karya peri sandi huizhce skripsi diajukan untuk memenuhi
Post on 03-Oct-2021
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
ANALISIS STRUKTUR FISIK DAN STRUKTUR BATIN
DALAM KUMPULAN PUISI ESAI MATA LUKA SENGKON KARTA
KARYA PERI SANDI HUIZHCE
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra dan Indonesia
Oleh:
Agustinus Pogang
NIM: 141224041
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
SKRIPSI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
ANALISIS STRUKTUR FISIK DAN STRUKTUR BATIN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
1. Dengan penuh rasa syukur saya sampaikan terima kasih kepada Tuhan Yesus dan
Bunda Maria yang telah menyertai dan memberikan saya kekuatan dan semangat
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Orang tua dan keluarga besar Poga yang selalu mendoakan dan memberikan
semangat serta cinta kasihnya pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Teman-teman saya, keluarga PBSI A 2014 terima kasih untuk kebersamaan
penuh canda, tawa, ceria, dan sedih. Semua kenangan tidak akan terlupakan dan
sukses untuk kita semua
4. Keluarga besar Wakdays Crew dan Gorongan Squad yang selalu menemani
ketika suka dan duka dialami peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTO
“Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan dewa yang
selalu benar, dan murid bukanlah kerbau!”
(Soe Hok Gie)
“Aku berdoa, semoga dengan kehendak Allah aku akhirnya berolah kesempatan
untuk mengunjungi kamu”
(Roma 1:10)
“Jadilah bintang di antara bintang, kita akan bertemu di titik yang sama.”
(Agustinus Pogang)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARY
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Pogang, Agustinus. 2020. Analisis Struktur Fisik Dan Struktur Batin Dalam
Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta Karya Peri Sandi
Huizhce. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur fisik dan struktur
batin Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta Karya Peri Sandi Huizhce.
Penelitian ini memilih kumpulan puisi esai Mata Luka Sengkon Karta yang memiliki
dua puluh dua judul puisi. Peneliti hanya menggunakan tujuh judul puisi sebagai
objek kajian karena dalam tujuh judul puisi tersebut bertemakan kritik sosial yang
menjadi fenomena dan realita di negara saat ini. Tujuh puisi yang dianalisis yaitu
“Pengakuan Gunel“, “Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang“, “Hari Pertama di
Tahun yang Lama“, “Mengadukan Gugatan“, “Serupa Maskumambang“,
“Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi“, “Kesaksian Luka“. Data dalam penelititan ini
berupa Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta Karya Peri Sandi Huizhce,
sedangkan sumber data berupa puisi-puisi dari kumpulan puisi esai tersebut. Data
berupa kritik sosial, kemudian diklasifikasikan sesuai unsur struktur fisik maupun
struktur batin lalu ditabulasi. Tabulasi data diserahkan kepada triangulator untuk
dilakukan triangulasi. Instrumen penelitian ini berupa data klasifikasi kumpulan Puisi
Esai Mata Luka Sengkon Karta Karya Peri Sandi Huizhce. Metode dan teknik
pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik catat kemudian dilakukan ketika
menerapkan teknik baca. Teknik analisis data yang digunakan yaitu, (1)
mengklasifikasi data-data, (2) melakukan identifikasi terhadap data-data berdasarkan
tuturan, (3) pemberian makna dan (4) mendeskripsikan data penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukkan dalam struktur fisik meliputi, diksi; imaji;
kata konkret; bahasa figurati: kiasan, dan perlambangan; verifikasi: ritma, dan rima
yang terdiri atas bentuk intern pola bunyi aliterasi di awal kata, bentuk intern pola
bunyi asonansi di akhir kata, dan pengulangan kata; dan tipografi, sudah dimiliki oleh
kelima lagu tersebut. Pada puisi “Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi” tidak ada
pengulangan kata. Pada struktur batin meliputi, tema, perasaan, nada dan suasana,
dan amanat sudah didapati pada ketujuh puisi. Hampir keseluruhan puisi memiliki
tema yang sama, yaitu kritik sosial. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ketujuh
puisi dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta Karya Peri Sandi
Huizhce memiliki struktur fisik beragam dan struktur batin hampir sama yang
ditunjukkan melalui tema serupa tentang kritik sosial.
Kata Kunci: Struktur Fisik, Struktur Batin, Puisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Pogang, Agustinus. 2020. An Analysis of Physical and Inner Structures in The
Collection of Essay Poetry Mata Luka Sengkon Karta by Peri Sandi
Huizhce. Final Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language and Literature
Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education,
Sanata Dharma University.
The aim of the research is to describe the physical and inner structures in the
collection of essay poetry Mata Luka Sengkon Karta by Peri Sandi Huizhce. The
researcher chose this essay poetry collection Mata Luka Sengkon Karta which has
twenty two titles of poetry. The researcher used only seven titles of poetry as the
object of study because those seven titles have a theme of social criticism which
becomes a phenomenon and reality in this country nowadays. Those seven titles of
poetry which were analyzed are “Pengakuan Gunel”, “Terengah-Engah dalam
Tabung dan Selang”, “Hari Pertama di Tahun yang Lama”, “Mengadukan
Gugatan”, “Serupa Maskumambang”, “Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi”,
“Kesaksian Luka”. The data of this research is in the form of Essay Poetry
Collection Mata Luka Senkon Karta by Peri Sandi Huizhce, while the data source is
the poems of those essay poetry collection. The data of social criticism were
classified according to the elements of physical and inner structures right before
being tabulated. The data tabulation was given to the triangulator for being
triangulated. The instrument of the research is a classification data of essay poetry
collection Mata Luka Sengkon Karta by Peri Sandi Huizhce. The method and
technique of collecting data is the note technique which was done while doing the
reading technique. The data analysis technique which was used, (1) classifying data,
(2) identifying data according to the speech, (3) giving meaning and (4) describing
the research data.
The result of the research shows the physical structures such as, diction;
image; concrete word; figurative language; metaphor, and symbol; verification:
rhythm, and rhyme which contains internal form of alliteration sound patterns on the
beginning of the word, internal form of assonance sound patterns on the end of the
word, and word repetition; and typography, which has already owned by those five
songs. However, there is no word repetition in the poetry “Menginjakkan Kaki di
Jeruji Besi:. The inner structures involve theme, feeling, tone and atmosphere, and
message which were owned by those seven titles of poetry. All of those poetry almost
have an equal theme, which is social criticism. The conclusion of the research is
those seven titles of poetry of the essay poetry collection Mata Luka Sengkon Karta
by Peri Sandi Huizhce have various physical structures and have almost same inner
structures which were shown through the similar theme of social criticism.
Keywords: Physical Structures, Inner Structures, Poetry.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji Syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Struktur Fisik dan
Struktur Batin dalam Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta ” dapat
peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi
ini dapat terselesaikan bukan hanya karena kerja keras peneliti, melainkan juga berkat
bimbingan, dukungan, doa, dan saran dari berbagai pihak baik secara langsung
ataupun tidak langsung. Maka, pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan dosen pembimbing pertama yang
sudah membimbing, selalu memberikan semangat, dan banyak sekali motivasi
kepada peneliti.
3. Septina Krimawati S.S., M.A., selaku dosen pembimbing kedua yang sudah
membimbing, selalu memberikan semangat, dan banyak sekali motivasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
4. P. Hariyanto, M.Pd selaku dosen Studi Pendidikan Bahasa dan S
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv
MOTTO .......................................................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................. vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT ..................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 4
1.4.1 Manfaat Teoretis ............................................................................... 4
1.4.2 Manfaat Praktis ................................................................................. 5
A. Bagi Program Studi ........................................................................... 5
B. Bagi Pendidik .................................................................................... 5
1.5 Batasan Istilah ............................................................................................ 5
1.5.1 Puisi ................................................................................................... 5
1.5.2 Struktur Fisik ..................................................................................... 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
1.5.3 Struktur Batin .................................................................................... 6
1.6 Sistematika Penulisan ................................................................................ 6
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian yang Relevan ............................................................................. 7
2.2 Kajian Teori ............................................................................................... 10
2.2.1 Puisi ................................................................................................... 11
2.2.2 Struktur Puisi ...................................................................................... 12
2.2.3 Teori Strukturalisme........................................................................... 13
2.2.4 Struktur Fisik ...................................................................................... 13
2.2.4.1 Diksi (Pilihan Kata)..................................................................... 14
2.2.4.2 Pengimajian ................................................................................. 16
2.2.4.3 Kata Konkret ............................................................................... 18
2.2.4.4 Bahasa Figuratif (Majas) ............................................................. 19
2.2.4.5 Versifikasi .................................................................................. 21
a. Onomatope ................................................................................ 22
b. Bentuk intern pola bunyi .......................................................... 22
c. Pengulangan kata/ungkapan ..................................................... 22
2.2.4.6 Tipografi ...................................................................................... 23
2.2.5 Struktur Batin .................................................................................... 26
2.2.5.1 Tema ........................................................................................... 26
2.2.5.2 Perasaan (Feeling) ...................................................................... 27
2.2.5.3 Nada dan Suasana ...................................................................... 28
2.2.5.4 Amanat ....................................................................................... 30
2.3 Kerangka Berpikir ...................................................................................... 31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................... 34
3.2 Pendekatan Penelitian ................................................................................ 34
3.3 Sumber Data dan Data ............................................................................... 35
3.4 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 36
3.5 Instrumen Penelitian................................................................................... 37
3.6 Teknik Analisis Data .................................................................................. 37
3.7 Triangulasi Data ......................................................................................... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Puisi “Pengakuan Gunel” ........................................................................... 42
4.1.1 Struktur Fisik ....................................................................................... 45
4.1.2 Struktur Batin ...................................................................................... 60
4.2 Puisi “Terangah-Engah dalam Tabung dan Selang” ................................ 65
4.2.1 Struktur Fisik ....................................................................................... 68
4.2.2 Struktur Batin ...................................................................................... 101
4.3 Puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama” .............................................. 105
4.3.1 Struktur Fisik ....................................................................................... 106
4.3.2 Struktur Batin ...................................................................................... 124
4.4 Puisi “Mengadukan Gugatan” .................................................................. 128
4.4.1 Struktur Fisik ....................................................................................... 129
4.4.2 Struktur Batin ...................................................................................... 142
4.5 Puisi “Serupa Maskumambang” .............................................................. 146
4.5.1 Struktur Fisik ....................................................................................... 147
4.5.2 Struktur Batin ...................................................................................... 166
4.6 Puisi “Menginjak Kaki di Jeruji Besi” ..................................................... 170
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
4.6.1 Struktur Fisik ....................................................................................... 172
4.6.2 Struktur Batin ...................................................................................... 197
4.7 Puisi “Kesaksian Luka” ........................................................................... 201
4.7.1 Struktur Fisik ....................................................................................... 203
4.7.2 Struktur Batin ...................................................................................... 221
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ..................................................................................................... 225
B. Saran ............................................................................................................ 228
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 230
BIOGRAFI PENULIS ................................................................................... 232
LAMPIRAN .................................................................................................... 234
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan
seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman
1990:71). Karya sastra terjadi jika ada seorang pengarang menuangkan ide, pikiran,
dan perasaan yang ada dalam imajinasinya dan melahirkan sebuah karya yang disebut
karya sastra. Daya imajinasinya inilah yang mampu membedakan antara karya sastra
yang satu dengan yang lain.
Wicaksono (2014:1) berpendapat sastra merupakan seni kreatif yang objeknya
adalah manusia dan kehidupan dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya.
Dapat dikatakan bahwa sastra adalah gambaran kehidupan manusia. Penggambaran
kehidupan manusia dalam sastra didasarkan pada daya imajinasi sehingga kehidupan
tersebut bersifat imajinatif meskipun tidak semua karya bersifat imajinatif.
Puisi merupakan bentuk sastra dalam pengulangan suara atau kata yang
menghasilkan rima, ritma, dan musikalitas. Puisi mengekspresikan pemikiran yang
membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam sususan
yang berirama (Pradopo 2002:113). Rene Wellek dan Austin Warren (dalam
Jabrohim, dkk., 2003:25) mengemukakan bahwa paling baik memandang kesusatraan
sebagai karya yang di dalamnya fungsi estetikanya dominan, yaitu fungsi seni
berkuasa. Tanpa fungsi, seni itu karya kebahasaan tidak dapat disebut sebagai karya
(seni) sastra. Puisi sebagai karya sastra, maka fungsi estetikanya dominan pada unsur-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
unsurnya. Unsur keindahan ini merupakan unsur-unsur kepuitisannya, misalnya
persajakan, diksi(pilihan kata), irama dan gaya bahasanya.
Waluyo (1995:27) mengemukakan bahwa struktur fisik terdiri dari baris-baris
puisi yang bersama-sama membangun bait-bait puisi. Bait-bait itu membangun
kesatuan makna di dalam keseluruhan puisi sebagai wacana. Struktur fisik merupakan
medium penangkap struktur batin puisi. Struktur fisik yaitu: diksi, pengimajian, kata
konkret, majas (meliputi lambang dan kiasan), bersivikasi (meliputi rima, ritma, dan
metrum), tipografi, dan sarana retorika. Adapun struktur batin yaitu puisi terdiri atas
tema, nada, perasaan, dan amanat.
Dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk membahas struktur fisik dan sruktur
batin kumpulan puisi esai karya Peri Sandi Huizhce. Dengan mengkaji struktur puisi
ini akan memperoleh gambaran yang komprehensif terhadap maksud penulis akan
puisinya. Struktur dalam arti bahwa karya sastra itu merupakan susunan unsur-unsur
yang bersistem, yang antar unsur-unsurnya terjadi hubungan yang timbal balik, saling
menentukan. Jadi kesatuan unsur-unsur dalam sastra bukan hanya berupa kumpulan
atau tumpukkan hal-hal atau benda-benda yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan hal-
hal yang terikat, saling berkaitan, saling bergantung.
Penelitian ini akan membahas secara rinci terkait struktur lahir puisi seperti diksi,
pengimajian, kata konkret, majas, rima, tipografi, pada kumpulan puisi esai Mata
Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce, sedangkan analisis struktur batin akan
difokuskan pada tema, nada, perasaan, dan amanat. Dengan menganalisis struktur ini
pembaca akan lebih menikmati dan merasakan makna yang dituangkan penyair dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
puisi tersebut. Salah satu mengapa peneliti memilih struktur fisik dan struktur batin
karena dalam kumpulan puisi Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce
menggunakan susunan dan tulisan yang indah serta dilengkapi gaya bahasa menarik.
Selain itu, masih banyak pembaca karya sastra kurang memahaminya. Maka dari itu,
peneliti ingin menyampaikan pada pembaca mengenai struktur fisik dan struktur batin
puisi dalam penelitian ini.
Kelebihan dari kumpulan puisi Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi
Huizhce yang mendasari peneliti memilih sebagai objek penelitian karena
bertemakan kemanusiaan dan kritik sosial. Tema tersebut menceritakan fenomena
dan realita di negara Indonesia saat ini yang bergejolak pada kasus kegagalan
penegakan keadilan. Arti Sengkon Karta yaitu dua orang petani yang berdomisili di
Desa Bojongsari, Bekasi menjadi pihak tertuduh dalam kasus pembunuhan, sehingga
mereka mencari keadilan bagi dirinya. Kumpulan puisi esai Mata Luka Sengkon
Karta memiliki dua puluh dua judul puisi. Peneliti hanya menggunakan tujuh judul
puisi sebagai objek kajian karena dalam tujuh judul puisi tersebut bertemakan kritik
sosial yang menjadi fenomena dan realita di negara saat ini, sedangkan lima belas
puisi lainnya menceritakan penindasan pada rakyat kecil.
Harapannya peneliti dapat memberikan pemahaman mengenai penggunaan
struktur fisik dan struktur batin pada puisi. Selain itu, menambah pengetahuan
berbagai jenis struktur pembangun puisi terutama untuk para pendidik dan peminat
sastra agar terus mengembangkan karya-karya sastra yang dihasilkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang di atas, dapat disusun rumusan masalah
penelitian sebagai berikut.
1.2.1 Bagaimana struktur fisik dalam kumpulan puisi Esai Mata Luka Sengkon karta
karya Peri Sandi Huizhce ?
1.2.2 Bagaimana struktur batin dalam kumpulan puisi Esai Mata Luka Sengkon karta
karya Peri Sandi huizhce ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan suatu penelitian tentu saja selaras dengan rumusan masalah. Oleh karena
itu, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.3.1 Mendeskripsikan struktur fisik dalam kumpulan puisi Esai Mata Luka Sengkon
karta karya Peri Sandi huizhce ?
1.3.2 Mendeskripsikan struktur batin dalam kumpulan puisi Esai Mata Luka Sengkon
karta karya Peri Sandi huizhce ?
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat baik secara teoretis maupun
praktis. Adapun manfaat secara teoretis dan praktis adalah sebagai berikut.
1.4.1 Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi data mengenai analisis struktur
fisik dan struktur batin lirik lagu. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini juga dapat
memperkaya kajian dalam bidang analisis struktur fisik dan struktur batin puisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1.4.2 Manfaat Praktis
A. Bagi Program Studi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan/referensi bagi program studi
mengenai analisis struktur fisik dan struktur batin puisi.
B. Bagi Pendidik
Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam menerapkan analisis struktur
fisik dan struktur batin puisi. Selain itu, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi
pembaca dalam menganalisis puisi secara benar atau membantu untuk memahami isi
puisi.
1.5. Batasan Istilah
Penulis akan mencantumkan batasan-batasan istillah yang disusun dalam
penelitian ini. Batasan istilah tersebut sebagai berikut.
1.5.1 Puisi
Puisi adalah bentuk sastra dalam pengulangan suara atau kata yang menghasilkan
rima, ritma, dan musikalitas. Puisi mengekpresikan pemikiran yang membangkitkan
perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama.
Semua itu merupakan sesuatu yang penting, yang direkam dan diekpresikan,
dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan (Rachmat Djoko Pradopo, 200:113).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.5.2 Struktur Fisik
Waluyo (1987:66) berpendapat bahwa struktur fisik puisi adalah medium
pengucapan maksud yang hendak disampaikan penyair melalui bahasa. Bahasa puisi
bersifat khas. Unsur-unsur itu ialah diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif
(majas), versifikasi, dan tata wajah puisi.
1.5.3 Struktur Batin
Struktur batin yaitu struktur yang mengungkapkan makna secara tidak langsung
dapat dihayati melalui perasaan dan suasana jiwanya. Struktur batin puisi meliputi:
tema, perasaan penyair, nada dan suasana, dan amanat (Waluyo, 1991: 102).
1.6. Sistematika Penulisan
Penyajian hasil penelitian ini terdiri atas lima bab. Bab I merupakan bab
pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II merupakan bab landasan
teori yang berisi penelitian terdahulu yang relevan dan kajian teori. Bab III
merupakan bab metodologi penelitian. Bab ini berisi mengenai jenis penelitian,
sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknis
analisis data, dan triangulasi data. Bab IV adalah bab hasil penelitian dan
pembahasan. Bab ini berisi hasil analisis data dan pembahasan. Bab V merupakan
bab penutup. Pada bab ini berisi simpuan dari data yang sudah diolah dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian mengenai struktur fisik dan batin puisi yang ada di Indonesia memang
sudah banyak dilakukan sebelumnya. Walaupun demikian, kajian penelitian-
penelitian itu sangat beragam sesuai dengan masalah yang diamati. Sumber data yang
dianalisis pun beragam. Dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan, peneliti
mengambil tiga penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti.
Pertama, penelitian dilakukan oleh Christian Adven Saputra (2018) berjudul
Analisis Struktur Fisik dan Struktur Batin dalam Lirik Lagu Deadsquad Album
Horror Vision Tahun 2009. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian tersebut
adalah mendeskripsikan struktur fisik dan struktur batin dalam lirik lagu Deadsquad
Album Horror Vision Tahun 2009. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian
tersebut tentang struktur fisik dan struktur batin pada lirik lagu Deadsquad Album
Horror Vision Tahun 2009. Penelitian tersebut menggunakan metode deskriptif-
analitis. Hasil dari penelitian adalah analisis kelima lagu karya Deadsquad dalam
album Horror Vision tahun 2009. Dari analisi data, dapat disimpulkan bahwa lagu
dari album Horror Vision tahun 2009 karya Deadsquad memiliki struktur fisik dan
struktur batin yang beragam. Struktur fisik yang digunakan yaitu: (1) diksi, (2)
pengimajian, (3) kata konkret, (4) bahasa figurati, (5) versifikasi, (6) tata wajah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
(tipografi). Sedangkan unsur struktur batin yaitu (1) tema, (2) perasaan penyair, (3)
nada dan suasana, dan (4) amanat.
Relevansi penelitian pertama dengan penelitian deskriptif kualitatif Analisis
Struktur Fisik dan Struktur Batin Dalam Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon
Karta Karya Peri Sandi Huizhce adalah pada topik penelitian yaitu mengenai analisis
struktur fisik dan struktur batin. Perbedaannya terletak pada objek penelitian,
penelitian pertama objek penelitiannya adalah lirik lagu Deadsquad Album Vision
Tahun 2009, sedangkan penelitian ini objek penelitiannya adalah kumpulan puisi esai
Mata Luka Sengkon Karta Karya Peri Sandi Huizhce.
Kedua, Penelitian dilakukan oleh Syifa (2018) berjudul Struktur Batin dan Batin
Puisi Karya Anak dalam Majalah Bobo dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia. Tujuan penelitian tersebut yaitu mendeskripsikan
struktur fisik dan struktur batin dalam Majalah Bobo dan Implikasinya terhadap
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Permasalahan yang diangkat dalam
penelitian tersebut tentang struktur fisik dan struktur batin pada puisi karya anak
dalam Majalah Bobo serta implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia. Penelitian tersebut menggunakan metode deskriptif-analitis. Dari analisi
data, dapat disimpulkan bahwa anak-anak sudah dapat menciptakan karyanya sendiri
dan menuangkan pengalaman-pengalaman pribadinya ke dalam puisi yang ia ciptakan
serta faktor psikologi anak dalam menciptakan puisi sangat berpengaruh bagi anak.
Struktur fisik yang digunakan yaitu: (1) diksi, (2) pengimajian, (3) kata konkret, (4)
bahasa figurati, (5) versifikasi, (6) tata wajah (tipografi). Struktur batin yaitu: (1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
tema, (2) perasaan penyair, (3) nada, dan (4) amanat, sedangkan perkembangan
psikologi yaitu: (1) perkembangan kognitif, (2) perkembangan pribadi, (3)
perkembangan sosial.
Relevansi penelitian kedua dengan penelitian deskriptif kualitatif Analisis
Struktur Fisik dan Struktur Batin Dalam Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon
Karta Karya Peri Sandi Huizhce adalah pada topik penelitian yaitu mengenai analisis
struktur fisik, struktur batin dan perkembangan psikologi. Perbedaannya terletak pada
objek penelitian, penelitian pertama objek penelitiannya adalah Puisi Karya Anak
dalam Majala Bobo dan Implemantasi Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia, sedangkan penelitian ini objek penelitiannya adalah kumpulan puisi esai
Mata Luka Sengkon Karta Karya Peri Sandi Huizhce.
Ketiga, penelitian dilakukan oleh Fahlevi (2018) berjudul Analisis Struktur Fisik
dan Struktur Batin Puisi Senja di Pelabuhan Kecil Karya Chairil Anwar. Tujuan
penelitian tersebut yaitu mendeskripsikan struktur fisik dan struktur batin dalam puisi
Senja di Pelabuhan Kecil Karya Chairil Anwar. Permasalahan yang diangkat dalam
penelitian tersebut tentang struktur fisik dan struktur batin pada puisi Senja Di
Pelabuhan Kecil Karya Chairil Anwar. Penelitian tersebut menggunakan metode
deskriptif-analitis. Dari analisi data, dapat disimpulkan bahwa puisi tersebut terlihat
biasa dan terkesan kata-kata yang digunakan dalam kesehariaannya. Tetapi Chairil
memberikannya sebagai kata-kata yang mengandung makna konotasi, selain itu
memiliki struktur fisik dan struktur batin yang beragam. Struktur fisik yang
digunakan yaitu: (1) diksi, (2) pengimajian, (3) kata konkret, (4) bahasa figurati, (5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
versifikasi, (6) tata wajah (tipografi), sedangkan unsur struktur batin yaitu (1) tema,
(2) perasaan penyair, (3) nada dan suasana, dan (4) amanat.
Relevansi penelitian ketiga dengan penelitian deskriptif kualitatif Analisis
Struktur Fisik dan Struktur Batin Dalam Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon
Karta Karya Peri Sandi Huizhce adalah pada topik penelitian yaitu mengenai analisis
struktur fisik dan struktur batin. Perbedaannya terletak pada objek penelitian,
penelitian pertama objek penelitiannya adalah puisi Senja Di Pelabuhan Kecil karya
Chairil Anwar sedangkan penelitian ini objek penelitiannya adalah kumpulan puisi
esai Mata Luka Sengkon Karta Karya Peri Sandi Huizhce.
Berdasarkan ketiga penelitian di atas, peneliti dapat mengetahui bahwa terdapat
penelitian yang serupa dengan penelitian ini. Penelitian yang akan dilakukan peneliti
memiliki kesamaan dengan ketiga penelitian di atas, yaitu tentang penggunaan
metode dan teknik yang akan dipakai dalam menganalisis data. Tepatnya, penelitian
ini kesamaannya menganalisis struktur fisik dan struktur batin dengan menggunakan
teori Waluyo. Penelitian yang sekarang dilakukan oleh peneliti tentang analisis
struktur fisik dan struktur batin kumpulan puisi esai. Kebaruan penelitian yang akan
dilakukan peneliti yaitu penelitian sebelumnya menganalisis tentang puisi sedangkan
penelitian ini berfokus pada kumpulan puisi esai.
2.2 Kajian Teori
Kajian teori digunakan untuk memperkuat penelitian serta mendukung
keakuratan data. Hal ini dianggap penting karena teori itu sendiri lahir dari kajian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
ilmiah yang sudah terbukti kebenarannya. Dalam penelitian ini, peneliti akan
memaparkan tentang puisi, struktur fisik, dan struktur batin.
2.2.1 Puisi
Muljana (dalam Pradopo, 2002:113 mengemukakan puisi sebagai bentuk sastra
dalam pengulangan suara atau kata yang menghasilkan rima, ritma, dan musikalitas.
Puisi mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang
imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Semua itu yang penting, yang
direkam dan diekpresikan, dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan.
Puisi sebagai salah satu bentuk karya sastra tentunya harus mempunyai fungsi
estetik yang harus ada dalam setiap penciptaan karya sastra. Puisi merupakan karya
sastra. Wellek dan Warren (dari Jabrohim, dkk., 2003:25) mengemukakan bahwa
paling memandang kesusatraan sebagai karya yang dalamnya fungsi estetikanya
dominan, yaitu fungsi seninya yang berkuasa. Tanpa fungsi, seni itu karya
kebahasaan tidak dapat disebut sebagai karya (seni) sastra.
Puisi adalah bahasa perasaan, yang dapat memadukan suatu tindakan yang
mendalam dalam beberapa kata. Puisi termasuk salah satu bentuk karya sastra,
kehadiran sebuah puisi merupakan pernyataan seorang penyair pernyataan itu berisi
pengalaman batinnya sebagai hasil proses kreatif terhadap objek seni. Objek
seni ini berupa masalah-masalah kehidupan dan alam sekitar ataupun segala
kerahasiaan (misteri) dibalik alam realitas , dunia metafisis.
Puisi sebagai karya sastra, maka fungsi estetiknya dominan dan di dalamya ada
unsur-unsur kepuitisannya, misalnya persajakan, diksi (pilihan kata), irama, dan gaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
bahasanya. Gaya bahasa meliputi semua penggunaan bahasa secara khusus untuk
mendapatkan efek tertentu, yaitu efek estetikanya atau aspek kepuitisannya. Jenis-
jenis gaya bahasa itu meliputi semua aspek bahasa, yaitu bunyi, kata, kalimat, dan
wacana yang dipergunakan scara khusus untuk mendapatkan efek tertentu itu. Semua
itu merupakan aspek estetika atau aspek keindahan puisi. Pradopo (2002:7)
menyatakan bahwa puisi mengekpresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan
yang merangsang imajinasi panca interpretasi pengalaman manusia yang penting dan
digubah dalam wujud yang paling berkesan.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa puisi itu adalah salah
satu karya sastra yang mempunyai nilai estetik (seni) yang tinggi dan berasal dari
intepretasi pengalaman hidup manusia yang paling berkesan atau sebagai hasil
imajinasi dan gagasan penyair yang dituangkan dalam bentuk tipografi yang spesifik.
Perubahan itu berdasarkan dari perkembangan evolusi selera perubahan konsep
estetik manusia, tetapi satu yang tidak berubah dari puisi yaitu ketaklangsungan
ucapannya. Hal inilah yang membuat puisi menjadi istimewa.
2.2.2 Struktur Puisi
Puisi merupakan sebuah struktur yang kompleks, maka untuk memahaminya
perlu dianalisis sehingga dapat diketahui bagian-bagian serta jalinan secara nyata.
Untuk menganalisis puisi setepat-tepatnya maka perlu diketahui wujud dari puisi itu
(Pradopo, 1987:14).
Puisi dibangun oleh dua unsur pokok yakni struktur fisik dan struktur batin puisi.
Unsur-unsur puisi tidaklah berdiri sendiri, tetapi merupakan sebuah struktur. Seluruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
unsur merupakan kesatuan dan unsur yang satu dengan yang lainnya. Unsur-unsur itu
menunjukkan diri secara fungsional, artinya unsur-unsur itu berfungsi bersama unsur
lainnya dan di dalam kesatuan dengan totalitasnya (Pradopo, 1987:27).
2.2.3 Teori Strukturalisme
Teori strukturalisme sastra merupakan sebuah teori pendekatan terhadap teks-
teks sastra yang menekankan keseluruhan relasi antara berbagai unsur teks. Satu
konsep dasar yang menjadi ciri khas teori struktural adalah adanya anggapan bahwa
di dalam dirinya sendiri karya sastra merupakan suatu struktur yang otonom yang
dapat dipahami sebagai suatu kesatuan yang bulat dengan unsur-unsur
pembangunannya yang saling berjalinan (Pradopo, 1985: 6).
Untuk dapat memahami makna suatu karya sastra, maka perlu dilakukan analisis
struktural. Analisis struktural memiliki beberapa langkah yang berurutan yang
ditujukan untuk mengetahui keterkaitan antarunsur dan aspek-aspek dalam karya
sastra. Analisis ini bertujuan untuk membongkar, memaparkan secermat, seteliti,
semendetail dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan
aspek karya sastra yang bersama–sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw,
2003: 112).
2.2.4 Struktur Fisik
Waluyo (1987:66) berpendapat bahwa struktur fisik puisi adalah medium
pengucapan maksud yang hendak disampaikan penyair melalui bahasa. Bahasa puisi
bersifat khas. Adapun unsur-unsur yang termasuk dalam struktur fisik ialah: diksi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
pengimajian, kata konkret, majas (meliputi lambang dan kiasan), versifikasi (meliputi
rima, ritma, dan metrum), tipografi (tata wajah).
2.2.4.1 Diksi (Pilihan Kata)
Wicaksono (2014:23) mengungkapkan bahwa diksi atau pilihan kata mempunyai
peranan penting dan utama untuk mencapai keefektifan dalam penulisan suatu karya
sastra khususnya puisi. Untuk mencapai diksi yang baik seorang penulis harus
memahami secara lebih baik masalah kata dan maknanya, harus tahu memperluas dan
mengaktifkan kosa kata, harus mampu memilih kata yang tepat, kata yang sesuai
dengan situasi yang dihadapinya, dan harus mengenali dengan baik macam corak
gaya bahasa yang sesuai dengan tujuan penulisan.
Waluyo (1991: 72) menjelaskan bahwa penyair sangat cermat dalam memilih
kata-kata sebab kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi
bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan
kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu, dalam memilih kata
yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya
magis dari kata-kata tersebut.
Diksi merupakan esensi penulisan puisi yang merupakan faktor penentu
kemampuan daya cipta. Penempatan kata-kata sangat penting artinya dalam rangka
menumbuhkan suasana puitik yang membawa pembaca pada penikmatan dan
pemahaman yang menyeluruh atau total (Suminto A. Sayuti, 2008:143-144).
Barfield (dalam Pradopo, 2014: 55) mengemukakan bahwa bila kata-kata dipilih
dan disusun dengan cara yang sedemikian rupa hingga artinyamenimbulkan atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
dimaksudkan untuk menimbulkan imaginasi estetik, maka hasilnya disebut diksi
puitis. Jadi, diksi itu untuk mendapatkan kepuitisan, untuk mendapatkan nilai estetik.
Penyair ingin mengekpresikan pengalaman jiwanya secara pada dan intens.
Untuk hal ini, penyair memilih kata yang setepat-tepanya yang dapat menjelma
pengalaman jiwanya. Untuk mendapatkan kepadatan dan intensitas serta upaya
selaras dengan sarana komunikasi puitis yang lain, maka penyair memilih kata-kata
dengan secermat-cermat (Altenbernd, 1970:9).
Sebagai contoh dalam puisi “Aku”, Chairil menulis salah satu baris berbunyi:
kalau sampai waktuku/ ku mau tak seorang kan merayu; kata-kata dalam baris itu
tidak boleh dibolak-balik menjadi: kalau waktuku sampai/ ku mau kan tak seorang
merayu; atau salah satu katanya diganti kata lain yang semakna: kalau sampai saatku/
kuingin tak seorang kan membujuk. Penggantian urutan kata dan penggantian kata-
kata akan merusak kontruksi puisi itu sehingga kehilangan daya imaji atau keindahan
yang ada dalam puisi (Waluyo, 1987:73).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa diksi yang dimaksud
adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Kata-kata
yang dipilih merupakan kata-kata yang dapat menimbulkan arti lain, dengan begitu
kata-kata tersebut akan terlihat indah dan lebih bermakna bagi pembaca. Karena puisi
adalah bentuk karya sastra yang menggunakan sedikit kata-kata dapat
mengungkapkan banyak hal, kata-kata dan diksi harus dipilih secermat mungkin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
2.2.4.2 Pengimajian
Wicaksono (2014:2) berpendapat pengimajian ini berguna untuk memberi
gambaran yang jelas, menimbulkan suasana khusus, membuat hidup gambaran dalam
pikiran dan penginderaan, untuk menari perhatian, untuk memberikan kesan mental
atau bayangan visual penyair menggunakan gambaran-gambaran angan. Gambaran
angan, gambaran pikiran, kesan mental, dan bahasa yang menggambarkannya biasa
disebut dengan istilah citra atau imaji. Cara membentuk kesan mental atau gambaran
sesuatu biasa disebut dengan citraan (imagery). Hal-hal ini yang berkaitan dengan
citra ataupun citraan disebut pencitraan atau pengimajian. Sayuti (dalam Wicaksono,
2014:24) menjelaskan bahwa citraan adalah kata atau rangkaian kata yang mampu
menggugah pengalaman keindahan atau menggugah indra dalam proses penikmatan
(membaca dan mendengarkan).
Menurut Waluyo (1991: 78), ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan
kata konkret. Diksi yang dipilih harus menghasilkan pengimajian dan karena itu kata-
kata menjadi lebih konkret seperti ketika dihayati melalui penglihatan, pendengaran,
atau cita rasa. Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat
mengungkapkan pengalaman sensoris seperti penglihatan, pendengaran, dan
perasaan. Baris atau bait puisi itu seola mengandung gema suara (imaji auditif),
benda yang dapat kita rasakan, raba atau sentuh (imaji taktil). Ungkapan perasaan
penyair dijelmakan ke dalam gambaran konkret mirip musik atau gambar atau cita
rasa tertentu. Pengimajian dapat didefinisikan sebagai kata atau susunan kata yang
dapat mengungkapkan pengalaman imajinasi. Imaji yaitu kata atau susunan kata-kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran,
dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu (1) Imaji auditif (suara), adalah
imaji yang mengandung gema suara. Jika penyair menginginkan imaji pendengar,
maka puisi perlu dihayati sehingga seolah-olah mendengarkan sesuatu, (2) Imaji
visual (penglihatan), adalah imaji yang mengandung benda-benda yang nampak. Jika
penyair menginginkan imaji penglihatan, maka puisi perlu dihayati seolah-olah
melukiskan sesuatu yang bergerak, (3) Imaji taktil (raba dan sentuh), adalah imaji
yang mengandung sesuatu yang dapat dirasakan, diraba, atau disentuh. Jika penyair
menginginkan imaji taktil, maka puisi perlu dihayati seolah-olah merasakan sentuhan
perasaan.
Sebagai contoh dalam bait sajak puisi “Priangan si Jelita”, Ramadhan K.H.
mengungkapkan imaji auditif dan imaji visual berbunyi sebagai berikut (Waluyo
1987:81).
Seruling di pasir ipis, merdu/ antara gundukan pohon pina.
Dalam sajak tersebut mengajak untuk seolah-olah mendengar suara seruling
(auditif) dan seolah melihat pasir yang membentang (visual).
Dalam puisi “Doa”, Chairil Anwar mengungkapkan imaji taktil berbunyi sebagai
berikut (Waluyo 1987:80).
Tuhanku/ aku hilang bentuk/ remuk/ Tuhanku/ aku mengembara di negeri asing/
Tuhanku/ di pintuMu aku mengetuk/ aku tidak bisa berpaling
Dengan pengimajian yang cukup jelas itu, pembaca seakan ikut mengusapkan
tangan di dada, menyadari dosa-dosanya. Kemudian pembaca merasa yakin bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
hanya dengan mengikuti jalan Tuhanlah kita selama. Maka penyair berkata: “ tidak
bisa lagi berpaling”.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengimajian yang
dimaksud untuk menimbulkan kesan atau suasana dari puisi. Pencitraan ini terfokus
pada gambaran yang jelas, menimbulkan suasana khusus, membuat hidup (lebih
hidup) gambaran dalam pikiran dan penginderaan, untuk menarik perhatian, untuk
memberikan kesan mental atau bayangan visual penyair menggunakan gambaran-
gambaran angan.
2.2.4.3 Kata Konkret
Wicaksono (2014:25) mengemukakan kata konkret adalah kata-kata yang
digunakan oleh penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana
batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca. Penyair berusaha
mengkonkretkan kata-kata, maksud kata-kata itu diupayakan dapat menyaran kepada
arti yang menyuluruh. Dalam hubungannya dengan pengimajian, kata konkret
merupakan syarat atau sebab terjadinya pengimajian.
Untuk membangkitkan imaji pembaca (daya bayang), kata-kata harus
diperkonkret. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang
menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat
hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang (Waluyo, 1987: 81).
Waluyo (1991:81), memberikan sebuah contoh kata-kata konkret pada puisi
karya Chairil Anwar yang menggambar jiwanya yang penuh dosa, Chairil Anwar
menggunakan kata:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
”aku hilang bentuk/remuk”.
Sedangkan untuk melukiskan tekadnya yang buat untuk kembali ke jalan Tuhan,
diperkonkret dengan ungkapan:
“Tuhanku/ di pintuMu aku mengetuk/ aku tidak bisa berpaling”.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kata konkret adalah
kata yang dapat ditangkap oleh indera dan terlibat penuh secara batin ke dalam puisi
tersebut. Penyair berusaha mengkonkretkan kata-kata, maksudnya kata-kata itu
diupayakan agar dapat menyaran kepada arti yang menyeluruh.
2.2.4.4 Bahasa Figuratif (Majas)
Waluyo (1991:83) mengungkapkan bahwa penyair menggunakan bahasa yang
tersusun-susun atau berpigura sehingga disebut bahasa figuratif. Bahasa figuratif
menyebabkan puisi menjadi primatis artinya memancarkan banyak makna atau kaya
akan makna. Bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan
sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung menungkapkan
makna. Kata atau bahasanya bermakna kias atau makna lambang. Selain itu, Waluyo
(1991: 83) menjelaskan bahasa figuratif terdiri atas pengiasan yang menimbulkan
makna kias dan pelambangan yang menimbulkan makna lambang. Untuk memahami
bahasa figuratif ini, pembaca harus menafsirkan kiasan dan lambang yang dibuat
penyair baik lambang yang konvensional maupun yang nonkonvensional. Kiasan
terdiri dari metafora, simile, personifikasi, hiperbola, sinekdoke, dan ironi. Sedangkan
perlambangan terdiri dari lambang warna, lambang benda, lambang bunyi, dan
lambang suasana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Perrine (dalam Waluyo, 1991: 83) mengatakan bahwa bahasa figuratif dipandang
lebih efektif untuk menyatakan hal yang dimaksudkan penyair. Alasannya (1) bahasa
figuratif mampu menghasilkan kesenangan imajinatif, (2) bahasa figuratif adalah cara
untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi, sehingga yang abstrak jadi konkret
dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca, (3) bahasa figuratif adalah cara menambah
intensitas perasaan penyair untuk puisinya dan menyampaikan sikap penyair, (4)
bahasa figuratif adalah cara untuk mengkonsentrasikan makna yang hendak
disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa
yang singkat.
Pradopo (2002:62), menguraikan ada beberapa gaya bahasa atau majas yang
sering muncul dalam puisi. Majas dapat dibagi menjadi lima, yaitu(1) Perbandingan,
perbandingan atau perumpamaan atau simile, ialah bahasa kiasan ang menyamakan
satu hal dengan hal lain dengan mempergunakan kata-kata sebanding seperti bagai,
sebagai, bak, semisal, seumpama, laksana, sepan-tun, (2) Metafora, metafora adalah
bahasa kiasan seperti perbandingan, hanya tidak menggunakan kata-kata
pembanding, (3) Allegori, ialah cerita kiasan ataupun lukisan. Cerita kiasan atau
lukisan ini mengiaskan hal lain atau kejadian lain, (4) Personifikasi, yaitu kiasan ini
mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berbuat,
berpikir, dan sebagainya seperti manusia, (5) Metonomia, metonimi dalam bahasa
Indonesia sering disebut kiasan pengganti nama. Bahasa ini berupa penggunaan
sebuah atribut sebuah objek atau penggunaan sesuatu yang sangat dekat berhubungan
untuk mengganti objek tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Pradopo (2014:62) berpendapat unsur kepuitisan yang lain, untuk mendapatkan
kepuitisan ialah bahasa kiasan (figurative language). Adanya bahasa kiasan ini
menyebabkan sajak menjadi menarik perhatian, menimbulkan kesegaran, hidup, dan
terutama menimbulkan kejelasan gambaran angan. Bahasa kiasan ini mengiaskan
atau mempersamakan sesuatu hal deengan hal lain supaya gambaran menjadi jelas,
lebih menarik, dan hidup.
Sebagai contoh dalam bait sajak puisi “Surat Kepada Bunda Tentang Calon
Menantunya”, Rendra melambangkan dirinya sebagai berikut (Waluyo, 1987:82).
Burung dara jantan/ yang dulu kau pelihara/ kini telah terbang dan
menemukan jodohnya/ Ia akan pulang/ buat selama-lamanya.
Dalam sajak puisi “Dewa Telah Mati” melambangkan kehidupan yang kotor,
yang mesum, kehidupan penuh percabulan.
Bumi ini perempuan jalang
Yang menarik laki-laki jantan dan pertapa
Ke rawa-rawa mesum ini
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa figuratif
merupakan bahasa yang membantu penyair untuk memperindah syair dan juga makna
dibaliknya. Akan tetapi, peneliti memilih analisis bahasa figuratif puisi menggunakan
teori Waluyo karena dirasa lebih lengkap yang meliputi kiasan dan lambang.
2.2.4.5 Versifikasi
Bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritme. Rima adalah pengulangan bunyi
dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi. Dengan pengulangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk mengulang bunyi ini, penyair juga
mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara ini, pemilihan bunyi-bunyi
mendukung perasaan dan suasana puisi (Waluyo, 1991: 90).
Wicaksono (2014:27) berpendapat versifikasi meliputi ritma, rima dan metrum.
Secara umum, ritma dikenal sebagai irama, yakni pergantian turun naik, panjang
pendek, keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Rima adalah peng-ulangan
bunyi di dalam baris atau larik puisi, pada akhir baris puisi atau bahkan juga pada
keseluruhan baris dan bait puisi.
Marjorie Boulton (dalam Waluyo 1987:90-91) menyebut rima adalah
pengulangan bunyi dalam puisi. Berikut bentuk-bentuk rima.
a. Onomatope, berarti tiruan terhadap bunyi-bunyi yang ada. Dalam puisi,
bunyi-bunyi yang dipilih oleh penyair diharapkan dapat memberikan gema
atau memberikan warna suasana tertentu seperti yang diharapkan penyair.
b. Bentuk intern pola bunyi, yang dimaksud bentuk internal ini, adalah:
aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak
berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi (kata), dan sebagainya.
c. Pengulangan kata/ungkapan, pengulangan tidak hanya terbatas pada bunyi,
namun mungkin kata-kata atau ungkapan. Pengulangan bunyi/kata/frasa
memberikan intelektua dan efek magis yang murni.
Sebagai contoh dalam bait sajak puisi yang dominan menciptakan suasana
gelisah dalam puisi “Surat Cinta” karya Rendra, terdapat bunyi itu dipadu dengan /b/,
/t/, dan /r/ (Waluyo, 1987:91).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Kutulis surat ini
Kala hujan gerimis
Bagai bunyi tambur mainan
Anak peri dunia yang gaib
Dan angina mendesah
Mengeluh dan mendesah
Pada baris kelima dan keenam, konsonan /h/ mempertegas kegelisahan itu.
Perpindahan antara bunyi desis /s/ dan /h/ dengan menggunakan huruf /n/ dan angin
mendesah. Bunyi dalam ini sangat merdu dan efektif.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa versifikasi
merupakan persajakan yang mempengaruhi indahnya suatu puisi. Keindahannya
dapat terlihat dari pengulangan kata atau bunyi yang digunakan. Puisi akan terdengar
merdu ketika menemukan bunyi yang sama ketika dibacakan.
2.2.4.6 Tipografi
Wicaksono (2014:27) berpendapat tipografi merupakan pembeda yang paling
awal dapat dilihat dalam membedakan puisi dengan prosa fiksi dan drama. Dalam
prosa (baik fiksi maupun bukan) baris-baris kata atau kalimat membentuk sebuah
periodsitet yang disebut bait. Tipografi sebagai aspek bentuk visual yang berupa tata
hubungan, susunan baris, dan ukiran bentuk yang dipergunakan untuk mendapatkan
bentuk yang menarik agar indah dipandang (Sayuti, 2008:329-330). Maksud
penyusunan tipografi adalah untuk keindahan indrawi dan untuk mendukung
pengedepanan makna, rasa, dan suasana puisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Waluyo (1991: 97) menyatakan bahwa tipografi merupakan pembeda yang
penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun
periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak bermula
dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman
yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal tersebut tidak berlaku bagi
tulisan yang berbentuk prosa. Ciri yang demikian menunjukkan eksistensif sebuah
puisi.
Selain itu, Waluyo (1991: 97) menjelaskan bahwa baris-baris prosa dapat saja
disusun seperti tipografi puisi. Namun, maksud prosa tersebut kemudian akan
berubah menjadi lebih kaya, jika prosa itu ditafsirkan sebagai puisi. Sebaliknya jika
orang tetap menafsirkan puisi sebagai prosa, tipografi tersebut tidak berlaku. Cara
sebuah teks ditulis sebagai larik-larik yang khas menciptakan makna tambahan.
Makna tambahan itu diperkuat oleh penyajian tipografi puisi.
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tipografi merupakan
pembeda yang paling awal yang dijumpai dalam membedakan puisi dengan prosa.
Jumlah bait maupun larik dalam puisi tidak di batasi, serta penulisan larik tidak
diharuskan berawal dari kiri, kanan, atau tengah.
Sebagai contoh tipografi puisi Armijn Pane – penyair Pujangga Baru, sebagai
berikut.
Hamba Buruh
Aku menimbang-nimbang mungkin,
Kita berdua menjadi satu;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Gaji dihitung-hitung,
Cukup tidak untuk berdua,
Hati ingin sempurna dengan engkau,
Sama derita sama gembira,
Kepala pusing menimbang-nimbang,
Menghitung-hitung uang bagi kita,
Aku ingin hidup damai tua,
Mikir anak istri setia;
Kalbu pecah merasa susah,
Hamba buruh apa dikata.
Larik yang menjorok ke tengah halaman memberikan jawaban kepada larik
sebelumnya. Antara larik yang menepi dan larik yang menjorok membentuk
hubungan kasual. Di samping itu, tata wajah yang diciptakan Armijn Pane juga
menyebabkan ritma puisi menjadi padu (Waluyo, 1987:98).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tipografi merupakan
tatanan larik, bait, kalimat, frasa, kata dan bunyi untuk menghasilkan suatu bentuk
fisik yang mampu mendukung isi rasa, dan suasana. Selain itu, tipografi merupakan
pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak
berbentuk paragraf, melainkan membentuk bait.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
2.2.5 Struktur Batin
Struktur batin yaitu struktur yang mengungkapan hal yang hendak dikemukakan
oleh penyair dengan perasaan dan suasana jiwanya. Struktur batin puisi meliputi:
tema, perasaan penyair, nada dan suasana, dan amanat (Waluyo, 1991: 102).
2.2.5.1 Tema
Menurut Waluyo (1991: 106-107), tema merupakan gagasan pokok atau subject-
matter yang dikemukakan penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu
kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama
pengucapannya. Jika desakan yang kuat itu berupa hubungan antara penyair dengan
Tuhan, puisinya bertema ketuhanan. Jika desakan yang kuat berupa rasa belas kasih
kemanusiaan, puisi bertema kemanusiaan. Jika yang kuat adalah dorongan untuk
memprotes ketidakadilan, tema puisinya adalah protes atau kritik sosial. Perasaan
cinta atau patah hati yang kuat juga dapat melahirkan tema cinta atau tema kedukaan
hati karena cinta.
Wiyatmi (dalam Wicaksono, 2014:22) berpendapat bahwa tema atau sense
adalah pokok persoalan (subject matter) yang dikemukakan oleh pengarang melalui
puisinya. Pokok persoalan dikemukakan oleh pengarang baik secara langsung
maupun secara tidak langsung (pembaca harus menebak atau mencari-cari,
menafsirkan). Makna sebuah puisi dapat dipahami setelah membaca karya, arti tiap
kata, juga memperhatikan unsur puisi lain yang mendukung makna.
Berdasarkan penjelasan di atas, tema merupakan pokok persoalan yang
mendasari sebuah puisi. Dalam hal ini puisi berperan sebagai sarana protes ataupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
sebagai ungkapan simpati dan keprihatinan penyair terhadap lingkungan dan
masyarakat. Terbentuknya puisi berdasarkan latar belakang yang dialami oleh
penyair, sehingga sebuah kejadian akan menentukan isi sebuah puisi.
Berdasarkan penjelasan di atas, tema merupakan pokok persoalan yang
mendasari sebuah puisi. Dalam hal ini puisi berperan sebagai sarana protes ataupun
sebagai ungkapan simpati dan keprihatinan penyair terhadap lingkungan dan
masyarakat. Terbentuknya puisi berdasarkan latar belakang yang dialami oleh
penyair, sehingga sebuah kejadian akan menentukan isi sebuah puisi.
2.2.5.2 Perasaan (Feeling)
Wicaksono (2014:23) berpendapat perasaan adalah sikap penyair terhadap pokok
persoalan yang dikemukakan dalam puisinya. Setiap penyair mempunyai pandangan
yang berbeda dalam menghadapi suatu persoalan. Waluyo (1991: 121) berpendapat
bahwa untuk mengungkapkan tema yang sama, penyair yang satu dengan perasaan
yang berbeda dari penyair lainnya, sehingga hasil puisi yang diciptakan berbeda pula.
Selain itu, Waluyo (1991: 134) menyatakan bahwa perasaan dalam puisi adalah
perasaan yang disampaikan penyair melalui puisinya. Puisi mengungkapkan perasaan
yang beraneka ragam, mungkin perasaan sedih, kecewa, terharu, benci, rindu, cinta,
kagum, bahagia, ataupun perasaan setia kawan. Selain itu juga, menurutnya dalam
menciptakan.
Sebagai contoh puisi “Karangan Bunga” karya Taufiq Ismail, sebagai berikut.
Karangan Bunga
Tiga anak kecil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Dalam langkah malu-malu
Datang ke Salemba
Sore itu.
„Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati
Siang tadi!‟
Perbedaan perasaan haru itu disebabkan karena perbedaan keterlibatan batin
antara Toto dengan Taufiq. Toto begitu dalam melibatkan rasa harunya terhadap
gadis kecil berkaleng kecil, sedangkan Taufiq melibatkan keharuan kepada tiga anak
kecil yang membawa karangan bunga (Waluyo, 1987:123).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan perasaan dalam puisi
merupakan pengungkapan perasaan penyair. Nada dan perasaan perasaan penyair
akan dapat ditangkap jika puisi itu dibaca dengan keras. Membaca puisi dengan suara
keras akan lebih membantu untuk menemukan perasaan penyair yang
melatarbelakangi terciptanya puisi tersebut. Perasaan yang menjiwai puisi bisa
perasaan gembira, sedih, terharu, patah hati, sombong, mencekam, kesepian, takut
dan menyesal.
2.2.5.3 Nada dan Suasana
Waluyo (1991:125) menyatakan bahwa nada merupakan sikap penyair terhadap
pembaca, sedangkan suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
atau akibat psikologis yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan
suasana puisi saling berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap
pembacanya.
Dengan nada dan suasana hati, penyair memberikan kesan yang lebih mendalam
kepada pembaca. Puisi bukan hanya ungkapan yang bersifat teknis, namun suatu
ungkapan yang total karena seluruh aspek psikologis penyair turut terlibat dan aspek-
aspek psikologis itu dikonsentrasikan untuk memperoleh daya gaib (Waluyo, 1991:
130). Wicaksono (2014:23) berpendapat nada adalah sikap penyair terhadap pembaca
atau penikmat karyanya pada umumnya. Terhadap pembaca, penyair bisa bersikap
rendah hati, angkuh, persuatif, sugestif.
Sebagai contoh puisi bernada main-main dan santai “Belajar Menghargai Hak
azasi Kawan”, sebagai berikut (Waluyo, 1987:126).
Belajar Menghargai Hak azasi Kawan
Jika
Laki mahasiswa
Ya perempuan mahasiswi
Jika
Laki saudara
Ya perempuan saudari
Laki pemuda
Ya perempuan pemudi
Jika laki putra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Ya perempuan putri
Jika laki kawan
Ya perempuan kawin
Jika
Kawan kawin
Ya jangan ngintip
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa nada merupakan sikap
penyair terhadap pembaca, sedangkan suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah
membaca puisi itu akibat psikologis yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca.
Nada dan suasana puisi saling berhubungan. Nada puisi menimbulkan suasana
tertentu terhadap pembaca. Nada duka yang diciptakan penyair dapat menimbulkan
suasana iba di hati pembaca. Nada kritik yang diberikan penyair dapat menimbulkan
suasana penuh pemberontakan bagi pembaca.
2.2.5.4 Amanat
Waluyo (1991:130) berpendapat bahwa amanat yang hendak disampaikan oleh
penyair dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi itu.
Tujuan/amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya.
Amanat tersirat dibalik kata-kata yang disusun, dan juga berada dibalik tema yang
diungkapkan. Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair mungkin secara sadar
berada dalam pikiran penyair, namun lebih banyak penyair tidak sadar akan amanat
yang diberikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Waluyo (1991: 134) menjelaskan bahwa amanat puisi adalah maksud yang
hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak disampaikan
penyair. Tiap penyair bermaksud ikut meningkatkan martabat manusia dan
kemanusiaan. Penghayatan terhadap amanat sebuah puisi tidak secara obyektif,
namun subyektif, artinya berdasarkan interpretasi pembaca.
Berdasarkan dengan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa amanat dalam
puisi merupakan pesan didalam sebuah puisi, yang disampaikan oleh penyair kepada
pembaca. Sikap dan pengalaman pembaca sangat berpengaruh kepada amanat puisi.
Cara menyimpulkan amanat puisi sangat berkaitan dengan cara pandang pembaca
terhadap suatu hal. Meskipun dientukan berdasarkan cara pandang pembaca, amanat
tidak dapat lepas dari tema dan isi puisi yang dikemukakan penyair.
2.3 Kerangka Berpikir
Pada bagian ini akan dipaparkan oleh peneliti kerangka berpikir yang digunakan
dalam unsur-unsur pembangun pada kumpulan puisi esai Mata Luka Sengkon Karta
Karya Peri Sandi Huizhce. Unsur-unsur pembangun pada puisi meliputi struktur fisik
dan struktur batin. Struktur fisik merupakan pengucapan maksud yang hendak
disampaikan penyair melalui bahasa. Struktur batin adalah mengungkapkan makna
secara tidak langsung dapat dihayati melalui perasaan dan suasana jiwa.
Data yang ditemukan yaitu fenomena ketidakdilan terhadap hukum di Indonesia
atau kritik sosial. Saat ini masih bergejolak pada kasus kegagalan penegakan
keadilan. Sumber data yang digunakan yaitu tujuh puisi esai Mata Luka Sengkon
Karta Karya Peri Sandi Huizhce. Setiap data akan ditafsirkan stuktur fisik dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
struktur batin ke dalam bahasa yang mudah dipahami, karena bahasa yang digunakan
dalam kumpulan puisi menggunakan gaya bahasa dan makna yang puitis artinya
setiap kalimat akan ditafsirkan dengan bahasa yang sederhana oleh peneliti dengan
berbekal beberapa teori dan contoh. Harapannya dengan menganalisis struktur fisik
dan struktur batin dalam puisi ini dapat memberikan pemahaman bagi pembaca
sastra.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
STRUKTUR
FISIK
TEORI STUKTUR FISIK
DAN STRUKTUR BATIN
DARI WALUYO (1991),
WICAKSONO (2014),
PRADOPO (2014)
STRUKTUR
FISIK
1. DIKSI
2. PENGIMAJIAN
3. KATA KONKRET
4. BAHASA FIGURATIF
5. VERSIFIKASI
6. TIPOGRAFI
STRUKTUR
BATIN
1. TEMA
2. PERASAAN
3. NADA
4. AMANAT
ANALISIS STRUKTUR FISIK DAN STRUKTUR
BATIN DALAM KUMPULAN PUISI ESAI
MATA LUKA SENGKON KARTA KARYA PERI
SANDI HUIZHCE
FENOMENA KETIDAKADILAN
TERHADAP HUKUM DI
INDONESIA
TUJUH PUISI ESAI MATA LUKA
SENGKON KARTA KARYA PERI
SANDI HUIZHCE
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian yang berjudul “Analisis Struktur fisik dan Struktur Batin dalam
kumpulan puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce” ini
termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Artinya, data maupun fakta yang telah
dihimpun oleh peneliti berbentuk kata atau gambar. Sugiyono (2010:222)
memaparkan bahwa penelitian kualitatif dipilih sebagai human instrument (instrumen
yang diteliti adalah orang atau manusia) memiliki fungsi untuk menetapkan fokus
penelitian, pemilihan informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data,
menilai kualitas data yang dipakai dalam penelitian ini, analisis data, menafsirkan
data, dan membuat kesimpulan atas temuannya. Di samping itu, Moleong (2007:6)
menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
3.2. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian sastra ini merupakan jenis penelitian struktural. Kata struktural
mempunyai arti kesatuan yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berkaitan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
33
71
memberi makna (Waluyo, 1992:93). Analisis struktural adalah analisis yang melihat
bahwa unsur-unsur struktur saling berhubungan erat, saling menentukan artinya.
Sebuah unsur tidak mempunyai makna dengan sendirinya terlepas dari unsur-unsur
lainnya. Jadi, kesatuan unsur-unsur dalam karya sastra bukan hanya berupa kumpulan
atau tumpukan hal-hal atau benda-benda yang berdiri sendiri, melainkan hal-hal yang
saling terikat, saling berkaitan, dan bergantung (Pradopo, 1987:118).
3.3. Sumber Data dan Data
Sumber data dalam penelitian ini berupa kumpulan puisi esai Mata Luka
Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce. Menurut KBBI (2008: 296), data
merupakan keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis
atau kesimpulan). Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh
(Arikunto, 210: 172). Sumber data penelitian ini adalah kumpulan puisi esai Mata
Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce. Data yang digunakan dalam
penelitian ini berupa frasa, dan kalimat yang mengandung unsur pembangun puisi,
yaitu struktur fisik dan struktur batin. Puisi yang diambil dari kumpulan puisi esai
tersebut berjumlah tujuh, yaitu Pengakuan Gunel, Terengah-Engah dalam Tabung dan
Selang, Hari Pertama di Tahun yang Lama, Mengadukan Gugatan, Serupa
Maskumambang, Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi, Kesaksian Luka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik catat dan baca.
Berkaitan dengan hal tersebut, Mahsun (2007:243) mengatakan bahwa teknik catat
merupakan teknik lanjut yang dilakukan ketika menerapkan teknik baca, yaitu
mencatat data yang diklasifikasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan sumber data primer yaitu Kumpulan Puisi Esai Mata
Luka Sengkon Karta Karya Peri Sandi Huizhce. Data yang sudah ada dicermati dan
dipilah-pilah yang kemudian diklasifikasikan ke dalam struktur fisik dan struktur
batin. Selanjutnya, puisi lebih dispesifikasikan lagi dalam kategori yang terdapat
dalam struktur fisik maupun struktur batin. Langkah-langkah dalam pengumpulan
data tersebut sebagai berikut.
a) Peneliti membaca kumpulan puisi esai Mata Luka Sengkon karta karya Peri
Sandi Huizhce.
b) Peneliti menelaah kumpulan puisi Esai Mata Luka Sengkon karta karya Peri
Sandi Huizhce.
c) Peneliti mencatat kata-kata yang berkaitan dengan unsur-unsur struktur fisik
maupun struktur batin.
d) Peneliti membuat tabulasi mengenai unsur-unsur struktur fisik dan struktur
batin yaitu dengan cara mengklasifikasikan dan menganalisis data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
3.5. Intrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini yaitu penelitian sendiri (human instrument) yang
merupakan alat pengumpul data utama. Hal ini dilakukan karena apabila
memanfaatkan alat yang bukan manusia dan mempersiapkan terlebih dahulu sebagai
yang lazim digunakan dalam penelitian klasik, sangat tidak mungkin untuk
mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan yang ada (Ghony dan Almansur,
2014:33). Human instrument atau manusia sebagai instrumen utama dalam penelitian
ini adalah peneliti yang sudah ada berbekal teori struktur fisik dan batin puisi pada
khususnya. Selain itu, peneliti juga berbekal mengenai teori sastra khususnya
pemakaian bahasa dalam puisi.
3.6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
teknik analisis bahasa yang diungkapkan oleh Sudaryanto (1993:55), yaitu teknik
perluasan. Adapun kegunaan teknik perluasan adalah untuk menentukan segi-segi
kemaknaan satuan lingual tertentu. Penggunaan teknik perluasan juga digunakan
untuk mengetahui kadar kesinoniman bila menyangkut dua satuan atau dua unsur
satuan yang berlainan tetapi diduga bersinonima satu sama lain. Teknik perluasan
yang diutarakan Sudaryanto kemudian dikembangkan disesuaikan dengan objek
penelitian. Pengembangan dan penyesuaian dilakukan karena objek penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
terdapat dalam data penelitian yang berupa struktur fisik dan struktur batik dalam
kumpulan puisi esai Mata Luka Sengkon karta karya Peri Sandi Huizhce.
Analisis data akan dilakukan pada saat pertama kali peneliti mengumpulkan data.
Setelah mengumpulkan data, peneliti akan melakukan analisis data dengan langkah
sebagai berikut:
a) Mengidentifikasi, data-data yang telah terkumpul diidentifikasi dengan
mengkaji tuturan dengan menggunakan teori stuktur fisik dan stuktur batin
puisi.
b) Mengklasifikasi, data diklasifikasikan berdasarkan kesamaan kasus atau
masalah penelitian yang mengacu pada teori.
c) Menginterpretasi, atau dilakukan pemberian makna atau pemaknaan pada
data-data tersebut.
d) Mendeskripsikan, data yang sudah dikaji kemudian dipaparkan dan dijelaskan
e) Menyerahkan hasil analisis data kepada triangulator untuk diperiksa.
f) Melakukan perbaikan sesuai dengan saran triangulator.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Tabel 3.1
Tabel Klasifikasi Struktur Fisik
No. Struktur Fisik Puisi Triangulasi
1. Diksi (pilihan kata) Deskripsi Setuju Tidak setuju
2. Pengimajian
3. Kata Konkret
4. Bahasa Figuratif
(Majas)
5. Versifikasi
6. Tata Wajah
Tabel 3.2
Tabel Klasifikasi Struktur Batin
No. Struktur Fisik Batin Triangulasi
1. Tema Deskripsi Setuju Tidak setuju
2. Perasaan
3. Nada dan Suasana
4. Amanat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
3.7. Triangulasi Data
Moleong (2007: 330) mengatakan bahwa triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik tringulasi
yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Dengan
kata lain bahwa dengan triangulasi, peneliti dapat me-recheck temuannya dengan
jalan membandingkannya dengan berbabagai sumber, metode, atau teori. Untuk itu
peneliti dapat melakukan dengan jalan: (1) mengajukan berbagai macam variasi
pertanyaan, (2) mengeceknya dengan berbagai sumber data, (3) memanfaatkan
berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan.
Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam proses triangulasi hasil analisis data
penelitian. Pertama, peneliti menyerahkan hasil analisis data kepada triangulator.
Kedua, triangulator memeriksa hasil analisis data peneliti. Ketiga, peneliti melakukan
perbaikan apabila ditemukan kesalahan pada hasil analisis data sesuai petunjuk
triangulator. Keempat, peneliti menyerahkan hasil perbaikan kepada triangulator.
Kelima, setelah triangulator menyatakan keabsahan hasil analisis data, hasilnya akan
digunakan sebagai acuan untuk menyusun pembahasan pada bab IV. Dalam
penelitian ini, peneliti meminta bantuan pakar bahasa dan sastra untuk mengecek
keabsahan penelitian. Trianggulasi penyidik adalah teknik tringgulasi yang
memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali
derajat kepercayaan data. Dalam penelitian ini, peneliti meminta bantuan kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Bapak Petrus Hariyanto, M.Pd untuk megecek dan penelitian dengan cara
mencocokkan dengan teori yang sudah didapatkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini penyair akan menguraikan hasil-hasil penelitian sekaligus
pembahasannya. Hasil penelitian dan pembahasan ini menyangkut unsur-unsur
struktur fisik dan struktur batin dalam kumpulan puisi Esai Mata Luka Sengkon karta
karya Peri Sandi Huizhce, puisi tersebut yaitu “Pengakuan Gunel”, “Terengah-Engah
dalam Tabung dan Selang”, “Hari Pertama di Tahun yang Lama”, “Mengadukan
Gugatan”, “Serupa Maskumambang”, “Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi”,
“Kesaksian Luka”. Unsur-unsur yang terdapat dalam ketujuh puisi nantinya akan
diklarifikasikan lagi menurut unsur-unsur dari struktur fisik dan struktur batin. Unsur-
unsur struktur fisik yaitu diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif (majas),
versifikasi, dan tata wajah (tipografi), sedangkan unsur-unsur struktur batin yaitu
tema, perasaan penyair, nada dan suasana, dan amanat. Berikut akan diuraikan
pembahasan terkait struktur fisik dan struktur batin kumpulan puisi Esai Mata Luka
Sengkon karta karya Peri Sandi Huizhce.
4.1 Puisi “Pengakuan Gunel”
Puisi “Pengakuan Gunel” secara khusus menceritakan tentang ketidakadilan dan
penderitaan dalam kehidupan sosial. Puisi ini terdiri atas tiga bait. Berikut dijelaskan
puisi tersebut secara lengkap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Gambar 4.1
Peta Konsep Struktur Fisik dan Struktur Batin puisi “Pengakuan Gunel”
KRITIK
SOSIAL
Pilihan
Kata
Kata
Konkret
Kiasan
(Gaya
Bahasa)
Pengimajian
Suasana
Kesedihan Kemarahan
Ketololan dan
kegebologan
Kegoblogan
Ketololan
Pendengaran
n
Penglihatan
ABRI
Mata Picek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
(1) yang benar tapi disalahkan
aku salah tapi lolos dari hukum
“woi ABRI…woi…Polisi…
mata kalian mata picek!
sayalah pembunuh dan perampok yang sebenarnya
mereka tak akan mengakui kesalahan
karena mereka tak melakukannya,
kecuali kalian paksa dan siksa
ketololan macam apa yang dilakukan hukum
apakah tidak ada penyidikan kembali pada kasus ini
goblog benar hukum di negeri ini
coba buka kain yang menutupi mata keadilan
coba todongkan pistol dan senjata
ke kepala anak kalian
kegoblogan yang disertai ketololan
hanya akan menghasilkan pembusukan!”
(2) dua belas tahun penjara
waktu yang sebentar
aku aman di dalamnya
(3) waktu malam kujadikan operasi perampokan
waktu siang aku mendekam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
tinggal di penjara dengan ilmu yang sempurna
4.1.1 Struktur Fisik
Waluyo (1991: 71) menyatakan bahwa unsur-unsur bentuk atau struktur fisik
puisi dapat diuraikan dalam metode puisi, yakni unsur estetik yang membangun
struktur luar puisi. Unsur-unsur itu dapat ditelaah, tetapi unsur-unsur itu merupakan
kesatuan yang utuh. Unsur-unsur itu ialah diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa
figuratif (majas), versifikasi, dan tata wajah puisi.
4.1.1.1 Diksi (Pilihan Kata)
Waluyo (1991: 72) menjelaskan bahwa penyair sangat cermat dalam memilih
kata-kata sebab kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi
bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan
kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu, di samping memilih kata
yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya
magis dari kata-kata tersebut. Berikut analisis diksi puisi “Pengakuan Gunel”.
Bait pertama, pilihan /woi ABRI…woi…Polisi/ digunakan penyair untuk
menunjukkan sebagai Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Pilihan kata /lolos/
digunakan penyair untuk menunjukkan seseorang lepas dari segala hukuman. Pilihan
kata /mata picek/ digunakan penyair untuk menunjukkan seseorang yang buta. Pilihan
kata /ketotolan dan kegoblogan/ digunakan penyair untuk menunjukkan bahwa
hokum yang berlaku itu tidak berguna. Pilihan kata /todongkan pistol/ digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
penyair untuk menunjukkan senjata yang diarahkan kearah tubuhnya. Bait kedua,
pilihan kata /aman/ digunakan penyair untuk menunjukkan sebagai bebas dari
ancaman lainnya. Bait ketiga, pilihan kata /mendekam/ digunakan penyair untuk
menunjukkan seseorang yang bersembunyi di sebuah ruangan. Hal-hal yang menarik
dan menonjol dari puisi “Pengakuan Gunel” adalah pilihan kata atau diksi yang
sudah menggambarkan dengan jelas apa itu pengakuan gunel. Ini digambarkan
melalui adanya kata-kata lolos, mata picek, ketotolan dan kegoblogan. Bait ketiga,
pilihan kata /mendekam/ digunakan penyair untuk menunjukkan seseorang yang
bersembunyi di sebuah ruangan.
4.1.1.2 Pengimajian
Menurut Waluyo (1991: 78) ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan
kata konkret. Secara singkat Waluyo (2003: 10) menjelaskan bahwa pengimajian
adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa
yang dinyatakan oleh penyair, sehingga hal yang digambarkan seolah-olah dapat
dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).
1) Imaji Auditif
Imaji auiditif adalah imaji yang mengandung gema suara. Jika penyair
menginginkan imaji pendengar, maka puisi perlu dihayati sehingga seolah-olah
mendengarkan sesuatu (Waluyo, 1991: 78).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Bait ke-1
yang benar tapi disalahkan
aku salah tapi lolos dari hukum
“woi ABRI…woi…Polisi…
mata kalian mata picek!
sayalah pembunuh dan perampok yang sebenarnya
mereka tak akan mengakui kesalahan
karena mereka tak melakukannya,
kecuali kalian paksa dan siksa
ketololan macam apa yang dilakukan hukum
apakah tidak ada penyidikan kembali pada kasus ini
goblog benar hukum di negeri ini
coba buka kain yang menutupi mata keadilan
coba todongkan pistol dan senjata
ke kepala anak kalian
kegoblogan yang disertai ketololan
hanya akan menghasilkan pembusukan!”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Pada bait di atas, terdapat imaji auditif yang ditunjukkan dengan kata-kata /woi
ABRI…woi…Polisi… mata kalian mata picek!/. Penyair mengajak mengajak
pembaca atau pendengar untuk seakan-akan mendengar seseorang mengeluh kepada
polisi.
2) Imaji Visual
Imaji visual adalah imaji yang mengandung benda-benda yang nampak. Jika
penyair menginginkan imaji penglihatan, maka puisi perlu dihayati seolah-olah
melukiskan sesuatu yang bergerak (Waluyo, 1991: 78).
Bait ke-1
apakah tidak ada penyidikan kembali pada kasus ini
goblog benar hukum di negeri ini
coba buka kain yang menutupi mata keadilan
coba todongkan pistol dan senjata
ke kepala anak kalian
kegoblogan yang disertai ketololan
hanya akan menghasilkan pembusukan!”
Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata coba buka
kain dan pistol dan senjata. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-
akan mengeluh seseorang yang mengeluh kepada ABRI dan polisi. Hal-hal yang
menarik dan menonjol dari puisi “Pengakuan Gunel” sudah menggambarkan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
jelas apa itu “Pengakuan Gunel”. Ini digambarkan adanya imaji auditif yang
digambarkan dengan /woi ABRI…woi…Polisi… mata kalian mata picek!/, timaji
visual yang digambarkan dengan kain dan pistol dan senjata.
4.1.1.3 Kata Konkret
Untuk membangkitkan imaji pembaca (daya bayang), kata-kata harus
diperkonkret. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang
menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat
hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang (Waluyo, 1991: 81). Kata-kata
konkret yang terdapat dalam puisi “Pengakuan Gunel” adalah sebagai berikut.
Bait ke-1
apakah tidak ada penyidikan kembali pada kasus ini
goblog benar hukum di negeri ini
coba buka kain yang menutupi mata keadilan
coba todongkan pistol dan senjata
ke kepala anak kalian
kegoblogan yang disertai ketololan
hanya akan menghasilkan pembusukan!”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Untuk mengkonkretkan sebuah keadaan di dalam penjara, penyair menggunakan
kata coba buka kain yang menutupi mata keadilan, coba todongkan pistol dan
senjata pistol, ke kepala anak kalian. Hal tersebut dikarena seseorang yang
merasakan ketidakadilan di Indonesia. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari puisi
“Pengakuan Gunel” adalah kata-kata yang dapat membuat pembaca seolah-olah
melihat, mendengarkan atau merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini
digambarkan melalui kata-kata coba buka kain yang menutupi mata keadilan, coba
todongkan pistol dan senjata pistol, ke kepala anak kalian
4.1.1.4 Bahasa Figuratif (Majas)
Waluyo (1991: 83) menjelaskan bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan
penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak
langsung mengungkapkan makna. Untuk memahami bahasa figuratif ini, pembaca
harus menafsirkan kiasan dan lambang yang dibuat penyair baik lambang yang
konvensional maupun yang nonkonvensional. Kiasan terdiri dari metafora, simile,
personifikasi, hiperbola, sinekdoke, dan ironi. Sedangkan perlambangan terdiri dari
lambang warna, lambang benda, lambang bunyi, dan lambang suasana.
1) Kiasan (Gaya Bahasa)
Kiasan yang dimaksud oleh Waluyo adalah kiasan yang mempunyai makn lebih
luas dengan gaya bahasa kiasan karena mewakili apa yang secara tradisional disebut
gaya bahasa secara keseluruhan. Jelasnya, penggunaan kiasan untuk menciptakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam bahasa puisi (Waluyo, 1991:
84). Gaya bahasa terdapat dalam puisi “Pengakuan Gunel” dapat memperindah puisi
itu sendiri dan dapat memberikan daya tarik bagi pembaca, kata-kata menjadi lebih
hidup, dan menimbulkan kejelasan gambar angan.
a. Sinekdoke
Sinekdoke adalah menyebutkan sebagian untuk maksud keseluruhan, atau
menyebutkan keseluruhan untuk maksud sebagian. Terbagi atas pro toto ( menyebut
sebagian untuk keseluruhan) dan totem pro parte (menyebutkan keseluruhan untuk
maksud sebagian) (Waluyo, 1991: 85). Berikut adalah sinekdoke puisi “Pengakuan
Gunel”.
Bait ke-1 (sebagian menjelaskan keseluruhan/ part pro toto)
yang benar tapi disalahkan
aku salah tapi lolos dari hukum
“woi ABRI…woi…Polisi…
mata kalian mata picek!
sayalah pembunuh dan perampok yang sebenarnya
mereka tak akan mengakui kesalahan
karena mereka tak melakukannya,
kecuali kalian paksa dan siksa
ketololan macam apa yang dilakukan hukum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
apakah tidak ada penyidikan kembali pada kasus ini
goblog benar hukum di negeri ini
coba buka kain yang menutupi mata keadilan
coba todongkan pistol dan senjata
ke kepala anak kalian
kegoblogan yang disertai ketololan
hanya akan menghasilkan pembusukan!”
Untuk menjelaskan pengakuan gunnel yang mengeluh terhadap hukum di negeri
ini, penyair menggunakan kata-kata seperti ketololan dan kegoblogan.
Bait ke-3 (sebagian menjelaskan keseluruhan/ part pro toto)
waktu malam kujadikan operasi perampokan
waktu siang aku mendekam
tinggal di penjara dengan ilmu yang sempurna
Untuk menjelaskan pengakuan gunnel pada waktu itu berada di dalam penjara,
penyair melukiskan dengan menggunakan kata-kata seperti mendekam. Hal-hal yang
menarik dan menonjol dari puisi “Pengakuan Gunel” adalah beberapa gaya bahasa
yang dapat memperindah bait dan juga makna dibaliknya denga jelas. Ini
digambarkan melalui gaya bahasa sinekdoke gaya seperti ketotolan, kegogblogan,
dan mendekam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
2) Perlambangan
Perlambangan seperti halnya kiasan, perlambangan digunakan penyair untuk
memperjelas makna dan membuat nada dan suasana sajak menjadi lebih jelas,
sehingga dapat menggugah hati pembaca (Waluyo, 1991: 87). Menggunakan lambang
dalam sebuah lirik lagu akan membuat makna lebih hidup, lebih jelas, dan lebih
mudah dibayangkan oleh pembaca.
a. Lambang Suasana
Lambang suasana dapat dilambangkan dengan suasana lain yang lebih konkret.
Lambang suasana biasanya dilukiskan dalam kalimat atau alinea dengan demikian
yang diwakili adalah suatu suasana dan bukan hanya peristiwa sepintas (Waluyo,
1991: 89).
Bait ke-3
waktu malam kujadikan operasi perampokan
waktu siang aku mendekam
tinggal di penjara dengan ilmu yang sempurna
Pada bait diatas terdapat lambang suasana yang ditunjukkan dengan kata
mendekam. Kata tersebut digunakan penyair untuk menggambarkan seseorang
menyendiri yang berada disebuah penjara. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari
puisi “Pengakuan Gunel” adalah beberapa lambang yang dapat memperkuat makna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
dengan jelas apa itu pengakuan gunel. Ini digambarkan melalui adanya lambang
suasana seperti mendekam.
4.1.1.5 Versifikasi
Bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritme. Versifikasi merupakan
persajakan yang mempengaruhi indahnya suatu puisi. Keindahannya dapat terlihat
dari pengulangan kata atau bunyi yang digunakan. Puisi akan terdengar merdu ketika
menemukan bunyi yang sama ketika dibacakan.Verifikasi memiliki subab rima dan
ritme sebagai berikut.
1) Rima
Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau
orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk
mengulang bunyi ini, penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara
ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi (Waluyo, 1991:
90). Berikut adalah rima dari puisi “Pengakuan Gunel”.
Bait ke-2
dua belas tahun penjara
waktu yang sebentar
aku aman di dalamnya
Rima yang sering muncul pada bait ke-2 yaitu /a/-/a/-/a/. Larik pertama sampai
ketiga memiliki persamaan bunyi a.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
a. Bentuk Intern Pola Bunyi Aliterasi di Awal Kata
Persamaan bentuk konsonan di awal kata pada puisi “Pengakuan Gunel” adalah
sebagai berikut.
Bait ke-1
apakah tidak ada penyidikan kembali pada kasus ini
goblog benar hukum di negeri ini
coba buka kain yang menutupi mata keadilan
coba todongkan pistol dan senjata
ke kepala anak kalian
kegoblogan yang disertai ketololan
hanya akan menghasilkan pembusukan!”
Pada bait diatas terdapat aliterasi di awal kata pada larik kedalapan; /k/ pada kata
kegoblogan dan ketololan.
Bait ke-3
waktu malam kujadikan operasi perampokan
waktu siang aku mendekam
tinggal di penjara dengan ilmu yang sempurna
Pada bait diatas terdapat Aliterasi di awal kata pada larik ketiga; /d/ pada kata di
dan dengan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
b. Bentuk Intern Pola Bunyi Asonansi di Akhir Kata
Persamaan bentuk aliterasi di asonansi di akhir kata pada puisi “Pengakuan
Gunel” adalah sebagai berikut.
Bait ke-1
coba buka kain yang menutupi mata keadilan
coba todongkan pistol dan senjata ke kepala anak kalian
kegoblogan yang disertai ketololan
hanya akan menghasilkan pembusukan!”
Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik pertama; /a/ pada
buka dan mata, dan asonansi di akhir kata pada larik kedua; /a/ pada coba, senjata
dan kepala.
Bait ke-2
dua belas tahun penjara
waktu yang sebentar
aku aman di dalamnya
Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik pertama; /a/ pada dua
dan penjara.
Bait ke-3
waktu malam kujadikan operasi perampokan
waktu siang aku mendekam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
tinggal di penjara dengan ilmu yang sempurna
Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik kedua; /u/ pada waktu
dan aku., dan asonansi di akhir kata pada larik ketiga; /a/ pada penjara dan
sempurna.
c. Pengulangan Kata/Ungkapan
Pengulangan kata atau ungkapan pada puisi “Pengakuan Gunel” adalah sebagai
berikut.
Bait ke-2
dua belas tahun penjara
waktu yang sebentar
aku aman di dalamnya
Bait ke-3
waktu malam kujadikan operasi perampokan
waktu siang aku mendekam
tinggal di penjara dengan ilmu yang sempurna
Pada kedua bait di atas terdapat pengulangan kata waktu dalam bait ke-2 larik
pertama dengan bait ke-3 larik pertama dan kedua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
2) Ritma
Ritma merupakan pertentangan bunyi: tinggi/ rendah, panjang/ pendek, keras/
lemah, yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk
keindahan (Slametmuljana dalam Waluyo, 1990: 94).
yang benar tapi disalahkan/
aku salah tapi lolos dari hukum/
“woi ABRI…woi…Polisi…/
mata kalian mata picek!/
sayalah pembunuh dan perampok yang sebenarnya/
mereka tak akan mengakui kesalahan/
karena mereka tak melakukannya/
kecuali kalian paksa/ dan siksa/
ketololan macam apa yang dilakukan hokum/
apakah tidak ada penyidikan kembali pada kasus ini/
goblog benar hukum di negeri ini/
coba buka kain yang menutupi mata keadilan/
coba todongkan pistol dan senjata/ ke kepala anak kalian/
kegoblogan/ yang disertai ketololan/
hanya akan menghasilkan pembusukan!”/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
dua belas/ tahun penjara/
waktu yang sebentar/
aku aman/ di dalamnya/
waktu malam/ kujadikan operasi perampokan/
waktu siang/ aku mendekam/
tinggal di penjara/ dengan ilmu yang sempurna/
4.1.1.6 Tata Wajah (Tipografi)
Waluyo (1991: 97) menyatakan bahwa tipografi merupakan pembeda yang
penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun
periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak
bermula dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan
dari halaman yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal tersebut tidak
berlaku bagi tulisan yang berbentuk prosa. Ciri yang demikian menunjukkan
eksistensif sebuah puisi.
Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul “Pengakuan Gunel” berbentuk bait-bait.
Pada setiap bait memiliki jumlah larik yang berbeda-beda dan larik dalam setiap bait
saling berkaitan. Pada bait ke-1 mengungkapkan kemarahan manusia terhadap hukum
di negeri ini, pada bait ke-2 mengungkapkan menjadi korban, bait ke-3
mengungkapkan manusia yang berada dipenjara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Puisi tersebut terdiri dari tiga bait dan tiap bait berisi larik yang bervariasi, ada
yang terdiri enam belas,tiga,dua dan satu. Penyairan lirik di mulai dari tepi kiri
halaman sampai pertengahan halaman dan dilanjutkan pada baris berikutnya. Bait ke-
1 terdiri dari enam belas larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik kedua
terdiri dari enam kata, larik ketiga terdiri dari tiga kata, larik keempat terdiri dari
empat kata, larik kelima terdiri dari enam kata, larik keenam terdiri dari lima kata,
larik ketujuh terdiri dari empat kata, larik kedelapan terdiri dari lima kata, larik
kesembilan terdiri dari enam kata, larik kesepuluh terdiri dari delapan kata, larik
kesebelas terdiri dari enam kata, larik kedua belas terdiri dari delapan kata, larik
ketiga belas terdiri dari enam kata, larik ketiga belas terdiri dari lima kata, larik
keempat belas terdiri dari empat kata, larik kelima belas terdiri dari empat kata, larik
keenam belas terdiri dari empat kata. Bait ke-2 terdiri dari tiga larik; larik pertama
terdiri dari empat kata, larik kedua terdiri dari tiga kata, larik ketiga terdiri dari tiga
kata. Bait ke-3 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri dari lima kata, larik kedua
terdiri dari empat kata, larik ketiga terdiri dari lima kata.
4.1.2 Struktur Batin
Struktur batin yaitu struktur yang mengungkapan hal yang hendak
dikemukakan oleh penyair dengan perasaan dan suasana jiwanya. Unsur-unsur
struktur batin tidak langsung tampak pada fisik puisi, harus digali dari fisik puisi
tersebut. Struktur batin puisi meliputi: tema, perasaan penyair, nada dan amanat
(Waluyo, 1991: 102).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
4.1.2. Tema
Menurut Waluyo (1991: 106-107), tema merupakan gagasan pokok atau
subject-matter yang dikemukakan penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu
begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama
pengucapannya.
Puisi “Pengakuan Gunel” mengandung tema besar kehidupan sosial. Secara
khusus puisi tersebut bertemakan gejala-gejala sosial yang meresahkan masyarakat.
Hal tersebut ditunjukkan pada awal hingga akhir bait menggambarkan tentang kritik
sosial dalam kehidupan sosial. Puisi ini mengkritik tentang kegagalan penegak
keadilan. Kegagalan penegakan keadilan akan menimbulkan bahaya bagi integritas
moral proses pidana dan dapat merusak kepercayaan masyarakat akan penegakan
hukum. Kegagalan penegakan keadilan tersebut dapat dilihat dari kata disalahkan,
picek, kegoblogan, ketololan. Di samping itu, tema dapat dibuktikan setelah menelaah
unsur-unsur yang terdapat pada struktur fisik. Diksi, pengimajian, kata konkret,
bahasa figuratif, versifikasi, serta tipografi merupakan unsur-unsur yang memperkuat
tema kehidupan sosial.
4.1.2.2 Perasaan
Waluyo (1991: 134) menyatakan bahwa perasaan dalam puisi adalah
perasaan yang disampaikan penyair melalui puisinya. Puisi mengungkapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
perasaan yang beraneka ragam, mungkin perasaan sedih, kecewa, terharu, benci,
rindu, cinta, kagum, bahagia, ataupun perasaan setia kawan.
Dalam puisi “Pengakuan Gunel”, penulis mengungkapkan perasaan sedih disertai
kemarahan. Penderitaan tersebut ditimbulkan oleh ketidakdilan hukum di negeri ini.
Hal ini dapat terlihat pada pengulangan bunyi pada setiap akhir puisi. Berikut kutipan
dari puisi tersebut.
(1) yang benar tapi disalahkan
aku salah tapi lolos dari hukum
“woi ABRI…woi…Polisi…
mata kalian mata picek!
sayalah pembunuh dan perampok yang sebenarnya
mereka tak akan mengakui kesalahan
karena mereka tak melakukannya,
kecuali kalian paksa dan siksa
ketololan macam apa yang dilakukan hukum
apakah tidak ada penyidikan kembali pada kasus ini
goblog benar hukum di negeri ini
coba buka kain yang menutupi mata keadilan
coba todongkan pistol dan senjata
ke kepala anak kalian
kegoblogan yang disertai ketololan
hanya akan menghasilkan pembusukan!”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
4.1.2.3 Nada dan Suasana
Nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca, sedangkan suasana
adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis
yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan suasana puisi saling
berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya
(Waluyo, 1991: 125).
Dalam puisi “Pengakuan Gunel” bernada kekeasalan dan kemarahan. Penyair
mengingatkan pembaca untuk memahami kekesalan terhadap hukum di negeri ini.
Hingga yang benar di dekatkan dengan hukum, sedangkan yang salah dijauhkan dari
hukum. Hal itu ditandai dengan penggunaan kata seperti picek, kegoblogan,
ketololan. Kata-kata itu terlihat jelas mewakili peristiwa kekesalan dan kemarahan
yang marak saat itu. Bertolak dari hal itu suasana kekesalan atau pun marah akan
timbul dari pembaca setelah memahami puisi tersebut.
4.1.2.4 Amanat
Waluyo (1991: 134) menjelaskan bahwa amanat puisi adalah maksud yang
hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak
disampaikan penyair. Tiap penyair bermaksud ikut meningkatkan martabat
manusia dan kemanusiaan. Penghayatan terhadap amanat sebuah puisi tidak
secara obyektif, namun subyektif, artinya berdasarkan interpretasi pembaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Amanat dari puisi ini yaitu penyair menyampaikan agar pemerintah di negeri ini
menindaklanjutin ketidakadilan dalam hukum (yang benar tapi disalahkan, ketotolan
macam apa yang dilakukan hukum) . Karena tujuan adanya lembaga peradilan sendiri
untuk memberikan keadilan bagi masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
4.2 Puisi “Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang”
Puisi ”Terangah-Engah dalam Tabung dan Selang” secara khusus menceritakan
cara-cara menghidupi untuk rakyat yang tertindas. Puisi ini terdiri atas lima belas
bait. Berikut dijelaskan puisi tersebut secara lengkap.
Gambar 4.2
Peta Konsep Struktur Fisik dan Struktur Batin puisi “Terengah-Engah
dalam Tabung dan Selang”
Perasaan
KRITIK
SOSIAL
Pilihan
Kata
Kata
Konkret
Kiasan Pengimajian
Suasana
Kesedihan Kemarahan
Menghidupi
mimpi
Petani
Pancasila
Pendengaran Penglihatan
UUD
Lambang
Garuda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
(1) aku seorang petani bojongsari
menghidupi mimpi
dari padi yang ditanam sendiri
(2) kesederhanaan panutan hidup
dapat untung
dilipat dan ditabung
(3) 1974 tanah air yang kucinta
berumur dua puluh sembilan tahun
waktu yang muda bagi berdirinya sebuah negara
lambang garuda
dasarnya pancasila
undang-undang empat lima
merajut banyak peristiwa
(4) peralihan kepemimpinan yang mendesak
bung karno diganti pak harto
dengan dalih keamanan negara
(5) pembantaian enam jenderal satu perwira
enam jam dalam satu malam
mati di lubang tak berguna
tak ada dalam perang mahabarata
bahkan di sejarah dunia
hanya di sejarah Indonesia
(6) pemusnahan golongan kiri
PKI wajib mati
pemimpin otoriter
REPELITA
rencana pembangunan lima tahun
bisa jadi
rencana pembantaian lima tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
(7) di tahun-tahun berikutnya
kudapati penembak misterius
tak ada salah apalagi benar
tak ada hukum negara
(8) pembantaian dimana mana
diburu sampai got dor
di mulut dor
di kepala
diikat tali
dikafani karung
penguasa punya tahta
yang tidak ada
bisa diada-ada
(9) banyak orang jadi rampok
pencopet, penipu, penjudi
pesugihan, pelihara tuyul, ngepet
saling bunuh
atas dasar kebutuhan untuk makan
mencari suaka di tanah sendiri
(10) kemana pemerintah?
sibuk membangun
(11) pemerintah dan rakyat
seperti air dan api
saling memusnahkan meski berdampingan
berdampak bagi petani!
(12) 1971 benih mulai dikomersialkan
pupuk dan obat hama harganya tak sembarang
iuran ulu-ulu dengan dalih perbaikan irigasi
teknologi ikut-ikutan membebani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
kesulitan benih bagus
(13) apalah daya uangpun tak ada
padi jadi rusak
panen gagal
hama berkeliaran seenaknya
(14) bagi keluarga kami
inilah musim paceklik
mencekik
(15) akulah sengkon yang sakit
berusaha mengenang setiap luka
di dada, di punggung, di kaki
di batuk yang berlapis tuberculosis
4.2.1 Struktur Fisik
Waluyo (1991: 71) menyatakan bahwa unsur-unsur bentuk atau struktur fisik
puisi dapat diuraikan dalam metode puisi, yakni unsur estetik yang membangun
struktur luar puisi. Unsur-unsur itu dapat ditelaah, tetapi unsur-unsur itu merupakan
kesatuan yang utuh. Unsur-unsur itu ialah diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa
figuratif (majas), versifikasi, dan tata wajah puisi.
4.2.1.1 Diksi (Pilihan Kata)
Waluyo (1991: 72) menjelaskan bahwa penyair sangat cermat dalam memilih
kata-kata sebab kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi
bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu, di samping memilih kata
yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya
magis dari kata-kata tersebut. Berikut analisis diksi puisi “Terangah-Engah dalam
Tabung dan Selang”.
Bait pertama, pilihan kata /menghidupi mimpi/ digunakan penyair untuk
mununjukkan seorang petani menghidupin dirinya dari menanam padi. Bait kedua,
pilihan kata /lambang garuda/ digunakan penyair untuk menunjukkan lambing
negara Indonesia. Bait ketiga, pilihan kata /dasarnya pancasila/ digunakan penyair
untuk menunjukkan ideologi negara Indonesia. Pilihan kata /undang-undang empat
lima/ digunakan penyair untuk menunjukkan hukum dasar tertulis. Bait keempat,
pilihan kata /peralihan kepemimpinan yang mendesak/ digunakan penyair untuk
menunjukkan pergantian kepala negara secara paksa yaitu Bung Karno diganti Pak
Harto. Pilihan kata /dalih keamanan negara/ digunakan penyair untuk menunjukkan
pergantian kepempimpinan tersebut dilandasi dengan alasan keamanan negara. Bait
kelima, pilihan kata /pembantaian enam jenderal satu perwira/ digunakan penyair
untuk menujukkan suatu sejarah Indonesia yaitu peristiwa G30S. Bait keenam,
pilihan kata /pemusnahan golongan kri PKI wajib mati/ digunakan penyair untuk
menujukkan suatu rencana untuk membunuh semua orang PKI. Pilihan kata
/REPELITA/ digunakan penyair untuk menunjukkan membangun kembali Indonesia
selama lima tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Bait ketujuh, pilihan kata /di tahun-tahun berikutnya, kudapati penembak
misterius/ digunakan penyair untuk menunjukkan dalam situasi menegangkan. Bait
kedelapan, pilihan kata /pembantaian dimana-mana/ digunakan penyair untuk
menunjukkan sebuah situasi suram dan menegangkan. Pilihan kata /penguasa tahta
yang tidak ada bisa di ada-ada/ digunakan penyair untuk menunjukkan suatu
pandangan seseorang yang memiliki harta lebih. Bait kesembilan, pilihan kata
/banyak orang jadi rampok, penipu, penjudi, pesugihan, pelihara tuyul, ngepet,
saling membunuh/ digunakan penyair untuk menunjukkan ketidaknyaman di dalam
kehidupan. Bait kesepuluh, pilihan kata /kemana pemerintah ? sibuk membangun
kesulitan benih bagus/ digunakan penyair untuk menunjukkan bahwa pemerintah
yang melupakan rakyatnya Bait kesebelas, pilihan kata /pemerintah dan rakyat
seperti air dan api/ digunakan penyair untuk menunjukkan sebuah situasi
menegangkan antara pemerintah dengan rakyat. Pilihan kata /saling memusnahkan
meski berdampingan/ digunakan penyair untuk menunjukkan situasi yang saling
menjatuhkan. Bait kedua belas, pilihan kata /1971 benih mulai dikomersialkan/
digunakan penulis untuk menunjukkan situasi harga semakin mahal. Bait ketiga
belas, pilihan kata /apalah daya uangpun tak ada, padi jadi rusak/ digunakan penyair
untuk menunjukkan situasi suram dan menyedihkan. Bait keempat belas, pilihan kata
/musim paceklik/ digunakan penyair untuk menunjukkan situasi kekurangan dan
menyedihkan. Bait kelima belas, pilihan kata /berusaha mengenang setiap luka/
digunakan penyair untuk menunjukkan keadaan sekarat yang terabaikan. Hal-hal
yang menarik dan menonjol dari puisi“Terangah-Engah dalam Tabung dan Selang”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
adalah pilihan kata atau diksi yang sudah menggambarkan dengan jelas apa itu
terangah-engah dalam tabung dan selang. Ini digambarkan melalui adanya kata-kata
lambang garuda, dasarnya pancasila, undang-undang empat lima.
4.2.1.2 Pengimajian
Menurut Waluyo (1991: 78) ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan
kata konkret. Secara singkat Waluyo (2003: 10) menjelaskan bahwa pengimajian
adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa
yang dinyatakan oleh penyair, sehingga hal yang digambarkan seolah-olah dapat
dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).
1) Imaji Auditif
Imaji auiditif adalah imaji yang mengandung gema suara. Jika penyair
menginginkan imaji pendengar, maka puisi perlu dihayati sehingga seolah-olah
mendengarkan sesuatu (Waluyo, 1991: 78).
Bait ke-15
akulah sengkon yang sakit
berusaha mengenang setiap luka
di dada, di punggung, di kaki
di batuk yang berlapis tuberculosis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Pada bait di atas, terdapat imaji auditif yang ditunjukkan dengan kata batuk.
Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan mendengar suara
batuk yang berlapis tubercolusis.
2) Imaji Visual
Imaji visual adalah imaji yang mengandung benda-benda yang nampak. Jika
penyair menginginkan imaji penglihatan, maka puisi perlu dihayati seolah-olah
melukiskan sesuatu yang bergerak (Waluyo, 1991: 78).
Bait ke-2
aku seorang petani bojongsari
menghidupi mimpi
dari padi yang ditanam sendiri
Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata seorang
petani bojongsari dan padi. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk
seakan-akan melihat seorang petani bojongsari dan padi yang ditanam sendiri.
Bait ke-3
lambang garuda
dasarnya pancasila
undang-undang empat lima
merajut banyak peristiwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata garuda dan
undang-undang empat lima. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk
seakan-akan melihat lambang garuda dan undang-undang empat lima yaitu satu
kesatuan negara indonesia.
Bait ke-8
pembantaian dimana mana
diburu sampai got dor
di mulut dor
di kepala
diikat tali
dikafani karung
penguasa punya tahta
yang tidak ada
bisa diada-ada
Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata got, tali dan
karung. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan melihat
seseorang diburu sampai digot, kemudian diikat tali dan dikafani karung.
Bait 9
banyak orang jadi rampok
pencopet, penipu, penjudi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
pesugihan, pelihara tuyul, ngepet
saling bunuh
atas dasar kebutuhan untuk makan
mencari suaka di tanah sendiri
Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata rampok,
pencopet, penipu, penjudi, pesugihan, dan pelihara tuyul. Penyair mengajak
pembaca atau pendengar untuk seakan-akan melihat rampok, pencopet, penipu,
penjudi, pesugihan, dan pelihara tuyul untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.
Bait ke-11
pemerintah dan rakyat
seperti air dan api
saling memusnahkan meski berdampingan
berdampak bagi petani!
Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata air dan api.
Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan melihat pemerintah
dan rakyat seperti air dan api yang saling memunaskan.
Bait ke-12
1971 benih mulai dikomersialkan
pupuk dan obat hama harganya tak sembarang
iuran ulu-ulu dengan dalih perbaikan irigasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
teknologi ikut-ikutan membebani
kesulitan benih bagus
Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata pupuk dan
obat hama. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan melihat
pupuk dan obat hama yang dikomersialkan dan memiliki harga yang tidak
sembarang.
3) Imaji Taktil
Imaji taktil adalah imaji yang mengandung sesuatu yang dapat dirasakan, diraba,
atau disentuh. Jika penyair menginginkan imaji taktil, maka puisi perlu dihayati
seolah-olah merasakan sentuhan perasaan (Waluyo, 1991: 79).
Bait ke-14
bagi keluarga kami
inilah musim paceklik
mencekik
Pada bait di atas, terdapat imaji taktil yang ditunjukkan dengan kata paceklik.
Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan merasakan paceklik.
Hal-hal yang menarik dan menonjol dari puisi “Terangah-Engah dalam Tabung dan
Selang” adalah kata-kata yang dapat membuat pembaca seolah-olah melihat,
mendengarkan atau merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini digambarkan
melalui adanya imaji auditif yang digambarkan dengan batuk, imaji visual
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
digambarkan dengan seorang petani, padi, lambang garuda, undang-undang empat
lima, rampok, pencopet, penipu, penjudi, pesugihan, dan pelihara tuyul, pupuk dan
obat hama dan imaji taktil digambarkan dengan paceklik.
4.2.1.3 Kata Konkret
Untuk membangkitkan imaji pembaca (daya bayang), kata-kata harus
diperkonkret. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang
menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat
hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang (Waluyo, 1991: 81). Kata-kata
konkret yang terdapat dalam puisi “Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang”
adalah sebagai berikut.
Bait ke-3
1974 tanah air yang kucinta
berumur dua puluh sembilan tahun
waktu yang muda bagi berdirinya sebuah negara
lambang garuda
dasarnya pancasila
undang-undang empat lima
merajut banyak peristiwa
Untuk mengkonkretkan sebuah sebuah umur negara Indonesia pada tahun 1974,
penyair menggunakan kata dua puluh sembilan tahun. Untuk mengkonretkan suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
ideologi dan lambang dasar negara Indonesia. Penyair menggunakan kata lambang
garuda, dasarnya pancasila, undang-undang empat lima.
Bait ke-4
peralihan kepemimpinan yang mendesak
bung karno diganti pak harto
dengan dalih keamanan negara
Untuk mengkonkretkan sebuah pergantian kepemimpinan negara, penyair
menggunakan kata peralihan kepemimpinan.
Bait ke-5
pembantaian enam jenderal satu perwira
enam jam dalam satu malam
mati di lubang tak berguna
tak ada dalam perang mahabarata
bahkan di sejarah dunia
hanya di sejarah Indonesia
Untuk mengkonkretkan sebuah peristiwa yang sudah lama terjadi di masa G30S,
penyair menggunakan kata pembantaian enam jenderal satu perwira.
Bait ke-7
di tahun-tahun berikutnya
kudapati penembak misterius
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
tak ada salah apalagi benar
tak ada hukum negara
Untuk mengkonkretkan sebuah peristiwa untuk menanggulangi tingkat kejahatan
yang begitu tinggi pada saat itu, penyair menggunakan kata penembak misterius.
Bait ke-8
pembantaian dimana mana
diburu sampai got dor
di mulut dor
di kepala
diikat tali
dikafani karung
penguasa punya tahta
yang tidak ada
bisa diada-ada
Untuk mengkonkretkan sebuah peristiwa penembakan masal yang dilakukan
pada saat itu, penyair menggunakan kata diburu sampai got dor, kepala, tali
Bait ke-9
banyak orang jadi rampok
pencopet, penipu, penjudi
pesugihan, pelihara tuyul, ngepet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
saling bunuh
atas dasar kebutuhan untuk makan
mencari suaka di tanah sendiri
Untuk mengkonkretkan atas dasar kebutuhan ekonomi, penyair menggunakan
kata jadi rampok pencopet, penipu, penjudi pesugihan, pelihara tuyul, ngepet
saling bunuh.
Bait ke-10
kemana pemerintah?
sibuk membangun
Untuk mengkonkretkan sebuah sindiran terhadap pemerintah yang sibuk
mengurus urusan lainnya, penyair menggunakan kata kemana pemerintah ?.
Bait ke-11
pemerintah dan rakyat
seperti air dan api
saling memusnahkan meski berdampingan
berdampak bagi petani!
Untuk mengkonkretkan sebuah keterkaitan yang menjadi satu, penyair
menggunakan kata air dan api. Untuk mengkonkretkan sebuah kebencian, penyair
menggunakan kata memusnahkan.
Bait ke-12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
1971 benih mulai dikomersialkan
pupuk dan obat hama harganya tak sembarang
iuran ulu-ulu dengan dalih perbaikan irigasi teknologi ikut-ikutan membebani
kesulitan benih bagus
Untuk mengkonkretkan perdagangan barang dengan yang tidak sesuai demi
mendapatkan keuntungan, penyair menggunakan kata pupuk dan obat hama.
Bait ke-13
apalah daya uangpun tak ada
padi jadi rusak
panen gagal
hama berkeliaran seenaknya
Untuk mengkonkretkan situasi kegagalan dan kesedihan yang dirasakan oleh
para petani, penyair menggunakan kata panen gagal.
Bait ke-14
bagi keluarga kami
inilah musim paceklik
mencekik
Untuk mengkonkretkan sebuah situasi yang mengalami kekurangann dalam
aspek ekonomi, penyair menggunakan kata paceklik. Hal-hal yang menarik dan
menonjol dari puisi “Terangah-Engah dalam Tabung dan Selang” adalah kata-kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
yang dapat membuat pembaca seolah-olah melihat, mendengarkan atau merasakan
apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini digambarkan melalui kata-kata lambang
garuda, dasarnya pancasila, undang-undang empat lima.
4.2.1.4 Bahasa Figuratif (Majas)
Waluyo (1991: 83) menjelaskan bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan
penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak
langsung mengungkapkan makna. Untuk memahami bahasa figuratif ini, pembaca
harus menafsirkan kiasan dan lambang yang dibuat penyair baik lambang yang
konvensional maupun yang nonkonvensional. Kiasan terdiri dari metafora, simile,
personifikasi, hiperbola, sinekdoke, dan ironi, sedangkan perlambangan terdiri dari
lambang warna, lambang benda, lambang bunyi, dan lambang suasana.
1) Kiasan (Gaya Bahasa)
Kiasan yang dimaksud oleh Waluyo adalah kiasan yang mempunyai makn lebih
luas dengan gaya bahasa kiasan karena mewakili apa yang secara tradisional disebut
gaya bahasa secara keseluruhan. Jelasnya, penggunaan kiasan untuk menciptakan
efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam bahasa puisi (Waluyo, 1991:
84). Gaya bahasa terdapat dalam puisi “Pengakuan Gunel” dapat memperindah puisi
itu sendiri dan dapat memberikan daya tarik bagi pembaca, kata-kata menjadi lebih
hidup, dan menimbulkan kejelasan gambar angan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
a. Metafora
Metafora adalah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak
disebutkan (Waluyo, 1991: 84). Berikut adalah metafora dari puisi “Terengah-Engah
dalam Tabung dan Selang”.
Bait ke-1
aku seorang petani bojongsari
menghidupi mimpi
dari padi yang ditanam sendiri
Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata-kata
menghidupi mimpi, dari padi yang ditanam sendiri. Pada kata menghidupi mimpi
diartikan sebagai sesuatu yang terlihat dalam tidur dan berangan-angan. Pada kata
padi yang ditanam sendiri diartikan sebagai sesuatu yang menghidupi untuk
kemudian hari.
Bait ke-3
1974 tanah air yang kucinta
berumur dua puluh sembilan tahun
waktu yang muda bagi berdirinya sebuah negara
lambang garuda
dasarnya pancasila
undang-undang empat lima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
merajut banyak peristiwa
Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata-kata. lambang
garuda, dasarnya pancasila, undang-undang empat lima. Pada kata lambang
garuda, dasarnya pancasila, undang-undang empat lima diartikan sebagai sesuatu
yang melambangkan satu kesatuan Indonesia. Hal-hal yang menarik dan menonjol
dari puisi “Pengakuan Gunel” adalah beberapa gaya bahasa yang dapat memperindah
bait dan juga makna dibaliknya denga jelas. Ini digambarkan melalui gaya bahasa
metafora gaya seperti menghidupi mimpi dari padi yang ditanam sendiri dan
lambang garuda, dasarnya pancasila, undang-undang empat lima.
2) Perlambangan
Perlambangan seperti halnya kiasan, perlambangan digunakan penyair untuk
memperjelas makna dan membuat nada dan suasana sajak menjadi lebih jelas,
sehingga dapat menggugah hati pembaca (Waluyo, 1991: 87). Menggunakan lambang
dalam sebuah lirik lagu akan membuat makna lebih hidup, lebih jelas, dan lebih
mudah dibayangkan oleh pembaca.
a. Lambang Benda
Lambang benda digunakan penyair untuk menggantikan sesuatu yang ingin
diucapkan oleh penyair, seperti halnya burung garuda yang digunakan sebagai
lambang persatuan Indonesia (Waluyo, 1991: 88).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Bait ke-1
aku seorang petani bojongsari
menghidupi mimpi
dari padi yang ditanam sendiri
Pada bait di atas terdapat lambang benda yang ditunjukkan dengan kata padi dan
petani. Kata tersebut digunakan penyair untuk melambangkan kehidupan yang begitu
berat.
Bait ke-8
pembantaian dimana mana
diburu sampai got dor
di mulut dor
di kepala
diikat tali
dikafani karung
penguasa punya tahta
yang tidak ada
Pada bait di atas terdapat lambang benda yang ditunjukkan dengan kata tali dan
karung. Kata tali dan karung digunakan penyair untuk melambangkan kekerasan
atau kejahatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Bait ke-12
1971 benih mulai dikomersialkan
pupuk dan obat hama harganya tak sembarang
iuran ulu-ulu dengan dalih perbaikan irigasi
teknologi ikut-ikutan membebani
kesulitan benih bagus
Pada bait di atas terdapat lambang benda yang ditunjukkan dengan kata pupuk
dan obat hama. Kata pupuk dan obat hama digunakan penyair untuk Untuk
melambangkan kenaikan harga bahan pembasmi. Hal-hal yang menarik dan menonjol
dari puisi “Terangah-Engah dalam Tabung dan Selang” adalah beberapa lambang
yang dapat memperkuat makna dengan jelas apa itu pasukan mati. Ini digambarkan
melalui adanya lambang benda seperti petani, padi, tali, karung, pupuk dan hama.
4.2.1.5 Versifikasi
Bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritme. Versifikasi merupakan
persajakan yang mempengaruhi indahnya suatu puisi. Keindahannya dapat terlihat
dari pengulangan kata atau bunyi yang digunakan. Puisi akan terdengar merdu ketika
menemukan bunyi yang sama ketika dibacakan.Verifikasi memiliki subab rima dan
ritme sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
1) Rima
Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau
orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk
mengulang bunyi ini, penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara
ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi (Waluyo, 1991:
90). Berikut adalah rima dari puisi “Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang”.
Bait ke-1
aku seorang petani bojongsari
menghidupi mimpi
dari padi yang ditanam sendiri aku aman di dalamnya
Rima yang sering muncul pada bait ke-1 yaitu /i/-/i/-/i/. Larik pertama sampai
ketiga memiliki persamaan bunyi i.
Bait ke-2
kesederhanaan panutan hidup
dapat untung
dilipat dan ditabung
Rima yang sering muncul pada bait ke-2 yaitu /u/-/u/-u/. Larik pertama sampai
ketiga memiliki persamaan bunyi u.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Bait ke-3
1974 tanah air yang kucinta
berumur dua puluh sembilan tahun
waktu yang muda bagi berdirinya sebuah negara
lambang garuda
dasarnya pancasila
undang-undang empat lima
merajut banyak peristiwa
Rima yang sering muncul pada bait ke-3 yaitu /a/-/u/-/a/-/a/-/a/-/a/-/a/-/a/. Pada
bait tersebut terdapat rima patah. Larik kedua tidak memiliki persamaan bunyi,
sedangkan larik pertama, ketiga, keempat, kelima, keenam dan ketujuh memilik
persamaan bunyi a.
Bait ke-4
peralihan kepemimpinan yang mendesak
bung karno diganti pak harto
dengan dalih keamanan negara
Rima yang sering muncul pada bait ke-4 yaitu /a/-/o/-/a/. Pada bait tersebut
terdapat rima patah. Larik kedua tidak memiliki persamaan bunyi, sedangkan larik
pertama dan ketiga memiliki persamaan bunyi a.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Bait ke-5
pembantaian enam jenderal satu perwira
enam jam dalam satu malam
mati di lubang tak berguna
tak ada dalam perang mahabarata
bahkan di sejarah dunia
hanya di sejarah Indonesia
Rima yang sering muncul pada bait ke-3 yaitu /a/-/a/-/a/-/a/-/ia/-/ia/. Pada bait
tersebut terdapat rima patah. Larik kelima dan keenam tidak memiliki persamaan
bunyi, sedangkan larik pertama sampai keempat memiliki persamaan bunyi a.
Bait ke-7
di tahun-tahun berikutnya
kudapati penembak misterius
tak ada salah apalagi benar
tak ada hukum negara
Rima yang sering muncul pada bait ke-7 yaitu a/-/u/-/a/-/a/. Pada bait tersebut
terdapat rima patah. Larik kedua tidak memiliki persamaan bunyi, sedangkan larik
pertama, ketiga dan keempat memiliki persamaan bunyi a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Bait ke-13
apalah daya uangpun tak ada
padi jadi rusak
panen gagal
hama berkeliaran seenaknya
Rima yang sering muncul pada bait ke-13 yaitu /a/-/a/-a/-/a/. Larik pertama
sampai ketiga memiliki persamaan bunyi a.
Bait ke-14
bagi keluarga kami
inilah musim paceklik
mencekik
Rima yang sering muncul pada bait ke-14 yaitu /i/-/i/-i/. Larik pertama sampai
ketiga memiliki persamaan bunyi i.
Bait ke-15
akulah sengkon yang sakit
berusaha mengenang setiap luka
di dada, di punggung, di kaki
di batuk yang berlapis tuberculosis
Rima yang sering muncul pada bait ke-15 yaitu /i/-/a/-/i/-/i/. Pada bait tersebut
terdapat rima patah. Larik kedua tidak memiliki persamaan bunyi, sedangkan larik
pertama, ketiga dan keempat memiliki persamaan bunyi i.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
a. Bentuk Intern Pola Bunyi Aliterasi di Awal Kata
Persamaan bentuk konsonan di awal kata pada puisi “Terengah-Engah dalam
Tabung dan Selang” adalah sebagai berikut.
Bait ke-1
aku seorang petani bojongsari
menghidupi mimpi
dari padi yang ditanam sendiri
Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik keempat; /d/ pada kata
dari dan ditanam
Bait ke-2
kesederhanaan panutan hidup
dapat untung
dilipat dan ditabung
Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik ketiga; /d/ pada kata
dilipat dan ditabung.
Bait ke-9
banyak orang jadi rampok
pencopet, penipu, penjudi
pesugihan, pelihara tuyul, ngepet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
saling bunuh
atas dasar kebutuhan untuk makan
mencari suaka di tanah sendiri
Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik kata pada larik kedua;
/p/ pada kata pencopet, penipu, penjudi dan aliterasi di awal kata pada larik ketiga; /p/
pada kata pesugihan dan pelihara.
b. Bentuk Intern Pola Bunyi Asonansi di Akhir Kata
Persamaan bentuk aliterasi di asonansi di akhir kata pada puisi “Terengah-Engah
dalam Tabung dan Selang” adalah sebagai berikut.
Bait ke-1
aku seorang petani bojongsari
menghidupi mimpi
dari padi yang ditanam sendiri
Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik pertama; /i/ pada kata
petani dan bojongsari.
Bait ke-3
peralihan kepemimpinan yang mendesak
bung karno diganti pak harto
dengan dalih keamanan negara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik kedua; /o/ pada kata
karno dan harto.
Bait ke-5
pembantaian enam jenderal satu perwira
enam jam dalam satu malam
mati di lubang tak berguna
tak ada dalam perang mahabarata
bahkan di sejarah dunia
hanya di sejarah Indonesia
Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik ketiga; /i/ pada kata
mati dan di, asonansi di akhir kata pada larik keempat; /a/ pada kata ada dan
mahabarata, asonansi di akhir kata pada larik keenam; /a/ pada kata hanya dan
Indonesia.
Bait ke-11
pemerintah dan rakyat
seperti air dan api
saling memusnahkan meski berdampingan
berdampak bagi petani!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik kedua; /i/ pada kata
seperti dan api, asonansi di akhir kata pada larik keempat; /i/ pada kata bagi dan
petani
Bait ke-13
apalah daya uangpun tak ada
padi jadi rusak
panen gagal
hama berkeliaran seenaknya
Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik pertama; /a/ pada kata
daya dan ada, dan asonansi di akhir kata pada larik keempat; /a/ pada kata hama dan
seenaknya.
Bait ke-14
bagi keluarga kami
inilah musim paceklik
mencekik
Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik pertama; /i/ pada kata
bagi dan kami.
c. Pengulangan Kata/Ungkapan
Pengulangan kata atau ungkapan pada puisi “Terengah-Engah dalam Tabung dan
Selang” adalah sebagai berikut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Bait ke-10
kemana pemerintah?
sibuk membangun
Bait ke-11
pemerintah dan rakyat
seperti air dan api
saling memusnahkan meski berdampingan
berdampak bagi petani
Pada kedua bait di atas terdapat pengulangan kata pemerintah dalam bait ke-10
larik pertama dengan bait ke-11 larik pertama.
2) Ritma
Ritma merupakan pertentangan bunyi: tinggi/ rendah, panjang/ pendek, keras/
lemah, yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk
keindahan (Slametmuljana dalam Waluyo, 1990: 94).
aku seorang petani bojongsari/
menghidupi mimpi/
dari padi yang ditanam sendiri/
kesederhanaan panutan hidup/
dapat untung/
dilipat dan ditabung/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
1974 tanah air yang kucinta/
berumur dua puluh sembilan tahun/
waktu yang mud/a bagi berdirinya sebuah negara/
lambang garuda/
dasarnya pancasila/
undang-undang empat lima/
merajut banyak peristiwa/
peralihan kepemimpinan yang mendesak/
bung karno/ diganti pak harto
dengan dalih keamanan negara/
pembantaian enam jenderal satu perwira/
enam jam dalam satu malam/
mati di lubang tak berguna/
tak ada dalam perang mahabarata/
bahkan di sejarah dunia/
hanya di sejarah Indonesia/
pemusnahan golongan kiri/
PKI wajib mati/
pemimpin otoriter/
REPELITA/
rencana pembangunan lima tahun/
bisa jadi/
rencana pembantaian lima tahun/
di tahun-tahun berikutnya/
kudapati/ penembak misterius/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
tak ada salah/ apalagi benar/
tak ada hukum negara /
pembantaian dimana mana/
diburu sampai got dor/
di mulut dor/
di kepala/
diikat tali/
dikafani karung/
penguasa punya tahta/
yang tidak ada/
bisa diada-ada /
banyak orang jadi rampok/
pencopet/ penipu/ penjudi
pesugihan/ pelihara tuyul/ ngepet
saling bunuh/
atas dasar kebutuhan/ untuk makan/
mencari suaka di tanah sendiri/
kemana pemerintah?/
sibuk membangun/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
pemerintah dan rakyat/
seperti air dan api/
saling memusnahkan/ meski berdampingan/
berdampak bagi petani! /
1971 benih mulai dikomersialkan/
pupuk dan obat hama/ harganya tak sembarang/
iuran ulu-ulu dengan/ dalih perbaikan irigasi/
teknologi ikut-ikutan membebani/
kesulitan benih bagus /
apalah daya uangpun tak ada/
padi jadi rusak/
panen gagal/
hama berkeliaran seenaknya/
bagi keluarga kami/
inilah musim paceklik/
mencekik/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
akulah sengkon/ yang sakit/
berusaha mengenang setiap luka/
di dada/ di punggung/ di kaki/
di batuk yang berlapis tuberculosis/
4.2.1.6 Tata Wajah (Tipografi)
Waluyo (1991: 97) menyatakan bahwa tipografi merupakan pembeda yang
penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun
periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak
bermula dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan
dari halaman yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal tersebut tidak
berlaku bagi tulisan yang berbentuk prosa. Ciri yang demikian menunjukkan
eksistensif sebuah puisi.
Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul “Terengah-Engah dalam Tabung dan
Selang” berbentuk bait-bait. Pada setiap bait memiliki jumlah larik yang berbeda-
beda dan larik dalam satu bait saling berkesinambungan. Bait dalam puisi memiliki
fokus pembahasan yang berbeda-beda. Pada bait ke-1 mengungkapkan tentang
kehidupan petani, bait ke-2 mengungkapkan tentang kesederhanaan dalam menjalani
kehidupan, bait ke-3 mengungkapkan tentang berdirinya sebuah negara, bait ke-4
mengungkapkan tentang pergantian kepemimpinan, bait ke-5 mengungkapkan
tentang peristiwa sejarah Indonesia yang telah terjadi, bait ke-6 mengungkapkan
tentang pembangunan kembali, bait ke-7 mengungkapkan tentang penderitaan, bait
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
ke-8 mengungkapkan tentang pembantaian, bait ke-9 mengungkapkan tentang
penyimpangan dalam berkehidupan, bait ke-10 mengungkapkan tentang kesibukan,
bait ke-11 mengungkapkan tentang penderitaan, bait ke-12 mengungkapkan tentang
penderitaan, bait ke-13 mengungkapkan tentang kemiskinan, bait ke-14
mengungkapkan tentang kekurangan dalam ekonomi, bait ke-15 mengungkapkan
tentang luka dan penderitaan.
Penyairan di mulai dari tepi kiri halaman sampai pertengahan halaman dan
dilanjutkan pada baris berikutnya. Bait ke-1 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri
dari empat kata, larik kedua terdiri dari dua kata, dan larik ketiga terdiri lima kata.
Bait ke-2 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri dari tiga kata, larik kedua terdiri
dari dua kata, dan larik ketiga terdiri tiga kata. Bait ke-3 terdiri dari tujuh larik; larik
pertama terdiri dari lima kata, larik kedua terdiri dari lima kata, larik ketiga terdiri
tujuh kata, larik keempat terdiri dari dua kata, larik kelima terdiri dari dua kata, larik
keenam terdiri dari tiga kata, larik ketujuhBait ke-4 terdiri dari tiga larik; larik
pertama terdiri dari lima kata, larik kedua terdiri dari lima kata, larik ketiga terdiri
tujuh kata, larik keempat terdiri dari dua kata, larik kelima terdiri dari dua kata, larik
keenam terdiri dari tiga kata, larik ketujuh terdiri dari tiga kata. Bait ke-4 terdiri dari
tiga larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik kedua terdiri dari lima kata, dan
larik ketiga terdiri empat kata. Bait ke-5 terdiri dari enam larik; larik pertama terdiri
dari lima kata, larik kedua terdiri dari lima kata, larik ketiga terdiri lima kata, larik
keempat terdiri dari lima kata, larik kelima terdiri dari lima kata, larik keenam terdiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
dari empat kata, larik. Bait ke-6 terdiri dari tujuh larik; larik pertama terdiri dari tiga
kata, larik kedua terdiri dari tiga kata, larik ketiga terdiri dua kata, larik keempat
terdiri dari satu kata, larik kelima terdiri dari lima kata, larik keenam terdiri dari dua
kata, lari, larik ketujuh terdiri dari lima kata.
Bait ke-7 terdiri dari empat larik; larik pertama terdiri dari tiga kata, larik kedua
terdiri dari tiga kata, larik ketiga terdiri lima kata, larik keempat terdiri dari lima kata.
Bait ke-8 terdiri dari sembilan larik; larik pertama terdiri dari tiga kata, larik kedua
terdiri dari empat kata, larik ketiga terdiri tiga kata, larik keempat terdiri dari dua
kata, larik kelima terdiri dari dua kata, larik keenam terdiri dari dua kata, lari, larik
ketujuh terdiri dari tiga kata, larik kedelapan terdiri dari tiga kata, larik kesembilan
terdiri dari dua kata. Bait ke-9 terdiri dari enam larik; larik pertama terdiri dari empat
kata, larik kedua terdiri dari tiga kata, larik ketiga terdiri empat kata, larik keempat
terdiri dari dua kata, larik kelima terdiri dari lima kata, larik keenam terdiri dari
empat kata. Bait ke-10 terdiri dari dua larik; larik pertama terdiri dari dua kata, larik
kedua terdiri dari dua kata. Bait ke-11 terdiri dari empat larik; larik pertama terdiri
dari tiga kata, larik kedua terdiri dari empat kata, larik ketiga terdiri empat kata, larik
keempat terdiri dari lima kata, larik kelima terdiri dari tiga kata. Bait ke-12 terdiri
dari lima larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik kedua terdiri dari tujuh
kata, larik ketiga terdiri enam kata, larik keempat terdiri dari tiga kata, larik kelima
terdiri dari tiga kata. Bait ke-13 terdiri dari empat larik; larik pertama terdiri dari lima
kata, larik kedua terdiri dari tiga kata, larik ketiga terdiri dua kata, larik keempat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
terdiri dari tiga kata. Bait ke-14 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri dari tiga
kata, larik kedua terdiri dari tiga kata, larik ketiga terdiri satu kata. Bait ke-15 terdiri
dari empat larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik kedua terdiri dari empat
kata, larik ketiga terdiri enam kata, larik keempat terdiri dari lima kata.
4.2.2 Struktur Batin
Struktur batin yaitu struktur yang mengungkapan hal yang hendak
dikemukakan oleh penyair dengan perasaan dan suasana jiwanya. Unsur-unsur
struktur batin tidak langsung tampak pada fisik puisi, harus digali dari fisik puisi
tersebut. Struktur batin puisi meliputi: tema, perasaan penyair, nada dan amanat
(Waluyo, 1991: 102).
4.2.2. Tema
Menurut Waluyo (1991: 106-107), tema merupakan gagasan pokok atau
subject-matter yang dikemukakan penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu
begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama
pengucapannya.
Puisi “Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang” mengandung tema khusus
yaknik kritik sosial. Melalui puisi ini, penulis memaparkan pertentangan antara dua
hal yang sangat berlawanan antara pemerintah dan rakyat. Hal tersebut ditunjukkan
seperti kata rampok, pencopet, penipu, penjudi, pesugihan, pelihara tuyul, ngepet,
saling bunuh atas dasar kebutuhan untuk makan mencari suaka di tanah sendiri. Di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
samping itu, tema dapat dibuktikan setelah menelaah unsur-unsur yang terdapat pada
struktur fisik. Diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif, versifikasi, serta
tipografi merupakan unsur-unsur yang memperkuat tema kritik sosial.
4.2.2.2 Perasaan
Waluyo (1991: 134) menyatakan bahwa perasaan dalam puisi adalah
perasaan yang disampaikan penyair melalui puisinya. Puisi mengungkapkan
perasaan yang beraneka ragam, mungkin perasaan sedih, kecewa, terharu, benci,
rindu, cinta, kagum, bahagia, ataupun perasaan setia kawan.
Dalam puisi “Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang”, penulis
mengungkapkan rasa kemarahan. Kemarahan itu tampak dari penggalan-penggalan
puisi yang bercerita pemerintah yang sibuk membangun tanpa melihat rakyatnya
sengsara. Berikut kutipan puisi tersebut.
(10) kemana pemerintah?
sibuk membangun
(11) pemerintah dan rakyat
seperti air dan api
saling memusnahkan meski berdampingan
berdampak bagi petani!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
4.2.2.3 Nada dan Suasana
Nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca, sedangkan suasana
adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis
yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan suasana puisi saling
berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya
(Waluyo, 1991: 125).
Dalam puisi “Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang” bernada marah. Ini
dalam puisi tersebut menceritakan kesalahan-kesalahan (banyak orang jadi rampok,
pencopet, penipu, penjudi, pesugihan, pelihara tuyul, ngepet saling bunuh atas dasar
kebutuhan untuk makan mencari suaka di tanah sendiri) yang dilakukan pemerintah
kepada rakyatnya. Bertolak dari hal itu, suasana kekesalan serta marah dapat
ditimbulkan dari pembaca setelah memahami puisi tersebut.
4.2.2.4 Amanat
Waluyo (1991: 134) menjelaskan bahwa amanat puisi adalah maksud yang
hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak
disampaikan penyair. Tiap penyair bermaksud ikut meningkatkan martabat
manusia dan kemanusiaan. Penghayatan terhadap amanat sebuah puisi tidak
secara obyektif, namun subyektif, artinya berdasarkan interpretasi pembaca.
Amanat dari puisi ini yaitu kita sebagai rakyat yang harus saling
bertanggungjawab dalam melakukan apapun. Jangan sampai kita dibodohi (penguasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
punya tahta yang tidak ada bisa diada-ada) oleh pemerintah yang nantinya memecah
belah kita sebagai manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
4.3 Puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama”
Puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama” secara khusus menceritakan
ketidakadilan itu hanya menambah luka. Puisi ini terdiri atas empat bait. Berikut
dijelaskan puisi tersebut secara lengkap.
Gambar 4.3
Peta Konsep Struktur Fisik dan Struktur Batin puisi “Hari Pertama di
Tahun yang Lama”
Seperti
bunga mekar
KRITIK
SOSIAL
Pilihan
Kata
Kata
Konkret
Kiasan
(Gaya
Bahasa)
Pengimajian
Suasana
Kekesalan Kemaraha
n
Menambah
luka
Bunga
mekar
tawon
Perasaan Penglihata
n
Luka
Berilmu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
(1) Dibebaskan
seluruh indonesia tahu
majalah ingin memuat berita kesalahan negara
semua orang berilmu datang ke rumah
rumah seperti bunga mekar
diburu tawon
(2) tanya ini-itu
menyarankan ini-itu
padahal aku ingin damai sejahtera
tak perlu dibesar-besarkan
hanya menambah luka
(3) keadilan bukan untuk diperdebatkan
keadilan mesti keluar dari dalam hati
untuk menghargai diri
(4) bukan dijadikan pasal yang rumit dan
berbelit-belit
hanya dimengerti oleh para ahli hukum
4.3.1 Struktur Fisik
Waluyo (1991: 71) menyatakan bahwa unsur-unsur bentuk atau struktur fisik
puisi dapat diuraikan dalam metode puisi, yakni unsur estetik yang membangun
struktur luar puisi. Unsur-unsur itu dapat ditelaah, tetapi unsur-unsur itu merupakan
kesatuan yang utuh. Unsur-unsur itu ialah diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa
figuratif (majas), versifikasi, dan tata wajah puisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
4.3.1.1 Diksi (Pilihan Kata)
Waluyo (1991: 72) menjelaskan bahwa penyair sangat cermat dalam memilih
kata-kata sebab kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi
bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan
kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu, di samping memilih kata
yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya
magis dari kata-kata tersebut. Berikut analisis diksi puisi “Hari Pertama di Tahun
Yang Lama”.
Bait pertama, pilihan kata /semuaa orang berilmu datang kerumah/ digunakan
penyair untuk menunjukkan orang-orang yang mempunyai intelektual. Pilihan kata
/rumah seperti bunga mekar/ digunakan penyair untuk menunjukkan sesuatu yang
sedang berkembang. Pilihan kata /tawon/ digunakan penyair untuk menunjukkan
sebuah serangan. Bait kedua, pilihan kata /hanya menambah luka/ digunakan penyair
untuk menunjukkan sesuatu masalah. Bait ketiga, pilihan kata /keadilan mesti keluar
dari dalam hati/ digunakan penyair untuk menunjukkan sebuah pengungkapan
seseorang tentang keadilan. Bait keempat, pilihan kata /pasal yang rumit dan
berbelit-belit/ digunakan penyair untuk menunjukkan sebuah ketidakpastian. Pilihan
kata /para ahli hukum/ digunakan penyair untuk menunjukkan seseorang yang
banyak dianggap sebagai sumber terpercaya. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari
puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama” adalah pilihan kata atau diksi yang sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
menggambarkan dengan jelas apa itu pengakuan gunel. Ini digambarkan melalui
adanya kata-kata rumah seperti bunga mekar, tawon, hanya menambah luka.
4.3.1.2 Pengimajian
Menurut Waluyo (1991: 78) ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan
kata konkret. Secara singkat Waluyo (2003: 10) menjelaskan bahwa pengimajian
adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa
yang dinyatakan oleh penyair, sehingga hal yang digambarkan seolah-olah dapat
dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).
1) Imaji Visual
Imaji visual adalah imaji yang mengandung benda-benda yang nampak. Jika
penyair menginginkan imaji penglihatan, maka puisi perlu dihayati seolah-olah
melukiskan sesuatu yang bergerak (Waluyo, 1991: 78).
Bait ke-1
Dibebaskan
seluruh indonesia tahu
majalah ingin memuat berita kesalahan negara
semua orang berilmu datang ke rumah
rumah seperti bunga mekar
diburu tawon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Pada bait di atas, terdapat imaji auditif yang ditunjukkan dengan kata rumah
seperti bunga mekar dan diburu tawon. Penyair mengajak pembaca atau pendengar
untuk seakan-akan melihat kesalahan-kesalahan yang dilakukan pemerintah kepada
rakyat.
2) Imaji Taktil
Imaji taktil adalah imaji yang mengandung sesuatu yang dapat dirasakan, diraba,
atau disentuh. Jika penyair menginginkan imaji taktil, maka puisi perlu dihayati
seolah-olah merasakan sentuhan perasaan (Waluyo, 1991: 79).
Bait ke-2
tanya ini-itu
menyarankan ini-itu
padahal aku ingin damai sejahtera
tak perlu dibesar-besarkan
hanya menambah luka
Pada bait di atas, terdapat imaji auditif yang ditunjukkan dengan kata luka.
Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan merasakan luka. Hal-
hal yang menarik dan menonjol dari puisi“Hari Pertama di Tahun yang Lama” adalah
kata-kata yang dapat membuat pembaca seolah-olah melihat, mendengarkan atau
merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini digambarkan melalui adanya imaji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
visual yang digambarkan dengan rumah seperti bunga mekar, diburu tawon dan imaji
taktil digambarkan dengan luka.
4.3.1.3 Kata Konkret
Untuk membangkitkan imaji pembaca (daya bayang), kata-kata harus
diperkonkret. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang
menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat
hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang (Waluyo, 1991: 81). Kata-kata
konkret yang terdapat dalam puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama” adalah
sebagai berikut.
Bait ke-1
Dibebaskan
seluruh indonesia tahu
majalah ingin memuat berita kesalahan negara
semua orang berilmu datang ke rumah
rumah seperti bunga mekar
diburu tawon
Untuk mengkonkretkan seseorang yang mempunyai intelektual yang tinggi,
penyair menggunakan kata orang, rumah, bunga, tawon. Untuk mengkonkretkan
suatu perkembangan yang telah terjadi antara pemerintah dan rakyatnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Bait ke-2
tanya ini-itu
menyarankan ini-itu
padahal aku ingin damai sejahtera
tak perlu dibesar-besarkan
hanya menambah luka.
Untuk mengkonkretkan sebuah kesedihan, penyair mengunakan kata hanya
menambah luka.
Bait ke-3
keadilan bukan untuk diperdebatkan
keadilan mesti keluar dari dalam hati
untuk menghargai diri
Untuk mengkonkretkan sebuah pengungkapan seseorang tentang keadilan,
penyair menggunakan kata keadilan mesti keluar dari dalam hati.
Bait ke-4
bukan dijadikan pasal yang rumit dan berbelit-belit
hanya dimengerti oleh para ahli hukum
Untuk mengkonkretkan sebuah peraturan undang-undang yang dibuat
membingungkan, penyair menggunakan kata bukan dijadikan pasal yang rumit dan
berbelit-belit. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari puisi “Hari Pertama di Tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
yang Lama” adalah kata-kata yang dapat membuat pembaca seolah-olah melihat,
mendengarkan atau merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini digambarkan
melalui kata-kata orang, rumah, bunga, tawon, luka.
4.3.1.4 Bahasa Figuratif (Majas)
Waluyo (1991: 83) menjelaskan bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan
penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak
langsung mengungkapkan makna. Untuk memahami bahasa figuratif ini, pembaca
harus menafsirkan kiasan dan lambang yang dibuat penyair baik lambang yang
konvensional maupun yang nonkonvensional. Kiasan terdiri dari metafora, simile,
personifikasi, hiperbola, sinekdoke, dan ironi. Sedangkan perlambangan terdiri dari
lambang warna, lambang benda, lambang bunyi, dan lambang suasana.
1) Kiasan (Gaya Bahasa)
Kiasan yang dimaksud oleh Waluyo adalah kiasan yang mempunyai makn lebih
luas dengan gaya bahasa kiasan karena mewakili apa yang secara tradisional disebut
gaya bahasa secara keseluruhan. Jelasnya, penggunaan kiasan untuk menciptakan
efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam bahasa puisi (Waluyo, 1991:
84). Gaya bahasa terdapat dalam puisi “Pengakuan Gunel” dapat memperindah puisi
itu sendiri dan dapat memberikan daya tarik bagi pembaca, kata-kata menjadi lebih
hidup, dan menimbulkan kejelasan gambar angan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
a. Simile
Menurut Keraf (1981:123) perumpamaan atau simile adalah perbandingan yang
bersifat ekplisit. Perbandingan eksplisit adalah bahwa tidak langsung menyatakan
sesuatu sama dengan hal yang lain. Untuk itu memerlukan upaya secara ekplisit
menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata seperti, sama, sebagai, laksana dan
sebagaianya. Berikut adalah simile dari puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama”.
Bait ke-1
Dibebaskan
seluruh indonesia tahu
majalah ingin memuat berita kesalahan negara
semua orang berilmu datang ke rumah
rumah seperti bunga mekar
diburu tawon
Pada bait diatas, terdapat simile yang ditunjukkan dengan kata seperti. Pada kata
seperti menjelaskan suatu proses yang telah terjadi. Hal-hal yang menarik dan
menonjol dari puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama” adalah beberapa gaya
bahasa yang dapat memperindah bait dan juga makna dibaliknya denga jelas. Ini
digambarkan melalui gaya bahasa simile gaya seperti kata seperti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
b. Metafora
Metafora adalah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak
disebutkan (Waluyo, 1991: 84). Berikut adalah metafora dari puisi “Hari Pertama di
Tahun yang Lama”.
Bait ke-1
Dibebaskan
seluruh indonesia tahu
majalah ingin memuat berita kesalahan negara
semua orang berilmu datang ke rumah
rumah seperti bunga mekar
diburu tawon
Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata-kata rumah
seperti bunga mekar. Pada kata rumah seperti bunga mekar diartikan sebagai
seseorang yang memiliki atau mempunyai ilmu pengetahuan atau kepandaian.
Bait ke-2
tanya ini-itu
menyarankan ini-itu
padahal aku ingin damai sejahtera
tak perlu dibesar-besarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
hanya menambah luka
Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata-kata
menambah luka. Pada kata menambah luka diartikan sebagai seseorang yang
tersakiti. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari puisi “Hari Pertama di Tahun yang
Lama” adalah beberapa gaya bahasa yang dapat memperindah bait dan juga makna
dibaliknya denga jelas. Ini digambarkan melalui gaya bahasa metafora gaya seperti
rumah seperti bunga mekar dan menambah luka.
2) Perlambangan
Perlambangan seperti halnya kiasan, perlambangan digunakan penyair untuk
memperjelas makna dan membuat nada dan suasana sajak menjadi lebih jelas,
sehingga dapat menggugah hati pembaca (Waluyo, 1991: 87). Menggunakan lambang
dalam sebuah lirik lagu akan membuat makna lebih hidup, lebih jelas, dan lebih
mudah dibayangkan oleh pembaca.
a. Lambang Benda
Lambang benda digunakan penyair untuk menggantikan sesuatu yang ingin
diucapkan oleh penyair, seperti halnya burung garuda yang digunakan sebagai
lambang persatuan Indonesia (Waluyo, 1991: 88).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Bait ke-1
Dibebaskan
seluruh indonesia tahu
majalah ingin memuat berita kesalahan negara
semua orang berilmu datang ke rumah
rumah seperti bunga mekar
diburu tawon
Pada bait diatas terdapat lambang suasana yang ditunjukkan dengan kata rumah,
bunga dan tawon. Kata tersebut digunakan penyair untuk Untuk melambangkan
perkembangan dan peperangan.
b. Lambang Suasana
Lambang suasana dapat dilambangkan dengan suasana lain yang lebih konkret.
Lambang suasana biasanya dilukiskan dalam kalimat atau alinea dengan demikian
yang diwakili adalah suatu suasana dan bukan hanya peristiwa sepintas (Waluyo,
1991: 89).
Bait ke-2
tanya ini-itu
menyarankan ini-itu
padahal aku ingin damai sejahtera
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
tak perlu dibesar-besarkan
hanya menambah luka
Pada bait diatas terdapat lambang suasana yang ditunjukkan dengan kata luka.
Kata tersebut digunakan penyair untuk Untuk melambangkan kesedihan. Hal-hal
yang menarik dan menonjol dari puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama” adalah
beberapa lambang yang dapat memperkuat makna dengan jelas. Ini digambarkan
melalui adanya lambang benda seperti rumah, bunga dan tawon, dan lambang
suasana seperti luka.
4.3.1.5 Versifikasi
Bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritme. Versifikasi merupakan
persajakan yang mempengaruhi indahnya suatu puisi. Keindahannya dapat terlihat
dari pengulangan kata atau bunyi yang digunakan. Puisi akan terdengar merdu ketika
menemukan bunyi yang sama ketika dibacakan.Verifikasi memiliki subab rima dan
ritme sebagai berikut.
1) Rima
Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau
orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk
mengulang bunyi ini, penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara
ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi (Waluyo, 1991:
90). Berikut adalah rima dari puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Bait ke-2
tanya ini-itu
menyarankan ini-itu
padahal aku ingin damai sejahtera
tak perlu dibesar-besarkan
hanya menambah luka
Rima yang sering muncul bait ke-2 yaitu /u/-/u/-/a/-/a/-/a/. Pada bait tersebut
terdapat rima berangkai. Larik pertama sampai kelima berbunyi a-a-b-b-b.
Bait ke-3
keadilan bukan untuk diperdebatkan
keadilan mesti keluar dari dalam hati
untuk menghargai diri
Rima yang sering muncul bait ke-3 yaitu /a/-/i/-/i/. Pada bait tersebut terdapat
rima patah. Larik pertama sampai ketiga memiliki persamaan bunyi a-b.
Bait ke-4
bukan dijadikan pasal yang rumit dan berbelit-belit
hanya dimengerti oleh para ahli hukum
Rima yang sering muncul bait ke-4 yaitu /i/-/u/. Pada bait tersebut terdapat rimah
patah. Larik pertama sampai ketiga memiliki persamaan bunyi a-b.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
a. Bentuk Intern Pola Bunyi Aliterasi di Awal Kata
Persamaan bentuk konsonan di awal kata pada puisi “Hari Pertama di Tahun
yang Lama” adalah sebagai berikut.
Bait ke-1
Dibebaskan
seluruh indonesia tahu
majalah ingin memuat berita kesalahan negara
semua orang berilmu datang ke rumah
rumah seperti bunga mekar
diburu tawon
Pada bait diatas terdapat aliterasi di awal kata pada larik ketiga; /m/ pada kata
majalah dan memuat.
Bait ke-3
keadilan bukan untuk diperdebatkan
keadilan mesti keluar dari dalam hati
untuk menghargai diri
Pada bait diatas terdapat Aliterasi di awal kata pada larik kedua; /k/ pada kata
keadilan dan keluar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
b. Bentuk Intern Pola Bunyi Asonansi di Akhir Kata
Persamaan bentuk aliterasi di asonansi di akhir kata pada puisi “Hari Pertama di
Tahun yang Lama” adalah sebagai berikut.
Bait ke-1
Dibebaskan
seluruh indonesia tahu
majalah ingin memuat berita kesalahan negara
semua orang berilmu datang ke rumah
rumah seperti bunga mekar
diburu tawon
Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik ketiga; /a/ pada kata
berita dan negara.
Bait ke-2
tanya ini-itu
menyarankan ini-itu
padahal aku ingin damai sejahtera
tak perlu dibesar-besarkan
hanya menambah luka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik kelima; /a/ pada kata
hanya dan luka.
Bait ke-3
keadilan bukan untuk diperdebatkan
keadilan mesti keluar dari dalam hati
untuk menghargai diri
Pada bait di atas terdapat asonansi di akhir kata pada larik kedua; /i/ pada kata
mesti, dari dan hati, asonansi di akhir kata pada larik ketiga; /i/ pada kata
menghargai dan diri.
Bait ke-4
bukan dijadikan pasal yang rumit dan berbelit-belit
hanya dimengerti oleh para ahli hukum
Pada bait di atas terdapat Asonansi di akhir kata pada larik kedua; /i/ pada kata
dimengerti dan ahli.
c. Pengulangan Kata/Ungkapan
Pengulangan kata atau ungkapan pada puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama”
adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Bait ke-2
tanya ini-itu
menyarankan ini-itu
padahal aku ingin damai sejahtera
tak perlu dibesar-besarkan
hanya menambah luka
Bait ke-4
bukan dijadikan pasal yang rumit dan berbelit-belit
hanya dimengerti oleh para ahli hukum
Pada kedua bait di atas terdapat pengulangan pengulangan kata hanya, pada bait
ke-2 larik kelima dan bait ke-4 larik kedua.
2) Ritma
Ritma merupakan pertentangan bunyi: tinggi/ rendah, panjang/ pendek, keras/
lemah, yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk
keindahan (Slametmuljana dalam Waluyo, 1990: 94).
semua orang merongrong/
uang dikedepankan/ sebagai gugatan/
nyatanya ditolak/ tak menghasilkan kemenangan/
keadilan/ sekali lagi berujung pada uang/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
UUD: ujung-ujungnya duit/
majalah mengupas berita salah tangkap
beritanya meledak seindonesia/
apalah artinya berita/
jika tak mengubah apa-apa /
berita/
hanya menguntungkan penerbitnya/
4.3.1.6 Tata Wajah (Tipografi)
Waluyo (1991: 97) menyatakan bahwa tipografi merupakan pembeda yang
penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun
periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak
bermula dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan
dari halaman yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal tersebut tidak
berlaku bagi tulisan yang berbentuk prosa. Ciri yang demikian menunjukkan
eksistensif sebuah puisi.
Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul “Hari Pertama di Tahun yang Lama”
berbentuk bait-bait. Pada setiap bait memiliki jumalah larik yang berbeda-beda dan
larik dalam setiap bait saling berkaitan. Pada bait ke-1 mengadu gugatan, pada bait
ke-2 mengungkapkan hukum bisa dibeli dengan uang, bait ke-3 mengungkapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
tentang berita yang tidak benar, beait ke-4 mengungkapkan tentang mencari
keuntungan.
Puisi tersebut terdiri dari empat bait dan tiap bait berisi larik yang bervariasi, ada
yang terdiri lima, empat, tiga, dua dan satu. Penyairan lirik di mulai dari tepi kiri
halaman sampai pertengahan halaman dan dilanjutkan pada baris berikutnya. Bait ke-
1 terdiri dari enam larik; larik pertama terdiri dari satu kata, larik kedua terdiri dari
tiga kata, larik ketiga terdiri dari enam kata, larik keempat terdiri dari enam kata,
larik kelima terdiri dari empat kata, larik keenam terdiri dari dua kata. Bait ke-2
terdiri dari lima larik; larik pertama terdiri dari tiga kata, larik kedua terdiri dari tiga
kata, larik ketiga terdiri dari lima kata, larik keempat terdiri dari tiga kata, larik
kelima terdiri dari tiga kata. Bait ke-3 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri dari
empat kata, larik kedua terdiri dari enam kata, larik ketiga terdiri dari tiga kata. Bait
ke-1 terdiri dari dua larik; larik pertama terdiri dari tujuh kata, larik kedua terdiri dari
enam kata.
4.3.2. Struktur Batin
Struktur batin yaitu struktur yang mengungkapan hal yang hendak dikemukakan
oleh penyair dengan perasaan dan suasana jiwanya. Unsur-unsur struktur batin tidak
langsung tampak pada fisik puisi, harus digali dari fisik puisi tersebut. Struktur batin
puisi meliputi: tema, perasaan penyair, nada dan amanat (Waluyo, 1991: 102).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
4.3.2.1 Tema
Menurut Waluyo (1991: 106-107), tema merupakan gagasan pokok atau
subject-matter yang dikemukakan penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu
begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama
pengucapannya.
Puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama” mengandung tema besar kehidupan
sosial. Secara khusus puisi tersebut bertemakan kritik sosial. Ketidakadilan yang
dimaksud ialah dalam mengatur undang-undang yang dibuat negara. Hukum adalah
memberikan keadilan kepada setiap orang. Hal tersebut ditunjukkan pada awal hingga
akhir bait terdapat kata seperti orang, bunga mekar, diburu tawon, berbelit-belit. Di
samping itu, tema dapat dibuktikan setelah menelaah unsur-unsur yang terdapat pada
struktur fisik. Diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif, versifikasi, serta
tipografi merupakan unsur-unsur yang memperkuat tema kehidupan sosial.
4.3.2.2 Perasaan
Waluyo (1991: 134) menyatakan bahwa perasaan dalam puisi adalah
perasaan yang disampaikan penyair melalui puisinya. Puisi mengungkapkan
perasaan yang beraneka ragam, mungkin perasaan sedih, kecewa, terharu, benci,
rindu, cinta, kagum, bahagia, ataupun perasaan setia kawan.
Dalam puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama”, penulis mengungkapkan
perasaan sedih disertai kemarahan. Penderitaan tersebut ditimbulkan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
ketidakdilan hukum di negeri ini. Hal ini dapat terlihat pada pengulangan bunyi pada
setiap akhir puisi. Berikut kutipan dari puisi tersebut.
(2) tanya ini-itu
menyarankan ini-itu
padahal aku ingin damai sejahtera
tak perlu dibesar-besarkan
hanya menambah luka
(3) keadilan bukan untuk diperdebatkan
keadilan mesti keluar dari dalam hati
untuk menghargai diri
(4) bukan dijadikan pasal yang rumit dan berbelit-belit
hanya dimengerti oleh para ahli hukum
4.3.2.3 Nada dan Suasana
Nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca, sedangkan suasana
adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis
yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan suasana puisi saling
berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya
(Waluyo, 1991: 125).
Dalam puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama” bernada kekeasalan dan
kemarahan. Penyair mengingatkan pembaca untuk memahami kekesalan (hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
menambah luka) terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan pemerintah terhadap
rakyat yang tertindas(semua orang berilmu datang ke rumah, rumah seperti bunga
mekar diburu tawon).
4.3.2.4 Amanat
Waluyo (1991: 134) menjelaskan bahwa amanat puisi adalah maksud yang
hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak disampaikan
penyair. Tiap penyair bermaksud ikut meningkatkan martabat manusia dan
kemanusiaan. Penghayatan terhadap amanat sebuah puisi tidak secara obyektif,
namun subyektif, artinya berdasarkan interpretasi pembaca.
Amanat dari puisi ini yaitu yaitu seluruh rakyat Indonesia berhak mendapat
keadilan tanpa terkecuali, tidak pandang bulu, entah itu pejabat, rakyat kecil, orang
atau miskin (tanya ini-itu, menyarankan ini-itu, padahal aku ingin damai sejahtera).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
4.4 Puisi “Mengadukan Gugatan”
Puisi “Mengadukan Gugatan” secara khusus menceritakan kritik sosial. Puisi ini
terdiri atas lima bait. Secara rinci mengenai struktur fisik dan struktur batin puisi
tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
Gambar 4.4
Peta Konsep Struktur Fisik dan Struktur Batin puisi “Mengadu
Gugagatan”
UUD
KRITIK
SOSIAL
Pilihan
Kata
Kata
Konkret
Gaya
Bahasa
Pengimajia
n
Suasana
Sedih Marah Berita
Perasaan
Ketololan dan
kegebologan Pendengaran
n
Penglihatan mengup
as
Merongronf
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
(1) semua orang merongrong
uang dikedepankan sebagai gugatan
nyatanya ditolak tak menghasilkan kemenangan
(2) keadilan sekali lagi berujung pada uang
UUD: ujung-ujungnya duit
(3) majalah mengupas berita salah tangkap
beritanya meledak seindonesia
(4) apalah artinya berita
jika tak mengubah apa-apa
(5) berita
hanya menguntungkan penerbitnya
4.4.1 Struktur Fisik
Waluyo (1991: 71) menyatakan bahwa unsur-unsur bentuk atau struktur fisik
puisi dapat diuraikan dalam metode puisi, yakni unsur estetik yang membangun
struktur luar puisi. Unsur-unsur itu dapat ditelaah satu persatu, tetapi unsur-unsur itu
merupakan kesatuan yang utuh. Unsur-unsur itu ialah diksi, pengimajian, kata
konkret, bahasa figuratif (majas), versifikasi, dan tata wajah puisi.
4.4.1.1 Diksi (Pilihan Kata)
Waluyo (1991: 72) menjelaskan bahwa penyair sangat cermat dalam memilih
kata-kata sebab kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi
bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan
kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu, di samping memilih kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya
magis dari kata-kata tersebut. Berikut analisis diksi puisi “Mengadukan Gugatan”.
Bait pertama, pilihan kata /semua orang merongrong/ digunakan penyair untuk
menunjukkan orang yang saling menjatuhkan. Bait kedua, pilihan kata /UUD: ujung-
ujungnya duit/ digunakan penyair untuk menunjukkan semua membutuhkan uang.
Bait ketiga, pilihan kata /mengupas/ digunakan penyair untuk menunjukkan sebuah
tindakan. Bait keempat, pilihan kata /apalah arti berita/ digunakan penyair untuk
menunjukkan pengungkapan. Bait kelima, pilihan kata /hanya menguntungkan
penerbitnya/ digunakan untuk sindiran terhadap penerbit. Hal-hal yang menarik dan
menonjol dari puisi “Mengaduka Gugatan” adalah pilihan kata atau diksi yang sudah
menggambarkan dengan jelas apa itu pengakuan gunel. Ini digambarkan melalui
adanya kata-kata semua orang merongrong, UUD: ujung-ujungnya duit.
4.4.1.2 Pengimajian
Menurut Waluyo (1991: 78) ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan
kata konkret. Secara singkat Waluyo (2003: 10) menjelaskan bahwa pengimajian
adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa
yang dinyatakan oleh penyair, sehingga hal yang digambarkan seolah-olah dapat
dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
1) Imaji Visual
Imaji visual adalah imaji yang mengandung benda-benda yang nampak. Jika
penyair menginginkan imaji penglihatan, maka puisi perlu dihayati seolah-olah
melukiskan sesuatu yang bergerak (Waluyo, 1991: 78).
Bait ke-1
semua orang merongrong
uang dikedepankan sebagai gugatan
nyatanya ditolak tak menghasilkan kemenangan
Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata semua
orang merongrong. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan
melihat semua orang merongrong.
2) Imaji Auditif
Imaji auiditif adalah imaji yang mengandung gema suara. Jika penyair
menginginkan imaji pendengar, maka puisi perlu dihayati sehingga seolah-olah
mendengarkan sesuatu (Waluyo, 1991: 78).
Bait ke-5
berita
hanya menguntungkan penerbitnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Pada bait di atas, terdapat imaji auditif yang ditunjukkan dengan kata-kata berita.
Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan melihat berita. Hal-
hal yang menarik dan menonjol dari puisi“Mengaduka Gugatan” adalah kata-kata
yang dapat membuat pembaca seolah-olah melihat, mendengarkan atau merasakan
apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini digambarkan melalui adanya imaji visual yang
digambarkan dengan semua orang merongrong, imaji auditif digambarkan dengan
berita.
4.4.1.3 Kata Konkret
Untuk membangkitkan imaji pembaca (daya bayang), kata-kata harus
diperkonkret. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang
menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat
hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang (Waluyo, 1991: 81). Kata-kata
konkret yang terdapat dalam puisi “Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang”
adalah sebagai berikut.
Bait ke-1
semua orang merongrong
uang dikedepankan sebagai gugatan
nyatanya ditolak tak menghasilkan kemenangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Untuk mengkonretkan sebuah tindakan seseorang, penyair menggunakan kata
semua orang merongrong, uang. Sedangkan untuk mengkonkretkan sebuah tuntutan,
penyair menggunakan kata gugatan.
Bait ke-2
keadilan sekali lagi berujung pada uang
UUD: ujung-ujungnya duit
Untuk mengkonretkan sebuah keadilan yang didasari oleh uang, penyair
menggunakan UUD: ujung-ujungnya duit. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari
puisi “Mengadukan Gugatan” adalah kata-kata yang dapat membuat pembaca seolah-
olah melihat, mendengarkan atau merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini
digambarkan melalui kata-kata semua orang, uang, UUD: ujung-ujungnya duit.
4.4.1.4 Bahasa Figuratif (Majas)
Waluyo (1991: 83) menjelaskan bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan
penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak
langsung mengungkapkan makna. Untuk memahami bahasa figuratif ini, pembaca
harus menafsirkan kiasan dan lambang yang dibuat penyair baik lambang yang
konvensional maupun yang nonkonvensional. Kiasan terdiri dari metafora, simile,
personifikasi, hiperbola, sinekdoke, dan ironi. Sedangkan perlambangan terdiri dari
lambang warna, lambang benda, lambang bunyi, dan lambang suasana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
1) Kiasan
Kiasan yang dimaksud oleh Waluyo adalah kiasan yang mempunyai makn lebih
luas dengan gaya bahasa kiasan karena mewakili apa yang secara tradisional disebut
gaya bahasa secara keseluruhan. Jelasnya, penggunaan kiasan untuk menciptakan
efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam bahasa puisi (Waluyo, 1991:
84). Gaya bahasa terdapat dalam puisi “Mengadukan Gugatan” dapat memperindah
puisi itu sendiri dan dapat memberikan daya tarik bagi pembaca, kata-kata menjadi
lebih hidup, dan menimbulkan kejelasan gambar angan.
a. Metafora
Metafora adalah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak
disebutkan (Waluyo, 1991: 84). Berikut adalah metafora dari puisi “Mengadu
Gugatan”.
Bait ke-1
semua orang merongrong
uang dikedepankan sebagai gugatan
nyatanya ditolak tak menghasilkan kemenangan
Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata semua orang
merongrong. Pada kata semua orang merongrong diartikan sebagai sesuatu tindakan
yang merugikan orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Bait ke-3
majalah mengupas berita salah tangkap
beritanya meledak seindonesia
Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata meledak
seindonesia. Pada kata meledak seindonesia diartikan sebagai suatu berita yang
sudah beredar dimana-mana. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari puisi
“Mengadukan Gugatan” adalah beberapa gaya bahasa yang dapat memperindah bait
dan juga makna dibaliknya denga jelas. Ini digambarkan melalui gaya bahasa
metafora gaya seperti semua orang merongrong dan meledak seindonesia.
2) Perlambangan
Perlambangan seperti halnya kiasan, perlambangan digunakan penyair untuk
memperjelas makna dan membuat nada dan suasana sajak menjadi lebih jelas,
sehingga dapat menggugah hati pembaca (Waluyo, 1991: 87). Menggunakan lambang
dalam sebuah lirik lagu akan membuat makna lebih hidup, lebih jelas, dan lebih
mudah dibayangkan oleh pembaca.
a. Lambang Benda
Lambang benda digunakan penyair untuk menggantikan sesuatu yang ingin
diucapkan oleh penyair, seperti halnya burung garuda yang digunakan sebagai
lambang persatuan Indonesia (Waluyo, 1991: 88).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Bait ke-2
keadilan sekali lagi berujung pada uang
UUD: ujung-ujungnya duit
Pada bait di atas terdapat lambang benda yang ditunjukkan dengan kata-kata
uang dan duit. Untuk melambangkan suatu keadilan yang bisa dibeli. Hal-hal yang
menarik dan menonjol dari puisi “Mengadukan Gugatan” adalah beberapa lambang
yang dapat memperkuat makna dengan jelas. Ini digambarkan melalui adanya
lambang benda seperti uang dan duit.
4.4.1.5 Versifikasi
Bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritme. Versifikasi merupakan
persajakan yang mempengaruhi indahnya suatu puisi. Keindahannya dapat terlihat
dari pengulangan kata atau bunyi yang digunakan. Puisi akan terdengar merdu ketika
menemukan bunyi yang sama ketika dibacakan.Verifikasi memiliki subab rima dan
ritme sebagai berikut.
1) Rima
Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau
orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk
mengulang bunyi ini, penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara
ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi (Waluyo, 1991:
90). Berikut adalah rima dari puisi “Mengadukan Gugatan”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Bait ke-1
semua orang merongrong
uang dikedepankan sebagai gugatan
nyatanya ditolak tak menghasilkan kemenangan
Rima yang sering muncul pada bait ke-1 yaitu /o/-/a/-/a/. Pada bait tersebut
terdapat rimah patah. Larik pertama sampai ketiga memiliki bunyi a-b-b.
Bait ke-2
keadilan sekali lagi berujung pada uang
UUD: ujung-ujungnya duit
Rima yang sering muncul pada bait ke-2 yaitu /a/-/i/. Pada bait tersebut terdapat
rima patah. Larik pertama dan kedua memiliki bunyi a-b.
Bait ke-3
majalah mengupas berita salah tangkap
beritanya meledak seindonesia
Rima yang sering muncul pada bait ke-3 yaitu /a/-/a/. Pada bait tersebut terdapat
rima terus. Larik pertama dan kedua memiliki persamaan bunyi a.
Bait ke-4
apalah artinya berita
jika tak mengubah apa-apa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Rima yang sering muncul pada bait ke-4 yaitu /a/-/a/. Pada bait tersebut terdapat
rima terus. Larik pertama dan kedua memiliki persamaan bunyi a.
Bait ke-5
berita
hanya menguntungkan penerbitnya
Rima yang sering muncul pada bait ke-5 yaitu /a/-/a/. Pada bait tersebut terdapat
rima terus. Larik pertama dan kedua memiliki persamaan bunyi a.
a. Bentuk Aliterasi Di Awal Kata
Persamaan bentuk konsonan di awal kata pada puisi “Mengadukan Gugatan”
adalah sebagai berikut.
Bait ke-3
majalah mengupas berita salah tangkap
beritanya meledak seindonesia
Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik pertama; /m/ pada kata
majalah dan mengupas.
b. Bentuk Konsonan di Akhir Kata
Persamaan bentuk aliterasi di asonansi di akhir kata pada puisi “Mengadukan
Gugatan” adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
Bait ke-2
keadilan sekali lagi berujung pada uang
UUD: ujung-ujungnya duit
Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik pertama; /i/ pada kata sekali
dan lagi.
Bait ke-3
majalah mengupas berita salah tangkap
beritanya meledak seindonesia
Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik kedua; /a/ pada kata beritanya
dan seindonesia.
Bait ke-4
apalah artinya berita
jika tak mengubah apa-apa
Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik pertama; /a/ pada kata artinya
dan berita.
Bait ke-5
berita
hanya menguntungkan penerbitnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
Pada bait di atas asonansi akhir kata pada larik kedua; /a/ pada kata hanya dan
penerbitnya.
c. Pengulangan Kata/Ungkapan
Pengulangan kata atau ungkapan pada puisi “Mengadukan Gugatan” adalah
sebagai berikut.
Bait ke-4
apalah artinya berita
jika tak mengubah apa-apa
Bait ke-5
berita
hanya menguntungkan penerbitnya
Pada ketiga bait di atas terdapat pengulangan kata berita pada bait ke-4 larik
pertama dan bait ke-5 larik pertama.
2) Ritma
Ritma merupakan pertentangan bunyi: tinggi/ rendah, panjang/ pendek, keras/
lemah, yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk
keindahan (Slametmuljana dalam Waluyo, 1990: 94).
semua orang merongrong/
uang dikedepankan sebagai gugatan/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
nyatanya ditolak/ tak menghasilkan kemenangan/
keadilan sekali lagi/ berujung pada uang/
UUD: ujung-ujungnya duit/
majalah mengupas berita/ salah tangkap/
beritanya meledak seindonesia/
apalah artinya berita/
jika tak mengubah apa-apa/
berita/
hanya menguntungkan penerbitnya/
4.4.1.6 Tata Wajah (Tipografi)
Waluyo (1991: 97) menyatakan bahwa tipografi merupakan pembeda yang
penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun
periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak bermula
dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman
yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal tersebut tidak berlaku bagi
tulisan yang berbentuk prosa. Ciri yang demikian menunjukkan eksistensif sebuah
puisi.
Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul “Mengadukan Gugatan” berbentuk bait-
bait. Pada setiap bait memiliki jumalah larik yang berbeda-beda dan larik dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
setiap bait saling berkaitan. Pada bait ke-1 mengungkapkan kemarahan manusia
terhadap gugatan-gugatan, pada bait ke-2 mengungkapkan keadilan berujung pada
uang, bait ke-3 mengungkapkan kemarahan terhadap berita-berita yang tidak benar,
bait ke-4 mengungkapkan berita tidak berguna, bait ke-5 mengungkapkan berita
hanya mencari keuntungan.
Puisi tersebut terdiri dari lima bait dan tiap bait berisi larik yang bervariasi, ada
yang terdiri enam belas,tiga,dua dan satu. Penyairan lirik di mulai dari tepi kiri
halaman sampai pertengahan halaman dan dilanjutkan pada baris berikutnya Bait ke-1
terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri dari tiga kata, larik kedua terdiri dari
empat kata, larik ketiga terdiri dari limat kata. Bait ke-2 terdiri dari dua larik; larik
pertama terdiri dari enam kata, larik kedua terdiri dari tiga kata. Bait ke-3 terdiri
dari dua larik; larik pertama terdiri dari lima kata, larik kedua terdiri dari tiga kata.
Bait ke-4 terdiri dari dua larik; larik pertama terdiri dari tiga kata, larik kedua
terdiri dari empat kata. Bait ke-5 terdiri dari dua larik; larik pertama terdiri dari
satu kata, larik kedua terdiri dari tiga kata.
4.4.2 Struktur Batin
Struktur batin yaitu struktur yang mengungkapan hal yang hendak
dikemukakan oleh penyair dengan perasaan dan suasana jiwanya. Unsur-unsur
struktur batin tidak langsung tampak pada fisik puisi, harus digali dari fisik puisi
tersebut. Struktur batin puisi meliputi: tema, perasaan penyair, nada dan amanat
(Waluyo, 1991: 102).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
4.4.2.1 Tema
Menurut Waluyo (1991: 106-107), tema merupakan gagasan pokok atau
subject-matter yang dikemukakan penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu
begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama
pengucapannya.
Puisi “Mengadukan Gugatan” mengandung tema yaknik kritik sosial. Melalui
puisi ini, penulis memaparkan bahwa bahwa keadilan berujung pada uang, sehingga
keadilan bisa dibeli dengan uang. Hal tersebut ditunjukkan pada awal hingga akhir
bait terdapat kata seperti keadilan sekali lagi berujung pada uang, UUD: ujung-
ujungnya duit. Di samping itu, tema dapat dibuktikan setelah menelaah unsur-unsur
yang terdapat pada struktur fisik. Diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif,
versifikasi, serta tipografi merupakan unsur-unsur yang memperkuat tema kritik
sosial.
4.4.2.2 Perasaan
Waluyo (1991: 134) menyatakan bahwa perasaan dalam puisi adalah
perasaan yang disampaikan penyair melalui puisinya. Puisi mengungkapkan
perasaan yang beraneka ragam, mungkin perasaan sedih, kecewa, terharu, benci,
rindu, cinta, kagum, bahagia, ataupun perasaan setia kawan.
Dalam puisi “Mengadukan Gugatan”, penulis mengungkapkan rasa kecewa.
Kecewa itu terbukti dari puisi tersebut yang menjelaskan bagaimana uang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
dikedepankan sebagai gugatan. Uang adalah segalanya dalam keadilan. Berikut
kutipan dari puisi tersebut.
(1) semua orang merongrong
uang dikedepankan sebagai gugatan
nyatanya ditolak tak menghasilkan kemenangan
(2) keadilan sekali lagi berujung pada uang
UUD: ujung-ujungnya duit
4.4.2.3 Nada dan Suasana
Nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca, sedangkan suasana
adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis
yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan suasana puisi saling
berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya
(Waluyo, 1991: 125).
Dalam puisi “Mengadukan Gugatan” kesedihan dan kekecewaan yang berbaur
menjadi satu. Ini dalam puisi tersebut menceritakan penderitaan (uang dikedepankan
sebagai gugatan) dan kesedihan yang dirasakan orang-orang yang mengalami
ketidakadilan (keadilan sekali lagi berujung pada uang).
4.4.2.4 Amanat
Waluyo (1991: 134) menjelaskan bahwa amanat puisi adalah maksud yang
hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
disampaikan penyair. Tiap penyair bermaksud ikut meningkatkan martabat
manusia dan kemanusiaan. Penghayatan terhadap amanat sebuah puisi tidak
secara obyektif, namun subyektif, artinya berdasarkan interpretasi pembaca.
Amanat dari puisi ini yaitu suatu keadilan bukanlah tempat untu menghasilkan
uang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
4.5 Puisi “Serupa Maskumambang”
Puisi “Serupa Maskumambang” secara khusus menceritakan kritik sosial dan
tema khususnya kesengsaraan. Puisi ini terdiri atas enam bait. Berikut dijelaskan
puisi tersebut secara lengkap.
Gambar 4.5
Peta Konsep Struktur Fisik dan Struktur Batin puisi “Serupa
Maskumambang”
Perasaan KRITIK
SOSIAL
Pilihan
Kata
Kata
Konkret
Gaya
Bahasa
Pengimajia
n
Suasana
Kesedihan Kemarahan
Dunia fana
dan abadi
Hewani
Ilahi
Pendengaran
n
Penglihatan Pupuh
Wejangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
(1) pupuh mengantarkan wejangan hidup
kecapi dalam suara sunyi menyendiri
(2) pupuh dan kecapi membalut nyeri
menyatu dalam suara genting
(3) manusia memiliki akal dan budi
didampingi kodrat hewani
mencapai jalan ilahi
(4) inilah maskumambang yang melayang
menyelinap ke dasar sanubari
menembus dunia fana
dan abadi
(5) terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka
menganga akibat ulah manusia
(6) manusia yang menjalankan cerita
tuhan yang menentukan akhirnya
4.5.1 Struktur Fisik
Waluyo (1991: 71) menyatakan bahwa unsur-unsur bentuk atau struktur fisik
puisi dapat diuraikan dalam metode puisi, yakni unsur estetik yang membangun
struktur luar puisi. Unsur-unsur itu dapat ditelaah, tetapi unsur-unsur itu merupakan
kesatuan yang utuh. Unsur-unsur itu ialah diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa
figuratif (majas), versifikasi, dan tata wajah puisi.
4.5.1.1 Diksi (Pilihan Kata)
Waluyo (1991: 72) menjelaskan bahwa penyair sangat cermat dalam memilih
kata-kata sebab kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan
kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu, di samping memilih kata
yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya
magis dari kata-kata tersebut. Berikut analisis diksi puisi “Serupa Maskumambang”.
Bait pertama, pilihan kata /pupuh/ digunakan penyair untuk menunjukkan sebuah
banyaknya suku kata dalam bait. Pilihan kata /wejangan hidup/ digunakan penyair
untuk menunjukkan menjadi hidup yang lebih. Pilihan kata /suara sunyi menyendiri/
digunakan penyair untuk menunjukkan kehiduupan yang menyendiri. Bait kedua,
pilihan kata /kecapi membalut peri/ digunakan penyair untuk menunjukkan
kesedihan. Pilihan kata /suara genting/ digunakan penyair untuk menunjukkan
keadaan yang berbahaya. Bait ketiga, pilihan kata /kodrat hewani/ digunakan penyair
untuk menunjukkan kekuasaan yang diberikan Tuhan. Pilihan kata /jalan ilahi/
digunakan penyair untuk menunjukkan hal-hal yang berhubungan dengan Tuhan. Bait
keempat, pilihan kata /maskumambang/ digunakan penyair untuk menunjukkan
sebuah kehidupan yang memprihatinkan. Pilihan kata /menembus dunia fana/
digunakan penyair untuk menunjukkan kehidupan yang hilang dan tidak kekal. Bait
kelima, pilihan kata /menganga/ digunakan penyair untuk menunjukkan keadaan
yang dilakukan oleh sifat manusia. Bait keenam, pilihan kata /Tuhan yang
menentukan akhirnya/ digunakan penyair unutk menunjukkan semua perilaku yang
dilakukan oleh manusia akan ditentukan oleh Tuhan. Hal-hal yang menarik dan
menonjol dari puisi “Serupa Maskumambang” adalah pilihan kata atau diksi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
sudah menggambarkan dengan jelas apa itu pengakuan gunel. Ini digambarkan
melalui adanya kata-kata wejangan hidup, kodrat hewani, jalan ilahi, menembus
dunia fana, Tuhan yang menentukan akhirnya.
4.5.1.2 Pengimajian
Menurut Waluyo (1991: 78) ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan
kata konkret. Secara singkat Waluyo (2003: 10) menjelaskan bahwa pengimajian
adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa
yang dinyatakan oleh penyair, sehingga hal yang digambarkan seolah-olah dapat
dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).
1) Imaji Visual
Imaji visual adalah imaji yang mengandung benda-benda yang nampak. Jika
penyair menginginkan imaji penglihatan, maka puisi perlu dihayati seolah-olah
melukiskan sesuatu yang bergerak (Waluyo, 1991: 78).
Bait ke-2
pupuh dan kecapi membalut nyeri
menyatu dalam suara genting
Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata
kecapi. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan melihat
kecapi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
Bait ke-5
terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka
menganga akibat ulah manusia
Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata
menganga akibat ulah manusia. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk
seakan-akan melihat ulah manusia.
2) Imaji Auditif
Imaji auiditif adalah imaji yang mengandung gema suara. Jika penyair
menginginkan imaji pendengar, maka puisi perlu dihayati sehingga seolah-olah
mendengarkan sesuatu (Waluyo, 1991: 78).
Bait ke-1
pupuh mengantarkan wejangan hidup
kecapi dalam suara sunyi menyendiri
Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata
kecapi dalam suara sunyi. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-
akan mendengar kecapi dalam suara sunyi.
Bait ke-2
pupuh dan kecapi membalut nyeri
menyatu dalam suara genting
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata suara
genting Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan mendengar
suara genting.
3) Imaji Taktil
Imaji taktil adalah imaji yang mengandung sesuatu yang dapat dirasakan, diraba,
atau disentuh. Jika penyair menginginkan imaji taktil, maka puisi perlu dihayati
seolah-olah merasakan sentuhan perasaan (Waluyo, 1991:79).
Bait ke-1
pupuh dan kecapi membalut nyeri
menyatu dalam suara genting
Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata nyeri.
Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan merasakan nyeri. Hal-
hal yang menarik dan menonjol dari puisi“Serupa Maskumambang” adalah kata-kata
yang dapat membuat pembaca seolah-olah melihat, mendengarkan atau merasakan
apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini digambarkan melalui adanya imaji visual yang
digambarkan dengan kecapi, ulah manusia, imaji auditif digambarkan dengan suara
genting dan imaji taktil digambarkan dengan nyeri.
4.5.1.3 Kata Konkret
Untuk membangkitkan imaji pembaca (daya bayang), kata-kata harus
diperkonkret. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat
hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang (Waluyo, 1991: 81).
Bait ke-1
pupuh mengantarkan wejangan hidup
kecapi dalam suara sunyi menyendiri
Untuk mengkonkretkan menghantarkan kehidupan yang lebih baik, penyair
menggunakan kata mengantarkan wejangan hidup, sedangkan untuk
mengkonkretkan suatu kehidupan yang mandiri, penyair menggunakan kata suara
sunyi menyendiri.
Bait ke-2
pupuh dan kecapi membalut nyeri
menyatu dalam suara genting
Untuk mengkonkretkan suatu luka dan kesedihan, penyair menggunakan kata
kecapi.
Bait ke-3
manusia memiliki akal dan budi
didampingi kodrat hewani
mencapai jalan ilahi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
Untuk mengkonkretkan makhluk yang berakal budi dan suatu hukum alam,
penyair menggunakan kata manusia dan hewani.
Bait ke-6
manusia yang menjalankan cerita
tuhan yang menentukan akhirnya
Untuk mengkonkretkan manusia harus berserah kepada Tuhan, karena Tuhanlah
Maha segala-Nya, penyair menggunakan kata Tuhan yang menentukan akhirnya.
Hal-hal yang menarik dan menonjol dari puisi “Serupa Maskumambang” adalah kata-
kata yang dapat membuat pembaca seolah-olah melihat, mendengarkan atau
merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini digambarkan melalui kata-kata
kecapi, manusia, hewani, Tuhan.
4.5.1.4 Bahasa Figuratif
Waluyo (1991: 83) menjelaskan bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan
penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak
langsung mengungkapkan makna. Untuk memahami bahasa figuratif ini, pembaca
harus menafsirkan kiasan dan lambang yang dibuat penyair baik lambang yang
konvensional maupun yang nonkonvensional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
1) Kiasan
Kiasan yang dimaksud oleh Waluyo adalah kiasan yang mempunyai makn lebih
luas dengan gaya bahasa kiasan karena mewakili apa yang secara tradisional disebut
gaya bahasa secara keseluruhan. Jelasnya, penggunaan kiasan untuk menciptakan
efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam bahasa puisi (Waluyo, 1991:
84). Gaya bahasa terdapat dalam puisi “Mengadukan Gugatan” dapat memperindah
puisi itu sendiri dan dapat memberikan daya tarik bagi pembaca, kata-kata menjadi
lebih hidup, dan menimbulkan kejelasan gambar angan.
a. Metafora
Metafora adalah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak
disebutkan (Waluyo, 1991: 84). Berikut adalah metafora dari puisi “Mengadu
Gugatan”.
Bait ke-1
pupuh mengantarkan wejangan hidup
kecapi dalam suara sunyi menyendiri
Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata kecapi dalam
suara sunyi menyendiri. Pada kata kecapi dalam suara sunyi menyendiri diartikan
sebagai sesuatu alat musik yang memberikan ketenangan dalam menyendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Bait ke-2
pupuh dan kecapi membalut nyeri
menyatu dalam suara genting
Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata kecapi
membalut nyeri. Pada kata kecapi membalut nyeri diartikan sebagai sesuatu
kepedihan yang dirasakan manusia.
Bait ke-3
inilah maskumambang yang melayang
menyelinap ke dasar sanubari
menembus dunia fana dan abadi
Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata menembus
dunia fana dan abadi. Pada kata menembus dunia fana dan abadi diartikan sebagai
tempat tinggal manusia yang masih hidup dan tidak kekal. Hal-hal yang menarik dan
menonjol dari puisi “Serupa Maskumambang” adalah beberapa gaya bahasa yang
dapat memperindah bait dan juga makna dibaliknya denga jelas. Ini digambarkan
melalui gaya bahasa metafora gaya seperti kecapi membalut nyeri, menembus dunia
fana dan abadi.
2) Perlambangan
Perlambangan seperti halnya kiasan, perlambangan digunakan penyair untuk
memperjelas makna dan membuat nada dan suasana sajak menjadi lebih jelas,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
sehingga dapat menggugah hati pembaca (Waluyo, 1991: 87). Menggunakan lambang
dalam sebuah lirik lagu akan membuat makna lebih hidup, lebih jelas, dan lebih
mudah dibayangkan oleh pembaca.
a. Lambang Benda
Lambang benda digunakan penyair untuk menggantikan sesuatu yang ingin
diucapkan oleh penyair, seperti halnya burung garuda yang digunakan sebagai
lambang persatuan Indonesia (Waluyo, 1991: 88).
Bait ke-1
pupuh mengantarkan wejangan hidup
kecapi dalam suara sunyi menyendiri
Pada bait di atas terdapat lambang benda yang ditunjukkan dengan kata-kata
kecapi. Untuk melambangkan alat musik dalam kesendirian seseorang, penyair
menggunakan kata kecapi.
b. Lambang Suasana
Lambang suasana dapat dilambangkan dengan suasana lain yang lebih konkret.
Lambang suasana biasanya dilukiskan dalam kalimat atau alinea dengan demikian
yang diwakili adalah suatu suasana dan bukan hanya peristiwa sepintas (Waluyo,
1991: 89).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
Bait ke-1
pupuh mengantarkan wejangan hidup
kecapi dalam suara sunyi menyendiri
Pada bait di atas terdapat lambang suasana yang ditunjukkan dengan kata-kata
sunyi menyendiri. Untuk melambangkan hening, penyair menggunakan kata sunyi.
Hal-hal yang menarik dan menonjol dari puisi “Serupa Maskumambang” adalah
beberapa lambang yang dapat memperkuat makna dengan jelas apa itu pasukan mati.
Ini digambarkan melalui adanya lambang benda seperti kecapi, dan lambang suasana
seperti sunyi menyendiri
4.5.1.5 Versifikasi
Bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritme. Versifikasi merupakan
persajakan yang mempengaruhi indahnya suatu puisi. Keindahannya dapat terlihat
dari pengulangan kata atau bunyi yang digunakan. Puisi akan terdengar merdu ketika
menemukan bunyi yang sama ketika dibacakan.Verifikasi memiliki subab rima dan
ritme sebagai berikut.
1) Rima
Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau
orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk
mengulang bunyi ini, penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi (Waluyo, 1991:
90). Berikut adalah rima dari puisi “Serupa Maskumambang”.
Bait ke-1
pupuh mengantarkan wejangan hidup
kecapi dalam suara sunyi menyendiri
Rima yang sering muncul yaitu /u/-/i/. Pada bait tersebut terdapat rimah patah.
Larik pertama sampai ketiga memiliki bunyi a-b.
Bait ke-2
pupuh dan kecapi membalut nyeri
menyatu dalam suara genting
Rima yang sering muncul yaitu /i/-/i/. Pada bait tersebut terdapat rimah terus.
Larik pertama dan kedua memiliki persamaan bunyi a.
Bait ke-3
manusia memiliki akal dan budi
didampingi kodrat hewani
mencapai jalan ilahi
Rima yang sering muncul pada bait ke-3 yaitu /i/-/i/. Pada bait tersebut terdapat
rima terus. Larik pertama dan kedua memiliki persamaan bunyi a.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
Bait ke-4
inilah maskumambang yang melayang
menyelinap ke dasar sanubari
menembus dunia fana
dan abadi
Rima yang sering muncul pada bait ke-4 yaitu /a/-/i/-/a/-/i/. Pada bait tersebut
terdapat rimah patah. Larik pertama sampai keempat memiliki bunyi a-b-a-b.
Bait ke-5
terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka
menganga akibat ulah manusia
Rima yang sering muncul pada bait ke-5 yaitu /a/-/a/. Pada bait tersebut terdapat
rima terus. Larik pertama dan kedua memiliki persamaan bunyi a.
Bait ke-6
manusia yang menjalankan cerita
tuhan yang menentukan akhirnya
Rima yang sering muncul pada bait ke-6 yaitu /a/-/a/. Pada bait tersebut terdapat
rima terus. Larik pertama dan kedua memiliki persamaan bunyi a.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
a. Bentuk Aliterasi Di Awal Kata
Persamaan bentuk konsonan di awal kata pada puisi “Serupa Maskumambang”
adalah sebagai berikut.
Bait ke-1
pupuh mengantarkan wejangan hidup
kecapi dalam suara sunyi menyendiri
Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik kedua; /s/ pada kata
suara dan sunyi.
Bait ke-3
manusia memiliki akal dan budi
didampingi kodrat hewani
mencapai jalan ilahi
Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik pertama; /m/ pada kata
manusia dan memiliki.
Bait ke-4
inilah maskumambang yang melayang
menyelinap ke dasar sanubari
menembus dunia fana
dan abadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik pertama; /m/ pada kata
maskumambang dan melayang.
Bait ke-5
terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka
menganga akibat ulah manusia
Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik kedua; /m/ pada kata
menganga dan manusia.
Bait ke-6
manusia yang menjalankan cerita
tuhan yang menentukan akhirnya
Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik pertama; /m/ pada kata
manusia dan menjalankan.
b. Bentuk Konsonan di Akhir Kata
Persamaan bentuk aliterasi di asonansi di akhir kata pada puisi “Serupa
Maskumambang” adalah sebagai berikut.
Bait ke-1
pupuh mengantarkan wejangan hidup
kecapi dalam suara sunyi menyendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik kedua; /i/ pada kata kecapi,
sunyi dan menyendiri.
Bait ke-2
pupuh dan kecapi membalut nyeri
menyatu dalam suara genting
Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik pertama; /i/ pada kata kecapi
dan nyeri.
Bait ke-3
manusia memiliki akal dan budi
didampingi kodrat hewani
mencapai jalan ilahi
Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik pertama /i/ pada kata memiliki
dan budi, asonansi di akhir kata pada larik kedua; /i/ pada kata didampingi dan
hewani, asonansi di akhir kata pada larik ketiga; /i/ pada kata mencapai dan ilahi.
Bait ke-5
terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka
menganga akibat ulah manusia
Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik pertama; /a/ dan /i/ pada kata
terluka, melukai, dilukai dan luka-luka, asonansi di akhir kata pada larik kedua; /a/
pada kata menganga dan manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
Bait ke-6
manusia yang menjalankan cerita
Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik pertama; /a/ pada kata manusia
dan cerita.
c. Pengulangan Kata/Ungkapan
Pengulangan kata atau ungkapan pada puisi “Serupa Maskumambang” adalah
sebagai berikut.
Bait ke-1
pupuh mengantarkan wejangan hidup
kecapi dalam suara sunyi menyendiri
Bait ke-2
pupuh dan kecapi membalut nyeri
menyatu dalam suara genting
Pada ketiga bait di atas terdapat pengulangan kata pupuh pada bait ke-1 larik
pertama dan bait ke-2 larik pertama.
2) Ritma
Ritma merupakan pertentangan bunyi: tinggi/ rendah, panjang/ pendek, keras/
lemah, yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk
keindahan (Slametmuljana dalam Waluyo, 1990: 94).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
manusia memiliki akal dan budi/
didampingi kodrat/ hewani/
mencapai jalan ilahi/
inilah maskumambang/ yang melayang/
menyelinap ke dasar sanubari/
menembus dunia fana/
dan abadi/
terluka/ melukai/ dilukai/ dan luka-luka/
menganga akibat ulah manusia/
manusia yang menjalankan cerita/
tuhan yang menentukan akhirnya/
4.5.1.6 Tata Wajah (Tipografi)
Waluyo (1991: 97) menyatakan bahwa tipografi merupakan pembeda yang
penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak bermula
dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman
yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal tersebut tidak berlaku bagi
tulisan yang berbentuk prosa. Ciri yang demikian menunjukkan eksistensif sebuah
puisi.
Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul “Serupa Maskumambang” berbentuk
bait-bait. Pada setiap bait memiliki jumalah larik yang berbeda-beda dan larik dalam
setiap bait saling berkaitan. Pada bait ke-1 mengungkapkan kesunyiaan dan kesepian,
pada bait ke-2 mengungkapkan tentang kesedihan, bait ke-3 mengungkapkan
berserah kepada Tuhan, bait ke-4 mengungkapkan tentang kehidupan yang tidak
kekal, bait ke-5 mengungkapkan tentang kesedihan, bait ke-6 mengungkapkan
tentang manusia yang menjalankannya.
Puisi tersebut terdiri dari lima bait dan tiap bait berisi larik yang bervariasi, ada
yang terdiri enam belas,tiga,dua dan satu. Penyairan lirik di mulai dari tepi kiri
halaman sampai pertengahan halaman dan dilanjutkan pada baris berikutnya. Bait ke-
1 terdiri dari dua larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik kedua terdiri dari
lima kata. Bait ke-2 terdiri dari dua larik; larik pertama terdiri dari lima kata, larik
kedua terdiri dari empat kata. Bait ke-3 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri
dari lima kata, larik kedua terdiri dari tiga kata, larik ketiga terdiri dari tiga kata. Bait
ke-4 terdiri dari empat larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik kedua terdiri
dari empat kata, larik ketiga terdiri dari tiga kata, larik keempat terdiri dari dua kata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
Bait ke-5 terdiri dari dua larik; larik pertama terdiri dari lima kata, larik kedua terdiri
dari empat kata. Bait ke-6 terdiri dari dua larik; larik pertama terdiri dari empat kata,
larik kedua terdiri dari empat kata.
4.5.2 Struktur Batin
Struktur batin yaitu struktur yang mengungkapan hal yang hendak
dikemukakan oleh penyair dengan perasaan dan suasana jiwanya. Unsur-unsur
struktur batin tidak langsung tampak pada fisik puisi, harus digali dari fisik puisi
tersebut. Struktur batin puisi meliputi: tema, perasaan penyair, nada dan amanat
(Waluyo, 1991: 102).
4.5.2.1 Tema
Menurut Waluyo (1991: 106-107), tema merupakan gagasan pokok atau
subject-matter yang dikemukakan penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu
begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama
pengucapannya.
Puisi “Serupa Maskumambang” mengandung tema yang sama yakni kritik sosial.
Kasus selalu terperangkap dalam gemerlapnya uang, hukum yang bisa terbeli dan lain
sebagainya sedang menjadi sorotan. Hal tersebut ditunjukkan seperti kata manusia,
hewani, sanubari, melukai, ulah manusia. Di samping itu, tema dapat dibuktikan
setelah menelaah unsur-unsur yang terdapat pada struktur fisik. Diksi, pengimajian,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
kata konkret, bahasa figuratif, versifikasi, serta tipografi merupakan unsur-unsur yang
memperkuat tema kritik sosial.
4.5.2.2 Perasaan
Waluyo (1991: 134) menyatakan bahwa perasaan dalam puisi adalah
perasaan yang disampaikan penyair melalui puisinya. Puisi mengungkapkan
perasaan yang beraneka ragam, mungkin perasaan sedih, kecewa, terharu, benci,
rindu, cinta, kagum, bahagia, ataupun perasaan setia kawan.
Dalam puisi “Serupa Maskumambang”, penulis mengungkapkan rasa
keprihatinan dan kesedihan dalam puisi tersebut, dengan bercerita tentang situasi
negara Indonesia pada saat ini.. Berikut kutipan dari puisi tersebut.
(5) inilah maskumambang yang melayang
menyelinap ke dasar sanubari
menembus dunia fana
dan abadi
(6) terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka
menganga akibat ulah manusia
(7) manusia yang menjalankan cerita
tuhan yang menentukan akhirnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
4.5.2.3 Nada dan Suasana
Nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca, sedangkan suasana
adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis
yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan suasana puisi saling
berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya
(Waluyo, 1991: 125).
Dalam puisi “Serupa Maskumambang” bernada kemarahan. Penulis mengajak
pembaca untuk memahami kebenaran yang sesungguhnya terjadi di negara Indonesia
(terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka, menganga akibat ulah manusia). Bertolak
dari hal itu, suasana kekesalan dan kemarahan itu akan timbul dari pembaca setelah
memehami puisi tersebut.
4.5.2.4 Amanat
Waluyo (1991: 134) menjelaskan bahwa amanat puisi adalah maksud yang
hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak
disampaikan penyair. Tiap penyair bermaksud ikut meningkatkan martabat
manusia dan kemanusiaan. Penghayatan terhadap amanat sebuah puisi tidak
secara obyektif, namun subyektif, artinya berdasarkan interpretasi pembaca.
Amanat dari puisi ini yaitu sebagai manusia yang bernegara kita harus orang
berguna dengan melakukan hal kejujuran. Sehingga orang-orang Indonesia tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
mudah di bodohin dengan uang dan ketidakadilan (manusia yang menjalankan cerita,
Tuhan yang menentukan akhirnya).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
4.6 Puisi “Menginjak Kaki di Jeruji Besi”
Puisi “Menginjak Kaki di Jeruji Besi” secara khusus menceritakan kritik sosial.
Puisi ini terdiri atas sepuluh bait. Secara rinci mengenai struktur fisik dan struktur
batin puisi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
Gambar 4.6
Peta Konsep Struktur Fisik dan Struktur Batin puisi “Menginjak Kaki di
Jeruji Besi”
Kesedihan
Kepedihan
Serupa
Anjing
Sejadah
Dinding
kamar
Pendengaran
Penglihatan
Falsafah
Pakan
KRITIK
SOSIAL
Pilihan
Kata
Kata Konkret
Gaya Bahasa
Pengimajian
Suasana
Bodogol
Perasaan Falsafah
hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
1) siapa yang kuat, dia berkuasa
siapa yang dekat dengan aparat
memperoleh perlakuan istimewa
itulah falsafah hidup dalam penjara
2) orang-orang yang melanggar hukum
bagai sampah
sebagian yang lain dimanfaatkan
bahkan kalau bisa diuangkan
penjara untuk membuat jera
nyatanya alat pencari keuntungan semata
3) jam makan tiba
jam keluhan narapidana
makanan yang kami makan
didatangkan dari amerika
nyatanya di sana
pakan untuk hewan serupa anjing
4) sengkon karta sudah terbiasa
dengan gaplek, goreng gadung, kulit singkong
jantung cau bahkan bodogol nya kami makan
karena kami dilahirkan miskin
5) kami hitung setiap batang besi di kamar
kami hitung pergantian orang
menghitung perkiraan jarak dari sel ke rumah
6) ada kerinduan yang menjerit
pada suara pintu tertutup
ada bisikan anak-anak kami
setiap sipir ngobrol sambil main gapleh
ada berjuta-juta bintang di luar jendela kecil berkedip
membuat keluh-kesah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
7) yang kami goreskan
di dinding kamar, di wc,
bahkan sajadah
8) aku ingin terus berdoa
inilah satu-satunya senjata
mempertegas kejujuran dan kebohongan
9) menguak keadilan dan kecurangan
merobohkan dinding tuduhan di pengadilan
10) kami yakin
bahwa tukang angon dan majikan
sama rata di depan tuhan
4.6.1 Struktur Fisik
Waluyo (1991: 71) menyatakan bahwa unsur-unsur bentuk atau struktur fisik
puisi dapat diuraikan dalam metode puisi, yakni unsur estetik yang membangun
struktur luar puisi. Unsur-unsur itu dapat ditelaah, tetapi unsur-unsur itu merupakan
kesatuan yang utuh. Unsur-unsur itu ialah diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa
figuratif (majas), versifikasi, dan tata wajah puisi.
4.6.1.1 Diksi (Pilihan Kata)
Waluyo (1991: 72) menjelaskan bahwa penyair sangat cermat dalam memilih
kata-kata sebab kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi
bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan
kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu, di samping memilih kata
yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
magis dari kata-kata tersebut. Berikut analisis diksi puisi “Menginjak Kaki di Jeruji
Besi”.
Bait pertama, ilihan kata /itulah falsafah hidup dalam penjara/ digunakan
penulis untuk menunjukkan keadaan seseorang hidup di dalam penjara. Bait kedua,
pilihan kata pilihan kata /bagai sampah/ digunakan penulis untuk menunjukkan
sesuatu yang hina. Pilihan kata /penjara untuk membuat jera/ digunakan penulis
untuk menunjukkan keadaan menyesal yang dirasakan. Bait ketiga, pilihan kata
/pakan untuk hewan serupa anjing/ digunakan penulis untuk menunjukkan sesuatu
makan yang hewan yang diberikan kepada manusia. Bait keempat, pilihan kata
/dengan gaplek, goreng gadung, kulit singkong/ digunakan penulis untuk
menunjukkan bahan makan yang berasal dari umbi-umbian. Pilihan kata /jantung cau
bahkan bodogol nya kami makan/ digunakan penulis untuk menunjukkan suatu
bagian dalam pohong pisang. Bait kelima, pilihan kata /kami hitung setiap batang
besi di kamar/ digunakan penulis untuk menunjukkan suatu kegelisahan yang akan
selalu dirasakan.
Bait keenam, pilihan kata /ada kerinduan yang menjerit/ digunakan penulis untuk
menunjukkan sesuatu kerinduan yang mendalam. Pilihan kata / ada berjuta-juta
bintang di luar jendela kecil/ digunakan penulis untuk menunjukkan keadaan di
malam hari dengan menatap ke langit. Bait ketujuh, pilihan kata /membuat keluh-
kesah/ digunakan penulis untuk menunjukkan suatu kegelisahan yang akan dirasakan.
Bait kedelapan, pilihan kata / aku ingin terus berdoa/ digunakan penulis untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
menunjukkan seseorang yang ingin selalu berserah diri kepada Tuhan. Bait
kesembilan, pilihan kata / merobohkan dinding tuduhan di pengadilan/ digunakan
penulis untuk menunjukkan keadaan menuntaskan ketidakadilan. Bait kesepuluh,
pilihan kata /bahwa tukang angon dan majikan/ digunakan penulis untuk
menunjukkan derajat manusia di dunia itu sama. Hal-hal yang menarik dan menonjol
dari puisi “Menginjak Kaki di Jeruji Besi” adalah pilihan kata atau diksi yang sudah
menggambarkan dengan jelas apa itu pengakuan gunel. Ini digambarkan melalui
adanya kata-kata falsafah hidup, hewan serupa anjing, kerinduan yang menjerit,
keluh-kesah.
4.6.1.2 Pengimajian
Menurut Waluyo (1991: 78) ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan
kata konkret. Secara singkat Waluyo (2003: 10) menjelaskan bahwa pengimajian
adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa
yang dinyatakan oleh penyair, sehingga hal yang digambarkan seolah-olah dapat
dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).
1) Imaji Visual
Imaji visual adalah imaji yang mengandung benda-benda yang nampak. Jika
penyair menginginkan imaji penglihatan, maka puisi perlu dihayati seolah-olah
melukiskan sesuatu yang bergerak (Waluyo, 1991: 78).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
Bait ke-3
jam makan tiba
jam keluhan narapidana
makanan yang kami makan
didatangkan dari amerika
nyatanya di sana
pakan untuk hewan serupa anjing
Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata hewan
serupa anjing. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan
melihat seekor anjing.
Bait ke-4
sengkon karta sudah terbiasa
dengan gaplek, goreng gadung, kulit singkong
jantung cau bahkan bodogol nya kami makan
karena kami dilahirkan miskin
Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata gaplek,
goreng gadung, kulit singkong dan bodogol. Penyair mengajak pembaca atau
pendengar untuk seakan-akan melihat gaplek, goreng gadung, kulit singkong dan
bodogol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
Bait ke-6
ada kerinduan yang menjerit
pada suara pintu tertutup
ada bisikan anak-anak kami
setiap sipir ngobrol sambil main gapleh
ada berjuta-juta bintang di luar jendela kecil berkedip
Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata anak-
anak dan berjuta-juta bintang. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk
seakan-akan melihat anak-anak dan berjuta-juta bintang.
Bait ke-7
membuat keluh-kesah
yang kami goreskan
di dinding kamar, di wc,
bahkan sajadah
Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata
dinding kamar, di wc, sajadah. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk
seakan-akan melihat dinding kamar, di wc, sajadah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
2) Imaji Taktil
Imaji taktil adalah imaji yang mengandung sesuatu yang dapat dirasakan, diraba,
atau disentuh. Jika penyair menginginkan imaji taktil, maka puisi perlu dihayati
seolah-olah merasakan sentuhan perasaan (Waluyo, 1991: 79).
Bait ke-6
ada kerinduan yang menjerit
pada suara pintu tertutup
ada bisikan anak-anak kami
setiap sipir ngobrol sambil main gapleh
ada berjuta-juta bintang di luar jendela kecil berkedip
Pada bait di atas, terdapat imaji taktil yang ditunjukkan dengan kata-kata ada
kerinduan yang menjerit. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-
akan mendengar merasakan ada kerinduan yang menjerit.
Bait ke-7
membuat keluh-kesah
yang kami goreskan
di dinding kamar, di wc,
bahkan sajadah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
Pada bait di atas, terdapat imaji taktil yang ditunjukkan dengan kata-kata keluh-
kesah. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan mendengar
merasakan keluh-kesah. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari puisi “Menginjak
Kaki di Jeruji Besi” adalah kata-kata yang dapat membuat pembaca seolah-olah
melihat, mendengarkan atau merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini
digambarkan melalui adanya imaji visual yang digambarkan dengan anjing, gaplek,
goreng gadung, kulit singkong, bodogol, anak-anak dan berjuta-juta bintang, dinding
kamar, di wc, sajadah, imaji taktil digambarkan dengan kerinduan dan keluh-kesah.
4.6.1.3 Kata Konkret
Untuk membangkitkan imaji pembaca (daya bayang), kata-kata harus
diperkonkret. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang
menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat
hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang (Waluyo, 1991: 81). Kata-kata
konkret yang terdapat dalam puisi “Menginjak Kaki di Jeruji Besi” adalah sebagai
berikut.
Bait ke-6
ada kerinduan yang menjerit
pada suara pintu tertutup
ada bisikan anak-anak kami
setiap sipir ngobrol sambil main gapleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
ada berjuta-juta bintang di luar jendela kecil
berkedip
Untuk mengkonkretkan bahwa keinginan dan harapan yang ingin bertemu
dengan seseorang, penyair menggunakan kata anak-anal, berjuta-juta bintang,
jendela.
Bait ke-7
membuat keluh-kesah
yang kami goreskan
di dinding kamar, di wc,
bahkan sajadah
Untuk mengkonkretkan kehidupan seseorang yang merasakan kepedihan dalam
melakukan hal tertentu., Penyair menggunakan kata dinding kamar, sajadah. Hal-hal
yang menarik dan menonjol dari puisi “Menginjak Kaki di Jeruji Besi” adalah kata-
kata yang dapat membuat pembaca seolah-olah melihat, mendengarkan atau
merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini digambarkan melalui kata-kata
anak-anak, bintang, jendela, dinding kamar, sajadah.
4.6.1.4 Bahasa Figuratif (Majas)
Waluyo (1991: 83) menjelaskan bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan
penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak
langsung mengungkapkan makna. Untuk memahami bahasa figuratif ini, pembaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
harus menafsirkan kiasan dan lambang yang dibuat penyair baik lambang yang
konvensional maupun yang nonkonvensional. Kiasan terdiri dari metafora, simile,
personifikasi, hiperbola, sinekdoke, dan ironi. Sedangkan perlambangan terdiri dari
lambang warna, lambang benda, lambang bunyi, dan lambang suasana.
1) Kiasan
Kiasan yang dimaksud oleh Waluyo adalah kiasan yang mempunyai makn lebih
luas dengan gaya bahasa kiasan karena mewakili apa yang secara tradisional disebut
gaya bahasa secara keseluruhan. Jelasnya, penggunaan kiasan untuk menciptakan
efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam bahasa puisi (Waluyo, 1991:
84). Gaya bahasa terdapat dalam puisi “Mengadukan Gugatan” dapat memperindah
puisi itu sendiri dan dapat memberikan daya tarik bagi pembaca, kata-kata menjadi
lebih hidup, dan menimbulkan kejelasan gambar angan.
a. Simile
Simile adalah kiasan yang tidak langsung, benda yang dikiaskan kedua duanya
ada bersama pengiasnya dan digunakan kata-kata seperti, laksana, bagaikan, bagai,
bak, dan sebagainya (Waluyo, 1991: 85). Berikut adalah simile dari lagu
“Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi”
Bait ke-2
orang-orang yang melanggar hukum
bagai sampah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
sebagian yang lain dimanfaatkan
bahkan kalau bisa diuangkan
penjara untuk membuat jera
nyatanya alat pencari keuntungan semata
Bait ke-3
jam makan tiba
jam keluhan narapidana
makanan yang kami makan
didatangkan dari amerika
nyatanya di sana
pakan untuk hewan serupa anjing
Pada bait di atas, terdapat simile yang ditunjukkan dengan kata serupa. Pada kata
serupa untuk menyatakan nama dari seseorang. Hal-hal yang menarik dan menonjol
dari puisi “Menginjak Kaki di Jeruji Besi” adalah beberapa gaya bahasa yang dapat
memperindah bait dan juga makna dibaliknya denga jelas. Ini digambarkan melalui
gaya bahasa simile seperti kata serupa.
b. Metafora
Metafora adalah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak
disebutkan (Waluyo, 1991: 84). Berikut adalah metafora dari puisi “Menginjakkan
Kaki di Jeruji Besi”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
Bait ke-6
ada kerinduan yang menjerit
pada suara pintu tertutup
ada bisikan anak-anak kami
setiap sipir ngobrol sambil main gapleh
ada berjuta-juta bintang di luar jendela kecil
berkedip
Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata ada kerinduan
yang menjerit dan berjuta-juta bintang. Pada kata ada kerinduan yang menjerit
diartikan sebagai keingingan dan harapan seseorang (akan bertemu). Pada kata
berjuta-juta bintang diartikan sebagai memancarkan cahaya dalam kehidupan. Hal-
hal yang menarik dan menonjol dari puisi “Menginjak Kaki di Jeruji Besi” adalah
beberapa gaya bahasa yang dapat memperindah bait dan juga makna dibaliknya
denga jelas. Ini digambarkan melalui gaya bahasa metafora gaya seperti ada
kerinduan yang menjerit dan berjuta-juta bintang.
2) Perlambangan
Perlambangan seperti halnya kiasan, perlambangan digunakan penyair untuk
memperjelas makna dan membuat nada dan suasana sajak menjadi lebih jelas,
sehingga dapat menggugah hati pembaca (Waluyo, 1991: 87). Menggunakan lambang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
dalam sebuah lirik lagu akan membuat makna lebih hidup, lebih jelas, dan lebih
mudah dibayangkan oleh pembaca.
a. Lambang Benda
Lambang benda digunakan penyair untuk menggantikan sesuatu yang ingin
diucapkan oleh penyair, seperti halnya burung garuda yang digunakan sebagai
lambang persatuan Indonesia (Waluyo, 1991: 88).
Bait ke-2
orang-orang yang melanggar hukum
bagai sampah
sebagian yang lain dimanfaatkan
bahkan kalau bisa diuangkan
penjara untuk membuat jera
nyatanya alat pencari keuntungan semata
Pada bait di atas terdapat lambang benda yang ditunjukkan dengan kata-kata
sampah. Untuk melambangkan manusia yang melanggar hukum.
Bait ke-4
sengkon karta sudah terbiasa
dengan gaplek, goreng gadung, kulit singkong
jantung cau bahkan bodogol nya kami makan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
karena kami dilahirkan miskin
Pada bait di atas terdapat lambang benda yang ditunjukkan dengan kata-kata
gaplek, goreng gadung, kulit singkong. Untuk melambangkan bahan makanan yang
berasal dari umbi-umbian.
Bait ke-5
kami hitung setiap batang besi di kamar
kami hitung pergantian orang
menghitung perkiraan jarak dari sel ke rumah
Pada bait di atas terdapat lambang benda yang ditunjukkan dengan kata-kata
batang besi. Untuk melambangkan sel/penjara.
b. Lambang Suasana
Lambang benda digunakan penyair untuk menggantikan sesuatu yang ingin
diucapkan oleh penyair, seperti halnya burung garuda yang digunakan sebagai
lambang persatuan Indonesia (Waluyo, 1991: 88).
Bait ke-6
ada kerinduan yang menjerit
pada suara pintu tertutup
ada bisikan anak-anak kami
setiap sipir ngobrol sambil main gapleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
ada berjuta-juta bintang di luar jendela kecil
berkedip
Pada bait di atas terdapat lambang suasana yang ditunjukkan dengan kata-kata
kerinduan. Untuk melambangkan manusia dalam keinginginannya untuk bertemu
dengan seseorang
Bait ke-7
membuat keluh-kesah
yang kami goreskan
di dinding kamar, di wc,
bahkan sajadah
Pada bait di atas terdapat lambang suasana yang ditunjukkan dengan kata-kata
keluh-kesah. Untuk melambangkan kehidupan yang penuh kepedihan. Hal-hal yang
menarik dan menonjol dari puisi “Menginjak Kaki di Jeruji Besi” adalah beberapa
lambang yang dapat memperkuat makna dengan jelas. Ini digambarkan melalui
adanya benda seperti sampah, gaplek, goreng gadung, kulit singkong, batang besi
dan lambang suasana seperti kerinduan, keluh-kesah.
4.6.1.5 Versifikasi
Bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritme. Versifikasi merupakan
persajakan yang mempengaruhi indahnya suatu puisi. Keindahannya dapat terlihat
dari pengulangan kata atau bunyi yang digunakan. Puisi akan terdengar merdu ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
menemukan bunyi yang sama ketika dibacakan.Verifikasi memiliki subab rima dan
ritme sebagai berikut.
1) Rima
Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau
orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk
mengulang bunyi ini, penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara
ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi (Waluyo, 1991:
90). Berikut adalah rima dari puisi “Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi”.
Bait ke-1
siapa yang kuat, dia berkuasa
siapa yang dekat dengan aparat
memperoleh perlakuan istimewa
itulah falsafah hidup dalam penjara
Rima yang sering muncul pada bait ke-1 yaitu /o/-/a/-/a/. Pada bait tersebut
terdapat rimah terus. Larik pertama sampai terakhir memiliki persamaan bunyi a.
Bait ke-2
orang-orang yang melanggar hukum
bagai sampah
sebagian yang lain dimanfaatkan
bahkan kalau bisa diuangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
penjara untuk membuat jera
nyatanya alat pencari keuntungan semata
Rima yang sering muncul pada bait ke-2 yaitu /u/-/a/-/a/-/a/-/a/-/a/. Pada bait
tersebut terdapat rima patah. Larik pertama dan kedua memiliki bunyi a-b.
Bait ke-3
jam makan tiba
jam keluhan narapidana
makanan yang kami makan
didatangkan dari amerika
nyatanya di sana
pakan untuk hewan serupa anjing
Rima yang sering muncul pada bait ke-3 yaitu /a/-/a/-/a/-/a/-/a/-/i/. Pada bait
tersebut terdapat rima patah. Larik pertama sampai keenam memiliki memilik bunyi
a-b.
Bait ke-7
membuat keluh-kesah
yang kami goreskan
di dinding kamar, di wc,
bahkan sajadah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
Rima yang sering muncul pada bait ke-7 yaitu /a/-/a/-/a/. Pada bait tersebut
terdapat rima terus. Larik pertama sampai akhir memiliki persamaan bunyi a.
Bait ke-8
aku ingin terus berdoa
inilah satu-satunya senjata
mempertegas kejujuran dan kebohongan
Rima yang sering muncul pada bait ke-8 yaitu /a/-/a/-/a/. Pada bait tersebut
terdapat rima terus. Larik pertama sampai akhir memiliki persamaan bunyi a.
Bait ke-9
menguak keadilan dan kecurangan
merobohkan dinding tuduhan di pengadilan
Rima yang sering muncul pada bait ke-9 yaitu /a/-/a/. Pada bait tersebut terdapat
rima terus. Larik pertama sampai akhir memiliki persamaan bunyi a.
Bait ke-10
kami yakin
bahwa tukang angon dan majikan
sama rata di depan tuhan
Rima yang sering muncul pada bait ke-10 yaitu /i/-/a/-/a/.Pada bait tersebut
terdapat rima patah. Larik pertama, kedua dan ketiga memiliki bunyi a-b.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
a. Bentuk Aliterasi Di Awal Kata
Persamaan bentuk konsonan di awal kata pada puisi “Menginjakkan Kaki di
Jeruji Besi” adalah sebagai berikut.
Bait ke-1
siapa yang kuat, dia berkuasa
siapa yang dekat dengan aparat
memperoleh perlakuan istimewa
itulah falsafah hidup dalam penjara
Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik kedua; /d/ pada kata
dekat dan dengan.
Bait ke-4
sengkon karta sudah terbiasa
dengan gaplek, goreng gadung, kulit singkong
jantung cau bahkan bodogol nya kami makan
karena kami dilahirkan miskin
Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik kedua; /g/ pada kata
gaplek, goreng dan gadung, aliterasi di awal kata pada larik kedua; /k/ pada kata
karena dan kami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
Bait ke-6
ada kerinduan yang menjerit
pada suara pintu tertutup
ada bisikan anak-anak kami
setiap sipir ngobrol sambil main gapleh
ada berjuta-juta bintang di luar jendela kecil berkedip
Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik empat; /s/ pada kata
setiap dan sipir.
Bait ke-7
membuat keluh-kesah
yang kami goreskan
di dinding kamar, di wc,
bahkan sajadah
Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik pertama; /k/ pada kata
keluh dan kesah.
Bait ke-8
aku ingin terus berdoa
inilah satu-satunya senjata
mempertegas kejujuran dan kebohongan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik ketiga; /k/ pada kata
kejujuran dan kebohongan.
Bait ke-9
menguak keadilan dan kecurangan
merobohkan dinding tuduhan di pengadilan
Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik pertama; /k/ pada kata
keadilan dan kecurangan .
b. Bentuk Konsonan di Akhir Kata
Persamaan bentuk aliterasi di asonansi di akhir kata pada puisi “Menginjakkan
Kaki di Jeruji Besi” adalah sebagai berikut.
Bait ke-2
orang-orang yang melanggar hukum
bagai sampah
sebagian yang lain dimanfaatkan
bahkan kalau bisa diuangkan
penjara untuk membuat jera
nyatanya alat pencari keuntungan semata
Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik kelima; /a/ pada kata penjara
dan jera.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
Bait ke-5
kami hitung setiap batang besi di kamar
kami hitung pergantian orang
menghitung perkiraan jarak dari sel ke rumah
Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik pertama; /i/ pada kata kami dan
besi.
Bait ke-6
ada kerinduan yang menjerit
pada suara pintu tertutup
ada bisikan anak-anak kami
setiap sipir ngobrol sambil main gapleh
ada berjuta-juta bintang di luar jendela kecil berkedip
Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik kelima; /a/ pada kata berjuta-
juta dan jendela.
Bait ke-10
kami yakin
bahwa tukang angon dan majikan
sama rata di depan tuhan
Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik ketiga; /a/ pada kata sama dan rata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
2) Ritma
Ritma merupakan pertentangan bunyi: tinggi/ rendah, panjang/ pendek, keras/
lemah, yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk
keindahan (Slametmuljana dalam Waluyo, 1990: 94).
siapa yang kuat/ dia berkuasa/
siapa yang dekat/ dengan aparat/
memperoleh perlakuan istimewa/
itulah falsafah hidup/ dalam penjara/
orang-orang yang melanggar hukum/
bagai sampah/
sebagian yang lain dimanfaatkan/
bahkan/ kalau bisa diuangkan/
penjara untuk membuat jera/
nyatanya/ alat pencari keuntungan semata/
jam makan tiba/
jam keluhan narapidana/
makanan yang kami makan/
didatangkan dari amerika/
nyatanya di sana/
pakan untuk hewan/ serupa anjing/
sengkon karta sudah terbiasa/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
dengan gaplek/ goreng gadung/ kulit singkong/
jantung cau/ bahkan bodogol nya kami makan/
karena kami/ dilahirkan miskin/
kami hitung/ setiap batang besi di kamar/
kami hitung/ pergantian orang/
menghitung perkiraan jarak/ dari sel ke rumah/
ada kerinduan yang menjerit/
pada suara pintu tertutup/
ada bisikan anak-anak kami/
setiap sipir ngobrol sambil main gapleh
ada berjuta-juta bintang/ di luar jendela kecil berkedip/
membuat keluh-kesah
yang kami goreskan/
di dinding kamar/ di wc/
bahkan sajadah/
aku ingin terus berdoa/
inilah/ satu-satunya senjata/
mempertegas kejujuran/ dan kebohongan/
menguak keadilan/ dan kecurangan/
merobohkan dinding/ tuduhan di pengadilan/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
kami yakin/
bahwa tukang angon/ dan majikan/
sama rata di depan tuhan/
4.6.1.6 Tata Wajah (Tipografi)
Waluyo (1991: 97) menyatakan bahwa tipografi merupakan pembeda yang
penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun
periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak bermula
dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman
yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal tersebut tidak berlaku bagi
tulisan yang berbentuk prosa. Ciri yang demikian menunjukkan eksistensif sebuah
puisi.
Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul “Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi”
berbentuk bait-bait. Pada setiap bait memiliki jumalah larik yang berbeda-beda dan
larik dalam setiap bait saling berkaitan. Pada bait ke-1 mengungkapkan ketidakadilan,
pada bait ke-2 mengungkapkan hukum berujung dengan uang, bait ke-3
mengungkapkan kemarahan terhadap hukum, bait ke-4 mengungkapkan kesedihan,
bait ke-5 mengungkapkan kesengsaraan berada di dalam penjara, bait ke-6
mengungkapkan kerinduan yang menyiksa, bait ke-7 mengungkapkan kegelisahan
yang dirasakan, bait ke-8 mengungkapkan kejujuran dan keadilan, bait ke-9
mengungkapkan keadaan menuntaskan ketidakadilan, ke-10 mengungkapkan derajat
manusia di duni itu sama. Puisi tersebut terdiri dari sepuluh bait dan tiap bait berisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
larik yang bervariasi, ada yang terdiri enam belas,tiga,dua dan satu. Penyairan lirik di
mulai dari tepi kiri halaman sampai pertengahan halaman dan dilanjutkan pada baris
berikutnya Bait ke-1 terdiri dari empat larik; larik pertama terdiri dari lima kata, larik
kedua terdiri dari lima, larik ketiga terdiri dari tiga kata, larik keempat terdiri lima
kata. Bait ke-2 terdiri dari enam larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik
kedua terdiri dari lima kata, larik ketiga terdiri dari dua kata, larik keempat terdiri
empat kata, larik kelima terdiri dari empat kata, larik keenam terdiri lima kata. Bait
ke-3 terdiri dari enam larik; larik pertama terdiri dari tiga kata, larik kedua terdiri
dari tiga kata, larik ketiga terdiri dari empat kata, larik keempat terdiri tiga kata, larik
kelima terdiri dari tiga kata, larik keenam terdiri lima kata. Bait ke-4 terdiri dari
empat larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik kedua terdiri dari enam kata,
larik ketiga terdiri dari tujuh kata, larik keempat terdiri empat kata.
Bait ke-5 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri dari tujuh kata, larik kedua
terdiri dari empat kata, larik ketiga terdiri dari tujuh kata, larik. Bait ke-6 terdiri dari
lima larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik kedua terdiri dari empat kata,
larik ketiga terdiri dari empat kata, larik keempat terdiri enam kata, larik kelima
terdiri dari delapan kata. Bait ke-7 terdiri dari empat larik; larik pertama terdiri dari
tiga kata, larik kedua terdiri dari tiga, larik ketiga terdiri dari empat kata, larik
keempat terdiri dua kata. Bait ke-8 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri dari
empat kata, larik kedua terdiri dari tiga kata, larik ketiga terdiri dari empat kata. Bait
ke-9 terdiri dari dua larik; larik pertama terdiri dari empat kata, larik kedua terdiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
dari lima kata. Bait ke-10 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri dari dua kata,
larik kedua terdiri dari lima kata, larik ketiga terdiri dari lima kata.
4.6.2 Struktur Batin
Struktur batin yaitu struktur yang mengungkapan hal yang hendak
dikemukakan oleh penyair dengan perasaan dan suasana jiwanya. Unsur-unsur
struktur batin tidak langsung tampak pada fisik puisi, harus digali dari fisik puisi
tersebut. Struktur batin puisi meliputi: tema, perasaan penyair, nada dan amanat
(Waluyo, 1991: 102).
4.6.2.1 Tema
Menurut Waluyo (1991: 106-107), tema merupakan gagasan pokok atau
subject-matter yang dikemukakan penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu
begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama
pengucapannya.
Puisi “Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi” mengandung tema yang sama yakni
kritik sosial dan tema khususnya kesengsaraan. Bisa disebut kesengsaraan karena
dalam puisi tersebut banyak menjelaskan tentang bagaimana ketidakjelasan berbagai
hukum yang berkaitan dengan hukum dan juga lemahnya penerapan berbagai
peraturan. Hukum di negeri ini itu dapat di beli, yang akan menang adalah yang
memiliki jabatan kekuasaan. Hal tersebut ditunjukkan pada awal hingg akhir bait
terdapat kata seperti berkuasa, dimanfaatkan, diuangkan, keluh-kesah, kecurangan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
merobohkan, tuduhan. Di samping itu, tema dapat dibuktikan setelah menelaah
unsur-unsur yang terdapat pada struktur fisik. Diksi, pengimajian, kata konkret,
bahasa figuratif, versifikasi, serta tipografi merupakan unsur-unsur yang memperkuat
tema kritik sosial.
4.6.2.2 Perasaan
Waluyo (1991: 134) menyatakan bahwa perasaan dalam puisi adalah
perasaan yang disampaikan penyair melalui puisinya. Puisi mengungkapkan
perasaan yang beraneka ragam, mungkin perasaan sedih, kecewa, terharu, benci,
rindu, cinta, kagum, bahagia, ataupun perasaan setia kawan.
Dalam puisi “Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi”, penulis mengungkapkan rasa
kepedihan perasan itu terbukti dari puisi yang menjelaskan bagaimana ketidakadilan
dalam pemberian hukuman serta dibesarkannya kasus-kasus yang dibilang sepele
menjadi hal yang besar.
(1) siapa yang kuat, dia berkuasa
siapa yang dekat dengan aparat
memperoleh perlakuan istimewa
itulah falsafah hidup dalam penjara
(2) orang-orang yang melanggar hukum
bagai sampah
sebagian yang lain dimanfaatkan
bahkan kalau bisa diuangkan
penjara untuk membuat jera
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
199
nyatanya alat pencari keuntungan semata
4.6.2.3 Nada dan Suasana
Nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca, sedangkan suasana
adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis
yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan suasana puisi saling
berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya
(Waluyo, 1991: 125).
Dalam puisi “Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi” bernada marah dan getir. Ini
karena dalam puisi tersebut menceritakan seseorang yang tidak mempunyai jabatan
atau kekuasan (siapa yang kuat, dia berkuasa siapa yang dekat dengan aparat
memperoleh perlakuan) akan kalah dengan orang yang mempunyai uang dan jabatan
yang tinggi (memperoleh perlakuan istimewa).
4.6.2.4 Amanat
Waluyo (1991: 134) menjelaskan bahwa amanat puisi adalah maksud yang
hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak
disampaikan penyair. Tiap penyair bermaksud ikut meningkatkan martabat
manusia dan kemanusiaan. Penghayatan terhadap amanat sebuah puisi tidak
secara obyektif, namun subyektif, artinya berdasarkan interpretasi pembaca.
Amanat dari puisi ini yaitu suatu keadilan bukanlah tempat untu menghasilkan
uang. Maka dari itu, kita sebagai manusia tentunya harus pandai dalam melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
hal apapun (aku ingin terus berdoa inilah satu-satunya senjata mempertegas
kejujuran dan kebohongan) sehingga kita tidak mudah dibodohi oleh sesuatu yang
nantinya memecah bela sebagai manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201
4.7 Puisi “Kesaksian Luka”
Puisi “Kesaksian Luka” secara khusus menceritakan kritik sosial dan tema
khususnya kesengsaraan. Puisi ini terdiri atas lima bait. Secara rinci mengenai
struktur fisik dan struktur batin puisi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
Gambar 4.7
Peta Konsep Struktur Fisik dan Struktur Batin puisi “Kesaksian Luka”
Kesedihan Kemarahan
diawali luka
yang berdarah
Catatan hitam
Pisau
Pendengaran
n
Penglihatan
Mata
luka Tubuh
indonesia
Perasaan KRITIK
SOSIAL
Pilihan Kata
Kata Konkret
Gaya Bahasa Pengimajian
Suasana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
202
1) reka adegan dari sejarah terpendam
sejarah terlupakan
menjadi catatan hitam
2) bukankah kebenaran sejarah tidak tunggal?
bukankah negara yang berdiri di dunia
diawali luka yang berdarah
sehabis peperangan?
3) berawal dari mana pisau peristiwa
mengiris-ngiris kulitmu
berawal dari ekonomikah?
pendidikankah?
hukum?
agama? atau para pejabat yang korup itu?
4) indonesia
membangun dirinya dari segala luka
tubuh indonesia tak terawat
namun tetap ditampilkan dengan semangat
5) berawal dari kata
kata yang diucapkan
dilakukan
inilah mata luka itu
untukmu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
203
4.7.1 Struktur Fisik
Waluyo (1991: 71) menyatakan bahwa unsur-unsur bentuk atau struktur fisik
puisi dapat diuraikan dalam metode puisi, yakni unsur estetik yang membangun
struktur luar puisi. Unsur-unsur itu dapat ditelaah, tetapi unsur-unsur itu merupakan
kesatuan yang utuh. Unsur-unsur itu ialah diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa
figuratif (majas), versifikasi, dan tata wajah puisi.
4.7.1.1 Diksi (Pilihan Kata)
Waluyo (1991: 72) menjelaskan bahwa penyair sangat cermat dalam memilih
kata-kata sebab kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi
bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan
kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu, di samping memilih kata
yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya
magis dari kata-kata tersebut. Berikut analisis diksi puisi “Kesaksian Luka”.
Pada bait pertama, pilihan kata /reka adegan dari sejarah terpendam/ digunakan
penulis untuk menunjukkan sejarah yang tersembunyi. Pilihan kata /menjadi catata
hitam/ digunakan penulis untuk sebuah peristiwa yang kurang baik. Pada bait kedua,
pilihan kata /diawali luka yang berdarah/ digunakan penulis untuk sebuah peristiwa
yang mengalami penderitaan. Pada bait ketiga, Pilihan kata /berawal dari mana pisau
peristiwa/ digunakan penulis untuk sebuah peristiwa yang sangat menyakitkan. Pada
bait keempat, pilihan kata /membangun dirinya dari segala luka/ digunakan penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204
untuk sebuah peristiwa membangun tetapi penuh penderitaan. Pilihan kata /tubuh
Indonesia tak terawat/ digunakan penulis untuk sebuah keadaan Indonesia yang tidak
terpelihara. Pada bait kelima, Pilihan kata /inilah mata luka itu/ digunakan penulis
untuk menunjuukkan betapa menderitanya negara Indonesia pada waktu itu. Hal-hal
yang menarik dan menonjol dari puisi “Kesaksian Luka” adalah pilihan kata atau
diksi yang sudah menggambarkan dengan jelas apa itu kesaksian luka. Ini
digambarkan melalui adanya kata-kata sejarah terpendam, catatan hitam, pisau
peristiwa.
4.7.1.2 Pengimajian
Menurut Waluyo (1991: 78) ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan
kata konkret. Secara singkat Waluyo (2003: 10) menjelaskan bahwa pengimajian
adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa
yang dinyatakan oleh penyair, sehingga hal yang digambarkan seolah-olah dapat
dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).
1) Imaji Visual
Imaji visual adalah imaji yang mengandung benda-benda yang nampak. Jika
penyair menginginkan imaji penglihatan, maka puisi perlu dihayati seolah-olah
melukiskan sesuatu yang bergerak (Waluyo, 1991: 78).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
205
Bait ke-1
reka adegan dari sejarah terpendam
sejarah terlupakan
menjadi catatan hitam
Pada bait di atas, terdapat imaji visual yang ditunjukkan dengan kata-kata
catatan hitam. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan
melihat catatan hitam
2) Imaji Auditif
Imaji auiditif adalah imaji yang mengandung gema suara. Jika penyair
menginginkan imaji pendengar, maka puisi perlu dihayati sehingga seolah-olah
mendengarkan sesuatu (Waluyo, 1991: 78).
Bait ke-5
berawal dari kata
kata yang diucapkan
dilakukan
inilah mata luka itu
untukmu
Pada bait di atas, terdapat imaji auditif yang ditunjukkan dengan kata-kata kata
yang diucapkan. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan
mendengarkan kata yang diucapkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
206
3) Imaji Taktil
Imaji taktil adalah imaji yang mengandung sesuatu yang dapat dirasakan, diraba,
atau disentuh. Jika penyair menginginkan imaji taktil, maka puisi perlu dihayati
seolah-olah merasakan sentuhan perasaan (Waluyo, 1991: 79).
Bait ke-2
bukankah kebenaran sejarah tidak tunggal?
bukankah negara yang berdiri di dunia
diawali luka yang berdarah
sehabis peperangan?
Pada bait di atas, terdapat imaji taktil yang ditunjukkan dengan kata-kata luka
yang berdarah. Penyair mengajak pembaca atau pendengar untuk seakan-akan
merasakan luka yang berdarah. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari
puisi“Kesaksian Luka” adalah kata-kata yang dapat membuat pembaca seolah-olah
melihat, mendengarkan atau merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini
digambarkan melalui adanya imaji visual yang digambarkan dengan catatan hitam,
imaji auditif digambarkan dengan kata yang diucapkan, dan imaji taktil digambarkan
dengan luka yang berdarah.
4.7.1.3 Kata Konkret
Untuk membangkitkan imaji pembaca (daya bayang), kata-kata harus
diperkonkret. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
207
menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat
hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang (Waluyo, 1991: 81).
Bait ke-1
reka adegan dari sejarah terpendam
sejarah terlupakan
menjadi catatan hitam
Untuk mengkonkretkan sebuah peristiwa yang kurang terbaik, penyair
mengggunakan kata catatan hitam
Bait ke-3
berawal dari mana pisau peristiwa
mengiris-ngiris kulitmu
berawal dari ekonomikah?
pendidikankah?
hukum?
agama? atau para pejabat yang korup itu?
Untuk mengkonkretkan sebuah peristiwa yang dialami oleh rakyat, penyair
menggunakan kata pisau peristiwa
Bait ke-4
indonesia
membangun dirinya dari segala luka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
208
tubuh indonesia tak terawat
namun tetap ditampilkan dengan semangat
Untuk mengkonkretkan peristiwa di masa lalu yang penuh luka, Penyair
menggunakan kata tubuh indonesia. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari puisi
“Kesaksian Luka” adalah kata-kata yang dapat membuat pembaca seolah-olah
melihat, mendengarkan atau merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Ini
digambarkan melalui kata-kata catatan hitam, pisau peristiwa, tubuh indonesia.
4.7.1.4 Bahasa Figuratif
Waluyo (1991: 83) menjelaskan bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan
penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak
langsung mengungkapkan makna. Untuk memahami bahasa figuratif ini, pembaca
harus menafsirkan kiasan dan lambang yang dibuat penyair baik lambang yang
konvensional maupun yang nonkonvensional.
1) Kiasan
Kiasan yang dimaksud oleh Waluyo adalah kiasan yang mempunyai makn lebih
luas dengan gaya bahasa kiasan karena mewakili apa yang secara tradisional disebut
gaya bahasa secara keseluruhan. Jelasnya, penggunaan kiasan untuk menciptakan
efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam bahasa puisi (Waluyo, 1991:
84). Gaya bahasa terdapat dalam puisi “Kesaksian Luka” dapat memperindah puisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
209
itu sendiri dan dapat memberikan daya tarik bagi pembaca, kata-kata menjadi lebih
hidup, dan menimbulkan kejelasan gambar angan.
a. Metafora
Metafora adalah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak
disebutkan (Waluyo, 1991: 84). Berikut adalah metafora dari puisi “Kesaksian Luka”.
Bait ke-1
reka adegan dari sejarah terpendam
sejarah terlupakan
menjadi catatan hitam
Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata catatan hitam.
Pada kata catatan hitam diartikan sebagai sebuah peristiwa yang kurang baik.
Bait ke-2
bukankah kebenaran sejarah tidak tunggal?
bukankah negara yang berdiri di dunia
diawali luka yang berdarah
sehabis peperangan?
Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata meledak
diawali luka yang berdarah. Pada kata diawali luka yang berdarah diartikan sebagai
suatu keadaan dimulai dari penuh penderitaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
210
Bait ke-3
berawal dari mana pisau peristiwa
mengiris-ngiris kulitmu
berawal dari ekonomikah?
Pendidikankah?
Hukum?
Agama?
Atau para pejabat yang korup itu?
Pada bait di atas, terdapat metafora yang ditunjukkan dengan kata meledak
mengiris-ngiris kulitmu. Pada kata mengiris-ngiris kulitmu diartikan sebagai suatu
tindakan yang membuat seseorang terluka. Hal-hal yang menarik dan menonjol dari
puisi “Kesaksian Luka” adalah beberapa gaya bahasa yang dapat memperindah bait
dan juga makna dibaliknya denga jelas. Ini digambarkan melalui gaya bahasa
metafora gaya seperti catatan hitam, diawali luka yang berdarah, mengiris-ngiris
kulitmu.
2) Perlambangan
Perlambangan seperti halnya kiasan, perlambangan digunakan penyair untuk
memperjelas makna dan membuat nada dan suasana sajak menjadi lebih jelas,
sehingga dapat menggugah hati pembaca (Waluyo, 1991: 87). Menggunakan lambang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
211
dalam sebuah lirik lagu akan membuat makna lebih hidup, lebih jelas, dan lebih
mudah dibayangkan oleh pembaca.
a. Lambang Warna
Lambang warna digunakan penyair untuk menggambarkan karakteristik watak
tertentu. Banyak puisi yang menggunakan lambang warna untuk mengungkapkan
perasaan penyair (Waluyo, 1991: 87).
Bait ke-1
reka adegan dari sejarah terpendam
sejarah terlupakan
menjadi catatan hitam
Pada bait di atas terdapat lambang warna yang ditunjukkan dengan kata-kata
catatan hitam. Untuk melambangkan peristiwa yang kurang baik. Hal-hal yang
menarik dan menonjol dari puisi “Kesaksian Luka” adalah beberapa lambang yang
dapat memperkuat makna dengan jelas apa itu pasukan mati. Ini digambarkan melalui
adanya lambang warna seperti catatan hitam.
4.7.1.5 Versifikasi
Bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritme. Versifikasi merupakan
persajakan yang mempengaruhi indahnya suatu puisi. Keindahannya dapat terlihat
dari pengulangan kata atau bunyi yang digunakan. Puisi akan terdengar merdu ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
212
menemukan bunyi yang sama ketika dibacakan.Verifikasi memiliki subab rima dan
ritme sebagai berikut.
1) Rima
Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau
orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk
mengulang bunyi ini, penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara
ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi (Waluyo, 1991:
90). Berikut adalah rima dari puisi “Kesaksian Luka”.
Bait ke-1
reka adegan dari sejarah terpendam
sejarah terlupakan
menjadi catatan hitam
Rima yang sering muncul pada bait ke-1 yaitu /a/-/a/-/a/. Pada bait tersebut
terdapat rimah terus. Larik pertama sampai ketiga memiliki persamaan bunyi a.
Bait ke-2
bukankah kebenaran sejarah tidak tunggal?
bukankah negara yang berdiri di dunia
diawali luka yang berdarah
sehabis peperangan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
213
Rima yang sering muncul pada bait ke-2 yaitu /a/-/a/-/a/-/a/. Pada bait tersebut
terdapat rima terus. Larik pertama sampai akhir memiliki persamaan bunyi a.
Bait ke-3
berawal dari mana pisau peristiwa
mengiris-ngiris kulitmu
berawal dari ekonomikah?
pendidikankah?
hukum?
agama?
atau para pejabat yang korup itu?
Rima yang sering muncul pada bait ke-3 yaitu /a/-/u/-/a/-/a/-/u/-/a/-/u/. Pada bait
tersebut terdapat rima bersilang. Larik pertama sampai akhir memiliki bunyi a-b-a-b.
Bait ke-4
indonesia
membangun dirinya dari segala luka
tubuh indonesia tak terawat
namun tetap ditampilkan dengan semangat
Rima yang sering muncul pada bait ke-4 yaitu /ia/-/a/-/a/-/a/. Pada bait tersebut
terdapat rima terus. Larik pertama sampai keempat memiliki persamaan bunyi a.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
214
Bait ke-5
berawal dari kata
kata yang diucapkan
dilakukan
inilah mata luka itu
untukmu
Rima yang sering muncul pada bait ke-5 yaitu /a/-/a/-/a/-/u/-/u/. Pada bait tersebut
terdapat rima berangkai. Larik pertama sampai ketiga berbeda dengan larik keempat
dan kelima memiliki persamaan bunyi a-a-b-b.
a. Bentuk Aliterasi Di Awal Kata
Persamaan bentuk konsonan di awal kata pada puisi “Kesaksian Luka” adalah
sebagai berikut.
Bait ke-2
bukankah kebenaran sejarah tidak tunggal?
bukankah negara yang berdiri di dunia
Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik pertama; /t/ pada kata
tidak dan tunggal, aliterasi di awal kata pada larik kedua; /d/ pada kata di dan dunia.
Bait ke-3
berawal dari mana pisau peristiwa
mengiris-ngiris kulitmu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
215
berawal dari ekonomikah?
pendidikankah?
hukum?
agama?
atau para pejabat yang korup itu?
Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik ketujuh; /p/ pada kata
para dan pejabat.
Bait ke-4
indonesia
membangun dirinya dari segala luka
tubuh indonesia tak terawatt
namun tetap ditampilkan dengan semangat
Pada bait di atas terdapat Aliterasi di awal kata pada larik kedua; /d/ pada kata
dirinya dan dari, aliterasi di awal kata pada larik ketiga; /t/ pada kata tubuh dan
terawatt, aliterasi di awal kata pada larik keempat; /d/ pada kata ditampilkan dan
dengan.
Bait ke-5
berawal dari kata
kata yang diucapkan
dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
216
inilah mata luka itu
untukmu
Pada bait di atas terdapat aliterasi di awal kata pada larik keempat; /i/ pada kata
inilah dan itu.
b. Bentuk Konsonan di Akhir Kata
Persamaan bentuk aliterasi di asonansi di akhir kata pada puisi “Kesaksian Luka”
adalah sebagai berikut.
Bait ke-2
bukankah kebenaran sejarah tidak tunggal?
bukankah negara yang berdiri di dunia
diawali luka yang berdarah
sehabis peperangan?
Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik kedua; /a/ pada kata negara
dan dunia.
Bait ke-3
berawal dari mana pisau peristiwa
mengiris-ngiris kulitmu
berawal dari ekonomikah?
pendidikankah?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
217
hukum?
agama?
atau para pejabat yang korup itu?
Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik pertama; /a/ pada kata mana
dan peristiwa.
Bait ke-4
indonesia
membangun dirinya dari segala luka
tubuh indonesia tak terawat
namun tetap ditampilkan dengan semangat
Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik kedua; /a/ pada kata segala
dan luka.
Bait ke-5
berawal dari kata
kata yang diucapkan
dilakukan
inilah mata luka itu
untukmu
Pada bait di atas asonansi di akhir kata pada larik keempat; /a/ pada kata mata
dan luka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
218
c. Pengulangan Kata/Ungkapan
Pengulangan kata atau ungkapan pada puisi “Kesaksian Luka” adalah sebagai
berikut.
Bait ke-1
reka adegan dari sejarah terpendam
sejarah terlupakan
menjadi catatan hitam
Bait ke-2
bukankah kebenaran sejarah tidak tunggal?
bukankah negara yang berdiri di dunia
diawali luka yang berdarah
sehabis peperangan?
Pada ketiga bait di atas terdapat pengulangan kata sejarah pada bait ke-1 larik
pertama dan bait ke-2 larik pertama.
2) Ritma
Ritma merupakan pertentangan bunyi: tinggi/ rendah, panjang/ pendek, keras/
lemah, yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk
keindahan (Slametmuljana dalam Waluyo, 1990: 94).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
219
reka adegan/ dari sejarah terpendam/
sejarah terlupakan/
menjadi catatan hitam/
bukankah kebenaran sejarah tidak tunggal?/
bukankah negara yang berdiri di dunia/
diawali luka/ yang berdarah/
sehabis peperangan?
berawal dari mana pisau peristiwa/
mengiris-ngiris kulitmu/
berawal dari ekonomikah?
pendidikankah?
hukum?
agama? atau para pejabat yang korup itu?
Indonesia/
membangun dirinya/ dari segala luka/
tubuh indonesia tak terawatt/
namun/ tetap ditampilkan dengan semangat/
berawal dari kata/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
220
kata yang diucapkan/
dilakukan/
inilah/ mata luka itu/
untukmu/
4.7.1.6 Tata Wajah (Tipografi)
Waluyo (1991: 97) menyatakan bahwa tipografi merupakan pembeda yang
penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun
periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak bermula
dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman
yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal tersebut tidak berlaku bagi
tulisan yang berbentuk prosa. Ciri yang demikian menunjukkan eksistensif sebuah
puisi.
Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul “Kesaksian Luka” berbentuk bait-bait.
Pada setiap bait memiliki jumlah larik yang berbeda-beda dan larik dalam setiap bait
saling berkaitan. Pada bait ke-1 mengungkapkan peristiwa kelam yang terjadi di
Indonesia, pada bait ke-2 mengungkapkan penderitaan yang mendalam atas
peristiwa-peristiwa yang terjadi, bait ke-3 mengungkapkan tindakan yang melukai,
bait ke-4 mengungkapkan berita tidak berguna, bait ke-5 mengungkapkan penderitaan
yang di alami Indonesia pada waktu itu.. Puisi tersebut terdiri dari lima bait dan tiap
bait berisi larik yang bervariasi, ada yang terdiri enam belas,tiga,dua dan satu.
Penyairan lirik di mulai dari tepi kiri halaman sampai pertengahan halaman dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
221
dilanjutkan pada baris berikutnya Bait ke-1 terdiri dari tiga larik; larik pertama terdiri
dari lima kata, larik kedua terdiri dari dua kata, larik ketiga terdiri dari tiga kata. Bait
ke-2 terdiri dari empat larik; larik pertama terdiri dari lima kata, larik kedua terdiri
dari enam kata, larik ketiga terdiri dari empat kata, larik keempat terdiri dari dua
kata. Bait ke-3 terdiri dari tujuh larik; larik pertama terdiri dari lima kata, larik kedua
terdiri dari dua kata, larik ketiga terdiri dari tiga kata, larik keempat terdiri dari satu
kata, larik kelima terdiri dari satu kata, larik keenam terdiri dari satu kata, larik
ketujuh terdiri dari enam kata. Bait ke-4 terdiri dari empat larik; larik pertama terdiri
dari satu kata, larik kedua terdiri dari lima kata, larik ketiga terdiri dari empat kata,
larik keempat terdiri dari lima kata. Bait ke-5 terdiri dari lima larik; larik pertama
terdiri dari tiga kata, larik kedua terdiri dari tiga kata, larik ketiga terdiri dari satu
kata, larik keempat terdiri dari empat kata, larik kelima terdiri dari satu kata.
4.7.2 Struktu Batin
Struktur batin yaitu struktur yang mengungkapan hal yang hendak
dikemukakan oleh penyair dengan perasaan dan suasana jiwanya. Unsur-unsur
struktur batin tidak langsung tampak pada fisik puisi, harus digali dari fisik puisi
tersebut. Struktur batin puisi meliputi: tema, perasaan penyair, nada dan amanat
(Waluyo, 1991: 102).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
222
4.7.2.1 Tema
Menurut Waluyo (1991: 106-107), tema merupakan gagasan pokok atau
subject-matter yang dikemukakan penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu
begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama
pengucapannya.
Puisi “Kesaksian Luka” mengandung tema besar kritik sosial dan tema
khususnya kesaksian. Melalui puisi ini, penulis ingin memaparkan peristiwa sejarah
Indonesia yang terpendam akan luka-luka sehabis peperangan. Hal tersebut
ditunjukkan pada awal bait hingga akhir bait menggambarkan kesaksian manusia.
Kesaksian tersebut dapat terlihat dari kata, catata hitam, luka, pisau peristiwa. Di
samping itu, tema dapat dibuktikan setelah menelaah unsur-unsur yang terdapat pada
struktur fisik. Diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif, versifikasi, serta
tipografi merupakan unsur-unsur yang memperkuat tema kritik sosial.
4.7.2.2 Perasaan
Waluyo (1991: 134) menyatakan bahwa perasaan dalam puisi adalah
perasaan yang disampaikan penyair melalui puisinya. Puisi mengungkapkan
perasaan yang beraneka ragam, mungkin perasaan sedih, kecewa, terharu, benci,
rindu, cinta, kagum, bahagia, ataupun perasaan setia kawan.
Dalam puisi “Kesaksian Luka”, penulis mengungkapkan rasa penderitaan dan
kepedihan. Penderitaan dan kepedihan itu tampak dari penggalan-penggalan puisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
223
menjelaskan bagaimana negara Indonesia membangun dirinya dari segala luka.
Sehingga Indonesia menjadi menjadi negara yang dijajah oleh negara lain. Berikut
kutipan dari lirik lagu tersebut.
3) berawal dari mana pisau peristiwa
mengiris-ngiris kulitmu
berawal dari ekonomikah?
pendidikankah?
hukum?
agama? atau para pejabat yang korup itu?
(4) indonesia
membangun dirinya dari segala luka
tubuh indonesia tak terawat
namun tetap ditampilkan dengan semangat
(5) berawal dari kata
kata yang diucapkan
dilakukan
inilah mata luka itu
untukmu
4.7.2.3 Nada dan Suasana
Nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca, sedangkan suasana
adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis
yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada dan suasana puisi saling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
224
berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya
(Waluyo, 1991: 125).
Dalam puisi “Kesaksian Luka” bernada kesedihan. Penulis mengajak pembaca
untuk memahami kesaksikan (reka adegan dari sejarah terpendam sejarah
terlupakan, menjadi catatan hitam) dan penderitaan (membangun dirinya dari segala
luka tubuh indonesia tak terawatt namun tetap ditampilkan dengan semangat) yang
dirasakan oleh negara Indonesia membangun dirinya dari segala luka.
4.7.2.4 Amanat
Waluyo (1991: 134) menjelaskan bahwa amanat puisi adalah maksud yang
hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak
disampaikan penyair. Tiap penyair bermaksud ikut meningkatkan martabat
manusia dan kemanusiaan. Penghayatan terhadap amanat sebuah puisi tidak
secara obyektif, namun subyektif, artinya berdasarkan interpretasi pembaca.
Amanat dari puisi ini yaitu agar kita mengetahui tentang keadaan sebenarnya yang
di negara Indonesia. Sejarah yang telah terjadi telah dilupakan (menjadi catatan
hitam), karena keadilan belum sepenuhnya belum ditegakkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
225
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis ketujuh puisi karya Peri Sandi Huizhce dalam
kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta, diperoleh simpulan sebagai berikut.
Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce memiliki
struktur fisik dan struktur batin yang beragam. Struktur fisik yang digunakan sebagai
analisis lagu meliputi: diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif (majas),
verifikasi, dan tipografi. Struktur batin yang digunakan untuk menganalisis lirik lagu
meliputi: tema, perasaan (feeling), nada (tone), dan amanat.
Penggunaan diksi dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta karya
Peri Sandi Huizhce sudah baik. Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta
karya Peri Sandi Huizhce menggunakan diksi yang mencakup sifat hakiki dari puisi,
yaitu emotif, objektif, imitatif atau referensial dan konotatif. Diksi yang paling
banyak digunakan dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta karya Peri
Sandi Huizhce adalah kata yang bersifat emotif.
Penggunaan pengimajian dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta
karya Peri Sandi Huizhce sudah sangat baik. Sehingga hal yang digambarkan seolah-
olah dapat dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).
Pengimajian yang paling banyak digunakan dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka
Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce adalah imaji visual dan imaji auditif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
226
Penggunaan kata konkret dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta
karya Peri Sandi Huizhce sudah baik. Kata-kata yang didapat menyarankan arti yang
menyeluruh, seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat
hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang. Kata konkret yang paling
banyak digunakan dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta karya Peri
Sandi Huizhce adalah perlambangan.
Penggunaan bahasa figuratif(majas) dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka
Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce sudah sangat baik. Untuk memahami bahasa
figuratif ini, pembaca harus menafsirkan kiasan dan lambang yang dibuat penyair
baik lambang yang konvensional maupun yang nonkonvensional. Kiasan terdiri dari
metafora, simile, sinekdoke, dan ironi, sedangkan perlambangan terdiri dari lambang
warna, lambang benda, lambang bunyi, dan lambang suasana. Kiasan(gaya bahasa)
yang paling banyak digunakan dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta
karya Peri Sandi Huizhce adalah metafora.
Penggunaan versifikasi dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta
karya Peri Sandi Huizhce sudah sangat baik. Penggunaan versifikasi yang bervariasi
itu yaitu menggunakan rima berdasarkan bunyi ada dua jenis, yaitu bentuk intern pola
bunyi aliterasi di awal kata dan bentuk intern pola bunyi asonansi di akhir kata. Rima
yang paling banyak digunakan dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta
karya Peri Sandi Huizhce adala rima patah. Selain penggunaan rima, puisi anak
dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
227
sudah melakukan permainan bunyi melalui ritma. Ritma yang dihasilkan dalam
bentuk pengulangan kata atau kelompok kata atau pola-pola yang hampir sama.
Bentuk pengulangan tersebut yaitu bentuk repetisi dan bentuk paralelisme. Ritma
yang paling banyak ditemukan dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta
karya Peri Sandi Huizhce adalah bentuk repetisi.
Penggunaan tipografi dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta
karya Peri Sandi Huizhce sudah sangat baik. Larik-larik puisi tidak membangun
periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak bermula
dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris.
Pemilihan tema dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta karya Peri
Sandi Huizhce mengandung tema besar yaitu mengandung tema besar kehidupan
sosial. Seperti contoh mencerminkan kepedihan ketidakadilan dalam pemberian
hukuman. Secara khusus tema yang paling banyak ditemukan dalam kumpulan Puisi
Esai Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce yaitu kritik sosial.
Penggunaan perasaan(feeling) dalam kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon
Karta karya Peri Sandi Huizhce sudah baik. Perasaan(feeling) beraneka ragam
mungkin perasaan sedih, kecewa, kemarahan, terharu, benci, rindu, cinta, kagum,
bahagia. Perasaan(feeling) yang paling banyak ditemukan dalam kumpulan Puisi Esai
Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce kemaraham dan kekecewaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
228
Penggunaan amanat pada kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta karya
Peri Sandi Huizhce sudah baik. Amanat yang ditemukan dalam kumpulan Puisi Esai
Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce, yaitu mengajak pembaca untuk
menghargai suatu keadilan, karena keadilan merupakan suatu hal yang berkaitan
dengan sikap dan tindakan hubungan antar manusia yang berisi tuntutan agar antar
sesama mendapatkan perlakuan sesuai hak dan kewajibannya.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan beberapa permasalahan yang belum
terpecahkan, sehingga peneliti mengajukan beberapa saran. Saran tersebut antara lain
sebagai berikut:
1) Penelitian ini hanya mengkaji struktur fisik dan struktur batin kumpulan Puisi
Esai Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizhce. Diharapkan kepada
peneliti selanjutnya untuk dapat mengkaji struktur fisik dan struktur batin
kumpulan puisi esai lainnya.
2) Diharapkan kepada peneliti selanjunya dapat meneliti maupun mengembangkan
penelitian sejenis dengan menggunakan objek yang lebih baru. Hasil penelitian
ini bisa digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi. Selain itu, nantinya
teori struktur fisik maupun struktur batin dapat semakin diperdalam.
3) Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam memahami isi puisi secara
mendalam. Dengan begitu tidak akan salah mengartikan maksud yang ingin
disampaikan oleh penulis puisi tersebut. Selain itu, pendalaman pengetahuan baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
229
pembaca dalam bidang karya sastra, sehingga pembaca dapat memahami dan
mengapresiasikan karya sastra untuk memetik nilai-nilai yang terdapat di
dalamnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
230
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Erlangga.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Fahlevi, Igbal. 2018. Analisisstruktur Fisik Dan Struktur Batin Puisi Senja Di
Pelabuhan Kecil Karya Chairil Anwar. Skripsi. PBSI. Medan: Universitas
Muhammadiyah
Ghony, M. Djunaidi & Fauzan Almanshur. 2014. Metode Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: AR-ARUZZ Media.
Hidayatullah, Syifa. 2018. Struktur Batin dan Batin Puisi Karya Anak Dalam
Majalah Bobo dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia. Skripsi. PBSI. Jakarta: Universitas Islam Negeri
Uizche, Peri Sandi. 2013. Mata Luka Sengkon Karta: Kumpulan Puisi Esai. Jakarta:
PT. Jurnal Sajak Indonesia.
Jabrohim, Dkk. 2003. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Keraf, Gorys. 2007. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahap Strategi, Metode, dan Tekniknya
(Edisi Revisi). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Mulyadi, dkk. 2019. Metode Penelitian Kualitatif dan Mixed Method. Depok: Raja
Grafindo Persada
Moleong, Lexi. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Moleong, Lexi. 2007. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Nurastuti, Wiji. 2007. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Ardana Media.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2014. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada
Univesity Press.
Pradopo, Rachmat Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode, dan
Penggunaannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
231
Saputra, Adven.2018. Analisis Struktur Fisik Dan Struktur Batin dalam Lirik Lagu
Deadsquad Album Horror Vision Tahun 2009.Skripsi. PBSI. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Sudaryanto, 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Teeuw. 2003. Sastera dan Ilmu Sastera. Bandung: Pustaka Jaya.
Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Surakarta: Erlangga.
Waluyo, Herman J. 2002. Apresiasi Puisi untuk Pelajar dan Mahasiswa. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Wicaksono, Andri. 2014. Menulis Kreatif Sastra dan Beberapa Model
Pembelajarannya. Yogyakarta: Garudhawaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
232
BIOGRAFI PENULIS
Agustinus Pogang, lahir di Jambi pada tanggal 26 Agustus
1996. Penulis berasal dari Kelurahan Thehok, Kecamatan
Jambi Selatan, Jambi. Anak ketujuh dari Bapak Markus
Bele (Alm) dan Ibu Poniyem. Pendidikan tingkat sekolah
dasar di SDN 57 Jambi. Kemudian melanjutkan studinya di
SMP Xaverius 1 Jambi. Pendidikan tingkat menengah atas ditempuh di SMA
Xaverius 2 Jambi. Setelah menyelesaikan sekolah tingkat menengah atas, pada tahun
2014. Penulis melanjutkan studi di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta. Masa pendidikan S1 tersebut berakhir pada tahun 2020 dengan
menyelesaikan tugas akhir atau skripsi yang berjudul Analisis Struktur Fisik Dan
Struktur Batin dalam Kumpulan Puisi Esai Mata Luka Sengkon Karta Karya Peri
Sandi Huizhce.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
233
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
234
Triangulasi Data
Data dan Hasil Penelitian Skripsi dengan Judul “Analisis Struktur Fisik Dan Struktur Batin Dalam Kumpulan Puisi Esai
Mata Luka Sengkon Karta Karya Peri Sandi Huizhce”
Oleh : Agustinus Poga (141224041)
Pembimbing 1 : Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M. Hum
Pembimbing 2 : Septina Krismawati, S.S., M.A
Petunjuk Triangulasi:
1. Triangulator memberikan tanda centang (√) pada kolom Setuju/Tidak Setuju yang menggambarkan penilaian
Anda.
2. Berikan catatan pada kolom keterangan yang dapat membantu kebenaran hasil analisis struktur fisik dan struktur
batin puisi
3. Setelah mengisi tabulasi data, triangulator membubuhi tanda tangan pada akhir.
No.
Struktur Fisik Puisi Pengakuan Gunel Triangulator
Diksi (Pilihan Kata) Deskripsi Setuju Tidak
Setuju
1. Bait ke-1
yang benar tapi disalahkan
aku salah tapi lolos dari hukum
“woi ABRI…woi…Polisi…
mata kalian mata picek!
1) Pilihan kata /ABRI/ dimaksudkan
sebagai Angakatan Bersenjata
Republik Indonesia.
√
2) Pilihan kata /lolos/ digunakan penulis
untuk menunjukkan seseorang lepas
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
235
sayalah pembunuh dan perampok yang
sebenarnya
mereka tak akan mengakui kesalahan
karena mereka tak melakukannya,
kecuali kalian paksa dan siksa
ketololan macam apa yang dilakukan hukum
apakah tidak ada penyidikan kembali pada
kasus ini
goblog benar hukum di negeri ini
coba buka kain yang menutupi mata
keadilan
coba todongkan pistol dan senjata
ke kepala anak kalian
kegoblogan yang disertai ketololan
hanya akan menghasilkan pembusukan!”
dari hukuman.
3) Pilihan kata /mata picek/ digunakan
penulis untuk menunjukkan seseorang
yang buta.
4) Pilihan kata /ketololan dan
kegoblogan/ digunakan penulis untuk
menunjukkan bahwa hukum itu sangat
bodoh.
√
5) Pilihan kata /todongkan pistol/
digunakan penulis menunjukan
mengarahkan pistol atau senjata ke
arah tubuhnya.
√
2. Bait ke-3
waktu malam kujadikan operasi
perampokan
waktu siang aku mendekam
Pilihan kata /mendekam/ digunakan penulis
untuk menunjukkan bersembunyi di sebuah
ruangan.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
236
tinggal di penjara dengan ilmu yang
sempurna
Pengimajian
Imaji Auditif Deskripsi
3. Bait ke-1
yang benar tapi disalahkan
aku salah tapi lolos dari hukum
“woi ABRI…woi…Polisi…
mata kalian mata picek!
sayalah pembunuh dan perampok yang
sebenarnya
mereka tak akan mengakui kesalahan
karena mereka tak melakukannya,
kecuali kalian paksa dan siksa
ketololan macam apa yang dilakukan hukum
apakah tidak ada penyidikan kembali pada
kasus ini
goblog benar hukum di negeri ini
coba buka kain yang menutupi mata
Penyair mengajak pembaca atau pendengar
untuk seakan-akan mendengar seseorang yang
mengeluh kepada ABRI dan polisi.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
237
keadilan
coba todongkan pistol dan senjata
ke kepala anak kalian
kegoblogan yang disertai ketololan
hanya akan menghasilkan pembusukan!”
Imaji Visual Deskrispsi
4. Bait ke-1
apakah tidak ada penyidikan kembali pada
kasus ini
goblog benar hukum di negeri ini
coba buka kain yang menutupi mata
keadilan
coba todongkan pistol dan senjata
ke kepala anak kalian
kegoblogan yang disertai ketololan
hanya akan menghasilkan pembusukan!”
Penyair mengajak pembaca atau pendengar
untuk seakan-akan melihat kegoblogan yang
disertai ketololan hukum di negeri ini.
√
5. Bait ke-2
dua belas tahun penjara
waktu yang sebentar
Penyair mengajak pembaca atau pendengar
untuk seakan-akan melihat situasi dua belas
tahun di penjara.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
238
aku aman di dalamnya
Kata Konkret Deskripsi
6. Bait ke-1
yang benar tapi disalahkan
aku salah tapi lolos dari hukum
“woi ABRI…woi…Polisi…
mata kalian mata picek!
sayalah pembunuh dan perampok yang
sebenarnya
mereka tak akan mengakui kesalahan
karena mereka tak melakukannya,
kecuali kalian paksa dan siksa
ketololan macam apa yang dilakukan
hukum
apakah tidak ada penyidikan kembali pada
kasus ini
goblog benar hukum di negeri ini
coba buka kain yang menutupi mata
1) Penyair menggunakan kata lolos untuk
mengonkretkan keadaan yang lepas
dari hukuman.
√
2) Penyair menggunakan kata ketololan
dan kegoblogan untuk
mengongkretkan situasi hukum di
negeri ini.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
239
keadilan
coba todongkan pistol dan senjata
ke kepala anak kalian
kegoblogan yang disertai ketololan
hanya akan menghasilkan pembusukan!”
7. Bait ke-3
waktu malam kujadikan operasi
perampokan
waktu siang aku mendekam
tinggal di penjara dengan ilmu yang
sempurna
Penyair menggunakan kata mendekam untuk
mengongkretkan sebuah keadaan di dalam
penjara.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
240
Bahasa Figuratif (Majas)
Kiasan (Gaya Bahasa)
Sinekdoke Deskripsi
8. Bait ke-1 (sebagian menjelaskan
keseluruhan/ part pro toto)
yang benar tapi disalahkan
aku salah tapi lolos dari hukum
“woi ABRI…woi…Polisi…
mata kalian mata picek!
sayalah pembunuh dan perampok yang
sebenarnya
mereka tak akan mengakui kesalahan
karena mereka tak melakukannya,
kecuali kalian paksa dan siksa
ketololan macam apa yang dilakukan
hukum
apakah tidak ada penyidikan kembali pada
kasus ini
Untuk menjelaskan pengakuan gunnel yang
mengeluh terhadap hukum di negeri ini,
penyair menggunakan kata-kata seperti
ketololan dan kegoblogan.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
241
goblog benar hukum di negeri ini
coba buka kain yang menutupi mata
keadilan
coba todongkan pistol dan senjata
ke kepala anak kalian
kegoblogan yang disertai ketololan
hanya akan menghasilkan pembusukan!”
9. Bait ke-3 (sebagian menjelaskan
keseluruhan/ part pro toto)
waktu malam kujadikan operasi
perampokan
waktu siang aku mendekam
tinggal di penjara dengan ilmu yang
sempurna
Untuk menjelaskan pengakuan gunnel pada
waktu itu berada di dalam penjara, penyair
melukiskan dengan menggunakan kata-kata
seperti mendekam.
√
Perlambangan
Lambang Suasana Deskripsi
10. Bait ke-3
waktu malam kujadikan operasi
Untuk melambangkan suasana menyedihkan,
penyair menggunakan kata mendekam.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
242
perampokan
waktu siang aku mendekam
tinggal di penjara dengan ilmu yang
sempurna
Versifikasi
Rima Deskripsi
11. Bait ke-2
dua belas tahun penjara
waktu yang sebentar
aku aman di dalamnya
Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/-/a/. √
Bentuk Intern Pola Bunyi
Aliterasi di Awal Kata Deskripsi
12. Bait ke-1
apakah tidak ada penyidikan kembali pada
kasus ini
goblog benar hukum di negeri ini
coba buka kain yang menutupi mata
keadilan
coba todongkan pistol dan senjata
Aliterasi di awal kata pada larik kedelapan;
/k/ pada kata kegoblogan dan ketololan.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
243
ke kepala anak kalian
kegoblogan yang disertai ketololan
hanya akan menghasilkan pembusukan!”
13. Bait ke-3
waktu malam kujadikan operasi perampokan
waktu siang aku mendekam
tinggal di penjara dengan ilmu yang
sempurna
Aliterasi di awal kata pada larik ketiga; /d/
pada kata di dan dengan.
√
Asonansi di Akhir Kata Deskripsi
14. Bait ke-1
coba buka kain yang menutupi mata
keadilan
coba todongkan pistol dan senjata ke kepala
anak kalian
kegoblogan yang disertai ketololan
hanya akan menghasilkan pembusukan!”
1) Asonansi di akhir kata pada larik
pertama; /a/ pada buka dan mata.
√
2) Asonansi di akhir kata pada larik
kedua; /a/ pada coba, senjata dan
kepala.
√
15. Bait ke-2
dua belas tahun penjara
waktu yang sebentar
Asonansi di akhir kata pada larik pertama;
/a/ pada dua dan penjara.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
244
aku aman di dalamnya
16. Bait ke-3
waktu malam kujadikan operasi perampokan
waktu siang aku mendekam
tinggal di penjara dengan ilmu yang
sempurna
1) Asonansi di akhir kata pada larik
kedua; /u/ pada waktu dan aku.
√
2) Asonansi di akhir kata pada larik
ketiga; /a/ pada penjara dan
sempurna.
√
Pengulangan Kata/Ungkapan Deskripsi
17. Bait ke-2
dua belas tahun penjara
waktu yang sebentar
aku aman di dalamnya
Terdapat pengulangan kata waktu pada bait
ke-2 larik ke kedua dengan bait ke-3 larik
pertama dan kedua.
√
18. Bait ke-3
waktu malam kujadikan operasi
perampokan
waktu siang aku mendekam
tinggal di penjara dengan ilmu yang
sempurna
Tata Wajah (Tipografi) Deskripsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
245
19. Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul
“Pengakuan Gunel” berbentuk bait-bait.
Puisi tersebut terdiri dari 3 bait dan tiap bait
berisi larik yang bervariasi, ada yang terdiri
enam belas,tiga,dua dan satu . Larik dalam
setiap bait saling berkaitan.
Puisi tersebut terdiri dari 3 bait.
1) Bait ke-1 terdiri dari enam belas larik;
larik pertama terdiri dari empat kata,
larik kedua terdiri dari enam kata,
larik ketiga terdiri dari tiga kata, larik
keempat terdiri dari empat kata, larik
kelima terdiri dari enam kata, larik
keenam terdiri dari lima kata, larik
ketujuh terdiri dari empat kata, larik
kedelapan terdiri dari lima kata, larik
kesembilan terdiri dari enam kata,
larik kesepuluh terdiri dari delapan
kata, larik kesebelas terdiri dari enam
kata, larik kedua belas terdiri dari
delapan kata, larik ketiga belas terdiri
dari enam kata, larik ketiga belas
terdiri dari lima kata, larik keempat
belas terdiri dari empat kata, larik
kelima belas terdiri dari empat kata,
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
246
larik keenam belas terdiri dari empat
kata.
2) Bait ke-2 terdiri dari tiga larik; larik
pertama terdiri dari empat kata, larik
kedua terdiri dari tiga kata, larik
ketiga terdiri dari tiga kata.
√
3) Bait ke-3 terdiri dari tiga larik; larik
pertama terdiri dari lima kata, larik
kedua terdiri dari empat kata, larik
ketiga terdiri dari lima kata
√
Struktur Batin Puisi Puisi Pengakuan Gunel
Tema
20. Dalam puisi “Pengakuan Gunel” mengandung tema besar kehidupan sosial. Secara khusus
puisi tersebut bertemakan kritik sosial. Hal tersebut ditunjukkan pada awal hingga akhir bait
menggambarkan tentang kritik sosial dalam kehidupan sosial. Puisi ini mengkritik tentang
kegagalan penegak keadilan. Kegagalan penegakan keadilan akan menimbulkan bahaya bagi
integritas moral proses pidana dan dapat merusak kepercayaan masyarakat akan penegakan
hukum.
√
Perasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
247
21. Dalam puisi “Pengakuan Gunel”, penulis mengungkapkan perasaan sedih disertai
kemarahan. Penderitaan tersebut ditimbulkan oleh ketidakdilan hukum di negeri ini.
√
Nada
22. Dalam puisi “Pengakuan Gunel” bernada kekesalan. Penyair mengingatkan pembaca untuk
memahami kekesalan terhadap hukum di negeri ini. Hingga yang benar di dekatkan dengan
hukum, sedangkan yang salah dijauhkan dari hukum.
√
Amanat
23. Amanat yang hendak disampaikan penulis lewat puisi tersebut yaitu agar pemerintah di
negeri ini menindaklanjuti ketidakadilan dalam hukum. Karena tujuan adanya lembaga
peradilan sendiri untuk memberikan keadilan bagi masyarakat.
√
No.
Struktur Fisik Puisi Terangah-Engah dalam Tabung dan Selang Trianggulator
Diksi (Pilihan Kata) Deskripsi Setuju Tidak
Setuju
24. Bait ke-1
aku seorang petani bojongsari
menghidupi mimpi
dari padi yang ditanam sendiri
Pilihan kata /menghidupi mimpi/ digunakan
penulis untuk menunjukkan seorang petani
menghidupi dirinya dari menanam padi.
√
25. Bait ke-2 Pilihan kata /kesederhanaan panutan hidup √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
248
kesederhanaan panutan hidup
dapat untung
dilipat dan ditabung
dapat untung/ digunakan penulis untuk
menunjukkan bahwa dengan kehidupan yang
sederhana akan selalu diberkahi.
26. Bait ke-3
1974 tanah air yang kucinta
berumur dua puluh sembilan tahun
waktu yang muda bagi berdirinya sebuah
negara
lambang garuda
dasarnya pancasila
undang-undang empat lima
merajut banyak peristiwa
1) Pilihan kata /lambang garuda/
digunakan penulis untuk menunjukkan
lambang negara Indonesia
√
2) Pilihan kata /dasarnya pancasila/
digunakan penulis untuk menunjukkan
ideologi negara Indonesia
√
3) Pilihan kata /undang-undang empat
lima/ digunakan penulis untuk
menunjukkan hukum dasar tertulis.
√
27. Bait ke-4
peralihan kepemimpinan yang mendesak
bung karno diganti pak harto
dengan dalih keamanan negara
1) Pilihan kata /peralihan kepemimpinan
yang mendesak/ digunakan penulis
untuk menujukkan pergantian kepala
negara secara paksa yaitu bung karno
diganti pak harto.
2) Pilihan kata /dalih keamanan negara/
digunakan penulis untuk menunjukkan
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
249
pergantian kepemimpinan tersebut
dilandasi dengan alasan keamanan
negara.
28. Bait ke-5
pembantaian enam jenderal satu perwira
enam jam dalam satu malam
mati di lubang tak berguna
tak ada dalam perang mahabarata
bahkan di sejarah dunia
hanya di sejarah Indonesia
Pilihan kata dalam/ pembantaian enam
jenderal satu perwira/ digunakan penulis
untuk menunjukkan suatu sejarah Indonesia
yaitu peristiwa G30S
√
29. Bait ke-6
pemusnahan golongan kiri
PKI wajib mati
pemimpin otoriter
REPELITA
rencana pembangunan lima tahun
bisa jadi
rencana pembantaian lima tahun
1) Pilihan kata /pemusnahan golongan
kiri PKI wajib mati/ digunakan penulis
untuk menunjukkan suatu rencan
untuk membunuh semua orang PKI
√
2) Pilihan /REPELITA/ digunakan
penulis untuk menunjukkan
membangun kembali Indonesia selama
lima tahun
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
250
30. Bait ke-7
di tahun-tahun berikutnya
kudapati penembak misterius
tak ada salah apalagi benar
tak ada hukum negara
1) Pilihan kata /di tahun-tahun
berikutnya, kudapati penembak
misterius/ digunakan penulis untuk
menunjukkan dalam situasi
menegangkan.
√
31. Bait ke-8
pembantaian dimana mana
diburu sampai got dor
di mulut dor
di kepala
diikat tali
dikafani karung
penguasa punya tahta yang tidak ada
bisa diada-ada
1) Pilihan kata /pembantaian dimana-
mana/ digunakan penulis untuk
menunjukkan sebuah situasi suram
dan menegangkan.
√
2) Pilihan kata /penguasa punya tahta
yang tidak ada bisa di ada-ada/
digunakan penulis untuk menunjukkan
suatu pandangan orang yang memiliki
harta lebih
√
32. Bait ke-9
banyak orang jadi rampok
pencopet, penipu, penjudi
pesugihan, pelihara tuyul, ngepet
saling bunuh
Pilihan kata /banyak orang jadi rampok
pencopet, penipu, penjudi pesugihan, pelihara
tuyul, ngepet saling bunuh/ digunakan penulis
untuk menunjukkan ketidaknyaman di dalam
kehidupan.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
251
atas dasar kebutuhan untuk makan
mencari suaka di tanah sendiri
33. Bait ke-10
kemana pemerintah?
sibuk membangun kesulitan benih bagus
Pilihan kata /kemana pemerintah ? sibuk
membangun kesulitan benih bagus/ digunakan
penulis untuk mununjukkan bahwa dimana
pemerintah lupa dengan rakyatnya.
√
34. Bait ke-11
pemerintah dan rakyat
seperti air dan api
saling memusnahkan meski berdampingan
berdampak bagi petani
1) Pilihan kata /pemerintah dan rakyat
seperti air dan api/ digunakan penulis
untuk menunjukkan sebuah situasi
menegangkan antara pemerintah dan
rakyat.
2) Pilihan kata /saling memusnakan
meskin berdampingan/ digunakan
penulis untuk menunjukkan saling
menjatuhkan.
√
35. Bait ke-12
1971 benih mulai dikomersialkan
pupuk dan obat hama harganya tak
Pilihan kata /1971 benih mulai
dikomersialkan/ digunakan penulis untuk
menunjukkan situasi harga semakin mahal
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
252
sembarang
iuran ulu-ulu dengan dalih perbaikan irigasi
teknologi ikut-ikutan membebani
kesulitan benih bagus
36. Bait ke-13
apalah daya uangpun tak ada
padi jadi rusak
panen gagal
hama berkeliaran seenaknya
Pilihan kata /apalah daya uangpun tak ada
padi jadi rusak/ digunakan penulis untuk
menunjukkan sebuah situasi suram dan
menyedihkan.
√
37. Bait ke-14
bagi keluarga kami
inilah musim paceklik
mencekik
Pilihan kata /musim paceklik mencekik/
digunakan penulis untuk menunjukkan situasi
menyedihkan
√
38. Bait ke-15
akulah sengkon yang sakit
berusaha mengenang setiap luka
di dada, di punggung, di kaki
di batuk yang berlapis tuberculosis
Pilihan kata /berusaha mengenang setiap
luka/ digunakan penulis untuk menunjukkan
keadaan sekarat yang terabaikan.
√
Pengimajian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
253
Imaji Auditif Deskripsi
39. Bait ke-15
akulah sengkon yang sakit
berusaha mengenang setiap luka
di dada, di punggung, di kaki
di batuk yang berlapis tuberculosis
Penyair mengajak pembaca atau pendengar
untuk seakan-akan mendengar suara batuk
yang berlapis tuberculosis.
√
Imaji Visual Deskripsi
40. Bait ke-2
aku seorang petani bojongsari
menghidupi mimpi
dari padi yang ditanam sendiri
Penyair mengajak pembaca atau pendengar
untuk seakan-akan melihat seorang petani
bojongsari dan padi.
√
41. Bait ke-3
lambang garuda
dasarnya pancasila
undang-undang empat lima
merajut banyak peristiwa
Penyair mengajak pembaca atau
pendengar untuk seakan-akan melihat
lambang garuda yaitu lambang negara
Indonesia.
√
42. Bait ke-8
pembantaian dimana mana
diburu sampai got dor
Penyair mengajak pembaca atau
pendengar untuk seakan-akan melihat
seseorang diikat tali dan dikafani karung.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
254
di mulut dor
di kepala
diikat tali
dikafani karung
penguasa punya tahta
yang tidak ada
bisa diada-ada
43. Bait ke-12
1971 benih mulai dikomersialkan
pupuk dan obat hama harganya tak
sembarang
iuran ulu-ulu dengan dalih perbaikan irigasi
teknologi ikut-ikutan membebani
kesulitan benih bagus
Penyair mengajak pembaca atau
pendengar untuk seakan-akan melihat pupuk
dan obat hama yang dikomersialkan dan
memiliki harga yang tidak sembarang
√
Imaji Taktil Deskripsi
44. Bait ke-14
bagi keluarga kami
inilah musim paceklik
mencekik
Penyair mengajak pembaca atau pendengar
untuk seakan-akan merasakan paceklik.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
255
Kata Konkret Deskripsi
45. Bait ke-1
aku seorang petani bojongsari
menghidupi mimpi
dari padi yang ditanam sendiri
Penyair menggunakan kata menghidupi
mimpi untuk mengkonkretkan sebuah
kehidupan
√
46. Bait ke-2
kesederhanaan panutan hidup
dapat untung
dilipat dan ditabung
Penyair menggunakan kata kesederhanaan
untuk mengkonkretkan sebuah kesederhanaan
dalam hidup itu menjadi panutan semua
orang.
√
47. Bait ke-3
1974 tanah air yang kucinta
berumur dua puluh sembilan tahun
waktu yang muda bagi berdirinya sebuah
negara
lambang garuda
dasarnya pancasila
undang-undang empat lima
merajut banyak peristiwa
1) Penyair menggunakan kata dua puluh
sembilan tahun untuk
mengkonkretkan sebuah umur negara
Indonesia pada tahun 1974.
√
2) Penyair menggunakan kata lambang
garuda dasarnya pancasila undang-
undang empat lima untuk
mengkonkretkan suatu negara
Indonesia.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
256
48. Bait ke-4
peralihan kepemimpinan yang mendesak
bung karno diganti pak harto
dengan dalih keamanan negara
Penyair menggunakan kata peralihan
kepemimpinan untuk mengkonkretkan
sebuah pergantian kepemimpinan negara.
√
49. Bait ke-5
pembantaian enam jenderal satu perwira
enam jam dalam satu malam
mati di lubang tak berguna
tak ada dalam perang mahabarata
bahkan di sejarah dunia
hanya di sejarah Indonesia
Penyair menggunakan kata pembantaian
enam jenderal satu perwira untuk
mengkonkretkan sebuah peristiwa yang
terjadi sudah lama terjadi.
√
50. Bait ke-6
pemusnahan golongan kiri
PKI wajib mati
pemimpin otoriter
REPELITA
rencana pembangunan lima tahun
bisa jadi
rencana pembantaian lima tahun
1) Penyair menggunakan kata PKI wajib
mati untuk mengkonkretkan kelompok
PKI diancam pada peristiwa di masa
lalu.
√
2) Penyair menggunakan kata
REPELITA untuk mengkonkretkan
sebuah rencana pembangunan lima
tahun itu bisa terjadi di Indonesia.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
257
51. Bait ke-7
di tahun-tahun berikutnya
kudapati penembak misterius
tak ada salah apalagi benar
tak ada hukum negara
Penyair menggunakan kata penembak
misterius untuk mengkonkretkan peristiwa-
peristiwa yang terjadi pada masa itu.
√
52. Bait ke-8
pembantaian dimana mana
diburu sampai got dor
di mulut dor
di kepala
diikat tali
dikafani karung
penguasa punya tahta
yang tidak ada
bisa diada-ada
1) Penyair menggunakan kata
pembantaian dimana-mana untuk
mengkonkretkan sebuah peristiwa
penembakan masal yang dilakukan
pada saat itu.
√
2) Penyair menggunakan kata penguasa
punya tahta untuk mengkonkretkan
seseorang yang mempunyai kekuasaan
atau kedudukan bisa melalukan
apapun.
√
53. Bait ke-9
banyak orang jadi rampok
pencopet, penipu, penjudi
pesugihan, pelihara tuyul, ngepet
Penyair menggunakan kata jadi rampok
pencopet, penipu, penjudi pesugihan,
pelihara tuyul, ngepet saling bunuh untuk
mengkonkretkan atas dasar kebutuhan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
258
saling bunuh
atas dasar kebutuhan untuk makan
mencari suaka di tanah sendiri
ekonomi.
54. Bait ke-10
kemana pemerintah?
sibuk membangun
Penyair menggunakan kata kemana
pemerintah? untuk mengkonkretkan sebuah
sindiran terhadap pemerintah yang sibuk
mengurus urusan lainnya.
√
55. Bait ke-11
pemerintah dan rakyat
seperti air dan api
saling memusnahkan meski berdampingan
berdampak bagi petani!
1) Penyair menggunakan kata air dan
kopi untuk mengkonkretkan yaitu
saling berkaitan.
√
2) Penyair menggunakan kata saling
memusnahkan untuk
mengkonkretkan sebuah kebencian.
√
56. Bait ke-12
1971 benih mulai dikomersialkan
pupuk dan obat hama harganya tak
sembarang
iuran ulu-ulu dengan dalih perbaikan irigasi
teknologi ikut-ikutan membebani
Penyair menggunakan dikomersialkan untuk
mengkonkretkan ketika memperdagangkan
barang dengan harga yang tidak sesuai demi
mendapat keuntungan lebih.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
259
kesulitan benih bagus
57. Bait ke-13
apalah daya uangpun tak ada
padi jadi rusak
panen gagal
hama berkeliaran seenaknya
Penyair menggunakan kata panen gagal
untuk mengkonkretkan sebuah kegagalan.
√
58. Bait ke-14
bagi keluarga kami
inilah musim paceklik
mencekik
Penyair menggunakan kata paceklik
mencekik untuk mengkonkretkan sebuah
musim kekurangan dalam aspek ekonomi.
√
59. Bait ke 15
akulah sengkon yang sakit
berusaha mengenang setiap luka
di dada, di punggung, di kaki
di batuk yang berlapis tuberculosis
Penyair menggunakan kata tuberculosis
untuk mengkonkretkan sebuah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit
ini paling sering menyerang paru-paru
walaupun pada sepertiga kasus menyerang
organ tubuh lain dan ditularkan orang ke
orang.
√
Bahasa Figuratif (Majas)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
260
Kiasan (Gaya Bahasa)
Metafora Deskripsi
60. Bait ke-1
aku seorang petani bojongsari
menghidupi mimpi
dari padi yang ditanam sendiri
1) Pada kata menghidupi mimpi
diartikan sebagai sesuatu yang terlihat
dalam tidur dan berangan-angan.
2) Pada kata dari padi yang ditanam
sendiri diartikan sebagai sesuatu yang
menghidupi untuk kemudian hari.
√
61. Bait ke-3
1974 tanah air yang kucinta
berumur dua puluh sembilan tahun
waktu yang muda bagi berdirinya sebuah
negara
lambang garuda
dasarnya pancasila
undang-undang empat lima
merajut banyak peristiwa
Pada kata lambang garuda diartikan sebagai
sesuatu yang melambangkan dasar negara
Indonesia.
√
Perlambangan
Lambang Benda Deskripsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
261
62. Bait ke-1
aku seorang petani bojongsari
menghidupi mimpi
dari padi yang ditanam sendiri
Untuk melambangkan kehidupan yang begitu
berat, penyair menggunakan kata petani dan
padi.
√
63. Bait ke-8
pembantaian dimana mana
diburu sampai got dor
di mulut dor
di kepala
diikat tali
dikafani karung
penguasa punya tahta
yang tidak ada
bisa diada-ada
Untuk melambangkan kekerasan atau
kejahatan, penyair menggunakan kata tali dan
karung
√
64. Bait ke-12
1971 benih mulai dikomersialkan
pupuk dan obat hama harganya tak
sembarang
iuran ulu-ulu dengan dalih perbaikan irigasi
Untuk melambangkan kenaikan harga bahan
pembasmi, penyair menggunakan kata pupuk
dan obat hama.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
262
teknologi ikut-ikutan membebani
kesulitan benih bagus
Versifikasi
Rima Deskripsi
65. Bait ke-1
aku seorang petani bojongsari
menghidupi mimpi
dari padi yang ditanam sendiri
Rima yang sering muncul yaitu /i/-/i/-/i/. √
66. Bait ke-2
kesederhanaan panutan hidup
dapat untung
dilipat dan ditabung
Rima yang sering muncul yaitu /u/-/u/-u/. √
67. Bait ke-3
1974 tanah air yang kucinta
berumur dua puluh sembilan tahun
waktu yang muda bagi berdirinya sebuah
negara
lambang garuda
dasarnya pancasila
Rima yang sering muncul yaitu /a/-/u/-/a/-/a/-
/a/-/a/-/a/-/a/.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
263
undang-undang empat lima
merajut banyak peristiwa
68. Bait ke-5
pembantaian enam jenderal satu perwira
enam jam dalam satu malam
mati di lubang tak berguna
tak ada dalam perang mahabarata
bahkan di sejarah dunia
hanya di sejarah Indonesia
Rima yang sering muncul /a/-/a/-/a/-/a/-/ia/-
/ia/.
√
69. Bait ke-7
di tahun-tahun berikutnya
kudapati penembak misterius
tak ada salah apalagi benar
tak ada hukum negara
Rima yang sering muncul yaitu /a/-/u/-/a/-/a/. √
70. Bait ke-11
pemerintah dan rakyat
seperti air dan api
saling memusnahkan meski berdampingan
berdampak bagi petani
Rima yang sering muncul yaitu /a/-/i/-/a-/i/. √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
264
71. Bait ke-13
apalah daya uangpun tak ada
padi jadi rusak
panen gagal
hama berkeliaran seenaknya
Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/-/a/-/a/. √
72. Bait ke-14
bagi keluarga kami
inilah musim paceklik
mencekik
Rima yang sering muncul yaitu /i/-/i/-/i/. √
73. Bait ke-15
akulah sengkon yang sakit
berusaha mengenang setiap luka
di dada, di punggung, di kaki
di batuk yang berlapis tuberculosis
Rima yang sering muncul yaitu /i/-/a/-/i/-/i/ √
Bentuk Intern Pola Bunyi
Aliterasi di Awal Kata Deskripsi
74. Bait ke-1
aku seorang petani bojongsari
menghidupi mimpi
Aliterasi di awal kata pada larik keempat; /d/
pada kata dari dan ditanam.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
265
dari padi yang ditanam sendiri
75. Bait ke-2
kesederhanaan panutan hidup
dapat untung
dilipat dan ditabung
Aliterasi di awal kata pada larik ketiga; /d/
pada kata dilipat dan ditabung.
√
76. Bait ke-9
banyak orang jadi rampok
pencopet, penipu, penjudi
pesugihan, pelihara tuyul, ngepet
saling bunuh
atas dasar kebutuhan untuk makan
mencari suaka di tanah sendiri
1) Aliterasi di awal kata pada larik
kedua; /p/ pada kata pencopet, penipu
dan penjudi.
√
2) Aliterasi di awal kata pada larik
ketiga; /p/ pada kata pesugihan dan
pelihara.
√
77. Bait ke-11
pemerintah dan rakyat
seperti air dan api
saling memusnahkan meski berdampingan
berdampak bagi petani!
1) Aliterasi di awal kata pada larik
ketiga; /n/ pada kata memusnahkan
dan berdampingan.
2) Aliterasi di awal kata pada larik
keempat; /b/ pada kata berdampak dan
bagi.
√
Asonansi di Akhir Kata Deskripsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
266
78. Bait ke-1
aku seorang petani bojongsari
menghidupi mimpi
dari padi yang ditanam sendiri
Asonansi di akhir kata pada larik pertama; /i/
pada kata petani dan bojongsari.
√
79. Bait ke-3
peralihan kepemimpinan yang mendesak
bung karno diganti pak harto
dengan dalih keamanan negara
1) Asonansi di akhir kata pada larik
kedua; /o/ pada kata karno dan harto.
√
80. Bait ke-5
pembantaian enam jenderal satu perwira
enam jam dalam satu malam
mati di lubang tak berguna
tak ada dalam perang mahabarata
bahkan di sejarah dunia
hanya di sejarah Indonesia
1) Asonansi di akhir kata pada larik
ketiga; /i/ pada kata mati dan di.
√
2) Asonansi di akhir kata pada larik
keempat; /a/ pada kata ada dan
mahabarata.
√
3) Asonansi di akhir kata pada larik
keenam; /a/ pada kata hanya dan
Indonesia.
√
81. Bait ke-11
pemerintah dan rakyat
1) Asonansi di akhir kata pada larik
kedua; /i/ pada kata seperti dan api.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
267
seperti air dan api
saling memusnahkan meski berdampingan
berdampak bagi petani!
2) Asonansi di akhir kata pada larik
keempat; /i/ pada kata bagi dan petani.
√
82. Bait ke-13
apalah daya uangpun tak ada
padi jadi rusak
panen gagal
hama berkeliaran seenaknya
1) Asonansi di akhir kata pada larik
pertama; /a/ pada kata daya dan ada.
√
2) Asonansi di akhir kata pada larik
keempat; /a/ pada kata hama dan
seenaknya.
√
83. Bait ke-14
bagi keluarga kami
inilah musim paceklik
mencekik
Asonansi di akhir kata pada larik pertama; /i/
pada kata bagi dan kami.
√
Pengulangan Kata/Ungkapan Deskripsi
84. Bait ke-10
kemana pemerintah?
sibuk membangun
Terdapat pengulangan kata pemerintah pada
bait ke-10 larik kedua; bait ke-11 larik
pertama.
√
85. Bait ke-11
pemerintah dan rakyat
seperti air dan api
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
268
saling memusnahkan meski berdampingan
berdampak bagi petani
Tata Wajah (Tipografi) Deskripsi
86. Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul
“Terengah-Engah dalam Tabung dan
Selang” berbentuk bait-bait. Jumlah bait
yang dimiliki adalah lima belas bait. Tiap
bait berisi larik yang bervariasi, ada yang
sepuluh, delapan, tujuh, enam dan paling
sedikit dua larik. Larik dalam satu bait
saing berkaitan satu sama lain.
Puisi tersebut terdiri dari limabelas bait.
1) Bait ke-1 terdiri dari tiga larik; larik
pertama terdiri dari empat kata, larik
kedua terdiri dari dua kata, dan larik
ketiga terdiri lima kata.
2) Bait ke-2 terdiri dari tiga larik; larik
pertama terdiri dari tiga kata, larik
kedua terdiri dari dua kata, dan larik
ketiga terdiri tiga kata.
3) Bait ke-3 terdiri dari tujuh larik; larik
pertama terdiri dari lima kata, larik
kedua terdiri dari lima kata, larik
ketiga terdiri tujuh kata, larik keempat
terdiri dari dua kata, larik kelima
terdiri dari dua kata, larik keenam
terdiri dari tiga kata, larik ketujuhBait
√
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
269
ke-4 terdiri dari tiga larik; larik
pertama terdiri dari lima kata, larik
kedua terdiri dari lima kata, larik
ketiga terdiri tujuh kata, larik keempat
terdiri dari dua kata, larik kelima
terdiri dari dua kata, larik keenam
terdiri dari tiga kata, larik ketujuh
terdiri dari tiga kata.
4) Bait ke-4 terdiri dari tiga larik; larik
pertama terdiri dari empat kata, larik
kedua terdiri dari lima kata, dan larik
ketiga terdiri empat kata.
5) Bait ke-5 terdiri dari enam larik; larik
pertama terdiri dari lima kata, larik
kedua terdiri dari lima kata, larik
ketiga terdiri lima kata, larik keempat
terdiri dari lima kata, larik kelima
terdiri dari lima kata, larik keenam
terdiri dari empat kata, larik.
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
270
6) Bait ke-6 terdiri dari tujuh larik; larik
pertama terdiri dari tiga kata, larik
kedua terdiri dari tiga kata, larik
ketiga terdiri dua kata, larik keempat
terdiri dari satu kata, larik kelima
terdiri dari lima kata, larik keenam
terdiri dari dua kata, lari, larik ketujuh
terdiri dari lima kata.
7) Bait ke-7 terdiri dari empat larik; larik
pertama terdiri dari tiga kata, larik
kedua terdiri dari tiga kata, larik
ketiga terdiri lima kata, larik keempat
terdiri dari lima kata..
8) Bait ke-8 terdiri dari sembilan larik;
larik pertama terdiri dari tiga kata,
larik kedua terdiri dari empat kata,
larik ketiga terdiri tiga kata, larik
keempat terdiri dari dua kata, larik
kelima terdiri dari dua kata, larik
√
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
271
keenam terdiri dari dua kata, lari,
larik ketujuh terdiri dari tiga kata,
larik kedelapan terdiri dari tiga kata,
larik kesembilan terdiri dari dua kata.
9) Bait ke-9 terdiri dari enam larik; larik
pertama terdiri dari empat kata, larik
kedua terdiri dari tiga kata, larik
ketiga terdiri empat kata, larik
keempat terdiri dari dua kata, larik
kelima terdiri dari lima kata, larik
keenam terdiri dari empat kata.
10) Bait ke-10 terdiri dari dua larik; larik
pertama terdiri dari dua kata, larik
kedua terdiri dari dua kata.
11) Bait ke-11 terdiri dari empat larik;
larik pertama terdiri dari tiga kata,
larik kedua terdiri dari empat kata,
larik ketiga terdiri empat kata, larik
keempat terdiri dari lima kata, larik
√
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
272
kelima terdiri dari tiga kata.
12) Bait ke-12 terdiri dari lima larik; larik
pertama terdiri dari empat kata, larik
kedua terdiri dari tujuh kata, larik
ketiga terdiri enam kata, larik keempat
terdiri dari tiga kata, larik kelima
terdiri dari tiga kata.
13) Bait ke-13 terdiri dari empat larik;
larik pertama terdiri dari lima kata,
larik kedua terdiri dari tiga kata, larik
ketiga terdiri dua kata, larik keempat
terdiri dari tiga kata.
14) Bait ke-14 terdiri dari tiga larik; larik
pertama terdiri dari tiga kata, larik
kedua terdiri dari tiga kata, larik
ketiga terdiri satu kata.
15) Bait ke-15 terdiri dari empat larik;
larik pertama terdiri dari empat kata,
larik kedua terdiri dari empat kata,
√
√
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
273
larik ketiga terdiri enam kata, larik
keempat terdiri dari lima kata.
Struktur Batin Puisi Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang
Tema
87. Dalam puisi “Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang” mengandung tema yaknik kritik
sosial. Melalui puisi ini, penulis memaparkan bahwa saat ini banyak sekali kesalahan-
kesalahan yang dilakukan pemerintah kepada rakyatnya. Sehingga kita sebagai rakyat
merasa tidak nyaman dalam hidup bernegara.
√
Perasaan
88. Dalam puisi “Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang”, penulis mengungkapkan rasa
kemarahan. Kemarahan itu tampak dari penggalan-penggalan puisi yang bercerita
pemerintah yang sibuk membangun tanpa melihat rakyatnya sengsara.
√
Nada
89. Dalam puisi “Terengah-Engah dalam Tabung dan Selang” bernada marah. Ini dalam puisi
tersebut menceritakan kesalahan-kesalahan yang dilakukan pemerintah kepada rakyatnya.
√
Amanat
90. Amanat yang hendak disampaikan penulis lewat puisi tersebut yaitu kita sebagai rakyat
yang harus saling bertanggungjawab dalam melakukan apapun. Jangan sampai kita
dibodohi oleh pemerintah yang nantinya memecah belah kita sebagai manusia.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
274
No.
Struktur Fisik Puisi Hari Pertama di Tahun yang Lama Triangulator
Diksi (Pilihan Kata) Deskripsi Setuju Tidak
Setuju
91. Bait ke-1
Dibebaskan
seluruh indonesia tahu
majalah ingin memuat berita kesalahan
negara
semua orang berilmu datang ke rumah
rumah seperti bunga mekar
diburu tawon
1) Pilihan kata /semua orang berilmu
datang kerumah/ digunakan penulis
untuk menunjukkan orang-orang yang
mempunyai intelektual.
√
2) Pilihan kata /rumah seperti bunga
mekar/ digunakan penulis untuk
menunjukkan sesuatu yang sedang
berkembang.
√
3) Pilihan kata /tawon/ digunakan penulis
untuk menunjukkan sebuah serangan.
√
92. Bait ke-2
tanya ini-itu
Pilihan kata /hanya menambah luka/
digunakan penulis untuk menunjukkan
sesuatu masalah.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
275
menyarankan ini-itu
padahal aku ingin damai sejahtera
tak perlu dibesar-besarkan
hanya menambah luka
93. Bait ke-3
keadilan bukan untuk diperdebatkan
keadilan mesti keluar dari dalam hati
untuk menghargai diri
Pilihan kata /keadilan mesti keluar dari dalam
hati/ digunakan penulis untuk menunjukkan
sebuah pengungkapan seseorang tentang
keadilan.
√
94. Bait ke-4
bukan dijadikan pasal yang rumit dan
1) Pilihan kata /pasal yang rumit dan
berbelit-belit/ digunakan penulis untuk
menunjukkan sebuah ketidakpastian.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
276
berbelit-belit
hanya dimengerti oleh para ahli hukum
2) Pilihan kata /para ahli hukum/
digunakan penulis untuk menunjukkan
seseorang yang banyak dianggap
sebagai sumber terpercaya.
√
Pengimajian
Imaji Visual Deskripsi
95. Bait ke-1
Dibebaskan
seluruh indonesia tahu
majalah ingin memuat berita kesalahan
negara
semua orang berilmu datang ke rumah
rumah seperti bunga mekar
diburu tawon
Penyair mengajak pembaca atau pendengar
untuk seakan-akan melihat semua orang
berilmu datang ke rumah, rumah seperti
bunga mekar dan diburu tawon.
√
Imaji Taktil Deskripsi
96. Bait ke-2 Penyair mengajak pembaca tau pendengar √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
277
tanya ini-itu
menyarankan ini-itu
padahal aku ingin damai sejahtera
tak perlu dibesar-besarkan
hanya menambah luka
untuk seakan-akan merasakan luka.
Kata Konkret Deskripsi
97. Bait ke-1
Dibebaskan
seluruh indonesia tahu
majalah ingin memuat berita kesalahan
negara
semua orang berilmu datang ke rumah
rumah seperti bunga mekar
diburu tawon
1) Penyair menggunakan kata semua
orang berilmu datang ke rumah
untuk mengkonkretkan suatu orang-
orang yang mempunyai intelektual
yang tinggi.
√
2) Penyair menggunakan kata rumah
seperti bunga mekar untuk
mengkonkretkan suatu perkembangan
yang telah terjadi.
√
3) Penyair menggunakan kata diburu
tawon untuk mengkonkretkan sebuah
serangan.
√
98. Bait ke-2 Penyair menggunakan kata hanya menambah √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
278
tanya ini-itu
menyarankan ini-itu
padahal aku ingin damai sejahtera
tak perlu dibesar-besarkan
hanya menambah luka
luka untuk mengkonkretkan sebuah
kesedihan
99. Bait ke-3
keadilan bukan untuk diperdebatkan
keadilan mesti keluar dari dalam hati
untuk menghargai diri
Penyair menggunakan kata keadilan mesti
keluar dari dalam hati untuk
mengkonkretkan sebuah pengungkapan
seseorang tentang keadilan.
√
100. Bait ke-4
bukan dijadikan pasal yang rumit dan
berbelit-belit
hanya dimengerti oleh para ahli hukum
Penyair menggunakan kata bukan dijadikan
pasal yang rumit dan berbelit-belit untuk
mengkonkretkan sebuah peraturan undang-
undang yang dibuat membingungkan.
√
Bahasa Figuratif (Majas)
Kiasan (Gaya Bahasa)
Simile Deskripsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
279
101. Bait ke-1
Dibebaskan
seluruh indonesia tahu
majalah ingin memuat berita kesalahan
negara
semua orang berilmu datang ke rumah
rumah seperti bunga mekar
diburu tawon
Pada kata rumah seperti bunga mekar
menjelaskan suatu proses yang perkembangan
yang terjadi
√
Metafora Deskripsi
102. Bait ke-1
Dibebaskan
seluruh indonesia tahu
majalah ingin memuat berita kesalahan
negara
semua orang berilmu datang ke rumah
rumah seperti bunga mekar
Pada kata semua orang berilmu datang
kerumah diartikan sebagai seseorang yang
memiliki atau mempunyai ilmu pengetahuan
atau kepandaian.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
280
diburu tawon
103. Bait ke-2
tanya ini-itu
menyarankan ini-itu
padahal aku ingin damai sejahtera
tak perlu dibesar-besarkan
hanya menambah luka
Pada kata menambah luka diartikan sebagai
seseorang yang tersakiti.
√
Perlambangan
Lambang Benda Deskripsi
104. Bait ke-1
Dibebaskan
1. Untuk melambangkan perkembangan,
penyair menggunakan kata rumah
seperti bunga mekar.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
281
seluruh indonesia tahu
majalah ingin memuat berita kesalahan
negara
semua orang berilmu datang ke rumah
rumah seperti bunga mekar
diburu tawon
2. Untuk melambangkan serangan atau
peperangan, penyair menggunakan
diburu tawon.
√
Lambang Suasana Deskripsi
105. Bait ke-2
tanya ini-itu
menyarankan ini-itu
padahal aku ingin damai sejahtera
tak perlu dibesar-besarkan
hanya menambah luka
Untuk melambangkan suasana sedih , penyair
menggunakan kata luka.
√
Versifikasi
Rima Deskripsi
106. Bait ke-2 Rima yang sering muncul bait ke-2 yaitu /u/- √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
282
tanya ini-itu
menyarankan ini-itu
padahal aku ingin damai sejahtera
tak perlu dibesar-besarkan
hanya menambah luka
/u/-/a/-/a/-/a/.
107. Bait ke-3
keadilan bukan untuk diperdebatkan
keadilan mesti keluar dari dalam hati
untuk menghargai diri
Rima yang sering muncul bait ke-3 yaitu /a/-
/i/-/i/.
√
108. Bait ke-4
bukan dijadikan pasal yang rumit dan
berbelit-belit
hanya dimengerti oleh para ahli hukum
Rima yang sering muncul bait ke-4 yaitu /i/-
/u/.
√
Bentuk Intern Pola Bunyi
Aliterasi di Awal Kata Deskripsi
109. Bait ke-1 Aliterasi di awal kata pada larik ketiga; /m/ √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
283
Dibebaskan
seluruh indonesia tahu
majalah ingin memuat berita kesalahan
negara
semua orang berilmu datang ke rumah
rumah seperti bunga mekar
diburu tawon
pada kata majalah dan memuat.
110. Bait ke-2
tanya ini-itu
menyarankan ini-itu
padahal aku ingin damai sejahtera
tak perlu dibesar-besarkan
hanya menambah luka
Aliterasi di awal kata pada larik pertama; /i/
pada kata itu dan ini.
√
111. Bait ke-3
keadilan bukan untuk diperdebatkan
Aliterasi di awal kata pada larik kedua; /k/
pada kata keadilan dan keluar.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
284
keadilan mesti keluar dari dalam hati
untuk menghargai diri
Asonansi di Akhir Kata Deskripsi
112. Bait ke-1
Dibebaskan
seluruh indonesia tahu
majalah ingin memuat berita kesalahan
negara
semua orang berilmu datang ke rumah
rumah seperti bunga mekar
diburu tawon
Asonansi di akhir kata pada larik ketiga; /a/
pada kata berita dan negara.
√
113. Bait ke-2
tanya ini-itu
menyarankan ini-itu
padahal aku ingin damai sejahtera
Asonansi di akhir kata pada larik kelima; /a/
pada kata hanya dan luka.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
285
tak perlu dibesar-besarkan
hanya menambah luka
114. Bait ke-3
keadilan bukan untuk diperdebatkan
keadilan mesti keluar dari dalam hati
untuk menghargai diri
1) Asonansi di akhir kata pada larik
kedua; /i/ pada kata mesti, dari dan
hati.
√
2) Asonansi di akhir kata pada larik
ketiga; /i/ pada kata menghargai dan
diri.
√
115. Bait ke-4
bukan dijadikan pasal yang rumit dan
berbelit-belit
hanya dimengerti oleh para ahli hukum
Asonansi di akhir kata pada larik kedua; /i/
pada kata dimengerti dan ahli.
√
Pengulangan Kata/Ungkapan Deskripsi
116. Bait ke-2
tanya ini-itu
menyarankan ini-itu
Terdapat pengulangan kata hanya, pada bait
ke-2 larik kelima dan bait ke-4 larik kedua.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
286
padahal aku ingin damai sejahtera
tak perlu dibesar-besarkan
hanya menambah luka
117. Bait ke-4
bukan dijadikan pasal yang rumit dan
berbelit-belit
hanya dimengerti oleh para ahli hukum
Tata Wajah (Tipografi) Deskripsi
118. Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul
“Hari Pertama di Tahun yang Lama”
berbentuk bait-bait. Puisi tersebut terdiri
dari 4 bait dan tiap bait berisi larik yang
bervariasi, ada yang terdiri enam, lima,
empat, tiga,dua dan satu . Larik dalam
setiap bait saling berkaitan.
Puisi tersebut terdiri dari empat bait.
1) Bait ke-1 terdiri dari enam larik; larik
pertama terdiri dari satu kata, larik
kedua terdiri dari tiga kata, larik
ketiga terdiri dari enam kata, larik
keempat terdiri dari enam kata, larik
kelima terdiri dari empat kata, larik
keenam terdiri dari dua kata.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
287
2) Bait ke-2 terdiri dari lima larik; larik
pertama terdiri dari tiga kata, larik
kedua terdiri dari tiga kata, larik
ketiga terdiri dari lima kata, larik
keempat terdiri dari tiga kata, larik
kelima terdiri dari tiga kata.
√
3) Bait ke-3 terdiri dari tiga larik; larik
pertama terdiri dari empat kata, larik
kedua terdiri dari enam kata, larik
ketiga terdiri dari tiga kata.
√
4) Bait ke-4 terdiri dari dua larik; larik
pertama terdiri dari tujuh kata, larik
kedua terdiri dari enam kata.
√
Struktur Batin Hari Pertama di Tahun yang Lama
Tema
119. Dalam puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama” mengandung tema yaknik kritik sosial.
Melalui puisi ini, penulis memaparkan bahwa ketidakadilan dalam mengatur undang-
undang yang dibuat negara. Hukum adalah memberikan keadilan kepada setiap orang.
√
Perasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
288
120. Dalam puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama”, penulis mengungkapkan rasa
kekecewaan dan kemarahan karena dalam puisi tersebut bercerita tentang ketidakadilan itu
hanya menambah luka.
√
Nada
121. Dalam puisi “Hari Pertama di Tahun yang Lama” bernada kekesalan dan kemarahan.
Penulis mengajak pembaca untuk memahami keadilan-keadilan yang sesungguhnya.
√
Amanat
122. Amanat yang hendak disampaikan penulis lewat puisi tersebut yaitu seluruh rakyat
Indonesia berhak mendapat keadilan tanpa terkecuali, tidak pandang bulu, entah itu pejabat,
rakyat kecil, orang atau miskin.
√
No.
Struktur Fisik Puisi Mengadukan Gugatan Triangulator
Diksi (Pilihan Kata) Deskripsi Setuju Tidak
Setuju
123. Bait ke-1
semua orang merongrong
uang dikedepankan sebagai gugatan
nyatanya ditolak tak menghasilkan
Pilihan kata /semua orang merongrong/
digunakan untuk menunjukkan orang yang
saling menjatuhkan.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
289
kemenangan
124. Bait ke-2
keadilan sekali lagi berujung pada uang
UUD: ujung-ujungnya duit
Pilihan kata /UUD: ujung-ujungnya duit/
digunakan untuk menunjukkan semua
membutuhkan uang.
√
125. Bait ke-3
majalah mengupas berita salah tangkap
beritanya meledak seindonesia
Plihan kata /mengupas/ digunakan untuk
menunjukkan sebuah tindakan.
√
126. Bait ke-4
apalah artinya berita
jika tak mengubah apa-apa
Pilihan kata /apalah arti berita/ digunakan
untuk menunjukkan sebuah pengungkapan.
√
127. Bait ke-5
berita
hanya menguntungkan penerbitnya
Pilihan kata /hanya mennguntungkan
penerbitnya/ digunakan untuk sindiran.
√
Pengimajian
Imaji Visual Deskripsi
128. Bait ke-1 Penyair mengajak pembaca atau pendengar √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
290
semua orang merongrong
uang dikedepankan sebagai gugatan
nyatanya ditolak tak menghasilkan
kemenangan
untuk seakan-akan melihat semua orang
merongrong.
Imaji Auditif Deskripsi
129. Bait ke-5
berita
hanya menguntungkan penerbitnya
Penyair mengajak pembaca atau pendengar
untuk seakan-akan melihat berita.
√
Imaji Taktil Deskripsi
130. Bait ke-1
semua orang merongrong
uang dikedepankan sebagai gugatan
nyatanya ditolak tak menghasilkan
kemenangan
Penyair mengajak pembaca atau pendengar
untuk seakan-akan merasakan merongrong.
√
Kata Konkret Deskripsi
131. Bait ke-1
semua orang merongrong
1) Penyair menggunakan kata
merongrong untuk mengkonkretkan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
291
uang dikedepankan sebagai gugatan
nyatanya ditolak tak menghasilkan
kemenangan
sebuah tindakan seseorang.
2) Penyair menggunakan kata gugatan
untuk mengkonkretkan sebuah
tuntutan.
132. Bait ke-2
keadilan sekali lagi berujung pada uang
UUD: ujung-ujungnya duit
Penyair menggunakan kata UUD: ujung-
ujungnya duit untuk mengkonkretkan sebuah
keadilan yang didasari oleh uang.
√
133. Bait ke-3
majalah mengupas berita salah tangkap
beritanya meledak seindonesia
1) Penyair menggunakan kata mengupas
berita untuk mengkonkretkan sebuah
peristiwa yang telah dianalisis.
√
2) Penyair menggunakan kata meledak
seindonesia untun mengkonkretkan
sebuah peristiwa yang mengalami
perpecahan.
√
134. Bait ke-4
apalah artinya berita
jika tak mengubah apa-apa
Penyair menggunakan kata tak mengubah
apa-apa untuk mengkonkretkan sebuah
peristiwa yang tidak terjadi apa-apa.
√
Bahasa Figuratif (Majas)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
292
Kiasa (Gaya Bahasa)
Metafora Deskripsi
135. Bait ke-1
semua orang merongrong
uang dikedepankan sebagai gugatan
nyatanya ditolak tak menghasilkan
kemenangan
Pada kata semua orang merongrong
diartikan sebagai sesuatu tindakan yang
merugikan orang lain.
√
136. Bait ke-3
majalah mengupas berita salah tangkap
beritanya meledak seindonesia
Pada kata beritanya meledak seindonesia
diartikan sebagai suatu berita yang beredar
dimana-mana.
√
Perlambangan
Lambang Benda Deskripsi
137. Bait ke-2
keadilan sekali lagi berujung pada uang
UUD: ujung-ujungnya duit
Untuk melambangkan keadilan, penyair
menggunakan kata uang atau duit.
√
Versifikasi
Rima Deskripsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
293
138. Bait ke-1
semua orang merongrong
uang dikedepankan sebagai gugatan
nyatanya ditolak tak menghasilkan
kemenangan
Rima yang sering muncul yaitu /o/-/a/-/a/. √
139. Bait ke-2
keadilan sekali lagi berujung pada uang
UUD: ujung-ujungnya duit
Rima yang sering muncul yaitu /a/-/i/. √
140. Bait ke-3
majalah mengupas berita salah tangkap
beritanya meledak seindonesia
Rima yang sering muncul yaitu /a/-/ia/. √
141. Bait ke-4
apalah artinya berita
jika tak mengubah apa-apa
Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/. √
142. Bait ke-5
berita
Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/. √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
294
hanya menguntungkan penerbitnya
Bentuk Intern Pola Bunyi
Aliterasi di Awal Kata Deskripsi
143. Bait ke-3
majalah mengupas berita salah tangkap
beritanya meledak seindonesia
Aliterasi di awal kata pada larik pertama; /m/
pada kata majalah dan mengupas.
√
Asonansi di Akhir Kata Deskripsi
144. Bait ke-2
keadilan sekali lagi berujung pada uang
UUD: ujung-ujungnya duit
Asonansi di akhir kata pada larik pertama; /i/
pada kata sekali dan lagi.
√
145. Bait ke-3
majalah mengupas berita salah tangkap
beritanya meledak seindonesia
Asonansi di akhir kata pada larik kedua; /a/
pada kata beritanya dan seindonesia.
√
146. Bait ke-4
apalah artinya berita
Asonansi di akhir kata pada larik pertama; /a/
pada kata artinya dan berita.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
295
jika tak mengubah apa-apa
147. Bait ke-5
berita
hanya menguntungkan penerbitnya
Asonansi di akhir kata pada larik kedua; /a/
pada kata hanya dan penerbitnya.
√
Pengulangan Kata/Ungkapan Deskripsi
148. Bait ke-3
majalah mengupas berita salah tangkap
beritanya meledak seindonesia
Terdapat pengulangan kata berita pada bait
ke-3 larik pertama, bait ke-4 larik pertama
dan bait ke-5 larik pertama.
√
149. Bait ke-4
apalah artinya berita
jika tak mengubah apa-apa
150. Bait ke-5
berita
hanya menguntungkan penerbitnya
Tata Wajah (Tipografi) Deskripsi
151. Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul Puisi tersebut terdiri dari lima bait. √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
296
“Mengadukan Gugatan” berbentuk bait-
bait. Puisi tersebut terdiri dari 5 bait dan
tiap bait berisi larik yang bervariasi, ada
yang terdiri tiga, dua, dan satu. Larik
dalam setiap bait saling berkaitan.
1) Bait ke-1 terdiri dari tiga larik; larik
pertama terdiri dari tiga kata, larik
kedua terdiri dari empat kata, larik
ketiga terdiri dari limat kata.
2) Bait ke-2 terdiri dari dua larik; larik
pertama terdiri dari enam kata, larik
kedua terdiri dari tiga kata.
3) Bait ke-3 terdiri dari dua larik; larik
pertama terdiri dari lima kata, larik
kedua terdiri dari tiga kata.
4) Bait ke-4 terdiri dari dua larik; larik
pertama terdiri dari tiga kata, larik
kedua terdiri dari empat kata.
5) Bait ke-5 terdiri dari dua larik; larik
pertama terdiri dari satu kata, larik
kedua terdiri dari tiga kata.
√
√
√
√
Struktur Batin Puisi Mengadukan Gugatan
Tema
152. Dalam puisi “Mengadukan Gugatan” mengandung tema yaknik kritik sosial. Melalui puisi √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
297
ini, penulis memaparkan bahwa keadilan berujung pada uang. Sehingga keadilan bisa dibeli
dengan uang.
Perasaan
153. Dalam puisi “Mengadukan Gugatan” mengungkapkan rasa kecewa. Perasaan itu terbukti
dari puisi tersebut yang menjelaskan bagaimana uang dikedepankan sebagai gugatan. Uang
adalah segalanya dalam keadilan.
√
Nada
154. Dalam puisi “Mengadukan Gugatan” bernada kesedihan dan kekecewaan yang berbaur
menjadi satu. Penulis mengajak pembaca untuk memahami penderitaan dan kesedihan yang
dirasakan orang-orang yang mengalami ketidakadilan.
√
Amanat
155. Amanat yang hendak disampaikan penulis lewat puisi tersebut yaitu suatu keadilan
bukanlah tempat untu menghasilkan uang. Melainkan keadilan adalah suatu hal yang
berkaitan dengan sikap dan tindakan dalam hubungan antar manusia yang berisi tuntutan
agar antar sesama mendapatkan perlakuan sesuai hak dan kewajibannya.
√
No.
Struktur Fisik Puisi Serupa Maskumambang Triangalutor
Diksi (Pilihan Kata) Deskripsi Setuju Tidak
Setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
298
156. Bait ke-1
pupuh mengantarkan wejangan hidup
kecapi dalam suara sunyi menyendiri
1) Pilihan kata /pupuh/ digunakan untuk
menunjukkan sebuah banyaknya suku
kata dalam bait.
√
2) Pilihan kata /wejangan hidup/
digunakan untuk menunjukkan untuk
hidup yang lebih baik.
√
3) Pilihan kata /suara sunyi menyendiri/
digunakan untuk menunjukkan
kehidupan manusia yang sendiri.
√
157. Bait ke-2
pupuh dan kecapi membalut nyeri
menyatu dalam suara genting
1) Pilihan kata /kecapi membalut nyeri/
digunakan untuk menunjukkan
kesedihan.
√
2) Pilihan kata /suara genting/ digunakan
untuk menunjukkan kehidupan yang
berbahaya.
√
158. Bait ke-3
manusia memiliki akal dan budi
didampingi kodrat hewani
1) Pilihan kata /kodrat hewani/
digunakan untuk menunjukkan
kekuasaan yang diberikan Tuhan.
2) Pilihan kata /jalan ilahi/ digunakan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
299
mencapai jalan ilahi untuk menunjukkan hal-hal yang
berhubungan dengan Tuhan.
159. Bait ke-4
inilah maskumambang yang melayang
menyelinap ke dasar sanubari
menembus dunia fana
dan abadi
1) Pilihan kata /maskumambang/
digunakan untuk menunjukkan sebuah
kehidupan yang memprihatinkan.
√
2) Pilihan kata /menembus dunia fana
dan abadi/ digunakan untuk
menunjukkan kehidupan yang hilang
dan tidak kekal.
√
160. Bait ke-5
terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka
menganga akibat ulah manusia
Pilihan kata /menganga/ digunakan untuk
menunjukkan keadaan yang dilakukan oleh
sifat manusia
√
161. Bait ke-6
manusia yang menjalankan cerita
tuhan yang menentukan akhirnya
Pilihan kata /tuhan yang menentukan
akhirnya/ digunakan untuk menunjukkan
semua perilaku yang dilakukan oleh manusia
akan ditentukan oleh Tuhan.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
300
Imaji Auditif Deskripsi
162. Bait ke-1
pupuh mengantarkan wejangan hidup
kecapi dalam suara sunyi menyendiri
Penyair mengajak pembaca atau pendengar
untuk seakan-akan mendengar kecapi dalam
suara sunyi.
√
163. Bait ke-2
pupuh dan kecapi membalut nyeri
menyatu dalam suara genting
Penyair mengajak pembaca atau pendengar
untuk seakan-akan mendengar suara genting.
√
Imaji Visual Deskripsi
164. Bait ke-2
pupuh dan kecapi membalut nyeri
menyatu dalam suara genting
Penyair mengajak pembaca atau pendengar
untuk seakan-akan melihat kecapi.
√
165. Bait ke-5
terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka
menganga akibat ulah manusia
Penyair mengajak pembaca atau pendengar
untuk seakan-akan melihat menganga akibat
ulah manusia.
√
Imaji Taktil Deskripsi
166. Bait ke-1 Penyair mengajak pembaca atau pendengar √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
301
pupuh dan kecapi membalut nyeri
menyatu dalam suara genting
untuk seakan-akan merasakan nyeri.
167. Bait ke-4
inilah maskumambang yang melayang
menyelinap ke dasar sanubari
menembus dunia fana
dan abadi
Penyair mengajak pembaca atau pendengar
untuk seakan-akan merasakan sanubari.
√
168. Bait ke-5
terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka
menganga akibat ulah manusia
Penyair mengajak pembaca atau pendengar
untuk seakan-akan merasakan terluka,
melukai, dilukai, dan luka-luka.
√
Kata Konkret Deskrispi
169. Bait ke-1
pupuh mengantarkan wejangan hidup
kecapi dalam suara sunyi menyendiri
1) Penyair menggunakan kata
mengantarkan wejangan hidup untuk
mengkonkretkan menghantarkan
kehidupan yang lebih baik.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
302
2) Penyair menggunakan kata suara
sunyi menyendiri untuk
mengkonkretkan suatu kehidupan
yang mandiri.
√
170. Bait ke-2
pupuh dan kecapi membalut nyeri
menyatu dalam suara genting
Penyair menggunakan kata membalut nyeri
untuk mengkonkretkan sesuatu luka dan
kesedihan.
√
171. Bait ke-3
manusia memiliki akal dan budi
didampingi kodrat hewani
mencapai jalan ilahi
1) Penyair menggunakan kata
didampingi kodrat hewani untuk
mengkonkretkan sesuatu hukum alam.
√
2) Penyair menggunakan kata mencapai
jalan ilahi untuk mengkonkretkan
sesuatu diberikan oleh kekuasaan
Tuhan.
√
172. Bait ke-4
inilah maskumambang yang melayang
1. Penyair menggunakan kata
menyelinap ke dasar sanubari untuk
mengkonkretkan sesuatu perasaan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
303
menyelinap ke dasar sanubari
menembus dunia fana
dan abadi
batin manusia.
2. Penyair menggunakan kata menembus
duni fana dan abadi untuk
mengkonkretkan sesuatu alam tempat
tinggal manusia yang masih hidup dan
tidak kekal.
√
173. Bait ke-5
terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka
menganga akibat ulah manusia
Penyair menggunakan kata terluka, melukai,
dilukai, dan luka-luka untuk
mengkonkretkan sesuatu kepedihan dan
kesedihan yang dialami manusia.
√
174. Bait ke-6
manusia yang menjalankan cerita
tuhan yang menentukan akhirnya
Penyair menggunakan kata Tuhan yang
menentukan akhirnya untuk
mengkonkretkan manusia harus berserah
kepada Tuhan, karena Tuhanlah Maha segala-
Nya.
√
Bahasa Figuratif (Majas)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
304
Kiasan (Gaya Bahasa)
Metafora Deskripsi
175. Bait ke-1
pupuh mengantarkan wejangan hidup
kecapi dalam suara sunyi menyendiri
Pada kata kecapi dalam suara sunyi
menyendiri diartikan sebagai sesuatu alat
musik yang memberikan ketenangan dalam
menyendiri.
√
176. Bait ke-2
pupuh dan kecapi membalut nyeri
menyatu dalam suara genting
Pada kata kecapi membalut nyeri diartikan
sebagai sesuatu kepedihan yang dirasakan
manusia.
√
177. Bait ke-3
inilah maskumambang yang melayang
menyelinap ke dasar sanubari
menembus dunia fana
dan abadi
Pada kata menembus dunia fana dan abadi
diartikan sebagai tempat tinggal manusia
yang masih hidup dan tidak kekal.
√
Perlambangan
Lambang Benda Deskripsi
178. Bait ke-1 Untuk melambangkan alat musik dalam √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
305
pupuh mengantarkan wejangan hidup
kecapi dalam suara sunyi menyendiri
kesendirian seseorang, penyair menggunakan
kata kecapi.
Lambang Suasana Deskripsi
179. Bait ke-1
pupuh mengantarkan wejangan hidup
kecapi dalam suara sunyi menyendiri
Untuk melambangkan hening, penyair
menggunakan kata sunyi.
√
Versifikasi
Rima Deskripsi
180. Bait ke-1
pupuh mengantarkan wejangan hidup
kecapi dalam suara sunyi menyendiri
Rima yang sering muncul yaitu /u/-/i/. √
181. Bait ke-2
pupuh dan kecapi membalut nyeri
menyatu dalam suara genting
Rima yang sering muncul yaitu /i/-/i/. √
182. Bait ke-3 Rima yang sering muncul yaitu /i/-/i/-/i/. √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
306
manusia memiliki akal dan budi
didampingi kodrat hewani
mencapai jalan ilahi
183. Bait ke-4
inilah maskumambang yang melayang
menyelinap ke dasar sanubari
menembus dunia fana
dan abadi
Rima yang sering muncul yaitu /a/-/i/-/a/-/i/. √
184. Bait ke-5
terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka
menganga akibat ulah manusia
Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/. √
185. Bait ke-6
manusia yang menjalankan cerita
tuhan yang menentukan akhirnya
Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/. √
Bentuk Intern Pola Bunyi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
307
Aliterasi di Awal Kata Deskripsi
186. Bait ke-1
pupuh mengantarkan wejangan hidup
kecapi dalam suara sunyi menyendiri
Aliterasi di awal kata pada larik kedua; /s/
pada kata suara dan sunyi.
√
187. Bait ke-3
manusia memiliki akal dan budi
didampingi kodrat hewani
mencapai jalan ilahi
Aliterasi di awal kata pada larik pertama; /m/
pada kata manusia dan memiliki.
√
188. Bait ke-4
inilah maskumambang yang melayang
menyelinap ke dasar sanubari
menembus dunia fana
dan abadi
Aliterasi di awal kata pada larik pertama; /m/
pada kata maskumambang dan melayang.
√
189. Bait ke-5
terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka
Aliterasi di awal kata pada larik kedua; /m/
pada kata menganga dan manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
308
menganga akibat ulah manusia
190. Bait ke-6
manusia yang menjalankan cerita
tuhan yang menentukan akhirnya
Aliterasi di awal kata pada larik pertama; /m/
pada kata manusia dan menjalankan.
√
Asonansi di Akhir Kata Deskripsi
191. Bait ke-1
pupuh mengantarkan wejangan hidup
kecapi dalam suara sunyi menyendiri
Asonansi di akhir kata pada larik kedua; /i/
pada kata kecapi, sunyi dan menyendiri.
√
192. Bait ke-2
pupuh dan kecapi membalut nyeri
menyatu dalam suara genting
Asonansi di akhir kata pada larik pertama; /i/
pada kata kecapi dan nyeri.
√
193. Bait ke-3
manusia memiliki akal dan budi
didampingi kodrat hewani
mencapai jalan ilahi
1) Asonansi di akhir kata pada larik
pertama /i/ pada kata memiliki dan
budi.
√
2) Asonansi di akhir kata pada larik
kedua; /i/ pada kata didampingi dan
hewani.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
309
3) Asonansi di akhir kata pada larik
ketiga; /i/ pada kata mencapai dan
ilahi.
√
194. Bait ke-5
terluka, melukai, dilukai, dan luka-luka
menganga akibat ulah manusia
1) Asonansi di akhir kata pada larik
pertama; /a/ dan /i/ pada kata terluka,
melukai, dilukai dan luka-luka.
√
2) Asonansi di akhir kata pada larik
kedua; /a/ pada kata menganga dan
manusia.
√
195. Bait ke-6
manusia yang menjalankan cerita
tuhan yang menentukan akhirnya
Asonansi di akhir kata pada larik pertama; /a/
pada kata manusia dan cerita.
√
Pengulangan Kata/Ungkapan Deskripsi
196. Bait ke-1
pupuh mengantarkan wejangan hidup
kecapi dalam suara sunyi menyendiri
Terdapat pengulangan kata pupuh pada bait
ke-1 larik pertama dan bait ke-2 larik
pertama.
√
197. Bait ke-2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
310
pupuh dan kecapi membalut nyeri
menyatu dalam suara genting
Tata Wajah (Tipografi) Deskripsi
198. Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul
“Serupa Maskumambang” berbentuk bait-
bait. Puisi tersebut terdiri dari 5 bait dan
tiap bait berisi larik yang bervariasi, ada
yang terdiri empat, tiga, dua, dan satu.
Larik dalam setiap bait saling berkaitan.
Puisi tersebut terdiri dari enam bait.
1) Bait ke-1 terdiri dari dua larik; larik
pertama terdiri dari empat kata, larik
kedua terdiri dari lima kata.
2) Bait ke-2 terdiri dari dua larik; larik
pertama terdiri dari lima kata, larik
kedua terdiri dari empat kata.
3) Bait ke-3 terdiri dari tiga larik; larik
pertama terdiri dari lima kata, larik
kedua terdiri dari tiga kata, larik
ketiga terdiri dari tiga kata.
4) Bait ke-4 terdiri dari empat larik; larik
pertama terdiri dari empat kata, larik
kedua terdiri dari empat kata, larik
ketiga terdiri dari tiga kata, larik
keempat terdiri dari dua kata.
√
√
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
311
5) Bait ke-5 terdiri dari dua larik; larik
pertama terdiri dari lima kata, larik
kedua terdiri dari empat kata.
6) Bait ke-6 terdiri dari dua larik; larik
pertama terdiri dari empat kata, larik
kedua terdiri dari empat kata.
√
√
Struktur Batin Puisi Serupa Maskumambang
Tema
199. Dalam puisi “Serupa Maskumambang” mengandung tema yang sama yakni kritik sosial.
Kasus selalu terperangkap dalam gemerlapnya uang, hukum yang bisa terbeli dan lain
sebagainya sedang menjadi sorotan.
√
Perasaan
200. Dalam puisi “Serupa Maskumambang” mengungkapkan rasa keprihatinan dan kesedihan
dalam puisi tersebut, dengan bercerita tentang situasi negara Indonesia pada saat ini.
Keadilan berujung pada pada uang dan semua saling menguntungkan.
√
Nada
201. Dalam puisi “Serupa Maskumambang” bernada kemarahan. Penulis mengajak pembaca
untuk memahami kebenaran yang sesungguhnya terjadi di negara Indonesia.
√
Amanat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
312
202. Amanat yang hendak disampaikan penulis lewat puisi tersebut yaitu sebagai manusia yang
bernegara kita harus orang berguna dengan melakukan hal kejujuran. Sehingga orang-orang
Indonesia tidak mudah di bodohin dengan uang dan ketidakadilan.
√
No.
Struktur Fisik Puisi Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi Triangulator
Diksi (Pilihan Kata) Deskripsi Setuju Tidak
Setuju
203. Bait ke-1
siapa yang kuat, dia berkuasa
siapa yang dekat dengan aparat
memperoleh perlakuan istimewa
itulah falsafah hidup dalam penjara
Pilihan kata /itulah falsafah hidup dalam
penjara/ digunakan penulis untuk
menunjukkan keadaan seseorang hidup di
dalam penjara.
√
204. Bait ke-2
orang-orang yang melanggar hukum
bagai sampah
sebagian yang lain dimanfaatkan
bahkan kalau bisa diuangkan
penjara untuk membuat jera
nyatanya alat pencari keuntungan semata
1) Pilihan kata /bagai sampah/
digunakan penulis untuk menunjukkan
sesuatu yang hina.
√
2) Pilihan kata /penjara untuk membuat
jera/ digunakan penulis untuk
menunjukkan keadaan menyesal yang
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
313
dirasakan.
205. Bait ke-3
jam makan tiba
jam keluhan narapidana
makanan yang kami makan
didatangkan dari amerika
nyatanya di sana
pakan untuk hewan serupa anjing
Pilihan kata /pakan untuk hewan serupa
anjing/ digunakan penulis untuk
menunjukkan sesuatu makan yang hewan
yang diberikan kepada manusia.
√
206. Bait ke-4
sengkon karta sudah terbiasa
dengan gaplek, goreng gadung, kulit
singkong
jantung cau bahkan bodogol nya kami
1) Pilihan kata /dengan gaplek, goreng
gadung, kulit singkong/ digunakan
penulis untuk menunjukkan bahan
makan yang berasal dari umbi-
umbian.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
314
makan
karena kami dilahirkan miskin
2) Pilihan kata /jantung cau bahkan
bodogol nya kami makan/ digunakan
penulis untuk menunjukkan suatu
bagian dalam pohong pisang.
√
207. Bait ke-5
kami hitung setiap batang besi di kamar
kami hitung pergantian orang
menghitung perkiraan jarak dari sel ke
rumah
Pilihan kata / kami hitung setiap batang besi
di kamar/ digunakan penulis untuk
menunjukkan suatu kegelisahan yang akan
selalu dirasakan.
√
208. Bait ke-6
ada kerinduan yang menjerit
pada suara pintu tertutup
ada bisikan anak-anak kami
setiap sipir ngobrol sambil main gapleh
ada berjuta-juta bintang di luar jendela
kecil berkedip
1) Pilihan kata /ada kerinduan yang
menjerit/ digunakan penulis untuk
menunjukkan sesuatu kerinduan yang
mendalam.
√
2) Pilihan kata / ada berjuta-juta bintang
di luar jendela kecil/ digunakan
penulis untuk menunjukkan keadaan
di malam hari dengan menatap ke
langit.
√
209. Bait ke-7 Pilihan kata /membuat keluh-kesah/ √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
315
membuat keluh-kesah
yang kami goreskan
di dinding kamar, di wc,
bahkan sajadah
digunakan penulis untuk menunjukkan suatu
kegelisahan yang akan dirasakan.
210. Bait ke-8
aku ingin terus berdoa
inilah satu-satunya senjata
mempertegas kejujuran dan kebohongan
Pilihan kata / aku ingin terus berdoa/
digunakan penulis untuk menunjukkan
seseorang yang ingin selalu berserah diri
kepada Tuhan.
√
√
211. Bait ke-9
menguak keadilan dan kecurangan
merobohkan dinding tuduhan di
pengadilan
Pilihan kata / merobohkan dinding tuduhan di
pengadilan/ digunakan penulis untuk
menunjukkan keadaan menuntaskan
ketidakadilan.
√
212. Bait ke-10
kami yakin
bahwa tukang angon dan majikan
sama rata di depan tuhan
Pilihan kata /bahwa tukang angon dan
majikan/ digunakan penulis untuk
menunjukkan derajat manusia di dunia itu
sama.
√
Pengimajian
Imaji Auditif Deskripsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
316
213. Bait ke-6
ada kerinduan yang menjerit
pada suara pintu tertutup
ada bisikan anak-anak kami
setiap sipir ngobrol sambil main gapleh
ada berjuta-juta bintang di luar jendela
kecil
berkedip
1) Penyair mengajak pembaca atau
pendengar untuk seakan-akan
mendengar sebuah suara pintu.
√
2) Penyair mengajak pembaca atau
pendengar untuk seakan-akan
mendengar sebuah bisikan.
√
Imaji Visual Deskripsi
214. Bait ke-3
jam makan tiba
jam keluhan narapidana
makanan yang kami makan
didatangkan dari amerika
nyatanya di sana
pakan untuk hewan serupa anjing
Penyair mengajak pembaca atau pendengar
untuk seakan-akan mendengar melihat pakan
untuk hewan serupa anjing.
√
215. Bait ke-4
sengkon karta sudah terbiasa
dengan gaplek, goreng gadung, kulit
1) Penyair mengajak pembaca atau
pendengar untuk seakan-akan
mendengar melihat gaplek, goreng
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
317
singkong
jantung cau bahkan bodogol nya kami
makan
karena kami dilahirkan miskin
gadung, kulit singkong.
2) Penyair mengajak pembaca atau
pendengar untuk seakan-akan
mendengar melihat bodogol.
216. Bait ke-6
ada kerinduan yang menjerit
pada suara pintu tertutup
ada bisikan anak-anak kami
setiap sipir ngobrol sambil main gapleh
ada berjuta-juta bintang di luar jendela
kecil berkedip
Penyair mengajak pembaca atau pendengar
untuk seakan-akan mendengar melihat ada
berjuta-juta bintang di luar jendela kecil
berkedip.
√
217. Bait ke-7
membuat keluh-kesah
yang kami goreskan
di dinding kamar, di wc,
bahkan sajadah
Penyair mengajak pembaca atau pendengar
untuk seakan-akan mendengar melihat
dinding kamar, di wc, bahkan sajadah.
√
Imaji Taktil Deskripsi
218. Bait ke-6 Penyair mengajak pembaca atau pendengar √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
318
ada kerinduan yang menjerit
pada suara pintu tertutup
ada bisikan anak-anak kami
setiap sipir ngobrol sambil main gapleh
ada berjuta-juta bintang di luar jendela
kecil berkedip
untuk seakan-akan mendengar merasakan ada
kerinduan yang menjerit.
219. Bait ke-7
membuat keluh-kesah
yang kami goreskan
di dinding kamar, di wc,
bahkan sajadah
Penyair mengajak pembaca atau pendengar
untuk seakan-akan mendengar merasakan
keluh-kesah.
√
Kata Konkret Deskripsi
220. Bait ke-1
siapa yang kuat, dia berkuasa
siapa yang dekat dengan aparat
memperoleh perlakuan istimewa
itulah falsafah hidup dalam penjara
Penyair menggunakan kata siapa yang kuat,
dia berkuasa untuk mengkonkretkan bahwa
kehidupan yang mempunyai uang banyak
akan aman dari gangguan hukum.
√
221. Bait ke-6
ada kerinduan yang menjerit
Penyair menggunakan kata ada kerinduan
yang menjerit untuk mengkonkretkan bahwa
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
319
pada suara pintu tertutup
ada bisikan anak-anak kami
setiap sipir ngobrol sambil main gapleh
ada berjuta-juta bintang di luar jendela
kecil
berkedip
keinginan dan harapan yang ingin bertemu
dengan seseorang.
222. Bait ke-7
membuat keluh-kesah
yang kami goreskan
di dinding kamar, di wc,
bahkan sajadah
Penyair menggunakan kata membuat keluh-
kesah untuk mengkonkretkan kehidupan
seseorang yang merasakan kepedihan dalam
melakukan hal tertentu.
√
Bahasa Figuratif (Majas)
Kiasan (Gaya Bahasa)
Simile Deskripsi
223. Bait ke-2
orang-orang yang melanggar hukum
bagai sampah
sebagian yang lain dimanfaatkan
Pada kata bagai sampah tersebut
mengibaratkan orang-orang yang melanggar
hukum.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
320
bahkan kalau bisa diuangkan
penjara untuk membuat jera
nyatanya alat pencari keuntungan semata
224. Bait ke-3
jam makan tiba
jam keluhan narapidana
makanan yang kami makan
didatangkan dari amerika
nyatanya di sana
pakan untuk hewan serupa anjing
Pada kata serupa anjing tersebut
mengibaratkan makanan-makanan yang
diberikan kepada narapidana.
√
Metafora Deskripsi
225. Bait ke-1
siapa yang kuat, dia berkuasa
siapa yang dekat dengan aparat
memperoleh perlakuan istimewa
itulah falsafah hidup dalam penjara
Pada kata falsafah hidup dijelaskan sebagai
sikap batin yang paling mendasar yang
dimiliki orang atau masyarakat.
√
226. Bait ke-6
ada kerinduan yang menjerit
pada suara pintu tertutup
1) Pada kata ada kerinduan yang
menjerit diartikan sebagai keingingan
dan harapan seseorang (akan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
321
ada bisikan anak-anak kami
setiap sipir ngobrol sambil main gapleh
ada berjuta-juta bintang di luar jendela
kecil
berkedip
bertemu).
2) Pada kata berjuta-juta bintang
diartikan sebagai memancarkan
cahaya dalam kehidupam
227. Bait ke-7
membuat keluh-kesah
yang kami goreskan
di dinding kamar, di wc,
bahkan sajadah
Pada kata membuat keluh-kesah diartikan
sebagai kehidupan yang dipenuhi kepedihan.
√
Perlambangan
Lambang Benda Deskripsi
228. Bait ke-2
orang-orang yang melanggar hukum
bagai sampah
sebagian yang lain dimanfaatkan
bahkan kalau bisa diuangkan
penjara untuk membuat jera
nyatanya alat pencari keuntungan semata
Untuk melambangkan manusia yang
melanggar hukum dengan seenaknya, penyair
menggunakan kata sampah.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
322
229. Bait ke-4
sengkon karta sudah terbiasa
dengan gaplek, goreng gadung, kulit
singkong
jantung cau bahkan bodogol nya kami
makan
karena kami dilahirkan miskin
Untuk melambangkan bahan makanan yang
berasal dari umbi-umbian, penyair
menggunakan kata gaplek, goring gadung,
kulit singkong.
√
230. Bait ke-5
kami hitung setiap batang besi di kamar
kami hitung pergantian orang
menghitung perkiraan jarak dari sel ke
rumah
Untuk melambangkan sel/penjara, penyair
menggunakan kata batang besi.
√
Lambang Suasana Deskripsi
231. Bait ke-6
ada kerinduan yang menjerit
pada suara pintu tertutup
ada bisikan anak-anak kami
setiap sipir ngobrol sambil main gapleh
Untuk melambangkan manusia dalam
keinginginannya untuk bertemu dengan
seseorang, penyair menggunakan kata
kerinduan.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
323
ada berjuta-juta bintang di luar jendela
kecil
berkedip
232. Bait ke-7
membuat keluh-kesah
yang kami goreskan
di dinding kamar, di wc,
bahkan sajadah
Untuk melambangkan kehidupan yang penuh
kepedihan, penyair menggunakan kata keluh-
kesah.
√
Versifikasi
Rima Deskripsi
233. Bait ke-1
siapa yang kuat, dia berkuasa
siapa yang dekat dengan aparat
memperoleh perlakuan istimewa
itulah falsafah hidup dalam penjara
Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/-/a/-/a/. √
234. Bait ke-2
orang-orang yang melanggar hukum
bagai sampah
sebagian yang lain dimanfaatkan
Rima yang sering muncul yaitu /u/-/a/-/a/-
/a/- a/-/a/.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
324
bahkan kalau bisa diuangkan
penjara untuk membuat jera
nyatanya alat pencari keuntungan semata
235. Bait ke-3
jam makan tiba
jam keluhan narapidana
makanan yang kami makan
didatangkan dari amerika
nyatanya di sana
pakan untuk hewan serupa anjing
Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/-/a/-
/a/- a/-/i/.
√
236. Bait ke-4
sengkon karta sudah terbiasa
dengan gaplek, goreng gadung, kulit
singkong
jantung cau bahkan bodogol nya kami
makan
karena kami dilahirkan miskin
Rima yang sering muncul yaitu /a/-/o/-/a/-/i/. √
237. Bait ke-5
kami hitung setiap batang besi di kamar
Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/-/a/. √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
325
kami hitung pergantian orang
menghitung perkiraan jarak dari sel ke
rumah
238. Bait ke-6
ada kerinduan yang menjerit
pada suara pintu tertutup
ada bisikan anak-anak kami
setiap sipir ngobrol sambil main gapleh
ada berjuta-juta bintang di luar jendela
kecil
berkedip
Rima yang sering muncul yaitu /i/-/u/-/i/-/e/-
/i/-/i/.
√
239. Bait ke-7
membuat keluh-kesah
yang kami goreskan
di dinding kamar, di wc,
bahkan sajadah
Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/-/a/. √
240. Bait ke-8
aku ingin terus berdoa
inilah satu-satunya senjata
Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/-/a/. √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
326
mempertegas kejujuran dan kebohongan
241. Bait ke-9
menguak keadilan dan kecurangan
merobohkan dinding tuduhan di
pengadilan
Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/. √
242. Bait ke-10
kami yakin
bahwa tukang angon dan majikan
sama rata di depan tuhan
Rima yang sering muncul yaitu /i/-/a/-/a/. √
Bentuk Intern Pola Bunyi
Aliterasi di Awal Kata Deskripsi
243. Bait ke-1
siapa yang kuat, dia berkuasa
siapa yang dekat dengan aparat
memperoleh perlakuan istimewa
itulah falsafah hidup dalam penjara
Aliterasi di awal kata pada larik kedua; /d/
pada kata dekat dan dengan.
√
244. Bait ke-4
sengkon karta sudah terbiasa
dengan gaplek, goreng gadung, kulit
1) Aliterasi di awal kata pada larik
kedua; /g/ pada kata gaplek, goreng
dan gadung.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
327
singkong
jantung cau bahkan bodogol nya kami
makan
karena kami dilahirkan miskin
2) Aliterasi di awal kata pada larik
kedua; /k/ pada kata karena dan kami.
√
245. Bait ke-6
ada kerinduan yang menjerit
pada suara pintu tertutup
ada bisikan anak-anak kami
setiap sipir ngobrol sambil main gapleh
ada berjuta-juta bintang di luar jendela
kecil berkedip
Aliterasi di awal kata pada larik empat; /s/
pada kata setiap dan sipir.
√
246. Bait ke-7
membuat keluh-kesah
yang kami goreskan
di dinding kamar, di wc,
bahkan sajadah
Aliterasi di awal kata pada larik pertama; /k/
pada kata keluh dan kesah.
√
247. Bait ke-8
aku ingin terus berdoa
inilah satu-satunya senjata
Aliterasi di awal kata pada larik ketiga; /k/
pada kata kejujuran dan kebohongan.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
328
mempertegas kejujuran dan kebohongan
248. Bait ke-9
menguak keadilan dan kecurangan
merobohkan dinding tuduhan di
pengadilan
Aliterasi di awal kata pada larik pertama; /k/
pada kata keadilan dan kecurangan .
√
Asonansi di Akhir Kata Deskripsi
249. Bait ke-2
orang-orang yang melanggar hukum
bagai sampah
sebagian yang lain dimanfaatkan
bahkan kalau bisa diuangkan
penjara untuk membuat jera
nyatanya alat pencari keuntungan semata
Asonansi di akhir kata pada larik kelima; /a/
pada kata penjara dan jera.
√
250. Bait ke-5
kami hitung setiap batang besi di kamar
kami hitung pergantian orang
menghitung perkiraan jarak dari sel ke
rumah
Asonansi di akhir kata pada larik pertama; /i/
pada kata kami dan besi.
√
251. Bait ke-6 Asonansi di akhir kata pada larik kelima; /a/ √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
329
ada kerinduan yang menjerit
pada suara pintu tertutup
ada bisikan anak-anak kami
setiap sipir ngobrol sambil main gapleh
ada berjuta-juta bintang di luar jendela
kecil berkedip
pada kata berjuta-juta dan jendela.
252. Bait ke-10
kami yakin
bahwa tukang angon dan majikan
sama rata di depan tuhan
Asonansi di akhir kata pada larik ketiga; /a/
pada kata sama dan rata.
√
Tata Wajah (Tipografi) Deskripsi
253. Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul
“Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi”
berbentuk bait-bait. Tiap bait berisi larik
yang bervariasi, ada sepuluh, enam, lima,
empat, tiga. Larik dalam satu bait berkaitan
satu sama lain.
Puisi tersebut terdiri dari sepuluh bait.
1) Bait ke-1 terdiri dari empat larik; larik
pertama terdiri dari lima kata, larik
kedua terdiri dari lima, larik ketiga
terdiri dari tiga kata, larik keempat
terdiri lima kata.
2) Bait ke-2 terdiri dari enam larik; larik
pertama terdiri dari empat kata, larik
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
330
kedua terdiri dari lima kata, larik
ketiga terdiri dari dua kata, larik
keempat terdiri empat kata, larik
kelima terdiri dari empat kata, larik
keenam terdiri lima kata.
3) Bait ke-3 terdiri dari enam larik; larik
pertama terdiri dari tiga kata, larik
kedua terdiri dari tiga kata, larik
ketiga terdiri dari empat kata, larik
keempat terdiri tiga kata, larik kelima
terdiri dari tiga kata, larik keenam
terdiri lima kata.
4) Bait ke-4 terdiri dari empat larik; larik
pertama terdiri dari empat kata, larik
kedua terdiri dari enam kata, larik
ketiga terdiri dari tujuh kata, larik
keempat terdiri empat kata.
5) Bait ke-5 terdiri dari tiga larik; larik
pertama terdiri dari tujuh kata, larik
√
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
331
kedua terdiri dari empat kata, larik
ketiga terdiri dari tujuh kata, larik.
6) Bait ke-6 terdiri dari lima larik; larik
pertama terdiri dari empat kata, larik
kedua terdiri dari empat kata, larik
ketiga terdiri dari empat kata, larik
keempat terdiri enam kata, larik
kelima terdiri dari delapan kata.
7) Bait ke-7 terdiri dari empat larik; larik
pertama terdiri dari tiga kata, larik
kedua terdiri dari tiga, larik ketiga
terdiri dari empat kata, larik keempat
terdiri dua kata.
8) Bait ke-8 terdiri dari tiga larik; larik
pertama terdiri dari empat kata, larik
kedua terdiri dari tiga kata, larik
ketiga terdiri dari empat kata.
9) Bait ke-9 terdiri dari dua larik; larik
pertama terdiri dari empat kata, larik
√
√
√
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
332
kedua terdiri dari lima kata.
10) Bait ke-10 terdiri dari tiga larik; larik
pertama terdiri dari dua kata, larik
kedua terdiri dari lima kata, larik
ketiga terdiri dari lima kata.
Struktur Batin Puisi Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi
Tema
254. Dalam puisi “Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi” mengandung tema yang sama yakni kritik
sosial dan tema khususnya kesengsaraan. Bisa disebut kesengsaraan karena dalam puisi
tersebut banyak menjelaskan tentang bagaimana ketidakjelasan berbagai hukum yang
berkaitan dengan hukum dan juga lemahnya penerapan berbagai peraturan. Hukum di
negeri ini itu dapat di beli, yang akan menang adalah yang memiliki jabatan kekuasaan.
√
Perasan
255. Dalam puisi “Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi” mengungkapkan rasa kepedihan perasan
itu terbukti dari puisi yang menjelaskan bagaimana ketidakadilan dalam pemberian
hukuman serta dibesarkannya kasus-kasus yang dibilang sepele menjadi hal yang besar.
√
Nada
256. Dalam puisi “Menginjakkan Kaki di Jeruji Besi” bernada marah dan getir. Ini karena dalam √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
333
puisi tersebut menceritakan seseorang yang tidak mempunyai jabatan atau kekuasan akan
kalah dengan orang yang mempunyai uang dan jabatan yang tinggi.
Amanat
257. Amanat yang hendak disampaikan penulis lewat puisi tersebut yaitu kita sebagai manusia
tentunya harus pandai dalam melakukan hal apapun. Jangan sampai kita dibodohi oleh
sesuatu yang nantinya memecah bela kita sebagai manusia.
√
No.
Struktur Fisik Puisi Kesaksian Luka Triangulasi
Diksi (Pilihan Kata) Deskripsi Setuju Tidak
Setuju
258. Bait ke-1
reka adegan dari sejarah terpendam
sejarah terlupakan
menjadi catatan hitam
1) Pilihan kata /reka adegan dari sejarah
terpendam/ digunakan penulis untuk
menunjukkan sejarah yang
tersembunyi.
2) Pilihan kata /menjadi catata hitam/
digunakan penulis untuk sebuah
peristiwa yang kurang baik.
√
259. Bait ke-2
bukankah kebenaran sejarah tidak
Pilihan kata /diawali luka yang berdarah/
digunakan penulis untuk sebuah peristiwa
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
334
tunggal?
bukankah negara yang berdiri di dunia
diawali luka yang berdarah
sehabis peperangan?
yang mengalami penderitaan yang mendalam.
260. Bait ke-3
berawal dari mana pisau peristiwa
mengiris-ngiris kulitmu
berawal dari ekonomikah?
pendidikankah?
hukum?
agama?
atau para pejabat yang korup itu?
Pilihan kata /berawal dari mana pisau
peristiwa/ digunakan penulis untuk sebuah
peristiwa yang sangat menyakitkan.
√
261. Bait ke-4
indonesia
membangun dirinya dari segala luka
tubuh indonesia tak terawat
1) Pilihan kata /membangun dirinya dari
segala luka/ digunakan penulis untuk
sebuah peristiwa membangun tetapi
penuh penderitaan.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
335
namun tetap ditampilkan dengan semangat 2) Pilihan kata /tubuh Indonesia tak
terawat/ digunakan penulis untuk
sebuah keadaan Indonesia yang tidak
terpelihara.
√
262. Bait ke-5
berawal dari kata
kata yang diucapkan
dilakukan
inilah mata luka itu
untukmu
Pilihan kata /inilah mata luka itu/ digunakan
penulis untuk menunjuukkan betapa
menderitanya negara Indonesia pada waktu
itu.
√
Pengimajian
Imaji Auditif Deskripsi
263. Bait ke-5
berawal dari kata
kata yang diucapkan
dilakukan
inilah mata luka itu
untukmu
Penyair mengajak pembaca atau pendengar
seakan-akan mendengar kata yang
diucapkan.
√
Imaji Visual Deskripsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
336
264. Bait ke-1
reka adegan dari sejarah terpendam
sejarah terlupakan
menjadi catatan hitam
Penyair mengajak pembaca atau pendengar
untuk seakan-akan melihat reka adegan dari
sejarah terpendam.
√
Imaji Taktil Deskripsi
265. Bait ke-2
bukankah kebenaran sejarah tidak
tunggal?
bukankah negara yang berdiri di dunia
diawali luka yang berdarah
sehabis peperangan?
Penyair mengajak pembaca atau pendengar
untuk seakan-akan merasakan luka yang
berdarah.
√
Kata Konkret Deskripsi
266. Bait ke-1
reka adegan dari sejarah terpendam
sejarah terlupakan
menjadi catatan hitam
1) Penyair menggunakan kata reka
adegan dari sejarah terpendam untuk
mengkonkretkan sebuah peristiwa
lampau yang telah terjadi.
√
2) Penyair mengggunakan kata menjadi
catatan hitam untuk mengkonkretkan
sebuah peristiwa yang kurang terbaik.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
337
267. Bait ke-2
bukankah kebenaran sejarah tidak
tunggal?
bukankah negara yang berdiri di dunia
diawali luka yang berdarah
sehabis peperangan?
Penyair menggunakan kata diawali luka yang
berdarah untuk mengkonkretkan sebuah
peristiwa yang dimulai dari awal dan
mengalami penderitaan.
√
268. Bait ke-4
indonesia
membangun dirinya dari segala luka
tubuh indonesia tak terawat
namun tetap ditampilkan dengan semangat
Penyair menggunakan kata membangun
dirinya dari segala luka untuk
mengkonkretkan peristiwa di masa lalu yang
penuh luka.
√
Bahasa Figuratif (Majas)
Kiasan (Gaya Bahasa)
Metafora Deskripsi
269. Bait ke-1
reka adegan dari sejarah terpendam
sejarah terlupakan
menjadi catatan hitam
Pada kata catatan hitam mengartikan sebuah
peristiwa yang baik.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
338
270. Bait ke-2
bukankah kebenaran sejarah tidak
tunggal?
bukankah negara yang berdiri di dunia
diawali luka yang berdarah
sehabis peperangan?
Pada kata diawali luka yang berdarah
mengartikan suatu keadaan dimulai dari
penuh penderitaan.
√
271. Bait ke-3
berawal dari mana pisau peristiwa
mengiris-ngiris kulitmu
berawal dari ekonomikah?
Pendidikankah?
Hukum?
Agama?
Atau para pejabat yang korup itu?
Pada kata mengiris-ngiris kulitmu
mengartikan suatu tindakan yang membuat
seseorang terluka.
√
Perlambangan
Lambang Warna Deskripsi
272. Bait ke-1
reka adegan dari sejarah terpendam
sejarah terlupakan
Untuk melambangkan peristiwa yang kurang
baik, penyair menggunakan kata catatan
hitam.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
339
menjadi catatan hitam
Versifikasi
Rima Deskripsi
273. Bait ke-1
reka adegan dari sejarah terpendam
sejarah terlupakan
menjadi catatan hitam
Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/-/a/. √
274. Bait ke-2
bukankah kebenaran sejarah tidak
tunggal?
bukankah negara yang berdiri di dunia
diawali luka yang berdarah
sehabis peperangan?
Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/-/a/-/a/. √
275. Bait ke-3
berawal dari mana pisau peristiwa
mengiris-ngiris kulitmu
berawal dari ekonomikah?
pendidikankah?
Rima yang sering muncul yaitu /a/-/u/-/a/-/a/-
/u/-/a/-/u/.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
340
hukum?
agama?
atau para pejabat yang korup itu?
276. Bait ke-4
indonesia
membangun dirinya dari segala luka
tubuh indonesia tak terawat
namun tetap ditampilkan dengan semangat
Rima yang sering muncul yaitu /ia/-/a/-/a/-/a/. √
277. Bait ke-5
berawal dari kata
kata yang diucapkan
dilakukan
inilah mata luka itu
untukmu
Rima yang sering muncul yaitu /a/-/a/-/a/-/u/-
/u/.
√
Bentuk Intern Pola Bunyi
Aliterasi di Awal Kata Deskripsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
341
278. Bait ke-2
bukankah kebenaran sejarah tidak tunggal?
bukankah negara yang berdiri di dunia
diawali luka yang berdarah
sehabis peperangan?
1) Aliterasi di awal kata pada larik
pertama; /t/ pada kata tidak dan
tunggal.
√
2) Aliterasi di awal kata pada larik
kedua; /d/ pada kata di dan dunia.
√
279. Bait ke-3
berawal dari mana pisau peristiwa
mengiris-ngiris kulitmu
berawal dari ekonomikah?
pendidikankah?
hukum?
agama?
atau para pejabat yang korup itu?
Aliterasi di awal kata pada larik ketujuh; /p/
pada kata para dan pejabat.
√
280. Bait ke-4
indonesia
membangun dirinya dari segala luka
tubuh indonesia tak terawat
1) Aliterasi di awal kata pada larik
kedua; /d/ pada kata dirinya dan dari.
√
2) Aliterasi di awal kata pada larik
ketiga; /t/ pada kata tubuh dan
terawat.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
342
namun tetap ditampilkan dengan semangat 3) Aliterasi di awal kata pada larik
keempat; /d/ pada kata ditampilkan
dan dengan.
√
281. Bait ke-5
berawal dari kata
kata yang diucapkan
dilakukan
inilah mata luka itu
untukmu
Aliterasi di awal kata pada larik keempat; /i/
pada kata inilah dan itu.
√
Asonansi di Akhir Kata Deskripsi
282. Bait ke-2
bukankah kebenaran sejarah tidak tunggal?
bukankah negara yang berdiri di dunia
diawali luka yang berdarah
sehabis peperangan?
Asonansi di akhir kata pada larik kedua; /a/
pada kata negara dan dunia.
√
283. Bait ke-3
berawal dari mana pisau peristiwa
mengiris-ngiris kulitmu
Asonansi di akhir kata pada larik pertama; /a/
pada kata mana dan peristiwa.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
343
berawal dari ekonomikah?
pendidikankah?
hukum?
agama?
atau para pejabat yang korup itu?
284. Bait ke-4
indonesia
membangun dirinya dari segala luka
tubuh indonesia tak terawat
namun tetap ditampilkan dengan semangat
Asonansi di akhir kata pada larik kedua; /a/
pada kata segala dan luka.
√
285. Bait ke-5
berawal dari kata
kata yang diucapkan
dilakukan
inilah mata luka itu
untukmu
Asonansi di akhir kata pada larik keempat; /a/
pada kata mata dan luka.
√
Pengulangan Kata/Ungkapan Deskripsi
286. Bait ke-1 Terdapat pengulangan kata sejarah pada bait √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
344
reka adegan dari sejarah terpendam
sejarah terlupakan
menjadi catatan hitam
ke-1 larik pertama dan bait ke-2 larik
pertama.
287. Bait ke-2
bukankah kebenaran sejarah tidak
tunggal?
bukankah negara yang berdiri di dunia
diawali luka yang berdarah
sehabis peperangan?
√
Tata wajah (Tipografi) Deskripsi
288. Tata wajah (tipografi) dari puisi berjudul
“Kesaksian Luka” berbentuk bait-bait.
Tiap bait berisi larik yang bervariasi, ada
tujuh, lima, empat, tiga. Larik dalam satu
bait berkaitan satu sama lain.
Puisi tersebut terdiri dari lima bait.
1) Bait ke-1 terdiri dari tiga larik; larik
pertama terdiri dari lima kata, larik
kedua terdiri dari dua kata, larik
ketiga terdiri dari tiga kata.
2) Bait ke-2 terdiri dari empat larik; larik
pertama terdiri dari lima kata, larik
kedua terdiri dari enam kata, larik
ketiga terdiri dari empat kata, larik
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
345
keempat terdiri dari dua kata.
3) Bait ke-3 terdiri dari tujuh larik; larik
pertama terdiri dari lima kata, larik
kedua terdiri dari dua kata, larik
ketiga terdiri dari tiga kata, larik
keempat terdiri dari satu kata, larik
kelima terdiri dari satu kata, larik
keenam terdiri dari satu kata, larik
ketujuh terdiri dari enam kata.
4) Bait ke-4 terdiri dari empat larik; larik
pertama terdiri dari satu kata, larik
kedua terdiri dari lima kata, larik
ketiga terdiri dari empat kata, larik
keempat terdiri dari lima kata.
5) Bait ke-5 terdiri dari lima larik; larik
pertama terdiri dari tiga kata, larik
kedua terdiri dari tiga kata, larik
ketiga terdiri dari satu kata, larik
keempat terdiri dari empat kata, larik
√
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
346
kelima terdiri dari satu kata.
Struktur Batin Puisi Kesaksian Luka
Tema
289. Dalam puisi “Kesaksian Luka” mengandung tema besar kritik sosial dan tema khususnya
kesaksian. Melalui puisi ini, penulis ingin memaparkan peristiwa sejarah Indonesia yang
terpendam akan luka-luka sehabis peperangan.
√
Perasaan
290. Dalam puisi “Kesaksian Luka”, penulis mengungkapkan rasa penderitaan dan kepedihan.
Penderitaan dan kepedihan itu tampak dari penggalan-penggalan puisi menjelaskan
bagaimana negara Indonesia membangun dirinya dari segala luka. Sehingga Indonesia
menjadi menjadi negara yang dijajah oleh negara lain.
√
Nada
291. Dalam puisi “Kesaksian Luka” bernada kesedihan. Penulis mengajak pembaca untuk
memahami kesaksikan dan penderitaan yang dirasakan oleh negara Indonesia membangun
dirinya dari segala luka.
√
Amanat
292. Amanat yang hendak disampaikan penulis lewat puisi tersebut yaitu agar kita mengetahui
tentang keadaan sebenarnya yang di negara Indonesia. Sejarah yang telah terjadi telah
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
347
dilupakan, karena keadilan belum sepenuhnya belum ditegakkan.
Mengetahui,
Dosen Pembimbing, Dosen Triangulator
Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M. Hum Petrus Hariyanto, M.Pd.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
top related