vaksin dasar lengkap

40
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Imunisasi Dasar a. Pengertian imunisasi Imunisasi adalah suatu cara untuk memberikan kekebalan kepada seseorang secara aktif terhadap penyakit menular (Mansjoer, 2000). Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kesehatan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpapar antigen yang serupa tidak pernah terjadi penyakit (Ranuh dkk, 2001). Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu (Theophilus, 2007), sedangkan yang dimaksud dengan vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi melindungi terhadap penyakit (Theophilus, 2007).

Upload: hendy-tri-saputra-sigai

Post on 07-Sep-2015

31 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Farmakologi

TRANSCRIPT

7

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Tinjauan Teori1. Imunisasi Dasara. Pengertian imunisasi

Imunisasi adalah suatu cara untuk memberikan kekebalan

kepada seseorang secara aktif terhadap penyakit menular (Mansjoer,

2000). Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kesehatan

seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia

terpapar antigen yang serupa tidak pernah terjadi penyakit (Ranuh dkk,

2001).

Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya

penyakit tertentu (Theophilus, 2007), sedangkan yang dimaksud

dengan vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu

mencegahsuatupenyakit.Vaksinmembantutubuhuntuk

menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi melindungi terhadap

penyakit (Theophilus, 2007).

Imunisasi adalah usaha untuk memberikan kekebalan terhadap

penyakit infeksi pada bayi, anak dan juga orang dewasa (Indiarti,

2008). Imunisasi merupakan reaksi antara antigen dan antibodi-antibodi, yang dalam bidang ilmu imunologi merupakan kuman atau

racun (toxin disebut sebagai antigen) (Riyadi, 2009).

6

17

18

Dari pengertian diatas dapat penulis simpulkan bahwa

imunisasi adalah suatu usaha untuk meningkatkan kekebalan aktifseseorang terhadap suatu penyakit dengan memasukkan vaksin dalam

tubuh bayi atau anak. Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal

untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang perlindungan (Depkes,

2005). Yang dimaksud dengan imunisasi dasar lengkap menurut Ranuh

dkk (2001), adalah pemberian imunisasi BCG 1x, hepatitis B 3x DPT

3x, polio 4x dan campak 1x sebelum bayi berusia 1 tahun.

b. Tujuan pemberian imunisasi

Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang

dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat

(populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia

seperti pada imunisasi cacar (Ranuh dkk, 2001).

Memberikan kekebalan terhadap penyakit yang dapat dicegah

dengan imunisasi yaitu Polio, Campak, Difteri, Pertusis, Tetanus, TBC

dan Hepatitis B (Depkes, 2000).

Dari tujuan diatas dapat penulis simpulkan bahwa tujuan

pemberian imunisasi adalah memberikan kekebalan pada bayi dan anak

dengan maksud menurunkan kematian dan kesakitan serta mencegah

akibat buruk lebih lanjut dari penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi.

18

19

c. Syarat syarat imunisasi

Ada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya bagi

anak, yang pencegahannya dapat dilakukan dengan pemberian

imunisasi dalam bentuk vaksin. Dapat dipahami bahwa imunisasi

hanya dilakukan pada tubuh yang sehat. Berikut ini keadaaan yang

tidak boleh memperoleh imunisasi yaitu : anak sakit keras, keadaan

fisik lemah, dalam masatunas suatu penyakit, sedang mendapat

pengobatan dengan sediaan kortikosteroid atau obat imunosupresiflainnya (terutama vaksin hidup) karena tubuh mampu membentuk zat

anti yang cukup banyak (Huliana, 2003).

Menurut Depkes RI (2005), dalam pemberian imunisasi ada

syarat yang harus diperhatikan yaitu : diberikan pada bayi atau anak

yang sehat, vaksin yang diberikan harus baik, disimpan di lemari esdan belum lewat masa berlakunya, pemberian imunisasi dengan teknik

yang tepat, mengetahui jadwal imunisasi dengan melihat umur dan

jenis imunisasi yang telah diterima, meneliti jenis vaksin yang

diberikan, memberikan dosis yang akan diberikan, mencatat nomorbatch pada buku anak atau kartu imunisasi serta memberikan informedconcent kepada orang tua atau keluarga sebelum melakukan tindakan

imunisasi yang sebelumnya telah dijelaskan kepada orang tuanya

tentang manfaat dan efek samping atau Kejadian Ikutan Pasca

Imunisasi (KIPI) yang dapat timbul setelah pemberian imunisasi.

19

20

d. Macam macam Imunisasi Dasar Menurut Theophilus (2007)1) Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerrin)Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette Guerrin

hidup yang dilemahkan, diberikan secara intra cutan dengan dosis0,05 ml pada insertio muskulus deltoideus. Kontraindikasi untuk

vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem kekebalan

(misalnyapenderitaleukemia,penderitayangmenjalani

pengobatan steroid jangka panjang, penderita infeksi HIV). Reaksi

yang mungkin terjadi :

a). Reaksi lokal : 1 2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat

penyuntikan timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba

keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustule

(gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka

terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan

dalam waktu 8 12 minggu dengan meningkatkan jaringan

parut yang disebut scar. Bila tidak ada scar berarti imunisasi

BCG tidak jadi, maka bila akan diulang dan bayi sudah

berumur lebih dari 2 bulan harus dilakukan uji Mantoux(tuberkulin).

b). Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau

leher tanpa disertai nyeri tekan maupun demam yang akan

menghilang dalam waktu 3 6 bulan.

20

21

Komplikasi yang mungkin timbul adalah :

a). Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan

karena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan

menghilang secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan,

bila abses telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi

(pengisapan abses dengan menggunakan jarum) dan bukan

disayat.

b). limfadenis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu

dalam atau dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik

dalam waktu 2 6 bulan.

2) Imunisasi DPT (Difteri Pertusis dan Tetanus)Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3 in 1 yang melindungi

terhadap difteri, pertusis, dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi

bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan

komplikasi yang serius atau fatal. Pertusis (batuk rejan) adalah

infeksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk

hebat yang menetap serta bunyi pernafasn yang melengking.

Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat

menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat

bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan

komplikasi yang serius seperti pneumonia, kejang dan kerusakan

otak. Tetanus adalah infeksi yang bisa menyebabkan kekakuan

pada rahang serta kejang.

21

22

Vaksin DPT adalah vaksin 3 in 1 yang bisa diberikan

kepada anak yang berumur kurang dari 7 bulan. Biasanya vaksin

DPT terdapat dalam bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot

paha secara suub cutan dalam. Imunisasi DPT diberikan sebanyak

3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT

II), 4 bulan (DPT III), selang waktu tidak kurang dari 4 minggu

dengan dosis 0,5 ml.

DPT sering menyebabkan efek samping yang ringan seperti

demam ringan atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa

hari. Efek samping tersebut terjadi karena adanya komponen

pertusis di dalam vaksin. Pada kurang dari 1% penyuntikan DPT

menyebabkan komplikasi sebagai berikut :

a). Demam tinggi (lebih 40,5Celcius )b). Kejang

c). Kejang demam (risiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya

pernah mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam

keluarga)d). Syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon)Kontraindikasi dari pemberian imunisasi DPT adalah jika

anak mempunyai riwayat kejang. Pemberian imunisasi yang boleh

diberikan adalah DT, yang hanya dapat diperoleh di Puskesmas(kombinasi toksoid difteria dan tetanus (DT) yang mengandung 10

22

23

12 Lf dapat diberikan pada anak yang memiliki kontraindikasi

terhadap pemberian vaksin pertusis) (Ranuh,dkk, 2005)1 2 hari setelah mendapat suntikan DPT, mungkin akan

terjadi demam ringan, nyeri, kemerahan atau pembengkakan di

tempat penyuntikan. Untuk mengatasi nyeri dan menurunkan

demam, bisa diberikan asetaminofen atau ibuprofen. Untuk

mengurangi nyeri di tempat penyuntikan juga bisa dilakukan

kompres hangat atau lebih sering menggerak gerakkan lengan

maupun tulang tungkai yang bersangkutan.

3) Imunisasi Polio

Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap

penyakit poliomyelitis. Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan

kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan atau tungkai.

Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot otot

pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisa menyebabkan

kematian. Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I, II, III dan

IV) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Vaksin polio

diberikan sebanyak 2 tetes (0,2 mL) langsung ke mulut anak atau

dengan menggunakan sendok yang berisi air gula. Kontraindikasi

pemberian vaksin polio :

a). Diare

b). Gangguan kekebalan (karena obat imunosupresan, kemoterapi,

kortikosteroid)23

24

c). Kehamilan

Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan

kejang kejang. Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk

menimbulkan respon kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga

dan keempat diperlukan untuk meningkatkan kekuatan

antibodi sampai tingkat yang tertinggi.

4) Imunisasi Campak

Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap

penyakit campak. Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosispada saat anak berumur 9 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian.

Vaksin disuntikkan secara subcutan sebanyak 0,5 mL. Jika terjadi

wabah campak, dan ada bayi yang belum berusia 9 bulan, maka

imunisasi campak boleh diberikan.

Kontra indikasi pemberian vaksin campak adalah sebagai berikut :

a). Infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38Celciusb). Gangguan system kekebalan

c). Pemakaian obat imunosupresan

d). Alergi terhadap protein telure). Hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin

f). Wanita hamil

Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit,

diare, konjungtivitis dan gejala katarak serta ensefalitis (jarang).

24

25

5) Imunisasi HB (Hepatitis B)Imunisasi HB memberikan kekebalan terhadap hepatitis B.

hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan

kanker hati dan kematian. Dosis pertama (HB 0) diberikan segera

setelah bayi lahir atau kurang dari 7 hari setelah kelahiran. Pada

umur 2 bulan, bayi mendapat imunisasi HB I dan 4 minggu

kemudian mendapat imunisasi HB II. Imunisasi dasar diberikan

sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan. Vaksin disuntikkan

pada otot paha secara subcutan dalam dengan dosis 0,5 ml.

Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat

sebaiknya ditunda sampai anak benar benar pulih. Efek samping

dari vaksin HB adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan

sistematis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran

pencernaan), yang akan hilang dalam beberapa hari.

e. Jadwal Imunisasi

Tabel 2.1 Jadwal Imunisasi

VaksinUnsur pemberian imunisasiBulanTahunLbr123456912151823561912 Program Pengembangan Imunisasi ( PPI diwajibkan)BCG1Hepatitis B012Polio012345 DPT 12345 Campak 125

26

VaksinPemberian imunisasiBCG1 XDPT3 X ( DPT I, II, III )Polio4 X ( I, II, III, IV )Campak1 X

Selang waktu4 minggu4 minggu

UmurKet0-2 bulan2-6 bulan0-6 bulan9 bulanHepatitis B3 X (Hep B I, II, III )4 miggu0-6 bulanUntuk bayi yang lahir di Puskesmas/ RS, Hb, BCG danpoliodapatsegera diberikanSumber : Buku Imunisasi Indonesia (2001)2Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Imunisasi

Banyak faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi, antara

lain :

a. Motivasi

Motivasi adalah suatu tenaga atau faktor yang terdapat didalam

dirimanusia,yangmenimbulkan,menggerakkandan

mengorganisasikan tingkah lakunya. Motivasi dapat diartikan sebagai

dorongan secara sadar dan tidak sadar membuat orang berperilaku

untuk mencapai tujuan yang sesuai kebutuhannya. Diharapkan dengan

motivasi yang besar untuk melengkapi imunisasi dasar bagi bayinya,

segala penyakit dapat dicegah sedini mungkin dan kesehatan bayi

dapat terpenuhi (Budioro, 2002).

26

27

b. Letak GeografisDaerah yang tersedia sarana transportasi berbeda dengan mereka

yang hidup terpencil. Kemudahan tempat yang strategis dan sarana

transportasi yang lengkap akan mempercepat pelayanan kesehatan

(Budioro, 2002).

c. Lingkungan

Lingkungan adalah segala objek baik berupa benda hidup atau

tidak hidup yang ada disekitar dimana orang berada. Dalam hal ini

lingkungan sangat berperan dalam kepatuhan untuk melengkapi

imunisasi dimana apabila lingkungan mendukung secara otomatis ibu

akan patuh untuk melengkapi imunisasi pada anaknya (Budioro,

2002).

d. Sosial Ekonomi

Sosial ekonomi merupakan faktor yang sangat berpengaruh

terhadap tingkah laku seseorang. Keadaan ekonomi keluarga yang baik

diharapkan mampu mencukupi dan menyediakan fasilitas serta

kebutuhan untuk keluarga, sehingga seseorang dengan tingkat sosial

ekonomi tinggi akan berbeda dengan tingkat sosial ekonomi rendah.

Keluargadengantingkatsosialekonomiyangtinggiakan

mengusahakan terpenuhinya imunisasi yang lengkap bagi bayi

(Budioro, 2002; Notoatmodjo, 2003).

27

28

e. Pengalaman

Stress adalah salah satu bentuk trauma, merupakan penyebab

kerentanan seseorang terhadap suatu penyakit infeksi tertentu.

Pengalaman merupakan salah satu faktor dalam diri manusia yang

sangat menentukan terhadap penerimaan rangsang pada prosespersepsi berlangsung. Orang yang mempunyai pengalaman akan selalu

lebih pandai dalam menyikapi segala hal dari pada mereka yang sama

sekali tidak mempunyai pengalaman (Notoatmodjo, 2003).

f. Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan merupakan suatu prasarana dalam hal

pelayanan kesehatan. Apabila fasilitas baik akan mempengaruhi

tingkat kesehatan yang ada, ini terbukti seseorang yang memanfaatkan

fasilitas kesehatan secara baik maka akan mempunyai taraf kesehatan

yang tinggi (Notoatmodjo, 2003).

g. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan seluruh kemampuan individu untuk

berfikir secara terarah dan efektif, sehingga orang yang mempunyai

pengetahuan tinggi akan mudah menyerap informasi, saran dan nasihat

(Budioro, 2002; Notoatmodjo, 2003).

h. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses kegiatan pada dasarnya melibatkan

tingkah laku individu maupun kelompok. Inti kegiatan pendidikan

adalah proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar mengajar28

29

adalah terbentuknya seperangkat tingkah laku, kegiatan dan aktivitas.

Dengan belajar baik secara formal maupun informal, manusia akan

mempunyai pengetahuan, dengan pengetahuan yang diperoleh

seseorang akan mengetahui manfaat dari saran atau nasihat sehingga

akan termotivasi untuk meningkatkan status kesehatan. Pendidikan

yang tinggi terutama ibu akan memberikan gambaran akan pentingnya

menjaga kesehatan terutama bagi bayinya.

3. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tidak tahu menjadi tahu, ini

terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu. Peningkatan terjadi melalui panca indera manusia yakni

indera penciuman, penglihatan, pendengaran, rasa dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2003).

Pada dasarnya manusia melewati dengan dua cara sehingga

dalam otaknya ada bayangan, mengetahui lewat indera (perceive) dan

mengetahui lewat akal (conscive). Pengetahuan yang diperoleh lewat

indera disebut terapan (perception) dan yang diperoleh lewat akal

disebut pengertian (conception). Pengetahuan persepsi mengacu pada

hal-hal konkrit, sedangkan pengetahuan konsepsi mengacu pada hal-hal abstrak (Notoatmodjo, 2003).

29

30

Pengetahuan merupakan faktor penting dalam menentukan

perilaku seseorang karena pengetahuan dapat menimbulkan perubahan

persepsi dan kebiasaan masyarakat. Pengetahuan yang meningkat

dapat mengubah persepsi masyarakat tentang penyakit. Meningkatnya

pengetahuan juga dapat mengubah kebiasaan masyarakat dari yang

positif menjadi lebih positif, selain itu pengetahuan juga membentuk

kepercayaan (Notoatmodjo,2003).

Pengetahuan tentang keadaan sehat dan sakit adalah pengalaman

seseorang tentang keadaan sehat dan sakitnya seseorang yang

menyebabkan seseorang tersebut bertindak untuk mengatasi masalah

sakitnya dan bertindak untuk mempertahankan kesehatannya atau

bahkanmeningkatkanstatuskesehatannya.Rasasakitakan

menyebabkan seseorang bertindak pasif dan atau aktif dengan tahapan-tahapannya (Irmayanti, 2007).

b. Pentingnya Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sama

penting dalam membentuk tindakan seseorang ( over behavior). Dari

pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo,2003).

30

31

c. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain penting bagi

terbentuknya perilaku seseorang. Pengetahuan yang mencakup domain

kognitif mencakup 6 tingkatan (Notoatmodjo,2003):

1) Tahu (know)Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya, termasuk dalam tingkatan ini adalah

mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang diterima, oleh karena itu

merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (comprehension)Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secarabenartentangobjekyangdiketahuidandapat

diinterpretasikan materi tersebut dengan benar.

3) Aplikasi (application)Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari dalam keadaan yang nyata.

4) Analisis (analysis)Yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya

satu sama lain.

31

32

5) Sintesis (sinthesis)Yaitu menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu kemampuan

untuk menyusun suatu formulasi-formulasi yang telah ada.

6) Evaluasi (evaluation)Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan penilaian terhadap

suatu objek atau materi. Penilaian ini ditentukan untuk suatu

kriteria yang ditentukan atau menggunakan materi yang ada.

Notoatmodjo (2003) mengungkapakn bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi

proses yang berurutan, yaitu:

a) Awarness (kesadaran), dimana oarang tersebut menyadari

dalam arti mengetahu terlebih dahulu terhadap stimulus(objek).

b) Interest (merasa tertarik), terhadap stimulus atau objek

tersebut, disini sikap subjek sudah mulai timbul.

c) Evaluation (menimbang-nimbang), terhadap baik dan tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden

sudah tidak baik lagi.

d) Trial , dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e) Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

32

33

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuanseseorangtermasukpengetahuanmengenai

kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Irmayanti (2007)pengetahuan secara tidak langsung dipengaruhi oleh faktor demografi

seperti pendidikan, paparan media massa, ekonomi, hubungan sosial,

pengalaman dan akses layanan kesehatan.

1) Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi

respon sesuatu yang datang dari luar orang yang berpendidikan

tinggi akan memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi

yang datang dan akan berfikir sejauh mana keuntungan yang

mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut.

2) Paparan media massa (akses informasi)Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik berbagai

informasi dapat diterima oleh masyarakat sehingga seseorang yang

lebih sering terpapar media massa (TV, audio, majalah, pamflet

dan lain-lain), akan memperoleh informasi yang lebih banyak

dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi

media.

3) Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan

sekunder keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah

tercukupi dibanding keluarga dengan status ekonomi rendah, hal

33

34

ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi

pendidikan yang termasuk kebutuhan sekunder.

4) Hubungan sosial (lingkungan sosial budaya)Manusia adalah makhluk sosial dimana kehidupan berinteraksi

secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi.

5) Pengalaman

Pengalaman individu tentang berbagai hal bisa, diperoleh dari

tingkat kehidupan dalam proses perkembangannya, misal sering

mengikuti kegiatan-kegiatan yang mendidik misalnya seminar.

6) Akses layanan kesehatan

Mudah atau sulit mengakses layanan kesehatan tentunya akan

berpengaruh terhadap pengetahuan dalam hal kesehatan.

34

35

B. Kerangka TeoriFaktor sosial budaya :

Kebiasaan masyarakat Budaya berpantang

Peran tokoh masyarakat dan tokoh agama

Umur

Kelengkapan imunisasi dasarStatus ekonomi

Jarak tempat pelayanan kesehatan

Karakteristik ibu : Pendidikan

Pengetahuan Motivasi

Pengalaman Dan lain-lain

Gambar 2.1 : Skema Kerangka Teori

35

36

C. Kerangka KonsepKerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Variabel bebasPengetahuan ibu tentang imunisasi dasarVariabel terikat

Kelengkapan imunisasi dasar pada bayi

Gambar2.2 : Skema Kerangka Konsep

D. HIPOTESIS PENELITIANAdapun dalam penelitian ini penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar dengan

kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.

36

Akses tempat pelayanan kesehatan