tuk atawa mata air - bambang widoyo

51
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com TUK : mata air Karya Bambang Widoyo SP Terjemahan: Gunawan Maryanto/Andi SW

Upload: didizoneunila

Post on 24-Jun-2015

136 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Menginginkan file-file penting berkenaan bahasa, sastra dan kesenian?? buka situs ini : http://sastra-indonesiaraya.blogspot.com/

TRANSCRIPT

Page 1: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

TUK : mata air Karya Bambang Widoyo SP Terjemahan: Gunawan Maryanto/Andi SW

Page 2: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 2

PELAKU:

1. Mbah Kawit 2. Lik Bismo 3. Marto Krusuk 4. Soleman Lempit 5. Bibit 6. Mbok Jemprit 7. Romli 8. Isteri Romli 9. Mbok Jiah 10. Menik

MAGERSAREN PERUMAHAN YANG DULU ADALAH DALEM KEPUNYAAN DEN MAS DARSO SEKARANG SEMAKIN SESAK. RUMAH DAN PEKARANGAN DIBAGI-BAGI, DINDINGNYA SALING BERHIMPITAN. SEPERTI BERADU-DINDING, SAMPAI-SAMPAI TRITIS DAN EMPERAN RUMAH BERFUNGSI GANDA SEBAGAI JALAN BAGI WARGA MAGERSARI YANG KEPINGIN LEWAT. PENGHUNI MAGERSAREN ITU AWALNYA ADALAH PARA PENDATANG YANG BUTUH TEMPAT BERTEDUH DAN BERISTIRAHAT KETIKA TERPAKSA MENCARI KERJA DI KOTA, TAPI KEMUDIAN MENETAP, MONDOK DAN MALAH BERANAK-PINAK DI SANA. PEKERJAAN WARGA RATA-RATA HANYALAH TENAGA SERABUTAN, BURUH KASAR SEMACAM KULI, TUKANG BECAK, PENAMBAL BAN, MAKLAR, PENJUAL MAINAN KELILING DAN SEBANGSANYA. SEMENTARA YANG SEDIKIT BERNASIB BAIK BISA JADI BAKUL BUMBU ATAU DAGANG KECIL-KECILAN. DI DALAM MAGERSAREN TERLIHAT SESAK DAN SUMPEK. JEMURAN BERSAMPIRAN, GEROBAK DORONG, KERANJANG, ANGKRINGAN PIKUL BERCAMPUR MENJADI SATU DENGAN KANDANG AYAM, SEPEDA RINGSEK, DAN PERABOT YANG LAIN. SALING TUMPUK TAK BERATURAN. RAK PIRING, EMBER CUCIAN, BARANG CUCIAN JUGA PERABOT DAPUR BERGANTUNGAN DI DINDING BAMBU, MALAH BANYAK YANG BERCECERAN DI HALAMAN. CUMA ADA SATU DUA RUMAH MAGERSARI YANG LUMAYAN ENAK DILIHAT, TERLIHAT BERSIH, TEMBOKNYA SUDAH DICAT, BERBEDA DENGAN PONDOKAN YANG LAIN. PEMILIKNYA MUNGKIN ORANG YANG BERKECUKUPAN. TEPAT DI TENGAH MAGERSAREN ADA SUMUR TUA YANG AIRNYA BERLIMPAH. SEKITAR SUMUR SUDAH DISEMEN, ADA JAMBAN DAN KAKUS. SUMUR ITU JADI TEMPAT WARGA MENGAMBIL AIR, MENCUCI, MANDI ATAU BUANG AIR BESAR. JUGA DI SEKITAR SUMUR ITULAH. PARA WARGA SALING BERTEMU, NGUMPUL, BERCENGKRAMA, DUDUK-DUDUK, BERCANDA, NGGOSIPIN TETANGGA, MARAHAN SAMPAI BERANTEM. DARI PAGI, SIANG, SORE SAMPAI MALAM, SUMUR ITU TAK PERNAH SEPI.

Page 3: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 3

SATU MAGERSAREN SORE HARI ANAK-ANAK SUDAH PADA MASUK RUMAH, TIDAK TAMPAK LAGI BEMAIN DI HALAMAN. SEBAGIAN PADA KELUAR, KE RUMAH TETANGGA, NUMPANG NONTON TELEVISI. ROMLI TUKANG JAHIT, SALAH SEORANG PENGHUNI MAGERSAREN LAGI SUNTUK MENYELESAIKAN JAHITAN PESANAN, MENJAHIT CELANA. MARTO KRUSUK BERTERIAK-TERIAK MENCARI CUCUNYA YANG BELUM PULANG DARI MAIN. LIK BISMO TAMPAK BARU SAJA PULANG DARI MENJAJAKAN MAINAN, MASUK PEKARANGAN SAMBIL MENUNTUN SEPEDANYA. BONCENGANNYA PENUH DENGAN DAGANGAN YANG BERGELANTUNGAN. SUARA BEL SEPEDANYA BERDERING, JADI PENANDA WAKTU BAGI WARGA MAGERSAREN KALAU LIK BISMO SUDAH PULANG. MBAH KAWIT YANG SEDANG MENYAPU HALAMAN, BURU-BURU MENYAMBUT LIK BISMO, TAPI KEDUA ORANG TUA ITU BERHENTI SEJENAK, JENGAH, MENDENGAR SUARA ORANG BERANTEM DARI DALAM KAMAR BELAKANG, DARI DALAM RUMAH ROMLI. BERKEROMPYANG SUARA BARANG PECAH BELAH, SUARA PERKAKAS DIBANTINGI, DIKEPRUKI. ROMLI KAGET. ROMLI (BERTERIAK) Sum, Suuummm!!! Kamu kenapa? Nyari apa? MARTO KRUSUK KELUAR DARI RUMAHNYA, CELINGAK-CELINGUK SAMBIL MASIH BERTERIAK-TERIAK MENCARI CUCUNYA. MARTO KRUSUK Genjik! Njik, Genjik! Di mana anak ini? Mbah, Mbah Kawit, lihat Genjik? MBAH KAWIT Lihat tivi di rumah Nyah Bawang. Nonton Maria Cinta yang Hilang MARTO KRUSUK Lik, Lik Bismo, lihat Genjik? LIK BISMO Nonton apa itu… Hilangnya Maria. SUARA PECAH BELAH DIBANTING MAKIN MENJADI. LIK BISMO (MENOLEH KE RUMAH ROMLI) Baratayuda lagi… RAMAI URING-URINGAN SEPERTI ITU SUDAH LUMRAH. MARTO KRUSUK TIDAK PEDULI, KELUAR DARI RUMAH MENYUSUL GENJIK YANG KATANYA MASIH MAIN DI JALAN. MBAH KAWIT MELIHAT RUMAH ROMLI DARI KEJAUHAN. LIK BISMO KEMBALI MENUNTUN SEPEDANYA, PELAN-PELAN MELANJUTKAN PERJALANAN MENUJU PONDOKANNYA. ISTERI ROMLI MASIH TERIAK-TERIAK SAMBIL MEMBANTING PERKAKAS. MARAH SEKALI. WAJAHNYA MERAH PADAM, KELUAR DARI KAMAR MELABRAK SUAMINYA.

Page 4: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 4

ISTERI ROMLI Dasar buaya! Lanangan ngglathak! Tukang jahit saja berani nggandeng perawan. O, dasar mata keranjang! ROMLI (LARI KELUAR DARI RUMAH) Sum. Mulutmu itu bisa diam nggak to, Sum? ISTERI ROMLI (BERKACAK PINGGANG DI TENGAH PINTU) Siapa yang mulai perkara? Kalau perempuanmu itu nggak sampai hamil ya nggak bakal ramai kayak gini! Sudah, aku nggak peduli, biar semua orang tahu! (MUKUL KENTONGAN SAMBIL TERIAK-TERIAK KE TETANGGA) Mbah… Mbah Kawit, Romli menghamili perawan! Lik, Lik Jiah, Romli ngetengi bocah! ROMLI (MEMBENTAK, MALU, KEBINGUNGAN) Sum! Sum! ISTERI ROMLI Apa itu? Jual tampang, cari gratisan, pacaran diam-diam, yang-yangan neng petengan, ngaku aja kalau nggak kuat jajan! Sukur! Sekarang hamil! Sukur semua orang sekarang tahu! ROMLI Sum! ISTERI ROMLI Ya, sudah. Terserah kamu, tanggung sendiri. Tapi aku nggak sudi dimadu. Nggak sudi! Nggak mau! AGAK NEKAT MBOK JIAH SEDANG BERTENGKAR DENGAN SOLEMAN MINTA TOLONG UNTUK MENGGADAIKAN RADIONYA. KEDUANYA BERTENGKAR DI SAMPING SUMUR DEPAN RUMAHNYA. SOLEMAN Siapa yang mau? MBOK JIAH Dicoba dulu to! SOLEMAN Nggak! Pegadaian sana itu nggak mau terima radio bobrok seperti ini. Barang lain yang lebih bagus ada nggak? Giwang anakmu atau sepeda suamimu itu! Biar duitnya agak lumayan. MBOK JIAH (SAMBIL MENGULUNGKAN RADIO LAMA) Apa ini nggak laku to, Man? SOLEMAN Laku apanya? Radio bobrok kayak gini! MBOK JIAH Barangku sudah habis, Man! Yang di pegadaian kemarin saja belum ketebus. Suamiku juga nggak pulang-pulang. SOLEMAN Suamimu nggak bakal pulang, nggak berani, lagi diincer polisi! MBOK JIAH (SAMBIL MENGULURKAN RADIO) Tolong to, Man! SOLEMAN (MENGEMBALIKAN RADIO) Emoh! Malu aku!

Page 5: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 5

MBOK JIAH Buat ngliwet, Man. SOLEMAN Enggak. Emoh! MBOK JIAH Tolong, Man. Dicoba dulu. SOLEMAN Nyoba kok terus-terusan. Emoh. Malu. MBOK JIAH Man… SOLEMAN Emoh MBOK JIAH Nanti kutebus. Kutebus… SOLEMAN Tebus-tebus nggedebus apa? Aku yang kena malu, malu, kenalanku pegawai pegadaian itu banyak, pegadaian itu masuk jajaran departemen keuangan, pegawainya pakai dasi semua! Enggak sudi… MBOK JIAH Ini buat ngliwet, Man. SOLEMAN Enggak! Pokoknya nggak sudi (PERGI MENGHINDAR) MBOK JIAH Man, Soleman! O, edan, dimintai tolong malah minggat! Kamu mau ke mana, Man? (MENGEJAR SOLEMAN) SOLEMAN LEMPIT TIDAK PEDULI. BURU-BURU LARI KELUAR DARI MAGERSAREN. MENOLEH SEBENTAR KE ARAH RUMAH ROMLI YANG MASIH RAMAI BERANTEM. ISTERI ROMLI (MEMBANTING BARANG PECAH BELAH) Pulang! Sumpek aku di sini! Manusia itu kalau sudah terbakar birahinya jadi kayak hewan. Pendek akalnya! Gatal ya gatal, tapi ditahan sebentar apa nggak bisa! Wedi nek ngakik pa? Terus apa gunanya rumah tangga kalau masih cari barang yang lain. Apa beda barangnya, apa beda bentuknya, apa beda baunya, apa beda warnanya…! ROMLI (KEBINGUNGAN DI DEPAN RUMAH, MALU DITONTON MBAH KAWIT) Sum, jangan keras-keras, ini di kampung! ISTERI ROMLI Malu kamu ya? Orang itu kalau sudah jelek kelakuannya, buat apa ditutup-tutupi. Dasar lanangan ngglathak! ROMLI (MENDEKAT, BERNIAT MENGHENTIKAN OMELAN ISTERINYA) Sum…, ISTERI ROMLI Hayo, mlebua… takjejeg munthu sisan manukmu! (MENYONGSONG ROMLI) Sudah terlanjur panas hatiku! Laki-laki anjing! Ngglathak! Lonthe lanang! Kelamaan di sini bisa mati gering aku! Aku pulang! (MEMBANTING PIRING) Sekarang kalau mau makan ya ngliwet sendiri! Njerang air sendiri! Urusan sendiri-sendiri… Selesaikan sendiri…

Page 6: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 6

MENIK Beres! DI ATAS LOTENG, MENIK PUTRI PEMILIK MAGERSAREN LAGI MEMBOLAK-BALIK CATATAN SEWA RUMAH MENIK Sudah beres! Sudah selesai semua! Tinggal ngasih tahu Mbokdhe Jemprit, Romli, Jupri sama Mbok Jiah! Lho, ini kok Mbok Jiah belum bayar sewa rumah? Mesti telat terus! Perhatian-perhatian! Penting, penting… Pengumuman. Jiman Pelor, Genjik Gering, Siti Munthu, ini pengumuman buat semua warga magersaren permai. Sehubungan ongkos dan harga-harga di pasar nggak pernah turun, maka sewa rumah mulai bulan depan naik lima puluh ribu rupiah. Yang dua kotak ya seratus. Bapak dan ibumu dikasih tahu semua! Jangan lupa! Kalau sampai lupa takthuthuk endhasmu! Nanti selebarannya nyusul. Oke? Semua jelas. Semua harus jelas! MBAH KAWIT MASIH MENYAPU LANTAI DEKAT SUMUR, TIDAK MEMPERHATIKAN SUARA MENIK. ISTERI ROMLI MASIH MENANGIS TERSEDU, SAMPAI-SAMPAI MBAH KAWIT JADI RISIH. LALU MENDEKATI LIK BISMO, NIATNYA KEPINGIN MEMBERI TAHU. MBAH KAWIT Lik… Lik Bismo… LIK BISMO Wis ngerti LIK BISMO MENGERTI KALAU SEDANG DICURHATI. KEMUDIAN MENOLEH KE RUMAH ROMLI, MENYINDIRNYA DENGAN TEMBANG SOYUNG LIK BISMO (NEMBANG KETAWANG SOYUNG) Ana tangis layung-layung Tangise wong wedi mati Gedhongana kuncenana Wong mati mangsa wurunga Ri padha-padha soyung, mbokne lara Cepaka-paka tanjung, mbokne lara Paka tanjung mbang sikatan Sesekeran mbokne lara Mbah Kawit (NGOMONG SENDIRI) Narsa, Jupri Bondet… kelihatannya tadi sudah berangkat kerja. Tapi Mas Mantri, Puthut sama Leseman kok belum kelihatan. Belum pulang apa ya? BIBIT PEMUDA WARGA MAGERSAREN KELUAR DARI PONDOKANNYA MENUJU KE LATAR SUMUR SAMBIL MENENTENG EMBER DAN PERALATAN LAIN, KEMUDIAN DUDUK DI LANTAI YANG BARUSAN DISAPU MBAH KAWIT, MAU MENAMBAL EMBER YANG BOCOR. MBAH KAWIT MENDEKAT KE LIK BISMO YANG SUDAH SELESAI NEMBANG. MBAH KAWIT Gandeme… Suaramu ternyata masih gandem to, Lik. Mbok sampeyan nembang terus setiap sore, daripada mendengar suara orang bertengkar. LIK BISMO Salahnya sendiri berumah tangga. Salahnya sendiri punya anak. Jadinya ya hanya bertengkar terus tiap hari. Mbok kalau butuh itu jajan saja. Jelas aman, nggak banyak tanggungan. Wong jelas-jelas nggak bisa mencukupi.

Page 7: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 7

MBAH KAWIT Eit.. sampeyan itu yang nggak berani rabi, Lik. Kok terus menyalahkan tetangga. LIK BISMO Bismo kok rabi, nyalahi cerita wayang no. Lha kalau cuma pengen momong bocah ya tinggal ambil satu bocah wong di sini banyak banget bocah. Tinggal pilih, mau yang mbeling atau yang nggak berani maling. MBAH KAWIT Tapi kan itu dudu uyuhmu, bukan uyuh dalang. Ya beda. LIK BISMO Lha sampeyan juga nggak punya cemeng, apa bedanya? MBAH KAWIT Lha Jupri itu! LIK BISMO O, ponakan sampeyan to? Lha iya, sekarang aja baru nganggep anak setelah Jupri ngragati sampeyan. Untung-untung ada ponakan yang masih mau mikir sampeyan, masih mau ngasih duit belanja, tahu kesulitan orang tua. MBAH KAWIT Biyuh.. Tahu apanya? Umpama Jupri itu bukan anak adikku, aku nggak mau terima duitnya. Masih pingin nyari duit sendiri (BOLAK-BALIK MENENGOK KE ARAH JALAN, SEPERTI ADA YANG DITUNGGU) Belum pulang apa ya? Sudah jam berapa ini? LIK BISMO Sampeyan itu nunggu siapa? MBAH KAWIT Belum pulang! LIK BISMO Sapa? MBAH KAWIT Leseman. LIK BISMO O, Soleman to? MBAH KAWIT Le-se-man LIK BISMO Soleman. Namanya itu Soleman Lempit! MBAH KAWIT Namanya itu Leseman Lempit. Soleman itu nama nabi! Katanya tadi pagi sambat mangsuk angin, nembung minta dikeroki, tapi pas kudatangi rumahnya kok malah tutupan. Wong badan nggak sehat kok nekat kerja. LIK BISMO Paling adu jago (TANYA KEPADA YANG SEDANG NAMBAL EMBER) Bit, Bibit. (YANG DITANYA CUEK SAJA, LIK BISMO GEMES, TERUS DILEMPAR SANDAL) Bit! Kamu tadi lihat kelebatnya Soleman masuk rumah? BIBIT Mbok tanya dhanyange kuwi! (SAMBIL MENUDING MBAH KAWIT)

Page 8: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 8

MBAH KAWIT Dhanyange! Dhanyange! Wong yang tanya itu aku, Le! LIK BISMO Tadi sudah pada dengar lagu India belum. Biasanya itu kalau Soleman di rumah, pasti nyetel lagu dandut India BIBIT Yang mau disetel itu apanya? Wong radio-kasetnya sudah jadi tai. Mau nyetel tai apa? Niatnya itu ikut-ikutan jadi bandar tor-tor di pasar, tapi kenekaten, kalah, terus radionya buat nombok. MBAH KAWIT Walah, main judi lagi to? BIBIT Lha, biasane gimana, Mbah? MBAH KAWIT E eh, apa nggak kapok-kapok anak itu? BIBIT Ya diiming-imingi bandar besar dari Jakarta siapa yang nggak mau? Malah sekarang berani masuk ke kampung-kampung. Merasa aman cari mangsa karena punya bekingan LIK BISMO Ho oh, bener itu. Wong sampai Pak Lurah juga beli. Lagi musim. Kalau begini ini yang panen ya pegadaian sama bank plecit, karena banyak bandar yang kabur. Begini ini, Mbah, kalau di jagat wayang lakonnya Pandhawa Dadu, lakon yang menyengsarakan para Pandhawa sampai jadi orang buangan, mengembara Selama 13 tahun. Ini semua karena perbuatan si Patih Sengkuni. MBAH KAWIT Lha kalau kejadian si Leseman itu karena perbuatan siapa? BIBIT Perbuatan raksasa yang butuh memutar duitnya. Soalnya banyak yang kepingin kaya mendadak, mimpi kepingin kaya sampai kalap, nggak tahu hartanya ludes, rumahnya ikut ludes. Punya Pak Bei Magersaren Ngapeman sana juga sudah kena, Mbah! MBAH KAWIT Jangan-jangan Magersaren sini juga, Le? Mbokne Menik itu kan seneng judi. LIK BISMO Ya mungkin saja. Hidup enak sama sengsara itu nggak bakal kurang jalan. Soleman itu bener, pekerjaan halal sama haram itu semua dikerjakan, yang penting berkeringat, nyari duit sebanyak-banyaknya. BIBIT Cuma kebesaran mimpi itu, Lik. Kebesaran mimpi kebanyakan jajan! LIK BISMO Mendem terus tiap hari! BIBIT Kalau kehabisan duit sambat mangsuk angin atau sakit gigi. Kayak nggak tahu Soleman pas nggak punya duit saja LIK BISMO Nggak punya duit gimana? Wong minggu lalu nomernya tembus.

Page 9: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 9

BIBIT Alah Gombal! Duit panas itu sampai berapa lama bisa tahan, Lik? Wong tadi pagi sarapannya sudah ngutang di tempat Yu Yatin. MBAH KAWIT Tapi tadi pagi minta kerokan aku. Berarti masih punya duit. BIBIT Ngapain kerokan. Mbah, benggolmu itu sudah nggak laku. Soleman itu lari ke selatan sebentar minta kelon simpenannya sudah pasti anget, jelas berkeringat, pulangnya dapat sangu. Waras badannya, waras kantongnya (BERANJAK, MENCANGKING EMBER YANG BARUSAN DITAMBAL) MBAH KAWIT Sudah rampung, Bit BIBIT Sampun MBAH KAWIT Nanti masih bocor BIBIT Ampun mujek-mujekke to, Mbah! MBAH KAWIT Dijajal dulu pake air BIBIT Iya.. iya! (KE SUMUR, MENIMBA, EMBERNYA DIISI AIR, MBAH KAWIT MEMPERHATIKAN, MELIHAT EMBER YANG BARUSAN DITAMBAL MASIH BOCOR) MBAH KAWIT Masih bocor itu BIBIT Woo… Ember asu! Pinter menghindar kamu, ditambal kiri bocor kanan, ditambal kanan bocor kiri. Ngajak guyon kamu ya? Nggak mau diperbaiki apa minta dipulangkan ke tempat asalmu? Kamu itu masih dipakai, masih dibutuhkan, apa minta dibuang ke dalam sumur? (MENGGODA MBAH KAWIT, PURA-PURA MAU MEMASUKKAN EMBER KE DALAM SUMUR) MBAH KAWIT (SEGERA MENGHENTIKAN) E, jangan, Le. Ora ilok mbuwang perkakas ke dalam sumur BIBIT Plung! MBAH KAWIT E, sembrono… Kamu anggap tempat sampah apa? BIBIT Wah, sudah terlanjur saya pulangkan, Mbah. MBAH KAWIT Huss! Sumur itu sumber air ya, Le, jangan main-main kamu. Air bersih itu mahal harganya. BIBIT Katanya orang pinjam itu harus mengembalikan. Sana pulang (MENAKUT-NAKUTI) Plung!

Page 10: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 10

MBAH KAWIT Gendheng bener cah iki, kualat kamu nanti! Bagaimana kalau mata airnya kesumbat? Kalau sampai nggak keluar airnya, sumur bisa kering. Jauh air itu jauh rejeki. Mudheng ora? BIBIT (IKUT MARAH-MARAHIN EMBER) Mudheng ora? Paham nggak? Kalau ada oang tua ngomong itu didengarkan, menjauhi air itu menjauhi rejeki! Padahal gunamu itu buat wadah air, buat nimba, buat ngambil air, lha kok terus-terusan bocar-bocor. Pada tercecer di mana? Kamu ecer-ecer di mana? MBAH KAWIT Gendheng cah iki! BIBIT Sudah gendheng kamu ya? Sudah bosan jadi wadah air? Sudah puas jadi ember bobrok, kerjaannya ngecer-ecer rejeki? Kamu pikir gampang cari air di sini? Air siapa? Dari mana? Jatahnya siapa? Jangan main-main kamu, masih banyak yang belum kebagian! MBAH KAWIT Clometan! BIBIT Clometan, cengengesan! Kasihan sama yang nimba, yang mbuang tenaga, berat nariknya… sampai di tangan nggak kebagian. Kalau minta pensiun tu bilang! Nanti kucarikan tempat… LIK BISMO Ho-oh, Bit. Carikan tempat yang enak. Hotel bintang lima! BIBIT (MENGGANTUNGKAN EMBER DI DEKAT MBAK KAWIT) Istirahatlah dengan tentram di sini, sukur-sukur bisa ketemu Janaka, disembah-sembah dianggap jimat jadi pusaka buat temannya Pasopati… MBAH KAWIT Dhapurmu! Pasopati kok dikancani ember bobrok! BIBIT Pengabdianmu aku terima, jangan sakit hati jangan kecewa, tubuhmu dijual kiloan ngak laku, dibuang gak ada yang nemu. LIK BISMO Dilarung di laut selatan menghabiskan ongkos! Sudah, digantung di situ aja, buat nemani dhanyange kuwi… MBAH KAWIT Dhayange.. Dhanyange… SOLEMAN MELANGKAH GONTAI DARI KEJAUHAN, SUARA KERAS SEKALI SOLEMAN Gombal… Gombal… cuma duapuluh ribu aja nunggunya sampai seminggu. MENDENGAR SUARA SOLEMAN, MBAH KAWIT SEGERA MASUK KE RUMAHNYA MENGAMBIL UANG LOGAM BUAT KEROKAN BIBIT Tu, Mbah.. yang sampeyan tunggu sudah datang. SOLEMAN MASUK MEMBAWA TEMPAT AYAM, LANGKAHNYA TERGESA, MENUJU KANDANG AYAM. MENENGOK KANDANGNYA, KAGET KARENA AYAMNYA LENYAP.

Page 11: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 11

SOLEMAN Lho.. kok nggak ada? Di mana ya? Duh… Ndladhuk! (MARAH-MARAH SAMBIL MENCARI DI SEKITAR KANDANG AYAM). Siapa yang tadi membuka kandang ayam? Siapa? Siapa, Lik? (MELIHAT BIBIT) Bit, lihat jagoku, jagoku hilang! BIBIT Kan di kandang. SOLEMAN Hilang, asu! Kamu lihat tidak? LIK BISMO Mungkin main di tempat Bu Katri, mungkin lagi pengen kawin, di sana kan banyak perawan. SOLEMAN Tai! Ini jelas ada yang membuka pintu kandang, nggak mungkin bisa keluar sendiri! LIK BISMO Kemarin habis kamu adu sama jagonya Kuwato, sudah kamu kancing belum? SOLEMAN Ooo, ini pasti Genjik…, kemarin dia ikut. (MENCARI GENJIK, TAPI NGGAK KETEMU) Njik… Genjik, anak itu senengnya ngambil tapi nggak pernah bilang. LIK BISMO Enggak.. Anaknya itu tidak bawa apa-apa, sudah jam segini mau diadu sama jagonya siapa? Genjik itu lihat tivi di tempat Nyah Bawang. SOLEMAN Asu! Kamu lihat nggak, Bit? BIBIT Enggak lihat! Dari tadi kandangnya terbuka! Hilang digondhol luwak atau dicolong maling itu! SOLEMAN Maling, maling, Ndhasmu! Tadi pagi kok ya aku lupa nengok, lupa memberi makan. Apes… apes… Padahal sudah ditawar Bah Genep seratus ribu… LIK BISMO Mbok ya kemarin segera diberikan. Kebanyakan cari untung! SOLEMAN Ya diulur sebentar kan nggak apa-apa, biar harganya naik sedikit. Tadi udah pasti dapat tambahan duapuluh ribu tapi harus nungu seminggu. Sekarang ayamnya malah hilang. Siapa yang ngambil? Kalau sampai ketahuan akan kupukuli kepalanya… (SAMBIL TENGAK-TENGOK MENCARI AYAMNYA, TAPI MALAH TERBENTUR EMBER YANG TADI DIGANTUNG BIBIT). Aduh, ember asu! (EMBER DILEMPAR KE BIBIT) Ember bobrok aja masih dirawat! Digantung di sini segala… (GERUNDELAN SENDIRI) Kemana jagoku…? Kuuurrr, kur, kur, kuuuurrrr, cek, cek, cek… kuuuurrr! SOLEMAN MENCARI AYAMNYA, MELOMPAT BERTENGGER DI BIBIR SUMUR SAMBIL MEMANGGIL-MANGIL AYAMNYA. MUMPUNG KETEMU SOLEMAN MBAH KAWIT MUNCUL DARI RUMAHNYA, MENDEKAT SAMBIL MEMEGANG UANG LOGAM. MBAH KAWIT (MENGUNTIT SOLEMAN SAMPAI-SAMPAI YANG DIKUNTITI RISIH) Man, Soleman, jadi kerokan nggak? Ini sudah kubawakan benggol. SOLEMAN Sampeyan kok nyela-nyela to, Mbah?

Page 12: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 12

MBAH KAWIT Tadi katanya mau kerokan? SOLEMAN Nggak jadi sakit! Anginnya sudah minggat bareng ayam jagoku! MBAH KAWIT Lho, gimana, to Man? Bayarnya minggu depan juga nggak apa-apa. SOLEMAN Minggu depan gimana? Wong biasanya sudah dibayar dobel aja masih ngathung terus, nguncit terus. MBAH KAWIT Kapan. Sekarang enggak, sana cepat lepas baju. Ayo kukeroki! SOLEMAN Itu saja, Mbah, (SAMBIL MENUDING LIK BISMO) punggungnya Lik Bismo sudah siap. LIK BISMO (SAMBIL MENGHINDAR) Jangan… Nggak usah. Risih. Tangan perempuan itu berbahaya. Ooo, kalau lihat punggung kok kayak ayam lihat tai. MBAH KAWIT (DUA ORANG TIDAK MAU DIKERIKIN, MBAH KAWIT MENAWARKAN TENAGANYA KE WARGA LAIN) Siapa ini? Siapa? Siapa yang mau kerokan? SOLEMAN Ngerok kuda sana, Mbah! Nggak tahu kalau ada orang lagi pusing. Saya itu baru kehilangan duit seratus duapuluh ribu… MBAH KAWIT Seratus dua puluh ribu? Duit siapa itu? SOLEMAN (MARAH SAMBIL MENENDANG KANDANG AYAM) Ini, ini, ini dia! Jago Bangkok-ku, jagoku itu tinggal satu, disayang-sayang buat jaga-jaga, dijadikan andalan malah hilang, simpenanku tinggal satu itu. MBAH KAWIT (MELIHAT KANDANG) Lha, mana jagonya? SOLEMAN Hilang digondhol dhemit! MBAH KAWIT Lhoh.. Berarti yang tadi itu ayammu ya? SOLEMAN Sampeyan lihat, Mbah? Di mana? MBAH KAWIT Sudah laku… Dua ribu! SOLEMAN Laku gimana, Mbah? Yang jual ayam itu siapa? MBAH KAWIT Aku, Man.

Page 13: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 13

SOLEMAN Aduuuuhh, Mbah. Kok dijual itu ayamnya siapa? Dasar orang nggak waras, orang tua nggak genah! MBAH KAWIT Wong sudah jadi bangkai mau minta harga berapa? Ini duitnya masih kusimpen. Tinggal tujuh ratus. Siasanya aku pakai dulu tadi. Ni… (MEMBERI DUIT SOLEMAN) SOLEMAN (TERLANJUR KALAP, MEREBUT DUIT LALU DISEBAR. MAU MEMUKUL MBAH KAWIT TAPI TIDAK TEGA) O, ndladhuk! Kamu itu minta kuapakan to, Mbah! Kok nggak mati-mati, bikin gara-gara terus! Itu jago aduan, bukan ayam kampung, kalau dijual harganya mahal… Orang tua nggak jelas! MBAH KAWIT Sebentar.. sebentar SOLEMAN Sebentar-sebentar apa? MBAH KAWIT Jangan keburu ngamuk! SOLEMAN Siapa yang nggak akan ngamuk, simpenanku tinggal jago itu, Mbah! Kalau kepepet gampang dijadikan duit, sudah ditawar Bah Genep seratus duapuluh ribu, dibayar kontan… MBAH KAWIT Seratus dua puluh ribu apa? Bangkai ayam kok dihargai segitu! SOLEMAN Bangkai gimana? MBAH KAWIT Sebentar, sebentar. Sini kukasih tahu. Duduk! Kukasih tahu ya, Man! Subuh tadi aku menimba di sumur, waktu timbanya kutarik ke atas ada bangkai ayam jago nyangkut. Lalu kutawarkan ke bakul daging yang lewat. Tawaran paling tinggi dua ribu rupiah, bukan seratus dua puluh ribu! Mumpung ada yang mau beli ya kuberikan saja. Lha siapa yang tahu kalau itu ayammu. SOLEMAN Nggak percaya! Sampeyan itu orang tua tapi suka bohong! MBAH KAWIT Buat apa aku bohong, Man, sumpah! Mungkin ayammu kecemplung sumur dan gak bisa keluar. SOLEMAN Kecemplung atau sengaja dicemplungke?! MBAH KAWIT Ya kecemplung dan gak ada yang lihat. SOLEMAN Kecemplung apa dicemplungke, Bit? (MENOLEH KE BIBIT SETENGAH MENUDUH) Kalau memang laki-laki beneran ya harus berani mengakui. BIBIT MELENGOS, PINDAH TEMPAT DUDUK KE DEPAN RUMAH ROMLI. ROMLI KEBETULAN AKAN KELUAR DARI DALAM RUMAH, MEMBAWA ROKOK YANG BELUM DINYALAKAN SAMBIL MEMBAWA GAYUNG, MENUJU KE KAKUS. BIBIT MENYINGKIR SAMBIL MEMBERI ROMLI EMBER BOCOR YANG TADI DIBAWANYA.

Page 14: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 14

TAHU BIBIT BERCANDA, ROMLI MENUTUP WAJAH BIBIT DENGAN EMBER ITU. LALU CELINGUKAN MENCARI EMBER LAIN. ROMLI (MENDEKATI LIK BISMO) Lik, Lik Bismo, pinjam embernya, Lik. LIK BISMO Mau berak, Li? ROMLI (MASUK RUMAH LIK BISMO, TAPI BARU MAU MASUK DIHENTIKAN LIK BISMO, DISURUH MELEPAS SANDALNYA) Di mana, Lik? LIK BISMO Itu lho, di dekat buffet. Belakang pintu, di bawah gambar Janoko. Sudah ketemu belum? ROMLI Walah, ember buat berak saja kok disimpen primpen. LIK BISMO Ya, jelas. Kalau hilang bisa kacau. Sudah ditawar seratus dua puluh ribu je. MBAH KAWIT Seratus dua puluh ribu itu duit gambar apa? LIK BISMO Gambar pitik SOLEMAN Asu! Orang tua itu kalau ngomong mulutnya dijaga! ROMLI KE KAKUS SAMBIL MENCANGKING EMBER. DI DEKAT SUMUR DICEGAT SOLEMAN, MINTA ROKOK. SOLEMAN Rokok, Li! ROMLI Cuma satu. Buat ngising. SOLEMAN Bukan urusanku, mulutku kecut, sini! ROMLI Ini cuma satu. Buat ngising. SOLEMAN Ngising itu yang kerja silit, bukan mulut. (SOLEMAN MEREBUT ROKOK ROMLI) BIBIT Nyetor preman, Li SOLEMAN Asu! Mulutmu itu bisa dijaga tidak! Meskipun Romli punya duit aku gak bakal minta. Aku lagi sumpek. Mau cari gara-gara? BIBIT (MELIRIK SOLEMAN YANG LAGI MENYALAKAN ROKOK) Pussss…! SOLEMAN Apa? (SOLEMAN MELOTOT MARAH, TERUS MENDEKATI BIBIT)

Page 15: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 15

BIBIT (BIBIT TAKUT, LARI DIKEJAR SOLEMAN MAU DISUNDUT ROKOK) Lik, Lik Bismo (SEMBUNYI DI BELAKANG LIK BISMO) SOLEMAN (MENGAJAR BIBIT) Crewet! Takkrawu bata cangkemmu! Bocah kemaren sore mau nantang! (MARAH) LIK BISMO Baratayuda lagi! (RISIH KARENA DIJADIKAN TAMENG BIBIT) Apa ini, sudah tua malah kejar-kejaran (KETIKA SUDAH REDA) Murwakala, lakon rumatan ini. Batara Kala sedang mengejar Ulamdrema, wancine candhik ala, harinya rebo legi, masa kesanga, ana pitik kecemplung sumur, apa iki sasmitane… SOLEMAN Sasmita gathel! (SAMBIL MENJAUH) Seratus dua puluh ribu amblas kok malah ngomong sasmita! Oalah, ini anugrah atau bencana! Cari duit di pegadaian sepi, lagi banyak pemeriksaan, modal terlanjur modal-madul, kehabisan duit, nggak ada jalan… Duit yang banyak itu gak jelas ke mana larinya. Huh… apek banget, ini ya rokok apa? (DIBANTING) mulut dikasih rokok juga tetap gak enak. Siapa yang pegang duit? Seratus dua puluh ribu yang harusnya sudah di tangan saja bisa meleset. Sumur asu iki apa njaluk tumbal? Bajingan! Sajennya kurang? Minta lagi? Kurang apa? Ini kalau kurang (meludahi sumur) Cuh! Cuh! Aku nggak bakal minta lagi airmu. Mandi di sumur lain juga masih bisa. Masih kurang. Nih kutambah lagi! (NAIK KE BIBIR SUMUR, MENGENCINGI SUMUR) Tampanana uyuhku… Nyoh… Gaglaken kabeh uyuhku… nyoh nyoh nyoh… LIK BISMO, BIBIT, MBAH KAWIT KAGET, MARAH SAMBIL BERTERIAK-TERIAK. TIDAK SEMPAT MENCEGAH. SOLEMAN TERLANJUR MENGENCINGI SUMUR. YANG MENDEKAT HENDAK MEMPERINGTKAN SOLEMAN MALAH DICIPRATI AIR KENCING. SEMUA KENA, BASAH, JUGA BIBIR SUMUR. LIK BISMO Wah, bisa sial ini… Seenaknya sendiri. Kualat kamu, Man. Manukmu abuh! Man, kamu sudah gila apa? MBAH KAWIT Horoh gek piye kuwi… Itu air bersih, Man! Oalah-alah… dasar bocah semaunya sendiri! Sumur kok dikencingi.. Jabang bayik! MBOKDHE JEMPRIT DATANG DENGAN TERGESA-GESA, BIBIT SEGERA MENGHADANGNYA, TERNYATA MALAH MENGHALANG-HALANGI MBOKDHE JEMPRIT YANG KEBERATAN BARANG BAWAAN. BAWAAN MBOKDE JEMPRIT DITANGKAP BIBIT MBOKDHE JEMPRIT Bit, jangan nyela-nyela to, aku kebelet tenan. (BERLARI HENDAK KE SUMUR SAMBIL MENARIK JARIT TINGGI-TINGGI, KEBELET BANGET) Bisa minggir nggak kamu itu! Jangan nutupi ta…, selak bocor iki! (MENYAHUT EMBER YANG SUDAH TERSEDIA. EMBER BOCOR YANG SEBELUMNYA DILETAKKAN BIBIT DI DEPAN RUMAH MBOKDE JEMPRIT. LALU KE KAKUS, MENGETUK PINTU WC) Siapa ya…Dah selesai belum…? ROMLI Bentar, Dhe! Ada orangnya. Barusan masuk je! Romli…! MBOKDHE JEMPRIT Kapan rampunge? Silitmu dobolon lagi pa, Li…? Ah di sini juga bisa…(KENCING DI DEKAT SUMUR, LIHAT SOLEMAN MASIH BERDIRI DI BIBIR SUMUR) Eee… Man, kamu mau apa….? Minggir sana! Yang pingin kamu intip itu apanya…? Cengingisan! Malah berdiri di situ terus… Turun!

Page 16: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 16

SOLEMAN TURUN DARI BIBIR SUMUR SAMBIL MENGGERUTU MERASA DIRINYA LEBIH DULU BERADA DI SITU, KEMUDIAN MENYINGKIR PERGI. MBOKDHE JEMPRIT AKAN MENGAMBIL AIR DI EMBER, TAPI TIDAK ADA ISINYA. MBOKDHE JEMPRIT E… Ember bocor to ini, Duh terus piye iki? Ah biar, nggak usah cebok…! (MENIMBA AIR SUMUR) Bit, tolong bawaanku bawa masuk ke rumah. Kasih ke Ndari! BIBIT MENGANGKAT BARANG BAWAAN MBOKDHE JEMPRIT MASUK RUMAHNYA SOLEMAN (MASUK RUMAHNYA SENDIRI) Gak jelas! Kencing kok ya di sini! Dasar wong pasar, kemproh, ceroboh! Bau! Ini di depan pintu siapa? Disiram, Su….!! MBOKDHE JEMPRIT Yo ben! WCnya isi! (CUCI TANGAN) Lega sekarang, sampai belum sempat masuk rumah. Cuci muka sekalian mumpung di sumur… MELIHAT MBOKDHE JEMPRIT CUCI MUKA DAN KUMUR AIR SUMUR, BIBIT, MBAH KAWIT, LIK BISMO PADHA KAGET SAMBIL MENAHAN TAWA BIBIT Mandi sekalian saja, Mbokdhe! Biar sueger! MBOKDHE JEMPRIT (TIDAK MERASA KALAU DITERTAWAKAN) Iya, seger banget. Syukur allahamdulillah, masih diberi kesempatan minum air sumur yang segar… BIBIT Seger to Mbokdhe…Mbah Kawit melu sisan, Mbah! MBAH KAWIT Mbok kamu sendiri, kumur atau sikatan sana! MBOKDHE JEMPRIT (TIDAK MERASA KALAU MENJADI BAHAN TERTAWAAN) Sebenarnya aku tadi sudah mandi di pasar, tapi airnya kotor, nggak seperti di sumur ini. (SESUDAH CUCI MUKA PULANG MENENTENG EMBER) Yang masangi ember bocor tadi pasti kamu to, Bit! BIBIT Ngawur! MBOKDHE JEMPRIT Dibuang saja! (MBOKDHE JEMPRIT HANDUKAN DENGAN HANDUK YANG SUDAH TERSEDIA DI JEMURAN DEPAN RUMAHNYA) Mbok beli ember, harganya kan murah. Kalau pakai pada seenaknya, giliran beli pada nggak mau. Kalau punya uang itu pada dipakai buat apa to? BIBIT Ya dipakai royal no… Foya-foya! MBOKDHE JEMPRIT Waton nyangkem! BIBIT Salah sendiri nanya ! MBOKDHE JEMPRIT Ass Mbuh! BIBIT Cuma asal nanya to?

Page 17: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 17

MBOKDHE JEMPRIT Embuuuuh! BIBIT Mbah mbuh mbah mbuh dhadhamu abuh! (SAMBIL MELIHAT BUAH DADA MBOKDHE JEMPRIT) MBOKDHE JEMPRIT Bit, jangan guyon to! (MEMBENAHI KEBAYANYA) Kepalaku lagi puyeng, prihatin kok nggak ada habis-habisnya. Jane wetonku ki petunge becik, Setu pahing, kata mbah dukun cocok buat berdagang. O, alahh…Dah bosan mengeluh, duh, Gusti.. Siapa lagi yang harus kumintai tolong…! LIK BISMO Ada apalagi? Tiap pulang dari pasar kok cuma mengeluh. Kurang to entuk-entukanmu? Masih kelarisan to? MBOKDE JEMPRIT Kalau nggak laku msok masih jualan to, Ma… LIK BISMO Gene! Lha kok masih sambat. Kamu itu mbok yang nrimo. Duitmu itu mau buat apa? MBOKDHE JEMPRIT Buat apa… Buat apa gimana to? Buat nyajeni demit pasar, nyicil bang plecit, sama tukang tagih pajek pasar. MBAH KAWIT Boros itu, Prit, duit kok buat sajen, eman-eman! MBOKDHE JEMPRIT Ben Mbah, asal lancar, biar betah bekerja LIK BISMO Lha kok masih ngeluh? MBOKDHE JEMPRIT Siapa orangnya yang nggak bakal ngeluh? Ini tadi di pasar ada kabar, katanya pasare bumbon mau dipindah lagi. MBAH KAWIT Lha? Pindahan kok tiap tahun, piye to? LIK BISMO We lha? Pasarnya jadi geger rame no? MBOKDE JEMPRIT Ni lihat kepalaku cekat-cekot sampai sekarang. Mumet aku! Besok apa bisa ikut ngrayah kapling? MBAH KAWIT Rayahan aja kok repot, asal ngantrinya duluan ya pasti dapat depan. MBOKDHE JEMPRIT Lha duitnya? MBAH KAWIT Duit buat apa? Ngantri itu apa juga pakai mbayar pa Lik?

Page 18: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 18

LIK BISMO O, alah Mbah, Mbah, ini bukan antri karcis kethoprak yang cuma asal rebutan di depan. Kalau nantinya butuh tempat yang enak, duit sogokannya ya harus tebal. Dapatnya duluan kalau cuma kebagian yang dekat WC apa ya ada orang yang mau beli. Kayak gini ini, kata Bah Kopi, tempat itu punya ho-gi. Orang yang nggak tahu ho-gi, orang yang nggak dapat njemput rejeki. Orang yang nggak ngerti sesaji, dia bakal mati. Mbah, kamu tahu, pasar itu apa coba? Pasar itu apa? Terus pasar itu punya siapa? MBAH KAWIT Nggak dong aku! MBOKDHE JEMPRIT Mbah, padahal duit yang kupakai nyogok pindahan tahun lalu belum balik, hutangku di bank plecit juga belum sempat nyicil. Jualan bumbu dari subuh sampai mahgrib itu cuma dapat uang berapa to? E, lha kok disuruh pindahan terus. Siapa yang mau…! BIBIT Ada yang nggak mau pa, Mbokdhe? MBOKDHE JEMPRIT Banyak! BIBIT Bagus, bagus, bagus. Berarti masih ada yang berani melawan. Lha terus? MBOKDHE JEMPRIT Geger! Banyak yang pada bingung sampai lupa ngurusi dagangannya. Malah Wiro Klungsu kebacok pangotnya Parto Bathok. Padahal sebelumnya Wiro Klungsu cuma mau misah, nengahi Mbok Jendhul yang baru bertengkar sama Parto Bathok. O alah, kalau rebutan kapling, rebutan kios kok mesti ada korbannya. Yang untung itu ya cuma yang nggembol duit. BIBIT Lha Mbokdhe Jemprit bertengkar sama siapa? MBOKDHE JEMPRIT Kok sempat-sempatnya bertengkar. Kalau aku ya pilih jualan, melayani pembeli. Sana kalau pada mau rame adu mulut, pada mau berangkat gegeran. Silakan! LIK BISMO Terus pasar bumbunya mau dipindah ke mana? MBOKDHE JEMPRIT Mbuh! Yang jelas, kata Parto Klasa, pasarnya mau dipindah. Itu gara-gara tanahnya masih jadi sengketa. Yang punya tanah pasar sana itu ternyata orang berpangkat. Berani mendatangi balai kota! LIK BISMO Lha, benar to? (TERSENYUM) MBAH KAWIT Bener apanya? Sok tahu! Mesti kok ikut-ikutan. LIK BISMO Kayak gini ini, ya kayak gini ini. Kalau di wayang lakonnya lakon Wiratha Parwa. Ngestina perang sama Wiratha, sebabnya rebutan tanah, persis yang diceritakan Mbokdhe Jemprit tadi… Nah, yang bisa meluruskan, yang bisa nengahi ya cuma Puntadewa. Padahal waktu itu Puntadewa baru menyamar jadi wong cilik, orang yang selalu memikul cobaan dengan hati bersih. Padahal Puntadewa itu sejatinya kan punya darah putih, darahnya orang baik, darahnya orang suci. Darahnya orang yang punya hati suci. Jadi wong cilik itu apik, resik, suci. Lha kalau sampai darah putihnya Puntadewa, darah putihnya wong cilik sampai menetes di bumi pertiwi, wah, parah, bumi bakalan gonjang-ganjing…!

Page 19: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 19

MBOKDE JEMPRIT Ma, Bismo, ngomongmu mbok nggak usah muluk-muluk, jangan tinggi-tinggi, nanti malah singunen, nggak berani turun. Orang itu kalau sudah tergila-gila sama wayang terus rumangsa jadi satriya. LIK BISMO Ceritanya itu benar-benar ada di ceritanya Mbah Ganda Gempil. Ini bukan karena saya kedanan wayang, tapi benar bahwa aku, kamu, Bibit, Mbah Kawit, semua bisa jadi satriya, bisa jadi Puntadewa. Gitu… MBOKDHE JEMPRIT Gitu-gitu apane?! Kalau aku yang penting itu bisa cari utangan, biar bisa tetep bisa dagang di pasar (MULAI MENGHITUNG UANG, MENGHITUNG UNTUNG) BIBIT (MENENTENG EMBER BOCOR, MENDEKATI MBAH KAWIT) Mbah, kamu ikut bakulan nggak? Ini, tak setori dagangan. Dikumpulke, Mbah! MBAH KAWIT Dagang kok ember bocor LIK BISMO Mangatus-mangatus ya payu kok, Mbah MBAH KAWIT Mang genteni ngga…! LIK BISMO (BERPALING) BIBIT MENGENDAP-ENDAP MENDEKATI MBOKDHE JEMPRIT YANG BARU MENGHITUNG UANG HASIL KERJA SEHARIAN DI PASAR, HENDAK MENGGODA BIBIT Nemu duit… (LARI MENJAUH DENGAN TANGAN MENGENGGAM) MBOKDHE JEMPRIT E, eh. Itu duitku itu, Bit Kembalikan nggak! BIBIT Ini tadi nemu… MBOKDHE JEMPRIT Nemu apa, jelas nyolong! (MENGEJAR BIBIT) BIBIT Nyolong apa, nemu! MBOKDHE JEMPRIT Jangan kurang ajar kamu, ayo kembalikan! O, ini jelas, jelas yang ngajari Genjik sama Kanthong sampai berani maling itu pasti kamu, sini kembalikan! BIBIT Duit gambar apa ini? MBOKDHE JEMPRIT Ribuan itu! BIBIT Ribuan apa, ngawur! Ini duit gambar manuk!

Page 20: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 20

MBOKDE JEMPRIT Gambar manuk yo ben. Sini cepat kembalikan! (MENDATANGI BIBIT) BIBIT Kembalikan, kembalikan, yang butuh siapa?…….Nih, sini, Dhe! (MBOKDHE JEMPRIT MENDEKATI BIBIT) Nih, manuk…(MEMBUKA CELANA) MBOKDHE JEMPRIT Bibit edan! (KETAKUTAN, LARI PULANG KE RUMAH) LIHAT MBOKDHE JEMPRIT, BIBIT TERPINGKAL-PINGKAL CEKAKAKAN, GERAK TANGANNYA SEMBARANGAN, SAMPAI LUPA DI DEKAT BIBIR SUMUR MEMEGANG BEKAS AIR KENCING SOLEMAN YANG MASIH BASAH. BIBIT MENGUMPAT-UMPAT. BIBIT (MENCIUM TANGAN) Waduh! Kena uyuh genderuwo! (MENGELAP TANGAN PAKAI SEADANYA, TERINGAT KALAU HARUS MENGURAS SUMUR, MELIHAT MBOKDHE JEMPRIT) Mbokdhe, mumpung tadi seharian kelarisan, mbokdhe harus ikut urunan buat nguras sumur. (MENDEKATI MBOKDHE JEMPRIT) MBOKDHE JEMPRIT Nguras sumur? Bulan kemarin kan sudah dikuras to! BIBIT Ini permintaan penunggu sumur, Dhe. Permintaan khusus. Mbah Kawit tadi malam didatangi. Diimpeni. Diminta nguras sumur. Malah pakai syarat segala. Syaratnya ayam jago sama kencing gendruwo. Syaratnya sudah dapat, cuma tinggal nguras, Mbokdhe. Gitu to mbah? MBAH KAWIT Iya, gitu, benar cepat dikuras! MBOKDHE JEMPRIT Tiap hari patungan, duitnya siapa. Minta Menik apa nggak bisa, apa tidak dikasih. Magersaren sini yang menguasai kan si Menik. Pada berani minta nggak? BIBIT Cuma berapa to mbokdhe? MBOKDHE JEMPRIT Dikira cari duit itu gampang apa, kok yang disuruh nombok aku terus. ember bocor aku. Nguras sumur aku lagi. Sudah dianggap kaya apa? (BIBIT MIKIR MENCARI AKAL LAGI) Kalau sudah kaya nggak bakalan aku numpang di sini! BIBIT (MEMBUJUK) Iya, beli rumah sendiri ya, mbokdhe. Nggak perlu bareng coro-coro ini! MBOKDHE JEMPRIT Iya, bener, Bit! (TIDAK MERASA KALAU DIBUJUK) BIBIT Tinggal di loji, di gedongan, Mbokde, punya mobil dhodholitdhodholibret. Dui tinggal ngambil, rejeki dapat terus dari mana-mana. MBOKDE JEMPRIT Sudah jelas. BIBIT Emas berlian pada nempel di sekujur tubuh. MBOKDHE JEMPRIT Iya pasti gitu, Bit, gemerlapan… Pating kerlap! (TETAP MENGHITUNG UNTUNG)

Page 21: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 21

BIBIT Munggah kaji, Mbokdhe? MBOKDHE JEMPRIT Munggah kaji. BIBIT Hajah Jemprit. Terus warga Magersaren sini pada ngrubung Mbokdhe, biar kecipratan rejeki. Lha mumpung Hajah Jemprit sudah kaya, sekarang mau ngasih berapa buat nguras sumur besuk? Kalau perlu sekalian diperbaiki, Mbokdhe! (TANGANNYA MEMINTA) MBOKDHE JEMPRIT Jadi dikuras to? Nih…(MEMBERIKAN SATU LEMBAR SAMBIL MASIH MENGHITUNG UANGNYA) BIBIT (SEGERA MENYAHUT) Lima puluh ribu! Turimakasih Mbokdhe Hajah Jemprit. Turimakasih! Matur nuwuuuuuun! MBOKDHE JEMPRIT (BARU TAHU KALAU DIBUJUK) E, bentar, ternyata tadi kamu ngglembuk to? Aduh pintere, baguse, cangkemmu manis tenan! O, wedhus ki, nggak jadi (MEREBUT UANGNYA) BIBIT Kere tenan! MBAH KAWIT Ngamal Jariah Prit, ngamal, buat nglebur dosa Prit, biar lebar kuburmu, biar bisa dapat jalan terang kalau besuk dipanggil pulang Gusti, ngamal! MBOKDHE JEMPRIT Sampeyan sendiri yang jelas mau masuk kuburan kok nggak pernah ngamal? MBAH KAWIT Aku! Yang dipakai buat ngamal itu duit gambar apa? LIK BISMO Jelas duit gambar manuk, manuke Bibit mau! Eh, Mbah, duit kirimannya Jupri itu dipakai buat apa to mbah? MBAH KAWIT Kirimannya Jupri buat makan saja nggak kenyang. Ngamal itu kan kalau ada. BIBIT Padahal nggak pernah ada! MBOKDHE JEMPRIT Salah sendiri nggak mau ikut Jupri, jelas terawat dan terhormat. Mbantu momong cucu kan ya bisa to mbah? MBAH KAWIT Momong cucu…seumpama saya ikut Jupri, terus yang nunggu rumah sini siapa? Dan lagi istrinya Jupri nggak mau kalau saya ikut numpang. (SAMBIL MENIRUKAN GAYA ISTRINYA JUPRI) “Sudah, dipingit di sini aja itu, biar nggak bikin malu. Sudah tua, tenaga sudah nggak ada, warisan juga nggak punya. Cuma tinggal nunggu kapan matinya…” gitu itu! MBOKDE JEMPRIT Ngalah Mbah, ngalah, yang tua yang ngalah….

Page 22: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 22

MBAH KAWIT Ngalah itu kan harus dihitung untung ruginya! Seperti kalau jualan, kan mesti pakai hitungan to? Si Jupri itu ya gitu…(MENIRUKAN JUPRI) “Niiii, duitmu bulan ini, Mbah! Sewanya rumah yang ngurus aku. Kamu jangan kesusu mati dulu!” gitu itu tiap kali ngasih jatah. Tiap terima uang, Cuma bikin sakit hati.. Jadi ngenes kalau dirasakan. LIK BISMO Mbah, kalau cuma mau pamer cerita ngenes, nggak bakal menang kalau sama mungsuh aku. Benar, ini nggak cuma jualan tangis. Dulu, ketika saya mencari wahyu dalang, tak bela-belain ngedan, menghabiskan kebon, sawah, rumah seisinya, sampai diusir orang tuaku. Itu critaku yang ngenes. Nggak seperti anak sekarang, ndalang kok sekolah. Dalang apa itu, dalang kertas. Dulu aku itu sampai puasa bertahun-tahun. MBAH KAWIT Sampai nggak sempat rabi. LIK BISMO O, kalau itu memang sudah aku niati. Jelas wong sampai dijuluki Bismo! Lha itu wayang ‘potret diri’ (MENUDING GAMBAR WAYANG BISMO YANG ADA DI GEDHEG) Tapi karena memang sudah niat aku nggak akan mengeluh, biar sampai babak belur nggak apa-apa…! MBAH KAWIT Lha tapi, akhirnya kan cuma jadi pedagang mainan keliling menawarkan plembungan sama montor-montoran dari kampung ke kampung, SD-SD,….thoet.. thoet (MENIRUKAN BEL JUALANNYA) LIK BISMO Bentar to, bentar… MBAH KAWIT Ayak, kamu kan mau pamer sejarah suka dukamu mengikuti dalang Gondo Gempil to. Sudah apal aku, Lik! LIK BISMO Lebih hapal aku, no! MBAH KAWIT Gara-gara tergila-gila sama wayang sampai dibelani ngejar Gondo Gempil karena kedanan sama wayang Sengkuninya to? Sampai kamu terbawa, ikut benci, serik lihat watak piciknya Sengkuni yang dimainkan dalangnya? Orang cuma nonton kok ikut-ikutan emosi! LIK BISMO Lha Sengkuni itu memang methakil tenan. Besok matinya mesti masuk neraka, mulutnya berbahaya, nyimpan bisa, penuh racun. Benciku setengah mati. Yang menyebabkan perang besar di kurusetra, nggak mikir berapa ribu nyawa korbannya, ya Sengkuni itu. Besok kalau mati mulutnya dientup kalajengking. MBAH KAWIT Ma. Bismo, wayang itu, cuma wayang, kamu cuma ditipu dalangnya! LIK BISMO (MALAH SEMAKIN MENJADI BERCERITANYA) Pandhawa itu kan jelas satriya, kok dibujuk diperosokan, dipaksa disuruh berjudi, taruhanya juga nggak main-main, tanah Negara seisinya, kraton seisinya, sampai istrinya Puntadewa yang namanya Drupadi ya disuruh jadi taruhannya. Asu to itu! Pandhawa sengaja diakali, dibuat kalah, setelah terjepit sampai sudah habis-habisan, terus dibuang, disuruh minggat. Sedari masih di kraton sudah diejek jadi guyonan. Belum puas juga. Malah semakin menjadi, setelah Pandhawa sudah pergi di ke hutan masih diburu, dikejar-kejar, diusik-usik seperti hewan, jadi buronan. Gitu tadi lamanya tiga belas tahun. Malah mau ditumpas seanak-turunnya segala. Wah, Mbah Gondo Gempil itu nggak pernah kehabisan cerita kalau cuma mau menelanjangi Sengkuni.

Page 23: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 23

BIBIT Lha mumpung jadi Patih kok, Lik. Saya kalau dipilih jadi patih, punya kuasa akhirnya juga gitu. MBAH KAWIT Tapi ketemu Likmu Bismo, wayang Sengkuninya Gondo Gempil itu dibeli. Rumahnya, pekarangannya, tegal-sawahnya semua dijual buat mbayar, cuma karena pingin nyobek-nyobek wayang Sengkuni yang dimainkan dalangnya. LIK BISMO Terlanjur panas terbakar emosi! Aku nggak nyombong, tapi yang nyobek-nyobek kulitnya Sengkuni, nggak usah Bratasena nggak usah Werkudara, tapi aku sendiri. Lha itu di belakang lemari sobekannya masih tak simpen. Tapi celakanya Mbah, nggak tahunya ternyata orang-orang sekarang tingkah lakunya kalau sudah ketiban sampur ya cuma seperti Sengkuni, maap lho ya maap, ini aku nggak nyindir. Lha kok akhirnya malah aku yang kalah. Hidupku kelangan arah, keplayu keplantrang sampai sini, akhirnya cuma jualan plembungan. Gagal jadi dalang, gagal dapat wahyu dalang. Jadi Mbah, kalau dibandingkan dengan kamu, di tempatkan di sini, dipingit di sini, itu masih belum apa-apa, Mbah. MBAH KAWIT Tapi bukan cuma itu Ma….Prit, Jemprit, di sini ternyata aku hanya dihargai seperti barang. Terpaksa jadi buruhnya Jupri karena Jupri tahu kalau aku sudah nggak bisa cari makan sendiri. MBOKDHE JEMPRIT Mosok iya mbah? MBAH KAWIT Aku di sini ini kan hanya disuruh njaga rumah sewaan ini! Upahnya berapa coba? Sepuluh ribu! LIK BISMO Sepuluh ribu sehari, ya… MBAH KAWIT Sebulan! Sepuluh ribu sebulan itu buatku, tugasnya jaga rumah sama nggak boleh mati dulu, karena sewaktu-waktu Magersaren sini laku, nanti Jupri yang dapat pesangon, bukan aku, wong sewanya atas nama Jupri. MBOKDHE JEMPRIT Apa iya? MBAH KAWIT Jupri itu pernah keceplosan seperti itu. Katanya sayang kalau sampai lepas. Wong cepat laku kok. Gitu. Eh, Lik, Bit! Katanya pesangonnya besar. Sampai berapa to? MBOKDHE JEMPRIT Yang mau jual Magersaren sini siapa mbah? MBAH KAWIT Kata Jupri banyak yang ngicer mau beli, kata Lik Bismo juga, yang mau beli sudah antri. BIBIT Masalah yang mau beli antri, itu bukan urusannya sampeyan mbah! Nggak usah ikut-ikutan. LIK BISMO Lha kamu nggak tahu ilmu ho-gi kok Le… BIBIT Mbok ben, mbok ben sana yang percaya sama ho-ginya yang pada ngincar sini, pada ngrancang mau nanam modalnya.

Page 24: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 24

MBOKDHE JEMPRIT Mbok ben piye, Bit? MBAH KAWIT Eh, Prit, Jemprit! Mbokne Menik itu kemarin ngomong sama Leseman. Ngrembug sertipikat tanah ini. Katanya harganya sudah diporskoti. Tanah ini mau dijual….(MANAS-MANASI) MBOKDHE JEMPRIT (CEPAT-CEPAT LARI KE RUMAHNYA SOLEMAN) Man, Soleman, apa iya, Man? Kamu pernah disuruh Mbokne Menik menawarkan sertipikat tempat ini? SOLEMAN (KELUAR DARI RUMAH SAMBIL GANTI BAJU) Kata siapa? MBOKDHE JEMPRIT Buktinya Mbah kawit tahu. MBAH KAWIT Iya. Mbiyen, kamu sama Mbokne Menik ngomong-ngomong di sumur. Aku dengar. Wong waktu itu aku pas di WC SOLEMAN Nggak usah teriak-teriak! Di gunung apa? Sukanya ikut campur urusan orang lain….(PERGI MENGHINDARI) MBOKDHE JEMPRIT (MURKA) Orang lain gimana? Lha aku ini juga tinggal di Magersaren sini. Kalau menyangkut tetek bengek tempat ini berarti nyangkut kebutuhan orang banyak. Jangan cuma mikir kebutuhan sendiri! Yang numpang di Magersaren ini butuh berteduh, butuh istirahat, butuh tidur meski hanya sebentar, susah-payah ngejar butuh. Man…. ROMLI KELUAR DARI WC RISI MENDENGAR ORANG BERTENGKAR ADU MULUT. MBAH KAWIT MENGHAMPIRI ROMLI, BERBISIK. INGINNYA MEMBERI TAHU. ROMLI Sudah dengar Mbah. MBAH KAWIT Dengar dari siapa? ROMLI Ke WC sana Mbah, lebih jelas! (MENGEMBALIKAN EMBER KE TEMPAT LIK BISMO) SOLEMAN RISI MENDENGAR SUARANYA MBOKDHE JEMPRIT MBOKDHE JEMPRIT Man, Soleman, jangan semaunya sendiri kamu… SOLEMAN Huuuu…(MASUK RUMAHNYA) MBOKDHE JEMPRIT Pasti ini pengaruh bujukanmu, sampai Mbokne Menik punya niat jual tempat ini. Kamu to yang ngompori…? SOLEMAN (HANYA SUARANYA) Tai! MBAH KAWIT Jangan buat gara-gara lho Man…(CEPAT-CEPAT NGOMPORI LIK BISMO) Pak, pak dalang jangan diam saja. Si Leseman itu jelas punya niat nggak baik!

Page 25: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 25

LIK BISMO Nggak baik apanya? Mbok biar aja, wong cuma ngomong-omong di sumur. MBAH KAWIT Kamu itu gimana to? LIK BISMO Lha simbah tiap malam Jum’at ngobrol sama yang tunggu sumur juga tidak ada yang ngganggu. MBAH KAWIT Kamu itu gimana to, Lik, Mbokne Menik itu mau jual tempat ini. Kamu sudah nggak pingin tinggal di sini? LIK BISMO Edan apa. Lha mau tinggal di mana? Sembrono! (BERANJAK) MBAH KAWIT Makanya…. Kok nggak hapal sama gayanya Leseman. MBOKDHE JEMPRIT Jangan pura-pura nggak dengar! Kamu Man…Ingat ya Man! Man, Soleman, cari rejeki nggak ada larangannya. Tapi celekna matamu. Memang nggak ada haramnya kamu menawarkan. Tapi mbok jangan ngawur, mbok jangan ngawur. Sampai jadi laku…, awas kamu! Kamu tega lihat mbokdhemu, Lik Bismo, Mbah Kawit, sama saudaramu yang lain padha klesetan kehilangan tempat berteduh? MBAH KAWIT Keterlaluan! MBOKDHE JEMPRIT Sudah picak matamu apa. Ya hanya di Magersaren ini kita bisa bertemu, bisa istirahat, bisa ngomong-ngomong, menjalani hidup. LIK BISMO Jangan-jangan malah tidur, Man, dengar nggak….(MENDEKATI RUMAHNYA SOLEMAN) Man Soleman, keluarlah dulu, Le, diajak ngomong sama Mbokdhe Jemprit ini lho…. Keluarlah, Le! MBOKDHE JEMPRIT Bocah ini apa memang minta dilabrak! Kalau caramu cari uang seperti ini, o, nggak bakalan dapat untung. Nggak bakal kaya kamu! Kamu pinter makelaran, Man, tapi jangan di atas kesengsaraan orang lain, apa lagi tetangga sendiri yang tiap hari bertemu. Kamu itu kerasukan apa? Masih punya hati nggak? Ngaca Man, kamu hidup di mana? Hidup sama siapa? MBAH KAWIT We lha, nggak njawab, kamu itu punya kuping nggak? LIK BISMO Coba didengarkan nggak…, (MELIHAT DARI JENDELA) O, wedhus malah tutupan bantal. MBOKDHE JEMPRIT (JENGKEL TERUS PULANG) Meskipun ditutup bantal tapi di dalam hatinya pasti dengar. Keterlaluan, tega-teganya lihat saudara sendiri ngglandang. Apa sudah kehabisan akal sampai tega mbujuk Mbokne Menik jual tanah. Utekke neng endi! ROMLI (SAMBIL PULANG) Mbok sudah Mbokdhe, dari pada kehabisan nafas.

Page 26: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 26

MBOKDHE JEMPRIT Kok ya nggak punya malu. Kalau pada kehabisan modal ngeluhnya ke siapa coba…? ROMLI Nggak bakalan digagas! Musuh orang sempit nalarnya, lha kok dibelani nantang-nantang kayak orang mau maju perang. MBOKDHE JEMPRIT Siapa yang nggak marah? Coba, sampai kita jadi digusur…? ROMLI Yang mau nggusur itu siapa? Orang belum jelas. Soleman ke sana-kemari nawarkan tanah itu kan nggak pernah laku, nggak ada yang beli. Jangan cepet-cepet ngamuk, ditahan dulu, marahnya dipakai besok. Sudah nantang-nantang kok cuma sama Soleman. Dhe, yang jelas jual Magersaren ini itu lho, Mbokne Menik. MBOKDHE JEMPRIT Tapi ini jelas pengaruhnya Soleman, hasil bujukannya Soleman Lempit itu! Semuanya kok mau dilempit. Mulutnya Soleman itu bosok, berbahaya. Man. Soleman! Dengar nggak. Di mana-mana mulut itu kalau mulut makelar ya kayak mulut ular! SOLEMAN (KELUAR DARI DALAM RUMAH TERUS MENGHADAPI) Matamu, dasar bakul lombok, kalau ngomongan ceplas-ceplos bikin pedes kuping. Haahhhhh….!! (NGABAB) Nggak enak to? Omongan sampeyan juga nggak enak didengar, jangan asal ngomong, asal njeplak! MBOKDHE JEMPRIT Dhapurmu. SOLEMAN Dhapurmu dhewe! Dasar wong pasar, kemresek, ngomong seenaknya sendiri. MBOKDHE JEMPRIT Kenyataanya kamu yang mbujuk, cuma belum laku SOLEMAN Kerjaanku memang makelar, sering menawarkan tanah, tapi nggak bakal aku mbujuk orang untuk jual barangnya. Nggak bakalan. Pantangan. MBOKDHE JEMPRIT Mbelgedhes jangan mungkir kamu. Aku sudah hapal dengan watakmu! SOLEMAN Aku juga sudah tahu siapa sampeyan. Sebenarnya sampeyan punya tujuan pingin nyuwil Magersaren sini, ngejar-ngejar supaya cepat disertipikatkan, tapi nggak disetujui Mbokne Menik. Setelah ada kabar mau laku sampeyan berkoar-koar merasa disepelekan. Nggak kuat beli semua ya nggak usah nyuwil, kok malah serik! MBOKDHE JEMPRIT Jangan ikut-ikutan urusanku kamu, Man! SOLEMAN Sampeyan ya jangan ikut-ikutan urusanku. Nggak usah kebanyakan mulut, cangkeme dijaga. Soleman itu bisa main akal, ya bisa main okol. Dengar nggak? MARTO KRUSUK DATANG DARI KERJA TAMBAL BAN MEMBAWA POMPA DAN MENENTENG EMBER MARTO KRUSUK (TERIAK-TERIAK DARI LUAR) Siapa ini yang bertanding….?

Page 27: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 27

BIBIT Di luar garis nggak usah ikut-ikutan! MARTO KRUSUK Ikut siapa…? (TENGAK-TENGOK PURA-PURA NGGAK TAHU ) Sudah bubar to. BIBIT Nggak usah ikut-ikutan, Lik. MARTO KRUSUK Ada apa ini. (KEBETULAN SUDAH ADA DI DEKATNYA SOLEMAN) Ada apa to ini (SOLEMAN SEMAKIN MELOTOT) Saya itu tanya! SOLEMAN Asu….!! Pada lihat apa? (MENYINGKIRKAN MARTO KRUSUK TERUS MEMELOTOTI YANG SEDANG MELIHAT) Heh, nonton apa? Bubar! Bisa bubar nggak? Ndladhuk kabeh! Aku ini butuh istirahat, butuh ngaso, malah pada bikin rame! Nantang Soleman apa piye? Bubar…Bubar….! (SEMUA RAGU-RAGU, ADA YANG MASUK RUMAHNYA SENDIRI, TAKUT) YANG BERADA DI DEKAT SUMUR MASIH NGOMONG. RIBUT SENDIRI. KETAHUAN SOLEMAN DIDATANGI DIGETAK DISURUH BUBAR, DISURUH PULANG. TAPI ADA YANG NGGAK NURUT CUMA PINDAH TEMPAT, MELANJUTKAN NGOMONG, PRIHATIN, TANYA ATAU CUMA PENGIN TAHU. SOLEMAN LEMPIT SEMAKIN MARAH. YANG ADA DI DEPANNYA DIDATANGI, DIKEJAR-KEJAR, DIKEPLAK, DITENDHANG, DIUMPAT, DILUDAHI. SOLEMAN LEMPIT MARAH SEKALI. MATANYA MERAH, WAJAHNYA BERKERINGAT.

Page 28: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 28

DUA HARI YANG LAIN DI MAGERSAREN SUARA MESIN JAHITNYA GEMEROTOK. ROMLI SEDANG MENAMBAL CELANA.. MBOKDE JEMPRIT SEDANG MERAPIKAN BARANG PECAH BELAH RUMAH. BIBIT DI SUMUR AKAN MANDI. BERGANTI SUARANYA MENIK DARI ATAS LOTENG YANG SEDANG MEMARAHI MBOK JIAH MENIK Ini hotelmu apa gimana? Mbok Jiah jangan sak enaknya sendiri! Sudah telat dua bulan, mblendhat-mblendhot terus tiap ditagih. Dulu itu janjinya gimana? Janji itu yang dipegang kan mulutnya….! MBOK IJAH Sebentar lagi to, Nik, minta waktu! MENIK Mulur terus! Memangnya karet! Kamu bayar nggak? MBOK IJAH Belum ada uang. MENIK Nggak punya uang itu urusanmu, nggak usah kebanyakan alasan! Yang penting cepat dilunasi! MBOK IJAH Dilunasi ya dilunasi, tapi sekarang suami belum pulang, Nik. MENIK Minggat saja sekalian sana kalau nggak bisa bayar. Yang butuh tinggal di sini itu masih banyak. Minta diusir apa gimana? DI DEKAT SUMUR MBOKDHE JEMPRIT, BIBIT DAN ROMLI MEMPERHATIKAN SUARANYA MENIK BIBIT Itu… itu, pada dengar nggak itu, Mbokdhe…! MBOKDHE JEMPRIT Anak itu mulutnya persis Ibunya! BIBIT Kalau jadi diusir, tambah satu lagi….. ROMLI Jadi sudah empat sama bulan kemarin. Bral-brul bral-brul ngusir orang kayak nyabuti rumput! Halah, besok kan ya tambah lagi, cepat isi. Sudah dua satu. BIBIT Dua satu gimana? Dua empat! ROMLI Dua empat? Sudah tambah to? Nempel di mana? BIBIT Mbongkar Mushola

Page 29: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 29

ROMLI Musholanya jadi dibongkar? Edan tenan! Ininya itu lho! (SAMBIL MENUDING PELIPISNYA SENDIRI) BIBIT Kamu punya rumah mbok ya ditempati. Tetangga tambah sampai nggak tahu. Ditinggal purik istrinya malah pergi main. Terlanjur nggak bisa pulang baru kapok kamu…! ROMLI Nggak bisa pulang itu ada apa? BIBIT Kalau jadi gusuran? MBOKDHE JEMPRIT Gusur saja semuanya, cabuti saja semua biar habis sampai akar-akarnya. Harganya manusia kok kalah mahal sama godhong garing. BIBIT Kalau pengen terhormat, ya, jadi orang kaya. MBOKDHE JEMPRIT Di sana-sini kok kalah terus. Di pasar tiap kali gegeran, numpang sebentar sudah disuruh pindah, sampai bosan pindahan. Pulang butuh istirahat malah ketambahan masalah. Lesman lempit akal-akal mau nggusur Magersaren. Kok pada edan semua…. ROMLI Dipakai istirahat dulu Mbokdhe, kasihan badannya, nggak usah dipikir, sana istirahat. MBOKDHE JEMPRIT Istirahat-istirahat dengkulmu amoh! Ada peristiwa kayak gini kok nggak dipikir. Kepalaku itu cuma satu, Li, nggak sempat istirahat kalau lagi banyak pikiran. ROMLI Ha ya istirahat sebentar mikirnya, biar mengeluhnya istirahat juga…. MBOKDHE JEMPRIT Kamu masih enak, ditinggal istrimu purik malah seneng. Berkurang tanggungannya. Aku nanggung kepala sembilan Li, kepala sembilan butuh makan semua, butuh tempat tinggal. Ini bukan soal gampang. ROMLI Yang bilang gampang itu ya siapa? BIBIT Mengeluh lebih gampang, Li, makanya banyak yang ngeluh. Laha mau pamer nggak ada yang pantas dipamerin. MBOKDHE JEMPRIT (MERASA DISINDIR) Yang pingin pamer itu ya siapa? Nggak ada larangannya orang mengeluh itu. Aku jualan di pasar itu sudah empat puluh tahun, seharusnya kan sudah seperti kelapa itu, tapi kok malah kebalikannya diperas peres semakin kimpes nggak ada santannya. Empat puluh tahun cuma jadi ampas pasar. Bosen aku! ROMLI Gusti Allah nggak tidur, Mbokdhe. MBOKDHE JEMPRIT Nggak usah menggurui.

Page 30: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 30

ROMLI Nggak akan menggurui, nggak akan ngajari. Tapi sampeyan kan sudah merasa menanam. Kata orang menanam itu bakalan memetik. BIBIT Nanam di halamannya orang lain ya dipukuli yang punya tanah. Jangan cuma ngawur seperti orang-orang sekarang, banyak yang merasa menanam, terus metik, asal tebas, contohnya yang dekat-dekat sini, Menik itu…. ROMLI Mbokne Menik ada apa? BIBIT Siapa yang belum dengar ceritanya. Mbokde… ROMLI (CEPET-CEPAT MEMOTONG) Bit. Mbok sudah, nggak usah cari perkara! Mbuka-mbuka rahasia, kalau sampai orangnya dengar nanti jadi ramai. MBOKDHE JEMPRIT Alah cuma Lesman Lempit. Dijadikan perkara sekalian biar ramai. Biar nggak sewenanng-wenang. Kalau padha ngeroyok pasti dia takut. BIBIT Dikiranya sudah jadi nyonya besar, Dhe, Mbokne Menik itu dulu siapa ta…? MBOKDHE JEMPRIT Mbokne Menik itu nggak jauh beda sama aku, kamu, yang cuma nempel di Magersaren sini. Aku tahu persis jaman mudanya. Bakul jeruk! BIBIT Aslinya dari mana, Mbokdhe? MBOKDHE JEMPRIT Ngakunya orang Matesih, tapi ada yang bilang katanya bekas ledhek Ngadiraja yang sudah nggak dipakai! BIBIT Gene cuma pensiunan ledhek, sekarang sok jadi ratu, sok kaya. Nggak pernah mau aruh-aruh. Kalau jalan kepalanya ndangak…! ROMLI Bit, kamu itu nggak usah manas-manasi to! BIBIT Diomongi langsung juga nggak ngaruh. MBOKDHE JEMPRIT Dari dulu sudah nakal. Jualan jeruk ludes kehabisan modal, masih nanggung hutang segala. Lalu lari mendekati Den Darsa, ngakunya numpang ngenger, sekalian ngrawat duda tua yang kesepian. Awalnya cuma buat minuman, masak, nyuci pakaian, merawat burungnya Den Darsa terus ngantar ambil pensiun…. Lha kok hamil. Semagersaren sini langsung padha geger. ROMLI Ooo, Den Darsa dulu ya nglathak, nggak bisa njaga martabatnya. BIBIT Yang salah itu ya Mbokne Menik itu. Jalannya megal-megol. Lelaki tiap kali dipameri pantat. Ya jebol celananya! (MENIRUKAN DEN DARSA) Nduk, ambilkan minum, pijat punggungku, gal-ego-egal-egol. Nduk, turunkan burungku, gal-egol-egal-egol-egol, plotrok crut!

Page 31: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 31

MBOKDHE JEMPRIT Bukan itu, Bit, yang bikin Magersaren gempar. BIBIT Lha kok Mbokne Menik sampai hamil? MBOKDHE JEMPRIT Yang bilang siapa? He, bukan! Den Mas Darsa yang punya Magersaren sini ini nggak bisa punya anak. Itu sudah dibuktikan sama istrinya yang pertama dan yang nomer dua. Ya hal itu yang bikin Magersaren sini gempar. Kok Mbokne Menik bisa hamil? ROMLI Itu kan cuma mau mungkir buat nutupi malu, terus biar orang lain yang disalahkan. Priyayi atau Jendral kalau sudah maksiat ya harus tanggung jawab. BIBIT Salah sendiri mainan burung! MBOKDHE JEMPRIT Yang salah itu Mbokne Menik, pakai nginap di rumahnya Den Darsa, priyayi kakung kesepian. Semua padha menuduh. Bapaknya Lesman sama almarhum Wangsa Kleja yang nuduh. Denmas Darsa harus mengawini Mbokne Menik, pakai perjanjian hitam di atas putih segala. Lha siapa sebenarnya bapaknya Menik, ya hanya Mbokne Menik sendiri yang tahu. Buktinya, habis perkara itu selesai Denmas Darsa jadi sakit-sakitan terus karena makan hati. Sampai si Menik lahir umur tujuh bulan Denmas Darsa nggak sehat-sehat malah mati ngenes! BIBIT Gitu to? Memang benar Mbokne Menik itu gatel terus! MBOKDHE JEMPRIT Gatel gimana? BIBIT Yang sekarang, sama laki-lakinya yang sekarang kan sudah lima kali. Malah nggak pernah pulang, Meniknya ditinggal klayapan. ROMLI Siapa tahu kalau perginya cari duit. MBOKDHE JEMPRIT Cari duit! Huu.. Cari duit apa jual jeruk, jeruknya itu lho… Mumpung janda anyaran, masih hangat. (MENIRUKAN PEDAGANG, MENAWARKAN DAGANGANNYA) Iya kan Bit? ROMLI Wong sengit ki omongannya ya pasti nylekit. Buktinya Den Darsa mau mengakui anak si Menik, diopeni, ditinggali warisan. Masalah Den Darsa nggak bisa nunggu si Menik itu karena memang pendek umurnya. Sudah waktunya dipanggil. Asal nuduh. Kayak kurang kerjaan. BIBIT Tumben niat banget mbela Mbokne Menik. O, mesti belum bayar sewa rumah! Iya, Li? MBOKDHE JEMPRIT Jangan-jangan kamu sudah nyicipi, sudah pernah ikut merasakan jeruknya! Gimana, Li? ROMLI BERPALING SAMBIL MENJAUH. SALAH TINGKAH DITERTAWAKAN MBOKDHE JEMPRIT

Page 32: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 32

MBOKDHE JEMPRIT Bit, dulu waktu Den Darsa masih hidup, tinggal di Magersaren sini nggak ditarik bayaran. Malah kalau tiap lebaran diberi zakat. Boleh tinggal di sini asal semua guyub dan rukun. Benar, Bit, enak, Tanya Mbah Kawit kalau nggak percaya. BIBIT Sekarang yang mau njatah siapa? MBOKDHE JEMPRIT Malah bayar! Sejak Mbokne Menik naik kasur, duh duh ubete…! Magersaren sini jadi ramai. Banyak orang. Tiap saat pasti ada yang bertengkar. BIBIT Duit memang lebih berkuasa. Bisa menjadikan tempat sepi jadi ramai. ROMLI Alaa… Kalau di sini, Mbokdhe Jemprit sendiri itu yang seneng bikin ramai. MBOKDHE JEMPRIT Salah sendiri pada ngajak ramai. Coba, cuma mau ke kamar mandi apa ke kakus aja pakai rebutan dulu. Rumah cuma sak cuplek masih dipepet-pepet. Sini ini suasananya sumpeg makanya jadi sangar. Banyak setannya, banyak yang padha nyetani. ROMLI Lha kok pada kerasan tinggal di sini? BIBIT Siapa yang kerasan? Saya di sini cuma terpaksa. Biar punya kartu penduduk, diakui punya alamat. Biar aman, asal tidak dikira gembel, asal nggak dikira gelandangan. MBOKDHE JEMPRIT Bener itu, Bit BIBIT Asal ada yang dituju, meskipun cuma gubug reyot. Bagaimanapun juga manusia itu ya cuma butuh tempat buat meletakkan beban sehari-harinya, meletakkan beban pikiran, buat tempat istirahat. Kalau cuma butuh berteduh saja, di stasiun apa di mushola nggak bakal terlantar. Tapi apa ya cuma cukup seperti itu? Saya berani taruhan, semua yang tinggal di sini ini apa ya krasan? Kecuali Mbah Kawit itu… MBOKDHE JEMPRIT Tapi ya nggak cuma buat bersembunyi. Ndlesep kayak yuyu. Seperti kamu itu, kok ya tega-taganya melepas istri pulang ke pangkuan mertua. ROMLI Yang tega itu siapa? MBOKDHE JEMPRIT Buktinya anak istrimu nggak kamu pikir. ROMLI Mikir istri apa ya harus lapor kamu, Dhe? Harus ngutang uang saku anak-anak sama kamu? Dhe, di tempat neneknya sana, anak-anak itu bisa makan enak. MBOKDHE JEMPRIT Kesimpulannya nggak niat, makanya usaha jahitmu nggak pernah jadi. Njahitmu ya cuma crat-cret kayak orang anyang-anyangen. Sebentar-sebentar berhenti, cuma dipikar-pikir terus! Diberi modal saudaramu ya nggak jalan. Pinginnya cepat punya usaha besar. Tukang ngimpi! ROMLI Nggak usah ikut-ikut mikir tetangga, wong mikir diri sendiri saja belum lurus!

Page 33: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 33

MBOKDHE JEMPRIT Apalagi kamu, semakin nggak bakal lurus, Li! Tak ukur! nyalimu itu kecil sepenthil, semenir, sudah mengkeret sebelum dipakai. Hu… Apa itu… Katanya kebanyakan saingan, modal sedikit, belum ada tempat, belum dapat jalan. Li, cari makan di kota itu harus berani atos-atosan, dhug-dheng-dhug-dhengan! Berani tampil, adu akal, berani okol! E, lha kok malah cuma njepit di sini? Mau cari apa? Siapa yang tahu kalau kamu menjahit? Mau dapat apa? Njahit apa? Njahit kotang wewe….? ROMLI Belum waktunya, Dhe. MBOKDHE JEMPRIT Hallah, yang ditunggu itu apa? Jangan-jangan kamu sudah ketularan Likmu Bismo, nunggu Mbahne Togog pulang dari seberang! Huuu… Keburu piringmu direbut orang! Sana… Sana ngerong terus kayak Yuyu…! ROMLI (SINIS) Dhe! Sesama bis dilarang saling mendahului. Sama-sama ampas dilarang saling ngejek. Mbok ngaca, kalau sampeyan sudah bisa mbangun loji, pakai sandangan mewah, nggak usah komentar, nggak usah kotbah pasti sudah kuikuti, kuteladani, kuanggap guru sendiri! (BERHENTI SEBENTAR) Di sana ya cuma ampas pasar, di sini ya cuma rongsokan ember, gitu aja kok ngotot ngomongnya! Iya, to, Bit, senengnya cari musuh. BIBIT Diladeni saja, Li, Mbokdhe Jemprit itu beraninya teriak kalau sudah di rumah. MBOKDHE JEMPRIT Luweh BIBIT Hatinya sumpeg pikiran buntu! Baru lega kalau sudah ngumpat tetangga. Iya, kan Mbokdhe? MBOKDHE JEMPRIT Itu karena sudah keberatan mikir, kalau mau ngamuk, ya harus ada yang diamuk! BIBIT Lha kok kami yang jadi sasaran? MBOKDHE JEMPRIT Ya, sekenanya! Asal lega! Rasanya aku ini seperti sambel, jadi cebe yang digerus buat isi lemper, digarami, terus dihidangkan di atas meja, nggak tahu siapa nanti yang mau nyicip. Hidup kok cuma buat genep-genep. Capek rasanya jadi gedibal seperti ini. ROMLI Bukan cuma sampeyan sendiri Mbokdhe, yang padha tinggal berdesak-desakan di Magersaren sini, semua ya cuma gedibal. MBOKDHE JEMPRIT Meskipun banyak yang sama, banyak temannya, kalau tiap kali cuma diusik-usik terus kapan sempat meningkat, memperbaiki diri. Tinggal di sini ini kan sudah kepepet kok masih mau ditendang. BIBIT Gedibal itu di mana-mana cuma bikin kotor, Mbokdhe, makanya dibersihkan, disingkirkan, ditendhang biar tidak nyepet-nyepeti mata,…. Ayo minggir…!! Minggir…!! (MENIRUKAN ORANG SEDANG MENGUSIR BINATANG) Lho kok masih di situ, disuruh minggir kok cuma mingset – sembunyi (MENDEKAT MENGAMBIL SAPUNYA MBOKDHE JEMPRIT, SEPERTI TINGKAH PRIYAYI MAIN GOLF) Minggir yang jauh sana! Thung!....(PAKAI GANGGANG SAPU MUKUL BOLA LAGI) Sana! Thung….,thung….thung…(MENGULANG KEMBALI MEMUKULKAN STIK GOLF)

Page 34: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 34

MBOKDHE JEMPRIT Tapi itu menyangkut kepentingan orang banyak to? BIBIT Halah siapa yang mau ngitung? Sudah pada puas apa kalau sudah disensus, senang kalau sudah kecatat? Berapa yang numpang, berapa yang nyumpel, berapa yang pergi, berapa yang minggat, berapa yang nggak makan, berapa yang ditendang, yang digusur berapa, yang lahir berapa, yang modar berapa, yang mlarat berapa, yang sekarat berapa, yang menderita berapa? Dihitang-hitung sampai berkali-kali akhirnya berhenti cuma diangka-angka. Sudah mantap apa kalau masuk daftar? Lega kalau sudah dihitung, kalau cuma dihitang-hitung apa urusannya bisa rampung? Tempat ini mahal kalau dijual jelas lebih untung. Tambah bagus, tambah bersih harganya jadi berlipat, maka cuma diular-ulur duitnya biar semakin tebal, harganya makin tinggi, cuma tinggal dicarikan yang berani nawar! cuma nunggu saat yang tepat! MBOKDHE JEMPRIT Jangan nakut-nakuti lho kamu, Bit BIBIT Nggak nakut-nakuti, memang kenyataannya begitu! MBOKDHE JEMPRIT Pantas Lesman Lempit ikut-ikutan BIBIT Lesman Lempit itu apa…? Makelar kelas kambing! Yang naksir Magersaren dari sini ke barat , ke timur, ke selatan, ke utara mentok, sudah dari atas sana! Jakarta! ROMLI Kamu tahu dari mana? BIBIT Kalau cuma seperti ini bisa diramal, mudah ditebak, bisa diperhitungkan! Besok berapa tahun lagi sana bakal jadi apa, sini jadi apa, semua sudah ada yang ngatur, sudah ada yang buat, sudah ada yang ngrancang, sudah ada yang mencarikan jalan, sudah ada yang bisa nyulap. Bandar-bandar besar sana padha butuh tempat buat menjalankan duit. Sini itu besuk jadi bank, apa plasa, apa pabrik, apa hotel, apa jadi lapangan golf… MBOKDHE JEMPRIT Kok sampai jadi gitu ya? BIBIT Lha iya! Betul itu…! Asu to! Yang sudah kaya masih bingung nyari tempat buat menghabiskan duitnya, yang melarat bakalan makin megap-megap. Berapa yang kesrakat? Berapa yang melarat, berapa yang sekarat, berapa yang ditendang, berapa yang didugang, berapa yang belum makan…..dicotat-catet sampai mbulet, dietang-etung nganti bingung setelah jadi duit akhirnya cuma berhenti di atas…. BIBIT JALAN KELUAR MASIH MARAH SAMBIL TERIAK-TERIAK. ROMLI DAN MBOKDHE JEMPRIT BERDIRI MELIHAT PERGINYA BIBIT SAMBIL MASIH TEGANG. LANGKAH BIBIT SEMAKIN JAUH, SEMAKIN LIRIH (SAMAR) TAPI SUARANYA YANG PERIH MASIH MANTAB MENINDHIH ATI WARGA MAGERSAREN YANG BUTUH ISTIRAHAT.

Page 35: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 35

TIGA MENJELANG MALAM DI MAGERSAREN MBAH KAWIT DUDUK SENDIRIAN, MELIHAT SUMUR, SAMBIL NDREMIMIL (KOMAT-KAMIT) MENGUCAP DOA HAPALANNYA MARTO KRUSUK HABIS DARI KAKUS, LIHAT MBAH KAWIT, LALU JALAN MENDEKAT DI SUMUR CUCI TANGAN (MEMBASAUH) SAMBIL MENGGERUTU RISI DENGAR DOANYA MBAH KAWIT. LIK BISMO NGISIS (BERANGIN-ANGIN) SAMBIL MENGELUS-ELUS PUSAKANYA YANG MASIH DIBUNGKUS MORI PUTIH. BERISI WAYANG, SEMAR DAN TOGOG. DOANYA MBAH KAWIT ni grigit kaki grigit aja mangan balung kulit mangana padhas watu alas padhang panggonanmu yotalah ya hualah, yotalah yahualah halumah glundhang glundhung ana tenung bali nglurung ana gambar bali nglatar ana tuju bali mlayu yotalah ya hualah, yotalah yahualah MBAH KAWIT MASIH KONSENTRASI BERDOANYA, TIDAK PEDULI KIRI KANAN. SELESAI BERDOA, MBAH KAWIT BENGONG MELIHAT ATAP MAGERSAREN. SEBENTAR KEMUDIAN BERANJAK MENENTENG KENDHI. LALU ISINYA DITENGGAK). DISEMBUR-SEMBURKAN DI SEKITAR SUMUR. MARTO KRUSUK (TAKUT TERSEMBUR, MENGHINDAR) Hei, hei…ini gimana ta…nyiprati…ngawur aja…huss…huss… ra genah – kurang ajar..! Basah…! MBAH KAWIT Iduku geni, iduku mandi… Iduku geni iduku mandi… Jangan sampai laku… Jangan sampai laku… Tak sumpahi, jangan sampai ada yang beli, nggak ada yang beli….(SAMPAI TERSEDAK, BATUKNYA NGIGIL –TERBATUK-BATUK) MARTO KRUSUK Lha…lha…, sumpah kok sambil batuk, nggak bakalan manjur… MBAH KAWIT Tiap malam tak doakan terus to! Pokoknya akan kulakukan terus selama aku masih kuat. MARTO KRUSUK Yang didoakan itu apa? MBAH KAWIT Orang kok nggak peduli. Magersaren sini sudah diminati! MARTO KRUSUK Heh? Jadi laku to? Benar itu? Iya, Lik Bismo, jangan-jangan cuma kabar angin seperti biasanya itu? LIK BISMO Meskipun didoakan, disumpahi, sampai diumpat sekalian pun, kalau sudah tiba waktunya laku ya pasti laku…. MARTO KRUSUK Na…na…na…ini, ini yang kutunggu-tunggu, dapat duit banyak. Wah, lumayan gede ini… Genjik bisa sekolah lagi. Siapa tahu nantinya Genjik jadi insinyur, jadi priyayi…he…he…he…

Page 36: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 36

MBAH KAWIT Ora genah! Marto Krusuk malah seneng banget. LIK BISMO Mbok ya biar! Kalau jadi laku Magersaren sini kan malah jadi apik, bagus dan rapi. MBAH KAWIT Terus siapa nanti yang tinggal? LIK BISMO Ya, yang beli! Lha kamu beli nggak? MBAH KAWIT Nggak mungkin! Nggak percaya. Apa Mbokne Menik melanggar pesannya Denmas Darsa? LIK BISMO Yang ditakuti apanya, orang sudah terlanjur tertutup matanya. Siapa yang gak kepingin, wong diiming-imingi duit banyak MBAH KAWIT Yang ngganti siapa…? Siapa, Lik Bismo? Mana orangnya? LIK BISMO Ya ada, Juragan! Bandar! MBAH KAWIT Lha duitnya segitu banyak apa nggak cukup? Kalau cuma untuk menghidupi si Menik masih banyak sisanya. O, kok bisa-bisanya tanah ini dijual, pasti ada yang maksa, ada yang memaksa, ada yang mbujuki. Magersaren ini sekarang memang banyak setannya….. MARTO KRUSUK Setan-setan sini semua nanti disuruh pergi, Mbah! Seperti setan aku, setan kamu, setan Bismo. Semua bakalan diusir, tapi dapat pesangon. MBAH KAWIT Jupri yang dapat pesangon, bukan aku. MARTO KRUSUK Minta saja persenan sama Jupri. MBAH KAWIT Terus aku mau tinggal di mana? Ikut siapa? MARTO KRUSUK Ya ikut Jupri MBAH KAWIT Istrinya Jupri nggak mau. MARTO KRUSUK Nyewa rumah sendiri pakai uang persenan MBAH KAWIT Nggak sudi! Nggak sudi nrima persenan. Aku lebih senang tinggal di sini. MARTO KRUSUK Semua nanti diusir MBAH KAWIT Mbokne Menik tak gugat to! Pesannya Denmas Darsa yang tak buat pegangan. MARTO KRUSUK Apa ada saksinya?

Page 37: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 37

MBAH KAWIT Banyak! Itu almarhum Wongsa Kleja, Almarhum Tarto Telik, itu almarhum mbahnya Romli…. LIK BISMO Lha kan sudah padha modar semua to itu? MBAH KAWIT Lha aku, aku kan masih hidup. MARTO KRUSUK Kalau masih hidup terus mau apa? MBAH KAWIT Dulu aku dengar sendiri pesannya Denmas Darsa. Gini…(MENIRUKAN) “…ikutlah ngrumat Magersaren sini ya, Cah, mbantu-mbantu momong anakku menik yang sekarang masih bayi. Aku nggak bisa ninggali apa-apa, besok kalau ada kemajuan jaman Magersaren ini bakalan ramai. Magersaren ini jangan sekali-kali dijual, bakalan banyak yang padha butuh berteduh di sini. Cuma ini yang bisa kutinggalkan. Yang padha rukun. LIK BISMO Mbah, pesan orang meninggal itu cuma enak didengarkan. Tapi kalau dilakuakn bisa memecahkan kepala. Berat! MBAH KAWIT Beratnya kaya apa ya harus buat pegangan. Cuma itu yang kupegang. Pesan orang mati itu malati. Bikin kualat kalau nggak dituruti. MARTO KRUSUK Nggak apa-apa, Mbah, biar Mbokne Menik yang kena kualat, asal nggak nggigit yang lain. MBAH KAWIT Akhirnya nanti semua kena, goblog. Senang kalau semua keleleran di jalan? Enak apa kalau diusir? MARTO KRUSUK Semua nanti pada dapat pesangon, Mbah, lumayan bisa buat modal! MBAH KAWIT Terus pada mau tinggal di mana? Kabur kanginan mau? Kehujanan kepanasan! Aku nggak mau! Kalau mau tahu, dulu Den Darso sendiri yang mengijinkan aku tinggal di Magersaren, aku diberi hak tinggal di sini. Kata-kata Den Darsa masih kupegang. Dari dulu aku mbantu nunggu tempat ini! Cikal bakal Magersaren sini siapa coba? Mbokne Menik itu apa? Aku nggak akan urusan sama Mbokne Menik! Nggak akan urusan sama yang beli tempat ini! MARTO KRUSUK Nagih janji sama Den Darsa sana! MBAH KAWIT Tagih sendiri! Pokoknya aku nggak mau pergi! Enak nggak enak, duniaku terlanjur di sini. Tinggal di sini sampai mati! Nggak peduli yang beli siapa, yang punya nanti siapa! Biar dibilang orang ndableg, dibilang orang bodoh, biar! MARTO KRUSUK Kalau sampai ada yang maksa? MBAH KAWIT Siapa yang maksa? Mana orangnya?

Page 38: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 38

MARTO KRUSUK Ya ada! MBAH KAWIT Mau nggak mau harus nunggu mayatku dulu! Pesangonnya biar dikantongi Jupri, tapi aku nggak sudi pergi! Mau apa lagi to? Wong sudah dekat, hidupku tinggal berapa hari? Cuma tinggal menunggu besok atau minggu depan. Aku tidak akan membela siapa-siapa, aku cuma mau menghargai diriku sendiri. Aku sudah nggak bisa ngalah lagi. MARTO KRUSUK Mbah, kamu di sini cuma numpang, cuma jadi slilit. Jadi nggak usah kebanyakan tingkah. Disuruh pergi pakai diberi pesangon itu sudah anugrah! MBAH KAWIT Aku yang paling tua sendiri di sini, yang lebih dulu tinggal di sini, yang ndanyangi tempat ini belum pernah sekalipun dihormati! Malah yang baru datang terus padha pethakilan ngrampas, ngrampok tanah ini! Aku nggak terima! Duniaku, duniamu ya di sini ini! Sejarahmu diukir di sini! Kok malah dijual, apa hidupmu mau digadaikan! Kamu lupa sama mbah-mbahmu! Lupa tanggung jawab terhadap anak cucumu besok? Cuma satu ini peninggalan Den Darso! Harusnya dirumat, dirawat, dilestarikan. Bukan buat ramai-ramainan, bukan buat rebutan. Elinga ya, Cah, sebuten sedulurmu, sebuten sing momong kowe kabeh…. (SAMPAI SEPERTI KESURUPAN) LIK BISMO Tenang Mbah, tenang….hati-hati, sore-sore banyak goda, Mbah…Duduk dulu… MBAH KAWIT (SETELAH DIDUDUKKAN, LALU SEDIKIT TENANG, PANDANGANNYA MENERAWANG JAUH) Aku tetap bertahan di sini karena aku ingin meraih kebahagiannku. Matiku bisa sempurna kalau tetap menjaga amanat Den Darso. Aku kepingin mati di sini. Di bumi sendiri. Bukan di mana-mana. Cah, besuk kalau aku mati, aku kepingin mbok layati, jenasahku biar dirawat oleh warga Magersaren ini. Aku baru bisa tenang kalau ini semua bisa terlaksana. LIK BISMO Jangan khawatir, nanti Jupri bakal merawat sampeyan, Mbah. MBAH KAWIT Aku pilih dirawat para tetangga sini. Di tempat Jupri malah nggak ada yang layat. Pokoknya kalian harus menjaga jasadku jangan sampai direbut Jupri. LIK BISMO Iya, iya… (TIBA-TIBA TERSADAR) Lho! Ini tadi ninggal pesan to? Kok pakai teriak-teriak segala! MBAH KAWIT Catat saja! Mumpung masih ingat! To Marto dicatet! MARTO KRUSUK Iya, iya! MBAH KAWIT Siapa yang bisa menolak datangnya kematian. Menghindar ke mana pun tetap saja kita hanya bisa pasrah pada yang berwenang mencabut nyawa kita. Gedhongana, kuncenana, wong mati mangsa wurunga. LIK BISMO Gene sih genep! MBAH KAWIT Ini malam apa to?

Page 39: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 39

LIK BISMO Nggak usah milih hari, semua hari itu bagus. Tergesa-gesa itu mau apa to mbah? Yang dicari itu apa? MBAH KAWIT Yang tergesa-gesa siapa? LIK BISMO Lha itu tadi, kok tanya hari segala? MBAH KAWIT Wong mau menghitung hari matinya suami sendiri kok padha ribut. Persediaan buat ngirim belum ada. Bulan kemarin ya belum tak kirim, jadi dobel to? Butuh ketemu suami saja pakai cepak-cepak duit. MARTO KRUSUK Mbah, suami sudah dikubur saja kok masih aleman. Nggak ninggali warisan malah kebanyakan permintaan. Pegat wae rampung, Mbah. Cari yang lainnya. Pilih yang lain ya, lik? LIK BISMO Kalau boleh milih bojo, milih jodoh, ya milih diselir orang pangkat, hidupnya sudah jelas sejahtera, terawat, kaya dan nggak repot ngladeni. Mbah, besuk kalau kamu mati dikubur di puncak gunung yang paling tinggi saja. Biar dekat sama surga. Tinggal lompat. MBAH KAWIT Surga apa itu? Kalau makamnya sudah di pucuk gunung itu apa langsung bisa nginjak surga? LIK BISMO Lha, raja-raja dulu itu? MBAH KAWIT Kata siapa itu? Surga kok gampang banget didapat pakai drajat pangkat. Terus orang-orang kecil gini ini mau dikasih bagian apa? MARTO KRUSUK Mbah, Mbah Kawit. Surga sekarang dibeli pakai duit juga bisa. Maka kalau bisa menggenggam duit artinya bisa ngenggam surga, kebalikannya kalau kesulitan cari duit ya bakal jauh sama surga. Hukumnya sekarang gitu! MBAH KAWIT Hukumnya orang keblinger! MARTO KRUSUK Seperti itu kan, Lik? LIK BISMO Ya! Hukumnya orang tambal ban! MARTO KRUSUK Kok padha nggak percaya. Aku kerja seharian nggak cukup buat ngliwet. Seperti ini tadi contohnya, ada mobil mengkilat nambal ban, setelah selesai digarap, ternyata yang dibayar pakai duit besar. MBAH KAWIT Weh, untung no! MARTO KRUSUK Untung apanya? Malah nggak bayaran!

Page 40: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 40

MBAH KAWIT: Kok? MARTO KRUSUK Lha nggak punya kembalian,…duitnya diminta kembali… LIK BISMO Wah, cilaka. MARTO KRUSUK Nggak jadi bayaran. Duit ini lho, kok sulit banget dipegang buntutnya. MBAH KAWIT Lha, masih kurang prihatin kok, To. MARTO KRUSUK Duitnya yang nggak mau datang, Mbah! Lain sama orang kaya, bisa nyukupi kebutuhan anak-anaknya. Bisa membuat senang keluarganya, bisa merawat anaknya, bisa bayar sekolah anaknya, jadi orang yang pegang duit itu berarti megang surga! Mbah, sekarang nempil surga itu bisa pakai duit! LIK BISMO Surga apa itu, surga bandhang apa gimana? Surga bandhang itu surganya orang kalap! Dulu saya pernah diwejangi mbah Gondo Gempil …(MULAI MEMBUKA BUNTELAN MORI) Le… Surga itu sebenarnya nggak ada di dunia. Kalau pun ada itu cuma perasaanmu saja. Kamu, kamu, kamu semua diperbolehkan hidup di dunia itu cuma untuk menemukan jalan pulang. Pulang ke asal muasal. Lha caranya bagaimana? Ayo kita pelajari bersama. Harus ada yang menuntun, harus ada yang menjelaskan. Mbah, Mbah kawit, mau ikut mendengar nggak? Ini ilmu tua lho? MBAH KAWIT Ya, iya, dari sini sudah dengar, cepat teruskan, jangan mutar-mutar. LIK BISMO Mas Marto juga ikut, kan? MARTO KRUSUK Aku pilih nonton saja… LIK BISMO Akhirnya Mbah Gondo Gempil membuka pengetahuan wayangnya. Banyak sekali yang dikatakannyan, dasar dalang, pandai cerita. Thole, sejatinya hidup yang sejati itu gini…gini…gini….(TANGANNYA BERGERAK ASAL, MEMBUAT URUT-URUTAN) MBAH KAWIT Gini-gini gimana!? LIK BISMO Gini, Mbah. Kamu semua, nantinya harus bisa pulang, pulang ke jaman keabadian, jaman asal muasal. Ternyata, manusia tercipta di dunia itu sudah dibekali dengan perlengkapan sebagai bekal hidup. Lahir ceprot, manusia itu sudah ditemani saudara pribadi, yaitu kakang kawah, adhi ari-ari, getih puser, maruta-maruti, yang lahir bareng kamu langsung pergi, memisah, tinggal di utara-selatan-timur-barat, makanya juga dinamai kiblat papat, dengan kamu sebagai pancer lengkap jadi lima. Lha buat bekal piranti hidup kamu diberi nalar, pikir, mimpi dan akal budi yang harus rajin dirawat, diasah biar semakin tajam perasaanmu. Karena dari kekuatan dan ketajaman perasaanmulah kamu bisa dengan mudah bertemu dengan saudara-saudara pribadimu. Dan cuma saudara-saudara pribadi itulah yang punya kekuatan hebat yang mampu menunjukan jalan pulang ke alam asal-muasal. Ragamu nggak punya kekuatan apa-apa. Aku, kamu, Marto Krusuk itu nggak bakal bisa kembali pulang kalau belum bisa bertemu dengan mereka. Maka kamu harus mengolah dan memanfaatkan nalar, pikir, mimpi juga rasamu dnegan benar. Kendalikan hawa nafsumu. Jangan cuma ngumbar nafsu, jangan cuma mikir ragamu, jangan cuma mencari kenikmatan badaniah.

Page 41: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 41

Keliru. Nggak bener. Benar saja belum. (MELIRIK MARTO KRUSUK) Wong yang sudah bener saja belum tentu pener! MBAH KAWIT Horotoyooooooh! Marto Krusuk itu! Dengar, nggak? MARTO KRUSUK Kalau aku tetep. Tetep milih kaya duluan. Orang kaya itu kan nggak perlu jadi maling, nggak usah jadi kecu, ora… MBAH KAWIT Dhapurmu! Mau kaya dari mana? Paling banter cuma dari ngutil, nyathut. MARTO KRUSUK Ngutil, nyathut bagaimana? Dari pesangon dong! Aku sudah menyusun rencana. Pesangonnya besok buat modal. Usaha kecil-kecilan buka bengkel mobil. Kalau bengkelnya jadi terus buka jasa angkutan taksi. Usahanya taksi semakin besar sampai bisa punya dealer sendiri, terus naik jadi eksportir mobil, usahanya menjadi makin besar, semakin berkembang, sampai jadi bermacam-macam usahanya MBAH KAWIT Wah, nggak mudhenga aku. Jangan-jangan mimpimu kebesaren. Mbok coba sini, diutangi seribu buat beli kembang. MARTO KRUSUK Duitnya siapa? Nggak punya duit. MBAH KAWIT Buat nyekar bojoku. MARTO KRUSUK Nggak ada duit! MBAH KAWIT Cepet to. Kembangnya buat nyekar di kuburan. MARTO KRUSUK Aku belum punya duit! MBAH KAWIT Katanya tadi jadi orang kaya, mana… MARTO KRUSUK Kata siapa? MBAH KAWIT Tadi…. MARTO KRUSUK Besok, Mbah…., itu tadi besok….. Besok kalau dapet pesangon! MBAH KAWIT O. Alah belum apa-apa kok sudah nggedebus. MARTO KRUSUK Tapi jadi orang kaya itu kan enak. MBAH KAWIT Wo… Kamu nanti nggelandang di jalan, nggak punya tempat buat berteduh. Kapok. MARTO KRUSUK

Page 42: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 42

Yang penting usaha dealer bisa maju, buka eksportir mobil. Usahamakin berkembang, makin besar, sampai tak terhitung! MBAH KAWIT Marto krusuk ra urus! KEDUANYA BERDEBAT RAMAI. LIK BISMO JENGKEL KARENA WEJANGANNYA DISELA PERDEBATAN LIK BISMO Hei…hei..he…kok malah ramai sendiri itu gimana….masih padha butuh wejanganku, nggak? MARTO KRUSUK Bosan …! MBAH KAWIT Nggak, terus. Cepat teruskan saja MARTO KRUSUK Jangan… nggak usah….! MBAH KAWIT Sumpal saja kupingmu itu kalau nggak pengin dengar. Biar masuk surga bandhang! LIK BISMO Naaa….surga bandhang! (LIK BISMO MULAI MEMBERI WEJANGAN, MARTO KRUSUK MENIRUKAN) Kembali ke surga bandangnya Mbah Gondo Gempil! MARTO KRUSUK Sudah pernah…, sudah hapal. (MENIRUKAN LIK BISMO KALAU SEDANG MEMBERI WEJANGAN) Sejatinya hidup yang sejati itu gini-gini-ginii, ngono! LIK BISMO Diulangi juga nggak papa to? Sudah padha tahu belum kalau Arjuna itu sukanya mengumbar kelaminnya? Baiklah, ceritanya kumulai dari sini (MBAH KAWIT SERIUS MEMANDANG MARTO KRUSUK KRENGKANG-KRENGKANG BANGUN MENCARI TIKARNYA SETELAH KETEMU TERUS DIGELAR TERUS MAPAN TIDURAN) Pada suatu hari Arjuna sedang kasmaran pada salah seorang putri yang baru saja ditemuinya di tengah hutan. Dasar Arjuna, ya terus gandrung… NGGAK MANTAP CUMA CERITA LIK BISMO TERUS BERDIRI, MAU JOGED, BERPERAN JADI ARJUNA YANG SEDANG KASMARAN SAMBIL NEMBANG KASMARAN LIK BISMO Nanti disaut ya Mbah. Gentian. Pangkur Palaran, ya! (LIK BISMO TERUS NEMBANG) Dhuh nimas mustikaningwang Lelewamu tansah amilangoni Kakangmas pepunden ulun Sumangga jiwa raga Mung andika tansah dadya pujaningsun Mung andika tansah dadya pujaningsun Laganana brantaningwang Sunkanthi manjing saresmi DI TENGAH-TENGAH MEMBERIKAN WEJANGAN BERUPA JOGETAN DAN TEMBANG-TEMBANG, DARI KEJAUHAN ADA BAYANGAN DUA ORANG LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN. PACARAN DIAM-DIAM DI DEKAT SUMUR YANG GELAP

Page 43: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 43

LIK BISMO (SESUDAH NEMBANG) Sebentar kemudian langsung cengklak. e, putrinya kok ya terus mapan. Ternyata putri tadi juga pintar, Arjuna bisa sampai terbujuk. MBAH KAWIT Terbujuk gimana? LIK BISMO Putri tadi mau ditiduri Arjuna asal Arjuna mau diajak pulang ke khayangan. MBAH KAWIT O, Bidadari to? LIK BISMO Ngakunya bidadari putri khayangan. Merasa dapat bidadari Arjuna semrinthil mau mengantar ke khayangan. Mereka berangkat. Dalam bayangannya, Arjuna sudah sampai di kahyangan, langsung kelonan! Ternyata, Arjuna diculik sama Nyi Permoni yang nyamar jadi bidadari. MBAH KAWIT Heh? Terus gimana itu? LIK BISMO Arjuna sudah terlanjur kehilangan kiblat, merasa berada di khayangan, merasa di dalam surga. Tapi ternyata surga bandhang! Lha ini yang tidak terima (MEMPERLIHATKAN WAYANG SEMAR YANG MASIH DIBUNTAL) MBAH KAWIT Untungnya semar kok tahu. LIK BISMO Semar itu jelmaan Dewa, yang momong para raja, para satriya, para punggawa dan kawula tanah Jawa. Lihat momongannya kebandhang sampai lupa dengan jalan satriyanya, semar berkewajiban membenarkan. Sudah tugas Semar untuk menyelamatkan para winasis, para punggawa praja yang sedang kebandhang. Lha, lakon wayang ini cocok dengan keadaan sekarang. MBAH KAWIT Huss! Cocok gimana? LIK BISMO Tanda-tandanya sudah seperti itu. Banyak satriya padha tergiur barang baru, lihat barang mewah. Sampai padha lupa. Mula-mula cuma tergila-gila sama bibir, gila sama pipi terus gila sama susu, tergila-gila paha, makin lupa daratan makin menjadi, trus padaha menutup kuping, padha tutup mata, padha korupsi, kolusi lan sapinunggalane, lha di pakeliran disebut gara-gara…(MENIRUKAN DHALANG YANG JANTURAN, SAMBIL MEMAINKAN WAYANG) Semar tahu momongannya diculik Nyi Permoni cepat-cepat mengejar. Arjuna harus disadarkan. Tapi ternyata, Mbah, orang dhemenan itu memang rapat persembunyiannya. Semar bingung mencari, gabrus, gabrus, gabrus, rumah Nyi Permoni digeledah, eh, kok tetep nggak ketemu. Lha saking jengkelnya Semar sampai marah! O, kalau Semar sampai marah, aja takon dosa… Nggak Jendral, nggak Raja, nggak mentri nggak presiden, semua diturunkan! Semar itu kan punakawan, punakawan itu kan rakyat. Hati-hati kalau sudah marah. Di puncak kemarahannya si Togog muncul, ngajak diskusi…. MBAH KAWIT Diskusi? Diskusi gimana? LIK BISMO Jagongan, Goblog!

Page 44: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 44

MBAH KAWIT Jagongan itu ya jagongan! Bahasa kok aneh-aneh. Kalau seminar apa sarasehan aku tahu. LIK BISMO Ya sudah. Sarasehan. Tapi Semar nggak mau diajak sarasehan, lha wong baru marah. Terus Semar ngomong. Togog kamu tahu tidak? Tuanku sekarang baru kebandhang, baru kalap, ini pasti ada yang ndalangi, ada yang ndhekengi, ada sponsornya…. Hayo tunjukan, mana momonganku… Mana! Gabrus…gabrus…gabrus! Togog dimarahi Semar. Kamu itu jangan cuma klayapan terus, di tanah seberang dapat apa? Sukanya kluyuran sampai lupa waktu, apa belum puas klayapannya? Ayo sekarang pulang, ayo, Gog, kamu harus membantu mencari, mengembalikan momonganku! Togog menjawab, sebentar to, Mar, sebentar, cerita surga bandhang itu kan sudah tertulis to, sudah digariskan. Aku akan membantu kalau sudah dekat waktunya. Jangan khawatir jangan sumelang. Semar terbakar hatinya, bosan disemayani terus-terusan, mukanya merah padam. Hus, Gog, Togog, apa kamu gak bisa berhitung atau memang sengaja kamu lupakan, kalau saatnya itu adalah hari ini, ya, hari inilah tiba waktunya. Jangan lupa, hayo, ingat-ingatlah, hayo hitunglah yang teliti, dihitung dengan cermat. Mak gragap Togog kaget, ternyata sudah tiba waktunya to ini. Kalau begitu aku sanggup, memang sudah menjadi kewajibanku, ayo aku bantu, bersama-sama mencari momonganmu. Sebenarnya aku juga sudah kangen, kepingin cepat pulang ke tanah Jawa, netepi kewajiban menyatu dengan kamu, manunggal hamemayu-hayuning bumi, mimbuhana bawana jagad saisine. Jadi Mbah, keadaan manusia padha sampai kebandhang itu sebenarnya ya memang ada! Padha tahu nggak kamu? MBAH KAWIT Lik, lha besok kapan Mbahmu Togog pulang ke Jawa? LIK BISMO Ini ramalannya sudah dibuka. Tanda-tandanya sudah jelas. Waktu malam Jum’at kliwon bulan Sura Beringin Kurung tumbang, tanggal tigapuluh satu Januari tahun delapan lima. Kraton Sala terbakar, (MENGAMBIL WAYANG) sampai sekarang bentuk wayang di tanah Jawa juga sudah berganti sampai lima kali, dari wayang kandha, wayang suket, wayang kayu, wayang kulit, genap lima wayang kaset! Lho sudah genap lima! MBAH KAWIT Lima kok genep LIK BISMO Menurut orang jawa lima itu genap. Artinya sudah lengkap wong sudah lima abad, lima kraton. Wong Jawa Bali ngratoni Jawane. Maka kamu semua itu cepat bersiap-siaplah. MARTO KRUSUK (BANGUN SAMBIL MENGGELIAT) Yoo… Siap-siap pindah, yo,……. LIK BISMO Pindah dalam. Adem. Banyak nyamuknya. MARTO KRUSUK Pindah dalam gimana! Pindah rumah! MBAH KAWIT Pindah, pindah pindah dhapurmu! (TERBAKAR EMOSI) MARTO KRUSUK Nggak mau pindah apa minta digilas bolduser. MBAH KAWIT Digilas bouldusher biar, tak hadapi, biar mati di sini. Nggak apa-apa. MARTO KRUSUK Pesangonmu besok dipakai buat beli kijing, buat cungkup, Mbah!

Page 45: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 45

MBAH KAWIT Mata dhuwitan, kalap di surga bandhang kapok…! MARTO KRUSUK Cepat bayaran, cepat dapat pesangon, beli tv, cari becak sepuluh disewakan, buka bengkel, mbayar sekolahnya Genjik, sisanya dipakai royal, hura-hura…. MBAH KAWIT (MAKIN PANAS) Nggak ada yang beli…nggak bakal laku! Iduku geni….iduku mandi…Gustiiiiiii Pangeraaaaaaaaan aku pengin mati di siniiiii…. MARTO KRUSUK MASUK RUMAH SAMBIL MASIH KOMAT-KAMIT MENGKOTAK-KATIK RANCANGANNYA KALAU DAPAT UANG PESANGON, MBAH KAWIT MASUK RUMAH, SUDAH NGGAK KUAT HATINYA MENDENGAR SUARA MARTO KRUSUK LIK BISMO (SETELAH SEMUA MASUK RUMAH BARU NGOMONG) Sana yang padha pingin lampus, sana yang padha pingin kalap! Aku pengin melihat Mbahne Togog pulang, pulang ke tanah Jawa, kutunggu di sini, Berilah bagas waras… Umur panjang… Usia panjang! (MULAI BERMAIN GUNUNGAN) Tangising panandhang, panjeriting jaman sing kabotan sanggan… Duh ibu pertiwi, eyang ibu bumi, eyang pamomong, berilah kekuatan…..! Limang abad tak cegat, lima ratu tak tunggu… Bumiku pulih…. Bumiku mulih… Bali kaya wingi uni … (GUNUNGANNYA DIMAINKAN, SEPERTI WAYANG PURWA WAKTU DATANGNYA GARA-GARA) isining kang gara-gara bumi langit gonjang-ganjing lindu ping pitu sedina kumocak mawetu gelap imbal geni yoo mani udan deres wos pineres endhud si blegedobo menceng wod ogal-agil sumamburat sirnaning kang gara-gara

Page 46: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 46

EMPAT MAGERSAREN DI DALAM DUNIA MBAH KAWIT MBAH KAWIT MASUK KE RUMAH, LANGSUNG MEREBAHKAN BADAN DI AMBEN, KECEWA, JENGKEL, MARAH BERTUMPUK JADI SATU. NAFASNYA NGGAK BERATURAN, KEHABISAN TENAGA, KEMUDIAN JATUH TERTIDUR. DI DALAM TIDURNYA MBAH KAWIT DAN ORANG-ORANG YANG SUDAH DIKENAL MAUPUN BELUM KEBINGUNGAN MENYELAMATKAN MAGERSAREN YANG SEDANG TERBAKAR. DALAM MIMPI MBAH KAWIT, API MENJILAT-JILAT, UDARA PANAS MEMBAKAR. MBAH KAWIT JUGA MELIHAT CAHAYA MERAH MENYALA KELUAR DARI DALAM SUMUR. MBAH KAWIT TERPATUNG KETAKUTANMELIHAT MAGERSAREN DIMAKAN API. BINGUNG, SAMBIL MASIH MENENTENG EMBER BOCOR..WARGA MAGERSAREN PADHA BERKUMPUL, MINGGIR, YANG TERLIHAT JELAS HANYA BIBIT, SOLEMAN LEMPIT, DAN MARTO KRUSUK. LIK BISMO TIDAK ADA. GEMERETAK SUARA BARANG DAN RUMAH YANG TERBAKAR BERBAUR DENGAN JERIT KEBINGUNGAN WARGA MAGERSAREN YANG KEHILANGAN DAN YANG AKAN MEMBERI PERTOLONGAN. ANGINNYA SEMAKIN KENCANG, UDARA SEMAKIN PANAS APINYA SEMAKIN BESAR. MBAH KAWIT (TERIAK-TERIAK SAMBIL MENENTENG EMBER BOCOR) Kobongan… Kobongan…waduh, waduuuuuh…blaik, bagaimana ini. Malah ndadi. Apinya menjilat-jilat sampai sudah nyaplok wuwungan. Cepat padamkan, apinya keburu besar! Cepat…! Cepat…! Keburu kebakar semua! Merambat kemana-mana itu nanti… Cepat cari air to, cah, disiram, digebyur, digrujug pakai air! Goblog, airnya itu dipakai memadamkan apinya, jangan diecer-ecer…. Terus, lagi, yang banyak… Jangan sampai berhenti, jangan telat.. terus… terus….! SEKELEBATAN BIBIT, MARTO KRUSUK DAN SOLEMAN MUNCUL DI DALAM PIKIRANNYA MBAH KAWIT SOLEMAN Terus gimana? Kalau sudah terlanjur kebakar semua terus gabaimana? Mau padha tinggal di mana? MARTO KRUSUK Mbokne Menik disuruh membangun lagi! BIBIT Nggak bakalan! MARTO KRUSUK Mbangun sendiri juga mau, asal terus cepat disertipikatkan. Itu karena keadaannya terlanjur sepetri ini, hitung-hitung Mbokne Menik nolong tetangga. SOLEMAN Malah warga sini yang kena tuduh, kena urusan, dipanggil polisi, kebakaran itu bukan kejadian sembarangan. Pak Marto hati-hati kalau ngomong! Omongannya dijaga! Jangan clebang-clebung, keliru sedikit kamu masuk penjara! MARTO KRUSUK Cangkemmu! Ini kecelakaan kok malah nuduh orang lain! BIBIT Kecelakaan bagaimana? Nggak bakal! Ini pasti karena, ada yang buat, ada yang mbakar!

Page 47: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 47

MARTO KRUSUK Terbakar sendiri! Aku lihat, apinya dari rumah Mbokne Menik. Listriknya konslet jadi terbakar, merambat sampai mana-mana. Apinya jadi besar, nggak ketahuan karena rumah Menik sedang sepi, kosong! SOLEMAN Mbokne Menik minggat ke mana? BIBIT Dibawa lakinya yang sering ke sini itu. Sudah tiga hari ini. SOLEMAN Meniknya? BIBIT Nggak di rumah. SOLEMAN Di mana? BIBIT Sudah dijemput, dibawa ke tempat ibunya. Laki-laki yang seneng sama Mbokne Menik datang sore tadi, sembunyi-sembunyi takut kalau ketahuan, nggak sengaja aku lihat mergoki, orangnya jadi salah tingkah. SOLEMAN Kok nggak ibunya sendiri yang jemput? BIBIT Lha.. Ya ini, ini yang mengherankan, mencurigakan! Lelaki tadi di dalam rumah agak lama, terus sebentar kemudian listrik dipadamkan, setelah sore Menik dibawa pergi, diam-diam biar nggak ketahuan, selang sebentar rumah Menik terbakar. Ini seperti ada yang ngatur, ada yang buat! MARTO KRUSUK Dibuat bagaimana? SOLEMAN Jelas sengaja dibakar! MARTO KRUSUK Rumah kok dibakar. Apa otaknya sudah miring? Apa urusannya? Kok pakai bakar-bakar rumah! Matanya sudah picak apa? Apa nggak lihat kampung ini empet-empetan, kalau terbakar gampang merambat, sulit dipadamkan.. BIBIT Ya itu yang dituju, ya itu, Lik! Biar terbakar! Semua biar padha pergi, diusir, digusah pakai api! MBAH KAWIT SEMAKIN GENTAR MELIHAT APINYA SEMAKIN BESAR. MBAH KAWIT Waduuuh…, Apinya makin besar. Sudah terbakar semua . Gusti Pangeran, gak bisa diselamatkan lagi. Nggak tertolong semuanya. Terus gimana, bisa diselamatkan nggak nanti…. Dhuh.. Dhuh… Apinya menjilat-njilat semakin besar… Man, Soleman jangan cuma bengong saja, mbantu nimba ambil air kan bisa to? Itu lho, buat nyiram apinya… Ikutlah cari air, nih pakai ember ini… horok, malah ngilang, semaunya sendiri! Kamu kan juga ikut ngeyub di sini! Apinya itu dipadamkan, apa panggil blambir! Biar disemprot…!! Man, Lesman kamu tega. Kamu tega kalau Magersaren ini terbakar…!! BIBIT, SOLEMAN DAN MARTO KRUSUK MASIH RIBUT BERTENGKAR

Page 48: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 48

BIBIT Terbakar apa dibakar nggak ada bedanya. Akhirnya kejadian ini yang dipakai alasan mengusir warga Magersaren dari sini. MARTO KRUSUK Yang mengusir harus tanggung jawab, ngasih pesangon. BIBIT Minta ke siapa? MARTO KRUSUK Pokoknya minta ganti, dicarikan tempat lain, nggak cuma asal ngusir, seperti ngusir anjing di pasar! BIBIT Kejadiannya nggak jauh beda dengan pasar wage. Pasar itu terbakar, habis dilalap api, padagangnya bubar. Gantinya sekarang berdiri plasa magrong-magrong bikin mata silau. Pedagang sepasar kalah sama pokale pedagang seberang, katanya janji mau dicarikan ganti, tapi buktinya mana? Padahal siapa yang memulai, yang mbabati siapa? Lha, kok ditempati orang lain. Magersaren nanti nasibnya juga sama dengan pasar Wage. MARTO KRUSUK Tapi apa tanah ini mau dipakai pasar? Kan tidak? BIBIT Sama saja! Jadi pasar apa jadi pertokoan, yang penting cepat bisa ngeruk duit. Makanya semua lekas diusir. Yang beli rumah nggak bakal kehabisan akal, sudah kerjaannya ngosak-asik tempat aman, ngosak-asik manusia. Mbokne Menik didekati, dasarnya janda gatel, makin mudah jalannya. Bel-bel-bel… Semua terbakar, semua bisa diusir. SOLEMAN Maka jangan cuma mengharap pesangon. Pesangon itu apa? Dapat berapa? Apa cukup? Senengnya kok cuma ngarep-arep pemberian! BIBIT Mbok ben! SOLEMAN Pak Marto apa sampeyan nggak paham, sebenarnya ada yang lebih berarti yang harus dijaga, yang nggak bisa ditukar duit, kalau kita sampai tercabut dari Magersaren ini. Aku, kalian semua yang ada di sini, di kota ini, cuma numpang, biar tidak terlalu jauh mengejar gemuruh perkembangan jaman. Bisa cari makan, bisa memperbaiki hidup! Semua masih ingin jadi manusia normal, nggak cuma makan nasi basi lauk koretan. MARTO KRUSUK Sudah tahu! Memperbaiki hidup itu juga butuh modal. Duit pesangon itu satu-satunya harapan. SOLEMAN Bahasanya halus: diberi pesangon, tapi sebenarnya didupak, ditendang, diusir! Paham nggak? Tanah yang kamu injak itu yang seharusnya jadi modal loncatan cari makan! Tempat lain terlanjur lepas dimakan monster seberang. Goblog kalau sampai dilepas! MARTO KRUSUK Lha kok kamu dulu ikut nawarkan? Yang promosi ke sana-sini siapa? SOLEMAN Tapi apa jadi beli? Kan nggak? Karena aku punya rencana, yang mau beli sudah kupengaruhi, tak takut-takuti biar nggak jadi beli.

Page 49: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 49

MARTO KRUSUK Nggak percaya! SOLEMAN Kalau sampai hati sudah dulu-dulu Magersaren sini laku. Sengaja tak ulur-ulur biar Mbokne Menik menunda nggak jadi jual. Seperti itu sudah kulakukan tiga tahun, tiga tahun itu aku kelangan sandang-pangan! Karena aku mbelani sedulur-seduluryang tinggal di sini. MARTO KRUSUK Kamu tahu kok diam saja! SOLEMAN Prekk…! SOLEMAN BERPALING, BIBIT BERPALING, MARTO KRUSUK TERUS MENGGERUTU TAPI TIDAK DITANGGAPI MARTO KRUSUK Dulu kok padha diam saja tahu Mbokne Menik didhemeni laki-laki itu. Biasanya padha negur to? Apanya yang ditakuti? Wong nggak pernah bawa tembak, nggak pernah pakai seragam. Goblok semua! Aku tahu kalau aku nggak punya hak mendirikan rumah di sini. Makanya setelah mendengar ada kabar tempat ini mau dijual aku cuma bisa mengharapkan pesangonnya. Itu yang bisa diharapkan buat menyambung hidupku. Ya biar dibilang mata duitan, ndremis, wong kenyataannya kesrakat. Mumpung ada rejeki lewat, e, ndladug, mburu uceng kelangan dheleg! Hilang semua harapanku, gara-gara kemasukan dhemit, amblas rejekiku, dhemit yang glibad-glibed di sini itu sebenarnya siapa to? Siapa…? Orang mana? Namanya siapa? Suruhannya siapa? Heh? Siapa? Lho padha diam saja itu gimana to? Kamu itu gimana…? Apa kamu mau terus diam saja…? Sudah rela? Padha mau jadi orang yang gentayangan? Kehilangan tujuan! Mau ditempatkan di mana anak-anakmu hah? Ini didengarkan nggak? Aku harus ngomong sama siapa…? Harus mengeluh sama siapa…? Menuntut siapa…? Siapa? MARTO KRUSUK KEBINGUNGAN SENDIRI, TIDAK DITANGGAPI, TIDAK DAPAT TEMAN MARTO KRUSUK Yang punya otak itu padha mikir apa? Yang digagas apa…? Padha punya telinga nggak…? Masih bisa merasakan nggak? Masih punya hati nggak? …ndladhuk, padha pura-pura nggak dengar, padha pura-pura nggak lihat. Bajingaaaaaaaan….! (KALAP, BIBIT DAN LESMAN CEPAT MENDEKATI. SIAP-SIAP, MEMEGANGI MARTO KRUSUK KALAU MAKIN MARAH.) Salahnya siapa sampai banyak yang kesrakat, banyak yang padha sambat…? Nggak usah kaget kalau jadi nekad! Nyawa sudah nggak ada harganya, keringat nggak ada artinya! Sudah nggak dianggap manusia…. Huh, mati besok atau sekarang sama saja… Lepaskan. (MERONTA-RONTA PENGIN LEPAS HENDAK MELABRAK) BIBIT Pak… Pak… Sabar, sabar, ingat Pak…, ingat. Pak Marto… Mau apa…? MARTO KRUSUK Akan kulabrake. Sudah biar… Biar… aku saja yang jadi korban…! Akan kulabrak…. Titip anakku… Mana yang beli Magersaren…. Mana yang beli…. Mana….!! (TAHU-TAHU SUDAH AMBIL PENTHUNGAN UNTUK SENJATA, BIBIT DAN SOLEMAN BINGUNG MENGHALANG-HALANGI, MENAHAN, MENSIKAP, NGUNCI SAMBIL MENENANGKAN) MBAH KAWIT TERGERAGAP MBAH KAWIT E-eh… Berhenti… Mandheg…! Minggir… Minggir….! Api belum padam malah buat masalah! Sudah menyerah semua? Nabuha bendhe udan arum biar hujan segera datang, carilah pusaka singkir geni, enggal tamakna, keburu nggak karu-karuan nanti…padha becus nggak? Apa harus saya sendiri yang mengerjakan? Kukomando dari sini! Keburu gubugku terbakar! Lho-lho… Dhalangnya Bismo mana? Mo…Bismo…? Jangan-jangan malah nekad

Page 50: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 50

bakar diri. Aduuuuuuh, tolong… Tolong… Rumahku ikut terbakar! Oalaaaah, aku nanti tinggal di mana…!? (MBAH KAWIT JATUH PASRAH TAK BERDAYA) Duuuuh…. Denmas Darsa, hanya dalam sekejap mata, habis ludes peninggalan sampeyan. Minta maaf Denmas, saya nggak bisa menjaga, pusaka warisan sampeyan jadi amblas. Semua padha kelimput, semua padha kepencut, padha tidak memperhatikan pesan sampeyan. Saya yang salah, saya yang tidak paham, Denmas. Anak-anak itu memang kotor tapi saya juga tidak bersih-bersih, sampai Mbah Danyang ngamuk, mengobarkan api berhala…!! Man, Lesman kemaren sumurnya kok ya kamu kencingi, yang padha bertengkar kok ya padha di dekat sumur, dekat Tuk. Dekat mata air. Apa padha nggak tahu akibatnya? Dulu kan sudah kuberitahu to, jangan sekali-kali mengeluh, jangan padha menangis. Jangan bertengkar, jangan regejegan, rebutan, ingin menang, rebutan hak di tempat basah. Seperti itu tidak baik, nista. Punya aturan nggak? Wong disuruh rukun, adil, punya tepa slira, kok angel tenan. Lha kalau sudah begini mau bagaimana? Sukur rejekimu dimakan raksasa SOLEMAN Untalen, gaglaken kabeh! Senengnya ngrebut pincuk orang lain. BIBIT Masih banyak yang harus ditanam. Lihatlah bibit-bibit lainya. Nasibnya Bagaimana? Bagaimana tumbuhnya benih-benih yang tercecer di sini, yang jauh dari sumber, yang tidak kebagian air, tidak terawat, tidak terpupuk! Apa tidak malah tumbuh jadi ilalang, jadi penghalang, jadi penyakit yang bakal menghambat langkahmu. Jalanmu! MBAH KAWIT Mana jalannya, tunjukkan? Mana arahku, aku kepingin pulang. Nggak cuma mati tanpa nama, jangan sampai terkubur di batu cadhas. Duh, Denmas Darsa saya ini bagaimana, cuma pengin menghargai jasadnya sendiri, kok masih belum diperbolehkan! SOLEMAN Terlanjur nggak bisa milih, cuma pengin ngeli saja kok malah tenggelam. Hilang jagoku, hilang harapanku. Yang kubela sudah terlanjur amblas. Jago-jago yang membelaku sudah masuk kandhang. Nggak bisa berkokok! Nggak bisa tarung, nggak berani kluruk! Hooeee! Aku di sini nggak hanya karena kelaparan, tapi jangan cuma dipakai tumbal, sudah waktunya orang kecil nggak cuma dipakai ancik-ancik! Lihat saja orang-orang yang tiap harinya padha kelaparan itu, matanya lebih awas, telinganya lebih peka, hatinya masih bisa merasakan semuanya! MBAH KAWIT Saya tahu, saya sudah nggak kuat Denmas! Di sini hawanya panas, sudah nggak betah, saya minta pamit! Silakan, mangsa borong apa jadinya Magersaren ini, Denmaaaasss! (PANDHANGANNYA MAKIN GELAP, JATUH, TIDAK SADARKAN DIRI)

Page 51: TUK Atawa Mata Air - Bambang Widoyo

tuk atawa mata air www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

dokumentasi komunitasberkatyakin_08 51

LIMA MAGERSAREN KESRIPAHAN (ADA PELAYATAN DI MAGERSAREN) BENDERA MERAH, BENDERA PELAYATAN TELAH DIPASANG KRAN, KEMBANG, MENYAN, POHON PISANG DAN MAEJAN SUDAH TERSEDIA DI EMPERAN YANG MERANGKAP JADI JALAN. JUGA CENGKIR KENDI DAN PERABOT SESAJI UPACARA KEBERANGKATAN JENASAH, DISAMBUNG SUARA KENTHONGAN, SUDAH DIPUKUL DUA KALI, LIK BISMO YANG BERKEWAJIBAN PIDATO. RUMAHNYA MBAH KAWIT SUDAH DITEMPELI BENDERA ORANG MENINGGAL. SUDAH BANYAK YANG MELAYAT. SEMUA WARGA MAGERSAREN BERKUMPUL. LIK BISMO Terimakasih kepada para takjiyah yang telah datang dan dengan penuh ikhlas membantu dengan segala bentuk dan cara. Juga terima banyak saya sampaikan kepada para warga Magersaren juga panitia pangrukti layon, yang dengan ikhlas ngrukti Mbah Kawit dengan hati yang lega dan perasaan yang ikhlas lahir dan batin, yang sudah memberi sumbangan biaya, tenaga, pikiran. Semoga amal baik panjenengan semua dapat balasan dari Gusti Allah yang maha asih. Memang sudah menjadi keinginannya Mbah Kawit semoga bisa tutug lestari sampai meninggalnya, tetep di rumah ini sebelum Magersaren digusur. Semua sudah terlaksana, sudah berlangsung sebagaimana keinginan almarhumah. Almarhum mbakyu kula inggih Mbah Kawit sepertinya juga sudah lega, tampak dari jenasahnya yang bersinar ikhlas juga wajahnya yang sedikit tersenyum. Semua warga jelas turut kehilangan karena Mbah Kawit sudah menyatu dengan kehidupan warga Magersaren. Kita semua percaya kalau warga Magersaren tidak akan melupakan alamarhum Mbah Kawit yang kawentar kondang tidak pernah lupa membantu, mulai dari mencuci piring, menunggu atau mengudak nasi, menjemur intip dan sisa nasi basi, tunggu rumah, momong anak-anak kalau orang tuanya terpaksa pergi bekerja, mengingatkan yang padha ronda, mengangkat jemuran, juga dengan telaten mengumpulkan dan membersihkan beras jimpitan, ngopeni nasi aking, menghangatkan sayur, menjahit sarung yang bolong dan tipis. Saudara-saudara di Jayengan juga tak akan bisa melupakan Mbah Kawit yang ringan tangan kalau ada warga punya gawe, sudah tentu membantu sampai selesai, juga tiap harinya ngeriki, mijat, mengurut sederek-sederak yang masuk angin atau keseleo, ndadah anak yang meriang dan rewel, mengumpulkan plastik kardus dan kertas bekas, menyapu halaman, nguras bak mandi dan bersih-bersih Magersaren. Kewajiban orang hidup Mbah Kawit sudah barang tentu tidak pernah lupa ngrakit inthuk-inthuk, sesaji, buat pincuk, takir, sudhi, jenang merah, kirim kembang setaman, mbakar dupa caos dhahar dan….. LIK BISMO MAKIN MENJADI YANG PAMER PEKERJAANNYA MBAH KAWIT, SAMPAI SERAK TERDENGAR KENTHONG TIGA JENAZAH DARI MAGERSAREN DIBAWA KELUAR.