eksistensi orkes melayu sagita di kabupaten nganjuk
Post on 29-Oct-2015
216 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
EKSISTENSI ORKES MELAYU SAGITA DI KABUPATEN NGANJUK
Oleh: Adhi Tri Atmojo / 082134034
Pembimbing. 1. Autar Abdillah S.Sn, M.Si
2. Arif Hidajad S.Sn, M.Pd
Abstrak
Orkes Melayu Sagita merupakan grup dangdut yang relatif masih muda usianya, baru berdiri mulai tahun 2008. O.M Sagita bermarkas di Dusun Tanjung R.T. 03 R.W. 05 no 23, Desa Pace Kulon, Kecamatan Pace, Kabupaten Nganjuk. Dalam usianya yang kurang lebih lima tahun ini O.M. Sagita telah memproduksi album rekaman mencapai duabelas album VCD (Visual Compact Disc) mulai dari lagu bertema untuk anak-anak hingga dewasa. Seluruh album tersebut direkam dengan gaya outdoor atau direkam pada saat O.M. Sagita sedang manggung. Secara musikal, O.M. Sagita memiliki sajian bentuk aransemen musik yang unik dan sangat khas, baik secara struktural maupun dari sisi instrumentalnya. Pola permainan instrumen ketipung dan kendang serta ciri khas instrumen gamelan (kethuk) menjadi ciri khas utama dalam gaya musiknya. Berbagai ciri khas dan keunikan yang dimiliki oleh O.M. Sagita tersebut yang menarik perhatian peneliti. Berdasarkan fenomena tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap O.M Sagita yang sudah di kenal masyarakat khususnya kota Nganjuk. Sehingga judul penilitian ini yaitu “Eksistensi Orkes Melayu Sagita di Kota Nganjuk”
Rumusan masalah penelitian (1) Bagaimana latar belakang keberadaan OM. Sagita?; (2) Bagaimana bentuk penyajian OM. Sagita?; (3) Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap eksistensi OM. Sagita? Tujuan Penelitian adalah (1) Untuk mengetahui latar belakang keberadaan OM. Sagita; (2) Untuk mengetahui bentuk penyajian OM. Sagita; (3) Untuk mengetahui tanggapan masyarakat terhadap eksistensi OM. Sagita. Manfaat Penelitian adalah (1) Bagi peneliti, penelitian ini merupakan wahana untuk menambah atau memperdalam ilmu pengetahuan khususnya mengenai konsep-konsep musik, dan menambah wawasan; (2) Bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat memberikan apresiasi, wawasan, insformasi serta pengetahuan mengenai OM. Sagita; (3) Bagi OM. Sagita dapat dijadikan acuan intropeksi atau pengembangan ke arah lebih maju; (4) Bagi Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya, hasil penelitian ini dapat menambah wacana bagi mahasiswa sehingga dapat dijadikan sebagai sumber acuan dan menjadi sebuah awal untuk penelitian selanjutnya. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa, OM. Sagita berdiri secara resmi pada tanggal 17 Oktober 2008 dibawah pimpinan Eny Setyaningsih, sekaligus sebagai penyanyi dan manager OM. Sagita. Nama Sagita diambil dari nama zodiak sagitarius yang merupakan zodiak dari Eny Setyaningsih. sehingga menjadi sebuah nama OM. Sagita. Pada awal tahun 2010 O.M. Sagita berhasil
mengeluarkan album edisi “Ngamen 1”, dan sampai sekarang O.M. Sagita sudah mengeluarkan album edisi “Ngamen 12”. Dalam musikal OM. Sagita mempunyai keunikkan tersendiri, di dalam aransemen musik OM. Sagita ditambahkan musik-musik bernuansa jaranan, bisa disebut “Djandhut”, dan menjadi salah satu musik “Djandhut” pertama di Jawa Timur. Untuk tanggapan masyarakat terhadap O.M. Sagita tidak mendapatkan masalah atau dengan kata lain mendapatkan tanggapan yang positif, ini terbukti dari setiap pementasan O.M. Sagita, selalu dibanjiri penonton, dan penonton sangat berantusias
Adapun saran yang dapat disampaikan untuk eksistensi O.M. Sagita adalah pertama, upaya O.M. Sagita untuk dapat menciptakan album ciptaan sendiri, bukan dari lagu-lagu yang sudah ada, namun tetap dengan irama musik jaranan dan dangdut koplo. Kedua, Perlunya pengembangan potensi para pemusik dan vokalis untuk ikut berperan serta membangun dan menciptakan aktifitas dengan motivasi dirinya sendiri.
Kata Kunci: Orkes Melayu Sagita
A. Latar Belakang Berdirinya OM. Sagita dan Perkembanganya
OM. Sagita berdiri secara resmi pada tanggal 17 Oktober 2008
dibawah pimpinan Eny Setyaningsih, sekaligus sebagai penyanyi dan
manager OM. Sagita. Nama Sagita diambil dari nama zodiak sagitarius yang
merupakan zodiak dari Eny Setyaningsih. sehingga menjadi sebuah nama
OM. Sagita
Seiring berjalannya waktu dan dengan tekad, semangat dan
optimisme yang tinggi, OM. Sagita terus melakukan perbaikan baik secara
tehnis dan managemen, hingga pada akhirnya pada tahun 2010, OM. Sagita
telah memiliki peralatan musik secara lengkap, maka penawaran manggung
semakin banyak yang tidak terbatas pada acara hajatan saja tetapi tawaran
manggung datang pula dari pihak sponsor yang mengadakan promo atas
sebuah produknya dan masih banyak lagi tawaran untuk mengisi sebuah
acara.
Seiring berjalanya waktu OM. Sagita mulai mengaransemen ulang
lagu-lagu pengamen bus kota. Dalam aransemen lagu OM. Sagita selalu
menambahkan unsur musik jaranan. Dengan lagu-lagu dari pengamen bus
kota tersebut OM. Sagita semakin dikenal di masyarakat di Jawa Timur.
Hingga akhirnya OM. Sagita mendapat tawaran dari sebuah perusahan
rekaman untuk bekerja sama. Kesempatan itu langsung diambil oleh OM.
Sagita. Setelah sepakat untuk bekerja sama OM. Sagita mulai mempersiapkan
materi-materi lagu untuk direkam.
Pada awal tahun 2010 O.M. Sagita berhasil mengeluarkan album
edisi “Ngamen 1”. Istilah “Ngamen” dijadikan judul album karena lagu-lagu
yang dibawakan dari para pengamen bus kota. Album Edisi “Ngamen 1” ini
masih membuat masyarakat memandang sebelah mata tentang OM. Sagita,
tetapi dengan semangat yang tinggi O.M. Sagita masih berusaha dalam
persaingan industri musik dangdut.
Dalam perjalanan O.M. Sagita yang panjang juga berhasil
membuahkan album edisi “Ngamen 2” pada akhir tahun 2010. Disini di
album edisi “Ngamen 2” O.M. Sagita mulai dikenal dan sangat populer di
masyarakar dari anak-anak, remaja dan dewasa. Hingga saat ini OM. Sagita
berhasil mengeluarkan album edisi “Ngamen 11”
B. Bentuk Penyajian Orkes Melayu Sagita
1. Bentuk penyajian (Pemanggungan/Pementasan)
Bentuk pentas OM. Sagita sangat beraneka ragam. Dalam
penelitian ini, peneliti mengambil salah satu bentuk penyajian pada saat
OM. Sagita pentas di lapangan Bungkus kecamatan Mejayan kota
Caruban pada tanggal 6 April 2013, yang bertemakan “Tarung Djanduth”.
Pertunjukan “Tarung Djanduth” ini adalah suatu acara promosi suatu
produk rokok “Apache” di mana dalam mempromosikan produknya
mendatamgkan O.M Sagita dalam pertunjukan puncaknya.
a. Tata pentas
Tata dan bentuk pentas pada acara “Tarung Djanduth” sudah disusun
oleh pihak Event Organizer, dengan panggung setinggi 1,5 meter.
Jarak antara panggung dengan penonton kurang lebih 2 meter, dengan
ukuran panggung 8 x 6 meter. back drop pada “Tarung Djanduth” ini
adalah tirai yang bertuliskan apache dan gambar berlogo apache.
memang rokok apache pada saat itu merupakan sponsor utama.
Kapasitas sound yang dipakai 4000 watt. Untuk settingan pangung
bisa dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 1. Tata pentas
Keterangan
1. Lingkaran 1 adalah pemain suling
2. Lingkaran 2 adalah pemain keyboard
3. Lingkaran 3 adalah pemain drum dan kendang
4. Lingkaran 4 adalah pemain gitar 1
5. Lingkaran 5 adalah pemain gitar 2
6. Lingkaran 6 adalah backing vocal
7. Pembatas penonton
Bentuk panggung O.M. Sagita merupakan bentuk campuran yang
berarti pentas yang memiliki bentuk percampuran dari bentuk arena
dan bentuk prosenium dengan menggabungkan dan meniadakan
beberapa sifatnya. Yang digabungkan adalah sifat kesederhanaan
1
2
4 5
pentas arena dan sifat adanya jarak yang jauh pada pentas prosenium.
Yang ditiadakan adalah sifat keakraban pentas arena dan sifat
ketertutupan pentas prosenium. Pada dasarnya pentas seperti ini
merupakan campuran atau kombinasi dari dua atau lebih tipe pentas.
Sudah barang tentu membuat pentas semacam ini dimaksud untuk
melayani pertunjukan sebaik mungkin dalam hubunganya dengan
penonton. Pertunjukan dengan jumlah pemain yang besar dan
penonton yang besar memerlukan pentas yang besar pula.(Pramana,
1988:95)
b. Urutan Pementasan
Pada acara “Tarung Djanduth” ini dimulai pukul 19.00
sampai 23.00. di dalam pelaksanaan pertunjukan ini di bagi atas dua
bagian penampilan, yang pertama pukul 19.00 sampai 21.00
penampilan OM. Scorpio, sedangkan penampilan atau bagian kedua
pukul 21.00 sampai 23.00 yang diisi oleh penampilan OM. Sagita.
Sebelum semua penyanyi OM. Sagita menyapa penonton ada
musik pembuka, musik pembuka dalam setiap penampilan OM. Sagita
selalu memainkan musik jaranan kurang lebih selama 1 menit. Setalah
itu penyanyi yang berjumlah 5 orang keluar semua untuk menyapa
penonton sekaligus menyanyikan satu buah lagu. Setelah itu penyanyi
satu persatu membawakan kurang lebih 4 buah lagu. Sampai acara
selesai.
c. Rias dan Busana
Tata rias dan busana merupakan hal yang sangat penting bagi
penyanyi, karena tata rias dan tata busana dapat memperkuat ekspresi
dan menambah daya tarik penyanyi dari penampilan yang
ditampilkannya. Tata rias untuk pemusik dan penyanyi sudah diatur
oleh pihak OM. Sagita sendiri. Bentuk tata rias dan tata busana bagi
penyanyi OM. Sagita dilakukan oleh masing-masih penyanyi sendiri.
Kostum yang selalu dipakai merupakan kostum milik pribadi dari
semua penyanyi OM. Sagita. Berikut ini adalah foto dari semua
penyanyi OM. Sagita pada acara “Tarung Djanduth”
Gambar 2 : tata rias dan busana penyanyi OM. Sagita (foto : dokumentasi pribadi, 2013)
Untuk tata rias dan tata busana yang dipakai semua pemusik
OM. Sagita merupakan milik dari OM. Sagita sendiri, berikut ini
adalah gambar dari tata rias dan tata busana pemusik OM. Sagita pada
acara “Tarung Djanduth”.
Gambar 3. Tata rias dan busana pemain musik OM. Sagita (dokumentasi pribadi, 2013)
d. Tata Lampu atau Cahaya
Tata lampu atau cahaya dalam acara “Tarung Djanduth” adalah
General Illumination atau General Light ditambah lampu warna-
warni yang dapat mendukung ekspresi para pemain. Lighting man
sudah disediakan oleh pihak Event Organizer. Berbagai macam
lampu sudah di atas pentas harus dapat diatur pencahayaanya
berdasarkan keinginan pihak dari OM. Sagita yang telah dijabarkan
dalam bentuk rencana tata cahaya oleh perancang panggung. Seorang
Lighting man harus memahami atau menguasai tentang pengaturan
lampu. Untuk itu tidak saja diperlukan pengetahuan tetapi juga
pengalaman. Untuk mengendalaikan cahaya lampu dari terang ke
gelap atau sebaliknya diperlukan alat yang di sebut Dimmer. Dengan
Dimmer ini masing-masing sauan lampu yang dipasang diatas pentas
dapat dikendalikan mulai dari pencahayaan penuh, perlahan-lahan
redup, sampai mati sama sekali dan sebaliknya. Dalam acara “Tarung
Djanduth” lampu tidak sampai mati karena sebagian besar
menggunakan General Light. Berdasarkan teori Tata lampu atau
cahaya O.M. Sagita mengunakan teori (Graha, 1979:109-111) yang
fungsinya untuk “menerangi” yang berarti memberi terang atau
melenyapkan gelanggang dari kegelapan (general illumination atau
general lighat). Penggunaan lampu pada masa kini hanya menerangi
secara merata saja atau belum untuk mendukung dan mempertegas
gambaran suasana dalam tiap-tiap adegan sehingga menjadi kuat dan
jelas.
2. Bentuk Musikal
Bentuk musik OM. Sagita adalah bentuk lagu dan bentuk
musik dengan irama musik jaranan. Lagu adalah ragam suara yang
berirama dalam bernyanyi, bercakap, membaca dan sebagainya
(Poerwadarminta, 1976: 550). Dalam setiap pementasannya, lagu-lagu
yang dimainkan adalah lagu yang sudah ada, campur sari, lagu para
pengamen dan lagu populer seprti Oplosan, Layang Kapindo, Kalung
Emas, Titipan Kangen, Ratapan Anak Tiri, Perpisahan, kangen Bojo,
Gelang Alit, Ilat Tanpo balung, Joko Mlarat, Angge-angge Orong-
orong, tidak lupa lagu dari kota Nganjuk yaitu Alun-alun Nganjuk dan
lagu para pengamen bus kota. Adapun irama musik yang digunakan
untuk mengiringi lagu-lagu tersebut adalah dangdut irama koplo dan
ditambahkan irama musik jaranan atau bisa disebut juga Djandhut
(jaranan dangdut). OM. Sagita mengunakan tiga jenis alat musik
pukul yaitu: drum set, kendang jaranan, dan kendang dangdut. Teknik
pemukulan kendang koplo biasanya lebih cepat dari pada kendang
dangdut biasa, sedangkan kendang jaranan sangat berbeda dengan
kendang dangdut koplo dan kndang dangdut biasa. Biasanya kendang
dangdut jaranan bertempo sedang (wawancara dengan Eny
Setyaningsih, 1 April 2013). Perbedaan kendang jaranan, kendang
koplo, dan kendang dangdut biasa bisa dapat didengar dari bunyi
kendang. Gaya permainan kendang OM. Sagitaini adalah perpaduan
atau kolaborasi kendang dangdut koplo dan kendang jaranan. Bentuk
dari perpaduan ini atau kolaborasi ini maka jadilah “Djandhut”
(Jaranan Dangdut).
Musik akan selalu berkembang mengikuti zamannya.
Salah satu perkembangan musik dangdut yang muncul akhir-akhir ini
khususnya di kota Nganjuk adalah “Djandhut” (Jaranan Dangdut),
yang bercirikan dengan permainan kendang jaranannya. Permainan
kendang bukanlah suatu yang statis, tetapi berkembang dan berubah
(wawancara dengan Eny Setyaningsih, 1 April 2013). Oleh karena itu,
dapatlah dimengerti apabila pada saat ini terdapat bermacam-macam
gaya tabuhan kendang untuk mengiringi lagu dangdut. Setiap pemain
kendang mempunyai gaya tabuhan yang khas dan berbeda satu dengan
yang lainnya. Adapun teknik memainkanya hampir sama dengan
dangdut koplo hanya saja pada “Djandhut” ini banyak variasi pukulan
dari suara kendang jaranan. Gaya tabuhan kendang OM. Sagita adalah
hasil kreatifitas dari Malik, penabuh kendang OM. Sagita. Seperti
yang peneliti dengar pada VCD pada lagu-lagu ngamen tabuhan
kendang jaran yang Malik mainkan tidak selalu diterapkan pada suatu
lagu dari awal sampai akhir lagu.
Dalam setiap lagu yang dibawakan oleh OM. Sagita
mempunyai durasi waktu yang berbeda-beda. Setiap lagu mempunyai
durasi waktu antara 4-6 menit, tetapi dalam satu lagu biasanya
diulang-ulang sampai 3 kali mungkin juga bisa lebih.
Pada lagu ngamen 2 mempunyai bentuk lagu yang terdiri
dari tiga bagian atau bisa disebut lagu tiga bagian, ini bisa dilihat dari
lirik dan melodi vokal pada lagu ngamen 2. Bagian tersebut dapat
disimbolkan A=I, B=II dan C=III, urutan lagu ngamen 2 adalah || intro
|| A B || intro || C || intro || A B || intro || C || intro ||. Dalam lagu ngamen
2 terdapat pengulangan satu kali, unsur musik jaranan hanya terdapat
pada bagian intro saja. Dan setiap pengulangan tidak ada perubahan,
baik lirik lagu maupun musik instrumennya. OM. Sagita mempunyai
ciri khas, yaitu musik jaranan, yang didukung dengan permainan
kendang dan kethuk. Di dalam lagu ngamen 2, pola kendang yang
digunakan adalah sebagai berikut dan peneliti menulisnya dalam
bentuk kepatihan:
| ---- p-t- dltpp ptdl- | -tpp –tpp –tpp –tpp | -tpp –tpp –tdl- - tdl- |
| -tpp –tpp –dlddl | -tpp –tdl- tdlp p |
Untuk kethuk juga mempunyai pola yaitu | . 2 6 2 | . 2 6 2 | . 2 6 2 | . 2
6 2 | kethuk dalam lagu ngamen 2 hanya terdapat dibagian intro saja.
Untuk memudahkan dalam pemahaman dan penulisan,
peneliti sengaja merubahnya kedalam notasi balok, pola kethuk dalam
notasi balok adalah sebagai berikut:
Dalam acara “Tarung Djanduth” yang di selenggarakan di
lapangan Bungkus kecamatan Mejayan kota Caruban pada tanggal 6
April 2013, OM. Sagita mengunakan medium musik yang meliputi
medium vokal dan medium instrumental. Medium vokal yang
digunakan berupa vokal dari penyanyi dari OM. Sagita dan backing
vokal. Untuk medium instumntal yang digunakan OM. Sagita berupa
alat musik, yaitu: drum, kendang jaranan, kendang dangdut koplo,
keyboard, suling, gitar rytem, gitar melody dan suling. O.M. Sagita
sengaja tidak mengunakan alat musik gitar bass dan tamborin. Ini juga
merupakan salah satu keunikan O.M. Sagita.
C. Tanggapan Masyarakat Terhadap Eksistensi OM. Sagita
1. Tanggapan Penonton
berdasarkan hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa OM. Sagita
sangat disukai oleh penonton, baik anak-anak, remaja maupun orang tua.
Yang paling disukai oleh penonton adalah irama musik jaranannya
karena masyarakat ingin sesuatu yang berbeda dari dangdut koplo yang
sudah ada dan goyangan dari penyanyinya. Dibawah ini adalah salah satu
data hasil wawancara dengan penonton yang bernama Kusnawan,
mengatakan bahwa pertunjukan OM. Sagita sangat menyenangkan dan
sangat menghibur karena selalu ada celotehan dari para penyanyi OM.
Sagita yang lucu sehingga mengundang tawa orang yang menonton, yang
paling difavoritkan dari celotehan para penyanyi adalah sebuah kata atau
istilah yang biasa dikatakan yaitu “assololey icik icik ehemm” dan gaya
dari pemegang suling OM. Sagita yang selalu membuat orang tertawa
(wawancara dengan Kusnawan, 6 april 2013).
2. Tanggapan Masyarakat Setempat OM. Sagita
berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan di Dusun Tanjung
R.T. 03 R.W. 05 no 23, Desa Pace Kulon, Kecamatan Pace, Kabupaten
Nganjuk, bahwa mayoritas masyarakat sudah tidak asing lagi dengan
keberadaan OM. Sagita dan masyarakat merasa bangga dan merasa
memiliki grup orkes tersebut. Seperti apa yang sudah dituturkan oleh
Khoirul Anwar, bahwa OM. Sagita meskipun sudah mempunyai nama,
tetapi orang-orang OM. Sagita tetap baik, ramah dan tetap mau tinggal di
sini, saya merasa bangga dengan kehadiran OM. Sagita di daerah kami,
dan sebagian masyarakat menyukai OM. Sagita dari segi musiknya yang
beriramakan dengan irama musik jaranan, dimana kesenian jaranan
adalah kesenian yang ada di daeerah Nganjuk (hasil wawancara dengan
Khoirul Anwar, 25 Maret 2013). Meskipun banyak masyarakat yang
menyukai dan bangga dengan kehadirran OM. Sagita di daerah tersebut,
tetapi ada juga yang tidak suka dengan kehadiran OM. Sagita, mereka
menganggap OM. Sagita tidak bagus, biasa saja, kampungan, dan untuk
busana para biduan OM. Sagita terlalu minim.
3. Tanggapan Pengamat Musik
Menurut Isfanhari, O.M. Sagita sangat kreatif dalam Mengemas dangdut
koplo diperpadukan irama musik jaranan, di dalam syair yang ada dilagu-
lagu ngamen, O.M. Sagita banyak mengambil dari sisi sosial kehidupan
masyarakat saat ini. Pada dasarnya semua grup musik adalah sama,
mempunyai kelebihan dan kekurangan, yang terpenting adalah sebuah
grup musik bisa melihat apa yang dibutuhkan masyarakat saat ini dan
bagaimana cara pemasaran kepada masyarakat. O.M. Sagita pada
dasarnya sama pada grup orkes yang lain. Hanya saja O.M. Sagita
mempunyai bentuk musik yang berbeda, bentuk musik O.M. Sagita
sangat unik. Dari keunikan inilah O.M. Sagita bisa dikenal masyarakat.
4. Tanggapan Pengemar OM. Sagita “Sagita Mania”
Dalam kesempatan ini peneliti juga berhasil wawancara dengan salah
satu dari meraka yaitu dengan “Sagita Mania” Madiun Selatan (MadseLt)
yang bernama Yesi Elok Novita Sari, bahwa OM. Sagita salah satu grup
orkes yang berani beda dengan grup orkes yang sudah ada saat ini, OM.
Sagita berani beda dalam segi musikalitas yang memperpadukan antara
irama musik jaranan dan irama musik dangdut koplo (hasil wawanacara
dengan Yesi Elok Novita Sari, 6 April 2013).
D. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan peneliti tentang
eksistensi O.M. Sagita dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Latar belakang berdirinya O.M. Sagita didasari oleh hobi dan rasa cinta
Eny Setyaningsih terhadap musik dangdut, dan pada tanggal 17 Oktober
2008 disepakati sebagai hari jadi O.M. sagita. Nama O.M. sagita sediri
diambil dari Zodiak Eny Setyaningsih yaitu “sagitarius”. OM. Sagita mulai
tampil perdana pada acara pernikahan pada tahun 2009 di kota Nganjuk
tepatnya desa Pace yang merupakan tempat OM. Sagita bermarkas. Dalam
musikal OM. Sagita mempunyai keunikkan tersendiri, di dalam aransemen
musik OM. Sagita ditambahkan musik-musik bernuansa jaranan, bisa
disebut “Djanduth”, dan menjadi salah satu musik “Djanduth” pertama di
Jawa Timur. Pada awal tahun 2010 O.M. Sagita berhasil mengeluarkan
album edisi “Ngamen 1”, dan sampai sekarang O.M. Sagita sudah
mengeluarkan album edisi “Ngamen 12”.
2. Bentuk penyajian O.M. Sagita dalam acara yang bertemakan “Tarung
Djanduth” yang bertempat di lapangan Bungkus kecamatan Mejayan kota
Caruban pada tanggal 6 April 2013. Pada acara “Tarung Djanduth” ini
dimulai pukul 19.00 sampai 23.00. di dalam pelaksanaan pertunjukan ini
di bagi atas dua bagian penampilan, yang pertama pukul 19.00 sampai
21.00 penampilan OM. Scorpio, sedangkan penampilan atau bagian kedua
pukul 21.00 sampai 23.00 yang diisi oleh penampilan OM. Sagita. Dalam
acara “Tarung Djanduth” ini O.M. Sagita tampil sebagai acara inti atau
acara puncak. Untuk Tata rias pemusik dan penyanyi sudah diatur oleh
pihak OM. Sagita sendiri. Bentuk tata rias dan tata busana bagi penyanyi
OM. Sagita dilakukan oleh masing-masih penyanyi sendiri. Kostum yang
yang diselalu dipakai merupakan kostum milik pribadi dari semua
penyanyi OM. Sagita dan Untuk tata rias dan tata busana yang di pakai
semua pemusik OM. Sagita merupakan milik dari OM. Sagita sendiri.
Untuk tata lampu atau cahaya dalam acara “Tarung Djanduth” lampu tidak
sampai mati karena sebagian besar menggunakan General Light. Untuk
Bentuk musik OM. Sagita adalah bentuk lagu dan bentuk musik dengan
irama musik jaranan dan perpaduan musik dangdut koplo.
3. Tanggapan masyarakat terhadap O.M. Sagita tidak mendapatkan masalah
atau dengan kata lain mendapatkan tanggapan yang positif, ini terbukti
dari setiap pementasan O.M. Sagita, selalu dibanjiri penonton, dan
penonton sangat berantusias mengikuti jalannya pementasan dari awal
sampai akhir. Masyarakat disekitar O.M. Sagita juga sangat merasa bangga
dengan kehadiran O.M. Sagita yang bertempat di Dusun Tanjung R.T. 03
R.W. 05 no 23, Desa Pace Kulon, Kecamatan Pace, Kabupaten Nganjuk
dan yang paling disukai oleh Mayoritas masyarakat adalah irama musik
jaranan yang dipadukan dengan musik dangdut koplo. Oleh karena itu,
eksistensi O.M Sagita ini harus dipertahankan. Untuk itu O.M. Sagita
harus selalu menyajikan yang terbaik bagi penonton, menjaga kualitas
musik dan vokal, mengeluarkan ide-ide baru yang kreatif dengan
mengemas musik agar menjadi yang menarik dan enak didengar.
DAFTAR PUSTAKA
Djelantik, A.A.M. 2004. Estetika: Sebuah Pengantar, Bandung: MSPI.
Dwidjowinoto, Wahjudhi. 1996. Metode Penelitian Seni. Surabaya: Unipress IKIP Surabaya.
Faisal, Sanapiah. 1990. Penelitian Kualitatif Dasar-dasar dan Aplikasi. Malang, Yayasan A3.
M. Miller, Hugh. Tth. 1998. Pengantar Apresiasi Musik (Introduction to Music a Guide to good listening).Triyono Bramantyo PS. Penerjemah. Yogyakarta: Institut Seni Indonesia.
Moleong, J. Lexy. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian, Jakarta: Gahlia Indonesia.
Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Besar Indonesia. Jakarta: PT. Balai Pustaka.
Prier, Karl. Edmund SJ. 1996. Ilmu Bentuk Musik. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.
Rahayu, Eko Wahyuni. 2003. “Dangdut sebuah Genre musik populer di Indonesia” dalam Padma Vol 2 no. 1 Tahun 2003. Jurnal Seni dan Budaya. Surabaya: FBS. Unesa.
Silado, Remi. 1983. Menuju Apresiasi Musik. Bandung: PT. Angkasa.
Soedarsono (Ed). 1992. Pengantar Apresiasi Seni. Jakarta: Balai Pustaka.
SP, Soedarsono (Ed). 1991. Perkembangan Kesenian Kita. Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta.
Suwaji, Bastomi. 1992. Wawasan seni. Semarang: IKIP Semarang Press.Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi II. Jakarta: Balai Pustaka.
Tim Penyusun UNESA, 2006. Panduan Penulisan Dan Penilaian Skripsi, Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Tim Redaksi, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke III. Jakarta: Balai Pustaka.
top related