al-ghazali (auth.), abdullah bin nuh (trans.) - pembebas dari kesesatan (al-munqidh min al-dalal)

69
IIIAM GB&a&LI PEMBEBAS DARI KESESATAN OUerdj,,Nbbn on bahw An• dan clibcrl ketGnlDPD oleh ABDUUAII BIN NUB * TINTAIIAS - DJAKARTA 11n

Upload: mehve

Post on 06-Jul-2016

341 views

Category:

Documents


79 download

DESCRIPTION

Indonesian translation of al-munqidh min al-dalal

TRANSCRIPT

Page 1: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

IIIAM GB&a&LI

PEMBEBAS DARI KESESATAN

OUerdj,,Nbbn on bahw An• dan clibcrl ketGnlDPD oleh

ABDUUAII BIN NUB

*

TINTAIIAS - DJAKARTA 11n

Page 2: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

Tjetakan Pertama, Mei 1960. Tjetakan Kedua, Djanuari 1962.

Page 3: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

3 1211 01270861 2

IMAM GHAZALI

Page 4: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

PEMBEBAS DARI KESESATAN

Page 5: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

BISMJLLAHIR RAHMANIR RAHIM (1)

Segala pudji (2) bagi Allah, jang dengan memudjiNja dimulai tiap risalah atau karangan, dan semoga la melim­pahkan salawat dan salam (3) kepada Djundjungan kita, Nabi pilihan, Muhammad, jang bertugas sebagai Nabi dan Rasul, dan semoga salawat dan salam itu melimpah pula kepada kaum keluarganja jang sutji, dan para sahabatnja jang membimbing untuk menghindari bahaja kesesatan.

Engkau, saudara seagama, telah meminta supaja aku me!1gupas tudjuan terachir dan rahasia segala ilmu (4), seluk beluk dan dasar segala mazhab (5), dan engkau minta supaja kuterangkan berbagai matjam kesukaran jang telah kualami dalam mentjapai jang halt (6) (jang betul, jang benar) dari tengah 2 kekalutan dan pertentangan faham dan aliran, dan bagaimana aku dapat dengan tekad berani meninggalkan taqlid (7) (mengikut tanpa periksa) agar dapat berpikir dengan bebas. Selandjutnja, engkau minta pula supaja ku­djelaskan, pertama apa jang telah kuperoleh dari 'ilmul­kalam (8), kedua apa jang kuket.ahui setelah menjelidiki

· djalan' kaum ta'limijah (9), jang untuk mentjapai jang halt (10) itu, mereka hanja ikut sadja al-imaam (11) (pe­mimpin mereka), ketiga apa jang tidalt kusetudjui dari djalan 2 berfilsafat (12), achimja apa jang kusetudjui dari djalan tasauwuf (13). Dan seterusnja apa jang telah njata bagiku berupa inti kebenaran setelah menjelidiki segala faham dan adjaran itu. Dan apa sebabnja aku tidak terus mengadjar dikota Bagdad meskipun banjak djumlah mahasiswanja. Mengapa aku kembali mengadjar di Nisabur setelah berselang waktu jang lama. Karena jakin akan tulus ichlas hatimu, maka sekarang aku luluskan permintaanmu. Dan dengan memohon pertolongan dan taufiq dari pada Allah, djuga dengan bertawakkal dan berlindung kepadaNja, aku mulai :

5

Page 6: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

Ketahuilah - semoga Allah memberimu petundjuk dan taufiq untuk menerima jang hak - bahwa perbedaan pen­dapat manusia tentang agama dan tentang ma2hab 2 (14), dan bahwa banjaknja golongan dan aliran 2 jang bertentangan itu adalah laksana samudera jang sangat dalam sekali, dimana telah tenggelam kebanjakan dari mereka. Hanja sedikit jang dapat menjelamatkan diri. Tiap golongan mengaku merekalah jang selamat. (Masinif merasa puas dengan fahamnja sendiri). Dan itulah jang telah diramalkan oleh Rasulhillah s.a.w. ketika beliau bersabda : ,,Um~atku akan terpetjah mendjadi lebih dari tudjuh puluh golongan ; hanja satu golongan jang sr!lamat" (15). Apa jang beliau ramalkan itu sekarang telah hampir terbukti.

Sedjak masih muda sekali, sebelum berusia 20 tahun hingga kini setelah berusia lebih 50 tahun, tak henti 2nja aku men­tjeburkan diri mengarungi samudera jang sangat dalam ini dengan tidak merasa takut. Tiap soal jang sulit itu kuselami dengan penuh keberanian. Tiap kepertjajaan dari ··sesuatu golongan kuselidiki se-dalam 2nja, kukadji segala rahasia dan seluk beluk tiap mazhab, unt.uk mendapatkan bukti mana jang benar dan mana jang asli. Demikianlah telah kuselidiki dengan seksama adjaran 2 Bathinijah (16), Zhahirijah (17), adjaran 2 ahli filsafat, ahli il-mul-kalaam dan tasauwuf, aliran ahli 'ib.adat (18) dan lain 2

• pan tidak ketinggalan pula aliran kaum zindiq (19), apa sebabnja mereka sampai berani menjangkal adanja Tuhan.

Aku selalu haus, ingin tahu dengan sebenarnja segala sesuatu. Demikian itu sedjak masa mudaku merupakan satu tabi'at jang ditakdirkan Allah pada diriku, bukan pilihan atau usahaku sendiri. Achirnja terlepaslah djiwaku dari belenggu taqlid dan terurailah clihadapanku kepertjajaan 2 jang telah terpusaka, padahal ketika itu aku masih sangat muda. Demikian itu disebabkan karena aku melihat tiap anak hanja menuruti djedjak orang tuanja sadja untuk mendjadi Keris­ten (20), Jahudi (21), Islam dan sebagainja. Dan telah ku-

dengar sabda Rasulullah s.a.w.: ,,Tiap anak itu lahir dalam

6

Page 7: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

- uN1Vt:Hs1 ry UBRAHlEB NORTHERN ILUNOlS LJ;<.P\f~RS'iY t''(f, [_ ... 1 I

keadaan fithrah, kemudian kedua orang tuanja mendjadikan dia Keristen, Jahudi, a tau Madjusi" (22). Karenf' itu lalu hatiku sangat tertarik untuk menjelidiki, apa sesungguhnja fithrah asli (23) dan apa sebenarnja kepertjajaan 2 jang ti.mbul karena taqlid kepada orang tua dan guru itu. Ingin sekali aku menje­lidiki segala matjam taqlid jang begitu berkesan kedalam hati kanak 1

• Ten tang mana jang hak dan mana jang bathil (24), timbullah berbagai matjam pendapat jang sangat. bertentangan.

Mula' ja.ng harus kutjari, kataku dalam hati, ialah penge­tahuan akan hakekat segala sesuatu. Karena itu h~rus pula aku mengetahui apa sesungguhnja arti ,,tahu" itu. Achirnja njatalah kepadaku bahwa arti ilmu atau tahu jang sesungguh­nja itu ialah tersingkapnja sesuatu dengani djelas, sehingga tak ada lagi ruangan untuk ragu:i., tak mungkin salah atau keliru ; tak ada dihati tempat untuk itu. Keamanan dari · bahaja salah atau keliru tadi harus diperkuat dengan kejakinan demikian rupa sehingga andai kata disangkal oleh seorang jang sakti, jang misalnja dapat merobah batu mendjacll emas atau merobah tongkat mendjadi ular, namun demikian itu tak akan menimbulkan ragu 2 sedikitpun djuga terhadap kejakinan tadi. Sebab djika aku sudah jakin bahwa - umpamanja -sepuluh itu adalah lebih banjak dari tiga, lalu ada orang jang mengatakan bahkan tiga itulah jang lebih banjak, dengan alasan bahwa ia dapat meroba:h tongkat mendjadi ular, dan lalu dibuktikannja serta aku melihat itu dengan mata kepalaku sendiri, meskipun demikian, namun aku t.ak akan ragu 2 tentang pengetahuan tadi (bahwa sepuluh itu lebih banjak dari tiga), hanja aku tentunja heran sadja bagaimana ia dapat merobah tongkat tadi mendjadi ular. Tetapi ragu 2 akan kejakinan sen­diri tadi se-kali2 tak mungkin. Selandjutnja kuketahuilah, bahwa apapun jang kuketahui, bila tidak seperti diat.as, dan apapun jang aku jakini, bila tidak sejakin itu, maka jang demi­kian bukanlah ,,ilmu" jang patut djadi pegangan dan tak ada rasa aman didalamnja. Dan setiap ilmu jang tidak memberi rasa aman demikian, bukanlah ilmu jang jakin.

7

Page 8: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

TENTANG NUR DARI TUHAN (25)

Kemudian lalu kuperiksa segala pengetahuanku, njatalah aku ini tak mempunjai suatu pengetahuanpun jang sampai ketingkat tadi, ketjuali pengetahuan jang dapat ditjapai dengan perantaraan pantjaindera ditambah dengan penge­tahuan2. dasar (26) dari aka!. Sekarang, kataku dalam hati, tak ada harapan untuk mengatasi segala soal jang sulit itu ketjuali melalui pendapat2 pantjaindera dan ;pengetahuan 1

dasar itu. Djadi, aku harus lebih dulu menjelidiki, apakah pendapat pantjaindera dan pengetahuan dasar itu dapat di­pertjaja atau tidak. Achimja tentang inipun aku ragu2, sebab hatiku berkata, man.a bisa pantjaindera dapat dipertjaja, sedangkan penglihatan mata, jaitu jang terkuat dari pan­tjaindera, ada kalanja berbuat se-akan 2 menipu. Engkau misalnja melihat bajang2 nampaknja diam, tidak bergerak, padahal setelah lewat sesa'at njatalah ia itu bergerak sedikit demi sedikit, tidak t.inggal diam sadja. Dan engkau melihat bintang nampaknja ketjil, tetapi bukti 7 berdasarkan ilmu ukur menundjukkan bintang itu lebih besar daripada bumi kita ini. Ini beserta tjontoh 2 lainnja dari pendapat pantjain­dera, menundjukkan bahwa hukum 2 pantjaindera ~tu dapat dibatalkan oleh hakim aka! dengan bukti jang tak dapat disangkal:

Maka aku berkata : . ,,Batallah pula kepertjajaanku kepada segala sesuatu jang ditjapai oleh pantjaindera. Mungkin tak ada lagi dapat dipertjaja melainkan pengertian 2 jang auwali (27), seperti pengertian bah.wa sepuluh itu lebih banjak daripada tiga atau bahwa nafi dan itsbat (28) tak dapat ber­kumpul dalam satu perkara, tak ada jang hadits (29) (baru, ada kemudian) akan tetapi pada ketika itu djuga iapun qadim (30) (lama, ada dari semula) pula, djuga tak ada sesuatu jang ada dan pada waktu itu djuga ia tiada, atau bersifat mesti dan pasti dan djuga mustahil (31).

Lalu hukum pantjaindera mendjawab : ,,Bagaimana engkau dapat memastikan bahwa kepertjajaanmu kepada hukum aka! itu tidak seperti kepertjajaanmu kepadaku (hukum pantjain-

8

Page 9: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

dera) ? Tadinja engkau pertjaja kepadaku, kemudian datanglah hukum akal jang lalu mendustakan aku. Andai kata hukum akal tidak datang, tentu engkau tetap pertjaja kepadaku. Siapa tahu, barangkali ada hukum lain jang dapat mendusta­kan · hukum akal, sebagaimana hukum akal dapat mendustakan. hukum pantjaindera. Kenjataan bahwa hukum jang lain itu tidak muntjul sekarang, ini belum menundjukkan tidak mungkinnja."

Disini berdiam dirilah aku sedjurus, ragu 2 untuk mendjawab. Sementara itu hukum pantjaindera lalu memperkuat alasannja dengan mengemukakan soal mimpi. Katanja: ,,Tidakkah engkau dapat menjaksikan dalam mimpi hal2 seperti benar 2 terdjadi, tetapi setelah engkau terbangun njatalah semua itu hanja chajal belaka ? Barangkali segala jang kau pertjajai diwaktu djaga (sadar), baik dengan pantjaindera maupun dengan akal, itu hanja berhubungan dengan keadaanmu ketika itu sadja, se­hingga andai kata engkau sampai kepada keadaan lain jang lebih sadar lagi, barangkali disitu engkau insaf bahwa keadaah­mu ketika itu se-akan 2 mimpi sadja. Mungkin keadaan jang lebih tinggi ini telah ditjapai oleh kaum sufi (32) jang mengata­kan, dalam keadaan tertentu, mereka dapat menjaksikan haP jang berlainan dengan apa 2 jang ditjapai oleh akal. Atau barangkali keadaan jang lebih sadar ini ialah sesudah mati, .sebab Rasulullah s.a.w. pernah bersabda: ,,Manusia itu dalam keadaan tidur, dan apabila telah mati terdjagalah ia ! "

Mungkin hidup didunia ini hanja mimpi djika dibandingkan dengan hidup diachirat, dan setelah mati njatalah segala sesuatu itu berlainan dengan apa jang kita lihat sekarang ini. Diwaktu itu kepada manusia ditudjukan firman Allah s.w.t.: ,,Engkau telah hidup dalam kealpaan, tak sadar akan ini, tetapi sekarang Kami buka tirai jang menutupmu, dan peng­lihatanmu mendjadi tadjam !" (Al-Quran, Surah 50, ajat 22).

Sukar bagiku menghTiangkan ke-ragu 2an tadi, dan memang tak dapat disembuhkan ketjuali dengan bukti. Sedang tak mungkin mengadakan bukti melainkan djika tersusun dari pengertian 2 _auwali (primary notions). Tetapi djika pengertian 8

9

Page 10: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

auwali ini tak lagi dapat diterima, maka tertutuplah djalan untuk mentjapai sesuatu bukti. Penjakit ini terasa, hampir dua btilan lamanja. Dan selama . itu aku dalam keadaan hampir seperti kaum Safsatah (33) (Sofisten). Tetapi untunglah, achir­nja Allah s.w.t. berkenan menjembuhkan penjakit tadi. Pikiran mendjadi sehat dan berkeseimbangan kembali, dan dengan aman dan jakin dapat ia menerima kembali segala pengertian• auwali dari akal itu. S'emua itu terdjadi tidak dengan meng­atur alasan atau menjusun keterangan, melainkan dengan nur

(tjahaja) jang dipantjarkan Allah s.w.t. kedalam bathinku. Nur ini adalah kuntji pembuka sebagian besar dari ilmu ma'rifat (34). Barang siapa mengira bahwa tirai hanja dapat di­buka dengan menjusun alasan 2 dan kata 2 belaka, berarti ia menjempitkan rahmat Allah jang luas. Ketika Rasulullah s.a.w. ditanja orang ten.tang arti ,,melapangkan dada" dalam firman Allah s.w.t. : ,,Barang siapa Allah hendak memberinja petun­djuk, maka dilapangkanNja dadanja untuk Islam" (Al-Quran, surah 6, ajat 125), berkatalah beliau : ,,Itu adalah nur jang di­masukkan Allah kedalam hati dan menjebabkan kelapangan dada !" Kemudian ketika ditanja apa tandanja, beliau meri­djawab : ,,Mendjauhi dunia tipuan dan menghadap dengan sepenuh hati kealam abadi." Dan tentang ini beliau berkata pula: ,,Allah s.w.t. telah mentjiptakan segala machluk dalam gelap, lalu dipertjikiNja mereka dengan sedikit dari nurNja. Dengan nur inilah seharusnja ditjari penerangan (kasjf, petn­bukaan tirai). Nur ini memantjar dari kemurahan Ilahi pada waktu 2 tertentu, jang orang harus ber-djaga 2 untuk menerima­nja. Rasulullah s.a.w. berkata: ,,Ada sa'at karunia dari Tuhan­mu ; siapkanlah dirimu untuk itu ! "

Maksud uraian ini ialah bahwa kita hendaklah mentjari dengan sekuat tenaga apa jang harus ditjari hingga kita sampai kepada sesuatu jang tak usah ditjari lagi. Pengertian' auwali itu tak usah ditjari lagi, sebab sudah ada. Apa jang sudah ada it~ kalau masih djuga ditjari lagi, nistjaja akan. mendjadi samar dail membingungkan.

10

Page 11: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

BERBAGAI GOLONGAN JANG MENTJARI KEBENARAN

Setelah dengan karunia Tuhan aku sembuh dari penjakit tadi, njatalah bagiku bahwa golongan jang mentjari kebenaran itu ada empat matjam :

1. Para ahli ilmul kalam (35), jang mengaku ahli pikir dan selidik.

2. Golongan. Bathinijah (36), jang mengaku menerima pela­djaran dari imam jang ma'sum (pemimpin jang terpelihara dari berbuat salah).

3. Kaum filsuf (37), jang mengaku ahli mantik (logika) dan bukti.

4. Golongan Sufi (38), jang mengaku Chawasul-Hadlrah, dan Ahlul-musjahadah wal-mukasjafah (39).

Pada pikirku, kebenaran tentulah ada pada salah satu dari keempat golongan ini se-kurang211ja, sebab merekalah jang menempuh rupa 2 djalan untuk mentjarinja. Djika andai kata semuanja tak dapat mentjapai kebenaran, maka tak adalah harapan lagi untuk mentjapainja. Sebab, setelah aku mening­galkan taqlid, tak adalah lagi djalan untuk kembali kepada taqlid itu. Orang jang bertaqlid itu tidak sadar bahwa ia ber­taqlid, dan pada sa'at ia insaf bahwa ia hanjalah seorang jang taqlid, maka ketika itu djuga petjahlah katja taqlidnja, tak dapat diperbaiki lagi dengan misalnja ditambal dan sebagainja, ketjuali dengan dihantjurkan (ditjairkan) dengan panas api untuk ditjetak kembali dalam bentuk jang baru (40).

Demikianlah aku menempuh djalan 2 tadi, mempeladjari se-dalam2nja ilmu dari keempat golongan tadi. Aku memulai dengan ilmul-kalam, lalu filsafat, kemudian adjaran Bathinijah dan achimja menempuh djalan sufi.

TUDJUAN ILMUL KALAM DAN HASILNJA

Aku mulai dengan ilmul-kalam, kupeladjari se-dalam2nja. Aku tela'ah kitab 2 jang ditulis oleh tokoh 2 lama ilmul-kalam

11

Page 12: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

dengan mendalam. Kemudian akupun mem.ilis beberapa kitab tentang ilmu ini. Aku berpendapat bahwa ilmul-kalam ada­lah suatu ilmu jang telah sampai kepada tudjuannja. Akan tetapi ia tak dapat menjampaikan daku kepada tudjuanku sendiri. Tudjuan ilmul-kalam ialah memelihara 'aqaid (ke­pertjajaan) Ahli Sunnah (41), mempertahankannja dari gang­guan kaum bid'ah (42). Dengan perantaraan Rasulullah s.a.w., Allah s.w.t. mengadjarkan kepada hambaNja kepertjajaan (aqaid) (43) jang benar dan mengandung kebaikan bagi mereka dunia-·achirat, sebagaimana diterangkan dalam AI­Quran dan Hadits. Kemudian setanpun, dengan bisikan dan godaannja, mengadjarkan pula apa 2 jang bertentangan dengan Sunnah. Demikian itu lalu dipropagandakan oleh orang2 jang menganutnja, sehingga hampir sadja dapat mengganggu aqaid jang benar. Karena itu maka Allah s.w.t. lalu mentakdirkan adanja golongan ahli ilmul-kalam jang tampil untuk membela Sunnah dengan keterangan dan alasan jang tersusun rapi, hingga dapat mendjelaskan kepalsuan bid'ah 2 jang menjalahi Sunnah itu. Demikianlah timbulnja ilmul-kalam dan ahli2nja. Sungguh sebagian dari mereka itu telah benar 2 dapat membela aqaid jang dipusakai dari Nabi s.a.w., jaitu dengan djalan menerangkan kesesatan bid'ah 2 jang timbul kemudian itu. Dalam pembelaan tadi, mereka mempergunakan dasar 2 pikiran (mukaddimah!!) (44) jang mereka ambil dari perkataan lawan 1

mereka sendiri, jakni merebut sendjata musuh untuk me­mukulnja. Sekitar itulah usaha ahli ilmul-kalam itu. Hal ini tidak seberapa faedalmja bagi orang jang tidak mau menerima melainkan dasar 2 pengetahuan daruri ( 45). Oleh karena itu. maka ilmul-kalam tidak tjukup untuk memuaskan hasratku atau menjembuhkan penjakitku. Kuakui bahwa perkembangan ilmul-kalam telah mendorong untuk menjelidiki hakekat segala sesuatu, memperdalam penjelidikan djauhar (zat, substantie) dan 'aradl (accidentie) dan hukum 2 bagi keduanja masing2. Akan tetapi, karena jang demikian itu bukan tudjuan ilmul­kalam, maka penjelidikan dan keterangan mereka tentang ini tidak sampai se-djauh 2nja, tidak memuaskan orang jang ingin melenjapkan segala ke-ragu 2an atau kebingungan karena me~

12

Page 13: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

lihat pertentangan golongan 3, Meskipnn begitu, namun aku

pertjaja, tidak sedikit jang merasa puas dengan tjaraa demikian itu. Akan tetapi tentunja kepuasan itu masih, sedikit atau banjak, bertjampur dengan taqlid dalam haP jang tidak ter­masuk auwalijat (46).

Dengan ini aku hanja bermaksud menjatakan keadaan diriku sendiri, bukan hendak menjalahkan orang jang mentjari obat dari ilmul-kalam itu. S'ebab, obat itu ber-matjam2, menurut djenis penjakitnja. Tidak djarang ada obat jang berfaedah bagi seseorang, tetapi sebaliknja, bahkan berbahaja bagi orang lain.

TENTANG FILSAFAT

Setelah selesai mempeladjari ilmul-kalam, segera aku me­njelidiki filsafat. Aku berkejakinan bahwa seseorang tidak akan dapat mengetahui kesalahan sesuatu adjaran sebelum ia mem­peladjari se-dalam2rlja seluk beluk adjaran itu. Bahkan harus lebih dari itu, sehingga ia mungkin dapat melihat kesalahan adjaran itu, djika memang ada. Belum ada diantara ulama Islam seorangpun jang telah memusatkan perhatiannja kedjurusan ini. Dalam kitab 2 ilmul-kalam terdapat djuga bantahan 2 ter­hadap filsafat, akan tetapi tiada terdapat disitu alasan 2 dari fihak filsafat sendiri dengan setjara mendalam. Maka insaflah aku, bahwa membantah sesuatu faham sebelum mengerti benar2 hakekat faham itu, hanja akan merupakan bantahan jang serampangan sadja. Itulah sebabnja maka aku segera memusatkan perhatianku mempeladjari filsafat dari kitab 2nja sendiri. Dengan ber-sungguh 2 aku batja kitab 2 tersebut, dengan usaha sendiri, tidak minta bantuan guru seorangpun. Demikian itu aku lakukan pada sa'at" jang senggang dari mengadjar dan mengarang kitab sjari'at Islam, sebab ketika itu aku bertugas memberi kuliah kepada 300 orang mahasiswa di Bagdad. De­ngan membatja pada waktu 2 senggang itulah aku mendapat taufiq, me~ahami ilmu 2 filsafat seluruhnja dalam tempo kurang

13

Page 14: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

dari dua tahun. Kemudian terus kulandjutkan penjelidikan dan renunganku hampir satu tahun, mengulangi dan menjelami se­dalam2nja, hingga achirnja dapatlah aku melihat dengan djelas sekali, mana jang palsu dan mana jang benar.

Aku lihat para filsuf itu ber-golongan2, ber-matjam 2 faham­nja masing2. Semuanja tak luput dari tanda 2 kufur (47) dan ilhad (48), walaupun diantara mereka jang dahulu dan jang kemudian ada perbedaan besar, ada jang djauh dan ada jang mendekati' kebenaran.

BERBAGAI GOLONGAN FILSUF

Meski banjak matjam dan ragamnja, mereka itu dapat di­bagi dalam tiga golongan : golongan dahri (49), golongan thabi'i (50) dan golongan ketuhanan._

(1) Bagian pertama, golongan dahri, jaitu suatu golongan dari filsuf2 pada zaman dahulu 2

• Mereka tidak mengakui ada­nja Tuhan, Pentjipta dan Pengatur alam jang Maha Kuasa. Mereka mengatakan bahwa alam s~nantiasa ada dengan sen­dirinja, tidak ditjiptakan oleh sesuatu pentjipta. Hewan se-" nantiasa terdjadi dari benih mani (51), sedang benih mani ini berasal dari hewan, demikianlah seterusnja. Mereka ini ter­masuk kafir zindiq.

(2) Golongan thabi'i memusatkan perhatiannja kepada me­njelidiki keadaan alam, keadjaiban hewan dan tumbuh 2an. Terutama mereka mendalami tentang penguraian anggauta 11

hewan. Karena melihat keadjaiban dan hikmat machluk Allah, terpaksa mereka mengakui adanja Pentjipta jang maha bidjak­sana lagi mengetahui maksud dan tudjuan segala sesuatu. Memang tiap orang jang mempeladjari segala faedah dari ber­bagai anggauta badan hewan, akan terpaksa _ mengakui ke­sempurnaan pengetahuan pembina dari tubuh hewan itu, terutama tubuh manusia. Mereka banjak menjelidiki keadaan alam hingga achirnja mereka mengira bahwa susunan jang selaras dari tubuh kasar itu mempunjai pengaruh besar atas

14

Page 15: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

tenaga hewan (52). Lalu mereka mengira bahwa tenaga akal dari manusia itu bergantung pula kepada susunan jang selaras dari tubuhnja, dan menurut mereka - tenaga akal itu akan lenjap dengan hantjurnja susunan tubuh kasarnja, dan tidaklah masuk akal, jang telah lenjap itu akan tumbuh kembali. Achimja mereka menarik kesimpulan, bahwa roh itu akan mati dan tidak akan hidup kembali. Lalu mereka tidak pertjaja akan adanja achirat, sorga, neraka, kiamat dan hisab (53). Menurut mereka tak ada gandjaran bagi taat dan tak ada pula hukuman bagi ma'siat. Maka terlepaslah ,,kekang" dari mereka, lalu ter­djunlah mereka kedjurang hawa nafsu bagaikan binatang. Mereka inipun termasuk kafir zindiq, sebab pokok iman itu ialah iman kepada Allah dan RasulNja dan iman akan Hari Kemudian. Meskipun mereka iman kepada Allah dan sifat2nja, namun mereka tidak iman akan Hari Kemudian itu.

(3) Golongan ketiga, golongan ketuhanan (54), dan mereka ini. adalah jang terkemudian diantara golongan 2 itu. Diantara mereka terdapat misalnja Socrates, Plato (murid Socrates) dan Aristoteles (murid Plato). Aristoteles inilah jang telah menju­sun ilmu mantik, menjaring ilmu 2 lainnja, memuaikan jang belum muai dan mematangkan jang rnasih mentah diantara ilmu 2 mereka sebelum itu. Golongan ini menolak adjaran ke­dua golongan jang terdahulu tadi. Untuk mendjelaskan kese­satan kedua golongan tersebut, maka golongan ketiga ini telah mengemukakan berbagai bukti dan keterangan, sehingga orang lain tak usah bersusah pajah lagi. Allah telah mengatur, se­hingga kaum Mu'minin tak usah bersusah pajah lagi melawan mereka. Mereka telah ,,bertempur" sendiri satu sama lain. Ke­mudian Aristoteles berbalik menentang Plato dan Socrates dan filsuf 2 ketuhanan lainnja sebelum mereka. Penentangan ini di­lakukannja dengan tjara jang tepat, hingga achirnja ia sama sekali melepaskan diri dari mereka itu. Akan J;etapi masih sadja ia belum dapat melepaskan dirinja sendiri dari sebagian noda~ kufur mereka. Dari itu terpaksalah kita mengkufurkan (55) dia beserta pengikut2nja dikalangan Islam seperti Ibn Sina,' al­Farabi dan sebagainja, meskipun kedua filsuf itu (Ihn Sina dan al-Farabi) sudah berdjasa besar dalam menjalin filsafat

15

Page 16: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

Aristoteles dengan se-tjermat'nja. Sedang jang disalin oleh jang lain tidak begitu djelas hingga membingungkan orang j~g mempeladjarinja.

Filsafat Aristoteles, menurut salinan kedua pudjangga diatas, terbagi dalam tiga bagian: sebagian menjebabkan kufur, se­bagian merupakan bid'ah dan sebagian dapat diterima. Marilah kita mulai menguraikannja.

BAGIAN• FILSAFAT

Ilmu 2 mereka akan kita bagi dalam enam bagian: ilmu pasti, ilmu mantik, ihnu alam, ilmu tentang ketuhanan, ilmu politik dan ilmu achlak.

Dmu pasti adalah mengenai ilmu hitung, ilmu handasah (ukur) dan ilmu hai-at (cosmologie). lni semua tidak ber­tentangan dengan agama, bahkan berdasarkan bukti 2

. jang tak dapat dibantah. Hanja sajangnja, ilmu tersebut telah menjebab­kan dua matjam ketjelakaan.

Ketjelakaan pertama ialah bahwa orang jang melihat kesem­purnaan ilmu ini merasa kagum t.erhadap para filsuf, dan achir­nja mengira bahwa semua ilmu 2 mereka itu kuat dan tepat seperti ilmu pasti ini. Kemudian mungkin ia telah mendengar bahwa mereka (para filsuf) itu telah menjatakan beberapa pendapat jang mengandung kekufuran dan bahwa mereka itu kurang mengindahkan sjara' (undang2 agama), lalu iapun ikut sadj a kufur dan meremehkan agama. Sebagai alasannja ia ber­kata, kalau sekiranja · agama itu benar, masakan mereka (para filsuf) tadi tidak mengetahuinja, padahal jrnereka itu begitu tjerdas dan mendalam tentang ilmu pasti ini.

Kalau didengarnja bahwa mereka kufur dan mengingkari agama, maka ini rupanja telah tjukup mendjadi alasan bahwa jang benar itu ialah kufur dan ingkar itulah. Tidak sedikit orang jang aku lihat mendjadi kufur dan sesat hanja karena alasan

16

Page 17: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

begini sadja. Kalau kepadanja dikatakan, orang jang pandai dalam suatu ilmu, belum tentu akan demikian pula dalam ilmut lainnja ; tegasnja orang jang pandai dalam ilmu fiqh atau ilmul-kalam belum tentu akan pandai pula dalam ihnu kedok­teran misalnja, djuga orang jang tidak tahu ilmu 'aklijat tidak mesti ia tidak tahu pula ilmu tatabahasa. Tiap pekerdjaan ada ahlinja, meskipun ia tidak pandai dalam jang lain 2nja.

Memang bellar penuturan para filsuf dahulu berdasarkan bukti 2 jang pasti, akan tetapi tentang urusan ketuhanan, dasar penuturan mereka hanjalah terkaan dan kiraan belaka. Ke­njataan ini tidak diketahui, melainkan oleh orang jang telah memeriksa dan menjelidikinja dengan seksama. Akan tetapi keterangan ini, djika didengar oleh orang jang ingkar dengan bertaqlid tadi, tidak akan diterimanja. Bahkan karena memang enggan beragama dan berlagak pandai, ia akan terus sadja men-dewa 2kan filsuf 2 itu dalam se-gala 2nja. Ini adalah satu musibat besar. Karena itu tiap orang jang terdjun kedalam ilmu tersebut harus diberi ingat. Sebab meskipun tak ada hu­bungannja dengan agama, namun biasanja orang' jang terdjun dalam ilmu 2 jang merupakan dasar filsafat itu tak luput dari melalaikan agama.

Ketjelakaan kedua timbul dari kawan jang bodoh. Ia mengira bahwa agama harus dibela dengan mengingkari tiap ilmu dari para filsuf tadi. Lalu dengan gampang sadja ia mengatakan, bahwa filsuf 2 itu orang' bodoh. Sampai ia berani mengingkari keterangan filsuf itu tentang gerhana matahari dan bulan, bahkan mengatakan bahwa jang demikian itu ber­tentangan dengan agama. Ketika kata 2 ini sampai ketelinga orang jang tahu hal gerhana dengan bukti jang pasti, maka orang itu lalu mengira bahwa Islam itu berdasarkan ke­bodohan jang bertentangan dengan bukti2 jang njata.

Dengan ini maka ia mendjadi bahkan bertambah pertjaja kepada para filsuf disamping makin bentjinja kepada Islam. Alangkah besamja bentjana kepada agama dari orang jang mengira bahwa Islam dapat dibela dengan mengingkari ilmu 2

ini. Dalam agama tak ada penolakan kepada ilmu 2 ini. Begitu

17

Page 18: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

pula dalam ihnu 2 ini tak ada gangguan kepada agama. Sabda Rasulullah s.a.w.: ,,Matahari dan bulan termasuk tanda ke­kuasaan Allah dan bahwa gerhana itu bukan karena mati atau hidupnja seseorang manusia; djika kamu menjaksikan kedjadian (gerhana) itu ingatlah kepada Allah dan lakukanlah sembahjang gerhana." Dalam sabda ini tak ada perintah mengingkari ilmu hisab jang menerangkan djalannja matahari dan bulan dan berpapasannja satu sama lain. Sabda tadi ada landjutannja, jaitu bahwa Allah s.w.t., djika Ia tadjalli (56) bagi sesuatu machluk, tentu ia akan tunduk kepadaNja. Akan tetapi tambahan ini tidak terdapat dalam riwajat jang sahih. Demikianlah kedudukan ilmu pasti dan bahaja jang bisa timbul karenahja.

Mengenai ilmu mantik, tak ada sa:ngkut pautnja dengan agama. 11nm ini membahas djalan 2 mentjari bukti dan alasan, bagaimana sjarat2nja dan tjara menjusunnja, apa sjarat2 dan tata-tertib menjusun hadd (57) jang sah. Selandjutnja ihnu mantik itu adalah tasauwur (pengertian), djalan untuk men­tjapainja ialah hadd tadi, atau ia (ilmu) berupa tasdik (per­tjaja, membenarkan), djalan untuk mentjapainja ialah burhan (58). Ini semua tak usah diingkari, bahkan termasuk matjam jang oleh mutakallimin (59) biasa disebut dalam karangan 2

mereka, tetapi dengan nama lain, menurut istilah mereka sendiri. Ahli 2 mantik lebih mendalam tentang ta'rif (60) dan pembagian. Sebagai tjontoh, mereka misalnja berkata begini: ,,Djika temjata bahwa tiap 2 A itu B, maka tentulah sebagian dari B itu adalah A. Djika ternjata bahwa tiap 2 manusia itu tubuh hidup, maka tentulah sebagian dari tubuh 2 hidup itu manusia." Tentang ini mereka mengatakan, bahwa mudjibah kullijah (61) djika dibalikkan tentu mendjadi mudjibah djuz-ijah (62). Apa ini semua hubungannja dengan soal agama, sehingga harus diingkari dan 'dibantah? Kalau ini diingkari, maka akibat­nja hanjalah menimbulkan keraguan terhadap kesehatan ingatan orang jang mengingkari, atau bahkan terhadap agama­nja, jang katanja berdasarkan ingkar kepada jang demikian tadi. Akan tetapi terhadap ilmu mantik ini, para filsuf sendiri bersikap kurang djudjur. Bagi tiap alasan atau bukti, mereka

l8

Page 19: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

.&nengharuskan adanja sjarat2 tertentu agar menghasilkan suatu kepastian. Akan tetapi djika sampai kepada soal agama, mereka sendiri tak dapat memenuhi sjarat 2 tadi, bahkan mereka ment­hukum agama dengan tiada se-mena 2

• Barangkali orang jani kagum melihat ilmu mantik, lalu mengira sadja bahwa ke­kufuran2 dari para filsuf itu dikuatkan oleh alasan~ menurut mantik itu, djadi lekas sadja ia ikut kufur sebelum menjelidiki ilahijat (soaF ketuhanan). Ini termasuk pula bahaja jang ber­hubungan dengan ilmu mantik ini.

Adapun ilmu alam membahas tubuh 2 alam, jakni langit 2,

bintang 2, tubuh 2 jaili mufrad (63) seperti air, hawa, tanah dan

api. Dan selandjutnja tubuh 2 jang murakkab (64) seperti hewan, tumbuh 2an, logam dan lain 2

• Djuga tentang sebabi perobahan, peralihan dan pertjampurannja. Jang demikian itu menjerupai penjelidikan dokter terhadap tubuh manusia dan anggota 2 pokok dan anggota 2 pembantu clan sebab perobahan dan mengenai susunannja, Sebagaimana agama tidak menjuruh menolak ilmu kedokteran, maka iapun tidak pula menolak ilmu alam, ketjuali dalam beberapa soal tertentu jang telah kami terangkan dalam kitab kami: Tahafutul-Falasifah (Kechilafan Para Filsuf). Ada pula beberapa hal jang harus ditolak, akan tetapi sebenarnja masih termasuk soal2 tadi. Pokoknja orang harus mengetahui bahwa alam ini dibawah kekuasaan Allah Ta'ala, tidak bekerdja dengan sendirinja, melainkan digerakkan oleh Pentjiptanja. Djadi matahari, bulan dan bintang 2 semuanja takluk kepada kehendakNja. Tak ada gerak sesuatu dari dirinja sendiri.

Mengenai Ketuhanan, maka disini terdapat sebagian besar kesalahan mereka. Mereka tak dapat mengemukakan bukti 1

menurut sjarat2 jang telah mereka tetapkan sendiri dalam ilniu mantik. Karena itu banjaklah pertentangan antara mereka sendiri dalam soal Ketuhanan -ini. Menurut salinan dari al­Farabi dan Ibn Sina, faham Aristoteles disini mendekati faham 1

Ketuhanan dikalangan Islam.

Seluruh kesalahan mereka berpangkal kepada dua puluh ~- pokok. Tiga diantaranja menjebabkan mereka kufur. Jang

19

Page 20: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

tudjuh belas lagi mengandung bid'ah. Untuk membatalkan alasan 2 mereka dalam kedua puluh soal pokok ini, kami telah mengarang kitab ,,Attahafut" (Kechilafan) (65).

Dalam tiga pokok soal tadi mereka berlainan faham dengan filsuf2 dikalangan Islam. Mereka mengatakan bahwa tubuh kasar tidak akan dihidupkan kembali kelak pada Hari Mahsjar (66). Menurut mereka pahala a tau siksa itu hanjalah soal arwah (67) sadja. Siksa itu ruhani, tidak djasmani sifat­nja. Dalam hal ini kesalahan terletak pada pengingkaran soal djasmani jang ditetapkan ole!1 Sjari'at (68). Mereka kufur ke­pada S'jari'at.

Kedua, kata mereka bahwa Allah Ta'ala mengetahui kullijat (69), tetapi tidak mengetahui djuz-ijat (70). Inipun merupakan pula kufur jang njata. Sebenarnja Allah mengetahui segala sesuatu, hinggapun jang se-ketjiFnja dibumi maupun dilangit.

Ketiga, anggapan mereka bahwa alam ini qadim azali (71). Tak seorang Muslimpun menganut ketiga faham ini.

Selain itu mereka menafikan (tidak mengakui adanja) sifat' bagi Tuhan. Menurut mereka, Tuhan mengetahui, tetapi tidak karena ada sifat ihnu padaNja, melainkan karena dzatNja sendiri, tidak karena sesuatu sifat diluar dzatNja. Hal ini dan sebagainja tidak djauh dari faham Mu'tazilah (72) ; kita tidak mengkufurkan Mu'tazilah karena faham sematjam ini. Dalam kitab ,,Faisalut-tafriqah" (73) telah kami terangkan kelirunja orang jang lekas mengkufurkan tiap faham jang ber­lainan dengan fahamnja sendiri.

Mengenai politik, seluruh jang mereka adjarkan itu kembali kepada pokok kebidjaksanaan berhubungan dengan urusan tata-negara. Jang demikian itu mereka ambil dari kitab 2 Allah s.w.t. jang diturunkanNja kepada Nabi2, djuga dari adjaran 2

wali2 (74) Allah dimasa dahulu. Mengenai ilmu achlak, maka seluruh adjaran mereka ber­

pusat pada sifat 2 diri manusia dan kepada tabi'atnja. Djenis2-nja dan tjara memperbaikinja mereka djelaskan semuanja. Jang demikian ini mereka ambil dari adjaran ahli2 tasauwuf, ahli 2 'ibadah jang senantiasa dzikir kepada Allah, melawan hawa nafsu, tak djemu 2 taqarrub (75) kepada Allah, men.:.: 'T

20

Page 21: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

djauhi godaan dunia. Dalam mudjahadah (76) terlihat oleh para sufi dan ubbad (77) tadi tabi'at 2 baik dan buruk dari manusia, lalu mereka terangkan.

Kemudian adjaran ini diambil oleh para filsuf, mereka tjampuri dengan adjaran mereka sendiri, hingga dapat menarik banjak pengikut.

Pada masa mereka, sebagaimana pada tiap masa djuga, ter­dapat orang 2 ahli bid'ah. Allah s.w.t. tidak pemah mengosong­kan dunia ini dari orang 2 demikian itu. Mereka merupakan au tad (78), dan karena mereka turunlah rahmat bagi pen­duduk bumi. lni terdapat dalam Hadits. Rasulullah s.a.w. ber­sabda: ,,Karena merekalah kamu beroleh hudjan, dan karena mereka pula kamu mendapat rezeki." Diantara mereka itu ada­lah As-habul-kahf jang kissahnja terdapat dalam Al-Quran (79).

Karena adjaran 2 para Nabi dan para Sufi tadi oleh golongan filsuf ditjampurkan dengan adjaran mereka sendiri, maka tim­bullah dua matjam bentjana. Pertama bagi jang menerima, jang satu lagi bagi jang menolak.

Jang belakangan, jaitu bagi orang jang menolak, adalah suatu bentjana jang besar sekali. Sebagian orang 2 jang kurang tjerdas, mengira bah wa adjaran 2 jang benar tadi harus ditolak mentah 2 sadja. Alasannja tak lain dari karena ia ter­dapat dalam buku 2 filsafat, bertjampur dengan kesesatan para filsuf. Dan karena belum pernah mendengamja melainkan dari pihak filsuf sadja, maka mereka mengira adjaran itu tidak benar. Keadaan mereka ini seperti umpamanja ada seorang Muslim mendengar seorang Nasrani berkata: ,,Tiada Tuhan melainkan Allah; sedang Isa itu utusan Allah", maka ia (si Muslim tadi) menjangkalnja, dengan alasan bahwa utjapan ini keluar !dari mulut Nasrani. Ia tidak insaf bahwa kufumja Nasrani itu bukan karena utjapan ini, melainkan karena sebib lain, jaitu umpamanja ia tidak iman kepada N abi Muhammad s.a.w. Jang demikian itu adalah tabi'at orang jang kurang pengertiannja. Pandangannja ditudjukan kepada orangnja, tidak kepada pokok soalnja. Orang jang tjukup ketjerdasannja tentu-

21

Page 22: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

lah akan bersikap seperti Saijidina Ali (80) r.a. jang pernah berkata : ,,Djangan engkau mengenal hak (kebenaran) melalui orang; kenallah hak lebih dulu, dan setelah itu baru engkau mengenal siapa orangnja." Orang jang tjerdas mengenal hak lebih dulu, kemudian barulah ia mempertimbangkan pendapat orang lain untuk diterima atau ditolaknja, dengan tidak mem­perdulikan siapa orangnja. Bahkan kadang 2 ia sangat ingin meng­ambil jang hak (kebenaran) dari perkataan 2 orang jang sesaf, se-akan 2 mengambil bidji emas dari tanah. Bagi orang jang ahli, tidak mengapa ia ambil sedjumlah uang dari tukang me­malsukan uang, sebab ia tahu membedakan mana jang asli dan mana jang palsu. Akan tetapi seorang udik tidak mungkin ber­buat demikian. Orang jang tak pandai berenang djanganlah mendekati pinggir laut. Kalau anak ketjil dilarang memegang ular, maka tidak demikian tukang ular jang berpengalaman. Akan tetapi karena kebanjakan orang mengira dirinja tjukup tjerdas untuk membedakan mana jang hak dan mana jang bathil, maka sebaiknja orang awam dilarang sadja membatja buku 2 orang 2 jang sesat itu sedapat mungkin. Sebab mereka tak akan luput dari bahaja kedua jang akan kami terangkan sebagai soal pokok, meskipun mereka dapat luput dari bahaja jang baru kami terangkan itu.

Beberapa I?erkataan dalam kitab 2 karangan kami tentang rahasia 2 ilmu agama mendapat tentangan dari orang 2 jang belum tjukup kuat dalam ilmu 2 dan belum tahu seluk-beluk segala madzhab sedalam-dalamnja. Mereka mengatakan bahwa kata 2 tersebut diambil dari kata 2 filsuf2 dahulu. Padahal, se­benarnja, sebagiannja adalah dari renungan kami sendiri jang mungkin sama dengan pendapat orang 2 dahulu, dan sebagian pula dari kitab 2 sjar'ijah (81), sedang sebagian terbesar terdapat ma'nanja dalam kitab 2 sufijah, Akan tetapi meskipun andai kata semuanja itu hanja terdapat dalam buku 2 para filsuf sadja, namun kalau memang masuk di'akal dan diperkuat dengan bukti 2 jang sah serta tidak bertentangan dengan Kitab dan Sunnah (82), maka seharusnja djangan ditolak. Kalau kita me-

22

Page 23: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

nolak setiap jang hak jang pernah keluar dari mulut orang jang sesat, akan banjaklah djumlah jang hak jang akan kita buang. Bahkan akibatnja, akan kita buang beberapa ajat dari al-Quran dan beberapa hadits dari Rasulullah s.a.w., djuga banjak dari perkataan hukama, ulama dan sufijah ; sebabnja tak lain melain­kan karena pengarang buku ,,Ichwan as-Safa" (83) menjebut­nja dalam kitabnja untuk menarik orang awam (84) kepada adjarannja jang bat'hil. Hal ini lama~ akan menjebabkan kita ke­hilangan semua jang hak kalau semuanja telah dimasukkan oleh ahlil-bathil (85) kedalam buku 2 mereka. Memang orang' jang berilmu harus berbeda dari orang awam. Ia tak usah segan mengambil madu dari mangkok seorang haddjam (tukang bekam, tukang kop), sebab ia jakin bahwa mangkoknja itu tidak akan merobah hakikat madu, dan ia tidak merasa djidjik, meskipun mangkok itu biasanja untuk darah jang kotor. Jang mereka perhatikan hanjalah siapa jang berkata, bukan apa jang dikatakannja. Ini adalah suatu kesesatan jang djauh. Dan ini­lah jang kami maksud dengan bahaja penolakan.

Bahaja kedua adalah bahaja penerimaan. Orang jang mem­batj.i. buku 2 seperti ,,Ichwan as-S'afa" dan sebagainja jang di­dalamnja terdapat djuga hikmah 2 kenabian dan kata• sufijah, mungkin · ia senang, dan lalu menerimanja, dan achirnja tertarik oleh kebathilan jang ada didalamnja. Ini adalah suatu djalan jang menarik kepada kebathilan. Dan karena inilah maka orang awam harus diperingatkan supaja djangan sembarangan mem­batja buku 2 sematjam itu. Orang jang belum pandai berenang harus diberi peringatan supaja djangan sampai tenggelam. Anak ketjil harus dilarang memegang ular. Tukang ular seharusnja djangan meraba ular didepan anaknja jang masih ketjil, kalau• ia meniru perbuatannja, karena merasa dapat berbuat seperti ajahnja. Demikian pula ulama besar terhadap orang' awam. Tukang ular jang telah mengambil tirjaq (obat penawar) dari dalam ular itu boleh menolak permintaan orang ja~g memer­lukannja. Penukar uang jang berpengalaman, setelah ia dapat membedakan jang asli dari jang palsu, maka peredaran uang jang asli itu tak bolah ditolaknja. Demikianlah pula hal ulama

23

Page 24: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

dengan orang2 awam. Ulama harus mendjelaskan, bahwa ter­dapatnja jang hak dan jang bathil dalam satu buku itu tidak merobah hakikat masing2. Jang bathil tidak akan mendjadi hak, dan sebaliknja jang hak tidak akan berobah mendjadi bathil.

Hanja sekianlah jang hendak kami terangkan mengeni kerugian dan bahaja jang mungkin timbul karena filsafat.

TENTANG MAZHAB TA'LIMIJAH (86)

S'etelah selesai mempeladjari filsafat, jakinlah aku bahwa djuga filsafat tidak akan dapat memenuhi hasratku, dan bahwa akal sendirinja sadja tidak akan dapat mentjapai segala sesuatu, tak akan dapat membuka tabir segala kesulitan. Kebetulan ketika itu telah muntjul golongan Ta'limijah, dan tersiar berita bahwa mereka dapat mengetahui arti segala sesuatu dengan perantaraan seorang imam ma'sum (87), pelindung hak (ke­benaran). Segera aku mempeladjari mazhab terse but untuk mengetahui hakekatnja. Ketika itu kebetulan pula aku me­nerima tugas resmi untuk menulis sebuah kitab mendjelaskan hakekat mazhab mereka itu. Ini adalah suatu dorongan keras dari luar, disamping dorongan bathin. Segeralah aku mengum­pulkan buku 3 tulisan mereka, jang lama maupun jang baru. Segala huddjah (88) dan alasan mereka kususun se-rapi2nja agar dapat difaham se-djelas 2nja. Kemuclian kuberikan djawab se-lengkap2nja.

Beberapa orang kawan kita, karena demikian itu, tidak setudju bahwa aku terlalu mendjelaskan alasan:i mereka, sebab ini berarti membantu mereka. Sebelum itu mereka tak dapat menerangkan mazhab mereka sendiri sedjelas itu.

Keberatan ini memang dapat difahami. Oulu Ahmad ibn Hanbal (89) telah memperingatkan Haris al-Muhasibi (90) jang menulis bantahan terhadap golongan Mu'tazilah (91). Tetapi al-Muhasibi mempertahankan dengan mengatakan bahwa mem­bantah bid'ah adalah satu kewadjiban. Ahmad ibn Hanbal

24

Page 25: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

mendjawabnja: ,,Tetapi tuan memulai dengan lebih dulu menge­mukakan alasan 2 mereka jang kemudian tuan djawab. Dapatkah tulm,memastikan bahwa alasan 2 mereka itu tidak akan menarik hati sipembatja, sedang djawaban tuan tidak demikian ?"

Apa jang dikatakan oleh Ahmad ibn Hanbal ini memang benar, tetapi hanja mengenai sjubhat (92) jang belum tersiar dan belum terkenal. Kalau sudah terkenal; maka mendjawab­nja mendjadi suatu kewadjiban. Dan tak mungkin mendjawab sebelum mendjelaskan sjubhatnja lebih <lulu. Dalam pada itu kita tak usah menambah sendiri sjubhat 2 baru atas nama me­reka. Adapun aku tidak berbuat demikian. Bahkan mula'nja aku hanja mendengar sjubhat 2 mereka dari seorang sahabat, bekas penganut mazhab mereka (Ta'limijah). Dari sahabat ini aku tahu bahwa mereka mentertawakan tulisan 2 dari pem­bantah2 jang belum faham benar alasan 2 mereka itu. Ia, sahabatku tadi, dapat mendjelaskan alasan 2 mereka. Demikian­lah aku sangat teliti menerangkan lebih dulu segala alasan mereka se-djelas 2nja dengan djudjur, kemudian baru menerang­kan kekeliruan mereka.

Sebenamja alasan 2 mereka itu tidak akan dapat bertahan, kalau umpamanja tidak muntjul pembantah 2 serampangan tadi. Kelemahan pembantah 3 tersebut telah menjebabkan adjaran Ta'limijah, jang mengatakan perlu adanja mu'allim ma'sum (93) itu, menarik tidak sedikit, orang jang mengira kuatnja alasan mereka. Padahal sebenarnja tak lain hanja karena lemahnja sipembantah tadi. Memang harus diakui perlu adanja mu'allim jang ma'sum, akan tetapi mu'allim ma'sum kita ialah Nabi Muhammad s.a.w. Kalau mereka berkata. ,,Muhammad sudah mati," kita djawab : ,,Mu'allim kamu djuga ghaib" (94). Selan­djutnja kalau mereka berkata : ,,Mu'allim kami telah mem­berikan peladjaran kepada pengandjur2rlja jang tersiar di­mana2. Beliau bersedia memberikan fatwanja se-waktu 3

, djika mereka berselisih faham atau menghadapi kesulitan", kami djawab : ,,Mu'allim kami djuga telah mengadjar pengandjur1 jang tersiar pula diberbagai negeri. Beliau djuga bersedia mem­beri fatwa dan petundjuk. Sebab Allah s.w.t. berfirman: ,,Hari

25

Page 26: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

ini telah Kusempurnakan agama kamu." Dan setelah adjaran sempurna, tidak mengapa kalau Mu'allim mati atau ghaib".

Selandjutnja mereka akan berkata: ,,Bagaimanakah dapat kamu memutuskan sesuatu tentang soal jan~ belum kamu dengar dari mu'allim ? Apakah dengan nas (95), padahal kamu belum mendengarnja dari dia (mu'allim), ataukah dengan idjtihad menurut pendapat kamu sendiri, padahal ini adalah sumber perselisihan ?"

Kita djawab: ,,Kita akan berbuat apa jang tel.ah dilakukan oleh Mu'adz (96) r.a. ketika ia diutus oleh Rasulullah s.a.w. ke Jaman. Ketika itu Mu'adz memutuskan segala soal dengan nas. Kalau tak ada nas, barulah ia melakukan idjtihad. Bahkan demikian pulalah tentunja perbuatan pengandjur~ kamu sendiri kalau pergi djauh dari imam mereka. Disitu mereka tak akan dapat memutuskan segala soal dengan nas, sebab djumlah nas itu terbatas, sedang mereka tak mungkin pulang kenegeri imam mereka untuk minta petundjuk, karena tidak ada waktu. Dalam keadaan sukar menentukan qiblat, tak ada djalan me­lainkan salat dengan idjtihad. Andaikata ia pergi mendjumpai imam untuk bertanja, mana arah qiblat itu, habislah waktu jang ditentukan untuk salat itu. Idjtihad menentukan qiblat itu sebenarnja tidak selamanja tepat, tetapi ini tidak mengapa, sebab idjtihad telah dianggap oleh Sjara' sebagai djalan jang sah. Ba~i idjtihad jang tepat ada dua pahala, sedang bagi idjti­had jang tidak tepat hanja satu pahala. Djika boleh salat ber­dasarkan idjtihad tentang qiblatnja, meskipun mungkin tidak tepat, maka demikian pula halnja dalam idjtihad tentang soal~ lainnja. Djuga demikian pula hal memberikan zakat kepada seseorang jang, menurut idjtihad sipemberi, ia itu fakir, pada­hal mungkin bahkan ia itu seorang hartawan, hanja ini lepas dari tanggung-djawabnja sipemberi jang telah tjukup ber­idjtihad" (97).

Sekarang mungkin mereka masih akan berkata begini: ,,Idjtihad seseorang dapat ditentang oleh idjtihad jang lainnja."

26

Page 27: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

Djawab kita: ,,Ia diharuskan mengikuti idjtihadnja sendiri. Sama halnja dengan orang jang ber-idjtihad tentang qiblat tadi, jang harus mengamalkan idjtihadnja, m~skipun berten-tangan dengan idjtihad orang lain" (98). ·

Disini mungkin pula mereka berkata : ,,Orang muqallid (99) ikut Sjafi'i atau Abu Hanifah atau lainnja."

Djawab kita : ,,Orang jang bertaqlid tentang soal qiblat ketika soalnja mendjadi samar, kalau pendapat~ mudjtahidin (100) berlainan, apa ia perbuat? Tentu ia akan ber-idjtihad pula untuk memilih mana jang lebih utama, mana jang lebih mengenal tanda 2 arah qiblat, dan achirnja ia akan mengikuti keputusan dari idjtihadnja sendiri. Nah demikian pula me­ngenai mazhab 2

• Djadi idjtihad itu adalah satu keharusan jang diakui oleh para Nabi dan para Imam, meskipun idjtihad itu tidak selamanja benar dan tepat. Bahkan Rasulullah s.a.w. sendiri pernah bersabda begini: ,,Aku memutuskan sesuatu perkara itu menurut jang zahir, dan Allah sendirilah jang mengurus bathin." Artinja Rasulullah s.a.w. memutuskan sesuatu perkara itu menurut kejakinar~ jang timbul dari keterangan saksi, jang terkadang keterangannja tidak tepat. Djadi dalam soal2 seperti ini bahkan Nabi sekalipun tidak aman dari keadaan tak tepat, jaitu dalam soal2 idjtihad, apa pula orang 2 lainnja."

Disini mereka akan memadjukan dua pertanjaan. Pertama mereka akan berkata: ,,Faham ini djika tjotjok untuk soal2 idjtihadijah, namun se-kali 2 tak akan sesuai dalam qawa'idul­'aqaid (dasar 2 kepertjajaan keagamaan), sebab apa jang salah disini tidak akan dima'afkan. Bagaimana memetjahkan soal ini ?"

Djawab kita: ,,Qawa'idul-'aqaid sudah tjukup diterangkan oleh al-Quran dan al-Hadits. · Sedang jang bukan dasar dapat diketahui mana jang benar dan mana jang salah dengan neratja 2 jang tersebut dalam al-Quran, jaitu lima matjam jang

· telah kami tuturkan dalam kitab karangan kami ,,Al-Qistas al-Mustaqim" (Neratja jang adil)" (101).

Sekiranja mereka berkata : ,,Lawan 2 tuan berpendapat lain mengenai neratja itu," maka kita djawab: ,,Tidak mungkin

27

Page 28: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

demikian, kalau neratja tadi difahamkan benar 1• Sedang kaum

Ta'limijah sendiri tidak menentangnja, sebab neratja tersebut diambil dari al-Quran djuga. Tidak pula ditentang oleh ahli 2

mantik, sebab tjotjok dengan sjarat 2 mantik. Djuga tidak di­tentang oleh Mutakallimin (102), sebab sesuai dengan dasaz' jang mereka tetapkan untuk mentjapai jang hak."

Djika mereka berkata: ,,Kalau tuan mempunjai neratja demikian, mengapakah tuan tidak melenjapkan pertentangan diantara manusia ?", aku djawab: ,,Kalau pendjelasanku benar' difahamkan, lenjaplah pertentangan. Telah kuterangkan tjara melenjapkan pertentangan itu dalam kitabku ,,al-Qistas al­Mustaqim". Peladjarilah kitab tersebut agar dapat mejakini bahwa neratja tadi pasti dapat melenjapkan pertentangan kalau difahamkan benar'. Akan tetapi, sajang, tidak semua orang dapat memahamkannja. Namun sebagian mereka telah dapat memahamkannja, maka lenjaplah pertentangan diantara mereka. Demikian pula imam kamu, rupanja ingin sekali me­lenjapkan pertentangan, hanja ia tidak berhasil menginsafkan mereka jang bertentangan itu. Apa sebabnja maka ia tak dapat melenjapkan pertentangan itu? Mengapa 'Ali (103) r.a.pun tidak dapat berbuat demikian, padahal beliau imam bagi segala imam ? Dapatk.ah beliau, umpamanja, menginsafkan orang dengan kekerasan? Mengapa imam kamu hingga kini tidak ber­buat demikian? Sampai bilakah jang demikian itu akan di­undurkannja? Apa jang terdjadi diantara manusia karena adjaran kamu itu selain dari bertambahnja pertentangan dan makin banjaknja lawan ? Dari pertentangan faham itu, dulu tidak pemah dikuatirkan pertumpaha:n darah, keruntuhan negara, tambah banjaknja anak 2 piatu, penggarongan, peram­pasan harta benda dan lain 2

• Akan tetapi sekarang, dengan ,,berkat" adjaran kamu untuk melenjapkan pertentangan itu, telah terdjadi apa jang belum pemah terdjadi dahulu."

Sekarang mereka akan berkata : ,,Orang jang bingung melihat simpang-siumja mazhab 2 (104) dan pendapat 2 itu tidak diharuskan memahami hanja pendapat tuan sadja, sedang disamping tuan ada lawan 2 jang tidak sependapat dengan tuan. Dan disini tak ada bagi tuan hak istimewa."

28

Page 29: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

Itulah pertanjaan mereka jang kedua. Atas pertanjaan ini aim mendjawab : ,,Soal ini, pertama, akan berbalik kepada tuan' sendiri. Kalau orang jang sedang bingung tadi tuan' adjak berpihak kepada tuan2, maka ia akan berkata : ,,Dengan alasan apa tuan 2 mendjadi lebih utama daripada lawan tuan 2

,

padahal kebanjakan ulama menentang tuan 2 ?" Saja ingin tahu bagaimana djawab tuan 2

• Apakah tuan 2 akan mengatakan bahwa imam tuan 2 telah dikuatkan oleh sesuatu nas (105) ? Dapatkah ia pertjaja kepada nas jang tuan 2 katakan, sedang ia tidak pernah mendengarnja dari Rasulullah s.a.w. (106), hanja men­dengarnja dari mulut tuan' sadja, padahal para ulama sepen­dapat bahwa jang demikian itu hanjalah isapan djempol belaka. Meskipun andai kata ia menjerah, tidak membantah adanja nas tadi, namun kalau ia belum iman kepada Kenabian dan lalu ia berkata : ,,Taruhlah andaikata imam tuan' itu mem­punjai mu'djizat seperti Nabi Isa a.s. dan lalu, untuk mem­buktikan benarnja, ia menghidupkan kembali ajahku jang telah mati; hal itu bagiku bukanlah satu bukti bahwa ia (imam tuan 2

) itu benar' bukan pendusta ! Mu'djizat sematjam itu djuga tidak dapat membikin semua orang pertjaja kepada Nabi 'Isa a.s. Ja, bahkan timbul pertanjaan' sulit, jang tak dapat di­djawab, melainkan dengan pertimbangan akal, sedang pertim­bangan akal itu tidak berharga bagi tuan 2

• Orang tak akan tahu bahwa mu'djizat itu menandakan benarnja seorang nabi sebelum dapat membedakan antara sihir dan mu 2djizat dan sebelum jakin bahwa Allah tidak akan menjesatkan hamba 2Nja. Sedang pertanjaan tentang soal ,,menjesatkan" dan betapa sukar mendjawabnja adalah satu hal jang terkenal. Bagaimanakah tuan 2 menghadapi semua itu? Sedangkan ima~ tuan 2 tidak lebih berhak daripada lawan2nja untuk diturut begitu sadja. Ia akan terpaksa kembali kepada alasan 2 'aklijah (107) jang telah tuan 2 ingkari. Dalam pada itu lawan~njapun· dapat mengemuka­kan alasan' 'aklijah jang setaraf atau bahkan lebih kuat."

Bagi mereka pertanjaan ini adalah laksana sendjata makan tuan. Akan sia2Iah segala usaha mereka untuk mendjawabnja.

29

Page 30: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

Kemenangan mula 2 dari kaum Ta'limijah itu disebabkan kelemahan lawan 2 jang mendjawab segala pertanjaan mereka, sehingga perdebatan mendjadi pandjang dan ber-laruf-1. Pada­hal pertanjaan 2 itu seharusnja dibalikkan kepada mereka hingga merupakan sendjata makan tuan.

Terhadap orang jang bingung seperti tjontoh tadi, kita aarus tahu apa jang membingungkannja. lbarat orang sakit, harus diketahui lebih dulu apa penjakitnja. Tidak ada obat jang dapat menjembuhkan segala penjakit. Setiap penjakit ada obatnja sendiri.

Kalau soalnja sudah tentu, baru kita dapat mendjelaskannja, t:nempergunakan kelima neratja jang tentu diakui oleh tiap orang jang memahaminja. Ini telah kami terangkan dalam kitab kami jang bernama ,,al-Qistas al-Mustaqim," sebuah risalah ketjil kira 2 20 lembar. Hendaknja kitab ini dipeladjari dengan teli ti.

Disini kami tidak bermaksud menerangkan kesesatan mazhab Ta'limijah itu, sebab telah tjukup kami terangkan dalam kitab kami ,,Al-Mustazhhiri" (108) sebagai jang pertama diatas; kedua dalam kitab kami ,,Huddjatulhaq" (109), jaitu djawaban · terhadap utjapan 2 mereka jang sampai kepada kami kc.tika di Bagdad ; ketiga dalam kitab kami ,,Mufassilul-Chilaf (110) jang terdiri dari 12 fasal untuk mendjawab kata 2 mereka jang sampai kepada kami ketika di Hamadzan; keempat dalam kitab kami ,,Ad-Durdj" (111) jang mengandung djidwaP, pembantah alasan' lemah dari mereka jang sampai pada kami di Tus ; kelima dalam kitab kami ,,Al-Qistas al-Mustaqim" (112), jang berupa kitab tersendiri, bertudjuan menerangkan neratja bagi ilmu 2

itu dan mendjelaskan tidak perlu adanja imam ma'sum (113) bagi orang jang memahami neratja tersebut.

Jang dimaksud sekarang ini hanjalah sekedar menjatakan bahwa adjaran mereka (kaum Ta'limijah) itu tidak dapat me­muaskan hasrat orang jang ingin pendjelasan jang melenjapkan segala ke-ragu 2an, ingin melepaskan dirinja 'dari kegelapan jang disebabkan oleh simpang-siurnja berbagai pendapat.

30

Page 31: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

Meskipun demikian, tak urung kami terus menanggap mereka. Mula 2 tidak kami bantah anggapan mereka bahwa harus ada seorang mu'allim ma'sum (~uru jang terpelihara dari salah) itu, dan djuga kami tidak membantah pengakuan mereka bahwa mu'allim tersebut ialah jang ditentukan oleh mereka sendiri. Kemudian, mereka kami tanjai, ilmu mana­kah jang telah mereka peroleh dari mu'allim tersebut. Dan selandjutnja lalu kami kemukakan beberapa pertanjaan, jang mereka tidak sanggup memahaminja, djangankan memetjah­kannja. Ketika mereka telah merasa tidak mampu menghadapi soal2 tadi, lalu mereka mengatakan, harus diserahkan sadja kepada imam mereka jang ghaib itu, jang harus ditjari. Achir­nja, setelah habis wnur mentjarinja, tiada memperoleh apa 1

Seperti orang jang badannja kotor kena nadjis, dengan susah pajah mentjari air, namun badan tetap kotor djuga, sebab setelah dapat air itu tak dipergunakannja.

Ada djuga diantara mereka jang mengatakan telah men­dapatkan ilmu itu. Jang dibanggakannja itu sebetulnja hanja­lah bagian jang lemah dari filsafat Pythagoras, filsuf lama jang adjarannja paling lemah. Pythagoras ini telah dibantah oleh Aristoteles jang memandang adjarannja tak berharga. Hal ini diterangkan dalam buku ,,Ichwan as-Safa." Filsafat Pythagoras paling rendah nilainja. Sungguh aneh, umur habis mentjari mu'allim ghaib, achirnja merasa puas dengan adjaran matjam itu sadja dan mengiranja puntjak segala ilmu.

Mereka itu telah kami udji, baik lahir maupun batin, maka temjatalah mereka hanja mengabui mata orang awam, agar ia pertjaja akan perlu adanja mu'allim ghaib itu. Akan tetapi, setelah si awam pertjaja, mereka tak dapat menerangkan, apa sebenarnja jang telah diadjarkan oleh mu'allim ghaib itu. Dan kalau didesak, mereka hanja mendjawab begini: ,,Kalau tuan sudah setudju, silahkan sendiri mendjari mu'allim ghaib itu. Togas kami telah selesai."

Mereka insaf, kalau lebih dari itu, akan tampaklah kelemahan

11

Page 32: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

mereka. Terlalu lemah untuk dapat mendjawab pertanjaan atau memetjahkan soal.

Demikianlah keadaan mereka jang sebenarnja. Tjobalah berkenalan dengan mereka, tentu djemu. Dan oleh karena telah tjukup mengenal, maka mereka kami tinggalkan.:

DJALAN SUFIJAH

Setelah itu, maka perhatianku berpusat kepada djalan Sufijah. Njata sekali, djalan ini takkan dapat ditempuh melain­kan dengan ihnu dan 'amal.

Pokoknja harus menempuh tandjakan 2 bathin dan mem­bersihkan diri. Hal ini perlu untuk mengosongkan bathin dan kemudian mengisinja dengan zikir (114) kepada Allah Ta'ala.

Bagiku ilmu lebih mudah daripada amal. Maka segeralah aku memulai dengan mempeladjari ilmu mereka, membatja kitab 2 mereka, antara lain kitab ,,Qutul-Qulub" (115) karangan Abu Thalib al-Makki (116) dan kitab 2 karangan Al-Haris al­Muharibi (117) dan utjapan 2 Al-Djunaid, Asj-Sjibli, Abu Jazid al-Busthami (118) dan lain 2

• Dengan itu dapatlah aku me­mahami tudjuan mereka. Pendjelasan lebih djauh kudengar sendiri dari mulut mereka. Jang lebih dalam lagi hanja dapat ditjapai dengan zauq (119), pengalaman dan perkembangan bathin. Djauh nian perbedaan antara mengetahui arti sehat · atau kenjang dengan mengalami sendiri rasa sehat dan kenjang itu. Mengalami mabuk lebih djelas daripada hanja mendengar keterangan tentang artinja. Pada hal jang mengalaminja mungkin belum mendengar sesuatu keterangan tentang dia. Tabib jang sedang sakit tahu banjak tentang sehat, tetapi ia sendiri sedang tidak sehat. Tahu arti dan sjaraf zuhud (120) tidak sama dengan bersifat zuhud.

Jang penting bagi mereka adalah pengalaman, bukan per­kataan. Apa jang dapat ditjapai dengan ilmu telah kutjapai. Selandjutnja harus dengan zauq dan suluk (121).

32

Page 33: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

Ilmu 2, sjar'ijah (122) dan 'aqlijah (123), telah memperkuat

imanku kepada Allah Ta'ala, kepada Nabi dan Hari Kemudian. Tak· terhitung buktf' dan sebab 2 jang menjebabkan kuatnja imanku itu. Aku insaf, bahwa hanja taqwa dan menguasai

. nafsu itulah djalan satu 2nja untuk mentjapai bahagia jang abadi. Pokoknja melepaskan bathin dari belenggu dunia (124) untuk penuh' menghadap kepada Allah Ta'ala. Aku tahu, itu tak mungkin sebelum terlepas dari pengaruh kedudukan dan harta beserta godaan dan rintangan lainnja.

Aku lihat, diriku tenggelam dalam samudera godaan dan rintangan. Segala pekerdjaanku - dan jang terbaik ialah mengadjar dan mendidik - kutindjau se-dalam 2nja. Djelas, aku sedang memperhatikan beberapa ilmu jang tidak penting 'lintuk perdjalanan ke Achirat. Apa niat dan tudjuanku dengan mengadjar dan mendidik, njatalah tidak sebenamja ichlas jang mumi karena Allah Ta'ala, melainkan ditjampuri oleh pengaruh ingin kepada kedudukan dan kemasjhuran. Maka terasalah kepadaku bahwa aku sedang berdiri dipinggir djurang jang tjuram, diatas tebing terdjal jang hampir gugur. Aku akan djatuh keneraka djika tidak segera merobah sikap.

Lama djuga aku berpikir. Maka timbullah keinginan hendak meninggalkan kota Bagdad dengan kesenangannja ; namun ke­mudian urung djuga, hati masih ragu 2

• Keinginan keras di­waktu pagi untuk menuntut bahagia abadi, mendjadi lemah dipetang harinja. Nafsu duniawi menarik hatiku kearah kedu­dukan, nama dan pengaruh; namun iman berseru: ,,Ber-siap 2

-

lah1 umur hampir berachir, pada hal perdjalanan sangat djauhnja; ilmu dan amalmu, hanjalah sombong dan pura 2

;

dj ika tidak sekarang, bilakah akan bersiap ?" Kemauan bertambah keras untuk membebaskan diri, namun

setan kembali pula. ,,Ini hanja pikiran sementara", kata setan, ,,9jangan diturut adjakannja; sajang, djangan kautinggalkan kedudukanmu jang tiada taranja ini, kelak engkau akan me­njesal, tak mudah kembali kepadanja."

Lama djuga aku terumbang-ambing antara dunia dan achirat, hampir enam bulan, jaitu sedjak bulan Radjab tahun 488. Achirnja keadaan telah memuntjak, tak dapat lagi melakukan

33

Page 34: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

tugas mengadjar. Untuk menjenangkan para mahasiswa, aku memaksa diri mengadjar, namun sepatah katapun hampir tak dapat keluar dari mulutku. Hal ini sangat menjedihkan. Nafsu makanpun hilang, kesehatan merosot. Achirnja para dokter­pun merasa putus asa. Untuk penjakit didalam hati tiada lain obatnja melainkan istirahat, membebaskan hati itu dari segala jang mengganggunja, kata mereka.

Dengan segenap djiwa, hatiku mendjerit kepada Tuhan Jang Pengasih dan Penjajang. Dan achirnja permohonanku pun ter­kabullah, dan relalah hati meninggalkan Bagdad, tempat ke­muliaan, keluarga dan handai taulanku.

Aku berbuat se-akan 2 hendak berziarah ke Makkah, pada­hal tudjuanku negeri Sjam. Aku kuatir kalau Chalifah dan beberapa kenalanku tahu akan maksudku hendak tinggal di­tanah Sjam. Achirnja berhasillah aku keluar dari Bagdad dengan tidak menggemparkan, dan dengan niat tidak akan kembali lagi se-lama 2nja.

Penduduk Irak tidak akan membenarkan tindakanku ini. Tak seorangpun mengira bahwa niatku meninggalkan kedu­dukan tinggi di Bagdad itu berdasarkan pertimbangan agama, sebab, pada anggapan mereka, kedudukanku tadi adalah ke­dudukan jang tertinggi dalam agama. Hanja sampai disitulah pandangan mereka.

Ber-matjam 2Iah dugaan mereka. Orang2 jang djauh dari Irak mengira ada keretakan dalam hubunganku dengan pemerintah Irak. Tetapi orang jang tahu betapa besar penghormatan pe­merintah kepadaku, meskipun aku tidak mendekat kepadanja, hanja berkata, sudah takdir Ilahi, tak ada sebab musababnja melainkan orang Islam dan · ahli ilmu telah kena 'ain (125).

Demikianlah aku meninggalkan Bagdad, ibu kota Irak. Plarta benda habis ku-bagi2kan, ketjuali sedikit untuk bekal didjalan dan untuk nafkah anak 2 jang masih ketjil. Karena kekajaan tanah Irak itu wakaf bagi ummat Islam, maka seorang 'alim boleh mengambil dari hasil wakaf tersebut sekedarnja untuk dirinja sendiri beserta keluarganja. Untuk alim ulama tak ada jang lebih baik dari pada kekajaan wakaf Irak itu.

84

Page 35: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

Ditanah S'jam aku tinggal kira 9 dua tahun, melakukan 'uzlah (126), chalwah (127), riadlah (128) dan mudjahadah (129), menurut tasauwuf jang telah kupeladjari itu. Semua itu untuk mendjernihkan ba~hin, agar supaja mudah berzikir kepada Allah s.w.t. sebagaimana mestinja.

Lama aku ber-i'tikaf di Masdjid kota Damsjik, diatas menara sepandjang hari dengan pintu tertutup. Dari Damsjik aku pergi ke Baital-Makdis, dimana setiap hari aku masuk Qubbatus­Sachrah (130) dan tinggal disitu dengan pintu tertutup. Achir­nja timbullah keinginan dalam hatiku untuk 'ibadah haddji, berziarah ke Makkah, Madinah dan makam Rasulullah s.a.w., jaitu setelah selesai ziarah kemakam Al-Chalil (131) a.s. De­mikianlah aku pergi ketanah Hidjaz.

Kemudian, karena rindu dan ingin melihat anak:i, pulang­lah aku kembali kerumah, suatu keadaan jang dulunja tak pernah terlintas dalam hatiku. Meskipun begitu, namun aku tetap ber-'uzlah, berchalwah, mendjernihkan bathin untuk zikir. Berbagai peristiwa masa, urusan keluarga dan keperluan hidup, mempengaruhi tudjuan dan merintangi kedjemihan chalwah. Hanjalah se-waktu 2 sadja dapat kesempatan jang sempuma, namun tak putus asa, dan chalwah dapat djuga didjalankan. Jang demikian itu berlaku kirai· sepuluh tahun.

Selama waktu berchalwah itu, terbukalah bagiku rahasia jang tak terhitung djumlahnja, tak mungkin di-istiqsa (132). Jang akan kukatakan - untuk diambil manfaatnja - ialah, aku jakin benar', kaum Sufijah itulah jang betuI2 telah me­nempuh djalan jang dikehendaki Allah Ta'ala. Merekalah golongan jang paling utama tjara 2 hidupnja, paling tepat tindak lakunja dan paling tinggi budi pekertinja. Bahkan andaikata akal para 'uqala (133), hikmat (134) para hukama (135) dan ihnu para 'ulama (136) jang tahu rahasia sjara' (137), semua itu dihimpunkan untuk mentjiptakan tjara jang lebih utama dari pada tjara Sufijah itu, tiadalah akan memberi hasil ; sebab segala gera_k-gerik mereka (kaum Sufijah), baik lahir maupun bathin, diterangi sinar dari Tjahaja Kenabian. Didunia tak ada

35

Page 36: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

tjahaja jang lebih terang dari padanja. Pendeknja, apakah jang dikatakan orang tentang suatu djalan jang dimulai - sebagai sjarat pertama - dengan membersihkan hati, mengosongkannja sama sekali dari segala sesuatu selain Allah Ta'ala ? Sedang kuntji pembuka pintunja, laksana takbiratul-ihram (138) · bagi sembahjang, ialah istighraq (139) hati dengan zikir {140) kepada Allah. Dan achirnja sama sekali fana (141) pada Allah Ta'ala : Keadaan fana ini penutup bagi taraf pertama, jang hampir masih dalam batas ichtiar dan kasab (142). Padahal ini sebenarnja, merupakan permulaan tarikat (143), sedang jang sebelumnja itu hanjalah merupakan dihliz (djalan ketjil) mcnudju kepadanja. Dari awal tarikat ini mulailah peristiwa'. mukasjafah (144) dan musjahadah (145), hingga achirnja dalam keadaan djaga mereka dapat melihat malaikat (146) dan arwah (147) para nabi (148), mendengar suara mereka dan mendapat peladjaran dari mereka. Dari tingkat ini, ia naik pula ke­beberapa tingkatan jang meninggi djauh diatas ukuran kata'. Tiap usaha untuk melukiskannja dengan kata' tentulah akan sia~, sebab setiap kata jang dipakai pastilah mengandung salah faham (149) jang tak mungkin menghindarkannja.

Achirnja sampailah ia kederadjat jang begitu ,,dekat" (kepadaNja) hingga ada orang jang hampir mengiranja hulul (150), atau ittihad (151), a tau wusul (152). Semua kiraan itu salah, dan ini telah kami terangkan dalam karangan kami ,,Al-Maqsidul-Aqsa" (Tudjuan Terachir). · Barangsiapa menga­laminja, hanja akan dapat mengatakan, bahwa itu suatu hal jang tak dapat diterangkan, indah, baik, utama, dan djangan­lah lagi bertanja.

Pendeknja, barangsiapa belum dikaruniai Tuhan menga­laminja, belumlah ia mengenal hakekat Kenabian, lebih dari namanja belaka. S'ebenarnja, karamat aulia (153) adalah bidajat anbia (154). Jang demikian itu adalah hal Rasulullah s.a.w. ketika berchalwat (155) dibukit Hira, hingga orang 1 Arab berkata, Muhammad ,,djatuh tjinta" kepada Tuhannja. ~al ini dapat difaham dengan zauq (156) oleh orang jang nielalui dja- ·

36

Page 37: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

lannja. Adapun orang jang belum mengalaminj;,ipun dapat djuga memahami sekedarnja dengan sering bergaul dengan kaum Sufijah itu atau dengan membatja uraian' seperti jang ada pada karangan kami ,,'Adja-ibul-Qalb" (Ke'adjaiban Hati), jaitu sebagian dari kitab kami ,,lhja 'ulumiddin" (Usaha Menghidup­kan Ilmu' Agama). Mentjapai sesuatu pengertian dengan alasan dan bukti dan keterangan adalah ilmu namanja; menialaminja bernama iauq ; dan menerimanja karena pertjaja iman. Djadi adalah tiga deradjat. (,,Orang2 jang iman dan orang 2 jang diberi ilmu diangkat oleh Allah beberapa deradjat" (157). Diluar mereka adalah orang3 djahil (158), menolak semua itu da:ti dasarnja dan merasa heran mendengar tjeriteranja. Mendengar sambil mengedjek dan menganggapnja sebagai omong kosong. Tentang mereka itu Allah Ta'ala berfirman: ,,Diantara mereka ada jang mendengarkan perkataanmu, tetapi setelah keluar dari tempat­mu, mereka bertanja kepada orang3 jang dianugerahiNja penge­tahuan : Apakah jang dikatakannja tadi itu ? Merekalah jang hatinja telah ditjap oleh Allah dan mengikuti hawa nafsu. Maka Ia telah mendjadikan mereka tuli dan buta" (159).

Setelah menempuh djalan Sufijah itu, djelaslah bagiku hakekat Kenabian dan chasiatnja (160). Perlu rasanja diterang­kan · pokok soalnja karena harus diketahui.

;

Tentang Hakekat Kenabian Dan Perlunja Ba,ri Seluruh Manusia

Manusia itu, pada asal mulanja, kosong dan sederhana, tidak mempunjai pengertian tentang alam semesta (161) tjiptaan Allah Ta'ala. 'Alam semesta itu amat banjak, tak terhitung djumlahnja, Allah djua jang tahu. ,,Tak ada jang tahu berapa lasjkar Tuhanmu melainkan Dia" (162), demikian firmanNja. Manusia hanja dapat mengenal 'alam itu dengan perantaraan idrak (163). Tiap idrak merupakan alat untuk mengenal satu 'alam diantara 'alam 2 tadi. Mula 2 manusia beroleh alat perasa

37

Page 38: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

tubuh untuk mengenal 'alam panas, dingin, basah, kering, lemas, kasar dan lain 9

Perasa tubuh ini tak dapat mentjapai 'alam warna atau 'alam suara, jang baginja se-akan 2 tidak ada. Kemudian manusia dianugerahi Allah qengan penglihatan untuk mengenal warna dan bentuk, satu 'alam jang paling luas diantara 'alam 2 pan­tjaindera, Setelah itu Tuhan memberinja pendengaran, untuk mengenal 'alam suara. Lalu manusia dilengkapiNja dengan perasa-lidah_. Demikianlah hingga ia melalui batas pantjaindera dan timbul kekuatan pertimbangan setelah berusia ± tudjuh tahun. Ini satu taraf baru, dimana ia dapat mengenal apa 2 di­luar 'alam pantjaindera. Kemudian naiklah ia ketingkat jang lebih tinggi, dimana ia oleh Allah Ta'ala dikaruniai 'akal (164) untuk mengetahui hukum wadjib, djaiz dan mustahil (165) beserta lain 2 ma'na jang tak ada pada taraf 2 sebelumnja. Ke­mudian ada pula tingkat lebih tinggi lagi, dimana bagi manusia terbuka mata baru untuk melihat 'alam ghaib (166), masa depan dll. 'Akal tak dapat sampai ke 'alam ghaib, sebagaimana tamjiz (tenaga pertimbangan pada kanak 2

) tak dapat sampai ke 'alam 'akal, sedang pantjaindera tak dapat mentjapai 'alam tamjiz.

Anak jang baru bertamjiz tidak akan mengakui 'alam jang dikenal oleh 'akal ; orang jang hanja ber'akal sadja tak dapat mengenal 'alam jang dikenal oleh Kenabian. Sebabnja tak lain karena ia belum sampai kepadanja, se-akan 2 belum berwudjud baginja, djadi dikiranja memang tidak ada. Orang jang buta sedjak lahirnja, kalau ia belum mendengar sesuatu tentang warna dan bentuk, tidak akan mudah menerima keterangan tentang 'alam warna dan bentuk ini. Untuk lebih mudah, ambil­lah hal mimpi sebagai misal. Orang jang tidur dapat melihat apa jang akan terdjadi dimasa depan terang2an atau berupa perumpamaan jang dapat diartikan dengan ta'bir (167). Hal ini tidak akan diterima oleh orang jang umpamanja belum pernah tidur, bahkan belum pernah melihat orang jang tidur. Kalau kepadanja dikatakan : ,,Ada manusia jang dapat melihat apa 2 jang ghaib ketika ia berbaring tak sadar dan hampir

38

Page 39: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

seperti orang mati", tentu la tidak akan pertjaja. Alasan penola­kannja ialah, manusia tak dapat melihat jang ghaib diwaktu matanja melek serta lain 2 pantjainderanja sedang aktip, apalagi kalau sedang non-aktip. Akan tetapi alasan ini dibantah oleh kenjataan.

Kalau 'akal merupakan satu tingkat dimana manusia dapat melihat 'alam jang tak dapat dikenal oleh pantjaindera, maka Kenabian adalah tingkat lebih tinggi dimana manusia dapat meUhat 'alam ghaib beserta rahasia 2 lainnja jang tak dapat diliha-t oleh 'akal.

Ke-ragu 2an terhadap Kenabian itu mengenai tiga soal. Per­tama apakah peristiwa Kenabian ini mungkin ? Kedua apakah - andai kata mungkin - memang pernah terdjadi? Ketiga, andai kata terdjadi, apakah si PolM itu benar 2 nabi?

Bukti jang menundjukkan mungkinnja, bahkan terdjadinja, ialah: didunia ini terdapat pengetahuan~ jang tak mungkin tertjapai oleh 'akal sendiri. Diantara lain misalnja ilmu thib (kedokteran) dan ilmu mengenai bintang 2

, Orang jang menje­lidiki kedua ilmu ini akan jakin bahwa ilmu 2 iematjam ini tak mungkin tertjapai melainkan dengan ilham (168) dan taufiq (169) Ilahi, tak mungkin dengan tadjribah (pertjobaan, penga­laman) sadja. Diantara peristiwa 2 bintang ada jang hanja ter­djadi sekali dalam tiap sQl"ibu tahun.

Dapatkah ini tertjapai dengan tadjribah (170) ? Demikian pula halnja dengan chasia.t obaf. Njatalah bahwa mungkin adanja djalan untuk mengetahui rahasia 2 jang tak dapat di­tjapai oleh akal. Djalan inilah jang dimaksud dengan Kenabian. Lebih tepat, bukan itu sadja jang dimaksud dengan Kenabian melainkan itu adalah salah satu dari chasiaf atau sifat 2 jang chas bagi Kenabian itu. Banjak benar sifafnja jang chas itu. Apa jang kami sebutkan itu hanjalah setetes dari samudera Kenabian itu. Dan jang demikian itu kami sebut, karena pada dirimu terdapat tjontohnja, jakni apa 2 jang engkau lihat di­waktu tidur ; dan disamping itu ada pengetahuan 2 jang sedjenis dengan itu; jakni dalam ilmu thib dan ilmu mengenai bintan~.

39

Page 40: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

Jang demikian itu termasuk mutdjizat para nabi'. Tak dapat ditjapai dengan alat akal se-mata 1

Sifat' chas lainnja bagi Kenabian hanja dapat dikenal dengan zauq, dengan menempuh djalan tasauwuf. Bahkan jang sekedar tadi itupun engkau hanja dapat memahaminja dengan tjontoh jang dapat engkau alami, jakni dalam mimpi. Andai kata tidak ada tidur beserta mimpinja, tentu tak akan dapat engkau memahaminja. Dan bagaimana akan mempertjajai kalau belum memahaminja. Tjontoh tadi itu terdjadi pada permulaan djalan tasauwuf, dan menimbulkan zauq ala kadarnja. Dengan itu pula timbul sematjam tasdiq (pertjaja) kepada peristiwa lain jang sematjam itu. Sifat chas jang satu ini tjukup bagimu

untuk iman kepada pokok soal Kenabian.

Selandjutnja, djika engkau ragu terhadap seorang tertentu, apakah ia benar 2 nabi atau hanja penipu belaka, maka untuk mejakinkan benar tidaknja itu, diselidiki hal-ihwalnja dengan melihatnja sendiri atau mempeladjari sedjarahnja serta hasiI2 perbuatannja. Melalui ilmu thib, dapat engkau mengenal tabib; dan melalui ilmu fiqh dapat mengenal faqih (171). Dengan melihat ahwal (keadaan2) atau mendengar aqwal (kata 2

), engkau dapat mengenal mereka.

Engkau dapat mengenal Sjafi'i sebagai faqih dan Galenus sebagai tabib, dengan sedikit mempeladjari ilmu fiqh dan ilmu thib, lalu membatja kitab 2 karangan kedua ahli tersebut. Begitu pula djika engkau telah faham arti kenabian, hendaklah se­landjutnja banjak memahami isi Al-Quran dan Al-Hadist, jang pasti akan menimbulkan kejakinan bahwa Muhammad s.a.w. menempati tingkat Kenabian jang tertinggi, dan selandjutnja perkuatlah kejakinan ini dengan meng'amalkan ibadah jang diandjurkannja untuk mendjernihkan bathin. Disitu akan njata kepadamu, betapa tepat sabdanja : ,,Barang siapa meng'amalkan ilmu jang telah didapatnja, nistjaja ia akan diberi Allah ilmu jang belum diketahuinja". Dan alangkah tepat sabdanja: ,,Barang siapa membantu orang jang zalim, akan djatuhlah ia

40

Page 41: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

dibawah kekuasaannja". Dan tak dapat dimungkiri kebenaran

sabdanja : ,,Barang siapa segenap perhatiannja berpusat pada

Jang Satu, nistjaja dibebaskan Allah Ta'ala ia dari segala ke­

kuatiran dunia dan achirat''.

Djika engkau telah mengalami kebenaran demikian seribu,

duaribu, bahkan be-ribu' kali, timbullah padamu ilmu daruri (172) jang sangat djelas sekali.

Dari djalan inilah hendaknja engkau mentjari kejakinan

mengenai Kenabian, bukan dari peristiwa tongkat mendjadi ular

atau bulan terbelah dua. Sebab, mu'djizat sematjam ini, djika

disampingnja tak ada banjak tanda' lainnja jang tak terhitung

lagi, mungkin disangka sebagai sihir atau sunglap, termasuk

penjesatan dari pada Allah, sebab Ia ,,membiarkan sesat barang­

siapa kehendakNja, dan memberi petundjuk barang siapa

kehendakNja" (173).

Disini engkau berhadapan dengan soal mu'djizat. Djika

imanmu hanja berdasarkan susunan kata jang mempertahankan

mu'djizat sebagai bukti benamja seseorang nabi, maka imanmu

ini akan berobah setelah mendengar susunan kata lawan jang

menentang. Hendaknja mu'djizat sematjam tadi itu hanja di­

anggap sebagai salah satu sadja diantara tanda 2 dan buktf?

jang banjak itu dalam renunganmu, hingga timbul ilmu daruri

jang tak dapat lagi disebut dasar2nja satu demi satu karena

banjaknja. Halnja sebagai orang jang mengetahui sesuatu karena

berita mutawatir (174). Inilah iman jang kuat atas dasar ilmijah.

Akan tetapi zauq adalah berlainan sifatnja, sebab zauq itu

seperti melihat dengan mata kepala atau memegang dengan

tangan sendiri, dan hal ini hanja terdapat pada djalan tasauwuf.

Mengenai hakekat Kenabian, tjukuplah sekedar ini untuk

tudjuan jang aku maksudkan sekarang ini. Selandjutnja akan

kuterangkan perlunja petundjuk Nabi bagi seluruh manusia.

41

Page 42: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

APA SEBABNJA KEMBALI MENJEBARKAN ILMU

Selandjutnja, aku terus-menerus melakukan 'uzlah dan chalwah dalam lebih kurang sepuluh tahun. Diwaktu itu djelaslah bagiku berbagai rahasia jang tak terhitung lagi, baik dengan zauq, maupun dengan ilmu burhani (175), at.au dengan kabul imani (176). Diantara lain djelaslah bahwa manusia itu didjadikan oleh Tuhan dari badan dan kalbu. Dengan kata ,,kalbu" kumaksud­kan hakekat ruh, tempat ma'rifat kepada Allah Ta'ala. Djadi bukan jang berupa daging dengan darah, jang terdapat pula pada bangkai dari binatari.g. Dan djelas pula padaku bahwa se­bagaimana badan ada sehat dan sakit, begitu pula kalbu. Jang selama( ,,hanjalah orang jang datang kepada Allah dengan hati jang sehat" (177). Penjakit dihati menjebabkan tjelaka abadi. Tentang ini Allah Ta'ala berfirman: ,,Dalam hati mereka ada penjakit" (178). Djelas pula bagiku, bahwa djahl (179) akan Allah Ta'ala adalah ratjun jang membawa maut, dan ma'siat kepadaNja adalah penjakit jang berbahaja; sebaliknja ma'rifat kepadaNja adalah tirjaq (obat penawar) jang menghidupkan hati, dan ta'at menjembuhkan penjakitnja. Selandjutnja djelas pula, hati jang tidak sehat memerlukan obat tertentu. Kalau obat untuk badan djasmani mempunjai chasiat jang tak dapat diketahui dengan akal pikiran, dan dalam hal itu kit.a hanja pertjaja kepada para dokter jang Hrnunja tentang chasiat obat" sebenarnja warisan dari nabi2, jang mendapatkan pan­dangan at.as segala sesuatu dengan pandangan kenabian, maka djelas pulalah bagiku bahwa obat 2 rohan~ jaitu 'ibadat 2 dengan tjara 2 tertentu menurut adjaran para nabi pula, tidak dapat diterangkan setjara 'akliah tentang pengaruh dan chasiatnja; mengenai itu kit.a hanja pertjaja kepada Nabi jang dapat me­lihat chasiatnja dengan nur Kenabian, bukan dengan alat akal. Kalau obat 2 untuk badan djasmani terdiri dari ber-matjam' bahan jang ber-beda 2 timbangan dan ukurannja, dan tiap 2 itu mengandung rahasia sesuai dengan chasiatnja masing3, maka demikian pufa halnja dengan obat 2 bathin (ibadat 2

) jang ter­diri dari ber-bagai 2 perbuatan jang ber-lainll matjam dan ukurannja, sudjud lebih banjak dari pada ruku', salat Subuh hanja seperdua dari salat Asar dan lain 2

; segala itu memang

42

Page 43: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

acla rahasianja, clan termasuk chasiat jang hanja clapat clilihat dengan Nur Kenabi~n. Bodoh nianlah orang jang rnentjari hikmatnja dengan djalan 'aklijah belaka atau rnengiranja hanja sebagai soal kebetulan saclja jang tak ada hubungannja dengan keagungan rahasia ketuhanan. Kalau bagi badan djasrnani ada obat 2 pokok dan obat2 tarnb~han, rnaka dernikian pula nawajil (180) dan sunan (181) rn&rupakan pelengkap bagi ibadat pokok, clan rnasing'nja rnernpunjai pengaruh clalarn rnenjernpurnakan bekas ibadat pokok. Kesirnpulannja, Nabi 1 itu tabib bagi penjakit bathin. Faedahnja akal dan tugasnja clisini hanjalah sekedar rnenginsafkan akan jang dernikian, sarnbil rnendjelaskan bahwa Kenabian itu benar adanja, dan rnengakui bahwa ia (akal) tidak sanggup rnentjapai apa jang hanja dapat ditjapai dengan nur Kenabian dan, achimja, ia rnernbirnbing clan rne­njerahkan kita kepada hidajat Kenabian, laksana orang buta diserahkan kepada penuntunnja, atau seurnparna orang sakit diserahkan kepada tabib jang bidjaksana. Hanja sarnpai disini­lah langkah akal, tak dapat rnelarnpau lebih djauh, ketjuali se­kedar mendjelaskan apa jang dinasihatkan oleh tabib itu adanja.

Inilah hal 2 jang karni lihat djelas sekali selarna chalwah dan 'uzlah. K!i!rnudian karni lihat rnakin lernahnja irnan di­kalangan orang banjak. Ada jang tidak pertjaja kepada Ke­nabian sarna sekali. Ada pula jang pertjaja, tetapi tidak tahu apa hakekat Kenabian itu. Ada djuga jang tahu tetapi tidak dengan sungguh' rneng'arnalkan adjaran Nabi. Kami lihat penjakit itu rneradjalela didalarn rnasjarakat, rnaka berusaha­lah karni se-dapat2 rnerenwigkan sebab2nja. Adalah ernpat rnatjarn sebabnja: Pertarna pengaruh filsafat. Kedua faharn jang keliru tentang tasauwuf. Ketiga aliran Ta'lirnijah. Keernpat kelakuan buruk dari golongan orang jang terkenal sebagai 'ularna.

Lama aku rneng-arnat2i rnereka, seorang demi seorang. Kepada seorang jang rnelalaikan perintah Sjara', pernah aku bertanja: ,,Mengapa engkau berani rnengabaikan Sjara' ? Kalau bena~ engkau iman akan achirat, rnengapakah tidak ber-siap 2 wituk

Page 44: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

hidup disana, mengapa bahkan memilih dunia jang fana (182) sebagai ganti hidup jang baqa ; alangkEµl bodohnja ! Engkau tak akan melepaskan dua untuk mengambil satu. Tetapi mengapa kaulepaskan bahagian hidup abadi dan engkau ambil kesenangan dalam hari 2 jang dapat dihitung dengan djari? Pada hal djika engkau tidak pertjaja akan achirat, berarti kafirlah engkau. Tjarilah djalan untuk beroleh iman sebenar iman. Lihatlah, apa gerangan jang menjebabkan kufurmu jang tersembunji itu, hingga engkau berani mengabaikan Sjara'. Meskipun tidak mengakuinja terang2an, namun kenjataannja kufurlah jang kauanut pada bathinmu, hanja engkau masih pura 2 beriman dan pura 2 tjinta Sjara' dengan maksud mendjaga kehormatan dirimu".

Diantara mereka ada jang berkata: ,,Djika ha! ini harus di­pelihara, maka ulamanja sendirilah jang lebih dulu harus meng­hormatinja. Tetapi lihatlah si Anu, jang terkenal sebagai se­orang terkemuka, mengapa ia meninggalkan sembahjang. Dan si Polan, mengapa meminum minuman keras. Djuga jang lain­nja, ada jang memakan harta wakaf dan hak anak jatim; ada pula jang memakan harta haram dari Sultan dan tidak me­mantangkannj a, dan si Anu, seorang hakim, menerima uang suap, begitupun si Anu jang lain sebagai saksi dan lain 2

". Ini adalah satu matjam kesese1.tan.

Matjam kedua jang mengaku pandai tasauwuf, bahkan telah meningkat tinggi hingga tak merasa perlu lagi melakukan ibadat, katanja.

Ketiga jang terpengaruh oleh sjubhat kaum ibahijah (183) jang sesat dari djalan tasauwuf.

Keempat orang jang, setelah bergaul dengan kaum Ta'li­mijah, mendjadi bingung, lalu mengatakan, jang hak itu sukar ditjari, sedangkan pendapat2 selalu bersimpang siur, dan tak dapat dikatakan bahwa sesuatu mazhab lebih utama dari jang lain, alasan 2 satu sama lain bertentangan, hingga lenjaplah ke­pertjajaan kepada ahli 2 pikir. Sementara itu pengandjur Ta'limijah hanja berkeras kepala sadja tanpa alasan: ,,Masakan aku harus melepaskan jang njata untuk mengambil jang belum tentu ?" (184).

44

Page 45: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

Jang kelima berkata: ,,Alm berbuat demikian (mengabaikan Sjara') tidaklah karena taqlid (185). Aku telah mempeladjari filsafal Aku tahu hakekat Kenabian, jang pokoknja kebidjak­sanaan dan ma.slahat (186). Jang ditudju dengan ibadafnja ialah mengekang nafsu orang 2 awam, djangan sampai ber-bunuh 2an, berselisih dan ber-larat 2 mengikuti hawa nafsu. Tetapi aku bukan orang awam jang bodoh itu, aku tak usah dikekang. Aku termasuk hukama (187), berpegang kepada hikmat jang telah kuselami se-dalam~ja, tidak lagi bertaqlid".

Inilah puntjak iman orang jang menganut aliran filsafat ilahijin (deisten) (188). Mereka batja jang demikian itu dari buku 2 lbn Sina dan Abu Nasr al-Farabi. Mereka masih mengaku Islam, bahkan diantara mereka ada jang masih tempo 2 membatja Al-Quran, ikut salat berdjama'ah dan me­muliakan Sjara' dengan mulutnja, akan tetapi dengan segala itu mereka tidak mau meninggalkan minuman keras, dan rupa 2 perbuatan fasiq dan dosa. Tempo 2 ada jang berterus­terang bahwa ia melakukan salat tak lain hanja untuk me­latih badan atau untuk menjesuaikan diri dan sebagainja. Atau mengatakan, Sjara' dan Kenabian memang benar. Minuman keras diharamkan oleh Sjara' sebab sering menjebabkan, per­tikaian dan permusuhan, tetapi aku sendiri - karena ber­filsafat - tak akan berbuat demikian meskipun minum minuman keras. Minuman keras bagiku hanjalah untuk me­nadjamkan pikiran. Bahkan Ibn Sina sendiri pernah dalam satu wasiat menulis, bahwa ia berdjandji kepada Allah s.w.t. antara lain 2 akan menghormati S'jara', tidak akan melalaikan ibadat 2 rohani dan djasmani dan tidak akan minum minuman keras untuk memuaskan nafsu melainkan akan meminumnja sekedar untuk kesehatan badan. Djadi minuman keras olehnja masih diketjualikan dalam qjandjinja kepada Allah Ta'ala itu, demi kesehatan, katanja. Demikianlah matjam iman orang jang mengaku iman diantara mereka. Banjak jang tertipu oleh mereka. Lebih 2 setelah njata lemahnja orang2 jang menentang mereka, karena menentang bagian 2 jang benar, jaitu ilmu handasah (ukur), ilmu mantik (logika) dan sebagainja, sebagai­mana telah kami terangkan sebelum ini.

45

Page 46: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

Setelah melihat begitu lemahnja iman mereka karena sebab 2

tadi, padahal bagiku tidaklah sukar membongkar sjubhat 2

mereka karena telah kupeladjari se-dalam 2nja 1 maka insaflah aku, apa tugasku. Apa guna chalwah dan 'uzlah, padahal penjakit telah meradjalela, bahkan tabib 2pun (189), dihinggapi­nja, dan seluruh masjarakat diantjam bahaja. Hatiku berkata: ,,Dapakah engkau dengan seorang diri menghadapi soal ini, padahal jang bathil sedang berkuasa? Hanja kebentjian dan permusuhanlah jang akan terdjadi, dan achirnja akan sukarlah hidup di-tengah 2 mereka. Tugas ini hanja mw1gkin dilalrukan pada masa j ang baik dan dengan ban tuan pemerintah jang djudjur dan kuat".

Timbullah pikiran, lebih baik malandjutkan 'uzlah sadja, karena beratnja menegakkan jang hak. Sementara itu Allah Ta'ala berkenan menggerakkan hati Sultan, minta aku datang ke Nisabur untuk maksud jang sama. Perintah resmi ini begitu kerasnja, hingga bilamana tidak kupenuhi, akan retaklah hubungan baik selama ini.

Alasan 'uzlah jang kusimpan dalam hatiku lalu mendjadi lemah. Malas dan takut bukanlah alasan jang lajak bagi 'uzlah. Allah s.w.t. telah berfirman : ,,Adakah manusia mengira, akan tjukup sekadar berkata, kami beriman, pada hal mereka belum mendapat tjobaan ?" (190). Bahkan kepada Rasulullah s.a.w. sendiri Allah Ta'ala berfirman: Rasul2 sebelum engkau telah ditentang (oleh ummatnja masing 2

), namun mereka tetap sabar, dan mereka itu disiksa hingga datanglah achimja ke­menangan bagi mereka dari Kami. Tak seorangpun dapat merobah kalimat 2 Allah" (191). Kepadanja pula ditudjukan Allah firmanNja ini: ,,Bismillahi'r Rahmani'r-Rahim. Ja Sin. Demi Quran jang bidjaksana, sesunggu}mja engkau salah se­orang rasul, berdjalan diatas djalan jang lurus, wahju dari Jang Maha Kuasa, Maha Pe.njajang, supaja engkau memberi ingat satu. kaum jang sedjak leluhur mereka belum dapat peringatan, dan karena itu mereka alpa. Sesung~hnja telah tetaplah ,,Perkataan" atas kebanjakan mereka, maka mereka

46

Page 47: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

· itu tak hendak beriman. Leher clan tangan mereka terbelenggu hingga keclagu, "djadi selalu menengaclah (ticlak dapat tuncluk). Bagi mereka tertutup segala pintu iman. Sama saclja bagi me­reka, engkau beri ingat atau tidak, mereka tak cljua akan ber­iman. Engkau hanja memberi ingat orang jang mengikuti Peringatan clan takut kepacla Jang Maha Pengasih. Karena itu sampaikanlah kepacla mereka berita gembira, ampunan dan pahala jang besar'' (192).

Ahli2 tasauwuf jang mendalam sependapat bahwa aku harus meninggalkan 'uzlah, keluar dari zawiah (193). Keputusan ~ni cliperkuat oleh alamat2 clalam mimpi, clisaksikan oleh para salihin jang sangat banjak, mutawatir, menanclakan bahwa gerakan ini merupakan permulaan masa kebaikan dan keinsaf an, jang clitakdirkan Allah s.w.t. pada permulaan abacl ini. Allah Ta'ala bercljandji akan menghiclupkan kembali agamaNja pada permulaan tiap abad (194). Dengan itu hara pan mendj adi kuat. Dan Allah :Ta'ala berkenan memudahkan percljalananku ;ke Nisabur untuk mendjalankan tugas tersebut;. Kecljadian itu pada bulan Dzulqa'dah tahun 499· H.

Dahulu aku meninggalkan _Bagclacl pada tahun 488 H. Djacli 'uzlahku berlangsung selama 10 tahun. Sungguh satu peristiwa takdir jang niena'cljubkan. Gerakan sekarang ini ticlak pernah terlintas clihatiku dikala aku ber'uzlah, sebagaimana djuga dahulu tidak terlintas clihatiku kemungkinan keluar clari Bagclad untuk melepaskan cliri dari keduclukan dan lain 2

• Allah Ta'ala djualah jang menguasai hati manusia. Tuhan Jang Maha Pengasih djua jang memegang kemudi hati orang jang mu'min (195).

Sungguhpun kembali menjebarkan ilmu seperti dahulu, namun djiwaku tidak lagi seperti dulu itu. Diwaktu itu aku menjebarkan pengetahuan jang dapat dicljadikan alat pentjari pengaruh dan kedudukan, bahkan mengandjurkan clemikian dengan lisan clan perbuatan, sebab memang itulah tudjuanku. Tetapi kini aku mengandjurkan ilmu untuk meninggalkan

47

Page 48: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

pengaruh dan kedudukan, ilmu jang memperlihatkan betapa rendahnja sifat gila kedudukan itu. Inilah niatku sekarang, dan Allah Ta'ala djua menjaksikan. Aku ingin memperbaiki diriku sendiri ber-sama 2 dengan hamba 2 Allah lainnja. Akan sampai­kah kesitu ataukah akan habis adjalku sebelumnja, wallahu a'lam. Namun iman sangatlah kuat, la haula wa la quwata illa billah, Ia djua jang menggerakkan djiwa dan ragaku. Karena lalah aku berdaja. Dan kepadaNja djua aku bermohon taufiq dan hidajat bagi diriku bersama hamba 2 lainnja.

Marilah sekarang kita kembali kepada soal kelemahan iman tadi, bagaimana memperkuatnja kembali.

Kebingungan disebabkan sjubhat dari kaum Ta'limijah itu dapat dihilangkan dengan apa jang telah kami terangkan dalam kitab karangan kami ,,Al-Oisthas al-Mustaqim" (Neratja Jang Tepat). Djadi tak usah dipandjang-lebarkan lagi disini.

Untuk menghadapi kaum Ibahijah (196) telah kami karang kitab ,,Kimia as-Sa'adah", dalam mana diterangkan bahwa sjubhaf mereka pada pokoknja tudjuh matjam, dan masing2 telah kami djelaskan kekeliruannja.

Mengenai orang2 jang rusak imannja karena filsafat hingga · sama sekali mengingkari pokok Kenabian, telah kami terang­kan hakekat Kenabian itu dan bahwa Allah Ta'ala memang telah mengutus nabi2. Dan untuk sekedar memudahkan di­fahamnja, telah kami kemukakan ihnu tentang chasiat berbagai obat dan ilmu tentang bintang2 dan lain 2

• Sebabnja karena ilmu 2 ini mendapat perhatian dari mereka. Kami mengambil bukti dari ilmu 2 jang ada pada mereka, misalnja ilmu bintang, ilmu thib, ilmu 'alam, sihir, talismat dan sebagainja.

Mengenai orang jang katanja mengakui adanja Kenabian, tetapi mengatakan bahwa segala aturan Sjara' itu hanja ke­bidjasanaan biasa sadja, maka orang sematjam ini sebenarnja kafir kepada Kenabian. Dalam anggapannja, Nabi itu hanja seorang jang bidjaksana jang thali'nja (197) istimewa, dan karenanja maka ia mempunjai banjak penganut.

48

Page 49: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

Ini cljauh clari arti Kenabian. Iman kepacla Kenabian berarti mengak.ui aclanja tingkatan jang lebih tinggi dari pada tingkat­an 'aka!, clalam mana terlihat hal2 jang istimewa clan tak ter­tjapai oleh 'aka!, sebagaimana pantjaindera tak sanggup men­tjapai 'alam 'akal.

Kalau ia ticlak mau mengakui ini, berarti ia menentang bukti2 jang suclah tjukup. Sebaliknja kalau ia mengakuinja, berarti ia mengakui pula rahasia2 jang terkenal clengan nama ,,chasiat", jang tak clapat clilihat oleh 'aka!, bahkan hampir tidalc meng­akuinja. Seber-at biclji ketjil dari opium, misalnja, dapat men­cljacli ratjun maut, sebab membekukan clarah dalam urat2 karena terlalu clinginnja. Orang jang tahu ilmu alam akan mengatakan, tubuh2 jang bersusun serta dingin, maka clingin­nja itu aclalah clisebabkan karena unsur air clan tanah, sebab kecluanja ini unsur clingin. Akan tetapi, sebagaimana cliketahui, beberapa pon clari air clan tanah tidak akan clapat menclingin­kan sampai begitu. Anclaikata seorang ahli ilmu alam mencle­ngar hal ini tentulah ia ticlaik akan pertjaja cljika ia sencliri belWll mentjobanja. Penolakannja ini dengan mengemukakan alasan, bahwa paclanja acla unsur2 api clan hawa, jang ten.tu ticlak akan menambah clinginnja; bahkan kalau andaikata se­muanja hanja un.sur air clan unsur tanah belaka, tentu ticlak menclinginkan sampai begitu. Demikianlah kebanjakan alasan para filsuf clalam ilmu alam clan ketuhanan hanja sematjam itu. Mereka mengukur segala sesuatu clengan ukuran jang biaisa mereka pergunakan, dan apa jang cliluar itu mereka anggap ticlak mungkin. Anclaikata mimpi jang menganclung arti ticlak banjak tercljadi, tentu kenjataan ini clitolak oleh orang jang biasa berfikir clengan tjara clemikian itu. Djika seandainja kepacla salah seorang clari mereka dikatakan: ,,Mungkinkah cliclunia ini terclapat sesuatu machluk sebesar biclji ketjil, tetapi kalau clitaruh clisebuah kota besar habislah kota itu climakan­nja, clan achirnja iapun memakan clirinja sendiri hingga habis?", tentulah ia akan mencljawab: ,,Ticlak mungkin, omong kosong!" Padahal machluk seperti itu memang acla, jaitu api, jang tentu

49

Page 50: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

akan diingkari oleh orang jang belwn pern.ah melihatnja. Sebagian besar keadjaiban achirat seperti itulah halnja.

Kepada ahli ilmu alam dapat kita berkata: .,Terpaksa tuan mengatakan, dalam opium ada chasiat wituk mendinginkan, diluar pertimbangan 'akal. Mengapa tidak mungkin adanja

· chasiat dalam peraturan2 Sjara' wituk mengobati hati dan mendjemihkannja, diluar pertimbangan akal, sebab hanja ter­lihat oleh inata Kenabian ?''

Bahkan mereka telah mengakui chasiat 2 jang lebih aneh dari itu, tertulis dalam buku2 mereka sendiri, jaitu chasiat mudjar­rab - katanja - untuk menolong per.empuan hamil jang sukar melahirkan bajinja, berupa gambar ini :

t C\ EJ ~ 1, ~

r- " V le I 15 .)

A , /c \ J

Gambar ini ditulis diatas dua tjarik kain jang belum kena air. Orang hamil diharuskan memandangnja, keduanja ditaruh dibawah kakinja. Dengan itu, kata mereka, segera bajinja akan keluar.

Kemwigkinan chasiat ini oleh mereka diakui, bahkan dima­sukkan dalam ,buku ke'adjaiban chasiat2. Gambar tadi berupa segi empat, terbagi mendjadi sembilan ruang, tiap ruang berisi satu angka tertentu, dan djumlah angka2 dalam tiap barisnja selamanja lima belas, sama sadja dalam garis memandjang, melebar atau sudut-menjudut.

Aku ingin tahu, siapa:kah gerangan jang pertjaja akan jang demilcian itu, lalu otaknja tidak tjukup untuk pertjaja bahwa menentukan dua raka'at bagi sembahjang Subuh, empat raka'at bagi Zuhur dan tiga raka'at bagi Maghrib adalah karena chasiat2 jang tak dapat ditjapai oleh 'akal, tetapi ada hubwigannja

50

Page 51: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

dengan perbedaan saat2 itu? Chasiat2 itu dapat dilihat dengan Nu'I' Kenabiain.

Anehnja kalau tjara menerangkannja diobah hingga mirip dengan ilmu bintang, maka mereka dapat menerima perbedaan sa'at2 itu. Djadi kita menerangkannja dengan bertanja begini: ,,Tidakkah terdapat hukum2 jang berlainan menurut thali' (horoscoop) dengan adanja matahari di-tengah2 langit atau sedang terbit atau terbenam?"

Atas dasar sematjam ini mereka menetapkan perbedaan pe­ngaruh astrologis (kenudjuman) jang dianggap mengakibatkan pandjang pendeknja umur seseorang.

Padahal tak ada perbedaan antara zawal dengan adanja ·mata­hari di-tengah! langit. Djuga tak ada perbedaan antara maghrib dan sedaln.g terbenam. Tetapi mereka lebih pertjaja kepada munaddjim (tukang nudjum, astroloog) meskipun barangkali tela:h seratus kali ternjata bohongnja. Namun demikian, tetap djuga mereka pertjaja kepadanja. Andaikata munaddjim tadi mengatakan, kalau matahari di-tengah2 langit serta berhadap­an dengan bintang ini atau itu, sedang thali'nja burudj ini atau itu, dan pada ketika itu engkau mengenakan pakaian serba baru, nah disitu tentu engkau dibunuh orang dalam pakaianmu itu. Mendengar ini, orang jang pertjaja tadi tidak akan berani memakai sehelai kain, meskipun ia mend,erita dinginnja udara, dan meski telah ia alami ber-kali2 ramalan bohong daripadanja.

Ak~ heran, orang jlang pertjaja akan jang aneh2 ini serta mengakui chasiat2 jang asalnja dari ilmu Kenabian itu, mengapa ia menolak hal2 ghaib jang diadjarkan oleh Nabi .sedjati, diperkuat dengan mu'djizat:, dan belum pemah di­alami bohong dari padanja.

Djika ia merenungkan chasiat bilangan raka'at, pelontaran djwnrah, rukun2 haddji dan 'ibadahC lainnja, tentula:h ia tak akan melihat perbedaan sama sekali antara j.ang demikian itu dengan chasiat obat atau bintang tad!.

Mungkin ia akan berkata: ,,Ilmu2 thib dan bintang telah kutjoba dan aku pertjaja. Akan tetapi, soal Kenabian dan adjarannja belum kutjoba!"

51

Page 52: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

Kita djawab: ,,'I'erhadap kedua ilmu tadi, tuan tidak _ hanja pertjaja akan apa jang telah tuan tjoba sendiri sadja, melain­kan pertjaja pula akan apa jang tuan dengar dari orang2 jang telah mentjobanja, tegasnja tuan bertaqlid. Karena itu den~ar­kanlah apa j ang dituturkan oleh para aulia (198). Mereka telah mengalami dan menjaksikan benarnja apa jang dikandung Sjara'. Tempuhlah djalan mereka, tentu tuan akan menjaksi­kan s endiri sebagian daripadanja. Bahkan andaikata tuan tidak mengalami sendiri, namun 'akal tuan tentu menjuruh pertjaja. Andaikata seo·rang pemuda belum pemah mengalami sakit, kemudian djatuh sakitlah ia, sedang ajahnja jang sangat me­nj:ajanginja adalah seorang tabib jang panda~ dan ia (anak jang sakit itu) selalu mendengar ajahnja mengatakan bahwa ia pandai ilmu thib. Lalu sang ajah membikin obat buat anaknja, dan katanja: ,,Obat ini baik bagimu, dan akan menjembuhkan penjakitmu". Nah disini bagaimana sikap anaknja itu? Akan diminumnjakah obat itu meskipun pahit rasanja atau ditolak­nja dengan alasan ia belum mengerti hubungan antara obat dan sembuh sebab belum mengalaminja? Bodoh nian kalau ia menolak. Nah demikian pula halnja tuan.

Barangkali tuan berkata: ,,Bagaimana aku tahu bahwa Nabi itu mempunjai si£at kasih-sajang dan pandai ilmu thib bathin?"

Aku djawab: ,,Bagaimana tuan tahu bahwa ajah t.uan mem­punjai si£at kasih-sajang, karena ini satu hal jang tak dapat dilihat ? Tetapi tuan dapat mengetahui itu dengan berbagai bukti dari gerak-geri'k dan perbuatannja, hingga timbul keja­kinan jang tak dapat dilemahkan".

Siapa memperhatikan sabda2 Rasulullah s.a.w. ,dan kesung­guhan beliau dalam membimbing dan memberi petundjuk dan memperbaiki achlak menudju perdamaian dan kebahagiaan seluruh manusia, a'kan jakinlah ia bahwa beliau benar2 mem­punjai sifat kasih-sajang kepada seluruh machluk, lebih dari pada tjinta kasih seorang ajah kepada anaknja. Selandjutnja djika diperhatikannja perbuatan2n.ja jang 'adjaib dan hal2 ghaib

52

Page 53: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

jang dituturkannja, betapa tepat sabda2nja mengenai peristiwa2 dimasa depan, jakinlah ia bahwa beliau telah sampai kepada tingkat jang lebih tinggi dari 'alam 'aklijah, hingga dapat me­liha.t 'alam ghaib jang tak tertjapai oleh 'akal manusia biasa. Inilah djalan untuk mejakini benarnja Nabi s.a.w. Tempuhlah djalan ini, peladjarilah isi Al-Quran, batjalah Al-Achbar (199), tentu tuan akan dapat merasakan dan mejakinkan sendiri. Se­kedar ini rasanja tjukuplah untuk menjedarkan orang jang berfilsafat itu. Seniua "ini kami tuturkan karena sangat diperlu­kan pada masa sekarang ini.

Mengenai soal jang keempat, jaitu kelemahan iman jang di­sebabkan karena melihat djahatnja kelakuan beberapa 'ulama, maka penjakit ini dapat diobati dengan tiga djalan.

Pertama dengan kata2 seperti ini: ,,Orang 'alim jang, menu­rut kata tuan, memakan jang haram itu, memang ia tahu apa jang haram, tetapi pengetahuannja ini tidak djauh dari penge­tahuan tuan tentang haramnja minuman keras, riba, memfit­nah, bohong dan sebagainja. Semua itu tuan ketahui, namun tak urung, tuan lakukan djuga. Bukan karena tuan tidak iman bahwa perbuatan itu ma'siat, melainkan karena hawa-nafsu jang mendorong tuan sangat kuat. Dernikian pula hal si'alim tadi, rupanj a mengenai nafsu ini an tar a tuan dengan dia tidak berbeda. Meskipun lebih banjak pengetahuannja dari tuan tentang soal2 lain, tetapi tentang ini deradjatnja tidak lebih tinggi daripada tuan. Tidak sedikit djumlahnja orang jang pertjaja akan ilmu thib, tetapi tidak tahan melihat makanan atau minuman jang dilarang oleh dokter (tabib). Itulah sebab­nja maka terdapat heberapa 'ulama berbuat ma'siat".

Kedua dengan nasehat sebagai ini: ,,Djanganlah tuan meniru orang 'alim tadi. Siapa tahu, barangkali ilmunja akan meno­longnja kelak diachirat: siapa tahu! lni hanjalah satu kemung­kinan sadja. Tetapi tuan sendiri bukankah tak berilmu ?"

Ketiga - dan inilah djalan sedjati - ialah dengan menegas­kan, bahwa orang 'alim jang hakiki (200) tidak akan berbuat ma'siat. Ja, memang se-waktu2 sebagai manusia mungkin ia terpeleset, akan tetapi terus-menerus atau berkekalan dalam

53

Page 54: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

tna'siat itu tidak mungkin. Sebab ilmu hakiki itu ialah jang memberi kejakinan bahwa ma'siat itu ratjWl jang membunuh, dan bahwa achirat lebih utama dari pada dunia. Barangsiapa tahu akan hal ini, tak akan ia melepaskan jang lebih utama untuk mengambil jang nista. Kejakinan sematjam ini tak akan tertjapai dengan djalan ilmu2 jang biasa dipeladjari oleh ke­banjakan orang; ada kalanja ba:hkan menjebabkan dia lebih berani berbuat ma'siat. Akan tetapi ilmu hakiki tidak demikian.

~lmu hakiki mendjadikan orang djidjik dan lebih takut ber­buat ma'siat, dan kenjataan itu merupakan dinding jang mem• batas antara dia dengan ma'siat itu. Djika terpeleset djua, njata­lah itu sebagai pembawaan manusia pada detik2 kelemahan­nja. Segala itu bukanlah kenjataan dari iman jang lemah. Orang jang iman (mu'min) tak luput dari tjobaan, dan orang jang iman ialah orang jang taubat. Ia tidak akan terus-menerus dan tida:lc akan berkekalan dalam ma'siat.

Sekianlah jang kuharap dapat menerangkannja mengenai filsafat, ta'limijah dan lain2 dengan segala bahajanja, begitupun bahaja menolaknja dengan tidak melalui djalannja dan tjara2 menjembuhkan penjakit jang timbul daripadanja.

Semoga Allah s.w.t. memasukkan kita kedalam golongan hamba pilihanNja, jang dtbimbingNja kedjalan kebenaran dan diberiNja hidajat, di-ilhamiNja dengan dzikr Allah sehingga tak lupa2 se-lama2nja, dipeliharaNja dari kedjahatan nafsu, sehingga hanja Dialah jang kita agungkan dan hanja Dia djua­lah jang kita sembah. Amin! Amin! Amin!

54

Page 55: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

BEBERAPA KETERANGAN

untuk

,,Pembebas Dari Kesesatan"

1) Memulai tiap pekerdjaan jang penting dengan ,,Bis­millah" adalah suatu sunnah hasanah (kebiasaan baik) dikalangan ummat Islam berdasarkan sebuah hadits nabawi (sabda Nabi s.a.w.) jang menerangkan bahwa tiap urusan penting jang tidak dimulai dengan ,,Bis­millah'' adalah abtar (tidak membawa keberkatan). Kalimat ,,Bismillahir Rahmanir-Rahim" kira2 ·berarti: ,,Dengan Nama Allah Jang Pengasih dan Fenjajang".

2) ,,Segala pudji bagi Allah" terdjemahan bebas dari ,,Alhamdu lillah'', Djuga 1m berdasarkan riwajat bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda, tiap urusan penting sejogjanja dimulai dengan memudji sjukur kepada Allah s.w.t.

3) ,,Salawat" disini artinja rahmat jang disertai kemulia­an. ,,Salam" ialah damai dan keselamatan.

4) ,,Ilmu" disini dapat diartikan pengetahuan, faham atau adjaran.

5) ,,Mazhab" berarti djalan, pendapat, faham, i'tiqad (kepertjajaan) dan sebagainja.

6) Dalam kitab ini, perkataan ,;hak", atau lebih tepat ,,haqq", pada umumnja berarti kebenaran ; lawan ,,bathil" jang artinja kesalahan atau jang salah.

7) ,,Taqlid" meniru atau mengikut faham seseorang dengan tidak tahu apa dasar, bukti dan alasannja.

8) ,,Kalam" atau lebih tepat ,,kalaam" artinja pertjakap­an atau keterangan. ,,Ilmul kalaam" ialah ilmu jang mengandung keterangan2 untuk membela i'tiqad (kepertjajaan) jang benar.

9) Kaum Ta'limijah adalah segolongan jang mengatakan bahwa kebenaran tak dapat ditjapai melainkan de­ngan djalan ,,ta'lim'' (adjaran atau petundjuk) dari

55

Page 56: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

56

mu'allim (guru) jang ghaib lagi ma'sum (dipelihara Tuhan dari berbuat salah).

10) Lihat keterangan no. 6.

11) ,,Al-Imam" (pemimpin) kadang2 oleh mereka disebut ,,mu'allim" (guru). Lihat keterangan no. 9.

12) ,,Berfilsafat" atau ,,tafalsuf", berpikir atau menerang­kan sesuatu setjara filsuf.

13) ,,Tasauwuf", menempuh dja1an sufijah, jaitu ahli ilmu pentjapai kemurnian dan kesempurnaan bathin.

14) Lihat keterangan no. 5. 15) Dalam kitabnja jang bernama ,,Faisalut-Tafriqah",

Imam Ghazali sendiri telah mendje1askan tentang soal golongan2 ummat Islam ini, jang dengan singkat se­bagai berikut : Hadits 70 gofongan itu ber-matjam2 riwajatnja, diantaranja demikian: ,,Ummatku akan bertjerai mendjadi lebih dari 70 golongan, dan di­antaranja hanja satu jang selamat". Ada pula sebuah riwajat jang tidak begitu terkenal, demikian ,bunjinja: ,,Ummatku akan bertjerai mendjadi lebih dari 70 go­longan, dan diantaranja hanja satu j.ang tjelaka". Ada pula riwajat begini: ,,Semuanja akan masuk surga, ketjuali kaum zindiq". Ber-bagai2 riwajat ini mungkin semuanja sahib (kuat), dan dapat dipersesuaikan dengan diartikan begini: Diantara 70 golongan lebih itu, hanja satu golongan jang benar2 tjelaka, dan hanja satu golongan pu1a jang benar2 selamat.

Golongan j,ang tjelaka ialah jang kekal dalam ne­raka, jaitu orang2 · zindiq, jakni jang pada lahirnja seperti orang Islam, akan tetapi pada bathinnja kafir.

Golongan jang benar2 selamat ialah jang masuknja kesurga dengan tidak dihisab lebih dulu, dan sama sekali tidak memerlukan sjafa'at. Golongan ini ialah jang sangat tepat pada djalan Rasulullah s.a.w. dan saha~afuja, sebagaimana diterangkan dalam salah satu

riwajat. Golongan2 lainnja ber-rnatjam2 deradjatnja. Ada jang hanja dihisab sadja, ada jang hampir masuk

Page 57: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

neraka, tetapi tertolong oleh sjafa'at, ada djuga jang sampai masuk tetapi tidak kekal didalamnja.

16) ,,Bathinijah", kaum jang mengatakan tiap lahir tentu ada bathinnja dan tiap tanzil (firman Ilahi) tentu ada ta'wilnja (ada arti jang berlainan dengan arti lahir­nja). Kaum Ta'limijah termasuk golongan Bathinijah ini.

17) ,,Zhahirijah" golongan jang tidak mengakui adanja ta'wil (arti jang berlainan dengan lahir) bagi ajat2 Quran atau Hadits.

18) ,,Ahli 'ibadat" orang jang tahu benar dan giat me­lakukan berbagai matjam ibadat, baik jang wadjib maupun jang sunnat.

19) ,,Zindiq" orang jang pada lahirnja mu'min, tetap1 pada bathinnja kafir (pura2 iman).

20-21) ,,Keristen" ialah ,,Nasrani" (djamak: ,,Nasara") menu­rut istilah Arab. ,,Jahudi" kadang2 disebut pula ,,Bani Israil".

22) ,,Madjusi" penjembah api dinegeri Persia. 23) ,,Fithrah" sifat asal, bakat, pembawaan dari asal mula

kedjadian manusia dan sebagainja. Agama fithrah .ialah agama jang selaras dengan fithrah manusia, sesuai d,engan kemadjuan pikiran jang sehat.

24) ,,Bathil" jang batal (tidak sah, tidak benar), lawan ,,hak" (jang benar). Lihat keter:angan no. 6.

25) Fasal ini berkepala kata 2 jang kira 2 artinja begini: ,,Menerangkan hal ke-ragu2an jang menjerupai ka1im sofista ...... "; oleh Penjalin diganti dengan kata 2 ,,T.en-tang Nur Dari Tuhan", sebutan jang lebih singkat dan lebih tepat.

26) ,,Pengetahuan dasar" terdjemahan dari istilah ,,al­'ulum al-auwalijah" jang dapat diartikan pula penger­tian2 awali" (primary notions).

27) Lihat keterangan no. 26. 28) ,,Nafi" penolakan, pengingkaran, sangkalan; ,,itsbat"

penjungguhan, penetapan, pemastian.

57

Page 58: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

58

29) ,,Hadits" disini berarti sesuatu jang adanja berpennula­an, tegasnja pada asalnja tak ada, kemudian baru ada (berwudjud), lawan ,,qadim" (lihat keterangan no. 30).

30) ,,Qadim" ialah jang adanja tidak berpermulaan, tanpa awal, jang azali (tanpa wiwitan).

31) ,,Mustahil" jang tidak mungkin terdjadi sama sekali menurut hukum akal.

32) ,,Kaum Sufi" atau ahli tasauwuf, jaitu jang mengetahui dan meng'amalkan ilmu untuk memperbaiki achlak, memurnikan bathin dan mentjapai ketinggian ruhani dan taqarrub kepada Allah s.w .t.

33) ,,Kaum Safsatah" atau ,,Sofista:i" (sofisten, sophistic) orangi jang memutar balik hakekat dengan memper­gunakan alasan2 mantiki jang palst.1.

34) ,,Ma'rifat" mengenal, mengetahui sesuatu benar. 35) Lihat keterangan no. 8. 36) Lihat :keterangan no. 16. 37) Lihat keterangan no. 12. 38) Lihat keterangan no. 34. 39) Orang2 jang dapat menjaksikan hal2 ghaib dan raha­

sia2 jang tak tertjapai oleh akal. ,,Musjahadah", me­njaksikan. ,,Mukasjafah", terbuka tutup aqiu tirai baginja.

40) Demikianlah itu mengenai soal2 aqlijah, bukan naqlijah.

41) ,,Sunnah" disini berarti segala sesuatu jang dikata­kan, diper.buat dan/atau dibenarkan oleh Rasulullah s.a.w. Dasar adjaran dan hukum Islam ialah al-Kitab dan as-Sunnah, atau dengan kata: lain: (Quran dan Hadits sahih).

42) ,,Bidaah" atau tepatnja ,,bid'ah" ialah jang menjalahi Sunnah. Lihat keterangan no. 41.

43) ,,'Aqidah" kepertjajaan (djamak: ,,'aqaid"); ilmu aqaid ialah ilmu jang membahas kepertjajaan2 ke­islaman.

44) ,,Muqaddimah" pendahuluan; jang dima:ksud disini:

Page 59: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

pendahuluan2 mantiki (setjara ilmu mantik) untult mentjapai sesuatu natidjah (hasil, kesimpulan).

45) ,,Daruri" atau ,,dlaruri" jang mesti, jang seharusnja.

46) Lihat keterangan no. 26.

47) ,,Kufur" lawan ,,iman", ,,kafir" lawan ,,mu'min''. Djadi ,,kufur" artinja hal tidak pertjaja, ,,kafir" ialah orang jang tidak pertjaja (kepada Allah Ta'ala dan RasulNja).

48) ,,Ilhad" menjimpang dari jang hak; kemudian sering dipergunakan untuk arti ingkar kepada agama dan Tuhan; ,,mulhid" orang jang ber-ilhad.

49) ,,Dahri" orang jang mengatakan bahwa ,,dahr" (masa) itu qadim (tanpa permulaan), dan ia tidak iman kepada Allah s.w.t., bahkan menjangkal wudjudNja.

50) ,,Tabi'i" atau ,,Thabi'i" filsuf jang menjelidiki kedja­dian hewan dan tuni'buh2an.

51) ,,Mani" air atau benih jang keluar pada ketika ber­setubuh dan sebagainja (sperma).

52) ,,Hewan" machluk bertubuh dan berhajat, termasuk manusia dan binatang.

53) ,,Hisab" perhitungan kelak dihari kiamat, tempat ma­nusia mempertanggung djawabkan tiap perbuatan jang telah dilakukannja didunia.

54) Golongan jang berfilsafat tentang ketuhanan; dei:sten.

55) ,,Mengkufurkan" rnenghukumkan atau menetapkan seseorang sebagai kafir. Lihat keterangan no. 47.

56) ,,Tadjalli" terlihatnja nur keghaiban oleh hati; ter­tampaknja Allah s.w.t. oleh hati manusia setjara jang lajak bagiNja.

57) ,,Had" atau ,,hadd" menentukan arti dan batas sesuatu, definition.

58) ,,Burhan" keterangan, alasan, tanda jang njata, buKti.

59) ,,Mutakallim" (djamak: ,,mutakallimin") ahli ilmu kalam. Lihat keterangan no. 8.

59

Page 60: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

60

60) ,,Ta'rif" menerangkan arti dan batas2 sesuatu. ,,Had'' adalah satu matjam dari ta'rif. Lihat keterangan no. 57;

61-62) ,,Mudjabah kullijah" hukum itsbat jang umum, misaJ.;'. nja: Tiap manusia itu hewan (machluk bertubuh serta iberhajat). ,,Djuzijah'' jang tidak umum, lawan ,,kullijah".

63) Jang ,,mufrad" jang tidak bersusun, lawan ,,murakkab'' (jang bersusun).

64) ,,Murakkab" (bersusun) lawan ,,mufrad" (tidak. ber­susun).

65) Nama lengkapnja ,,Tahafutul Falasifah" (kechilafan para filsuf). Perkataan ,,tahafut" arti sebenarnja lemah dan usang. ·

66) Hari bangkit dan berkumpul manusia pada Hari Ke­mudian, Jaumal-Qiamah.

67) ,,Arwah" bentuk djamak dari kata ,,ruh" atau ,,roh", djiwa, njawa.

68) ,,Sjari'at", ,,Sjari'ah", ,,Sjara' ", hukum dan undang2 jang ditentukan Allah Ta'ala untuk hambaNja; adjaran dari padaNja jang terkandung dalam Al-Quran dan diterangkan oleh Rasulullah s.a.w.

69-70) ,,Kullijat" bentuk djamak dari kata ,,kullijah", umum, meliputi, keseluruhan. ,,Djuz-ijat" bentuk djamak dari kata ,,djuz-ijah", sebahagian, garis ketjil, lawan ,,kullijah".

71) ,,Qadim azali", jang sedia, tak berpermu1aan, lawan ,,hadits" (baharu, berpermulaan).

72) Segolongan ummat Islam dalam 'aqaid (kepertjajaan), adakalanja berlainan faham dengan golongan jang ter­kenal dengan nama ,,A.hlis-Sunnah".

73) Nama lengkapnja ,,Faisalut-Tafriqah bainal-Islami wal-kufri waz-.zandaqa:h (mendjelaskan perbedaan, antara Islam dengan kufur dan ke-zindiq-an).

74) Perkataan ,,wali'' banjak artinja; tetapi jang dimak­sud disini ialah orang jang sangat tjinta dan taqwa serta ta'at kepada Allah Ta'ala.

Page 61: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

75) ,,Taqarrub" berusaha mendekati Allah Ta'ala dalam arti jang lajak bagiNja dengan 'ibadat, 'amal kebaikan dan sebagainja.

76) ,,Mudjahadah", berdjuang melawan hawa nafsu sendiri dan godaan setan.

77) ,,'Ubbad" bentuk djamak dari kata ,,'abid", orang jang banjak 'ibadah, ahli 'ibadah.

78) ,,Autad" bentuk djamak dari kata ,,Watad", paku kaju, atau patok, jang dihundjamkan ditanah untuk meng­ikatkan tali kemah dan lain2. Tetapi jang dimaksud disini arti kiasan.

79) Suratul-Kahf, Surah XVII, ajat 9-26.

80) Ali bin Abi Talib saudara sepupu dan mantu Rasulullah s.a.w. Setelah wafat Chalifah ketiga, Utsman bin 'Affan, maka Ali terpilih mendjadi Kepala Negara Islam sebagai Chalifah keempat.

81) ,,Sjar'ijah" mengenai Sjari'at (lihat keterangan no. 68).

82) ,,Al-Kitab" kitab sutji al-Quran; ,,as-Sunnah" apa jang dikatakan, dikerdjakan dan disetudjui oleh Rasulullah s.a.w.

83) ,,Ichwan as-Safa" sehuah kitab dari golongan Mu'ta­zilah (lihat keterangan no. 72).

84) ,,Awam" orang biasa (bukan ahli).

85) ,,Ahlil-bathil,' penganut faham jang salah, lawan ,,ahlil-hak''.

86) ,,Ta'limijah" berasal dari kata ,,ta'lim" (pengadjaran). Selandjutnja lihat keterangan no. 9.

87) ,,Imam ma'sum" pemimpin jang dipelihara Allah Ta'ala dari berbuat salah (Lihat keterangan no. 9).

88) ,,Huddjah" keterangan.

89) Ahmad ibn (bin) Hanbal, lengkapnja: Ahmad bin Mu­hammad bin Hanbal, terkenal dengan nama Ibn Hanbal. Madzhab Hanbali ( dalam lapan.gan fiqh) adalah ber­asal dari beliau.

61

Page 62: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

62

90) Abu 'Abdillah Haris bin A~al al-'Anazi, terkenal de­ngan nama Haris al-Muhasibi, lahir di Basrah kira:t tahun 165 H. (781 M.), clan wafat di Bagdad tahun 243 H. (857 M.). Beliau seorang ahli fiqh mazhab Sjafi'i, djuga ahli ilmu kalam (lihat keterangan no. 8) jang mempertahankan huddjah 'akal.

91) ,,Mu'tazilah" berasal dari kata ,,i'tizal" (menjendiri). Lihat keterangan no. 72.

92) ,,Sjubhat" keterangan palsu, salah; lawan ,,huddjah" jang biasanja diartikan keterangan ja?lg benar.

93) Liha~ keterangan no. 9.

94) ,,Ghaib", gaib, tidak kelihatan.

95) ,,Nas" kata2 jang djelas clan tegas, hanja mengandung satu arti sadja.

96) Seorang sahabat Rasulullah s.a.w. jang beliau utus ke­negeri Jaman untuk menjebarkan adjaran Islam.

97) ,,Idjtihad" berusaha dengan sungguh2 untuk menge­tahui hukum sesuatu dengan berpedoman kepada Quran dan Hadits jang sahih. Lihat keterangan no. 98.

98) Untuk memahami soal idjtihad (Ii.hat keterangan no. 97) dan taqlid (lihat keterangan no. 7), lebih dulu harus diketahui bahwa agama Islam mempunjai usul (pokok) clan furu' (tjabang). Usul atau usuluddi-n adalah pangkal, pokok, asas atau dasar agama Islam. Furu' atau furu'uddin merupakan tjabang atau ranting.

Lebih dj,elas, Islam boleh kita umpamakan sebuah perkumpulan, maka usul 'ibarat anggaran dasM, sedang furu' 'ibarat aturon rmmah tangga.. (Perkataan usul disini bukan bahasa Indonesia jang artinja andjuran).

Usul ialah: iman :kepada Allah, iman kepada ma­laikat, kepada kitab2 Allah, kepada utusan2Nja, kepada achirat, kepada taqdir, sjahadat, salat, puasa, zakat, naik haddji dan lain2. Atau dengan singkat: Usul itu ialah tiap2 sesuatu jang disebut clan diterangkan

Page 63: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

dengan djelas dalam Quran dan Hadits mutawatir (jang sederadjat dengan Quran dalam sahih dan jakinnja).

Furu' ialah: tiap soal jang tak ada keterangannja jang djelas, baik dalam Quran maupun dalam Hadits mutawatir, dan oleh Islam diserahkan kepada ahli idjtihad, jakni para ulama jang tjukup sjarat2nja untuk menentukan hukum segala soal atau urusan jang senantiasa timbul atau berobah menurut keadaan, tempat dan zaman. Karena aturan inilah maka Islam hidup kekal disegala tempat dan pada tiap masa. Akan tetapi tak diizinkan menentukan sesuatu hukum me­lainkan berpedoman kepada Quran dan Hadits j ang sahih.

Sebagaimana aturan rumah tangga tidak .boleh ber­tentangan dengan anggaran dasar, begitu pula hukum furu' tidak boleh menjalahi .usul.

Ini tjuma perumpamaan. Islam, sudah tentu, tidak dapat dipersamakan dengan suatu perkumpulan dalam segalanja.

99) ,,Muqallid" orang' jang bertaqlid. (Lihat keterangan no. 7).

100) ,,,Mudjtahidin" orang2 jang beridjtihad (bentuk dja­mak dari kata ,,mudjtahid"). (Lihat keterangan no. 97).

101) Semoga Allah Ta'ala memberi kami taufiq untuk men­terdjemahkan kitab ,,al-Qistas al-Mustaqim" itu.

102) ,,Mutakallimin" orang2 jang berihnul kalam (bentuk djamak dari kata ,,mutakallim"). (Lihat keterangan no. 8).

103) Lihat keterangan no. 80.

104) .Lihat keterangan no. 5.

105) Liha t keterangan no. 95.

106) Mendengar hadits dari seorang rawi atau membatjanja dalam sebuah kitab, dengan sanad jang kuat, berarti djuga mendengar dari Rasulullah s.a.w.

63

Page 64: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

107) ,,' Aklijah" berdasarkan 'akal. 108) Kitab, ,,al-Mustazhhiri" dan kitab2 lainnja jang di•

karangnja untuk membantah kaum Ta'limijah itu kurang dapat perhatian dari penerbit 2 bahasa Arab masa sekarang ini. Hal ini mungkin karena adjaran Ta'limijah sudah tidak lagi meradjalela pada za~an sekarang ini.

109) ,,Huddjatul-Hak" artinja: keterang~n jang melenjap• kan perselisihan faham.

110) ,,Mufassilul-Chilaf" artinja: keterangan jang melenjap• kan perselisihan faham.

111) ,,Ad-Durdj" artinja: latji, kotak. 112) ,,Al-Qistas al-Mustaqim" artinja: neratja jang. tepat,

adil. (Lihat keterangan no. 101).

113) Lihat keterangan no. 87 dan no. 9. 114) Menjebut nama Allah Ta'ala: ingat kepadaNja. 115) ,,Qutul-Qulub": makanan hati. 116) Wafat di Bagdad pada tahun 386 H. (996 M.).

117-118) Al-Haris al-Muhasibi, al-Dju.naid, asj-Sjibli dan Abu Jazid al-Busthami adalah ahli2 tasauwuf sebeltim Imam Ghazali.

64

119) ,,Zauq": rasa pengalaman bathin .. · 120) ,,Zuhud": tidak ingin dunia, tidak terikat hati kepada

dunia. 121) ,,Suluk": menempuh (djalan); menempuh perdjalanan.

bathin.

122) ,,Sjar'iah", atau lebih tepat ,,Sjar-'ijah": mengenai Sjara' (undang2 hukum Agama).

123) ,,'Aklijah": mengenai akal; berdasar 'akal. 124) Perkataan ,,dunia" disini artinja : segala sesuatu jang

tidak ada faedahnja bagi hidup diachirat, lezatnja hanja didunia sadja, jaitu misalnja ma'siat dan ber.-senang2 meliwati batas.

125) ,,Kena 'ain" kena musibat. 126) ,,'Uzlah" menjendiri, mementjil. Kaum Sufiah ber­

'uzlah untuk zikir, tepekur dan sebagainja.

Page 65: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

127) ,,Chalwah" atau ,,chalwat": pengasingan diri (ditem­pat jang sunji).

128) ,.Riadlah" latihan diri, riadat, rialat. 129) ,,Mudjahadah" berdjuang melawan nafsu, setan dan

lain2. 130) ,,Qubbatus-Sachrah" (Kubbat el Sakhra): Kubah

(kupel) batu besar di Baitul-Makdis, Palestina. 131) ,,Al-Chalil" gelar Nabi Ibrahim a.s., artinja: Kekasih

Allah Ta'ala. 132) ,,Istiqsa" membahas sesuatu se-djauh2nja dan se­

dalam2nja. 133) ,,'Uqala" bentuk djamak dari kata ,,'aqil" (jang ber­

'akal). 134) ,,Hi~at'' atau ,,hikmah": kebidjaksanaan.

135) ,,Hukama" bentuk djamak dari kata ,,hakim" orang jang berhikmat, bidjaksana, bukan ,,hakim" jang ber­arti orang jang mengadili perkara).

136) ,,'Ulama" bentuk djamak dari kata ,,'alim" (orang jang ber'ilm u, berpengetahuan).

137) Llhat keterangan no. 68. 138) ,,Takbi[atul-Ihram" takbir jang diutjapkan sebagai

permulaan salat. 139) ,,Istighraq" sangat mendalam, se-akan2 tenggelam

dalam samudera ma'nawi. 140) ,,Zikir" atau ,,dzikr" atau ,,di'kir": ingat kepada Allah

Ta'ala dalam hati atau beserta dengan lisan. 141) ,,Fana" hilang, lenjap; ,,fana kepada Allah" lenjap diri

sendiri dalam zikir dan istighraq hati kepada Allah Ta'ala.

142) ,,Ichtiar dan kasab" kehendak dan usaha sendiri. 143) ,,Tarikat" djalan, tjara, sistem. 144) ,,Mukasjafah" terbuka rahasia ghaib. 145) ,,Musjahadah" menjaksikan 'alam ghaib. 146) ,,Malaikah" bentuk djamak dari ,,malak". 147) ,,Arwah" bentuk djamak dari_ ,,ruh". 148) ,,Nabi" orang jang mendapat wahju dari Allah Ta'ala;

(bentuk djamak: anbia).

65

Page 66: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

66

149) Salah faham disini dapat menjebabkan bid'ah atau kufur.

150) ,)Iulul" hubungan bathin se-rapat 2nja (immanentie, immanence).

151) ,,lttihad'' bersatu, mendjadi satu. 152) ,,Wusul" sampai kepadaNja. 153) Peristiwa2 luar biasa jang terdjadi atas diri seorang

wali (lihat no. 74); ,,aulia" bentuk djamak dari per­kataan ,,wali''.

154) ,,Bidajat" permulaan, pendahuluan. ,,Anbia" bentuk djamak dari kata ,,nabi". ,,Bidajat Anbia" berarti hal2 sebagai permulaan atau pendahuluan dari kenabian.

155) ,,Berchalwah" melakukan chalwah, mengasingkan diri ditempat jang sunji.

156) ,,Zauq" rasa, pengalaman bathin. 157) Al-Quran, S. 58, a. 11. 158) ,,Djahil'' jang tidak mengetahui, bodoh. 159) Al-Quran, S. 47, a. 16 dan 23. 160) ,,Chasiat" sifat jang chusus, daja istimewa. 161) ,,'Alam": dunia, daerah atau lingkungan. 162) Al-Quran, S. 74, a. 31. 163) ,,Idrak" hal mentjapai, mengetahui, mengenal, meng­

insafi dengan pantjaindera, 'akal dan sebagainja.

164) ,,'Akal'' atau lebih tepat ,,'aql": kekuatan otak untuk mempertimbangkan atau memikirkan sesuatu.

165) Hukum 'aka! ( = hukum 'aklia·h) ada tiga: wadjib (mesti, tak dapat tiada), djaiz (mungkin) dan mus­tahil (tidak mungkin).

166) ,,'Alam ghaib" dunia atau lingkungan jang tidak ter­lihat.

167) ,,Ta'bir" menerangkan arti mimpi. 168) ,,Ilham" petundjuk (dari Allah Ta'ala) jang se-akan2

bisikan kedalam hati.

169) ,,Taufiq Ilahi" pertolongan atau bantuan dari Allah Ta'ala.

170) ,,Tadjribah'' pertjobaan dan pengalaman.

Page 67: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

171) ,,Faqih" ahli ilmu fiqh (ilmu undang2 berdasarkan adjaran Islam).

172) .,Ilmu dlaruri" pengetahuan jang semestinja atau se­wadjamja, jang sudah djelas, hingga tidak perlu lagi alasan2 akliah jang tersusun setjara mantik.

173) Al-Quran, S. 13, a. 27; S. 14, a. 4; S. 16, a. 93; S. 35 a. 8; S. 74, a. 31.

174) ,,Berita mutawatir" ialah berita jang sangat banjak sumbemja, hingga tak dapat disebut satu persatu, seperti berita tentang adanja kota Makkah dan se­bagainja.

175) ,,Ilmu burhani" penget,fluan jang berdasarkan alasanl? 'aklijah mantikijah.

176) ,,Kabul Imani" menerima baik dan mengakui sesuatu atas dasar pertjaja.

177) Al-Quran, S. 26, a. 89. i78) Al-Quran, S. 2, a. 10. 179) ,,Djahl" tidak mengetahui sesuatu; ,,djahil" orang jang

bersifat ,,djahl", orang jang tidak tahu, bodoh. 180) ,,Nawafil" (bentuk djamak dari ,,nafilah") ibadah jang

tidak wadjib, tetapi menjempurnakan dan melengkapi ibadah jang wadjib.

181) ,,Sunan" (bentuk djamak dari ,,sunnah") disini sama artinja dengan ,,nawafil" (lihat no. 180).

182) ,,Fani" jang bersifat fana, jang (akan) lenjap, tidak abadi.

183) ,,Ibahijah" aliran jang tidak mau mengenal larangan dan batas2 Sjara'.

184) Artinja ia tak mau meninggalkan dunia jang sudah tentu dan njata - katanja -:- untuk memilih achirat jang dianggapnja belum tentu.

185) Liha t no. 7. 186) ,,Maslahat": jang mendatangkan kebaikan, berguna,

berfaedah. ~ 187) ,,Hukama" (bentuk djamak dari ,,hakim") orang2 jang

bidjaksana, jang berhikmat. (Lihat keterangan no. 135). 1'88) Lihat keterangan no. 54.

67

Page 68: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)

189) Jang dimaksud: para 'alim 'ulama, sebagian dari mereka.

190) Al-Quran, S. 29, a. 1-2. 191) Al-Quran, S. 6, a. 34. 192) Al-Quran, S. 36, a. 1-10. 193) ,,ZaWiah" sudut, bilik tempat berchalwah dan se-

bagainja. . 194) Ini berdasarkan sabda Rasulullah s.a.w. Tindakan baru

dari Imam Ghazali ini bertepatan dengan permulaan abad keenam dari tahun Hidjrijah.

195) Demikian itu berdasarkan sabda dari Rasulullah s.a.w. 196) Lihat keterangan no. 183. 197) ,,Thall'" gugusan bintang dalam mintakatul-burudj

(zodiak), atau perbintangan pada waktu orang lahir, dianggap ada hubungannja dengan nasib manusia; horoskup (horoscope); rasi.

198) ,,Aulia" bentuk djamak dari kata ,, wali". (Lihat kete­rangan no. 74).

199) ,,Al-Achbar" riwajat berisi segala sabda dan perbuatan Rasulullah s.a.w.

200) ,,Hakiki" atau lebih tepat ,,haqiqi", jang se-benar2nja, jang sedjati.

68

Page 69: Al-Ghazali (Auth.), Abdullah Bin Nuh (Trans.) - Pembebas Dari Kesesatan (Al-Munqidh Min Al-Dalal)