waspaisukabumi.files.wordpress.com  · web viewbersyukurlah kepadaku dan kepada kedua orang tuamu,...

27
BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA A. Mari Belajar Al-Qur’an B. Mari belajar mengartikan Al-Qur’an 1. Arti Harfiah/ Mufrodat Lapal Arti Lapal Arti Dan sungguh Kelelahan Kami telah berikan atas kelelahan Lukman dan ia menyapihnya Hikmah dalam 2 masa/tahun agar bersyukurlah kepada Allah agar bersyukurlah kepadaku dan barang siapa bersyukur dan kepada kedua orang tuamu Maka sungguh hanyalah Kepadaku untuk dirinya sendiri tempat kembali dan barang siapa ingkar Dan jika keduanya memaksamu maka sesungguhnya Allah atas agar kamu menyekutukan Mahakaya dengan Aku Maha Terpuji apa yang tidak ada bagimu dan ketika berkata dengannya pengetahuan kepada anaknya maka jangan kalian menaati keduanya Lapal Arti Lapal Arti dan ia memberi pelajaraan dan pergaulilah keduanya

Upload: others

Post on 20-Aug-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA

A. Mari Belajar Al-Qur’an

B. Mari belajar mengartikan Al-Qur’an

1. Arti Harfiah/ Mufrodat

Lapal

Arti

Lapal

Arti

Dan sungguh

Kelelahan

Kami telah berikan

atas kelelahan

Lukman

dan ia menyapihnya

Hikmah

dalam 2 masa/tahun

agar bersyukurlah kepada Allah

agar bersyukurlah kepadaku

dan barang siapa bersyukur

dan kepada kedua orang tuamu

Maka sungguh hanyalah

Kepadaku

untuk dirinya sendiri

tempat kembali

dan barang siapa ingkar

Dan jika keduanya memaksamu

maka sesungguhnya Allah

atas agar kamu menyekutukan

Mahakaya

dengan Aku

Maha Terpuji

apa yang tidak ada bagimu

dan ketika berkata

dengannya pengetahuan

kepada anaknya

maka jangan kalian menaati keduanya

Lapal

Arti

Lapal

Arti

dan ia memberi pelajaraan padanya

dan pergaulilah keduanya

wahai anakku

di dunia

jangan kamu sekutukan

dengan baik

sesungguhnya menyekutukan

dan ikutilah

benar-benar kezhaliman

Jalan

yang besar

orang kembali kepadaKu

dan kami wasiatkan

Kemudian hanya kepadakulah

Manusia

Kembalimu

terhadap kedua orang tuanya

lalu akan kuberitahukan kepada kalian

Mengandungnya

tentang apa adalah kalian

Ibunya

kalian kerjakan

2. Terjemahan Ayat

12. Dan Sungguh, telah kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur(kufur), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".

13. Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

14. Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya; Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada kedua orang tuamu, Hanya kepada-Kulah kembalimu.

15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mentaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

C. Kandungan Makna Qs. Luqman/31 : 12 – 15

Qs. Luqman ayat 12- 15 di atas menjelaskan tentang Nasihat Luqman kepada anaknya. Luqman adalah nama seorang yang shaleh dan sangat bijak pada masa lalu. Apa yang dikemukakan dalam ayat 12 – 15 ini hanya sebagian saja dari nasihat luqman. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Luqman telah dianugrahkan oleh Allah berupa hikmah, yaitu perasaan yang halus, akal pikiran, dan kearifan yang dapat menyampaikannya kepada pengetahuan yang hakiki dan jalan yang benar menuju kebahagiaan abadi. Ia bersyukur kepada Allah atas apa yang telah anugrahkan kepadanya. Allah menerangkan bahwa orang yang bersyukur kepada Allah, berarti ia bersyukur untuk kepentingan dirinya sendiri. Sebab, Allah akan menganugrahkan kepadanya pahala yang banyak karena syukurnya itu. Sebaliknya orang yang mengingkari nikmat Allah (kufur nikmat) berarti ia telah berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri, karena Allah akan memberinya siksa dengan siksaan yang pedih. Allah sendiri tidak memerlukan syukur hambaNya karena tidak memberikan keuntungan kepadaNya, tidak pula menambah kemuliaanNya. Dia Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

2. Janganlah engkau mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun. Sesungguhnya mempersekutukan Allah itu adalah kezaliman yang sangat besar.

3. Hendaklah berbakti kepada kedua orang tua dengan berusaha melaksanakan perintahnya dan mewujudkan keinginannya. Karena orang tua telah bersusah payah mengandungnya, mengasuhnya, menyusuinya sampai usia dua tahun. Banyak penderitaan dan kesukaran yang dialami oleh kedua orang tua (terutama) ibunya.

4. Jika kedua orang tua mengajak kita untuk mempersekutukan Allah/ meninggalkan agama Allah, hendaklah kita menolaknya/tidak mentaatinya. Walaupun begitu tetap kita menolak dengan ucapan yang baik dan tetaplah berbuat baik kepada keduanya selama dalam urusan dunia.

5. Dan hendaklah kita mengikuti jalan orang-orang yang menuju Allah dan tidak mengikuti jalan orang yang menyekutukanNya. Dan hanya kepada Allahlah akan kembali atas segala apa yang telah mereka kerjakan selama hidup di dunia.

D. Mari belajar menyalin/ menuliskan Qs. Luqman ayat 12 - 15

Salinlah surat Luqman ayat 12 - 15 ke dalam buku catatanmu! (tugas di rumah)

Sebelum menyalin surat di atas, perhatikan hal-hal berikut ini!

1. Telaah bentuk tulisan huruf, kata dan kalimat dengan teliti sehingga sesuai dengan struktur kalimat berikut artionya.

2. Telitilah perubahan huruf- huruf hijaiyah setelah dirangkai dengan huruf lain.

3. Perhatikan huruf-huruf yang harus ditulis tapi tidak dibaca.

4. Perhatikan huruf-huruf yang dibaca panjang dengan harakat panjang/fathah dan kasroh berdiri atau dlomah terbalik.

5. Lakukan/ latihlah secara berulang-ulang.

6. Sesekali guru bisa membimbing dengan imla untuk mengevaluasi hasil tulisannya.

MARI BELAJAR BAHASA ARAB

KALIMAT FI’IL DAN HURUF

A. FI’IL

Fi'il adalah sebuah kata yang berfungsi untuk menunjukkan atas terjadinya suatu peristiwa pada waktu tertentu (kata kerja). Secara sederhana kita bisa mengatakan bahwa fi'il adalah kata kerja, meskipun pada pelajaran yang lebih lanjut nantinya kita akan mengenali tidak semua fi'il kata kerja. Tetapi seluruh kata kerja sudah pasti fi'il.

Fi'il dalam bahasa arab terbagi menjadi 3; fi'il madhi, fi'il mudhori, fi'il ‘amr :

1.Fi'il madhi Adalah kata kerja untuk masa lampau, artinya untuk perbuatan yang telah dilakukan masa lalu atau kalau kita pernah belajar bahasa inggris, fi'il madhi adalah past tense, contohnya عَلِمَ  ('alima) artinya telah mengetahui.

2.Fi'il mudhori' Adalah kata kerja untuk perbuatan yang sedang terjadi atau akan terjadi, contohnya يَعْلَمُ  (ya'lamu) artinya sedang mengetahui atau akan mengetahui. 

3.Fi'il 'amr Adalah kata kerja perintah, contohnya  إِعْلَمْ  (i'lam) artinya ketahuilah.

Sebagian ulama ada yang menambahkan bahwa fi’il itu ada empat, yang ke-empat-nya fi’il Nahyi yakni kata kerja bentuk larangan, contoh : لا تعبد (Laa Ta’bud) artinya janganlah kamu menyembah !

Fi'il dapat diidentifikasi dengan melihat salah satu di antara ciri-ciri berikut.

1. Ta' Fa'il, yaitu huruf ت yang berkedudukan sebagai "pelaku" pekerjaan. Contoh: كتبتُ (katabtu = aku telah menulis), huruf ta' di sini maknanya kembali ke dhamir (kata ganti) أنا sebagai fa'il (pelaku). كتبتَ (katabta = kamu telah menulis), huruf ta' maknanya kembali ke dhamir انتَsebagai pelaku.

2. Ta' Ta'nits, yaitu huruf ت yang menunjukkan jenis muannats/perempuan. Contoh: كتبتْ (katabat = ((dia) perempuan telah menulis). Huruf ta' sukun di akhir, maknanya kembali ke dhamir هي (dia perempuan). تَكتب (taktubu = dia perempuan sedang/akan menulis). Huruf ta' di awal, maknanya kembali ke dhamir هي (dia perempuan).

3. Ya' Mukhathabah, yaitu huruf ي yang menunjukkan kata ganti orang kedua atau "kamu" atau pihak yang diajak bicara. Contoh: تكتبيْن (taktubiina = kamu perempuan sedang menulis) اُكتبي (uktubii = wahai kamu perempuan, tulislah!)

4. Nun Taukid, yaitu huruf ن yang ditambahkan di akhir kata untuk menunjukkan makna penekanan. Contohnya ليكتبنَّ (liyaktubanna = hendaklah dia benar-benar menulis).

Terdapat ciri lain yang memudahkan kita untuk mengenali suatu kata itu fi'il atau bukan, yaitu apabila kata tersebut didahului oleh قدْ (qad), س dan سوف (saufa). Contoh: ( قدْ قامَتِ الصلاة ) maka kata قامَت adalah fi'il. ( سَيَذهَبُ ) maka kata يَذهَبُ  adalah fi'il. ( سَوْف تعْلَمُون ) maka kata تعْلَمُون adalah fi'il.

B. HURUF

Huruf yang dimaksud di sini bukan seluruh huruf hijaiyyah (dari alif (ا), ba (ب), ta (ت) dan seterusnya), tetapi huruf yang dimaksud dalam ilmu nahwu shorof adalah huruf hijaiyyah yang memiliki arti, baik tersusun dari 1 huruf saja atau 2 huruf atau 3 huruf. Jadi huruf hijaiyyah adalah yang memiliki arti khusus, baik yang 1 huruf maupun 2 huruf. Hanya saja, maksud/maknanya belum dapat kita pahami secara utuh kecuali jika sudah digandengkan dengan kata lainnya. Dalam bahasa Indonesia, huruf identik dengan kata sambung atau yang sejenisnya. Contoh huruf hijaiyyah yang 1 huruf namun memiliki arti adalah contohnya أَ artinya apakah, بِ artinya dengan, تَ bisa digunakan untuk huruf sumpah jadi selain kita bersumpah dengan وَاللَّهِ, kita bisa juga bersumpah dengan تَاللَّهِ, fa artinya maka, سَ artinya akan, كَ artinya seperti, لِ untuk, وَ artinya dan. Ini contoh huruf hijaiyyah yang memiliki arti. Selanjutnya akan kita lihat contoh 2 huruf hijaiyyah yang memiliki arti: min مِنْ artinya dari 'an عَنْ artinya dari fii فِى artinya di, lan لَنْ artinya tidak akan lam لَمْ artinya tidak/belum  Contoh 3 huruf hijaiyyah yang memiliki arti ilaa إِلَى artinya ke 'alaa عَلَى artinya di atas 

Qs. Luqman (31): 12 – 15

Coba perhatikan QS Luqman (31) ayat 12-15! Kalian tuliskan mana saja yang termasuk kalimat fi’il dan mana saja yang termasuk kalimah huruf !

DIHARAMKANNYA SYURGA BAGI ANAK YANG DURHAKA KEPADA ORANG TUA

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ثَلَاثَةٌ قَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِمُ الْجَنَّةَ مُدْمِنُ الْخَمْرِ وَالْعَاقُ وَالدَّيُّوْثُ الَّذِيْ يُقِرُّ فِي أَهْلِهِ الْخَبَثَ (رواه أحمد والنسائي)

Artinya: Dari Abdullah bin Umar r.a., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: “Ada tiga jenis orang yang diharamkan Allah masuk surga, yaitu pemabuk berat, pendurhaka terhadap kedua orang tua , dan seorang dayyuts yang merelakan istri dan anak perempuan berbuat keji(zina)” [ HR. Nasa’i dan Ahmad )

Kalimat

Artinya

Kalimat

Artinya

عَنْ

Dari

عَلَيْهِم

Bagi mereka

عَبْدِ اللهِ

Abdullah

الْجَنَّةَ

Syurga

بْنِ عُمَر

Ibnu umar

مُدْمِنُ

Peminum

ثَلَاثَةٌ

Tiga jenis

الْخَمْرِ

Alkohol/narkoba

قَدْ

Sungguh

وَالْعَاقُ

Dan durhaka pada orang tua

حَرَّمَ اللهُ

Allah mengharamkan

وَالدَّيُّوْثُ

Dayuts

الَّذِيْ

Mereka yang

أَهْلِهِ

Kelurganya

يُقِرُّ

Membiarkan

الْخَبَثَ

Keburukan

فِي

Dalam

Berbakti kepada orang tua merupakan kewajiban mutlak dan mempunyai kedudukan amal yang lebih tinggi dibandingkan dengan amalan lainnya berkaitan dengan hubungan manusia dengan sesamanya.

Perintah berbakti kepada orang tua dalam al-Quran selalu disandingkan dengan perintah untuk taat kepada Allah, mengingat betapa keutamaan dan kedudukan mereka dihadapan anak-anaknya, dan ditekankannya perintah tersebut agar diperhatikan oleh manusia. Kedudukan mereka yang begitu agung dan besarnya jasa mereka demi anak-anak, menjadikan Allah membuat suatu ketentuan mutlak bahwa anak yang tidak berbakti atau durhaka kepada mereka, akan dijatuhi hukuman dosa paling besar setelah syirik. Dan hukuman ini tidak akan ditangguhkan menunggu saatnya hari kiamat, bahkan ketika di dunia ini hukuman tersebut bias diberlakukan.

Perbuatan berbakti atau durhaka akan membuahkan hasil masing-masing, yang sangat berdampak bagi pelakunya dalam kehidupannya sehari-hari, bahkan sampai di akhirat kelak dampak perbuatan tersebut akan dirasakan oleh pelakunya. Anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya akan merasakan berbagai keuntungan, kebaikan dan keselamatan selama di dunia ini, sehingga dikatakan bahwa keberhasilan hidup seseorang tergantung bagaimana bentuk baktinya kepada orang tua mereka, sebaliknya, kehancuran hidupnya mencerminkan bagaimana perlakuan buruknya terhadap orang tua, sehingga berbagai kesulitan, ketidaktenangan, bahkan kesengsaraan selalu mewarnai kehidupannya karena tindakan yang selalu menentang, menyakiti, dan melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah untuk dilakukan kepada orang tuanya.

A. Pengertian Durhaka

Bakti (dalam bahasa arab disebut birrun) adalah kata yang mencakup kebaikan dunia dan akhirat. Berbakti kepada kedua orang adalah berbuat baik kepada mereka memenuhi hak-hak mereka dan menaati mereka dalam hal-hal yang mubah, bukan hal-hal yang wajib atau maksiat.

Adapun lawan kata bakti adalah durhaka. Durhaka kepada orang tua adalah berbuat buruk kepada mereka dan menyia-nyiakan hak mereka. Secara bahasa, kata al -‘uquuq(durhaka) berasal dari kata al-‘aqqu yang berarti al-qath’u (memutus, merobek, memotong, membelah). Adapun menurut syara’ Durhaka adalah setiap perbuatan atau ucapan anak yang menyakiti kedua orang tuanya.

B. Ciri-Ciri Anak Durhaka

1. Menimbulkan gangguan terhadap orang tua baik berupa perkataan (ucapan) ataupun perbuatan yang membuat orang tua sedih dan sakit hati.

2. Berkata ‘ah’ dan tidak memenuhi panggilan orang tua. dan juga Tidak memberikan nafkah kepada orang tua bila mereka membutuhkan.

3. Membentak atau menghardik orang tua / mengeraskan suara di hadapan mereka ketika berselisih,

4. Bakhil, tidak mengurusi orang tuanya bahkan lebih mementingkan yang lain dari pada mengurusi orang tuanya padahal orang tuanya sangat membutuhkan. Seandainya memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuh perhitungan.

5. Merendahkan orang tua, mengatakan bodoh, ‘kolot’ dan lain-lain.

6. Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan. Pekerjaan tersebut sangat tidak pantas bagi orang tua, terutama jika mereka sudah tua atau lemah. Tetapi jika ‘Si Ibu” melakukan pekerjaan tersebut dengan kemauannya sendiri maka tidak mengapa dan karena itu anak harus berterima kasih.

7. Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan nama baik orang tua.

8. Mendahulukan taat kepada istri dari pada orang tua. Bahkan ada sebagian orang dengan teganya mengusir ibunya demi menuruti kemauan istrinya. Na’udzubillah.

9. Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dengan keberadaan orang tua dan tempat tinggalnya ketika status sosialnya meningkat. Tidak diragukan lagi, sikap semacam ini adalah sikap yang amat tercela, bahkan termasuk kedurhakaan yang keji dan nista.

10. Duduk mendahului orang tuanya dan berbicara tanpa meminta izin saat memimpin majelis di mana orang tuanya hadir di majelis itu. Ini sikap sombong dan takabur yang membuat orang tua terlecehkan dan marah.

11. Tidak melayani mereka dan berpaling darinya. Lebih durhaka lagi bila menyuruh orang tua melayani dirinya dan Mengumpat kedua orang tuanya di depan orang banyak dan menyebut-nyebut kekurangannya.

12. Menajamkan tatapan mata kepada kedua orang tua ketika marah atau kesal kepada mereka berdua karena suatu hal.

13. Membuat kedua orang tua bersedih dengan melakukan sesuatu hal, meskipun sang anak berhak untuk melakukannya. Tapi ingat, hak kedua orang tua atas diri si anak lebih besar daripada hak si anak.

14. Malu mengakui kedua orang tuanya di hadapan orang banyak karena keadaan kedua orang tuanya yang miskin, berpenampilan kampungan, tidak berilmu, cacat, atau alasan lainnya.

15. Tidak mau berdiri untuk menghormati orang tua dan mencium tangannya.

C. Bahaya-bahaya durhaka, azab dan dosa durhaka terhadap orang tua.

1. Haram masuk surga.

“Ada tiga jenis orang yang diharamkan Allah masuk surga, yaitu pemabuk berat, pendurhaka terhadap kedua orang tua dan seorang dayyuts (merelakan kejahatan berlaku dalam keluargannya, merelakan istri dan anak perempuan selingkuh)” . [H.R. Nasa’i dan Ahmad].

2. Dimurkai Allah SWT.

“keridhaan Allah tergantung keridhaan orang tua, dan murka Allah pun tergantung pada murka kedua orang tua”. (H.R. al-Hakim).

3. Allah tidak menerima shalatnya.

“Allah tidak akan menerima shalat orang dibenci kedua orang tuannya yang tidak menganiaya kepadannya”. (H.R. Abu al-Hasan bin Makruf)

Ada tiga golongan yang Allah tidak menerima (amal kebajikannya) dari yang sunnah maupun yang fardhu, yaitu durhaka kepada orang tua, orang yang suka mengungkit-ungkit kebaikannya, dan orang yang mendustakan takdir”. (H.R. Thabrani).

4. Dipecat sebagai pengikut nabi SAW.

“bukan termasuk dari golongan kami orang yang diperluas rezekinnya oleh Allah lalu ia kikir dalam menafkahi keluargannya”. (H.R. ad-Dailamy).

5. Mendapat “gelar” kafir.

“jangan membenci kedua orang tuamu. Barang siapa mengabaikan kedua orang tua, maka dia kafir”. (H.R. Muslim).

6. Balasan azab dengan segera didunia.

Al-hakim dan al-Ashbahani, dari abu bakrah r.a. dari Nabi Saw, beliau bersabda,

“setiap dosa akan diakhirkan oleh Allah sekehendak-Nya sampai hari kiamat, kecuali dosa mendurhakai kedua orang tua. sesungguhnya Allah aka menyegerakan (balasan) kepada pelakunnya didalam hidupnya sebelum mati”.

7. Tidak Diampuni Dosannya.

Dari Aisyah r.a. ia berkata, Rasulullah Saw. Bersabda,

“dikatakan kepada orang yang durhaka kepada kedua orang tua, “berbuatlah sekehendakmu, sesungguhnya Aku tidak akan mengampuni. “Dan dikatakan kepada orang yang berbakti kepada orang tua, perbuatlah sekehendakmu, sesungguhnya Aku mengambunimu.” (H.R. Abu Nu’aim).

8. Membatalkan Seluruh Amal.

“ada tiga hal yang menyebabkan terhapusnya seluruh amal, yaitu (a) syirik kepada Allah, (b) durhaka kepada orang tua, (c) seorang alim yang dipermainkan oleh orang dungu dan jahil”. (H.R. Thabrani).

9. Haram mencium aroma surga.

Bau surga yang radiusnya sejauh 1000 tahun perjalanan itu tak bisa dirasakan oleh orang durhaka. Benar2 dahsyat.

“sesunguhnya aroma surga itu tercium dari jarak perjalanan seribu tahun, dan demi Allah tidak akan mendapatinnya barang siapa yang durhaka dan memutuskan silaturahim”. (H.R.Thabrani).

10. Terputus rezekinya.

“apabila seseorang tidak meninggalkan doa bagi kedua orang tuannya, maka akan terputus rezekinya”. (H.R. ad-Dailamy).

Seseorang yang Tidak mendoakan kedua orang tuanya termasuk kategori orang yang durhaka terhadap orang tuannya. Oleh karena itu, orang tua wajib mendapatkan doa dari anaknya.

11. Orang yg mendapat Kerugian besar.

“sungguh kecewa dan hina, sungguh kecewa dan hina, sungguh kecewa dan hina orang yang mendapati atau salah satunnya sampai tua, lantas ia tidak dapat masuk surga”. (H.R. Muslim).

12. Dibenci Allah.

“Barang siapa ridha kepada kedua orang tuannya, berarti ia ridha kepada Allah. Dan barang siapa membenci kedua orang tua, sungguh dia membenci Allah”. (H.R. Ibnu an-Najjar).

D. Hukuman bagi anak yang durhaka kepada orang tuanya.

Umat Islam sepakat bahwa durhaka kepada kedua orang tua adalah suatu hal yang diharamkan dan termasuk dosa besar yang sudah disepakati keharamannya. Barang siapa yang durhaka kepada orang tuanya, maka Allah akan menghukumnya dengan hukuman yang berat, baik di dunia maupun di akhirat.

Adapun hukuman di dunia, orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya akan berada dalam kemurkaan Allah. Hal ini sebagaimana yang dikabarkan oleh sang pembawa rahmat, Muhammad saw. Diriwayatkan dari ‘Abdulloh bin Amr’ bahwa dia berkata: “Rasulullah saw bersabda:

Artinya: “Ridho Allah itu terletak pada Ridho orang tua, dan murka Allah itu terletak pada murka kedua orang tua.” (Syu’ab al-Iman, Baihaqi, Juz 16, hlm. 338, Hadits no. 7584)

Barang siapa yang dimurkai Allah, maka dia akan dibenci olehNya, juga akan dibenci oleh seluruh makhlukNya, lebih dari itu, Allah dan malaikat akan melaknatnya.

Diantara hukuman bagi orang yang durhaka kepada kedua orang tua adalah:

1. Pelakunya menjadi sosok yang dilaknat oleh Allah. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw.

Artinya: “Allah melaknat orang yang mengubah batas (patok) tanah: Allah melaknat budak yang bertuan kepada selain tuannya; Allah melaknat orang yang menyesatkan jalan orang yang buta; Allah melaknat orang yang menyembelih (hewan) untuk selain Allah; Allahmelaknat orang yang melakukan hubungan seksual dengan binatang; Allah melaknat orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya; dan Allah melaknat orang yang melakukan perbuatan kaum Nabi Luth.” (Musnad Imam Ahmad, Juz 6, hlm. 298, Hadits no. 2765)

2. Rizkinya akan dipersempit. Kalaupun rizkinya dilapangkan, itu merupakan istidraz (tipuan) baginya. Dengan demikian, barang siapa yang berbakti kepada kedua orang tuanya, maka Allah akan melapangkan rizkinya. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits:

Artinya:“Barang siapa yang ingin dipanjangkan umurnya oleh Allah dan dilapangkan rizkinya, serta dihindarkan dari kematian yang buruk, maka hendaklah dia bertaqwa kepada Allah dan membinahubungan silaturahmi.” (Al Mustadrak, al-Hakim,Juz 17, hlm 128, hadits no. 7389)

3. Ajalnya tidak akan ditangguhkan

Pelakunya berpeluang meninggal dunia dalam keadaan yang buruk, ia berpeluang meninggal dalam keadaan buruk, seperti mati dalam keadaan maksiat.

4. Amalnya tidak diterima meskipun amal itu baik Itu disebabkan dia telah durhaka kepada kedua orang tuanya, diriwayatkan dari AbuUmamah al Bahili, bahwa Rasulullah saw bersabda:

Artinya: “Ada tiga (kelompok) yang Allah tidak akan menerima sharf dan tidak pula adl Nya, yaitu orang yang durhaka (kepada kedua orang tuanya); orang yang sering menyebut-nyebut apa yang telah dia berikan; dan orang yang mendustakan taqdir.”(al-Ibaanah al-Kubraq,Ibnu Bathah, Juz 4, hlm 60 hadits no. 153)

Jadi, kewajiban kita sebagai seorang anak adalah bersikap hormat terhadap orang tua, sebab jika bersikap durhaka kepada kedua orang tua, maka tidak akan pernah manusia dapat meraih sukses baik di dunia maupun di akhirat. Dan pada saat ini kita saksikan banyak diantara anak-anak yang bersikap durhaka terhadap orang tua bahkan menyakiti sampai membunuh orang tua, naudzubillah. Jadilah kita menjadi anak yang sholeh, dan anak yang sholeh itu kata Nabi Muhammad SAW lebih baik dari pada dunia seisinya.

MENGENAL NAMA – NAMA ALLAH

Pada Bab ini kita akan melanjutkan pembahasan Asmaul Husna yang sudah dipelajari di kelas 7 semester 1. Asmaul Husna yang kita pelajari sekarang sebanyak 16 buah.

1. Al ‘Fattah ( )

Salah satu Asma Allah adalah Al Fattah, artinya Allah SWT yang membukakan rahmat (kasih sayang) kepada semua makhluk-Nya. Dia juga yang membukakan pintu hati, pintu kebahagiaan, pintu pengetahuan bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. Allah SWT. berfirman dalam Al Qur’an surat Saba’ ayat 26 :

Artinya : “Katakanlah: Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, ke-mudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dialah Maha Pemberi Keputusan lagi Maha Maha Mengetahui”. (Q.S. Saba / 34 : 26)

2. Al Qaabidh ( اَلْقَا بِضْ )

Allah pemilik Asma Al Qobidh, yang artinya “Allah Yang Maha Menyempitkan”, Allah yang Maha Pengendali. Dia yang menyempitkan atau menyusutkan sesuatu untuk mempersulit urusan makhluk-Nya. Menurut para ulama, asma Allah Al Qobidh harus disandingkan dengan Al Basith yang artinya Maha Melapangkan, dan disebutkan bersamaan, keduanya berhubungan dengan kebesaran dan keindahan, penggabungan keduanya akan menampilkan kesempurnaan Allah.

Allah Al Qabidh memiliki hak mutlak untuk menahan atau atau menggenggam, menghalangi dan menyempitkan seorang hamba apabila Dia menganggap hal tersebut pantas dilakukan-Nya, termasuk hak mutlak-Nya untuk memperpendek usia, kesehatan, nama baik, kekuasaan dan sebagainya.

Allah berfirman dalam Surat Al Baqarah, 2 : 245

Artinya : “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan memperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”. (Q.S.Al Baqarah, 2 : 245 )

3. Al Basith ( اﻠﺒﺎﺴﻄ )

Al Basith adalah salah satu Asma Allah yang artinya “Yang Maha Kuasa Melapangkan, Dia yang mempermudah segala urusan makhluk-Nya. Kata Al Basith diambil dari akar kata yang bermakna keterhamparan, kemudian lahir makna – makna lain, seperti memperluas, dan melapangkan.

Dengan Asma-Nya ini Allah mempertegas bahwa Dia pemilik setiap hati manusia, sehingga mudah bagi-Nya melapangkan dan menyempitkan hati hamba-Nya, demikian juga melapangkan dan memudahkan rezekinya.

Firman Allah dalam surat Ar Ra’d, 13 : 26.

Artinya : “Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang dia kehendaki. mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit). ( Q.S. Ar Ra’d, 13 : 26 )

4. Al Khofidh ( اَلْخَا فِضْ )

Al Khofidh artinya “Allah Yang Maha Merendahkan”, dalam hal ini, kata merendahkan bersinonim dengan kata menghinakan. Dengan kekuasaan dan keagungan-Nya Allah Swt berkuasa memuliakan seseorang semulia – mulianya, atau menghinakan seseorang dengan sehina – hinanya. Sangat mudah bagi Allah untuk menggilirkan antara kemuliaan dan kehinaan hidup seseorang.

Tetapi, Allah tidak sewenang – wenang memuliakan atau menghinakan seseorang, hal ini ada aturan mainnya, misalnya seseorang akan jatuh dalam kehinaan jika ia bergelimang kemaksiatan.

Artinya : "(Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain)” (Q.S. Al Waaqi’ah, 56 : 3)

5.Ar Raafi’ ( )

Asmaul Husna Ar Raafi’ mempunyai pengertian “Allah Yang Maha Meninggikan”, Allah Maha Kuasa untuk mengangkat derajat seseorang yang dikehendaki-Nya. Allah memiliki wewenang untuk menaikkan seseorang ke dalam derajat yang lebih tinggi, di dunia maupun di akhirat. Hal ini tentu yang bersangkutan memang layak untuk menempati posisi tersebut.

Sebagaimana firman Allah SWT.

Artinya : “Dan Itulah hujjah kami yang kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. kami tinggikansiapa yang kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui”. ( Q.S. Al An’am, 6 : 83)

“Hai orang-orang beriman ! apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.( Q.S. Al Mujadalah 58 : 11 )

6. Al Mu’izz. ( اﻠﻣﻌﺯ )

Al Mu’izz artinya adalah “Allah Yang Maha memuliakan atau Yang Maha Meninggikan”. Kata Al Mu’izz memiliki akar kata yang sama dengan Asmaul Husna Al ‘Aziz, yang bermakna menjadi mulia atau menjadi kuat.Apabila Al ‘Aziz merupakan sifat Zat yang melekat pada allah Swt, sedangkan Al Mu’izz adalah sifat fi’liyah ( tindakan ).Maka kata Al ‘Aziz mengandung makna Yang Maha Mulia, sedangkan Al Mu’izz artinya memuliakan, atau menganugerahkan kemuliaan.

Firman Allah :

Artinya : “Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakanorang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu” ( Q.S. Ali ‘Imran, 3 : 26 )

7. Al Hakam ( ﻟ )

Al hakam bermakna “ Allah yang Memutuskan Hukum” Dia yang memutuskan kebenaran dan kebathilan, yang menetapkan siapa yang taat dan siapa yang durhaka, sekaligus juga yang memberi balasan setimpal bagi setiap usaha manusia. Semua itu berdasarkan pada ketetapan-Nya.

Setelah allah ciptakan alam ini, maka Dia tetapkan hukum – hukum atau aturan untuk memelihara keteraturan alam ini. Ketetapan – ketetapan tersebut sering kita sebut dengan Sunnatullah fil kauni( hukum Allah di alam ).

Allah telah memberikan petunjuk kepada kita, mana jalan yang baik dan mana jalan yang buruk, jalan manapun yang kita pilih, maka Allah akan menetapkan hukumannya, bila jalan baik yang ia pilih sudah tentu pahala yang diperoleh, sebaliknya jika jalan buruk yang ditempuh, maka siksa yang ia dapat. Hukuman Allah akan terlihat jelas kelak di akhirat.

Allah berfirman dalam surat Al Mu’min, 40 : 48

Artinya : “Orang-orang yang menyombongkan diri menjawab: "Sesungguhnya kita semua sama-sama dalam neraka Karena Sesungguhnya Allah Telah menetapkan Keputusan antara hamba-hamba-(Nya)"( Q.S. Almu’min, 40 : 48 ).

8. Al ‘Adl ( )

Al-Adli artinya Yang Maha Adil, bahwa Allah SWT Maha Adil dalam keputusannya . Keadilan Allah SWT merupakan keadilan yang mutlak dan sempurna. Allah SWT tidak memberikan beban kepada manusia di luar batas kemampuan. Begitu pula Allah SWT akan memberikan pahala/siksa yang sesuai dengan amal perbuatan manusia.

Allah Berfirman dalam surat AN-Nahl /16 : 90

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.(Q.S. 16 : 90)

Begitu pula di dalam surat AN-Nahl ayat 97, Allah berfirman :

Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik. Dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.( Q.S. 16 : 97)

9. Al Lathif ( )

Allah adalah Al Lathif, Dia yang Maha Lembut lagi Maha Halus, Kehalusan yang dimiliki-Nya sama sekali tidak menggambarkan kelemahan-Nya, kelemahan adalah sesuatu yang mustahil ada pada Allah Azza wa jalla. Kelembutan Allah justru memperlihatkan kekuatan-Nya.

Kelembutan Allah tidak dapat disamakan dengan kelembutan manusia, kelembutan makhluk sifatnya relatif, terbatas dan tidak menyentuh segala sesuatu. Allah memiliki kelembutan yang meliputi segala sesuatu, yaitu;

Pertama ; kelembutan dan kehalusan pada ciptaan-Nya, adakah ciptaan Allah yang tidak sempurna ?

Kedua ; kelembutan Allah dalam kebaikan – kebaikan yang dihadirkan-Nya dalam setiap peristiwa, seburuk apapun kejadian yang menimpa manusia, ternyata Allah senantiasa menyertakan kebaikan ke dalamnya.

Ketiga ; kelembutan dan kehalusan Allah pun hadir pada kekuasaan-Nya, Pada setiap penciptan-Nya terselip sebuah pesan akan adanya kelembutan, kita bisa menyaksikan, bagaimana kelembutan Allah terhadap janin yang berada dalam rahim ibunya, demikian juga kelembutan Allah pada sebuah kepompong.

Dalam Al Qur’an Surat Al Mulk, 67 :14 Allah berfirman,

Artinya : “Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia Maha halus lagi Maha Mengetahui?” ( Q.S. Al Mulk, 67:14 )

10.Al Halim ( ﺍﻠﺤﻠﻴﻢ )

Artinya : Allah Yang Maha Penyantun; Yang tetap dapat menahan amarah; Atau Yang Maha Lemah Lembut; Atau Yang Maha Penyabar; Tuhan baru tega menghukum bila digusarkan terus-menerus. Dalam Alquran QS Al Baqarah, 2 : 225 :

“Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu. dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun”

Allah sebagai Al Halim yang dirangkaikan dengan Al Ghofur menunjukan adanya penangguhan dalam memberi sanksi sehingga si pelanggar masih memiliki kesempatan untuk bertaubat. Al halim yang dirangkaikan dengan Al ‘Alim menunjukan Ke-Mahatahuan Allah mengenai para pendosa beserta seluruh dosanya. Al Halim yang dirangkaikan dengan Al Ghany menunjukan bahwa Allah tidak memerlukan sedikit pun balasan (belas kasih) dari pendosa. Bahkan sebaliknya, para pendosalah yang memerlukan adanya belas kasih dari Allah SWT. Al Halim yang dirangkaikan dengan Asy Syukur menunjukan adanya “ syukur Allah” kepada mahluk yang tercermin dari ditangguhkannya pembalasan dari dosa-dosa yang dilakukan si makhluk. Kita sebagai hamba-Nya sudah sepantasnya untuk berperilaku penyantun terhadap sesama manusia.

11.AL-'Azhim ( اَلْعَظِيْمُ )

Artinya : Yang Maha Besar; Yang Maha Luhur; Yang Maha Agung. Ia Raja alam semesta dan Maha Besar dari sudut martabat.

Allah berfirman dalam Surat Al Baqarah ayat : 255 :

“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar”.

Dalam hadits lain: “Keagungan adalah selendang-Ku dan kebesaran adalah kain-Ku. Barang siapa menyaingi-Ku pada salah satu di antara keduanya akan kucampakan Dia ke dalam neraka.” (HR.Ibnu Majah)

Asma Allah Al ‘Azhim senatiasa kita sebut pada saat ruku dalam shalat, ruku adalah simbolis dari rasa hormat terhadap perintah Allah Swt dan keagungan-Nya, posisi ruku menempatakn sumber hawa nafsu (perut lambung dan sekitarnya) dalam posisi sejajar, bahkan sedikit lebih tinggi dari pada otak sebagai pusat kecerdasan dan pengendalian diri. Seiring dengan doa ”subhana Rabbiyal ‘azhiimi”( Maha Suci Allah Yang Maha Agung) kita diarahkan untuk mencapai kesadaran bahwa sistem apa pun di alam ini semuanya memiliki tujuan dan peran yang sesuai dengan perintah Allah SWT.

12. AL-Ghafur (اَلْغَفُوْرُ )

Artinya : Yang Maha Pengampun. Dia memaafkan segala dosa yang disesali pelakunya. Firman Allah QS Ali Imran ayat : 31

“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Ali Imran, 3 : 31)

Al-Ghaffar artinya menunjukan derajat pengampunan Yang Maha luhur, yaitu pengampunan yang berulang-ulang sedangkan AlGhafur menunjukan pengampunan secara menyeluruh sehingga mencapai derajat pengampunan yang paling sempurna “Hamba-Ku, seandainya engaku datang kepada-Ku dengan membawa dosa sebanyak seisi bumi, aku akan datang menyambutmu dengan magfirah seisi bumi, selama engkau tidak mempersekutukan Aku (dengan suatu apapun) (HR. At Tirmidzi)

13. ASY-Syakur ( اَلشَّكُوْرُ )

Artinya Yang Maha Mensyukuri hamba-hamba-Nya yang taat dengan memberikan pahala atas setiap perbuatan yang baik, atau Yang Maha Pembalas Jasa. Allah Swt menerima syukur mereka yang bersyukur kepada-Nya. Firman Allah dalam QS At Taghaabun, 64 : 17

“Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan balasannya kepadamu dan mengampuni kamu. dan Allah Maha pembalas Jasa lagi Maha Penyantun”. ( Q.S. At Thagaabun, 64 : 17 ).

Penempatan kata syukur yang dipertentangkan dengan kata kufur disebabkan keduanya mengandung makna yang berlawnan. Syukur berarti menampakan sesuatu kepermukaan sedangkan Kufur berati menutupinya

13. AL-'Aliy ( )

Artinya : Yang Maha Tinggi Martabat-Nya. Para Ulama merinci bahwa ketinggian Allah Azza wa jalla ada dalam ketinggian Zat-Nya dan ketinggian kedudukan-Nya. Tingginya kedudukan Allah adalah kesempurnaan yang diniscayakan oleh adanya sifat-sifat terbaik (Asmaul Husna ) karena dia tidak terjangkau kecuali oleh diri-Nya sendiri, karena Dia mencakup seluruh tempat, dan Dia wujud sebelum penciptaaan semua yang maujud. Firman Allah SWT dalam Surat Al Baqarah (2) : 255 dijelaskan :

“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar”. ( Q.S. Al Baqarah, 2 : 255 ).

14. AL-Kabiir ( )

Artinya : Yang Maha Besar, Ia teramat Besar dari sudut ukuran ruang dan waktu, seketika kita Mengenal Allah Zat Yang Maha Besar, tidak ada tempat bagi kita untuk merasa besar. Konsekwensinya seperti Pipa U. semakin kita mengangkat diri, semakin jatuh pula kita dibuatnya. Sebaliknya, semakin kita menekan diri kita kebawah ( rendah hati) semakin nak pula harga diri kita. Allah Swt sudah mendesain hati kita untuk tidak menyukai kesombongan dan menyukai orang yang rendah hati. Allah berfirman dalam Surat Ar – Ra’ad ayat : 9 :

“Yang mengetahui semua yang ghaib dan yang nampak; yang Maha besar lagi Maha Tinggi” (Q.S. ‘Ar-Ra’ad, 13 : 9 )

15. AL-Haafidz ( اَلْحَافِظُ )

Artinya : Yang Memelihara dan Menjaga semua Makhluk-Nya. Ia melindungi segala sesuatu, terutama firman-Nya (Alquran), sampai akhir segala zaman. Allah berfirman :

“Maka tatkala mereka Telah kembali kepada ayah mereka (Ya'qub) mereka berkata: "Wahai ayah kami, kami tidak akan mendapat sukatan (gandum) lagi, (jika tidak membawa saudara kami), sebab itu biarkanlah saudara kami pergi bersama-sama kami supaya kami mendapat sukatan, dan Sesungguhnya kami benar benar akan menjaganya". Berkata Ya'qub: "Bagaimana Aku akan mempercayakannya (Bunyamin) kepadamu, kecuali seperti Aku Telah mempercayakan saudaranya (Yusuf) kepada kamu dahulu?". Maka Allah adalah sebaik-baik Penjaga dan dia adalah Maha Penyanyang diantara para penyanyang. ( Q.S. Yusuf, 12 : 63 – 64 )

LATIHAN SOAL

1. Jelaskan arti dari asmaul husna berikut ini :

Al Fattah, Al Qabidh, Al Basith, Al Khafidh, Ar Rafi’, Al Mu’iz, Al Hakam, Al’Adl, Al Lathif, Al HAlim, Al ‘Azhim, Al Ghafur, As Syakur, Al ‘Aliy, Al Kabir, dan Al Hafiz !

2. Tuliskan dalil naqli dari salah satu asmaul husna berikut ini !

Al Fattah, Al Qabidh, Al Basith, Al Khafidh, Ar Rafi’, Al Mu’iz, Al Hakam, Al’Adl, Al Lathif, Al HAlim, Al ‘Azhim, Al Ghafur, As Syakur, Al ‘Aliy, Al Kabir, dan Al Hafiz !

3. Jelaskan arti dari dalil naqli dari salah satu asmaul husna berikut ini !Al Fattah, Al Qabidh, Al Basith, Al Khafidh, Ar Rafi’, Al Mu’iz, Al Hakam, Al’Adl, Al Lathif, Al HAlim, Al ‘Azhim, Al Ghafur, As Syakur, Al ‘Aliy, Al Kabir, dan Al Hafiz !

PERILAKU TAWADHU

1. Pengetian tawadhu

Tawadhu adalah merendahkan diri tanpa menghinakannya atau meremehkan harga diri sehingga orang lain berani menghinanya dan menganggap enteng, lawannya adalah takabur. Pengertian yang lebih adalah kalau kita melihat diri kita memiliki nilai lebih dibandingkan hamba Allah yng lainnya. Orang yang tawadu adalah orang yang menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatnya bersumber dari Allah SWT. Yang dengan pemahamnnya tersebut maka tidak pernah terbersit sedikitpun dalam hatinya kesombongan dan merasa lebih baik dari orang lain, tidak merasa bangga dengan potensi dan prestasi yang sudah dicapainya. Ia tetap rendah hati dan selalu menjaga hati dan niat segala mal solehnya dari segala sesuatu selain Allah. Tetap menjaga keikhlasan amal ibadahnya hanya karena Allah.

Tawadhu merupakan salah satu bagian dari akhlak mulia, jadi sudah selayaknya kita sebagai umat muslim bersikap tawadhu, karena tawadhu merupakan salah satu akhlak terpuji yang wajib dimiliki oleh setiap umat islam.

2. Dalil Naqli Perilaku Tawadhu

Berikut beberapa ayat Al Qur’an yang menegaskan perintah Allah untuk senantiasa bersikap tawadhu dan menjauhi sikap sombong :

Artinya : Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. ( Q.S. Al Isra, 17 : 37 )

Artinya : Negeri akhirat[1140] itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa. ( Q.S. Al Qshash, 28 : 83 )

Artinya : Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan (Q.S. Al Furqon, 23 : 63 )

Artinya : Tidak diragukan lagi bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong. ( Q.S. An Nahl, 16 : 23 )

3. Manfaat Bersikap Tawadhu

Seseorang yang terbiasa dengan perilaku tawadhu akan meperoleh beberapa manfaat dalam hidupnya, diantaranya :

a. Hatinya akan tenang.

b. Disukai banyak orang, sehingga memiliki banyak teman dan saudara.

c. Mendapatkan kemuliaan di hadapan Allah Swt.

d. Meningkatkan harkat derajat diri seorang mukmin.

Khusus untuk tawadhu terhadap lingkungan, maka akan memperoleh beberapa manfaat diantaranya :

a. Lingkungan akan tetap lestari, nyaman dan asri

b. Terhindar dari bencana alam, seperti banjir dan longsor

c. Terpeliharanya ekosistem

d. Terhindar dari terjangkitnya akibat lingkungan yang kotor.

4. Perilaku tawadhu terhadap sesama

Dalam kehdupan ini, kita senantiasa berdampingan dengan orang-orang disekitar kita, sehingga tertatalah kebutuhan sosial yang saling berhubungan satu sama lain. Tawadhu terhadap sesama artinya, kita tidak merasa lebih baik dari orang lain, karena pada hakikatnya kita sama di hadapan Allah Swt. Dalam kenyataan kita sering menyaksikan, seseorang enggan untuk bergaul dengan warga lain di sekitarnya karena ia merasa lebih kaya, lebih rupawan, lebih terhormat dan kelebih-lebihan lainnya di banding orang lain. Hal ni sangat berbahaya, karena akan menciptakan kesenjangan diantara sesama, sehingga tidak akan ada keharmonisan diantara sesama warga tersbut.

Nabi Muhammad Saw. Menjelaskan dalam haditsnya : ‘barangsiapa yang berimankepada Allah dn hari akhir, maka hormatilah tetangganya’. Untuk itu marilah kita hormati tetangga dengan berperilaku tawadhu seperti :

a. Bertutur kata yang sopan dan santun

b. Senantiasa tersenyum jika berpapasan dengan mereka, dan janganlah memalingkan muka

c. Tidak memamerkan kelebihan kita, misalnya jabatan dan kekayaan

d. Membantu mereka yang membutuhkan sesuai dengan kemampuan kita

e. Tidak mencela sesama warga

f. Mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi

g. Menyepakati hasil musyawarah diantara sesama warga.

KETENTUAN JUAL BELI MENURUT SYARI’AT ISLAM

I.JUAL BELI

A. Pengertian Jual Beli

Jual beli Adalah proses pemindahan hak milik/barang atau harta kepada pihak lain dengan menggunakan uang sebagai alat tukarnya. Menurut etimologi, jual beli adalah pertukaran sesuatu dengan sesuatu (yang lain). Kata lain dari jual beli adalah al-ba’i, asy-syira’, al-mubadah, dan at-tijarah.

B. Dalil Jual Beli

Landasan atau dasar hukum mengenai jual beli ini disyariatkan berdasarkan Al-Qur’an, Hadist Nabi, dan Ijma’. Q.S Al Baqarah : 275

Artinya : “ orang-orang yang Makan (mengambil) riba[*] tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila[**]. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu[***] (sebelum arasi larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”

[*] Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl. Riba nasiah ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Riba fadhl ialah penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan sebagainya. Riba yang dimaksud dalam ayat ini Riba nasiah yang berlipat ganda yang umum terjadi dalam masyarakat Arab zaman jahiliyah.

[**] Maksudnya: orang yang mengambil Riba tidak tenteram jiwanya seperti orang kemasukan syaitan.

[***] Riba yang sudah diambil (dipungut) sebelum turun ayat ini, boleh tidak dikembalikan.

C. Hukum Jual beli

Hukum jual beli pada dasarnya dibolehkan oleh ajaran islam. Kebolehan ini didasarkan kepada firman Allah yang terjemahannya sebagai berikut :

….

Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu”.…(Q.S. An-Nisa’ : 29).

Nabi, yang mengatakan:” Suatu ketika Nabi SAW, ditanya tentang mata pencarian yang paling baik. Beliau menjawab, ’Seseorang bekerja dengan tangannya dan setiap jual beli yang mabrur.” (HR. Bajjar, Hakim yang menyahihkannya dari Rifa’ah Ibn Rafi’). Maksud mabrur dalam hadist adalah jual beli yang terhindar dari usaha tipu-menipu dan merugikan orang lain.

D.Rukun Jual Beli

Rukun Jual beli adalah ketentuan-ketentuan dalam jual beli yang harus dipenuhi agar jual belinya sah menurut syara’ (hukum islam).

Adapun Rukun Jual Beli itu adalah:

1. Dua pihak membuat akad penjual dan pembeli

2. Objek akad (barang dan harga)

3. Ijab qabul (perjanjian/persetujuan)

E.Etika Jual beli

Etika jual beli, di antaranya :

1. tidak boleh berlebihan dalam mengambil keuntungan

2. berinteraksi yang jujur

3. bersikap toleran dalam berinteraksi

4. menghindari sumpah meskipun pedagang itu benar

5. memperbanyak sedekah

6. mencatat utang dan mempersaksikannya

Barang Yang diperjualbelikan

Barang- barang yang terlarang diperjual belikan adalah : barang yang haram dimakan, khamar, buah-buahan yang belum dapat dimakan,air, barang-barang yang samar dan barang- barang yang dapat dijadikan sarana ma’shiyat.

Jual beli tanpa ijab qabul (Mu’aathaa)

Yaitu ketika dua belah pihak sepakat atas barang dan harganya. Keduaya juga memberika barangnya tanpa ijab qabul, namun ada juga kata-kata dari salah satu pihak. Hal ini memiliki banyak perbedaan pendapat. Pendapat Hanafi, Maliki, dan pendapat paling kuat dari mazhab Hanbali dan beberapa ulama dari mazhab syafi’I seperti Imam Nawawi, dan imam Mutawaali Baghawi menganggap sah jual beli ini sah jika sudah menjadi kebiasaan dan ada kerelaan, serta menggambarkan keinginan masing-masing pelaku transaksi. Karena jual beli sah bila ada hal yang menunjukkan kerelaan.

· Syarat –syarata transaksi jual beli

· Syarat ijab dan qabul

II.RIBA

A.Pengertian Riba :

Riba menurut bahasa berarti Az-Ziadah(tambahan ). Yang dimaksud di sini adalah tambahan atas modal, baik penambahan itu sedikit atau banyak. Firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah : 297

Dalil naqli tentang riba : Q.S. Al Baqarah : 275

2:275. orang-orang yang Makan (mengambil) riba[174] tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila[175]. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu[176] (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

[174] Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl. Riba nasiah ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Riba fadhl ialah penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan sebagainya. Riba yang dimaksud dalam ayat ini Riba nasiah yang berlipat ganda yang umum terjadi dalam masyarakat Arab zaman jahiliyah.

[175] Maksudnya: orang yang mengambil Riba tidak tenteram jiwanya seperti orang kemasukan syaitan.

[176] Riba yang sudah diambil (dipungut) sebelum turun ayat ini, boleh tidak dikembalikan.

B.Hukum Riba

Hukum riba adalah haram, karena membahayakan, sebagaimana pula Al Qur’an menyinggung masalah riba pada periode Makkah dalam surat An-Nisa ayat 161, Q.S. Ar-Rum/30 : 39. Dan pada periode Madinah turun ayat riba yang diharamkan secara jelas pada Q.S. Ali Imran/3: 130, dan terakhir Q.S Al Baqarah ayat 278 dan 279.

C.Bahaya riba

1. Dapat menimbulkan permusuhan antara pribadi dan mengikis habis semangat kerja sam/ saling tolong menolong arasi manusia.

2. Menimbulkan tumbuhnya mental kelas pemboros yang tidak bekerja, juga dapat menimbulkan adanya penimbunan harta tanpa kerja keras sehingga bagaikan benalu (arasite) yang tumbuh di atas jerih payah orang lain.

3. Riba sebagai salah satu cara menjajah.

D.Macam-macam riba:

a. Riba Nasi’ah

Yaitu pertambahan bersyarat yang diperoleh orang yang menghutangkan dari orang yang berhutang lantaran penangguhan.

b. Riba Fadhal

Yaitu jenis jual beli uang dengan uang atau barang pangan dengan barang pangan dengan tambahan.

Sumber :

1. Akhsan Muhammad Suga.Buku Pintar Rahasia IbadahMengungkap Makna dan Rahasia Ilmiah Dibalik Perintah Ibadah dan Sunah Rasul, Jakarta, Graha Grafindo, Cet.1 2011

2. Departemen Agama RI. Al Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta, Departemen Agama RI. 2005

3. Sabiq, Sayid, Fikih Sunnah 13 cetakan pertama, Bandung, PT. Alma’arif 1996.

4. Zuhaili, Wahbah. Prof. DR, Fiqh Islam Wa’adillatuhu, penerjemah Abdu Hayyi Al-Khattani, Depok: Gema Insani, 2011.