pola komunikasi organisasi pimpinan pusat ikatan...
Post on 03-Mar-2019
258 Views
Preview:
TRANSCRIPT
POLA KOMUNIKASI ORGANISASI
PIMPINAN PUSAT IKATAN PELAJAR PUTERI NAHDLATUL ULAMA
(PP IPPNU) DALAM MENGEMBANGKAN DAN MEMBINA
ORGANISASI
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Disusun Oleh :
SITI DAHLIA
NIM. 109051000105
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
POLA KOMUNIKASI ORGANISASI
PIMPINAN PUSAT IKATAN PELAJAR PUTERI NAHDLATUL ULAMA
(PP IPPNU) DALAM MENGEMEMBANGKAN DAN MEMBINA ORGANISASI
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas llmu Dakwah dan llmuKomunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
SITIDADLIA
NIM:109051000105
Di bawah Bimbingan
~. ~ Dr. SihabUdd~ NIl': 19692211997031001 ,
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKW AD DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
r
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul POLA KOMUNlKASI ORGANISASI PIMPINAN PUSAT lKATAN PELAJAR PUTERI NAHDLATUL ULAMA (PP IPPNU) DALAM MENGEMBANGKAN DAN MEMBINA ORGANISASI telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas IImu Dakwah dan IImu Komunikasi UlN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 1 Agustus 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I.) pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 1 Agusutus 2013
Sidang Munaqasyah
Ketua Sekretaris
~~--Drs. Jumroni, M.Si
NIP.19630515 1992031 006
Anggota,
Penguji 2
Pembimbing
?~
Dr. Sihabuddin Noor, MA
NIP. 19690221199703 1 001
LEMBARPERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan basil karya asH saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleb gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam
Negeri SyarifHidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, yang telab berlaku
di Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian bari terbukti bahwa karya itu bukan basil karya asH saya
atau merupakan basil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 30 Juli 2013
Siti Dahlia
i
ABSTRAK
Siti Dahlia
POLA KOMUNIKASI ORGANISASI PIMPINAN PUSAT IKATAN
PELAJAR PUTERI NAHDLATUL ULAMA (PP IPPNU) DALAM
MENGEMBANGKAN DAN MEMBINA ORGANISASI
Di Indonesia, terdapat organisasi-organisasi yang berbasis ke Islaman, di
antaranya Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, dan lain sebagainya. Organisasi
Islam ini tentunya bertujuan untuk menyampaikan ajaran Islam. Selain daripada
organisasi ke Islaman terdapat organisasi khusus pelajar, yang tetap memiliki
tujuan yang sama yaitu menyampaikan ajaran Islam. Ikatan Pelajar Puteri
Nahdlatul Ulama (IPPNU) merupakan salah satu Badan Otonom Nahdlatul Ulama
yang membidangi pelajar, santri dan remaja puteri NU. Ikatan Pelajar Puteri NU
adalah organisasi yang bersifat nirlaba, yang memfokuskan pada keterpelajaran,
pengkaderan, kemasyarakatan, kebangsaan dan keagamaan yang berhaluan pada
paham Ahlussunah wal Jamaah.
Banyaknya tantangan yang terjadi pada kaum pelajar khususnya
perempuan dengan hal-hal yang negatif, terlebih lagi minimnya agama (untuk
pelajar sekolah umum). Maka dari itu, IPPNU menjadi wadah bagi para pelajar
puteri agar mereka dapat mengaktualisasikan dirinya dan melakukan kegiatan-
kegiatan yang positif. Komunikasi merupakan penyampai pesan antar individu,
sama halnya dalam sebuah organisasi. Oleh karena itu, Komunikasi sangat
penting dan dibutuhkan dalam sebuah organisasi agar tujuan yang dicapai sesuai
harapan. Komunikasi dalam organisasi tentunya dapat menjadi sarana yang tepat
guna menciptakan interaksi antar individu yang lainnya di dalam organisasi.
Berdasarkan teks di atas, maka timbul pertanyaan, bagaimana pola
komunikasi organisasi Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (PP
IPPNU) di dalam mengembangkan dan membina organisasinya? Pada penelitian
ini penulis memilih objek penelitian di Pimpinan Pusat IPPNU yang
berkedudukan di gedung PBNU lantai 6 di Jl. Kramat Raya No. 164 Jakarta Pusat.
Metode penelitian yang penulis gunakan adalah pendekatan kualitatif metode
analisis deskriptif. Analisis deskriptif yaitu menggambarkan hasil penelitian
dalam bentuk kata-kata. Penulis juga melakukan tinjauan langsung ke Pimpinan
Pusat Ikatan Pelajar Puteri Nahldatul Ulama, melakukan wawancara dengan pihak
terkait, menganalisis data-data melalui dokumentasi, serta website resmi.
Hasil penelitian yang penulis lakukan, telah penulis temukan bahwa
Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (PP IPPNU) menggunakan
pola lingkaran untuk mengembangkan dan membina organisasinya. Pola aliran
komunikasi yang terjadi di PP IPPNU yang dominan adalah aliran komunikasi
formal, yang mana arah aliran komunikasi ini secara vertikal yakni komunikasi ke
atas yang disebut koordinasi dan komunikasi ke bawah disebut konsolidasi, dan
arah komuniksi secara horisontal. Selain itu, pola aliran komunikasi informal juga
terjadi di PP IPPNU, yang mana aliran komunikasi informal ini melibatkan
komunikasi antar pribadi di antara para pengurus maupun kader IPPNU.
Kata Kunci: Islam, organisasi, pelajar, PP IPPNU, pola aliran komunikasi.
Pembimbing : Dr. Sihabuddin Noor, MA
Daftar Pustaka : Tahun 1986 s.d. Tahun 2011
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, serta memberikan daya dan
kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat
teriring salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda besar kita Nabi
Muhammad SAW, tak lupa juga kepada keluarganya, sahabatnya, serta ummatnya
hingga akhir zaman.
Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit hambatan dan rintangan yang
penulis hadapi. Namun penulis tetap semangat dan tidak berputus asa, karena
penulis yakin dan percaya bahwa Allah SWT akan memudahkannya dalam
menyelesaikan skripsi ini, dan Alhamdulillah skripsi ini selesai dengan baik.
Terima kasih yang tulus, penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah
membantu, membimbing dan memotivasi penulis. Sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak
Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik.
Bapak Drs. H. Mahmud Djalal, M.A selaku Pembantu Dekan Bidang
Administrasi dan Keuangan, dan Bapak Drs. Study Rizal LK, M.A selaku
Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Drs. Jumroni, M.Si selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
3. Ibu Umi Musyarofah M.Ag selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Bapak Dr. Sihabuddin Noor, MA, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
dengan sabar membimbing, mengarahkan, memotivasi serta memberikan
saran dan kritik kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, yang telah memberikan ilmu dan wawasan kepada penulis
selama penulis menuntut ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan
literatur yang penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi ini.
8. Keluarga besar PP IPPNU yang telah memberikan informasi dan data-data
yang diperlukan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Orang Tua Tercinta Yahya dan Mudzalifah, yang telah mendidik dan
membesarkan penulis, terima kasih telah mencurahkan cinta dan kasih
sayangnya, yang telah memberikan dorongan moral dan perhatiannya,
serta atas doa-doanya yang tiada henti dan ridhonya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kepada adik-adikku
(Muhammad Firdaus, Muhammad Firmansyah, dan Muhammad Fauzan)
yang telah memberikan semangat.
10. Untuk Farhan Hidayat yang telah menemani hari-hari penulis dalam suka
iv
maupun duka, menjadi teman berbagi serta kasih sayangnya yang tulus
dan telah memberikan doa dan motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
11. Sahabat-sahabat terdekatku, Ratna Levyana (Vhie), Sri Aminah(Cici),
Larasati (Ayaz), dan Dwi Permata Sari (whie) yang telah memberikan
semangat dan doa kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
12. Sahabat-sahabat terdekatku Fatmawati Harahap, Nany Suryaningsih, dan
Popy Oktarini yang selama ini menjadi teman berbagi, teman belajar,
canda dan tawa, serta telah memberikan semangat kepada penulis. Terima
kasih kepada rekan-rekan kelas KPI C angkatan 2009 yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Demikianlah ucapan terima kasih penulis, semoga Allah SWT membalas
amal kebaikan mereka yang telah mendukung penulis hingga skripsi ini selesai.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan. Namun penulis berharap semoga skripsi dapat bermanfaat khususnya
bagi penulis, pembaca dan semua pihak yang memerlukannya, serta bisa menjadi
referensi bagi dunia akademik khususnya di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
Jakarta, 30 Juli 2013
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah ....................... 7
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................ 8
E. Metodologi Penelitian........................................................... 9
F. Tinjauan Pustaka................................................................... 14
G. Sistematika Penulisan ........................................................... 15
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Komunikasi dan Organisasi ................................ 17
B. Pengertian dan Fungsi Komunikasi Organisasi .................... 19
C. Bentuk-bentuk Komunikasi .................................................. 23
D. Pola Komunikasi Organisasi ................................................ 26
1. Aliran Komunikasi Formal .......................................... 29
2. Aliran Komunikasi Informal ....................................... 31
E. Pengertian Pengembangan dan Pembinaan Organisasi ........ 33
vi
BAB III PROFIL PIMPINAN PUSAT IKATAN PELAJAR PUTERI
NAHDLATUL ULAMA (PP IPPNU)
A. Sejarah Berdirinya Ikatan Puteri Pelajar NU ...................... 37
1. Sejarah Berdirinya IPPNU ......................................... 37
2. Makna dan Lambang IPPNU ..................................... 39
3. Fungsi IPPNU ............................................................ 40
4. Landasan Bersikap ..................................................... 41
B. Visi dan Misi Ikatan Pelajar Puteri NU .............................. 42
C. Struktur Organisasi Ikatan Pelajar Puteri NU ..................... 43
D. Program-program Ikatan Pelajar Puteri NU ........................ 53
E. Sarana Komuikasi ............................................................... 60
BAB IV POLA KOMUNIKASI ORGANISASI PIMPINAN PUSAT
IKATAN PELAJAR PUTERI NAHDLATUL ULAMA
Pola Komunikasi Organisasi Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Puteri
Nahdlatul Ulama (PP IPPNU) Dalam Mengembangkan dan Membina
Organisasi ................................................................................... 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................... 80
B. Saran .................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 84
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi adalah persyaratan kehidupan manusia. Kehidupan
manusia akan hampa atau tidak ada kehidupan sama sekali apabila tidak
ada komunikasi. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling
berhubungan satu sama lain baik dari kehidupan sehari-hari di rumah
tangga, di tempat pekerjaan atau di mana saja berada. tidak ada manusia
yang tidak terlibat dalam komunikasi.
"Setiap kegiatan manusia, baik itu aktifitas sehari-hari, organisasi,
lembaga dan sebagainya tidak akan terlepas dari komunikasi, sehingga
dapat dipastikan di mana manusia hidup baik sebagai individu maupun
anggota masyarakat selalu berkomunikasi, mengapa demikian? karena
komunikasi merupakan kebutuhan hidup manusia. Tidak mungkin
seseorang dapat menjalani hidupnya tanpa berkomunikasi dan komunikasi
itu sendiri merupakan unsur penting yang membentuk dan memungkinkan
berlangsungnya suatu masyarakat"1.
Pentingnya komunikasi tidak dapat dipungkiri oleh manusia
sebagai alat interaksi dengan individu-individu lainnya, untuk memenuhi
kebututuhan informasi, baik informasi dari dalam maupun dari luar
lingkungannya. Komunikasi adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari
kehidupan manusia. Begitupun sama halnya di dalam sebuah organisasi.
Dengan adanya komunikasi yang baik, suatu organisasi dapat berjalan
dengan lancar untuk mencapai tujuan organisasinya. Begitu sebaliknya,
jika komunikasi dalam suatu organisasi tidak berjalan dengan baik maka
1 Zulkarnain Nasution, "Sosiologi Komunikasi Massa", (Jakarta: Universitas Terbuka,
1993) cet ke-1, h.2.
2
organisasi tersebut akan berantakan atau bermasalah.
Atas dasar itu, maka komunikasi organisasi perlu mendapat
perhatian untuk dipelajari dan dipahami oleh setiap orang yang terlibat
dalam dunia organisasi. Sebab, komunikasi yang efektiflah yang dapat
menjamin tercapainya tujuan-tujuan organisasi dan kemampuan
berkomunikasi secara efektif pada dasarnya akan menentukan keberhasilan
seseorang, di manapun ia berada, bukan hanya dalam dunia organisasi
saja. Tujuan utama dalam dunia organisasi adalah memperbaiki organisasi,
memperbaiki organisasi biasanya ditafsirkan sebagai memperbaiki hal-hal
untuk mencapai tujuan manajemen. dengan kata lain, orang memperlajari
komunikasi organisasi untuk menjadi yang lebih baik. oleh karena itu,
penulis memandang sangat penting untuk mengkaji komunikasi organisasi
sebagai landasan kuat bagi pengembangan sumber daya manusia melalui
pengkaderan dalam menjalankan roda organisasi.
Dari permasalahan tersebut, maka dapat disadari bahwa
komunikasi sangatlah penting dalam kehidupan sebagai penyampai pesan,
pikiran atau perasaan kepada orang lain dengan menggunakan baik bahasa
verbal maupun non verbal (isyarat/lambang), melalui media tertentu dan
diterima kemudian diolah melalui sistem syaraf dan interpretasikan,
setelah diinterpretasikan pesan dapat menimbulkan reaksi2.
2 Siti Latifah, Komunikasi Organisasi Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PII)
dalam Kaderisasi, h.22.
3
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola adalah sistem3. Pola
juga dapat disebut dengan model, contoh, rancangan. Pola adalah bentuk
sebagaimana keterkaitan dengan kata yang digandengnya4. Pola pada
dasarnya adalah gambaran tentang sebuah proses yang terjadi. Dalam
bahasan ini, pola lebih diartikan sebagai bentuk ataupun model yaitu
sesuatu yang dihasilkan dari cara atau metode sebagaimana
keterkaitannya dengan kata yang digandengnya, yaitu komunikasi. Sebagai
model, maka pola menunjukkan sebuah objek yang mengandung
kompleksitas proses di dalamnya dan hubungan antara unsur-unsur
pendukungnya. Menurut Little John model dapat diterapkan pada setiap
representasi simbolik dari suatu benda5.
Pola atau model diciptakan agar dapat mengidentifikasikan dan
mengkategorikan unsur-unsur yang relevan dari suatu proses. Menurut
Wiesman dan Barher, model ataupun pola komunikasi mempunyai tiga
fungsi, yaitu menggambarkan proses komunikasi, menunjukkan hubungan
visual dan membantu untuk menemukan pola dan memperbaiki kemacetan
dalam komunikasi6.
Di dalam organisasi selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang
merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup suatu organisasi,
yang terdiri dari atasan, bawahan dan anggota. Di antara mereka harus ada
3 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), edisi ke-3, h.885. 4 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.1076.
5 Dikutip dari Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Gramedia Widiasavina,
2004), h.9. 6 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, h.11.
4
komunikasi dua arah atau timbal balik, maka dari itu diperlukannya kerja
sama untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Kerja sama tersebut
meliputi hubungan sosial, hubungan yang terjadi merupakan suatu proses
dengan adanya suatu keinginan masing-masing individu yang terlibat
bertujuan untuk mencapai atau memperoleh hasil dan juga dapat
memberikan manfaat untuk kehidupan yang berkelanjutan (jangka
panjang).
Oleh karena itu, komunikasi sangat dibutuhkan dalam organisasi,
karena komunikasi dapat menjadi sarana yang tepat untuk menciptakan
interaksi di dalam suatu organisasi. Dalam suatu organisasi harus mampu
berbicara dengan baik agar terciptanya komunikasi yang harmonis.
Interaksi yang harmonis antara para anggota dalam suatu organisasi akan
membuat roda organisasi berjalan ke arah tujuan, namun bila yang terjadi
sebaliknya tentu akan mengakibatkan terjadinya konflik antara sesama
anggota. Maka dari itu, komunikasi antar atasan dengan bawahannya harus
berjalan secara proporsional.7
Bila sasaran komunikasi dapat diterapkan dalam suatu organisasi,
baik organisasi pemerintah, organisasi kemasyarakatan, maupun organisasi
perusahaan, maka sasaran yang dituju akan beraneka ragam. Akan tetapi
tujuan utamanya untuk mempersatukan individu-individu yang tergabung
dalam organisasi tersebut.
Di Indonesia, terdapat organisasi yang berbasis ke Islaman
7 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), Cet.Ke-2,
h. 6.
5
diantaranya Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, dan lain sebagainya. Dari
organisasi tersebut, Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (IPPNU)
merupakan salah satu Badan Otonom NU yang membidangi pelajar, santri
dan remaja puteri NU. Dalam sejarahnya, kelahiran IPPNU di mulai saat
wacana perlu adanya organisasi pelajar di kalangan Nahdliyat di angkat
pada kalangan NU, terutama Muslimat, Fatayat, GP Anshor, IPNU dan
Badan Otonom (banom) NU lainnya8.
Pada awalnya, sejak berdirinya IPPNU bernaung di bawah LP
Maarif, namun sejak tahun 1966 melalui kongresnya di Surabaya, IPPNU
berdiri sendiri sebagai salah satu Badan Otonom NU. Struktur
kepengurusannya terdiri dari Pucuk Pimpinan di tingkat pusat, Pimpinan
Wilayah di tingkat propinsi, Pimpinan Cabang di tingkat kabupaten/kota,
Pimpinan Anak Cabang di tingkat kecamatan dan Pimpinan Ranting di
tingkat desa/kelurahan serta khusus untuk pondok pesantren, dan sekolah
di namakan Komisariat9.
Sejak tahun 1988 melalui kongresnya yang ke-9 di Jombang Jawa
Timur (29-31 Januari 1988), kepanjangan IPPNU berganti menjadi Ikatan
Puteri-Puteri Nahdlatul Ulama, karena harus menyesuaikan diri dengan
Undang-Undang nomor 8 tahun 1985 tentang ke-ormasan, yang melarang
adanya organisasi pelajar di sekolah, kecuali OSIS.
8Sejarah Singkat Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (IPPNU),
http://www.ippnu.org/index.php/profil/sejarah-pendirian-ippnu, (Diakses pada tanggal 22 Februari
2012).
9Sejarah Singkat Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (IPPNU),
http://www.ippnu.org/index.php/profil/sejarah-pendirian-ippnu, (Diakses pada tanggal 22 Februari
2012).
http://www.ippnu.org/index.php/profil/sejarah-pendirian-ippnuhttp://www.ippnu.org/index.php/profil/sejarah-pendirian-ippnu
6
Hingga saat ini, IPPNU sudah berdiri 58 tahun dan telah
melaksanakan 15 kali muktamar kepengurusan, tentunya bukan hal yang
mudah bagi IPPNU untuk dapat bertahan dalam menjalankan dan
mengembangkan organisasinya, sehingga dapat terus eksis memberikan
kontribusi bagi pelajar puteri di Indonesia, terlebih di zaman globalisasi,
westernisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi atau IPTEK
yang sangat tinggi10
.
Dalam menjalankan roda organisasi, Pengembangan dan
Pembinaan di IPPNU menjadi hal yang sangat diperhatikan, karena dapat
membawa organisasi menjadi lebih baik dalam pencapaian tujuan dan
tepat sasaran secara efektif dan efisien. Langkah-langkah yang
diterapkannya dalam mencapai tujuan yang akan dicapai yaitu dengan
mengikuti perkembangan teknologi dan keadaan eksternal yang
mempengaruhi pencapaian tujuan dalam suatu organisasi. Dalam
pengembangan dan pembinaan terkadang ditemukan gagasan baru yang
secara tidak sadar menjadi senjata ampuh untuk pencapaian tujuan juga,
gagasan baru yang membuat organisasi bekerja secara efektif dan efisien.
Dari pemaparan di atas dapat terlihat bahwa IPPNU merupakan
salah satu organisasi yang sangat memberikan perhatian terhadap
pengembangan dan pembinaan organisasinya. Dalam suatu organisasi
maka diperlukan komunikasi organisasi agar pengembangan dan
pembinaaan dapat berjalan dengan baik. Berangkat dari latar belakang
10Sejarah Singkat Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (IPPNU),
http://www.ippnu.org/index.php/profil/sejarah-pendirian-ippnu, (Diakses pada tanggal 22 Februari
2012).
http://www.ippnu.org/index.php/profil/sejarah-pendirian-ippnu
7
tersebut, perlu dilakukan kajian lebih lanjut dan mendalam. Atas dasar
beberapa pemikiran diatas, penulis mencoba untuk menyusun sebuah
tulisan dalam bentuk skripsi dengan judul
POLA KOMUNIKASI ORGANISASI PIMPINAN PUSAT IKATAN
PELAJAR PUTERI NAHDLATUL ULAMA (PP IPPNU) DALAM
MENGEMBANGKAN DAN MEMBINA ORGANISASINYA
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dalam kajian ini, penulis membatasi kajian tentang komunikasi
organisasi yang diterapkan oleh Pimpinan Pusat IPPNU, baik yang bersifat
vertikal yaitu aliran komunikasi dari tingkat atas ke bawah ataupun
sebaliknya dari tingkat yang rendah ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu
antara Ketua umum dengan Sekretaris Umum hingga kepada Ketua
Departemen. Sedangkan horizontal merupakan aliran komunikasi antara
rekan-rekan sejawat yang memiliki otoritas yang sama yaitu komunikasi
yang dilakukan antara Ketua Departemen.
2. Perumusan Masalah
Bagaimana pola komunikasi organisasi yang dijalankan oleh
Pimpinan Pusat IPPNU di dalam mengembangkan dan membina
organisasinya?
C. Tujuan Penelitian
Berkenaan dengan pokok permasalahan di atas, maka tujuan
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: Untuk mengetahui dan
8
menganalisa bagaimana pola komunikasi organisasi yang dijalankan oleh
Pimpinan Pusat IPPNU di dalam mengembangkan dan membina
organisasinya.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Dalam konteks akademis, penelitian ini dapat memberikan
sumbangan pemikiran kepada pembaca, tokoh masyarakat, politisi,
lembaga pendidikan, khususnya Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Ikatan Pelajar Puteri
Nadhlatul Ulama (IPPNU).
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya studi mengenai
Komunikasi Organisasi dan Ilmu Komunikasi. Penelitian ini juga
diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak-pihak yang
terkait.
2. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
informasi dan dokumentasi ilmiah untuk perkembangan ilmu pengetahuan,
terutama di bidang dakwah dan komunikasi organisasi.
9
E. Metodologi Penelitian
Metode dalam hal ini diartikan sebagai suatu cara yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan alat-alat tertentu.
Sedangkan penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan,
mengembangkan, dan menguji suatu pengetahuan yakni usaha dimana
dilakukan dengan menggunakan metode-metode tertentu11
. Adapun
metode dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis deskriptif
dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu suatu penelitian yang
berupaya menghimpun data, mengelola, menganalisa dan menafsirkan
secara kualitatif. Oleh karena itu, data-data penelitian yang dikumpulkan
dalam wujud konsep-konsep.
Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari subjek penelitian yang dapat diamati12
.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar
alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan
dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada (Denzin dan
Lincoln, 1987)13
.
11 Sutrisno Hadi, Metodologi Riset, (Yogyakarta: UGM Press, 1997) hal. 3
12
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005), h.4.
13
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h.5.
10
Definisi lain penelitian kualitatif adalah merupakan penelitian
yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami
sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok
orang14
.
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini
adalah penelitian kualitatif yang bersumber pada data deskriptif15
,
yaitu dengan cara penulis menggambarkan permasalahan dengan
didasari oleh data-data yang ada kemudian dianalisis lebih lanjut untuk
kemudian ditarik kesimpulan.
2. Data Penelitian
a. Sumber Data
Dalam penelitian ini menggunakan sumber data yang berasal
dari dua sumber yang berbeda, yaitu :
1) Data Primer, yaitu merupakan data utama. Data primer
merupakan hasil wawancara secara langsung kepada pihak
Pimpinan Pusat IPPNU.
2) Data Sekunder, yaitu sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data yang berfungsi
sebagai data pendukung. Data sekunder didapat dari buku-
buku, koran, majalah, internet, penelitian terdahulu, dan
sumber-sumber tertulis lainnya yang mengandung informasi
14 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h.5.
15
Widodo, Cerdik Menyusun Proposal Penelitian Skripsi, Tesis, dan Disertasi.
(Jakarta : MAGNA Script, 2004).
11
yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.
3. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek yaitu pelaku pokok pembicaraan, sesuatu yang menjadi
pusat pengamatan. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini
Pimpinan Pusat IPPNU.
b. Objek Penelitian
Objek yaitu sesuatu yang menjadi sasaran pembicaraan.
Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah Pola
Komunikasi Organisasi Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Puteri
Nahdlatul Ulama (PP IPPNU).
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara untuk mendapatkan data
yang sedang diperlukan dalam penelitian. Adapun teknik yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi:
a. Riset Lapangan (Field Research)
Penulis melakukan peninjauan langsung ke lokasi yang dalam
hal ini adalah Sekretariat Pimpinan Pusat IPPNU, Gd PBNU lt.6
Jalan Kramat raya no.164 Jakarta Pusat.
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data-data yang
digunakan dalam penelitian ini, dengan menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi (Pengamatan Langsung) yaitu teknik pengumpulan
data dengan cara melaksanakan kegiatan langsung pada
12
perusahaan untuk mencatat data yang diperlukan dalam
penulisan skripsi ini.
2. Wawancara (Interview) yaitu teknik pengumpulan data dengan
melakukan tatap muka secara langsung dengan pihak yang
bersangkutan yakni dengan mengadakan tanya jawab sesuai
dengan data-data yang diperlukan dalam memecahkan
masalah yang akan dibahas. Penelitian ini menggunakan
wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara yang bebas
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
digunakan hanya berupa garis besar permasalahan yang akan
ditanyakan kepada Ketua umum, Sekretaris Umum dan Ketua
Departemen I bidang pengorganisasian.
3. Dokumentasi yaitu Sumber data yang berupa catatan resmi,
juga termasuk dokumen-dokumen yang mengungkapkan suatu
gambaran, seperti : biografi, autobiografi, surat-surat, buku
harian, dan lain-lain, termasuk hasil dari wawancara terhadap
orang-orang terkait dalam kegiatan penelitian ini.
b. Riset Kepustakaan (Library Research)
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penulisan ini adalah studi kepustakaan (Library Research)
dengan membaca, memahami dan menganalisa buku-buku serta
menelusuri berbagai literature yang relevansinya dengan
pembahasan ini, serta literature lain sebagai penunjang untuk
dikaji lebih jauh guna mencari landasan pemikiran dalam upaya
13
pemecahan masalah.
5. Teknik mengolah dan Analisis Data
a. Mengolah Data
Semua data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis
berdasarkan metode analisis yang sesuai dengan metode penelitian
yang digunakan, karena peneliti menggunakan metode penelitian
kualitatif, maka analisis berdasarkan pernyataan keadaan dan
ukuran kualitas (bersifat non-statistik) yaitu cara melaporkan data
dengan menguraikan, menerangkan, member gambaran dan
mengklasifikasikan serta menjelaskan semua data yang terkumpul
secara apa adanya.
b. Analisis Data
Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensiskannya, mencari
dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada
orang lain (Bogdan dan Biklen, 1982)16
.
16 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005), h.248.
14
F. Tinjauan Pustaka
Sepanjang penelusuran yang penulis lakukan, ada beberapa buku
maupun tulisan yang berkaitan dengan skripsi yang akan penulis tulis.
Peneliti hanya menemukan dua bentuk yang berkaitan dengan komunikasi
organisasi, di antaranya :
Penelitian yang dilakukan oleh Siti Latifah. Fakultas Ilmu dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul
skripsi Komunikasi Organisasi Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia
(PII) dalam Kaderisasi. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2011.
Pembahasan skripsi ini menjelaskan bentuk komunikasi organisasi PB PII
dalam kaderisasi , metode yang digunakan serta materi yang diberikan PB
PII dalam kaderisasi. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan
kualitatif, dilakukan di tempat Pengurus Besar Jalan Menteng Raya No.58
Jakarta Pusat.
Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Riadul Muslim.
Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Dengan judul skripsi Komunikasi Organisasi Baitul Muslimin
Indonesia dalam Pembinaan Akhlak Kader. Penelitian ini dibatasi pada
bagaimana pola komunikasi organisasi yang diterapkan Baitul Muslimin
Indonesia dalam Pembinaan Akhlak Kader. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif, dilakukan pada tahun 2011.
15
Dari dua bentuk penelitian mengenai komunikasi organisasi yang
telah dilakukan oleh Siti Latifah17
dan Muhammad Riadul Muslim18
skripsi terdahulu, belum adanya penelitian mengenai Pola komunikasi
Organisasi Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama. Pada
penelitian ini, penulis memfokuskan pada pola komunikasi organisasi
yang diterapkan oleh PP IPPNU baik yang bersifat vertikal maupun
horizontal, yaitu antara Pimpinan Pusat dengan Pimpinan Wilayah dan
cabang, begitu sebaliknya dalam satu periode kepengurusan. Penelitian ini
menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Penelitian ini dilakukan di tempat Pimpinan Pusat IPPNU.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan ini adalah penulis memprioritaskan isi
tulisan ini menjadi lima bab yang terdiri dari sub-sub bab yang sesuai
dengan pokok yang hendak dibahas. Adapun pembahasan sistematika
dalam penulisan secara lengkap adalah sebagai berikut:
BAB I : Terdiri dari Pendahuluan, mencakup Latar Belakang Masalah,
Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah, Tujuan
Penelitian, Manfaat dan Kegunaan Penelitian, Metodologi
Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.
17
Siti Latifah, Komunikasi Organisasi Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PII)
dalam Kaderisasi, Skripsi SI Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. 18
Muhammad Riyadul Muslim, Komunikasi Organisasi Baitul Muslimin Indonesia
dalam Pembinaan Akhlak Kader, Skripsi SI Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,2011.
16
BAB II : Meliputi Landasan Teoritis, mencakup Pengertian Komunikasi,
Pengertian Komunikasi Organisasi, Fungsi Komunikasi dalam
Organisasi, Bentuk-bentuk Komunikasi Organisasi, Pola
Komunikasi Organisasi. Pengertian pengembangan dan
pembinaan.
BAB III : Menjelaskan tentang Profil Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul
Ulama (IPPNU), mencakup Sejarah Berdirinya IPPNU, Visi
dan Misi IPPNU, Struktur Organisasi dan Program Kegiatan
IPPNU. Sarana Komunikasi di Pimpinan Pusat IPPNU.
BAB IV: Meliputi Analisis Data, mencakup Pola Komunikasi Organisasi
Pimpinan Pusat IPPNU, Pola Arah Aliran Komunikasi
Pimpinan Pusat IPPNU.
BAB V : Penutup, diantaranya mencakup Kesimpulan dan Saran.
17
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Komunikasi dan Organisasi
Secara etimologi atau menurut asal katanya, komunikasi berasal
dari bahasa Latin Communicare yang berarti memberitahukan atau
berlaku di mana-mana1. Sedangkan ditinjau dari segi terminologi atau
istilah, menurut Barelson dan Steiner (1964) mengemukakan bahwa
Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi,
keahlian dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-
kata, gambar, angka-angka dan lain-lain2.
Menurut Carl I. Hovland, mengatakan bahwa komunikasi adalah
Proses di mana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-
perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk
merubah tingkah laku orang-orang lain (komunikan).
Menurut William Albiq, mengatakan dalam bukunya Public
Opinion bahwa komunikasi adalah: proses pengoperan lambang-lambang
yang berarti di antara individu-individu3.
Hovland, Janis Dan Kelley;1953 mengatakan bahwa Komunikasi
adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan
stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau
membentuk perilaku orang lainnya (khalayak).
1 Hj. Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Press, 2007), h.19.
2 Hj. Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h.21.
3 Hj. Roudhonah, Ilmu Komunikasi, h.20.
18
Everett M. Rogers, mengemukakan bahwa komunikasi adalah
Proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima
atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.
Sedangkan komunikasi menurut Kenneth dan Gary (1992),
komunikasi dapat didefinisikan sebagai penyampaian informasi antara dua
orang atau lebih yang juga meliputi pertukaran infomasi antara manusia
dan mesin4.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi
merupakan proses pertukaran informasi antara dua orang atau lebih
melalui kata-kata, gambar, angka, dan juga dapat melalui emosi atau
perasaan dengan tujuan untuk mengubah tingkah laku dan membentuk
perilaku orang lainnya.
Istilah organisasi berasal dari bahasa Latin Organizare, yang secara
harfiah berarti paduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya saling
bergantung. Organisasi menurut Everet M. Rogers dalam bukunya
Communication in Organization, mendefinisikan organisasi sebagai suatu
sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama melalui jenjang kepangkatan dan pembagian tugas, sedangkan
menurut Robert Bonnington dalam buku Modern Business: A Systems
Approach, mendefinisikan organisasi sebagai sarana di mana manajemen
mengoordinasikan sumber bahan dan sumber daya manusia melalui pola
4 Husein Umar, Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1997),h.26.
19
struktur formal dari tugas-tugas dan wewenang5.
Dari definisi organisasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
organisasi merupakan suatu sistem yang saling bekerja sama antara satu
sama lain untuk mencapai tujuan yang sama melalui pola struktur formal
dari tugas dan wewenang.
B. Pengertian dan Fungsi Komunikasi Organisasi
1. Pengertian Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi menurut Ahli komunikasi adalah :
Zelko dan Dance mengatakan bahwa komunikasi organisasi
adalah suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi
internal dan komunikasi eksternal. Kemudian Lesikar menambahkan satu
dimensi lagi dari komunikasi organisasi yaitu dimensi komunikasi pribadi
di antara sesama anggota organisasi yang berupa pertukaran secara
informal mengenai informasi dan perasaan di antara sesama anggota
organisasi6.
Redding dan Sanborn mengatakan bahwa komunikasi
organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi
yang kompleks7.
Katz dan Kahn mengatakan bahwa komunikasi organisasi
merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti di
5 Khomsahrial Romli, M.Si, Komunikasi Organisasi Lengkap, (Jakarta: PT. Grasindo,
anggota Ikapi, 2011), h.1. 6 Khomsahrial Romli, M.Si, Komunikasi Oragnisasi Lengkap, h.11.
7 Khomsahrial Romli, M.Si, Komunikasi Organisasi Lengkap, h.11.
20
dalam suatu organisasi8.
Thayer mengatakan komunikasi organisasi sebagai arus data
yang akan melayani komunikasi organisasi dan proses interkomunikasi
dalam beberapa cara. Dia memperkenalkan tiga sistem komunikasi dalam
organisasi, yaitu : a) berkenaan dengan kerja organisasi; b) berkenaan
dengan pengaturan organisasi seperti perintah-perintah, aturan-aturan, dan
petunjuk-petunjuk; c) berkenaan dengan pemeliharaan dan pengembangan
organisasi9.
Greenbaunm mengatakan bahwa bidang komunikasi
organisasi termasuk arus komunikasi formal dan informal dalam
organisasi10
.
Dari definisi ahli komunikasi, maka dapat disimpulkan bahwa
komunikasi organisasi merupakan suatu sistem terbuka yang kompleks
yang saling tergantung dari lingkungannya baik dari internal maupun
eksternal, dan dapat juga melibatkan komunikasi antarpribadi di antara
sesama anggotanya guna untuk mengetahui informasi dan perasaan
sesamanya, juga meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan media.
2. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
Komunikasi di dalam suatu organisasi memiliki beberapa
fungsi. Sendjaja (1994) menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi
adalah sebagai berikut:
8 Khomsahrial Romli, M.Si, Komunikasi Organisasi Lengkap, h.11.
9 Khomsahrial Romli, M.Si, Komunikasi Organisasi Lengkap, h.12.
10
Khomsahrial Romli, M.Si, Komunikasi Oragnisasi Lengkap, h.12.
21
a. Fungsi Informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan
informasi (information-processing system). Maksudnya, seluruh anggota
dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih
banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat
memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan
pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran manajemen
membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi
ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi.
Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk
melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang jaminan
keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya11
.
b. Fungsi Regulatif
Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku
dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap
fungsi regulatif, yaitu: pertama, berkaitan dengan orang-orang yang berada
dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk
mengendalikan semua informasi yang disampaikan, juga memberi perintah
atau instruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana
semestinya. Dan kedua, berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif
pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan
kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk
11
Adi Prakosa, Teori Komunikasi Organisasi,
http://adiprakosa.wordpress.com/2007/12/teori-komunikasi-organisasi/, (Diposting pada tanggal 4
Desember 2007, pkl 18:39).
22
dilaksanakan12
.
c. Fungsi Persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan
tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya
kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi
bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan
secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih
besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan
kewenangannya.
d. Fungsi Integratif
Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang
memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan
baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut,
yaitu: pertama, saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam
organisasi tersebut (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan organisasi.
Dan kedua, saluran komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi
selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan
darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan
untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap
organisasi13
.
12
Adi Prakosa, Teori Komunikasi Organisasi,
http://adiprakosa.wordpress.com/2007/12/teori-komunikasi-organisasi/, (Diakses pada tanggal 4
Desember 2007, pkl 18:39).
13
Adi Prakosa, Teori Komunikasi Organisasi,
http://adiprakosa.wordpress.com/2007/12/ teori-komunikasi-organisasi/, (Diposting pada tanggal 4
Desember 2007, pkl 18:39).
23
C. Bentuk-bentuk Komunikasi
Bentuk-bentuk komunikasi menurut Onong Uchjana Effendi dalam
bukunya berjudul Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek ada beberapa
bentuk komunikasi, di antaranya komunikasi verbal dan non verbal,
komunikasi personal (intrapersonal dan interpersonal), dan komunikasi
kelompok (besar dan kecil)14
.
1) Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah pernyataan lisan antara manusia
lewat kata-kata dan simbol umum yang sudah disepakati antara
individu, kelompok, bangsa dan Negara.
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan
simbol-simbol atau kata-kata, baik dinyatakan secara lisan maupun
tulisan. Komunikasi lisan dapat didefinisikan sebagai proses di mana
seorang pembicara berinteraksi secara lisan dengan pendengar untuk
mempengaruhi tingkah laku penerima. Sedangkan komunikasi tulisan
apabila keputusan yang akan disampaikan oleh pimpinan itu
disandikan dalam simbol-simbol yang dituliskan pada kertas atau
pada tempat lain yang bisa dibaca kemudian dikirimkan kepada
karyawan yang dimaksudkan15
.
14
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2006),cet.ke-6, h.7. 15
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), cet.ke-
4,h.95.
24
2) Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-
kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi
non verbal mencakup semua rangsangan kecuali rangsangan verbal
dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan
penggunaan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi
pengirim atau penerima, jadi definisi ini mencakup perilaku yang
disengaja atau tidak sengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi
secara keseluruhan16
.
3) Komunikasi Personal
Komunikasi personal dibedakan atas dua kelompok, yaitu
komunikasi Intrapersonal dan komunikasi Interpersonal.
Komunikasi Intrapersonal (Intrapersonal Communication) atau
disebut komunikasi dengan diri sendiri. Komunikasi ini merupakan
landasan komunikasi antara pribadi dengan komunikasi dalam
konteks-konteks lainnya, dengan kata lain komunikasi ini adalah
komunikasi dalam dua orang, tiga orang dan seterusnya karena
sebelum berkomunikasi de gan orang lain biasanya kita dengan diri
sendiri yaitu mempersepsi makna pesan orang lain, hanya saja caranya
tidak kita sadari bahwa keberhasilan komunikasi kita dengan orang
lain bergantung pada keefektifan komunikasi kita dengan diri sendiri17
.
16
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2003), cet.ke-4, h.103. 17
Phil Astrid S. Susanto, Komunikasi dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Bina Cipta,
1998), cet.ke-3,h.7.
25
Sedangkan komunikasi antarpribadi (Interpersonal
Communication) adalah komunikasi antara dua orang atau lebih secara
tatap muka (face to face) yang memungkinkan setiap individu
menangkap reaksi secara langsung baik secara verbal maupun non
verbal18
.
4) Komunikasi Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan
bersama, yang berinteraksi satu sama lainnya untuk mencapau tujuan
bersama, mengenal satu dengan lainnya dan memandang mereka
sebagai bagian dari kelompok tersebut19
.
Adapun yang dimaksud dengan komunikasi kelompok adalah
pesan yang disampaikan terencana dan bukan spontanitas untuk
segmen khalayak tertentu20
.
Komunikasi kelompok terbagi dua yaitu kelompok besar dan
kelompok kecil. Komunikasi kelompok besar yaitu komunikasi yang
mana penyampaian pesannya berlangsung secara terus-menerus,
interaksi antara sumber dan penerima sangat terbatas dan jumlah
khalayak relatif besar. Sedangkan komunikasi kelompok kecil
komunikasi yang mana interaksi antara sumber dan penerima pesan
18
Alo Liliweri, Komunikasi Antar Pribadi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997),
cet.ke-2, h.12. 19
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1986),h.7. 20
Nuruddin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2005), cet.ke-2, h.33.
26
tidak terbatas dan jumlah khalayak kecil21
.
D. Pola Komunikasi Organisasi
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, pola adalah bentuk atau
sistem22
. Sedangkan kata pola dalam kamus ilmiah popular diartikan
sebagai model, contoh atau pedoman (rancangan)23
. Pola dapat juga
dikatakan model, yaitu cara untuk menunjukkan sebuah obyek yang
mengandung kompleksitas proses di dalamnya dan hubungan antara unsur-
unsur pendukungnya24
.
Analisis eksperimental pola-pola komunikasi menyatakan
bahwa pengaturan tertentu mengenai siapa berbicara kepada siapa
mempunyai konsekuensi besar dalam berfungsinya organisasi. Maka dari
itu, kita akan membandingkan dua pola yang berlawanan antara pola roda
dan pola lingkaran. Untuk menggambarkan pengaruh aliran komunikasi
yang dibatasi dalam organisasi, dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 1 (Pola Roda) Gambar 2 (Pola Lingkaran)
21
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2003),cet.ke-4, h.34-35.
22
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke-3,
(Jakarta:Balai Pustaka, 2002),h.885.
23
Puis A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Popular, (Surabaya:
Arkola, 1994),h.605.
24
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Gramedia Widiasavina, 2004), h.9.
A
B
C
D
E
A
B
C D
E
27
a. Pola Roda
Pola roda adalah pola yang mengarahkan seluruh informasi
kepada individu yang menduduki posisi sentral. Orang dalam posisi sentral
menerima kontak, informasi, dan memecahkan masalah dengan
sasaran/persetujuan anggota lainnya25
. Jadi, dapat dijelaskan bahwa
seseorang berkomunikasi pada banyak orang, yaitu B,C,D, dan E.
komunikasi ini lebih cenderung bersifat satu arah tanpa adanya reaksi
timbal balik.
b. Pola Lingkaran
Pola lingkaran memungkinkan semua anggota berkomunikasi satu
dengan yang lainnya hanya melalui sejenis sistem pengulangan pesan.
Tidak ada seorang anggotapun yang dapat berhubungan langsung dengan
semua anggota lainnya. Demikian pula tidak ada anggota yang memiliki
akses langsung terhadap seluruh informasi yang diperlukan untuk
memecahkan persoalan26
. Pola lingkaran yaitu hampir sama dengan pola
rantai, namun orang terakhir di sini adalah (E) berkomunikasi pula kepada
orang pertama (A).
Ada beberapa kombinasi yang berbeda, yang mungkin A dapat
berkomunikasi dengan B dan E tetapi tidak dapat berkomunikasi dengan C
dan D; B dapat berkomunikasi dengan A dan C tetapi tidak dengan D dan
25 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan
Kinerja Perusahaan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h.174.
26
R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan
Kinerja Perusahaan, h.175.
28
E; C dapat berkomunikasi dengan B dan D tetapi tidak dengan A dan E; D
dapat berkomunikasi dengan C dan E tetapi tidak dengan A dan B; dan E
dapat berkomunikasi dengan D dan B tetapi tidak dengan B dan C. bila D
ingin berkomunikasi dengan A, informasi harus disampaikan melalui E
atau C dan B27
.
Hasil penelitian pada kedua pola tersebut menyatakan bahwa
keduanya menghasilkan konsekuensi yang amat berbeda (Bavelas,
1950;Bavelas dan Barrett, 1951; Burges, 1969; Leavitt, 1951; Shaw,
1958).
Di antara keduanya, pola lingkaran meliputi kombinasi orang-
orang penyampai pesan yang cenderung lebih baik dibandingkan dengan
pola roda yang hanya mencakup aliran komunikasi yang amat terpusat
dalam keseluruhan aksebilitas anggota antara yang satu dengan yang
lainnya, moral atau kepuasan terhadap prosesnya, jumlah pesan yang
dikirimkan, dan kemampuan beradaptasi dengan perubahan-perubahan
dalam tugas. Di sisi lain, pola roda memungkinkan pengawasan yang
lebih baik atas aliran pesan, kemunculan seorang pemimpin bisa lebih
cepat dan organisasi lebih stabil, menunjukkan kecermatan tinggi dalam
pemecahan masalah, cepat dalam memecahkan masalah, tetapi terlihat
cenderung mengalami kelebihan beban pesan dan pekerjaan28
.
Meskipun semua organisasi harus melakukan komunikasi dengan
27
R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan
Kinerja Perusahaan, h.175.
28
R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan
Kinerja Perusahaan, h.175.
29
berbagai pihak untuk mencapai tujuannya, pendekatan yang dipakai antara
satu organisasi dengan organisasi yang lain berbeda-beda. Untuk itu,
menentukan suatu pola komunikasi yang tepat dalam suatu organisasi
merupakan suatu keharusan, terdapat dua macam jaringan komunikasi
organisasi (Muhammad, 1995:102), yaitu:
1. Aliran Komunikasi Formal
Dalam struktur garis, fungsional maupun matriks, nampak berbagai
macam posisi yang masing-masing sesuai batas dan tanggung jawab dan
wewenangnya. Dalam kaitannya dengan proses penyampaian informasi
dari atasan kepada bawahan, pola transformasinya dapat dibedakan
menjadi empat bentuk, yaitu: komunikasi ke bawah (downward
communication), komunikasi ke atas (upward communication),
komunikasi horizontal (horizontal communication), dan komunikasi
diagonal (diagonal communication).
a. Komunikasi dari atas ke bawah (downward communication)
Komunikasi dari atas ke bawah merupakan aliran komunikasi
dari tingkat atas ke tingkat bawah melalui hierarki organisasi29
, atau
informasi yang mengalir dari jabatan yang lebih tinggi kepada yang
berotoritas lebih rendah. Di mana komunikasi ini umumnya terkait
dengan tanggung jawab dan wewenang seseorang dalam suatu
organisasi30
.
29 Khomsahrial Romli, M.Si, Komunikasi Organisasi Lengkap, (Jakarta: PT. Grasindo,
anggota Ikapi, 2011), h.176.
30
R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan
Kinerja Perusahaan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h.184-185.
30
Ada lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan
kepada bawahan (Katz dan kahn, 1966), yaitu :
1. Informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan
2. Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan
3. Informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi
4. Informasi mengenai kinerja pegawai (bawahan), dan
5. Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of
mission)
b. Komunikasi dari bawah ke atas (upward communication)
Komunikasi dari bawah ke atas merupakan informasi yang
mengalir dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi.
Komunikasi ini menunjukkan partisipasi bawahan dalam proses
pengambilan keputusan akan sangat membantu pencapaian tujuan
organisasi31
.
c. Komunikasi Horizontal (horizontal communication)
Komunikasi horizontal merupakan penyampaian informasi
antara bagian-bagian yang memiliki tingkat otoritas yang sama atau
yang memiliki posisi sejajar dalam suatu organisasi32
. Komunikasi
horizontal terdiri dari penyampaian informasi di antara rekan-rekan
sejawat dalam unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi individu-
individu yang ditempatkan pada tingkat otoritas yang sama dalam
31 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan
Kinerja Perusahaan, h.189.
32
R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan
Kinerja Perusahaan, h.195.
31
organisasi dan mempunyai atasan yang sama33
.
Bentuk komunikasi ini yang paling umum mencakup semua
jenis kontak antarpersona. Bahkan bentuk komunikasi ini tertulis
cenderung menjadi lebih lazim. Komunikasi ini paling sering terjadi
dalam rapat komisi, interaksi pribadi, selama waktu istirahat, obrolan
di telepon, memo dan catatan, kegiatan sosial dan lain-lain.
Hambatan-hambatan komunikasi ini banyak persamaannya
dengan hambatan yang mempengaruhi komunikasi ke atas dan
komunikasi ke bawah. Ketidakadanya kepercayaan di antara rekan-
rekan kerja, perhatian yang lebih tinggi pada mobilitas ke atas, dan
persaingan dalam sumber daya dapat mengganggu komunikasi
bawahan yang sama tingkatnya dalam organisasi dengan sesamanya34
.
d. Komunikasi Diagonal (Lintas Saluran)
Komunikasi diagonal merupakan aliran komunikasi dari orang-
orang yang memiliki otoritas yang berbeda dan tidak memiliki
hubungan kewenangan secara langsung35
.
2. Aliran Komunikasi Informal
Komunikasi informal adalah komunikasi antara orang yang ada dalam
suatu organisasi, akan tetapi tidak direncanakan atau tidak ditentukan dalam
33 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan
Kinerja Perusahaan, h.195.
34
R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan
Kinerja Perusahaan, h.197. 35
Khomsahrial Romli, M.Si., Komunikasi Organisasi Lengkap, (Jakarta: PT. Grasindo,
2011), h.177.
32
struktur organisasi36
. Bila bawahan berkomunikasi satu sama lainnya tanpa
mengindahkan posisinya dalam organisasi, faktor-faktor yang mengarahkan
aliran informasi lebih bersifat pribadi. Arah aliran informasi kurang stabil.
Informasi mengalir ke atas, ke bawah, horizontal, dan melintasi saluran, hanya
dengan sedikit kalau ada. Karena informasi informal/personal ini muncul dari
interaksi di antara orang-orang, informasi ini mengalir dengan arah yang tidak
dapat diduga, dan jaringannya digolongkan sebagai selentingan (grapevine).
Grapevine adalah mendengar sesuatu bukan dari sumber resmi, tetapi dari
desas-desus, kabar angin atau selentingan).
Sistem komunikasi grapevine ini cenderung dianggap merusak atau
merugikan, karena tidak jarang terjadi penyebaran informasinya tidak tepat,
tidak lengkap, dan menyimpang. Di lain pihak, komunikasi grapevine
mempunyai peranan fungsional sebagai alat komunikasi tambahan bagi
organisasi. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa komunikasi ini lebih
cepat, lebih akurat, dan lebih efektif dalam menyalurkan informasi. Atasan
harus menyadari bahwa komunikasi informal dan terutama grapevine tidak
dapat dihilangkan. Bahkan sebaliknya, atasan perlu memahami dan
menggunakan grapevine sebagai pelengkap komunikasi formal37
.
Informasi yang mengalir sepanjang jaringan kerja, selentingan juga
terlihat berubah-ubah dan tersembunyi. Komunikasi informal cenderung
36 Ahyriza Affandi Muhammad, Seminar 9 Hubungan Internal Komunikasi Formal dan
Informal: Komunkasi Formal dan Informal, http://afmalovelydiamond.wordpress.com
/2012/11/seminar-9-hubungan-internal-komunikasi/, (Diposting pada tanggal 06 November 2012,
Pukul : 17.01 ).
37
Khomsahrial Romli, M.Si, Komunikasi Organisasi Lengkap, (Jakarta: PT. Grasindo,
anggota Ikapi, 2011), h.177.
http://afmalovelydiamond/
33
mengandung laporan rahasia tentang orang-orang dan peristiwa yang tidak
mengalir melalui saluran organisasi yang formal. Informasi yang diperoleh
selentingan lebih memperhatikan apa yang dikatakan atau didengar oleh
seseorang daripada apa yang dikeluarkan oleh pemegang kekuasaan.
Selentingan juga cenderung mempengaruhi organisasi, apakah untuk kebaikan
atau keburukan, jadi pemahaman mengenai selentingan dan bagaimana
selentingan ini dapat member andil positif kepada organisasi merupakan hal
yang penting38
.
E. Pengertian Pengembangan dan Pembinaan Organisasi
1. Pengertian Pengembangan
Pengembangan organisasi adalah suatu perspektif tentang
perubahan sosial yang direncanakan dan yang dibina. Hal ini
menyangkut inovasi yang menyiratkan perubahan kualitatif dalam
norma, pola perilaku dalam hubungan perorangan dan hubungan
kelompok dalam persepsi tujuan maupun metode. Pengembangan
organisasi dapat dirumuskan sebagai perencanaan, penataan dan
bimbingan dari organisasi baru atau yang disusun kembali:
a. yang mewujudkan perubahan dalam nilai-nilai, teknologi fisik dan
atau sosial.
b. Menetapkan, mengembangkan dan melindungi hubungan-
hubungan normatif dan pola-pola tindakan yang baru.
38 Khomsahrial Romli, M.Si, Komunikasi Organisasi Lengkap, h.199-201.
34
c. Memperoleh dukungan dan kelengkapan dalam lingkungan
tersebut.
Secara ringkas pengembangan organisasi mencakup juga
penyusunan kembali struktur organisasi, dan berkaitan dengan
keseluruhan faktor yang mempengaruhi tugas dan fungsi seluruh
organisasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan organisasi
atau mempengaruhi desain organisasi adalah faktor lingkungan
eskternal dan internal organisasi.
Dengan demikian struktur organisasi baru dibentuk karena
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal di mana organisasi eksis.
Organisasi tidak berada dalam ruang isolasi. Organisasi harus
menetapkan dan memelihara suatu jaringan untuk tetap hidup dan
berfungsi. Organisasi harus memelihara suatu jaringan hubungan
pertukaran dengan sejumlah organisasi lain dimana organisai itu eksis
dan melibatkan diri dalam transaksi-transaksi dengan maksud
memperoleh dukungan, mengatasi perlawanan, pertukaran sumber
daya, penataan lingkungan dan memindahkan sistem norma dan nilai.
Yang sangat penting adalah strategi dan taktik atau kiat, di mana
kepemimpinan menyesuaikan diri atau melakukan adaptasi dalam
lingkungan tersebut39
.
39
Aliwear, Konsep Pengembangan Organisasi,
http://alisadikinwear.wordpress.com/2012/05/17/konsep-pengembangan-organisasi, (Diposting
Pada Tanggal 12 Mei 2012).
http://alisadikinwear.wordpress.com/2012/05/17/konsep-pengembangan-organisasi
35
2. Pengertian Pembinaan
Pembinaan merupakan totalitas kegiatan yang meliputi
perencanaan, pengaturan dan penggunaan pegawai sehingga menjadi
pegawai yang mampu mengemban tugas menurut bidangnya masing-
masing sehingga dapat mencapai prestasi kerja yang efektif dan
efisien. Pembinaan juga dapat diartikan sebagai suatu tindakan, proses,
hasil atau pernyataan lebih baik. Dalam Buku Pembinaan Militer
Departemen HANKAM disebutkan, bahwa pembinaan adalah:
Pembinaan adalah suatu proses penggunaan manusia, alat
peralatan, uang, waktu, metode dan sistem yang didasarkan pada
prinsip tertentu untuk pencapaian tujuan yang telah ditentukan dengan
daya dan hasil yang sebesar-besarnya. (Musanef,1991:11).
Dalam hal suatu pembinaan menunjukkan adanya suatu kemajuan
peningkatan, atas berbagai kemungkiinan peningkatan, unsur dari
pengertian pembinaan ini merupakan suatu tindakan, proses atau
pernyataan dari suatu tujuan dan pembinaan menunjukkan kepada
perbaikan atas sesuatu istilah pembinaan hanya diperankan kepada
unsur manusia. Oleh karena itu, pembinaan haruslah mampu menekan
dan dalam hal-hal persoalan manusia. Hal ini sejalan dengan pendapat
Miftah Thoha dalam bukunya yang berjudul Pembinaan Organisasi
mendefinisikan, pengertian pembinaan bahwa :
a. Pembinaan adalah suatu tindakan, proses, atau pernyataan menjadi
lebih baik.
36
b. Pembinaan merupakan suatu strategi yang unik dari suatu sistem
pambaharuan dan perubahan (change).
c. Pembinaan merupakan suatu pernyataan yang normatif, yakni
menjelaskan bagaimana perubahan dan pembaharuan yang
berencana serta pelaksanaannya.
d. Pembinaan berusaha untuk mencapai efektivitas, efisiensi dalam
suatu perubahan dan pembaharuan yang dilakukan tanpa mengenal
berhenti40
.
40
Aliwear, Konsep Pengembangan Organisasi,
http://alisadikinwear.wordpress.com/2012/05/17/konsep-pengembangan-organisasi, (Diposting
Pada Tanggal 12 Mei 2012).
http://alisadikinwear.wordpress.com/2012/05/17/konsep-pengembangan-organisasi
37
BAB III
PROFIL PIMPINAN PUSAT IKATAN PELAJAR PUTERI
NAHDLATUL ULAMA (PP IPPNU)
A. Sejarah Berdirinya Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (IPPNU)
1. Sejarah Berdirinya IPPNU
Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama atau disingkat IPPNU
adalah organisasi kader yang bersifat nirlaba yang merupakan Badan
Otonom organisasi masyarakat Nahdlatul Ulama (NU) yang fokus
pada pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia pelajar dan
santri. Organisasi ini berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik
Indonesia yang merupakan tempat kedudukan Pimpinan Pusat, Jalan
Kramat Raya No. 164 Jakarta Pusat.
Organisasi IPPNU didirikan pada tanggal 2 Maret 1955
bertepatan dengan 8 Rajab 1374 H di Malang Jawa Timur, dengan
kepanjangan Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama. Mula-mula,
organisasi ini didirikan untuk melakukan pembinaan dan pengkaderan
terhadap remaja puteri Nahdlatul Ulama (NU) yang masih duduk di
bangku sekolah/madrasah tingkat menengah dan tingkat atas serta
santri puteri yang statusnya setaraf dengan sekolah-sekolah tersebut.
Pada perkembangan berikutnya, sesuai dengan kondisi zaman, pada
tahun 1988, organisasi ini berubah menjadi Ikatan Puteri-Puteri
Nahdlatul Ulama, karena harus menyesuaikan diri dengan Undang-
Undang nomor 8 tahun 1985 tentang ke-ormasan, yang melarang
38
adanya organisasi pelajar di sekolah, kecuali OSIS1.
Hal ini membuat sasaran organisasi IPPNU tidak lagi hanya
terbatas pada pelajar puteri melainkan semua puteri Nahdlatul Ulama
(NU). Namun, perubahan akronim ini selanjutnya telah disalahartikan
menjadi gerakan bebas yang bisa merembet pada politik praktis
sehingga basis awal yang harus diperjuangkan menjadi terbengkalai
dan visi intelektual yang selama ini menjadi Ghiroh bagi perjuangan
IPPNU menjadi pudar.
Pada tanggal 23 Juni tahun 2003, bertepatan dengan 29 Rabiul
Akhir 1424 H, organisasi IPPNU selanjutnya memperjelas wadah
perjuangannya pada basis awal, yaitu pelajar puteri dengan mengubah
kembali akronimnya menjadi Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama.
Namun, interpretasi pelajar pada tahun 2003 berbeda dengan pelajar
puteri yang dimaksudkan pada tahun 1955. Pelajar puteri yang
dikandung pada tahun 2003 diartikan sebagai sebuah komunitas
generasi muda yang mengawal visi intelektual yang memiliki fase usia
12-30 tahun meliputi : pelajar, santri, remaja puteri dan mahasiswi.
Dengan kata lain, pelajar puteri adalah orang yang mau belajar.
IPPNU sebagai organisasi yang bersifat keterpelajaran,
pengkaderan, kemasyarakatan, kebangsaan dan keagamaan yang
berhaluan faham Islam Ahlussunah Waljamaah dan mengikuti salah
satu madzhab : Hanafi, Maliki, SyafiI dan Hambali. IPPNU ini
1PP.IPPNU,id.mc1909.mail.yahoo.com/mc/showMessage?filterBy=&.r&cmd=msg.sc
an&pid=2&tnef=&fn=Draft+profil+ippnu.rtf, (Diterima pada tanggal 18 April 2013, pukul
10:03).
39
berazaskan Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang
Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin
oleh Hikmad Kebijaksaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan,
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Kedaulatan IPPNU ini berada ditangan
anggota dan dilaksanakan oleh Kongres2.
2. Makna dan Lambang IPPNU
Gambar (3) Logo IPPNU
a. Warna hijau : kebenaran, kesuburan serta dinamis.
b. Warna putih : kesucian, kejernihan serta kebersihan.
c. Warna kuning : hikmah yang tinggi/kejayaan.
d. Segitiga : Iman, Islam dan Ihsan.
e. Dua buah garis tepi mengapit warna kuning: dua kalimat syahadat.
f. Sembilan bintang : keluarga Nahdlatul Ulama, yang diartikan;
2 Margaret Aliyatul Maimunah, dkk, Hasil-hasil Keputusan Kongres XV IPPNU,
(Jakarta: PP IPPNU, 2010), h.19.
40
1. Satu bintang besar paling atas : Nabi Muhammad SAW.
2. Empat bintang di sebelah kanan : empat sahabat Nabi Muhammad
SAW ( Abu Bakar As, Umar Ibnu Khattab As, Utsman Ibnu Affan
As, dan Ali Ibnu Abi Thalib As).
3. Empat bintang di sebelah kiri : empat madzhab yang diikuti
(Madzab Maliki, Hanafi, SyafiI dan Hambali).
4. Dua kitab : Al-Quran dan Hadits.
5. Dua bulu bersilang : aktif menulis dan membaca untuk menambah
wacana berfikir.
6. Dua bunga melati : perempuan yang dengan kebersihan pikiran dan
kesucian hantinya memadukan dua unsur ilmu pengetahuan umum
dan agama.
7. Lima titik di antara tulisan I.P.P.N.U : Rukun Islam.
3. Fungsi IPPNU
Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (IPPNU) berfungsi
sebagai :
a. Wadah berhimpun pelajar puteri Nahdlatul Ulama untuk
melanjutkan nilai-nilai dan cita-cita perjuangan Nahdlatul Ulama
(NU).
b. Wadah komunikasi, interaksi, dan intergrasi pelajar puteri
Nahdlatul Ulama untuk menggalang Ukhuwah Islamiyah dan
mengembangkan syiar Islam Ahlussunah Waljamaah.
c. Wadah kaderisasi dan keilmuan pelajar puteri Nahdlatul Ulama
41
untuk mempersiapkan kader-kader bangsa3.
Tujuan dari organisasi ini adalah kesempurnaan kepribadian
bagi pelajar puteri Indoensia sehingga akan terbentuk pelajar puteri
Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu, berakhlak mulia
dan berwawasan kebangsaan serta bertanggung jawab atas tegak dan
terlaksananya syariat Islam menurut faham Ahlussunah Waljamaah,
dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila4.
4. Landasan Bersikap
a. Bersikap Mabadi Khaira Ummah, meliputi:
1. Ash-Shidqu: Memiliki kejujuran, kesungguhan, dan keterbukaan.
2. Al-Amanah wal Wafa bil Ahdi : dapat dipercaya, setia, dan tepat
janji.
3. Al-Adalah: bersikap dan bertindak adil dalam segala situasi.
4. At-Taawun: saling tolong-menolong dalam dan demi kebajikan.
5. Al-Istiqomah: keajegan, keteguhan, ketidakbergeseran, dan
kedisiplinan.
b. Berperilaku Aswaja
1. Landasan beragama: didasarkan ucapan, perbuatan, serta pemikiran
pada Al-Quran, Al-Hadist, Ijma, dan Qiyas.
2. Landasan sikap kemasyarakatan: mencerminkan nilai-nilai sebagai
berikut:
3Margaret Aliyatul Maimunah, dkk, Hasil-hasil Keputusan Kongres XV IPPNU,
(Jakarta: PP IPPNU, 2010), h.20.
4 Margaret Aliyatul Maimunah, dkk, Hasil-hasil Keputusan Kongres XV IPPNU, h. 20.
42
a. Tawassuth dan Itidal : berlaku adil dan selalu bersifat
membangun dan menghindari pendekatan yang ekstrim.
b. Tawazun: seimbang dalam berkhidmah kepada Allah SWT,
manusia, dan alam semesta.
c. Tasamuh: toleran terhadap perbedaan dan pluralitas yang ada.
d. Amar Maruf Nahi Munkar: memiliki kepekaan untuk
mendorong perbuatan yang baik, berguna, dan bermanfaat
serta menolak dan mencegah hal yang merendahkan nilai
kehidupan.
c. Berjiwa Tajdid
Pemikiran dan sikap yang selalu ingin mencari nilai-nilai
keutamaan yang baru yang lebih baik dengan tetap memperhatikan
nilai dan tradisi lama yang masih tetap dianggap baik5.
B. Visi dan Misi Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (IPPNU)
1. Visi
Terbentuknya kesempurnaan Pelajar Putri Indonesia yang bertakwa,
berakhlaqul karimah, berilmu, dan berwawasan kebangsaan.
2. Misi
a. Membangun kader NU yang berkualitas, berakhlaqul karimah,
bersikap demokratis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
5PP.IPPNU,id.mc1909.mail.yahoo.com/mc/showMessage?filterBy=&.r&cmd=msg.sc
an&pid=2&tnef=&fn=Draft+profil+ippnu.rtf, (Diterima pada tanggal 18 April 2013, pukul
10:03).
43
b. Mengembangkan wacana dan kualitas sumber dya kader menuju
terciptanya kesetaraan gender.
c. Membentuk kader yang dinamis, kreatif, dan inovatif6.
C. Struktur Organisasi Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (IPPNU)
1. Struktur Organisasi IPPNU
Struktur organisasi Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama
terdiri dari :
a. Pimpinan IPPNU Tingkat Pusat, disebut Pimpinan Pusat
disingkat PP IPPNU.
Pimpinan Pusat berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik
Indonesia, yang merupakan Pimpinan tertinggi IPPNU ditingkat
Nasional. Pimpinan Pusat terdiri dari Pelindung, Dewan Pembina,
Ketua Umum, delapan orang Ketua (sesuai jumlah departemen),
Sekretaris Umum, delapan orang Sekretaris (sesuai jumlah Ketua),
Bendahara Umum, delapan orang Bendahara (sesuai jumlah
Ketua), tiga Ketua Lembaga (semi otonom), dan Pengurus Pleno
(sesuai kebutuhan).
b. Pimpinan IPPNU Tingkat Provinsi, disebut Pimpinan Wilayah
disingkat PW IPPNU.
Pimpinan Wilayah berkedudukan di Ibu Kota Provinsi dan
daerah Istimewa, yang merupakan Pimpinan tertinggi IPPNU
6 PP IPPNU, http://ippnu.org/index.php/profil/visi-misi, Profil : Kategori Visi dan
Misi, (Diterima pada tanggal 18 April 2013).
http://ippnu.org/index.php/profil/visi-misi
44
ditingkat Provinsi. Pimpinan Wilayah terdiri dari Pelindung,
Dewan Pembina, Ketua, empat Wakil Ketua (sesuai dengan jumlah
departemen), Sekretaris, dua Wakil Sekretaris, Bendahara, dua
Wakil Bendahara, tiga Ketua Lembaga (semo otonom), dan
Pengurus Pleno (sesuai kebutuhan).
c. Pimpinan IPPNU Tingkat Kabupaten atau Kota, disebut Pimpinan
Cabang disingkat PC IPPNU.
Pimpinan Cabang berkedudukan di Ibu Kota
Kabupaten/Kotamadya/Kota Administratif yang merupakan
Pimpinan IPPNU ditingkat Kabupaten/Kotamadya/Kota
Administratif. Pimpinan Cabang terdiri dari Pelindung, Dewan
Pembina, Ketua, empat Wakil Ketua (sesuai dengan jumlah
departemen), Sekretaris, dua Wakil Sekretaris, Bendahara, dua
Wakil Bendahara, tiga Ketua Lembaga (semi otonom), dan
Pengurus Pleno (sesuai kebutuhan).
d. Pimpinan IPPNU di Kecamatan, disebut Pimpinan Anak Cabang
disingkat PAC IPPNU.
Pimpinan Anak Cabang berkedudukan di Ibu Kota
Kecamatan yang merupakan Pimpinan tertinggi IPPNU ditingkat
Kecamatan. Pimpinan Anak Cabang terdiri dari Pelindung, Dewan
Pembina, Ketua, dua Wakil Ketua (sesuai jumlah departemen),
Sekretaris dan Wakil Sekretaris, Bendahara dan satu Wakil
Bendahara, dua Ketua Lembaga (semi otonom), dan Pengurus
45
Pleno (sesuai kebutuhan).
e. Pimpinan IPPNU Desa atau Kelurahan, disebut Pimpinan Ranting
disingkat PR IPPNU.
Pimpinan Ranting berkedudukan di Desa/Kelurahan yang
merupakan Pimpinan Tertinggi IPPNU ditingkat Desa/Kelurahan.
Pimpinan Ranting terdiri dari Pelindung, Dewan Pembina, Ketua
dan Wakil Ketua, Sekretaris dan Wakil Sekretaris, Bnedahara dan
Wakil Bendahara, dua Ketua Lembaga (semi otonom), dan
Pengurus Pleno (sesuai kebutuhan).
f. Pimpinan IPPNU Tingkat Dusun (jika diperlukan), disebut
Pimpinan Anak Ranting disingkat PAR IPPNU.
Pimpinan Anak Ranting berkedudukan di Dusun yang
merupakan Pimpinan IPPNU tertinggi ditingkat Dusun. Pimpinan
Anak Ranting terdiri dari Pelindung, Dewan Pembina, Ketua dan
Wakil Ketua, Sekretaris dan Wakil Sekretaris, Bendahara dan
Wakil Bendahara, dua Ketua Lembaga (semi otonom), dan
Pengurus Pleno (sesuai kebutuhan).
g. Pimpinan IPPNU untuk Lembaga Pendidikan Perguruan Tinggi,
disebut Pimpinan Komisariat Perguruan Tinggi disingkat PKPT
IPPNU.
Pimpinan Komisariat Perguruan Tinggi berkedudukan di
Lembaga Perguruan Tinggi yang merupakan Pimpinan tertinggi
IPPNU ditingkat Lembaga Perguruan Tinggi. Pimpinan Komisariat
46
Perguruan Tinggi terdiri dari Pelindung, Dewan Pembina, Ketua
dan Wakil Ketua, Sekretaris dan Wakil Sekretaris, Bendahara dan
Wakil Bedahara, dua Ketua Lembaga (semi otonom), dan Pengurus
Pleno (sesuai kebutuhan).
h. Pimpinan IPPNU untuk Lembaga Pendidikan ditingkat Pondok
Pesantren, SLTP, SLTA, dan sederajat, disebut Pimpinan
Komisariat disingkat PK IPPNU.
Pimpinan Komisariat berkedudukan di Lembaga
Pendidikan/Pondok Pesantren yang merupakan Pimpinan tertinggi
IPPNU ditingkat Lembaga Pendidikan/Pondok Pesantren.
Pimpinan Komisariat terdiri dari Pelindung, Dewan Pembina,
Ketua dan satu Wakil Ketua, Sekretaris dan satu Wakil Sekretaris,
Bendahara dan satu Wakil Bendahara, dua Ketua Lembaga (semi
otonom), dan Pengurus Pleno (sesuai kebutuhan).
i. Pimpinan IPPNU Luar Negeri, disebut Pimpinan Cabang Istimewa
disingkat PCI IPPNU7.
Pimpinan Cabang Istimewa berkedudukan di Luar Negeri.
Pimpinan Cabang Istimewa teridir dari Pelindung, Dewan
Pembina, Ketua dan Wakil Ketua, Sekretaris dan Wakil Sekretaris,
Bendahara dan Wakil Bendahara, tiga Ketua Lembaga (semi
7PP.IPPNU,id.mc1909.mail.yahoo.com/mc/showMessage?filterBy=&.r&cmd=msg.sc
an&pid=2&tnef=&fn=Draft+profil+ippnu.rtf, (Diterima pada tanggal 18 April 2013, pukul
10:03).
47
otonom), dan Pengurus Pleno (sesuai kebutuhan)8.
Gambar (4) Struktur Organisasi
Pimpinan Pusat
Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama
(Tingkat Nasional)
Pimpinan Wilayah
Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama
(Tingkat Propinsi)
Pimpinan Cabang
Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama
(Tingkat Kabupaten/Kota)
Pimpinan Anak Cabang
Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama
(Tingkat Kecamatan)
Pimpinan Ranting
Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama
(Tingkat Desa)
Pada tiap-tiap tingkatan kepengurusan IPPNU terdapat pelindung.
Pelindung adalah pengurus Nahdlatul Ulama (NU) pada masing-masing
tingkatan kepengurusan. Pelindung untuk Pimpinan Komisariat Perguruan
Tinggi dari unsur pengurus Lembaga Perguruan Tinggi setempat berdasar
pertimbangan Pengurus Cabang NU setempat. Sedangkan Pelindung untuk
Pimpinan Komisariat Lembaga Pendidikan/Pondok Pesantren dari unsur
Pengurus Lembaga Pendidikan/Pondok Pesantren berdasar pertimbangan
8 Margaret Aliyatul Maimunah, dkk, Hasil-hasil Keputusan Kongres XV IPPNU,
(Jakarta: PP IPPNU, 2010), h.28-32.
Pimpinan Komisariat
Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul
Ulama
(Tingkat Pesantren, Sekolah,
dan Perguruan Tinggi)
48
Pengurus Cabang NU setempat.
Fungsi adanya Pelindung adalah untuk memberikan perlindungan,
pengayoman pada organisasi dengan tingkatan masing-masing. Dan
memberikan dorongan, saran-saran dan bantuan moril maupun materiil.
Dan pada tiap-tiap tingkatan kepengurusan IPPNU terdapat Dewan
Pembina. Dewan Pembina terdiri : Alumni Pimpinan IPPNU sesuai
tingkatan masing-masing dan orang yang dianggap berjasa terhadap
IPPNU. Fungsi dari Dewan Pembina adalah untuk memberikan pembinaan
secara kontinu dan memberikan nasihat baik di minta ataupun tidak, serta
memberikan bantuan moril maupun materiil kepada organisasi9.
9 Margaret Aliyatul Maimunah, dkk, Hasil-hasil Keputusan Kongres XV IPPNU, h. 33-
34.
49
Gambar (5) Struktur Organisasi Pimpinan Pusat
Dewan pembina
Ketua umum
Bendahara umum sekretaris umum
sekretaris bidang
Bendahara bidang
Ketua Ketua Ketua Ketua Ketua Ketua Ketua Ketua
Koord. Koord. Koord. Koord. Koord. Koord. Koord. Koord.
Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
KK
P
50
2. Susunan Pengurus Pimpinan Pusat IPPNU Periode 2012-2015
Pelindung : Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
Dewan Pembina : Dra. Hj. Khofifah Indar Parawansa
Hj. Mahfudloh Aly Ubaid
Dra. Hj. Machsanah Asnawi Latif
Dra. Hj. Ida Fauziyah
Drg. Hj. Ulfah Masfufah, M.Si
Hj. Safira Machrusah, MA
Ratu Dian Hatifah, S. Ag
Siti Soraya Devi Zaini, SH
Maghfiroh, M. Si
Hj.Wafa Patria Umma, S.Pd.I
Hj.Margaret Aliyatul Maimunah, M.Si
Pengurus Harian
Ketua Umum : Farida Farichah
Ketua I : Dewi Candra Nur Imamah
Ketua II : Robiatul Adawiyah
Ketua III : Sulasmi
Ketua IV : Ana Sabhana Azmy
Ketua V : Kurniati
Ketua VI : ResiJulita
Ketua VII : Ainatul Mawaddah
Ketua VIII : Febri Diana
Sekretaris Umum : Wilda Tusururoh
Sekretaris I : Alfina Rahil Ashidiqi
Sekretaris II : Puti Hasni
Sekretaris III : Wahyu Widiya Suryani Ning Waluyo
Sekretaris IV : Amalia Chanany
Sekretaris V : Mursyida Nur Fadila
Sekretaris VI : Sholhah Mufrikhah
Sekretaris VII : Eni Susanti
Sekretaris VIII : Rien Zumaroh
Bendahara Umum : Maulidah Zahroh
Bendahara I : Wahyuni Hidayati
Bendahara II : Alimatul Hasanah
Bendahara III : Nidaul Hasanah Satriani
Bendahara IV : Mei Widyawati
Bendahara V : Mustika Miya
Bendahara VI : Rina Syahara
Bendahara VII : Santi
Bendahara VIII : Eti Lusiana
51
Departemen-departemen
Departemen Pengembangan Organisasi
Koordinator : Khotimatul Munawaroh
Anggota : Farah Nilawati
Umi Habibatul Muyasarah
Niasdi Basri
PengembanganPendidikan, Pengkaderan
dan Pengembangan SDM
Koordinator : Nuning Himmatul Ulya
Anggota : Kamila
Darwinih
Masfufah
Walmah Nimaturrohmah
Departemen Pengembangan Komisariat
Pengembangan Komisariat Sekolah
Koordinator : Riza Zakiyah S
Anggota : Wuwun Khoirun Nisa
Syafiqotul Aimmah
Latifah Nurlaila Istiqamah
Mirfaun Numa
Pengembangan Komisariat Pesantren
Koordinator : Najhah Barnamij
Anggota : Maryam Quratul Aini
Badrus Sadiyah
Pengembangan Komisariat Perguruan Tinggi
Koordinator : Nur Afifah
Anggota : Lisa Anjani Siwi
Kiki Andri Aniatussolikhah
Departemen Humas dan Luar Negeri
Koordinator : Nurul Muhibbah
Anggota : Yevittiana Lusya
Nur Azizah Ulfiyana
Nur Halimah
Fathimah Sang
Departemen Hubungan Pesantren dan Sosial Kemasyarakatan
Koordinator : Nurul Fatihah Al Firdausi
Anggota : Hikmatur Raudhah
Lafinurit Taufiqah
Sri Azizah Siroj
52
Departemen Budaya dan Olahraga
Koordinator : Fadilatul Ulya
Anggota : Afidah Wahyuni
Lailatus Saadah
Gina Nafsi
Departemen Ekonomi dan Kewirausahaan
Koordinator : Eka Susanti
Anggota : Novianingsih
Meigawati
Madelia Fahreni Zakiyah
Departemen Komunikasi dan Informatika Koordinator : Fitria Anggraini
A
top related