tumbuh kembang biopsikososial pada anak

37
Perbedaan Rasa Cemas dan Rasa Takut American Psychiatric Association (1964) Rasa cemas didefinisikan sebagai kekhawatiran, ketegangan atau ketidaktenangan yang mendasari antisipasi terhadap bahaya yang sumbernya tidak diketahui atau dikenali. Terutama yang bersumber dari intrapsychic (timbul, terjadi, atau terdapat didalam pikiran), dibedakan dari rasa takut yang merupakan respon emosional terhadap pengenalan secara sadar dan biasanya ancaman atau bahaya eksternal. Rasa cemas dan rasa takut diiringi dengan perubahan fisiologis yang sama. Dianggap sebagai patologik ketika mengganggu keefektifan hidup, keinginan mencapai tujuan atau kepuasan atau kenyamanan emosional yang layak.

Upload: riska-wahyuni

Post on 14-Dec-2014

155 views

Category:

Documents


63 download

DESCRIPTION

tumbuh kembang biopsikososial pada anak

TRANSCRIPT

Perbedaan Rasa Cemas dan Rasa Takut

American Psychiatric Association (1964)Rasa cemas didefinisikan sebagai kekhawatiran, ketegangan atau ketidaktenangan yang mendasari antisipasi terhadap bahaya yang sumbernya tidak diketahui atau dikenali. Terutama yang bersumber dari intrapsychic (timbul, terjadi, atau terdapat didalam pikiran), dibedakan dari rasa takut yang merupakan respon emosional terhadap pengenalan secara sadar dan biasanya ancaman atau bahaya eksternal. Rasa cemas dan rasa takut diiringi dengan perubahan fisiologis yang sama. Dianggap sebagai patologik ketika mengganggu keefektifan hidup, keinginan mencapai tujuan atau kepuasan atau kenyamanan emosional yang layak.

Rasa Cemas

• Reaksi antisipasi terhadap ancaman yang tidak realistis atau nyata

• Tidak terikat dengan objek

• Perasaan ketakutan lebih nonspesifik

• Menggambarkan keadaan dimana seseorang bersiap-siap menghadapi sesuatu yang akan terjadi

• Berhubungan dengan kondisi yang abnormal

Rasa Takut

• Emosi natural berdasarkan pada persepsi ancaman yang nyata

• Berhubungan dengan objek speisifik

• Menggambarkan reaksi terhadap stimulus ancaman spesifik dari luar

• Reaksi emosional natural terhadap stimulus ancaman pada situasi perawatan dental

Klasifikasi Perilaku Anak

WILSON (1933)

• Normal atau berani

• Pemalu

• Histeris (menangis)

• Memberontak

SAND (1933)

• Hipersensitif atau

waspada / berhati-hati

• Nervous

• Takut

• Secara fisik tidak sehat

• Keras kepala

SARNAT (1972)• Kooperatif aktif• Kooperatif pasif• Normal atau acuh tak

acuh• Menentang• Sangat tidak kooperatif

FRANK (1962)Skala 1 : Sangat Negatif

(--)• Menolak perawatan• Menangis keras• Ketakutan• Perilaku lain yang sangat

negatif

Skala 2 : Negatif (-)• Ragu-ragu menerima

perawatan• Tidak kooperatif• Sikap negatif lain tapi

tidak diungkapkan, diam, cemberut, dan tidak mau berkomunikasi

Skala 3 : Positif (+)

• Menerima perawatan ;

terkadang berhati-hati

• Memiliki keinginan untuk

mematuhi dokter gigi

• Mengikuti arahan dokter

gigi dengan kooperatif

Skala 4 : Sangat Positif

(++)

• Memiliki hubungan yang

baik dengan dokter gigi

• Tertarik dengan prosedur

perawatan

• Tertawa dan menikmati

situasi

LABELING PERILAKU KOOPERATIF ANAK (MENURUT WRIGHT)

1. Kooperatif• Sebagian besar anak-

anak kooperatif dengan suasana dental

• Anak-anak kooperatif akan merasa rileks

• Ketakutan minimal• Bergairah dan

bersemangat• Anak – anak kooperatif

dapat diberikan pendekan TSD

• Dokter gigi dapat melakukan perawatan secara efektif dan efisien

2. Tidak Mampu Kooperatif

• Anak-anak yang sangat muda ( <2 tahun), karena komunikasi tidak bisa dilakukan karena sulit memahami• Anak-anak dengan kondisi spesifik /

kelainan / lemah• Mustahil kooperatif walaupun dimodifikasi perilakunya

3. Potensial Kooperatif

• Bisa pada anak-anak yang sehat atau kelainan (berkebutuhan khusus / handicapped) tapi mungkin untuk kooperatif jika dimodifikasi perilakunya

a. Perilaku Tidak Terkontrol• Pada anak usia 3-6 tahun• Terutama pada kunjungan

pertama kali ke drg• Ciri :- Menangis keras- Berteriak- Sangat ketakutan- Bentuk perilaku infantil /

kekanak-kanakan• Terkadang ditemukan

pada anak-anak lebih tua (usia sekolah), karena mencontoh perilaku orang dewasa atau saudara kandung yang lebih tua

b. Perilaku Menentang• Pada semua usia, paling

sering usia sekolah• Sering mengatakan

saya tidak mau• Perilaku = dirumah,

karena orang tua kurang tegas / memberi batasan

• Juga disebut keras kepala, anak manja

• Juga bisa berupa menentang pasif

- Biasanya pada anak yang lebih tua, menginjak remaja, karena di rumah memiliki kebebasan untuk mengatakan suka atau tidak suka

- Tidak mau merespon secara verbal

- Miskomunikasi dengan drg

- Menolak saat dilakukan pemeriksaan

- Bahasa tubuhnya menggambarkan perilaku menentang

- Menghindari kontak mata dengan drg

c. Perilaku Malu / Takut• Perilaku negatif yang

paling ringan• Biasanya berlindung

dibelakang orang tua• Terkadang merengek

dan mengusap tangan ke mata untuk menahan airmata

• Beberapa alasan anak pemalu :

- Keluarga overprotektif terhadap anak di rumah

- Anak-anak yang tinggal di pedalaman, jarang bertemu orang asing

d. Perilaku tegang

• Menerima perawatan

• Terlihat dari bahasa

tubuh

- Mata anak selalu

mengikuti gerak drg

maupun asisten

- Suara bergetar

- Tubuh gemetar

- Telapak tangan atau

kening berkeringat,

karena anak berusaha

mengontrol emosinya.

e. Perilaku Merengek• Memperbolehkan drg melakukan perawatan• Anak merengek selama perawatan, mis :

walaupun sudah diberi anestesi lokal (ketakutan terhadap sesuatu dapat menurunkan ambang nyeri sumber frustasi dan iritasi)

Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Anak

• Pertumbuhan dan perkembangan• Sosial budaya• Keluarga• Pengalaman medis dan gigi sebelumnya• Tempat praktek drg• Persiapan anak sebelum perawatan gigi• Sumber tingkah laku tidak kooperatif dalam

keluarga Penularan tingkah laku orangtua / saudara Orangtua menggunakan drg sbg ancaman Pembicaraan mengenai perawatan gigi yang

terdengan oleh anak Kecemasan anak yang berasal dari internal

maupun eksternal

Hubungan Rasa Takut Terhadap Usia AnakUsia 2-3 Tahun (sangat responsif thd lingkungan)• Rasa takut berhubungan dengan hal yang tidak diketahui dan tidak disangka yang kuat atau tiba-tiba yang menstimulasi organ pancaindra

• Contohnya: Suara (bunyi dan getaran) bur Menggunakan tekanan saat menggunakan sonde untuk melihat kedalaman karies Merubah posisi unit Gerakan tangan yang cepat dan tersentak-sentak Sinar lampu yang silau.

 

Anak-anak Prasekolah• Takut dipisahkan dari

orangtua• Timbul rasa takut

terhadap situasi yang asing bagi dirinya

Dokter gigi yang memakai jas putih

Ruang tunggu yang hening (pada anak dengan kondisi di rumah yang penuh aktifitas dan ribut)

Dokter gigi atau asisten yang terlalu bersemangat

Usia 4 Tahun (imajinatif)

• Masa puncaknya rasa

takut

• Usia 4-6 tahun adanya

penurunan rasa takut

awal, seperti : gerak

jatuh, suara /

kegaduhan, orang yang

tidak dikenal.

• Penurunan rasa takut

bisa karena :

Realisasi bahwa tidak

adanya rasa takut

Tekanan sosial untuk

menyembunyikan rasa

takut Meniru kondisi sosial

Bimbingan orang

dewasa

Usia 4-6 Tahun (imajinatif)

• Masa pertentangan dan emosional tidak stabil• Fantasi atau imajinasi

memiliki peran dalam mekanisme proteksi untuk menahan masalah emosional dengan berimajinasi melawan sesuatu yang ditakuti pada keadaan nyata

• Rasa takut berhubungan dengan ransangan sakit

• Mengatasinya : pakai faktor-faktor fantasi, seperti permainan ke dokter gigi

Usia 7 Tahun (berfikir logis)

• Mulai sanggup mengatasi rasa takut walaupun reaksi sering berubah-ubah (kadang kooperatif, kadang tidak) dan sangat penting peran dari keluarga.

• Dapat mengatasi rasa takut pada prosedur perawatan karena drg dapat menjelaskan pada anak tindakan yang dilakukan.

Usia 8-14 Tahun (analisa dan berfikir logis)

• Anak telah mengerti dan mempelajari keadaan kurang menyenangkan dan berkeinginan menjadi pasien yang baik

• Anak tidak suka orang memandang ringan sakit yang dideritanya baik itu oleh temannya atau drg sendiri.

• Emosionalnya sudah terkontrol

Anak Usia Belasan Tahun• Khususnya perempuan menjadi lebih peduli

terhadap penampilannya• Mereka senang melakukan sesuatu yang atraktif• Tertarik terhadap efek alat kecantikan sehingga

dokter gigi dapat mempengaruhi untuk motivasi anak tersebut

• Masalah pada manajemen tingkah laku hanya terjadi pada belum dapat menyesuaikan diri

Tumbuh Kembang Anak Dalam Aspek BiopsikososialPerkembangan Fisik• Perubahan yang terjadi sesuai

dengan usia anak dalam hal : ukuran, kekuatan, koordinasi motorik stamina dan keterampilan menggunakan otot.

• Perkembanagn fisik tergantung pada perkembangan lain misalnya perkembangan sosial

Perkembangan Sosial• Proses pertumbuhan anak

kearah fungsi mandiri.• Ketergantungan pada arang lain.• Kemampuan memelihara diri

(funsi otonomi).• Proses osialisasi anak yang

meliputi hubungan antar orang lain :

Makhluk penerima Dewasa memberi dan

menerima Mampu bertanggung jawab

Perkembangan Intelektual• Pengukuran dilakukan awal

1900• Kelas khusus untuk anak yang

tidak mampu megikuti kelompok anak yang seusianya.

• Dokter gigi melakukan secara relatif membandingkan usia dengan kelas di sekolah

Prinsip PERKEMBANGAN ANAK :• Rangkaian perubahan

progresif, teratur, berkesinambungan

• Respon umum khusus• Merupakan kesatuan yang

mempunyai kaitan aspek fisik, motorik, intelektual social pola pasti

• Berlangsung berantai universal

• Dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar.

Segitiga Perawatan

Pendekatan Terhadap Perilaku Anak

Pendekatan Nonfarmakoterapi

Behavior Shaping (Pembentukan perilaku)• Metode sederhana dalam

pendekatan terhadap anak yang dilakukan secara bertahap untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan oleh dokter gigi selama perawatan

• Metode TSD (tell-show-do) Addelston (1959)

• Indikasi :

Anak-anak yang cukup

kooperatif untuk

membentuk komunikasi

Anak yang kurang

dipersiapkan pada

kunjungan pertama ke

drg Anak yang takut karena

pengalaman yang tidak

menyenangkan terhadap

drg pada perawatan

terdahulu

Anak yang takut karena

mendengar informasi

dari orang tua atau

teman sebayanya

tentang perawatan gigi

Metode TSD (Tell-Show-Do)

•Drg menjelaskan kepada anak megenai perawatan yang akan dilakukan dengan bahasa yang mudah dimengerti anak tersebut (dijelaskan secara pelan dan berulang sampai anak tersebut benar2 mengerti)

TELL

•Drg menunjukkan kepada anak bagaimana prosedur perawatan yang akan dilakukan, bisa langsung mendemonstrasikan pada anak tersebut atau pada benda mati agar anak benar2 mengerti

SHOW

•Drg melakukan perawatan kepada anak tersebut sesuai dengan apa yang telah dijelaskan atau didemonstrasikan sebelumnya

DO

Behavior Modification (Modifikasi Perilaku)1. Modelling or Imitation• Proses meniru perilaku

model yang disediakan• Meniru perilaku model

secara cepat dipelajari, jadi modelling efisien digunakan sebagai metode pembelajaran

• Tujuan: untuk mengurangi dan menghilangkan rasa takut dan cemas yang tinggi

• Komponen proses belajar melalui model (Bandura; 1969) : memperhatikan, mencamkan, memproduksi gerak motorik dan ulangan penguatan dan motivasi

2. Desensitisasi• Desensitisasi sistemik

suatu bentuk terapi desentisisai yang pasiennya diajar untuk tenang dan kemudian dipaparkan pertama terhadap rangsangan yang membangkitkan kecemasan yang hampir tidak ada sampai yang paling ringan melalui imajinasi ; bila pengobatan ada kemajuan pemaparan dilakukan thd rangsangan yang lebih kuat sampai dpt bertahan thd rangsangan yang paling ekstrim.

Terdiri 3 tahapan :1. Lihatlah pasien agar

santai dan rileks.2. Susunlah secara

berurutan hal-hal yang membuat pasien cemas dan takut

3. Memberi rangsang dari hal yang begitu tidak menakutkan sampai anak tidak merasa takut lagi dan ransang ini ditingkatkan menurut ukuran yang telah disusun.

Reinforcement• Jika suatu respon yang

dilakukan mencapai tujuan tertentu, perlu dihadiahi atau diperkuat responnya

• Begitu juga, jika respon yang diberikan tidak sesuai, maka perlu diperkuat agar tejadinya respon yang diharapkan

Aversive Conditioning (Restraint)

• HOME (Hand-Over-Mouth-Exercise)

Indikasi :• Anak dengan

intelegensi normal• Tidak untuk anak usia

<3th dan tahap prekooperatif

• Efektif untuk anak usia 3-6 th

• Tidak menggunakan sedasi, anak harus sadar sepenuhnya

Teknik :• Drg harus mengontrol

perilaku anak (drg mengerti dan menguasai metode ini dan mampu mengontrol dengan baik emosionalnya)

• Berbicara dengan suara lembut dan monoton (jangan ditekan suaranya)

• Diawali dg meletakkan tangan drg di atas mulut anak

• Asisten menjaga agar tidak ada yang terluka

Pendekatan Farmakoterapi

Sedasi N2O2Digunakan untuk :• Mengurangi atau

menghilangkan rasa takut, kecemasan, dan kegelisahan pada anak

• Mengurangi gerakan dan reaksi yang tidak baik thd prosedur perawatan

• Membuat keadaan semihypnotic dengan pasien sadar sepenuhnya

• Peningkatan kesabaran anak untuk perawatan dengan waktu lama

• Alat bantu dalam perawatan secara mental atau fisik pada pasien handicapped

• Ambang nyeri anak rendah

• Mengurangi rasa cema dan tegang drg dan asisten berhubungan dg perawatan anak tsb

Tidak digunakan untuk :• Mengendalikan perilakku

menentang atau histeris pada anak

• Menggantikan teknik yang salah dari manajemen anak

• Mengendalikan nyeri yang berhubungan dengan prosedur perawatan atau menggantikan lokal anestesi

Anestesi Umum• Bennet (1974)

mendefinisikan sbg : pemantauan timbal balik thdp ketidakaturan kelumpuhan sel sistem saraf pusat

• Anastesi umum dapat diterapkan pada pasien anak dengan 5 kriteria :

1. Pasien: apakah ada kelainan fisik/ persoalan perilaku yg cukup serius & seringkali menghambat anak untuk berperilaku positif

2. Prosedur: apakah pekerjaan perawatan akan dpt selesai dgn baik dimana anak tdk mau berperilaku kooperatif

3. Tempat: fasilitas penyembuhan pasca anastesi

4. Personal: apakah drg dan staf cukup berpenggalaman utk melakukan anastesi dan mampu utk menangulangi pra, selama, dan pasca pemberian anastesi

5. Persiapan: apakah pasien tlh dipersiapkan emosi dan fisiknya (pemeriksaan fisik dan laboratorium).

Faktor Penunjang Terhadap Keberhasilan Perawatan Gigi

Teknik komunikasi dokter gigi terhadap anak

Menciptakan Komunikasi• that the first objective in

the successful management of the young child

• involving a child in a conversation not only enables the dentist to learn about the patient but also may relax the child

• effectiveness of these approaches differs with the age of the child

• Generally, verbal communication with younger children is best initiated with complimentary comments, followed by questions that elicit an answer other than “yes” or “no.”

Membentuk Komunikator• The dental assistant roles

when communicating with a pediatric patient. He talks with the child during the transfer from reception room to operatory and during preparation of the child in the dental chair

• When the dentist arrives, he usually takes a more passive role to make a communication from a single source

• When both dentist and dental assistant provide directions, child will becomes confused

Kejelasan Pesan• Communication is a

complex, multisensory process. It includes a transmitter, a medium, and a receiver

• The dentist or dental health team is the transmitter, the spoken word frequently is the medium, and the pediatric patient is the receiver. The message must be understood in the same way by both the sender and the receiver

• very often, to improve the clarity of messages to young patients, dentists use euphemisms to explain procedures

Kontrol Suara• Sudden and firm

commands are used to get the child’s attention or to stop the child from whatever is being done

• Another form of voice control is a slow and deliberate cadence that can function like music set to a mood.

• Considering the use of loud commands as a punishment technique, they compared the effects of loud and normal voice commands given to 40 children with potential behavior problems. Their findings demonstrated that loud commands reduced disruptive behaviors

Komunikasi Multisensoris• Nonverbal messages also

can be sent to patients or received from them.

• Body contact can be a form of nonverbal communication, ex : The dentist’s simple act of placing a hand on a child’s shoulder while sitting on a chairside stool conveys a feeling of warmthand friendship

• Helped children to relax, especially those 7 to 10 years of age

• Eye contact is also important. The child who avoids it often is not fully prepared to cooperate.

Problem Ownership• In difficult situations,

dentists sometimes forget that they are guiding the behavior of children

• They begin by sending “you” messages. For example, “You must sit still!”

• These are negative messages and only undermine the rapport between a pediatric patient and dentist

• “You” messages carry the implication that the child is wrong

• An alternative is to send “I” messages. These messages establish the focus of the problem, such as “I can’t fix your teeth if you don’t open your mouth wide.”

Aktif Mendengarkan• Listening also is important

in the treatment of children

• However, listening to the spoken words may be more important in establishing rapport with the older child than guiding the behavior of a younger child, for whom attention to nonverbal behavior often is more crucial

• The patient is stimulated to express feelings, and the dentist does the same, as necessary processes in communication.

Respon Yang Tepat• The appropriateness of the

response depends primarily on the extent and nature of the relationship with the child, the age of the child, and evaluation of the motivation of the child’s behavior

• An inappropriate response would be a dentist’s displaying extreme displeasure with an anxious young child on the first visit when there has been insufficient time to establish a good rapport.

• If a dentist has made inroads with a child, who then displays unacceptable behavior, a dentist may well express disapproval without losing personal control. The response is then appropriate.

Pendekatan Psikologi Terhadap Perilaku Anak

Stimulus Dan Respon (S-R)• Belajar adalah persatuan antara stimulus dan respon• seorang anak yang memasuki ruang tunggu

(stimulus) dan menasosiasikan tindakan ini dengan pengalaman dental sebelumnya. Pikirannya merupakan respon internal yang bertindak sebagai stimuli atau isyarat untuk membayangkan dokter gigi dengan “explorer” yang dapat lebih mudah untuk menyakitinya. Respon internal anak adalah takut dan cemas. Respon eksternalnya adalah menangis.

Motivasi

• Prinsip dasar dari belajar meliputi motivasi

• Seorang anak lebih mungkin bertingkah laku

dalam cara tertentu jika dia dimotivasi untuk

mendapatkan tujuan yang spesifik

• Contoh : Seorang anak yang berkeinginan untuk

memiliki gigi yang rapi lebih mungkin untuk

mengalami perawatan orthodontic dengan sukses

dari pada anak yang tidak tertarik dengan

tampilan giginya

Reinforcement

• Konsep penting lainnya untuk memahami teori

belajar adalah reinforcement

• Jika suatu respon yang dilakukan mencapai tujuan

tertentu, perlu dihadiahi atau diperkuat

responnya

• Contoh : seorang anak sakit gigi (stimulus) yang

juga motivasi anak mengunjungi drg. Kunjungan

ke drg adalah respon. Menghilangkan rasa sakit

gigi adalah tujuan. Jika respon anak tersebut

menghasilkan tercapainya tujuan, perlu di beri

hadiah untuk memperkuat perilaku anak

tersebut.

• Begitu juga, jika anak takut diinjeksi, dokter gigi

meyakinkan bahwa dia tidak akan tersakiti, maka

pemberian injeksi tanpa rasa sakit menguatkan/

reinforces tingkah laku anak tersebut sehingga

tercapainya kooperatif.

Generalisasi• Kecenderungan individu memberi respon yang sama terhadap stimulus yang telah di prekondisikan disebut generalisasi stimulus• Cukup besar kesamaan antara stimulus original (semula) dan situasi baru, lebih besar kemungkinan respon terjadi. • Pasien pedodontik yang memiliki pengalaman tidak menyenangkan dengan drg akan merespon takut dan cemas pada situasi dental yang baru, walaupun ruangan, lingkungan, asisten, dan drg berbeda. Adanya stimulus yang cukup untuk anak menggeneralisasikan bahwa dia akan mengalami pengalaman yang sama kembali

• Belajar untuk merespon stimulus tertentu dengan cara yang sedikit berbeda disebut generalisasi respon• Anak tertentu akan merespon high-speed handpiece dengan perilaku berbeda bergantung pada perubahan suasana dental : apakah dia aman ? apakah dia cemas? apakah dokter gigi terlihat terburu-buru? apakah giginya asimtomatik dibandingkan dengan waktu lalu ketika giginya sakit?• Istilah Generalisasi mediasi digunakan pada kasus dimana dasar generalisasinya meliputi label bahasa• Pada anak yang sangat kecil, istilah dokter berlaku untuk dokter umum dan dokter gigi

Diskrimination dan Extinction (Perbedaan dan Pemunahan)

• Pada mulanya, generalisasi pada anak apakah itu mediasi atau bukan sangat luas. Secara berangsur-angsur, anak belajar untuk membatasi dengan tepat generalisasinya. Kemampuan belajar ini disebut diskriminasi

• Contoh : anak belajar bahwa praktik dokter gigi berbeda dengan praktik dokter umum, dan dokter gigi yang satu berbeda dengan lainnya

• Respon belajar tidak selalu terpelihara kuat. Jika respon terjadi dan tidak diperkuat, kekuatan respon secara progresif menurun dan lama-kelamaan hilang. Ini disebut respon ekstinsi

• Tingkah laku yang tidak diinginkan sering dapat dihilangkan dari daftar tingkah laku dengan cara ini.

Modifikasi Perilaku• Modifikasi perilaku atau terapi perilaku didefinisikan

sebagai usaha untuk mengubah perilaku dan emosional seseorang menjadi baik dan berkenaan dengan hukum teori belajar

• Ketetapan hukum bahwa perilaku yang diberi penghargaan cenderung akan terlihat meningkat dan perilaku yang diberi hukuman atau tanpa penghargaan cenderung akan menghilang atau tidak terlihat.