program studi perbandingan mazhab fakultas …repository.uinjambi.ac.id/1911/1/skripsi muhamad...isu...

Post on 06-Oct-2020

13 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

ISU KAFIR MENGKAFIR SESAMA ORANG ISLAM (STUDI METODE

ISTINBAT HUKUM MAJELIS FATWA KEBANGSAAN

MALAYSIA TAHUN 1984)

SKRIPSI

MUHAMAD ENDRA LUQMAN BIN MASNAN MAULANA

NIM: SPM 150008

PEMBIMBING:

H. HERMANTO HARUN, LC, M. HI,Ph. D

ALHUSNI, S. Ag., M. HI

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

JAMBI

1441 H / 2019

ii

PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

v

SURAT PERNYATAAN

vi

MOTTO

ن جاء مك فاسق بنباء فتبينوا يأ هيا ﴾٦﴿أ ن ثصيبوا كوما جبيةل فتصبحوا ػىل ما فؼلمت هدمنياذلين أ منوا ا

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik

membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak

menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui

keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

(Qs, Al-Hujurat :6)

vii

ABSTRAK

Muhamad Endra Luqman Bin Masnan Maulana, SPM 150008; Isu Kafir

Mengkafir Sesama Orang Islam (Studi Metode Istinbat Hukum Majelis Fatwa

Kebangsaan Malaysia Tahun 1984).

Skripsi yang berjudul, Isu kafir mengkafir sesama orang Islam (studi metode

istinbat hukum majelis fatwa kebangsaan Malaysia Tahun 1984). Skripsi ini

adalah untuk mengungkap metode yang digunakan dalam fatwa Isu Kafir

Mengkafir Sesama Orang Islam, serta latar belakang munculnya fatwa tersebut

dan peranan Majelis Fatwa Kebangsaan Malaysia dalam penetapan hukum

tersebut. Penulis menjalankan kajian lapangan di Jabatan Kemajuan Islam

Malaysia (JAKIM), Putrajaya. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode

deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan dalam kajian ini yaitu, field research

(kajian lapangan) dan juga library research (kajian pustaka) supaya penulis dapat

meneliti dan membahas kajian ini secara rinci dan membahas permasalahan ini

dengan lebih mendalam. Instrument pengumpulan data adalah melalui wawancara

dan dokumentasi. Hasil dari penelitian yang dilakukan, penulis dapat

menyimpulkan bahwa latar belakang muncul fatwa isu kafir mengkafir sesama

orang Islam karena ketua pemimpin Partai Islam Semalaysia (PAS) Dato‟ Hadi

Awang menyatakan bahawa pemerintah pada masa itu mengekalkan

perlembagaan penjajah dan mengekalkan undang-undang kafir dan disampaikan

kepada pemerintah yang dipimpin oleh partai United Malays National

Organisation (UMNO) yaitu pentadbiran yang didalamnya mengandungi pekara

mungkar seperti kelab malam, tokoh arak, tempat-tempat judi sehingga

masyarakat terpengaruh dengan amanat tersebut dan menjadikan masyarakat pada

ketika itu berpecah belah sesama Islam karena amanat tersebut. Selanjutnya,

Metode yang digunakan oleh Majelis Fatwa Kebangsaan Malaysia sama seperti

metode yang digunakan oleh ulama sebelumnya dengan kendali kepada ayat-ayat

Quran, Hadits dan mengamati pendapat ulama dalam kitab muktabar.

Kata Kunci : Kafir Mengkafir, Istinbat Hukum, Fatwa Kebangsaan Malaysia.

viii

PERSEMBAHAN

حيم حمن الر الر بسم الله

Kupersembahkan skripsi ini kepada……

Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga.

Kupersembahkan skripsi ini kepada ayahanda Masnan Maulana Bin Hj Mursid

Ibunda Junaidah Binti Hj Mustaffa yang telah berjuang dengan penuh

Keikhlasan, yang telah menorehkan segala kasih sayangnya dengan

penuh rasa ketulusan yang tidak mengenal lelah dan batas waktu

Serta telah mendidik dan mengasuh dari kecil hingga dewasa.

Al-Fatihah buat ibunda yang telah pergi menghadap

ilahi semoga ibunda tenang disana.

Tidak lupa Untuk kakak Maizatul Ramdani yang banyak memberi motivasi, Lidya

Nur Balqis, Nur Atikah, Nurul Izati Fatihah Muhammad Fadhull Khafidh yang

memberi sokongan serta turut memberi perhatian tiada yang paling mengharukan

saat kumpul sama kalian, Terima kasih di atas segalanya.

Tidak lupa kepada kedua-dua pembimbing saya yaitu

Bapak H. Hermanto Harun, Lc, M. HI, Ph.D dan Bapak Alhusni, S. Ag., M. HI.

karena banyak ilmu yang dicurahkan dan banyak memberi tunjuk ajar kepada saya

dalam menyelesaikan tugasan akhir sebagai mahasiswa fakultas syariah.

Serta tak lupa pula terima kasih juga untuk insan yang tercinta yaitu sahabat

sejatiku Arip, Amir, Syahrazan, Anas, Atikah, Mizan, Fakhruddin, Ruzaini, Haris

Fadhillah, Naufal, Ridha, Naziah, serta teman-teman lain yang tergabung dalam

Persatuan Kebangsaan Pelajar Malaysia Di Indonesia Cawangan Jambi, dan

mahasiswa Indonesia ribuan terima kasih di ucapkan atas segala pikiran, bantuan

kalian, sehingga skripsi ini selesai.

Semoga ALLAH SWT Melipat Gandakan Pahala Amalan Kalian.

ix

KATA PENGANTAR

حيم حمن الر الر بسم الله

Puji dan syukur yang sedalam-dalamnya penulis panjatkan kehadrat Allah

SWT atas segala rahmat dan kurnia-Nya. Shalawat dan Salam turut dilimpahkan

kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAWملسو هيلع هللا ىلص yang sangat dicintai.

Alhamdulillah dalam usaha menyelesaikan skripsi ini penulis sentiasa diberi

nikmat kesehatan dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Isu Kafir Mengkafir Sesama Orang Islam (Metode Istinbat

Hukum Majelis Fatwa Kebangsaan Malaysia Tahun 1984)”.

Skripsi ini disusun sebagai sumbangan pemikiran terhadap pengembangan

ilmu syariah dalam bahagian perbandingan mazhab dan juga memenuhi sebagian

persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Jurusan

Perbandingan Mazhab pada Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan

Thaha Saifuddin Jambi, Indonesia.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis akui tidak terlepas dari menerima

hambatan dan halangan baik dalam masa pemgumpulan data maupun

penyusunannya. Situasi yang mencabar dari awal hingga keakhir menambahkan

lagi daya usaha untuk menyelesaikan skripsi ini agar selari dengan penjadualan.

dan berkat kesabaran dan sokongan dari berbagai pihak, maka skripsi ini dapat

juga diselesaikan dengan baik seperti yang diharapkan.

x

Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah jutaan terima

kasih kepada semua pihak yang turut membantu sama ada secara langsung

maupun secara tidak langsung menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:

1) Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA Rektor UIN STS Jambi, Indonesia.

2) Bapak Dr. AA. Miftah, M. Ag, Dekan Fakultas Syariah UIN STS Jambi,

Indonesia.

3) Bapak H. Hermanto Harun, Lc, M. HI, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang

Akademik sekaligus Pembimbing I, Ibu Dr Rahmi Hidayati, S. Ag, M.HI,

Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Perancanaan dan Keuangan

dan Ibu Dr. Yulianti, S. Ag. MHI, Wakil Dekan Kemahasiswaan dan

Kerjasama di lingkungan Fakultas Syariah UIN STS Jambi, Indonesia.

4) AlHusni, S. Ag., M. HI, Ketua Jurusan Perbandingan Mazhab sekaligus

Pembimbing II dan Bapak Yudi Armansyah, M. Hum, Sekretaris Jurusan

Perbandingan Mazhab, Fakultas Syariah UIN STS Jambi, Indonesia.

5) Bapak dan ibu dosen yang telah mengajar sepanjang perkuliahan, asisten

dosen serta seluruh karyawan dan karyawati yang telah banyak membantu

dalam memudahkan proses menyusun skripsi di Fakultas Syariah UIN

STS Jambi, Indonesia.

Di samping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih ada kekurangan dan

jauh dari kesempurnaan baik dari segi teknis penulisan, analisis data, penyusunan

maklumat maupun dalam mengungkapkan argumentasi pada bahan skripsi ini.

Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak dapat memberikan kontribusi

pemikiran, tanggapan dan masukan berupa saran, nasihat dan kritik demi kebaikan

xi

skripsi ini. Semoga apa yang diberikan dicatatkan sebagai amal jariyah di sisi

Allah SWT dan mendapatkan ganjaran yang selayaknya kelak.

Jambi, 25 April 2019

Penulis,

MUHAMAD ENDRA LUQMAN

BIN MASNAN MAULANA

SPM150008

x

DAFTAR ISI

ontents HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR ............................................ ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... iii PENGESAHAN PANITIA UJIAN ........................................................................ iv SURAT PERNYATAAN ......................................................................................... v MOTTO ................................................................................................................... vi ABSTRAK .............................................................................................................. vii

PERSEMBAHAN .................................................................................................. viii KATA PENGANTAR ............................................................................................. ix

DAFTAR ISI ............................................................................................................. x PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................................... xii DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................... xiii DAFTAR TABLE ................................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................. 5 C. Batasan Masalah ................................................................................... 5

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................................... 5

1. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5

2. Kegunaan Penelitian......................................................................... 6 E. Kerangka Teori ..................................................................................... 6

1. Kafir ................................................................................................. 6 2. Murtad .............................................................................................. 7 3. Istinbat Hukum ................................................................................. 8

F. Tinjauan Pustaka ................................................................................... 21

BAB II METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ........................................................................... 26 B. Jenis Penelitian ..................................................................................... 27

1. Penelitian Lapangan (Field Research) ............................................. 27

2. Penelitian Pustaka (Library research) .............................................. 28 C. Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 28

1. Jenis Data ......................................................................................... 28

2. Sumber Data ..................................................................................... 29 D. Instrumen Pengumpulan Data ............................................................... 29

1. Observasi .......................................................................................... 30 2. Wawancara ....................................................................................... 30 3. Dokumentasi .................................................................................... 31

E. Teknik Analisis Data. ........................................................................... 32 1. Koleksi Data ..................................................................................... 32 2. Reduksi Data (Data Reduction) ....................................................... 32 3. Penyajian Data (Data Display) ......................................................... 32

4. Penarikan Kesimpulan Dan Verifikasi (Conclusion Drawing And

Verification). ........................................................................................... 33

xi

F. Sistematika Penulisan ........................................................................... 33 G. Jadwal Penelitian .................................................................................. 34

Jadwal Penelitian .................................................................................. 35

BAB III GAMBARAN UMUM MAJELIS FATWA KEBANGSAAN MALAYSIA

A. Geografis Majelis Fatwa Kebangsaan Malaysia ................................... 37 B. Sejarah Dan Perkembangan .................................................................. 38 C. Struktur Organisasi ............................................................................... 41

CARTA ORGANISASI JABATAN KEMAJUAN ISLAM

MALAYSIA (JAKIM) ............................................................................ 41

CARTA ORGANISASI BAHAGIAN PENGURUSAN FATWA ...... 42 D. Visi, Misi,Moto,Slogan Objektif .......................................................... 43

Visi: ....................................................................................................... 43 Misi: ...................................................................................................... 43 Motto: .................................................................................................... 43

Slogan: .................................................................................................. 43 Objektif: ................................................................................................ 43

Etika Kerja ............................................................................................ 44 Logo Korporat JAKIM ......................................................................... 44

E. Peran Majelis Fatwa Kebangsaan Malaysia ......................................... 45 Metode Pengeluaran Hukum Atau Pandangan Syarak Oleh

Jawatankuasa Fatwa .............................................................................. 46

1. Mesyuarat Jawatan Kuasa Fatwa MKI ............................................ 46

2. Muzakarah Jawatan Kuasa Fatwa MKI ........................................... 47

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Munculnya Fatwa Isu Kafir Mengkafir Sesama

Orang Islam ........................................................................................... 48 B. Metode Istinbat Hukum Yang Digunakan Oleh Majelis Fatwa

Kebangsaan Malaysia Tentang Isu Kafir Mengkafir Sesama Orang

Islam ...................................................................................................... 51

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................................... 62 B. Saran-saran ............................................................................................ 63

C. Kata Penutup ......................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ............................................................................................................ 68 CURRICULUM VITAE ........................................................................................ 78

xii

PEDOMAN TRANSLITERASI

غ sy ش kh خ a ا gh ن n

w و f ف sh ص d د b ب

t ت ق dh ض dz ذ q h ه

ts ث r ر ك th ط k ء hamza z ز j ج ya ي lam ل zh ظ m م ain ع s س h ح

â = a panjang

î = u panjang

û = u panjang Au = او

Ay = اى

xiii

DAFTAR SINGKATAN

DYMM : Duli Yang Maha Mulia

H : Hijriah

M : Masehi

Hj. : Haji

UIN STS : Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin.

JAKIM : Jabatan Kemajuan Islam Malaysia.

SWT : Subhanahuwata „ala.

SAW : Sallallahu „alaihiwasallam.

ra. : Radiallahu „an.

No. : Nomor.

Q.S : Al-Qur‟an Dan Sunnah.

cet. : Cetakan.

hlm : Halaman.

t.t : Tanpa Tahu

UMNO : United Malays National Organisation

PAS : Partai Islam Semalaysia

MKI : Majelis Kebangsaan Hal Ehwal Agama Islam Malaysia

BAHEIS : Bahagian Agania Di Departmen Perdana Menteri Dan

Diberi Nama Divisi Islam

xiv

DAFTAR TABLE

JADWAL PENELITIAN 2018 ................................................................................ 33

JADWAL PENELITIAN 2019 ................................................................................ 34

PENGALAMAN ORGANASASI ........................................................................... 77

xv

DAFTAR GAMBAR

CARTA ORGANISASI JABATAN KEMAJUAN ISLAM MALAYSIA ............. 39

CARTA ORGANISASI BAHAGIAN PENGURUSAN FATWA ......................... 40

LAMPIRAN ............................................................................................................. 66

LATAR BELAKANG INFORMAN ....................................................................... 75

CURRICULUM VITAE .......................................................................................... 76

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Isu takfir adalah antara isu keagamaan yang sentiasa hangat diperdebatkan

di kalangan masyarakat Melayu, terutamanya pada musim pilihan umum

(PEMILU). Isu berkenaan dikatakan sebagai punca utama berlakunya perpecahan

masyarakat Melayu. Takfir atau lebih dikenali dalam masyarakat Melayu dengan

istilah kafir mengkafir sebenarya adalah persoalan hukum yang amat berkait rapat

dengan persoalan aqidah. Dalam perspektif sejarah Islam klasik aliran, takfir

biasanya dikaitkan dengan tindakan ekstrem kelompok al-Khawarij yang

mengkafirkan para sahabat dan membunuh khalifah 'Ali bin Abi Talib karena

dianggap tidak berhukum dengan hukum Allah dan juga mengkafirkan sesiapa

yang tidak sependirian dengan mereka dalam kes 'tahkim' dalam peperangan

Siffin.1

Penyakit paling serius menyebabkan kehancuran umat manusia di mana-

mana ialah fitnah. Faktanya, sejarah membuktikan bagaimana fitnah jugalah yang

menjadi faktor yang meruntuhkan pemerintah Islam terdahulu. Namun jika

diperhatikan, fitnah zaman dulu mengambil masa yang lama untuk tersebar.2

Malah wahana penyebaran fitnah juga terbatas kepada percakapan mulut ke

mulut. Pastinya perbedaan pada zaman kini karena kehebatan media sosial,

maklumat dan fitnah hanya dihujung jari, bahkan fitnah juga tidak memerlukan

1 Ahmad Zaki Hj Abd. Latiff Isu Kafir-Mengkafir Dan Implikasinya Dalam

Perkembangan Politik Dan Sosial Masyarakat Melayu , Malaysia 2003, hlm. 15

2 Asyraf Wajidi Dusuki Politik Islam Dan Melayu, Yayasan Dakwah Islamiyah

Malaysia(Yadim), 2014, hlm. 206

2

masa lama untuk tersebar luas hanya dengan menekan tombol atau keyboard.

Salah satu prinsip penting yang tercantum dalam Al-Qur‟an untuk

pegangan orang beriman dalam menghadapi zaman fitnah seperti tabayun.

Tabayun ialah prinsip dan akhlak orang beriman yang merujuk kepada amalan

meneliti dan menyelidiki suatu berita, baik tergesa-gesa dalam konklusi sebelum

dipastikan kesahihan berita tersebut. Didalam Al-Qur‟an prinsip tabayyun disertai

dengan ayat menuntut orang bersangka baik dan tidak mudah menjatuhkan hukum

dan kesimpulan.

Dalam Al-Qur‟an Allah SWT berfirman surah Al-Hujurat ayat 12:

﴾٢١مث﴿يأ هيا اذلين ءامنوا اختنبوا نثريا من امظن ان بؼض امظن ا Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena

sebagian dari purba-sangka itu dosa. 3

Demikianlah akhlak dan prinsip Al-Qur‟an untuk bersangka baik dan

bijaksana dalam membuat kesimpulan akan suatu perkhabaran.

Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendiri dan membutuhkan

bantuan orang lain, itulah sebabnya manusia diangap makhluk sosial. Seperti

dalam sebuah Hadits yang dirawayatkan oleh Imam Bukhari, dikatakan bahwa

“hubungan antara muslim itu bagaikan anggota tubuh yang tidak bisa terpisah satu

sama lain”.

Akan terlihat kurang indah jika manusia hidup mempunyai tangan namun

tidak mempunyai kaki. Begitu pula sebaliknya apalagi memiliki kaki namun tidak

berkepala. Tentu saja anggota tubuh yang lain seperti tidak ada gunanya. Ini

menggambarkan bahwa manusia tidak dapat hidup bersendirian. Tanpa

3 Al-Hujurat (26): 12. hlm. 518.

3

persaudaraan dengan sesamanya, manusia harus berteman, bersaudara, dan hidup

berdampingan dengan sesama manusia dan juga makhluk lain. Dalam Al-Qur‟an

Allah SWT berfirman: Surah Al-Imran 103:

ذننمت أ ػدأ ء فأ مف بني كلوبنك واغتصموا حببل هللا مجيؼا وال ثفركوا واذهروا هؼمت هللا ػلينك ا

خو صبحمت بنؼمتو ےأ ف يتو أ كل يبني هللا منك ʼشفا حفرة من امنار فأ هلذمك مهنا نذ‘ ان وننمت ػىل‘ا

﴾٢٠١﴿مؼلنك هتتدونDan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu

bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa

Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu

karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang

neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan

ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. 4

Hadits Rasulluah SAW juga ada bersabda:

احدمك حىت حيب ل جيو ماحيب منفسو ال يومن“Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia

mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”5

(HR. Bukhari no. 13 dan Muslim no. 45)

Menuduh seorang Islam dengan kafir adalah jenayah berat dalam hukum

Islam, pada saat yang sama harus disedari bahawa kekufuran sememangnya

berlaku diantara pengaut Islam yang juga diangap sebagai jenayah berat yang

tidak boleh dibiarkan. Kita wajib beristiqamah dan adil dalam menentukan hukum

agar tidak menghukum secara sewenang-wenang dan tidak memudahkan Islam itu

dipermain- mainkan sehingga melampaui batas yang mengarah kepada kufur.6

Sebelum ingin mengkaji lebih lanjut penulis ingin menjelaskan tentang

bagaimana isu kafir mengkafir sesama orang Islam ini berlaku disebabkan

4 Surah Al-Imran (4) 103. hlm. 64.

5 Muhammad Fuad Bin Abdul Baqi, (Hadits Shahih Bukhari Muslim),Jawa Barat.Penerbit

Fathan Prima Media,2016

6 Dato‟ Seri Tuan Guru Haji Abdul Hadi Awang, Amanat Haji Hadi Antara Fitnah &

Faktaa, Akademi Tarbiah Dewan Pemuda PAS Malaysia, Dewan Pemuda PAS Malaysia, 2013.

Hlm 52

4

timbulnya orang yang mengeluarkan kenyataan atau amanat yang berada didalam

posisi menentang pemerintah yang tidak menjalankan hukum Islam sepenuhnya

dalam pentadbiran Negara. Di Malaysia Islam adalah ugama persekutuan yang

didalamnya mengandungi akta peruntukan dalam perlembagaan perseketuan.

Orang yang mengeluarkan amanat itu adalah Tuan Guru Abdul Hadi Awang yakni

wakil dari partai yang menentang pemerintah dalam menegakkan hukum Islam.

Posisi yang di pegang ketika itu adalah pemimpin Partai Islam Semalaysia (PAS).

Implikasi daripada amanat tersebut pada ketika itu tejadi ketidak

kesimbangan dan kekacaun perhubungan sesama masyarakat muslim di Negara

Malaysia karena disebabkan oleh amanat yang telah dikeluarkan oleh Tuan Guru

Hadi Awang pada Tahun 1981. Kejadian yang berlaku ketika itu adalah dua belah

pihak partai ini tidak ingin berkerjasama dalam sesuatu kasus termasuklah dalam

hal ibadah seperti solat berjemaah, Qurban dan tidak memberi zakat jika

sesetengah orang itu partai lain. Apa yang lebih parah lagi pada waktu itu terjadi

kejadian kafir-mengkafir diantara mereka.

Didalam amanat tersebut ada yang bersetuju dengan amanat Tuan Guru

Abdul Hadi Awang terutama yang berada dan mengikuti akan patai PAS dan ada

yang tidak bersetuju dengan amanat tersebut karena amanat beliau dikatakan

umum dan amanat tersebut dikeluarkan atas faktor partai politik sendiri. Setelah

berlakunya kejadian tersebut pihak pemerintah mengambil kebijakan dalam

menyelesaikan masalah ini dengan mengarahkan majelis fatwa kebangsaan

Malaysia (JAKIM) untuk bersidang mengeluarkan satu fatwa tentang kedudukan

amanat tersebut diposisi Islam.

5

Hasil dari perbahasan diatas, penulis tertarik untuk mengkaji metode

istinbat hukum yang digunakan majelis Fatwa Kebangsaan Malaysia (JAKIM)

dalam menjawab posisi kedudukan isu kafir mengkafir sesama orang Islam

tersebut dari sudut hukum syara.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan huraian dari latar belakang masalah diatas, maka penulis

merumuskan beberapa permasalahan di antaranya sebagai berikut:

1. Bagaimanakah latar belakang munculnya fatwa berkaitan tentang isu kafir

mengkafir sesama orang Islam?

2. Apa metode istinbat hukum yang digunakan oleh Majelis Fatwa Kebangsaan

Malaysia dalam mengeluarkan fatwa?

C. Batasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan yang penulis bahas, maka fokus

penelitian penulis membataskan permasalahan ini. Oleh sebab itu penulis hanya

membahaskan tentang Kenyataan Majelis Fatwa Kebangsaan Malaysia tentang isu

kafir mengkafir sesama orang Islam dan pemimpin partai Islam semalaysia (PAS)

yang mengutarakan masalah isu kafir sesama Islam.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Agar tidak menyimpang dari rumusan masalah yang diutarakan di atas

maka, penulis mempunyai tujuan:

a. Ingin mengetahui latar belakang munculnya Fatwa berkaitan tentang isu kafir

mengkafir sesama orang Islam.

6

b. Ingin mengetahui metode istinbat hukum yang digunakan oleh Majelis Fatwa

Kebangsaan Malaysia dalam mengeluarkan fatwa .

2. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan diatas, apabila dapat dicapai dengan baik dan dapat

dirumuskan, maka penulisannya akan digunakan:

a. Sebagai salah satu upaya untuk memberikan pengertian dan penjelasan tentang

masalah yang ditanggapi oleh masyarakat Malaysia tentang Kenyataan Majelis

Fatwa Kebangsaan Malaysia, serta untuk menambah ilmu dan wawasan

penulis dalam bidang hukum dalam membuat dan menyusun karya ilmiah yang

baik dan benar.

b. Sebagai salah satu syarat bagi memperoleh Sarjana Strata Satu (S.1) Fakultas

Syariah, Jurusan Perbandingan Mazhab, Universitas Islam Negeri Sulthan

Thaha Saifuddin Jambi.

E. Kerangka Teori

Adapun kerangka teori ini digunakan penulis adalah karena ingin

menjelaskan pengertian,tentang kafir, murtad, istinbathh hukum dan fatwa.

1. Kafir

Kafir bahasa Arab: كافر kafir; Jamak كفار kuffar. Kafir berasal dari kata

kufur yang berarti ingkar, menolak atau menutup, menyembunyikan sesuatu, atau

menyembunyikan kebaikan yang telah diterima atau mengingkari kebenaran.

Awan juga disebut “kafir” karena ia menutupi benih dengan tanah.

Secara istilah “temologi Islam”, para ulama tidak sepakat dalam

menetapkan batasan kafir sebagaimana berbeda pendapat dengan batasan imam.

7

Kalau imam diartikan “pembenar” terhadap Rasulullah ملسو هيلع هللا ىلصSWT. serta ajaran-

ajaran yang dibawanya, maka kafir diartikan dengan pendusta terhadap ajaran-

ajaran beliau. Inilah batasan umum dan sering dipakai dalam buku-buku akidah.

Jadi, orang kafir ialah orang yang mengingkari ajaran Islam yang seharusnya dia

imani.7

Dalam Al-Qur‟an istilah kafir berasal daripada perkataan “kaffara” yang

berarti „menutupi‟ dan keseluruhan penggunaan istilah tersebut merujuk kepada

sesuatu amalan yang bertujuan menutupi dosa dengan melakukan amalan soleh.

Malakala istilah kufur yang disebutkan dalam Al-Qur‟an dan Hadits mengandungi

dua makna, yang pertama ialah kekufuran yang paling besar yakini bantahan atau

sengaja berdegil untuk tidak beriman dengan syariat yang telah dibawa oleh Nabi

Muhammad SAW. Sama ada keseluruhan atau sebahagian daripada hukum-

hukum agama yang wajib diketahui oleh seorang muslim. Dan yang kedua

kekufuran kecil yakini kekufuran yang merangkumi semua aspek kesalahan

mahupun tegahan dan kelompok ini adalah fasik dan kelompok yang berdosa.8

2. Murtad

Al-riddah adalah bentuk masdar dari perkataan رد yang secara etimologis

berarti memalingkannya, mengambalikannya. Dalam Bahasa Indonesia murtad

disamakan dengan al-riddah yaitu pelakunya disebut murtad.9

7 PDF Digilib .Uinsby. Ac.Id/19731/27/Bab % 202.(By Ml Fatahillah-2017). Hlm 15

8 Ahmad Zaki Hj Abd. Latiff Isu Kafir-Mengkafir Dan Implikasinya Dalam

Perkembangan Politik Dan Sosial Masyarakat Melayu , Malaysia 2003, hlm. 17

9 Firman Tongke Hukuman Mati Orang Murtad Dalam Hadis, Skripsi Uin Alauddin

Markassar 2015, hlm. 22

8

Arti murtad dari segi istilah masuknya seorang muslim ke agama kafir, apa

pun macamnya. Bila seorang muslim meningalkan agama Islam dan kemudian

masuk ke agama kafir, dia disebut murtad, yakini keluar dari yang benar kepada

yang batil. Perlu digaris bahawa kata murtad hanya berlaku bagi seorang muslim

yang keluar dari agama Islam, bukan orang kafir yang keluar dari agamanya

kemudian masuk ke agama kafir lainnya.10

Imam Al-Nawawi dalam kitab Al-Talibin menerangkan bahawa perbuatan

yang berakibat pelakunya diangap murtad adalah dimaksudkan menghina agama

secara terang-terangan atau secara tegas menolak agama tersebut, seperti

melemparkan mushaf Al-Qur‟an ke tempat yang kotor dan sujud kepada berhala

atau matahari.11

Jadinya Murtad atau disebut Al-riddah secara temologis ulama fiqh

mendefinisikan kembali kepada kekafiran sesudah beragama Islam. yaitu seorang

yang memutuskan keIslaman dan dibarengi niat ucapan dan perbuatan kufur baik

dimaksudkan untuk menghina, menentang, maupun menyakini kekufuran

tersebut.

3. Istinbat Hukum

Istinbat dari segi etimologi berasal dari kata nabata yang berarti “air yang

pertama kali muncul paada saat seorang mengali sumur”. Dan dipakai dalam

mengeluarkan kaedah fiqhi berarti mengeluarkan hukum dari sumbernya, yakini

mengeluarkan kandungan hukum dan nas-nas dengan ketajaman nalar dan

kemampuan daya pikir yang optimal. Sebagaimana yang diungkapkan

10Ibid., hlm. 25

11

Dr. H. M. Nurul Irfan, M.Ag. Masyrofah, S.Ag., M.Si. Fikih Jinayah, Jakarta 2015,

hlm. 77

9

Muhammad bin Ali Al-Fayyuni mendefinasikan istinbat sebagai upaya menarik

hukum dari Al-Qur‟an dan Sunnah dengan jalan ijtihad.

Kata istinbat terdapat dalam Al-Qur‟an Allah berfirman:

ذا جا ىل أ وىل ال مر مهنم مؼلمو ءمه أ مر من ال من أ و اخلوف أ ذاغوا بو وا ىل امرسول وا ومو ردوه ا

ال كليال اذلين يس تنبطوهو مهنم وموال فضل هللا ﴾٣١﴿ػلينك ورمحتو الثبؼمت امش يطن ا Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan,

mereka lalu menyiarkannya. dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil

Amri[322] di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui

kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil Amri)[323].

kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut

syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).12

Para ahli tafsir hampir secara keseluruhan menjelaskan bahwa yang

dimaksudkan mengeluarkan sesuatu yang tersembunyi (tidak jelas) يس تنبطون

dengan ketajaman pemikiran mereka13

Satria Effendi M. Zein menerangkan Secara etimologis kata استنبظ yang

didasari dari akar kata ط - ب - ن berarti mengeluarkan seperti dalam ungkapan

: نبظ الحافر الماء است yang berarti menggali dan mengeluarkan air. Dari sinilah nampak

relevansinya dengan pengertian istinbat secara ternomologis. Dalam kamus al-

Misbah, mengistinbat hukum artinya menggali dan mengeluarkan hukum lewat

sebuah (mekanisme) ijtihad. Dengan demikian istinbat hukum dapat didefinisikan

sebagai sebuah upaya ijtihad dalam menggali sumber-sumber hukum untuk

mendapatkan sebuah hukum syari‟i.

Kata istinbat bila dihubungkan dengan hukum, seperti dijelaskan oleh

Muhammad bin „Ali al-Fayyumi (w. 770 H) ahli bahasa Arab dan Fikih berarti

“upaya menarik hukum dari Al-Quran dan Sunnah dengan jalan Ijtihad”. Ayat-

12 An-Nisa (3): 83, hlm. 518.

13

Rahmawati, Metode Istinbat Hukum, Uin Alauddin Markassar 2014, hlm. 34

10

ayat dalam Al-Quran menunjukkan pengertiannya menggunakan berbagai cara,

ada yang tegas dan ada yang tidak tegas, ada yang melalui arti bahasanya dan ada

pla yang melalui maksud hukumnya, di samping itu di satu kali terdapat pula

perbenturan antara satu dalil dan dalil lain yang memerlukan penyelesaian. Ushul

fiqh menyajikan berbagai cara dari berbagai aspeknya untuk menimba pesan-

pesan yang terkandung dalam Al-Quran dan Sunnah Rasulullah.14

Terdapat dua bagian untuk mengistinbat sesuatu hukum dari sudut ushul

fiqh yaitu sumber hukum yang disepakati dan sumber yang tidak disepakati oleh

ulama. Pertama, sumber yang disepakati yaitu al-Quran, al-Sunnah, Ijmak dan

Qiyas. Manakala yang tidak disepakati yaitu Istihsan, Maslahah Mursalah, „Uruf.

Saddu Zara‟i, Istishab, Madzhab Shahabi, dan Syar‟u man Qablana.

Kerangka teori ini digunakan penulis dalam penelitian adalah teori bayani,

dan burhani ta‟lili, yang dapat dilihat dibawah ini:

a. Metode Bayani

Bayani yang dalam bahasa arab maknanya penjelasan (explanation). Maka

dari itu, teks (nash) menjadi sumber bagi epistemologi bayani. Untuk

mendapatkan pengetahuan dari nash baik al-Quran maupun Hadith dibutuhkan

usaha keras yang lazim dikenal dengan ijtihad.15

b. Metode Burhani Ta‟lili

Corak penalaran ta‟lili adalah upaya penggalian hukum yang tertumpu

pada penentuan „illah-„illah hukum yang terdapat dalam suatu nash.

Berkembangnya corak penalaran ta‟lili ini karena didukung oleh suatu kenyataan

14 Satria Effendi M. Zein, “Ushul Fiqh”, (Jakarta: Kencana, 2017) hlm. 163

15

http//www.academia.edu/Metode Berfilsafat dalam Islam, Bayani, Burhani dan Irfani.

11

bahwa nash al-Quran atau al-Hadith dalam penuturannya tentang suatu masalah

hukum sebagian diiringi dengan penyebutan „illah-„illah hukumnya. Atas dasar

„illah yang terkandung di dalam suatu nash, permasalahan-permasalahan hukum

yang muncul diupayakan mujtahid, pemecahannya melalui penalaran terhadap

„illah yang ada dalam nash tersebut. Dalam perkembangan pemikiran usul fiqh,

yang termasuk dalam corak penalaran ta‟lili adalah Saddu Zara‟i.16

a. Fatwa

Pada sudut bahasa, fatwa diambil daripada perkataan fata-yaftu-fatwa atau

futya yang memberi maksud menjelas dan menghuraikan hukum permasalahan.

Fatwa dari sudut istilah adalah pemberitahuan tentang sesuatu hukum syara‟

berdasarkan istinbathh yang dilakukan oleh seorang mufti yang mempunyai

kewibawaan Islam untuk memberi jawapan kepada sesuatu kemusykilan, walau

bagaimanapun jawapannya itu tidak mengikat.17

Selain itu, Mustafa Ahmad al-Zarqa mendenisikan fatwa secara bahasa

berarti petuah, penasehat, jawaban atas pertanyaan yang berkaitan dengan hukum.

Fatwa juga adalah satu pandangan atau keputusan sama ada peribadi atau yang

dihasilkan oleh sekumpulan mujtahid ke atas sesuatu hukum syarak. Ketepatan

sesuatu fatwa amat bergantung kepada kaedah pendalilan yang diguna pakai dan

keselariannya dengan maqasid al-syariah. Menurut Abu al-Hasan al-Basri, al-

Ghazali, al-Syirazi, al-Amidi, Ibnu Qayyim dan al-Syaukani, mufti adalah

mujtahid iaitu seorang yang mampu melakukan ijtihad dan istinbat hukum.

16 Ibid.

17 Jabatan Mufti Negeri Selangor Apa Itu Fatwa? Shah Alam:Jabatan Mufti Negeri

Selangor. t.t)

12

Justeru, mufti dan mujtahid adalah sama secara umumnya, cuma berbeda dari segi

punca berlakunya yaitu fatwa dikeluarkan untuk menjawab persoalan atau sesuatu

masalah yang sudah berlaku, sedangkan ijtihad tidak terikat dengan syarat

tersebut.18

Pihak yang memberi fatwa dalam istilah Ushul Fiqh disebut Mufti dan

pihak yang meminta fatwa disebut al-mustafti. Seorang mustafti bisa saja

mengajukan pertanyaan kepada seorang mufti mengenai hukum suatu

permasalahan yang dihadapinya. Apabila mufti menjawabnya dengan perkataan,

hukum masalah ini halal atau haram, tanpa disertai dalil-dalinya secara terperinci,

maka itulah fatwa.19

Kaedah berfatwa dalam mengeluarkan fatwa di Malaysia, para mufti dan

ulama hendaklah terikat dengan tiga syarat yaitu:

i. Tidak memilih sesuatu pendapat yang bercanggah dari sudut dalilnya

meskipun ada dalil yang dikemukakan oleh orang lain yang memaksanya

memilih pendapat tersebut.

ii. Pilihan pendapat itu membawa kebaikan kepada orang ramai serta

mengenepikan unsur kesukaran, kepayahan dan unsur kelonggaran.

iii. Dalam mengeluarkan fatwa, seseorang mufti hendaklah mempunyai

niat yang baik. Oleh itu fatwanya dibuat bukan bertujuan untuk

memuaskan hati pemerintah atau orang ramai. Selain itu, ia juga

mengambil berat tentang perkara-perkara yang akan menyebabkan

18 Mustafa Ahmad al-Zarqa‟, “Fatawa”, (Dimasyq: Dar al-Qalam,1999) h. 196

19

Abu Ishaq Ibrahim bin „Ali al-Syirazi, “al-Luma’ fi Usul al-Fiqh”, tt (Beirut: Dar al-

Kutub al-„Ilmiyyah, 1985) hlm. 182

13

kemurkaan Allah atau membawa keredhaan-Nya. Dengan arti lain, pilihan

fatwa berdasarkan pada kebenaran bukan disebabkan perkara lain.

Di Indonesia, Dasar-dasar umum penetatapan fatwa tertulang dalam bab 2

pasal 2, terdiri atas 3 ayat. Sebagai berikut :20

i. Setiap fatwa harus menpunyai dasar kitabullah dan sunnah Rasul yang

mu’tabarah, serta tidak bertentangan dengan kemaslahatan umat.

ii. Jika tidak terdapat dalam kitabullah dan sunnah Rasul, sebagaimana

ditentukan pada pasa 2 ayat 1, fatwa hendaklah tidak bertentangan

dengan Ijma,Qias yang Mu’tabar, dan dalil-dalil hukum yang lain,

seperti Istihan, Masalih Mursalah, dan Saddu Az-Zari’ah.

iii. Sebelum pengambilan fatwa hendaklah ditinjau pendapat-pendapat para

imam mazhab terdahulu, baikyang berhubungan dengan dalil-dalil

hukum maupun yang berhubungan dengan dalil yang dipergunakan

oleh pihak yang berbeda pendapat, serta pandangan penasihat ahli yang

dihadirkan.

Dalam fatwa kebangsaan Malaysia menyatakat yang dimaksudkan dengan

fatwa adalah apa-apa ketetapan hukum tentang sesuatu isu berkaitan dengan

akidah, syariah dan akhlak yang diputuskan oleh jawatankuasa fatwa. Dari sudut

undang-undang ia diangap sebagai fatwa apabila disiarkan di dalam warta.21

Fatwa yang disarankan dalam warta adalah mengkait kepada orang-orang

Islam yang berada di Malaysia sebagai ajaran agamanya dan hendaklah menjadi

kewajiban disisi agama Islam untuk mematuhi dan berpegang dengan fatwa itu,

20 Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Sejak 1975, hlm 14

21

Garis Panduan Pengeluaran Fatwa Di Malaysia

14

melainkan jika dibenarkan oleh hukum syara‟ untuk tidak mengikut fatwa itu

dalam peerkara-perkara amalan peribadi. Selain itu, fatwa hendaklah diiktiraf oleh

semua negeri tentang semua perkara yang dinyatakan dalamanya.22

Fatwa yang ada hubungan dengan kepentingan nasional:

1. Walau apa pun fatwa jawatankuasa fatwa di bawah seksyen 47, apabila

jawatankuasa fatwa mendapati bahawa suatu fatwa yang dibincangkan

dibuat adalah berkaitan dengan perkara-perkara yang menyentuh

kepentingan nasional, jawatankuasa fatwa hendaklah menangguhkan

perbicaraan tentang fatwa yang dibincangkan itu dan mengemukakan

perkara itu kepada majlis.

2. Selepas menimbang teliti perkara itu, majelis boleh membuat syor

kepada Duli Yang Maha Mulia Sultan untuk mendapatkan perkenanya

supaya fatwa yang dicadangkan itu dirujuk kepada jawatankuasa fatwa

kebangsaan, melalui majelis Raja-Raja.

3. Tanpa menjelaskan keluasan subseksyen (1), suatu fatwa adalah

diangap berkaitan dengan perkara-perkara yang menyentuh kepentingan

nasional jika persoalan itu ada hubungan dengan apa-apa perkara, dasar,

program atau aktiviti yang secara lansung menyentuh kepentingan

kerajaan persekutuan, jabatan atau agensi-agensinya.

4. Jika Duli Yang Maha Mulia Sultan memberikan perkenannya di bawah

subseksyen (2), majelis hendaklah merujuk kepada jawatan kuasa fatwa

22 Jabatan Mufti Negeri Selangor Apa Itu Fatwa? Shah Alam:Jabatan Mufti Negeri

Selangor. t.t)

15

kebangsaan, memaklumkan kepada kerajaan negeri tentang perujukan

itu.

5. Apabila suatu fatwa yang dicadangkan telah dirujukkan kepada

jawatankuasa fatwa kebangsaan, jawatankuasa itu hendaklah

mengemukakan nasihat dan syornya kepada Majelis Raja-Raja

mengikut subseksyen (2) tentang perkara itu.

6. Jika jawatan kuasa fatwa kebangsaan menasihati atau mensyorkan

supaya fatwa yang dibincangkan itu dibuat, dengan atau tanpa

ubahsuaian yang disorkan olehnya, atau menasihat atau mensyorkan

suatu fatwa lain tentang perkara yang sama dan majlis Raja-Raja telah

bersetuju dengan nasihat dan syor jawatankuasa fatwa kebangsaan itu,

maka majlis hendaklah menimbang nasihat dan syor itu disiarkan dalam

warta tanpa apa-apa pindaan atau ubahsuai dan perentukan-peruntukan

seksyen 48, kecuali subseksyen 48(7), hendaklah terpakai baginya.

7. Suatu fatwa yang disiarkan dalam warta hendaklah disertakan dengan

penyataan bahawa warta itu dibuat di bawah seksyen ini.

Fatwa yang diteliti adalah fatwa yang dikeluarkan oleh majelis fatwa

kebangsaan Malaysia dalam muzakarah khas jawatankuasa fatwa majelis

kebangsaan bagi hal ehwal ugama Islam Malaysia yang bersidang pada 21

November 1984 telah membincangkan mengenai isu kafir mengkafir sesama

orang Islam. Mesyuarat telah membuat keputusan seperti berikut:23

23

Jabatan Kemajuan Islam Malaysia, Kompilasi Pandangan Hukum Muzakarah Jawatan

Kuasa Fatwa Majlis Kebangsaan Bagi Hal Ehwal Ugama Islam Malaysia, Selangor,2015. Hlm 2

16

(i) Bahwa jika tuduhan atau angapan oleh ahli atau penyokong PAS atau oleh

sesiapa jua bahawa ahli UMNO, pemimpin atau angota Pemerintah yang

beragama Islam menuduh pemimpin atau ahli-ahli PAS kafir, adalah tidak

benar sama sekali dan sia-sia. Oleh yang demikian ahli-ahli umno atau

sesiapa jua yang mengucapkan dua kalimah syahadah adalah tetap orang

Islam selagi tidak dihukum murtad oleh pihak berkuasa agama Islam

Malaysia.

(ii) Sesiapa yang membuat tuduhan atau angapan bahawa ahli-ahli UMNO,

pemimpin atau angota pemerintah atau sesiapa juga yang beragama Islam

sebagai kafir, maka perbuatan itu adalah haram dan hendak bertaubat kepada

Allah. Perbuatan itu hendaklah diberhentikan dengan serta merta.

b. Mufti

Kata mufti ( مقتي) berasal dari bahasa Arab (orang yang memberi fatwa)

berkedudukan sebagai pemberi penjelasan tentang hukum syara‟ yang harus

diketahui dan dilaksanakan oleh umat Islam. Mufti ialah seorang yang berwenang

untuk memberi suatu fatwa atau pertimbangan berdasarkan religius tentang

permasalahan atau persoalan di dalam kehidupan masyarakat Islam sehari-hari.

Selain itu, mufti ialah orang yang dipercayakan untuk memberi fatwa dan juga

penasehat hukum dan mufti adalah orang yang melaksanakan fatwa dan perlu

dibahas definisi fatwa tersebut yang mempunyai hubungan dengan mufti.24

Kedudukan mufti dalam ketatanegaraan Islam pada awalnya kata fiqh

digunakan dalam setiap perkara yang difahami dari nash-nash Al-Qur‟an dan As-

24 Siti hajar binti zainal “kedudukan mufti di negeri johor (kajian atas jabatan mufti

dalam struktur ketatanegaraan negeri johor)” uinsyarif hidayatullah, Jakarta.

17

Sunnah mengenai akidah, akhlak atau masalah yang bersifat praktis. Tasyri pada

zaman Rasulluah SAW semuanya dengan cara wahyu. Di samping itu, terkandung

didalamnya kaidah „ammah‟ dan hukum-hukum yang mujmal. Syarat-syarat

keahlian mufti dalam ketatanegaraan Islam, menurut Dr. Uthman El-Muhammady

kaedah-kaedah dan adab-adab mengeluarkan fatwa yaitu mengutip dari imam

Nawawi membahas bahawa seseorang mufti itu hendaklah zahir kewarkannya,

terkenal dengan keagamaanya yang zahir pada dan penjagaan dirinya yang sangat

nyata. Imam Malik dan amalanya ia tidak melazimkan orang atas orang ramai dan

ia berkata: orang alim itu tidak melazimkan atas orang ramai.

Menurut Imam Ghazali seseorang mufti itu hendaklah seseorang yang

mempunyai sifat “adalah” (adil) yaitu menjauhkan kemaksiatan. Di syariatkan

bagi membolehkan orang ramai berpeang pada fatwanya, maka siapa yang tidak

adil maka tidak diterima fatwanya. Menurut Imam Nawawi, mufti hendaklah

seorang mukallaf, muslim, berkepercayaan, aman dari sifat-sifat yang dicurigai,

bersih dari faktor-faktor kefasikan dan perkara-perkara yang merusakkan maruah

diri, jiwa yang faqih, berfahaman sejahtera, berfikiran jernih, sahih urusannya dan

cara istinbatnya serta bersikap penuh waspada, sama ada merdeka atau hamba,

wanita dan buta, juga yang bisu bila ia menulis dan boleh di fahami isyaratnya.25

Al-Syatibi dalam al-Muqafaqat menjelaskan bahawa mufti itu memberi

fatwa dengan bimbingan kepada jalan yang benar dan fatwanya bersifat islah atau

perbaikan dikalangan orang banyak, tidak mengikut jalan keras malah

berserdahana sesuai kemampuan. Jadinya fatwa adalah institusi pewaris kenabian

25 Siti hajar binti zainal “kedudukan mufti di negeri johor (kajian atas jabatan mufti

dalam struktur ketatanegaraan negeri johor)” uinsyarif hidayatullah, Jakarta.

18

karena ia memberi panduan kepada umat. Beliau menyatakan “al-mufti warits al-

anbiya”. Fugsi mufti di Malaysia yaitu mufti hendaklah membantu dan

menasihati Duli Yang Maha Mulia Sultan berkenaan dengan semua perkara

hukum syara‟, dan dalam semua perkara. Pelantikan mufti dan timbalan mufti

dilantik oleh Duli Yang Maha Mulia Sultan dan disiarkan dan diwartakan.

c. Qadhi

Kata Qadhi berasal dari bahasa arab yaitu Qadha ( قضى) yang berarti

hukuman yang dijatuhkan dan Qadhi ialah orang yang menjatuhkan hukuman atau

seorang yang membuat putusan dalam suatu perkara. Sedangkan dalam bahasa

Indonesia Qadhi dan hakim mempunyai pengertian yang sama. Menurut istilah

syara‟, Qadhi ialah orang yang bertindak menyelesaikan perselisihan yang terjadi

di antara dua pihak atau lebih di dalam masyarakat. Hukuman atau penyelesaian

yang diberikan oleh Qadhi hendaklah berdasarkan hukum syara‟ dan wajib

diterima dan dilaksanakan dengan patuh.

Tugas Qadhi ialah melaksanakan keadilan, oleh itu seseorang Qadhi

hendaklah menjaga tindak-tanduk dan sikapnya dari segala perkara bisa

menimbulkan keraguan tentang keadilan hukumannya dan kebersihan

peribadinya. Qadhi tidak boleh terpengaruh atau dipengaruhi oleh keadaan

sekeliling atau oleh tekanan dari pihak manapun dalam bentuk apapun. Dibawah

ini penulis sertakan adab-adab Qadhi:

1. Tidak boleh menerima undangan khusus

Undangan terbagi kepada dua bahagian yaitu undangan khusus dan

undangan umum. Yang dimaksudkan dengan undangan khusus menurut

19

pendapat sebagian ulama‟ ialah undangan yang berjumlah orangnya di

antara llima hingga sepuluh orang, jika lebih dari itu disebut undangan

umum.

2. Tidak boleh menerima hadiah

Hadiah ialah pembeerian seorang kepada orang lain tanpa meminta

syarat pertolongan atau menyampaikan suatu maksud atau

melaksanakan kehendaknya. Namun demikian, al-Imam al-Mawardi

berpendapat bahawa Qadhi tidak boleh menerima hadiah dari sesiapa

pun baik dari orang yang mempunyai kesalahan maupun sebaliknya.

3. Tidak boleh menerima rasuah (suap)

Rasuah ialah pemberian seorang yang bersalah kepada Qadhi agar

tidak menjatuhkan hukuman kepada atau diringankan hukumnya.

Rasuah atau memberikan suap kepada Qadhi terbagi dua macam, yaitu:

pertama haram suap-menyuap ketika hendak menjadi Qadhi dan kedua

rasuah diberikan kepada Qadhi supaya hukuman diringankan atau

dibebaskan.

4. Tidak wajar mengeluarkan fatwa

Menurut jumhur ulama‟ tidak harus bagi Qadhi mengeluarkan

fatwa dalam suatu perkara yang kemungkinan akan menjadi kasus yang

akan diselesaikannya di Mahkamah nanti. Karena fatwanya itu bisa

menurunkan kewibawaanya, proses penetapan hukum melalui fatwa

adalah dengan proses penetapan hukum melalui Mahkamah. Hukum

20

yang lahir melalui fatwa adalah bersifat umum sedangkan hukum yang

lahir melalui peradilan Mahkamah bersifat khusus.

Jika Qadhi telah menyatakan pendapatnya atau fatwanya dalam

suatu kasus seperti kemungkinan hukum kasus tersebut melalui

pembuktian di mahkamah akan berbeda dengan fatwanya. Kalau hal ini

terjadi, kepercayaan terhadap Qadhi akan menurun dan akan

menjatuhkan kedudukan Qadhi karena hukumanya telah bertentangan

dengan fatwanya. Sebaliknya jika berlaku hukumannya melalui

pembuktian mahkamah tidak bertentangan dengan fatwanya ini juga

tidak dapat menimbulkan prangsaka yang tidak baik yaitu mungkin

Qadhi telah terkait dengan fatwanya terdahulu.

d. Hukum

Didalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia hukum bermaksud undang-

undang, peraturan,patokan (kaidah, ketentuan) mengenai peristiwa alam yang

tertentu menghukum, menjatuhkan hukuman kepada seseorang atau berhukum

untuk mencari keadilan hukum.26 Secara etimologi kata hukum (al-hukm) berarti

“mencegah” atau “memutuskan”. Menurut termonologi ushul fiqh, hukum (al-

hukm) berarti:

حطاب هللا املتؼلق بأ فؼل امللكفني اب ال كتضاء أ و امتحيري أ موضع

“Khitab (kalam) Allah yang mengatur amal perbuatan orang mukallaf,

baik berupa iqtidla (perintah, larangan, anjuran untuk melakukan atau anjuran

untuk meninggalkan), takhyir (kebolehan bagi orang mukallaf untuk memilih

26 Windy Novia, “Kamus Lengkap Bahasa Indonesia”, (Surabaya: Kashiko Surabaya,

2017) hlm. 185

21

antara melakukan dan tidak melakukan), atau wadh‟i (ketentuan yang menetapkan

sesuatu sebagai sebab, syarat atau mani‟ (penghalang)”.27 Wahbah az-Zuhaili

memasukkan ke dalam kategori hukum wadh‟i di atas hukum sah, fasad/batal,

„azimah, dan rukhsah.28 Khitab Allah yang dimaksud dalam definisi tersebut

adalah kalam Allah. Kalam Allah sebagai sifatnya adalah al-kalam al-nafsi (kalam

yang ada pada diri Allah) yang tidak mempunyai huruf dan suara. Kalam Allah

yang seperti itulah yang dimaksud dengan hakikat hukum syara‟.29

F. Tinjauan Pustaka

Studi ini berfokus dengan beberapa sumber yang relevan untuk di ungkap

sebagai dasar pajakan dalam melakukan penelitian ini. Mengenai masalah ini,

penulis telah menemui beberapa tulisan tentang kafir mengkafir sesama orang

Islam dan penulisan yang terkait dengannya seperti diantaranya: buku, jurnal,

skripsi.

Buku yang ditulis oleh Jabatan Kemajuan Islam Malaysia Bahagian

Pengurusan Fatwa, buku ini ditulis pada Tahun 2015 yang meneragkan tentang

keputusan muzakarah merangkumi pelbagai bidang seperti aqidah, ibadah,

muamalat/ekonomi, perubatan, zakat, munakahat, makanan, pakaian, persoalan

haiwan dan sosial dalam syariah.30

Buku yang ditulis oleh Abdul Rahman Haji Abdullah yang berjudul

pemikiran Islam di Malaysia, buku ini ditulis pada Tahun 1997 yang menerangkan

27 Satria Effendi M. Zein, “Ushul Fiqh”, (Jakarta: Kencana, 2017) hlm. 33

28

Ibid. hlm. 34

29

Ibid hlm. 35

30

Jabatan Kemajuan Islam Malaysia, Kompilasi Pandangan Hukum Muzakarah Jawatan

Kuasa Fatwa Majlis Kebangsaan Bagi Hal Ehwal Ugama Islam Malaysia, Selangor,2015.

22

tentang krisis saling mengkafirkan pada Tahun 1963 di Terengganu, selain itu

didalam buku ini mufti Terengganu menegaskan pendiriannya yang melarang

sesama muslim saling menuduh dan mengkafirkan 31

Buku yang ditulis oleh Dr. H. Nurul Irfan, M.Ag. dan Masyrofah, S.Ag.,

M.Si. Buku ini ditulis pada tahun 2015 yang menerangkan tentang masuknya

seorang muslim ke agama kafir, apa pun macamnya. Bila seorang muslim

meningalkan agama Islam dan kemudian masuk ke agama kafir, dia disebut

murtad, yakini keluar dari yang benar kepada yang batil. Perlu digaris bahawa

kata murtad hanya berlaku bagi seorang muslim yang keluar dari agama Islam,

bukan orang kafir yang keluar dari agamanya kemudian masuk ke agama kafir

lainnya.32

Buku yang ditulis oleh Dato‟ Seri Tuan Guru Haji Abdul Hadi Awang

yang berjudul amanat haji hadi antara fitnah dan fakta, buku ini ditulis pada

Tahun2013 yang menerangkan tentang penghuraian dan penjelasan tentang

amanat haji hadi tentang kafir mengkafir sesama orang Islam.33

Jurnal yang ditulis oleh Ahmad Zaki Abdul Latif yang berjudul isu kafir-

mengkafir dan implikasinya dalam perkembangan politik dan sosial masyarakat

Melayu, jurnal ini ditulis pada Tahun 2003 yang menerangkan tentang kafir-

mengkafir sesama Muslim menurut pandangan Islam serta kesannya dalam

31

Abdul rahman haji Abdullah pemikiran islam di Malaysia, Jakarta 1997.

32

Dr. H. M. Nurul Irfan, M.Ag. Masyrofah, S.Ag., M.Si. Fikih Jinayah, Jakarta 2015.

33

Muhammad Khalil bin abdul hadi amanat haji hadi antara fitnah dan fakta kuala

Terengganu 2013.

23

perkembangan politik dan sosial masyarakat Melayu khususnya di Negara

Malaysia.34

Skripsi Firman Tongke berjudul “Hukuman Mati Orang Murtad Dalam

Hadis” peneliti ini menggunakan pendekatan metode hermeneutika. Beberapa

kesimpulan dari hasil penelitian antara lain. hukuman mati hanya diberlakukan

jika kemurtadan seorang tersebut menimbulkan bahaya yang besar bagi eksistensi

agama Islam dan kaum muslimin yakni peperangan, merebaknya pengkhianatan,

mata-mata, dan penyusupan.35

Skripsi Nur Lailis Sa‟adah berjudul “Kafir Dalam Al-Qur‟an (Studi

Analisis Penafsiran M. Quraish Shihab Dalam Tafsir Al-Mishbah Dan

Relevansinya Dengan Toleransi Di Indonesia)” penelitian ini menggunakan

pendekatan metode deskriptif analitik. Beberapa kesimpulan dari hasil penelitian

antara lain. Terminologi kafir merupakan isu yang sensitif dalam wacana

keIslaman terutama ketika dibenturkan dengan kepentingan politik. Kafir secara

umum diartikan dengan orang yang beragama selain Islam yang terkomplikasi

pada keyakinan bahawa mereka adalah orang yang sesat, masuk neraka dan tidak

bisa dijadikan sebagai pemimpin.36

Berdasarkan hasil tinjauan pustaka yang penulis lakukan, penulis tertarik

untuk membuat penelitian berkaitan mengenai fatwa isu kafir mengkafir sesama

orang Islam Tahun 1984. Ini karena penulis melihat tidak ada penelitian terdahulu

34

Ahmad Zaki Hj Abd. LatiffIsu Kafir-Mengkafir Dan Implikasinya Dalam

Perkembangan Politik Dan Sosial Masyarakat Melayu , Malaysia 2003. Hlm15

35

Firman Tongke Hukuman Mati Orang Murtad Dalam Hadits, Skripsi Uin Alauddin

Markassar 2015.

36

Nur Lailis Sa‟adah “Kafir Dalam Al-Qur’an (Studi Analisis Penafsiran M. Quraish

Shihab Dalam Tafsir Al-Mishbah Dan Relevansinya Dengan Toleransi Di Indonesia)” tesis

program studi ushuluddin dan humaniora universitas islam negeri walisongo semarang, (2018).

24

yang dibuat oleh mana-mana pihak yang berkaitan dengan fatwa tersebut. Isu ini

adalah isu yang semakin merebak kedalam masyarakat Malaysia khususnya pada

musim PEMILU serta suatu perlakuan yang sememangnya merosakkan agama

Islam. Didasarkan pada perkara itu, penulis ingin meneliti mengenai “isu kafir

mengkafir sesama orang Islam majelis fatwa kebangsaan Malaysia Tahun 1984”.

25

BAB II

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan suatu sarana dalam pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta seni. Istilah metodologi mempunyai beberapa

pengetian, yaitu (a) logika dari penelitian ilmiah, (b) studi prosuder dan teknik

penelitian, (c) suatu sistem dari prosuder dan teknik penelitian. Metodologi adalah

ilmu tentang metode. Metode merupakan cara atau upaya untuk melakukan

suatu.cara melakukan ini sesuai dengan karekter ilmu.37

Dalam metode penilitian berisi uraian tentang jenis penelitian hukum,

pendekatan hukum yang digunakan, data atau bahan hukum yang digunakan

untuk menjawab permasalahan atau isu hukum yang dibahas.38 Penelitian

merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu „research‟ yang berasal dari kata

„re‟, yang berarti kembali dan „to research‟, yang berarti mencari.

Pencarian yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah pencarian terhadap

pengatahuan yang benar (ilmiah), karena hasil dari pencarian ini akan dipakai

untuk menjawab permasalahan tertentu.39 Selain itu, penelitian merupakan suatu

kegiatan yang ditunjukan untuk mengetahui seluk beluk sesuatu. Kegiatan ini

biasanya muncul dan dilakukan karena ada suatu masalah yang memerlukan

jawaban atau ingin membuktikan suatu yang telah lama dialaminya selama hidup,

atau untuk mengetahui berbagai latar belakang terjadinya sesuatu.40

37 Dr.H.Ishaq, S.H.,M.Hum. Metode Penelitian Hukum (Alfabeta,Bandung,2017). hlm47

38

Ibid., hlm38

39

Ibid., hlm10

40

Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si, Metode Penelitian ,(Bandung: Pustaka Setia,2008),

hlm. 39.

26

Tujuan penelitian diuraikan tentang tujuan yang akan dicapai melalui

penelitian yang dilakukan sesuai dengan rumusan masalah yang akan dibahas.

Dengan demikian penelitian itu bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran

secara sistematis, metodologis dan konsisten. Antara metode penelitian yang

digunakan peneliti adalah:

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan konseptual. konseptual merupakan sesuatu yang disusun secara

terperinci terencana dengan matang, punya dasar teori yang kuat, latar belakang

yang jelas, rencana yang baik , tujuan yang jelas manfaat yang baik.41

Definisi konseptual dapat dibagi 3 dimensi yaitu: Dimensi personal skills

and attitudes, Dimensi interpersonal skills, Dimensi oral and written

communication

1 Dimensi personal skills and attitudes

a. keahlian berinteraksi petugas dalam menyiapkan informasi

pelayanan.

b. kepintaran berinteraksi petugas dalam menyampaikan

data pelayanan.

c. keterampilan berinteraksi petugas dalam memproses data yang

disampaikan oleh penerima layanan.

d. sikap petugas dalam menyampaikan data kepada penerima layanan.

e. sikap petugas dalam menerima data dari penerima layanan.

2 Dimensi interpersonal skills

a. Hubungan antar atasan unit kegiatan pelayanan,

b. Hubungan atasan unit dengan staf pelayanan,

41 Https://majalahpendidikan.com/pengertian-dan-definisi-konseptual/

27

c. Hubungan antar staf pelayanan,

d. Hubungan staf pelayanan dengan warga penerima layanan.

e. Hubungan antar sesama penerima layanan.

3 Dimensi oral and written communication

a. Perkataan petugas pelayanan,

b. Penjelasan lisan dari petugas pelayanan,

c. Penjelasan tertulis dari petugas pelayanan,

d. Pengumuman di ruang pelayanan, dan

e. Penyediaan sarana informasi pelayanan.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan konseptual. Penulis menggunakan Analisis Dimensi personal skills

and attitudes ditujukan untuk mendapatkan informasi tentang beberapa kondisi

dan menjelaskan serta menggambarkan hasil penelitian yang dilakukan di

linkungan penelitian. Lingkungan penelitian yaitu di Pejabat Majelis Fatwa

Kebangsaan Malaysia (JAKIM).

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan yang memadukan dua jenis

penelitian di dalamnya yaitu:

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penulis langsung turun kelapangan untuk mendapatkan data hasil

pengamatan atau informasi dari informan. Menurut sifat dari penelitian deskriptif

ini, apa yang dimaksudkan dari jenis penelitian ini adalah untuk memberi data

terhadap apa yang diteliti sedetail mungkin. Kaidah penelitian ini membantu

penulis untuk mendapatkan informasi yang lebih tepat dan terbaru serta berperan

menguatkan informasi yang diperoleh dari bahan bacaan. Selain itu, kaidah ini

28

juga digunakan untuk mendapatkan informasi tambahan dan penyelesaian kepada

masalah yang dihadapi.

Informan yang di wawancara adalah Ketua Pendaftar Jabatan Kemajuan

Islam Malaysia (JAKIM), dan Penolong Pengarah Jabatan Kemajuan Islam

Malaysia (JAKIM) bahagian Fatwa serta mereka yang mengetahui berhubung

kasus ini. Selain itu, kaidah ini juga digunakan untuk mendapatkan informasi

tambahan dan penyelesai kepada masalah yang dihadapi.

Penelitian ini dilakukan di Majlis Fatwa Kebangsaan Malaysia, Blok A

dan B, kompleks Islam Putrajaya No 23, jalan Tunku Abdul Rahman, Presint 3,

62100 Putrajaya Malaysia. Telp : 03-8870 7003, Faks : 03-8870 7003.

Email:webmaster[at]Islam[dot]gov[dot]my.

2. Penelitian Pustaka (Library research)

Kaidah penelitian ini penting dalam mengumpulkan data dan informasi

bagi penelitian ini terhadap semua bab serta menjadi pedoman kepada penulis

untuk mengetahui dengan lebih rinci tentang apa yang bakal dikaji dalam

penelitian ini. Informasi diperoleh dari bahan bacaan seperti buku, majalah, jurnal,

hasil penelitian, kertas kerja, seminar dan sumber-sumber lain.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer adalah data utama yang diperoleh dari Al-Qur‟an dan Hadits

yang erat kaitannya dengan pembahasan skripsi ini dan informasi yang diperoleh

dari hasil wawancara, dan dokumen-dokumen berkaitan tajuk skripsi di Majelis

29

Fatwa Kebangsaan Malaysia. Adapun kertas kerja dalam produksi Fatwa Isu Kafir

Mengkafir Sesama Orang Islam hanya dilihat di kantor itu saja tidak bisa dibawa

keluar karena ia merupakan satu bahan yang lama dan telah dijadikan satu

dokumen sulit.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh

penelitian secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat

oleh pihak lain) yang berkaitan dengan penelitian.

2. Sumber Data

Penulis memanfaatkan data utama melalui wawancara dan observasi

dengan pihak-pihak yang terlibat secara langsung dengan penilitian mengenai

Fatwa isu kafir mengkafir sesama Islam tahun 1984 dari Jabatan Kemajuan Islam

Malaysia (JAKIM), Putrajaya, Malaysia. Penulis juga menggunakan data

pelengkap yang diambil dari sumber bertulis dalam bentuk buku, artikel, dan

dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

D. Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data berkaitan dengan mekanisme yang harus dilakukan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data. Ini merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data dan mekanismenya, penelitian tidak

akan mendapat data yang memenuhi standard data yang ditetapkan.42

42 Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si, Metode Penelitian ,(Bandung: Pustaka Setia,2008),

hlm. 185.

30

Untuk memudahkan dan menghimpunkan data-data dan fakta di lapangan,

maka penulis akan menggunakan beberapa teknik, antara lain :

1. Observasi

Metode observasi atau pengamatan merupakan sebuah teknik

pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-

hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu,

peristiwa, tujuan, dan perasaaan. Tetapi tidak semua perlu diamati oleh peneliti,

hanya hal-hal yang terkait atau sangat relevan dangan data yang dibutuhkan.43

Penulis akan mengunakan observasi terseleksi yaitu memasuki situasi

sosial tertentu sebagai objek penelitian. Selain itu, penulis menguraikan yang

diteliti sehingga datanya lebih rinci. Dengan melakukan analisis fokus, pada tahap

ini penulis dapat memahami konyeks data dalam keseluruhan situasi sosial. Jadi,

dapat diperoleh pandangan yang holostik atau menyeluruh. Penulis menggunakan

metode pengamatan dan pencatatan dengan sistemetika fenomena yang diteliti.

2. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan

ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu data

tertentu.44 Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

penelitian ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan

yang harus diteliti, dengan wawancara peneliti akan mengetahui hal-hal yang

43

Hamid Patilima, Metode Penelitian Kualitatif, cet. ke-3, (Bandung: Alfabeta, 2011),

hlm. 63.

44

Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si, Metode Penelitian ,(Bandung: Pustaka Setia,2008),

hlm. 190.

31

lebih mendalam tentang informan dalam menginterpretasikan situasi dan

fenomena yang terjadi, dan hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.45

Dewasa ini teknik wawancara banyak dilakukan di Indonesia sebab

merupakan salah satu bahagian yang terpenting. Tanpa wawancara penelitian akan

kehilangan informasi yang hanya didapati dan diperolehi dengan bertanya

langsung kepada informan.46

Penulis mengunakan wawancara terpimpin yaitu yang disebut dengan

interview guide. Wawancara terpimpin ialah pewawancara terkait oleh suatu

fungsi bukan saja sebagai pengumpulan data relevan dengan bermaksud penelitian

yang telah disiapkan, serta ada pedoman yang memimpin jalan tanya jawab.

Penulis akan mewawancara pihak yang terkait yaitu ulama yang

mengeluarkan fatwa tersebut, penulis “Irsyadul fatwa pejabat majelis fatwa

kebangsaan Malaysia dan Penolong pengarah Kanan Jabatan Kemajuan Islam

Malaysia bahagian Fatwa Puan Nor Asmahan Binti Abdul Kadir.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah sesuatu yang tertulis atau tercatat yang dapat dipakai

sebagai bukti atau keterangan seperti naskah, catatan dan sebagainya. Penulis

mengumpulkan bahan-bahan seperti dokumen yang tertulis yang berhubungan

dengan penelitian ini seperti jurnal tulisan Majelis Fatwa Kebangsaan Malaysia di

koran, dan tentang bagaimana hukum diambil dalam mengeluarkan fatwa terkait

dan lainnya.

45 Ibid., hlm.191.

46

Drs. Cholid Narbuko & Drs. H. Abu Achmadi, Metologi Penelitian, (Jakarta, Pt Bumi

Aksara, 2013), Hlm. 83.

32

E. Teknik Analisis Data.

Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

koleksi data, display data,reduksi data,dan verifikasi.

1. Koleksi Data

Dalam tahap ini, Penulis mengumpulkan data-data secara kasar tentang

cara penetapan fatwa oleh Pejabat Majelis Fatwa Kebangsaan Malaysia

khususnya yang berkaitan dengan isu kafir mengkafir sesama Islam.

2. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,

dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan

mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan

eletronik seperti komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek

tertentu.47

3. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data ialah langkah setelah mereduksi data. Penyajian data

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori,

flowchart dan sejenisnya.48 Dalam hal ini Miles dan Huberman (1984)

menyatakan “Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam

penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif”.

47

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&d, (Bandung: Alfabeta, CV

2012), hlm. 247. 48

Ibid, hlm 249

33

Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa

yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami

tersebut. Display data atau penyajian data yang lazim digunakan pada langkah ini

adalah dalam bentuk teks naratif .Dalam menyempurnakan kajian ini, penulis

mengembangkan sebuah deskripsi informasi tersusun untuk menarik kesimpulan

dan pengambilan tindakan.

4. Penarikan Kesimpulan Dan Verifikasi (Conclusion Drawing And Verification).

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan

berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada

tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti

kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan

adalah kesimpulan yang kredibel.49 Dalam membuat penelitian, penulis berusaha

menarik kesimpulan dan melakukan verifikasi dengan mencari makna setiap

gejala yang diperolehnya dari lapangan, mencatat keteraturan dan konfigurasi

yang mungkin ada, alur kausalitas dari fenomena, dan proposisi.

F. Sistematika Penulisan

Penyusunan skripsi ini terbahagi pada lima bab yang mana setiap bab

terdiri dari sub-sub bab. Masing-masing bab membahas permasalahan-

permasalahan tertentu tetapi saling berkait antara satu sub bab dengan sub bab

yang lainnya.

49

Ibid. , hlm.252

34

Bab pertama membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori dan tinjauan

pustaka.

Bab kedua membahas tentang metodologi penelitian, tempat dan waktu

penelitian, jenis penelitian, sumber data, instrumen pengumpulan data, teknis

analisis data, sistematika penulisan dan jadwal penelitian.

Seterusnya, bab ketiga membahas tentang gambaran umum lokasi

penelitian yang mengandung sub-sub seperti sejarah dan perkembangan, visi, misi

dan moto, obyektif, fungsi, piagam pelangan, struktur organisasi, serta metode

pengeluaran hukum dan pandangan syarak oleh jawatankuasa Majlis Fatwa

Kebangsaan Malaysia.

Bab keempat pula membuat perbahasan dan hasil penelitian yang

mengandungi sub-sub bab seperti metode istinbat hokum yang digunakan oleh

Majlis Fatwa Kebangsaan Malaysia tentang Isu Kafir Mengkafir Sesama Orang

Islam dan sejarah latar belakang munculnya fatwa kebangsaan Malaysia mengenai

Isu Kafir Mengkafir Sesama Orang Islam.

Bab kelima merupakan penutup terdiri daripada kesimpulan, saran-saran

dan kata penutup.

G. Jadwal Penelitian

Agar penelitian dan penulisan skripsi terencana dengan waktu yang efektif

dan efisien sehingga dapat selesai tepat waktu, maka penulis membagi langkah-

langkah penelitian yang akan dijalani dalam bentuk jadwal untuk menjadi

35

pedoman.50

Jadwal penelitian itu tentu saja tidak sekadar pelengkap yang

menghiasi sebuah rancangan proposal skripsi penulis, tapi jauh lebih urgen

adalah konsisten mengikuti jadwal yang sudah dibuat seperti berikut:

Jadwal Penelitian

No

Kegiatan

Tahun 2019

Januari Maret April September October

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

9 Pengolahan

dan Analisis

Data

x x x X

10 Bimbingan

Dan

Pembaikan

x x x x x x

50

Sayuti Una dkk, Pedoman Penulisan Skripsi/Karya Ilmiah, (Jambi : Institut Agama

Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2012), hlm 57

No

Kegiatan

Tahun 2018

Maret April May October Desember

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan

Judul x

2 Pembuatan

Proposal x

3 Pembaikan

proposal x x

4 Seminar

Proposal x

5 Pembaikan

Proposal x x x x

6 Pengesahan

Judul x

7 Surat Izin

Riset x

8 Pengumpul

an Data x

36

11 Agenda dan

Ujian Skripsi x

12 Pembaikan

dan

Penjilidan

x x x x x

37

BAB III

GAMBARAN UMUM MAJELIS FATWA KEBANGSAAN MALAYSIA

A. Geografis Majelis Fatwa Kebangsaan Malaysia

Majelis Fatwa Kebangsaan Malaysia adalah antara salah satu dari bagian

yang berada di bawah pengelolaan Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM).

Majelis ini terletak di Negara Malaysia yang berbasis di propinsi Putrajaya atau

nama penuhnya adalah Wilayah Persekutuan Putrajaya.

Putrajaya adalah pusat pemerintahan Pemerintah Persekutuan Malaysia

yang menggantikan Kuala Lumpur pada 1999. Putrajaya, kota pintar dalam taman

terletak 25 kilometer di selatan Kuala Lumpur adalah sebuah kota futuristik yang

menempatkan pusat pemerintahan Pemerintah Persekutuan. Ini adalah Wilayah

Persekutuan ke-3 di Malaysia.51

Putrajaya, yang pada awalnya bernama Prang Besar (ڤراڠ برس), didirikan pada

tahun 1918 sebagai Air Hitam oleh British. Pada awalnya ia meliputi area seluas

800 acre (3,2 km2), ia kemudian diperluas hingga 8.000 acre (32 km2), dan

dikombinasikan dengan area perkebunan sekitar, termasuk real Raja Alang,

Perkebunan Galloway dan Perkebunan Bukit Prang.

Visi untuk memiliki Pusat Administrasi Pemerintah Federal yang baru

bagi menggantikan Kuala Lumpur sebagai pusat administrasi muncul pada akhir

1980-an, selama periode Perdana Menteri ke-4 Malaysia, Dr. Mahathir Bin

51 Protal Rasmi Fatwa Malaysia “Jawatankuasa Fatwa Majelis Kebangsaan Bagi Hal

Ehwal Agama Islam Malaysia”, diakses pada tanggal 12 Disember 2018 dari www.e-

fatwa.gov.my/jawatankuasa-fatwa-majelis-kebangsaan-bagi-hal-ehwal-agama-islam-Malaysia

38

Mohamad. baru ini direncanakan berlokasi di antara Kuala Lumpur dan Bandara

Internasional Kuala Lumpur (KLIA).

Pemerintah Federal berkonsultasi dengan negeri Selangor untuk

kemungkinan Wilayah Persekutuan lain dan pada pertengahan tahun 1990-an,

pemerintah federal membayar sejumlah besar uang ke Selangor bagi 11,320 acre

(45.8 km2) tanah di Prang Besar, Selangor. Hasil dari pembelian tanah ini, negeri

Selangor kini sepenuhnya mengelilingi dua Wilayah Persekutuan dalam

perbatasan, yaitu Kuala Lumpur dan Putrajaya.

Putrajaya dinamai oleh Perdana Menteri Malaysia yang pertama, Tunku

Abdul Rahman Putra, kota tersebut terletak dalam Koridor Raya Multimedia,

selain Cyberjaya yang baru dikembangkan. Dalam Sanskerta, "putra" berarti

"pangeran" atau "anak lelaki", dan "jaya" berarti "keberhasilan" atau

"kemenangan". Pembangunan Putrajaya dimulai sejak awal 1990-an, dan hari ini

mercutanda utama selesai dan penduduk diperkirakan meningkat dalam waktu

dekat.52

Majelis Fatwa Kebangsaan Malaysia terletak di gedung yang beralamat:

Lantai 5, Blok D7, Kompleks D, Pusat Pentadbiran Pemerintah Persekutuan

Wilayah Persekutuan Putrajaya, Malaysia.

B. Sejarah Dan Perkembangan

Pendirian JAKIM dimulai dengan Majlis Kebangsaan Bagi Hal Ehwal

Agama Islam Malaysia (MKI) pada tahun 1968 yang mana awal telah disepakati

oleh Dewan Raja-Raja. Pada tahun 1974 pula, Sekretariat MKI telah dinaikkan

52 Ramli Abdul Halim, Menghitung Dosa, (Kuala Lumpur: Institut Terjemahan & Buku

Malaysia Berhad, 2015), hlm. 126

39

statusnya menjadi sebuah Bagian Agama di Departemen Perdana Menteri dan

diberi nama Divisi Islam (BAHEIS).

Sejalan dengan perkembangan negara dan kebutuhan masyarakat Islam

saat itu, Bagian Hal Ehwal Islam (BAHEIS) ini telah direstrukturisasi. Maka pada

2 Oktober 1996, Rapat Jemaah Menteri telah menyetujui sertifikat sehingga

BAHEIS, Departemen Perdana Menteri dipromosikan menjadi sebuah

Departemen efektif 1 Januari 1997 dengan nama Jabatan Kemajuan Islam

Malaysia (JAKIM). Pendirian JAKIM dilihat sebagai salah satu platform di dalam

memenuhi kebutuhan masyarakat Islam seiring dengan perkembangan dan

pembangunan negara yang menjadikan Islam sebagai agama rasmi. Transformasi

yang dibentuk oleh JAKIM adalah seiring dengan visi, misi, moto, tujuan dan

fungsi departemen tersebut sebagai pemimpin dalam membangun peradaban

ummah yang unggul.53

Untuk memantapkan manajemen dan menghasilkan gerak kerja yang lebih

efisien, JAKIM dibagi menjadi 4 bagian utama yaitu Sektor Dasar, Sektor

Pembangunan Manusia, Sektor Pengelolaan dan Sektor Di Bawah Kantor Dirjen.

Sektor-sektor ini telah membentuk 22 bagian dan semuanya yang bernaung di

bawah JAKIM dibandingkan pembentukan awalnya hanya memiliki 14 bagian.

Bagian-bagian di bawah Sektor Kebijakan adalah bagian Perencanaan Dan

Penelitian, bagian Kemajuan Islam, Bagian Perhubungan, Bagian Manajemen

Fatwa, Bagian Koordinasi Hukum. Bagian-bagian di bawah Sektor Pembangunan

53 Protal Rasmi Fatwa Malaysia “Jawatankuasa Fatwa Majelis Kebangsaan Bagi Hal

Ehwal Agama Islam Malaysia”, diakses pada tanggal 12 Disember 2018 dari www.e-

fatwa.gov.my/jawatankuasa-fatwa-majelis-kebangsaan-bagi-hal-ehwal-agama-islam-Malaysia

40

Manusia dibagi menjadi bagian Dakwah, Bagian Pembangunan Manusia, Bagian

Keluarga, Sosial Dan Komunitas, Bagian Penerbitan Dan Bagian Media.

Rapat Pre-Council Dewan Raja-Raja pada 1 Juli 2008 dan Rapat Dewan

Raja-Raja Kali Ke-214 telah setuju sehingga fungsi Komite Fatwa Majlis

Kebangsaan Bagi Hal Ehwal Ugama Islam Malaysia diperkuat dari aspek

pengstrukturannya. Sehubungan itu Rapat Pasca-Kabinet Menteri di Jabatan

Perdana Menteri pada 17 September 2008 telah menyetujui supaya urus setia

kepada Komite Fatwa MKI ditingkatkan dan dipisahkan menjadi satu bagian baru

di Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM). Pada 2 Januari 2009, JAKIM

telah mendirikan secara administrasi Bagian Manajemen Fatwa dan

Pengembangan Ijtihad. Pada 15 Juni 2009 JAKIM telah memperoleh surat

perintah personalia Rekomendasi Branding Retweet JAKIM Tahap 1 berlaku 1

Juni 2009 dengan resmi wujudnya bagian baru tersebut dengan nama Bagian

Manajemen Fatwa.

Bagian Manajemen Fatwa didirikan untuk memperkuat perannya sebagai

urus setia kepada Komite Fatwa MKI yang didirikan pada awal tahun 1970 di

bawah Pasal 11 Peraturan Dewan Nasional Bagi Hal Ehwal Ugama Islam

Malaysia (MKI). Komite Fatwa MKI merupakan badan produsen dan koordinator

fatwa di tingkat nasional.54

54 Ibid

41

C. Struktur Organisasi

CARTA ORGANISASI JABATAN KEMAJUAN ISLAM MALAYSIA55

(JAKIM)

GAMBAR 1

55 Protal Rasmi Fatwa Malaysia “Jawatankuasa Fatwa Majelis Kebangsaan Bagi Hal

Ehwal Agama Islam Malaysia”, diakses pada tanggal 12 Disember 2018 dari www.e-

fatwa.gov.my/jawatankuasa-fatwa-majelis-kebangsaan-bagi-hal-ehwal-agama-islam-Malaysia.

42

CARTA ORGANISASI BAHAGIAN PENGURUSAN FATWA56

GAMBAR 2

56 Ibid

KETUA PENGARAH

Dato‟ Haji Othman bin

Mustapha

TIMBALAN KETUA PENGARAH

Datuk Haji Mohammad Nordin

bin Ibrahim

PENGARAH

Haji Mazlan bin Abdullah

KAJIAN FATWA PEMBANGUNAN HUKUM MAJLIS FATWA

KETUA PEN. PENGARAH

KANAN Jaafar bin Ismail

PENOLONG PENGARAH

KANAN Nor Asmahan

binti Abdul Kadir

PEMBANTU PHEI

Mohd Syafiroo bin Zahid

Sapian

PHEI

Rafiza Diana binti Mohd

Rafein

PEMBANTU PHEI

Jauharatud Dini binti Aminuddin

PENOLONG PENGARAH

Salina binti Salleh

KETUA PENOLONG PENGARAH

Aminudin bin Mohamad

PHEI

Nur Muhammad Jamil bin

Ismail

PENOLONG PENGARAH

Oslan Affandi bin Abdullah

KETUA PENOLONG PENGARAH

Nor Safina binti Zainal

43

D. Visi, Misi,Moto,Slogan Objektif

Visi:

Bertekad menjadi pusat rujukan fatwa yang kompeten dan berintegritas di

tingkat nasional dan internasional.57

Misi:

Memartabatkan fatwa di Malaysia melalui manajemen, koordinasi dan

penelitian.

Motto:

"MELEBAR RISALAH MENYANTUNI UMMAH"

Slogan:

"Berwibawa dan Berhikmah"

Objektif:

1. Untuk menjadi badan produsen dan koordinator fatwa di tingkat

nasional.

2. Untuk menjadi badan/lembaga koordinator manajemen urusan

kefatwaan di Malaysia.

3. Untuk menciptakan kerjasama strategis dan kemitraan pintar dalam

urusan kefatwaan dengan lembaga fatwa dan lembaga lain yang

terkait di dalam dan luar negeri.

4. Untuk memberikan kesadaran dan pendidikan fatwa kepada

masyarakat.

5. Untuk menjadi Pusat Rujukan Fatwa yang otoriter dan berwibawa.

57 Protal Rasmi Fatwa Malaysia “Jawatankuasa Fatwa Majelis Kebangsaan Bagi Hal

Ehwal Agama Islam Malaysia”, diakses pada tanggal 12 Disember 2018 dari www.e-

fatwa.gov.my/jawatankuasa-fatwa-majlis-kebangsaan-bagi-hal-ehwal-agama-islam-Malaysia

44

6. Untuk mengkaji dan menyelidik isu-isu kontemporari dalam pelbagai

bidang yang memerlukan pandangan hukum dan fatwa.

Etika Kerja

1. Bekerja Dengan Keimanan dan Ketakwaan

2. Bekerja Dengan Profesional

3. Bertindak Sebagai Satu Pasukan

4. Bersedia Memimpin dan Dipimpin

Logo Korporat JAKIM

45

E. Peran Majelis Fatwa Kebangsaan Malaysia

Majelis Fatwa Kebangsaan Malaysia tidak hanya merupakan satu

organisasi atau kantor yang mengeluarkan fatwa semata-mata. Ia memiliki peran

tersendiri yang telah diberi pedoman oleh Menteri Agama di Malaysia. Antara

peran Majelis Fatwa Kebangsaan Malaysia adalah seperti berikut:

1) Menjadi pengemudi kepada Komite Fatwa MKI dan pertemuan/rapat yang

terkait dengan kefatwaan.

2) Menjadi sumber referensi hukum/fatwa terhadap setiap permasalahan/isu yang

timbul dalam masyarakat.

3) Meninjau dan meneliti isu-isu kontemporer dalam berbagai bidang yang

membutuhkan pandangan hukum/fatwa.

46

4) Menyelaraskan pandangan hukum/fatwa yang diputuskan di tingkat nasional

dan negara.

5) Mewujudkan kerjasama strategis dan meningkatkan koordinasi antara

Departemen Mufti negara dan lembaga lain yang terkait.

6) Menyebarkan pandangan hukum/fatwa yang diputuskan dan memberikan

pendidikan fatwa kepada masyarakat.

7) Menjadi pusat rujukan pandangan hukum/fatwa di tingkat nasional dan

internasional.

8) Memberi maklum balas mengenai pertanyaan isu hukum atau fatwa dalam

tempoh 7 hari.

F. Metode Pengeluaran Hukum Atau Pandangan Syarak Oleh

Jawatankuasa Fatwa

Terdapat dua kaedah yang digunakan oleh Jawatan Kuasa Fatwa dalam

mengeluarkan hukum.58 Pihak-pihak tertentu yang pakar akan dipanggil untuk

memberikan pandangan dan penjelasan terhadap isu-isu yang tidak jelas atau

memerlukan penjelasan dan taklimat terperinci supaya semua ahli Jawatankuasa

Fatwa MKI mendapat maklumat yang tepat bagi membuat keputusan. Metode

yang digunakan adalah :

1. Mesyuarat Jawatan Kuasa Fatwa MKI

Proses pengeluaran hukum melalui kaedah ini bermula apabila Mesyuarat

Raja-Raja memerintahkan supaya anggota Jawatan Kuasa Fatwa MKI

memberikan pandangan hukum atau fatwa tentang sesuatu isu yang timbul di

58 Protal Rasmi Fatwa Malaysia “Jawatankuasa Fatwa Majelis Kebangsaan Bagi Hal

Ehwal Agama Islam Malaysia”, diakses pada tanggal 12 Disember 2018 dari www.e-

fatwa.gov.my/jawatankuasa-fatwa-majelis-kebangsaan-bagi-hal-ehwal-agama-islam-Malaysia

47

kalangan masyarakat. Isu yang timbul itu dikaji serta disediakan satu kertas kerja

berkaitannya, kemudian dibentangkan dalam Mesyuarat Jawatan Kuasa Fatwa

MKI.

Apabila ahli Jawatan Kuasa telah mengeluarkan hukum, maka hukum

berkenaan akan dibentangkan kepada Majlis Raja-Raja melalui Majlis

Kebangsaan Bagi Hal Ehwal Ugama Islam Malaysia. Hukum yang telah

dipersetujui oleh Majlis Raja-Raja tersebut akan dibawa kepada Jawatankuasa

Fatwa Negeri-Negeri tanpa boleh diubah dan selanjutnya diwartakan sebagai

fatwa negeri berkenaan.

2. Muzakarah Jawatan Kuasa Fatwa MKI

Kaedah ini digunakan apabila terdapat permohonan dari masyarakat Islam

atau pihak-pihak tertentu. Isu yang dikemukan akan dikaji, disediakan satu kertas

kerja berkaitan isu tersebut kemudian dibentangkan dalam Muzakarah Jawatan

Kuasa Fatwa MKI.

Fatwa yang telah diputuskan dalam Muzakarah ini akan dibawa ke

Jawatan Kuasa Fatwa Negeri-Negeri dan negeri boleh diubah keputusan tersebut

atau menerimanya tanpa perubahan sebagai fatwa negeri dan seterusnya

diwartakan. Fatwa yang diputuskan dalam Muzakarah ini juga akan dibentangkan

untuk perkenan Majlis Raja-Raja melalui Majlis Kebangsaan Bagi Hal Ehwal

Ugama Islam Malaysia.59

59 Ibid

48

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Latar Belakang Munculnya Fatwa Isu Kafir Mengkafir Sesama Orang

Islam

Fitnah kafir mengkafir di kalangan orang Islam sesama Islam merupakan

suatu pekara yang pernah berlaku di mana-mana juga negara Islam. Fitnah ini

bermula sejak zaman Khalifah Ali Bin Abi Talib yang di tantang oleh puak

khawarijj terhadap Khalifah Ali Bin Abi Talib sendiri sehingga kepada

masyarakat Malaysia pada masa ini.

Di Negara Malaysia, Majelis Fatwa di tingkat nasional atau propinsi akan

membahas serta mengeluarkan fatwa apabila ada keluhan dari masyarakat terkait

masalah yang baru terjadi yang belum jelas hukumnya di sisi syara. Di Majelis

Fatwa juga ada unit penelitian yang mana unit tersebut ditugaskan untuk mencari

masalah yang terjadi dalam masyarakat dan masalah tersebut dibawa ke majelis

muzakarah untuk diputuskan hukumnya agar tidak terjadi kekacauan dalam

masyarakat.60

Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM) menerangkan bahawa fitnah

kafir mengkafir ini pernah berlaku diantara ulama najadat (ػلامء جند) dengan ulama

adzhar (ػلام ازىر) khasnya, dibuat keatas syeikh Mahmud syalatut pengetua

universitas al-adzar berkenaan dengan masalah mereka akan mati.61

60 Wawancara Dengan Puan Nor Asmahan Binti Abdul Kadir Penolong Pengarah

Bahagian Kajian Fatwa Jabatan Kemajuan Islam Malaysia, Putrajaya , 03 Disember 2018.

61

Wawancara Dengan Puan Nor Asmahan Binti Abdul Kadir Penolong Pengarah

Bahagian Kajian Fatwa Jabatan Kemajuan Islam Malaysia, Putrajaya , 03 Disember 2018.

49

Berdasarkan kenyataan yang telah dinyatakan dalam Fatwa tentang isu

kafir mengkafir sesama orang Islam tahun 1984. Adalah ini dinyatakan bahawa

pada ketika itu, Pihak pemerintah yang dipimpin oleh partai United Malays

National Organisation (UMNO) dan dipihak yang menentang pemerintah yaitu

Partai Islam Semalaysia (PAS) yang mendakwa bahawa suatu pentadbiran

diketuai sebuah pemerintah yang didalamnya megandungi pekara-pekara mungkar

seperti kelab malam, tokoh arak, tempat-tempat judi dan mengamalkan sistem

serta mengekalkan pelembagaan penjajah. Maka partai PAS menyatakan ahli-ahli

itu bertanggungjawab dalam suatu pemerintahan yang tidak melaksanakan

hukum-hukum Allah dengan itulah mereka termasuk dalam kelompok orang-

orang kafir dan termasuk juga orang-orang yang menyokong hal tersebut.

Selain itu kenyataan ketua pemimpin partai PAS Dato‟ Hadi Awang

menyatakan bahawa didalam amanat beliau berkata “Saudara-saudara sekelian

percayalah, Kita menentang UMNO, bukan karena nama dia UMNO. Kita

menentang Barisan Nasional bukan karena dia lama memerintah pemerintah. Kita

menentang dia ialah karena dia mengekalkan perlembagaan penjajah,

mengekalkan undang-undang kafir, mengekalkan peraturan jahiliyah. Oleh karena

itulah kita menentangmereka. Oleh karena itulah kita menghadapi mereka. Oleh

itulah kita cuba berlawan dengan mereka. Percayalah saudara-saudara sekalian,

Perjuangan kita adalah jihad, ucapan kita adalah jihad, derma kita adalah jihad.

Bergantunglah kita kepada Allah dengan (menghadapi) puak-puak ini karena

kalau kita mati melawan puak-puak ini, mati kita adalah syahid. Mati kita adalah

Islam. Kita tidak perlu masuk Buddha, Kita tidak perlu masuk Hindu, Kita tidak

50

perlu masuk Kristian, Tapi kita menjadi kafir dengan mengamalkan 'politik

suku,agama suku'.”62

Hujah yang digunakan oleh Partai (PAS) melalui firman Allah S.W.T

dalam Surah Al-Maidah ayat 44:

هأ أ نزمنا امتورىة فهيا ىدى وهور حينك هبا امنبيون اذلين أ سلموا نذلين ىادوا وامربنيون وال حبار مبا ا

فال ختشوا امناس واخشون وال جشرتوا بأ يىت مثنا شيدأ ء اس تحفظوا من نتب هللا واكهوا ػليو

﴾٤٤ئم مه امكفرون ﴿كليال ومن مل حينك مبا أ نزل هللا فأ وم Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan

cahaya (yang menerangi), yang dengan kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi

oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan

pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara Kitab-Kitab Allah

dan mereka menjadi saksi terhadapnya. karena itu janganlah kamu takut kepada manusia,

(tetapi) takutlah kepada-Ku. dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga

yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah,

Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.63

Hujah yang kedua digunakan adalah melalui firman Allah S.W.T dalam

Surah Al-Imran ayat 28:

ل ان ومن يفؼل ذكل ال يتخذ املؤمنون امكفرين أ ومياء من دون املؤمنني فلي من هللا ى ءىء ا

﴾١٣ثتلوا مهنم ثلىو وحيذرمك هللا هفسو واىل هللا املصري﴿Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali[192] dengan

meninggalkan orang-orang mukmin. barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah

ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang

ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. dan

hanya kepada Allah kembali (mu). [192]Wali jamaknya auliyaa: berarti teman yang

akrab, juga berarti pemimpin, pelindung atau penolong.64

Dengan ayat-ayat hujah tersebut pihak yang mengkafirkan membuat

tafsiran bahawa mereka yang terlibat didalam partai umno tersebut adalah

kelompok orang-orang kafir seperti Imam Masjid, Sholat Jemaah, Pernikahan,

62 http://ww1.utusan.com.my/utusan/Rencana/20121224/re_04/Kenapa-Amanat-Hadi-

Awang-1981-salah

63

Al-Maidah (6) 44. hlm. 114.

64

Al-Imran (4) 28 hlm. 54

51

Korban dan Kematian serta lain-lain.65 Hal ini mendapati bahawa pekara ini

menimbulkan pelbagai keraguan kepada masyarakat di Malaysia sehingga mereka

berpecah belah sesama Islam disebabkan amanat itu.

Kesimpulanya daripada latar belakang munculnya fatwa isu kafir

mengkafir sesama orang Islam pada tahun 1984 dalam hal ini adalah dikernakan

ketua Pemimpin Partai Islam Semalaysia (PAS) Dato‟ Seri Tuan Guru Abdul

Hadi Awang menyatakan bahawa pemerintah pada masa itu mengekalkan

perlembagaan penjajah serta mengekalkan undang-undang kafir dan disampaikan

kepada pemerintah yang dipimpin oleh partai United Malays National

Organisation (UMNO) yaitu pentadbiran yang didalamnya mengandungi

pelembagaan penjajah dan mengekalkan undang-undang kafir serta mengandungi

pekara yang mungkar seperti kelab malam, tokoh arak, tempat-tempat judi

mengamalkan sistem serta mengekalkan pelembagaan penjajah sehingga

masyarakat terpengaruh dengan amanat tersebut dan menjadikan masyarakat pada

ketika itu berpecah belah sesama Islam karena amanat tersebut. Maka ahli-ahli

partai United Malays National Organisation (UMNO) haruslah bertanggungjawab

atas yang telah berlaku di dalam pemerintahan Malaysia.

B. Metode Istinbat Hukum Yang Digunakan Oleh Majelis Fatwa

Kebangsaan Malaysia Tentang Isu Kafir Mengkafir Sesama Orang

Islam

Kewujudan Muzakarah Jawatankuasa Fatwa Kebangsaan (MJF)

merupakan satu perkembangan yang positif dalam institusi fatwa. MJF

mempunyai peranan yang penting di Malaysia, bahkan penubuhannya mampu

65 Wawancara Dengan Puan Nor Asmahan Binti Abdul Kadir Penolong Pengarah

Bahagian Kajian Fatwa Jabatan Kemajuan Islam Malaysia, Putrajaya , 03 Disember 2018.

52

menyelaraskan fatwa antara institusi-institusi fatwa negeri dan ia mampu

memainkan peranan sebagai pengeluar fatwa bagi persekutuan.66

Namun, perlu dijelaskan terlebih dahulu bahwa keputusan yang

dikeluarkan oleh Jawatankuasa Muzakarah MKI adalah pandangan hukum dan

bukannya fatwa karena kuasa mengeluarkan fatwa adalah di bawah bidang kuasa

negeri melalui Jawatankuasa Fatwa Negeri. Nama baru bagi jawatankuasa adalah

Jawatankuasa Muzakarah MKI dan bukan lagi menggunakan nama Muzakarah

Jawatankuasa Fatwa.67

Mesyuarat Jawatankuasa Muzakarah (MKI) adalah mesyuarat peringkat

nasional yang menghimpunkan semua para Sahibus Samahah Mufti-Mufti

Malaysia dan ahli-ahli yang dilantik oleh majlis Raja-Raja. Tugas Jawatankuasa

Muzakarah MKI ialah menimbang, memutus dan mengeluarkan pandangan

hukum atas apa-apa perkara berkenaan dengan agama Islam yang dirujuk

kepadanya oleh Majlis Raja-Raja.68

Tugas Jawatankuasa Muzakarah adalah mengeluarkan pandangan hukum

yang dirujuk kepadanya oleh Majlis Raja-Raja. Dalam masa yang sama,

Muzakarah juga akan menimbang hukum yang dikemukakan kepadanya

berdasarkan kajian-kajian yang telah dilakukan terhadap sesuatu isu yang timbul

dalam masyarakat yang mempunyai kepentingan nasional. Jika ada suatu kajian

berkait dengan isu kafir mengkafir sesama orang Islam, Muzakarah boleh

66

http://jfatwa.usim.edu.my/index.php/jfatwa/article/view/31 akses pada 21 September

2019 67

Wawancara Dengan Puan Nor Asmahan Binti Abdul Kadir Penolong Pengarah

Bahagian Kajian Fatwa Jabatan Kemajuan Islam Malaysia, Putrajaya , 03 Disember 2018.. 68

Wawancara Dengan Puan Nor Asmahan Binti Abdul Kadir Penolong Pengarah

Bahagian Kajian Fatwa Jabatan Kemajuan Islam Malaysia, Putrajaya , 03 Disember 2018.

53

mempertimbangkan bagi dikeluarkan suatu pandangan hukum berkait

dengannya.69

Jawatankuasa Muzakarah MKI adalah badan yang diberi tanggungjawab

untuk memberi pandangan hukum di peringkat Kebangsaan yang melibatkan

kepentingan nasional agar masalah hukum dapat diselesaikan dengan segera

sejajar usaha memperkukuhkan kedudukan Islam di negara ini. Ini bersesuaian

juga dengan tujuan Jawatankuasa ini ditubuhkan iaitu untuk membantu usaha-

usaha penyelidikan dan penyelarasan pandangan hukum di negara ini. Ia hanya

berperanan untuk memberi pandangan serta pendapat mengenai sesuatu isu

hukum dan bukannya mengeluarkan sebarang fatwa memandangkan kuasa

mengeluarkan fatwa adalah di bawah bidang kuasa negeri-negeri. Setakat ini

keputusan yang dikeluarkan oleh Muzakarah sering menjadi rujukan sama ada

kepada agensi kerajaan mahupun institusi kehakiman di Malaysia.70

Keputusan Muzakarah bukanlah suatu fatwa yang mengikat karena kuasa

mengeluarkan fatwa terletak di bawah bidang kuasa Jawatankuasa Fatwa di

negeri-negeri. Jika fatwa diwartakan di negeri, ia akan mengikat orang-orang

Islam di negeri berkenaan dan mengingkari fatwa yang diwartakan dianggap

sebagai satu kesalahan dan bisa dikenakan tindakan mengikut peruntukan undang-

undang Islam yang berkuatkuasa di negeri-negeri tersebut.

Seperti yang telah dinyatakan bahwa pandangan hukum yang hendak

dikeluarkan oleh Mesyuarat Jawtaankuasa Muzakarah MKI mempunyai garis

panduan dan kaedah tertentu. Sebarang keputusan akan dibincang secara jamaie

69

Ibid 70

Wawancara Dengan Puan Nor Asmahan Binti Abdul Kadir Penolong Pengarah

Bahagian Kajian Fatwa Jabatan Kemajuan Islam Malaysia, Putrajaya , 03 Disember 2018.

54

dan ia bergantung kepada kajian yang telah dilakukan untuk dibahas dan

diputuskan di peringkat Muzakarah dengan menggunakan metode bayani serta

burhani ta‟lili dalam penetapan hukum.71

Menurut undang-undang yang berkuatkuasa di kebanyakan provinsi. Akta

Pentadbiran Islam Wilayah Persekutuan memperuntukkan :

1. Dalam mengeluarkan apa-apa fatwa di bawah seksyen 34, atau

memperakukan apa-apa pendapat dibawah seksyen 38, Mufti hendaklah pada

lazimnya mengikut pandangan-pandangan diterima (qaul muktamad) Mazhab

Syafi‟iyyah.

2. Jika Mufti berpendapat bahwa dengan mengikut qaul muktamad Mazhab

Syafi‟iyyah akan membawa kepada keadaan berlawanan dengan kepentingan

awam, Mufti boleh mengikut qaul muktamad Mazhab Hanafiyyah,

Malikiyyah atau Hanabilah.

3. Jika Mufti berpendapat bahwa tiada satu pun qaul muktamad daripada empat

Mazhab itu boleh diikuti tanpa membawa kepada keadaan berlawanan dengan

kepentingan awam, Mufti bisa menyelesaikan persoalan itu mengikut

hematnya sendiri tanpa terikat dengan qaul muktamad daripada mana-mana

mazhab yang empat itu.72

Berdasarkan penggunaan hukum syara‟ yang digunakan oleh Majlis

Fatwa Kebangsaan Malaysia adalah penetapan hukum secara bayani dan burhani

ta‟lili. Secara bayani, didapati dalam penggunaan dalil al-Quran maupun Hadith

Nabi, adapun secara burhani ta‟lili pula mengikut kaidah ushul fiqh yang terdapat

71

Ibid 72

Mahamad Naser bin Disa, Monograf Al-Ifta‟ (siri 2), Cet. Pertama, (Putrajaya: Jabatan

Kemajuan Islam Malaysia, Bahagian Pengurusan Fatwa, 2011) Hlm. 90

55

dalil-dalil yang menerangkan tentang isu kafir mengkafir sesama orang Islam di

Malaysia.73

Majelis Fatwa Kebangsaan Malaysia (JAKIM) dalam mengeluarkan

hukum tentang Isu Kafir Mengkafir Sesama Orang Islam adalah dengan cara

menggunakan metode istinbat hukum yaitu menguunankan kaedah Ushul Fiqh

saddu Al-Zarai سد اذلرائع yaitu Metutup jalan terjadinya kerusakan.

Dari sudut bahasa saddu al-zarai terdiri daripada dua perkataan, iaitu saddu

dan al-zarai dari sudut bahasa kalimah saddu merupakan masdar. Perkataan saddu

berti menutup sesuatu yang rosak manakala al zarai merupakan kata benda atau

isim tunggal yang berti jalan atau wasilah dan sebab terjadinya sesuatu. Bentuk

jama‟ dari perkataan al zarai adalah al dhara‟i. Karena itulah dalam beberapa kitab

usul fikih seperti Tanqih al-Fushul fi Ulum al-Ushul karya al-Qarafi, istilah yang

digunakan adalah sadd adz-dzara‟i. Selain itu, Secara bahasa kata sadd berarti

menutup dan al-Zara‟i berarti wasilah atau jalan menuju suatu tujuan. Ada

kalangan tertentu yang memaknai al-Zara‟i secara khusus, yaitu sesuatu yang

membawa kepada yang dilarang dan menimbulkan kemudaratan. Namun, makna

al-Zara‟i yang terakhir ini dalam pandangan Ibn Qayyim (691-751 H)

sebagaimana diungkap Nasrun Harun tidak tepat karena al-Zara‟i tidak hanya

terbatas untuk sesuatu yang terlarang, tetapi meliputi pula sesuatu yang membawa

pada yang dianjurkan.74

73

Wawancara Dengan Puan Nor Asmahan Binti Abdul Kadir Penolong Pengarah

Bahagian Kajian Fatwa Jabatan Kemajuan Islam Malaysia, Putrajaya , 03 Disember 2018. 74

Firdaus, “Ushul Fiqh, Metode Mengkaji dan Memahami Hukum Islam Secara

Komprehensif “ ( Depok: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2017) Hlm. 130

56

Berdasarkan pendapat Ibn Qayyim ini, makna al-Zara‟i lebih baik

dikemukakan secara umum sehingga ia dapat dibagi menjadi dua macam yaitu

yang dilarang disebut dengan Saddu al-Zara‟i dan yang diperintahkan

dilaksanakan disebut fath al-Zara‟i.

Jadi, Saddu al-Zara‟i berarti menutup jalan yang mencapaikan kepada

tujuan. Dalam kajian ushul fiqh, sebagaimana dikemukakan Abdul Karim Zaidan,

Saddu al-Zara‟i adalah menutup jalan yang membawa kepada kebinasaan atau

kejahatan.75

1. Dasar Penetapan al-Zara‟i

Ulama berbeda pendapat dalam menjadikan Sadd al-Zara‟i sebagai hujjah

atau dalil menetapkan hukum. Kalangan Malikiyyah dan Hanabilah meneriman

sadd zari‟ah sebagai dalil menetapkan hukum. Mereka beralasan dengan firman

Allah surah al-An‟am :

ا بغري ػلم هلل ػدو بوا أ هلل فيس

ين يدغون من دون أ ذل

بوا أ .…وال جس

Artinya: Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah

selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas

tanpa pengetahuan…

Ayat ini melarang kamu memaki dan menghina sembahan orang-orang

musyrik karena dikhawatirkan mereka membalas dengan memaki dan menghina

Allah. Larangan memaki sembahan orang musyrik adalah Sadd al-Zara‟i

(menutup jalan) agar mereka tidak memaki dan menghina Allah.76

75

Ibid,. hlm. 131 76

Ibid, hlm 132

57

Banyak nash lain yang senada dengan maksud yang dikandung ayat ini,

diantaranya hadith Nabi SAW. melarang kepada orang yang mempiutangkan

hartanya menerima hadiah dari orang yang berutang untuk menghindarkan

terjerumus dalam praktik riba. Mengambil hadiah itu sebagai ganti atas kelebihan.

Kesimpulan dari nash yang dikemukakan, jelas bahwa Islam melarang suatu

perbuatan yang dapat menyebabkan sesuatu yang terlarang, meskipun perbuatan

itu mulanya diperbolehkan.

2. Tujuan penetapan Saddu al-Zara‟i

Tujuan penetapan hukum secara saddu al-Zara‟I adalah untuk

memudahkan tercapainya kemaslahatan dan jauhnya kemungkinan terjadinya

kerosakan dan terhindarnya diri dari kemungkinan berbuat maksiat. Hal ini sesuai

dengan tujuan ditetapkan hukum atas para mukallaf, yaitu untuk mencapai

kemaslahatan dan menjauhkan diri dari kerosakan. Dengan memenuhi perintah

dan menghindari larangan itu, ada yang dapat dikerjakan secara langsung dan ada

pula yang tidak dapat dilaksanakan secara langsung, sehingga perlu ada hal-hal

yang dikerjakan sebelumnya.77

Pengertian netral inilah yang diangkat oleh Ibnu qayyim ke dalam

rumusan tentang dzari‟ah yaitu:78

يل امش ئي مااكت وس يةل وطريلا ا Apa-apa yang menjadi perantaraan dan jalan kepada sesuatu.

Selanjutnya badran memberikan definasi yang tidak netral terhadap

dzari‟ah itu sebagai berikut:

77

Amirudin dan Fathurrohman, “Pengantar Ilmu Figh” (Bandung: Refika Aditama,

2016) hlm. 67

78

Prof .Dr.H.Amir Syarifuddin, Usul Fiqh Jilid 2, (Jakarta: Kecana, 2011) hlm. 424

58

ىل امش ئي املمنوع املش متل ػىل مفسدةىو املوصل ا Apa yang menyampaikan kepada sesuatu yang terlarang yang mengandungi kerusakan.

Ibnu Qayyim berpendapat tentang saddu al-dzari‟ah adalah mubah kerena

membawa kepada sesuatu perbuatan buruk yang merusak baik dengan sengaja

seperti nikah muhalil atau tidak sengaja seperti mencaci sembahan agama lain.

Nikah itu sendirinya hukumya pada dasarnya boleh, namun kerena dilakukan

dengan niat menghalalkan yang haram menjadi tidak boleh hukumnya. Memcaci

sembahan agama lain itu sebernanya mubah, namun karena cara tersebut dapat

dijadikan perantaraan bagi agama lain untuk mencaci Allah menjadi terlarang

melakukannya.79

Pandangan jumhur ulama tentang saddu al-dzari‟ah berpandangan adalah

tidak ada dalil yang jelas dan pasti baik dalam bentuk nash mahupun ijma ulama

tentang boleh atau tidaknya menggunakan saddu al-dzari‟ah dan dasar

pengambilanya hanya semata-mata ijtihad dengan berdasarkan pada tindakan pada

tindakan hati-hati dalam beramal dan jangan sampai melakukan perbuatan yang

menimbulkan kerusakan. Kemudian yang dijadikan pedoman dalam tindakan hati-

hati itu adalah faktor manafaat dan mudarat atau baik dan buruk.

Jumhur ulama yang pada dasarnya menempatkan faktor manafaat dan

mudarat sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan hukum, pada dasarnya

juga menerima metode saddu al-dzari‟ah itu, miskinpun berbeda dalam kadar

penerimanya. Kalangan ulama malikiyah yang juga dikenali banyak

memggunakan faktor maslahatan dengan sendirinya juga banyak menggunakan

metode saddu al-dzariah.

79 Ibid,. hlm. 427

59

Majlis Fatwa Kebangsaan Malaysia (JAKIM) menggunakan dalil Al-

Qur‟an dalam Surah An-Nisa Ayat 114:

صل بني امناس ال ال من أ مر بصدكة أ و مؼروف أ و ا ومن يفؼل ذكل يخري ى نثري من جنومهم ا

﴾۱۱٤ابتغأ ء مرضات هللا فسوف هؤثيو أ جرا غظامي﴿Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari

orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah,atau berbuat ma'ruf, atau Mengadakan

perdamaian di antara manusia. dan Barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari

keredhaan Allah, Maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.

Dalam ayat ni menerangkan tentang perdamaian diantara manusia, maka

Majelis Fatwa Kebangsaan Malaysia (JAKIM) menggunakan kaedah istinbat

hukum tersebut untuk meredakan keadaan yang pada masa itu suasana di

Malaysia tidak lagi damai karena kenyataan yang dikeluarkan oleh ketua partai

(PAS) kepada masyarakat pada masa tersebut.

Pandangan yang digunakan oleh Majelis Fatwa Kebangsaan Malaysia

(JAKIM) yaitu menyelesaikan ketengangan masyarakat akibat dari fitnah kafir

mengkafir sesama orang Islam adalah:

(i) Dengan cara perbincangan dalam suasana ikhwat Islamiyah, diantara dua

pihak yang bertentangan fahaman mengenai masalah tersebut.

(ii) Dengan tindakan undang-undang oleh pihak keamanan negeri atas asas

perpecahan dikalangan rakyat ramai, kerena pepecahan itu tidak akan hilang

jika sekiranya pihak yang mengkafirkan benar-benar berdasarkan kepada

ayat-ayat Al-Qur‟an mengikut faham mereka sendiri.

Selain itu ia juga meraikan kepentingan awam yaitu membuat kebaikan

dan manafaat kepada masyarakat yang diperakui kesahihnnya oleh mufti atau

jawatankuasa fatwa demi mencapai maqasid syariah. Maqasid syariah ialah

kebaikan (masakah) yang ingin dicapai oleh syarak untuk manafaat manusia di

60

dunia dan di akhirat. Ia merangkumi pemeliharaan terhadap lima perkara

kemestian utama (al-daruriyyat al-khamsah) yaitu menjaga agama, nyawa,

keterunan, akal dan harta.

Fatwa yang ada hubungan dengan kepentingan nasional dalam sesuatu

hukum yang didapati apabila jawatankuasa fatwa melihat bahawa suatu

pandangan hukum atau fatwa yang dicadangkan adalah berkaitan dengan perkara-

perkara yang ada hubungan dengan kepentingan nasional, jawatankuasa fatwa

hendaklah menangguhkan perbincangan hukum atau fatwa yang dicadangkan itu

dan mengemukakan perkara itu kepada majelis Raja-Raja.80

Sebagai bahan untuk mengemukakan perkara itu kepada majelis Raja-Raja

Majelis Fatwa Kebangsaan Malaysia (JAKIM) mengemukakan kertas cadangan

pada tanggal 21 november 1984 mengenai kafir mengkafir sesama orang Islam

dan menyatakan bahawa :

1. Mencadangkan agar pemerintah mengadakan undang-undang bagi

mencegah perbuatan mengkafirkan orang-orang Islam dan menghukum

sesiapa yang membuat tuduhan atau angapan tersebut.

2. Mencadangkan agar peminpin-peminpin masyarakat Islam mengekalkan

diri daripada membuat kenyataan–kenyataan atau perbuatan–perbuatan yang

boleh ditafsirkan sebagai terpesung dari ajaran Islam.

Seterusnya, Majelis Fatwa Kebangsaan Malaysia membuat syor kepada

raja pemerintah untuk mendapat perkenaan agar hukum atau fatwa yang

dicadangkan itu dirujuk kepada jawatan kuasa fatwa melalui majelis raja–raja.

80 Tan Sri Dato‟ Haji Otman Bin Mustapha, Garis Panduan Pengeluaran Fatwa Di

Malaysia (Kuala Lumpur: Muzakarah Jawatankuasa Fatwa MKI Kali Ke-11, 9-10 November

2017) hlm 22

61

Apabila diperkenankan oleh raja pemerintah, majelis hendaklah sebelum

mengeluarkan hukum dimaklumkan kepada pemerintah negeri tentang rujukan

tersebut.81

Pada tanggal 24 november 1984 majelis Raja-Raja memberikan keadah

penyelesaian tentang isu kafir mengkafir sesama orang Islam dan majelis fatwa

kebangsaan Malaysia mempersetujui pada mesyuaratnya yang ke 27 pada tanggal

tersebut seperti:

1. Kedua-dua pihak yang terlibat dititah menghadap Duli Yang Maha Mulia

Seri Paduka Baginda Yang Dipertua Agong untuk menyelesaikan secara

Islam.

2. Penyelesaian secara Islam yang dimaksudkan itu ialah pihak yang

menuduh jika ada hendaklah menarik balik tuduhan dan bertaubat. Jika tidak

ada, pihak yang dikatakan menuduh itu hendaklah menafikan dengan terbuka

dan hendaklah berdamai serta mengisytiharkan Dihadapan Duli Yang Maha

Mulia Seri Paduka Baginda Yang Di Pertua Agong. Perkara kafir mengkafir

ini hendaklah dengan titah Duli Yang Maha Mulia Seri Paduka Baginda Yang

Dipertua Agung ditamatkan dalam Susana ikhwah Islamiah yang sebernanya.

81 Wawancara Dengan Puan Nor Asmahan Binti Abdul Kadir Penolong Pengarah

Bahagian Kajian Fatwa Jabatan Kemajuan Islam Malaysia, Putrajaya , 03 Disember 2018

62

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada bagian akhir dari penulisan ini, penulis akan memberikan beberapa

kesimpulan sebagai titik akhir dari uraian dan membahas pada topik yang penulis

garap. Kesimpulan-kesimpulan yang penulis maksud adalah:

1. Kesimpulanya munculnya fatwa isu kafir mengkafir sesama orang Islam pada

Tahun 1984 dalam hal ini adalah dikernakan ketua pemimpin Partai Islam

Semalaysia (PAS) Abdul Hadi Awang menyatakan bahawa pemerintah pada

masa itu mengekalkan perlembagaan penjajah serta mengekalkan undang-

undang kafir dan pemerintah yang dipimpin ketika itu partai United Malays

National Organisation (UMNO) yaitu pentadbiran yang didalamnya

mengandungi pekara-pekara mungkar sehingga masyarakat terpengaruh

dengan amanat tersebut dan menjadikan masyarakat pada ketika itu berpecah

belah sesama Islam karena amanat tersebut.

2. Majelis Fatwa Kebangsaan Malaysia (JAKIM) dalam mengeluarkan hukum

tentang isu kafir mengkafir sesama orang Islam adalah dengan cara

menggunakan metode istinbat hukum yaitu menguunankan kaedah سد الذرائع

yaitu metutup jalan terjadinya kerusakan. Selain itu, majelis Raja-Raja

memberikan kaedah penyelesaian dan majelis fatwa kebangsaan Malaysia

mempersetujui dengan kaedah tersebut yaitu yang pertama kedua-dua pihak

yang terlibat dititah menghadap Duli Yang Maha Mulia Seri Paduka Baginda

Yang Dipertua Agong untuk menyelesaikan secara Islam. Penyelesaian secara

63

Islam yang dimaksudkan itu ialah pihak yang menuduh jika ada hendaklah

menarik balik tuduhan dan bertaubat. Jika tidak ada, pihak yang dikatakan

menuduh itu hendaklah menafikan dengan terbuka dan hendaklah berdamai

serta mengisytiharkan Dihadapan Duli Yang Maha Mulia Seri Paduka

Baginda Yang Di Pertua Agong. Perkara kafir mengkafir ini hendaklah

dengan titah Duli Yang Maha Mulia Seri Paduka Baginda Yang Dipertua

Agung ditamatkan dalam Susana ikhwah Islamiah yang sebernanya.

B. Saran-saran

Sebelum mengakhiri penulisan skripsi ini, penulis ingin menyampaikan

beberapa usulan dan saran, dengan harapan dapat diterima dan dimanfaatkannya,

karena isu kafir mengkafir sesama orang Islam ini adalah yang amat sulit dan

tidak semua orang mengetahuinya. Sehingga kadang-kadang membawa kepada

kesalahan dan ketidak sefahaman antara umat Islam dalam melaksanakan

pemasyarakatan didalam malaysia. Oleh karena itu, untuk menghindari timbulnya

masalah ini, maka penulis datangkan beberapa saran. Antaranya:

1. Sebagai umat Islam yang menjaga perpaduan dan kesatuan dalam pelaksanaan

pemasyarakatan di dalam Malaysia, adalah lebih baik kiranya kita semua

mengetahui dan mempelajari ilmu, agar tidak timbul lagi ketidak seragaman

dalam melaksanakan tuntutan agama antara sesama umat Islam.

2. Islam adalah agama yang mengutamakan kehati-hatian, karena itu seorang

muslim haruslah berhati-hati dalam menetapkan mengeluarkan kata-kata, agar

tidak berlaku penambahan kekeliruan sehingga membawa kepada petikaian

umat Islam.

64

C. Kata Penutup

Demikian uraian dan pembahasan yang dapat ditujukan dalam rangka

penyusunan skripsi yang berjudul “Isu Kafir Mengkafir Sesama Orang Islam

(Studi Metode Istinbat Hukum Majelis Fatwa Kebangsaan Malaysia Tahun

1984)”. Dalam penulisan ini penulis merasakan yang terbaik walau bagaimanapun

penulis tidak bisa untuk lari dari kesalahan dan kekhilafan karena penulis adalah

seorang manusia berkemungkinan masih banyak kekurangan. Hal ini juga berlaku

karena keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu,

penulis berbesar hati dan berharap agar semua pihak dapat memberikan kritikan

dan saran-saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan

penulisan skripsi ini. Untuk itu, penulis berharap dan berdoa kehadrat Ilahi agar

kehadiran skripsi ini dapat member manfaat kepada masyarakat Islam dan dapat

memenuhi persyaratan bagi memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam

ilmu Syari‟ah Jurusan Perbandingan Mazhab (PM). Mudah-mudahan kita semua

mendapat hidayah dan petunjuk dari Allah swt. Amin ya Rabbal’ Alamin.

Jambi, 25 April 2019

Penulis,

Muhamad Endra Luqman

Bin Masnan Maulana

NIM: SPM 150008

65

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Kalim Departemen Agama RI (Al Hidayah Al-Quran Tafsir Perkata Tajwid Kode

Angka), Ciputat Timur 2011

Abdul rahman haji Abdullah pemikiran Islam di Malaysia, Jakarta 1997

Ahmad Zaki Hj Abd. LatiffIsu Kafir-Mengkafir Dan Implikasinya Dalam

Perkembangan Politik Dan Sosial Masyarakat Melayu , Malaysia 2003.

Asyraf Wajdi Dusuki, Politik Islam Dan Melayu, Yayasan Dakwah Islamiah

Malaysia (YADIM), 2014.

Dato‟Seri Tuan Guru Haji Abdul Hadi Awang, Amanat Haji Awang Antara

Fitnah & Fakta, Akademik Tarbiyah Dewan Pemuda PAS Malaysia, 2013.

Dr. H. M. Nurul Irfan, Masyrofah. Fikih Jinayah, Jakarta 2015.

Dr.H.Ishaq, Metode Penelitian Hukum (Alfabeta,Bandung,2017).

Drs. Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian ,(Bandung: Pustaka Setia,2008).

Drs. Cholid Narbuko & Drs. H. Abu Achmadi, Metologi Penelitian, (Jakarta, Pt

Bumi Aksara, 2013),.

Firman Tongke Hukuman Mati Orang Murtad Dalam Hadits, Skripsi Uin

Alauddin Markassar 2015.

Garis Panduan Pengeluaran Fatwa Di Malaysia

Hamid Patilima, Metode Penelitian Kualitatif, cet. ke-3, (Bandung: Alfabeta,

2011),.

Ishaq, Metode Penelitian Hukum, Bandung 2017.

66

Jabatan Kemajuan Islam Malaysia, Kompilasi Pandangan Hukum Muzakarah

Jawatan Kuasa Fatwa Majlis Kebangsaan Bagi Hal Ehwal Ugama Islam

Malaysia, Selangor,2015.

Jabatan Mufti Negeri Selangor Apa Itu Fatwa? Shah Alam: Jabatan Mufti Negeri

Selangor. t.t)

M.Nurul Irfan Dan Masyrofah, “Fiqh Jinayah, Juni 2015.

Muhammad Fuad Bin Abdul Baqi, Hadits Shahih Bukhari Muslim, Jawa

Barat.Penerbit Fathan Prima Media,2016.

Muhammad Khalil bin abdul hadi amanat haji hadi antara fitnah dan fakta kuala

Terengganu 2013.

Prof .Dr.H.Amir Syarifuddin, Usul Fiqh Jilid 2, (Jakarta: Kecana, 2011)

Rahmawati, Metode Istinbat Hukum, Uin Alauddin Markassar 2014.

Ramli Abdul Halim, Menghitung Dosa, (Kuala Lumpur: Institut Terjemahan &

Buku Malaysia Berhad, 2015),.

Sayuti Una dkk, Pedoman Penulisan Skripsi/Karya Ilmiah, (Jambi : Institut

Agama Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2012),

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&d, (Bandung:

Alfabeta, CV 2012),.

Tan Sri Dato‟ Haji Otman Bin Mustapha, Garis Panduan Pengeluaran Fatwa Di

Malaysia (Kuala Lumpur: Muzakarah Jawatankuasa Fatwa MKI Kali Ke-11, 9-10

November 2017

Tubagus Sukron Tamini, “Metode Istinbath Hukum, 26 Maret 2012,”.

67

B. Lain-Lain

Dokumentasi Majlis Fatwa Kebangsaan Malaysia 2015.

http://ww1.utusan.com.my/utusan/Rencana/20121224/re_04/Kenapa-Amanat-

Hadi-Awang-1981-salah

PDF Digilib .Uinsby. Ac.Id/19731/27/Bab % 202.(By Ml Fatahillah-2017).

Protal Rasmi Fatwa Malaysia “Jawatankuasa Fatwa Majelis Kebangsaan Bagi

Hal Ehwal Agama Islam Malaysia”, diakses pada tanggal 12 Disember 2018 dari

www.e-fatwa.gov.my/jawatankuasafatwa majelis kebangsaan bagi-hal ehwal agama

IslamMalaysia

Https://Majalahpendidikan.Com/Pengertian-Dan-Definisi-Konseptual/

C. Wawancara

Wawancara Dengan Puan Nor Asmahan Binti Abdul Kadir Penolong Pengarah

Bahagian Kajian Fatwa Jabatan Kemajuan Islam Malaysia, Putrajaya , 03

Disember 2018.

68

LAMPIRAN

Kaunter Pertanyaan JAKIM Putrajaya Malaysia

69

Bilik Penolong Pengarah Jakim

Wawancara dengan penolong pengarah JAKIM NOR ASMAHAN BINTI

ABDUL KADIR

70

Pintu Utama JAKIM Putrajaya

Gedung JAKIM Putrajaya Malaysia

71

Misi,Visi,Fungsi Dan Objektif JAKIM Putrajaya Malaysia

BAHAN-BAHAN TERBITAN PENGURUSAN FATWA

72

73

74

75

JADWAL PENELITIAN

No

Kegiatan

Tahun 2018

Maret April May October Desember

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan

Judul

x

2 Pembuatan

Proposal

x

3 Pembaikan

proposal

x x

4 Seminar

Proposal

x

5 Pembaikan

Proposal

x x x x

6 Pengesahan

Judul

x

7 Surat Izin

Riset

x

8 Pengumpul

an Data

x

76

Jadwal Penelitian

No

Kegiatan

Tahun 2019

Januari Maret April September October

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

9 Pengolahan

dan Analisis

Data

x x x x

10 Bimbingan

Dan

Pembaikan

x x x x x

11 Agenda

dan Ujian

Skripsi

x

12 Pembaikan

dan

Penjilidan

x x x

77

LATAR BELAKANG INFORMAN

Nama : Nor Asmahan Binti Abdul Kadir

Jawatan : Penolong Pengarah Kanan Hal Ehwal Islam (Kajian

Fatwa), JAKIM.

No. Telefon Pejabat : 03-88707000 Samb.7268

Alamat : Lantai 5, Blok D7, Kompleks D, Pusat Pentadbiran

Pemerintah Persekutuan Wilayah Persekutuan

Putrajaya, Malaysia.

Email : Norasmahan@Islam.gov.My

78

CURRICULUM VITAE

Nama : Muhamad Endra Luqman Bin Masnan Maulana

NIM : SPM 150008

Tempat / Tanggal Lahir : Johor / 09 Disember 1995

Email : endraluqman@gmail.com

Jenis Kelamin : Lelaki

Alamat Asal : No 28A Jalan Baru Peserai 83000 Batu Pahat

Johor.

Alamat Sekarang : Mess Pelajar Malaysia,

No. 44, RT. 27, RW. 08, Jalan Melur 2,

Kelurahan Simpang IV Sipin,

Telanaipura,

36124, Jambi, Indonesia.

Pekerjaan : Mahasiswa

Pendidikan : -

No Jenis Pendidikan Tempat Tahun

Tamat

1. Tadika Kemas Bagan Johor Johor, Malaysia 1999-2001

2. Sekolah Rendah Kebangsaan

Sungai Suluh

Johor, Malaysia 2002-2007

3. Sekolah Menengah Agama

Al-Tarbiah Al-Islamiah Batu Pahat

Johor, Malaysia 2008-2012

4. Maahad Johor Johor, Malaysia 2014

5. UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Indonesia Okt 2015- Okt

2019

79

PENGALAMAN ORGANASASI :-

No Organasasi Jabatan Tahun

Tamat

1. Persatuan Kebangsaan Pelajar

Malaysia Indonesia Cawangan

Jambi (PKPMICJ)

Timbalan 1

Pengurus Exco

Kulinari

2016-2017

2. Himpunan Mahasiswa Jurusan

Perbandingan Mazhab

Universitas Islam Negeri

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

(HMJ)

Ketua

Pengurus

Departmen Media

Komunikasi Dan

Informasi

2017-2018

3. Persatuan Kebangsaan Pelajar

Malaysia Indonesia Cawangan

Jambi (PKPMICJ)

Ketua

Pengurus Exco

Hal Ehwal

Mahasiswa

2017-2018

4. Persatuan Kebangsaan Pelajar

Malaysia Indonesia Cawangan

Jambi (PKPMICJ)

Ketua

Pengerusi Tetap

2018-2019

Jambi, 25 April 2019

Penulis,

Muhamad Endra Luqman

Bin Masnan Maulana

NIM : SPM 150008

top related