tradisi kawin kontrak dalam prespektif sosiologi pendidikan
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

BAB I
PENDAHULUAN
A. Kontek Kajian
Di tengah retasnya moralitas pergaulan lelaki dan perempuan,
mungkin tak ada salahnya kita menengok kembali sebuah pertemuan sacral
yang disebut perkawinan atau pernikahan. Sebab Islam sendiri sangat
menekankan akan pentingnya jalan pernikahan itu. Saking pentingnya, dalam
kitab-kitab fiqih hampir sepertiganya khusus membahas soal-soal pernikahan.
Rasulullah sendiri telah bersabda :’Nikah itu termasuk sunnahku, bagi siapa
yang tidak mengikuti sunnahku, maka dia bukanlah dari golonganku”.
Nikah adalah salah satu asas pokok kebutuhan hidup manusia
terutama untuk menselaraskan pergaulan dalam kehidupan bermasyarakat
yang bermoral. Perkawinan juga salah satu jalan yang amat mulia untuk
mengatur kehidupan berumah tangga dan memperoleh keturunan serta
sebagai salah satu jalan menuju pintu perkenalan antara satu kaum dengan
yang lain. Dengan adanya perkenalan tersebut akan terjalin persaudaraan
yang akan menimbulkan saling tolong menolong antar sesame. Kalau kita
perhatikan, masih banyak orang yang tidak berkeinginan untuk menjalankan
pernikahan dengan berbagai alasan dan pertimbangan. Meskipun kesannya
jauh dari aroma dosa, namun Rasulullah tetap mencela pendirian seperti itu.
Sebagaimana kisah pertemuan beliau dengan sahabat Akkaf di bawah ini,
kiranya dapat menjadi bahan renungan bersama.
Rasulullah bertanya kepadanya : “Wahai Akkaf, adakah engkau
mempunyai seorang istri?”. Maka Akkaf pun menjawab : tidak ya Rasulullah.
“Dan apakah engkau tak memiliki seorang budak pun?”. Akkaf masih
menjawab tidak. Maka Rasul pun bertanya : “Bukankah engkau orang yang
sehat lagi kaya ?”. Jawab Akkaf : “Ya, wahai Rasul”. Lantas Rasulullah
bersabda : “Kalau memang demikian, maka engkau termasuk temannya
syetan. Jika kamu dari golongan pendeta Nasrani, maka itu lebih pantas.
Tetapi jika kamu mengaku bagian dari umatku, maka lakukanlah seperti yang
ii

telah aku lakukan. Dan sesungguhnya nikah itu termasuk dari sunnahku.
Sejelek-jelek kalian adalah orang yang tidak mau menikah. Sungguh seburuk-
buruk orang yang mati di antara kalian, adalah orang yang mati tanpa istri.
Maka celakalah engkau Akkaf ! Segeralah menikah wahai Akkaf !.
Akkaf pun berkata :”Wahai Rasulullah, aku tidak akan menikah
sehingga Engkau menikahkan aku dengan siapapun wanita yang engkau
pilih”. Maka Rasulullah bersabda :”Jika demikian, maka kunikahkan engkau
atas asma Allah dan semoga diberkahi oleh-Nya, dengan Al-Karimah binti
Qulsum al-Himyari”.
Itulah gambaran betapa pentingnya suatu perkawinan atau
pernikahan, karena di samping menjalankan sunnah Rasul, pernikahan
bertujuan untuk menghindari diri dari perzinahan. Bahkan dalam suatu
hadits, Rasulullah menghimbau para pemuda untuk menyegerahkan menikah
kalau sudah merasa mampu baik lahir maupun batin.
للفرج واحصن للبصر اغض فانه فليتزوج الباء منكم استطاع من معشرالشباب يا
وجاء له فانه باالصوم فعليه يستطع لم ومن
Artinya : “Hai pemuda-pemuda, barang siapa yang mampu di antara kamu
serta berkeinginan hendak kawin, hendaklah dia kawin. Karena
sesungguhnya perkawinan itu akan memejamkan matanya terhadap orang
yang tidak halal dilihatnya, dan akan memeliharanya dari godaan syahwat.
Dan barang siapa yang tidak mampu kawin hendaklah dia puasa, karena
dengan puasa hawa napsunya terhadap perempuan akan berkurang”.
Riwayat Jama’ah Ahli Hadiuts.
Kaitannya dengan adanya tradisi kawin kontrak yang ada di salah satu
kecamatan di Kabupaten Pasuruan, tepatnya di Kecamatan Rembang yang
wilayahnya sangat strategis untuk para laki-laki berpoligami. Kenapa penulis
katakana demikian ?, karena sejak dulu, entah mulai kapan, daerah tersebut
sudah terkenal dengan adanya perkawinan kontrak yang orang sana ada yang
menyebutnya nikah siri atau nikah di bawah tangan.
ii

Dalam hal ini, penulis ingin mengintip lebih jauh bagaimana
sebenarnya yang terjadi di sana dan bagaimana sebenarnya kawin kontrak
yang dimaksud. Apakah dalam perkawinan itu ada norma-norma yang harus
diluruskan atau ada norma-norma agama yang menyimpang dan mengapa
tradisi itu sulit untuk dihilangkan. Peran tokoh agama yang harus bisa
meluruskan, walau nantinya akan menemui rintangan yang sangat terjal.
Mengapa harus ada kawin kontrak di daerah itu?. Kemungkinan-
kemungkinan yang harus dipertimbangkan antara lain karena minimnya
ekonomi, minimnya pendidikan, kurangnya perhatian pemerintah dan
masyarakat, kehidupan masyarakat yang individual, tradisi yang sudah
mengakar, dan mungkin dalam tradisi kawin kontrak tersebut ada
penyimpangan moral maupun norma agama yang mesti diluruskan.
Kesulitan ekonomi orang tua bisa mengenyampingkan akal sehat
untuk berpikir panjang, barangkali dengan menikahkan anaknya sedini
mungkin tanggung jawab mereka sebagai orang tua akan lepas. Kurangnya
pendidikan pun menjadi tonggak sempitnya wawasan tentang bab
pernikahan. Sosialisasi tentang masalah pernikahan juga harus dikedepankan
baik oleh pemerintah maupun masyarakat setempat. Apalagi kalau terjadi
penyelewengan-penyelewengan dalam proses pernikahan yang akan menjadi
tanggung jawab kita bersama untuk segera meluruskannya.
Merubah suatu tradisi yang sudah melekat di masyarakat kita itu
sangat sulit, apalagi kalau sudah dihubung-hubungkan dengan tradisi nenek
moyang mereka. Oleh karena itu kita sebagai pendidik, sekaligus sebagai
tokoh masyarakat yang memiliki sedikit kelebihan tentang masalah agama,
kita harus memberikan sumbangsih pemikiran bagaimana strategi untuk
merubah sedikit demi sedikit tradisi yang sekiranya kurang diterima oleh akal
sehat maupun oleh norma-norma agama.
Perubahan social dan perubahan budaya masyarakat itu
membutuhkan proses yang sangat panjang, tidak bisa grusah-grusuh.
Perubahan social budaya masyarakat dapat dibedakan menjadi tiga, pertama
perubahan yang cepat (revolusi) dan perubahan yang lambat (evolusi).
Revolusi merupakan wujud perubahan yang paling spektakuler; sebagai
ii

tanda perpecahan mendasar dalam proses historis; dan pembentukan ulang
masyarakat dari dalam. Menurut Sztomka (1994), revolusi mempunyai
perbedaan dengan bentuk perubahan social yang lain. Revolusi menimbulkan
perubahan dalam cakupan terluas; menyentuh semua tingkat dan dimensi
masyarakat: ekonomi, politik, budaya organisasi social, kehidupan sehari-
hari, dan kepribadian manusia. Kedua, perubahan yang kecil dan perubahan
yang besar. Perubahan yang kecil pada dasarnya merupakan perubahan yang
terjadi pada unsur-unsur structural social yang tidak membawa dampak
langsung bagi masyarakat. Sebaliknya, perubahan yang besar merupakan
perubahan yang membawa dampak yang cukup besar bagi masyarakat.
Ketiga, perubahan yang dikehendaki (direncanakan) dan perubahan yang
tidak dikehendaki (tidak direncanakan). Perubahan yang direncanakan selalu
berada di bawah kendali agent of change (orang yang dipercaya). Perubahan
yang tidak direncanakan berlangsung di luar jangkauan atau pengawasan
masyarakat serta dapat menimbulkan akibat-akibat social yang tidak
dikehendaki.
Setiap upaya penciptaan perubahan sosial, memerlukan suatu strategi
tertentu. Ada beberapa strategi perubahan social yang dapat diterapkan,
yaitu strategi fasilitatif, strategi reedukatif, strategi persuasive, strategi
kekuasaan, serta strategi kekerasan versus non kekerasan (Lauer, 1982;
Harper, 1989).
1. Strategi Fasilitatif
Agen perubahan social dalam strategi ini bertindak sebagai fasilitator
yang menyediakan berbagai sumber daya, informasi dan berbagai sarana
konsultasi.
2. Strategi Reedukatif
Strategi ini digunakan apabila diketahui ada hambatan-hambatan social
budaya dalam upaya penerimaan suatu inovasi, terutama berkaitan
dengan kelemahan pengetahuan atau pendidikan dan keterampilan
dalam memanfaatkan suatu inovasi (program terstruktur melalui
pelatihan kelompok).
ii

3. Strategi Persuasif
Strategi ini merupakan upaya melakukan perubahan masyarakat dengan
cara membujuk masyarakat tersebut untuk melakukan perubahan.
4. Strategi Kekuasaan
Strategi ini merupakan strategi yang digunakan untuk melakukan
perubahan dengan cara paksaan, kekerasan atau ancaman. Strategi ini
dipandang negative oleh sebagian kalangan masyarakat karena caranya
kurang etis.
5. Strategi Kekerasan versus Nonkekerasan
Adakalanya suatu konflik lebih tepat diselesaikan dengan sedikit
kekerasan yang sifatnya revolutif, adakalanya tidak demikian. Karena itu
dalam menyelesaikan suatu perubahan social masyarakat harus melihat
situasi dan kondisi yang ada.
Barangkali strategi-strategi tersebut dapat kita laksanakan sedikit
demi sedikit untuk merubah tradisi masyarakat yang sudah terlanjur terkenal
dengan tradisi kawin kontraknya yang sudah barang tentu harus dipilih dan
disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat di sana.
B. Fokus Kajian
Berdasarkan uraian kontek kajian di atas, dapat dirumuskan focus
kajiannya sebagai berikut :
1. Membahas tuntas tentang adanya tradisi kawin kontrak di Kecamatan
Rembang Kabupaten Pasuruan dan kaitannya dengan nikah siri atau nikah
di bawah tangan.
2. Peran keluarga, tokoh-tokoh masyarakat, dan pemerintah untuk
menghapus rumor yang beredar tentang adanya tradisi kawin kontrak
yang ada di Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan.
3. Munculnya berbagai kendala yang harus dihadapi untuk merubah tradisi
kawin kontrak yang ada di Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan.
4. Memunculkan potensi-potensi yang bisa dikembangkan dengan merubah
tradisi kawin kontrak yang ada di Kecamatan Rembang Kabupaten
Pasuruan.
ii

C. Tujuan Kajian
Berdasarkan rumusan focus kajian di atas, tujuan yang ingin dicapai
dalam kajian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana maksud dari tradisi kawin kontrak yang ada
di Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan.
2. Untuk mengetahui bagaimana peran orang tua, tokoh-tokoh masyarakat,
dan pemerintah untuk menghapus rumor tentang adanya tradisi kawin
kontrak yang ada di Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan.
3. Untuk mengetahui apa kendala yang bakal dihadapi dalam merubah
tradisi kawin kontrak yang ada di Kecamatan Rembang Kabupaten
Pasuruan.
4. Untuk mengetahui potensi-potensi yang dapat dikembangkan dengan
merubah tradisi kawin kontrak yang ada di Kecamatan Rembang
Kabupaten Pasuruan.
D. Manfaat Kajian
Agar dalam penulisan ini terdapat nilai lebih (high value) dalam bidang
pendidikan khususnya dan menambah khasanah keilmuan secara global pada
umumnya, maka hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang
berarti kepada :
1. Para pendidik, agar dapat menerapkan kemampuannya untuk
memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang kesakralan pernikahan
dalam kontek kehidupan bermasyarakat.
2. Tokoh-tokoh masyarakat secara umum, agar dapat memberikan
sumbangsih pengetahuan tentang pentingnya pernikahan yang
dilangsungkan sesuai dengan undang-undang perkawinan di Indonesia.
3. Pemerintah, dalam hal ini departemen atau kementerian yang
bertanggung jawab untuk mensosialisasikan tentang peraturan-peraturan
undang-undang perkawinan yang berlaku.
ii

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Nikah (Perkawinan)
Perkawinan adalah aqad yang menghalalkan pergaulan, membatasi
hak dan kewajiban, serta bertolong menolong antara seorang laki-laki dan
perempuan yang antara keduanya bukan muhrim.
Allah s.w.t, berfirman :
االتعدلوافواحدة خفتم فان وربع وثلث مثنى النساء من لكم فانكحواماطاب
النساء
Artinya : “Maka bolehlah kamu menikahi perempuan yang kamu pandang
baik untuk kamu, duaatau tiga atau empat, jika kiranya kamu takut tidak
dapat berlaku adil di antara mereka itu, hendaklah kamu kawin seorang saja”.
(An-Nisa, :3).
Sebenarnya pertalian nikah adalah pertalian yang erat dalam hidup
dan kehidupan manusia, bukan hanya antara suami isteri dan keturunannya
saja, bahkan antara keluarga kedua belah pihak agar saling kasih mengasihi
dan saling sayang menyayangi. Betapa tidak ?, dalam Al-Qur’an dijelaskan
tentang bagaimana penciptaan Nabi Adam dan Siti Hawa agar bisa
berkembang biak dan bisa saling tolong menolong di antara sesama.
B. Hikmah Perkawinan
Sedangkan hikmah perkawinan yang sesungguhnya sudah tertera
dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 31 :
ورحمة مودة بينكم وجعل ازواجالتسكنوااليها انفسكم من لكم خلق ان اياته ومن
يتفكرون لقوم اليات ذالك في ان
Artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih
ii

sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda bagi kaum yang berpikir”.
Jelaslah bahwa hikmah perkawinan itu antara lain adalah agar kita ada
perasaan suka , perasaan sayang, dan merasa tenteram dengan lain jenis
yang nantinya akan tercipta rasa kasih sayang dalam kehidupan berumah
tangga dan selanjutnya akan terbangun saling tolong menolong antar
keluarga.
C. Hukum Nikah/Perkawinan
Hukum nikah dapat dibedakan menjadi lima, yaitu :
1. Jaiz (diperbolehkan), asal hukum perkawinan
2. Sunnah, bagi orang yang berkehendak serta cukup untuk menafkahi lahir
dan batin.
3. Wajib, bagi orang yang sudah cukup memiliki harta dan dia takut akan
godaan syetan.
4. Makruh, bagi orang yang tidak mampu memberikan nafkah tetapi
memaksakan kehendak.
5. Haram, bagi orang yang berniat menyakiti atau balas dendam terhadap
perempuan yang akan dinikahinya.
Dalam pernikahan itu harus memenuhi rukun dan syarat pernikahan
yang sudah ditentukan, agar pernikahan tersebut dapat diakui di mata
hokum dan masyarakat.
D. Perintah/Anjuran Menikah
Di dalam Al-Qur’an telah dijelaskan, bahwa perintah menikah sudah
ada sejak diciptakan-Nya manusia pertama, yakni Nabi Adam dengan Siti
Hawa. Karena ketika Nabi Adam dan Siti Hawa diturunkan ke dunia, Allah
sudah merencanakan agar mereka menjadi manusia pertama di bumi dan
dapat memimpin manusia-manusia dari keturunan mereka sendiri.
اكرمكم ان لتعارفوا شعوباوقبائل وجعلناكم ذكروانثى من اناخلقناكم ياايهاالناس
خبير عليم انالله اتقاكم عندالله
ii

Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menciptakan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal”.(Al-Hujurat : 13).
ورحمة مودة بينكم وجعل ازواجالتسكنوااليها انفشكم من لكم خلق ان اياته من
يتفكرون لقوم اليات ذالك في ان
Artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu
rasa kasih dan saying. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”. (Ar-Rum : 31).
Di samping ayat-ayat Al-Qur’an yang banyak mengungkap tentang bab
pernikahan, Haditspun tidak sedikit yang menjelaskan tentang perintah
menikah atau kawin, antara lain :
منى فليس سنتى عن رغب فمن سنتى النكاح
Sabda Rasulullah :”Nikah itu sunnahku, maka barangsiapa yang tak mengikuti
sunnahku, maka dia bukanlah dari golonganku. (Al-Hadits).
داود ابو رواه منا فليس العيلة مخافة التزوج ترك من
“Bagi siapa yang menjauhi pernikahan hanya gara-gara takut miskin, maka
dia bukanlah termasuk dari umatku. (H.R. Abu Daud).
Demikianlah sebagian dari dalil-dalil Al-Qur’an maupun Hadits yang
dapat kita jadikan pegangan untuk menjaga kesakralan pernikahan dan
sedeikit demi sedikit dapat mengikis praktek pernikahan yang keluar dari
koridor hukum yang berlaku.
ii

BAB III
PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN HASIL KAJIAN
A. Penyajian Data dan Temuan Hasil Kajian
1. Letak Geografis Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan
Secara geografis, Kecamatan Rembang terletak di sebelah barat
selatan kota Pasuruan. Daerah tersebut berjarak sekitar 15 km arah barat
Alun-alun Kota Pasuruan. Kalau diperhatikan letaknya sangat strategis bagi
kaum laki-laki hidung belang yang pikirannya tidak puas dengan satu isteri
saja, karena daerah tersebut jauh dari jalan raya dan terpencil.
Kecamatan Rembang telah tercatat penduduknya berjumlah 56.006
jiwa, 26.642 pria dan 29.382 wanita. Banyaknya wanita melabihi jumlah kaum
pria dan keadaan ekonomi yang kurang menunjang yang membuat praktek-
praktek perkawinan di bawah tangan marak terjadi di daerah tersebut,
sampai-sampai hal ini mencuat di seluruh JawaTimur, bahkan sudah
menyebar ke seantero negeri, yang terkena dengan sebutan “Kawin
Kontrak”.
2. Keadaan Masyarakat Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan
Masyarakat Rembang sebenarnya masyarakat yang agamis, saking
agamisnya sampai-sampai tidak mementingkan pendidikan umum, mereka
hanya mengutamakan pendidikan agama anak-anaknya.
Bagi perempuan-perempuan yang sudah mengenyam pendidikan
agama lewat madrasah atau ngaji, maka sudah layak untuk dinikahkan walau
dengan suami orang sekalipun, yang penting mereka bisa menafkahi anak
perempuan mereka. Di samping factor pendidikan yang minim, ekonomi yang
pas-pasan, juga factor social budaya yang membuat mereka rela melepaskan
anak-anak mereka agar tidak menanggung malu jika dikatakan sebagai
“Perawan Tua”.
ii

Di samping itu para perempuan yang ada di Kecamatan Rembang
memang tidak terlalu neko-neko (macam-macam) dalam menuntut segala
kebutuhan sehari-hari. Mereka hidup seadanya, tidak seperti anak kota yang
keinginannya muluk-muluk, mungkin karena jauh dari pergaulan yang
membisingkan itu. Tetapi memang itulah keadaan orang-orang di sana, di
samping pekerjaan sehari-hari sebagai petani (yang terkenal sebagai petani
bunga penganten), ada juga usaha konfeksi, pengelola wartel, warung, dan
lain-lain.
3. Tradisi Kawin Kontrak yang berkembang di Kecamatan Rembang
Kabupaten Pasuruan
Peristiwa nikah di bawah tangan di Kabupaten Pasuruan memang
masih cukup besar dan membudaya. Telah terdata pada tahun 2008
mencapai angka 2.244.
Dari 24 Kecamatan di Pasuruan, Rembang menduduki peringkat
pertama dengan jumlah 530 kasus. Disusul Kecamatan Puspo, Pasrepan,
Lumbang, Keraton, Gondangwetan, dan Nguling. Selain itu sedikit sekali
memiliki catatan tentang pernikahan siri atau di bawah tangan.
Kecamatan Rembang terbagi menjadi 17 desa. Yang banyak dijadikan
praktek kawin kontrak terbanyak adalah di desa Kalisat. Di desa ini,
perkawinan yang demikian itu dianggap wajar oleh warganya, karena
menurut mereka dari pada “ kumpul kebo”. Sebenarnya system kawin
kontrak di sana sama dengan nikah siri/nikah di bawah tangan, hanya saja
kebanyakan mereka terpaksa mau menikah karena dengan alas an ingin
mengurangi beban orang tua, lebih parahnya mereka belum baligh sudah
dijajakan ke pria-pria lajang maupun duda. Apakah itu bukan merupakan
perampasan kemerdekaan seorang wanita ?.
Tradisi perkawinan tersebut nantinya juga akan menimbulkan
masalah baru yang berkepanjangan, karena perkawinan tersebut tidak
memiliki kekuatan hokum dan dianggap tidak sah di mata hokum. Secara
hokum social, perkawinan model ini juga sangat merugikan perempuan,
karena tidak dianggap sebagai isteri sah, bahkan akan menebar gossip tak
ii

sedap, yaitu sebagai “perebut suami orang”. Apakah tidak menimbulkan dosa
terhadap mereka?. Apalagi kalau mereka menghasilkan keturunan,
bagaimana status anak tersebut. Padahal dalam pasal 42 dan 43 UU
Perkawinan telah dijelaskan, bahwa si anak tidak mempunyai hubungan
hokum, terhadap ayahnya.
Sayangnya tradisi semacam ini sulit sekali untuk dimusnahkan, karena
menyangkut dua kepentingan yang sulit diterima oleh akal sehat. Yang
pertama, masyarakat di sana sangat bangga kalau anaknya cepet laku walau
kadang belum lulus sekolah dasar, karena untuk meringankan beban
ekonomi. Yang kedua, kesempatan bagi laki-laki yang doyan kawin, kadang
hanya untuk melampiaskan hawa nafsunya, yang penting telah memenuhi
kebutuhannya terus ditinggal untuk mencari yang baru. Dipandang dari yang
demikian itu, betapa murahnya harga perempuan di mata laki-laki.
Alhamdulillah, tahun demi tahun tradisi kawin kontrak tersebut terus
menerus diluruskan oleh tokoh-tokoh masyarakat yang sudah berpendidikan
tinggi, terutama langsung ditangani oleh Kepala KUA yang datang silih
berganti dan berusaha menyodorkan perubahan kea rah yang lebih baik dan
bermoral sesuai dengan kaidah-kaidah Islamiyah.
Dari penyajian data di atas, dapat ditemukan hasil kajian makalah ini
sebagai berikut :
Fokus Kajian Temuan Hasil Kajian
1. Membahas tuntas tentang adanya
tradisi kawin kontrak di Kecamatan
Rembang Kabupaten Pasuruan dan
kaitannya dengan nikah siri atau
nikah di bawah tangan.
2. Peran keluarga, tokoh-tokoh
masyarakat, dan pemerintah untuk
menghapus rumor yang beredar
tentang adanya tradisi kawin
kontrak yang ada di Kecamatan
1. Kawin kontrak yang selama ini
berkembang di Kecamatan
Rembang Kabupaten Pasuruan
sebenarnya hampir sama
dengan perkawinan siri atau
nikah di bawah tangan. Kalau
nikah siri atau nikah di bawah
tangan adalah nikah yang
diwakilkan kepada wali hakim
atau modin yang ada di daerah
ii

Rembang Kabupaten Pasuruan.
3. Munculnya berbagai kendala yang
harus dihadapi untuk merubah
tradisi kawin kontrak yang ada di
Kecamatan Rembang Kabupaten
Pasuruan.
4. Memunculkan potensi-potensi yang
bisa dikembangkan dengan
merubah tradisi kawin kontrak yang
ada di Kecamatan Rembang
Kabupaten Pasuruan.
tersebut karena ada alasan-
alasan tertentu, sedang calon
mempelai kebanyakan sudah
saling mengenal atau saling
menyetujui. Sedang kawin
kontrak secara umum masih
urusan orang tua, mempelai
wanita setuju apa tidak urusan
belakangan, yang penting ada
persetujuan tentang
pemberian harta benda
terhadap pihak wanita.
2. Kesadaran keluarga sangat
penting, di samping pembinaan
dari tokoh-tokoh masyarakat
yang beragama dan
berpendidikan serta harus ada
campur tangan pemerintah
sebagai penanggung jawab
pendidikan masyarakat agar
tercipta masyarakat yang
beragama dan berpendidikan.
3. Merubah suatu tradisi tidak
semudah membalikkan telapak
tangan, karena itu dibutuhkan
ketelatenan, kesabaran, dan
keikhlasan agar segala
kesulitan akan segera teratasi
dan mudah-mudahan
mendapatkan solusi yang
sebaik-baiknya.
ii

4. Banyak potensi yang dapat
dikembangkan di Kecamatan
Rembang Pasuruan tersebut,
seperti penanaman bunga
penganten (kembang sundel)
yang harus dilestarikan, karena
hasilnya sudah dikirim ke
mana-mana ke seluruh wilayah
Indonesia. Di bidang usaha,
pemuda pemudi di sana
banyak ke bidang konfeksi
seperti menjahit, bordil, sulam,
dan lain-lain.
B. Pembahasan Hasil Temuan
Setelah penulis menemukan hasil kajian dari pembahasan ini, kiranya
ada hal-hal yang mesti dipertimbangkan sebelum melangkah terlalu jauh ke
dalam persoalan yang ada di Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan, yaitu
tentang bagaimana strategi yang seharusnya di lakukan oleh semua pelaku
kepentingan untuk mengikis tradisi kawin kontrak yang sudah mendarah
daging di daerah tersebut.
1. Mengadakan pendekatan dengan tokoh masyarakat yang berpengaruh,
para pemuda di daerah tersebut dan mendiskusikan hal-hal yang terjadi
terutama tentang pernikahan.
2. Mengajak para orang tua untuk bergabung dengan memberikan wawasan
tentang bagaimana perkawinan yang benar-benar diakui oleh hukum dan
masyarakat, apa kerugian yang akan dialami pihak perempuan sebagai
korban kawin kontrak yang hanya untuk pelampiasan belaka. Pemerintah
harus terus menerus memberikan pelatihan, baik tentang agama, moral,
serta keterampilan agar masyarakat di sana semakin maju dan
berpendidikan.
ii

3. Merubah tradisi itu tidak mudah, tetapi harus dilakukan secara kontiniu
dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, serta harus ditanamkan sebagai
kewajiban dan tanggung jawab kita umat Islam yang lebih memahami
akan dampaknya perkawinan kontrak di kehidupan social masyarakat.
4. Pemberian bantuan modal usaha sangat diharapkan di daerah tersebut
untuk mengembangkan baik di bidang pertanian maupun usaha-usaha
yang lain yang memiliki potensi dalam kemajuannya. Untuk itu,
pemerintah harus tanggap menyikapi hal tersebut.
ii

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan hasil kajian di atas, penulis dapat memberikan
kesimpulan sebagai berikut :
1. Islam memperbolehkan seorang laki-laki menikahi lebih dari satu wanita
dengan syarat bisa berlaku adil lahir dan batin.
2. Pernikahan memang sebaiknya disyiarkan (tidak sembunyi-sembunyi) ke
masyarakat setempat agar tidak terjadi salah faham atau prasangka yang
tidak baik.
3. Tradisi kawin kontrak harus segera diluruskan, karena pernikahan itu
memiliki tanggung jawab yang besar bagi orang tua dan mempelai baik di
dunia maupun di akhirat.
4. Kewajiban kita bersama untuk membina dan mensosialisasikan tentang
mematuhi aturan hukum yang berlaku baik hokum Negara maupun
agama agar terbangun masyarakat modern yang patuh dan taat terhadap
aturan-aturan tersebut.
B. Saran-saran
Berdasarkan dari hasil kesimpulan di atas, penulis memberikan
sedikit saran kepada para orang tua khususnya dan seluruh masyarakat pada
umumnya, sebagai berikut :
1. Diharapkan bagi para orang tua untuk lebih memahami hak dan
kewajiban terhadap anaknya, jangan bersifat egois yang hanya
mementingkan kebahagiaan dirinya sendiri tanpa memperdulikan
perasaan seorang anak. Bukankah tujuan perkawinan untuk memperoleh
kebahagiaan (sakinah mawaddah warahmah) dunia akhirat ?
2. Diharapkan bagi para tokoh masyarakat yang sudah mengerti tentang arti
dan hakikat pernikahan untuk terus menerus memberikan pengarahan
ii

yang positif terhadap orang tua maupun para pemuda agar tidak terjebak
dengan tradisi kawin kontrak tersebut.
3. Dalam merubah suatu tradisi harus dilakukan secara halus dan perlahan-
lahan, tidak perlu grusah-grusuh karena yang kita hadapi adalah
masyarakat luas yang memiliki watak dan tabiat yang berbeda-beda.
ii

DAFTAR RUJUKAN
Al-Qur’an terjemah.
Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Jawa Timur, 2009, Mimbar
Pembangunan Agama (edisi khusus), PT. Antar Surya Jaya, hal. 37-55.
Martono, Nanang. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial (Perspektif Klasik, Modern,
Posmodern, dan Poskolonial). Purwokerto. Rajawali Pers.
Rasjid, Sulaiman, Fiqh Islam (Bab Perkawinan), Jakarta, Attahiriyah.
AL-Khauly, Bahay, 1988. Islam dan Persoalan Wanita Modern, Solo, Ramadhani, hal.
35-36.
.
ii

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Tradisi Kawin
Kontrak Dalam Perspektif Sosiologi Pendidikan” dengan baik dan lancar serta selesai
tepat pada waktu yang ditetapkan.
Penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugasa mata kuliah Sosiologi
Pendidikan. Penulis menyadari kelancaran penyusunan makalah ini jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan
penghargaan yang sedalam-dalamnya serta ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak H. DR. Maskuri Bakri, M.Si Selaku dosen mata kuliah Sosiologi
Pendidikan yang telah memberikan tugas dan pengarahan sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini
2. Keluarga khususnya suami dan anak-anakku yang telah memberikan
semangat dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga kebaikan mereka mendapat balasan dari Allah SWT sesuai dengan
amalnya. Akhirnya penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat konsumtif dari para pembaca demi perbaikan penulisan lebih lanjut
sehingga dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para
pembaca.
Pasuruan, 28 Juni 2013
Penulis
ii

NUR SYAMSIAH
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Kontek Kajian........................................................................................1B. Fokus Kajian..........................................................................................5C. Tujuan Kajian........................................................................................6D. Manfaat Kajian......................................................................................6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Nikah (Perkawinan)..............................................................7B. Hikmah Perkawinan...............................................................................7C. Hukum Perkawinan...............................................................................8D. Perintah/Anjuran Perkawinan................................................................8
BAB III PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN HASIL KAJIAN
A. Penyajian Data dan Temuan hasil Kajian............................................... 10B. Pembahasan Hasil Temuan.................................................................. 14
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................... 16B. Saran-saran........................................................................................................ 16
DAFTAR RUJUKAN
ii

TRADISI KAWIN KONTRAK DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI PENDIDIKAN
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi Pendidikan
OLEH:
NUR SYAMSIAH
NPM: 2111010154
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM MALANGPROGRAM STUDI
Magister Pendidikan Islam
2013
ii

ii