seminar - respon seismik mse wall dengan perkuatan pada dua sisi – hendriawan kurniadi...
Post on 31-Oct-2015
113 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
UNIVERSITAS INDONESIA
RESPON SEISMIK MSE WALL DENGAN PERKUATAN
PADA DUA SISI
SEMINAR
HENDRIAWAN KURNIADI
0906630292
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2013
-
UNIVERSITAS INDONESIA
RESPON SEISMIK MSE WALL DENGAN PERKUATAN
PADA DUA SISI
SEMINAR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
HENDRIAWAN KURNIADI
0906630292
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2013
-
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Seminar ini adalah hasil karya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar
Nama : Hendriawan Kurniadi
NPM : 0906630292
Tanda Tangan :
Tanggal :
-
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Seminar ini diajukan oleh:
Nama : Hendriawan Kurniadi
NPM : 0906630292
Program Studi : Teknik Sipil
Judul Seminar : Respon Seismik MSE Wall dengan Perkuatan pada Dua
Sisi
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Ir. Widjojo A. Prakoso Ph.D ( )
Penguji :
Penguji :
Ditetapkan di :
Tanggal :
-
iv
KATA PENGANTAR
-
v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Hendriawan Kurniadi
NPM : 0906630292
Program Studi : Teknik Sipil
Departemen : Teknik Sipil
Fakultas : Teknik
Jenis Karya : Seminar
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
RESPON SEISMIK MSE WALL DENGAN PERKUATAN PADA DUA SISI
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia bebas menyimpan, mengalih
media/formatkan mengelola dalam bentuk pangkaln data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan pemilih Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal :
Yang menyatakan
-
vi
ABSTRAK
-
vii
ABSTRACT
-
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............................ v
ABSTRAK ........................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1 1.2. Batasan Penelitian .................................................................................. 4 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................... 4 1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 5
2.1. Pendahuluan ........................................................................................... 5 2.2. Penelitian Sebelumnya Terkait Respon Dinamik MSE Wall ................ 5 2.3. Pseudo-static .......................................................................................... 21 2.4. Displacement Based ............................................................................... 25 2.5. Finite Element Analysis ......................................................................... 28 2.6. Penelitian oleh Erick Yusuf Kencana (2012) ......................................... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 38
3.1 Gambaran Umum Penelitian .................................................................. 38 3.2 Diagram Alir Penelitian ......................................................................... 40 3.3 Permodelan Dinding dengan Perkuatan pada Satu Sisi ......................... 42 3.4 Validasi .................................................................................................. 42 3.5 Permodelan Dinding dengan Perkuatan pada Dua Sisi .......................... 42 3.6 Analisa ................................................................................................... 42 3.7 Kesimpulan ............................................................................................ 43
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 44
-
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Potongan Mechanically Stabilized Earth Walls (MSEW) ............ 1
Gambar 1.2 Railway Embankment .................................................................. 2
Gambar 1.3 Road Embankment ....................................................................... 3
Gambar 2.1 Pseudo Static Approach ................................................................ 22
Gambar 2.2 Mononobe-Okabe Method ............................................................ 24
Gambar 2.3 Model MSE Wall yang Diuji dengan Alat Centrifuge ................. 26
Gambar 2.4 Model Tiga Block Lateral Wall Displacement ............................ 26
Gambar 2.5 Lateral Displacement yang Terukur Terhadap Waktu ................. 27
Gambar 2.6 Perbandingan Hasil Analisa FLAC dengan Hasil Analisa Berbasis
FEM oleh Ho (1993) .................................................................... 29
Gambar 2.7 Grafik Am vs ag untuk Bagian Atas Dinding ................................ 30
Gambar 2.8 Grafik Am vs ag untuk Bagian Tengah Dinding ........................... 31
Gambar 2.9 Grafik Am vs ag untuk Bagian Bawah Dinding ............................ 31
Gambar 2.10 Perbandingan Trendline Am vs ag Bagian Atas, Tengah, dan
BawahDinding .............................................................................. 32
Gambar 2.11 Grafik z/H vs Am .............................................................................................................. 32
Gambar 2.12 Grafik Am vs ag dengan Variasi pada ........................................ 33
Gambar 2.13 Grafik Am vs ag dengan Variasi pada Initial Dr ............................ 34
Gambar 2.14 Grafik Am vs ag dengan Variasi pada Tult ........................................................ 34
Gambar 2.15 Grafik Am vs ag dengan Variasi pada Sv ...................................... 35
Gambar 2.16 Grafik Am vs ag dengan Variasi pada Frekuensi ........................... 35
Gambar 2.17 Grafik Am vs ag dengan Variasi pada Frekuensi ........................... 36
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ................................................................ 39
Gambar 3.2 Geometri Model ............................................................................ 40
-
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Rangkuman Penelitian Terkait Respon Seismik MSEW ............. 6
Tabel 2.2 Pengaruh Berbagai Faktor terhadap MSE Wall ........................... 36
-
1
UNIVERSITAS INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu alternatif dinding penahan tanah selain gravity wall, cantilever
wall, anchored wall, dan soil nailed wall adalah MSEW (Mechanically Stabilized
Earth Wall). Pada MSEW ini, digunakan perkuatan berupa geosintetik
(extensible) atau logam (inextensible) di dalam tanah yang ingin diperkuat,
dengan facing yang vertikal atau hampir vertikal. Jenis geosintetik yang
digunakan pada MSEW ini biasanya geogrid, karena geogrid memang mempunyai
fungsi perkuatan, walaupun geotextile juga dapat digunakan.
Gambar 1.1 Potongan Mechanically Stabilized Earth Walls (MSEW)
MSEW modern termasuk sesuatu yang baru. Yang pertama kali
mempelopori penggunaan MSEW adalah seorang engineer Perancis, Henri Vidal,
pada tahun 1960an. MSEW pertama di Amerika Serikat dibangun pada tahun
1971 dekat Los Angeles. Hingga saat ini, behaviour dari MSEW ini belum terlalu
dimengerti, salah satu contoh kasus terkait hal tersebut adalah adanya MSEW di
Padang yang secara desain seharusnya runtuh karena gempa Padang, namun pada
kenyataannya tidak runtuh. Dari kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa cara
mendesain MSEW cenderung konservatif, dari sisi teknis memang aman, namun
dari sisi ekonomi terjadi pemborosan.
-
2
UNIVERSITAS INDONESIA
Pada umumnya penelitian mengenai perilaku seismik MSEW wall, hanya
berpusat pada dinding dengan perkuatan pada satu sisi saja, padahal pada
kehidupan nyata, banyak sekali timbunan yang menggunakan perkuatan pada
kedua sisinya, seperti dalam kasus timbunan untuk jalan, atau timbunan untuk rel
kereta api seperti yang dapat dilihat pada gambar 1.1 dan 1.2 di bawah.
Berdasarkan hal tersebut dirasa perlu untuk dilakukan penelitian tentang perilaku
seismik dari MSWE dengan perkuatan pada dua sisi, karena bisa saja perilaku
seismik dari MSEW dengan perkuatan pada dua sisi ini berbeda dengan perilaku
seismik MSEW dengan perkuatan pada satu sisi saja. Perilaku seismik yang
menjadi fokus pada penelitian ini adalah faktor amplifikasi (Am), yang merupakan
rasio antara akselerasi pada suatu titik pada ketinggian tertentu pada MSEW,
dengan akselerasi gempa.
Gambar 1.2 Railway Embankment
(http://www.nunatsiaqonline.ca/pub/photos/embankments.jpg)
-
3
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 1.3 Road Embankment
(TECHNICAL RECOMMENDATIONS FOR HIGHWAYS CONSTRUCTION OF ROAD EMBANKMENTS, Department of Transport Republic of South Africa, 1982)
-
4
UNIVERSITAS INDONESIA
1.2 Batasan Penelitian
Batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Perilaku seismik yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah faktor
amplifikasi (Am).
Backfill yang digunakan adalah pasir.
Geosintetik yang digunakan berjenis geogrid.
Facing yang digunakan berjenis concrete panel.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi respon seismik dari MSEW,
dan bagaimana pengaruhnya terdahap MSEW.
Mengetahui perbedaan perilaku seismik dari MSEW dengan perkuatan pada
satu sisi dengan perilaku seismik dari MSEW dengan perkuatan pada dua
sisi.
Faktor-faktor yang dimaksud terkait dengan karakteristik gempa
(frekuensi dan akselerasi gempa).
Perilaku seismik yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah faktor
amplifikasi (Am), yang merupakan rasio antara akselerasi pada suatu titik pada
ketinggian tertentu pada MSEW, dengan akselerasi gempa.
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan diketahuinya perilaku MSE wall dengan perkuatan pada dua sisi
(yang mungkin berbeda dengan perilaku MSE wall dengan perkuatan hanya pada
satu sisi saja), maka akan didapatkan suatu asumsi design yang lebih akurat untuk
MSE wall dengan perkuatan pada dua sisi.
-
5
UNIVERSITAS INDONESIA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendahuluan
Secara umum, dalam menganalisa MSE Wall yang mengalami beban
seismik, dapat digunakan tiga pendekatan yaitu pseudo-static method, pseudo-
dynamic method, displacement based analysis, dan FEA (Finite Element
Analysis).
2.2 Penelitian Sebelumnya terkait Respon Dinamik MSEW
Pada sub-bab ini akan dipaparkan ringkasan kronologis dari penelitian-
penelitian terkait MSE Wall yang telah dilakukan.
-
6
UNIVERSITAS INDONESIA
Tabel 2.1 Rangkuman Penelitian Terkait Respon Seismik MSEW
Penulis &
Tahun Gambaran Umum Hasil Variabel Bebas Variable Terikat
Bathurst & Cai
1995
Pada penelitian ini dilakukan
pengamatan terhadap stabilitas
dari segmental facing MSE wall
dengan menggunakan metode
pseudo-static.
PAE berbanding lurus dengan kh
PAE berbanding terbalik dengan
PAE berbanding lurus dengan
AE berbanding terbalik dengan kh
AE berbanding terbalik dengan
PAE berbanding lurus dengan kv, untuk kh < 0,35
FSbsl berbanding lurus dengan kh
FSbsl berbanding lurus dengan
FSbsl berbanding terbalik dengan kv
m berbanding lurus dengan kh
m berbanding lurus dengan
kh
kv
(wall inclination angle)
(backslope angle)
(sudut geser tanah dengan
dinding)
L/H
z/H (normalized
depth)
PAE
AE (sudut antara horizontal dengan
bidang
keruntuhan)
FSbsl (FS static
terhadap base
sliding untuk
memberikan FS
dinamis terhadap
base sliding
1,125)
m (lokasi dari
normalized
dynamic moment
arm
FSbot (FS static
terhadap
-
7
UNIVERSITAS INDONESIA
m berbanding lurus dengan
FSbot berbanding lurus dengan kh FSbot berbanding lurus dengan L/H
FSbot berbanding lurus dengan
FSbot berbanding terbalik dengan kv
rF berbanding lurus dengan kh
rF berbanding terbalik dengan z/H
Ldyn/Lsta berbanding lurus dengan kh
Ldyn/Lsta berbanding terbalik dengan kv
Ldyn/Lsta berbanding terbalik dengan
FSSC (dynamic) / FSSC (static)
berbanding terbalik dengan kh
FSSC (dynamic) / FSSC (static)
berbanding lurus dengan z/H
FSlot (dynamic) / FSlot (static) berbanding
terbalik dengan kh
overturning
untuk
memberikan FS
dinamis terhadap
overturning 1,5)
rF (dynamic
reinforcement
force
amplification
factor)
Ldyn/Lsta (rasio
antara L dinamis
dengan L stasis
agar geosintetik
menyentuh
bidang
keruntuhan)
FSSC (dynamic) /
FSSC (static)
FSlot (dynamic) /
FSlot (static)
-
8
UNIVERSITAS INDONESIA
FSlot (dynamic) / FSlot (static) berbanding
lurus dengan z/H
FSlot (dynamic) / FSlot (static) berbanding
lurus dengan kv
Koseki et al
1998
Pada penelitian ini diamati
kestabilan MSE wall & dinding
penahan tanah konvensional
terhadap beban seismik pada
shaking dan tilt table test.
Pada kasus overturning, observed critical
seismic acceleration coefficient
cenderung lebih kecil jika dibandingkan
dengan predicted critical seismic
acceleration coefficient pada dinding
jenis kantilever, gravity, dan leaning.
Pada kasus overturning, observed critical
seismic acceleration coefficient
cenderung lebih besar jika dibandingkan
dengan predicted critical seismic
acceleration coefficient pada MSE wall.
Pada kasus sliding, observed critical
seismic acceleration coefficient
cenderung lebih kecil jika dibandingkan
dengan predicted critical seismic
acceleration coefficient pada semua jenis
dinding.
jenis dinding percepatan
gempa
-
9
UNIVERSITAS INDONESIA
Matsuo et al
1998
Pada penelitian ini diamati respon
MSE Wall terhadap beban seismik
dengan shaking table test.
Panjang perkuatan adalah cara paling
efektif untuk mengurangi deformasi
dinding.
Tinggi dinding tidak terlalu berpengaruh
terhadap deformasi dinding.
Getaran sinusiodal menyebabkan
deformasi dinding yang lebih besar dari
pada getaran getaran gempa asli.
Deformasi pada dinding dengan facing
continuous lebih besar jika dibandingkan
dengan deformasi pada dinding dengan
facing discrete.
Kemiringan dinding tidak terlalu
berpengaruh terhadap deformasi dinding.
Respon akselerasi forward lebih tinggi
dari pada respon akselerasi backward.
Tekanan lateral tanah berbanding lurus
dengan kedalaman.
Tekanan lateral tanah berbanding lurus
dengan percepatan gempa.
Kenaikan tekanan lateral tanah karena
panjang perkuatan
tinggi dinding
jenis facing
kemiringan
dinding
jenis getaran
kedalaman
deformasi
dinding
tekanan lateral
tanah
gaya dalam tarik
pada
reinforcement
-
10
UNIVERSITAS INDONESIA
ada gempa lebih signifikan pada bagian
bawah dibandingkan dengan bagian atas.
Gaya dalam tarik pada reinforcement
berbanding lurus dengan kedalaman.
Gaya dalam tarik pada reinforcement
berbanding lurus dengan percepatan
gempa.
Bathurst &
Hatami 1998
Pada penelitian ini dilakukan
analisis mengenai respon dari
MSE wall menggunakan program
FLAC.
Semakin tinggi elevasi, maka semakin
besar pula displacement.
Semakin besar kekakuan perkuatan,
maka semakin kecil displacement.
Seamakin panjang perkuatan, maka
maximum displacement akan semakin
kecil.
Dinding dengan fix base menghasilkan
end of seismic shaking displacement
yang lebih besar dari pada end of seismic
shaking displacement pada dinding
dengan sliding base.
Pada dinding dengan sliding base,
Base condition
(fix/sliding)
panjang perkuatan
kekakuan
perkuatan
jarak boundary
soil damping ratio
displacement
dinding
connection load
-
11
UNIVERSITAS INDONESIA
semakin tinggi elevasi, maka semakin
rendah connection load.
Pada dinding dengan fix base, connection
load terkonsentrasi pada bagian tengah
dinding.
Semakin besar kekakuan perkuatan,
maka beban maksimum yang di
tanggung perkuatan akan semakin besar.
Semakin jauh jarak boundary, maka
horizontal displacement juga akan
semakin besar.
Semakin jauh jarak boundary, maka
connection load juga akan semakin
besar.
Dinding dengan fix base akan
menghasilkan connection load yang lebih
kecil dibandingkan connection load pada
dinding dengan sliding base.
Semakin besar damping value, maka
displacement akan semakin kecil.
Damping ratio berbanding terbalik
-
12
UNIVERSITAS INDONESIA
dengan peak horizontal acceleration.
Helwany et al
2001
Pada penelitian ini dilakukan
analisis perilaku segmental
retaining wall yang mendapatkan
beban seismik dengan FEA.
Permanent displacement hasil
perhitungan dengan Permanent
displacement hasil pengukuran tidak jauh
berbeda.
Terdapat perbedaan pada percepatan
gempa hasil perhitungan dengan
percepatan gempa hasil pengukuran,
karena terdapat noise pada pengukuran
percepatan gempa.
Displacement pada layer atas lebih besar
dibandingkan dengan displacement pada
layer di bawahnya.
Hasil pullout test dengan program
DYNA3D tidak jauh berbeda dengan
hasil pullout test di laboratorium.
posisi (ketinggian)
displacement
percepatan
gempa
Koseki et al
2004
Pada penelitian ini dilakukan
perbandingan antara displacement
(displacement of wall bottom &
tilting angle) hasil pengukuran
dengan hasil perhitungan dengan
metode Newmark pada MSE wall
Sinusoidal excitation measured computed
Irregular excitation measured > computed
Percepatan gempa
Type getaran
(sinusoidal/tak
beraturan).
Displacement of
wall bottom
Tilting angle
-
13
UNIVERSITAS INDONESIA
dengan full height rigid facing
yang mendapatkan beban seismik
sinusoidal dan tak beraturan.
Displacement berbanding lurus dengan
percepatan gempa
El Emam et al
2004
Pada penelitian ini dilakukan
dilakukan komparasi antara respon
seismik dinding MSE hasil
metode numerik (menggunakan
program FLAC) dengan respon
seismik model dinding MSE yang
diperkecil (menggunakan shaking
table).
Pada model dinding hinged toe, top
displacement hasil pengukuran tidak jauh
berbeda dengan top displacement hasil
perhitungan.
Pada model dinding sliding toe, top
displacement hasil pengukuran tidak jauh
berbeda dengan top displacement hasil
perhitungan.
Pada model dinding sliding toe, toe
displacement hasil pengukuran berbeda
dengan toe displacement hasil
perhitungan.
Bidang keruntuhan hasil metode M-O
tidak jauh berbeda dengan bidang
keruntuhan hasil metode numerik
(FLAC) pada percepatan gempa yang
tidak terlalu tinggi (< 0,27g), sedangkan
pada percepatan gempa yang tinggi
metode M-O cenderung menghasilkan
failure surface yang lebih kecil
-
14
UNIVERSITAS INDONESIA
dibandingkan kenyataannya.
Ling et al 2005 Pada penelitian ini diamati respon
modular block reinforced soil
retaining wall yang mendapat
beban seismik dengan shaking
table test.
Semakin tinggi, maka horizontal
displacement akan semakin besar.
Residual horizontal displacement pada
first shaking wall 1 dan 2 lebih besar
dibandingkan dengan peak horizontal
displacementnya.
Residual horizontal displacement pada
first shaking wall 3 lebih kecil
dibandingkan dengan peak horizontal
displacementnya.
Residual horizontal displacement pada
second shaking semua wall lebih kecil
dibandingkan dengan peak horizontal
displacementnya.
Tegangan lateral tanah tidaklah konsisten
terhadap ketinggian.
Tegangan vertikal tanah agak seragam
pada bagian yang jauh dari dinding,
namun agak acak pada bagian yang dekat
dengan dinding.
Posisi (ketinggian,
jarak dari dinding)
horizontal
displacement
tegangan lateral
tanah
tegangan vertikal
tanah
settlement
-
15
UNIVERSITAS INDONESIA
Settlement pada first shaking kecil dan
dapat diabaikan.
Nouri et al 2007
Pada penelitian ini dilakukan
penyelidikan terdapat efek gaya
pseudostatik vertikal dan
horizontal terhadap MSE wall.
Penelitian difokuskan pada efek
magnitude dan amplifikasi dari
gempa terhadap kestabilan dari
MSE wall dan reinforced slope,
menggunakan Horizontal Slice
Method (HSM).
Semakin besar , maka bidang gelincir akan semakin kecil.
Semakin curam lereng, maka bidang
gelincir akan semakin besar.
Semakin besar kh, maka bidang gelincir
akan semakin besar.
Semakin besar , maka panjang geosintetik yang dibutuhkan akan
semakin pendek.
Semakin besar kh, maka panjang
geosintetik yang dibutuhkan akan
semakin panjang.
Semakin besar , maka kekuatan yang dibutuhkan untuk mempertahankan
kestabilan akan semakin kecil.
Semakin besar kh, kekuatan yang
dibutuhkan untuk mempertahankan
kestabilan akan semakin besar.
(sudut inklinasi slope)
kh
Bidang
keruntuhan
-
16
UNIVERSITAS INDONESIA
Siddharthan et
al. 2010
Pada penelitian ini dilakukan
perbandingan displacement yang
terjadi karena beban seismik
antara MSE wall dengan panjang
geosintetik seragam (L = 0,7H),
dengan MSE wall yang panjang
geosintetik bagian atasnya lebih
panjang (L = H).
Geosintetik yang lebih panjang yang
terletak dekat permukaan atas backfill
menyebabkan displacement yang lebih
kecil.
Displacement berbanding lurus dengan
percepatan gempa
Displacement berbanding lurus dengan
tinggi dinding
Displacement berbanding lurus dengan
magnitude gempa
Panjang
geosintetik
(seragam/tidak
seragam),
Percepatan gempa,
tinggi dinding
Lateral
permanent
displacement
Basha &
Basudhar 2010
Pada penelitian ini dilakukan
pengamatan kestabilan dari MSE
wall dengan metode pseudostatic
limit equilibrium. Kestabilan yang
dimaksudkan adalah kestabilan
terhadap pullout, fracture, sliding,
overturning, eccentricity, dan
bearing failure.
Semakin dalam, maka SFt akan semakin
kecil.
Semakin dalam, maka SFpo akan semakin
besar.
Semakin besar , maka SFt akan semakin kecil.
Semakin besar kh, maka SFt akan
semakin besar.
Semakin besar Q, maka SFt akan
kh
Surcharge
coefficient (Q)
kedalaman
Factor of Safety
Pullout length
-
17
UNIVERSITAS INDONESIA
semakin besar untuk n > 4.
Semakin besar Q, maka SFt akan
semakin kecil untuk n < 4.
Semakin besar , maka SFpo akan semakin besar.
Semakin besar kh, maka SFpo akan
semakin kecil.
Semakin besar Q, maka SFpo akan
semakin kecil.
Ling et al 2010
Pada penelitian ini dilakukan
pengamatan respon full scale
modular block MSE wall terhadap
beban seismik dengan metode
finite element. Dilakukan juga
validasi terhadap hasil analisa
dengan finite element tersebut.
Terdapat perbedaan horizontal
displacement antara hasil pengukuran
dengan hasil perhitungan terutama pada
bagian atas dinding.
Settlement pada backfill bagian depan
cukup dapat disimulasikan, sedangkan
settlement pada bagian belakang backfill
kurang dapat disimulasikan.
Semakin tinggi, maka residual
displacement akan semakin besar.
waktu
ketinggian
jarak dari facing
horizontal
displacement
residual
displacement
backfill
settlement
tensile force in
reinforcement
-
18
UNIVERSITAS INDONESIA
Residual displacement hasil pengukuran
tidak jauh berbeda dengan residual
displacement hasil perhitungan.
Akselerasi pada backfill dapat
disimulasikan dengan baik.
Tensile force hasil perhitungan
cenderung lebih tinggi dibandingkan
dengan tensile force hasil pengukuran.
Guller et al 2011 Pada penelitian ini dilakukan
analisis mengenai respon dari
MSE wall dengan backfill tanah
lempung menggunakan FEM.
Dilakukan juga perbandingan
respon MSE wall dengan bacfill
tanah lempung dengan respon
MSE wall dengan backfill tanah
granular.
Semakin tinggi, maka horizontal
displacement akan semakin besar.
Horizontal displacement hasil FEM
sangat dekat jika dibandingkan dengan
horizontal displacement hasil
pengukuran.
Maximum geogrid tensile load hasil
FEM sangat dekat jika dibandingkan
dengan maximum geogrid tensile load
hasil pengukuran.
Horizontal displacement berbanding
terbalik dengan kekuatan geogrid.
ketinggian
jenis perkuatan
jenis tanah
percepatan gempa
horizontal
displacement
maximum
geogrid tensile
load
-
19
UNIVERSITAS INDONESIA
Reinforcement bagian bawah
menanggung beban yang lebih besar
dibandingkan dengan reinforcement
bagian atas.
Beban yang ditanggung reinforcement
berbanding lurus dengan kekuatannya.
Wall displacement cenderung lebih kecil
jika menggunakan backfill tanah
lempung jika dibandingkan dengan
displacement jika menggunakan tanah
granular.
Beban yang di tanggung oleh
reinforement cenderung lebih kecil jika
digunakan material backfill tanah
lempung.
Horizontal displacement berbanding
lurus dengan percepatan gempa.
-
20
UNIVERSITAS INDONESIA
Kencana et al
2012
Pada penelitian ini dilakukan
pengamatan terhadap fenomena
amplifikasi dan atenuasi pada
MSE wall.
Am berbanding terbalik dengan amax.
Am berbanding lurus dengan z/H, pada
amax < 0,4g
Am berbanding terbalik dengan z/H, pada
amax > 0,4g
Am berbanding lurus dengan frekuensi.
amax
Lokasi (z/H)
Frekuensi
Am
-
21
UNIVERSITAS INDONESIA
Pada tabel di atas dapat terlihat penelitian-penelitian yang telah dilakukan
terkait MSE wall yang mendapatkan beban seismik. Dari situ dapat terlihat bahwa
belum ada penelitian yang secara khusus membahas tentang perbandingan antara
respon seismik MSE wall dengan perkuatan pada satu sisi dengan respon seismik
MSE wall dengan perkuatan pada dua sisi.
2.3 Pseudo-static
Pada pendekatan ini, sesuai namanya yang mengandung kata statik,
beban dinamik gempa dianggap sebagai beban statik, dan tidak memperhatikan
efek dari waktu, dengan kata lain tidak ada perubahan beban terhadap waktu. Pada
pendekatan ini digunakan koefisien gempa untuk merepresentasikan kekuatan
gempa, yaitu koefisien horizontal (kh) dan koefisien vertikal (kv). Gaya gempa
merupakan hasil perkalian antara koefisien gempa dengan berat dari massa yang
mengalami gaya gempa. Gaya ini bekerja pada titik berat dari massa yang
mengalami gaya gempa.
(2.1)
(2.2)
Percepatan gempa merupakan hasil perkalian antara koefisien gempa
dengan percepatan gravitasi (g).
(2.3)
(2.4)
-
22
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 2.1 Pseudo Static Approach
(modified Ebeling, et al., 2007)
Yang termasuk dalam dalam metode pseudo-static ini antara lain namun
tidak terbatas pada:
Mononobe-Okabe (1926, 1929)
Metode Mononobe-Okabe merupakan salah satu cara yang paling sering
digunakan untuk mendapatkan beban seismik aktif.
(2.5)
(2.6)
-
23
UNIVERSITAS INDONESIA
[ {
}
]
(2.7).
[ {
}
]
(2.8).
Pae = seismic active force per unit length of the wall
Ppe = seismic passive force per unit length of the wall
Kae = seismic active earth pressure coefficient
Kpe = seismic passive earth pressure coefficient
= unit weight of soil
H = height of the retaining wall
= soil friction angle
= tan-1[kh/(1-kv)]
= angel of friction between the wall and the soil
= backfil slope angle
= angle of backface of the wall with the vertical
-
24
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 2.2 Mononobe-Okabe Method
(Munfakh, et. al., 1998)
Gaya Pae ini bekerja pada ketinggian m H dari toe dinding, dengan H
adalah tinggi dinding, dan m adalah faktor dengan nilai antara 0,33 hingga 0,6.
Metode Mononobe-Okabe ini dapat menghasilkan gaya yang sangat
besar bahkan cenderung mendekati tak terhingga dalam kasus percepatan gempa
yang besar atau kemiringan dari slope backfill sangat curam. Hal ini dapat terjadi
jika salah satu atau kedua kondisi berikut terpenuhi:
(2.9)
(2.10)
Kapila and Maini (1692)
Arya and Gupta (1966)
Prkash and Saran (1966)
Madhav and Kameswara Rao (1969)
Ebeling and Morrison (1992)
-
25
UNIVERSITAS INDONESIA
Morrison and Ebeling (1995)
Bathurst & Cai (1995)
Choudhury et al. (2002)
Subba Rao and Choudhury (2005)
Choudhury and Singh (2006)
2.4 Displacement Based
Pada pendekatan displacement based ini, diasumsikan dinding akan
mengalami deformasi pada saat gempa, dan akan dicari seberapa besar deformasi
tersebut.
Yang termasuk dalam dalam pendekatan displacement based ini antara
lain namun tidak terbatas pada:
Newmark (1965)
Richards and Elms (1979)
Prakash (1981)
Nadim and Whitman (1983)
Sherif and Fang (1984)
Ling and Leshchinsky (1998)
Rathje and Bray (1999)
Koseki et al. (2004)
Choudhury and Nimbalkar (2006)
Siddharthan et al. (2010)
Siddharthan et al telah melakukan penelitian tentang efek panjang
geosintetik yang tidak seragam pada MSE wall yang mendapatkan beban
seismik. Dilakukan pengujian pada dua dinding yang saling membelakangi
dengan menggunakan alat centrifuge. Pada wall 1 dipasang geosintetik
dengan panjang seragam 0,7 H, sedangkan pada wall 2, dipasang geosintetik
dengan panjang 1,4 H pada bagian atas, dan 0,7 H pada bagian tengah dan
bawah seperti gambar di bawah. Pada pengujian ini digunakan faktor skala
24 (percepatan 24 g), sehingga dimensi dari model lebih kecil 24 kali
dibandingkan dengan dimensi dari prototipe.
-
26
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 2.3 Model MSE Wall yang Diuji dengan Alat Centrifuge
(Siddharthan et al, 2010)
Berdasarkan hasil pengujian centrifuge, digunakan mekanisme
keruntuhan yang terdiri dari 3 block seperti gambar berikut:
Gambar 2.4 Model Tiga Block Lateral Wall Displacement
(Siddharthan et al, 2010)
-
27
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 2.5 Lateral Displacement yang Terukur Terhadap Waktu
(Siddharthan et al, 2010)
Dalam uji centrifuge ini, diukur displacement dari bagian tengah
dinding dan hasilnya diplot pada grafik di atas. Pada grafik di atas dapat
terlihat kurva permanent component dan kurva cyclic component.
Permanent component adalah displacement dari wall yang menjauh dari
backfill, sedangkan cyclic componet adalah displacement seketika dari wall
akibat dari getaran gempa. Setelah 12 sekon, hanya ada permanent
component. Pada grafik juga dapat terlihat kurva penjumlahan displacement
kedua dinding dimana tidak terlihat cyclic componet yang signifikan pada
kurva ini. Dari hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa (1) permanent
displacement dari wall terjadi secara proggressif menjauhi backfill dengan
cyclic component yang dapat diabaikan, (2) cyclic component terjadi sebagai
akibat dari gaya inersia dari getaran, (3) Pergerakan dinding mendekati
backfill sangatlah kecil sehingga dapat diabaikan.
Dari grafik 2.5 di atas, dapat terlihat bahwa displacement dari wall
1, lebih besar jika dibandingkan dengan displacement dari wall 2, sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan geosintetik yang lebih panjang
pada bagian atas wall dapat mengurangi displacement akibat beban seismik.
-
28
UNIVERSITAS INDONESIA
2.5 Finite Element Analysis
Bathurst & Hatami (1998)
Bathurst & Hatami melakukan penelitian tentang pengaruh dari
kekakuan perkuatan, panjang perkuatan, dan kondisi batas dari dasar
dinding terhadap respon MSE wall terhadap beban seismik. Analisa
dilakukan dengan menggunakan program FLAC (Fast Lagrangian Analysis
of Continua yang menggunakan metode finite difference.
Dilakukan komparasi antara hasil analisa dari FLAC dengan hasil
analisa berbasis FEM yang telah ada, hal ini dilakukan untuk memastikan
bahwa hasil dari program FLAC ini valid.
-
29
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 2.6 Perbandingan Hasil Analisa FLAC dengan Hasil Analisa
Berbasis FEM oleh Ho (1993)
(Bathurst & Hatami, 1998)
Dari grafik di atas dapat terlihat bahwa hasil analisa FLAC dengan
hasil analisa berbasis FEM oleh Ho tidak jauh berbeda, sehingga dapat
-
30
UNIVERSITAS INDONESIA
diambil kesimpulan bahwa program FLAC ini menghasilkan result yang
valid.
2.6 Penelitian oleh Erick Yusuf Kencana (2012)
Pada penelitian ini dilakukan dynamic centrifuge test dan hasilnya
digabungkan dengan kompilasi penelitian-penelitian sebelumnya tentang
MSE Wall. Dari kompilasi tersebut, dilakukan evaluasi terhadap pengaruh
berbagai faktor (lokasi, kemiringan facing, initial Dr, kekuatan geosintetik,
spasi vertikal, beban luar, frekuensi, dan akselerasi gempa) terhadap faktor
amplifikasi (Am) dan beban perkuatan dinamik pada MSE wall.
Gambar 2.7 Grafik Am vs ag untuk Bagian Atas Dinding
(Kencana, 2012)
-
31
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 2.8 Grafik Am vs ag untuk Bagian Tengah Dinding
(Kencana, 2012)
Gambar 2.9 Grafik Am vs ag untuk Bagian Bawah Dinding
(Kencana, 2012)
-
32
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 2.10 Perbandingan Trendline Am vs ag Bagian Atas, Tengah, dan
Bawah Dinding
(Kencana, 2012)
Gambar 2.11 Grafik z/H vs Am
(Kencana, 2012)
-
33
UNIVERSITAS INDONESIA
Dari grafik 2.7 hingga 2.10 dapat terlihat bahwa semakin tinggi
akselerasi gempa, maka faktor amplifikasi akan semakin rendah, bahkan
pada akselerasi di atas 0,4 g terjadi atenuasi.
Dari grafik 2.11 dapat terlihat bahwa faktor amplifikasi tidaklah
linear terhadap ketinggian (atas, tengah, bawah). Dari grafik z/H vs Am di
bawah ini juga dapat terlihat bahwa hubungan Am dengan ketinggian
tidaklah linear.
Gambar 2.12 Grafik Am vs ag dengan Variasi pada
(Kencana, 2012)
Dari gambar 2.12 di atas, dapat terlihat bahwa semakin besar ,
maka akan semakin besar pula faktor amplifikasi.
-
34
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 2.13 Grafik Am vs ag dengan Variasi pada initial Dr
(Kencana, 2012)
Pada gambar 2.13 di atas dapat terlihat bahwa kenaikan initial Dr
akan menyebabkan kenaikan faktor amplifikasi.
Gambar 2.14 Grafik Am vs ag dengan Variasi pada Tult
(Kencana, 2012)
Pada gambar 2.14 di atas dapat terlihat bahwa kenaikan kekuatan
geosintetik akan mengakibatkan turunnya faktor amplifikasi
-
35
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 2.15 Grafik Am vs ag dengan Variasi pada Sv
(Kencana, 2012)
Pada gambar 2.15 di atas dapat terlihat bahwa penurunan Sv akan
mengakibatkan naiknya faktor amplifikasi.
Gambar 2.16 Grafik Am vs ag dengan Variasi pada Frekuensi
(Kencana, 2012)
-
36
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 2.17 Grafik Am vs ag dengan Variasi pada Frekuensi
(Kencana, 2012)
Pada gambar 2.16 dan 2.17 di atas dapat terlihat bahwa
peningkatan frekuensi akan mengakibatkan naiknya faktor amplifikasi.
Tabel 2.2 Pengaruh Berbagai Faktor terhadap MSE Wall
(Kencana, 2012)
-
37
UNIVERSITAS INDONESIA
Secara ringkas, berdasarkan penelitian Kencana (2012), pengaruh
dari berbagai faktor terhadap MSE wall dapat di lihat pada tabel 2.2 di atas.
Dari tabel tersebut dapat terlihat bahwa frekuensi dan akselerasi gempa
merupakan faktor yang mempunyai pengaruh yang tinggi terhadap faktor
amplifikasi.
-
38
UNIVERSITAS INDONESIA
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Gambaran Umum Penelitian
Secara garis besar penelitian ini dapat dibagi menjadi dua bagian besar,
yaitu permodelan dinding dengan perkuatan pada satu sisi, dan yang kedua adalah
permodelan dinding dengan perkuatan pada dua sisi.
Permodelan dinding dengan perkuatan pada satu sisi ini bertujuan untuk
mengkalibrasi model dengan acuan penelitian Kencana (2012). Model dinding
dengan perkuatan pada satu sisi dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan
perilaku yang sama dengan dinding pada penelitian Kencana (2012). Pada kasus
ini, perilaku dinding pada penelitian Kencana (2012) dianggap sebagai perilaku
dinding yang benar, sehingga model dinding dengan perkuatan satu sisi dibuat
sedemikian rupa sehingga menghasilkan perilaku yang mendekati kebenaran
tersebut.
Setelah didapatkan model dinding dengan perkuatan pada satu sisi yang
benar, penelitian dilanjutkan dengan permodelan dinding dengan perkuatan
pada dua sisi. Permodelan dinding dengan perkuatan pada dua sisi ini masih
menggunakan dasar konfigurasi dan spesifikasi yang sama dengan dinding dengan
perkuatan pada satu sisi, hanya saja dinding dibuat menjadi dua sisi, sisi kiri dan
sisi kanan. Pada dinding dua sini ini juga akan diperhatikan bagaimana
perilakunya. Bisa saja perilaku dinding dengan perkuatan pada dua sisi ini tidak
sama dengan dinding dengan perkuatan hanya pada satu sisi saja.
Perilaku dinding dengan perkuatan pada dua sisi ini akan dibandingkan
dengan perilaku dinding dengan perkuatan hanya pada satu sisi saja. Hasil dari
perbandingan tersebut akan dianalisa, dan diharapkan memberikan gambaran yang
lebih luas mengenai perilaku dinding dengan perkuatan pada dua sisi yang
mendapatkan beban seismik.
-
39
UNIVERSITAS INDONESIA
3.2 Diagram Alir Penelitian
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
-
40
UNIVERSITAS INDONESIA
3.3 Permodelan Dinding dengan Perkuatan Pada Satu Sisi
Pada tahapan ini akan dilakukan permodelan dinding dengan
perkuatan pada satu sisi. Yang menjadi variabel bebas adalah frekuensi
gempa, dan akselerasi gempa. Dengan perubahan variabel bebas ini, akan
diamati perubahan dari faktor amplifikasi (Am).
Gambar 3.2 Geometri Model
Digunakan dinding dengan spesifikasi sebagai berikut:
Jenis facing : Concrete panel
Material model : Mohr - Coulomb
Ketinggian dinding (H) : 6 m
Tebal panel : 15 cm
Lebar panel : 100 cm
Tinggi panel : 100 cm
Material : Beton
: 24 kN/m3
Berat : 3,6 kN/m2
E : 30000000 kN/m2
Elastic stiffness (EA) : 4,5 106 kN /m
Flextural rigidity (EI) : 8438 kNm2 /m
Poisson ratio () : 0,1
Digunakan juga selapis tipis tanah setebal 2 cm di bawah dinding,
dengan maksud agar bagian bawah dinding dapat mengalami displacement.
-
41
UNIVERSITAS INDONESIA
Digunakan perkuatan dengan spesifikasi sebagai berikut:
Jenis perkuatan : geogrid
Panjang perkuatan (L) : 4,2 m
Spasi vertikal (Sv) : 1 m
Elastic stiffness (EA) : 10000 kN/m
Digunakan backfill dengan spesifikasi sebagai berikut:
Jenis backfill : pasir
Material model : Mohr - Coulomb
Berat jenis () : 18 kN/m3
Modulus elastisitas (E) : 30000 kN/m2
Poissons ratio () : 0,3
Kohesi (c) : 5 kN/m2
Sudut geser () : 35
Sudut dilatansi () : 0
Modulus geser (G) : 11540 kN/m2
Digunakan base soil dengan spesifikasi sebagai berikut:
Material model : Mohr - Coulomb
Berat jenis () : 22 kN/m3
Modulus elastisitas (E) : 200000 kN/m2
Poissons ratio () : 0,1
Kohesi (c) : 100 kN/m2
Sudut geser () : 30
Sudut dilatansi () : 0
Modulus geser (G) : 90909 kN/m2
Untuk gempanya, digunakan getaran sinusoidal dengan durasi 30
detik, dan variasi akselerasi dan frekuensi sebagai berikut:
Akselerasi : 0,1 g; 0,2 g; 0,3 g
Frekuensi : 1 Hz, 3 Hz, 5 Hz
-
42
UNIVERSITAS INDONESIA
Dengan adanya variasi pada akselerasi dan juga frekuensi gempa
ini, akan diperhatikan pengaruhnya terhadap faktor amplifikasi (Am).
3.4 Validasi
Pada tahapan ini akan dilakukan perbandingan antara respon
seismik dinding MSE Wall hasil dari tahapan sebelumnya dengan respon
seismik dinding MSE Wall hasil penelitian Kencana (2012) yang
menggunakan centrifuge. Jika respon dari MSEW dengan perkuatan pada
satu sisi pada peneliaan ini memiliki trend yang sama dengan penelitian
Kencana (2012), maka dapat disimpulkan bahwa model ini valid, namun
sebaliknya jika respon dari MSEW pada penelitian ini tidak memiliki trend
yang sama dengan penelitian Kencana (2012), maka dapat disimpulkan
bahwa model pada penelitian ini tidak valid. Respon seismik yang dimaksud
adalah faktor amplifikasi (Am)
Jika model valid, maka dilanjutkan ke tahap selanjutnya, yaitu
permodelan dinding dengan perkuatan pada dua sisi. Jika hasilnya tidak
valid, maka dilakukan refinement pada model dinding dengan perkuatan
pada satu sisi, hingga modelnya valid.
3.5 Permodelan Dinding dengan Perkuatan Pada Dua Sisi
Pada tahapan ini akan dilakukan permodelan dinding dengan
perkuatan pada dua sisi. Model dinding dengan perkuatan pada dua sisi ini
menggunakan spesifikasi yang sama dengan dinding dengan perkuatan pada
satu sisi, dan juga mendapatkan getaran seismik dengan karakteristik yang
sama.
Sama seperti dinding dengan perkuatan pada satu sisi, pada kasus
dinding dengan perkuatan pada dua sini ini juga akan diperhatikan pengaruh
perubahan akselerasi dan frekuensi gempa terhadap faktor amplifikasi (Am).
3.6 Analisa
Pada tahapan ini akan dilakukan perbandingan dari respon seismik
MSE wall dengan perkuatan pada satu sisi dengan respon seismik MSE wall
-
43
UNIVERSITAS INDONESIA
dengan perkuatan pada dua sisi, dan akan diidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
3.7 Kesimpulan
Pada tahapan ini akan dipaparkan kesimpulan dari penelitian ini.
-
44
UNIVERSITAS INDONESIA
DAFTAR PUSTAKA
Kumar, Kamalesh. Basic Geotechnical Earthquake Engineering. New Delhi: New
Age International, 2008.
South Carolina Department of Transportation. SCDOT Geotechnical Design
Manual. Columbia: SCDOT, 2010.
Passe, Paul D. Mechanically Stabilized Earth Wall Inspectors Handbook.
Tallahasse: Florida Department of Transportation, 2000.
Kencana, Erick Yusuf. Evaluation of Acceleration Amplified Response and
Mobilized Reinforcement Loads within Geosynthetic Reinforced Structures under
Dynamic Loading. Master Thesis. Taipei: National Taiwan University of Science
and Technology, 2012.
Holst, Martin. Numerical and Analytical Analysis of Geogrid Reinforced Soil Wall
Subjected to Dynamic Loading. Master Thesis. Trondheim: Norwegian University
of Science and Technology, 2012.
Basha, B. Munwar, dan P. K. Basudhar. Pseudo Static Seismic Stability Analysis
of Reinforced Soil Structures. 2010.
Koseki, J., et al. Evaluation of Seismic Displacement of Reinforced Walls. 2004.
Nouri, H., A. Fakher, dan C. J. F. P. Jones. Evaluating the effects of the magnitude
and amplification of pseudo-static acceleration on reinforced soil slopes and
walls using the limit equilibrium Horizontal Slices Method. 2007.
-
45
UNIVERSITAS INDONESIA
El-Emam, Magdy M., Richard J. Bathurst, dan Kianoosh Hatami. Numerical
Modeling of Reinforced Soil Retaining Walls Subjected to Base Acceleration.
2004.
Ling, Hoe I., et al. Finite Element Simulations of Full Scale Mudular Block
Reinforced Soil Retaining walls under Earthquake Loading. 2010.
Guller, Erol, et al. Numerical Analysis of Reinforced Soil Walls With Granular
and Cohesive Backfills Under Cyclic Loads. 2011.
Bathurst, R. J., dan Z. Cai. Pseudo-Static Seismic Analysis of Geosynthetic-
Reinforced Segmental Retaining Walls. 1995.
Koseki, J., et al. Shaking and Tilt Table Tests of Geosynthetic-Reinforced Soil and
Conventional-Type Retaining Walls. 1998.
Matsuo, O., et al. Shaking Table Tests and Analyses of Geosynthetic-Reinforced
Soil Retaining Walls. 1998.
Bathurst, R. J., dan K. Hatami. Seismic Response Analysis of a Geosynthetic-
Reinforced Soil Retaining Wall. 1998.
Helwany, Sam M. B., M. Budhu, dan David McCallen. Seismic Analysis of
Segmental Retaining Walls. I: Model Verification. 2001.
Siddharthan, R., V. Gopalan, dan S. Bukhary. Application of Displacement-Based
Seismic Design Approach for MSE Walls with Uneven Reinforcement. 2010.
Ling, Hoe I., et al. Large-Scale Shaking Table Tests on Modular-Block Reinforced
Soil Retaining Walls. 2005.
top related