akibat hukum perkawinan di bawah umur bagi penganut asas kewarganegaraan...
TRANSCRIPT
AKIBAT HUKUM PERKAWINAN DI BAWAH UMUR BAGI
PENGANUT ASAS KEWARGANEGARAAN GANDA
(Analisis Normatif Pasel 6 Undang-Undang No.12 tahnn 2006 dan
Pasiil 7 Undang-Undang No. 1 tahun 1974)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Persyaratan
Untuk Menempuh UJian
Sarjana Hukum
RAHMADAN RIZKISAPUTRA
50 2011 259
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS HUKUM '
2015
i
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS HUKUM
PERSETUDJAN DAN PENGESAHAN
AKIBAT HUKUM PERKAWINAN DI BAWAH UMUR BAGI reNGANUT ASAS KEWARGANEGARAAN GANDA (Analisis Nonnatif Pasal 6 Undang-Undang No.12 tahun 2006 dan Pasal 7 Undang-Undang No. I lahun 1974)
] lama : RAHMADAN RIZKI SAPUTRA NIM/NIRM :50 201i259 Program Studi ; llmu Hukum Program Kekhususan : Hukum Perdata
PEMBIMBTNG:
ZULFIKRINAWAWI, SH., MH
Palembang, 19 Agustus2015
MOTO:
'Yakinlah dirimu lebih dari yang kau bayangkan, karena tiap waktu yang kau lalui adalah takdir yang kau pilih"
(Rakmudan Rizki Saputra)
KUPERSEMBAHKAN KEPADA:
> KEDUA ORANG TUAKU TERCIMTA > SAUDARA-SAUDARAKU TERS^^ YANG > KEPONAKAN-KEPONAKAN K U TERSAYANG > SESEORANG YANG K E L A K AKAN MENJADI
MAKMUMKU \ > TEMAN-TEMAN SEPERJUANGANKU
> ALMAMATERKU
iii 1^
Judul Skripsi :AKIBAT HUKUM PERKAWINAN DIBAWAH UMUR BAGI PENGANUT ASAS PERKAWINAN GANDA (AnalSsis Normatif Pasal 6 Undang-Undang No.12 tahun 2006 dan Pasal 7 Undang-Undang No.l tahun 1974.
Penulis, Pembimbing,
Rahmadan Rizki Saputra Zulfikri Nawawi, SH. ,MH
ABSTRAK
Yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah :
1. Bagaimanan akibat hukum perkawinan di bawah umur bagi penganul asas kewarganegaraan ganda ?
2. Bagaimana Upaya anak berkewarganegaraan ganda agar dapat melangsungkan perkawinan di bawah umur ?
Selaras dengan tujuan yang bermaksud untuk mengetahui akibat hukum perkawinan dibawah umur bagi penganul asas perkawinan ganda ( Analisis Normatif Pasal 6 Undang-undang No 12 tahun 2006 dan Pasal 7 Undang-undang No 1 tahun 1974), maka jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yang bersifat dcskriktif (menggambarkan), oleh kamanya tidak bermaksud untuk menguji hipotesa.
Teknik pengumpulan data dititik bcratkan kepada penelitian kepustakaan dengan cara mengkaji bahan hukum primer, bahan hukum skunder, dan bahan hukum tcrsier.
Teknik pengolahan data dilakukan dengan mencrapkan analisis isi (Content Analisys) untuk selanjutnya dikontruksikan kedalam suatu kesimpulan.
Berdasarkan penclusuran lebih Jauh, terutama yang bersangkut paut dengan permasalahan, dapal di simpulkan sebagai berikut:
1. Akibat hukum perkawinan di bawah umur bagi penganut asas kewarganegaraan ganda adalah :
iv
Pertama, diharuskan memilih salah satu kewarganegaraan. Berdasarkan ketentuan pasal 6 Undang - undang nomor 12 tahun 2006 ayat 1 yang menyandang status berkewarganegaraan ganda j ika sudah kawin anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu kewarganegaraanya. Kedua, dianggap sudah dewasa dan cakap melakukan perbuatan hukum. Sesuai dengan ketentuan perundang - undangan pasal 47 dan 50 Undang - undang Nomor 1 rahun 1974 tentang perkawinan, dimana kekuasaan orang tua berakhir bila anak sudah mencapai 18 tahun (kecuali sudah kawin sebelum umur itu). Ketiga, paspor ganda yang dipegangnya dinyatakan tidak berlaku. Berdasarkan ketentuan pasal 6, apabila anak yang berkewarganegaraan ganda telah mclangsungkan perkawinan maka secara otomatis ia harus segera meninggalkan salah satu kewarganegaraan yang disandangnya. Keempat, dicabutnya hak untuk fasilitas sebagai warga negara Indonesia yang berkewarganegaraan ganda. Jika anak tersebut melangsungkan perkawinan, maka secara otomatis hak untuk fasilitas sebagai warga negara Indonesia yang berkewarganegaraan ganda dicabut.
2. Upaya anak berkewarganegaraan ganda agar dapat melangsungkan perkawinan di bawah umur :
a. Mengajukan surat buti kewarganegaraan ganda b. Magajukan Dispensasi Untuk Melangsungkan Perkawinan D i
Bawah Umur
K A T A PENGANTAR
Alhamdulillah penulis panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena berkat taufiq dan hidayah-Nya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini . Dan leriring serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Adapun judul skripsi ini " A K I B A T H U K U M PERKAWINAN D I B A W A H UMUR B A G I PENGANUT ASAS K E W A R G A N E G A R A A N G A N D A (Analisis Normatif Pasal 6 Undang-Undang No. 12 tahun 2006 dan Pasal 7 Undang-Undang No. 1 tahun 1974)'\ Skripsi ini ditulis sebagai syarat untuk menempuh ujian sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempuma sebagaimana mestinya penulisan ilmiah lainnya. Namun penuulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikannya, meskipun dengan keterbatasan kemampuan serta bahan yang tersedia. Olch karena itu kritik dan saran yang bersifat mcmbangun dcmi kcsempumaan skripsi ini akan diterima.
Kemudian dengan rasa tulus dan ikhlas penuHs menghaturkan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. M.ldris.,SE,.M.si., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Palembang.
2. Ibu Dr.Hj. Sri Suatmiati.,SH.,M.Hum, Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang.
3. Bapak dan Ibu Wakil Dekan 1, \l I I I , dan IV Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah.
4. Bapak Zulfikri Nawawi, SH.,MH, selaku Pembimbing Skripsi yang telah memberi pengarahan dan bimbingan.
5. Bapak M . Soleh Idrus, SH.,MS, Selaku Pembimbing Akademik yang telah membimbing selama kuliah.
vi
6. Bapak Mulyadi Tanzili, SH.,MH, Selaku Ketua Bagian hukum keperdataan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang.
7. Seluruh Staf Dosen dan Karyawan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang.
8. Kedua orang tuaku lercinta (ayahanda Sartono.ibunda Sudartini) Ketiga ayundaku( Nove Sadriah,S.Kep, Ners, Diana Paristhy Sari,S. PAUD, Rami Purwasih,S.Pd ) adikku (Aisyah Nurlaily) dan kelima ponakan ku tersayang (Daniel, Zibran, Kenzie, Alvaro, Keisha). Yang telah memberikan dukungan moril dan materil, yang senantiasa mendoakanku, dan memotivasi dan mengharapkan kesuksesanku Terimakasih atas kasih sayang yang kalian curahkan kepadaku selama penulis menuntut ilmu pengetahuan di Universitas Muhammadiyah Palembang sampai dengan selesainya skripsi ini .
9. Almamater ku dan teman satu Angkatan 2011 yang selalu memberi semangat.
lO.Sahabat-sahabat seperjuanganku (Amir, Asta. Dafi, Mesa, Ika Bela, Sari. Imey). Yang selalu menemaniku dalam suka maupun duka yang selalu memberi semangat dalam berjuang demi cita-citaku.
1 l.Posko KKN-209 Desa Srijabo Baru Kec. Sungai Pinang, Kab. Ogan Il i r (Bpk/lbu Kades,Ibu Tona, Ibu Ida, Agung, Dede, Adrian, Roy, Nanang, Seprina, Melly, Ejak, Nesti, Indri)
Semoga semua bantuan, dukungan dan amal baik yang telah diberikan mendapal imbalan sebagaimana mestinya dari Allah SWT. Dan skripsi ini dapat bermanfaat bagi saya sendiri maupun yang membacanya.
Palembang, 10 Agustus 2015
Penulis
Rahmadan Rizki Saputra
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN iii
ABSTRAK. iv
KATA PENGANTAR. vi
DAFTAR ISI viu
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Permasalahan 6
C. Ruang Lingkup dan Tujuan ,..7
D. Metode Penelitian ,.7
E. Sistematika Penulisan 8
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Perkawinan 11
1. Menurut Hukum Islam 11
2. Menurut Undang - undang Perkawinan No.l tahun
1974 15
3. Menurut Kitab Undang - undang Hukum Perdata
(BW) 16
B. Syarat dan Rukun Perkawinan 17
1. Syarat sahnya Perkawinan 17
2. Rukun Nikah 21
C. Tujuan Perkawinan 22
D. Perkawinan Campuran 27
a. Sejarah Pengaturan Perkawinan Campuran 27
viii
b. Pengaturan dalam Undang - undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan 29
c. Pengaturan Mengenai Anak dalam Perkawinan
Campuran 30
E. Perkawinan di Bawah Umur 35
1. Batasan Usia Menurut Hukum Islam 36
2. Batasan Usia Menurut Undang - undang No.l Tahun 1974 37
3. Batasan Umur Ideal Menurut Gander 39
BAB HI PEMBAHASAN
A. Akibat Hukum Perkawinan di Bawah Umur bagi Penganut Asas
Kewarganegaraan Ganda 41
1. Konsep Anak Berkewarganegaraan Ganda (terbatas) 41
2. Anak Berkewarganegaraan Ganda yang Melakukan Perkawinan
di Bawah Umur 45
B. Upaya Anak Berkewarganegaraan Ganda agar dapat Melangsungkan
Perkawinan di Bawah Umur 51
1. Mengajukan Surat Bukti Kewarganegaraan Ganda 51
2. Mengajukan Dispensasi unluk Melangsungkan Perkawinan
di Bawah Umur 54
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 57
B. Saran 58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
BAB I
Pendahuluan
A. Lalar Belakang
Perkawinan merupakan bagian dari perjalanan hidup manusia.
dalam setiap ajaran agama tujuannya bukan saja untuk menyalurkan
insting seksual manusia dan meletakkanny a pada jalan yang benar. tetapi
berfungsi juga sebagai sarana reproduksi manusia untuk mcngagungkan
daumenaati perintah Tuhan sesuai dengan tugas manusia.
Dalam hal perkaw inan sescorang tlapai memilih \ ang terbaik
bagi kehidupannya kelak, tidak jarang sescorang melakukan
perkawinan dengan orang lain yang berbeda suku. agama. dan bangsa
yang dengan kata lain sering discbul perkawinan campuran tetapi
tujuan yang lerpenting adalah membenluk keluarga (rumah tangga)
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
i*crkawinan campuran sudah banyak dilakukan oleh warga negara
Indonesia di berbagai daerah seiring dengan perkcmbangan pemikiran
masyarakat. Jika pada masa kolonial dan tcodal perkawinan campuran
terjadi karena kchidupan bcrmasyarakat dan kondisi sosial pada waktu
itu, yang sering terjadi anlara lain perkawinan antara pejabat Belanda
dengan kerabat dari pejabai Bumi I'ulcra.
1
2
Di samping itu lidak jarang terjadi perkawinan antara orang-
orang Belanda yang tertarik dengan perempuan pribumi dari golongan
rakyat biasa, demikian halnya dengan anak keturunan mereka.
Masuknya pedagang dari Arab dan Tiongkok juga menjadi salah satu
pendorong berkembangnya interaksi antar masyarakat yang berbeda
bangsa dan lunduk pada hukum yang berlainan ini unluk melangsungkan
perkawinan campuran di lanah air.
Globalisasi informasi, ekonomi, pendidikan. dan transportasi
adalah salah salu faklor pendorong lerjadinva perkawinan campuran.
Mcnurut survey yang dilakukan oleh Mixed Couple Club, jaiur
perkenalan yang membawa pasangan berbeda kewarganegaraan
menikah antara lain adalah perkenalan melalui internet, kemudian
bekas teman kerja/bisnis, berkenalan saat berlibur, bekas teman
sckolah/kuliah. dan sahahat pena.'* Perkawinan campuran juga terjadi
pada tenaga kerja Indonesia dengan tcnaga kerja dari negara lain.
Dengan banyak icrjadinya perkawinan campuran di Indonesia sudah
scharusnya perlindungan hukum dalam perkawinan campuran ini
diakomodasi dengan baik dalam perundang-undangan di Indonesia.
Dalam perundang-undangan di Indonesia, perkawinan campuran
didefjnisikan dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
^'pan Mohuinmad Paiz, Status hukum anak hasil perkawinan campuran. hnp://wwvv.mixeikouple.cvm/ariides/modphp?mody}ublis
3
Perkawinan pasal 57, yang dimaksud dengan perkawinan campuran
daJam undang-undang ini ialah ^'Perkawinan antara dua orang yang
di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan, karena perbedaan
kewarganegaraan dan salah satu pihak berkewarganegaraan
Indonesia", sedangkan dalam Staalblad 1898 No. 158 lentang peraturan
perkawinan campuran sendiri perkawinan campuran diartikan sebagai
Perkawinan antara orang-orang yang di Indonesia tunduk pada hukum-
hukum yang berlainan. ^' dari situ dapat ditarik kesimpulan
bahwasanya pada perkawinan campuran, meskipun pada dasarnya sama
iiUiksud ya.ip tcrkandung dalam kedua peraturan tadi. akan tetapi
Undang-undang perkawinan lebih detail lag! mcniel;Kkan mengenai siana-
siapa saja yang lunduk pada hukum yang berlainan guna pelaksanaan
perkawinan campurari.
Selama hampir setengah abad pengaturan kewarganegaraan
dalam perkawinan campuran antara warga negara Indonesia dengan
warga negara asing, mcngacu pada Undang-undang Nomor 62 Tahun
1958 tciUang kewarganegaraan. Seiring herjalannya waktu Undang-
undang ini dinilai lidak sanggup lagi mcngakomodasi kepcntingan para
pihak dalam perkawinan campuran, terutama perlindungan untuk istri
dan anak.
' Sudarsono. Hukum Perkawinan Nasionai. (.lakarla: I'T Asdi MahasaWa. 2005). hlm.200.
k
Barulah pada 11 Juli 2006, Dewan Perwakilan Rakyat mengesahkan
Undang- undang kewarganegaraan yang baru. I.ahimya undang-undang ini
disambut gembira oleh warga Indonesia yang menikah dengan warga
negara asing. walaupun pro dan kontra masih saja timbul. namun secara
garis bcsar undang-undang baru >ang memperbolehkan dwi
kewarganegaraan (lerbalas) ini sudah memberikan penccrahan baru dalam
Miciig-ii.i.d j>cr,soalan-pcrsoa!an yang lahir dari perkawinan campuran.
Pcrsoalan yang rentan dan sering iimbul dalam perkawinan
campuran adalah masalah kewarganegaraan anak. Undang-undang
kcvvii.igaiK;gai"aaii yang lama mcnganiit prtnsip kewarganegaraan
lunggal, sehingga anak yang lahir dari perkawinan campuran hanya
bisa memiliki salu kewarganegaraan, yang dalam Undang-undang
;c!,sUHii d:lv:.pukan bahwa yang harus diikuti adalah kewarganegaraan
ayahnya. Pengaturan ini mcnimbulkan pcrsoalan apabila di kemudian
hari perkawinan orang tua pecah, tenlu ibu akan kesuHtan mcndapat
pengasuhan anaknya yang warga negara asing.
Mengenai kepentiiigan anak hasil dari perkawinan campuran
dan resmi menurut hukum di Indonesia adalah agar pelaku
perkawiiiau ciimpurau dan pcngambil keputusan memahami dan
jncndapat penccrahan mengenai konsep lentang kewarganegaraan ganda
bagi anak-anak hasil perkawinan campuran. Dalam Undang-undang
Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan pasal 6 ayat (11
5
disebulkan bahwa: mengenai status anak hasil dari perkawinan
sebagaimana dimaksud didalam pasal 4 huruf c, d, f, m (anak hasil
perkawinan antara WNI dengan WNA) dan pasal 5 berakibal
berkewarganegaraan ganda, setelah berusia 18 tahun atau sudah kawin
anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu
kewarganegaraannya.
Dalam hal mclangsungkan perkawinan dimungkinkan timbul
suatu masalah terlebih bagi anak yang menyandang status
kewarganegaraan ganda Apabila anak lersehut hendak melangsungkan
pciTiikaljan di l.mwali urnut', sedangkan mcnurutbatasan umur pada Undang-
undang Perkawinan pasal 7 aval (1) hanya mengizinkan jika pihak laki-
laki sudah mencapai umur 19 {sembilan belas) lahun dan pihak
jicicuijiLi.in sudali mencapai umur 16 (enam belas) tahun. Meskipun
terdapat dispensasi pada ayat selanjutnya tclapi nantinya akan timbul
permasalahan j ika anak yang berkewarganegaraan ganda tersebui
melangsungkan perkawinan.
Perkawinan di bawah umur yang dilakukan oleh anak yang
mempunyai kewarganegaraan ganda berpolensi masalah sebab nantinya
.ikar. !(:rjau! bcnUiran kaidah hukum yang berkailan dengan
kcde\yasaaa dan keeakapan melakukan perbuatan hukum terutama dalam
masalah perkawinan.
6
Sebagai eonloli adalah dalam hal perkawinan, menurut hukum
Indonesia, terdapat syarat material dan formal yang perlu dipenuhi. Ketika
seorang anak yang belum berusia 18 lahun hendak menikah maka
harus mcmeiiuhi kedua syarat tersebut. Syarat materil harus mengikuti
hukum Indonesia sedangkan syarat formal mengiknii hukum tempat
perkawinan dilangsungkan. Namun berdasarkan hukum dari negara
pemberi kewarganegaraan yang lain, hai tersebut diizinkan, lalu
ketentuan mana yang harus dlikutinya
Dengan lahirnya Undang-undang Kewarganegaraan yang baru yakni
Undang- undang Nomor 12 Tahun 2006. sangat menarik untuk dikaji
bagaimana pengaruii lahirnya Untlang-undang ini lerhadap status hukum
anak dari perkawinan campuran yang mclangsungkan pcrkauinan tli
bawah umur.
B. Permasalahan
Yang menjadi permasalahan adalah :
!. Apa akibat hukum yang timbul pada perkawinan di bawah
umur yang dilakukan anak berkewarganegaraan ganda?
2. Bagaimana upaya yang dilakukan anak berkewarganegaraan
ganda agar dapat melangsungkan perkawinan di bawah umur?
C. Ruang Lingkup dan Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan,
mengkaji, dan mcnganalisis akibat hukum yang limbul pada anak
hcrkewarganegaraan ganda dalam melangsungkan pernikahan di bawah
umur. scrla pcngaruhnya dengan status dan kedudukan hukum sebagai
warga Negara dan unluk mendiskripsikan upaya-upaya yang dilakukan
olch aiiak bci kcvvat pancgaraan ganda dalam melakukan perkawinan di
bawah umur berdasarkan perturan hukum yang ada. dengan
memperhalikan ketentuan pasal 6 Undang-undang Nomor 12 Tahun
200b dan pasal / Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 sebagai dasar
scrla rujukan berkaitau dengan kclculuan formal dan material dalam
melangsungkan perkawinan.
D. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian Normatif. Dengan demikian sumber bahan hukum penelitian ini
mcncakup:
1. Bahan hukum Primer, yailu bahan hukum yang mengikat. Dalam
hal ini bahan hukum yang dimaksud adalah kitab Undang-
Undang Hukum Perdata, Undang- undang No.12 tahun 2006
8
lentang Kewarganegaraan. Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang
Perkawinan.
2. Bahan hukum Sckundcr, yaitu bahan hukum yang memberikan
penjelasan mengenai bahan hukum primer. Bahan hukum ilu
lerdiri dari Literatur yang berkailan dengan landasan hukum
operasional hukum Perkawinan lerutama mengenai perkawinan
di baucili niiiur, kewarganegaraan ganda pada anak hasil
perkawinan campuran, kemudian rancangan Undang-undang.
buku icks (teks books) yang ditulis para ahli hukum {de herseende
'.;.;•), juii.ial iiukum. jjeudapat para pakar hukum. Disamping ilu
juga didukuiig oleh berbagai laporan penelitian. artikel, dan data-
data penunjang dari internet.
3. Bahari hukum 1 ersier, yaitu bahan hukum yang membenkan
pctunjuk maupun penjelasan tcrhadap bahan hukum primer dan
bahan hukum sekunder. Dalam hal ini bahan hukum yang
dimaksud terdiri dari kanius hukum. kamus bahasa.
cnsiklopedia. dan Iain-lain.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan rangkaian urutan dari beberapa
uraian beberapa suatu sistem pcmbahasan dalam suatu rangkaian ilmiah.
Dalam penelitian ini akan digambarkan sistematika penelilian yang
9
telah dilakukan sehingga mempennudah dalam memahami isi dari
penelitian ini. Dengan adanya pcmbahasan yang sistematis, sualu
penelitian akan lebih jeias arah tujuan penelilian tersebut. Dalam
kaitannya dengan penelitian skripsi ini , sistematika dalam penelitian
penelitian ini disusun dalam empat bab sebagai berikut:
BAB 1 Pendahuluan, yang terdiri dari: latar belakang masalah.
batasan masalah, rumusan m asal ah, tujuan penel i ti an.
maniaal penclilian, dan lekhnik penelitian serta sistematika
pcmbahasan scputar masalah ini.
BAB n Kajian Tcori, Pada hah ini akan diuraikan tentang teori-
teori yang melandasi penelitian dan pcmbahasan yang
herkaitan dengan akibat hukum perkawinan di bawah
umur bagi penganul kewarganegaraan ganda. Serta
beberapa pendapat dari berbagai literatur. dan hasil
penelitian scbelumnya sebagai landasanleori pcmbahasaii
pada bab berikutnya.
B A B 111 Pcmbahasan. berisi tentang: jawaban dari semua rumusan
iiiasalali mengenai apa akibat hukum perkawinan di
bawah umur bagi anak kewarganegaraan ganda, serta
upaya yang dilakukan anak yang berkewarganegaraan
10
ganda agar dapat melangsungkan perkawinan di bawah
umur.
B A B IV Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB H
T I N J A U A N P U S T A K A
A. Pengertian perkawinan.
1. Menurut Hukum Islam
Pada prinsipnya. pernikahan adalah akad untuk mcnghalalkan
hubungan serta membalasi hak dan kewajiban, lolong - menolong antara
laki - laki dan perempuan dimana antara keduanya bukan muhrim.
Istilah Perkawinan bera.sal dari kata "nikah" yang artinya
mengumpulkan, saling memasukan. dan digunakan untuk arti bersetubuh
(wathi). Sedangkan dalam bahasa Indonesia perkawinan berasal dari kata
"kawin" yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan
jenis; melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh.
Dewasa ini kcrap kali dibedakan antara "nikah" dan "kawin". Akan
tetapi pada prinsipnya antara "pernikahan" dan "perkawinan" adalah sama.
hanya berbeda dalam menarik akat kita saja. Apabila dilinjau dari segi
hukum nampak jeias bahwa pernikahan adalah akad sue) dan luhur antara
laki - laki dan perempuan bukan muhrim yang menjadi sebab sahnya status
sebagai suami istri dan dihaluikanya hubungn seksual dengan tujuan
11
12
mancapai keluarga sakinah. penuh kasih sayang, kebijakan dan saling
menyantuni."^*
Dalam referensi lain, Secara Etimologi pernikahan berarti:
j ^ i j i.^Yang artinya berscnggama dan bercampur. Nikah mempunyai
dua arti yakni arti kiasan dan arti sebenarnya. Menurut arti sebenamya
nikah adalah "dham" yang berarti "menghiinpit'V'menindih", atau
"berkumpul". Sedangkan arti kiasan nikah adalah "waihaa", yang artinya
bersetubuh."**
Secara Tenninologi pernikahan itu hakekatnya adalah "aqad'" antara
calon suami istri untuk memperbolehkan keduanya bergaul sebagai suami
istri.^' Hal ini senada dengan imam safi'i yang mengartikan nikah adalah
akad yang mengandung ketentuan hukum kebolchan Wathaa dengan laladz
nikah atau Tazwij atau dengan lafadz yang semakan dengan keduanya.
Kompilasi Hukum Islam juga memberikan definisi yang hampir
sama. Dalam bab I I dasar - dasar pernikahan. Pasal 2 disebutkan bahwa:
"Perkawinana menurut hukum Islam adalah perkawinan, yaitu akad yang sangat kuat atau Miitsaaqan Ghaiishan untuk mentaati perintah Allah dan melakukannya merupakan amal ihadah. "^^
^'Sudarsono. 1992. Pokok-pokok Hukum Islam , i'dkarla: Rineka Cipta, him 188.
Kamal Mukhtar. 1993. Asas Hukum Islam lentang pernikahan . Surabaya: Bulan Bintang, him.l .
^^Mahniud Yuniis, 1981. Hukum pernikahan dalamm Islam, cel.9 Jakarta: Hidakarya
Agung, him.I.
Dari pengertian diatas dapat dlpahami bahwa pernikahan adalah akad
yang suci dan kuat Miitsaaqan Ghaliizhan antara laki ~ laki dan perempuan
untuk memperbolehkan melakukan hubungan biologis serla untuk mentaati
perintah Allah dan melakukanya merupakan bagian dari amal ibadah
kepada-nya.
Pengertian tersebui mengisyaratkan adanya akad. karena akad
merupakan proses yang sangat fundamental yang tidak boleh ditiadakan
dalam satu pernikahan. Jika suatu pernikahan tanpa diketahui oleh suatu
akad maka pernikahan tersebut tidak sah dan balal. Akad sendiri adalah
rangkaian ijab yang diucapkan oleh wali dan qabul yang diucapkan oleh
mempelai pria atau wakilnya dan disaksikan oleh dua orang saksi.
Apabila seorang laki - laki dan perempuan melakukan hubungan
seksual tanpa adanya akad nikah, maka tidak ubahanya seperti kchidupan
liar binatang. Dan apabila itu terjadi dalam kchidupan manusia maka
sesungguhnya manusia memposisikan dirinya sama seperti binatang.
padahal Allah menciplakan dalam model yang sebaik - baiknya dan paling
mulia diantara para mahluk-Nya yang lain.
Keberlangsungan hidup manusia di dunia ini memerlukan sebuah
keseimbangan. dan keseimbangan ilu bisa terlaksana j ika manusia dapal
memerankan fungsinya dalam menjaga sesuatu yang mendasar dalam
' Abdul Ghani Abdullah. 1994. Pengantar Kompilasi Hukum Islam dalam latanan hukum Indonesia Jakarta: gema Insani press, hlin.78
kehidupanya. Termasuk menjaga tujuan - tujuan hukum Islam yang
kemudian di sebut Maqasid AT- syari'ah. Imam Al-Syatibi menyimpulkan
bahwa tujuan hukum Islam atau Maqasid Al-syari'ah di dunia ada lima hal
yaitu sebagai berikut:^'
1. Memelihara agama {Hifdz Al-Din), yang dimaksud adalah
hubungan manusia dengan Allah seperti shalat, zakat, puasa, haji.
dan syahadat.
2. Memelihara diri {Hifdz Al-Nofs), yaitu larangan menghina orang
lain, larangan bunuh diri dan sebagainya.
3. Memelihara keturunan dan kehormatan, seperti aturan - aturan
pernikahan, larangn berzina dan Iain-lain.
4. Memelihara harta yakni larangan mencuri, mengghasab barang
orang lain.
5. Memelihara akal didalamnya terdapat kewajiban menuntut ilmu
dan sebagainya.
Salah satu dari kelima hal tersebut diatas dalam kaitanya dengan
pernikahan adalah memelihara keturunan dan kehormatan. Dalam kerangka
inilah sesungguhnya manusia dianjurkan untuk melakukan sebuah
pernikahan dengan lawan jenisnya, agar eksistensinya kchidupan manusia
di dunia ini bisa tents berlanjut. Pernikahan sebagai salah satu institusi
Asatri Jaya Bakri. 1996. Konsep Maqasid Syari'ah menunn al-Syafihi. Jakarta: PT Raja Grafindo Pustaka. him.65.
15
agama sudah barang lentu memiliki seperangkat aturan yang harus
dipenuhi.
Namun demikian, agar pernikahan yang akan dilaksanakan
diharapkan nantinya menjadi pernikahan yang sakinah. mawaddah dan
rahmah bisa tercapai, maka hal - hal yang mendukung harus dipersiapkan
juga. Mengingat betapa besamya tanggung jawab, baik suami maupun istri
perlu memiliki kesiapan matang, baik psikis maupun fisik.
Hal ini karena pekerjaan berat ini tidak mungkin terlaksana dengan
persiapan yang asal - asalan dan kondisi fisik maupun psikis yang buruk.
Diperlukan kesiapan fisik dalam menempuh kchidupan rumah tangga.
scbab rumah tangga bukanlah suatu permainan yang santai. Rumah tangga
merupakan sualu perjuangan yang berat. bahkan kadangkala sangal keras.
dan tentu memerlukan ketahanan fisik yang prima.
Bagi wanita misalnya. rutinitas kerja dalam rumah tangga
memerlukan tenaga yang sangat besar. dari menguriis diri. rumah.
mengurus dan melayani kebutuhan suami lahir maupun baiin. Belum lagi
kalau dikaruniai Tuhan keturunan. hal ini akan menamhah beban istri.
Semua ini memtTlukan ketahanan fisik yang prima.**'
2. Menurut Undang - undang Perkawinan No. l lahun 1974
Menurut Undang -undang No. l tahun 1974 pasal 1:
^'Rahmat Hakim. 2000. Hukum Pcniikahan Islam. Bandung: C V Pustaka Sella, him. 139.
16
"Perkawinan ialah ikalan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga), yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa. "
Pengertian perkawinan seperti yang tercantum diatas bila diperinci yaitu:
1. Perkawinan ialah ikatan iahir batin antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami istri;
2. Ikatan lahir batin ilu ditunjukan untuk membentuk keluarga ( rumah
tangga) yang bahagia kekal sejahtera.
3. Ikatan lahir batin dan tujuan bahagia yang kekal itu berdasarkan pada
Ketuhanan yang Maha Esa.
Indonesia sebagai Negara berdasarkan Pancasila, yang sila
pertamanya ialah Ketuhanan yang Maha Esa, maka antara perkawinan
dengan agama atau kerohanian mempunyai hubungn yang sangat erat,
karena perkawinan bukan saja mempunyai unsur jasmani tetapi juga
mempunyai unsur rohani yang memegang peranan sangal penting.
3. Menrut Kitab Undang - undang Hukum Perdata (BW)
Pengertian dasar perkawainan menurut BW adalah menganut
pengertian dasar perkawinan barat (perdata). artinya menurut BW suatu
perkawinan adalah sah j ika telah dilangsungkan berdasarkan ketentuan
Undang - undang dan telah memenuhi syarat - syaray yang digariskan oleh
Undang - undang. Ha! ini terbukti dari isi pasal 26 yang berbunyi;
17
"Undang - undang memandang soal perkawinan hanya dalam hubungan -hubungan perdatanya"^^
B. Syarat dan Rukun Perkawinan
1. Syarat sahnya Perkawinan
Dalam melaksanakan suatu perkawinan. maka sebelumya harus
dipenuhi dulu syarat - syarat untuk dapat tcrwujudnya suatu perkawinan
yang sah. Diantara syarat - syarat sah perkawinan itu antara lain:
a. Menurut Hukum Islam
Setelah ditetapkanya Undang - undang No. l lahun 1974 tentang
perkawinan, maka dasar ber'akunya Hukum Islam di bidang perkawinan.
talak dan rujuk mengacu pada Undang - undang ini, lerutama pada pasal 2
ayat (1) dan ayat (2) yang mcnetapkan:
"Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing -masing agama dan kepercayaan itu. Tiap - tiap perkawinan dicatai menurut paraturan - peraturan perundang - undangan yang berlaku "
Oleh karena itu, syarat sahnya perkawinan mcnurut Hukum Islam
harus memnuhi syarat - syarat sebagai berikut:
Perkawinan tidak dilakukan yang bertentangan dengan larangan ~
larangan termasuk dalam ketentuan A l - Qur'an surat A l - Baqoroh ayat
221. yaitu larangan perkawinan karena perbedaan agama dengan
pcngcualian dalam sural A l Maidah ayai 5. yailu khusus laki ~ laki Islam
Sution Usman Adji S.H., 2002. Kawin Ian dan kawin aniur agama. Yogyakarta; Liberty, him. 126.
18
boleh mengawini perempuan - perempuan ahli kitab, seperti yahudi.
nasrani. Kemudian tidak bertentangan dengan larangan - larangan tersebut
dalam A l - Quranul Karim surat An ~ Nisaa ayat 22, 23 dan 24.
b. Menurut Undang - undang Perkawinan No. l lahun 1974
Syarat sahnya perkawinan menurut Undang - undang Perkawinan
N o . l tahun 1974 harus:
1) Didasarkan kepada persetujuan babas antara calon suami dan calon
islri, berarti tidak ada paksaan didalam perkawina.
2) Pada asasnya perkawinan itu adalah salu istri bagi satu suami dan
sebaliknya hanya satu suami bagi satu istri. kecuali mendapat
dispensasi oleh Pengadiian Agama dengan syarat ~ syarat yang berat
untuk boleh beristri lebih dari satu dan harus ada izin dari istri
pertama. adanya kepastian dari pihak suami bahwa mampu
menjamin keperluan - keperluan hidup isteri - isleri dan anak - anak
serta jaminan bahwa suami akan berlaku adil, terhadap isleri - isteri
dan anak-anak mereka.
3) Pria harus telah berumur 19 ( sembilan belas) tahun dan wanita 16
(enam belas) tahun.
4) Harus mendapat izin masing - masing dari kedua orang tua mereka.
kecuali dalam hal - hal terlenlu dan calon pengantin lelah berusia21
(dua puluh salu ) tahun atau lebih, atau mendapat dispensasi dari
Pengadiian Agama apabila umur para calon kurang dari 19 dan 16
tahun.
5) Tidak termasuk larangan - larangan perkawinan 2 (dua) orang yang:
a) Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus keatas maupun
ke bawah.
b) Berhubungan daran dalam garis keturunan ke samping yaitu
antara saudara, antara saudara dengan saudara orang tua dan
antara seseorang dengan saudara neneknya.
c) Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak t i r i , menantu dengan
ibu/ bapak t i r i .
d) Berhubungan sesusuan, yaitu orang tua susan dan bibi/ paman
susan.
e) Berhubungan saudara dengan istri (ipar) atau sebagai bibi atau
kepoakan dari istri, dalam hal seorang suami beristri, lebih dari
seorang.
f) Mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan Iain
yang berlaku dilarang kawin.
6) Seorang yang masih terkait tali perkawinan dengan orang lain,
kecuali dispensasi oleh pengadiian.
7) Seorang yang telah cerai untuk kedua kalinya. maka diantara mereka
tidak boleh dilangsungkan perkawinan lagi, sepanjang hukum
masing - masing agamnya dan kepercayaannya itu dari yang
bersangkutan tidak menentukan lain,
8) Seorang wanita yang perkawinanya terputus unluk kawin lagi lelah
lampau tenggang waktu tunggu.
9) Perkawinan harus dilangsungkan menurut tat cara perkawinan yang
diatur oleh Peraturan Pemerinah Nonior 9 tahun 1975 jo . Peraturan
Menteri Agama No.3 tahun 1975 tentang pencatatan nikah, talak dan
rujuk.
c. Menurut Kitab Undang - undang Hukum Perdata (BW)
Bahwa menurut kitab Undang - undang Hukum Perdata (Bugerlijk
Wetboek). selanjutnya akan disebut K U H Perdata. ialah;
1) Bahwa Undang - undang memandang soal perkawinan hanya dalam
hubungan pedatanya saja, asas perkawinan menurut K U H Perdata.
zmenghendaki adanya kala sepakat yang dinyatakan secara bebas
antara kedua calon suami islri, jadi lidak boleh adanya paksaan dari
salah satu pihak.
2) Bila ada paksaan maka perkawinan tidak dapat dilangsungkan atau
setelah dilangsungkan dapal dibaialkan kembali.
3) Bagi laki- laki akan kawain disyaratkau harus berumur sekurang -
kurangnya 18 tahun ( delapan belas ) tahun. sedangkan bagi
perempuan 15 (lima belas) tahun.
21
4) Setiap orang yang hendak melakukan perkawinan harus terlebih
dahulu memberitahukan kehendak itu kepada pegawai catatan sipil
ditcmpat tinggal salah salu diantara keduanya dengan syarat - syarat
yang cukup kepastian dan memperlihatkan kehendak kedua calon
suami isleri, izin orang tua atau wali pengawas alau keputusan
Pengadiian Negeri bilamana diperluakan serta akta kelahiran calon
suami isteri.
5) Bilamana perkawinan itu dalaha perkawinan yang kedua. harus
dilampirkan akata perceraian alau akala kematian. salah satu diantara
keduanya. Kemudian juga akata pengumuman akan melakukan
perkawinan dan lain - Iain.
6) Bilamana dalam tenggang waktu salah satu bulan terhitung sejak
pengumuman hendak kawin. perkawinan tersebut lidak
dilangsungkan. maka perkawinan itu lidak boleh dilangsngkan
kembali kecuali setelah diulangi lagi pengumuman kembali untuk
kedua kalinya seperti semula.
7) Perkawinan tidak dapat dibuktika dengan cara lain melainkan hanya
dengan akta perkawinan yang dibenarkan oleh pejabat Catatan Sipil
dimana pekarwinan tersebut dilangsungkan. kecuali dalam hal - hal
lain berdasarkan perlimbangan dari hakim dengan hukli bukti y ang
cukup mengenai ketidakadaan akta - akta perkawinan tersebut.
22
2. Rukun Nikah
a) Adanya calon pengantin laki - laki dan ealon pengantin
perempuan.
b) Kedua calon mempelai haruslah Islam, akil baligh ( dewasa dan
berakal), sehat baik jasmani maupun rohani.
1) 1 larus ada perselujuan bebas antara kedua calon pengantin.
2J Harus ada wali nikah.
3) Harus ada 2 orang saksi, dalam hal ini Islam, dewasa, dan adil.
4) Membayar mahar (mas kawin)
5) Sebagai proses terakhir dan lanjulan dari akad nika adalah
pemyataan Ijab dan Qabul. Ijab yang berarti pemyataan kehendak
dari calon mcngantin wanita yang la/imnya diwakili oleh wali.
Sedangkan Qabul berarti pernyataan penerima dari pihak laki - laki
IJab pihak perempuan.
C.Tujuan Perkawinan
Tujuan perkawinan dalam Islam adalah : Untuk memenuhi luntuian
hajat tabiat kemanusiaan, berhubungan dengan laki-laki dan perempuan
dalam rangka mewujudkan sualu kckeluargaan yang bahagia dengan dasar
cinta dan kasih sayang, untuk mcmperoleh keturunan yang sah dalam
23
masyarakat dengan mengikuti ketentuan - ketentuan yang iciah diatur oleh
Syari'ah.
Rumusan tujuan perkawinan di atas dapat diperinci sebagai berikut:
a. Mcnghalalkan hubungan keiamin untuk memenuhi tuntutan hajat
tabiat kemanusiaan
b. Mewujudkan suatu kckeluargaan dengan dasar cinta kasih.
c. Mcmperoleh keturunan yang sah."**
Oleh karen itulah pernikahan adalah satu-satunya Syariat Allah yang
mengisaratkan banyak aspek didalamya. Diantara aspek-aspek tersebut
adalah:
a) Aspek personal yang meliputi penyaluran kebutuhan biologis dan
reproduksi generasi.
b) Aspek sosiak melalui pernikahan bisa membentuk rumah tangga
yang baik sebagai fondasi masyarakat yang baik dan membuat
manusia mcjadi krealif karena adanya langgung jawab yang timbul
sebab ada pernikahan.
c) Asoek ritual, sebagai salah satu model ibadah kepada .A.Uah karena
mengikuti Sunnah rosul.
° ' Soemiyati, 1999. Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan. Yogyakarta: Liberty, him.12.
d) Aspek moral, ada garis demarkasi yang tegas antara manusia dan
hewan dalam menyalurkan libiso seksual, karena manusia harus
mengikuti aturan atau norma-norma agama sedangkan hewan tidak.
e) Aspek kultural, karena lebih membedakan kultur atau budaya
manusia primitive dan manusia modern, walaupun dalam primitive
mungkin terdapat aturan - aturan pernikahn namun dapat dipastikan
aturan-aturan kita jauh lebih baik daripada aturan-aturan mereka. Hal
ini menunjukan bahwa kultur kita lebih baik dari pada kultur mereka.
Setiap perbuatan hukum selalu ada tujuan dan hikmahnya. begitu
juga dengan pernikahan. Banyak hikmah yang akan dicapai ketika seorang
melakukan pernikahan, disamping secara hakikat adalah untuk mencapai
ridha Allah SWT.
Diantara hikmah dari pernikahan tersebut adalah;
1. Untuk mengikuti sunnah Rosul
Tujuan pertama dari pernikahan adalah untuk mengikuti Sunnah
Rosul, diantara hadis nabi yang menganjurkan umatnya unluk menikah
adalah:
Artinya:
25
" Perkawinan itu adalah sunnahku, maka barang siapa yang benci terhadap smmahkii, ia bukan termasuk umatku ". (HR. Bukhari)
2. Untuk mencari ketenangan hidup
Seorang manusia disaaat usianya sudah mulai dewasa dan mulai
tertarik pada lawan jenis, maka ia akan selalu resah dan gelisah. Hal
demikian menjadi wajar, karena pada dasarnya manusia diciptakan
berpasang-pasangan untuk saling kasih mengasihi. saling menyayangi dan
mencintai. Dan ternyata perasaan tersebut dapat ditemukan dalam rumah
tangga yang diawali dengan proses pernikahan. Pernikahan yang pada
dasarnya unluk membenluk keluarga yang sakinah. mawaddah, warahmah
bertujuan agar manusia dapat memperoleh ketenagan dalam hidupnya. Hal
ini sesuai dengan finnan Allah dalam sural Ar-Ruum ayal 21 yang artinya:
^'Dan diantara landa-tanda kekuasaanya ialah dia menciplakan untukmii istri-istri dan jenismu sendiri, supaya kamu cenderimg dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih sayang. Sesunguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-landa bagi kaum yang berfikir". (Ar-Ruum ayal 21)
3. Untuk menyambung silaturahrni
Pada awalnva Tuhan hanya menclptakan seorang manusia, yaitu
Adam A.S. kemudian Tuhan menciplakan Siti llawa sebagai pasanganya.
Sctalah itu manusia berkembang biak menjadi berbagai kelompok bangsa
yang tersebar keseluruh alam karena desakan habitat yang menyempit serta
sifat primordial keingintahuan manusia untuk mengetahui sisi alam
26
semesta. Meraka semakin mejauh dari lokasi asal nenek moyang,
membentuk kelompok bangsa sendiri yang secara evolutif menyebabkan
perubahan, peradaban bahasa, dan wama kulit hingga akhirnya mereka
lidak mengenai salu sama lainya. Datangnya Islam dengan institusi
pernikahan memberi peluang, menyambung kembali tali kasih yang telah
lama putus.
4. Untuk mcmperoleh keturunan
Dapat dibayangkan bagaimana sedihnya perasaan suami dan istri j ika
dalam pernikahnnya mereka tidak dikaruniai keturunan. Sesunguhnya salah
satu dari pada tujuan pcrnikahan untuk mendapatkan keturunan. Tidak
hanya pada manusia saja. naluri mcmperoleh keluruiut itu ada. hahkan pada
binatang dan tumbuh-lumbuhaii pun berkembang biak adalah suatu
keniscayaan. Dengan adanya keturunan maka akan ada general penerus
yang akan melanjukan cita-cita para orang tua pendahulunya. Pemah
seorang sahabat meminang seorang perempuan mandul, lalu ia bertanya:
"wahai Rasullulah. saya lelah meminang seorang perempuan yang
berbangsa dan cantik, tapi mandul." Maka Nabi Muhammad SAW
mencegahnya seraya bersabda:
Artinya:
28
ini mulai luntur. Pada awalnya perkawinan campuran mengharuskan salah
satu pihak melakukan pendidikan hukum dengan mengikuti hukum
pemerintah kolonial j ika ingin melakukan perkawinan campuran yang
kemudian diikuti dengan perpindahan agama menjadi kristen."*
Dalam hal ini terdapat ketidak sesuaian pasal 26 BW yakni undang-
undang tidak memandang perkawinan dari sudut keagamaan melainkan
semata -mata " in deszelf burgerlijke beferkigen". Perkawinan campuran
pada masa itu dipcrbolehkan tetapi hanya sudah memenuhi syarat dengan
secara suka rela tunduk pada hukum perdata liropa.
Dalam peraturan iainya S 1861 / 38 dan S 1874 / 63 sebenarnya di
ilhami oleh kasus pernikahan seorang laki - laki asal Maluku dengan
perempuan keturunan Belanda permasalahan yang utama adalah terkait
pendudukan hukum namaun sesuai ijin dari insiansi yang bewenang pada
masa itu pejabat Hindia Belanda Mr. Du Cloux Komisaris Gubernemen
memberi palokan yang secara garis besar menyatakan bahwa:
1) Dalam perkawinan campuran semacam ini pihak perempuan
mengikuti kedudukan suami;
2) Bahwa dalam perkawinan sedeniikion pihak Indonesia Nasrani
bebas untuk memilih apakah ia hendak tunduk pada hukum
perdata eropa atau tidak.
^^'Sudargo Gautama. 1996. Segi segi Ihikim Peraturan Perkawinan Catnpuran .Bandung: Penerbit PT Citra Aditya Bakti, lilni.77.
29
b. Pengaturan dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan.
Perkawinana campuran yang dibahas lebih niendalam dalam hal ini
adalah perkawinan yang terjadi antara dua orang lunduk pada hukuni
nasionai yang berbeda. Seperti disebutkan dalam Undang-undang
Perkawinan No. l tahun 1974 pasal 57 yakiii: "Perkawinan anlara dua orang
yang di indonesia tunduk pada hukum yang berlainan. karena perbedaaan
kewarganegaraan dan salah satu pihak berkcwarganegaraaan Indonesia."
Penafsiran pasal ini bahwa perkawinan campuran yang dimaksud
ialah perkawinan antara 2 orang y ang tunduk pada hukum yang berlainan
karena perbedaaan kewarganegaraan atau salah satu pihak
berkewarganegaraan asing. Dari situ dapat diketahui bahwa Undang-
undang Perkawinan Indonesia tidak mengenai perkawinan campuran dalam
arti perbedaan agama. yang ada ialah perkawinan campuran karena
perbedaan warga negara.
Sedangkan mengenai persyaratan lelah dilciapkan oleh undang-
undang dalam pasal 60 Undang-undang Perkawinan anlara lain:
Ayat (1): Perkawinan campuran iidak dapal dilangsungkan sebuelum
terbukti bahwa syarat-syarat perkawinan yang ditentukan oleh hukum yang
berlaku bagi pihak masing-masing lelah dipenuhi.
30
Ayat (2): Untuk membuktikan bahwa syarat-syarat tersebut dalam ayat (1)
telah dipenuhi dan karena itu tidak ada rintangan untuk melangsungkan
perkawinan campuran, maka oleh mereka yang memirul hukum yang masih
berlaku bagi pihak masing-masing herwenang mencatal perkawinan.
diberikan surat keterangan bahwa syarat-syarat Telah dipenuhi.
Ayal (3): Jika pejabat yang besangkutan menolak untuk memberikan surat
keterangan itu, maka alas permintaan yang berkepantingan Pengadiian
memberikan keputusan dengan tidak beracara serta tidak boleh dimintakan
banding lagi tentang soal apakah pcnolakan pemberian surat keterangan itu
beralasan apa tidak.
Ayat (4): Jika Pengadiian memutuskan bahwa pcnolakan tidak bcralasan
maka keputusan i lu menjadi pengganti keterangan yang tersebui ayat (3).
Ayal (5): Sural keterangan atau keputusan pengganti kelrangan tidak
mempunyai kekuatan hukum lagi j ika perkawinan ilu lidak dilangsungkan
dalam masa 6 (enam) bulan sesudah keterangan itu diberikan.
c. l^cngauiran Mengenai Anak Dalam Perkawinan Campuran
1) Mcniini! Teori Hukum Perdata Internasiona!
Untuk menentukan status anak dan hubungan antara anak dan orang
tua. peril! dilihal dahulu perkawinan ornag tuanya schagai pcrsoalan
pendahuluan, apakah perkawinan orang tiian) a sah seliingga anak memiliki
hubungan hukum dengan ayahnya. atau perkawinan tersebut tidak sah.
sehingga anak dianggap sebagai anak luar nikah yang hanya memiliki
hubungan hukum dengan ibunya.
Sejak dahulu dikaui bahwa soal keturunan termasuk status personal.
Negara-negara common law berpegang pada prinsip Domisili (ius soli)
sedangkan Negara-ncgara civil law berpegang pada prinsip Nasionalitas
{ius sanguinis)Umumnya yang dipakai ialah hukum personal dari sang
ayah sebagai kepala keluarga {paler familians) pada masalah-masalah
keturunan secara sah. Sistcm kewarganegaraan dari ayah adalah yang
lerbanyak diperguanakan di negara-negara lain, seperti misalnya Jennan.
Yunani. Italia. Swiss dan kelompok negara-negara sosialis.
Dalam sistem hukum Indonesia, Prof. Sudargo Gautama menyatakan
kecondonganya pada sistem hukum dari ayah demi kcsatuan hukum dalam
keluarga, bahwa semua anak-anak dalam keluarga itu sepanjang mengenai
kekuasaan tertentu orang tua terhadap anak mereka (ouderlijke machi)
tunduk pada hukum yang sama. Kecondongan pada sistem hukum ayah
demi kesaluan hukum, memiliki tujuan yang baik yailu kesatuan dalam
keluarga. nakmun dalam hal kewarganegaraan ibu berbeda dari ayah, laiu
terjadi perpccahan dalam perkawinan tersehiit maka akan sulit bagi ibunya
Sudargo Gautama. 1995. Hukum Perdata Iniernasional Indonesia. B, Jilid III Bagian 1. Buku ke-7. Bandung: Penerbil Alumni, him.3.
32
untuk mengasuh dan membesarkan anak-anakanya yang berbeda
kewarganegaraaan, terutama bila anak-anak tersebut masih dibawah umur.
Dalam konsep Islam, kecondongan kepada ayah merupakan
keharusan. ini ditandai dengan adanya wali bagi pihak wanita. wali harus
laki-laki/ bapak dan sederetan keluarga laki-laki dari pihak bapak yang
telah diletapkan dalam Al-qur'an dan Al-hadils.
"Tidaklah sah nikah itu kecuali dengan adanya wali dan (dipersaksikan) dua orang saksi yang adil".
2) Mcnurut undang-undang Kewarganegaraan baru Undang-undang
Nomor 12 Tahun 2006
Undang-undang kewarganegaraan yang baru memual asas-asas
kewarganegaraaan umum atau universal. Adapaun asas-asas yang dianut
dalam Undang-undang ini sebagai berikut:
a) Asas ius sanguinis (law of Ihr blood) adalah asas yang
menentukan kewarganegaraan sescorang berdasarkan keturunan.
bukan berdasarkan negara tempat kelahiran.
b) Asas ius soli (Icnv of (he .soil) secara terbatas adalah asas yang
menentukan kewarganegaraan .sescorang berdasarkan negara
tempat kelahiran. yang diberlakiikan terbatas bagi anak-anak
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang ini.
c) Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan
satu kewarganegaraan bagi setiap orang.
33
d) Asas kewarganegaraan ganda lerbalas adalah asas yang
menetukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini.
Undang-undang ini pada dasarnya tidak mengenai kewarganegaraan
ganda (bipatride) ataupun tanpa kewarganegaraan (apatride).
Kewarganegaraan ganda yang diberikan pada anak dalam undang-undang
ini merupakan sualu pengecualian.
Mengenai hilangnya kewarganegaraan anak. maka hilangnya
kewarganegaraan ayah atau ibu (apabila anak tersebut tidak punya
hubungan hukum dengan ayahnya) tidak secara otomalis menyebabkan
kewarganegaraan anak menjadi hilang.
Berdasarkan Undang-undang ini anak yang lahir dari perkawinan
seorang perempuan WNI dengan laki-laki WNA. maupun anak yang lahir
dari perkawinan seorang perempuan WNA dengan laki-laki WNl.sama-
sama diakui sebagai warga negara Indonesia. Anak tersebut akan
berkewarganegaraan ganda dan setelah anak berusia 18 tahun alau sudah
kawin mak ia harus menentukan pilihanya. Pernyataan untuk memilin
tersebui harus disampaikan paling lambat 3 (tiga) lahun setelah anak
berusia 18 tahun alau setelah kawin.
Pemberian kewarganegaraan ganda ini merupakan terobosan baru
yang positif bagi anak-anak hasil dari pcrkaxi inan campuran. Namun perlu
dilelaah, apakah pemberian kcvNarganeguraaii iui akan menimbulkan
34
permasalahan baru di kemudian hari atau lidak. Memiliki kewarganegaraan
ganda berarti tunduk pada dua wilayah yuridiksi.
Indonesia memiliki sistcm Hukum Perdata Iniernasional peninggalan
Hindia Belanda. Dalam hal status persona indonesia menganut asas
konkordasi, yang anlaranya tercantum dalam Pasal 16 A.B. (mengikuti
pasal 6 A B Belanda, yang disalin lagi dari pasal 3 Code Civil Perancis).
Berdasarkan pasal 16 A B tersebut dianut prinsip nasionalitas untuk status
personal. Hal ini berarti warga negara Indonesia yang berada di luar negeri.
sepanjang mengenai hal-lial yang terkait dengan status personalnya, tetapi
berada dibawah lingkungan kekuasaan hukum nasionai Indonesia,
sebaliknya. menurut jurisprudensi. maka orang-orang using yang berada
dalam wilayah Republik Indonesia dipergunakan juga hukum nasionai
mereka sepanjang hal tersebut masuk dalam hidang status personal
mereka.'''
Dalam jurisprudensi Indonesia yang termasuk status personal antara
lain perceraian. pembalalan perkawinan. perwaiian anak-anak. wewenang
hukum. dun kewenangan melakukan perbuatan hukum. soal nama, soal
status anak-anak yang di bawah umur.''*'
Sudargo Ciaulama. op.cii., 13
'Sudargo Gautama, op. oil.. 66.
35
E . Perkawinan di Bawah Umur
Perkawinan di bawah umur yaitu sualu perkawinan yang terjadi
dimana pihak mempelai atau salah satunya hehim mencapai umur yang
disyaratkan olch Undang-undang yang berlaku. y aitu jika pihak pria sudali
mencapai umur 19 lahun (sembilan belas) lahuu dan pihak wanita 16 (enam
belas) lahun.
Dalam Islam perkawinan merupakan sesuatu y ang agung dan mulia.
yang harus dipertanggung jawabkan kepada Allah SWT. Orang yang
melangsungkan perkawinan hendaklah terdiri alas orang-orang y ang dapal
mcmpertauggungajuwabkan apa yang diperbualuya ilu terhadap istri alau
suaminya terhadap keluarga. dan tenlunya Juga terhadap .Allah SWT.
Syarat Islam mengajarkan bahwa salah salu syarat utama kcabsahan
suatu syariat adalah apabila yang bersangkutantelah aqil baliqh. olch karena
itu seorang pria y ang bclum baliqh belum dapal melaksanakan qabul secara
sah dalam suatu akad nikah. Perlu diketahui bahwa dalam pclaksanaan akad
nikah calon mempelai pria mesli mengatakan Qabul (penerimaan nikah)
secara sadar dan bcrlaiiggung jawab.
Adapun calon mempelai istri didalam pclaksanaan akad nikah tidak
lurut serla menyatakan sesuatu sebab ijab dilakukan olch walinya. Oleh
karena ilu perkawinan pria yang sudah baligh dengan wanita yang belum
36
baligh dapat dinilai sah. Kembali pada kedudukan nikah yang agung dan
mulia itu juga berfungsi sebagai forum pendidikan dan pembinaan generasi
yang akan datang, maka hendaknya suatu perkawinan itu dilaksanakan
setelah kedua belah pihak betul-betut mempunyai kesiapan dan kemampuan
untuk melaksanakan tugas sebagaimana suami dan istri yang baik bahkan
siap untuk menjadi orang tua yang baik bagi anak-anaknya kelak.
Adapun batasan usia untuk melangsungkan perkawinan anlara lain:
1. Batasan usia menurut Hukum Islam
Dalam hukum Islam tidak terdapat kaidah yang sifatnya menentukan
batasan umur melaksanakan perkawinan. akan lelapi dalam syarat-syarat
bagian calon mempela laki-laki dan perempuan j ika ingin melaksanakan
perkawinan. sudah baligh dan mempunyai keeakapan yang sempurna.'^*
Agama Islam tidak menentukan dengan pasti batasan umur unluk
melaksanakan perkawinan. hal ini dimaksudkan untuk menjaga kondisi
biologis setiap orang yang cenderimg tidak sama, Islam hanya menyaralkan
aqil dan baligh, Aqi l berarti dewasa dalam berfikir dan baligh dewasa
dalam umur. dalam hal ini disesuaikan dengan isyarat dan tanda-tanda
yang terdapat dalam Al-Qur'an dan AI-Hadits serta situasi lingkungan
dimana mereka tinggal.
^^'Soemiyati, 1999. Hukum Perkawinan Islam dun Undang-undang Perkawinan. Yogyakarta: Liberty. lilniJO.
37
2. Batasan usia Menurut Undang-undang No.l Tahun 1974
Batasan umur pasangan yang akan melaksanakan perkawinan di
indonesia tercantum pada pasal 7 Undang-undang No. l tahun 1974 tentang
perkawinan yang menyehutkan bahw a:
Ayat ( I ) : Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur
19 (semhilan belas) dan pihak wanita niencnpai umur 16 (cnam belas)
tahun.
Ayal (2); Dalam hal penyimpangan terhadap aval (1) pasal ini dapat
climinia dispensasi kepada pengadiian alau pejabai lain ditunjuk kedua
orang tua pria ataupun pihak wanita.
Ketentuan batasan umur ini. seperti disebutkan dalam Kompilasi
Hukum l.sJam ( k i l l ) didasarkan kepada pertimbangan kemaslahatan
keluarga dan rumah tangga. 'ui scjalan dengan prinsip yang diietakan UU
perkawinan. bahwa calon suami isteri hams lelah matang jiwa dan raganva.
agar dapat mewujudkan tujuan perkawinan yang baik.
Disamping itu perkawinan punya hubungan masalah kependudukan.
oleh sebab itu batasan umur yang lebih rendah bagi seorang wanita untuk
kawin mengakibatkan laju kelahiran lebih linggi. Mengenai batasan usia
perkawinan lebih tanjut terdapat dalam intruksi mendagri No.7 1983 yang
menegaskan bahwa:"'*
1) Perkawinan di bawah umur adalah perkawinan yang dilakukan pada
usia dibawah umur 20 (dua puluh) tahun bagi wanita dan 25 (dua
puluh lima) tahun bagi pria.
2) Perkawinan dibawah umur adalah perkawinan yang dilakukan
dibawah usia 16 (enam belas) tahun bagi wanita dan 19 ( sembilan
belas ) bagi pria.
Dengan memperhatikan instruksi Mendragi ini. dapal diartikan
bahwa perkawinan yang dilakukan dengan usia seseorang wanita yang
belum mencapai umur 20 (dua puluh) tahun dan bagi pria bclum mencapai
umur 25 (dua puluh lima ) lahun adalah termasuk kalegori perkawinan di
bawah umur (usia muda). Hal ini dimaksudkan untuk mendukung program
kependudukan dan keluarga berencana. dimana dengan demikian
diharapkan dapal mengurangi adanya perkawinan dibawah umur. sehingga
tercapai tujuan rumah tangga sakinah. penuh kasih sayang dan mempunyai
keturunan y ana lebih baik.
Sudarsono. 2000. Hukum Perkawinan Nasionai, Jakarta: PT Asdi Mahasatya. hlm.4.55.
3. Batasan umur ideal menurut gander
Perkawinan diusia muda pada jaman sekarang ini kurang cocok
dilakukan. hal ini karena mcmpertimbanhkan berbagai masalah yang timbul
pada jaman sekarang. seorang anak yang masih ingusan kemudian kawin
atau setidak-tidaknya usia 16 (enam belas) lahun melaksanakan perkawinan
maka kila bisa mcmbayangkan bagaimana Jadinya rumah tangga yang
demikian itu.
Apalagi pada zaman sekarang ini persaingan begitu ketal baik soal
ekonoini alau pendidikan. Hal ini akan incnyulilkan orang tua saja. scbab
ilulah pemerintah di negara ini mengeiuarkan kebijaksanaan tentang
ketentuan pcrnikahan di usia yang sudah di tenlukan. Kebijaksananaan itu
dipertimbangkan dari berbagai pandangan baik dari segi kematangan
psikologi. materi, pendidikan atau yang lain. Jadi tepatlah kalau pemerintah
membalasi perkawinan dengan usia minimum untuk wanita 20 (dua puluh)
lahun dari pria 25 {dua puluh lima) lahun,
Sebuah hasil penelitian perkawinan di bawah umur menyatakan
bahwa perkawinan di bawah umur dapat membawa akibat yang besar pada
anak gadis. seperti harus putus sekolah hingga mereka tidak memiliki akses
dan piliban unluk lapangan pekerjaan. Sedangkan dalam bidang kesehatan
dapal mcnimbulkan masalah karena hubungan seksual dan kehamilan dini
beresiko tinggi pada kesehatan ibu dan anak. Hal ini disebabkan fisik
40
seorang ibu yang kurang matang. Sedangkan pada aspek demogratifu
perkawinan dibawah umur akan memperpanjang usai subur, sehingga bila
kcmungkinan (bila lidak ikul KB) pertambahan anak tidak dapat lercontrol,
dan ini akan mengakibatkan pertambahan penduduk. Selain itu pada
pasangan yang masih muda dan belum dewasa secara mental kcmungkinan
terjadi suatu perceraian sangat besar.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka factor usia merupakan salah
satu ukuran apakah seseorang sudah dianggap dewasa atau matang dalam
berbual sesuatu. Berdasarkan pada ceritcria umur, dalm hal ini dapal
dikemukakan fase- fase perkcmbangan seseorang antara lain :' *
1) Fase bay! 0 - 1 2 tahun
2) Fase pubertas 1 2 - 2 0 lahun
3) Fase dewasa muda 20 - 35 lahun
4) Fase dewasa penuh 35 - 60 tahun
5) Fase usia lanjut 60 lahun ke alas
Oleh karena itu antara 16 - 20 tahun temiasuk masa pubertas.
Perkawinan yang dilakukan pada masa usia antara 16 - 20 tahun.
khususnya bagi wanita yang mempunyai tugas sebagai penerus keturunan
yang akan mengalami masa kehamilan clan persalinan, maka j ika anak
belum siap secara fisik dan psikis akan mempengariihi pada anak yang
dilahirkan.
' 'Mitidali Ch, 2008. Psikologi Keluarga Islam . Yu^>akaria, U!N !Y-e.S6, hIni.2D4.
BAB III
P E M B A H A S A N
A. Akibat hukum perkawinan di bawah umur bagi penganut asas
kewarganegaraan ganda
1. Konsep Anak Berkewarganaegaraan Ganda (terbatas)
Kewarganegaraan ganda atau sering di sebut dwikcwarganegaraan
terjadi karena dianutnya asas asas yang berada dalam peraturan -peraturan
kewarganegaraan. Perbedaan ini menimbulkan masalah yang di sebul
bipatride atau multipatride. Orang dapat mempunyai lebih dari salu
kewarganegaraan, dua dan kadang lebih dari dua. Hal ini terjadi apabila
seorang dilahirkan disiiatu negara menganui asas kelahiran (Ius Soli).
sedangkan hukum dari negara asal orang tuanya menganut asas keturunan
(Ius Sanguinis) maka akan timbul dwikewarganegaraan.
Berbeda dengan konsep kewarganegaraan ganda aiau
dwikewarganegaraan icrbatas yang di ruangkan dalam pasal 6 Undang -
Undang No 12 lahun 2006, Undang •- Undang ini pada dasarnya tidak
mengenai kewarganegaraan ganda (bipatride) ataupun tanpa
kewarganegaraan (apatride). Kewarganegaraan pada anak yang di berikan
pada Undang - Undang ini merupakan suatu pengecualian
Kewarganegaraan ganda timbul karena yang bersangkutan adalah
anak hasil perkawinan campuran antara warga negara indonesia dengan
41
42
warga negara asing, tidak perlu mengetahui konsep kewarganegaraaan apa
yang dianut oleh orang tua WNA-nya ( Warga Negara Asing), apakah Ius
Sanguinis alau lus Soli, sang anak hasil perkawinan campuran dengan WNI
(Warga Negara Indonesia) tetapi memiliki kewarganegaraan ganda terbatas
sampai 18 tahun dengan masa waktu tambahan 3 tahun atau sesudah ia
menikah untuk menyandang kewarganegarann ganda karena Undang -
Undang mcnetapkan demikian'***
Sebelum membahas tentang kewarganegaraan ganda pada anak
terlebih dahulu perlu diketahui penjelasan menganai beberapa konsep
kewarganegaraan pada anak hasil dari perkawinan campuran, karena dalam
permasalahan telah disebutkan mengenai pernikahan dibawah umur dan
hasil ini sangat berkailan erat dengan anak dan kedudukanya dalam hukum.
Pasal 1 angka I Undang - Undang Nomor 23 Tahun 202 tentang
perlindungan anak mendefinisikan "Anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 ( delapan belas ) tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan ".
Dalam kaitanya dengan hak seseorang anak menjadi Warga Negara
Indonesia terdapat beberapa konsep yang anatara iain:'^*
Zulfa DJoko Basuki. Hak Keperdataan sebagai Akihai Perkawinan Campuran Wanita Indonesia dengan Pria using. Diakses di hukum online.com pada 1 juni 201 5
Hamid Awaludin, Seminar Kebangsaaan, U N H A S Makasar 27 Februari 2007, Diakses di ^ y ^ ,ham.eo.id pada 2 juni 201 5,
a. Anak yang lahir di negara ini berhak menyandang warga negara
indonesia, meskipun bapaknya berasal dari Cina. Amerika, Jerman,
Australia, dan WNA lainya dari ibunya orang Indonesia.
b. Demikian halnya, pasangan warga negara asing (WNA) yang
kebetulan anaknya di lahirkan di indonesia juga termasuk waga
negara negeri ini dengan maksimum kewarganegaraan WNI-nya dua
tahun. Sebaliknya orang indonesia yang melahirkan di negara lain
maka anaknya menjadi warga negara tersebut.
c. Kewarganegaraan asing sang anak bisa diubah menjadi WNI setelah
masa dua tahun sebagai WNA, kemudian orng tua mclaporkanya ke
instausi bersangkutan untuk mendapatkan pengakuan sebagai W N I -
nya.
d. Anak yang lahir tetapi kedua orang tuanya tidak diketahui asai
usulnya, juga adalah warga negara Indonesia.
Dalam hukum perdata, diketahui bahwa manusia memiliki status
sebagai subjek hukum sejak ia dilahirkan. Pasal 2 KUHPerdata memberi
pengecualian bahwa anak yang masih dalam kandungan dapat menjadi
subjek hukum apabila ada kcpentingan yang inenghendaki dan di lahirkan
dalam keadaan hidup.""*
Sri Sulistiowati Mahdi, Surini Ahlan Sjarif, dan Akmad Budi Cahyono. 2005. Hukum PerLiJata: Sualu Pengantar. Jakarta: Gautama Java Jakarta. Him. 2 I
Manusia sebagai subjek hukum bcrarli manusia memiliki hak dan
kewajiban dalam lalu lintas hukum. Orang - orang yang tidak memiliki
kewenagan atau keeakapan untuk melakukan perbuatan hukum diwakili
oleh orang lain. Berdasarkan pasal 1330 KUfiP. mereka yang digolongkau
tidak cakap adalah mereka yang belum dewasa. perempuan bersuami. dan
mereka > ang dibawah pengampuan. nengan demikian anak dapal
dikategorikan sebagai subjek hukum yang lidak melakukan perbuatan
hukum.
Undang - undang Mo.7 lahun 1984 pasal 9 ayal (2) tentang
kewajiban Negara peserta unluk memberikan hak kepada perempuan yang
sama dengan laki - laki berkenaan kewarganegaraan anak - anak mereka.
Undang - undang tentang kewarganegaraan Republik Indonesia pasai 2
hurui' c. d. e. 1". kata "kecuali mengakibatkan berkewarganegaraan ganda""
dihapus. Dengan kata lain prinsip kewarganegaraan ganda terbatas bagi
anak - anak telah di akomodasi dengan baik Undang undang
Kewarganegaraan yang baru. Impiikasi dari dilerimanya konsep ini adalah
bahwa, anak yang lahir dari pasangan Warga Megara Indonesia (UTsII) dan
Warga Negara Asing (WNA) yang secara sah dan resmi diakui oleh Hukum
Indonesia, mempunyai dua kewarganegaraan sejak ia berusia 0 hingga
dewasa, baru setelah itu kepadanya diwajihkaii untuk memilih salah satu di
antara dua kewarganegaraan yang diperolehiiya.
45
Seorang yang tidak cakap karena belum dewasa diwakili oleh orang
tua atau walinya dalam melakukan perbuatan hukum. Anak yang lahir dari
perkawinan campuran memiliki kcmungkinan bahwa ayah ibunya memiliki
kewarganegaraan yang berbeda sehingga tunduk pada dua yuridiksi hukum
yang berbeda. Berdasarkan Undang - undang kewarganegaraan yang lama,
anak hanya mengikuti kewarganegaraan ayahnya. namun berdasarkan
Undang undang kewarganegaraan yang lama, anak mengikuti
kewarganegaraan ayahnya. namun berdasarkan undang - undang
kewarganegaraan yang baru anak akan memiliki dua kewarganegaraan dan
anaka tersebut tunduk pada yuridiksi hukum yang berbeda.""
2. Anak Berkewarganegaraan Ganda Yang Melakukan Perkawinan Di
Bawah Umur.
Perkawinan adalah suatu peristiwa hukum. Sebagai suatu peristiwa
hukum maka subjek hukum yang melakukan prisliwa tersebut harus
memenuhi .syarat. Salah satu .syarat manusia sebagai subjek hukum untuk
dapat dikatakan cakap melakukan perbuatan hukum adalah harus sudah
dewasa.
Mengingat hukum yang mengatur tenang perkaw inan tersebui adalah
Undang - undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974. maka ketentuan dalam
'• *ln!o hukuni. Anak Lahir dari kawin silang adaiah warga Indonesia. Komisi Perlindungan Anak Indonesia, wu u .KI'AI.Li,o.itl diakses 2 juni 2015.
Undang - undang inilah yang harus dilaati semua golongan masyarakat
yang ada di indonesia.
Salah satu prinsip yang dianul undang - undang ini, calon suami islri
itu harus lelah masuk j iwa raga untuk dapat mclangsungkan perkawinan
agar supaya dapat mewujudkan perkawinan secara baik tanpa berakhir pada
perceraian dan mendapal keturunan \ang baik dan sehat. Untuk itu harus di
cegah adanya perkawinan antara calon suami istn yang masih di bawah
umur.
Berhubungan dengan itulah Undang - undang perkawinan Indonesia
menentukan batasan umur untuk kawin bagi pria 19 lahun dan bagi wanita
16 lahun (Bah 11 pasal 7 ayat 1 Undang undang No . l tahun 1974).
Dengan mengacu padapersyaratan ini, j ika salali satu pihak helum mencapai
batasan usia perkawinan yang telah ditentukan, maka yang bersangkulan
dikategorikan masih di bawah umur dan tidak cakap untuk bertindak di
dalam hukum termasuk melakukan perkawinan.
Sedangkan pada ayat (2) memperoleh penyimpangan terhadap pasal
7 ayat (1) yailu dengan meminta dispensasi kepada pengadiian atau pejabai
lain yang di lunjuk oleh kedua orang tua pihak laki - laki mampu pihak
perempuan.
Pertimbangan - pertimbangan yang diambil oleh pengadiian atau
pejabat herwenang lainya biasanya merupakan pertimbangan adat atau
kebiasaan seiempat. Pengadiian atau pejabai ben\enang lainya akan
47
melakukan pengamalan dan pcnilaian serta meminta data serta pendapat
kepada aparat desa ayau kelurahan dimana tempat para pihak yang akan
melangsungkan perkawinan dibawah umur. Hal ini dilakukan sebagai salah
satu bcntuk konfirmasi untuk memperoleh data yang sebenarnya guna
meminimalisisasi pernikahan di bawah umur sehingga nantinya tidak
menaikan angka perUimhuhan penduduk secara draslis.
Pernikahan dini atau pernikahan di bawah umur biasanya terjadi di
daerah pedesaaan yang rata rata penduduknya berpendidikan rendah.
Sedangkan untuk masyarakat yang rata rata berpendidikan tinggi atau di
daerah perkanloran yang dapat dijadikan pertimbangan ialah masalah sosial
dalam hal ini adalah pergaulan di kalangan pemuda yang kurang baik dan
salah satunya menyebabkan kehamilan dini. Dengan pertimbangan inilah
terkadang pejabat berwenang terpaksa mengeiuarkan surat dispensasi.
Apabila terjadi perkawinan di bawah umur antara anak
berkewarganegaraan ganda (berdasarkan pasal 6 Undang • undang
kewarganegaraan) dengan seseorang yang dilangsungkan secara sah maka
akan imbul akibat hukum sebagai konsekwensi yang bersangkulan dalam
melangsungkan perkawinan yang antara Iain:
Pertama. diharuskan memilih salah satu kewarganegaraan.
Berdasarkan ketentuan pasal 6 Undang - undang nomor 12 lahun
2006 ay at 1 anak y ang menyandang ststus berkewarganegaraan ganda jika
sudah kawin anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu
48
kewarganegaraannya. Hal ini diperlukan unluk mcjelaskan status anak yang
hprsangkutan, apakah ak?.p. tetap mep,ya.pdap-g sebagai warga p.egara
Indonesia alau warga negara asing. Hal ini diikuti dengan tidak berlakunya
masa waktu 3 tahun yang diberikan sebagai masa perpanjangan untuk
memilih kewarganegaraan. Pemilihan kewarganegaraan akan memperjelas
kedudukan dan hak - hak hukum seseoran. disamping itu pernyataan
memilih salah satu kewarganegaraan akan memperjelas kewajiban yang
harus dilakukan terhadap suatu negara dimana ia memitihnya sebagai
bagian dari padanya.
Kedua, dianggap sudah dewasa dan cakap melakukan perbuatan hukum.
Sesuai dengan ketentuan perundang undangan sescorang dianggap
cakap melakukan perbuatan hukum adalah umur 19 tahun bagi laki - laki
dan 16 tahun bagi perempuan sebagaimana yang diatur dalam undang -
undang ketentuan pasal 47 dan 50 Undang - undang Nomor. 1 lahun 1974
tentang Perkawinan, dimana kekuasaaan orang tua berakhir bila anak sudah
mencapai usia 18 tahun (kecuah sudah kawin scbclum unur itu). Dengan
ketentuan ini seorang anak yang berkewarganegaraan anda dan telah
menikah bebas melakukan pcruatan hukum asal tidak bertentangan dengan
ketentuan undang - undang seperti melakukan perikatan dan sebagainya.
Hukum Perdata Internasional dan beberapa peraturan perundang -
undangan yang berhubungan dengan penenluan batas usia dewasa anak. ada
beberapa pedoman dalam penenluan usia dewasa seseorang anak \ aitu:
a. Ketentuan pasa! 47 dan 50 Undang - undang Nomor. I Tahun
1974 tentang Perkawinan, dimana kekuasaan orng tua berakhir
apabila anak sudah mencapai usia 18 lahun (kecuali sudah kawin
sebelum umur itu).
b. Undang - undang Nomor 23 Tahun 202 Tentang Perlindungan
anak. yang juga menelapkan batasan umur seseorang anak
adalah 18 tahun.
c. Undang - undang Nomor 62 Tahun 1958 Tentang
Kewarganegaraan pasal 1 b. pada pokoknya menyatakan bahwa
dapat menjadi Warga negara Indonesia, harus ada hubungan
hukum antara si ayah WNI dengan si anak sebelum si anak
berumur 18 tahun.
d. Undang - undang Nomor 4 tahun 1979 Tentang Kesejahteraan
Anak pasal 1 angka 2, juga mcnetapkan umur 18 tahun sebagai
batas seseorang dianggap anak.
e. Undang - undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadiian
Anak. Pasal 1 Angka I memberi batasanumur 18 tahun.
Sebagai pembanding ketentuan yang dianul dinegara Jerman dalam
mengatur batasan umur bagi anak - anak yang memperoleh
kewarganegaraan ganda dimana anak -• anak tersebut memutuskan dalam
waktu lima tahun setelah berumur 18 tahun, dan pada ulang tahunya ke 23
50
nanti mereka diwajibkan untuk memilih salah satu dari kedua
kewarganegaraan tersebut.^^*
Ketiga, paspor ganda yang dipegangnya dinyatakan tidak belaku.
Berdasarkan ketentuan pasai 6 apabila anak yang
berkewarganegaraan ganda telah melangsungkan perkawinan maka secara
otomatis ia harus segera meninggalkan salah satu kewarganegaraan yang di
sandangnya. Sebagai akibat dari hal tersebut .maka paspor ganda yang
dimiliki oleh anak yang bersangutan dinyatakan tidak berlaku lagi. dan
kemudian anak tersebut hanya akan memiliki satu paspor yaitu paspor
Indonseia j ika yang bersangkulan memilih sebagai W N I atau paspor negara
lain apabila yang bersangkutan memilih untuk menjadi WNA. Hal ini perlu
diperhalikan karena dapan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007
Pa.sal 31 ayat 7 disebutkan mempunyai paspor atau surat yang bersifat
paspor dari negara asing atau surat yang dapal diartikan sebagai tanda
kewarganegaraan yang masih berlaku dari negara lain alas namanya akan
menyebabkan hilangnya kewarganegaraan indonesia.
Keempat, dicabutnya hak untuk menikati fasilitas sebagai warga negara
Indonesia.
Dicabutnya hak untuk menikmali fasilitas sebagai Warga Negara
Indonesia yang berkewarganegaraan ganda. Dengan dibertakukan Undang-
•"'Zuifa Djoko Basuki, 2003, Dampak Perkawinan Campuran lerhadap pemeliharaan anak Child Cuslody, Tinjauan dari segi Hukum Perdata hiiernasional. Jakarta, him 121
undang nomor 12 tahun 2006 terutama pasal 6, negara memberi fasilitas
yang sama dengan warga negara lain disamping tasilitas khusus Lainya
seperti yang berlaku pada warga negara asing, diantaranya anak
berkewarganegaraan ganda diberi kemudahan tidak memerlukan Ijin
Tinggal Sementara (KITAS) . Jika anak tersebut melangsungkan
perkawinan maka secara otomatis hak untuk fasilitas sebagai Warga Negara
Indonesia yang berkewarganegaraan ganda di cabut. Penjelasan ketentuan
umum Peraturan Permerintah Nomor 2 Tahun 2007.
B. Upaya anak berkewarganegaraan ganda agar dapat melangsungkan
perkawinan di bawah umur
1. Mengajukan Surat Bukti Kewarganegaraan Ganda
Peraturan mengenai lata cara pendaftaran untuk memperoleh
kewarganegaraan Republik Indonesia berdasarkan Pasal 41 dan
Memperoleh kembali kewarganegaraaan Republik Indonesia berdasarkan
Pasal 42 Undang - undang Nomor 12 tahun 2006 diatur dan dijabarkan
dalam Peraturan Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.Ol-
HL.03.01 Tahun 2006 untuk memperoleh kewarganegaraan ganda pada
anak harus menyertakan antara lain:
a. Nama lengkap, alamat tempat tiugat salah seorang dari orang tua
atau wali anak;
52
b. Nama lengkap, lempat dan tanggal lahir setta kewarganegaraan
kedua orang tua;
c. Nama lengkap. jenis kelamin, lempat dan tanggal lahir, status
perkawinan anak serta hubungan hukum kckeluargaan anak
dengan orang tua ; dan
d. Kewarganegaraan anak.
Permohonan pemdaftaran harus dilampirkan dengan :
a. Fotokopi kutipan akte kelahiran anak yang disahkan oleh pejabat
yang herwenang atau Perwakilan Republik Indonesia;
b. Surat pemyataan dari orang tua atau wali bahwa anak belum
kawin;
c. Fotokopi kartu landa penduduk alau paspor orang tua anak yang
masih berlaku yang disahkan oleh pejabai yang berwenang atau
Perwakilan Republik Indonesia; dan
d. Pas foto anak terbaru berwama ukuran 4x6 cm sebanyak 6
(enamj lembar.
Selain lampiran sebagaimana dimaksud bagi anak yang lahir dari
perkawinan yang sah harus melampirkan fotokopi kutipan Akte
perkawinan/buku nikah. Apabila orang tua bercerai atau salah satu
diantaranya telah meninggal dunia, maka dengan melampirkan kutipan akte
perceraian/sLirat talak/perceraian alau kelerangan/kulipan akte kematian
salah seorang dari orang tua anak yang disarankan oleh pejabat yang
berwenang atau Perwakilan Republik Indonesia. Permohonan pendaftaran
menggunakan bcntuk formulir sebagaimana tercantum dalam lampiran 1
Peraturan Mcnlri Hukum dan H A M tersebut.
Dalam hal permohonan pendaftaran telah dinyatakan lengkap,
Menteri menetapkan keputusan memperoleh Kewarganegaraan Republik
Indonesia dalam waktu paling lambat 30 {liga puluh) hari kerja terhitung
sejak permohonan pendaftaran diterima dari Pejabat atau Perwakilan
Republik Indonesia.
Keputusan tersebut dibual dalam rangkap 3 ( tiga ). dengan
ketentuan:
a. Rangkap pertama diberikan kepada orang tua atau wali anak
melalui Pejabai atau Perwakilan Republik Indonesia;
b. Rangkap kedua dikirim kepada Pejabat atau Penvakiian Republik
Indonesia sebagai arsip; dan
c. Rangkap tiga disimpan sebagai arsip Mentri.
Keputusan Mentri tersebut disampaikan kepada Pejabat atau
Perwakilan Republik Indonesia dalam waktu paling lambat 14 (empal
belas) hari kerja terhitung sejak tanggal Keputusan Mentri ditctapkan.
Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia menyampaikan Keputusan
Mentri tersebut kepada orang tua atau wali anak yang memohon
pendaftaran paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak
Keputusan Mentri diterima, permohonan pendaftaran anak sebagaimana
54
dimaksud dalam Pasal 2 hanya dapat diproscs apabila telah diajukan secara
lengkap kepada Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia paling lambat
pada tanggal 1 Agustus 2010.
Dalam hal permohonan pendafteran anak diajukan secara lengkap
kepada Pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia melalui pos hanya
dapat diproses apabila stempel pos pengiriman lertanggal paling lambat
tanggal 1 Agustus 2010.
Setelah anak mendapatkan surat keputusan atau Sk yang nantinya
dipergunakan dalam pengurusan paspor ganda untuk anak tersebut. Sural
keputusan dari Menkumham tersebui secara tidak langsung dapal
dipergunakan sebagai kelengkapan administrasi dalam mengajukan
dispensasi unluk melangsungkan perkawinan di bawah umur kepada
Pejabat yang berwenang.
2. Mengajukan Dispensasi Untuk Mclangsungkan Perkawinan Di
Bawah Umur
Dalam pelaksanaan dan prosedur pernikahan serta pencatatan
perkawinan campuran tidak jauh beda dengan pclaksanaan perkawinan
pada umumnya terutama perkawinan di bawah umur.
Pada dasar dispensasi perkawinan di bawah umur yaitu pernikahan
yang dilangsungkan dimana calon mempelai atau salah satu calon mempelai
belum mencapai batas umur umur minimal, yakni batas umur minimal
55
sebagaimana yang diletapkan oleh undang - undang Nomor 1 Tahun 1974.
Meskipun demikian, pihak pengadiian agama dapat memberikan ijin
perkawinan dibawah umur dengan alasan - alasan terlenlu yakni adanya
pertimbangan kemaslahatan yang maksudnya apabila tidak segera
dilangsungkan pernikahan terhadap calon mempelai tersebut maka akan
dikhawatirkan terjadi perbuatan - perbuatan yang melanggar norma agama
dan peraturan yang berlaku. Aspek positif diberikan dispensasi perkawinan
di bawah umur diharapkan akan mampu untiik membantu kedua calon
mempelai lerhindar dari pcrbualan yang dilarang oleh agama dan hukum
yang berlaku. Asfek negatifnya adalah faktor mental dan usia yang kurang
mendukung bagi kedua calon mempelai.
Dalam hal ini dispensasi perkawinan diajukan oleh para piha yang
akan melaksanakan perkawinan kepada Pengadiian, atau pejabat yang lain
yang diajukan oleh kedua orang tua pihak pria maupun pihak wanita.
Kemudian selanjutnya diproses sesuai dengan perundang - undangan yang
terbentuk dalam persidangan.
Dalam pemberian izin kawin untuk perkawinan dibawah umut, pihak
Pengadiian tidak begitu saja memberikan izin, akan tetapi diperlukan juga
izin dari orang tua pihak mempelai. Sebagaimana dicantumkan dalam pasal
6 ayat (2) Undang - undang No. 1 lahuu 1974 Undang - undang
Perkawinan bahwasanya: " Unluk melangsungkan perkawinan seseorang
56
yang belum mencapai umur 21 tahun ( dua puluh satu ) tahun harus
mendapatkan izin kedua orang tua."
Selain untuk melangsungkan perkawinan di bawah umur, izin ini
nantinya dipergunakan sebagai salah satu persyaratan dalam administrasi
pendaftaran ke kantor urusan agama atau pun kantor catatan sipil. Karena
sifatnya yang penting, maka izin ini tidak boleh diabaikan oleh keluarga
dari pihak yang akan melangsungkan perkawinan.
B A B I V
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang di peroleh. maka dapat ditarik kesimpulan
dan saran-saran sebagai berikut:
1. Akibat iuikuni perkawinan dibawah umur bagi penganut asas
berkewarganegaraan ganda dapal disimpulkan sebagai berikut;
Pertama, diharuskan memilih salait satu kewarganegaraan. [berdasarkan
ketentuan pasal 6 Undang - undang nomor 12 tahun 2006 ayat 1 yang
menyandang status berkewarganegaraan ganda j ika sudah kawin anak
tersebut harus menyatakan memilih salah satu kewarganegaraanya.
Kedua, dianggap sudah dewasa dan cakap melakukan perbuatan hukum.
Sesuai dengan ketentuan perundang - undangan pasal 47 dan 50 Undang
- undang Nomor 1 rahun 1974 tentang perkawinan. dimana kekuasaan
orang tua berakhir bila anak sudah mencapai 18 tahun (kecuali sudah
kawin sebelum umur itu).
Ketiga, paspor ganda yang dipegangnya dinyatakan tidak berlaku.
Berdasarkan ketentuan pasal 6. apabila anak yang berkewarganegaraan
ganda teiah melangsungka.n perkawinan maka secara otomatis ia harus
segera meninggalkan salah satu kewarganegaraan yang disandangnya.
57
Keempat, dicabutnya hak untuk fasilitas sebagai warga negara Indonesia
yang berkewarganegaraan ganda. Jika anak tersebui melangsungkan
perkawinan, maka secara otomatis hak untuk fasilitas sebagai warga
negara Indonesia yang berkewarganegaraan ganda dicabut.
2. Upaya anak berkewarganegaraan ganda agar dapat melangsungkan
perkawina di bawah umur mehpuii;
a. Mengajukan surat buti kewarganegaraan ganda
b. Magajukan Dispensasi Unluk Melangsungkan Perkawinan Di
Bawah Umur
Undang - undang perkawinan pasal 6 ayat (2) Undang - undang No,
1 tahun 1974 mensyaratkan, diperlukan izin dari orang tua bagi mereka
yang belum berumur 2 1 tahun.
B. Saran
1, Perlu dimasukan pasal - pasal yang eksplisit mengatur permasalahan
perkawinan di bawah umur oleh anak berkewarganegaraan ganda
dalam peraturan perundang - undangan kewarganegaraan agar
natinya dapat memberikan solusi terhadap permasalahan -
permasalahan yang ditimbulkan dari perkawinan tersebut.
2. Sebaiknya peraturan perkawinan sangat perlu untuk dilerapkan dan
dipertegas dalam kchidupan masyrakal khususnya dalam hal
perkawinan dibawah umur yang dilakukan oleh anak yang
59
berkewarganegaraan ganda hasil dari perkawinan campuran dari
kedua orang tuanya yang berbeda warga negara dimana salah
satunya berkewarganegaraan Indonesia agar tidak terjadi kekehruan
ketika anak tersebut melakukan perkawinan dibaw ah umur.
D A F T A R P U S T A K A
Abdullah, Abdul Ghani (1994) Pengantar Kompilasi Hukum Islam dalam tatanan hukum Indonesia. Jakarta: Gema Insani Press.
Adj i , Sution Usman (2002) Kawin lari dan kawin antar agama. Yogyakarta: Liberty.
Gautama, Sudargo (1995) Hukum Perdata Internasional Indonesia. Bandung: Alumni.
(1996) Segi segi Hukum Peraturan Perkawinan Campuran. Bandung: Penerbit PT Citra Aditya Bakti.
(1995) Hukum Perdata Internasional Indonesia, B, Jilid I I I Bagian 1, Buku ke-7. Bandung: Alumni
Hakim, Rahmat (2000) Hukum Pernikahan Islam. Bandung: CV Pustaka
Sella.
Marzuki, Peter Mahmud (2007) Penelitian Hukum. Cet.3. Jakarta: Kencana.
Mukhtar, Kamal (1993) Asas Hukum Islam tentang pernikahan. Surabaya: Buian Bintang.
Pan Mohammad Faiz, '^Status hukum anak hasil perkawinan campuranf http://wA\-\v.mixedcouple.com/arlicles/mod.php?mod=puhlisher&op ^vicwarticle&artid^51.
Sudarsono (2005) Hukum Perkawinan Nasionai. Jakarta: PT Asdi Mahaslya.
Sudarsono (2007) Kamus Hukum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji (2006) Penelitian Hukum Normatif, Suatu tinjauan singkal. Jakarta: Pl^ Raja Grafindo Persada.
Soemiyati (1999) Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan. Yogyakarta: Liberty.
Soetami, Siti (2005) Pengantar Tata Hukum Indonesia. Bandung: PT Refika Aditama.
Summa, Muhammad Amin (2005) Hukum keluarga Islam di dunia Islam. Jakarta; PT Raja Grafindo Persada.
Susilowati, Sri dkk (2005) Hukum Perdata; Suatu Pengantar. Jakarta: Gitama Java Jakarta.
U N I V E R S I T A S M U H A M M A D I Y A H P A L E M B A N G
F A K U L T A S H U K U M
K A R T U A K T I V I T A S B I M B I N G A N S K R I P S I
NAMA MAHASISWA RAHMADAN RIZK! SAPUTRA
PEMBIMBING : ZULFIKRI NAWAWI. ,SH. ,MH
NOMOR INDUK MAHASISWA NIM : 50 2011 259
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA
JUDUL SKRIPSI: A K I B A T H U K U M P E R K A W I N A N DI B A W A H U M U R B A G I P E N G A N U T A S A S K E W A R G A N E G A R A A N G A N D A (Analisis Normatif Pasal 6 Undang-Undang No.12 tahun 2006 dan Pasal 7 Undang-Undang No. 1 tahun 1974)
KONSULTASI KE-
MATERI YANG DIBIMBINGKAN PARAF PEMBIMBING
KET.
/ '
A. .
J J
/YcA^tf Y^^4 jx
/
/ir^r^y y<iY ^Y/Y
/ y '
A;. . /•f^. U' •
Ay / A X ) /
7 r
KONSULTASI KE-
7 7<TJX£ /X/mirY^
MATERI YANG DIBIMBINGKAN PARAF PEMBIMBING
KET.
/ z ^ y ^ / / / .
Uz^A^^ ^o^'P~>-
C A T A T A N M O H O N !)Mil-:RI W A K TO M I ' ; N Y F t . K S A l K A N S K R I l ' S ! W U L A N S T J A K T A N O C i A L D I K T L U A R K A N D I T T T A P K A N
D I K E L U A R K A N D I P A L E M B A N G
P A D A T A N G G A L ,
K E T U A B A G I A N D A S A R - D A S A R I L M U H U K U M
R O S M A W A T I , S H . , M H
S I S T E M A T I K A P E N U L I S A N
( O U T L I N E )
J U D U L S K R I P S I : A K I B A T H U K U M P E R K A W I N A N DI B A W A H U M U R
B A G I P E N G A N U T A S A S K E W A R G A N E G A R A A N
G A N D A (Analisis Normatif Pasal 6 Undang-Undang
No.12 tahun 2006 dan Pasal 7 Undang-Undang No. I
tahun 1974)
A , P E R M A S A L A H A N
1. B a g a i m a n a n akibat hukum perkawinan di bawah umur
bagi penganut asas kewarganegaraan ganda '?
2. B a g a i m a n a Upaya anak berkewarganegaraan ganda agar
dapat melangsungkan perkawinan di bawah umur ?
B A B I : P E N D A H U L U A N
A . L a l a r B e l a k a n g
B . P e m i a s a l a h a n
C . R i i a n g L i n g k u p dan r u j u a n
D . Metode Penel i t ian
li. S i s t e m a l i k penul i san
BAB U : T I N J A U A N P U S T A K A
A . Pengert ian P e r k a w i n a n
B . Syarat dan R u k u n P e r k a w i n a n
C . T u j u a n P e r k a w i n a n
D . P e r k a w i n a n C a m p u r a n
P. P e r k a w i n a n di B a w a h I ' m u r
B A B I I I : P E M B A H A S A N
1. Akibat hukum perkawinan di bawah umur bagi penganul
asas kewarganegaraan ganda
2. Upaya anak berkewarganegaraan ganda agar dapat
melangsungkan perkawinan di bawah umur
B A B I V : P E N U T U P
A . K e s i m p u l a n
B . S a r a n
D A F T A R P U S T A K A
L A M P I R A N
U N I V E R S I T A S M I I H A M M A D I V A I I P A L E M B A N G
F A K I I L A S H U K U M
Lampiran
Prihal
Kepada
: Sistemalika Penulisan (Outinc)
; Penelitian l iukum Dan Penulisan Skripsi
: Y t h . Bapak M . Soleh Idrus, S H . M S
i'embimbing Akademik Fakultas H u k u m U M P
Di
Palembang
Assa lamu'a la ik i im Wr. W b
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Rahmadan R i / k i Saputra
Program Kekhususan : H u k u m perdata
Pada Kul iah semester ganjil 2 0 1 4 / 2 0 ! ? sudah menyelesaikan
Beban study yang mclipuli M P K . M K K K . M K B . M P B , M B i t
(141 S K S ) .
Dengan ini mengajukan permohonan niiluk penelitian luikum ilan penulisan
Skripsi dengan Judul: P I U I S E D L R P l i r i ^ K ? * ^ ^ » ^ t e 4 N P E R I A N . H A N
S E W A M E N V E M A S A E E D E P O S I 1 B O X P A D A B A N K . M E i N U K l 1
H U K U M P E R B A N K A N .
Demikianlah atas perkcnannva Bapak diucapkan terima kasih.
Wasalatii . .
Nim : ? 0 2011 259
Palembang
Pemohon,
26 September 2014
Rahmadan R i z k i Saputra
i A Rckomendasi P.A. Y b s Q#
M/iJh tie, UJkc^^Y^ Mp^ Pembimbing Akademik
M . Soleh Itjrus, S H . M S
P E R M O H O N A N U N T U K M E N G I K U T I S E M I N A R P R O P O S A L
Palembang, Maret 2015
Prihal ; Mohon unluk dilaksanakan seminar Proposal Penelitian Skripsi Kepada Yth, Bapak/lbu, Ketua Bagian Dasar-Dasar Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang
di-
Palembang
Assalamu' alaikum Wr. Wb.
Dengan hormal, dengan ini disampaikan bahwa;
Nama : Rahamadan Rizki Saputra
NIM : 50 2011 259
Program Kekhususan : Hukum Perdata
Bahwa yang bersangkutan telah layak mengikuti, seminar proposal rencana penelitian Skripsi. dengan judul" AKIBAT HUKUM PERKAWINAN DI BAWAH UMUR BAGI PENGANUT ASAS KEWARGANEGARAAN GANDA (Analisis Normatif Pasal 6 Undang - undang No.12 tahun 2006 dan Pasal 7 Undang - undang No.l tahun 1974)"
Mohon Kiranya Bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti seminar proposal usul penelitian Skripsi.
Demikian disampaikan untuk dipertimbangkan
Wassalamu"alaikum Wr.Wb.
Pembimbing Skripsi
Z U L F I K R I NAWAW1..SH..MH
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Tempat tanggal lahir Nim Program studi
Rahmadan Rizki Saputra Prabumulih,21 April 1990 50 2011 259 llmu Hukum
Program khususan ; Hukum perdata
Menyatakan bahwa karya ilmiah /skripsi saya berjudul : " A K I B A T H U K U M P E R K A W I N A N D I B A W A H U M U R B A G I P E N G A N U T A S A S K E W A R G A N E G A R A A N G A N D A (Analisis Normatif Pasal 6 Undaog-Undang No.12 tahun 2006 dan Pasal 7 Undang-Undang No. 1 tahun 1974) "
Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali daltrni benluk kutipan yang telah kami sebutkan sumbemya.
Demikian surat pcryataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila Peryataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi akademis.
Palembang, 10 Agustus 2015 Yang menyatakan
Rahmadan Rizki Saputra
U N I V E R S I T A S M W l 1 A M M A D ! Y A M I S M T M B A N G
1 - A K U l . T A S M U R U M
P E R S E T U J U A N D A N P E N G E S A H A N U N T I I K U J I A N
K O i M P R E H E N S I l
JudulSknps i ; A K I B A T H U K U M P H R K A W I N A N D I B A W A H U M U R B A U l
P E N G A N U T A S A S K E W A R G A N E G A R A A N G A N D A
{Anal i s i sN( tn i ia t i lPasa l 6 Undang-undang No.12 lahun 2006
danPasal 7 Undang-undang No. I lahun 1974)
Nama RahmadaiiRizkiSaputra
N i m : 50 201 i 259
Pri 'gram Siudi I lnu i l l uk i i i n
Prouram Kckluisusan . HukumPccdata
Pcmbimhing ,
Z i i l f i k r i N n u i u v i ,S|-| > 1 M
's \' .
D I S E T U . i U I O I . E U
W A K l l . L9EKAN P A K U L T A S I I U K U M
U N l V E R S r r A S MOM H \ M M A D I V A I i PALEMBANG
Palembang, Agustus 2015
ii