tujuan pendidikan islam dalam surat al baqarah...

94
TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM SURAT AL BAQARAH AYAT 247 DAN AL MUNAFIQUN AYAT 4 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: Azizah 111-14-181 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2018

Upload: vuhuong

Post on 14-Jul-2019

258 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

DALAM SURAT AL BAQARAH AYAT 247 DAN AL

MUNAFIQUN AYAT 4

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Azizah

111-14-181

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

ii

iii

iv

v

MOTTO

ر الناس أن فعهم للناس خي

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi yang lainnya

vi

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat serta karuniaNya,

skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku, Bapak Wagiman dan Ibu Wartini yang telah merawat,

menjaga dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk menggali ilmu

pengetahuan melalui tingkat pendidikan yang setinggi ini, juga atas semangat

dan doa tiada hentinya, sehingga penulis dapat menyelesaikaan studi ini.

Semoga ilmu yang penulis raih dapat membahagiakan orang tua, berguna bagi

agama, nusa dan bangsa.

2. Kakakku Sobari Sakur dan Kurnia adikku Malia Rif‟ah terima kasih untuk

kasih sayang yang selalu menguatkan hingga sampai di titik ini.

3. Bapak Muh. Hafidz, M.Ag. selaku dosen terima kasih telah memberikan

bimbingan, arahan, kesabaran dan waktunya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

4. Terimaksih atas dukungan dan perjuangan senior dan kader IMM khususnya

PC IMM kota Salatiga.

5. Teman seperjuangan angkatan 2014 khususnya jurusan PAI.

6. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih telah

membantu dalam penyusunan skripsi ini.

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya serta karunian-Nya kepada kami sehingga perencanaan,

pelaksanaan dan tersusunnya skripsi dapat terlaksana dengan baik. Shalawat serta

salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang

telah membimbing manusia dari zaman kegelapan ke zaman terang-benderang dan

yang selalu dinantikan syafaatnya di hari kiamat kelak. Segala syukur penulis

haturkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dengn judul Konsep

Tujuan Pendidikan Islam (Telaah Surat Al Baqarah Ayat 247 Dan Al Munafiqun

Ayat 4). Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan guna

memperoleh gelar S1 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan

Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan

skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan. Penulis

menyadari tanpa bantuan dari pihak, penulis tidak akan bisa menyelesaikan

skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu dengan selesainya skripsi ini tidak lupa

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

4. Muh. Hafidz, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah rela

menyisihkan waktunya untuk membimbing dengan penuh kebijaksanaan dan

petunjuk-petunjuk serta dorongan-dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu

dalam penyelesaian skripsi ini.

viii

Akhirnya, semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan yang berlipat

dan mudah-mudahan dengan skripsi ini akan menambah semangat untuk

meneruskan langkah dalam memperjuangkan cita-cita pendidikan. Peneliti

berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun bagi pembaca.

Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu, peneliti berharap atas saran dan kritis yang

membangun guna perbaikan di masa yang akan datang.

Wassalammu’alaikum Wr.Wb

Salatiga, 29 Agustus 2018

Azizah

111-14-181

ix

ABSTRAK

Azizah. 2018. Tujuan Pendidikan Islam dalam Surat Al Baqarah Ayat 247 Dan

Al Munafiqun Ayat 4. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam.

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri

Salatiga. Pembimbing Muh. Hafidz. M.Ag.

Kata Kunci: Tunjuan Pendidikan Agama Islam

Penelitian ini tentang konsep tujuan pendidikan Islam (Telaah Surat Al

Baqarah Ayat 247 Dan Al Munafiqun Ayat 4) Dalam perspektif Islam, konsep

tujuan pendidikan dalam Islam termaktub dalam Al-Qur‟an yang pada dasarnya

merupakan konsep yang ideal. Akan tetapi realitanya masih kurang dalam

penerapannya. Dalam hal ini perlu adanya rumusan lebih dasar tujuan pendidikan

Islam agar sesuai digambarkan dalam Al-Qur‟an. Alqur‟an merupakan mukjizat

yang abadi dimana semakin maju ilmu pengetahuan, semakin tampak validitas

kemukjizatannya. Kajian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya Konsep Tujuan

Pendidikan Islam dalam proses pembelajaran yang berbasis Islam. Studi ini

dimaksudkan untuk menjawab permasalahan Bagaimana Konsep Tujuan

Pendidikan Islam dalam Al Qur‟an Surat Al Baqarah ayat 247 dan Al Munafiqun

ayat 4?

Untuk menjawab penelitian tersebut penulis menggunakan penelitian

library research. Sumber data dalam penelitian ini meliputi Al Qur‟an dan data-

data yang diperoleh dari ahli tafsir yang relevan yang dijadikan sebagai rujuakan

dalam membantu menganalisis permasalahan yang muncul, diantaranya Tafsir Al

Misbah karya Quraisy Shihab, Tafsir Al Qur‟anul Majid An Nur karya Teungku

Muhammad Hasbi Asy Syiddieqy, ringkasan Tafsir Ibnu Katsir karya Muhammad

Nasib Ar Rifa‟i, dan Tafsir Departemen Agama serta buku ulumul Qur‟an dan

buku-buku lain yang relevansinya berkaitan dengan pembahsan. Adapun metode

yang digunakan oleh penulis dalam skripsi ini adalah metode tahlili yaitu metode

yang digunakan untuk menganalisis dan menjelaskan ayat Al Qur‟an dari segala

aspeknya mulai dari kosa kata, pokok isi kandungan serta munasabah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahwa tujuan pendidikan Islam

menurut Al Qur‟an surat Al Baqarah ayat 247 dan surat Al Munafiqun ayat 4

adalah manusia yang sempurna insan kamil, yang memiliki ilmu pengetahuan

yang luas dan tubuh yang sehat dan kuat. Manusia yang menggunakan indera

pendengaran dan penglihatannya dengan maksimal. Sehingga menjadi mansia

yang selamat didunia dan diakhiratnya.

x

DAFTAR ISI

SAMPUL ............................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ....................................... iv

MOTTO ................................................................................................ v

PERSEMBAHAN ............................................................................... vi

KATA PENGANTAR .......................................................................... vii

ABSTRAK ............................................................................................ ix

DAFTAR ISI ......................................................................................... x

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................... 6

C. Tujuan Penelitian .................................................... 7

D. Kegunaan Penelitian ............................................... 7

E. Metode Penelitian ................................................... 8

F. Kajian Pustaka ........................................................ 11

G. Sistematika Penulisan ............................................. 14

xi

BAB II KOMPILASI AYAT

A. Redaksi Surat Al Baqarah Ayat 247 dan Al Munafiqun

ayat 4 serta terjemahnya .......................................... 16

1. Al Baqarah ayat 247 .......................................... 16

2. Al Munafiqun ayat 4 .......................................... 17

B. Kosa Kata (Mufrodat) .............................................. 17

1. Mufrodat Q.S. Al Baqarah ayat 247 ................. 17

2. Mufrodat Q.S. Al Munafiqun ayat 4 ................ 22

BAB III KANDUNGAN AYAT dan MUNASABAH

A. Kandungan Surat Al Baqarah dan Al Munafiqun ........ 26

1. Kandungan Surat Al Baqarah ayat 247 .................. 26

2. Kandungan Surat Al Munafiqun ayat 4 .................. 36

B. Munasabah Al Qur‟an Surat Al Baqarah dan Surat

Al Munafiqun ............................................................... 41

1. Munasabah Surat Al Baqarah ................................. 42

2. Munasabah Surat Al Munafiqun ........................... 43

BAB IV PEMBAHASAN

A. Tujuan Pendidikan dalam Perspektif Islam ................ 45

B. Tujuan Pendidikan Islam dalam Al Qur‟an Surat Al 53

Baqarah ayat 247 dan Al Munafiqun ayat 4 ...............

C. Tujuan Pendidikan Islam dalam Al Qur‟an Surat Al 61

Munafiqun ayat 4 .......................................................

xii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................ 69

B. Saran .......................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Islam dalam bahasa Arab disebut Tarbiyah Islamiyah

merupakan hak dan kewajiban dalam setiap insan yang ingin

menyelamatkan dirinya di dunia dan di akhirat. Sesuai dengan sabda

Rasulullah SAW. “tuntutlah ilmu dari buaian sampai akhir hayat. Maka

menuntut ilmu untuk mendidik diri memahami Islam tidak ada istilah

berhenti, semakin banyak ilmu yang diperoleh maka semakin banyak

tanggung jawab untuk meneruskan kepada orang lain untuk mendapatkan

kenikmatan berilmu, disinilah letak kesinambungan untuk berlepas diri

bila kelak diminta pertanggungjawaban disisi Allah SWT yakni telah

dilakukan usaha optimal untuk memperbaiki diri dan mengajak orang lain

pada kebenaran sesuai manhaj yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Pendidikan seperti lazin dipahami sekarang ini berbeda dengan

pendidikan pada masa Nabi. Tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan

oleh Nabi dalam menyampaikan seruan agama dengan berdakwah,

menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih ketrampilan berbuat,

memberi motivasi dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung

pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim itu telah mencakup

pengertian pendidikan pada masa sekarang (Darajat, 2011:27). Untuk itu

berdakwah juga merupakan bagian dari pendidikan.

2

Menurut Hasbullah (2009: 10) pendidikan sebagai suatu bentuk

kegiatan manusia dalam kehidupannya juga merupakan tujuan sebagai

sesuatu yang hendak dicapai, baik tujuan yang dirumuskan itu bersifat

abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk secara khusus untuk

memudahkan pencapaian yang lebih tingggi. Pendidikan merupakan

bimbingan terhadap perkembangan manusia menuju kearah cita-cita

tertentu, maka masalah pokok dalam pendidikan ialah memilih arah atau

tujuan yang hendak dicapai. Hal inilah yang paling utama dalam rangka

penghambaan diri kepada Allah dengan waktu yang telah dianugerahkan

manusia selama masih hidup di dunia.

Manusia diciptakan oleh Allah sebagai penerima dan pelaksana

ajaran. Oleh karena itu ia ditempatkan pada kedudukan yang mulia. Setiap

manusia menyadari bahwa ia mempunyai akal dan perasaan. Akal

pusatnya otak, digunakan untuk berfikir. Perasaan pusatnya di hati,

digunakan untuk merasa. Sebagai makhluk berakal manusia mengamati

sesuatu. Hasil pengamatan itu diolah sehingga menjadi ilmu pengetahuan.

Dengan ilmu pengetahuan itu dirumuskan ilmu baru yang akan

digunakannya dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya dan

menjangkau jauh diluar kemampuan fisiknya (Darajat, 2011: 5-6).

Manusia diberi akal untuk berfikir sehingga tercipta ilmu pengetahuan,

dan dengan ilmu pengetahuan manusia dimudahkan dalam berbagai

urusannya di dunia. Manusia diberi akal agar dapat membedakan mana

3

yang baik dan buruk untuk dirinya. Serta perasaan sadar untuk beribadah

kepada Allah mejalakankan perintahnya dan menjauhi larangannya.

Kemudian bagaimana hubungan manusia tentang penggunaan akal

dengan pendidikan. Manusia dan pendidikan bagai dua sisi mata uang

yang tidak dapat dipisahkan. Manusia dimanapun ia berada, dipastikan

akan butuh dengan pendidikan, hal ini disebabkan karena fungsi utama

dari pendidikan adalah mengembangkan seluruh potensi manusia yang ada

ke arah lebih baik atau ke arah yang menjadi cita-cita manusia (Daulay,

2004: 3). Artinya manusia sebagai objek maupun subjek pendidikan.

Menurut Prof. Dr. H. Abdurrahman Mas‟ud yang disampaikan

pada pidato pengukuhan Guru Besar Bidang Sejarah dan Kebudayaan

Islam yang diterima oleh masyarakat dari para pendidik mereka masih

bersifat normatif dan formalistis yang berakibat pasif, maka upaya

penciptaan iklim yang kondusif terhadap aktualisasi sistem nilai dalam

rangka memusatkan manusia sebagai aktor perubahan dan peradaban

merupakan proses yang tidak boleh berhenti. Itu artinya tidak boleh ada

putus asa untuk menggapai masa keemasan Islam (Mas‟ud, 2004: 44).

Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 30, bahwa

manusai sebagai khalifah di bumi diharapkan mampu menjadi pemimpin

dan suri tauladan yang baik menuju kemajuan di segala bidang. Ayatnya

sebagai berikut;

4

. ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:

"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."

mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi

itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan

darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan

mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui

apa yang tidak kamu ketahui."

Dalam perspektif Islam, tujuan pendidikan adalah sebagai

pengubah karakter individu. Selain itu Islam juga mempunyai konsep yang

mendasar mengenai tujuan pendidikan yang lebih membentuk manusia

yang kamil, sehingga memiliki keseimbangan baik jasmani maupun

rohani. Kesemuanya itu bertujuan untuk menjalankan tugas hidup sebagai

khalifah fil ard yang diharapkan mampu mengubah peradaban dinegeri ini.

Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang berkesadaran dan

bertujuan, Allah telah menyusun landasan pendidikan yang jelas bagi

seluruh manusia melalui syariat Islam.

Penyelenggaraan pendidikan, baik pada tingkat lembaga maupun

dalam proses pembelajaran, mempunyai target atau sasaran yang ingin

dicapai. Pendidik dan peserta didik mesti mengetahuinya. Guru pasti tahu

5

apa yang diinginkan muridnya dan sebaliknya murid juga harus tahu apa

yang diinginkan gurunya. Oleh karena itu, tujuan pendidikan tidak dapat

terlepas dari target yang diinginkan oleh suatu lembaga pedidikan. Selain

karena tujuan pendidikan memiliki peran yang urgent dalam tujuan

pendidikan juga akan memberikan arahan kepada pendidik dalam

menjalankan segala kegiatan pendidikan.

Dalam perspektif Islam, konsep tujuan pendidikan dalam Islam

termaktub dalam Al-Qur‟an yang pada dasarnya merupakan konsep yang

ideal. Akan tetapi realitanya masih kurang dalam penerapannya. Dalam hal

ini perlu adanya rumusan lebih dasar tujuan pendidikan Islam agar sesuai

digambarkan dalam Al-Qur‟an. Alqur‟an merupakan mukjizat yang abadi

dimana semakin maju ilmu pengetahuan, semakin tampak validitas

kemukjizatannya. Allah Swt menurunkannya kepada Nabi Muhammad

Saw demi membebaskan manusia dari berbagai kegelapan hidup menuju

cahaya Ilahi, dan membimbing mereka ke jalan yang lurus (Al-Qathan,

2006: 3). Al-Qur‟an sebagai pedoman hidup umat manusia dari berbagai

aspek kehidupan. Memahami Al-Qur‟an juga dengan menggunakan

penalaran yang mendalam sehingga dapat memahami makna yang ada

didalamnya.

Oleh karena itu, tidak semua orang bisa serta merta tanpa ilmu

pengetahuan yang cukup agar bisa memahami makna yang terkandung

didalamnya. Untuk memahami makna yang terkandung dalam ayat-ayat

Al-Qur‟an maka sangat dibutuhkan tafsir, sehingga memudahkan umat

6

Islam menerima pesan pesan dalam Al-Qur‟an. Dalam Al-Qur‟an tujuan

yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran bagi umat dapat dilihat

dalam konteks perbincangannya atau kandungan ayat-ayatnya. Setiap

persoalan yang diperbincangkan Al-Qur‟an selalu menggambarkan tujuan

yang ingin dicapai (Yusuf, 2013 :80). Jadi tujuan tersebut berupa

pengetahuan. Dan pengetahuan itu merupakan sarana yang dapat

mengantarkan peserta didik pada tujuan pendidik yang dikehendaki.

Dengan beberapa hal yang mendasari terjadinya permasalahan

yang dijelaskan diatas, menurut hemat penulis konsep tujuan pendidikan

dalam Al-Qur‟an sudah seharusnya diterapkan. Artinya konsep tujuan

pendidikan dalam Al-Qur‟an surat Al Baqarah ayat 247 dan Al Munafiqun

ayat 4. Dari latar belakang inilah, penulis tertarik untuk mengkaji lebih

dalam konsep tujuan pendidikan Islam dalam Al-Qur‟an. Penulis

mengkhususkan hanya meneliti salah dus ayat dalama Al-Qur‟an sehingga

penulis mengambil judul KONSEP TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

(Telaah Al-Qur’an Surat Al Baqarah Ayat 247 Dan Al Munafiqun

Ayat 4).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka

rumusan masalah yang dijadikan dasar penulisan skripsi ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana konsep tujuan pendidikan Islam dalam tafsir Al Qur‟an

surat Al Baqarah ayat 247?

7

2. Bagaimana konsep tujuan pendidikan Islam dalam tafsir Al Munafiqun

ayat 4?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari pokok pembahasan di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah:

1. Untuk memperoleh deskripsi tentang konsep tujuan pendidikan Islam

dalam tafsir Al-Qur‟an surat Al Baqarah ayat 247.

2. Untuk memperoleh deskripsi tentang konsep tujuan pendidikan Islam

dalam tafsir Al-Qur‟an surat Al Munafiqun ayat 4.

D. Kegunaan Penelitian

Mengungkap secara spesifik manfaat yang hendak dicapai dari

aspek teoritis (keilmuan ) dengan menyebutkan manfaat teoritis apa yang

dapat dicapai dari masalah yang diteliti. Juga dari aspek praktis (guna

laksana) dengan menyebutkan manfaat apa yang dapat dicapai dari

penerapan pengetahuan yang dihasilkan penelitian (Saraswati, 2011: 78).

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dapat

memberikan beberapa manfaat, baik secara teoritis maupun praktis, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran bagi para pembaca di dunia pendidikan dan khususnya

terutama mengenai konsep tujuan pendidikan dalam Al-Qur‟an yang

8

terkandung dalam tafsir surat Al Baqarah ayat 247 dan Al Munafiqun

ayat 4. Dapat menyumbangkan pemikiran tentang kandungan Al-

Qur‟an yang terkandung dalam tafsir surat Al Baqarah ayat 247 dan Al

Munafiqun bagi mereka yang membutuhkan.

2. Manfaat Praktis

Dapat memberi masukan kepada pendidik, pemikiran di masa

mendatang, atau pun seluruh manusia dalam mensosialisasikan konsep

tujuan pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan Islam dan

juga hasil.

E. Metode Penelitian

Dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan metode sebagai

berikut:

1. Jenis Penelitian

Sesuai dengan objek kajian skripsi ini, maka penelitian ini

adalah penelitian kepustakaan (library risearch), yaitu serangkaian

kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan kepustakaan,

membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian (Zed, 2008:

3).

Pada penelitian kepustakaan bukan bermaksud untuk

mengajarkan bagaimana seseorang menjadi ahli perpustakaan,

melainkan untuk memperkenalkan penelitian kepustakaan sebagai

suatu metode yang otonom, kemudian dilanjutkan dengan pengenalan

9

terhadap sistem klasifikasi koleksi perpustakaan, dan instrumen

penelitian perpustakaan seperti alat bantu bibliografis, bibliografi kerja

dan tahap-tahap penelitian kepustakaan (Zed, 2008: 1-2).

Setidaknya ada empat ciri utama penelitian kepustakaan, yaitu:

Pertama, peneliti berhadapan langsung dengan teks atau nash

atai data angka atau bukan dengan pengetahuan langsung dari lapangan

atau saksi mata berupa kejadian, orang atau benda lain.

Kedua, data perpustakaan bersifat siap pakai, artinya peneliti

tidak pergi kemana-mana, kecuali hanya berhadapan langsung dengan

bahan sumber yang sudah tersedia di perpustakaan.

Ketiga, data pustaka umumnya adalah sumber skunder, dalam

arti bahwa peniliti memperoleh bahan dari tangan kedua bukan data

orisinil dan tang pertama di lapangan.

Keempat, kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan

waktu. Peneliti berhadapan dengan informasi statik tetap. Artinya

kapanpun ia datang dan pergi. Data tersebut tidak akan pernah berubah

karena ia merupakan sudah data “mati‟ yang tersimpan dalam rekam

tertulis (Zed, 2008: 4).

Dalam skripsi ini, peneliti menganalisis muatan isi dari objek

penelitian yang berupa dokumen yaitu teks tafsir Al Qur‟an surat Al

Baqarah ayat 247 dan surat Al Munafiqun ayat 4.

10

2. Metode Pengumpulan Data

Dokumentasi dari asal katanya dokumen yang artinya barang-

barang tertulis . Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti

menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,

dokumen, peraturan-peraturan, notulensi rapat, catatan harian dan

sebagainya (Arikunto, 2013: 201).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik dokumentasi

dalam pengumpulan data karena sesuai dengan jenis penelitian ini

yaitu dengan mencari dari buku tafsir dan buku-buku yang relevan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Sumber Primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung

subyek penelitian sebagai sumber informasi yang dicari (Azwar,

2009: 91). Sumber data primer ini berupa Al Qur‟an surat al

Baqarah ayat 247 dan surat Al Munafiqun ayat 4 beserta tafsir

menurut para ulama, diantaranya Tafsir Al Misbah karya Quraisy

Shihab, Tafsir Al Qur‟anul Majid An Nur karya Teungku

Muhammad Hasbi Asy Syiddieqy, ringkasan Tafsir Ibnu Katsir

karya Muhammad Nasib Ar Rifa‟i, dan Tafsir Departemen Agama.

b. Sumber Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh melalui

pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek

penelitiannya. Dalam hal ini data sekundernya adalah tafsir-tafsir

11

Al-Qur‟an yang berkaitan dengan konsep tujuan pendidikan Islam

oleh mufassir dan buku-buku yang mendukung penulis untuk

melengkapi isi serta interpretasi dari data sumber primer.

3. Metode Analisis Data

Setelah data yang dibutuhkan terkumpul langkah selanjutnya

adalah menganalisis data dengan menggunakn metode Tahlili. Metode

Tahlili adalah metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan

ayat-ayat Al-Qur‟an dari seluruh aspeknya, dimulai dengan

menguraikan arti kosa kata yang diikuti dengan penjelasan mengenai

arti ayat secara global, kemudian mengemukakan munasabah

(korelasi) ayat-ayat serta menjelaskan hubungan maksud ayat-ayat

tersebut dilanjutkan dengan membahas asbabun nuzul (latar belakang

turunnya ayat) dan dalil-dalil yang berasal dari rasul, atau sahabat atau

dari para tabi‟in yang kadang-kadang bercampur baur dengan pendapat

para penafsir itu sendiri dan diwarnai oleh latar belakang

pendidikannya, dan sering pula bercampur baur pembahasan-

pembahasan dan lainnya yang dipandang dapat memahami nash Al-

Qur‟an (Izzan, 2014: 103).

F. Kajian Pustaka

Sebelum penulis meneliti lebih dalam tentang konsep tujuan

pendidikan Islam dalam Al-Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 247 dan Al

Munafiqun ayat 4 penulis berusaha keras menelaah karya dari hasil

beberapa penulis terdahulu yang berhubungan dengan pembahasan ini.

12

Pertama, dalam penelitian saudara Nurchamidah mahasiswa

jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo Semarang dan lulus

tahun 2015 yang berjudul “Konsep Tujuan Pendidikan dalam Al-Qur‟an

(Analisis Tafsir Q.S. Al Baqarah: 151, QS. Ali Imran: 164, dan QS. Al-

Jumu‟ah: 2). Kesimpulan skripsi tersebut membahas lebih lanjut tentang

konsep tujuan pendidikan yang terdapat dalam Q.S. Al Baqarah: 151, QS.

Ali Imran: 164, dan QS. Al-Jumu‟ah: 2 adalah sebagai sarana perubahan

sosial. Hal ini bisa dilihat dari masing-masing ayat yang memiliki

kandungan yang sama. Sehingga tersusun konsep tujuan individual,

konsep tujuan sosial dan konsep dan tujuan tertinggi dalam pendidikan

Islam.

Konsep tujuan individual yang dimaksud adalah bagaimana setiap

pribadi muslim berubah dalam sikapnya dan perbuatannya dalam

kehidupan sehari-hari. Konsep tujuan sosial dalam pendidikan Islam

melalui tahap-tahap dalam pembelajaran yaitu Nabi Muhammad SAW

membacakan ayat-ayat Allah SWT kepada umatnya, menyucikan umatnya

dan mengajarkan Al Kitab dal Al Hikmah serta hal-hal yang belum

diketahui sebelumnya.

Kensep tujuan tertinggi dalam pendidikan Islam berupa

pengabdian kepada Allah SWT. Pengabdian kepada Allah SWT dapat

dimanifestikan melalui tujuan individual dan tujuan sosial dalam

pendidikan.

13

Kedua, dalam penelitian saudara Paryadi mahasiswa jurusan

Pendidikan Agama Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul

Konsep Tujuan Pendidikan Islam Menurut Azyumardi Azra dan

Relevansinya terhadap Pendidikan Agama Islam. Kesimpulan dari skripsi

tersebut membahas tentang konsep tujuan pendidikan yang diuaraikan oleh

Azyumardi Azra merupakasn langkah yang dilakukannya dalam merespon

kondisi pendidikan pada saat ini.

Hasil penelitiannya menunjukkan berbagai konsep tujuan

pendidikan Islam yang dipaparkan oleh Azyumardi Azra, diantaranya:

Tujuan Umum dan Tujuan Khusus meliputi: 1) tujuan pendidikan Islam

adalah menyiapkan generasi yang efektif dan efisien, 2) sumber tujuan

yang utama adalah al Qur‟an dan As Sunah, 3)penekanan pendidikan

buukanlah dari aspek pengajaran semata tetapi lebih pada aspek

bimbingan, 4) Pendidikan Islam adalah proses penyiapan peserta didik

untuk bisa membaur di dalam masyarakat, 5) pendidikan membentuk

manusia menjadi rahmatal lil alamin, 6) tujuan esensi dari pendidikan

Islam adalah tercapainya kebahagian di dunia dan di akhirat,penguasaan

IPTEK menjadi titik tekan tersendiri bagi pendidikan Islam namun perlu

dilandasi nilai-nilai etis, 8) kurikulum pendidikan Islam harus bersifat

integrated dan komprehensif.

Ketiga, dalam skripsi saudara Tajus Syarofi NIM 3105381

mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam, IAIN Walosongo Semarang,

dan lulus tahun 2010 yang berjudul “Studi Analisis Tentang Pemikiran

14

Jalaludian Rahmat Tentang Sosial Engeenering Dan Relevansinya Dengan

Tujuan Pendidikan Islam. Kesimpulan Skripsi tersebut membahas lebih

jauh tentang perubahan sosial yang memang sangat diperlukan bagi setiap

orang.

Perubahan sosial dipengaruhi oleh cara berfikir setiap orang.

Paradigma sangat mempengaruhi terhadap perkembangan pemikiran

mereka. Dengan cara berfikir yang berbeda dengan manusia lainnya maka

perubahan sosial setiap individu juga berbeda. Menurutnya tujuan

pendidikan Islam sangat mempengaruhi perubahan sosial, masyarakat

akan mendisain tujuan pendidikan Islam sesuai dengan keadaan sosial.

Semakin maju keadaan sosialnya, maka semakin maju pula desain Tujuan

Pendidikan Agama Islam.

G. Sistematika Penulisan

Secara garis besar, penulisan skripsi ini terbagi dalam lima pokok

pikiran yang masing-masing termuat dalam bab yang berbeda-beda.

Secara rinci masing-masing bab akan membahas tentang hal-hal sebagai

berikut:

Bab I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitiaan, kajian pustaka, metode

penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Kompilasi Ayat berisi tentang surat Al Baqarah ayat 247

dan Al Munafiqun ayat 4 dan kosa kata mufrodat.

15

Bab III Kandungan Ayat dan Munasabah surat Al Baqarah ayat

247 dan Al Munafiqun ayat 4.

Bab IV Pembahasan ini berisi tentang inti dari konsep tujuan

pendidikan yang terkandung dalam surat Al Baqarah ayat 247 dan Al

Munafiqun ayat 4.

Bab V Penutup mengurai tentang kesimpulan dan saran. Bab

penutup memuat kesimpulan penulis dari pembahasan skripsi ini, saran-

saran.

16

BAB II

KOMPILASI AYAT

C. Redaksi Surat Al Baqarah Ayat 247 dan Al Munafiqun Ayat 4 Serta

Terjemahnya

3. Al Baqarah Ayat 247

Sesuai dengan judul Bab ini maka penulis menyajikan

kompilasi ayat-ayat yang menjadi tema pembahasan dalam skripsi ini

adapun ayat yang dikaji adalah surat Al Baqarah ayat 247

(٧٤٢: ابلقرة(

Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah

mengangkat Thalut menjadi rajamu". Mereka menjawab: "Bagaimana

Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan

pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan

yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah

telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan

tubuh yang perkasa". Allah memberikan pemerintahan kepada siapa

yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi

Maha Mengetahui

17

4. Al Munafiqun Ayat 4

(٤: فقواان(

Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan

kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan

perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar.

Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan

kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka

waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka.

Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran).

D. Kosa Kata (Mufrodat)

Setelah menyajikan ayat dan terjemahnya, penulis perlu bagi

penulis untuk menyajikan kosa kata yang terkait dengan ayat

1. Mufrodat Q.S. Al Baqarah ayat 247

a. قال berarti dia laki-laki berkata, yang berasal dari kata -يقول-قال

Disini dalam bentuk fiil madhi dengan .(Bisri, 1999: 916) قوال

failnya huwa dia satu laki-laki dengan tandanya fathah.

b. بي merupakan salah satu bentukan dan بأ .kata بي adalah bentuk

tunggal, sedangkan jamaknya -بيو بياأ dan بيي yang berarti

orang orang yang menyampaikan berita tentang Allah swt. Nabi

adalah manusia pilihan Allah swt. Para nabi yang mendapatkan

perintah untuk menyampaikan wahyu yang mereka terima itu

18

kepada umat manusia dinamakan rasul. Dengan demikian semua

rasul adalah nabi, tetapi tidak semua nabi adala rasul. Jumlah nabi

lebih banyak dari pada rasul (Shihab, 2007: 678).

c. ألل didahului oleh huruf ال dengan demikian allah merupakan

nama khusus yang tidak dikenal bentuk jamaknya. Alif dan lam

yang dibubuhkan pada kata إنه merupakan sesuatu yang dikenal

dalam benak. Kedua tambahan huruf itu menjadika kata yang

dibubuhi mejadi ma’rifat atau definite (diketahui/dikenal).

Kemudian hamzah yang berada antara dua lam yang dibaca i pada

kata illah tidak dibaca lagi sehingga berbunyi Allah, dan sejak

itulah kata ini seakan-akan telah merupakan kata baru yang tidak

memiliki akar kata, sekaligus kata Allah menjadi nama khusus bagi

pencipta dan pengatur alam raya yang wajib wujud-Nya (Shihab,

2007:76).

d. بعث artinya mengutus, berasal dari kata بعثا-يبعث-بعث atau juga

dapat diartikan mengirimkan. بعث disini dalam bentuk fiil madhi

yang failnya dia laki laki (Bisri, 1999: 36).

e. طانوث adalah nama julukan seorang raja. Dikatakan demikian

karena orangnya sangat tinggi. Dalam perjanjian lama kitab

Samuel diceritakan, “ia berdiri diantara rakyat (Bani Israil), dan

ternyata ia paling tinggi dari kesemuanya ke atasnya” (Al Maraghi,

1984: 396).

19

f. يهكا artinya raja, berasal dari kata ههك-يهك هكاي-ي yang artinya

memiliki, menguasai, memerintah (Munawir, 1997: 1358).

mengandung arti penguasaan terhadap sesuatu disebabkan oleh

kekuatan pengadilan dan keshahihannya. Malik yang biasa

diterjemahkan dengan raja adalah yang menguasai dan mengenai

perintah dan larangan, anugrah dan pencabutan, dan karenai itu

biasanya kerajaan terarah kepada manusia dan tidak kepada barang

yang sifatnya tidak dapat menerima perintah dan larangan

g. أدقartinya yang lebih berhak, asal katanya دقا-يذق-دق dapat

diartikan dengan nyata, pasti, tetap (Munawir, 1997:282). Karena

berwazan أفعم yang artinya melebihkan atau yang lebih. Dalam

ayat ini diartikan dengan pantas atau patut, yakni lebih pantas

mengendalikan pemerintahan.

h. هك artinya ikatan dan penguatan. Malik mengandung arti ان

penguasaan terhadap sesuatu disebabkan oleh kekuatan pengadilan

dan keshahihannya. Malik yang biasa diterjemahkan dengan raja

adalah yang menguasai dan mengenai perintah dan larangan,

anugrah dan pencabutan, dan karenai itu biasanya kerajaan terarah

kepada manusia dan tidak kepada barang yang sifatnya tidak dapat

menerima perintah dan larangan. (Munawir, 1997: 1358).

i. سعت artinya kelapangan, berasal dari kata وسعا-وسع artinya

melapangkan dan mencukupkan (Munawir, 1997: 1558).

20

j. ال artinya harta, asal kata dari ان -يال يؤوال و يوال menjadi

kaya, memberi harta. Dalam bentuk isimnya menjadi ال ان

jamaknya أيوال (Munawir, 1997: 1328).

k. زاد artinya menambahkan, berasal dari kata يزيد-زاد berarti

menambah, diberi. Dalma bentuk fiil madhi (Yunus, 2015: 562).

l. بسطت artinya melebihkan, berasal dari kata بسطا-يبسط-بسط

berrmakna menggembirakan, menyenangkan. Dalam kamus Al

Bisri بسطت berarti keluasan dalam ilmu pengetahuan (Bisri,

1999:33).

m. انعهىI lmu bentuk masdar dari عهى menurut Ibnu Faris kata ilmu

memiliki arti denotatif bekas sesuatu dengannya dapat dibedakan

sesuatu dengan sesuatu yang lain. Menurut Ibnu Manzhur ilmu

adalah antonim dari tidak tahu (Shihab, 2007: 347).

n. انجسى berarti badan, tubuh, substansi dan semua mempunyai

panjang, lebar dan kedalaman. Kata ini mempunyai akar kata jim

sin dan mim, yang makna dasarnya ialah berkumpulnya sesuatu.

Dari akar kata ini dibentuknya kata جسى-جسى yang berarti yang

besar tubuhnya, dan ا جسى ,جسى yang bermakna dengan جس

mengandung makna tubuh atau jasmani yang perkasa sebagai

salah satu persyaratan menjadi penguasa, pemimpin atau raja.

21

Secara khusus ayat tersebut menunjuk pada keistimewaan raja

Thalut (didalam injil perjanjian lama disebut Saul) yang diberi

amanat oleh nabi Samuel untuk memerintah Bani Israil setelah era

Nabi Musa dalam menghadapi ancaman bela tentara musuh yang

dipimpin oleh raja Jalut. Pada mulanya Bani Israil tidak mau

menerima Thalut sebagai raja mereka karena ia bukan dari kabilah

besar, melainkan dari kabilah kecil dikalangan Bani Israil, dan juga

bukan hartawan. Nabi Samuel menjelaskan bahwa pemilihan

Thalut sebagai raja bukan pendapat dan pilihan pribadinya, tetapi

berdasarkan pilihan Allah yang mengaruniainya keluasan ilmu

pengetahuan dan perkasaan tubuh. Thalut lebih pintar, lebih berani,

lebih kuat dan sabar di dalam peperangan dari pada orang-orang

Bani Israil lainnya. Oleh karena itu orang yang diangkat sebagai

pemimpin bangsa haruslah orang yang berilmu dan memiliki

jasmani dan perkasa dan bagus (Shihab, 2007: 398).

o. واسع terambil dari kata yang menggunakan huruf-huruf waw, sin

dan ain yang maknanya berkisar pada antonim kesempitan dan

kesulitan. Yang luas, dalam ilmu tidak akan keliru, tidak juga

salah, bahkan memberi ilmu, melalui pencarian atau tanpa usaha.

Yang luas dalam kekuasaan tidak akan berlaku aniaya, tidak juga

tergesa-gesa, bahkan akan memberi kekuasaan. Yang luas dalam

rahmat tidak akan mengancam apalagi menyiksa tanpa sebab yang

jelas, bahkan akan memaafkan yang menganugrahkan berbagai

22

anugrah. Yang luas dalam petunjuk, tidak akan menyesatkan,

apalagi menjerumuskan, tetapi membimbing dengan amat baik dari

yang dikehendaki. Demikian Allah Yang Maha Luas. (Shihab,

2007:1075).

p. عهيى berarti Maha Mengetahui, berasal dari kata عهى yang menurut

pakar bahasa berarti menjangkau sesuatu sesuai dengan keadaan

yang sebenarnya. Allah dinamai عهيىkarena pengetahuanNya yang

amat jelas sehingga terungkap bagiNya hal-hal yang sekecil

apapun (Shihab, 2007:330).

2. Mufrodat Q.S. Al Munafiqun ayat 4

a. رأيج berarti melimat asal kata raa yaro ro’yatan. Secara

etimologis kata ini berarti memperhatikan atau memandang dengan

mata atau pikiran. Sebagian pakar ada yang mengartikan kata ra

dengan memperhatikan dengan mata, meyakini dengan akal dan

memperhatikan dengan pandangan hati. Sebagian lainnya memberi

makna untuk kata ra‟a dengan ,melihat dengan mata kepala

maupun dengan mata hatin (Shihab, 2007: 799).

b. أجساو dalam bentuk jamak mengacu ke tubuh, jasmani, atau

perawakan orang-orang munafik yang menimbulkan kekaguman

dan ketertarikan orang-orang yang memandangnya, termasuk

23

orang-orang Islam. Kaum munafik yang dimaksud oleh ayat

tersebut adalah kaum munafik Madinah di masa Nabi Muhammad

saw. Yang dikepalai oleh Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul.

Penampilan lahiriyah mereka memukau orang lain dengan

penampakan tubuh jasamani yang menawan, atau dengan pakain

indah gemerlap sehingga ucapan mereka diperhatikan dan

diindahkan. Ayat ini memperingatkan kaum muslim agar tidak

terpukau dengan ajsam, tubuh, penampilan luar yang indah dari

orang-orang munafik yang bermuka dua, dan agar tetap

berpedoman kepada kebenaran ilahi dalam mencari kebenaran

hakiki dan keadilan sejati, sekalipun yang menyampaikan

kebenaran ilahi itu orang yang jasmani dan tubuhnya tidak menarik

dan tidak menimbulkan kekaguman (Shihab, 2007:398).

c. حعجبك artinya kamu kagum, asal katanya يعجب-عجب- عجبا

yang bermakna heran, kagum, atau takjub terhadap sesuatu (Bisri,

1999:479). Disini dalam bentuk fiil mudhorik yang rofa’tandanya

dhomah.

d. ع bermakna mendengarkan, menangkap suara/ bunyi asal kata حس

ع عا-يسع-س س dapat diartikan dengan mendengar (Munawir,

1997:659).

e. خشب yang berarti kayu-kayu jamak dari خشب (Bisri, 1999: 160).

Dalam kalimat ini dalam bentuk isim nakirah tandanya bertanwin.

24

Jamak yang biasanya digunakan akhsyaab bentuk jamak dari

khasyabun. Dengan demikian, خشب bentuk jamak dari khasyabun.

Pemakaian kata ini digunakan untuk menggambarkan keadaan

kaum munafik pada saat tersebut, yaitu jumlah mereka sangat

banyak sekali (Deparetmen, 2009: 140)

f. يس دة artinya tersandar, asal katanya يسد-سد- سود artinya

bersandarkan (Bisri, 1999: 345).

g. صيذت artinya teriakan,asal katanya يصخ- صياح -صاح

bermakna berteriak (Yunus, 2015:581). Dalam kalimat ini dalam

bentuk isim nakiroh yang tandanya bertanwin. Kata tersebut

mulanya dipakai untuk menunjukkan suara yang terdengar dari

kayu terbelah atau pakaian robek. Kemudian dipakai untuk

menunjukkan suara apa saja yang keras, baik dari manusia berupa

“teriakan” maupun dari selain manusia. Kemudian jika

dirangkaikan dengan pohon atau tumbuhan maka kata itu diartikan

„tinggi‟. Kata صيذت yang berkedudukan majrur sebagai mudhaf

ilaih menurut Ar Rozi menafsirkan kata صيذت yang terdapat

dalam ayat ini bahwa jika terjadi teriakan aba-aba di dalam

pasukan Islam maka mereka mengira hal itu ditujukan untuk

mereka karena ketakutan rahasianya dibuka oleh Allah.

25

h. انعدو artinya musuh, jamaknya أعداء bermakna musuh-musuh

(Bisri, 1999: 220). Dalam kalimat ini dalam bentuk isim makrifat

karena berimbuhan alif dan lam.

i. أدذرartinya waspadalah, asal katanya دذرا-دذر dapat diartikan

dengan berhati-hati atau waspada (Bisri, 1999:104). Termasuk

dalam fiil amr yang mabni tandanya sukun..

26

BAB III

KANDUNGAN AYAT dan MUNASABAH

C. Kandungan Surat Al Baqarah dan Al Munafiqun

1. Kandungan Surat Al Baqarah Ayat 247

Surat Al Baqarah (sapi betina) adalah surat kedua dalam Al

Qur‟an surat ini terdiri dari 286 ayat, 6.221 kata dan 25.500 huruf dan

tergolong surat madaniyah. Sebagian besar ayat dalam surat ini

diturunkan pada permulaan hijriah, kecuali ayat 281 yang diturunkan

di Mina saat peristiwa haji wada. Surat ini merupakan surat terpanjang

dalam Al Qur‟an.

Surat ini dinami Al Baqarah yang artinya sapi betina karena di

dalam surat ini terdapat kisah penyembelihan sapi betina yang

diperintahkan Allah kepada Bani Israil (ayat 67-74). Surat ini juga

dinamai fustatul ur’an (puncal Al Qur‟an) karena memuat beberapa

hukum yang tidak disebutkan dalam surat yang lain. dinamai juga surat

alif lam mim karena surat ini dimulai dengan huruf Arab alif lam mim.

Setelah penulis menyajikan teks dan terjemahan dari suart Al

Baqarah ayat 247 dan Al Munafiqun ayat 4 selanjutnya penulis akan

menyajikan beberapa pokok yang terkandung didalamnya. Penjelasan

mengenai isi kandungan surat Al Baqarah ayat 247 tertuang didalam

beberapa tafsir sebagai berikut:

27

a. Tafsir Al Misbah

Menurut Quraish Shihab dalam Al Qur‟an surat Al Baqarah

ayat 247 ini menguraikan kisah tentang kedurhakaan kelompok

Bani Israil yang mengakibatkan direbutnya Tabut dari tangan

musuh. Peristiwa tersebut membuat mereka bertaubat kepada Allah

dan memohon diangkatnya raja dari kalangan mereka sendiri untuk

memimpin dalam memerangi musuh. Tetapi, ketika Allah SWT

menunjuk Thalut sebagai raja karena kelebihannyadalam fisik dan

pengetahuan, sebagian dari mereka justru menolaknya.

Sebagai bentuk pembuktian Allah SWT mengembalikan

Tabut lewat malaikat sehingga memunculkan ketenangan batin dan

kekuatan mental bagi kaum Bani Israil (Shihab, 2012: 81). Oleh

karena itu dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin harus

memiliki pengetahuan, kecerdasan dan kekuatan fisik.

b. Tafsir An Nur

Setelah Nabi Samuel menerima wahyu dari Allah, ia

berkata: Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu.

Diriwayatkan dalam akhbar Bani Israil telah berpaling di zaman

Nabi Syamuwil kaum Bani Israil. Telah berpaling dari syariat yaitu

menyembah berhala dan melakukan pembunuhan besar-besaran

serta merampas Tabut.

28

Beberapa lama mereka tidak mempunyai raja atau panglima

perang. Mereka hanya dipimpin oleh pemuka-pemuka agamanya.

Diantara Nabi-nabi mereka ialah: Syamuwil yang juga menjadi

hakim. Sesudah beliau tua, beliau mengangkat anak-anaknya

menjadi qadhi.akan tetapi mereka berlaku curang dan memakan

uang sogok. Maka pada suatu ketika berkumpullah kepal-kepal

Bani Israil yang disebut dalam ayat ini dengan Al-Mala’a meminta

kepada Syamuwil , memilih seorang raja untuk mengendalikan

pemerintahan. Syamuwil meneragkan kepada mereka kekejaman-

kekejaman raja dan keinginan menjajah bangsa lain. Mereka

berkeras memintanya. Maka Allah mengilhamkan kepada

Syamuwil supaya memilih Thalut seorang menjadi raja.

Betapa ia dapat menjadi raja kami padahal masih ada orang

yang lebih berhak dari padanya. Dia bukan seorang yang berhata

yang perlu dipunyai oleh seorang raja dan dia bukan keturunan raja

dan bukandari keturunan Nabi.

Telah menjadi tradisi mereka, bahwa raja itu harus dari

keturunan Yahuza ibn Ya‟kub tidak bolehh dari oarang lain dan

diantar mereka adalah Daud As dan Sulaiman As, sedang keabian

29

adalah keturunan Lawa ibn Ya‟kub dan keturunan Musa As dan

Harun.

Telah menjadi tradisi manusia, bahwa pemerintahan itu

dipegang oleh ahli waris raja, atau bangsawan tinggi yang

memudahkan pemuka-pemuka rakyat tunduk kepadanya.

Disamping itu harus mempunyai harta. Mereka tidak

memperdulikan ilmu, keutamaan budipekerti dan sifat-sifat pribadi.

Nabi Syamuwil berkata pada kaumnya; Allah telah memilih

Thalut menjadi raja mereka karena Thalut mempunyai beberapa

keistimewaan.

Pertama, fitrahnya, dan itulah yang sangat penting.

Kedua, luas pengetahuan yang dibutuhkan untuk pentadbiran.

Ketiga, sehat tubuh dan sempurna tenaganya yang diperlukan

untuk kecerdasan pikiran

Keempat, mendapatkan taufik dari Allah yang diperlukan untuk

memerintah.

Tidak diperlukan orang yang menjadi raja itu orang yang

telah kaya. Apabila dia telah mendapat taufiq dari Allah, mudahlah

30

ia memperoleh harta yang diperlukan untuk mengurus

pemerintahan.

Allah itu, maha luas tassarufnya dan kekuasaan-Nya.

Apabila Allah menghendaki sesuatu urusan yang dikehendaki oleh

hikmat-Nya dalam susunan makhluk-Nya, maka itulah yang

terjadi.

Allah maaha mengetahui segala jalan hikmat. Maka Allah

meletakkan untuk makhluk-Nya, undang-undang nidham yang

amat indah ini dan amat kokoh yang tak kuasa diatasi oleh seorang

juapun. Tuhan mendahulukan ilmu atas kesehatan tubuh, adalah

untuk memberi pengertian, bahwa kesehatan badan itu, wajib

didahului oleh ilmu yang luas (Asy Syiddieqy, 1995: 425).

c. Tafsir Muyasar

Nabi Syam‟un AS berkata kepada mereka “Sesungguhnya

Allah telah memilih untuk kalian seorang pemimpin, yaitu Thalut.

Lalu mereka menentang dan berkata, “Bagaimana mungkin

kepemimpinan dan kerajaan diberikan kepada Thalut, orang yang

miskin dan tak berharta, sedangkan seorang raja itu harus

membutuhkan harta. Bukankah dengan harta itu seorang raja akan

ditaati dan perang bisa dilaksanakan? Mengapa kepemimpinan

kami diserahkan kepada seorang yang seperti itu, sedang harta

31

berada disisi kami? Jadi , sebenarnya kamilah yang lebih pantas

untuk menjadi raja daripadanya, karena kekayaan ada pada kami

dan dia orang fakir.”

Nabi mereka pun menjawab, “Pilihan telah ditetapkan oleh

Allah. Dia lebih mengetahui hikmah, maslahat (yang terbaik), dan

kesudahan dari setiap perkara. Dan ketahuilah, bahawa Thalut

adalah seorang yang mempunyai ilmu yang luas dan tubuh yang

perkasa. Dengan ilmunya ia bisa memimpin manusia dan dengan

tubuhnya yang kuat ia bisa mengendalikan perang. Orang yang

memiliki ilmu mempunyai jiwa yang kuat, dan pemilik tubuh

perkasa memiliki ketegasan, sehingga orang seperti inilah yang

lebih pantas untuk berpengaruh dan berkuasa. Hanya Allah saja

yang berkuasa untuk memilih siapa hamba Nya yang pantas

menjadi raja, karena Dialah pemilik seluruh kerajaan dan Dia lebih

mengetahui siapa yang lebih pantas untuk menjadi raja.

Tidak ada seorangpun yang berhak untuk menentang;

karena Allah mempunyai karunia yang luas, kebaikan yang

banyak, Maha Mengetahui perkara-perkara yang tersembunyi dan

juga atas rahasia-rahasia dari berbagai persoalan. Dia memberi

anugrah dengan kelapangan dan memilih berdasarkan pengetahuan

(Al Qarni, 2007: 194-195).

32

d. Tafsir Ibnu Katsir

Allah mengangkat Thalut sebagai raja Bani Israel. Dia

berasal dari salah seorang tentara Bani Israel, dan bukan dari

keturunan Yahuda. Maka mereka berkata, “bagaimana mungkin

dia dapat memerintah kami, padahal kami lebih berhak

memerintah dari pada dia, dan dia pun tidak dianugrahi

kelapangan harta benda?”. Maksudnya, dia bukan dari keturunan

raja, dia orang miskin dan tidak memiliki kekayaan untuk

mendirikan kerajaan. Ucapan itu merupakan bantahan Bani Israil

terhadap nabinya. Yang seharusnya mereka lakukan adalah

menaati dan berkata makruf.

Maka nabi mereka berkata, “Sesungguhnya Allah telah

memilih Thalut untuk menjadi raja kalian” dan Allah lebih

mengetahui dia daripada kalian, dan aku bukanlah orang yang

menentukannya, namum Allahlah yang menyuruhku untuk

memilihnya berdasar permintaan kalian kepadaku, dan

menganugrahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.”

Walaupun demikian, dia lebih pandai dari pada kamu, lebih kuat

dan sabar dalam menghadapi peperangan. Oleh karena itu, Dia

berfirman: “Allah Maha Luas dan Maha Mengetahui,” yakni

MahaLuas karunia-Nya dan Maha Mengetahui siapa yang berhak

mendapat kerajaan dan siapa yang tidak (Ar Rifa‟i, 1999: 413).

33

e. Tafsir Departemen Agama

Pada masa itu telah menjadi kebiasaan Bani Israil bahwa

soal-soal kenegaraan diatur oleh seorang raja dan soal agama

dipimpin oleh seorang yang juga ditaati oleh raja sendiri. Samuel

(nabi mereka pada saat itu) yang mengetahui tabiaat Bani Israil,

ketika mendengar usul mereka mengangkat seorang raja, timbul

keraguan dalam hatinya tentang kesetiaan Bani Israil itu, sehingga

beliau berkata, “Mungkin sekali jika kepada kamu nanti

diwajibkan perang, kamu tidka mau berperang.” Beliau sering

menyaksikan sifat penakut di kalangan mereka.

Mereka menjawab, “mengapa kami tidka berperang di jalan

Allah. Padahal telah cukup alasan yang mendorong kami untuk

melaksanakan perang itu? Kami telah diusir dari kampung

halaman kami dan anak-anak kamipun banyak yang di tawan oleh

musuh.”

Mereka menyatakan bahwa penderitaan mereka sudah

cukup berat sehingga jalan lain tidak adal lagi, kecuali dengan

mempergunakan kekerasan. Ternyata benar apa yang diragukan

oleh Samuel, yaitu tatkala perang telah diwajibkan kepada bani

Israil dan Samuel telah memilih seorang raja untuk memimpin

mereka, mereka banyak yang berpaling dan meninggalkan jihad di

jalan Allah serta sedikit sekali yang tetap teguh mengenai janjinya.

34

Allah mengetahui orang-orang yang tidak ikut berjihad itu

dan mereka dimasukkan dalam golongan orang-orang yang zalim,

yang menganiaya dirinya sendiri disebabkan tidak mau berjihad

untuk membela hak dan menegakkan kebenaran. Mereka di dunia

menjadi orang-orang yang celaka dan mendapat siksa.

Samuel mengatakan kepada Bani Israil, bahwa Allah telah

mengangkat Thalut (dalam Bibel Saul ) sebagai raja. Orang-orang

Bani Israil tidak mau menerima Thalut sebagai raja dengan alasan,

bahwa yang boleh dijadikan raja hanyalah kabilah Yehuda,

sedangkan Thalut dari kabilah Bunnyamin. Lagi pula disyaratkan

yang boleh menjadi raja itu harus seorang hartawan, sedang Thalut

bukan hartawan. Oleh karena itu secara spontan mereka menolak.

“Bagaimana Thalut akan memerintah kami, padahal kami lebih

berhak untuk mengendalikan pemerintahan dari pada dia,

sedangkan diapun tidak diberi kekayaan yang cukup untuk

menjadi raja”.

Samuel menjawab bahwa Thalut diangkat menjadi raja atas

pilihan Allah karena itu Allah menganugrahkan kepadanya ilmu

yang luas dan tubuh yang perkasa sehingga mampu mempimpin

Bani Israil. Dari ayat ini dapat diambil pengertian bahwa seorag

yang akan dijadikan itu hendaklah.

1) Mempunyai kekuatan fisik sehingga mampu untuk

melaksanakan tugas-tugasnya sebagai kepala negara,.

35

2) Menguasai ilmu pengetahuan yang luas, mengetahui letak

kekuatan umat dan kelemahannya, sehingga dapat

memimpinnya dengan penuh bijaksana.

3) Memiliki kesehatan jasmani dan kecerdasan pikriran.

4) Bertakwa kepada Allah agar mendapat taufik dan hidayah Nya,

untuk mengatasi segala kesulitan dan tidak mungkin diatasinya

sendiri, kecuali denga taufik dan hidayahnya.

Adapun harta kekayaan tidak dimasukkan menjadi syarat

untuk menjadi raja, karena bila syarat-syarat yang empat tersebut

telah dipenuhi maka mudah baginya untuk mendapat harta yang

diperlukan, sebab Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha

Mengetahui (Departemen Agama, 2009: 365).

Dapat diambil kesimpulan bahwa inti surat dari Al Baqarah ayat

247 adalah kisah Thalut yang diangkat menjadi raja, karena dia memiliki

beberapa kelebihan. Kelebihan yang dimiliki Thalut diantaranya adalah

memiliki keluasan ilmu, sehingga mengetahui letak kekuatan umat dan

kelemahannya, maka ia dapat memimpin negaranya dengan penuh

bijaksana. Selain ituThalut memiliki kesehatan jasmani, sehingga mampu

melaksanakan tugas-tugasnya sebagai raja. Kelebihan lain yang dimiliki

Thalut adalah ketaqwaan kepada Tuhannya. Berdasarkan kelebihan-

kelebihan yang dimiliki Thalut digolongkan sebagai ciri manusia

sempurna dalam Islam.

36

2. Kandungan Surat Al Munafiqun Ayat 4

a. Al Misbah

Berdasarkan tafsir yang ditulis oleh Quraish Shihab

kandungan surat Al Munafiqun ayat 4. Manusia yang hanya

memperhatikan sisi lahiriyah dan mengabaikan sisi batiniah serta

mengotorinya itu bagaikan kayu yang bersandar, sehinggatidak

memiliki daya hidup, tidak memiliki pijakan yang kukuh seperti

kayu yang tercabut akarnya, dan tentu saja tidak memiliki pula

buah yang dapat dinikmati. Mereka selalu mengira bahwa setiap

teriakan yang keras dari apa dan siapapun mengira tertuju untuk

menjatuhkan bencana atas mereka. Dapat dikatakan bahwa mereka

adalah musuh dalam selimut, sehingga orang-orang dihimbau untuk

mewaspadai mereka. Allah membinasakan mereka, yakni dengan

mengutuk dan menjauhkan mereka dari rahmat-Nya. Sungguh

mengherankan, bagaimana mereka dipalingkan sehingga tidak

menyadari keburukan perangai mereka!

Ada riwayat yang mengatakan bahwa tokoh munafik

Abdullah Ibn Ubay memiliki tubuh yang tegar, lidah yang fasih

lagi tampan. Demikian juga beberapa tokoh mereka yang lain.

Mereka sering kali hadir di majelis Rasul, sambil bersandar di

majelis. Menurut al Biqa‟i penggunaan kata إin, mengisyratkan

bahwa kaum munafikin itu jarang sekali berbicara kepada Nabi

37

SAW, karena mereka tidak senang kepada beliau dan merasa tidak

ada kepentingan mereka untuk bertanya. Ini karena mereka

mengidap penyakit-penyakit hati (Shihab, 2012: 78).

b. Tafsir An Nur

Asy Syiddieqy dalam tafsirnya, mengungkapkan bahwa

orang-orang munafik itu sama dengan bayang-bayang yang tidak

bernyawa. Indah rupanya tetapi buruk pekertiya. Oleh karena itu

mereka menyerupai kayu yang kosong dalamnya, walaupun masih

tampak baik dari luarnya, namun sudah tidak dapat dipergunakan

lagi.

melihat mereka, niscaya tubuh-tubuh mereka

mengagumkanmu.

Apabila kamu melihat keadaan tubuh mereka yang kuat dan

tegap, tentulah hatimu tertarik dan kagum kepada mereka.

Jika mereka berkata, tentulah kamu tertarik mendengar

percakapan mereka.

Jika kamu mendengar tutur kata mereka yang lemah lembut

dan tersusun rapi, tentulah kamu ingin berbicara lama dengan

mereka. Sebab pembicaraan mereka menarik hatimu.

38

Mereka seperti kayu yang disandarkan.

Orang-orang munafik itu sama dengan bayang-bayang yang

tidak bernyawa. Indah rupanya tetapi buruk pekertinya. Karenanya,

mereka menyerupai kayu yang kosong dalamnya, walaupun masih

tampak baik dari luarnya, namun sudah tidak dapat dipergunakan

lagi.

Mereka menyangka setiap suara keras ditujukan kepada

diri mereka.

Setiap mendengar suara panggilan suara panggilan dari

kemah tentara atau ada seekor binatang yang terlepas atau terjadi

sedikit kegaduhan, mereka pun menyangka bahwa musuh telah

datang mengepung diri mereka. Mereka pun menyangka bahwa

rahasia diri mereka telah terbongkar dan mereka pasti binasa.

Mereka itu musuh.

Mereka musuhmu yang teramat bahaya, karena tidak ada

yang lebih berbahaya dari pada seorang munafik. Melihat dengan

mulut tersenyum, tetapi hatinya culas.

Karena itu hendaklah kamu berhati-hati.

39

Karena mereka adalah musuh yang amat berbahaya, maka

janganlah kamu mempercayakan sesuatu rahasia kepadanya.

Jangan pula kamu terpedaya dengan sikap mereka.

Mudah-mudahan Allah membinasakan mereka.

Mudah-mudahan Allah mengutuk mereka dan menjauhkan

mereka dari rahmat-Nya.

Bagaimana mereka dipalingkan dari kebenaran.

Bagaimana mereka sampai melupakan kebenaran,

padahal mereka mempunyai cukup keterangan yang dapat

mereka pergunakan untuk membuktikan kebenaran itu (Asy

Shiddieqy, 1995: 4232-4233).

c. Tafsir Muyasar

Apabila kamu melihat orang-orang munafik –wahai Nabi-

maka penampilan mereka membuatmu kagum. Mereka juga

memiliki kemahiran dalam berbicara, namun hati mereka miskin

dari keimanan. Jiwa mereka selalu ingin menjauh dari kebenaran

akibat kelemahan akal dan ketidak pahaman mereka. Kamu

melihat mereka bagaikan kayu yang bersandar di dinding, kering,

mati, tidak bisa tumbuh, hanya diam tidak bergerak.

40

Orang-orang munafik itu mengira setiap anacaman

malapetaka dan bencana ditujukan kepada mereka karena

prasangka buruk mereka, juga karena mereka menyadari telah

melakukan perbuatan jelek sehingga cemas karenanya. Semoga

Allah menghinakan dan menghancurkan mereka, bagaimana bisa

mereka menyimpang dari petunjuk yang benar, menjauhi

kebenaran dan justru cenderung kepada kebatilan (Al Qarni, 2007:

347).

d. Tafsir Ibnu Katsir

Dalam ayat ini menjelaskan yaitu bentuk tubuh mereka baik

dan lidah-lidah mereka pun fasih sehingga orang yang

mendengarkan akan menaruh perhatian kepadanya karena gaya

bahasanya yang amat tinggi. Walaupun begitu, sebetulnya mereka

berada dipuncak kegelisahan dan kekhawatiran (Ar Rifa‟i,

1999:710).

e. Tafsir Departemen Agama

Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang

munafik itu sangat menakjubkan. Tubuh mereka tegap-tegap,

simpatik, dan lancar berbicara serta mengasyikkan. Apabila

mereka berkata, orang senang mendengarnya karena tutur

bahasanya yang teratur, menarik dan tidak membosankan. Mereka

tidak ubahnya seperti kayu yang tersandar, benda yang mempunyai

bentuk, tetapi tidak bernyawa. Ini bisa dipakai sebagai

41

perumpamaan bagi orang yang kelihatannya bagus, tetapi amal

perbuatannya jelek. Lahiriyahnya elok, tetapi batinnya busuk, tidak

ubahnya dengan kayu yang didalamnya kosong melompong,

kelihatan indah, tetapi tidak dapat digunakan, tidak dapat

diharapkan dari padanya hal yang baik dan bermanfaat

(Departemen Agama, 2007: 142).

Dapat diambil kesimpulan inti dari surat Al Munafiqun ayat 4 ini

adalah menggambarkan manusia yang memiliki jasmani yang sempurna,

memiliki kecerdasan sehingga dapat tutur bahasanya baik yang membuat

orang senang mendengarnya. Namun dia tidak memiliki keimanan kepada

Tuhannya. Seperti inilah yang dikatakan sebagai orang munafik, baik

luarnya namun busuk dalamnya. Artinya ciri ini tidak masuk dalam

golongan manusia yang sempurna dalam Islam karena keimanan atau

ketaqwaan menjadi syarat dari ciri manusia yang sempurna.

D. Munasabah Al Qur’an Surat Al Baqarah dan Surat Al Munafiqun

Pengertian dari munasabah secara terminologis munasabah adalah

kemiripan-kemiripan yang terdapat dalam hal-hal tertentu dalam Al

Qur‟an baik surat maupun ayat-ayatnya yang menghubungkan urusan satu

dengan lainnya.

Sedangkan menurut istilah munasabah adalah ilmu untuk

mengetahui alasan-alasan penertiban dari bagian-bagian Al Qur‟an yang

mulia. Ilmu yang menjelaskan segi-segi hubungan antara beberapa ayat/

42

beberapa surat Al Qur‟an. Apakah hubungan ini berupa ikatan yang am

umum ataupun yang khas khusus atau hubungan sebab-akibat atau antara

rasional dan irasionala ataupun dua hal yang kontradiksi (Anwar, 2005:

61).

1. Munasabah Surat Al Baqarah

a. Munasabah surat Al Fatihah dan Al Baqarah

1) Surat al fatihah merupakan pokok-pokok pembahansan yang

akan dirinci dalam surah Al Baqarah dan surah surah

sesudahnya;

2) Di bagian akhir surat al fatihah disebutkan permohonan hamba,

agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedangkan

surat al Baqarah di mulai dengan ayat yang menerangkan

bahwa Al Qur‟an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang

dimaksudkan itu.

3) Di akhir surat alfatihah disebutkan tiga kelompok manusia,

yaitu yang diberikan nikmat, yang dimurkai Allah dan orang

yang sesat, sedangkan diawal surat al Baqarah juga disebutkan

tiga kelompok manusia yaitu orang yang bertakwa, orang kafir

dan orang munafik (Departemen Agama, 2007: 32).

b. Munasabah surat Al Baqarah ayat 247 dengan ayat sesudahnya

Setelah mewajibkan perang untuk melindungi hak dan

kebenaran serta mewajibkan infak fi sabilillah untuk memelihara

43

kemuliaan agama dan umat Islam, maka ayat ini mengisahkan

segolongan Bani Israil yang diusir dari kampung halamannya dan

dipisahkan dari keluarganya dengan kekerasan karena mereka takut

dan lemah imannya (Departemen Agama, 2007: 31).

2. Munasabah Surat Al Munafiqun

Hubungan surat Al Munafiqun dengan surat Al Jumuah

a. Dalam surat Al Jumuah Allah menerangkan bahwa orang

muslim menjadi mulia karena ajaran Nabi Muhammad,

sedangkan pada surat Al Munafiqun diterangkan bahwa orang-

orang munafik menjadi sesat dan hina karena tidak mau

menjalankan ajaraan Nabi.

b. Dalam surat Al Jumuah orang muslim diperintahkan

meninggalkan perniagaannya dan segera pergi salat jumat,

sedangkan pada surat almunafiqun diperingatkan bahwa harta

benda dan anak jangan sampai melalaikan orang dari

mengingat Allah (Departemen Agama, 2007: 138).

c. Pada akhir surat al Jumuah disebut bahwa Allah mencela

perbuatan orang-orang mukmin yang meninggalkan nabi

Muhammad dalam keadaan berdiri memberi khotbah, karena

menyambut kedatangan rombongan unta kafilah dagang yang

baru tiba. Pada awal surah al Munafiqun disebutkan bahwa

Allah mencela sifat-sifat orang munafik yang diantaranya

44

adalah pembohong dan suka bersumpah palsu (Departemen

Agama, 2007:140)

45

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Tujuan Pendidikan dalam Perspektif Islam

Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha

atau kegiatan selesai. Maka pendidikan, karena merupakan suatu usaha

dan kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan,

tujuannya bertahap dan bertingkat (Darajat, 2011: 29).Pendidikan adalah

usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi,

membina, membantu, serta membimbing seseorang mengembangkan

segala potensinya sehingga ia mencapai kualitas diri yang lebih baik. Inti

dari pendidikan adalah usaha pendewasaan manusia seutuhnya (lahir dan

batin), baik oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri (Saebani, 2012:

39). Tujuan pendidikan dalam perspektif Islam tidak jauh dari tujuan

penciptaan manusia, yaitu beribadah kepada Allah yang terkandung dalam

surat Adz Dzariyat ayat 56:

(56ريت : ) الذ

dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

mengabdi kepada-Ku.

Maka pendidikan dalam pespektif Islam harus bisa mengantarkan

peserta didik menjadi manusia yang sadar eksistensinya sebagai hamba

Allah yang tugasnya beribadah. Menurut Jalal (1988: 123) ibadah tidak

terbatas hanya menunaikan sholat, saum, membayar zakat, ibadah haji

maupun mengucapkan syahadat. Namun semua amal, pikiran dan perasaan

yang disandarkan kepada Allah. Kerangka inilah yang menjadikan tujuan

46

pendidikan haruslah mempersiapkan manusia agar semua diniatkan untuk

jalan mendekatkan diri kepada agar menjadi hamba Allah yang Ibadur

Rahmah.

Persoalan pendidikan adalah persoalan yang menyangkut hidup

dan kehiduapan manusia yang senantiasa terus berproses dalam

perkembangan kehidupannya. Diantaranya persoalan pendidikan yang

cukup penting dan mendasar adalah mengenai tujuan pendidikan. Tujuan

pendidikan termasuk masalah sentral dalam pendidikan, sebab tanpa

perumusan tujuan pendidikan yang baik maka perbuatan mendidik

menjadi tidak jelas , tanpa arah dan bahkan bisa tersesat atau salah

langkah. Oleh karenanya, masalh tujuan pendidikan menjadi inti dan

sangat penting dalam memnentukan isi dan arah pendidikan yang

diberikan (Kartono, 1992: 214).

Kartini Kartono mengemukakan bahwa tujuan pendidikan itu

bermacam-macam mengemukakan bahwa tujuan pendidikan itu

bermacam-macam sesuai dengan yang dikehendaki. Tujuan pendidikan

anatara lain dalam rangka pendidikan manusia utama dan bijaksana,

menjadi warga negara yang baik, menjadi orang edwasa yang

bertangggung jawab, bisa hidup sejahtera, bahagia dan seterusnya. Oleh

karenanya, tujuan pendidikan selalu dikaitkan dengan yang lebih luas yaitu

tujuan hidup manusia, kemudian dihubungkan dengan tujuan filosofi,

tujuan ekonomi, politik dan sosial budaya itu sendiri (Kartono, 1997: 15).

Dengan demikian jelas bahwa tujuan pendidikan harus sesuai dengan

47

hakekat dan tugas manusia yang mampu melaksanakan amanat dari

Tuhan, tugas kemanusiaan, tugas kewarganegaraan, tugas kemasyarakatan,

tugas pribadi dan yang lainnya dengan sebaik-baiknya (Abdullah, 2002:

41).

Menurut Muhammad Quthb tujuan pendidikan agar umat muslim

menjadi orang yang bertaqwa yang mampu menjalankan ibadah

menyembah Allah yang diterapkan dalam aktivitas kehidupan sehingga ia

dapat mengemban amanat Allah sebagai khalifah yang memakmurkan

bumi (Quthb, 1995: 21)

Sebagai khalifah, khalifah manusia harus dapat menjaga

kelestarian tempat tinggalnya. Sebagaimana dalam Al Qur‟an Surat Al

Baqarah ayat 30:

. . . . . .(03 : ابلقرة)

"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."

Tujuan pendidikan Islam menurut Darajat (2011: 30) kepribadian

muslim yaitu suatu kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran

Islam. Orang berkepribadian muslim disebut muttaqin. Artinya tujuan

pendidikan Islam yaitu membentuk manusia yang bertakwa. Pendidikan

tersebut sesuai dengan pendidikan nasional yang akan membentuk

manusia pancasila yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

48

Omar Muhammad Al-Taomy Al Syaibani mengemukakan bahwa

tujuan pendidikan Islam memiliki empat ciri pokok yang paling menonjol

yaitu:

1. Sifat yang bercorak agam dan akhlaq

2. Sifat komprehensif yang mencakup segala aspek pribadi pelajar

(subjek didik), dan semua spek perkembangan dalam masyarakat

3. Sifat keseimbangan, kejelasan, tidak adanya pertentangan antara unsur-

unsur dan cra pelaksanaanya

4. Sifat realistik dan dapat dilaksanakan, penekanan dan perubahan yang

dikehendaki pada tungkah laku dan kehidupan, memperhitungkan

perbedaan-perbedaan perorangan diantara individu, masyarakat dan

kebudayaan dimana-mana dan kesangggupan untuk berubah dan

berkembang bila diperlukan (Al Syaibani, 1979: 436).

Kemuudian dirumuskan secara umum dalam liam tujuan yaitu:

1. Untuk membentuk akhlaq mulia. Kaum muslimin dari dahulu sepakat

bahwa pendidikan akhlaq yang sempurna adalah tujuan pendidikan

yang sebenarnya

2. Persiapan untuk kehidupan di dunia dan diakhirat. Pendidikan Islam

bukan hanya menitik beratkan pada keagamaan dan keduniaan saja,

melainkan pada keduanya dan memandang kesiapan keduanya sebagai

tujuan yang asasi

3. Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi kemanfaatan.

Pendidikan Islam tidak hanya segi agama, akhlaq dan spiritual semata

49

tetapi juga menyeluruh bagi kesempurnaan kehiduapan, atau yang

lebih dikenal sekarang ini dengan anma tujuan-tujuan vokasional dan

profesional.

4. Menumbuhkan semangat ilmiah (scintific spirit) pada para pelajar, dan

meneruskan ras ingin tahu (curiosity), serta memungkinkan mereka

mengkaji ilmu dengan ilmu itu sendiri.

5. Menyiapkan pelajar dari segi profesi, teknik dan perusahaan supaya

dapat menguasai profesi tertentu dan ketrampilan pekerjaan tertentu,

agar dapat mencari rezeki dalam hidup, disamping memelihara segi

kerohanian dan keagamaan (Al Syaibani, 1979: 9-11).

Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah mengatakan dalam

bukunya “Educational Theory a Qur’anic Outlook”, Ibahwa pendidikan

Islam bertujuan untuk membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah

SWT. Atau sekurang-kurangnya mempersiapkan jalan yang mengacu

kepada tujuan akhir. Tujuan Islam menurutnya dibangun atas tiga

komponen sifat dasar manusia yaitu: tubuh, ruh, akal yang masing-masing

harus dijaga (Arief, 2002; 18).

Al Gozali sebagaimana yang dikutip oleh Fatiyah Hasan sulaiman

menjelaskan bahwa tujuan pendidikan islam dapat diklasifikasikan

kepada: membentuk insan yang sempurna yang pada akhirnya dapat

mendekatkan diri kepada Allah dan memperoleh kebahagiaan di dunia dan

di akhirat (Arief, 2002; 23).

50

Menurut Khoiriyah, tujuan pendidikan Islam adalah secara

terminologis, tujuan dapat diartikan sebagai perbuatan yang diarahkan

kepada suatu sasaran khusus. Tujuan dalam proses pendidikan Islam

adalah idealis atau cita-cita yang mengandung nilai-nilai Islami yang

hendak dicapai dalam proses kependidikan yang didasarkan ajaran Islam

secara bertahap (Khoiriyah, 2012: 20).

Al Syaibani menjabarkan tujuan pendidikan menjadi: pertama

tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa,

pengetahuan, tingkah laku, jasmani dan rohani, dan kemampuan-

kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di akhirat.

Kedua tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku

masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan

kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat. Ketiga,

tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran

sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan

masyarakat (Tafsir, 2008: 49). Penjabaran diatas ditujukan untuk

keperluan dalam pelaksanaan pendidikan yang terperinci.

Dalam kehidupan sehari-hari, indikator tercapainya tujuan

pendidikan Islam adalah mencetak anak didik yang mampu bergaul

dengan sesama manusia dengan baik dan benar serta mengamalkan amar

ma’ruf nahi munkar kepada sesama manusia. Pendidikan Islam bertujuan

membangun karakter anak didik yang kuat menghadapi berbagai cobaan

51

dalam kehidupan dan telaten, sabar, serta cerdas dalam masalah yang

dihadapi (Saebani, 2008: 147).

Dalam ajaran Islam, seluruh aktivitas manusia bertujuan meraih

tercapainya insan yang beriman dan bertakwa. Dengan demikian, apabila

anak didik telah beriman dan bertakwa, artinya telah tercapai tujuannya.

Apabila dikaitkan dengan pendidikan Islam yang bertujuan

mencetak anak didik yang beriman, wujud dari tujuan itu adalah akhlak

anak didik. Itu mengacu pada kurikulum yang diterapkan dalam

pendidikan yang dilaksanakan diberbagai lembaga, baik lembaga

pendidikan formal maupun nonformal.

Beberapa indikator tercapainya tujuan pendidikan Islamdapat

dibagi menjadi tiga tujuan mendasar.

1. Tujuan tercapainya anak didik yang cerdas. Ciri-cirinya adalah

memiliki tingkat kecerdasan intelektualitas yang tinggi sehingga

mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh dirinya sendiri

maupun membantu menyelesaikan masalah orang lain yang

membutuhkannya.

2. Tujuan tercapainya anak didik yang memiliki kesabaran atau kesalehan

emosional sehingga mampu memperlihatkan kedewasaan menghadapi

masalah dalam kehidupannya.

3. Tujuan tercapainya anak didik yang memiliki kesalehan spiritual, yaitu

menjalankan perintah Allah dan Rasulullah SAW dengan

52

melaksanakan rukun Islam yang lima dan mengejawantahkannya

dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, menjalankan shalat lima

waktu, menjalankan ibadah puasa, menunaikan zakat karean secara

ekonomi telah diwajibkan, dan menunaikan ibadah haji ke Baitullah

karena telah bernasib dan bernisab (Saebani, 2012: 147).

Untuk mewujudkan tujuan-tujuan di atas, pendidikan Islam harus

memiliki lembaga pendidikan yang berkualitas dengan dilengkapi oleh

sumber daya pendidikan yang kompeten.

Kaitannya dengan pandangan diatas, Allah SWT berfirman dalam

surat AL Mujadilah ayat 11:

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:

"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah

akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah

kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang

yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu

pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang

kamu kerjakan.

Dari ayat diaatas, dapat dipahami bahwa Allah memerintahkan

kepada umat Islam untuk membangun atau memilki lembaga pendidikan

agar generasi mendatang kaum muslimin memiliki kecerdasan yang

mumpuni, mentalitas yang kuat dan kesalehan individu dan sosial yang

fundamental.

53

Pendidikan nasional sumber dan dasarnya adalah Undang-Undang

Sistem Pendidikan Nasional, bahwa tujuan pendidikan bangsa Indonesia

tertera dalam Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 sebagi berikut:

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujaun untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab (Pidarta, 2004: 6). Pendidikan

nasional di Indonesia mengikuti pendidikan yang berbasis nilai-nilai

ketuhaanan karena tujuan utamanya adalah terciptanya anak didik yang

beriman dan bertakwa.

Jadi pendidikan Islam bertujuan membentuk pribadi muslim yang

menjalankan keimanan dan ketakwaaan dalam menjalani kehidupan di

dunia dengan mencontoh Muhammad sebagai suri teladan umat Islam.

B. Tujuan Pendidikan Islam Dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah Ayat

247

Al Qur‟an merupakan pedoman hidup manusia baik di dunia

maupun di akhirat. Setiap kalimat yang terdapat dalam Al Qur‟an

mengandung makna. Allah telah mewahyukannya kepada Nabi

Muhammad SAW melalui malaikat Jibril, kemudian memerintahkan

54

supaya isi kandungan dalam ayat Al Qur‟an untuk disebarluaskan kepada

umat manusia. Baik pesan yang berbentuk tersirat maupun tersurat.

Makna yang terkandung dalam Al Qur,an surat dari Al Baqarah

ayat 247 adalah kisah Thalut yang diangkat menjadi raja, karena dia

memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan yang dimiliki Thalut diantaranya

adalah memiliki keluasan ilmu, sehingga mengetahui letak kekuatan umat

dan kelemahannya, maka ia dapat memimpin negaranya dengan penuh

bijaksana. Selain itu Thalut memiliki kesehatan jasmani, sehingga mampu

melaksanakan tugas-tugasnya sebagai raja. Kelebihan lain yang dimiliki

Thalut adalah ketaqwaan kepada Tuhannya. Berdasarkan kelebihan-

kelebihan yang dimiliki Thalut digolongkan sebagai ciri manusia

sempurna dalam Islam.

Al Qur‟an surat Al Baqarah ayat 247 memang membicarakan

klasifikasi pemimpin yang baik yang seperti apa. Dilihat dari kacamata

pendidikan guru merupakan seorang pemimpin dalam proses

pembelajaran. Guru memiliki tanggung jawab yang besar dalam

pendidikan, karena tidak hanya menularkan ilmu akan tetapi guru juga

menjadi role model bagi peserta didik. Karena pendidikan merupakan

ujung tombak majunya suatu bangsa. Jadi ciri-ciri seorang muslim yang

terdapat dalam ayat ini diaplikasikan dalam pendidikan, dan mengambil

kesimpulan bahwa ciri ini adalah ciri manusia yang sempurna dalam Islam

yang menjadi tujuan pendidikan dalam Islam.

55

Surat Al Munafiqun ayat 4 ini maknanya adalah menggambarkan

manusia yang memiliki jasmani yang sempurna serta memiliki kecerdasan

sehingga dapat tutur kata dengan baik yang membuat orang senang

mendengarnya. Namun dia tidak memiliki keimanan kepada Tuhannya.

Seperti inilah yang dikatakan sebagai orang munafik, antara perkataan

yang diucapkan dengan hatinya berbeda. Artinya ciri ini tidak masuk

dalam golongan manusia yang sempurna dalam Islam karena keimanan

atau ketaqwaan menjadi syarat dari ciri manusia yang sempurna.

Kaitan Al Qur‟an surat Al Munafiqun ayat 4 ini dengan pendidikan

adalah pendidikan harus bersifat komprehensif, artinya semua harus

berkadaan baik, yang tampak di luar maupun yang tidak tampak. Seorang

yang baik perkataan belum tentu baik hatinya. Maksudnya seorang yang

memiliki jasmani yang baik dan kecerdasan dalam berbicara atau

menyampaikan informasi tidak menjadikan dia masuk dalam golongan

manusia yang sempurna sebagaimana dalam surat Al Baqarah ayat 247.

Karena dalam ayat ini dijelaskan bahwa seorang yang munafik ini tidak

memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhannya. Jadi tidak ada

faedahnya ketika seseorang itu baik perkataanya berbeda dengan hatinya.

Semuanya harus berkesinambungan baik sehat jasmani, akal maupun

hatinya.

Berkaitan dengan rumusan masalah dalam skripsi ini yaitu

bagaimana konsep tujuan pendidikan Islam dalam tafsir Al Qur‟an surat

Al Baqarah ayat 247 dan Al Munafiqun ayat 4? Konsep tujuan yang

56

terdapat dalam kedua ayat tersebut adalah muslim yang sempurna.

Menurut Hasbi ash Shiddieqy sebagaimana dalam kisah Thalut yang

terdapat dalam Al Qur‟an ayat 247 ini faktor yang menyebabkan Thalut

dipilih menjadi pemimpin karena Thalut yang memiliki keistimewaan.

Keistimewaan Thalut yang dijelaskan dalam tafsir An Nur inilah yang

menjadi ciri-ciri manusia yang sempurna itu. Kemudian di dalam tafsir

yang diterbitkan oleh Departemen Agama juga menjelaskan hal yang

sama. Ciri ciri manusia yang sempurna menurut Al Qur‟an surat Al

Baqarah ayat 247 sebagai berikut:

1. Ilmu yang Luas

Islam menginginkan pemeluknya cerdas serta pandai. Itulah

ciri akal yang sempurna (Tafsir, 2008: 43). Bagi manusia, akal dapat

menimbulkan atau menghasilkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat

untuk kesejahteraan umat manusia, menentukan manusia dalam

usahanya mencari dan membedakan mana jalan yang benar dan salah,

dan memberikan kepuasan dalam memecahkan persoalan hidup

manusia serta membentuk disiplin terhadap tenaga-tenaga kepribadian

yang lebih rendah (Supriyatno, 2009: 93).

. . . . . . (٧٤٢: ابلقرة(

menganugerahinya ilmu yang luas

Memiliki ilmu yang lebih, lebih disini berarti Thalut memiliki

ilmu yang luas. Baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan. Menurut

57

Quraish Shihab dalam bukunya Ensiklopedi Al Qur‟an menjelaskan

bahwa ilmu adalah bentuk masdar dari عهى menurut Ibnu Faris kata

ilmu memiliki arti denotatif bekas sesuatu dengannya dapat dibedakan

sesuatu dengan sesuatu yang lain. Menurut Ibnu Manzhur ilmu adalah

antonim dari tidak tahu.

Cerdas ditandai oleh adanya kemampuan menyelesaikan

masalah dengan cepat dan tepat, sedangkan pandai ditandai dengan

banyak memiliki pengetahuan atau berbagai informasi (Tafsir, 2008:

43). Thalut yang dipilih menjadi pemimpin bukanlah karena dia

memiliki kekayaan yang lebih, namun kelebihan yang dimilikinya

adalah kecerdasannya. Manusia dianugrahi oleh Tuhan dengan akal

agar dapat berfikir. Sehingga dapat menyelesaikan permasalahan

dalam kehidupannya.

Dalam surat Az Zumar ayat 9 telah dijelaskan bahwa manusia

itu berakal dan ayat ini juga menjelaskan tentang belajar. Ayatnya

sebagai berikut:

:(9)الزمر

Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan

orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang

berakallah yang dapat menerima pelajaran.

58

Kepandaian didapatkan dari usaha, yang dinamakan dengan

belajar. Belajar adalah cara agar akal yang dimiliki manusia berkebang

dengan baik.

2. Tubuh yang Sehat

Seorang muslim harus memiliki kesehatan yang sehat serta

kuat. Apalagi yang berkaitan dengan penyiaran dan pembelaan Islam.

Sebagaimana dalam surat Al Baqarah ayat 247, yang dikisahkan

pengangkatan seorang pemimpin yaitu Thalut karena dia memiliki

jasmani yang kuat dan sehat. Dengan jasmani yang sehat serta kuat

Thalut yang sebagai seorang pemimpin dapat melaksanakan tugasnya

dengan baik.

. . . . . . (٧٤٢: ابلقرة(

. Dalam surat Al Baqarah ayat 247 انجسىberarti badan, tubuh,

substansi dan semua mempunyai panjang, lebar dan kedalaman. Kata

ini mempunyai akar kata jim sin dan mim, yang makna dasarnya ialah

berkumpulnya sesuatu. Dari akar kata ini dibentuknya kata جسى-جسى

yang berarti yang besar tubuhnya, dan ا yang bermakna dengan جس

mengandung makna tubuh atau jasmani yang perkasa جسى ,جسى

sebagai salah satu persyaratan menjadi penguasa, pemimpin atau raja.

Secara khusus ayat tersebut menunjuk pada keistimewaan raja

Thalut (didalam injil perjanjian lama disebut Saul) yang diberi amanat

59

oleh nabi Samuel untuk memerintah Bani Israil setelah era Nabi Musa

dalam menghadapi ancaman bela tentara musuh yang dipimpin oleh

raja Jalut. Pada mulanya Bani Israil tidak mau menerima Thalut

sebagai raja mereka, karena ia bukan dari kabilah besar, melainkan

dari kabilah kecil di kalangan Bani Israil, dan juga bukan hartawan.

Nabi Samuel menjelaskan bahwa pemilihan Thalut sebagai

raja bukan pendapat dan pilihan pribadinya, tetapi berdasarkan pilihan

Allah yang mengaruniainya keluasan ilmu pengetahuan dan perkasaan

tubuh. Thalut lebih pintar, lebih berani, lebih kuat dan sabar di dalam

peperangan dari pada orang-orang Bani Israil lainnya. Oleh karena itu

orang yang diangkat sebagai pemimpin bangsa haruslah orang yang

berilmu dan memiliki jasmani dan perkasa dan bagus (Shihab, 2007:

398).

. . . . . . (٤: انفقو(

Kemudian dalam surat Al Munafiqun ayat 4 kata أجساوdalam

bentuk jamak mengacu ke tubuh, jasmani, atau perawakan orang-orang

munafik yang menimbulkan kekaguman dan ketertarikan orang-orang

yang memandangnya, termasuk orang-orang Islam. Kaum munafik

yang dimaksud oleh ayat tersebut adalah kaum munafik Madinah di

masa Nabi Muhammad saw. Yang dikepalai oleh Abdullah ibnu Ubay

ibnu Salul. Penampilan lahiriyah mereka memukau orang lain dengan

60

penampakan tubuh jasamani yang menawan, atau dengan pakaina

indah gemerlap sehingga ucapan mereka diperhatikan dan diindahkan.

Ayat ini memperingatkan kaum muslim agar tidak terpukau

dengan ajsam, tubuh, penampilan luar yang indah dari orang-orang

munafik yang bermuka dua, dan agar tetap berpedoman kepada

kebenaran ilahi dalam mencari kebenaran hakiki dan keadilan sejati,

sekalipun yang menyampaikan kebenaran ilahi itu orang yang jasmani

dan tubuhnya tidak menarik dan tidak menimbulkan kekaguman

(Shihab, 2007:398).

Islam menghendaki agar orang Islam itu sehat mentalnya

karena inti ajaran Islam (iman) adalah persoalan mental (Tafsir, 2008:

41). Dimana kesehatan menjadi modal utama manusai tinggal di

dunia. Dengan badan sehat manusia dapat beraktifitas, baik yang

menggunakan fisik maupun pemikiran.

Surat Al Baqarah ayat 247 telah menjelaskan dalam beberapa

tafsir, bahwa selain Thalut memiliki kecerdasan dan kesehatan jasmani

Thalut juga seorang manusia yang taat kepada Tuhannya. Serta

manusia yang bertaqwa agar mendapat taufik dan hidayah Nya, untuk

mengatasi segala kesulitan dan tidak mungkin diatasinya sendiri,

kecuali dengan taufik dan hidayah Nya. Artinya Thalut adalah seorang

telah beriman kepada Tuhannya.

Ukuran iman setiap manusia hanya Tuhan lah yang tahu. Iman

bukanlah orang yang mengatakannnya adalah seorang yang sudah

61

beriman. Namun iman adanya di dalam hati bukan di mulut. Bukan

pula di kepala, yang di kepala adalah pengetahuna tentang iman.

Sedangkan dalam surat Al Munafiqun ayat 4 telah dijelaskan

bahwa orang munafik memang memiliki fisik yang bagus namun

mereka bagaikan kayu yang disandarkan.

. . . . . . (٤: انفقو(

Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar.

Karena mereka tidak memiliki pijakan ataupun pedomana

dalam hidupnya. Artinya kalbu mereka kosong tidak ada isinya, hidup

mereka sia-sia belaka.

Iman dan ketaqwaan di sambung lewat ibadah, ibadah

merupakan bentuk pengabdian hamba kepada sang pencipta yang telah

menganugrahkan jasmani dan rohani kepada manusia. Sebagaimana

Allah SWT berfirman dalam surat At Tin ayat 4

(٤: )التين

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk

yang sebaik-baiknya .

C. Tujuan Pendidikan Islam dalam Surat Al Munafiqun ayat 4

Berdasarkan tafsir yang ditulis oleh Quraish Shihab kandungan

surat Al Munafiqun ayat 4. Manusia yang hanya memperhatikan sisi

lahiriyah dan mengabaikan sisi batiniah serta mengotorinya itu bagaikan

kayu yang bersandar, sehinggatidak memiliki daya hidup, tidak memiliki

pijakan yang kukuh seperti kayu yang tercabut akarnya, dan tentu saja

62

tidak memiliki pula buah yang dapat dinikmati. Mereka selalu mengira

bahwa setiap teriakan yang keras dari apa dan siapapun mengira tertuju

untuk menjatuhkan bencana atas mereka. Dapat dikatakan bahwa mereka

adalah musuh dalam selimut, sehingga orang-orang dihimbau untuk

mewaspadai mereka. Allah membinasakan mereka, yakni dengan

mengutuk dan menjauhkan mereka dari rahmat-Nya. Sungguh

mengherankan, bagaimana mereka dipalingkan sehingga tidak menyadari

keburukan perangai mereka.

Ada riwayat yang mengatakan bahwa tokoh munafik Abdullah Ibn

Ubay memiliki tubuh yang tegar, lidah yang fasih lagi tampan. Demikian

juga beberapa tokoh mereka yang lain. Mereka sering kali hadir di majelis

Rasul, sambil bersandar di majelis. Menurut al Biqa‟i penggunaan kata

in, mengisyratkan bahwa kaum munafikin itu jarang sekali berbicaraإ

kepada Nabi SAW, karena mereka tidak senang kepada beliau dan merasa

tidak ada kepentingan mereka untuk bertanya. Ini karena mereka

mengidap penyakit-penyakit hati beber

Fungsi pendengaran lebih dulu bekerja daripada fungsi

penglihatan. Janin dirahim ibu sudah dapat mendengar sementara bayi

yang baru lahir butuh bebebrapa waktu untuk melihat.

Mengapa pendengaran selalu dalam bentuk mufrod dan melihat

dalam bentuk jama‟. Karena pendengaran hanya bisa fokus terhadap saatu

objek sementara penglihatan bisa menangkap banyak objek dalam satu

63

waktu. Telinga hanya dapat fokus kepada satu suara sementara mata dapat

melihat banyak hal dalam sekejap. Pendengaran adalah indera yang tidak

pernah libur. Ia selalu bekerja walau dalam gelap. Karenanya, ketika

membecarakan malam, Allah bertanya “apakah kamu tidak mendengar?

Allah SWT berfirman, dalam surat Al Qashas ayat 71

71. Katakanlah: "Terangkanlah kepadaKu, jika Allah menjadikan

untukmu malam itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan

selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Maka

Apakah kamu tidak mendengar?"

Sementara penglihatan lebih terbatas. Ia hanya bisa berfungsi

ketika ada cahaya. Karenanya, ketika berbicara tentang siang, Allah

bertanya’apakah kamu tidak melihat”

Katakanlah: "Terangkanlah kepadaKu, jika Allah menjadikan

untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan

selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu

beristirahat padanya? Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?" (Al

Qashas ayat 72).

64

Tujuan pendidikan yang terkandung dalam surat Al Munafiqun

ayat 4 ini mengambil dari kata raaita dan tasma’

1. Mendengar

Manusia diberi bentuk yang sempurna. Setiap anggota badan

mempunyai fungsi masing-masing begitu pula telinga yang digunakan

untuk mendengar. Telinga adalah tempat beradanya indra pendengaran

yang memilki saraf pendengaran. Telinga terbagi menjadi tiga bagian

yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Pada bgaian rumah

siput tersebut terdapat ujung saraf yang berhubungan dengan pusat

pendengaran di dalam telinga juga terdapat alat keseimbangan yang

terletak pada tiga saluran setengah lingkaran.

Sesungguhnya pendengaran adalah organ tubuh manusia yang

pertama kali bekerja ketika manusai lahir didunia. Maka seorang bayi

ketika saat pertama kali lahir, ia bisa mendengarterlebih dahulu

daripada melihat. Karena itu tuntunan Islam mengajarkan saat bayi

baru pertama kali lahir, hal yang pertama yang harus dilakukan adalah

mendengarkan adzan pada sang bayi.

Pendengaran adalh oragna yang tak pernah tidur ataupun

sitirahat. Dan oragan tubuh yang tidak pernah tidur maka lebih tinggi

(didahulukan) daripada organ yang bisa tidur atau sitirahat.

Potensi manusia berupa pendengaran, penglihatan dan perasaan

itu akan dikembangkan oleh manusia itu sendiri dalam jangka waktu

65

yang lama. Ketika manusia lahir di dunia ini, dia tidak langsung

melihat dan merasakan bagaimana hidup di alam dunia ini. sehingga

dengan keterbatasan indera itulah manusia bisa mendengar suara-

suara, terutama suara ibunya yang begitu suka didengarnya.

Subhanallah Allah menjadikan manusia secara bertahap dalam

menggunakan inderanya yang berupa potensi manusia itu sendiri.

Sikap seorang manusia ketika mendengarkan orang lain

berbicara yaitu dengan diam sehingga ucapan tidak bercampur baur

dan sulit dipahami.

dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan

perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat

Maksudnya: jika dibacakan Al Quran kita diwajibkan

mendengar dan memperhatikan sambil berdiam diri, baik dalam

sembahyang maupun di luar sembahyang, terkecuali dalam shalat

berjamaah ma'mum boleh membaca Al Faatihah sendiri waktu imam

membaca ayat-ayat Al Quran.

Jika mereka berkata, tentulah kamu tertarik mendengar

percakapan mereka.

Jika kamu mendengar tutur kata mereka yang lemah lembut

dan tersusun rapi, tentulah kamu ingin berbicara lama dengan

mereka. Sebab pembicaraan mereka menarik hatimu.

66

2. Melihat

Mata adalah inddera yang bisa tidur sekehendak manusia, kita

bisa melihat dan tidak melihat kita bisa memejamkan mata bila kita

tidak ingin melihat sesuatu atau memalingkan wajah ke oarang lain.

Setelah menggunakan pendengaran Allah melengkapinya

dengan indra penglihatan dan perasaan, setelah itu, Allah pun

memeberikan kesempurnaan pad manasia, berupa alat indera atau

potensi lainnya.

melihat mereka, niscaya tubuh-tubuh mereka

mengagumkanmu.

Apabila kamu melihat keadaan tubuh mereka yang kuat dan

tegap, tentulah hatimu tertarik dan kagum kepada mereka.

Manusia diciptakan dalam keadaan yang paling sempurna diantara

makhluk lainnya. Diberikan hati untuk merasa, diberi mata untuk melihat,

diberi telinga untuk mendengar. Dalam pendidikan indera pendengaran

digunakan untuk mendengarkan pengajaran yang di sampaikan oleh guru

maupun dari mendengarkan rekaman. Kemudian penglihatan digunakan

untuk mengamati, membaca dan melihat dunia yang luas.

Dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pendidikan Islam menurut tafsir

Al Qur‟an surat Al Baqarah ayat 247 dan surat Al Munafiqun ayat 4 adalah

melalui pendidikan Islam menuju manusia yang sempurna insan kamil, yang

memiliki kecerdasan dengan keluasan ilmunya, sehat jasmani, memaksimalkan

67

indera penglihatan dan pendengaran. Allah dengan menjalankan segala

perintahnya dan menjauhi segala larangannya serta beramar ma’ruf nahi munkar.

68

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Konsep tujuan pendidikan Islam dalam tafsir surat Al Baqarah ayat

247 dan Al Munafiqun ayat 4 adalah manusia yang sempurna insan kamil,

yang memiliki kecerdasan dengan keluasan ilmunya, sehat jasmani agar

dapat berketrampilan, bertakwa kepada Allah dengan menjalankan segala

perintahnya dan menjauhi segala larangannya serta beramar ma’ruf nahi

munkar.

1. Tujuan Pendidikan Islam dalam Surat Al Baqarah Ayat 247

Cerdas ditandai oleh adanya kemampuan menyelesaikan

masalah dengan cepat dan tepat, sedangkan pandai ditandai dengan

banyak memiliki pengetahuan atau berbagai informasi (Tafsir, 2008:

43). Thalut yang dipilih menjadi pemimpin bukanlah karena dia

memiliki kekayaan yang lebih, namun kelebihan yang dimilikinya

adalah kecerdasannya. Manusia dianugrahi oleh Tuhan dengan akal

agar dapat berfikir. Sehingga dapat menyelesaikan permasalahan

dalam kehidupannya.

Seorang muslim harus memiliki kesehatan yang sehat serta

kuat. Apalagi yang berkaitan dengan penyiaran dan pembelaan Islam.

Sebagaimana dalam surat Al Baqarah ayat 247, yang dikisahkan

pengangkatan seorang pemimpin yaitu Thalut karena dia memiliki

69

jasmani yang kuat dan sehat. Dengan jasmani yang sehat serta kuat

Thalut yang sebagai seorang pemimpin dapat melaksanakan tugasnya

dengan baik.

Surat Al Baqarah ayat 247 telah menjelaskan dalam beberapa

tafsir, bahwa selain Thalut memiliki kecerdasan dan kesehatan jasmani

Thalut juga seorang manusia yang taat kepada Tuhannya. Serta

manusia yang bertaqwa agar mendapat taufik dan hidayah Nya, untuk

mengatasi segala kesulitan dan tidak mungkin diatasinya sendiri,

kecuali dengan taufik dan hidayah Nya. Artinya Thalut adalah seorang

telah beriman kepada Tuhannya.

2. Tujuan Pendidikan Islam dalam Surat Al Munafiqun Ayat 4

Manusia diciptakan dalam keadaan yang paling sempurna

diantara makhluk lainnya. Diberikan hati untuk merasa, diberi mata

untuk melihat, diberi telinga untuk mendengar. Dalam pendidikan

indera pendengaran digunakan untuk mendengarkan pengajaran yang

di sampaikan oleh guru maupun dari mendengarkan rekaman.

Kemudian penglihatan digunakan untuk mengamati, membaca dan

melihat dunia yang luas. Memaksimalkan indera pendengaran dan

penglihatan dalam proses pembelajaran.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang penulis uraikan di atas, penulis

memiliki saran untuk para pendidik Islam pada khususnya, sudah

70

seharusnya untuk memahami perannya sebagai pendidik. Memahami

konsep tujuan pendidikan Islam dan menerapkan dalam kehidupan sehari

hari. Sebagaimana manusia telah diciptakan dalam keadaan yang paling

sempurna maka sebagai rasa pengabdian hamba kepada Tuhannya

hendaknya luruskan niat bahwa semua amalan, pikiran dan perasaan harus

disandarkan kepada Allah semata. Guru memiliki tanggung jawab yang

besar dalam pendidikan, karena tidak hanya menularkan ilmu guru juga

menjadi role model bagi peserta didik. Untuk itu guru harus bisa menjadi

suri tauladan bagi peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Al Qarni, „Aidh. 2007. Tafsir Muyassar. Jakarta Qisti Press.

Al-Qathan, Manna‟. 2006. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Al

Kautsar.

Arief, Armain. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta:

Ciputat Press.

Ar Rifa‟i, Muhammad Nasib. 1999. Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir

Ibnu Katsir Jilid 1. Jakarta: Gema Insani.

Asy Sidqi, Teungku Muhammad. 1995. Tafsir Al Qur’anul Majid An Nur. Jakarta:

Rizky Grafis.

Azwar, Saifudin. 2009. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baidan, Nasarudin. 2000. Metodologi Penafsiran Al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Bisri, Adib dan Munawwir Fatah. 1999. Kamus Indonesia-Arab Arab Indonesia

Al Bisri. Surabaya: Pustaka Progresif.

Jalal, Abdul Fattah. 1998. Azas-azas Pendidikan Islam. Bandung; Remaja Rosda

Karya.

Budiharjo, 2012. Pembahasan Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Yogyakarta: Lotus.

Darajat, Zakiyah. 2011. Ilmiu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Agama, 2009. Al quran dan Tafsirnya. Jakarta: Perpustakaan

nasional katalog dalam terbitan.

Dualay, Haidar Putra. 2004. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional

Indonesia. Jakarta: Prenada Media

Dwiloka, Bambang. 2012. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Rineka Cipta.

Munawwir, Ahmad Warson. 1997. Al Munawwir Kamus Arab-Indonesia.

Surabaya: Pustaka Progresif.

Mustaqim. 2012. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nursiyo, Joko. 2013. Manhaji; Hanya 7 Hari Menguasai Bahsa Arab. Lamongan:

Manhaji Center.

Saebani, Ahmad, Akhdiyat, Hendra. 2012. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung:

Pustaka Setia.

Saraswati, Syilivia. 2011. Cara Mudah Menyusun Proposal: Skripsi, Thesis,

Disertasi. Jogjakarta: Ar-Ruz Media.

Shihab, Quraish. 2002. Tafsir Al Misbah. Jakarta: Lentera Hati.

, Quraish. 2007. Ensiklopedi Al Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.

, Quraish. 2012. Al Lubab Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-

Surah Al Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.

Supriyatno, triyo. 2009. Humanitas Spiritual dalam Pendidikan. Malang: UIN

Malang Prss.

Suryabrata, Sumadi. 2010. Metode Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo.

Tafsir, Ahmad. 2008. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja

Rosda Karya.

Yunus, Muhammad. 2015. Kamus Indonesia Arab. Jakarta: Pustaka Gama.

Yusuf, Kadar M. 2013. Tafsir Tarbawi. Jakarta: Amzah.

Zed, Mestika. 2008. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Azizah

Tempat/Tgl Lahir : Salatiga, 18 November1993

Alamat : Soka RT. 10/ RW. 07, Kel. Sidorejo Lor, Kec. Sidoejo,

Kota Salatiga

Status : Mahasiswa FTIK

No. Hp : 085740900462

Email : [email protected]

Jenjang Pendidikan

1. Pendidikan Formal

a. TK An Nur

b. SDN 4 Sidorejo Lor

c. MTs. N Salatiga

d. MA Taruna Al Qur‟an

e. IAIN Salatig