volume 289.pdf

2
IPB P a r i w a r a PARIWARA IPB/Desember 2015/ Volume 289 Terbit Setiap Senin-Rabu-Jum’at Penanggung Jawab : Yatri Indah Kusumastuti Pimpinan Redaksi: Siti Nuryati Redaktur Pelaksana: Rio Fatahillah CP Editor : Nunung Munawaroh Reporter : Siti Zulaedah, Dedeh H, Awaluddin, Waluya S, Ahsan S, Aris Solikhah Fotografer: Cecep AW, Bambang A Layout : Devi Sirkulasi: Agus Budi P, Endih M, Untung Alamat Redaksi: Humas IPB Gd. Andi Hakim Nasoetion, Rektorat Lt. 1, Kampus IPB Darmaga Telp. : (0251) 8425635, Email: [email protected] KAMPUS IPB BARANANGSIANG IPB Menyongsong 2016: Tahun Reputasi Inovasi dan World Class University Sebagai upaya meningkatkan gairah bisnis Usaha Kecil Menengah (UKM) Institut Pertanian Bogor (IPB) menyelenggarakan Forum Investasi dan Bisnis Buah Nusantara Skala Usaha Kecil dan Menengah, Jumat (27/11), di IPB International Convention Center (IICC), Bogor. Forum ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan Festival Bunga dan Buah Nusantara (FBBN) 2015. “Forum yang mempertemukan antar pebisnis ini juga sebagai tindaklanjut gerakan Revolusi Oranye yang diinisiasi IPB pada tahun 2013 silam untuk mengkampanyekan buah dan bunga nusantara,” kata Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Drs. Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga didampingi Rektor IPB, Prof. Dr. Ir. Herry Suhardiyanto dan Walikota Bogor, Dr. Bima Arya saat membuka FBBN 2015. Menurut Menteri harus ada sinergi antara kementerian dengan universitas, dalam hal ini sangat cocok Kementerian Koperasi dan UKM bersinergi dengan IPB, karena potensi buah lokal Indonesia sangat luar biasa. Pada kesempatan itu, Rektor IPB menyampaikan, buah Nusantara lebih unggul dari buah impor. "Buah Nusantara tersedia sepanjang tahun, silih berganti, rasanya lebih enak dan lebih beragam," jelas Rektor IPB. Buah Nusantara memiliki potensi ekspor besar. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) dari tahun 2009 hingga tahun 2013, beberapa jenis buah Nusantara memiliki produktivitas tinggi dan meningkat dari tahun ke tahun. Beberapa buah tersebut diantaranya: manggis, melon, duku, belimbing, salak, pepaya, nanas, alpukat, markisa dan durian. Bahkan pada tahun 2013, nilai ekspor buah didominasi komoditas buah nanas sebesar 91,1 persen dari total nilai ekspor buah olahan Indonesia. Rektor IPB menjelaskan potensi buah nusantara yang begitu besar masih dapat dioptimalkan dengan mengembangkan sistem budidaya yang baik. Hal ini karena masih banyak petani belum memperhatikan budidaya dan cara bertani yang efisien. “Diperlukan upaya-upaya untuk menguatkan kelembagaan, kepemimpinan, inovasi, teknologi, sumberdaya manusia (SDM) kompeten, pengembangan sistem, rantai pasok dan infrastruktur pengembangan buah Nusantara. Oleh karena itu, IPB menginisisasi Revolusi Oranye yang didukung Presiden. Mudah-mudahan dengan kegiatan ini dapat meningkatkan gegap gempita produksi buah Nusantara dan diperoleh solusi dari kesulitan berinvestasi buah Nusantara," harap Rektor. Walikota Bogor, Dr. Bima Arya juga mendukung upaya pelestarian buah Nusantara melalui Revolusi Oranye. "Saya mendukung penuh Revolusi Oranye. Banyak buah yang zaman dahulu ada sekarang susah didapat. Sesuai dengan terminologinya revolusi, perlu adanya percepatan. Kita berharap dengan kegiatan FBBN ini Revolusi Oranye dapat digalakkan terus- menerus. Terima kasih saya ucapkan kepada IPB yang tetap mempertahankan kegiatan setiap tahunnya,” terang Dr. Bima (as) Indonesia mempunyai beragaman jenis jeruk dan durian yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Hal ini terungkap dalam Indonesia Horticulture Investment dan Business Forum yang b e r t a j u k “Mempercepat Investasi dan Pengembangan Agribisnis dan Agroindustri Jeruk serta Durian”, Jum'at (27/11) di Institut Pertanian Bogor (IPB) International Convention Center, Bogor. Forum ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan Festival Bunga dan Buah Nusantara (FBBN) 2015 yang diselenggarakan IPB bekerjasama dengan berbagai pihak. Kepala Bappeda Kabupaten Majalengka, Dr. Ir. Sadili, M.Si menyampaikan, Kabupaten Majalengka merupakan kabupaten yang memiliki potensi besar dalam pengembangan buah durian. “Varietas durian yang banyak dikembangkan di Majalengka diantaranya: Perwira, Si Bokor dan Siriwig. Selain itu, Majalengka juga menjadi salah satu pusat pembibitan durian terbesar di seluruh Indonesia,” katanya. Sementara terkait pengembangan buah jeruk kita bisa mencontoh Pulau Bali. Menurut anggota Kadin Bali, Ni Wayan Sri Sutari, SP, MP, Bali merupakan sentra jeruk khususnya jenis Kintamani. “Jumlah total produksinya bisa mencapai 5.318,64 ton. Luas lahan tanaman jeruk pun dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 2013 luas lahan tanaman jeruk seluas 13.592 hektar meningkat menjadi 15.633 hektar pada tahun 2014. Sebanyak 48 varietas jeruk unggulan di Bali yang dapat dikembangkan sebagai komoditas bernilai ekonomis yaitu 22 jenis Keprok, lima Siem, tiga Manis, satu Nipis dan 17 Pamelo,” ujar Ni Wayan. Arry Susanto dari Balai Penelitian Buah Tropika dan Buah Jeruk menegaskan perlu adanya percepatan tindak lanjut agribisnis jeruk dengan membangun sentra agribisnis jeruk swasta yang terkelola baik sektor seluas 50-100 hektar secara bertahap. Namun ia mengakui kawasan sentra produksi jeruk di Indonesia belum terbebas dari penyakit bakteri, di samping masalah utama yang sering dihadapi yakni manajemen kedisiplinan. (dh) Tingkatkan Gairah UKM melalui Forum Investasi dan Bisnis Buah Nusantara Beragam Jenis Jeruk dan Durian Nusantara Bernilai Ekonomi

Upload: nguyencong

Post on 14-Jan-2017

258 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Volume 289.pdf

IPBP a

r i

w a

r a

PARIWARA IPB/Desember 2015/ Volume 289Terbit Setiap Senin-Rabu-Jum’at

Penanggung Jawab : Yatri Indah Kusumastuti Pimpinan Redaksi: Siti Nuryati Redaktur Pelaksana: Rio Fatahillah CP

Editor : Nunung Munawaroh Reporter : Siti Zulaedah, Dedeh H, Awaluddin, Waluya S, Ahsan S, Aris Solikhah Fotografer: Cecep AW, Bambang A Layout : Devi Sirkulasi: Agus Budi P, Endih M, Untung Alamat Redaksi: Humas IPB

Gd. Andi Hakim Nasoetion, Rektorat Lt. 1, Kampus IPB Darmaga Telp. : (0251) 8425635, Email: [email protected]

KAMPUS IPB BARANANGSIANG

IPB Menyongsong 2016:Tahun Reputasi Inovasi

dan World Class University

Sebagai upaya meningkatkan gairah bisnis Usaha Kecil Menengah (UKM) Institut Pertanian Bogor (IPB) menyelenggarakan Forum I n v e s t a s i d a n B i s n i s B u a h Nusantara Skala Usaha Kecil dan Menengah, Jumat (27/11), di IPB International Convention Center (IICC), Bogor. Forum ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan Festival Bunga dan Buah Nusantara ( F B B N ) 2 0 1 5 . “ F o r u m y a n g mempertemukan antar pebisnis ini

juga sebagai tindaklanjut gerakan Revolusi Oranye yang diinisiasi IPB pada tahun 2013 silam untuk mengkampanyekan buah dan bunga nusantara,” kata Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Drs. Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga didampingi Rektor IPB, Prof. Dr. Ir. Herry Suhardiyanto dan Walikota Bogor, Dr. Bima Arya saat membuka FBBN 2015. Menurut Menteri harus ada sinergi antara kementerian dengan universitas, dalam hal ini sangat cocok Kementerian Koperasi dan UKM bersinergi dengan IPB, karena potensi buah lokal Indonesia sangat luar biasa.

Pada kesempatan itu, Rektor IPB menyampaikan, buah Nusantara lebih unggul dari buah impor. "Buah Nusantara tersedia sepanjang tahun, silih berganti, rasanya lebih enak dan lebih beragam," jelas Rektor IPB. Buah Nusantara memiliki potensi ekspor besar. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) dari tahun 2009 hingga tahun 2013, beberapa jenis buah Nusantara memiliki produktivitas tinggi dan meningkat dari tahun ke tahun. Beberapa buah tersebut diantaranya: manggis, melon, duku, belimbing, salak, pepaya, nanas, alpukat, markisa dan durian. Bahkan pada tahun 2013, nilai ekspor buah didominasi komoditas buah nanas sebesar 91,1 persen dari total nilai ekspor buah olahan Indonesia.

Rektor IPB menjelaskan potensi buah nusantara yang begitu besar masih dapat dioptimalkan dengan mengembangkan sistem budidaya yang baik. Hal ini karena masih banyak petani belum memperhatikan budidaya dan cara bertani yang efisien. “Diperlukan upaya-upaya untuk menguatkan kelembagaan, kepemimpinan, inovasi, teknologi, sumberdaya manusia (SDM) kompeten, pengembangan sistem, rantai pasok dan infrastruktur pengembangan buah Nusantara. Oleh karena itu, IPB menginisisasi Revolusi Oranye yang didukung Presiden. Mudah-mudahan dengan kegiatan ini dapat meningkatkan gegap gempita produksi buah Nusantara dan diperoleh solusi dari kesulitan berinvestasi buah Nusantara," harap Rektor.

Walikota Bogor, Dr. Bima Arya juga mendukung upaya pelestarian buah Nusantara melalui Revolusi Oranye. "Saya mendukung penuh Revolusi Oranye. Banyak buah yang zaman dahulu ada sekarang susah didapat. Sesuai dengan terminologinya revolusi, perlu adanya percepatan. Kita berharap dengan kegiatan FBBN ini Revolusi Oranye dapat digalakkan terus-menerus. Terima kasih saya ucapkan kepada IPB yang tetap mempertahankan kegiatan setiap tahunnya,” terang Dr. Bima (as)

Indonesia mempunyai beragaman jenis jeruk d a n d u r i a n y a n g m e m p u n y a i n i l a i ekonomi tinggi. Hal ini t e r u n g k a p d a l a m Indonesia Horticulture I n v e s t m e n t d a n Business Forum yang b e r t a j u k “ M e m p e r c e p a t

Investasi dan Pengembangan Agribisnis dan Agroindustri Jeruk serta Durian”, Jum'at (27/11) di Institut Pertanian Bogor (IPB) International Convention Center, Bogor. Forum ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan Festival Bunga dan Buah Nusantara (FBBN) 2015 yang diselenggarakan IPB bekerjasama dengan berbagai pihak.

Kepala Bappeda Kabupaten Majalengka, Dr. Ir. Sadili, M.Si menyampaikan, Kabupaten Majalengka merupakan kabupaten yang memiliki potensi besar dalam pengembangan buah durian. “Varietas durian yang banyak dikembangkan di Majalengka diantaranya: Perwira, Si Bokor dan Siriwig. Selain itu, Majalengka juga menjadi salah satu pusat pembibitan durian terbesar di seluruh Indonesia,” katanya.

Sementara terkait pengembangan buah jeruk kita bisa mencontoh Pulau Bali. Menurut anggota Kadin Bali, Ni Wayan Sri Sutari, SP, MP, Bali merupakan sentra jeruk khususnya jenis Kintamani. “Jumlah total produksinya bisa mencapai 5.318,64 ton. Luas lahan tanaman jeruk pun dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 2013 luas lahan tanaman jeruk seluas 13.592 hektar meningkat menjadi 15.633 hektar pada tahun 2014. Sebanyak 48 varietas jeruk unggulan di Bali yang dapat dikembangkan sebagai komoditas bernilai ekonomis yaitu 22 jenis Keprok, lima Siem, tiga Manis, satu Nipis dan 17 Pamelo,” ujar Ni Wayan.

Arry Susanto dari Balai Penelitian Buah Tropika dan Buah Jeruk menegaskan perlu adanya percepatan tindak lanjut agribisnis jeruk dengan membangun sentra agribisnis jeruk swasta yang terkelola baik sektor seluas 50-100 hektar secara bertahap. Namun ia mengakui kawasan sentra produksi jeruk di Indonesia belum terbebas dari penyakit bakteri, di samping masalah utama yang sering dihadapi yakni manajemen kedisiplinan. (dh)

Tingkatkan Gairah UKM melalui Forum Investasi dan Bisnis Buah Nusantara Beragam Jenis Jeruk dan Durian Nusantara Bernilai Ekonomi

Page 2: Volume 289.pdf

Getah kuning pada buah manggis dan warna hijau pada buah mangga Indonesia menjadi salah satu kendala ekspor kedua komoditas tersebut. Getah kuning menimbulkan rasa pahit sehingga manggis tidak enak dimakan. Getah kuning pada bagian luar manggis disebabkan gangguan mekanis seperti benturan, tusukan, gigitan serangga dan cara panen yang tidak tepat. “Meskipun kami sudah mengembangkan teknologi untuk mengatasi hal ini, namun keberadaan getah kuning pada manggis masih menjadi masalah pada petani,” ungkap Dosen Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr. Ir. Darda Efendi saat memoderatori Forum Diskusi untuk Percepat Agribisnis Mangga dan Manggis Nusantara, Jum'at (27/11) di IPB International Convention Center (IICC), Bogor. Forum yang bertajuk 'Mempercepat Investasi dan Pengembangan Agribisnis dan Agroindustri Mangga serta Manggis Nusantara Skala Usaha Keci l Menengah' ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan Festival Bunga dan Buah Nusantara (FBBN) 2015.

Sementara itu untuk bisnis mangga, ekspor komoditas ini masih kurang eksis di pasar internasional, disebabkan salah satunya mangga masak yang berasal dari Indonesia umumnya berwarna hijau. “Orang luar negeri umumnya lebih menyukai dan mengkonsumsi mangga masak berwarna. Sementara mangga masak kita yang diekspor berwarna hijau sehingga kurang bersaing dengan mangga dari Amerika dan Israel,” lanjut Dr. Darda. Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Indramayu , I r. F irman Muntako, M.Si , mengatakan peluang investasi agribisnis buah di Indramayu masih terbuka luas. “Masih banyak lahan yang bisa digunakan. Calon investor dapat berkoordinasi dengan kami.”

Selain mengundang praktisi budidaya yang berasal dari berbagai daerah penghasil utama mangga dan manggis seperti Kabupaten Bogor, Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Probolinggo, forum ini juga menghadirkan pembicara lain diantaranya: Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, Ir. Siti Nuriyanty, perwakilan pemerintah daerah Kabupaten Probolinggo, perwakilan Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian dan perwakilan Direksi Bank BNI Syariah. (AS)

Getah Kuning dan Warna Hijau, Kendala Ekspor Manggis dan Mangga Nusantara

Limbah perikanan seperti pen cumi dan kulit ikan tidak selamanya terbuang begitu saja. Tim mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terdiri atas Wekson Bagariang (THP 48) sebagai ketua dan Kaisar Akhir (ITK 48) sebagai anggota menciptakan krim penyembuh luka diabetes yang diformulasikan berbasis kitosan dari pen cumi dan kolagen dari ikan. Krim ini mereka beri nama produk “Diabetrin”.

Diabetrin mereka ciptakan dengan harapan dapat membantu penyembuhan luka diabetes yang dialami para penderita diabetes

secara efektif dan halal. Bioproduk kesehatan ini mereka ikutkan dalam ajang lomba Inovasi IPTEK Pemuda Nasional 2015 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI.

Proses seleksi awal dilakukan terhadap 145 proposal business plan dan deskripsi produk secara nasional oleh tim juri yang ditentukan oleh Kemenpora untuk memilih 30 besar finalis yang akan maju ke tahap final yaitu presentasi proposal business plan dan produk. Pada tanggal 10 November 2015, Wekson dan Kaisar diumumkan lolos sebagai finalis.

Tahap final (presentasi) dilakukan di Pulau Bintan, Kepulauan Riau pada tanggal 16-19 November 2015 dengan penilaian oleh tim juri yang berasal dari berbagai instansi seperti Kemenpora, BPPT, Dinas Pariwisata Kabupaten Bintan, dan Kompas. Hasilnya, tim Wekson dan Kaisar meraih hadiah 10 juta rupiah dari Kemenpora RI sebagai finalis Inovasi IPTEK Pemuda Nasional 2015.

Ke depannya, Diabetrin akan dilakukan uji klinis dan uji coba pasar dimulai dari wilayah Kabupaten Bogor, lalu pemasaran ke wilayah Jabodetabek hingga seluruh Indonesia sebagai bioproduk kesehatan unggulan bangsa Indonesia dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Diabetrin diyakini akan mampu meningkatkan ekonomi masyarakat lokal khususnya nelayan dan pedagang ikan karena limbah mereka akan memiliki nilai tambah. Selain itu tentunya akan mengurangi pencemaran lingkungan perairan dari limbah perikanan. Wekson dan Kaisar berharap dalam pengembangan produk, produksi skala kecil hingga menengah, serta pemasaran awal produk dapat bekerjasama dengan PT Bogor Life Science and Technology (BLST) selaku holding company IPB.***

Diabetrin, Krim Penyembuh Luka Diabetes dari Limbah Perikanan

Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan (ITK) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Institut Pertanian Bogor (IPB) mengadakan pelatihan dan workshop penulisan karya ilmiah untuk jurnal ilmiah internasional dan jurnal ilmiah nasional terakreditasi LIPI dan DIKTI, (19/11) di Ruang diskusi Departemen ITK. Kegiatan ini hasil kerjasama Departemen ITK dengan Pengelola Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis (JITKT) serta Direktorat Riset dan Inovasi IPB. Peserta kegiatan terdiri dari dosen dan mahasiswa pascasarjana di lingkungan IPB, khususnya di lingkungan FPIK IPB.

Ketua panitia pelaksana, Bisman Nababan, Ph.D., menyebutkan bahwa salah satu faktor yang melatarbelakangi pelaksanaan pelatihan dan workshop ini adalah rendahnya tingkat “acceptance” dari paper yang masuk di JITKT (terakreditasi DIKTI dan LIPI). Ia menjelaskan bahwa kompetisi penerimaan paper di JITKT saat ini sangat ketat, karena hanya berkisar 50 persen dari jumlah paper yang masuk. Dari jumlah yang diterima ini, hampir 80 persen dari paper yang lolos review harus melakukan major revisi.

Acara dibuka oleh Ketua Departemen ITK Dr. I Wayan Nurjaya. Dalam sambutannya Dr. Wayan menyampaikan bahwa pelatihan ini sangat penting karena berhubungan dengan strategi dalam publikasi yang sangat dibutuhkan oleh mahasiswa pascasarjana untuk menyelesaikan studi. “Kompetisi dan level publikasi semakin meningkat sehingga perlu strategi dan pengetahuan agar dapat mempublikasikan penelitian di jurnal nasional terakreditasi ataupun jurnal internasional,” ungkap Ketua Program Studi Berprestasi Tingkat Nasional 2015 ini.

Dua pembicara diundang sebagai narasumber yaitu Dr. Anuraga Jayanegara dan Dr. Bisman Nababan. Pembicara pertama memfokuskan kepada strategi dan teknik penulisan karya ilmiah untuk jurnal ilmiah internasional. Pembicara kedua memfokuskan kepada strategi dan teknik penulisan karya ilmiah untuk jurnal ilmiah nasional terakreditasi DIKTI dan LIPI. Diskusi dan pendampingan secara khusus bagi mereka yang papernya siap juga dilakukan dalam acara ini.***

Pelatihan dan Workshop Penulisan Karya Ilmiah