100 lebih pemahaman kaum muslimin perlu di reformasi

Upload: ahmadhariadi1951

Post on 28-Oct-2015

866 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

100 Lebih Pemahaman Kaum Muslimin Perlu di Reformasi

TRANSCRIPT

  • 1100 LEBIH PEMAHAMAN KAUM MUSLIMIN PERLUDIREFORMASI

    (sebagai)

    PENGANTARUNTUK MEMAHAMI DAN MENAFSIRKAN ALQURAN

    MUQODDIMAH

    Berpegang Teguh pada Tradisi Nenek-Moyang yang Keliru

    Artinya: Dan apabila dikatakan kepada mereka, Hendaklah kamumengikuti pada apa-apa yang telah diturunkan oleh Allah/Alquran,

    mereka mengatakan, (Kami tidak akan mengikutinya), bahkan kamiakan mengikuti pada apa-apa yang telah kami terima/kami warisi dari

    nenek-moyang kami. Apakah seterusnya (mereka akan mengikuti juga)seandainya nenek-moyang mereka tidak menggunakan akal/tidak

    bersikap rasional dan tidak pula mereka orang-orang yang mendapatpetunjuk? (surat 2 ayat 170).

    Berpegang teguh pada tradisi nenek-moyang yang keliru, baik berbentuktradisi upacara keagamaan yang tanpa dasar ilmu, ataupun berbentuk tradisipemikiran dan pemahaman keagamaan yang didasarkan pada berbagai ilmu yangada dalam berbagai kitab itu adalah sesuatu sikap dan tindakan yang amat-amatkeliru dan tercela di dalam Islam. Karena di dalam prinsip ajaran Islam, apabilakita hendak mengikuti, ataupun menolak sesuatu paham atau tindakan, maka kitadiwajibkan mendasarkannya atas sesuatu ilmu, yang tentunya ilmu yang benarmenurut ketentuan Allah yang ada dalam Alquran (surat 17 ayat 36). Oleh karenaitu, dalam Islam ada dua prinsip dasar yang harus dijalankan oleh siapa pundan kelompok mana pun.

    Prinsip dasar yang pertama: apabila kita menganggap atau meyakinibahwa paham dan tindakan yang ada di kelompok kita itu sesuatu yang benar,maka kita punya hak dengan suatu hak yang sangat asasi, yaitu kita bebas untukmenyampaikan paham dan tindakan yang kita anggap benar itu dengan cara yangbijaksana kepada pihak lain. Dan kita akan merugi apabila kita tidakmenyampaikannya (surat 103 ayat 1-3).

  • 2Prinsip dasar yang kedua: kita harus mau mendengarkan pendapat ataukritikan dan nasihat dari pihak lain, kemudian dari sekian banyak pendapat, kritikan,dan nasihat yang sampai kepada kita itu, kita wajib menyaringnya dengan seadil-adilnya, kemudian setelahnya itu kita menyimpulkan mana-mana dari sekian banyakpendapat, kritikan, dan nasihat itu yang lebih benar dan lebih indah, yang lantaskita mengikutinya (surat 39 ayat 17-18), karena hanya dengan jalan ini seseorangakan mendapatkan petunjuk dari Allah dalam berbagai hal/

    , dan seseorang tersebut baru bisa dinamai orang yangberakal sehat/ .

    Prinsip dasar yang kedua tersebut wajib dilakukan, karena hanya denganperantaraannya, apa-apa yang kita anggap benar itu akan dapat teruji danterkoreksi. Dan jika apa-apa yang kita anggap benar itu memang sesuatukebenaran/ , maka dia pun akan tetap tegar dan bertahan walaupun dihantamoleh berbagai sanggahan dan kritikan, karena barang yang benar/ itu apabilabertemu dengan barang yang batil dan berproses di dalam kepala, pikiran, dan hatiseseorang, maka barang yang benar itu akan dapat mengalahkannya (surat 17ayat 81 dan surat 21 ayat 18).

    Di dalam berbagai kejadian, berapa banyak kita telah menyaksikan:seseorang memperjuangkan keyakinannya dengan semangat yang menggebu-gebudengan mengorbankan harta dan nyawanya, karena dia berkeyakinan bahwa yangdiperjuangkannya itu adalah sesuatu kebenaran dan imbalannya adalah matisyahid dan surga. Padahal belum tentu apa yang diperjuangkannya itu adalahsesuatu kebenaran. Dan untuk menentukan sesuatu yang diperjuangkannya itubenar/hak atau batil, maka seseorang diwajibkan mengemukakan berbagai alasanagama yang didasarkan pada Alquran dan pada perilaku Rasulullah saw. sebagaipembawa dan pengamal Alquran, dan sesudah itu dia berkewajiban mendengarkansaran dan kritikan dari pihak lain yang mengatakan bahwa yang diperjuangkandengan cara-caranya itu bukanlah sesuatu kebenaran, yang tentunya pihak laintersebut juga berkewajiban mengemukakan berbagai alasan agama yangdidasarkan pada dua hal/pegangan tersebut di atas. Dari dua belah pihak tersebut,berkewajiban saling bermusyawarah, bertukar pikiran, saling mendengar, salingmenghargai, saling memahami alasan masing-masing dengan tepat, salingmengenyampingkan berbagai kepentingan tertentu, saling tidak fanatik butaterhadap pahamnya sendiri alias harus merdeka, tidak ada kebencian, dansemuannya itu dijalankan atas dasar Isim Allah yakni Kasih Sayang, danlain-lain. Dan sesudah itu semua, baru berlaku ayat kebenaran/al-hak apabilabertemu/bertanding dengan kebatilan dan berproses di kepala, pikiran, dan hatiseseorang, maka kebenaran itu akan dapat mengalahkannya, dan akhirnya barangyang batil yang selama itu diyakini sebagai suatu kebenaran akan permisi keluar.Hal ini baru bisa terjadi, apabila seseorang tersebut dapat bersikap jujur dan

  • 3merdeka. Dan sebaliknya, apabila dia tidak bersikap jujur dan tidak bersikapmerdeka dan merasa hanya pendapatnya sendiri yang paling benar, karena diamerasa pendapatnya itu sudah didasarkan pada kitab-kitab besar yang dikarangoleh para mujtahid atau ada kepentingan ini dan kepentingan itu, maka sulit bagidia itu akan dapat melihat kebenaran yang ada di depan matanya sendiri (surat 36ayat 9). Di dalam Islam, kita dilarang mengasih harga mati atau menganggapbenar dengan mutlak terhadap apa-apa yang ada dalam sesuatu kitab tertentuyang dikarang oleh para mujtahid, karena menurut Alquran yang namanya manusiasemulia apa pun, ada kemungkinan untuk dapat keliru dan salah yang tidakdisengaja (surat 2 ayat 286), dan Rasulullah saw. sendiri bersabda: SeseorangMujtahid apabila ijtihadnya benar, maka dia akan mendapatkan dua pahala/imbalan, dan apabila ijtihadnya salah/keliru, maka dia akan mendapatkan satupahala/imbalan. Dari ayat dan hadis tersebut, maka sangat-sangat kelirulah kitaapabila kita mengasih harga mati atau menganggap mutlak benar terhadap semuahasil dari ijtihad mereka yang ada dalam kitab-kitab besar itu. Kita mengakuidengan segala hormat pada mereka, karena hidup mati mereka hanya untukmemperjuangkan kebenaran visi dan misi Islam Sesuai dengan predikat merekasebagai mujtahid, maka sesuatu hal yang mustahil apabila merekamengeluarkan/menghasilkan sesuatu pendapat yang tanpa didasarkan padaAlquran dan perilaku Rasulullah saw. selaku pembawa dan pengamal Alquran.Dan setiap mujtahid yang mana pun pasti mendasarkan hasil ijtihadnya itu kepadadua hal tersebut. Tetapi, karena hasil ijtihad mereka itu satu sama lain bisaberlainan sesuai dengan latar belakang mereka masing-masing dan bisa keliruyang tidak disengaja, karena memang data-data sebagai bahan dalammenyimpulkan pendapatnya itu belum semuanya ada dan belum lengkap di masahidupnya, maka kita di dalam mengikuti hasil ijtihad mereka harus mengetahuialasan-alasan dan dalil-dalil dari mereka, yang lantas kita mengujinya dengandalil-dalil dari mujtahid lain yang muncul kemudian, dan setelahnya itu baru kitamemilih dan mengikuti pada hasil ijtihad yang benar dari mereka yang dalil-dalilnya lebih kuat dan tidak bisa dipatahkan.

    Oleh karena itu, setiap mujtahid yang mana pun akan selalu berpesankepada generasi kemudian bahwa janganlah mereka membabibuta di dalammengikuti pendapatnya, maksudnya kalau memang pendapat mereka di kemudianhari ternyata keliru karena ada pendapat dari mujtahid yang muncul kemudianyang lebih kuat dalil-dalil dan alasan-alasannya, maka mereka harus mengikutiterhadap pendapat yang muncul kemudian itu. Di sinilah letaknya, kenapa paramujtahid di dalam keheningan malam selalu berdoa: Ya Allah, janganlah Engkaumenindak/menghukum kepada kami karena sesuatu kesalahan yang kami lakukanyang tidak kami sengaja (surat 2 ayat 286). Tetapi sebaliknya, kalau pendapatmereka itu benar setelah diuji dengan berbagai pendapat dari mujtahid yangmuncul kemudian, maka mereka pun harus konsekuen mengikutinya. Jadi, sikap

  • 4yang menganggap mutlak terhadap hasil ijtihad yang ada dalam berbagai bukudari mujtahid tertentu adalah bertentangan dengan Alquran, bertentangan denganhadis Nabi saw. dan bertentangan dengan wasiat dari para mujtahid itu sendiri,apalagi kalau kita sudah kalah berdiskusi, yang lantas kita mengatakan, Siapasih yang dapat melebihi atau lebih pintar dari imam yang empat atau melebihidari mujtahid ini dan mujtahid itu? Sikap yang seperti ini telah digambarkandalam Alquran (surat 5 ayat 104) dengan kalimat:

    (cukup bagi kami apa-apa yang kami dapatidari nenek-moyang kami), dan digambarkan juga dalam (surat 2 ayat 170) dengankalimat: (bahkan kami akan mengikutipada apa-apa yang kami peroleh/kami warisi dari nenek-moyang kami). Dengansikap-sikap ini berarti kita telah mematikan kita punya akal dan menitipkannyapada mereka yang kita anggap mutlak benar itu atau dengan kata lain kita telahmelakukan yang /taqlid pada ilmu yang ada dengan membabi-buta pada mereka, yang sekaligus sikap yang seperti itu berarti kita telahmenjadikan para alim ulama/para mujtahid tertentu di dalam Islam sebagai tuhan-tuhan/rabb dari selain Allah. Padahal sikap yang seperti itu adalah sikap terkutukdari orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani seperti yang disebutkan dalamsurat 9 ayat 31. Tentang sikap terkutuk dari mereka ini dan tentang sikap-sikapterkutuk lainnya yang ada dalam berbagai ayat Alquran, Rasulullah saw.mengingatkan bahwa kaum Muslimin lambat laun akan mengikuti sikap-sikapterkutuk itu, oleh karena itu kaum Muslimin agar selalu waspada dan hati-hati.Dan sikap membatasi terhadap karunia Allah apa pun bentuknya, bahwa karuniaAllah itu hanya ada pada orang-orang yang terdahulu saja, telah dilukiskan dalamAlquran, surat 5 ayat 64 dengan kalimat: , yangartinya: Dan telah mengatakan orang-orang Yahudi itu tangan Allah itudibelenggu. Maksudnya, Allah tidak akan menurunkan karunia-Nya kepada siapayang Dia kehendaki di kemudian hari, karena mereka/Yahudi menganggap, bahwakebenaran itu mutlak hanya ada pada pendeta-pendeta atau alim ulama yangterdahulu saja. Dan tentang sikap yang seperti ini jelas-jelas bertentangan denganfirman Allah yang mengatakan, Allah akan memberikan hikmah/kebenarankepada siapa yang Dia kehendaki (surat 2 ayat 269), Allah akan menunjuki kepadakebenaran kepada siapa yang Dia kehendaki (surat 2 ayat 213), dan Allah setiapsaat akan menurunkan kebenaran dari perbendaharaan-perbendaharaan kebenaranyang ada di sisi-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki menurut ukuran tertentusesuai dengan kondisi waktu dan zaman (surat 15 ayat 21), dan lain-lain. Apakahfirman-firman Allah tersebut akan kita kufuri dan ingkari dengan sikap kita yangsangat tercela seperti yang sudah diuraikan dengan terperinci tersebut?

    Berdasarkan surat 2 ayat 170 dan berbagai uraiannya dalamMUQODDIMAH tersebut, maka marilah kita memulai untuk Mengadakan

  • 5reformasi/perbaikan besar-besaran terhadap berbagai pemahaman keagamaankaum Muslimin yang ternyata kurang tepat dan keliru menurut Alquran!, yangkarenanya umat Islam menjadi terpecah belah dan mundur.

    Akhirnya, sebagai penutup dari MUQODDIMAH ini, marilah kita sama-sama mendoa kepada Allah, agar Dia senantiasa memperlihatkan kepada kitasesuatu kebenaran/al-haq yang hakikatnya memang benar-benar sesuatukebenaran/al-haq, dan kemudian agar Dia sudi membimbing kita, sehingga kitadapat mengikutinya. Dan sebaliknya, kita mohon kepada-Nya, agar Dia senantiasamemperlihatkan kepada kita sesuatu yang salah/al-batil yang hakikatnyamemang benar-benar sesuatu yang salah/al-batil, dan kemudian agar Dia sudimenjauhkan kita dari mengikutinya. Amin!

    NB: Isi buku ini sepenuhnya tanggungjawab penulis.Setiap saran dan kritik yang objektifmohon dialamatkan:

    Ahmad Hariadi

    1. Telp. (0262) 236158,HP. 081 281 25695

    2. E-mail: [email protected]

    Wassalam

    Penulis

    (Ahmad Hariadi)

    21 Romadlon 1424 HGarut, Indonesia:16 Nopember 2003 M

  • 61. Beriman Kepada Allah/

    Beriman kepada Allah/ maksudnya adalah:Mempercayakan diri kita pada apa saja yang ada dalam Alquran apa punbentuknya, lebih-lebih lagi terhadap peraturan-peraturan-Nya yang mengaturkehidupan kita sehari-hari, baik yang berhubungan dengan hablumminallah,ataupun yang berhubungan dengan hablumminannas. Karena, beriman kepadaAllah itu harus dibuktikan dengan tingkah laku kita, di mana tingkah laku kita didalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara harus sesuai dengan peraturan-peraturan-Nya, terutama sekali yang menyangkut enam hal:

    a. Bicara harus benar (dalam arti luas),b. menepati janji (dalam arti luas),c. menunaikan amanat (dalam arti luas),d. menahan diri dari perbuatan yang merugikan orang lain, apa pun

    bentuknya,e. menahan diri dari melihat sesuatu yang tidak bermanfaat apalagi

    yang merugikan, danf. menahan diri dari melakukan perzinahan.

    Oleh karena itu, Rasulullah saw. menjamin pada siapa saja yang dalamenam hal tersebut dapat melaksanakan dengan baik, maka orang tersebut akandijamin masuk surga/hidup bahagia (hadis Imam Ahmad bin Hambal). Maka kalaukita di dalam salat berkali-kali mengatakan beriman dan bersaksi kepada Allah,tetapi tingkah laku kita sehari-hari tidak sesuai dengan peraturan-peraturan-Nya/tidak islami, terutama sekali yang menyangkut enam hal tersebut di atas, makahakikatnya kita pada waktu itu tidak beriman kepada Allah (surat 2 ayat 8), dengankata lain kita telah kufur kepada Allah, kufur kepada peraturan-peraturan-Nya.Jadi, iman seseorang itu dapat dikenal melalui tingkah lakunya, yakni amalsalehnya, seperti sebuah pohon dapat dikenal karena buahnya (surat 14 ayat24 dan ayat 25). Dan begitu juga hakikat iman yang tidak benar/kufur kepadaAllah juga dapat dikenal karena buahnya, yakni amal-amal yang melanggarperaturan-peraturan Allah/tingkah laku yang tidak islami (surat 14 ayat 26).Makanya, kita di dalam segala aktivitas sehari-hari apa pun posisi dan jabatankita, kita harus berhati-hati menjaga tingkah laku kita, karena hakikat berimankepada Allah dan hakikat kufur kepada Allah itu dapat terjadi pada siapa pundalam setiap saat dan tempat, yakni apabila tingkah laku kita itu bermanfaat untukkemanusiaan/amal saleh yang walaupun kemanfaatannya itu terbatas sesuaiketerbatasan dan kemampuan kita, maka dia itu adalah merupakan buah darikeimanan kepada Allah. Tetapi sebaliknya, apabila tingkah laku kita itumerugikan diri sendiri, orang lain, dan masyarakat, yakni amal kejahatan, maka

  • 7dia itu adalah merupakan buah dari kekufuran kepada Allah, walaupun di hari-hari dan saat-saat itu kita selalu mengatakan, Beriman kepada Allah dan bersaksibahwa tiada Tuhan selain dari Allah, dan hanya kepada Dia beribadah dan hanyakepada Dia minta tolong seperti yang diucapkan di dalam salat sehari-hari. Jadi,pemahaman kita tentang hakikat iman dan kufur kepada Allah itu harus sehakikatyang Alquran jelaskan seperti tersebut di atas. Karena Rasulullah saw. sendiripun selaku pembawa sekaligus pengamal Alquran sering mengatakan, Tidakada iman bagi orang yang tidak menepati janji, tidak menjalankan amanat, mencuriapa pun bentuknya, berzina, minum-minuman keras, tidak berkasih sayang satusama lain, tidak bersih, tidak disiplin, tidak gigih/sabar, dan lain-lain tindakanyang tidak islami/ yang jumlahnya ratusan buah itu. Dari sininampak jelas, bahwa di dalam ajaran Islam itu lebih mementingkan nilai-nilaiyang islami daripada simbol-simbol yang islami. Dan simbol-simbol itu baruberarti apabila di dalamnya ada nilai-nilai. Apalah artinya simbol-simbol yangislami apabila di dalamnya tidak ada nilai-nilai yang islami, bahkan hal ini akanmendatangkan kebencian Allah (surat 61 ayat 2-3) dan sekaligus akan menjaditertawaan dan ejekan dari orang lain.

    Di dalam Alquran surat 29 ayat 61, surat 29 ayat 63, surat 31 ayat 25,surat 39 ayat 38, surat 43 ayat 9, surat 43 ayat 87, dan masih banyak ayat lagiyang mengatakan dengan jelas bahwa orang-orang yang kafir itu bukan berartimereka tidak percaya kepada Allah dan sifat-sifat-Nya, mereka percaya kepada-Nya dan sifat-sifat-Nya itu, tetapi tingkah lakunya banyak yang bertentangandengan ketetapan-ketetapan Allah/banyak melanggar peraturan-peraturan-Nya.

    Dari sini jelaslah bahwa hakikat kufur kepada Allah itu dapat terjadipada orang-orang di luar agama Islam dan juga dapat terjadi pada orang-orangyang beragama Islam itu sendiri. Oleh karena itu, kaum Muslimin di dalammenjalankan nilai-nilai yang islami yang jumlahnya ratusan itu, minimal di dalampersentasenya harus lebih banyak, jika dibandingkan dengan orang-orang yangdi luar agama Islam, jangan sampai terbalik, karena kalau terbalik mereka akanlebih maju dan lebih berkuasa yang akhirnya kaum Muslimin akan selaludikalahkan oleh mereka seperti yang terjadi selama ini (tahun 2002).

  • 82. Iman yang Sejati Merupakan Syarat Mutlak untuk MencapaiKeunggulan/

    Surat 3 ayat 139 ini kalau diterjemahkan secara bebas, maka akan berartiJanganlah kamu merasa lemah dan janganlah kamu berdukacita, wahai umatIslam, padahal kamulah umat yang paling tinggi jika kamu benar-benar menjadiorang-orang mukmin yang sejati.

    Dalam ayat ini ditegaskan: Kalau kaum Muslimin ingin menjadi umatyang paling tinggi, paling berkuasa, paling disegani, dan paling-paling yang positiflainnya, maka ada persyaratan mutlak yang harus dipenuhi oleh mereka.Persyaratan mutlak tersebut adalah mereka harus menjadi orang-orang mukminyang sejati.

    Dari ayat tersebut timbul pertanyaan kenapa selama ini kaum Muslimintidak lebih tinggi, tidak lebih berkuasa, tidak lebih berwibawa, jika dibandingdengan umat-umat lain? Adapun jawabannya sesuai dengan ayat itu adalahkarena mereka bukan orang-orang mukmin yang sejati sebagaimana yangdiharapkan oleh Allah dalam Alquran. Oleh karena itu, kita kaum Muslimin dizaman ini dan seterusnya harus benar-benar menjadi orang-orang mukmin yangsejati, agar kita tidak lemah/lembek dan tidak selalu gelisah yang diakibatkanoleh tipu daya umat lain. Di saat itu kita akan selalu optimis dan yakin seyakin-yakinnya bahwa tipu daya yang jahat dari umat lain, apa pun bentuknya tidakakan dapat merugikan dan mengalahkan kita, kaum Muslimin yang benar-benarberiman, benar-benar bertakwa dan benar-benar gigih dalam perjuangan (S.3 ayat139, S.5 ayat 105, S.3 ayat 120, dll.). Dalam ayat-ayat ini, dengan tegas telahdijanjikan oleh Allah bahwa Kalau kamu beriman kepada Allah dengan benar,pola pikir dan tingkah laku kamu selalu sesuai dengan petunjuk-petunjuk-Nyadalam Alquran, setiap saat selalu bertakwa/sadar terhadap ketetapan-ketetapan-Nya, dan selalu gigih di dalam memperjuangkan visi dan misi Islam, maka tipudaya jahat dari orang-orang yang sesat, sama sekali tidak akan dapat merugikandan membahayakan kepada kamu. Janji-janji Allah dalam ayat-ayat tersebutsudah terbukti di masa Rasulullah saw., di masa para sahabatnya, dan di masa-masa kejayaan Islam yang lalu, baik di Irak, Spanyol, Mesir, Turki, dll. Tetapisebaliknya, setelah predikat iman sejati, takwa sejati dan jihad sejati ituberangsur-angsur hilang dari kaum Muslimin, maka mereka pun secara berangsur-angsur pula akan menjadi lemah, mundur, selalu gelisah, dan dikuasai oleh umatlain. Keadaan yang cukup memprihatinkan ini masih berlangsung sampai sekarang(th.2004).

    Kalau kita, kaum Muslimin ingin mengentaskan diri dari keadaan tersebut,maka hanya ada satu syarat yang harus kita lakukan, yakni menjadi orang-orang

  • 9mukmin yang sejati. Dan tentang hakikat iman yang sejati, penjelasannya dapatdilihat dalam Bab: Beriman Kepada Allah/ .

  • 10

    3. Beribadah Kepada Allah/

    Beribadah kepada Allah/ yang kita lakukan itu hanyalahdengan tujuan supaya kita dapat bertakwa kepada Allah (surat 2 ayat 21). Bertakwakepada Allah di sini, maksudnya adalah menginsafi/menyadari terhadapketetapan-ketetapan Allah, baik ketetapan-Nya yang berhubungan denganhablumminallah, ataupun yang berhubungan dengan sesama manusia danlingkungan (hablumminannas). Jadi, manusia yang bertakwa kepada Allahadalah: manusia-manusia yang insaf/sadar terhadap peraturan-peraturan/hukum-hukum Allah. Sehingga dengan perantaraan keinsafan/ketakwaannya itulah,mereka akan selalu berusaha agar tingkah lakunya senantiasa sesuai denganperaturan-peraturan Allah, baik tingkah lakunya yang berhubungan denganperibadatannya kepada Allah (hablumminallah), ataupun yang berhubungandengan sesama manusia dan lingkungan (hablumminannas). Jadi, menurut ayattersebut hablumminallah yang kita lakukan seperti salat, siyam, doa, istighfar,zikir, wirid, dan yang sejenisnya bukanlah tujuan tetapi dia adalah alat, yaknidengan alat itu si pelaku akan dapat menjadi orang yang bertakwa (insaf/sadar),yang dengan perantaraannya dia akan selalu melakukan hablumminallah denganbaik dan kontinu, dan akhirnya akan membuahkan hasil menjadi manusia-manusiayang bermanfaat bagi dirinya, keluarganya, masyarakatnya, bangsanya, dan umatmanusia seperti yang ditegaskan dalam surat 3 ayat 110. Yang tentunya, kadarmanfaat tersebut akan disesuaikan dengan bidang dan profesi serta kemampuandan wawasan masing-masing orang. Karena memang, Allah swt. itu tidak akanmembebani seseorang untuk beramal saleh (berbuat yang bermanfaat) yang diluar bidang/profesi dan wawasannya (surat 65 ayat 7, surat 2 ayat 286, dll.).Sehingga, dengan tegas Allah swt. menyuruh agar masing-masing orang berusahasekeras mungkin untuk dapat melakukan sesuatu perbuatan yang bermanfaat (amalsaleh) sesuai dengan bidang/kedudukan dan profesinya masing-masing (surat 6ayat 135, surat 17 ayat 84 dll.). Dan juga berusaha sekeras mungkin untuk dapatmenghindarkan diri dalam kehidupan bermasyarakat dari perbuatan keji danmungkar. Oleh karena itu, hablumminallah yang paling sering kita lakukan adalahsalat sebagaimana yang diperintahkan oleh-Nya, yang mana salat itu sebagaialat untuk mencapai tujuan itu/terhindar dari perbuatan keji dan mungkar (surat29 ayat 45). Dan amat celaka bagi orang yang selalu melakukan salat dengantertib, tetapi mereka lalai dari tujuan salatnya itu sendiri (surat 107 ayat 4-5),karena mereka di tengah-tengah masyarakat berakhlak bejad dan rusak, berbagaitindakannya selalu merugikan orang lain atau dengan kata lain mereka tidakberakhlak mulia, yang padahal agama Islam itu sendiri intinya adalah keindahanbudi pekerti/berakhlak luhur lagi mulia (hadis Bukhari Muslim). Dan lagi, dalamhadis yang lain disebutkan orang yang rajin berpuasa dan rajin salat, tetapi

  • 11

    akhlaknya atau tingkah lakunya banyak merugikan orang lain, maka orang ituakan berada dalam neraka/hidup sengsara. Dengan adanya ayat-ayat dan hadis-hadis yang bernada memperingatkan itu, maka kita harus benar-benar sadar bahwa:salat, siyam, ibadah haji, berdoa, zikir, istighfar, dan yang sejenisnya itu bukanlahtujuan tetapi masing-masingnya itu adalah sebagai alat, atau sarana untukmencapai tujuan, yakni agar kita berakhlak mulia di dalam berkeluarga,bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Jika hal ini dapat terwujud, maka disaat itu keridaan Allah atau mardlootillah akan dengan sendirinya dapat diperoleh.

  • 12

    4. Bertakwa Kepada Allah/

    Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menginsafi/bertakwapada Allah dengan sebenar-benarnya ketakwaan/keinsafan terhadap-Nya danjanganlah benar-benar kamu mati kecuali kamu dalam keadaan orang-orang yangberserah diri terhadap-Nya.

    Kata dalam kalimat yang ada dalam surat 3 ayat 102 ituadalah perintah Allah kepada kita, yang terjemahannya adalah hendaklah kamumenginsafi/bertakwa. Dalam Alquran, kata selalu mempunyai satumaful/objek, dan dalam ayat itu maful darinya adalah yang ada di kalimat

    . Kata kerja yang fiil Amer-nya adalah itu asal-asalnya adalah berasal dari kata kerja yang fiil Amer-nya adalah

    . Dan dalam Alquran fiil Amer ini selalu mempunyai dua buah maful,seperti dalam surat 66 ayat 6 yang berbunyi: . Kata di sini diterjemahkan hendaklah kamu menginsafkan/menyadarkan, dalam ayatini maful pertamanya adalah dan , dan maful keduanya adalah .Jadi, ayat itu kalau diterjemahkan akan menjadi hendaklah kamu menginsafkan/menyadarkan (pada) diri-diri kamu dan keluarga kamu (pada) neraka/kesengsaraanhidup!

    Kata dalam Alquran akan sering kita jumpai sebanyak 78 buah.Walaupun begitu, mafulnya selalu satu dan mafulnya tadi bisa berbentuk sesuatuyang positif dan bisa juga berbentuk sesuatu yang negatif, sebagai contoh masing-masingnya adalah:

    a. . Di sini mafulnya adalah (maful yangpositif) dengan diterjemahkan hendaklah kamu bertakwa/menginsafipada Allah (dengan) sebenar-benarnya keinsafan terhadap-Nya!, surat3 ayat 102.

    b. , di sini mafulnya adalah (maful yang negatif) dengan diterjemahkan hendaklah kamu

    menginsafi (pada) neraka/kesengsaraan hidup, yang ia itudiperhitungkan bagi orang-orang yang kafir, surat 3 ayat 131.

    Dalam kehidupan sehari-hari bentuk bertakwa/menginsafi pada Allah danmenginsafi pada neraka/naar adalah kita harus senantiasa insaf/sadar padaketetapan-ketetapan Allah, sehingga dengan perantaraan keinsafan yang kadarnya

  • 13

    tinggi, kita dalam setiap saat akan dapat menjalankan perintah-perintah Allah danmenjauhi dari larangan-larangan-Nya. Dan kita harus senantiasa menyadari/menginsafi, bahwa apabila kita melanggar peraturan-peraturan-Nya, makahukumannya adalah neraka/kesengsaraan hidup, baik dalam dunia ini, ataupunsesudah kematian nanti. Oleh karena itu, Allah memerintahkan dengan tegassupaya kita menginsafkan pada diri kita dan keluarga kita pada neraka/kesengsaraan hidup itu yang dapat terjadi pada siapa pun yang melanggarperaturan-peraturan-Nya.

    Dalam Alquran, yang diperintah untuk menginsafi/bertakwa itu tidakhanya untuk orang-orang yang beriman saja, tetapi juga untuk seluruh umatmanusia (surat 3 ayat 102, surat 31 ayat 33, dan lain-lain). Dan dalam surat 49ayat 13, Allah menyebutkan Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamudi sisi Allah adalah orang yang paling menginsafi/bertakwa. Maksudnya adalahorang yang kadar keinsafannya/ketakwaannya tinggi itu, sangat mulia di sisiAllah, karena dengan perantaraan mana seseorang akan dapat melakukan amal-amal saleh/perbuatan-perbuatan baik lagi bermanfaat sesuai dengan bidang danprofesinya masing-masing. Jadi, keinsafan/ketakwaan yang kadarnya tinggi/

    itu adalah inti alias sari pati dari ajaran-ajaran agama-agama yangditurunkan oleh Allah. Seseorang dari penganut agama yang mana pun, tanpamempunyai atau membekali dirinya dengan keinsafan/ketakwaan yang kadarnyatinggi, niscaya seseorang tersebut tidak akan dapat menjadi orang yang berakhlakluhur/ , walaupun mereka beribu-ribu kali mengatakan berimankepada Allah dan hari yang kemudian/ , karena hakikatkeimanan itu harus dijiwai dengan keinsafan yang kadarnya tinggi, yang denganperantaraan mana dapat dibuktikan dengan tingkah laku lahir yang baik/amalsaleh di tengah-tengah masyarakat. Sehingga Rasulullah saw. sebagai pembawasekaligus pengamal Alquran mengatakan dengan tegas: Aku diutus oleh Allahhanya untuk supaya manusia mempunyai akhlak yang luhur,

    .Dan beliau saw. mengatakan lagi: Agama itu adalah keindahan budi pekerti/

    .Oleh karena itu semua, marilah kita membekali diri kita dengan keinsafan/

    ketakwaan kepada Allah yang kadarnya tinggi di dalam bermasyarakat, berbangsa,dan bernegara, karena dialah sebaik-baik perbekalan untuk menciptakan negeriyang damai lagi aman/ , surat 2 ayat 197 dan surat 7 ayat 26.

  • 14

    5. Salat Bukan Tujuan Tetapi Alat

    Surat 8 ayat 3 ini kalau diterjemahkan dengan bebas, maka artinya:(Orang-orang yang bertawakkal) itu adalah orang-orang yang merekamenegakkan salat dan mereka membelanjakan sebagian rezeki yang diberikanAllah kepada mereka (apa pun bentuknya untuk manfaat kemanusiaan).

    Dalam Alquran, kalimat disebutkan sebanyak 6 kali,yang dua kali, kalimat itu dihubungkan dengan kalimat (surat 2 ayat 3 dan surat 8 ayat 3), dan yang empat kali, dihubungkan dengankalimat (surat 5 ayat 55, surat 9 ayat 71, surat 27 ayat 3, dan surat31 ayat 4).

    Jadi, salat yang kita lakukan itu bukanlah tujuan tetapi adalah alat,yang dengan alat mana seseorang dalam kehidupan bermasyarakat, dia akansenantiasa berusaha untuk dapat memanfaatkan apa saja yang Allah berikankepadanya untuk mendatangkan manfaat bagi kemanusiaan. Sehingga denganperantaraan hal mana, seseorang yang menegakkan salat itu dapat terhindar dariperbuatan keji dan mungkar (surat 29 ayat 45). Kalau seseorang melakukan salat,maka manfaatnya bukan untuk Allah tetapi untuk dirinya sendiri, karenadengan perantaraan salat mana, dia dalam kehidupan bermasyarakat akan dapatmelakukan berbagai kebaikan dan menjauhi segala perbuatan keji dan mungkar.Dan perlu diberi tanda petik bahwa Allah itu tidak butuh sama ciptaan-Nya,tetapi ciptaan-Nya/manusia itulah yang sangat membutuhkan Allah/

    (surat 35 ayat 15).Karena manusia sangat membutuhkan Allah agar dirinya dalam hidupbermasyarakat dapat melakukan berbagai kebaikan dan terhindar dari perbuatankeji dan mungkar, maka mereka harus menghubungkan dirinya dengan Allah/berhablumminallah, yang di antaranya dengan melakukan salat.

    Kalau hablumminallah yang kita lakukan itu benar adanya, makadarinya akan melahirkan hablumminannas yang benar pula, sebagaimana yangtelah disebutkan. Dan dua perbuatan yang tidak dapat dipisahkan ini adalahmerupakan:

    1. cirinya orang-orang yang bertawakal/mutawakkiliin (surat 8 ayat 3),2. cirinya orang-orang yang benar-benar beriman/mukminiin haqqon

    (surat 8 ayat 4),3. cirinya orang-orang yang bertakwa/muttaqiin (surat 2 ayat 3), dan4. cirinya orang-orang yang mengindahkan peraturan-peraturan Allah/

    muhsiniin (surat 31 ayat 4).

  • 15

    Tentang hakikat orang-orang yang bertawakal kepada Allah,penjelasannya dapat dilihat dalam Bab: Bertawakkal Kepada Allah/

    . Tentang hakikat orang-orang yang beriman kepada Allah,penjelasannya dapat dilihat dalam Bab: Beriman Kepada Allah/

    . Tentang hakikat orang-orang yang bertakwa kepada Allah,penjelasannya dapat dilihat dalam Bab: Bertakwa Kepada Allah/ .Dan tentang hakikat orang-orang yang muhsiniin, secara garis besarnya adalahorang-orang yang selalu mengindahkan dan akhirnya mematuhi terhadapperaturan-peraturan Allah.

  • 16

    6. Iman dan Takwa Merupakan Syarat Mutlak bagi TerbentuknyaNegeri yang Damai lagi Sejahtera

    Surat 7 ayat 96 ini sering dikemukakan oleh para juru dakwah di dalamberbagai forum; yang ayat tersebut kalau diartikan secara bebas, maka artinyaDan seandainya penduduk sesuatu negeri itu beriman dan bertakwa, niscayaKami telah membukakan kepada mereka berbagai keberkatan langit dan bumi(subur, makmur, tenteram, gemah ripah loh jinawi). Tetapi, karena merekamendustakan (peraturan-peraturan Kami), maka Kami mengambil tindakan kepadamereka disebabkan karena tingkah laku mereka (yang menyimpang).

    Dari ayat tersebut telah ditegaskan oleh Allah, bahwa keberkatan langitdan bumi yang ada dalam sebuah negeri itu akan dibukakan oleh Allah, kalauseandainya penduduknya, terutama para pemimpinnya itu beriman dan bertakwakepada Allah. Maksudnya di situ adalah baik tanah, gunung-gunung, hutan-hutan,lautan-lautan, sungai-sungai, dan juga apa yang ada di atas, termasuk wilayahudara dan lain-lain yang dimiliki oleh sebuah negara itu akan diberkati oleh Allahswt., atau dengan kata lain, semuanya itu akan mendatangkan manfaat yang banyakbagi kepentingan umat manusia. Hal ini terjadi karena para pemimpin negaratersebut adalah orang-orang yang beriman dan bertakwa, yang mana mereka sesuaidengan jabatan dan profesinya masing-masing, mereka menjalankan tugasnyadengan baik serta berorientasikan kepada kepentingan masyarakat banyak dalamjangka panjang, bukan kepentingan pribadi dan kelompok sesaat. Tetapisebaliknya, kalau penduduk negeri, terutama para pemimpinnya itu adalah orang-orang yang tidak beriman dan tidak bertakwa, maka masing-masingnya akanmenjalankan tugasnya dengan tidak amanah, tidak jujur, mementingkan diri sendiridan kelompoknya untuk mengejar kesenangan duniawi sesaat, menyalahgunakanjabatan, berjiwa perampok dengan aji mumpungnya, dan lain-lain. Sehingga, dariitu semuanya akan lahirlah berbagai krisis, baik politik, ekonomi, moral, ataupunlainnya yang melahirkan berbagai bencana, berbagai tragedi, dan hal-hal yangmemilukan lainnya, seperti yang selama ini terjadi di berbagai negara, termasukdi negara kita tercinta ini (tahun 2003 M).

    Tentang hal orang-orang yang beriman, penjelasannya dapat dilihatdalam Bab: Beriman Kepada Allah/ . Dan tentang hal orang-orang yang bertakwa, penjelasannya dapat dilihat dalam Bab: BertakwaKepada Allah/ . Dan tentang hal berkat, penjelasannya dapat dilihatdalam Bab: Hakikat Berkah/ Menurut Alquran.

  • 17

    Oleh karena itu, negara mana pun yang menginginkan kawasannya, baikdarat, laut, ataupun udara agar diberkati oleh Allah, maka para penduduknya,terutama para pemimpinnya harus benar-benar menjadi orang-orang yang berimandan bertakwa dalam kualitas. Maksudnya: orang-orang yang beriman dan bertakwayang sanggup membuktikan keimanan dan ketakwaanya kepada Allah itu denganbukti-bukti amal saleh/karya yang bermanfaat bagi kemanusiaan. Jika tidakdemikian, maka keimanan dan ketakwaannya itu adalah palsu alias dusta.

  • 18

    7. Arti Aslama/ dan Islam/ Menurut Alquran

    Surat 2 ayat 131 ini kalau diterjemahkan berdasarkan Nahwu-Sorof, makaartinya: Ketika telah mengatakan terhadap dia/Ibrahim (siapa) Rabb diaHendaklah engkau berserah diri!, dia/Ibrahim mengatakan Aku telah berserahdiri terhadap Rabbnya berbagai alam.

    Kata , diterjemahkan dengan Aku telah berserah diri, karenasesudah kata itu ada kata yang ada pada . Akan tetapi, apabila kata sesudahnya disebut maf ulnya tanpa seperti dan

    yang ada dalam surat 3 ayat 20, surat 2 ayat 112, dan surat 4 ayat125, maka dia diterjemahkan dengan aku telah menyerahkan, dan yang kata

    yang ada di dua ayat yang terakhir, diterjemahkan dengan dia telahmenyerahkan. Dan kata , yang artinya berserah diri/penyerahan adalahMasdar dari fiil , yang kata Masdar tersebut dijadikan selaku agama,seperti disebutkan: (surat 5 ayat 3), dan menurutilmu Nahwu yang namanya haal/selaku itu adalah termasuk sifat. Jadi,seseorang yang mengaku beragama, maka di dalam dirinya harus ada sifat-sifatberserah diri/penyerahan/ kepada Allah, kepada ketetapan-ketetapan-Nya. Dan orang yang mempunyai sifat islam itu disebut muslim yang jamaknyamuslimuun. Sehingga, agama seseorang itu baru akan berarti di sisi Allahapabila di dalam dirinya ada sifat-sifat berserah diri kepada-Nya sebagaimanayang disebutkan: (surat 3 ayat 19).

    Kalau seseorang mengaku beragama Islam, tetapi pola pikir, akidah, dantingkah lakunya banyak yang tidak mencerminkan penyerahannya kepada Allah/tidak islami/ , maka hal itu tidak akan ada artinya di sisi Allah, tidakakan diterima oleh-Nya, dan di hari kemudian dia akan masuk ke dalamgolongannya orang-orang yang merugikan diri sendiri, sebagaimana disebutkan:

    (surat 3 ayat 85).Jadi, di dalam Islam antara nama dan sifat, antara simbol/merk

    dan kualitas tidak dapat dipisahkan sama-sekali. Sehinga ada istilah, apalahartinya sebuah nama kalau sifat dan kualitas adalah nol besar.

  • 19

    8. Kegigihan di Atas Petunjuk Alquran Akan Dapat MengalahkanKekuatan Lawan yang Jauh Lebih Besar

    Terjemahan bebasnya: Jika ada dua puluh orang yang gigih/sabar diantara kamu/kaum Muslimin, niscaya pasti akan dapat mengalahkan dua ratusorang, dan jika ada seratus orang dari antara kamu, niscaya pasti akan dapatmengalahkan seribu orang yang kafir, karena sesungguhnya mereka adalah suatukaum yang tidak mengerti.

    Kalimat pendek yang ada dalam surat 8 ayat 65 ini, dengan tegasmengatakan, Kalau kaum Muslimin benar-benar gigih di atas petunjuk-petunjukAllah yang ada dalam Alquran, maka mereka akan dapat mengalahkan terhadapmusuh-musuhnya yang kafir yang jumlahnya sepuluh kali lipat. Sehingga dalamsurat 3 ayat 120 dengan tegas dikatakan: Jika kamu gigih dan kamu bertakwapada Allah dengan sebenar-benarnya ketakwaan, maka tipu daya dari pihak manapun tidak akan bisa merugikan atau membahayakan pada kamu. Dan dalam surat5 ayat 105 dengan tegas dikatakan lagi: Bahwa kewajiban kamu, kaum Musliminadalah agar selalu dapat menjaga supaya kamu senantiasa berada di atas petunjukAlquran, sehingga apabila kamu benar-benar di atas petunjuk Alquran (dalamsegala hal), maka tipu daya dari pihak yang sesat mana pun tidak akan dapatmerugikan dan membahayakan pada kamu. Bahkan juga di dalam surat 3 ayat139 dikatakan dengan tegas lagi: Kamu, kaum Muslimin jika benar-benar berimankepada Allah, niscaya kamu akan selalu lebih tinggi jika dibanding dengan umat-umat lain.

    Oleh karena itu menurut Alquran, bagaimanakah agar kita dapat selalugigih/sabar di atas petunjuk-petunjuk Allah yang ada dalam Alquran dan dapatbertakwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan juga dapat berimandengan sebenar-benarnya beriman, maka penjelasan tentang gigih/sabar, dapatdilihat dalam Bab: Hakikat Sabar/ Menurut Alquran. Dan tentangtakwa, dapat dilihat dalam Bab: Bertakwa Kepada Allah/ . Dantentang beriman, dapat dilihat dalam Bab: Beriman Kepada Allah/

    . Dan tentang keunggulan dan kejayaan yang gemilang yang takpernah terkalahkan itu sebagaimana yang ada dalam ayat-ayat tersebut di atas,maka hal itu semuanya pernah dialami oleh kaum Muslimin di zaman Rasulullahsaw., di zaman para sahabat, dan di zaman kejayaan-kejayaan Islam sesudahnya.

    Jadi, kalau kita selama berabad-abad tidak memperoleh keunggulan dankejayaan yang seperti itu, bahkan keadaan kaum Muslimin selama ini makin

  • 20

    terpecah-pecah dan makin bertambah ruwet, maka menurut ayat-ayat tersebutkeimanan dan ketakwaan kita, kaum Muslimin, perlu dipertanyakan, perludikoreksi kembali, dan akhirnya perlu segera direformasi. Dan kita tidak bisamengatakan, bahwa kondisi yang selama ini kita alami adalah kondisi yangbenar. Karena apabila kondisi kita itu benar menurut Alquran, niscaya buahkeunggulan dan kejayaan yang gemilang yang tak pernah terkalahkan itu pastiakan ada pada kita. Karena ada istilah Pohon dikenal karena buahnya, yangmaksudnya adalah, iman dikenal karena amal salehnya yang membuahkankeunggulan dan kejayaan, baik di dunia ini, ataupun sesudah kematian nanti.

  • 21

    9. Hakikat Musyrik dan Bentuk-Bentuknya Menurut Alquran

    Surat 4 ayat 36 ini, kalau diterjemahkan secara harfiyah, maka artinya:Dan hendaklah kamu mengabdi (pada) Allah dan janganlah kamu menyekutukan/menserikatkan dengan Dia/Allah (pada) suatu apa pun .

    Kalimat janganlah kamu meyekutukan/menserikatkan dengan Dia/Allah(pada) suatu apa pun adalah terjemahan dari kalimat .Kata dlomir yang ada pada dalam susunan kalimat seperti yang tersebutitu, banyak sekali dalam Alquran, dan selalunya dlomir itu kembali kepada Dia/Allah, bukan kepada yang lain. Oleh karena itu, dalam terjemah kalimat yangseperti itu tidak diterjemahkan dengan janganlah kamu menyekutukan/menserikatkan Dia/Allah dengan suatu apa pun sebagaimana yang ada dalambanyak terjemahan Alquran. Adapun maksud dari ayat itu, adalah kita dilarangmenserikatkan atau menyekutukan sesuatu apa pun dengan Allah.

    Suatu apa pun/ yang berkedudukan sebagai maful dalamkalimat tersebut, berdasarkan ayat-ayat yang lain bentuknya secara garis besarada tiga macam:

    1. Bisa berbentuk berbagai berhala/ dengan beraneka ragamjenisnya, seperti patung-patung, sungai-sungai, batu-batu, matahari,bintang, kuburan, dan benda-benda yang tidak berakal lainnya (surat14 ayat 35, surat 6 ayat 74, dan lain-lain).

    2. Bisa berbentuk hawa nafsu/ yang berasal dari kekuatan setandengan beraneka ragam jenisnya, seperti pikiran-pikiran jahat, ide-ide jahat, kemauan-kemauan jahat, niat-niat jahat, berbagai tingkahlaku yang jahat, dan lain sebagainya yang menyimpang dan melanggardari aturan-aturan Allah (surat 45 ayat 23 dan surat 25 ayat 43).

    3. Bisa berbentuk manusia-manusia/orang-orang yang/ denganberaneka ragam pangkat dan kedudukan, seperti pemimpin umat, alimulama, penguasa yang zalim, dan lain-lain (surat 9 ayat 31, surat 6ayat 56, dan surat 40 ayat 66).

    Jadi, berdasarkan tiga bentuk tersebut, maka dari berbagai penganut agamamana pun, termasuk penganut agama Islam, dapat menjadi orang-orang yangmusyrik atau melakukan tindakan musyrik apabila mereka mengabdi/beribadahkepada salah satu dari 3 bentuk yang tersebut itu.

    Untuk bentuk kemusyrikan yang pertama, insya Allah penganut agamaIslam sudah banyak yang tidak melakukannya, karena banyak ayat-ayat Alquranyang dengan tegas melarang hal itu. Tetapi, walaupun begitu masih ada saja orangyang menganggap bahwa kuburan ini dan kuburan itu, batu ini dan batu itu, bintang

  • 22

    ini dan bintang itu, dan lain-lain dapat mempunyai kekuatan yang bisa menentukannasib baik dan buruknya seseorang, sehingga mereka secara rutin menziarahinyadengan memohon ini dan itu kepadanya.

    Untuk bentuk kemusyrikan yang kedua, telah banyak dilakukan olehpenganut agama mana pun, termasuk penganut agama Islam, yakni banyak diantara mereka yang menjadikan hawa nafsu-nya yang bersumber dari kekuatansetan itu sebagai tuhan, terutama mereka-mereka yang sudah mencapaikedudukan/pangkat yang tinggi, mereka berbuat semena-mena, otoriter, maumenang sendiri, suka menindas, suka mengambil haknya rakyat, tidak maudinasihati, banyak hak asasi manusia yang dilanggar. Yang kesemuanya itu karenamereka selalu mengikuti/mengabdikan diri pada nafsu-nafsu jahatnya atau dengankata lain mereka menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan.

    Dan untuk bentuk kemusyrikan yang ketiga, sangat banyak sekalidilakukan oleh penganut agama mana pun, termasuk penganut agama Islam. Dalamhal ini ada dua macam bentuknya:Bentuk yang pertama seperti kalau ada penguasa yang zalim, entah dia sebagaipresiden, raja, perdana menteri, dan lain-lain, kemudian perintah-perintah danberbagai kebijakannya diikutinya dan didukung sedemikian rupa, padahal jelas-jelas semuanya itu bertentangan dengan aturan-aturan Allah. Yang mana semuanyaitu tidak tampak di matahati mereka, karena mereka sudah banyak mendapatkanberbagai kebaikan lahiriah dari penguasa zalim tersebut. Yang lantas di sampingitu, mereka dipuji-pujinya setinggi langit, didoakannya sedemikian rupa, supayakekuasaannya yang penuh dengan kezalimannya itu dapat langgeng dan lain danlain sebagainya, maka tindakan-tindakan yang seperti itu adalah suatu tindakanyang mencerminkan pengabdian seseorang yang mutlak-mutlakan kepadapenguasa yang zalim, karena dia menganggap hidup dan mati mereka, jaya danbangkrut mereka, berpangkat dan tidak berpangkatnya mereka tergantung di tanganpenguasa yang zalim tersebut. Bentuk pengabdian yang mutlak-mutlakansemacam inilah, identik dengan mereka menjadikan para penguasa yang zalimitu sebagai sesuatu yang disembah atau dengan kata lain mereka sudah tidakmenyembah Allah lagi, karena tindakan-tindakannya itu sudah terlalu banyakyang melanggar terhadap aturan-aturan Allah, walaupun di dalam sehari-hari,mereka selalu rukuk dan sujud di dalam salat. Padahal salat itu sendiri bertujuanagar si pelakunya di dalam bermasyarakat dan berbangsa dapat terhindar daritindakan-tindakan keji tersebut. Dan Rasulullah saw. sendiri di dalam suatu riwayatmenyabdakan bahwa: yang dimaksud dengan menjadikan seseorang tertentusebagai tuhan-tuhan selain dari Allah adalah mengikuti segala perintahnya yangtidak diperintahkan oleh Allah, dan menjauhi larangannya yang tidak dilarangoleh Allah, walaupun mereka tidak rukuk dan sujud kepada seseorang yang dipatuhidengan mutlak-mutlakan tersebut.Bentuk yang kedua kalau ada seseorang yang menganggap mutlak benar

  • 23

    terhadap apa saja yang datang dari seseorang ulama atau mujtahid tertentu yangada dalam berbagai kitab, yang lantas apa pun perintahnya akan selalu diikutinyayang walaupun perintah tersebut tidak diperintahkan oleh Allah, dan apa punlarangannya akan selalu dijauhinya, yang walaupun larangan tersebut tidakdilarang oleh Allah, dan juga apa pun ketetapannya selalu dianggap mutlak benaryang walaupun ketetapannya itu bertentangan dengan ketetapan Allah dalamAlquran, maka di saat itu berarti mereka telah menjadikan para alim ulama merekasebagai tuhan-tuhan selain dari Allah. Tentang keterangan hal ini secara agakterperinci dapat dilihat dalam MUQODDIMAH di depan yang menerangkantentang Berpegang Teguh pada Tradisi Nenek-Moyang yang Keliru.

    Jadi, kata yang ada dalam kalimat: , yangmana kita dilarang menyekutukan/menserikatkannya dengan Allah, maksudnyaadalah kita dilarang menyekutukan atau memadukan berbagai ajaran yang datangdari mereka-mereka itu dengan ajaran-ajaran Allah yang ada dalam Alquran,yang mana ajaran-ajaran dari mereka itu bertentangan dengan ajaran-ajaran Allah,atau dengan kata lain kita dilarang menyekutukan/menserikatkan

    dengan .Adapun bahaya dari tindakan kemusyrikan tersebut adalah: berakhir

    dengan tidak tampaknya ajaran-ajaran murni yang ada dalam Alquran, dan yangakan tampak hanyalah ajaran-ajaran palsu tersebut, yang tak ubahnya sepertitembaga dilapiskan pada emas murni, yang akhirnya tembaganya yang nampak,dan emas murninya tak kelihatan sedikit pun. Lain halnya kalau emas murniyang dilapiskan pada tembaga, maka yang akan nampak di situ emas murninyabukan tembaganya.

    Jadi, kalau seseorang sudah paham dengan baik terhadap ajaran-ajaranmurni yang ada dalam Alquran, kemudian dia melihat ajaran-ajaran lain, makaajaran-ajaran lain yang tidak benar, dengan sendirinya akan terhapus dandikalahkan oleh ajaran-ajaran murni tersebut. Tetapi sebaliknya, kalau seseorangtidak paham dengan baik dan benar terhadap ajaran-ajaran Allah yang ada dalamAlquran, karena memang kurang menekuninya, bahkan dia malah menekuniajaran-ajaran yang sebenarnya palsu yang di luar Alquran yang ada dalam berbagaikitab, sehingga pola pikir dan akidahnya dibentuk oleh ajaran-ajaran palsu tersebut,yang lantas ajaran-ajaran palsu yang tidak disadarinya itu dibawa untuk memahamiAlquran yang memang kurang ditekuninya, maka akhirnya ketika itu yang nampakhanyalah ajaran-ajaran palsu yang di luar Alquran tersebut, dan ajaran-ajaranAllah yang ada dalam Alquran tidak bisa dipahaminya dengan baik dan benar,bahkan terhapus oleh ajaran-ajaran palsu yang sudah mendarah daging itu, karenamemang hal itu dipelajarinya dengan setekun-tekunnya. Itulah rahasianya, kenapakita dilarang menyekutukan/memadukan suatu ajaran apa pun dengan ajaranAllah.

  • 24

    Jadi, kalimat tidak dapat diterjemahkan denganjanganlah kamu menyekutukan/menserikatkan-Nya/Allah dengan sesuatu yanglain. Kalau diterjemahkan demikian, akan menyalahi kaidah Nahwu karenaakhirnya kata Allah di situ akan menjadi Maful, padahal Mafulnya di situadalah kata , dan dlomir yang ada pada dalam susunan kalimat sepertiyang tersebut, selalunya akan kembali kepada Dia/Allah bukan kepada yanglain. Dan di samping itu juga, akan menyalahi maksud yang dituju oleh kalimattersebut sebagaimana yang sudah dijelaskan dengan perumpamaan tersebut diatas. Dijelaskannya hal tersebut dari segi Nahwu dan juga dari segi maksud kalimat

    itu, karena dalam Alquran susunan kalimat yang sepertiitu akan banyak kita jumpai.

    Oleh karena itu, agar kita dapat terhindar dari perbuatan musyrik yangdosanya tidak akan pernah diampuni oleh Allah itu, makanya kita harus selalumenomorsatukan Alquran dengan jalan menekuninya dengan setekun-tekunnya,sebagaimana Rasulullah saw. bersabda: Sebaik-baik kamu/yang paling terpilihdi antara kamu adalah orang-orang yang mempelajari/menekuni Alquran danmengajarkannya kepada orang lain.

  • 25

    10. Dosa-Dosa Kemusyrikan Tidak Akan Diampuni oleh Allah swt.

    Surat 4 ayat 48 ini kalau diterjemahkan berdasarkan Nahwu-Sorof, makaartinya: Sesungguhnya (adapun) Allah (adalah) tidak Dia akan memperbaiki/mengampuni (pada) bahwa akan dipersekutukan dengan Dia (apa) (suatu apapun), dan Dia akan memperbaiki/mengampuni (pada) apa-apa yang selain (yangdemikian) itu bagi siapa yang Dia/Allah menghendaki (pada dia/man). Dan (adapun)siapa yang dia menyekutukan/menserikatkan dengan Allah (pada suatu apa pun),maka (adalah) benar-benar dia telah mengada-ada (pada) (sesuatu) dosa yangagung/besar.

    Kalimat yang ada di ayat itu diterjemahkandengan Sesungguhnya (adapun) Allah (adalah) tidak Dia akan memperbaiki/mengampuni (pada) bahwa akan dipersekutukan dengan Dia (apa) (suatu apapun). Terjemahan ini adalah terjemahan berdasarkan kaidah Nahwu-Sorof. Tetapi,apabila kalimat itu diterjemahkan dengan bebas, maka terjemahannya akanmenjadi Sesungguhnya Allah tidak akan memperbaiki/mengampuni pada dosa-dosanya orang-orang yang melakukan tindakan musyrik.

    Tentang kata yang diartikan dengan memperbaiki/mengampuni,penjelasannya dapat dilihat dalam Bab: Arti Istighfar/ danHakikatnya Menurut Alquran. Dan tentang bentuk-bentuk tindakan musyrikdapat dilihat dalam Bab: Hakikat Musyrik dan Bentuk-Bentuknya MenurutAlquran.

    Semua dosa-dosa akibat tindakan musyrik yang tersebut itu, tidak akandiperbaiki dan diampuni oleh Allah swt. Dan adapun bentuk, bahwa Allah tidakakan memperbaiki dan mengampuni terhadap dosa-dosa/dampak-dampak negatifyang ditimbulkan oleh kemusyrikan itu adalah: terjadinya berbagai perpecahandan berbagai keterbelakangan yang dialami oleh umat Islam dewasa ini. Haltersebut tidak akan mungkin diperbaiki dan diampuni oleh Allah swt. sebelummereka sadar sesadar-sadarnya, bahwa semuanya itu terjadi karena mereka telahmenjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan dan juga mereka telah menserikatkanajaran-ajaran palsu dengan ajaran-ajaran Allah, atau dengan kata lain merekatelah melakukan tindakan kemusyrikan, seperti yang sudah diterangkan dalamBab: Hakikat Musyrik dan Bentuk-Bentuknya Menurut Alquran.Jadi, berbagai perpecahan, berbagai keterbelakangan dan juga berbagai hal-halyang memprihatinkan lainnya yang selama ini dialami oleh umat Islam itu adalahbentuk-bentuk dosa/dampak-dampak negatif yang diakibatkan olehkemusyrikan. Selama kemusyrikannya belum dilenyapkan, maka berbagai

  • 26

    perpecahan dan berbagai keterbelakangan itu, makin hari akan makin bertambahmenjadi-jadi (surat 4 ayat 116/ ).

    Kalau umat Islam menginginkan agar dosa-dosa yang seperti itu diperbaikidan diampuni/dilenyapkan oleh Allah, maka satu-satunya jalan: mereka harusmengubur kemusyrikan tersebut dan kemudian mengikuti pada ajaran-ajaran Allahyang ada dalam Alquran (surat 6 ayat 153).

    Dan dalam surat 30 ayat 30, dengan tegas Allah swt. telah memerintahkankepada masing-masing dari kita selaku ciptaan-Nya (khalqullah) dan selakususunan-Nya (fitratullah) untuk mengukuhkan (iqamah) pada dinullah/agamaAllah. Yang mana din tersebut juga diciptakan oleh Allah (khalqullah) dandisusun oleh-Nya (fitratullah). Allah menciptakan dan menyusun manusia ataslandasan din yang diciptakan dan disusun oleh-Nya. Keduanya sama sekali tidakakan mengalami perubahan dan penggantian (laa tabdiila likholqillah).

    Apabila dinullah ini tidak berubah dari susunannya, benar-benar murni(khoolish), maka din tadi akan tegak, kukuh dan kuat (addiinul-qoyyim). Tetapikebanyakan manusia tidak mengetahuinya, sehingga ada sebagian mereka yangtelah membikin din baru yang berisi akidah-akidah dan syariat-syariat yang merekasusun sendiri. Kemudian akidah-akidah dan syariat-syariat tersebut diyakini dandiamalkan oleh generasi sesudahnya, karena generasi tadi menganggap itu semuaberasal dari dinullah.

    Dan pada waktu itulah, din yang disusun oleh manusia telah disyerikatkan,dipadukan dengan dinullah. Perbuatan mensyerikatkan dinunnas/agama manusiadengan dinullah ini disebut Isyrak dan orang yang melakukan perbuatan itudisebut Musyrik yang akhirnya dinullah sudah tidak murni lagi (tidakkhoolish), tidak kukuh (tidak qoyyim), dan tidak logis, bertentangan dengan akalpikiran yang sehat.

    Maka dari itu, dalam surat Al-Anam ayat 151 dengan tegas Allah telahmengharamkan kepada kita, yakni janganlah kita berani-berani mensyerikatkansesuatu akidah atau syariat yang disusun oleh manusia (dinunnas) dengan akidahdan syariat yang disusun oleh Allah (dinullah). Larangan Allah seperti itu banyakkita jumpai dalam kitab Suci Alquran. Dan apabila larangan itu dilanggar olehkita, maka kita akan jatuh ke dalam perbuatan dosa yang sangat besar yang tidakmungkin Allah akan memperbaiki dan mengampuninya (surat An-Nisa ayat 116).Dalam surat Ar-Rum ayat 31 dan 32, dijelaskan sebab-sebabnya, kenapa Diatidak akan mengampuni dosa-dosa yang ditimbulkan oleh kemusyrikan?, di antarapenyebabnya adalah: kemusyrikan akan menimbulkan perpecahan (firqah) didalam agama, berpartai-partai, dan berkelompok-kelompok, dan masing-masingkelompok itu akan selalu bangga dengan apa-apa yang ada pada kelompok merekamasing-masing, yang akhirnya perpecahan-perpecahan (firqah-firqah) ini akanmelahirkan perpecahan-perpecahan baru yang berkelanjutan, yang tentunya darisebab itu semua, umat Islam menjadi mundur dan terbelakang. Kalau kita ingin

  • 27

    mendapat perbaikan dan pengampunan dari Allah, maka hanya ada satu jalan,yakni sekali lagi kita harus segera mengubur kemusyrikan yang merupakanpangkal penyebab dari perpecahan-perpecahan, pertikaian-pertikaian dankemunduran-kemunduran yang selama ini kita alami.

    Penguburan kemusyrikan ini baru dapat direalisasikan, apabila masing-masing dari kita bersedia masuk ke dalam dinullah dan kemudian mengukuhkanperhatian kita kepadanya (surat Ar-Ruum ayat 30), yang tentunya dinullah itubarangnya ada di dalam Alquran yang merupakan kalam-Nya. Diamemerintahkan/mewasiatkan kepada kita, agar mengikutinya, dan Dia melarangkita menyakini dan mengamalkan akidah-akidah dan syariat-syariat lain yangtidak Dia susun, karena hanya akidah-akidah dan syariat-syariat-Nya sajalah yangwajib diikuti yang merupakan jalan-Nya yang mustaqim, tidak ada sedikit punkebengkokan (surat 18 ayat 1). Apabila larangan ini dilanggar, maka akibatnyakita akan berpecah belah, menyempal, dan menyimpang jauh dari prinsip-prinsipdasar ajaran Allah yang ada dalam Alquran (surat 6 ayat 153).

    Perpecahan itu tentunya disebabkan karena kita mengikuti suatu ajaran,akidah, dan syariat yang dibikin oleh manusia. Karena manusia itu banyak danberaneka ragam latar belakangnya dan juga beraneka ragam persoalannya dankepentingannya, maka berbagai akidah dan syariat yang dibikin dan disusunnyapun akan banyak dan beraneka ragam pula, dan malahan yang sering terjadi, satusama lain saling bertentangan dan berbeda. Karena bagaimanapun hebat danpandainya manusia, dia tetap manusia, dicipta dan disusun oleh Allah swt. yangtentunya dia tidak akan dapat memiliki sifat alimul gaib. Karena, yang dapatmengetahui hal-hal yang gaib itu hanyalah Allah swt. semata (surat 27 ayat 65).Bahkan, Rasulullah saw. sendiri pun tidak dapat mengetahui hal-hal yang gaib(surat 7 ayat 188). Dan memang seorang rasul dalam batas-batas tertentu dapatmengetahui hal-hal gaib, tetapi itu pun karena Allah swt. memberitahukankepadanya (surat 72 ayat 26-27).

    Jadi sekali lagi, bahwa dinullah itu harus benar-benar murni, tidak dapatdikurangi dan ditambah. Jika ada penambahan dan pengurangan di sana-sini,maka dia akan berubah dari susunannya. Sehingga dari din/agama yang sudahtidak murni lagi itu akan muncul hal-hal yang bertentangan dengan fitrah dankodrat manusia, nurani manusia, dan akal pikiran yang sehat serta jujur. Tetapisebaliknya, jika dinullah tadi murni, maka ajaran-ajarannya, baik yangberhubungan dengan akidah ataupun syariat, tidak akan mungkin bertentangandengan itu semua, karena keduanya sama-sama dicipta dan disusun oleh Allahswt. yang mempunyai sifat Alimul gaib. Yang hal mana dapat diumpamakanseperti baut dan mur, kedua komponen ini dibikin dan disusun dalam ukurandan bentuk yang serasi, yakni lingkaran-lingkaran yang ada pada mur akandisesuaikan dengan lingkaran- lingkaran yang ada pada baut. Sehingga apabilakeduanya dipertemukan, maka akan dapat bersatu, pas, dan harmonis. Tetapi,

  • 28

    apabila lingkaran-lingkaran yang ada pada baut itu tadi ditambahi, dirubah, ataudikurangi, maka akibatnya akan terjadi ketidak serasian, yakni mur tidak dapatbersatu lagi dengan baut. Begitu pulalah mengenai dinullah dan manusia.

    Oleh karena itu, berbagai bidah akidah, dan syariat yang berasal dariajaran-ajaran di luar Alquran, dan juga tak ketinggalan yang berasal dari hadis-hadis palsu yang telah melapisi pada berbagai akidah dan syariat yang ada padadinullah yang murni, harus segera disingkirkan dan dicampakkan!, yakni,tembaga jangan dilapiskan pada emas murni, biarlah tetap emas murni, biarlahtetap dinullah yang murni, yang setiap ajarannya, baik yang berhubungan denganakidah ataupun syariat benar-benar berasal dari Allah swt. (surat 8 ayat 39).

    Jadi, seperti itulah cara-cara awal untuk mengubur kemusyrikan, yangdengan perantaraan mana dosa-dosa yang diakibatkan olehnya akan dapatdiperbaiki dan diampuni/dilenyapkan oleh Allah swt.

  • 29

    11. Arti Istighfar/ dan Hakikatnya Menurut Alquran

    Kalimat yang ada di surat 3 ayat 135 diterjemahkandengan Lantas mereka minta perbaikan/pengampunan (pada Allah) untuk dosa-dosa mereka. Dalam kalimat itu kata Allah yang sebagai maful tidakdisebutkan, karena sudah maklum, lantaran dalam Alquran banyak ayat-ayat yangmenyebutkan bahwa istighfar itu harus ditujukan kepada Allah.

    Kata adalah fiil Madli yang Masdarnya adalah diterjemahkan dengan minta perbaikan/pengampunan, karena kata tersebutmengikuti timbangan yang di dalamnya ada tambahan arti minta,yang mana kata tersebut sebelum mendapat tambahan tiga huruf di depannya,adalah berasal dari yang artinya memperbaiki/mengampuni.

    Oleh karena itu, kalau pelaku dari kata tersebut adalah kata Allah, makaartinya Allah akan memperbaiki/mengampuni seperti umpamanya sebuah ayatyang berbunyi artinya Dia/Allah akan memperbaiki/mengampuni untuk kamu pada dosa-dosa kamu. Jadi, kata dalamTerjemahan ini, tidak diterjemahkan dengan mereka minta ampun, karenapengampunan Allah itu baru akan diberikan setelah seseorang insaf/sadar dengansebenar-benarnya keinsafan/haqqo tuqootih bahwa dirinya salah yangdisampaikan di hadapan Allah, lantas dia minta perbaikan pada-Nya agar dosa-dosa/kesalahan-kesalahannya diperbaiki oleh-Nya. Atas dasar keinsafan/kesadarannya itulah, akhirnya dia ada kemampuan untuk memperbaiki dosa-dosa/kesalahan-kesalahannya yang sudah-sudah dan mengganti dengan perbuatan-perbuatan baik, yang tentunya kemampuan mana berasal dari Allah karenakeinsafannya tadi, dan setelahnya itu baru terjadi pengampunan/pelenyapanterhadap dosa-dosanya. Kalau dosa/kesalahan seseorang sudah diampuni/dilenyapkan oleh Allah, berarti dampak-dampak negatif dari dosa/kesalahan yangpernah dilakukannya itu, sudah lenyap dan sudah tidak berpengaruh lagi padahati dan jiwanya, karena sudah terhapus oleh dampak-dampak positif yang berasaldari perbuatan-perbuatan baik yang selalu dilakukannya. Dan memang, Alquranmengatakan bahwa dampak-dampak negatif yang ditimbulkan dari perbuatanjahat seseorang itu hanya akan dapat terhapus oleh dampak-dampak positif yangberasal dari perbuatan-perbuatan baiknya (surat 13 ayat 22-23), sehinggaRasulullah saw. bersabda Hendaklah kamu menyusulkan/menindihkan perbuatan-perbuatan baik lagi indah terhadap perbuatan-perbuatan jahat, niscaya perbuatan-perbuatan baik tadi akan dapat menghapus/melenyapkannya, dan hendaklah kamuberakhlak mulia di dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara!, (hadisBukhari Muslim).

    Kalau istighfar hanya diartikan dengan mengucapkan astaghfirulloohal

  • 30

    adhiim dengan tanpa didasari oleh suatu keinsafan/kesadaran bahwa dirinyasalah dan tanpa didasari oleh hasrat yang kuat untuk minta perbaikan kepadaAllah, maka istighfar yang semacam itu tidak akan memberikan dampak-dampakkebaikan di dalam perilaku kehidupannya. Tetapi sebaliknya, kalau istighfaritu diucapkan di hadapan Allah dengan didasari oleh keinsafan/ketakwaan yangmendalam dengan hasrat yang kuat minta perbaikan kepada Allah, maka istighfaryang hakiki seperti inilah yang akan memberikan dampak-dampak kebaikan didalam perilaku kehidupannya, sehingga di dalam kehidupannya, dosa-dosa dankesalahan-kesalahan yang akan bisa timbul dapat ditekan seminim mungkin. Halini sesuai dengan surat 8 ayat 33 yang mengatakan, Allah tidak akan menyiksa/mengazab sesuatu kaum, sedangkan mereka melakukan istighfar/

    .Kalau kita lihat sepintas ayat tersebut, maka akan timbul pertanyaan:

    kenapa banyak orang atau kaum yang mendapat siksa dari Allah di dunia ini,padahal mereka selalu membaca/mengucapkan istighfar dengan rutin? Sebagaijawabannya yang sesuai dengan penjelasan di atas, karena mereka membaca/mengucapkan istighfar di hadapan Allah tidak didasari oleh keinsafan/ketakwaanyang mendalam dan tanpa didasari oleh hasrat yang kuat untuk minta perbaikankepada Allah.

    Karena bagaimanapun, menurut Alquran bahwa perbuatan baik sekecilapa pun akan memberikan dampak yang baik kepada si pelakunya, dan perbuatanjahat sekecil apa pun akan memberikan dampak yang buruk kepada si pelakunya,baik secara lahir ataupun secara batin (surat 99 ayat 7 dan 8). Dan lagi dalamsurat 101 ayat 6 s/d 11, dikatakan bahwa adapun orang yang berat timbanganamal-amal kebaikannya, maka dia akan berada di dalam kehidupan yang senang,tetapi sebaliknya orang-orang yang ringan timbangan amal-amal kebaikannya,maka api yang sangat panaslah yang akan menjadi ibu kandungnya yang akanselalu mengerami dan mendekaminya, yang akhirnya akan melahirkan siksaanAllah yang berupa berbagai kesengsaraan hidup alias neraka, baik di dunia iniataupun sesudah kematian nanti.

  • 31

    12. Allah dan Alquran Adalah Satu-Satunya Hakim bagi Kita

    Kalimat yang ada dalam surat 6 ayat 114 itu, kalau diterjemahkan denganbebas, maka artinya Apakah aku akan mencari hakim selain Allah, padahal Dialahyang telah menurunkan Alquran kepada kamu secara terperinci?, , danseterusnya. Dari ayat yang begini jelas, maka kita harus benar-benar menjadikanAllah sebagai Satu-Satunya Hakim atau dengan kata lain, kita harus menjadikanAlquran sebagai satu-satunya hakim yang dapat memutuskan dengan benarterhadap permasalahan kita apa pun bentuknya, karena dia adalah satu-satunyakitab yang diturunkan oleh Allah yang sangat sempurna lagi terperinci. Dandalam surat 6 ayat 38, dikatakan bahwa Allah tidak mengalpakan sesuatu apapun di dalam Alquran/semuanya ada di dalamnya. Bahkan di dalam surat 16ayat 89 dikatakan, Alquran itu sebagai penjelasan bagi setiap sesuatu apa saja,sebagai petunjuk, sebagai rahmat, dan sebagai kabar gembira bagi orang-orangyang mau berserah diri kepada Allah/muslimin. Kenapa kita selama ini tidakmenjadikan Alquran sebagai satu-satunya hakim yang dapat memutuskanpermasalahan kita yang serba rumit ini?, bahkan kita menjadikan kitab-kitab selainAlquran sebagai hakim-hakim terhadap permasalahan kita, sehingga akibatnyakehidupan umat Islam benar-benar sempit dan terhimpit, terpecah belah, danterbelakang dalam segala hal (surat 20 ayat 124 dan surat 6 ayat 153).

    Sebenarnya, jika para pakar Muslim sesuai dengan bidangnya masing-masing mau menekuni dan menggali apa-apa yang terkandung dalamperbendaharaan Alquran, niscaya mereka akan menemukan terhadap apa sajayang mereka cari yang berhubungan dengan bidangnya masing-masing itu,sehingga benar-benar pada waktu itu Alquran sebagai petunjuk, sebagai penerang,dan sebagai kabar gembira bagi mereka untuk dapat mengembangkan profesinya,baik dalam bidang hukum pidana, perdata, bidang ekonomi, bidang sosial politik,science-technology, dan lain-lain. Dan akhir semuanya itu, adalah untuk manfaatmanusia (surat 3 ayat 110).

    Di dalam surat 15 ayat 21, dikatakan, Perbendaharaan-perbendaharaanilmu Alquran itu ada di sisi Allah, dan Dia tidak akan menurunkannya kecualidengan ukuran-ukuran yang tertentu yang sesuai dengan situasi dan kondisi zamandan tempat. Dan diturunkannya ilmu-ilmu yang ada dalam perbendaharaan-perbendaharaan Alquran itu, tentunya melalui para pakar di bidangnya masing-masing, yang mereka sudi menekuni dan menggalinya dengan penuh ketekunandan keikhlasan. Tanpa mana, ilmu-ilmu yang bermanfaat yang terkandung dalamAlquran itu tidak mungkin akan muncul ke permukaan, yang tak ubahnya sepertikandungan bumi yang tidak pernah diteliti dan digali, maka bumi itu pun sepertitidak ada apa-apanya. Padahal kita sama-sama tahu, setelah diteliti, ditekuni, dan

  • 32

    digali oleh para pakar, maka bumi pun mengeluarkan berbagai sesuatu jenis bendayang dikandungnya yang bermanfaat banyak bagi kemanusiaan. Begitu pulalahperbendaharaan-perbendaharan ilmu Alquran yang menyangkut masalah-masalahkejiwaan dan kerohanian manusia. Yang semuanya itu akan dapat muncul kepermukaan dan bermanfaat bagi kejiwaan manusia, jika hal itu diteliti, ditelaah,ditadaburi oleh mereka-mereka para psikolog dan para rohaniawan.

  • 33

    13. Orang-Orang/Kelompok yang Ada di Atas Petunjuk Alquran, TidakAkan Dapat Dikalahkan oleh Siapa pun dan Kelompok Mana pun

    Surat 5 ayat 105 ini, kalau diterjemahkan secara harfiyah, maka artinyaWahai mana-manakah orang-orang yang mereka telah mempercayakan, (adapun)(kewajiban) atas kamu (adalah hendaklah kamu menjaga) (pada) diri-diri kamu(agar senantiasa berada di atas petunjuk Alquran). Tidak akan membahayakan(pada) kamu (siapa) orang yang dia telah sesat apabila kamu telah tertunjuki/berada di atas petunjuk Alquran. (adalah) Kepada Allah (yaitu) tempat kembalikamu (selaku) Pengelompok, lantas Dia akan mengkabarkan (pada) kamu padaapa-apa yang kamu telah ada (adalah) kamu mengerjakan/mengaryakan (padadia/maa).

    Kalimat dalam ayat itu, kalau diterje-mahkan dengan bebas, maka artinya orang yang sesat (siapa pun orangnya ataukelompok mana pun), mereka tidak akan dapat membahayakan/merugikan kepadakamu/kaum Muslimin, dengan syarat apabila kamu berada di atas petunjukAlquran.

    Dari ayat ini, jelaslah bahwa jika berbagai pola pikir, akidah, dan tingkahlaku kaum Muslimin benar-benar sesuai dengan petunjuk Alquran, maka pihakketiga yang sesat, tidak akan dapat membahayakan, merugikan, dan mengadudomba pada mereka, baik pihak yang sesat tadi berasal dari orang-orang Yahudidan orang-orang Nasrani yang sudah menyimpang dari ajaran aslinya, orang-orang Kapitalis, orang-orang Komunis, orang-orang Sekuler ataupun lainnya.

    Tetapi di dalam masa yang cukup lama hingga zaman sekarang (2004 M),sesuai dengan fakta yang ada, maka keadaan kaum Muslimin di banyak negara,masih banyak yang dapat dibahayakan, dirugikan, dipojokkan, dan diadu dombaoleh mereka-mereka itu. Adapun penyebab dari semuanya itu adalah karenaberbagai pola pikir, akidah, dan tingkah laku mereka sudah banyak yang menyimpangdari petunjuk Alquran, kalau tidak, tentunya kaum Muslimin tidak akan mengalaminasib jelek yang seperti itu. Tanpa merubah penyebabnya itu, sesuatu perubahanmustahil dapat dilakukan. Sehingga, dalam surat 13 ayat 11 telah ditegaskanSesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib jelek yang ada pada sesuatu kaum,sehingga kaum itu sendiri mau merubah berbagai penyebab yang ada pada dirimereka. Dan apabila Allah sudah menimpakan nasib jelek pada sesuatu kaum,maka di saat itu tidak ada yang dapat menolaknya, dan bagi mereka yang bernasibjelek itu tidak ada satu pun orang yang dapat memimpinnya. Tentang syarat-

  • 34

    syarat yang harus dilakukan sehingga perubahan dapat terwujud, penjelasannyadapat dilihat dalam Bab: Maju Mundurnya Sesuatu Bangsa atau Umat/

    .

  • 35

    14. Bersyukur Kepada Allah/

    Bersyukur kepada Allah/ maksudnya adalah menghargai padanikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada kita. Karena dalam surat 4 ayat 147dikatakan, Allah tidak akan mengazab pada seseorang ataupun kaum apabilamereka mau mensyukuri/menghargai pada nikmat-nikmat Allah yang diberikankepada mereka.

    Bentuk menghargai kepada nikmat-nikmat Allah dalam kehidupan sehari-hari adalah nikmat yang Allah berikan pada kita apa pun bentuknya, kita harusmenghargai, dengan jalan selalu menjaganya dengan baik dan mempergunakannyadengan tepat lagi manfaat sesuai dengan ketentuan Allah. Di saat itulah nikmatyang ada tersebut akan selalu ditambah oleh Allah. Tetapi sebaliknya, kita akanmenjadi kufur kepada nikmat-nikmat Allah itu, apabila kita tidak menghargai,menjaga, dan mempergunakannya yang sesuai dengan ketentuan Allah. Dan disaat itu nikmat yang Allah berikan akan menjadi sebab datangnya azab Allah(surat 14 ayat 7). Sebagai contoh yang bersyukur kepada nikmat Allah, Seseorangataupun kaum apabila mereka mendapatkan nikmat dari Allah yang berbentukkebaikan yang diterimanya apa pun bentuknya, seperti kepercayaan, kedudukan,pekerjaan, jabatan yang tinggi ataupun yang paling rendah, yang lantas merekamenjaganya dan memanfaatkannya dengan baik dan hati-hati dengan jalan selaluberorientasikan untuk manfaat manusia/ukhrijat linnas (surat 3 ayat 110), niscayanikmat-nikmat yang ada itu akan ditambah-tambah oleh Allah dengan jalan Allahakan memberkati dan melipatgandakan berbagai kebaikan yang berasal dari nikmatyang ada tersebut. Sebagai contoh yang kufur kepada nikmat Allah, Apabilanikmat-nikmat tersebut tidak dihargai/tidak disyukuri, tidak dijaga, dan tidakdimanfaatkannya dengan baik sesuai dengan ketentuan Allah dengan jalan tidakjujur, khianat, sewenang-wenang, aji mumpung, melakukan korupsi, kolusi,nepotisme dan malakukan berbagai pelanggaran terhadap hak asasi manusia danlain-lain, yang semuanya itu dilarang oleh Allah swt., niscaya mereka akan ditimpaoleh malapetaka dan azab Allah di dunia ini dan sesudah kematian nanti. Yangmana, situasi yang mengerikan lagi tragis seperti itu, sama-sama telah kita saksikandalam berbagai daerah dan negeri, termasuk dalam negeri kita ini, yang hal manamerupakan neraka dunia bagi mereka yang tidak mau bersyukur/tidak maumenghargai alias kufur terhadap nikmat-nikmat itu.

    Dalam Alquran, ada kata sifat yang disebutkan sebanyak 9 kali,yang empat kali untuk Allah (surat 35 ayat 30, surat 35 ayat 34, surat 42 ayat 23,dan surat 64 ayat 17), dan yang lima kali untuk manusia (surat 14 ayat 5, surat 31ayat 31, surat 34 ayat 13, surat 34 ayat 19, dan surat 42 ayat 33). Oleh karena itumenurut penulis, kata bersyukur/ dalam Alquran lebih tepat dan mengenajika diartikan dengan menghargai sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas.

  • 36

    Sehingga, kalau disebutkan dalam Alquran bahwa Allah itu adalah artinyaAllah itu Maha Menghargai, maksudnya Allah itu Maha Menghargai terhadapamal-amal baik dari orang-orang yang beriman. Arti dan maksud tersebutdidukung oleh surat 17 ayat 19, dan surat 76 ayat 22, di mana dalam ayat inidisebutkan, Usaha-usaha baik orang-orang yang beriman itu akan dihargai/

    . Dalam kalimat ini ada kata dihargai/ , tentunya yangmenghargainya itu adalah Allah yang mempunyai sifat tetap/mubalaghoh/ .

  • 37

    15. Hakikat Sabar/ Menurut Alquran

    Kata-kata orang-orang yang gigih/sabar adalah terjemahan dari kata yang ada pada surat 2 ayat 155, surat 2 ayat 249, dan surat 3 ayat 146.

    Di situ dikatakan, Gembirakanlah kepada orang-orang yang gigih/sabar! DanAllah bersama orang-orang yang gigih/sabar, dan Allah mencintai (pada) orang-orang yang gigih/sabar. Karena, orang yang gigih/sabar itu mempunyai kekuatanjiwa yang sangat besar untuk menghadapi berbagai tantangan dan cobaan, tidakpernah berputus asa, gigih di atas gigih selalu mereka tunjukkan, sehingga denganperantaraannya mereka akan dapat mengalahkan pihak lain yang berjiwa kerdil/lembek dan gampang berputus asa/kafir yang jumlahnya sepuluh kali lipat (surat8 ayat 65). Dan yang lebih teristimewa lagi, akhirnya mereka akan berjaya danberhasil, atau dengan kata lain mereka disertai dan dicintai oleh Allah swt.(surat 2 ayat 249 dan surat 3 ayat 146).

    Kata gigih/sabar di dalam Alquran dapat mencakup terhadap berbagaibidang dan profesi, karena masing-masing orang dituntut oleh Allah untuk bekerjakeras dan selalu gigih/sabar di dalam bidangnya masing-masing agar merekamencapai keberhasilan (surat 3 ayat 200 dan surat 6 ayat 135). Yang tentunyakeberhasilan tersebut, terjadi baik di dunia ini ataupun sesudah kematian nanti(surat 2 ayat 201). Sebagai contoh, kalau ada seseorang yang bidang dia adalahpengusaha atau pedagang, dia bekerja keras, disiplin, jujur, amanah, dan diasenantiasa gigih/sabar di dalam menghadapi berbagai rintangan dan cobaan, tidakpernah berputus asa, maka akhir bin akhirnya dia memperoleh suatu keberhasilanyang gemilang. Maka, bentuk keberhasilan tersebut adalah sebagai tanda bahwaAllah menyertai dia/ , dan juga sebagai tanda bahwaAllah mencintai dia/ di dalam dunia ini, yang tentunyajuga di dalam kehidupan sesudah kematian kelak. Hal yang seperti ini berlakubagi berbagai orang dengan berbagai profesi/bidang. Tetapi sebaliknya, seseorangyang selalu gagal/tidak berhasil, adalah sesuatu bentuk atau tanda bahwa merekaadalah tidak disertai dan dicintai oleh Allah, karena mereka tidak bekerja keras,tidak disiplin, tidak jujur,tidak amanah, dan sedikit-sedikit gampang berputusasa, yang mana sifat-sifat tercela ini adalah merupakan buah dari kekufuran kepadaAllah/tidak mentaati pada perintah-perintah-Nya. Bukankah Allah telahmemerintahkan di dalam Alquran supaya kita bekerja keras, disiplin, jujur, amanah,dan selalu gigih di atas gigih/sabar? Jadi, kesimpulannya buah sabar/gigih ituadalah dinamis dan progress, bukan statis alias mandek dan beku. DalamAlquran, kata-kata yang berasal dari kata pokok /sabar itu sangat banyaksekali dan semuanya menunjuk kepada pengertian yang berhubungan denganmenghadapi tantangan, cobaan, dan ujian. Oleh karena itu, penulis selalumengartikannya dengan arti gigih, yang di dalam kata gigih itu terkandung

  • 38

    berbagai makna seperti bekerja/berusaha keras, berjuang menghadapi tantangan,pantang mengeluh, pantang putus asa, tabah, selalu optimis, selalu yakin, danselalu berpengharapan penuh terhadap janji-janji Allah, dan lain-lain yangsejenisnya. Gigih/sabar yang semacam inilah yang merupakan sifat khusus bagiorang-orang yang beriman sejati, sehingga mereka akan selalu sukses, berhasildan memperoleh kemenangan, atau dengan kata lain Allah menyertai danmencintai mereka sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas.

    Perlu diketahui, dalam Alquran ada ayat yang berbunyi maka jika merekagigih/sabar, maka nerakalah tempat kediaman mereka (surat 41 ayat 24),maksudnya adalah jika mereka gigih/sabar dalam arti yang negatif, yakni gigih/sabar dalam perbuatan-perbuatan jahatnya atau gigih/sabar dalam kekafiran, makanerakalah tempat kediaman mereka. Orang-orang yang gigih/sabar semacam initidak akan mungkin disertai dan dicintai oleh Allah swt.

  • 39

    16. Bertawakal Kepada Allah/

    Kata-kata diterjemahkan dengan hendaklah engkaumewakili/bertawakal atas (nama) Allah. Kata yang terjemahannya adalahhendaklah engkau mewakili/bertawakal dalam Alquran ada sebanyak sembilanbuah yang di antaranya dalam surat 3 ayat 159, surat 4 ayat 81, surat 8 ayat 61,dan lain-lain, yang masing-masingnya di dalam bertawakal itu harus dilakukanatas nama Allah, karena memang Alquran menyebutkan berkali-kali bahwa Allahitu adalah sebaik-baik Pewakil/Yang Mewakilkan dan Pewakil Yang palingmencukupi. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan bertawakal atas (nama)Allah, maksudnya adalah setiap pola pikir, akidah, dan tingkah laku kita dalamberbagai hal apa saja, harus didasarkan atas ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan Allah yang ada dalam kitab Suci-Nya/Alquran, sehingga masing-masingnya akan selalu sesuai dengannya. Hal ini tak ubahnya seperti seseorangbawahan yang menjadi wakil dari atasannya dengan diserahi berbagai tugastertentu, maka orang yang menjadi wakilnya itu harus menjalankan segala tugasnyadengan mendasarkan kepada pesan-pesan dan peraturan-peraturan dari atasannyatersebut. Sehingga dalam menjalankan tugasnya, si wakil tersebut akan selalusesuai dengannya. Dan kalau dia sebagai wakilnya, tetapi tidak menjalankan pesan-pesan dan peraturan-peraturan atasannya, maka dia bukanlah wakil yang baik,dan di kemudian hari orang yang semacam itu akan dimarahi dan akhirnya akandicopot oleh atasannya dari kedudukannya.

    Jadi, orang yang bertawakal atas nama Allah adalah orang-orang yangdi dalam berpola pikir, berakidah, dan bertingkah laku dalam segala hal, akanselalu sesuai dengan pesan-pesan dan peraturan-peraturan Allah yang ada dalamAlquran. Seperti itulah kalau kita ingin menjadi wakil Allah yang baik ataumenjadi orang yang bertawakal atau mewakili atas nama Allah dengan benar.

    Tetapi sebaliknya, kalau seseorang di dalam berpola pikir, berakidah,berkemauan, dan bertingkah laku tidak sesuai dengan pesan-pesan dan peraturan-peraturan Allah, maka seseorang tersebut akhirnya akan dijatuhkan oleh Allahswt. dengan jalan yang mengerikan, apa pun jabatan dia, dari jabatan yang palingtinggi sampai kepada jabatan yang paling rendah, baik yang formal ataupun yangnon formal. Kejadian-kejadian yang mengerikan seperti itu, telah banyak kitasaksikan, baik di dalam negeri ini ataupun di negeri-negeri yang lain. Oleh karenaitu, dalam Alquran sering sekali kita disuruh menginsafi, menyadari, danmewaspadai terhadap hari-hari naas yang akan menimpa kepada siapa saja yangmelakukan berbagai tindakan kufur/tindakan yang tidak islami (surat 2 ayat 48,surat 2 ayat 123, surat 2 ayat 281, dan lain-lain).

    Karena, tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan pesan-pesan danperaturan-peraturan Allah itu atau dengan kata lain tindakan-tindakan yang tidak

  • 40

    islami itu, adalah merupakan cerminan dari tindakannya orang-orang yang tidakbertawakal/menjadi wakil atas nama Allah. Di saat itu orang-orang tersebut telahmenjadi wakil dari hawa nafsunya yang bersumber dari kekuatan setan. Dan orang-orang yang semacam itu berdasarkan surat 45 ayat 23 dan surat 6 ayat 121 adalahorang-orang yang musyrik, karena mereka telah menjadikan hawa nafsunyasebagai tuhan dan mengikuti bisikan-bisikan jahat setan. Hal ini bisa terjadi padapenganut-penganut agama mana pun, termasuk penganut agama Islam. Tentangmusyrik, penjelasannya dapat dilihat dalam Bab: Hakikat Musyrik danBentuk-Bentuknya Menurut Alquran.

  • 41

    17. Hakikat Ikhlas karena Allah/ Menurut Alquran

    Surat 6 ayat 162 ini, kalau diterjemahkan secara bebas, maka artinya:Hendaklah engkau mengatakan Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidup danmatiku hanyalah karena Allah, Rabbnya berbagai alam.

    Perlu diberi tanda petik, bahwa kata yang terjemahannya hendaklahengkau mengatakan itu tidak terbatas pada ucapan mulut, tetapi yang lebih pentingdari pada itu, hendaklah sikap kita dalam kehidupan sehari-hari mengatakanSesungguhnya salatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah karena Allah,Rabbnya berbagai alam.

    Kata /karena Allah, dalam kalimat itu tidak dapat diartikan denganmanfaatnya untuk Allah, karena Allah itu tidak butuh dan tidak bergantungpada ciptaan-Nya, bahkan ciptaan-Nya itulah yang butuh dan bergantung pada-Nya (surat 35 ayat 15, surat 47 ayat 38, dan lain-lain).

    Adapun kata lillah yang diterjemahkan dengan karena Allah, yangbiasanya istilah itu menjadi ikhlas karena Allah, maksudnya adalah karenaketetapan-ketetapan Allah menetapkan seperti itu, sehingga kita melakukannya,baik itu tingkah laku yang berhubungan dengan Allah secara vertikal seperti salat,puasa, ibadah haji, zikir, dan lain-lain ataupun tingkah laku yang berhubungandengan sesama manusia dan lingkungan. Dan ucapan karena Allah atau ikhlaskarena Allah ini sering kita dengar diucapkan oleh seseorang di dalam kehidupansehari-hari. Oleh karena itu, istilah ucapan itu harus ditempatkan pada tempatyang sebenarnya menurut ukuran Alquran, yakni ucapan karena Allah/ , ituharus berhubungan dengan perbuatan dan tingkah laku yang sesuai denganperaturan-peraturan Allah. Hal mana seperti, kalau seseorang mengatakan karenaAllah atau ikhlas karena Allah saya menjadi menteri, menjadi anggota DPR,menjadi polisi, menjadi jaksa, menjadi pengacara, menjadi hakim, dan lain-lain,tetapi kalau pola pikir, sikap mental dan tingkah lakunya di dalam menjalankanamanah/tugas-tugasnya tadi tidak dijalankan dengan baik, tidak amanah, tidakjujur, mementingkan diri sendiri dan kelompoknya, dan banyak melanggarperaturan-peraturan Allah lainnya, maka tatkala itu mereka tidak berhak untukmengatakan kepada orang lain bahwa mereka menjabat kedudukan-kedudukanitu dilakukan karena Allah. Tetapi sebaliknya, kalau mereka di dalammenjalankan amanah dan tugas-tugasnya itu, mereka melakukannya dengan baik,jujur, amanah, mementingkan masyarakat banyak, selalu hati-hati sehingga hakorang lain atau masyarakat tidak ada yang terambil olehnya, mau menerimanasihat, menepati janji, disiplin, selalu gigih dan tabah walaupun banyak godaandari sana-sini untuk menyimpang, untuk KKN, dan lain-lain yang dilarang oleh

  • 42

    Allah, maka tatkala itu mereka baru boleh mengatakan, kami menjabat jabatanini dan jabatan itu adalah kami lakukan karena Allah.

    Jadi kesimpulannya, bahwa perbuatan seseorang itu dilakukan karenaAllah atau ikhlas karena Allah adalah dapat dilihat dari berbagai perbuatandari yang bersangkutan itu sendiri, kalau sesuai dengan peraturan Allah, makabisa dikatakan ikhlas karena Allah, dan kalau tidak sesuai dengannya, banyakyang melanggar peraturan-peraturan Allah, maka tidak bisa dikatakan ikhlaskarena Allah, apa pun jabatan dan kedudukan dari seseorang tersebut, baik darimasyarakat kelas bawah sampai masyarakat kelas atas. Oleh karena itu, menurutAlquran orang yang ikhlas itu bukan berarti dia melakukan pekerjaan dengantanpa mengharapkan imbalan dari pekerjaannya itu, tetapi menurut Alquran malahsebaliknya, dia harus diberi imbalan sesuai dengan kadar jasanya (surat 36 ayat54, surat 37 ayat 39, surat 2 ayat 281, dan banyak lain-lain ayatnya). Kalau diatidak diberikan imbalan sesuai dengan kadar jasanya, padahal dia sangatmembutuhkannya, maka berarti dia telah dizalimi hak-haknya (surat 36 ayat 54).Jadi, amat salahlah doktrin atasan yang mengatakan kepada bawahannyahendaklah kamu bekerja di badan ini atau di badan itu, di kantor ini, atau dikantor itu dengan ikhlas karena Allah, dengan maksud tidak mengharapkanimbalan dari pekerjaannya itu. Jika doktrin ikhlas karena Allah denganpemahaman yang keliru ini diterapkan dalam badan-badan Islam, maka jangandiharap badan-badan Islam tersebut akan dapat berjalan dengan baik. Karenapada waktu itu banyak pegawai-pegawai tingkat bawah dari badan tersebut yangdizalimi/tidak diberikan hak-haknya sesuai dengan kadar jasanya, sehingga dengansendirinya mereka tidak akan mungkin dapat bekerja dengan sepenuh hati.Dan kata ikhlas/ itu sendiri adalah bahasa Arab yang mana dia berasaldari kata kerja , yang artinya memurnikan. Dan adapun yangdimaksud dengan orang yang ikhlas/ menurut Alquran adalah sepertiyang sudah dicontohkan di atas. Sedangkan penjelasan dari segi bahasa tentangkata ikhlas/ yang diartikan dengan memurnikan, maka penjelasannyadapat dilihat dalam Bab: Memerangi Kemusyrikan dengan SenjataAlquran di bagian yang akhir.

  • 43

    18. Hakikat Izin Allah/ Menurut Alquran

    Kalimat dengan izin Dia/Allah adalah terjemahan dari kalimat .Kata itu dalam Alquran disebutkan sebanyak sepuluh kali, dan kata

    disebutkan sebanyak sembilan belas kali, yang di antaranya dalam surat2 ayat 255, surat 5 ayat 16, surat 2 ayat 249, surat 3 ayat 145, dan lain-lain. Yangmana, masing-masing dari izin Allah yang tersebut itu mekanismenya tidakbisa disamakan dengan sesuatu izin yang diberikan oleh atasan kepadabawahannya (sesama manusia). Adapun mekanisme/proses datangnya izin Allahdi situ, adalah dengan cara mengikuti ketentuan-ketentuan Allah yang berhubungandengan izin yang dimaksud. Sebagai contoh, dalam surat 2 ayat 255, denganjelas, bahwa seseorang dengan profesi apa pun, dia akan dapat memberikansyafaat/pertolongan/bantuan kepada pihak lain dengan izin Allah, baik secaramateri ataupun rohani. Dan izin Allah tersebut akan datang apabila masing-masing orang di dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan bidang dan profesinyamasing-masing akan selalu mengikuti terhadap ketentuan-ketentuan Allah. Katasyafaat di sini bukan berarti seseorang dapat membebaskan orang lain darihukuman Allah yang telah ditetapkan oleh-Nya atas orang-orang yang jahat.Dan dalam Alquran surat 4 ayat 85 dikatakan, Barang siapa yang mensyafaati/menolong pada orang lain dengan syafaat yang indah/baik, niscaya dia akanmendapatkan bagian keindahan/kebaikan dari orang lain itu. Dan barang siapayang mensyafaati pada orang lain dengan syafaat yang jahat, niscaya dia akanmendapatkan bagian kejahatan dari orang lain tersebut. Jadi, kalau kita inginmendapatkan syafaat kebaikan dari Rasulullah saw. yang mana beliau selakupembawa dan pengamal Alquran, maka kita harus mengikuti petunjuk-petunjukAlquran yang telah diamalkan oleh beliau. Yang tanpa mana, syafaat kebaikanbeliau saw. tidak akan pernah datang kepada kita. Begitu pula kalau kita inginmendapatkan syafaat kebaikan dari orang yang selalu mengajari dan menasihatikita dengan petunjuk-petunjuk Alquran. Tetapi sebaliknya, kalau kita mengikutisyafaat yang jelek/jahat dari orang lain, niscaya syafaat kejahatan tadi akan datangkepada kita, karena bagaimanapun perbuatan jahat seseorang pasti akan selalumendapatkan hukuman yang setimpal (surat 6 ayat 160, surat 10 ayat 27, danlain-lain).

    Kembali kepada hal izin Allah, di mana munculnya izin Allah tersebutdidahului oleh persyaratan-persyaratan yang telah dikemukakan oleh-Nya. Kitaambil contoh dalam surat 2 ayat 249 dan surat 8 ayat 65-66, di mana dalam ayat-ayat tersebut telah ditegaskan oleh Allah, Golongan atau kelompok yang sedikit,dengan izin Allah akan dapat mengalahkan kelompok yang banyak. Datangnyaizin Allah sehingga kelompok yang sedikit itu dapat mengalahkan kelompok yangbanyak, karena kelompok yang sedikit itu mempunyai keimanan yang sejati

  • 44

    terhadap Allah dan gigih/sabar dalam perjuangan. Bahkan dalam surat 8 ayat65-66, lebih tegas lagi disebutkan, Orang-orang yang beriman sejati lagi gigih/sabar dalam perjuangan, dengan izin Allah akan dapat mengalahkan orang-orangyang kafir yang berjumlah sepuluh kali lipat atau minimal yang berjumlah duakali lipat. Jadi, datangnya izin Allah tersebut sehingga mereka dapat menangterhadap orang-orang yang kafir itu, karena mereka adalah orang-orang yangberiman sejati dan gigih/sabar dalam perjuangan. Jika dua persyaratan ini tidakada pada mereka, maka mereka tidak akan dapat mengalahkannya, karena Allahtidak mengizinkan. Oleh karena itu, kalau kaum Muslimin ingin mendapatkanizin Allah sehingga mereka dapat mengalahkan orang-orang yang kafir tersebut,maka mereka harus menjadi orang-orang yang beriman dan bertakwa yang sejati.Penjelasan tentang hakikat iman dan takwa itu, dapat dilihat dalam Bab:Beriman Kepada Allah/ dan Bab: Bertakwa Kepada Allah/

    .

  • 45

    19. Prinsip Agama-Agama yang Kebenarannya Diakui Bersama/

    Kata-kata kalimat yang sama-sama diakui kebenarannya adalahmerupakan arti dari kata yang ada dalam surat 3 ayat 64, yangmana kita disuruh mengajak kepada seluruh pengikut ahli kitab untuk kembalikepadanya, maksudnya adalah kembali kepada sesuatu kalimat yang berbentukprinsip-prinsip dasar ajaran agama-agama yang sama-sama diakui kebenarannyaoleh berbagai penganut agama Samawi. Hal tersebut ada tiga macam:

    1. Kita tidak akan mengabdi/beribadah kecuali hanya kepada Allah.2. Kita tidak akan menserikatkan/menyekutukan suatu apa pun atau ajaran

    apa pun dengan Allah dan ajaran-Nya.3. Kita tidak akan menjadikan para pemimpin agama di antara kita

    sebagai tuhan-tuhan selain Allah.

    Berdasarkan petunjuk Allah swt. tersebut, maka dapat diambil kesimpulanbahwa: apabila penganut suatu agama yang datang dari Allah, baik kaum Yahudi,Nasrani, kaum Shabiin ataupun kaum Muslimin, melanggar terhadap tiga haltersebut, maka mereka semakin hari akan semakin jauh dari prinsip-prinsip dasarajaran Allah yang sama-sama diakui bersama kebenarannya itu. Yang darinya,akan timbul/muncul perselisihan yang semakin hari akan semakin tajam antarapenganut suatu agama, dan juga perselisihan antara kelompok di dalam interenagama itu sendiri, sehingga yang karenanya tidak jarang menimbulkan bentrokfisik dan saling menyerang di antara mereka. Hal ini terjadi, karena berbeda-bedanya pemahaman dari berbagai penganut agama, dan berbeda-bedanyapemahaman dari antar kelompok dalam interen masing-masing agama itu sendiri.Yang kesemuanya itu terjadi karena ajaran-ajaran palsu yang bertentangan denganprinsip-prinsip dasar ajaran Allah itu, mereka yakini bahwa ajaran-ajaran palsutersebut berasal dari nabi-nabi dan pemimpin-pemimpin agama mereka. Padahalbelum tentu sesuatu yang dikatakan/diatasnamakan atau diperbuat oleh nabi-nabiitu, benar-benar ucapan dan perbuatan mereka. Pengatasnamaan palsu tersebut,bisa terjadi pada nabi-nabi mana saja sampai kepada Nabi Muhammad saw. Hal-hal seperti itu, awal-awalnya dilakukan oleh orang-orang tertentu karena adanyasesuatu kepentingan, baik dia itu yang mendapat predikat dari masyarakat sebagaiulama, pemimpin umat, penguasa, dan lain-lain. Tindakan bohong denganmengatasnamakan kepada nabi-nabi dan sahabat-sahabatnya dan juga kepada parapemimpin umat itu, amat-amat dicela dan diancam oleh Rasulullah saw. denganancaman yang sangat keras (hadis mutawatir lafdhi, riwayat Bukhori dan Muslim).

    Jadi, rusaknya pemahaman ajaran-ajaran agama yang mana pun, baik ituajaran agama Yahudi, ajaran agama Nasrani, ajaran agama Shabiin ataupun agama

  • 46

    Islam, semuanya itu berpangkal dari tindakan tercela tersebut. Oleh karena itu,Rasulullah saw. datang dengan membawa kitab Suci terakhir/Alquran yang diantara fungsinya adalah untuk meletakkan prin