laporan plankton pantai labu

Post on 09-Oct-2015

77 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

  • KEANEKARAGAMAN PLANKTON DI PERAIRAN PANTAI

    MUARA INDAH KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN

    DELI SERDANG PROVINSI SUMATERA UTARA

    LAPORAN

    Oleh

    Keumala Hafni Munthe

    130302004

    PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    2014

  • KEANEKARAGAMAN PLANKTON DI PERAIRAN PANTAI

    MUARA INDAH KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN

    DELI SERDANG PROVINSI SUMATERA UTARA

    LAPORAN

    Oleh

    Keumala Hafni Munthe

    130302004

    Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Praktikal Test Di

    Laboratorium Planktonologi Fakultras Pertanian

    Universitas Sumetera Utara

    PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    2014

  • LEMBAR PENGESAHAN

    Judul Laporan : Keanekaragaman Plankton Di Perairan Pantai Muara

    Indah Jalan Lintas Pesisr Desa Denai Kuala Kecamatan

    Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Provinsi

    Sumatera Utara

    Nama : Keumala Hafni Munthe

    Nim : 130302004

    Program studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

    Diperiksa Oleh, Diperiksa Oleh,

    Asisten Koordinator Asisten Korektor

    Dwi Aulia Alwi Dewi Susanty

    NIM: 100302071 NIM: 120302075

    Mengetahui

    Dosen Penanggung Jawab

    Ir. Dartius M.S

    NIP: 130 279 509

  • KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

    karena dengan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum

    planktonologi yang berjudul Keanekaragaman Plankton Di Perairan Pantai

    Muara Indah Jalan Lintas Pesisr Desa Denai Kuala Kecamatan Pantai Labu

    KabupatenDeli Serdang Provinsi Sumatera UtaraLaporan ini dibuat sebagai

    landasan utama dalam membahas tentang plankton, yang merupakan salah satu

    sumber data untuk mengetahui tentang plankton dan faktorlainnya yang

    berhubungan atau mempengaruhi tentang plankton.

    Penulis sampaikan terima kasih kepada semua dosen terutama

    Bapak Dr. Dartius M.S, Muhammad Riza Kurnia Lubis, S.PI, M.SI dan Ahmad

    Muhtadi Rangkuti, S. PI,M. SI yang telah membimbing penulis. Ucapan terima

    kasih juga penulis sampaikan kepada para asisten laboratorium yang telah

    membimbing penulis dan rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak memberikan

    masukan untuk laporan praktikum ini.

    Demikianlah laporan praktikum ini dibuat semoga bermanfaat. Terima

    kasih.

    Medan, Juni 2014

    Penulis

  • DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

    DAFTAR TABEL ............................................................................................ iii

    DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... iv

    PENDAHULUAN Latar Belakang .................................................................................................... 1

    Tujuan Praktikum ................................................................................................ 2

    Manfaat Praktikum ......................................................................................... 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    Gambaran Lokasi Praktikum......................................................................... 3

    Esistem Pantai ............................................................................................... 4

    Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Plankton ................................... 5

    BAHA DAN METODE

    Waktu dan Tempat .............................................................................................. 17

    Alat dan Bahan .................................................................................................... 17

    Kondisi Umum Lokasi ....................................................................................... 17

    Parameter Yang Diamati Sampel Plankton ......................................................... 18

    Analisi Data Indeks Hayati ................................................................................ 19

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil .................................................................................................................... 21

    Pembahasan ................................................................................................... 33

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan ........................................................................................................ 38

    Saran ............................................................................................................. 38

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Peranan dan kedudukan masing-masing organisme di laut digambarkan

    dalam piramida makanan di laut. Dasar piramida ditempati oleh organisme

    produser atau organisme autotrop yang mampu merubah bahan anorganik menjadi

    bahan organik dengan memanfaatkan energi matahari. Penggerak utama sistem

    kehidupan di bumi adalah energi matahari. Energi matahari kemudian

    dimanfaatkan oleh organisme autotroph untuk membentuk bahan organik yang

    akan dimanfaatkan oleh organisme herbivora. Fitoplankton merupakan organisme

    autotroph utama dalam kehidupan di laut. Melalui proses fotosisntesis yang

    dilakukannya, fitoplankton mampu menjadi sumber energi bagi seluruh biota laut

    lewat mekanisme rantai makanan. Walaupun memiliki ukuran yang kecil namun

    memiliki jumlah yang tinggi sehingga mampu menjadi pondasi dalam piramida

    makanan di laut (Sunarto, 2008).

    Perairan pantai merupakan perairan yang banyak menerima beban

    masukan bahan organik. Bahan ini berasal dari berbagai sumber seperti kegiatan

    pertambakan, pertanian, dan aktifitas manusia yang akan masuk melalui aliran

    sungai atau run-off dari daratan. Kualitas air mempunyai peranan penting dalam

    meningkatkan laju pertumbuhan dan kehidupan ekosistem perikanan. Air

    mempunyai fungsi memudahkan manusia untuk keperluan pertanian, perikanan,

    rumah tangga maupun untuk pembuangan limbah. Masalah utama yang dihadapi

    oleh sumberdaya air adalah kualitas air yang tidak mampu memenuhi kebutuhan

    secara terus menerus. Hal ini terjadi karena adanya kegiatan industri, domestik

    dan kegiatan lain, seperti pembuangan limbah yang menyebabkan dampak negatif

  • terhadap sumberdaya air terutama terhadap tingkat kualitas air. Fitoplankton

    dalam ekosistem perairan mempunyai peranan yang sangat penting terutama

    dalam rantai makanan di laut, karena fitoplankton merupakan produsen utama

    yang memberikan sumbangan pada produksi primer total suatu perairan

    (Rokhim dkk., 2009).

    Laut merupakan sebuah ekosistem besar yang di dalamnya terdapat

    interaksi yang kuat antara faktor biotik dan abiotik. Interaksi yang terjadi bersifat

    dinamis dan saling mempengaruhi. Lingkungan menyediakan tempat hidup bagi

    organisme-organisme yang menempatinya sebaliknya makluk hidup dapat

    mengembalikan energi yang dimanfaatkkannya ke dalam lingkungan. Suatu daur

    energi memberikan contoh nyata akan keberadaan interaksi tersebut. Dilaut terjadi

    transfer energi antar organisme pada tingkatan tropis yang berbeda dengan

    demikian terjadi proses produksi. Hirarki proses produksi membentuk sebuah

    rantai yang dikenal dengan rantai makanan (Sunarto, 2008).

    Muara Pantai Labu secara administrasi terletak di Desa Gremuk,

    Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, dan

    secara geografis berada pada 34044,9LU dan 98o 5430,7BT. Daerah ini

    merupakan daerah estuari dengan zona transisi antara dua lingkungan perairan,

    yakni air asin dari Selat Malaka dan air tawar yang mengalir dari sungai. Estuari

    merupakan tempat penimbunan bahan organik berupa substrat yang terbawa oleh

    arus sungai ke laut dan banyak ditumbuhi oleh hutan mangrove yang merupakan

    habitat bagi berbagai biota perairan. Di samping itu pada daerah-daerah tertentu di

    muara Pantai Labu ini juga terdapat areal pertambakan, dan pemukiman

    penduduk yang sebagian besar bekerja sebagai nelayan (Sembiring, 2008).

  • Ada dua kelompok rantai makanan yang ada di ekosistem laut yaiturantai

    makanan grazing (grazing food chain) dan rantai makanan detrital (detritus food

    chain). Kedua jenis rantai makanan tersebut saling melengkapi dan membentuk

    sebuah siklus yang kontinus. Rantai makanan grazing dimulai dari proses transfer

    makanan pertama kali oleh organisme herbivora melalui proses grazing. Makanan

    pertama itu berupa fitoplankton dan herbivor yang memanfatkan fitoplankton

    adalah zooplankton. Mata rantai pertama pada rantai makanan ini adalah

    fitoplankton yang merupakan sumber pertama bagi seluruh kehidupan di laut.

    Ujung dari rantai makanan ini adalah konsumer tingkat tinggi (seperti ikan dan

    konsumer lainnya) yang apabila mengalami kematian akan menjadi detritus pada

    ekosistem laut (Sunarto, 2008).

    Tujuan Praktikum

    Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahi komunitas plankton

    (fitoplankton dan zooplankton) yang terdapat di pantai labu, mengetahui faktor-

    faktor yang mempengaruhi kehidupan atau pertumbuhan fitoplankton dan

    zooplankton di perairan, mengetahui indeks keanekaragaman, kehadiran relatif,

    dan frekuensi kehadiran plankton di perairan pantai labu.

    Manfaat Praktikum

    Manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat menginterpretasikan

    secara keseluruhan mengenai plankton, manfaat plankton dan faktor yang

    mempengaruhi pertumbuhan plankton.

  • TINJAUAN PUSTAKA

    Gambaran Lokasi Praktikum

    Desa Pantai Labu Pekan terletak di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten

    Deli Serdang.Penelitian tentang tingkat kesejahteraan nelayan di Desa Pantai

    Labu Pekan ini belum pernah dilakukan sehingga menarik perhatian untuk

    dilakukan penelitian lebih lanjut. Desa Pantai Labu Pekan merupakan pusat

    kegiatan usaha perikanan yang ditandai dengan adanya Tempat Pelelangan Ikan

    (TPI). Di Desa Pantai Labu Pekan terdapat 1.041 keluarga yang diantaranya 60%

    bermatapencaharian sebagai nelayan. Mayoritas nelayan menggunakan alat

    tangkapan berupa pukat layang, ada pukat layang kecil dan ada pula pukat layang

    besar. Selain pukat layang, ada pula nelayan yang menggunakan alat tangkap

    seperti jaring udang, jaring tamban, payang, dan pancing. Nelayan pukat layang

    besar terdiri dari nelayan tokeh, juragan, nahkoda dan ABK (Siregar, 2006).

    Kecamatan Pantai Labu dan Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli

    Serdang merupakan Kecamatan yang terkenal akan hasil produksi pertanian

    organiknya meskipun belum seluruh petani di dua kecamatan ini beralih ke teknik

    pertanian organik. tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan kajian sifat

    kimia tanah Inceptisol dan Entisol pada tanah sawah dengan teknik budidaya

    konvensional dan organik di Kabupaten Deli Serdang, agar masyarakat dapat

    mengetahui dampak dari teknik budidaya yang mereka gunakan terhadap tanah

    dan produksi padi sawah. Adapun metode yang digunakan adalah metode Survey.

    (Fadillah, 2007).

  • Ekosistem pantai

    Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan

    daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang

    surut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktual sehingga dapat

    melekat erat di substrat keras. Sebagai daerah perbatasan antara ekosistem laut

    dan ekosistem darat, hempasan gelombang dan hembusan angin menyebabkan

    pasir dari pantai membentuk gundukan ke arah darat, sehingga membentuk hutan

    pantai (Asriana dan Yuliana, 2012).

    Menurut Utomo dan Wibowo (2008), morfologi pantai dan dasar laut

    dekat pantai akibat pengaruh gelombang dibagi menjadi empat kelompok yang

    berurutan dari darat ke laut sebagai berikut:

    1. Backshore merupakan bagian dari pantai yang tidak terendam air laut kecuali

    bila terjadi gelombang badai.

    2. Foreshore merupakan bagian pantai yang dibatasi oleh beach face atau muka

    pantai pada saat surut terendah hingga uprush pada saat air pasang tinggi.

    3. Inshore merupakan daerah dimana terjadinya gelombang pecah, memanjang

    dari surut terendah sampai ke garis gelombang pecah.

    4. Offshore yaitu bagian laut yang terjauh dari pantai (lepas pantai), yaitu daerah

    dari garis gelombang pecah ke arah laut.

    Asriyana dan Yuliana (2008) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor

    yang membedakan produktivitas ekosistem pantai dengan laut terbuka, yaitu

    sebagai berikut:

    1. Perairan pantai menerima sejumlah besar unsur-unsur kritis, yaitu P dan N

    dalam bentuk PO4 dan NO3 melalui runoff dari daratan yang kandungan

  • haranya jauh lebih banyak. Oleh karena itu perairan pantai tidak kekurangan

    zat hara.

    2. Perairan pantai mempunyai kedalaman pantai yang dangkal bahkan lebih

    dangkal dari kedalaman kritis. Kondisi demikian menyebabkan dalam keadaan

    cuaca apapun, fitoplankton tidak mungkin terseret ke bawah kedalaman kritis.

    Bila intensitas cahaya cukup, produksi dapat terus berlangsung, bahkan juga

    dalam musim dingin.

    3. Di perairan pantai jarang terdapat termoklin permanen, sehingga tidak ada zat

    hara yang terperangkap di dasar perairan.

    4. Di perairan pantai banyak terdapat reruntuhan serasah yang berasal dari

    daratan yang dapat membatasi kedalaman zona fotik dan dengan demikian

    menyebabkan tingginya kadar zat hara, serta dangkalnya perairan.

    Plankton

    Secara sederhana plankton diartikan sebagai hewan dan tumbuhan renik

    yang terhanyut di laut. Nama plankton berasal dari akar kata Yunani planet

    yang berarti pengembara. Istilah plankton pertama kali diterapkan untuk

    organisme di laut oleh Victor Hensen direktur Ekspedisi Jerman pada tahun 1889,

    yang dikenal dengan Plankton Expedition yang khusus dibiayai untuk

    menentukan dan membuat sitematika organisme laut. Plankton terdiri dari dua

    kelompok besar organisme akuatik yang berbeda yaitu organisme fotosintetik atau

    fitoplankton dan organisme non fotosintetik atau zooplankton (Sunarto, 2008).

    Menurut Fahrezi (2014) Plankton adalah organisme yang terapung atau

    melayang-layang di dalam air tubuhnya umumnya berukuran relatif kecil,

    mempunyai daya gerak relatif pasif. sehingga distribusinya sangat dipengaruhi

  • oleh daya gerak air seperti arus dan lainnya. Secara umum plankton dibedakan

    menjadi 2 jenis yaitu: fitoplankton yaitu plankton tumbuhan dan zooplankton

    yaitu plankton hewan. Secara umum plankton dapat dikelompokkan berdasarkan

    ukuran dan contoh biotanya seperti tertera pada Tabel 1 yaitu:

    Tabel 1. Pengelompokan Plankton Berdasarkan Ukuran dan Contoh Biotanya

    Kelompok Ukuran Biota umum

    A. Plankton

    1. Ultranoplankton

    2. Nanoplakton

    3. Mikroplankton

    4. Mesoplankton

    5. Mikroplankton

    6. Makroplankton

    7. Megaplankron

    2 m 2-20 m 2-200m

    0,2-2 mm

    2-20 mm

    20-200 mm

    > 200 mm

    Bakteri

    Fungi, Flagellata dan Diatomae kecil.

    Pitoplankon, Foraminifera, Ciliata,

    dan Rotifera.

    Copepoda, Cadocera

    Cephalopoda, Enphasid

    Copepoda .

    Cyanea, Schiphozoa

    Plankton merupakan organisme yang hidup melayang didalam air.

    Organisme ini mempunyai kemampuan gerak yang sangat terbatas, sehingga

    sebaran organisme ini dipengaruhi oleh kondisi arus perairan. Plankton dapat

    dibagi menjadi dua yaitu fitoplankton (plankton nabati) dan zooplankton

    (plankton hewani). Plankton (fitoplankton dan zooplankton) mempunyai peran

    yang sangat besar dalam ekosistem perairan, karena sebagai sumber makanan bagi

    hewan perairan lainnya. Distribusi fitoplankton dipengaruhi oleh ketersediaan

    cahaya dalam perairan atau tersebar dalam zona eufotik. Kemampuan membentuk

    zat organik dari zat anorganik dalam perairan menjadikan fitoplankton dikenal

    sebagai produsen primer. Dalam rantai makanan (tingkat tropik), fitoplankton

    menduduki posisi paling bawah sebagi sumber makanan utama untuk hewan-

    hewan perairan (Radiarta, 2013).

  • Fitoplankton

    Fitoplankton adalah tumbuhan mikroskopik (bersel tunggal, berbentuk

    filamen atau berbentuk rantai) yang menempati bagian atas perairan (zona fotik)

    laut terbuka dan lingkungan pantai. Nama fitoplankton diambil dari istilah

    yunani,phyton atau "tanaman" dan planktos berarti "pengembara" atau

    "penghanyut. Walaupun bentuk uniseluler/bersel tunggal meliputi hampir

    sebagian besar fitoplankton, beberapa alga hijau dan alga biru-hijau ada yang

    berbentuk filamen (yaitu sel-sel yang berkembang seperti benang)

    (Sunarto, 2008).

    Fitoplankton sebagai tumbuhan yang mengandung pigmen klorofil mampu

    melaksanakan reaksi fotosintesis dimana air dan karbondioksida dengan adanya

    sinar surya dan garam-garam hara dapat menghasilkan senyawa organik seperti

    karbohidrat. Fitoplankton memberi kontribusi yang besar terhadap produktifitas

    primer di lautan. Banyak proses biotik dan abiotik yang mempengaruhi

    variabilitas keanekaragaman fitoplankton di perairan. Intensitas dan frekuensi

    proses-proses ini dapat menyebabkandinamika tidak merata (non-equilibrium) dan

    meningkatkan keanekaragaman jenis (Thoha dan Khairul, 2011).

    Fitoplankton merupakan organisme pertama yang terganggu karena

    adanya beban masukan yang diterima oleh perairan. Ini disebabkan karena

    fitoplankton adalah organisme pertama yang memanfaatkan langsung beban

    masukan tersebut. Oleh karena itu perubahan yang terjadi dalam perairan sebagai

    akibat dari adanya beban masukan yang ada akan menyebabkan perubahanpada

  • komposisi, kelimpahan dan distribusi dari komunitas fitoplankton. Maka dari itu

    keberadaan fitoplankton dapat dijadikan sebagai indikator kondisi kualitas

    perairan, selain itu fitoplankton dapat digunakan sebagai indikator perairan karena

    sifat hidupnya yang relatif menetap, jangka hidup yang relatif panjang dan

    mempunyai toleransi spesifik pada lingkungan (Makmur dkk., 2012).

    Zooplankton

    Kelompok zooplankton yang terdapat pada ekosistem perairan adalah dari

    jenis Crustaceae/Copepoda dan Cladocera, serta Rotifera. Kepadatan zooplankton di

    suatu daerah lentik jauh lebih sedikit dibandingkan dengan fitoplankton. Sebagian

    besar zooplankton menggantungkan sumber nutrisinya pada materi organik, baik

    berupa fitoplankton maupun detritus. Berhubung karena bentuk dan ukuran tubuh

    yang bervariasi maka terdapat berbagai tipe makanan zooplankton dalam

    memanfaatkan materi (Fahrezi, 2014).

    Zooplankton merupakan plankton hewani yang terhanyut secara pasif

    karena terbatasnya kempuan bergerak. Berbeda dengan fitoplankton , zooplankton

    hampir meliputi seluruh filum hewan mulai dari protozoa (hewan bersel tunggal)

    sampai filum Chordata (hewan bertulang belakang). Para ahli kelauatn juga

    mengklasifikasikan zooplankton sesuai ukuran dan lamanya hidup sebagai

    plankton. Ada tiga katagori ukuran zoopalnkton yang dikenal dengan

    mikrozooplankton, mesozooplankton, dan makrozooplankton. Mikrozooplankton

    meliputi zooplankton yang dapat melewati plankton net dengan mata 202 m dan

    mesozooplankton adalah yang tersangkut sedangkan makrozooplankton dapat

    ditangkap dengan planktonet dengan lebar mata 505m (Sunarto, 2008).

    Zooplankton merupakan konsumen pertama yang memanfaatkan

    produksiprimer yang dihasilkan fitoplankton. Peranan zooplankton sebagai mata

  • rantai antara produsen primer dengan karnivora besar kecil dapat mempengaruhi

    kompleksitas tidaknya rantai makanan dalam ekosistem perairan. Zooplankton

    herbivora mempunyai peranan yang penting dalam proses ini, karena berfungsi

    sebagai penghubung antara produsen dengan konsumen pada tingkat tropik yang

    lebih tinggi. Keadaan tersebut mengakibatkan kepadatan zooplankton herbivora

    amat bergantung pada kepadatan fitoplankton. Sehingga populasi zooplankton

    yang tinggi akan tercapai bila populasi fitoplankton juga tinggi atau sebaliknya

    (korelasi positif). Di laut fenomena tersebut dapat terjadi sebaliknya, artinya lebih

    sering dijumpai kepadatan zooplankton yang tinggi pada waktu kepadatan

    fitoplankton rendah atau sebaliknya (korelasi negatif) (Handayani, 2008).

    Ekologi Plankton

    Plankton merupakan makanan alami larva organisme perairan. Sebagai

    produsen utama di perairan adalah fitoplankton, sedangkan organisme konsumen

    adalah zooplankton, larva, ikan, udang, kepiting, dan sebagainya. Produsen

    adalah organisme yang memiliki kemampuan untuk menggunakan sinar matahari

    sebagai sumber energi dalam melakukan aktivitas hidupnya, sedangkan konsumen

    adalah organisme yang menggunakan sumber energi yang dihasilkan oleh

    organisme lain. Plankton dalam ekosistem perairan mempunyai peranan yang

    sangat penting terutama dalam rantai makanan dilaut, karena plankton merupakan

    produsen utama yang memberikan sumbangan terbesar pada produksi primer total

    suatu perairan (Purnama dkk., 2013).

    Produktivitas primer suatu sistem ekologi sebagai laju penyimpanan energi

    radiasi melalui aktivitas fotosintesis dari produser atau organisme (terutama

    tumbuhan hijau) dalam bentuk bahan organik yang dapat digunakan sebagai

  • bahan pakan. Untuk menghasilkan produksi primer, produser melakukan

    fotosintesis dengan bantuan cahayamatahari yang ditangkap oleh pigmen-pigmen

    fotosintesis (Sunarto, 2008).

    Kehadiran fitoplankton di ekosistem perairan sangat penting, karena

    fungsinya sebagai produsen primer dalam perairan atau karena kemampuan dalam

    mensintesis senyawa organik dari senyawa anorganik melalui proses fotosintesis

    Dalam ekosistem air, proses fotosintesis dilakukan oleh fitoplankton bersama

    dengan tumbuhan air lainnya disebut sebagai produktivitas primer. Fitoplankton

    hidup terutama pada lapisan perairan yang mendapat cahaya matahari yang

    dibutuhkan untuk melakukan proses fotosintesis (Fahrezi, 2014).

    Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Plankton

    Faktor fisika-kimia perairan yang mempengaruhi kehidupan plankton

    antara lain:

    1. Suhu

    Tinggi rendahnya suhu suatu badan perairan sangat mempengaruhi

    kehidupan organisme air, termasuk plankton. Semakin tinggi suhu meningkatkan

    kebutuhan organisme akan oksigen. Perubahan suhu dalam perairan akan

    mempengaruhi kelarutan berbagai jenis gas di dalam air serta semua aktivitas

    biologis di dalam ekosistem akuatik. kenaikan suhu sebesar 10 hanya pada

    kisaran suhu yang masih ditolerir, akan meningkatkan aktivitas fisiologi

    (misalnya: respirasi) dari organisme sebesar 2-3 kali lipat. Suhu ekosistem akuatik

    secara alamiah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti intensitas cahaya

    matahari, pertukaran panas antara air dan udara sekelilingnya dan juga oleh faktor

  • kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di sekitarnya

    (Fahrezi, 2014).

    2. Cahaya Matahari

    Sinar matahari merupakan faktor vital yang menentukan baik buruknya

    perairan. Sinar matahari mendukung pertumbuhan produsen yaitu fitoplankton

    dan tumbuhan air serta organisme yang bergantung pada kedua hal tersebut.

    Struktur komunitas danau sangat dipengaruhi oleh penetrasi cahaya dan aktivitas

    fotosintesis. Danau-danau dangkal dengan kedalaman 4-5 meter mengalami

    pengadukan atau perubahan suhu dalam tempo 24 jam. Pada danau yang dangkal

    umumnya cahaya dapat menjangkau hingga ke semua bagian perairan. Cahaya

    merupakan faktor vital yang mendukung pertumbuhan fitoplankton dan tumbuhan

    air serta organime lain yang bergantung pada keduanya. Kondisi tersebut

    membuat danau-danau atau telaga menjadi subur dan produktif

    (Mahmud dkk.,2012)

    3. Arus

    Arus air adalah faktor yang mempunyai perananan yang sangat penting

    baik pada perairan lotik maupun pada perairan lentik. Hal ini berhubungan dengan

    penyebaran organisme, gas-gas terlarut dan mineral yang terlarut dalam air. Arus

    air pada perairan lotik umumnya bersifat turbulen. Selain itu dikenal arus laminar.

    Arus terutama berfungsi sebagai pengangkut energi panas dan substansi yang

    terdapat di dalam air. Arus juga mempengaruhi penyebaran organisme. Arus

    vertikal mempengaruhi distribusi plankton (Fahrezi, 2014).

  • 4. Unsur Hara (Nutrien)

    Unsur hara terkait dengan produktivitas perairan. Pada telaga dengan

    kandungan unsur hara yang melimpah dan seimbang jumlah fitoplanktonnya juga

    banyak sehingga akan berkorelasi juga dengan jumlah zooplankton. Unsur karbon

    diperlukan untuk fotosintesis, unsur nitrogen diperlukan untuk pembentukan

    protein dan asam amino sedangkan unsur fosfor diperlukan untuk pertumbuhan.

    Unsur belerang jarang dijadikan faktor pembatas organism perairan air tawar

    karena kelimpahannya sangat banyak di alam. Telaga mendapat limpahan atau

    akumulasi bahan organik atau anorganik dari aliran sungai disekitarnya. Unsur

    fosfor dan nitrogen merupakan faktor penting dalam penyuburan suatu perairan.

    Apabila konsentrasinya berlebih maka dapat\ terjadi eutrofikasi. Eutrofikasi

    merupakan ledakan populasi dari organisme tertentu seperti eceng gondok

    (Eichornia crassipes). Eutrofikasi menyebabkan pendangkalan, penurunan

    kualitas air, atau berkurangnya biodiversitas ikan air tawar sehingga bersifat

    merugikan (Mahmud dkk., 2009)

    Kecerahan yang cukup tinggi (6 m) serta kandungan nutrien seperti fosfat,

    nitrat dan silikat yang tergolong katagori sedang menurut Sutamihardja,

    mendorong tingginya nilai kelimpahan fitoplankton dalam suatu perairan. Namun

    demikian suatu kelimpahan fitoplankton di estuarin dan perairan pantai dapat

    berubah dengan cepat seiring dengan adanya perubahan nutrien dan cahaya yang

    merupakan faktor limitasi serta adanya perubahan perbedaan lingkungan fisik

    (mixing sanility), dengan demikian kesemua faktor di atas akan mempengaruhi

    perubahan komposisi spesies (Widianingsih, 2007).

  • BAHAN DAN METODE

    Waktu dan Tempat Praktikum

    Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 17 Mei pukul 10.00

    WIB sampai di identifikasi di perairan Pantai Muara Indah jalan, Kecamatan

    Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

    Alat dan Bahan Praktikum

    Adapun alat yang di gunakan dalam praktikum ini adalah planktonnet

    sebagai alat untuk mengambil sampel plankton, ember untuk mengambil sampel

    air, botol flim untuk tempat sampel air plankton, lakban untuk menutup botol flim

    agar tidak terkena sinar matahari, pipet tetes untuk mengambil sampel plankton

    dari botol flim, mikroskop untuk mengiden atau meneliti plankton, serbet untuk

    lapisan membawa mikroskop, flanel untuk membersihkan mikroskop, cover glass

    untuk tempat sampel air, kertas label untuk memberikan penanda pada setiap

    botol sampel plankton.

    Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah lugol untuk

    menjaga sampel plankton tetap utuh atau tidak lisis, aquadest disemprot pada saat

    selesai mengambil sampel pada planktonnet agar plankton yang lengket pada

    planktonnet terbawa ke bawah atau masuk ke dalam botol.

    Kondisi Stasiun Praktikum

    Deskripsi area stasiun praktikum selesai di perairan pantai muara indah

    jalan lintas pesisr desa denai kuala kecamatan pantai labu kabupaten deli serdang

    provinsi sumatera utara.

  • a. Stasiun 1

    Pengambilan sampel plankton pada stasiun 1 berada pada kawasan yang

    dekat dengan mangrove di sepanjang pantai yang ditumbuhi dengan

    vegetasi mangrove, tipe substrat berlumpur, air berwarna kecoklatan,

    kedalaman1m, pasang surut perairan cukup kuat.

    b. Stasiun 2

    Pengambilan sampel plankton pada stasiun 2 berada di sekitar bibir pantai,

    tipe substrat berpasir, air berwarna kecoklatan, kedalaman 1m, pasang

    surut cukup tinggi.

    c. Stasiun 3

    Pengambilan sampel plankton pada stasiun 3 berdekatan dengan stasiun 2,

    10m dari bibir pantai, airnya dangkal dan berwarna kecoklatan, tipe

    substrat berpasir, kedalaman 80m dan mempunyai pasang surut yang

    cukup tinggi.

    d. Stasiun 4

    Pengambilan sampel plankton pada stasiun 4 berjarak sekitar 10 m dari

    stasiun ke 3, substrat berpasir, airnya dangkal dan air berwarna kecoklatan,

    kedalaman 1,2 m dan mempunyai pasang yang cukup tinggi.

    Parameter Yang Diamati Sampel Plankton

    Langkah Langkah Cara Pengambilan Sampel Plankton

    Adapun langkah-lagkah yang dilakukan untuk pengambilan sampel

    plankton adalah sebagai berikut:

    1. Persiapkan alat-alat dan bahan untuk pengambilan sampel plankton.

    2. Tentukan lokasi pengambilan atau stasiun di perairan.

  • 3. Sediakan ember untuk mengambil sampel air.

    4. Kemudian tuangkan ke dalam planktonnet.

    5. Lakukan secara berulang sebanyak 5 kali pengulangan.

    6. Kemudian disemprotkan aquadest secukupnya ke jaring planktonnet

    untuk menjatuhkan plankton keseluruhan yang terdapat di jaring

    planktonnet.

    7. Kemudian ambil bucket yang terdapat di jaring planktonnet.

    8. Kemudian teteskan lugol sebanyak 4 %.

    9. Kemudian tutup dengan lakban secara keseluruhan.

    10. Kemudian beri label pada botol flim tersebut.

    11. Kemudian di identifikasi di laboratoruim biologi.

    12. Diidentifikasi secara terus menerus sampai air sampel di dalam botol flim

    habis.

    Indeks Keanekaragaman

    Indeks keanekaragaman jenis merupakan gabungan dari kekayaan jenis

    dan kemerataan jenis. Kesamarataan adalah pembagian yang merata pada semua

    jenis, namun pada kenyataannya tiap spesies mempunyai jumlah individu yang

    tidak sama. Kesamarataan menjadi maksimum bila semua spesies mempunyai

    jumlah individu yang sama atau rata dalam komunitas alami bisanya ada.

    Kepadatan (density) adalah jumlah individu per unit area (luas) atau volume.

    Dalam sampling fauna, menentukan kepadatan mutlak seringkali tidak mungkin

    dilakukan. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan membuat indeks kepadatan,

    yang umum digunakan untuk keperluan pembandingan (Wijayanti, 2011).

  • Indeks Keanekaragaman (H)

    H= - pi ln pi

    Keterangan :

    H = Indeks Keanekaragaman jenis Pi = ni/N

    N = jumlah individu jenis ke-I

    N = Jumlah total individu Kisaran total Indeks Keanekaragaman dapat

    diklasifikasikan sebagai berikut:

    Indeks Keanekaragaman Keterangan

    H < 2,3026 Keanekaragaman Kecil Dan Kestabilan Komunitas Rendah

    2,3026 6,9078 Keanekaragaman Sedang Dan Kestabilan Komunitas Sedang

    H > 6,9078 Keanekaragaman Tinggi Dan Kestabilan Komunitas Tinggi

    Analisis Data

    Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4

    1.386 1.525 3.393 1.392

    Klasifikasi Tingkat Pencemaran Berdasarkan Indeks Shannon Wiener

    NO Derajat Pencemaran Indeks Diversitas (H)

    1 Tidak Tercemar >2.0

    2 Tercemar Ringan 1.6 -2.0

    3 Tercemar Sedang 1.0-1.6

    4 Tercemar Berat

  • HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil

    Sample Plankton

    NAMA

    Stasiun I Stasiun II Stasiun III Stasiun IV

    U1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2

    Chaetoceros sp 15 16 9 25 4 5 11 6

    Cynedra sp - - 4 4 - 3 3 1

    Thalossothea sp - - - 1 2 2 - -

    Itshmia sp 7 5 3 2 - 8 - -

    Closterium sp - - 1 1 - - - -

    Oedogonium sp - - 1 - - - - -

    Scenedesmus sp - - - 1 - - - -

    Ulotrix sp 1 1 - 5 - 5 - 1

    Richteriella sp - 1 1 9 - - 1 -

    Nitschia sigma - - 3 2 - - - -

    Cosanodicus linecals - - - 1 - - - -

    Rizhoselenia alata - 2 - 1 - 1 1 1

    Volvox 2 2 - - - - - -

    Biddulphia - 2 - - - - - -

    Triceratium fauls 1 - - - - - - -

    Protoccocus - - - - 5 6 3 4

    Dalythona sp - - - - - 1 - -

    Gulnanelia - - - - - 1 - -

    Melasina hyrortiruna - - - - - 1 - -

    Dytilum - - - - 1 - - -

    Thalassiohtrix - - - - - - 5 1

    Oscillatoria renus - - - - - - 4 1

    Astercnella - - - - - - - 1

    Chilodon sp - - 1 - - - 8 -

    Riothella sp - - - 1 5 41 - -

    Nephrocytum sp - - - 1 - - - -

    Botrydium sp - - - 1 - - - -

    Diaphanosoma sp - - - 1 - - - -

    Campo cercus 1 - - - - - - -

    Cyclops 2 - - - - - - -

    Tinnidium muacola 1 - - - - - - -

    Colanus

    finmaarchicus

    1 - - - - - - -

    Ceriodaphnia - - - - - - 2 -

    Limnocalonus 1 - - - - - - -

    Jumlah 32 29 23 56 17 74 38 16

  • Indeks Keanekaragaman

    Stasiun Indeks Keanekaragaman Keterangan

    I 1,386 Tercemar Sedang

    II 1,525 Tidak Tercemar

    III 3,393 Tercemar Sedang

    IV 1,392 Tercemar Berat

    Pembahasan

    Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa ekosistem pantai

    merupakan ekosistem yang terletak antara lat dan darat dan mempunyai hutan

    pantai tertentu. Hal ini sesuai dengan literatur Asriana dan Yuliana (2012) bahwa

    ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah

    pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut.

    Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktual sehingga dapat

    melekat erat di substrat keras. Sebagai daerah perbatasan antara ekosistem laut

    dan ekosistem darat, hempasan gelombang dan hembusan angin menyebabkan

    pasir dari pantai membentuk gundukan ke arah darat, sehingga membentuk hutan

    pantai.

    Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa plankton merupakan

    organisme yang hidup melayang, terapung, dan mengambang di perairan. Hal ini

    sesuai dengan literatur Fahrezi (2014) bahwa Plankton adalah organisme yang

    terapung atau melayang-layang di dalam air tubuhnya umumnya berukuran relatif

    kecil, mempunyai daya gerak relatif pasif. sehingga distribusinya sangat

    dipengaruhi oleh daya gerak air seperti arus dan lainnya. Secara umum plankton

  • dibedakan menjadi 2 jenis yaitu: fitoplankton yaitu plankton tumbuhan dan

    zooplankton yaitu plankton hewan

    Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa salah satu faktor

    adanya kehidupan plankton adalah suhu. Hal ini sesuai dengan literatur

    Fahrezi (2014) bahwa Tinggi rendahnya suhu suatu badan perairan sangat

    mempengaruhi kehidupan organisme air, termasuk plankton. Semakin tinggi suhu

    meningkatkan kebutuhan organisme akan oksigen. Perubahan suhu dalam

    perairan akan mempengaruhi kelarutan berbagai jenis gas di dalam air serta semua

    aktivitas biologis di dalam ekosistem akuatik. kenaikan suhu sebesar 10 hanya

    pada kisaran suhu yang masih ditolerir, akan meningkatkan aktivitas fisiologi

    (misalnya: respirasi) dari organisme sebesar 2-3 kali lipat. Suhu ekosistem akuatik

    secara alamiah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti intensitas cahaya

    matahari, pertukaran panas antara air dan udara sekelilingnya dan juga oleh faktor

    kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di sekitarnya.

    Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa plankton pada

    umumnya dijadikan sebagai produktivitas primer perairan karena dapat

    berfotosintesis dan pertumbuhannya sangat cepat dan sangat berpengaruh

    terhadap organisme lain yang hidup di perairan tersebut. Hal ini sesuai dengan

    literatur Sunarto (2008) bahwa produktivitas primer suatu sistem ekologi sebagai

    laju penyimpanan energi radiasi melalui aktivitas fotosintesis dari produser atau

    organisme (terutama tumbuhan hijau) dalam bentuk bahan organik yang dapat

    digunakan sebagai bahan pakan. Untuk menghasilkan produksi primer, produser

    melakukan fotosintesis dengan bantuan cahayamatahari yang ditangkap oleh

    pigmen-pigmen fotosintesis.

  • Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa fitoplankton dapat

    dijadikan sebagai rantai makanan di perairan. Hal ini sesuai dengan literatur

    Sunarto (2008). Peranan dan kedudukan masing-masing organisme di laut

    digambarkan dalam piramida makanan di laut. Dasar piramida ditempati oleh

    organisme produser atau organisme autotrop yang mampu merubah bahan

    anorganik menjadi bahan organik dengan memanfaatkan energi matahari.

    Penggerak utama sistem kehidupan di bumi adalah energi matahari. Energi

    matahari kemudian dimanfaatkan oleh organisme autotroph untuk membentuk

    bahan organik yang akan dimanfaatkan oleh organisme herbivora. Fitoplankton

    merupakan organisme autotroph utama dalam kehidupan di laut. Melalui proses

    fotosisntesis yang dilakukannya, fitoplankton mampu menjadi sumber energi bagi

    seluruh biota laut lewat mekanisme rantai makanan. Walaupun memiliki ukuran

    yang kecil namun memiliki jumlah yang tinggi sehingga mampu menjadi pondasi

    dalam piramida makanan di laut.

    Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa indeks

    keanekaragaman yaitu kekayaan dari organisme dari suatu perairan. Hal ini sesuai

    dengan literatur Wijayanti (2011) bahwa indeks keanekaragaman jenis merupakan

    gabungan dari kekayaan jenis dan kemerataan jenis. Kesamarataan adalah

    pembagian yang merata pada semua jenis, namun pada kenyataannya tiap spesies

    mempunyai jumlah individu yang tidak sama. Kesamarataan menjadi maksimum

    bila semua spesies mempunyai jumlah individu yang sama atau rata dalam

    komunitas alami bisanya ada. Kepadatan (density) adalah jumlah individu per unit

    area (luas) atau volume. Dalam sampling fauna, menentukan kepadatan mutlak

    seringkali tidak mungkin dilakukan.

  • KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

    1. Fitoplankton dalam ekosistem perairan mempunyai peranan yang sangat

    penting terutama dalam rantai makanan di laut, karena fitoplankton

    merupakan produsen utama yang memberikan sumbangan pada produksi

    primer total suatu perairan.

    2. Sinar matahari merupakan faktor vital yang menentukan baik buruknya

    perairan, sinar matahari mendukung pertumbuhan produsen yaitu fitoplankton.

    3. Zooplankton merupakan plankton hewani yang terhanyut secara pasif karena

    terbatasnya kempuan bergerak.

    4. Indeks keanekaragaman jenis merupakan gabungan dari kekayaan jenis dan

    kemerataan jenis.

    5. Kehadiran fitoplankton di ekosistem perairan sangat penting, karena fungsinya

    sebagai produsen primer dalam perairan atau karena kemampuan dalam

    mensintesis senyawa organik dari senyawa anorganik melalui proses

    fotosintesis

    Saran

    Saran saya untuk praktikum planktonologi adalah mikroskop yang

    digunakan lebih bagus dari yang sebelumnya untuk digunakan praktikum. Untuk

    para asisten selalu memberikan ilmu kepada praktikannya agar semua yang

    dipraktikumkan dapat dimengerti praktikan.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Asriyana dan Yuliana, 2012. Produktivitas Perairan. Bumi Aksara. Jakarta.

    Fadillah, A. 2007. Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran

    Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan, Desa Pantai Labu Pekan

    Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deliserdang. Departemen Soasial

    Ekonomi Pertanian Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

    Universitas Sumatera Utara, Medan.

    Fahrezi, H. H. 2014. Keanekaragaman Plankton Di Perairan Sungai Asahan

    Sumatera Utara. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.

    Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

    Handayani, S. 2008. Hubungan Kuantitatif Antara Fitoplankton Dengan

    Zooplankton Di Perairan Waduk Krenceng Cilegon Banten. Fakultas Biologi, Universitas Nasional Jakarta. Volume : 28, Ho. 13.

    Mahmud, S. Aunurohim, danTrisnawati, I. D. T. 2012. Struktur Komunitas

    Fitoplankton Pada Tambak Dengan Pupuk Dan Tambak Tanpa Pupuk Di

    Kelurahan Wonorejo, Surabaya, Jawa Timur. Jurusan Biologi, Fakultas

    Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh

    Nopember (ITS). Surabaya. Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-928X.

    Makmur, M. Kusnoputranto, H. Moersidik, S.S dan Wisnubroto, D. S. 2012.

    Pengaruh limbah organik dan rasio n/p Terhadap Kelimpahan Fitoplankton

    Di Kawasan Budidaya Kerang Hijau Cilincing. Program Studi Ilmu

    Lingkungan-PPS dan Jurusan Kesehatan Lingkungan-FKM Universitas

    Indonesia. Jakarta.

    Purnama, E. S. Yandri, F. K dan William, N. 2013. Keanekaragaman Plankton Di Kawasan Perairan Teluk Bakau.

    Radiarta, I. N. 2013. Hubungan Antara Distribusi Fitoplankton Dengan Kualitas

    Perairan Di Selat Alas, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.

    Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya. Jakarta.

    Rokhim, K. Arisandi, P. Wahyuni, I. A. 2009. Analisa Kelimpahan Fitoplankton

    Dan Ketersediaan Nutrien (No3 Dan Po4) Di Perairan Kecamatan

    Kwanyar Kabupaten Bangkalan. Jurusan Ilmu Kelautan Universitas

    Trunojoyo. Volume 2, No.2. Surabaya.

    Sembiring, H. 2008. Keanekaragaman Dan Distribusi Udang Serta Kaitannya

    Dengan Faktor Fisik Kimia Di Perairan Pantai Labu Kabupaten Deli

  • Serdang. Program Studi Biologi Fakultas Mifa Universitas Sumatera

    Utara, medan.

    Siregar, J. 2006. Persepsi Masyarakat Tentang Program Kompensasi

    Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak Infrastruktur Perdesaan Di

    Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang. Sekolah Pasca Sarjana

    Universitas Sumatera Utara.

    Sunarto, 2008. Karakteristik Biologi Dan Peranan Plankton Bagi Ekosistem Laut.

    Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Bandung.

    Thoha, M dan Amri, K. 2011. Komposisi dan Kelimpahan Fitoplankton Di

    Perairan Kalimantan Selatan. Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan

    Universitas Hasanuddin. Makassar.

    Utomo, B.B. dan Dwi, P. W. 2008. Perencanaan bangunan Pelindung Pantai

    Tambak Mulyo Semarang. Fakultas tehnik iniversitas diponegoro.

    Semarang.

    Widianingsih, Hartati, R.Djamali, A. dan Sugestiningsih. 2007. Kelimpahan Dan

    Sebaran Horizontal Fitoplankton Di Perairan Pantai Timur Pulau

    Belitung. Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

    UNDIP. Semarang.

    Wijayanti, 2011. Keanekaragaman Jenis Plankton Pada Tempat Yang Berbeda

    Kondisi Lingkungannya Di Rawa Pening Kabupaten Semarang. Fakultas

    Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Ikip Pgri. Semarang.

  • LAMPIRAN

    1. Peta Lokasi

    2. Foto Lokasi

  • 3. Alat Dan Bahan

    Botol sampel lakban

    Kertas label Tissue

    Pipet tetes Gayung

  • Spidol Aquadest

    Handsprayer Corong

    4. Prosedur Praktikum

    Tuangkan Air Ke Dalam Planktonnet Semprot Dengan Aquadest

  • Tuangkan Air Ke Dalam Botol Flim Teteskan Lugol 4 %

    Tutup Botol Flim Tutup Rapat Dengan Lakban

    5. Foto Fitoplankton

    Isthmia sp. Oedogonium sp.

  • Synedra sp.

  • Foto Kelompok

  • Indeks Keanekaragaman Muara Indah

    Perhitungan indeks keanekaragaman

    H= - pi ln pi

    Stasiun 1

    H = - (

    ln

    +

    ln

    +

    ln

    +

    ln

    +

    ln

    ln

    ln

    +

    ln

    +

    ln

    +

    ln

    +

    ln

    +

    ln

    +

    ln

    +

    ln

    = [(0,032 (- 3,4420) + (0,508(-0,677)+(0,0196(-1,629)+ (0,032(-

    3,442)+(0.065(-2,733) +(0,016( -4,135) + (0,065(2,733) + (0,016 (-

    4,135) +(0,16 (-4,135)]

    = [(-0,110 ) + (-0,343) + (-0,030) + (-0,110 ) + ( -0,066) + (- 0.110) + (-

    0,066) + (-0,177) + (-0,066) + (-0,110) + (-0,066) + (-0,066) + (-0,066)]

    = -[(-1,386)]

    = 1,386 ( Tercemar Sedang)

    Stasiun 2

    H = - (

    ln

    +

    ln

    +

    ln

    +

    ln

    ln

    ln

    +

    ln

    +

    ln

    +

    ln

    +

    ln

    +

    ln

    +

    ln

    +

    ln

    +

    ln

    = [(0,557 (- 0,585) + (0,016(-4,135)+(0,032(-3,442)+ (0,081(- 0,001 ) +

    (0.061 (-4,135) +(0,131( -2,032) + (0,061(-4,135) + (0,163 (-1,814)

    +(0,016 (-4,135) +(0,016 (-4,135) + (0,098 (-2,322) + (0,016 (-4,135)

    +(0,016 (-4,135) +(0,016 (-4,135) +(0,016 (-4,135) ]

  • = [(-0,032) + (-0,066) + (-0,030) + (-0,110 ) + ( -0,00081) + (-0,00081) +

    (-0,066) + (-0,266) + (-0,066) + (-0,295) + (-0,066) + (-0,066) + (-

    0,097) + (-0,066) + (-0,066) + (-0,066) + (-0,066) ]

    = -[(-1,525)]

    = 1,525 ( Tercemar Sedang)

    Stasiun 3

    H = - (

    ln

    +

    ln

    +

    ln

    +

    ln

    +

    ln

    +

    ln

    +

    ln

    +

    ln

    +

    ln

    +

    ln

    +

    ln

    +

    ln

    ]

    = [(0,147 (- 1,917) + (0,016(-4, 135)+(0,032(-3,442)+ (0,131(- 2,032 ) +

    (0.180(-1,714) +(0,016( -4,135) (0,016( -4,135) + (0,016( -4,135)

    +(0,065(-2,733) + ( 0,032( -3,442) +(0,016( -4,135) + ( 0,754 (-0,282)]

    = [(-0,281 ) + (-0,066) + (-0,110) + (-0,266 ) + ( -0,308) + (- 0.110) + (-

    0,066) + (-0,212) + (-0,066) + (-0,066)) + (-0,066) + (-1,776)]

    = -[(-3,393)]

    = 3,393 ( Tidak Tercemar)

  • Stasiun 4

    H = - (

    ln

    +

    ln

    +

    ln

    +

    ln

    +

    ln

    +

    ln

    +

    ln

    +

    ln

    +

    ln

    ]

    = [(0,016 (- 4,135) + (0,278(-1, 280)+(0,065(-2,733)+ (0,114(- 2,271 ) +

    (0.032(-3,442) +(0,016( -4,135) (0,081( -2,513) + (0,016( -4,135)

    +(0,131(-2,032)]

    = [(-0,066 ) + (-0,355) + (-0,117) + (-0,247 ) + ( -0,110) + (- 0.066) + (-

    0,203) + (-0,066) + (-0,203) + (-0,027)]

    = -[(-1,392)]

    = 1,392 (Tercemar Sedang )

top related