word gangguan mental organik.doc
TRANSCRIPT
GANGGUAN MENTALORGANIKP S Y C H I A T R Y
Pembimbing : Dr. Nasruddin, Sp.KJ
Yani Sugiarti 110.2004.281Andhita Damayanti 110.2005.020Gusman Jaya Gumala 110.2005.103Amalia Safitri 110.2006.024Angelia Permatasari 110.2006.034Bambang Lesmana Zen 110.2006.055Fifthya Syabrina 110.2006.104Nawang Fea Aurora 110.2006.180Robiatul Adawiyah 110.2006.235Rosi Ocktaviana Sodikin 110.2006.238
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2010-2011
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya atas izinNya lah kami
penulis (Kelompok 1) dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah yang
berjudul “DELIRIUM, DEMENSIA, SINDROM AMNESTIK ORGANIK, GANGGUAN
MENTAL AKIBAT KERUSAKAN DAN DISFUNGSI OTAK DAN PENYAKIT FISIK”,
dibuat atas tuntutan sebagai mahasiswa untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh
dosen pengajar mata kuliah Ilmu Kesehatan Jiwa (IKJ), dan semoga bagi pembaca memperoleh
manfaatnya. Amin.
Dengan adanya makalah ini dan diskusi kelompok diharapkan kita sebagai mahasiswa
yang masih dalam tahap belajar, dapat lebih mudah memahami materi-materi dalam mata kuliah
IKJ khususnya yang dibahas dalam makalah ini.
Kami penulis (Kelompok 1) sangat menyadari keterbatasan ilmu yang kami miliki.
Uuntuk itu, penulis mohon maaf apabila masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan dalam
penulisan maupun informasi-informasi yang tercantum dalam makalah ini.
Semoga makalah ini tidak hanya bermanfaat bagi mahasiswa saja, tetapi juga bagi
penderita yang bersangkutan, dan juga bagi siapa saja yang membacanya.
Wassalammu’alaikum wr. wb.
Jakarta, 27 September 2010
Hormat kami,
Penulis (Kelompok 1)
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan
utama di Negara-negara maju, modern dan industri. Keempat masalah kesehatan utama tersebut
adalah penyakit degenerative, kanker, gangguan jiwa dan kecelakaan. Meskipun gangguan jiwa
tersebut tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun
beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta invaliditas baik secara individu
maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena mereka tidak produktif dan tidak
efisien.
Salah satu faktor yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan jiwa adalah adanya
stressor psikososial, yakni setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam
kehidupan seseorang sehingga orang tersebut terpaksa mengadakan adaptasi untuk
menanggulangi stressor yang timbul. Namun, tidak semua orang mampu mengadakan adaptasi
dan mampu menanggulanginya, sehingga timbullah keluhan-keluhan di bidang kejiwaan berupa
gangguan jiwa dari yang ringan hingga yang berat.
Secara umum gangguan jiwa dibagi menjadi dua golongan besar yaitu Psikosa dan Non
Psikosa.
Dalam makalah ini, penulis tidak membahas semua materi gangguan jiwa, namun hanya
dititikberatkan pada pembahasan mengenai “DELIRIUM, DEMENSIA, SINDROM
AMNESTIK ORGANIK, GANGGUAN MENTAL AKIBAT KERUSAKAN DAN
DISFUNGSI OTAK DAN PENYAKIT FISIK” yang tergolong dalam gangguan jiwa Psikosa.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari penulisan ini adalah untuk :
1. Mengetahui definisi, jenis-jenis atau penggolongannya serta gejala atau kriteria umum
dari materi yang akan dibahas dalam diskusi kelompok mata kuliah Ilmu Kesehatan Jiwa.
2. Mengetahui diagnosa dan diagnosa banding dari gangguan-gangguan tersebut.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan tugas ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kesehatan
Jiwa yang diberikan oleh dosen pengajar yang bersangkutan.
1.3 Metode Penelitian
1.3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah kualitatif. Menurut
Bogdan dan Taylor dalam Rosady Ruslan (2003:203) mendefinisikan penelitian kualitatif adalah
“Penelitian yang menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan, tulisan, dan tingkah laku
yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, organisasi tertentu dalam suatu
konteks seting tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif dan holistik”.
1.3.2 Metode Analisa Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif. Menurut
Jalaluddin Rakhmat (2005:24) “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang hanya memaparkan
situasi atau peristiwa, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau
membuat prediksi”
1.3.3 Teknik Pengumpulan Data
Penulis menggunakan teknik pengumpulan data Kepustakaan. Menurut Mestika Zed
(2004:3) “Studi Kepustakaan adalah Serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode
pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian”
Penulis dalam penelitian ini, menggunakan buku-buku referensi serta artikel–artikel dan
juga jurnal yang di dapat dari media internet.
GANGGUAN MENTAL ORGANIK
(GANGGUAN MENTAL SIMTOMATIK)
1. Demensia pada penyakit Alzheimer
2. Demensia vascular
3. Demensia pada penyakit lain yang tidak diklasifikasi ti tempat lain (Classified elsewhere)
4. Demensia yang tidak tergolongkan (Unspecified)
5. Sindrom amnestik organic bukan akibat alcohol dan zatt psikoaktif lainnya
6. Delirium bukan akibat alcohol dan zat psikoaktif lainnya
7. Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfungsi otak danpenyakit lain
8. Gangguan kepribadian dan perilaku akibat penyakit, kerusakan dan disfungsi otak
9. Gangguan mental organic atau simptomatik yang tidak tergolongkan (Unspecified)
GANGGUAN MENTAL ORGANIK
(GANGGUAN MENTAL SIMTOMATIK)
Gangguan mental organic = gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit atau gangguan sistemik atau otak yang dapat diagnosa tersendiri.
Termasuk , gangguan mental simptomatik, dimana pengaruh terhadap otak merupakan akibat sekunder dari penyakit atau gangguan sistemik di luar otak (extracerebral).
Gangguan utama :
Gangguan fungsi kognitif
Gangguan sensorium
Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang
Persepsi ( halusinasi )
Isi pikiran ( waham / delusi )
Suasana perasaan dan emosi ( depresi, gembira , cemas )
Blok gangguan mental organic menggunakan 2 kode :
Sindrom psikopatologik ( misalnya, Demensia )
Gangguan yang mendasari ( misalnya , Penyakit Alzheimer )
DEMENSIA
Demensia merupakan suatu sindrom akibat penyakit atau gangguan otak yang biasanya bersifat kronik – progresif, dimana terdapat gangguan fungsi luhur kortikal yang multiple (multiple higher cortical function), termasuk di dalamnya : daya ingat, daya pikir, orientasi, daya tangkap (comprehension), berhitung, kemampuan belajar, berbahasa, dan daya nilai (judgment).
Umumnya disertai dan ada kalanya diawali dengan kemerosotan ( deterdation ) dalam pengendalian emosi, perilaku social, atau motivasi hidup.
Pedoman diagnostic
Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya piker yang menggangu kegiatan harian seseorang ( personal activities of daily living ) seperti : mandi, berpakaian , makan, kebersihan diri, buang air besar, dan kecil.
Tidak ada gangguan kesadaran ( cleat consciousness )
Gejala dan disablitas sudah nyata untuk paling sedikit 6 bulan
Diagnosa banding :
Gangguan depresif
Delirium bertumpang tindih dengan demensia
Retardasi mental ringan dan sedang
DEMENSIA PADA ALZHEIMER
Pedoman diagnostic
Terdapatnya gejala demensia
Onset bertahap ( insidious onset ) dengan deteriorasi lambat
Tidak adanya bukti klinis atau temuan dari pemeriksaan khusus yang menyatakan bahwa kondisi mental itu dapat disebabkan oleh penyakit otak atau sistemik lain yang dapat menimbulkan demensia ( misalnya hipotiroidisme, hiperkalsemia, defesiensi vitamin B12, defisiensi niasin, neurosifilis, hidrosefalus bertekanan normal, atau hematoma subdural)
Tidak adanya serangan apoplektik mendadak , atau gejala neurologic kerusakan otak fokal seperti hemiparesis, hilangnya daya sensorik, defek lapangan pandang mata, dan inkoordinasi yang terjadi dalam masa dini hari gangguan ini ( walaupun fenomena ini di kemudian hari dapat bertumpang tindih )
Diagnosis banding
Gangguan depresif
Delirium
Sindrom amnestik organic
Demensia primer penyakit lain yang diklasifikasikan di tempat lain
Demensia sekunder penyakit lain yang diklasifikasikan di tempat lain
Retardasi mental
Demensia Alzheimer dan vaskuler
Demensia pada penyakit Alzheimer onset dini
Pedoman diagnostic
Demensia yang onsetnya sebelum usia 65 tahun
Perkembangan gejala cepat dan progresif ( deteriorasi )
Adanya riwayat keluarga yang berpenyakitalzheimer merupakan factor yang menyokong diagnosis tetapi tidak harus dipenuhi
Demensia pada penyakit Alzheimer onset lambat
Sama dengan diatas, hanya onset sesudah usia 65 tahun dan perjalanan penyakit yang lamban dan biasanya dengan gangguan daya ingat sebagai gambaran utamanya.
Demensia pada penyakit Alzheimer tipe tak khas atau tipe campuran (atypical or mixed type )
Campuran antara demensia alzheimer dan vaskuler
Demensia pada penyakit Alzheimer yang tidak tergolongkan (unspecified )
DEMENSIA VASKULAR
Pedoman diagnostic
Terdapatnya gejala demensia
Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata (mungkin terdapat hilangnya daya ingat , gangguan daya piker, gejala neurologis fokal ). Daya tilik diri ( insight )dan daya nilai ( judgment ) secara relative tetap baik.
Suatu onset yang mendadak atau deteriorasi yang bertahap, disertai adanya gejala neurologis fokal, meningkatkan kemungkinan diagnosis demensia vaskuler.
Pada beberapa kasus, penetapan hanya dapat dilakukan dengan pemeriksaan CT-Scan atau pemeriksaan patologis,
Diagnosis banding
Delirium
Demensia Alzheimer
Gangguan afektif
Retardasi mental ringan dan sedang
Perdarahan subdural ( traumatic , non traumatic )
Demensia vaskuler dan Alzheimer
Demensia vascular onset akut
Biasanya terjadi secara cepat sesudah serangkaian “stroke” akibat tromisis serebrovaskuler, embolisme, atau perdarahan.
Pada kasus – kasus yang jarang, satu infark yang besar dapat sebagai penyebabnya.
Demensia multi-infark
Onsetnya lebih lambat, biasanya setelah serangkaian episode iskemik minor yang menimbulkan akumulasi dari infark pada parenkim otak.
Demensia vascular subkortikal
Focus kerusakan akibat iskemik pada substansia alba di hemisfer serebral yang dapat diduga secara klinis dan dibuktikan dengan CT-Scan.korteks serebri biasanya tetap baik , walaupun demikian gambaran klinis masih mirip dengan demensia pada penyakit Alzheimer.
Demensia vascular campuran kortikal dan subkortikal
Komponen campuran korikal dan subkortikal dapat diduga gambaran klinis, hasil pemeriksaan ( termasuk autopsy ) atau keduanya.
Demensia vascular lainnya
Demensia vascular yang tidak tergolongkan
DEMENSIA PADA PENYAKIT LAIN YANG DI KLASIFIKASIKAN DI TEMPAT LAIN
Demensia pada penyakit Pick
Pedoman diagnostic
Adanya gejala demensia yang progresif
Gambaran neuropatologis berupa atrofi selektif dari lobus frontalis yang menonjol disertai euphoria, emosi tumpul, dan perilaku social yang kasar, disinhibisi, dan apatis atau gelisah
Manifestasi gangguan perilaku pada umumnya mendahului gangguan daya ingat
Diagnosis banding
Demensia pada penyakit Alzheimer
Demensia vaskuler
Demensia akibat penyakit lain
Demensia pada penyakit Creutzfeldt-Jakob
Pedoman diagnostic
Trias yang sangat mengarah pada diagnosis penyakit :
Demensia yang progresif merusak
Penyakit pyramidal dan ekstrapiramidal dengan mioklonus
Elektroensefalogram yang khas (trifasik)
Demensia pada penyakit Hungtington
Pedoman diagnostic
Ada kaitan antara gangguan gerak koreiform ( Choreiform ) , demensia, dan riwayat keluarga dengan penyakit Huntington
Gerakankoreiform yang involunter, terutama pada wajah, tangan dan bahu, atau cara berjalan yang khas,merupakan manifestasi dini dari gangguan ini. Gejala ini biasanya mendahului gejala demensia, dan jarang sekali gejala dini tersebut tak muncul sampai demensia menjadi sangat berlanjut
Gejala demensia ditandai dengan gangguan fungsi lobus frontalis pada tahap dini dengan daya ingat relative masih terpelihara sampai saat selanjutnya.
Demensia pada penyakit Parkinson
Demensia yang berkembang pada seseorang dengan penyakit Parkinson yang sudah parah, tidak ada gambaran klinis khusus yang dapat ditampilkan.
Demensia pada penyakit HIV
Demensia yang berkembang pada seseorang dengan penyakit HIV, tidak ditemukannya penyakit atau kondisi lain yang bersamaan selain infeksi HIV itu.
Demensia pada penyakit lain yang ditentukan dan yang di klasifikasikan di tempat lain
Demensia yang terjadi sebagai manifestasi atau konsekuensi beberapa macam kondisi somatic dan serebral lainnya
DEMENSIA YANG TIDAK TERGOLONGKAN
Demensia yang terjadi bila criteria umum untuk diagnosis demensia terpenuhi, tetapi tidak mungkin diidentifikasi pada salah satu tipe tertentu
SINDROM AMNESTIK ORGANIK BUKAN AKIBAT ALKOHOL DAN ZAT PSIKOAKTIF LAINNYA
Pedoman diagnostic
Adanya hendaya daya ingat berupa berkurangnya daya ingat pendek (lemahnya kemampuan belajar materi baru ). Amnesia antgrad dan retrograde danmenurunnya kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan pengalaman telah lalu dalam urutan terbalik menurut kejadinnya
Riwayat atau bukti nyata adanya cedera atau penyakit pada otak terutama bila mengenai struktur diensefalon dan temporal medial secara bilateral
Tidak berkurangnya daya ingat segera ( immediate recall ) misalnya diuji untuk mengingat deret angka, tidak ada gangguan perhatian ( attention) dan kesadaran ( consciousness ) dan tidak ada hendaya intelektual secara umum.
Diagnosis banding
Sindrom organic lain dengan hendaya daya ingat yang menonjol
Amnesia disosiatif
Hendaya daya ingat akibat gangguan depresif
Berpura – pura ( malingering ) dengan menampilkan keluhan hilangnya daya ingat
Sindrom amnestik akbat alcohol ( Korsakov )
DELIRIUM BUKAN AKIBAT ALKOHOL DAN ZAT PSIKOAKTIF LAINNYA
Pedoman diagnostic
Gangguan kesadaran dan perhatian
o Dari taraf kesadaran berkabut sampai dengan koma
o Menurunnya kemampuan untuk mengarahkan , memusatkan, mempertahankan, dan
mengalihkan perhatian
Gangguan kognitif secara umum
o Distorsi persepsi, ilusi,dan halusinasi seringkali visual
o Hendaya daya piker dan pengertian abstrak dengan atau tanpa waham yang bersifat
sementara tetapi sangat khas terdapat inkoherensi yang ringan
o Hendaya daya ingat segera dan jangka pendek namun daya ingat jangka panjang
relative masih utuh
o Disorientasi waktu tempat dan orang
Gangguan psikomotor
o Hipoaktivitas atau hiperaktivitas dan penglihatan aktivitas yang tidak terduga dari satu
ke yang lain
o Waktu bereaksi yang lebih panjang
o Arus pembicaraan yang bertambah atau berkurang
o Reaksi terperanjat meningkat
Ganguan siklus tidur – bangun
o Insomnia atau pada kasus yang berat tidak dapat tidur sama sekali atau sebaliknya
siklus tidur – bangun mengantuk pada siang hari
o Gejala yang memburuk pada malam hari
o Mimpi yang menggangu atau mimpi buruk yang dapatberlanjut menjadi halusinasi
setelah bangun tidur
Gangguan emosional
o Misalnya depresi, anxietas atau takut, lekas marah euphoria, apatis, atau rasa
kehilangan akal.
Onset biasanya cepat, perjalanan penyakitnya hilang timbul sepanjang hari, dan keadaan itu berlangsung kurang dari 6 bulan
Diagnosis banding
Sindrom organic lainnya, demensia
Gangguan psikotik akut dan sementara
Skizofrenia dalam keadaan akut
Gangguan afektif dan “confusional features”
Delirium akibat alcohol atau zat psikoaktif lain
Delirium tak bertumpang tindih dengan demensia
Delirium yang tidak bertumpang tindih dengan demensia yang sedah ada sebelumnya
Delirium bertumpang tindih dengan demensia
Kondisi yang memenuhi criteria delirium diatas tetapi terjadi saat sudah ada demensia
Delirium lainnya
Delirium yang tidak tergolongkan
GANGGUAN MENTAL LAINNYA AKIBAT KERUSAKAN DA DISFUNGSI OTAK DAN PENYAKIT FISIK
Pedoman diagnostic
Adanya penyakit kerusakan atau disfungsi otak atau penyakit fisik sistemik yang diketahui berhubungan dengan salah satu sindrom mental yang tercantum
Adanya hubungan waktu ( dalam beberapa minggu atau bulan ) antara perkembangan penyakit yang mendasari dengan timbulnya sindrom mental
Kesembuhan dari gangguan mentalsetelah perbaikan atau dihilangkannya penyebab yang mendasarinya
Tidak adanya bukti yang mengarah pada penyebab alternative dari dinsrom mental ini ( seperti pengaruh yang kuat dari riwayat keluarga atau pengaruh stress sebagai pencetus )
Halusinosis organik
Pedoman diagnostik
Criteria umum tersebut diatas
Adanya halusinasi dalam segala bentuk ( biasanya visual atau auditorik ) yang menetap atau berulang
Kesadaran yang jernih ( tidak berkabut )
Tidak ada penurunan fungsi intelek yang bermakna
Tidak ada gangguan afektif yang menonjol
Tidak jelas adanya waham 9 seringkali “insight” masih utuh )
Diagnosis banding
Halusinosis alkoholik
Skizofrenia
Gangguan katatonik organic
Pedoman organic
Criteria umum tersebut diatas
Disertai dengan salah satu dibawah ini
o Stupor ( berkurangnya atau hilang sama sekali gerakan spontan dengan mutisme
parsial atau total, negativism dan posisi tubuh yang kaku )
o Gaduh gelisah ( hipermotilitas yang kasar dengan atau tanpa kecedrungan untuk
menyerang )
o Kedua – duanya ( silih berganti secara cepat dan tak terduga dari hipoaktivitas ke
hiperaktivitas )
Diagnosis banding
Skizofrenia katatonik
Stupor disosiatif
Stupor yang tidak tergolongkan
Gangguan waham organic ( Lir –Skizofrenia )
Pedoman diagnostic
Criteria umum tersebut diatas
Disertai : waham yang menetap atau berulang ( waham kejar, tubuh yang berubah, cemburu, penyakit atau kematian dirinya atau orang lain )
Halusinasi, gangguan proses piker atau fenomena katatonik tersendiri mungkin ada
Kesadaran dan daya ingat yang tidak terganggu.
Diagnosis banding
Gangguan psikotik akut dan sementara
Gangguan psikotik akibat obat
Gangguan waham yang menetap
Skizofrenia
Gangguan afektif organic
Pedoman diagnostic
Criteria umum tersebut diatas
Disertai kondisi yang sesuai dengan salah satu diagnosis dari gangguan episode manic , gangguan afektif bipolar , episodic depresif dan gangguan depresif berulang
Diagnosis banding
Gangguan afektif non-organik atau yang tidak tergolongkan
Gangguan afektif hemisferik kanan
Gangguan manic organic
Gangguan bipolar organic
Gangguan depresif organic
Gangguan afektif organic campuran
Gangguan cemas ( anxietas ) organic
Gangguan yang ditandai oelh gambaran utama dari gangguan cemas menyeluruh, gangguan panic, atau campuran dari keduanya, tetapi timbul sebagai akibat gangguan organic yang dapat menyebabkan disfungsi otak (seperti epilepsy lobus temporalis, tirotoksikosis atau feokromositoma)
Gangguan disosiatif organic
Gangguan yang memenuhi persyaratan untuk salah satu gangguan dalam gangguan disodiatif dan memenuhi criteria umum untuk penyebab organic
Gangguan astenik organic
Gangguan yang ditandai oleh labilitas atau tidak terkendalinya emosi yang nyata dan menetap, kelelahan , atau berbagai sensasi fisik yang tak nyaman ( seperti pusing ) dan nyeri, sebagai akibat adanya gangguan organic ( sering terjadi dalam hubungan dengan penyakit serebrovaskuler atau hipertensi)
Gangguan kognitif ringan
Gambaran utamanya adalah turunnya penampilan kognitif ( termasuk hendaya daya ingat, daya belajar, sulit berkonsentrasi, tidak sampai memenuhi diagnosis demensia, sindrom amnestik organic atau delirium.
Gangguan ini dapat mendahului , menyertai atau mengikuti berbagai macam gangguan infeksi dan gangguan fisik baik serebral maupun sistemik
Gangguan mental lain yang ditentukan akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik
Contohnya ialah keadaan suasana perasaan (mood) abnormal yang terjadi ketika dalam pengobatan dengan steroida atau obat antidepresi.
Termasuk psikosis epileptic yang tidak tergolongkan
Gangguan mental yang tidak tegolongkan akibat kerusakan dan disfungsinotak dan penyakit fisik
GANGGUAN KEPRIBADIAN DANPERILAKU AKIBAT PENYAKIT , KERUSAKAN DAN DISFUNGSI OTAK
Gangguan Kepribadian Organik
Pedoman Diagnostik
Riwayat yang jelas atau hasil pemeriksaan yang mantap menunjukkan adanya penyakit, kerusakan atau disfungsi otak
Disertai dua atau lebih gambaran berikut :
o Penurunan yang konsisten dalam kemampuan utukmempertahankan aktivitas yang
bertujuan (goal-directed activities), terutama yang memakan waktu lebih lama dan penundaan kepuasan.
o Perubahan perilaku emosional, ditandai oleh labilitas emosional, kegembiraan yang
dangkal dan tak beralasan (euphoria, kejenakaanyang tidak sepadan), mudah berubah menjadi iritabilitas atau cetusan amarah dan agresi yang sejenak. Pada beberapa penderita keadaan apati dapat merupakan gembaran yang menonjol.
o Pengungkapan kebutuhan dan keinginan tanpa mempertimbangkan konsekuensi atau
kelaziman social (pasien mungkin terlibat dalam tindakan dissosial, seperti mencuri, bertindak melampaui batas kesopanan seksual, atau makan secara lahap atau tidak sopan,kurang memperhatikan kebersihan dirinya).
o Gangguan proses piker, dalam bentuk curiga atau pikiran paranoid dan/atau prekupasi
berlebihan pada satu tema yang biasanya abstrak (seperti soal agama, “benar”atau “salah”)
o Kecepatan dan arus pembicaraan berubah dengan nyata dengan gambaran seperti
berputar – putar (circumstantiality/0, bicara banyak (over-inclusiveness), alot (viscosity), dan hipergrafia.
o Perilaku seksual yang berubah (hiposeksualitas atau perubahan selera seksual)
Diagnosis banding
Perubahan kepribadian yang berlangsung lama setelah mengalami katasfora
Sindrom pasca-kontusio
Sindrom pasca-ensefalitis
Gangguan kepribadian khas
Sindrom Pasca-ensefalitis
Sindrom ini mencakup perubahan perilaku sisa (residual) setelah kesembuhan dari suatu ensefalitis virus atau bacterial
Gejalanya tidak khas dan berbeda dari satu orang ke orang lain, dari satu penyebab infeksi ke penyebab infeksi lainnya, dan yang pasti berkaitan dengan usia pasien pada saat kena infeksi.
Sindrom ini terjadi sesudah trauma kepala ( biasanya cukup hebat sampai berakibat hilangnya kesadaran) dan termasuk bebrapa gejala yang beragam seperti nyeri kepala, pusing (tidak seperti gambaran vertigo yang asli), kelelahan, iritabilitas, sulit berkonsentrasi dan melakukan suatu tugas mental, hendaya daya ingat, insomnia, menurunnya toleransi terhadap stress,gejala emosional, atau terlibat alcohol.
Gangguan kepribadia dan perilaku organic akibat penyakit, kerusakan dan disfungsi otak
Sindrom tertentu dan terduga dari perubahan kepribadian perilaku akibat kerusakan , penyakit, atau disfungsi otak, dan kondisi dengan taraf hendaya fungsi kognitif ringan yang belum sampai demensia dengan gangguan mentalyang progresif seperti penyakit Alzheimer , Parkinson
Gangguan kepribadian dan perilaku organic yang tidak tergolongkan akibat penyakit , kerusakan dan disfungsi otak
Gangguan mental organic atau simptomatik yang tidak tergolongkan
Termasuk : psikosis organic yang tidak tergolongkan, psikosis simptomatik yang tidak tergolongkan.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Pedoman Penggolongan an Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ) III. 1993.
Kaplan & Sadock. Sinopsis Psikiatri Jilid 1. 2010. Tangerang: Binapura aksara Maslim,rusdi.Diagnosis Gangguan Jiwa,Rujukan Ringkas PPDGJIII. 2001. Jakarta: FK
Unika Atmajaya