tempat berdiri makmum satu orang
Post on 17-Jul-2015
50 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Posisi Makmum Jika Seorang Diri?1
Dimanakah Tempat Berdirinya MakmumApabila Seorang ?1
Judul di atas merupakan sebuah pertanyaan yang perlu sekali kita jawab dengan
jelas dan benar dengan mengambil keterangan dan contoh dari Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam. Dimanakah sebenarnya tempat berdiri ma'mum
apabila seorang atau sendirian ..? Apakah di belakang Imam atau seharusnya
sejajar dengan Imam ..? Dengan kita melakukan penyelidikan untuk mengetahui
contoh yang pernah dikerjakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,
dapatlah kita beramal sesuai yang dikehendaki oleh agama Islam.
Maka di bawah ini saya akan sampaikan dalil-dalil yang tegas dan terang yang
menunjukan tempat berdiri ma'mum jika seorang diri/sendirian.
Dalil Pertama:
باس ابن عن ي مع صلیت : قال ع نب عن فقمت لیلة، ذات وسلم علیھ هللا صلى الیمینھ عن فجعلنى سي برأ وسلم علیھ هللا صلى هللا رسول فأخذ یساره
البخري رواه
"Artinya : Dari Ibnu Abbas, ia berkata ; "Aku pernah shalat bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada suatu malam. Lalu aku berdiri di sebelah kiri beliau, kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memegang kepalaku dari belakangku, lalu ia tempatkan aku di sebelah kanannya ....".(Shahih Riwayat Bukhari I/177).
Dalil Kedua:
ي قام : قال هللا عبد بن جابر عن نب فأخذ یساره عن فقمت لیصلي، وسلم علیھ هللا صلى ال
تى رني فأدا بیدي م یمینھ، عن اقامني ح باربن جاء ث صلى هللا رسول یسار عن فقام صخر ج
تى فدفعنا جمیعا بأیدینا فأخذ وسلم، علیھ هللا خلفھ اقامنا ح
( وأبوداود مسلم رواه صحیح- )"Artinya : Dari Jabir bin Abdullah, ia berkata ; "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berdiri shalat,
kemudian aku datang, lalu aku berdiri di sebelah kirinya, maka beliau memegang tanganku, lantas ia
memutarkan aku sehingga ia dirikan aku di sebelah kanannya. Kemudian datang Jabbar bin Shakr yang
langsung ia berdiri di sebelah kiri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Lalu beliau memegang tangan
kami dan beliau mendorong kami sehingga beliau mendirikan kami dibelakangnya".
(Shahih Riwayat Muslim & Abu Dawud).
Dua dalil di atas mengandung hukum sebagai berikut :
1. Apabila ma'mum satu orang harus berdiri di sebelah kanan Imam.
1 Tentu maksudnya adalah apabila Imam dan Makmum keduanya laki-laki atau keduanya adalah perempuan.
Posisi Makmum Jika Seorang Diri?2
2. Dan ma'mum yang seorang itu berdiri di sebelah kanan harus sejajar dengan Imam bukan
dibelakangnya. Saya katakan demikian karena di dalam hadits Jabir bin Abdullah sewaktu datang
Jabbar bin Shakhr lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menempatkannya keduanya
dibelakangnya. Ini menunjukan kedua sahabat itu tadinya berada di samping Nabi sejajar dengan
beliau. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mendirikan mereka di belakangnya. Tidak
akan dikatakan "Di belakang" kalau pada awalnya sahabat itu tidak berada sejajar dengan beliau.
3. Apabila ma'mum dua orang atau lebih, maka harus berdiri di belakang Imam.
Dalil Ketiga
م ذھبت فقمت إلى جنبھ فوضع یده الیمنى علىقال ابن عباس فقمت فصنعت مثل ما صنع ث
م ركعتی م ركعتین ث م ركعتین ث م رأسي وأخذ بأذني الیمنى یفتلھا فصلى ركعتین ث م ركعتین ث ن ث
م أوتر ركعتین ث
Ibnu ‘Abbas berkata:”lalu aku bangun dan berbuat seperti yang beliau perbuat. Kemudian aku pergi dan
tegak di sampingnya, lalu beliau menempatkan tangan kanannya di kepalaku dan mengambilnya dan
menarik telinga kananku, lalu shalat dua rakaat, kemudian dua rakaat, kemudian dua rakaat, kemudian
dua rakaat, keduian dua rakaat, kemudian dua rakaat kemudian witir.”(Muttafaqun ‘alaihi)
Dalil Ketiga:
باس ابن عن ي جنب الى صلیت :قال ع نب ناوعاوسلم علیھ هللا ىصلال صليئشةمع خلفنا،ت
ي جنب الى وانا نب معھ أصليوسلم علیھ هللا صلىال
النسائيواحمدرواهصحیح"Artinya : Dari Ibnu Abbas, ia berkata ; "Aku pernah shalat di sisi/tepi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
dan Aisyah shalat bersama kami di belakang kami, sedang aku (berada) di sisi Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam, aku shalat bersamanya (berjama'ah)".(Shahih Riwayat Ahmad dan Nasa'i).
Keterangan:1. Perkataan, "Aku shalat di sisi/tepi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, terjemahan dari kalimat
"Shallaitu ila janbin nabiyi shallallahu 'alaihi wa sallam".
2. JANBUN menurut kamus-kamus bahasa Arab artinya : sisi, tepi, samping, sebelah, pihak, dekat.
3. Jika dikatakan dalam bahasa Arab "JANBAN LI JANBIN" maka artinya : Sebelah menyebelah,
berdampingan, bahu-membahu.
4. Dengan memperhatikan hadits di atas dan memahami dari segi bahasanya, maka dapatlah kita
mengetahui bahwa Ibnu Abbas ketika shalat bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, ia berada
di samping/sejajar dengan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Posisi Makmum Jika Seorang Diri?3
5. Hadits ini menunjukan bahwa perempuan tempatnya di belakang. Baik yang jadi ma'mum itu
hanya seorang perempuan saja atau campur laki-laki dengan perempuan. Di dalam kitab AL-
MUWATTHA karangan Imam Malik diterangkan bahwa Ibnu Mas'ud radhiallohu’anhu pernah
shalat bersama Umar radhiallahu’anhu. Lalu Ibnu Mas'ud berdiri dekat di sebelah kanan Umar
sejajar dengannya.
Dalil keempat
Dari ’Abdullah bin ’Abbas radliyallaahu ’anhuma ia berkata :
ي نب ي صلى هللا علیھ وسلم وكان ال نب ت في بیت خالتي میمونة بنت الحارث زوج ال هللاصلىب
م جاء إلى م ي صلى هللا علیھ وسلم العشاء ث نب نزلھ فصلى علیھ وسلم عندھا في لیلتھا فصلى ال
یم أو كلم ة أربع ركعا م قال نام الغل م قام ث م نام ث م ةث علنيعن یساره قام فقمت تشبھھا ث عن فجم خرج ة فصلى خمس ركعایمینھ تى سمعت غطیطھ أو خطیطھ ث م نام ح م صلى ركعتین ث ث
صالة إلى ال
”Aku pernah menginap di rumah bibiku, Maimunah bin Al-Harits, istri Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam;
dan ketika itu beliau berada di rumah bibi saya itu. Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam melakukan shalat
‘Isya’ (di masjid), kemudian beliau pulang, lalu beliau mengerjakan shalat sunnah empat raka’at. Setelah
itu beliau tidur, lalu beliau bangun dan bertanya : “Apakah anak laki-laki itu (Ibnu ‘Abbas) sudah tidur ?”
atau beliau mengucapkan kalimat yang semakna dengan itu. Kemudian beliau berdiri untuk melakukan
shalat, lalu aku berdiri di sebelah kiri beliau untuk bermakmum. Akan tetapi kemudian beliau
menjadikanku berposisi di sebelah kanan beliau. Beliau shalat lima raka’at, kemudian shalat lagi dua
raka’at, kemudian beliau tidur. Aku mendengar suara dengkurannya yang samar-samar. Tidak berapa
lama kemudian beliau bangun, lalu pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat shubuh” [HR. Bukhari no.
117, 656, Muslim no. 763].
Imam Al-Bukhari rahimahullah memberikan judul bab terhadap hadits di atas:
ین اإلمام بحذائھ سواء إذا كانا اثنین باب: یقوم عن یم
“Bab: Makmum berdiri tepat di samping kanan imam jika mereka hanya shalat berdua.”
Muhammad bin Isma’il Ash-Shan’ani berkata : ”Kemudian perkataan Ibnu ‘Abbas : “Lalu beliau
shallallaahu ‘alaihi wasallam menjadikanku (berposisi) di sebelah kanan beliau” jelas menunjukkan bahwa
ia (Ibnu ‘Abbas) berdiri sejajar dengan beliau. Dan dalam lafadh yang lain disebutkan ( جنبھ إلى فقمت ) = “Aku
berdiri di samping beliau”. Dari sebagian shahabat Asy-Syafi’i menyukai/menganjurkan agar makmum
berdiri sedikit di belakang (dari imam). Akan tetapi (hal itu terbantah) bahwasannya Ibnu Juraij telah
Posisi Makmum Jika Seorang Diri?4
meriwayatkan/berkata : Kami bertanya kepada ‘Atha’2 : Seorang laki-laki shalat (berjama’ah) bersama
seorang laki-laki (imam). Dimanakah posisi ia berdiri dari imam tersebut ?”. ‘Atha’ menjawab : “Di
sebelahnya”. Aku berkata : “Apakah ia berdiri sejajar dengan imam sehingga berbaris ( = sebaris dengan
imam), sehingga tidak ada selisih antara imam dan makmum ?”. ‘Atha’ menjawab lagi : “Ya”. Aku berkata :
“Apakah tempatnya tidak jauh sehingga tidak ada selang antara keduanya ?”. Beliau menjawab : “Ya”.
Riwayat serupa (juga terdapat) dalam Al-Muwaththa’ dari ‘Umar dari hadits Ibnu Mas’ud bahwasannya
Ibnu Mas’ud satu shaff dengan ‘Umar dan ‘Umar menjadikan dia sejajar dengan ‘Umar di sebelah
kanannya. [Subulus-Salaam 2/44].
Syaikh Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim berkata (Dalam Kitab Shahih Fiqh Sunnah;Ta’liq: Syaikh
Muhammad bin Nashiruddin al-Albani, Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdul ‘Aziz bin Baz dan Syaikh Muhammad
bin Shalih al-Utsaimin):
Jika satu orang makmum shalat bersama imam, maka ia berdiri di sebelah kanannya sejajar dengannya-
tidak mundur sedikit sebagaimana dikatakan kalangan syafi’iyah berdasarkan kisah shalat Ibnu Abbas
bersama Nabi shalallahu’alaihi wasallam,:”...kemudian Nabi bangkit mengerjakan shalat, maka aku bangkit
dan mengerjakan seperti yang beliau kerjakan. Kemudian aku pergi dan berdiri di samping beliau, maka
beliau meletakkan tangan kanannya pada kepalaku, lalu beliau memegang telinga kananku dan
menariknya (ke sebelah kanan).....”(HR. Bukhari (183) dan Muslim (763), Shahih).
Dalam riwayat lain (yakni riwayat Ahmad (I/330) dengan sanad yang shahih tetapi dzahir riwayatnya
syadz), “...ketika Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam memulai shalatnya, aku mundur, lalu Rasulullah
shalallahu’alaihi wasallam mengerjakan shalat. Ketika selesai shalat, beliau berkata kepadaku, “Mengapa
ketika aku meletakkanmu sejajar denganku, engkau justru mundur..?”
Dalam kisah shalat Nabi shalallahu’alaihi wa sallam-pada sakit yang menyebabkan kematian beliau-di
samping Abu Bakar radhiallahu’anhu, Aisyah radhiallahu’anha berkata,”Rasulullah duduk di samping Abu
2 Di antara keutamaan ‘Atha’ bin Abi Rabah ialah Dia banyak berguru kepada sahabat-sahabat Rasulullah Shallall�hu ‘alaihi Wa Sallam yang masih hidup, dan menyerap ilmu-ilmu mereka yang banyak dan murni. Dia berguru kepada Abu Hurairah, ‘Abdullah bin Umar, ‘Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Az-Zubair dan sahabat-sahabat mulia lainnya radliyall�hu ‘anhum, sehingga hatinya dipenuhi ilmu, fiqih dan riwayat dari Rasulullah Shallall�hu ‘alaihi Wa Sallam.
Atha’ bin Abi Rabah ini telah sampai kepada kedudukan yang sangat tinggi di dalam bidang ilmu dan sampai kepada derajat yang tidak dicapai, kecuali oleh beberapa orang semasanya.
Telah diriwayatkan bahwa ‘Abdullah bin Umar sedang menuju ke Mekkah untuk beribadah umrah. Lalu orang-orang menemuinya untuk bertanya dan meminta fatwa, maka ‘Abdullah berkata, “Sesungguhnya saya sangat heran kepada kalian, wahai penduduk Makkah, mengapa kamu mengerumuniku untuk menanyakan suatu permasalahan, sedangkan di tengah-tengah kalian sudah ada ‘Atha’ bin Abi Rabah?!.”
‘Atha’ bin Abi Rabah telah sampai kepada derajat agama dan ilmu dengan dua sifat:
Pertama, Bahwa dia menjadikan dirinya sebagai pemimpin atas jiwanya. Dia tidak memberikan kesempatan kepadanya untuk bersenang-senang dengan sesuatu yang tidak berguna.
Kedua, Bahwa dia menjadikan dirinya sebagai pemimpin atas waktunya. Dia tidak membiarkannya hanyut di dalam perkataan dan perbuatan yang melebihi keperluan.
Posisi Makmum Jika Seorang Diri?5
Bakar sejajar dengannya. Abu Bakar mengikuti shalat Rasulullah, sedangkan orang-orang mengikuti
shalat Abu Bakar.” (Hadits Shahih, Riwayat al-Bukhari (683) dan Muslim (418).
Berkata al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat:
Tidak ada keterangan dan contoh dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, yang menunjukan atau
menyuruh ma'mum apabila seorang diri harus berdiri di belakang Imam meskipun jaraknya hanya
sejengkal seperti yang dilakukan oleh kebanyakan saudara-saudara kita sekarang ini. Mudah-mudahan
mereka suka kembali kepada sunnah Nabi-nya Shallallahu 'alaihi wa sallam. Aamiin.
Rujukan:
Al-Masail Jilid 2. ‘Abdul Hakim bin Amir Abdat. Darus Sunnah.2006. Jakarta.
Shahih Fiqh Sunnah. Ta’liq: Syaikh Muhammad bin Nashiruddin al-Albani, Syaikh ‘Abdullah bin
‘Abdul ‘Aziz bin Baz dan Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin. Syaikh Abu Malik Kamal bin
As-Sayyid Salim. Pustaka at-Tazkia.
Al Ustadz Abul Jauza di www.abul-jauzaa.blogspot.com
http://ahlulhadist.wordpress.com/2007/10/14/atha-bin-abi-rabah/
http://al-atsariyyah.com/posisi-makmum-jika-shalat-berdua.html
top related