9. menteri perindustrian.pdf

Upload: rahmadhan-r

Post on 07-Aug-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/20/2019 9. Menteri Perindustrian.pdf

    1/19

  • 8/20/2019 9. Menteri Perindustrian.pdf

    2/19

    2

    2

    PEMBAHASAN

    I. PENINGKATAN NILAI TAMBAH MELALUI HILIRISASIINDUSTRI

    II. STRATEGI INVESTASI UNTUK PEMBANGUNANINDUSTRI HULU

    III. PROGRAM AFIRMASI UNTUK PENGEMBANGANUMKM YANG BERDAYA SAING

    IV. KEBIJAKAN LOW COST GREEN CAR (LCGC)

  • 8/20/2019 9. Menteri Perindustrian.pdf

    3/19

    3

    3

    I. PENINGKATAN NILAI TAMBAH

    MELALUI HILIRISASI INDUSTRI

  • 8/20/2019 9. Menteri Perindustrian.pdf

    4/19

  • 8/20/2019 9. Menteri Perindustrian.pdf

    5/19 55

    NOPROGRAM QUICK

    WINSRENCANA AKSI (2015-2019)

    1. Hilirisasi hasil tambang

    ke produk jasa dan

    industri

    1. Fasilitasi Pembangunan Industri:

    a. Smelter Baja di Batu Licin (Kalsel) dan Medan (Sumatera Utara)

    b. Alumina Refinery di Menpawah dan Ketapang (Kalbar)

    c. Smelter Tembaga di Gresik (Jatim),

    d. Smelter Nikel di Morowali (Sulteng) dan Pomalaa (Sultra).

    2. Fasilitasi pembangunan Pusat Pelatihan Tenaga Kerja Industri Baja di

    Kalimantan Selatan dan industri berbasis nikel di Sulteng.

    3. Fasilitasi Pembangunan Laboratorium Logam Tanah Jarang untuk Bahan

    Baku Industri, memfasilitasi pembangunan Pilot Plant pemanfaatan logam

    tanah jarang di Kepulauan Riau

    4. Fasilitasi pembangunan 1 Pabrik Methanol berbasis gasifikasi batubara

    (low rank coal) dengan kapasitas 500.000 ton/tahun di Sangatta, Kaltim

    5. Fasilitasi pembangunan pabrik Paracetamol kapasitas 10.000 ton/th,

    amoxicilin kapasitas 750 ton/th, garam farmasi 6.000 ton/th, Dextrose for

    infusion 6.000 ton/th, Vitamin C kapasitas 3.000 ton/th, Sefalosporin

    kapasitas 150 ton/th di Jawa Barat

    5. Fasilitasi penyusunan FS dan DED Semen Kupang III dengan Kapasitas 1,5

    Juta ton / tahun dan investasi Rp. 2,6 T

    6. Fasilitasi pembangunan Pilot plant bahan penolong berbasis silika untuk

    industri ban, keramik dan kaca di Jawa Barat

    7. Fasilitasi pembangunan dan pengembangan 2 (dua) Industri Technical

    Textile dari bahan baku migas di Jawa Barat dan Jawa Tengah

  • 8/20/2019 9. Menteri Perindustrian.pdf

    6/19 66

    NO PROGRAM QUICK WINS RENCANA AKSI (2015-2019)

    2. Hilirisasi produk-produk

    pertanian menjadi produk

    agro-industri

    1. Fasilitasi pembangunan Pilot Plant Propylene berbasis CPO kapasitas

    10 ton/hari di Jawa Barat

    2. Fasilitasi kemampuan teknologi melalui bantuan mesin peralatanindustri kayu dan rotan di Kalimantan Tengah, Jawa Timur , Jawa

    Tengah, dan Jawa Barat

    3. Peningkatan kompetensi SDM industri pengolahan kayu dan rotan

    bidang teknik produksi dan desain

    4. Fasilitasi mentoring aplikasi SVLK dan V-Legal pada perusahaan

    pengolahan kayu

    5. Fasilitasi promosi SVLK di negara tujuan ekspor6. Fasilitasi/Rekomendasi Pemberian Insentif Perpajakan/Kepabeanan

    Bagi Perusahaan Penanam Modal Baru/perluasan khususnya terkait

    dengan BBN

    7. Bantuan langsung mesin/peralatan dan bantuan/fasilitasi keringanan

    pembelian mesin/peralatan pengolahan kopi

    8. Penyusunan Kebijakan Bea Keluar ekspor rumput laut

    9. Revisi Bea Keluar Ekspor Biji Kakao10. Peningkatan kompetensi SDM Industri Pengolahan Rumput Laut

    11. Penyusunan SKKNI Industri Pengolahan Kakao

    12. Pengembangan Teknologi Industri Pengolahan Kakao dan rumput

    laut

  • 8/20/2019 9. Menteri Perindustrian.pdf

    7/1977

    II. STRATEGI INVESTASI UNTUK

    PEMBANGUNAN INDUSTRI HULU

  • 8/20/2019 9. Menteri Perindustrian.pdf

    8/1988

    1. Industri hulu merupakan industri dasar yang menghasilkan bahan baku yangdigunakan untuk kegiatan industri lainnya baik industri andalan maupun industripendukung.

    2. Industri hulu dapat dikategorikan ke dalam industri strategis, sehingga sesuaidengan amanat Undang-undang Nomor 3 tahun 2014 tentang Perindustrian,Pemerintah dapat melakukan penyertaan modal seluruhnya oleh pemerintah padaindustri hulu tertentu dengan alokasi pembiayaan melalui APBN atau Pembentukanusaha patungan antara pemerintah melalui APBN dan swasta dalam pembangunanindustri hulu.

    3. Industri hulu yang menjadi prioritas berdasarkan Rencana Induk PengembanganIndustri Nasional (RIPIN) 2015-2035 sebagaimana tabel berikut.

    1. Industri Oleofood;

    2. Industri Oleokimia;

    3. Industri Kemurgi;4. Industri Pakan;

    5. Industri Barang dariKayu;

    6. Industri Pulp danKertas

    Industri hulu agro

    1. Industri pengolahan danpemurnian besi dan baja dasar

    2. Industri pengolahan danpemurnian Logam dasar bukanbesi;

    3. Industri logam mulia, tanah jarang (rare earth), dan bahanbakar nuklir

    4. Industri bahan galian non logam

    Industri Logam Dasar dan BahanGalian Bukan Logam

    1. Industri Petrokimia Hulu;2. Industri Kimia Organik;

    3. Industri Pupuk;4. Industri Resin Sintetik dan BahanPlastik ,

    5. Industri Karet Alam dan Sintetik,dan;

    6. Industri Barang Kimia Lainnya.

    Industri Kimia Dasar Berbasis Migasdan Batubara

    STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI HULU

  • 8/20/2019 9. Menteri Perindustrian.pdf

    9/1999

    Dalam rangka pengembangan industri hulu Pemerintah menyediakan beberapa fasilitas dankemudahan, antara lain:

    1. Tax Holiday   diberikan kepada industri pionir yaitu

    •   Industri logam dasar

    •   Industri pengilangan minyak bumi/atau industri kmia dasar organik yang

    berseumber dari minyak bumi dan gas alam

    •   Industri permesinan

    •   Industri di bidang sumber daya alam terbarukan

    •   Industri peralatan komunikasi

    2. Tax Allowance diberikan kepada investasi baru atau perluasan di sektor industri yang

    memenuhi persyaratan sesuai dengan PP 52 tahun 2011 dengan tujuan untuk:

    •   Meningkatkan kegiatan investasi guna mendorong pertumbuhan ekonomi

    •   Pemerataan pembangunan dan

    •   Percepatan pembangunan bagi bidang usaha dan/atau daerah tertentu3. Pembebasan bea masuk Atas Impor Mesin Serta Barang dan Bahan Untuk

    Pembangunan Atau Pengembangan Industri Dalam Rangka Penanaman Modal.

  • 8/20/2019 9. Menteri Perindustrian.pdf

    10/19

    11

    III. PROGRAM AFIRMASI UNTUK

    PENGEMBANGAN IKM YANGBERDAYA SAING

  • 8/20/2019 9. Menteri Perindustrian.pdf

    11/19

    11

    A. LATAR BELAKANG

    1. IKM memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional yang dapat

    dilihat dari jumlah unit usaha yang berjumlah 3,4 juta unit dan merupakanlebih dari 90 persen dari unit usaha industri nasional. Peran tersebut juga

    tercermin dari penyerapan tenaga kerja IKM yang menyerap lebih dari 9,7

     juta orang pada tahun 2013 dan merupakan 65,4 persen dari total

    penyerapan tenaga kerja sektor industri non migas.

    2. pembangunan dan pemberdayaan Industri Kecil dan Industri Menengah

    untuk mewujudkan Industri Kecil dan Industri Menengah yang berdaya

    saing; berperan signifikan dalam penguatan struktur industri nasional; ikut

    berperan dalam pengentasan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja;

    serta menghasilkan barang dan/atau jasa Industri untuk diekspor.

  • 8/20/2019 9. Menteri Perindustrian.pdf

    12/19

    11

    Pengembangan IKM diharapkan akan meningkatkan jumlah unit usaha IKM rata-rata

    sebesar 1 (satu) persen per tahun atau sekitar 30 ribu unit usaha IKM per tahun dan

    peningkatan penyerapan tenaga kerja rata-rata sebesar 3 (tiga) persen per tahun.

    Sasaran pengembangan IKM pada periode 2015-2019 meliputi penguatan kelembagaan

    dan pemberian fasilitas yaitu:

    1. Penguatan Kelembagaan:

    •   Penguatan 1.090 Sentra IKM

    •   Revitalisasi dan pembangunan 110 Unit Pelayanan Teknis (UPT)•   Penyediaan 1.000 orang Tenaga Penyuluh Lapangan

    •   Penyediaan Konsultan Industri kecil dan Industri menengah sebanyak 590 orang

    2. Pemberian Fasilitas:

    •   Peningkatan kompetensi SDM untuk 545 Orang

      Pemberian bantuan dan bimbingan teknis untuk 8.805 unit IKM•   Pemberian bantuan serta fasilitasi bahan baku dan bahan penolong untuk 600 unit

    IKM

    •   Pemberian bantuan mesin atau peralatan untuk 815 unit IKM

    B. SASARAN

  • 8/20/2019 9. Menteri Perindustrian.pdf

    13/19

    11

    •   Pengembangan 2.065 produk IKM•   Pemberian bantuan pencegahan pencemaran lingkungan hidup untuk

    85 unit IKM•   Pemberian bantuan informasi pasar, promosi, dan pemasaran 1.150 unit

    IKM•   Fasilitasi akses pembiayaan untuk 5.200 unit IKM•   Penyediaan 10 Kawasan Industri untuk IKM yang berpotensi mencemari

    lingkungan (Kawasan)•   Fasilitasi kemitraan antara industri kecil, menengah dan besar 145 unit

    IKM•   Fasilitasi HKI terhadap 1.250 IKM•   Fasilitasi penerapan standar mutu produk bagi 2.500 IKM

  • 8/20/2019 9. Menteri Perindustrian.pdf

    14/19

    1414

    1. Dalam rangka keberpihakan terhadap Industri Kecil dan Menengah dalam negeri

    ditetapkan bahwa Industri Kecil hanya dapat dimiliki oleh warga negara Indonesia,Industri yang memiliki keunikan dan merupakan warisan budaya bangsa hanya

    dapat dimiliki oleh warga negara Indonesia, dan industri menengah tertentu

    dicadangkan untuk dimiliki oleh warga negara Indonesia.

    2. Dalam rangka penguatan struktur industri nasional, peran IKM perlu ditingkatkansecara signifikan dalam rantai suplai industri prioritas.

    3. Dalam upaya meningkatkan pembangunan dan pemberdayaan IKM, Pemerintah

    dan/atau Pemerintah Daerah melakukan perumusan kebijakan, penguatan kapasitas

    kelembagaan, dan pemberian fasilitas bagi IKM.

    C. KEBIJAKAN AFIRMATIF IKM

  • 8/20/2019 9. Menteri Perindustrian.pdf

    15/19

    11

    1. Pemberian insentif kepada industri besar yang melibatkan IKM dalam rantai nilai

    industrinya

    2. Meningkatkan akses IKM terhadap pembiayaan, termasuk fasilitasi pembentukan

    Pembiayaan Bersama (Modal Ventura) IKM.3. Mendorong tumbuhnya kekuatan bersama sehingga terbentuk kekuatan kolektif untuk

    menciptakan skala ekonomis melalui standardisasi, procurement dan pemasaran

    bersama.

    4. Perlindungan dan fasilitasi terhadap inovasi baru dengan mempermudah pengurusan

    hak kekayaan intelektual bagi kreasi baru yang diciptakan IKM.

    5. Diseminasi informasi dan fasilitasi promosi dan pemasaran di pasar domestik dan ekspor.6. Menghilangkan bias kebijakan yang menghambat dan mengurangi daya saing industri

    kecil.

    7. Peningkatan kemampuan kelembagaan Sentra IKM dan Sentra Industri Kreatif, serta UPT,

    TPL, dan Konsultan IKM;

    8. Kerjasama kelembagaan dengan lembaga pendidikan, dan lembaga penelitian dan

    pengembangan;

    9. Kerjasama kelembagaan dengan Kamar Dagang dan Industri dan/atau asosiasi industri,

    serta asosiasi profesi.

    10. Pemberian fasilitas bagi IKM.

    D. PROGRAM PENGEMBANGAN IKM

  • 8/20/2019 9. Menteri Perindustrian.pdf

    16/19

    11

    IV. KEBIJAKAN LOW COST GREEN CAR

    (LCGC)

  • 8/20/2019 9. Menteri Perindustrian.pdf

    17/19

    11

    A. KEBIJAKAN LCGC DITINJAU DARI INSENTIF PAJAK 

    1. Pengembangan industri otomotif kedepan diarahkan pada kendaraan ramah lingkungan dan

    hemat energi.

    2. Untuk mendorong produksi Kendaraan Bermotor yang hemat energi dan harga terjangkau

    (KBH2) dalam negeri diberikan insentif pengurangan pajak penjualan barang mewah dari 10%

    menjadi 0% untuk produk KBH2.

    3. Penerima insentif pengurangan pajak penjualan barang mewah tersebut adalah konsumen.

    4. Dampak dari pemberian insentif untuk kendaraan KBH2 antara lain:

      Nilai investasi total mencapai USD 6,5 Milyar, terdiri dari USD 3,5 Milyar pada industri

    perakitan dan USD 3 Milyar pada industri komponen/pendukung.

      Tumbuh pabrik komponen baru dan perluasan sekitar 200 pabrik.

      Penyerapan tenaga kerja baru sekitar 30.000 orang pada tingkat pabrikan dan sekitar

    70.000 orang pada tingkat industri komponen.

      Tahun 2014 produksi KBH2 telah dapat diekspor ke Pakistan dan Philipina dengan volume

    ekspor sekitar 1000 unit/bulan. Produksi KBH2 tahun 2013 sebesar 52.956 unit dan tahun

    2014 diperkirakan mencapai 150.000 unit.

  • 8/20/2019 9. Menteri Perindustrian.pdf

    18/19

    11

    B. KEBIJAKAN LCGC DITINJAU DARI PENGGUNAAN BBM BERSUBSIDI

    1. Spesifikasi mesin KBH2 sudah didesain untuk menggunakan spesifikasi BBM dengan RON

    92 keatas bagi Petrol dan CN51 untuk Diesel. Spesifikasi BBM ini adalah termasuk dalam

    BBM Non Subsidi.2. Konsumsi bahan bakar mencapai 20 km/liter sesuai dengan persyaratan KBH2, dibuktikan

    melalui pengujian di Balai Termodinamika, Mekanika dan Propulsi (BTMP) milik BPP

    Teknologi.

    3. Untuk menjamin agar kendaraan KBH2 tidak menggunakan BBM bersubsidi telah

    dikeluarkan Peraturan Dirjen IUBTT No.29/IUBTT/PER/9/2014 yang mengatur kewajiban

    pencantuman informasi penggunaan bahan bakar sesuai dengan spesifikasi yang

    dipersyaratkan, yaitu BBM dengan RON 92 ke atas untuk petrol dan CN51 untuk diesel.

    4. Informasi penggunaan bahan bakar tersebut wajib dicantumkan pada: 1) penutup tangki

    bahan bakar bagian dalam, 2) pojok kanan bawah kaca belakang, serta 3) buku manual

    kendaraan bermotor. Ketentuan tersebut wajib dilaksanakan sejak 2 Januari 2015.

    5. Selain informasi penggunaan bahan bakar, diameter lubang pengisian bahan bakar untukKBH2 juga dipersyaratkan maksimal berukuran 1 inchi.

    6. Dengan dialihkannya subsidi BBM, maka konsumen KBH2 akan terdorong untuk memilih

    menggunakan BBM dengan spesifikasi yang dipersyaratkan yaitu RON 92 keatas.

  • 8/20/2019 9. Menteri Perindustrian.pdf

    19/19

    11