walang sangit

14
Walang sangit Walang sangit ((Leptocorisa oratorius Fabricius , (Hemiptera:Alydidae); syn. Leptocorisa acuta) adalah serangga yang menjadi hama penting pada tanaman budidaya, terutama padi . Hewan ini mudah dikenali dari bentuknya yang memanjang, berukuran sekitar 2cm, berwarna merah dan hitam. Walang sangit adalah anggota ordo Hemiptera . Walang sangit menghisap cairan tanaman dari tangkai bunga (paniculae) sehingga menyebabkan tanaman kekurangan hara dan menguning (klorosis), dan perlahan-lahan melemah. Nama hewan ini menunjukkan bentuk pertahanan dirinya, yaitu mengeluarkan aroma yang menyengat hidung (sehingga dinamakan "sangit") http://id.wikipedia.org/wiki/Walang_sangit HAMA WALANG SANGIT (Leptcorisa oratorius) Status Walang sangit (L. oratorius L) adalah hama yang menyerang tanaman padi setelah berbunga dengan cara menghisap cairan bulir padi menyebabkan bulir padi menjadi hampa atau pengisiannya tidak sempurna. Penyebaran hama ini cukup luas.

Upload: gabriella-calista-azaria

Post on 27-Dec-2015

136 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

hama

TRANSCRIPT

Page 1: Walang sangit

Walang sangitWalang sangit ((Leptocorisa oratorius Fabricius, (Hemiptera:Alydidae); syn. Leptocorisa acuta) adalah serangga yang menjadi hama penting pada tanaman budidaya, terutama padi. Hewan ini mudah dikenali dari bentuknya yang memanjang, berukuran sekitar 2cm, berwarna merah dan hitam. Walang sangit adalah anggota ordo Hemiptera.

Walang sangit menghisap cairan tanaman dari tangkai bunga (paniculae) sehingga menyebabkan tanaman kekurangan hara dan menguning (klorosis), dan perlahan-lahan melemah.

Nama hewan ini menunjukkan bentuk pertahanan dirinya, yaitu mengeluarkan aroma yang menyengat hidung (sehingga dinamakan "sangit")

http://id.wikipedia.org/wiki/Walang_sangit

HAMA WALANG SANGIT (Leptcorisa oratorius)

Status

Walang sangit (L. oratorius L) adalah hama yang menyerang tanaman padi setelah berbunga dengan cara menghisap cairan bulir padi menyebabkan bulir padi menjadi hampa atau pengisiannya tidak sempurna. Penyebaran hama ini cukup luas.

Di Indonesia walang sangit merupakan hama potensial yang pada waktu-waktu tertentu menjadi hama penting dan dapat menyebabkan kehilangan hasil mencapai 50%. Diduga bahwa populasi 100.000 ekor per hektar dapat menurunkan hasil sampai 25%. Hasil penelitian menunjukkan populasi walang sangit 5 ekor per 9 rumpun padi akan menurunkan hasil 15%. Hubungan antara kepadatan populasi walang sangit dengan penurunan hasil menunjukkan bahwa  serangan satu ekor walang sangit per malai dalam satu minggu dapat menurunkan hasil 27%

Kwalitas gabah (beras) sangat dipengaruhi serangan walang sangit. Diantaranya menyebabkan

Page 2: Walang sangit

meningkatnya Grain dis-coloration. Sehingga serangan walang sangit disamping secara langsung menurunkan hasil, secara tidak langsung juga sangat menurunkan kwalitas gabah.

Biologi dan ekologi

Tanaman inang alternatif hama walang sangit adalah tanaman rumput-rumputan antara lain: Panicum spp; Andropogon sorgum; Digitaria consanguinaria; Eleusine coracoma; Setaria italica; Cyperus polystachys, Paspalum spp; dan Pennisetum typhoideum.

Dewasa walang sangit meletakan telur pada bagian atas daun tanaman. Pada tanaman padi daun bendera lebih disukai. Telur berbentuk oval dan pipih berwarna coklat kehitaman, diletakan satu persatu dalam 1-2 baris sebanyak 12-16 butir. Lama periode bertelur 57 hari dengan total produksi terlur per induk + 200 butir. Lama stadia telur 7 hari, terdapat lima instar pertumbuhan nimpa yang total lamanya + 19 hari. Lama preoviposition + 21 hari, sehingga lama satu siklus hidup hama walang sangit + 46 hari.

Nimpa setelah menetas bergerak ke malai mencari bulir padi yang masih stadia masak susu, bulir yang sudah keras tidak disukai. Nimpa ini aktif bergerak untuk mencari bulir baru yang cocok sebagai makanannya. Nimpa-nimpa dan dewasa pada siang hari yang panas bersembunyi dibawah kanopi tanaman. Serangga dewasa pada pagi hari aktif terbang dari rumpun ke rumpun sedangkan penerbangan yang relatif jauh terjadi pada sore atau malam hari.

Pada masa tidak ada pertanaman padi atau tanaman padi masih stadia vegetatif, dewasa walang sangit bertahan hidup/berlindung pada barbagai tanaman yang terdapat pada sekitar sawah. Setelah tanaman padi berbunga dewasa walang sangit pindah ke pertanaman padi dan berkembang biak satu generasi sebelum tanaman padi tersebut dipanen. Banyaknya generasi dalam satu hamparan pertanaman padi tergantung dari lamanya dan banyaknya interval tanam padi pada hamparan tersebut. Makin serempak tanam makin sedikit jumlah generasi perkembangan hama walang sangit.

Di alam hama walang sangit diketahui diserang oleh dua jenis parasitoid telur yaitu Gryon nixoni Mesner dan O. malayensis Ferr. Parasitasi kedua parasitoid ini di lapangan dibawah 50%. Pengamatan yang dilakukan pada tahun 1997 dan 2000 pada beberapa daerah di Jawa Barat menunjukkan parasitoid G. nixoni lebih dominan dibandingkan dengan parasitoid O. malayensis. Parasitoid O. malayensis hanya ditemukan pada daerah pertanaman padi di daerah agak pegunungan dimana disamping pertanaman padi banyak ditanaman palawija seperti kedelai atau kacang panjang O. malayensis selain menyerang telur walang sangit juga menyerang telur hama Riptortus linearis dan Nezara viridula yang merupakan hama utama tanaman kedelai. Berbagai jenis laba-laba dan jenis belalang famili Gryllidae dan Tettigonidae menjadi predator hama walang sangit. Jamur Beauveria sp juga merupakan musuh alami walang sangit. Jamur ini menyerang stadia nimpa dan dewasa.

Pengendalian

Pengendalian secara kultur teknik

Sampai sekarang belum ada varietas padi yang tahan terhadap hama walang sangit. Berdasarkan cara hidup walang sangit, tanam serempak dalam satu hamparan merupakan cara

Page 3: Walang sangit

pengendalian yang sangat dianjurkan. Setelah ada tanaman padi berbunga walang sangit akan segera pindah dari rumput-rumputan atau tanaman sekitar sawah ke pertanaman padi yang pertama kali berbunga. Sehingga jika pertanaman tidak serempak pertanaman yang berbunga paling awal akan diserang lebih dahulu dan tempat berkembang biak . Pertanaman yang paling lambat tanam akan mendapatkan serangan yang relatif lebih berat karena walang sangit sudah berkembang biak pada pertanaman yang berbunga lebih dahulu. Dianjurkan beda tanam dalam satu hamparan tidak lebih dari 2,5 bulan.

Plot-plot kecil ditanam lebih awal dari pertanaman sekitarnya dapat digunakan sebagai tanaman perangkap. Setelah tanaman perangkap berbunga walang sangit akan tertarik pada plot tanaman perangkan dan dilakukan pemberantasan sehingga pertanaman utama relatif berkurang populasi walang sangitnya.

Pengendalian secara biologis

Potensi agens hayati pengendali hama walang sangit masih sangat sedikit diteliti. Beberapa penelitian telah dilakukan terutama pemanfaatan parasitoid dan jamur masih skala rumah kasa atau semi lapang. Parasitoid yang mulai diteliti adalah O. malayensis sedangkan jenis jamurnya adalan Beauveria sp dan Metharizum sp.

Pengendalian dengan menggunakan perilaku serangga

Walang sangit tertarik oleh senyawa (bebauan) yang dikandung tanaman Lycopodium sp dan Ceratophylum sp. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk menarik hama walang sangit dan kemudian secara fisik dimatikan. Bau bangkai binatang terutama bangkai kepiting juga efektif untuk menarik hama walang sangit.

Pengendalian kimiawi

Pengendalian kimiawi dilakukan pada padi setelah berbunga sampai masak susu, ambang kendali untuk walang sangit adalah enam ekor /m2. Banyak insektisida yang cukup efektif terutama yang berbentuk cair atau tepung sedangkan yang berbentuk granula tidak dapat dianjurkan untuk mengendalikan walang sangit. Insektida anjuran untuk tanaman padi yang

Page 4: Walang sangit

cukup efektif terhadap walang sangit adalah BPMC dan MIPC

http://bbpadi.litbang.deptan.go.id/index.php/in/hama-padi/206--hama-walang-sangit-leptcorisa-oratorius-

BiologiWalang sangit bertelur pada permukaan daun bagian atas padi dan rumput-rumputanlainnya secara kelompok dalam satu sampai dua baris. Telur berwarna hitam, berbentuksegi enam dan pipih. Satu kelompok telur terdiri dari 1-21 butir, lama periode telur ratarata5,2 hari (Siwi et al., 1981).Nimfa berukuran lebih kecil dari dewasa dan tidak bersayap. Lama periode nimfarata-rata 17,1 hari. Pada umumnya nimfa berwarna hijau muda dan menjadi coklatkekuning-kuningan pada bagian abdomen dan sayap coklat saat dewasa. Walaupundemikian warna walang sangit ini lebih ditentukan oleh makanan pada periode nimfa.Bagian ventral abdomen walang sangit berwarna coklat kekuning-kuningan jika dipeliharapada padi, tetapi hijau keputihan bila dipelihara pada rumput-rumputan (Goot, 1949 dalamSuharto dan Siwi, 1991).Serangga dewasa berbentuk ramping dan berwarna coklat, berukuran panjangsekitar 14-17 mm dan lebar 3-4 mm dengan tungkai dan antenna yang panjang.Perbandingan antara jantan dan betina adalah 1:1. Setelah menjadi imago serangga ini barudapat kawin setelah 4-6 hari, dengan masa pra peneluran 8,1 dan daur hidup walang sangitantara 32-43 hari. Lama periode bertelur rata-rata 57 hari (berkisan antara 6-108 hari,sedangkan serangga dapat hidup selama rata-rata 80 hari (antara 16-134 hari)(Siwi et al.,1981).271Gejala serangan dan KerusakanKerusakan yang hebat disebabkan oleh imago yang menyerang tepat pada masaberbunga, sedangkan nimpa terlihat merusak secara nyata setelah pada instar ketiga danseterusnya (Kalshoven, 1981).Menurut Willis (2001), tingkat serangan dan menurunnya hasil akibat seranggadewasa lebih besar dibandingkan nimfa. Suharto dan Damardjati (1988) melaporkanbahwa 5 ekor walang sangit pada tiap 9 rumpun tanaman akan merugikan hasil sebesar15%, sedangkan 10 ekor pada 9 rumpun tanaman akan mengurangi hasil sampai 25%.Kerusakan yang tinggi biasanya terjadi pada tanaman di lahan yang sebelumnyabanyak ditumbuhi rumput-rumputan serta pada tanaman yang berbunga paling akhir(Willis, 2001).Pengendaliana. Penggunaan PerangkapDi lahan rawa lebak petani dalam mengendalikan hama khususnya walang sangitmenggunaan perangkap yaitu dari bahan keong yang dibusukkan. Dengan carapengendalian tersebut intensitas kerusakan walang sangit dapat ditekan. Hasil pengamatandilapang menunjukkan bahwa pengendalian dengan menggunakan perangkap bau busuk(keong) tersebut cukup efektif dibandingkan pengendalian lainnya dalam mengendalikanhama walang sangit. Adapun fungsi dari penggunakan perangkap dari bahan keong yangdibusukkan tersebut adalah untuk mengalihkan perhatian dari walang sangit tersebut karenadengan perangkap tersebut walang sangit lebih tertarik berkunjung ketempat perangkaptersebut dibandingkan pada bulir padi.Jumlah populasi yang didapatkan pada perangkap tersebut 5-10 ekor/perangkap.Kadang-kadang petani juga menaruh bahan racun dari karbofuran 5-10 butir/tempat,

Page 5: Walang sangit

sehingga walang sangit yang datang berkunjung dan mengisap bahan tersebut dan mati.Pengandalian hama walang sangit dengan cara perangkap busuk tersebut yangdipasang ditepi-tepi sawah dengan jarak antar perangkap 10-15 m tersebut cukup efektifmemerangkap walang sangit. Walang sangit bergerombol datang pada perangkap baubusuk tersebut untuk makan dan mengisap cairannya. Walang sangit lebih tertarik kepadabau-bauan tersebut dibandingkan makan pada padi yang sedang berbunga sampai matangsusu. Menurut Sunjaya (1970), banyak diantara jenis-jenis serangga tertarik oleh bau-bauandipancarkan oleh bagian tanaman yaitu bunga, buah atau benda lainnya. Zat yang berbautersebut pada hakekatnya adalah senyawa kimia yang mudah menguap seperti padaperangkan bau busuk tersebut.Dengan demikian intensitas kerusakan bulir/biji padi dapat dihindari dengan caraperangkap bau tersebut. Dilihat dari lingkungan tidak mempengaruhi terutama keberadaanmusuh alami (predator dan parasitoid) di lahan lebak tersebut. Dari hasil pengamatanterhadap musuh alami populasi predator jenis laba-laba, kumbang karabit dan belalangminyak dan jenis parasitoid lainnya populasi cukup tinggi (Tabel 2).Dan ada pula cara lain yaitu dengan menggunakan obor dan asap tetapi hasilnyakurang memuaskan, karena cara tersebut selain dapat menarik walang sangit tetapi jugadapat menarik serangga-serangga lain terutama jenis musuh alaminya ikut terbunuh.Adapun cara perangkap bau busuk tersebut bukan mematikan hama walang sangit tetapi272hanya mengalihkan perhatian sehingga dapat menghindari serangan hama tersebut padapadi.Tabel 1. Cara pengendalian walang sangit ditingkat petani lahan lebak Alabio padaMT. 2002/2003.Taktik pengendalian Intensitas kerusakan (%)Perangkap busuk (keong) 5 - 7,5Ubor(Api) 10-15Asap 10-18Insektisida 7,5-11,5Kontrol 25-75Tabel 2. Keragaman musuh alami di lahan lebak,Alabio pada MT.2002/2003Spesies Ordo Famili Musuh alami KetTetragnatha mandibulata Arachnida Tetragnathidae predator +++Tetragnatha javanica Arachnida Tetragnathidae predator +Lycosa sp Arachnida Lycosidae predator +++Oxyopes sp Arachnida Oxyopidae predator ++Argiope sp Arachnida Araneidae predator ++Phidippus sp Arachnida Salticidae predator +Hapalochrus sp Coleoptera Malaciidae predator +Paederus furcipes Coleoptera Staphylinidae predator +++Ophionea ishii ishii Coleoptera Carabidae predator +++Microspis sp Coleoptera Coccinellidae predator ++Harmonia sp Coleoptera Coccinellidae predator +Synharmonia sp Coleoptera Coccinellidae predator +Agriocnemis femina femina Odonata Agrionidae predator ++Orthetrum sabina sabina Odonata Libellulidae predator ++Tholymis tillarga Odonata Libellulidae predator +Ischnura senegalensis Odonata Agrionidae predator +Conocephalus longipennis Orthoptera Tettigonidae predator ++Metioche sp Orthoptera Gryllidae predator ++Pipunculus sp Diptera Pipunculidae predator ++Anatrichus sp Diptera Chloropidae predator +Apenteles sp Hymenoptera Braconidae parasitoid ++Trianguliper Hymenoptera Bethylidae parasitoid +

Page 6: Walang sangit

Itoplectis narangae Hymenoptera Ichneumonidae parasitoid +Stenobracon sp Hymenoptera Braconidae parasitoid +Telenomus rowani Hymenoptera Scelionidae parasitoid +++Trichogramma sp Hymenoptera Trichogramma Tidae parasitoid ++Tetrastichus schoenobii Hymenoptera Eulophidae parasitoid +Elasmus sp Hymenoptera Eulophidae parasitoid ++Apenteles sp Hymenoptera Braconidae parasitoid ++Xanthopimpla sp Hymenoptera Ichneumonidae parasitoid ++273b. Pemanfaatan AsapTaktik pengandalian dengan menggunaan asap sudah seringkali dilakukan olehpetani rawa lebak maupun tadah hujan, tetapi hasilnya kurang memuaskan. Tetapi denganmengganti bahan pengasapan tersebut dengan menggunaan bahan galian batubaramenunjukkan hasil yang cukup memuaskan, karena bahan galian batubara tersebut kalaudibakar dapat bertahan lama dan menimbulkan bau yang menusuk sehingga dapatmempengaruhi aktivitas dari hama walang sangit. Hasil pengamatan menunjukkan bahwapenggunaan asap dari bahan galian batubara intensitas kerusakan oleh walang sangit dapatditekan. Hal ini diduga bahwa bau asap dari bahan galian batu bara tersebut dapatmengusir hama walang sangit, karena pada lokasi pertanaman padi yang tidak melakukanpengendalian dengan cara pengasapan (bahan batubara) intensitas kerusakan cukup tinggi(Tabel 3). Selain di lahan rawa lebak pengendalian cara tersebut dilakukan juga oleh petanirawa pasang surut dan hasilnya cukup baik, dan disamping itu pula penggunaan insektisidadapat ditekan.Selain pengasapan dengan menggunakan bahan batu bara juga petani menggunakanbahan tanaman dari tumbuhan cambai dan tumbuhan mercon dalam mengendalikan hamawalang sangit. Dengan menggunakan bahan tumbuhan tersebut intensitan kerusakan olehwalang sangit dapat ditekan. Menurut Asikin dan Thamrin (2003), melaporkan bahwatumbuhan cabai dan mercon tersebut berpotensi sebagai insektisida nabati bahan persentasetingkat kematian larva ulat jengkal melebihi dari kontrol insektisida nabati dari tumbuhanMimba yaitu tumbuhan galam, mercon, sungkai, kedondong, kumandrah dan cabai yaituberkisar antara 70 – 80 %.Tabel 3. Intensitas kerusakan oleh walang sangit pada MT.2001/2002 di lahan rawa lebak.Cara pengasapan Intensitas kerusakan (%)Asap (bahan batubara) 6-8,5Obor(Api) 9-17,5Asap (bahan rerumputan) 10-16Asap (bahan kayu) 7-12Insektisida 10-12,5Kontrol 25-65c. Penggunaan Kapur BarusAdapun taktik lain yang sering digunakan petani dalam mengendalikan walangsangit adalah dengan menggunakan kapur barus. Cara ini juga cukup efektif dalammengendalikan hama walang sangit. Aplikasi taktik pengendalian ini dilakukan pada saatfase vegetatif atau saat padi bunting sampai bulir-bulir padi mulai mengeras yaitu dengancara menggantungkan kapur barus tersebut yang sudah dimasukkan kedalam pembungkusdari kain bekas. Taktik pengendalian dengan menggunakan kapur barus ini bersifatmenolak atau mengusir datangnya hama walang sangit karena bau yang dipancarkan olehzat yang terkandung dalam kamapar tersebut. Jarak antar kantong tersebut berkisar antara4-5 meter pada bagian pinggir tanaman padi. Dengan cara ini intensitas kerusakan olehwalang sangit dapat ditekan yaitu berkisar antara 5-10%.274

Page 7: Walang sangit

d. Penggunaan tumbuhan ribu-ribuPengendalian hama pada saat fase generatif yaitu serangan hama penggerek batang(beluk), walang sangit dan hama lainnya, yaitu menggunakan tumbuhan liar ribu-ribu yangaplikasinya dengan cara menaburkan daun ribu-ribu tersebut pada lahan pertanaman padipada saat fase bunting. Melalui cara tersebut hama penggerek batang dan khususnyawalang sangit dapat dihindari, karena pengaruh bau yang ditimbulkan dari daun gulmaribu-ribu yang terendam air tersebut mengeluarkan bau yang dapat mempengaruhi darikunjungan hama-hama tersebut. Dengan demikian gulma atau tumbuhan liar tersebutmempunyai daya penolak terhadap hama pengrerek dan walang sangit.KESIMPULANCara-cara pengendalian hama walang sangit seperti penggunaan keong yangdibusukkan sebagai perangkap, pengasapan dari bahan batu bara, tumbuhan mercon, kapurbarus, penggunaan tumbuhan ribu-ribu dan cambai berpotensi untuk dikembangkan.Walang sangit lebih tertarik untuk datang pada keong-keong yang telah dibusukkansehingga pengendalian mudah dilaksanakan karena terkonsentrasi pada areal yang sempait.Selain itu pengasapan dengan menggunakan daun tumbuhan mercon ataupun batubaraternyata dapat mengurangi populasi walang sangit. Sedangkan kapur barus, tumbuhanribu-ribu dan cambai dapat menolak kedatangan walang sangit karena bau yangdipancarkan oleh bahan tersebut sehingga kerusakan padi yang disebabkan walang sangitdapat dihindari. Cara-cara pengendalian tersebut dapat mengurangi kerusakan gabah padiyang disebabkan walang sangit berkisar 15-20%.

DAFTAR PUSTAKADomingo, I.T., E.A. Heinrichs and F.G. Medrano. 1982. Life history of rice bugLeptocorisa oratorius F. IRRN No.6. IRRI, Los Banos, Philippines.Kalshoven, L.G.E. and P.A. van der Laan. 1981. The pest of crops in Indonesia. P.T.Ichtiar Baru. Van Hoeve, Jakarta.Willis, M. 2001. Hama dan Penyakit Utama Padi di Lahan Pasang Surut. Monograf.Badan Litbang Pertanian. Balittra. Banjarbaru.Sunjaya, P.I. 1970. Dasar-Dasar Serangga. Bagian Ilmu Hama Tanaman Pertanian. IPB.Bogor.Siwi, S.S., A. Yassin and Dandi Sukarna. 1981. Slender rice bugs and its ecology andeconomic threshold. Syiposium on Pest Ecology snd Pest Management, Bogor Nov30-Dec 2 1981.

Suharto, H. dan D.S.Damardjati. 1988. Pengaruh waktu serangan walang sangit terhadap hasil dan mutu hasil padi IR 36. Reflektor 1(2) : p 25-28.

Walang Sangit (Leptocorisa Acuta Thunberg) KlasifikasiKingdom : AnimaliaPhylum : ArthropodaKelas : InsectaOrdo : HemipteraFamili : AlydidaeGenus : LeptocorixaSpesies : AcutaAuthor : Thunberg

Page 8: Walang sangit

Daerah SebaranWalang sangit (L. acuta) mempunyai daerah sebaran yang sangat luas, hampir di semua negara produsen padi. Daerah penyebaran L. acuta) antara Asia Tenggara, Kepulauan Fiji, Australia, Srilangka, India, Jepang, Cina, Pakistan dan Indonesia (Harahap dan Tjahyono, 1997).Di Indonesia L. Acuta tersebar di daerah Jawa, Bali, Sumatera, dan Sulawesi (Baehaki, 1992).

Tanaman inangWalang sangit selain menyerang tananamn padi yang sudah bermalai dapat pula berkembang pada rumput-rumputan seperti Panicium crusgalli L., Paspalum dilatatum Scop., rumput teki (Echinocloa crusgalli dan E. colonum) (Baehaki,1992).

Bioekologi dan MorfologiWalang sangit (L. acuta) mengalami metamorfosis sederhana yang perkembangannya dimulai dari stadia telur, nimfa dan imago. Imago berbentuk seperti kepik, bertubuh ramping, antena dan tungkai relatif panjang. Warna tubuh hijau kuning kecoklatan dan panjangnya berkisar antara 15 – 30 mm (Harahap dan Tjahyono, 1997). Telur. Telur berbentuk seperti cakram berwarna merah coklat gelap dan diletakkan secara berkelompok. Kelompok telur biasanya terdiri dari 10 - 20 butir. Telur-telur tersebut biasanya diletakkan pada permukaan atas daun di dekat ibu tulang daun. Peletakan telur umumnya dilakukan pada saat padi berbunga. Telur akan menetas 5 – 8 hari setelah diletakkan. Perkembangan dari telur sampai imago adalah 25 hari dan satu generasi mencapai 46 hari (Baehaki, 1992).

Nimfa. Nimfa berwarna kekuningan, kadang-kadang nimfa tidak terlihat karena warnanya sama dengan warna daun. Stadium nimfa 17 – 27 hari yang terdiri dari 5 instar (Harahap dan Tjahyono, 1997).Imago. Imago walang sangit yang hidup pada tanaman padi, bagian ventral abdomennya berwarna coklat kekuning-kuningan dan yang hidup pada rerumputan bagian ventral abdomennya berwarna hijau keputihan. Bertelur pada permukaan daun bagian atas padi dan rumput-rumputan lainnya secara kelompok dalam satu sampai dua baris (Rismunandar, 2003).Aktif menyerang pada pagi dan sore hari, sedangkan di siang hari berlindung di bawah pohon yang lembab dan dingin (Baehaki, 1992).

Iklim MikroPerkembangan yang baik bagi hama Walang sangit terjadi pada suhu antara 27 – 30 C. Perkembangan Walang Sangit telah diketahui Gejala Serangan dan Kerusakan yang ditimbulkanterjadi pada waktu temperatur sedang, curah hujan rendah dan sinar matahari terang. Walang sangit dapat berkembang biak di lahan dataran rendah maupun di dataran tinggi (Mudjiono, 1991).

Gejala Serangan dan Kerusakan yang ditimbulkanNimfa dan imago mengisap bulir padi pada fase masak susu, selain itu dapat juga mengisap cairan batang padi. Malai yang diisap menjadi hampa dan berwarna coklat kehitaman. Walang sangit

Page 9: Walang sangit

mengisap cairan bilir padi dengan cara menusukkan styletnya.Nimfa lebih aktif daripada imago, tapi imago dapat merusak lebih banyak karena hidupnya lebih lama. Hilangnya cairan biji menyebabkan biji padi mengecil jika cairan dalam bilir tidak dihabiskan. Dalam keadaan tidak ada bulir yang matang susu, maka dapat menyerang bulir padi yang mulai mengeras, sehingga pada saat stylet ditusukkan mengeluarkan enzim yang dapat mencerna karbohidrat.