untuk kalangan sendiri - sufyanilyas.files.wordpress.com · isim dhamir ialah kata ganti untuk...
TRANSCRIPT
UNTUK KALANGAN SENDIRI
M e d i a b e l a j a r u n t u k k a l a n g a n S e n d i r i h t t p s : / / s u f y a n i l y a s . w o r d p r e s s . c o m
LAFADZ-LAFADZ DALAM AL-QURAN
ISIM, FIIL, ATAF, MUFRAD, JAMAK, SINONIM, ANTONIM
A. ISIM DZAMIR, ISIM MA’RIFAH, DAN ISIM NAKIRAH
1. Isim Dhamir
Isim dhamir ialah kata ganti untuk pembicara yang fungsinya untuk meringkas kata,
sehingga tidak terjadi pengulangan pada sebuah lafadz tanpa merubah tatanan bahasa baik
ditinjau dari segi makna maupun pemahamannya.
Adapun rujukan dhamir ada beberapa tempat yang menjadi tempat kembalinya
dhamir tersebut, yaitu:
a. Rujukan dhamir yang dilafadzkan terlebih dahulu dan yang sesuai dengan dhamir
itu, seperti dalam QS.Hud:42 atau QS. An-Nur:40
b. Rujukan dhamir yang terkandung didalamnya, seperti dalam ayat QS. An-Nisa:8
atau QS.Al-Maidah:8
c. Rujukan dhamir yang diketahui secara iltizamnya, yaitu menurut kebiasan
lazimnya.
d. Rujukan dhamir pada akhir lafadz yang sesuai tetapi bukan pada kedudukan atau
rubahnya, seperti contoh dalam QS.Ar-Rahman:39, Thaha:67, Qashah:78
e. Secara rubahnya juga dalam bab dhamir sy’an, kisah, ni’ma, bi’sa dan tanazuu’,
seperti dalam QS. Al-Iklas:1.
f. Rujukan dhamir yang diakhirkan yang yang menunjukkan atas lazimnya, seperti
dalam QS. Al-Waqiah:83, Al-Qiyamah:26
g. Rujukannya terkadang terletak pada susunan kata yang tersimpan pada kata
tersebut, seperti dalam QS. Ar-Rahman:26, Al-Fathir:45.
h. Terkadang rujukan dhamir terkandung pada lafadz yang disebutkan bukan pada
maknanya, seperti dalam QS. Fathir:11.
i. Kembali pada sesuatu yang telah lewat atau yang telah berlalu, seperti QS. An-
Nisa:11
j. Terkadang dhamir kemabli kepada maknanya, seperti QS. An-Nisa:176.
k. Rujukan dhamir ada yang tetkandung pada lafadz jenis dari sesuatu, seperti QS.
An-Nisa:135.
UNTUK KALANGAN SENDIRI
M e d i a b e l a j a r u n t u k k a l a n g a n S e n d i r i h t t p s : / / s u f y a n i l y a s . w o r d p r e s s . c o m
l. Terkadang disebutkan dua hal, namun rujukan dhamir kembali pada salah satu
dari keduanya, seperti QS. Al-Baqarah:45, At-Taubah:62.
m. Rujukan dhamir bila bentuknya mutsanna atau dua, tetapi ia kembali pada salah
satu hal dari keduanya , seperti QS. R-Rahman:22.
n. Terkadang dhamir berhubungan dengan sesuatu, sedangkan ia untuk yang lain,
seperti dalam QS. Al-Mukminun:12-13, Al-Maidah 101-102.
o. Terkadang dhamir kembali pada suasana yang mengitarinya, seperti QS. An-
Nazi’at:46
p. Terkadang rujukan dhamir kembali pada sesuatu yang terlihat oleh indra padahal
kenyataannya tidak ada, seperti QS. Al-Baqarah:117.
Dhamir al-Fashl ialah dhamir munfasil bersighat marfu yang sesuai dengan
sebelumnya, baik dhamir mutakalim, muhatab atau ghaib, mufrad, jamak atau mutsanna.
Dhamir ini tidak memiliki posisi ‘irab, tetapi ia memiliki tiga faedah, yaitu:
a. Memberitahukan bahwa kata yang terletak setelahnya menjadi khabar.
b. Untuk meyakinkan atau memperkuat suatu pernyataan.
c. Sebagai pengkhususan.
2. Isim Ma’rifah
Isim ma’rifah yaitu isim yang diketahui maksudnya dan difahami maknanya. Isim
ma’rifah memiliki bentuk dan jenis yang berbeda-beda, sehingga memiliki sebab dan fungsi
yang berbeda pula.
a. Dengan cara menyebutkan dhamir yang berfungsi untuk untuk menempati posisi
matakalim, mukhatab, atau ghaib. Seperti dalam QS. Al-Iklas:1.
b. Dengan car penyebutan isim ‘alam atau nama dario sesuatu, yang fungsinya
sebagai penunjuk kehadiran atau keberadaan seperti QS.al-Fathir:29, sebagai
penunjuk pengagungan terhadap sesuatu, seperti kisah Ya’qub, Yusuf, Isa, atau
lain sebagainya, sebagai sindiran seperti kisah Abu Lahab, Namrud dan lain-lain.
c. Berbentuk isim isyarah, berfungsi sebagai membedakan atau mengistimewakan,
seperti QS. Lukman:11, sindiran, merendahkan dari dekat, mengagungkan dari
jauh QS. Al-Baqarah:2.
UNTUK KALANGAN SENDIRI
M e d i a b e l a j a r u n t u k k a l a n g a n S e n d i r i h t t p s : / / s u f y a n i l y a s . w o r d p r e s s . c o m
d. Berbentuk isim maushul, berfungsi sebagai penunjuk ketidaksenangan bila disebut
dengan nama aslinya, seperti QS.Al-Ahkhaf:17, Yusuf:23, menghendaki makna
umum, QS. Fushilat:30, untuk meringkas, QS. Al-Ahzab:69
e. Menggunakan Alif dan Lam, berfungsi menunjukkan sesuatu yang telah diketahui
karena telah disebutkan terdahulu (QS.n-Nur:35), menunjukkan sesuatu yang telah
diketahui oleh pendengar (QS. Al-Fath:18), menunjukkan hakikat makna secara
keseluruhan (QS. Al-‘Ashr:1), menunjukkan seluruh pengertian yang tercakup
didalamnya (QS. Al-Maidah:5).
f. Isim ma’rifah menggunakan idhafah, berfungsi untuk memuliakan (QS. Hijr:42)
dan untuk menunjukkan pengertian umum (QS. Fathir:3).
3. Isim Nakirah
Isim nakirah ialah isim yang tidak tentu bentuk dan sulit diketahui maksud dan
pemahamannya, adapun fungsi isim nakirah yaitu:
a. Menghendaki kesatuan (QS. Al-Qashash:20)
b. Menghendaki satu jenis (QS. Al-Baqarah:7)
c. Menghendaki satu dan jenis sekaligus (QS. An- Nur:45)
d. Mengagungkan (QS. Al-Baqarah:279)
e. Memperbanyak (QS. Asy-Sya’ara:41)
f. Mengagungkan dan menunjukkan banyak (QS. Fathir:4)
g. Menghinakan (QS. Jatsiyah:32)
h. Menyedikitkan (QS. At-Taubah:72)
UNTUK KALANGAN SENDIRI
M e d i a b e l a j a r u n t u k k a l a n g a n S e n d i r i h t t p s : / / s u f y a n i l y a s . w o r d p r e s s . c o m
B. MUFRAD DAN JAMA’
Dalam Al-Quran terdapat banyak sekali ayat-ayat yang bersifat mutlak dan yang
bersifat jama’, dan tidak sedikit pula ayat-ayat yang tidak memilki mufrad seperti kata Al-
Ardhu, Al-Mana, As-Salwa, hanya saja bila lafadz tersebut hendak disebutkan dalam bentuk
jama Al-Quran akan menyebutkan Minal Ardhi, berbeda halnya dengan Lafadz As-Samawati
kadng-kadang disebutkan dalam bentuk jamak, dan adapula disebutkan dalam bentuk mufrad.
Kata lain seperti Ar-Riihu yang bermakna’angin’ yang disebutkan dalam bentuk jma
dan mufrad. Bila ia disebutkan dalam konteks azab maka menggunakan bentuk mufrad
sedangkan bila yng dimaksud berbentuk rahmad maka digunakan dalam bentuk jama.
C. LAFADZ YANG DIDUGA SINONIM, PERTANYAAN, DAN JAWABAN
1. Lafadz Sinonim
Dalam Al-Quran banyak sekali kita temukan lafadz yang memiliki makna yang
serupa tetapi lafadznya berbeda, banyakyang mengira lafadz tersebut merupaka sinonimnya,
namun bila kita simak dari makna yang tersurat lafadz tersebut memiliki makna dan posisi
tersendiri yang tak mampu diwakilkan oleh lafadz yang lain. Seperti dalam QS. Ar-Ra’du:21,
lafadz Yakhsyauna dan lafadz yakhafuna, memiliki makna yang sama yaitu bermakna
‘takut’. Namun lafadz ini memiliki makna yang posisi tidak mampu diubah, karena lafadz
Khasysyah bermakna takut yang disertai rasa hormat sedangkan lafadz khauwf bermakna
rasa takut yang wajar, sehingga makna takut yang terkandung dalam lafadz khasysyah lebih
dalam dibandingkan rasa takut yang terkandung dalam lafadz khauwf.
2. Pertanyaan dan Jawaban
Pertanyaan dan jawaban merupakan dua hal yang berkaitan erat dan tak bisa
dipisahkan, setiap jawaban haruslah sesuai dengan pertanyaan yang dikemukakan meskipun
dalam jawaban tersebut lebih umum dari apa yang dipertanyakan, atau lebih khusus lagi dari
yang diinginkan, dalam Al-Quran ada jawaban yang dialihkan untuk menjelaskan sesuatu
yang seharusnya ditanya atau dikemukakan, seperti QS. Al-baqarah:189, “Mereka bertanya
kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi
manusia dan (bagi ibadat) haji; Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari
UNTUK KALANGAN SENDIRI
M e d i a b e l a j a r u n t u k k a l a n g a n S e n d i r i h t t p s : / / s u f y a n i l y a s . w o r d p r e s s . c o m
belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah
ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu
beruntung”. Atau diayat yang lain misalnya dalam QS. Al-Baqarah:186, “Dan apabila
hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku
adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon
kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah
mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”
D. ISIM, FI’IL, DAN ‘ATAF
1. Isim dan Fi’il
Isim bermakna kata benda yaitu kata yang menunjukkan sesuatu yang tetap dan
berlangsung terus menerus, sedangkan fiil adalah kata kerja yaitu menunjukkan sesuatu yang
berulang-ulang dan baru. Sedangkan keduanya tidak dapat sdaling menggantikan posisi yang
lain. Diantaranya firman Allah dalam QS. Al-Kahfi:18 “Dan kamu mengira mereka itu
bangun, padahal mereka tidur; Dan kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri,
sedang anjing mereka menjulurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu
menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan diri dan
tentulah (hati) kamu akan dipenuhi oleh ketakutan terhadap mereka” dalam lafadz tersebut
kata Basith yang bermakna menjulurkan tidak bisa digantikan dengan Yabsuthu, karena bila
digantikan akan menunjukkan makna bahwa anjing itu menjulurkan kaki sedikit demi sedikit,
ini menyalahi maksud dan tujuan dari ayat ini, karena yang dikehendaki ketetapan sifat yang
ada padanya.
2. ‘Ataf
‘Ataf terbagi menjadi tiga macam yaitu:
a. ‘Ataf kepada suatu lafadz, yaitu bila amiel yang masuk pada suatu kata yang
di’atafkan olehnya
b. ‘Ataf mahail, yaitu bila amiel yag masuk itu dengan sangkaan saja, atau karena
lafadz orang-orang yang begitu fashih mengucapkannya, maupun memang
lafadznya sudh tetap demikian.
UNTUK KALANGAN SENDIRI
M e d i a b e l a j a r u n t u k k a l a n g a n S e n d i r i h t t p s : / / s u f y a n i l y a s . w o r d p r e s s . c o m
c. ‘Ataf tawahum yaitu ‘Ataf yang menurut kebiasaan masuk huruf amiel sehingga
menjadi Jaarr, dan sangkaan berubah sehingga menjadi yang benar dari bayangan
sebelumnya.
E. LAFADZ اإل يتاء Dan اإل عطاء
Al-Ita‟ berasal dari bahasa Arab yang bermakna ‘memberikan’, sedangkan Al-Itha‟
bermakna ‘pemberian’. Lafadz Al-Ita‟ lebih kuat dalam menetapkan objek sesuatu bila
dibandingkan dengan lafadz Al-Itha‟, hanya saja lafadz AL-Itha‟ mempunyai pola mutaaddi
yaitu bentuk penyebab atau pengaruh seperti yang termaktub dalam QS. Al-Kautsar:1, Adh-
Dhuha:5, atau dalam QS. Al-lail:5. Sedangkan lafadz Al-Ita‟ dapat kita temui banyak dalam
Al-Quran, seperti diantaranya: QS. Al-Baqarah:269, Al-Hijr:87, atau dalam QS. Ali
Imran:26.
F. LAFADZ كان Dan فعل
1. Lafadz كان
Kana adalah sebuah ‘fi’il naqish’ yng dapt ditashrifkan fungsinya sebagai
menashabkan isim serta merafa’kan kabar. Lafadz ini bermakna sesuatu yang telh terjadi dan
sudah terputus seperti dalam firmn Allah QS. At-Taubah:69, kadang-kadang ia juga
bermakna sesuatu yang terus menerus berlangsung, dengan contoh pada QS. An-Nisa:96.
Menurut Abu bakar Ar-Razi lafadz Kana memiliki lima macam penggunaan, yaitu:
a. Dengan makna azali dan badi (QS. An-Nisa:170)
b. Bermakna terputus (QS. An-Naml:48)
c. Bermakana masa sekarang (QS. Ali Imran: 103)
d. Bermakna akan datang (QS. Al-Insan:7)
e. Bermakna terjadi (QS. Al-Bqarah:34)
2. Lafadz فعل
Lafadz Fa‟ala digunakan untuk menunjukkan beberapa jenis perbuatan, bukan hanya
satu jenis perbuatan saja, tetapi mencakup satu, dua, atau lebih sekaligus. Seperti dalam QS.
Al-Maidah:79 dan QS. Al-Baqarh:24.
UNTUK KALANGAN SENDIRI
M e d i a b e l a j a r u n t u k k a l a n g a n S e n d i r i h t t p s : / / s u f y a n i l y a s . w o r d p r e s s . c o m
G. LAFADZ جعل , عس ,كد Dan لعل
1. Lafadz كد
Lafadz Kada merupakan sebuah ‘fi’il naqih’ dan hanya memiliki bentuk madhi dan
mudhari’ saja. Kata ini memiliki isim yang dibaca rafa’ dan khabar berupa fi’il mudhari yng
tidak dimasuki oleh “AN” lafadz ini memiliki beberapa pendapat mengenai perobahan
makna, diantaranya:
a. Menyebutkan sama dengan fiil lainnnya baik dalam hal nafi atupun itsbad seperti
dalam QS. An-Nur:40,
b. Ada juga ulama yang menyebutkan lafadz kada berlainan dengan fiil baik
darisegi nfi ataupun itsbad, pendapat ini merujuk pada dalil QS. Al-Isra:73,
c. Selain itu ada sebagian lagi menyebutkan lafadz kada merupakan nafi yang
menunjukkan pada sesuatu yang sulit dan susah payah seperti dalam QS. Al-
Baqarah:71.
d. Ada juga yang membedakan dalam bentuk madhi dan mudhari, jika lafadz
berbentuk madhi bermakna positif dan sebaliknya, bila ia dalam bentuk mudhari
maka ia mesti bermakna negatif dan
e. Pendapat bentuk terakir menyebutkan bila lafadz kada itu menunjukkan arti
positif maka berhubungan lafdz sebelumnya dengan lafadz sesudahnya.
2. Lafadz عس
‘Asa adalah sebuah fi’il jamid yang tidak dapat ditashrifkan, sehingga ada yang
menyebutkan ia adalah ‘huruf’. Maknanya adalah mengharap sesuatu yang disenangi dan
bersedih pada sesuatu yang tidak disenangi. Seperti yang tercantum dalam QS. Al-
Baqarah:216. Menurut Ibnu Faris lafadz ini kadang-kadang bermakna sesuatu yang dekat,
beliau menampakkan contoh pada QS. An-Nml:72.
Lain halnya dengan Kisa’i, beliau mengatakan bila kata „Asa yang datang bentuknya
berita maka ia disendirikn, sedangkan bila ia berbentuk pertanyaan maka ia digabungkan
dengan yang lain. begitu pula dengan Ibn Abi Htim beliau memiliki pendapat tersendiri,
dimana beliau menyebutkan setiap kata „Asa yang ada dalam Al-Quran menunjukkan pada
sesuatu yang ‘pasti’, dan pendapat ini dikuatkan oleh pendapat Ibn Anbari yang menyebutkan
UNTUK KALANGAN SENDIRI
M e d i a b e l a j a r u n t u k k a l a n g a n S e n d i r i h t t p s : / / s u f y a n i l y a s . w o r d p r e s s . c o m
bermakna pasti, hanya saja beliau mengecualikan pada dua tempat ddalam QS. Al-Isra:8 dan
QS. At-Tahrim:5.
3. Lafadz جعل
Lafadz Ja‟ala merupakan sebuah kata yang maknanya mencakup semua pekerjaan.
Makananya lebih umum dari pada pekerjaan dan perbuatan serta semua kata padanannya,
kata ini memiliki beberapa makna yang berubah-ubah, diantaranya:
a. Bermakna menamakan (QS.Az-Zukruf:19)
b. Bermakan menjadikan tau mewujudkan sesuatu (QS. Al-An’am:1)
c. Bermakna perpindahan suatu keadaan kepada keadaan yang lain (QS. Al-
Baqarah:22)
d. Bermakna keyakinan (QS. Al-An’am:100)
e. Bermakna menetapkan sesuatu atas sesuatu (QS. Al-Qashash:7)
4. Lafadz لعل
Lafadz la‟ala merupakan huruf yang berfungsi menashabkan isim dan merafa’kan
khabar, serta memiliki beberapa makna yaitu:
a. Harapan terjadi sesuatu sesuai dengan harapan yang diinginkan (QS. Al-
Baqarah:189)
b. Bermakana ta’lil (QS. Thaha:44)
c. Bermakna pertanyaan (QS. ‘Abasa:3)
H. LAFADZ غير Dan عند
1. Lafadz غير
Ghaira adala sebuah isim yang selalu diidhafahkan dan menunjukkan makna
penyamaran. Ar-Raghib menyebutkan beberapa makna huruf ghaira, yaitu:
a. Untuk menafikan tanpa menetapkan suatu makna (QS. Al-Qashash:50)
b. Untuk menafikan sutu bentuk dari selain materi (QS. An-Nisa:56)
c. Bermana mencakup kepada dzat dari sesuatu (QS. Al-An’Am:93)
d. Sinonim dengan huruf Illa (QS. Al-‘Araf:85)
UNTUK KALANGAN SENDIRI
M e d i a b e l a j a r u n t u k k a l a n g a n S e n d i r i h t t p s : / / s u f y a n i l y a s . w o r d p r e s s . c o m
2. Lafadz عند
„Inda merupakan merupakan sebuah ‘dharaf makan’ yaitu menunjukkan tempat yang
digunakan untuk menunjukkan makna kedekatan, kehadiran, baik itu bersifat indrawi seperti
QS. An-Najm:14-15 ataupun yang bersifat maknawi, seperti dalam QS. An-Naml:40
I. LAFADZ فا Dan فى
1. Lafadz فا
Lafadz Fa dalam Al-Quran digunakan dalam beberapa bentuk, seperi:
a. Sebagai huruf ‘athaf, bentuk ini memiliki tiga buah makna, yaitu:
1) Menunjukkan urutan (QS. Al-Baqarah:36)
2) Menunjukkan makna datang segera setelah yang sebelumnya (QS. Al-Hajj:63)
3) Menerangkan sebab (QS. Al-Qashash:15)
b. Untuk menjelaskan sebab semata, tanpa diiringi dengan ‘athaf seperti QS. Al-
Kautsar:1-2)
c. Sebagai pengikat atau penghubung antara ‘syarat’ dan ‘jawab’ pada saat ‘jawab’
tidak dapat dijadikan ‘syarat’ (QS. Al-An’Am:17)
d. Dignakan sebagai huruf tambahan (QS. Shad:57)
2. Lafadz فى
Fi merupakan sebuah huruf jar atau huruf khafat, yaitu apabila isim bertemu dengan
salah satu huruf tersebut, maka isim itu dibaca kasrah.namun demikian huruf Fi ini memiliki
beberapa makna, yaitu:
e. Bermakna ‘dharaf’, baik itu dharaf makna ataupun dharaf zaman (QS. QS. Ar-
Rum:2-4)
f. Bermakna mushahabah seperti „Ma‟A‟ (dengan atau beserta) (QS. Al-‘Araf:38)
g. Ta’lil (QS. An-nur:14)
h. Isti’la’ (QS. Thaha:17)
i. Sinonim dengan huruf Ba (QS. Asy-Syura:11)
j. Sinonim dengan huruf Ila (QS. Ibrahim:9)
k. Sinonim dengan uruf Min (QS. An-Nahl:79)
l. Sinonim dengan huruf „An (QS. Al-Isra: 72)
UNTUK KALANGAN SENDIRI
M e d i a b e l a j a r u n t u k k a l a n g a n S e n d i r i h t t p s : / / s u f y a n i l y a s . w o r d p r e s s . c o m
m. Sebagai perbandingan (QS. At-Taubah:38)
n. Sebagai taukid (QS. Hud:41)
J. ‘AMM DAN KHASH
1. ‘Amm
Lafadz ‘amm ialah suatu lafadz yang menunjukkan pada sesuatu secara keseluruhan
atau dikenal dengan lafadz umum dimana lafadz ini sulit dipahami tanpa ada kaitan dengan
lafadz lain yang menjelaskan pemahamannya. Lafadz ‘amm terbagi dalam tiga bagian, yaitu:
a. ‘Amm yang dudah tetap dan dak dapat ditakhsiskan lagi, seperti dalam QS. Al-
Fath:11, Al-Maidah:97
b. Lafadz yang umum, sedangkan yang dimaksud adalah khusus, seperti dalam QS.
Ali-Imran:173, Ali-Imran 175.
c. Lafadz yang umum, yang dikhususkan dan antara keduanya, seperti QS. An-
Nur:4-5, Al-Qashash:88
2. Khash
Khash ialah suatu lafadz yang maksud dan pemahamannya secara langsung tertuju
pada pokok pembicaraan, khash merupakan lawan dari lafadz ‘amm. Lafdz khash terbagi dua
macam, yaitu khash mutthasil dan khash munfasil.
a. Khash muttashil terbagi beberapa macam seperti pengecualian (QS. Al-Ashr:2-3),
sebagai syarat (QS.Al-Baqarah:228), sifat (QS. An-Nisa:92), membatasi sesuatu
(QS. Al-Baqarah:222), sebagai pengganti keseluruhan (QS. Ali-Imran:97).
b. Khash munfasil ada beberapa macam pula, seperti ayat Al-Quran yang
dkhususkan dengan ayat lain, seperti QS. Al-Baqarah:187 dikhususkan oleh QS.
Al-Ahzab:49.
Ayat Al-Quran yang dikhususkan dengan sunnah, seperti QS. An-Nisa:11
dikhususkan dengan hadist yang berbunyi: “tidak boleh mewariskan seorang
mukmin kepada kafir, dan tidak boleh mewariskan orang kafir kepada orng
muslim”,
UNTUK KALANGAN SENDIRI
M e d i a b e l a j a r u n t u k k a l a n g a n S e n d i r i h t t p s : / / s u f y a n i l y a s . w o r d p r e s s . c o m
Sunnah dikhususkan dengan ayat Al-Quran seperti hadist yang bunyinya: “Allah
tidak menerima shalat diantara kamu bila masih berhadats hingga kamu
berwudhu”, dan dikhususkan oleh allh melalui firmannya dalam QS. An-Nisa:43.
K. MUTLAQ DAN MUQAYYAD
1. Mutlaq
Mutlaq secara etimologi bermakna bebas, dalam artian tanpa ada ikatan dengan
sesuatu yang lainnya, sedangkan secara terminologi mutlaq adalah lafadz yang datang dalam
bentuk umum, tanpa mempunyai sebarang keterbatasan atau had tertentu (taqyiid). Ia
merujuk kepada sesuatu maksud tertentu yang telah dimaklumi.
Contoh ayat mutlaq dalam QS. Al-Baqarah: 184: “(yaitu) dalam beberapa hari yang
tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-
hari yang lain”. Dalam ayat ini, Allah SWT memberikan kemudahan kepada mereka yang
musafir dan sakit untuk berbuka puasa dengan syarat mesti menggantikannya pada hari-hari
yang lain selepas bulan Ramadan. Lafaz 'ayyam' yang bermaksud hari-hari ini datang dalam
bentuk mutlaq, yaitu tidak dikhususkan pada hari tertentu atau secara berturutan. Ini
bermakna, mereka boleh memilih sendiri hari untuk menggantikan puasa kecuali hari-hari
yang diharamkan berpuasa.
2. Muqayyad
Muqayyad secara etimologi bermakna terikat dengan sesuatu, sedangkan secara
terminologi Muqayyad adalah lafadz yang memiliki ikatan hukum atau ketentuan yang
menunjukan kepada sesuatu dengan keterbatasan dan ikatan-ikatan tertentu.
Contoh ayat muqayyad seperti dalam QS. An-Nisa': 92: “Dan tidak layak bagi
seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak
sengaja), dan barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia
memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan
kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah”.
Dalam ayat ini, Allah SWT mewajibkan untuk memerdekakan hamba yang beriman (raqabah
UNTUK KALANGAN SENDIRI
M e d i a b e l a j a r u n t u k k a l a n g a n S e n d i r i h t t p s : / / s u f y a n i l y a s . w o r d p r e s s . c o m
mukminah). Ia adalah lafaz muqayyad kerana dikaitkan dengan sifat beriman. Ini bermakna,
dalam kes pembunuhan tidak sengaja ke atas orang mukmin, kafarah (denda atau hukuman)
yang dikenakan adalah membebaskan seorang hamba yang beriman.
L. HAKIKAT DAN MAJAZ
Hakikat merupakan ayat-ayat suci yang memiliki makna tetap pada makna dasarnya
tanpa ada yang didahulukan maupun yang diakirkan, sedangkan majas merupakan ayat-ayat
selain memilki makna tetap juga memilki makna tersirat didalamnya berbentuk kiasan.
Dalam masalah majas terjadi perselisihan beberapa ulama, ada sebagian ulama yang
tidak setuju dengan adanya majas dalam kalam suci, dan sebagian lagi menyebutkan bahwa
salah satu kemukjizatan dalam bahasa Al-Quran adalah dengan adanya majas tersebut.
Oleh karena itu, ulama yang setuju dengan adanya majas dalam Al-Quran mereka
membagi dalam beberapa macam, yaitu:
RUJUKAN:
1. Manna Khalil Al-Qathan, Mabahis Fi Ulumil Quran, Penj. Mudzakir As,
Bogor:Pustaka Lintera Antar Nusa, 2009.
2. Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Al-Itqan Fi Ulumil Quran, Penj. Tim Editor Indiva,
Solo:Indiva Kreasi, 2009.
3. Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tfsir, Yokyakarta:Pustaka Pelajar, 2005