tubes indoor planning lte fix

27
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan jumlah user mobile broadband yang signifikan dari tahun ke tahun membuat penyedia layanan terus melakukan perancangan jaringannya untuk menghasilkan layanan yang berkualitas dan meningkatkan daerah layanan atau coverage-nya ke berbagai wilayah. Peningkatan jumlah user yang signifikan ini cenderung mengarah ke akses data dan mayoritas user akan lebih sering mengakses jaringan/data saat sedang berada didalam ruangan. Didalam ruangan, sinyal yang dihasilkan oleh base station luar akan cenderung tertahan akibat adanya obstacle atau dinding dari bangunan tersebut. Teknologi sel femto pada LTE (Long Term Evolution) dapat meningkatkan jangkauan sinyal di dalam ruangan karena penempatan stasiun pemancar sel femto yang berada di dalam ruangan. Dengan berkurangnya jarak antara stasiun pemancar, dalam hal ini yaitu FAP (Femtocell Access Point) dengan UE (User Equipment) maka kualitas sinyal di dalam ruangan diharapkan membaik. Salah satu lingkup penerapan jaringan LTE adalah mall atau pusat perbelanjaan yang termasuk kategori

Upload: burtonsinaga

Post on 12-Nov-2015

22 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

femto cell planning lte indoor

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPeningkatan jumlah user mobile broadband yang signifikan dari tahun ke tahun membuat penyedia layanan terus melakukan perancangan jaringannya untuk menghasilkan layanan yang berkualitas dan meningkatkan daerah layanan atau coverage-nya ke berbagai wilayah. Peningkatan jumlah user yang signifikan ini cenderung mengarah ke akses data dan mayoritas user akan lebih sering mengakses jaringan/data saat sedang berada didalam ruangan. Didalam ruangan, sinyal yang dihasilkan oleh base station luar akan cenderung tertahan akibat adanya obstacle atau dinding dari bangunan tersebut. Teknologi sel femto pada LTE (Long Term Evolution) dapat meningkatkan jangkauan sinyal di dalam ruangan karena penempatan stasiun pemancar sel femto yang berada di dalam ruangan. Dengan berkurangnya jarak antara stasiun pemancar, dalam hal ini yaitu FAP (Femtocell Access Point) dengan UE (User Equipment) maka kualitas sinyal di dalam ruangan diharapkan membaik.Salah satu lingkup penerapan jaringan LTE adalah mall atau pusat perbelanjaan yang termasuk kategori tempat umum yang memerlukan adanya layanan akses data yang memadai. Sekarang ini, pusat perbelanjaan akan lebih diminati jika dilengkapi dengan fasilitas layanan komunikasi data yang cepat. Apalagi banyak pengunjung yang singgah di kafe atau restoran, maupun kawasan lain dalam Mall untuk berselancar di dunia maya, mengirim email, bersosialisasi melalui situs jejaring sosial, atau hanya sekedar mencari informasi . Kini, gadget seperti laptop atau smartphone sudah menjadi salah satu benda wajib yang selalu dibawa kemanapun pergi. Kebutuhannya sudah hampir menyaingi layanan komunikasi voice pada telepon seluler yang selalu berada di genggaman tangan pemiliknya.Melihat kondisi tersebut perlu adanya suatu layanan akses komunikasi data yang handal dan cepat untuk memenuhi kebutuhan komunikasi user di dalam gedung. Untuk melayani banyaknya user di dalam suatu gedung, tidak cukup tergantung kepada eNode B yang di luar saja, dikarenakan keterbatasan jangkauan dan kapasitas eNodeB itu sendiri. Untuk mewujudkan layanan LTE tersebut, perlu adanya suatu perancangan jaringan LTE indoor di dalam gedung tersebut.

1.2 Tujuan PenelitianTujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah :1. Melakukan Perancangan jaringan LTE yang optimum pada gedung Bandung Indah Plaza (BIP).2. Menghitung Power Link Budget sistem dan coverage yang dihasilkan oleh sistem.3. Terpenuhinya kebutuhan total coverage LTE di dalam gedung BIP.4. Diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk pihak terkait jika ingin mengimplementasikan jaringan LTE indoor di gedung Bandung Indah Plaza.

1.3 Manfaat PenelitianManfaat dari penulisan Tugas Akhir ini adalah :1. Menghasilkan jaringan LTE yang dapat diakses oleh seluruh pengunjung, dan juga seluruh karyawan di BIP.2. User dapat menggunakan teknologi LTE secara optimal dan sesuai dengan analisa perancangan.3. Jaringan Indoor dapat digunakan sebagai repeater sinyal yang dapat mencakup seluruh gedung Mall BIP, dan mencakup tiap lantai yang ada.

1.4 Rumusan MasalahBerikut ini adalah perumusan masalah yang diambil untuk penulisan Tugas Akhir ini berdasarkan latar belakang permasalahan adalah :1. Melakukan walktest untuk mengetahui kondisi jaringan yang sudah ada.2. Melakukan perhitungan Radio Link Budget.3. Melakukan perhitungan capacity dan coverage untuk mengetahui jumlah site yang diperlukan.4. Melakukan asumsi service model dan traffic model indoor.5. Melakukan survey untuk mencari informasi tentang kondisi tempat dan pengguna.

1.5 Batasan MasalahPada Tugas Akhir ini dilakukan beberapa pembatasan masalah agar dapat fokus dan tidak mengkaji masalah secara berlebihan yaitu sebagai berikut :1. Tidak membahas Core Network dan impedansi Antena.2. Analisa yang dilakukan mencakup seluruh lantai yang ada pada Mall Bandung Indah Plaza.3. Parameter yang digunakan dalam perencanaan jaringan adalah RSL, Throughput, dan SIR.4. Model Propagasi yang digunakan pada perencanaan ini adalah Model Propagasi COST 231 Multi Wall.5. Perancangan dilakukan pada frekuensi 1800 MHz dengan menggunakan bandwidth 5 MHz.6. Hanya melakukan perencanaan Radio Base Station.7. Tidak membahas tentang Intersystem Interference.8. Tidak mem - plotting PCI serta hanya ada satu sektor pada setiap sel nya.

1.6 Metodelogi PenelitianLangkah langkah yang ditempuh dalam menulis Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :1. Studi LiteraturPencarian dan pengumpulan literatur literatur maupun kajian-kajian yang mendukung atau berkaitan dengan permasalahan-permasalahan yang ada dalam Tugas Akhir ini. Hal tersebut dapat berupa buku referensi, artikel.2. Perencanaan SistemMembuat rencana rencana dan prediksi prediksi berdasarkan analisa yang dilakukan serta mensimulasikan perencanaan yang dilakukan.3. Penarikan KesimpulanPada tahap ini akan dilakukan penarikan kesimpulan dari perancangan jaringan LTE indoor di Bandung Indah Plaza Mall dari sumber di internet.

1.7 Sistematika PenulisanBAB I PENDAHULUANBerisi latar belakang masalah, tujuan penulisan,, perumusan masalah, batasan masalah, metodologi penyelesaian masalah yang akan digunakan, serta sistematika penulisan yang memuat susunan penulisan Tugas Akhir.BAB II TINJAUAN PUSTAKAMembahas tentang sistem komunikasi seluler LTE dan konsep perencanaan jaringan indoor LTE. BAB III PERENCANAAN SISTEM Mengemukakan perencanaan jaringan LTE indoor di Bandung Indah Plaza Mall.BAB IV ANALISIS DATABerisi tentang analisa hasil perencanaan yang telah dilakukan sebelumnya.BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berisi tentang kesimpulan dari hasil simulasi serta saran saran yang dapat digunakan untuk pengembangan dan penelitian selanjutnya.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA2.1 Konsep Dasar Teknologi Long Term Evolution (LTE) Long Term Evolution (LTE) adalah sebuah nama yang diberikan pada sebuah proyek dari Third Generation Partnership Project (3GPP) untuk memperbaiki standar mobile phone ke-3 (3G) yaitu UMTS/WCDMA. LTE ini merupakan pengembangan dari teknologi sebelumnya, yaitu UMTS (3G) dan HSPA (3.5G) yang mana LTE disebut sebagai generasi ke-4(4G). LTE pertama kali muncul di release 8, namun pada release 8 teknologi LTE ini belum dapat dikatakan teknologi 4G. Pada release 8 LTE ini masih masuk dalam kategori generasi 3.9G. Pada release 10, LTE baru memenuhi standar dari IMT-Advanced sebagai teknologi yang masuk kedalam kategori 4G. Jika pada LTE release 8 peak datarate yang dicapai dari sisi downlink adalah 300Mbps dan peak datarate disisi uplink 75Mbps, di LTE release 10 peak datarate dari arah downlink mampu mencapai 3Gbps dan untuk uplink nya mencapai 1.5Gbps.Long Term Evolution (LTE) diciptakan untuk memperbaiki teknologi sebelumnya. Kemampuan dan keunggulan dari Long Term Evolution (LTE) terhadap teknologi sebelumnya selain dari kecepatannya dalam transfer data, juga karena Long Term Evolution (LTE) dapat memberikan coverage dan kapasitas dari layanan yang lebih besar, mengurangi biaya dalam operasional, mendukung penggunaan multiple antenna, fleksibel dalam penggunaan bandwidth operasinya dan juga dapat terhubung atau terintegrasi dengan teknologi yang sudah ada.Pada sisi antenna, LTE release 8 dapat menggunakan multiple antenna (MIMO) hingga 4x4 sedangkan pada LTE release 10 sudah dapat menggunakan multiple antenna (MIMO) hingga 8x8 dengan user equipment (UE) category 8. Bandwidth operasi pada LTE fleksibel yaitu 1,4 ; 3 ; 5 ; 10 ; 15 ; 20Mhz dan dapat bandwidth operasi hingga mencapai 100Mhz dengan menggunakan fitur carrier aggregation di release 10 dengan mengagregasikan component carrier hingga 5 component carrier. Fitur-fitur yang ditambahkan di release 10 adalah coordinated multipoint (CoMP), relay, carrier aggregation, MIMO up to 8x8, heterogeneous network. 2.2 Arsitektur LTE Pada pengembangan arsitektur LTE, 3GPP memubuat 2 kelompok kerja yaitu Long Term Evolution (LTE) dan System Architecture Evolution (SAE). LTE berfungsi untuk mengembangkan arsitektur dari sisi Radio access network nya sedangkan SAE berfungsi untuk mengembangakan arsitektur dari sisi core network nya. Hasil kerja dari LTE ini menghasilkan Evolved Universal Terrestrial Radio Access (E-UTRAN) sedangkan hasil kerja dari SAE menghasilkan Evolved packet core (EPC) dan sebutan untuk keseluruhan system yang telah dikembangkan ini dinamakan dengan Evolved Packet System (EPS). Dalam teknologi LTE, jaringannya sudah berbasis full Internet Protocol (IP) dari sisi access network hingga core network nya. Arsitektur LTE juga lebih flat dari pada arsitektur di teknologi sebelumnya.

Gambar 2.1 Arsitektur Jaringan Long Term EvolutionLTE mempunyai radio access dan core network yang dapat mengurangi network latency dan meningkatkan performansi system dan menyediakan interoperability dengan teknologi 3GPP sebelumnya maupun yang non-3GPP.Dalam LTE terdapat beberapa perbedaan tipe fungsional pada jaringan seluler. Berdasarkan hal tersebut, jaringan LTE dapat dipisah ke dalam dua bagian, yaitu bagian Radio access Network dan bagian Core Network. Di dalam kasus LTE, Radio Access Network adalah E-UTRAN dan core network adalah EPC.1. E-UTRAN User Equipment (UE)Peran dari User equipment atau handphone di teknologi 4G ini mempunyai fitur-fitur tambahan sehingga jika kita ingin dapat merasakan teknologi 4G ini kita harus mengganti handphone kita yang lama dan membeli handphone yang khusus agar bisa merasakan layanan 4G. Fungsi dari UE ini secara umum adalah untuk modulasi/demodulasi, sebagai transmitter dan untuk autentikasi. Beberapa fitur yang ditambahkan pada UE di 4G adalah peningkatan dalam penggunaan modulasinya yaitu QPSK, 16-QAM, 64QAM , penggunaan antenna MIMO DL up to 8x8 (rel-10) , peningkatan dalam sisi prosedur keamanan, penggantian SIM menjadi USIM khusu LTE, kemampuan untuk komunikasi packet switch dan circuit switch dan juga hanya mendukung band frequency LTE tertentu. E-Node BPeran dari Radio Access Network (RAN) yaitu Node B dan RNC yang ada di jaringan 3G telah digantikan dengan E-NodeB ini, sehingga dapat mengurangi biaya perawatan dan operasional dari perangkat, selain itu arsitekturnya jauh lebih sederhana. LTE tidak dimaksudkan hanya untuk digunakan melalui E-UTRA, tetapi juga dimaksud untuk digunakan melalui jaringan IP lainnya, termasuk WIMAX dan WiFi dan bahkan jaringan kabel. Sistem E-UTRAN menggunakan OFDMA sebagai multiple access-nya untuk arah downlink dan Single carrier FDMA (SC-FDMA) untuk arah uplink, dan dapat menggunakan MIMO hingga 4x4 (rel-8) atau MIMO 8x8 (rel-10) per stasiun. Penggunaan Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM), sebuah system dimana spektrum dibagi menjadi bagian-bagian kecil, masing-masing pada frequency yang berbeda, masing-masing membawa bagian sinyal dan saling orthogonal memungkinkan E-UTRAN jauh lebih fleksibel dalam penggunaan spectrum yang jika dibandingkan dengan teknologi 3G yang berbasis CDMA. Pada OFDM spektrumnya dibagi menjadi bagian-bagian kecil yang dinamakan sub-carrier dan masing-masing sub-carrier ini memiliki bandwidth 15Khz dan membawa informasi yang berbeda-beda.

2. EPC (Evolved Packet Core Network) MME ( Mobility Management Entity ) MME merupakan pengontrol setiap node pada jaringan akses LTE. Pada saat UE dalam kondisi idle, MME bertanggung jawab dalam melkukan prosedur tracking dan paging yang di dalamnya mencakup retransmission. MME juga berfungsi untuk meng autentikasi UE, memilih P-GW atau S-GW untuk menghubung keteknologi lain 3GPP2 / 3GPP, mengatur connection, mengatur bearer dan signaling antara UE dan core network. PCRF ( Policy and Charging Rules Function )Untuk Menangani QoS yaitu membuat keputusan layanan mana yang akan duluan di handle berdarkan QoS nya dan berfungsi sebagai charging. HSS ( Home Subscriber Server )Menyimpan data-data pelanggan untuk subscriber management dan security. SGW ( Serving Gateway ) Mengatur jalan dan meneruskan data yang berupa paket dari setiap user. Sebagai penghubung antara UE dengan eNodeB pada waktu terjadi inter handover. Sebagai penghubung antara teknologi LTE dengan teknologi 3GPP lainnya. PDN ( Packet Data Network Gateway ) Mengalokasi IP ke UE / menyediakan hubungan bagi UE ke jaringan paket. Menyediakan link hubungan antara teknologi LTE dengan teknologi non 3GPP (WiMAX) dan 3GPP2 (CDMA2000 1x dan EVDO).

2.3 Indoor Network Planning ( Perencanaan Jaringan Indoor )Perencanaan Jaringan Indoor adalah suatu perencanaan sistem dengan perangkat pemancar dan penerima ( transceiver ) yang dipasang didalam gedung yang bertujuan untuk melayani kebutuhan akan telekomunikasi dalam gedung tersebut baik kualitas sinyal, cakupan ( coverage ) maupun kapasitas traffic nya. Sebenarnya sistem ini memiliki prinsip yang sama dengan BTS dengan sel standar, dengan perangkat pemancar dan penerima ( transceiver ). Perencanaan jaringan indoor jika ditinjau dari sisi capacity biasanya digunakan untuk : Public Access area (mall, bandara, hotel berkelas, rumah sakit, kampus, dan lain-lain), merupakan tempat-tempat umum yang sering dikunjungi tiap harinya. Business/Office area ( daerah perkantoran ) dituntut adanya indoor cell yang memungkinkan tingkat telekomunikasi yang tinggi.

2.3.1 Kondisi LingkunganFaktor pembeda utama antara jaringan indoor dan jaringan outdoor adalah pada kondisi propagasi. Secara umum berikut adalah kondisi yang terjadi pada perancangan indoor :1. Jarak yang di-cover cukup sempit.2. Penyebab loss diantaranya dinding, furniture dan manusia.Dari kondisi diatas, terlihat bahwa propagasi indoor sangat tergantung pada refleksi, difraksi, penetrasi dan scattering. Akibatnya, multipath sangat mungkin terjadi pada jaringan indoor.2.4 Femto cellFemto cell merupakan perkembangan dari pico cell atau lebih mirip dengan WiFi access point. Femto cell adalah merupakan bentuk lebih simple dari pico cell yang dapat langsung diinstal oleh pelanggan di rumah mereka. Femto cell merupakan gabungan dari fungsionalitas dari pico cell dan BSC ( Base Station Controller ) ke dalam satu perangkat. Jika pada pico cell trafik user harus dilewatkan ke BSC untuk ke core network nya maka di femto cell ini trafik user tersebut akan dilewatkan dari internet dan langsung terhubung ke core network operator tanpa melewati BSC/MSC infrastruktur. Pada jaringan femto cell jika ada user yang berada diluar gedung atau user tersebut sedang dilayani oleh macro cell maka ketika user tersebut bergerak ke dalam gedung dia akan melakukan handover ke jaringan femto cell. Bagi operator pengaplikasian femto cell bukanlah solusi yang efisien untuk meningkatkan coverage indoor tapi merupakan solusi yang murah karena femto cell dibayar dan dapat langsung digunakan oleh pelanggan. Cara lebih baik untuk meningkatkan coverage indoor adalah dengan menambah jumlah outdoor cells namun solusi ini akan banyak mengeluarkan biaya bagi operator.

2.5 Radio Link BudgetPerhitungan Radio Link Budget digunakan untuk mengestimasi maksimum pelemahan sinyal yang diperbolehkan antara mobile antenna dan base station antenna. Nilai maksimum pelemahan sinyal ini biasa disebut dengan Maximum Allowable Path Loss (MAPL). Untuk mencari MAPL, dilakukan perhitungan dengan persamaan-persamaan rumus berikut ini :

Tabel 2.1 LTE Link Budget Formula [design, deployment and performance wiley]

Keterangan : :Untuk perhitungan MAPL downlink nilai yang dimasukkan yaitu :Cable loss, UE noise figure, receiver sensitivity UE, body loss.Untuk perhitungan MAPL uplink nilai yang dimasukkan yaitu :Body loss, EnodeB noise figure, receiver sensitivity Enb, body loss.

2.6 Model Propagasi COST 231 Multi wallPada COST 231 Model seluruh dinding pada bidang vertical antara transmitter dan receiver dipertimbangkan dan untuk masing-masing dinding dengan propertis materialnya diperhitungkan juga sehingga pada model COST 231 ini akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan kondisi ruangan. Model propagasi ini yang digunakan sesuai dengan frekuensi kerja yang akan digunakan yaitu 1800 Mhz sedangkan model propagasi ini biasa digunakan untuk memodelkan dari range 150Mhz 2000Mhz.Rumus propagasi COST 231 Multiwall adalah sebagai berikut :LT = LFSL + LC + nwi Lwi + nf [(nf + 2 / nf + 1)-b] Lf (2.1)Dimana : LFSL = Free space loss LFSL = 20 10log fMhz + 20 10log dkm + 32.5 LC = Constant loss (37dB) Lwi = Wall Type Loss i = 1,2, Lf = Loss per floor = 15 dB b = Empirical Parameter (0,46) M = Number of wall type nf = Number of floor crossed by the path nwi = Number of wall crossed by the direct path

Gambar 2.2 Besar rata-rata kategori loss

2.7 Peramalan TrafikPeramalan trafik adalah metode untuk memprediksi jumlah pelanggan disuatu area yang akan menggunakan hasil dari perencanaan jaringan yang telah di buat dalam jangka waktu tertentu. Rumus untuk melakukan peramalan jumlah user adalah sebagai berikut :Pn = P0 [(1 + GF)]n (2.2)Dengan : Pn = Jumlah pengunjung tahun ke-nP0 = Jumlah pengunjung tahun ke-0 (2015)GF = Faktor pertumbuhan pengunjungn = Jumlah tahun yang akan di prediksi Tahap-tahap yang harus dilakukan untuk melakukan peramalan trafik / peramalan jumlah user yang akan memakai hasil perencanaan kita adalah sebagai berikut :1. Mendapatkan data populasi suatu gedung saat ini.2. Mendapatkan jumlah populasi yang dalam usia produktif bekerja untuk mendapatkan jumlah user yang lebih spesifik lagi.3. Mendapatkan market share of operator x untuk mencari jumlah user yang menggunakan suatu operator x karena disini kita merencanakan jaringan untuk satu operator.4. Mendapatkan atau mengestimasi penetrasi LTE / jumlah user yang menggunakan LTE karena disini kita merencanakan jaringan indoor LTE.

BAB 3 PERENCANAAN SISTEM3.1 Diagram Alir Perancangan Sistem

Gambar 3.1 Diagram Alir Perancangan3.2 Langkah PerencanaanAdapun langkah-langkah dalam perencanaan ini adalah : Melakukan perhitungan link budget, coverage antenna dan total loss yang terjadi untuk mendapatkan jumlah antenna berdasarkan perhitungan coverage. Melakukan Perhitungan capacity, untuk mendapatkan jumlah antenna. Membandingkan apakah hasil perencanaan sesuai dengan standar KPI Melakukan analisa hasil perencanaan.3.3 Coverage Dimensioning3.5.1Perhitungan Link BudgetPerhitungan Link Budget digunakan untuk mengatur dan memperhitungkan seberapa besar distribusi daya yang dibutuhkan untuk memancarkan sinyal dalam perancangan. Jika pancaran sinyal dapat didistribusikan dengan baik, maka coverage yang di dapat akan optimal. Selain itu pemilihan perangkat juga merupakan bagian yang penting dan harus di perhitungkan dengan baik. Adapaun perhitungan Link Budget tersebut adalah :Tabel 3.1 Uplink link budget LTE untuk TransmitterTransmitterNilaiKeterangan

Max. Tx power (dBm)24A

Tx antenna gain (dBi)0B

Body loss (dB)1C

EIRP (dBm)23D = A + B - C

Tabel 3.2 Uplink Link Budget LTE untuk ReceiverReceiver Base stationNilaiKeterangan

Noise figure (dB)2E

Thermal noise (dBm)-133.9751589F=k*T*B(10Mhz)

Receiver noise floor (dBm)-131.9751589G=E+F

SINR (dB)1.5H

Receiver sensitivity (dBm)-130.4751589I = G + H

Load factor0.7J(70%)

Interference Margin (dB)5.228787453K=-10log(1-I/10)

RX antenna gain (dBi)3L

Cable loss (dB)8.1M

MHA gain (dB)2N

Maximum path loss141.1463714O=d-i-k-l+m-n

Log normal fading margin7.3P

Soft handover gain (multicell)2Q

Indoor loss47.9R

Allowed propagation loss for cell range87.94637143S=o-p+q-r

Pada table diatas, dilakukan perhitungan link budget dari arah uplink, yang berarti mobile station dijadikan sebagai transmitter dan base station dijadikan receiver. Dari perhitungan MAPL untuk arah uplink sebesar 141.146 dB dan loss yang diperbolehkan dalam satu cell = 87.946 dB. Tabel 3.3 Downlink Link Budget LTE untuk TransmitterTransmitterNilaiKeterangan

Max. TX power (dBm)24A

Tx antenna gain (dBi)3B

Cable loss (dB)8.1C

EIRP (dBm)19D=A+B-C

Tabel 3.4 Downlink Link Budget LTE untuk ReceiverReceiver - UENilaiKeterangan

UE noise figure (dB)7E

Thermal noise (dBm)-133.975159F=k*T*B

Receiver noise floor (dBm)-126.975159G=E+F

SINR (dB)1.5H

Receiver sensitivity (dBm)-125.475159I=G+H

Load factor0.7J(70%)

Interference Margin (dB)5.228787453K=-10 log (1-I/10)

Control channel overhead (%)0.2l(%)

RX antenna gain (dBi)0M

Body loss (dB)1N

Maximum path loss138.1463714O=D-I-K-L+M-N

Log normal fading margin7.3P

Soft handover gain (multicell)2Q

Indoor loss47.9R

Allowed propagation loss for cell range84.94637S=O-P+Q-R

Pada table diatas, dilakukan perhitungan link budget dari arah downlink, yang berarti mobile station dijadikan sebagai receiver dan base station sebagai transmitter. Pada table diatas didapat MAPL sebesar 138.146 dB, dan propagasi yang diperbolehkan loss dalam satu cell adalah 84.94637 dB. Karena dari perhitungan MAPL dari arah downlink yang lebih kecil, maka MAPL yang digunakan pada perencanaan adalah MAPL downlink.Tabel 3.5 Typical building penetration loss

Diasumsikan didalam suatu kantor terdapat material-material yang dapat menyebabkan loss antara lain :Tabel 3.6 Indoor LossType dindingPenetration loss (dB)JumlahRedaman (dB)

Brick wall10110

Thin Glass122

Total12

Pada suatu gedung yang akan di planning diasumsikan pancaran satu access point akan mengalami loss yang disebabkan karena menembus 1 dinding bata, dan menembus 2 pembatas kaca tipis. Total indoor loss nya sebesar 12 dB.Untuk menentukan jumlah cell terlebih dahulu harus menghitung radius cell dengan menggunakan persamaan free space loss :LFSL = 20 10log fMhz + 20 10log dkm + 32,5 LFSL = 20 10log(1800) + 20 10log dKm + 32,5LFSL = 97,60545010 + 20 10log dKmKeterangan : Di perencanaan ini yang digunakan adalah frekuensi 1800Mhz.

3.5.2 Model propagasi COST 231 MultiwallModel ini menggabungkan antara LFSL (free space loss) dan rumus redaman indoor, maka perhitungan per lantainya :LT = LFSL + LC + nwi Lwi + nf [(nf + 2 / nf + 1)-b] Lf84.94637 = 97.60545010 + 20 10log dKm + 12 + 1 [(1 + 2 / 1 + 1)-0,46] 1520 10log dKm = -39.659080110log dkm = -39.6590801/2010log dkm = -1.982954DKm = 10-1.982954DKm = 0.01040030 KmDm = 10,4 mDengan indoor loss ( nwi Lwi ) sebesar 12 dB dan nilai MAPL yang di input kedalam rumus adalah nilai MAPL yang paling rendah yaitu MAPL downlink sebesar 84.94637 dB. Dengan nilai loss per floor nya adalah 15 dB dan jumlah lantai yang dilewati sinyal adalah 1.Pada perencanaan ini, antenna yang dipakai adalah antenna omnidirectional maka luas cell yang di dapat adalah :Luas cell = 2.6 d2Luas cell = 2.6 (10.4)2 Luas cell = 281.216 m2Jumlah access point yang dipakai pada perencanaan ini adalah :Jumlah AP = Jumlah AP = 1500m2 / 281.216m2 = 5,33 6 APKeterangan : Area yang akan diplanning luasnya sebesar 1500m2 dan bukan bangunan bertingkat.