panjang

yang segera jatuh tempo, utang pajak penghasilan utang deviden.

2.2 Perbedaan Karakteristik Utang Lancar dengan Aktiva Lancar

1. Dalam penyajian aktiva lancar, klien berkecenderungan umum untuk

menyatakan aktiva tersebut lebih tinggi dari jumlah yang real.

Kecenderungan ini sering kali didorong oleh motif untuk memberikan

gambaran modal kerja yang lebih baik sehingga kelihatannya perusahaan

memiliki likuiditas yang baik.

2. Gambaran modal kerja yang baik dapat ditempuh dengan menurunkan

nilai hutang lancar, yaitu umumnya dengan cara tidak mencatat hutang

lancar sehingga terdapat hutang yang tidak tercatat di dalam laporan

keuangan (neraca).

3. Dalam penyajian aktiva lancar klien menghadapi masalah penilaian unsur-

nsur aktiva lancar per tanggal neraca.

4. Dalam penyajian hutang lancar klien tidak menghadapi masalah penilaian

unsur-nsur hutang lancar per tanggal neraca.

2.3 Perbedaan Pengujian Substantif Hutang Lancar dengan Aktiva

Lancar

1. Pengujian substantif terhadap hutang lancar ditujukan untuk menemukan

adanya penyajian hutang lancar yang lebih rendah dari jumlah yang

seharusnya, sedangkan untuk aktiva lancar untuk menemukan penyajian

aktiva lancar yang lebih tinggi dari jumlah yang seharusnya.

a. Dalam pengujian substantif terhadap kas auditor melakukan

pengujian fisik kas.

b. Dalam pengujian substantif terhadap piutang auditor mengirimkan

4

Page 5: Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Utang Usaha

konfirmasi terhadap debitur.

c. Dalam pengujian substantif terhadap persediaan auditor melakukan

pengamatan terhadap perhitungan fisik persediaan.

d. Berbaga perosedur audit tersebut dilakukan untuk menemukan

adanya over statement dalam aktiva lancer.

e. Di lain pihak pengujian substantif terhadap hutang lancar ditujukan

untuk menentukan adanya hutang yang belum dicatat (unrecord

liabilities) pada tanggal neraca.

2. Dalam pengujian substantif terhadap aktiva lancar, auditor menghadapi

masalah penentuan kewajiban nilai aktiva lancar (nilai bersih yang dapat

direalisasikan) yang dicantumkan ke dalam neraca. Dilain pihak dalam

pengujian substantif terhadap hutang lancar auditor menghadapi data

historis mengenai kewajiban perusahaan yang terjadi di masa lalu, yang

dalam jangka pendek harus dilunasi.

2.4 Prinsip Akuntansi Berterima Umum Dalam Penyajian Utang Lancar

Di Neraca

Sebelum membahas pengyajian subtantif terhadap utang usaha, perlu

diketahui terlebih dahulu prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia dalam

penyajian utang lancar di neraca berikut ini :

1. Setiap jenis utang usaha lancar harus disjikan secara terpisah, jika

jumlahnya material.

2. Utang kepada perusahaan afiliasi, pemegang saham, dan karyawan

perusahaan harus dipisahkan dari utang kepada pihak ketiga yang

independen.

3. Aktiva yang dijaminkan dalam penarikan utang lancar harus diungkapkan

dalam laporan keuangan.

4. Aktiva dan utang tidak boleh digabungkan penyajiannya dalam jumlah

neto.

5. Utang bersyarat harus dijelaskan dalam neraca.

5

Page 6: Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Utang Usaha

2.5 Tujuan Pengujian Subtantif Terhadap Utang Usaha

1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang

bersangkutan dengan utang usaha.

2. Membuktikan keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang

berkaitan dengan utang usaha yang dicantumkan di neraca.

3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi

dan kelengkapan saldo utang usaha yang disajikan di neraca.

4. Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca.

5. Membuktikan kewajiban penyajian dan pengungkapan utang usaha di

neraca.

2.6 Dokumen terkait utang

1. Pesanan Pembelian adalah dokumen yang mengidentifikasikan deskripsi,

jumlah, dan informasi terkait untuk barang dan jasa yang akan dibeli

prusahaan.

2. Laporan barang adalah dokumen yang dibuat pada saat barang berwujud

dierima yang menunjukkan deskripsi tentang barang, jumlah yang

diterima, tanggal penerimaan, dan data lain yang relevan.

3. Berkas Transaksi Pembelian. Berkas yang dihasilkan melalui computer

yang meliputi semua transaksi perolehan yang diproses oleh sistem

akuntasi untuk suatu periode tertentu.

4. Faktur Pemasok adalah dokumen yang menunjukkan hal-hal seperti

deskripsi serta jumlah barang dan jasa yang diterima, harga (termasuk

ongkos angkut), syarat potongan tunai, dan tanggal penerimaan kas.

5. Memo Debet adalah dokumen yang menunjukan pengurangan jumlah

yang menjadi hak pemasok karena pengembalian barang atau pengurangan

harga.

6. Voucher. Dokumen ini biasanya digunakan oleh organisasi sebagai sarana

formal pencatatan dan pengendalian perolehan.

7. Berkas Induk Hutang Usaha/Dagang. Berkas induk hutang usaha/dagang

adalah berkas untuk mencatat masing-masing perolehan, pengeluaran kas,

6

Page 7: Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Utang Usaha

serta retur dan pengurangan harga perolehan untuk masing-masing,

pemasok.

8. Cek. Dokumen yang digunakan untuk membayar setiap perolehan saat

pembayaran jatuh tempo.

9. Berkas Transaksi Pengeluaran Kas. Berkas yang dihasilkan computer yang

meliputi semua transaksi pengeluaran kas yang diproses oleh sistem

akuntasi untuk periode tertentu.

2.7 Catatan terkait utang

1. Jurnal atau Daftar Perolehan Laporan yang dihasilkan dari berkas transaksi

perolehan yang biasanya mencakup nama pemasok, tanggal, jumlah, dan

kelompok akun untuk setiap transaksi seperti perbaikan dan pemeliharaan,

persediaan, utilitas. Laporan tersebut juga mengidentifikasi apakah

perolehan tersebut dilakukan secara tunai atau secara kredit.

2. Neraca Saldo Hutang Dagang. Neraca saldo hutang usaha berisi daftar

jumlah hutang ke pemasok atau untuk setiap faktur atau voucher pada satu

titik waktu tertentu.

3. Laporan Pemasok. Laporan pemasok disusun setiap bulan oleh pemasok

yang menunjukan saldo awal, perolehan, retur dan pengurangan harga,

pembayaran ke pemasok, dan saldo akhir. Saldo dan aktifitas tersebut

merupakan pernyataan pemasok atas transaksi untuk periode tersebut dan

bukan pernyataan klien. Kecuali untuk jumlah dan perbedaan waktu yang

diperselisihkan, berkas induk hutang usaha klien seharusnya sama dengan

laporan pemasok.

4. Jurnal atau Daftar Pengeluaaran kas. Laporan yang dihasilkan dari berkas

transaksi pengeluaran kas yang meliputi semua transaksi untuk periode

waktu tertentu. Transaksi sama, yang meliputi semua informasi yang

relevan, tercakup didalam berkas induk hutng usaha/dagang dan buku

besar.

2.8 Program Pengujian Subtantif Terhadap Utang Usaha

7

Page 8: Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Utang Usaha

Program pengujian subtantif terhadap utang usaha berisi prosedur audit

yang dirancang untuk mencapai tujuan audit seperti yang telah diuraiakan di atas.

Tahap-tahap prosedur audit dimulai dari pemeriksaan yang bersifat luas dan

umum sampai ke pemeriksaan yang bersifat rinci.

2.8.1 Prosedur audit awal

Sebelum membuktikan apakah saldo utang usaha yang dicantumkan oleh

klien di dalam neracanya sesuai dengan utang usaha yang benar-benar ada pada

tanggal neraca, auditor melakukan rekonsiliasi antara informasi utang usaha yang

dicantumkan di neraca dengan catatan akuntansi yang mendukungnya.

Rekonsiliasi ini perlu dilakukan agar auditor memperoleh keyakinan bahwa

informasi utang usaha yang dicantumkan di neraca didukung dengan catatan

akuntansi yang dapat dipercaya.

a. Urut saldo utang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun Utang

Usaha yang bersangkutan di dalam buku besar. Untuk memperoleh

keyakinan bahwa saldo utang usaha yang tercantum di neraca didukung

dengan catatan akuntansi yang dapat dipercaya kebenaran mekanisme

pencatatannya, maka saldo utang usaha yang di cantumkan di neraca

diusut ke akun buku besar.

b. Hitung kembali saldo akun utang usaha di buku besar. Untuk memperoleh

keyakinan mengenai ketelitian perhitungan saldo akun utang usaha,

auditor menghitung kembali saldo akun piutang usaha dan utang wesel

dengan menambah saldo awal dengan jumlah pengkreditan dan

menguranginya dengan jumlah pendebitan tiap-tiap akun tersebut.

c. Usut saldo awal akun utang usaha ke kertas kerja tahun lalu. Sebelum

auditor melakukanpengujian terhadap transaksi rinci yang menyangkut

akun piutang usaha, ia perlu memperoleh keyakinan atas kebenaran saldo

awal akun tersebut.

d. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber

posting dalam akun utang usaha. Ketidak beresan dalam transaksi

pembelian, pelunasan utang usaha dapat ditemukan melalui review atas

8

Page 9: Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Utang Usaha

mutasi luar biasa, baik dalam jumlah maupun sumber posting dalam akun

utang usaha.

e. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun utang usaha ke jurnal yang

bersangkutan. Untuk memperoleh keyakinan bahwa mutasi penambahan

dan pengurangan utang usaha berasal dari jurnal-jurnal yang bersangkutan.

f. Lakukan rekonsiliasi buku pembantu utang usaha dengan akun control

utang usaha di buku besar. Saldo akun control utang usaha di buku besar

tersebut kemudian dicocokkan dengan jumlah saldo akun pembantu utang

usahaa ke dalam arsip bukti kas keluar yang belum ddibayar untuk

memperoleh keyakinan bahwa catatan akuntansi klien yang bersangkutan

dengan utang usaha dapat dipercaya ketelitiannya.

2.8.2 Prosedur analitik

Pada tahap awal pengujian subtantif terhadap utang usaha, pengujian

analitik dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan

dalam menemukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif.

Ratio formula

Tingakat perputaran utang usaha Pembelian÷ Rerata utangusaha

Rasio utang usaha dengan utang

lancer

Saldoutangusaha÷ Utang lancar

2.8.3 Pengujian terhadap transaksi rinci

1. Periksa sampel transaksi yang tercatat dalam akun utang usaha ke

dokumen yang mendukung timbulnta transaksi tersebut. Prosedur audit ini

dimulai oleh auditor dari buku pembantu utang usaha. Pengujian

dilaksanakan dengan mengambil sampel berikut ini:

a. Sample akun debitur yang akan diperiksa transaksi mutasinya.

b. Sampel transaksi yang dicatat dalam akun kreditur pilihan.

9

Page 10: Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Utang Usaha

2. Periksa pengkreditan akun utang usaha ke dokumen pendukung bukti kas

keluar (voucher), laporan penerimaan barang, dan surat order pembelian.

3. Periksa pendebitan akun utang usaha ke dokumen pendukung: bukti kas

keluar, memo debit untuk retur pembelian

4. Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi pembelian dan retur

pembelian

5. Periksa dokumen yang mendukung timbulnya utang usaha dalam minggu

terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.

6. Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya utang usaha dalam

minggu terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal

neraca.

7. Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi pengeluaran kas.

8. Periksa adanya utang usaha yang tidak di catat.

Contoh kasus:

Auditor menemukan sebuah faktur sebesar Rp10.000.00,

bertanggal 30 Desember 20X1, dengan syarat pembelian FOB shipping

point. Barang telah dikirim oleh pemasok pada tanggal 30 Desember

20X1, tetapi baru diterima oleh klien pada tanggal 5 Januari 20X2 dan

dicatat oleh klien sebagai pembelian pada tanggal 5 Januari 20X2.

Jika terjadi kasus di atas, auditor tidak akan mengusulkan adanya

jurnal adjustment untuk mencatat utang tersebeut, karena utang tersebut

diusulkan untuk di adjust, maka jurnal adjustment-nya adalah sebagai

berikut:

Pembelian Rp10.000.000,

Utang Usaha Rp10.000.000,

2.8.4 Pengujian terhadap saldo akun rinci

Tujuan pengujian saldo akun utang usaha rinci adalah untuk

memverifikasi:

10

Page 11: Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Utang Usaha

a. Keberadaan dan keterjadian.

b. Kelengkapan.

c. Kewajiban.

d. Penyajian dan pengungkapan.

Keberadaan, kelengkapan, kewajiban serta penyajian dan pengungkapan

utang usaha di neraca di buktikan oleh auditor dengan mengirimkan surat

konfirmasi kepada debitur dan rekonsiliasi utang usaha yang tidak dikonfirmasi ke

pernyataan piutang bulanan yang diterima oleh klien dari kreditur.

1. Lakukan konfirmasi utang usaha. Konfirmasi dalam pengujian substantif

terhadap utang usaha merupakan prosedur yang tidak harus ditempuh

(bukan merupakan mandatory procedure) sepertihalnya dengan konfirmasi

piutang usaha.

2. Periksa dokumen yang mendukung transaksi pembayaran utang usaha

setelah tangal neraca. Pembayaran utang usaha yang dilakukan oleh klien

dapat memberikan petunjuk mengenai keberadaan kewajiban klien

tersebut.

3. Lakukan rekonsiliasi utang usaha yang tidak dikonfirmasi ke peryataan

piutang bulanan yang diterima oleh klien dari debitur. Utang klien kepada

debitur yang tidak dikonfirmasi dapat diverifikasi keberadaanya melalui

rekonsiliaasi akun utang kepada kreditur dengan surat pernyataa piutang

yang diterima secara bulanan dari debitur.

2.8.5 Verifikasi dan pengungkapan

1. Periksa klasifikasi utang usaha di neraca. Unsure utang lancar harus

disajikan di neraca menurut urutan jatuh temponya. Jika jumlahnya

material, utang usaha harus disajikan di neraca menjadi tiga golongan:

a. Utang usaha kepada kreditur usaha

b. Utang usaha kepada perusahaan afiliasi

c. Utang usaha kepada direksi, pemegang saham utama, manager, dan

karyawan perusahaan

11

Page 12: Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Utang Usaha

2. Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan utang non usaha. Jika

utang jangka panjang yang segera jatuh tempo dilunasi dengan aktiva tidak

lancar, maka jumlah utang ini tetap disajikan di neraca dalam kelompok

utang jangka panjang, bukan utang lancar untuk menghindari pengaruh

signifikan terhadap perhitungan perubahan posisi keuangan (modal kerja).

3. Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan utang usaha. Utang

usaha yang dijamin dengan aktiva harus diungkapkan secara memadai di

neraca atau dalam penjelasan laporan keuangan.

4. Mintalah informasi dari klien untuk menemukan komitmen yang belum

diungkap dan utang bersyarat dan periksa penjelasan yang bersangkutan

dengan utang usaha tersebut.

5. Pelajari notulen rapat direksi sampai dengan tanggal penyelesaiaan

pekerjaan lapangan. Notulen rapat yang diselenggarakan oleh direksi akan

berpotensi menimbulkan utang bersyarat.

6. Periksa kontrak-kontrak pembelian, penjualan, dan kontrak yang lain.

7. Mintalah informasi dari pengacar klien mengenai perkara pengadilan yang

melibatkan klien

8. Kirimkan konfirmasi ke bank. Auditor meminta informasi dari bank

mengenai kewajiban bersyarat yang menjadi tanggung jawab klien pada

tanggal neraca.

9. Pelajari arsip korespondensi klien dengan lembaga keuangan.

2.9 Contoh Kasus Utang Usaha

1/1 Dibeli barang dagang secara kredit dari PT.Bintang seharga

RP.160.000.000 dengan syarat 2/n,n/30

2/1 Dijual barang dagang kepada Tn.Andi Rp.50.000.000 dengan syarat

1/10,n/30.

4/1 Dijual barang dagang kepada Tn.Bambang Rp.80.000.000 syarat

2/10,n/30.

4/1 Dikembalikan barang yang dibeli tanggal 1/1 seharga Rp.20.000.000.

12

Page 13: Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Utang Usaha

8/1 Dibayar seluruh hutang kepada PT.Bintang untuk pembelian barang

dagang yang dilakukan tanggal 1/1.

9/1 Diterima retur penjualan tgl 4/1 Rp.10.000.000 karena rusak.

11/1 Diterima pelunasan dari Tn.Andi atas transaksi tgl 2/1 melalui Bank BCA.

12/1 Dibeli barang dagangan dari Firma Mandala Rp.60.000.000 syarat

5/10,n/30.

13/1 Diterima pembayaran dari tn Bambang atas pelunasan tanggal 4/1.

15/1 Dibeli perlengkapan seharga Rp.9.000.000 termin 1/10,n/30.

16/1 Dibayar biaya pengangkutan untuk pembelian barang dagangan tgl 12/1

RP.6.000.000

18/1 Dijual brg.dagangan kepada Cv.Tiara Rp. 60.000.000 diterima tunai

Rp.20.000.000

Sisanya dilunasi selama 14 hari.

20/1 Dijual barang dagangan tunai Rp.40.000.000.

22/1 Dibayar utang kepada firma Mandala untuk pembelian barang tgl 12/1

25/1 Dibayar biaya gaji (6-1200) karyawan tunai Rp.2.500.000.

30/1 Dibayar biaya operasional (6-1100) tunai Rp.10.000.000.

Tgl Keterangan Reff Debit Kredit

  1/1 Pembelian brg Dagang           Rp.160.000.000

           Utang Dagang           Rp.160.000.000

 2/1 Piutang Dagang           Rp.50.000.000

           Penjualan brg Dagang           Rp.50.000.000

 4/1 Piutang Dagang           Rp.80.000.000

            Penjualan brg Dagang           Rp.80.000.000

 4/1  Utang Dagang           Rp.20.000.000

           Retur Pembelian           Rp.20.000.000

 8/1 Utang Dagang           Rp.140.000.000

           Potongan Penjualan           Rp.2.800.000

           Kas           Rp.137.200.000

 9/1 Retur Penjualan           Rp.10.000.000

13

Page 14: Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Utang Usaha

           Piutang dagang           Rp.10.000.000

  11/1 Kas Bank BCA           Rp.49.500.000

            Potongan Penjualan            Rp.     500.000

            Piutang dagang            Rp.50.000.000

   12/1 Pembelian brg Dagang           Rp.60.000.000

            Utang Dagang           Rp.60.000.000

   13/1 Kas           Rp.68.600.000

 Potongan Penjualan           Rp.   1.400.000

            Piutang Dagang           Rp.70.000.000

  15/1 Perlengkapan           Rp.9.000.000

            Utang Dagang           Rp.9.000.000

  16/1 B.Pengangkutan           Rp.6.000.000

            Kas           Rp.6.000.000

  18/1 Kas           Rp.20.000.000

Piutang dagang           Rp.40.000.000

            Penjualan brg Dagang           Rp.60.000.000

   20/1 Kas           Rp.40.000.000

            Penjualan brg Dagang           Rp.40.000.000

   22/1 Utang Dagang           Rp.60.000.000

             Potongan Pembelian           Rp.       300.000

             Kas           Rp.59.700.000

   25/1 Beban gaji            Rp.2.500.000

             Kas           Rp.2.500.000

   30/1 Beban Operasional            Rp.10.000.000

            Kas           Rp.10.000.000

           

14

Page 15: Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Utang Usaha

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

            Utang lancar memiliki karateristik yang berbeda dengan karakteristik

aktiva lancar, yang berdampak terhadap pengujian subtantif terhadap utang lancar.

Dalam menyajikan aktiva lancar, klien berkecendrungan umum untuk menyajikan

aktiva tersebut lebih tinggi dari jumlah yang senyatnya. Di lain pihak, dalam

menyajikan utang lancar, klien berkecendrungan umum untuk menyajikan utang

tersebut lebih rendahdari jumlah yang senyatanya. Kecendrungan ini di dorong

oleh keinginan untuk menyajikan gambaran modal kerja perusahaan yang lebih

baik. Oleh karena itu, pegujian subtantif terhadap utang lancardi tujukan untuk

menemukan adanya penyajian utang lancar yang lebih rendahdari jumlah yang

seharusnya (under statment Utang Lancar).

            Pengujian subtantif terhadap utang usaha di tujukan untuk memperoleh

keyakinana tentang keandalan catatan akuntansi bersangkutan dengan utang

usaha, membuktikan keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang

berkaitan deangan utang usaha yang dicantumkan di neraca, membuktikan

kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi serta membuktikan

kewajaran penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca.

3.2 Saran

Kami menyadari penulisan ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu

kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan untuk penyempurnaan

makalah ini dimasa yang akan datang. Kami juga mengharapkan dengan adanya

makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan kita semua tentang

auditing. Khususnya tentang audit terhadap siklus pengeluaran: pengujian

substantif terhadap saldo utang usaha.

15

Page 16: Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Utang Usaha

DAFTAR PUSTAKA

1. Mulyadi. 2012. Auditing II. Jakarta : Salemba Empat.

16