toddler
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Untuk mencapai perkembangan tumbuh kembang anak yang optimal
perlu diperhatikan beberapa aspek perkembangan, yakni sensoris, motorik,
komunikasi bahasa dan bicara, kognitif, kreatifitas seni, urus diri,
emosisosial, kerjasama, dan leadership, moral dan spriritual. Dimana
perkembangan tersebut berkaitan dengan perkembangan otak anak juga. Jika
melihat dari perkembangan otak, otak terbagi menjadi 2 sisi yakni:
1. Otak kiri (hard skill 10%) spesific competencies yakni berhubungan
dengan logika, berhitung, rasional dan merencanakan.
2. Otak kanan (soft skill 90%) basic competencies yakni berhubungan
dengan sensitiveness, selfcontrolling, vision, communication, risk taking
dan continual learning.
Kemudian dalam tahap perkembangan tumbuh kembang anak, anak
berusia 12 bulan seharusnya sudah bisa untuk berjalan dituntun, makan
dengan sendok, dipanggil datang, dan bicara lebih dari 8 kata. Usia 18 bulan
sudah bisa untuk naik tangga dengan dibantu, susun balok 6, dan mengikuti
mimik. Anak usia 1-2 tahun cenderung gerakannya memakai otot-otot besar,
bergerak dengan banyak komponen tubuh dan dapat merangsang oksigenasi
otak. Dan untuk mengetahui anak sudah siap jalan atau belum dapat dilihat
dari reflex jinjit (plantar refleks) yang mulai hilang, atau sudah dapat
melakukan koordinasi kompleks.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan anak usia toddler?
2. Bagaimana perkembangan kognitif anak usia toddler?
3. Bagaimana perkembangan psikoseksual anak usia toddler?
4. Bagaimana perkembangan psikososial anak usia toddler?
5. Bagaimana perkembangan bahasa anak usia toddler?
4
6. Bagaimana perkembangan fisik anak usia toddler?
7. Bagaimana asupan gizi anak usia toodler?
8. Bagaimana cara menyikapi tingkah laku usia todler?
9. Bagaimana terapi bermain untuk anak usia toodler?
C. TUJUAN
a. Tujuan Umum
1. Makalah ini bertujuan agar mahasiswa atau pembaca mampu
mengetahui tentang proses pertumbuhan dan perkembangan anak
dinjau dari aspek kognitif, fisik, bahasa, psikosexsual dan psikososial
b. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus makalah ini agar mahasiswa dan pembaca mampu:
1. Menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan anak usia toddler
2. Mengetahui aspek-aspek yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak usia toddler
3. Mempu menjelaskan aspek-aspek yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan anak usia toddler
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Toddler
Anak usia toddler adalah anak usia 12– 36 bulan (1-3 tahun) pada
periode ini anak berusaha mencari tahu bagaimana sesuatu bekerja dan
bagaimana mengontrol orang lain melalui kemarahan, penolakan dan tindakan
keras kepala. Hal ini merupakan periode yang sangat penting untuk mencapai
pertumbuhan dan perkembangan intelektual secara optimal (Perry, 1998).
1. Pertumbuhan dan Perkembangan Toddler
Whaley dan Wong’s (2000) mengemukakan pertumbuhan
merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel seluruh bagian tubuh
yang secara kuantitatif dapat diukur. Sedangkan perkembangan
merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai
melalui tumbuh kematangan belajar.
Usia 1 tahun merupakan usia yang penuh berbagai hal yang
menarik antara lain berubah dalam cara makan, cara bergerak, juga
dalam keinginan dan sikap atau perasaan si kecil apabila disuruh
melakukan sesuatu yang tidak ia sukai, ini akan menyatakan sikap dan
nalurinya mengatakan “tidak” baik dengan kata-kata maupun perbuatan,
meskipun sebetulnya hal itu di sukai (Psikolog menyebutnya
Negatifisme). Kenyataan ini berbeda pada saat usia di bawah satu tahun,
si kecil akan menjadi seorang penyidik yang sangat menjengkelkan,
mereka akan menyelinap keluar masuk setiap sudut rumah, menyentuh
semua benda yang ditemukannya, menggoyangkan meja dan kursi,
menjatuhkan benda apapun yang dapat dijatuhkan, memanjat apa yang
bisa dipanjat, memasukkan benda-benda kecil kedalam benda yang lebih
besar dan sabagainya. Pendek kata tangannya tidak bisa diam setiap hari
(Hurlock, 2002:98).
6
Pada usia 2 tahun si kecil akan cenderung mengikuti orang tuanya
kesana-kemari, ikut ikutan menyapu, mengepel, menyiram tanaman,
semua ini dilakukan dengan penuh kesungguhan. Pada usia 2 tahun anak
sudah mulai belajar bergaul, ia senang sekali menonton anak lain
bermain, perasaan takut dan cemas sering terjadi apabila orang tuanya
meninggalkan anak sendiri. Seandainya orang tua harus bepergian lama
atau memutuskan untuk kembali bekerja dan meminta bantuan orang lain
untuk mengawasi anaknya, biasanya anak tidak rewel pada saat orang tua
pergi tetapi pada saat mereka kembali anak akan terus-menerus melekat
pada ayah dan ibunya dan tidak mengizinkan siapapun juga
mendekatinya, karena ia takut orang tuanya akan pergi lagi. Perasaan
takut akan semakin menghambat pada saat tidur ia mau berbaring jika
ayah atau ibunya duduk di sampingnya (Hurlock, 2002:101).
Anak pada usia 3 tahun biasanya lebih mudah dikendalikan karena
anak sudah dalam perkembangan emosi, sehingga mereka menganggap
ayah dan ibunya sebagai orang yang istimewa. Sikap permusuhan dan
kebandelan yang muncul pada usia antara 2 ½ - 3 tahun tampaknya
makin berkurang. Sikap pada orang tua bukan saja bersahabat tetapi
sangat ramah dan hangat. Anak menjadi sangat patuh pada orang tuanya,
sehingga mereka akan bertingkah laku baik dan menurut sekali. Jika
keinginan mereka bertentangan dengan kehendak orang tuanya karena
mereka tetap makluk hidup yang mempunyai pendapat sendiri. Pada usia
3 tahun anak cenderung meniru siapa pun yang dilakukan orang tuanya
sehari-hari disebut proses identifikasi. Dalam proses inilah karakter anak
di bentuk jauh lebih banyak dari petunjuk yang diterima dari orang
tuanya, seperti membentuk model diri mereka, membina kepribadian,
membentuk sikap dasar, baik terhadap pekerjaan, orang tua dan dirinya
sendiri (Hurlock, 2002:111).
2. Faktor Pengaruh Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
1. Faktor herediter
7
Merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam
mencapai tumbuh kembang anak disamping faktor lain. Faktor herediter
adalah bawaan, jenis kelamin, ras, suku bangsa.
2. Faktor lingkungan
Merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam
menentukan tercapai dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki antara
lain:
a) Lingkungan pranatal
Merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai konsepsi lahir
sampai yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, zat kimia atau
toksin, kebiasaan merokok dan lain-lain.
b) Lingkungan postnatal
Seperti sosial ekonomi orang tua, nutrisi, iklim atau cuaca,
olahraga, posisi anak dalam orang tua dan status kesehatan.
B. Perkembangan Kognitiif
1. Pengertian
Kognitif adalah operasi-operasi atau prosedur-prosedur mental yang bisa
digunakan individu untuk mendapatkan, menahan, serta mengambil kembali
berbagai pengetahuan dan kepandaian (Rigney,1978 dalam Jonassen
1987). Strategi kognitif mencerminkan bagaimana seseorang belajar,
mengingat, dan berfikir serta bagaimana memotivasi diri mereka sendiri
(Weinstein dan mayer, 1985 dalam Jonassen (1987). Jonassen (1987)
berkesimpulan bahwa strategi-strategi kognitif merepresentasikan kegiatan-
kegiatan kognitif yang sangat luas yang mendukung pembelajaran seseorang.
Dengan demikian, jelas bahwa strategi kognitif sangat penting bagi siapa pun
untuk mencapai kompetensi yang baik.
2. Sifat-sifat kognitif yang umumnya pada bayi toddler
Menurut Jean Piagiet pada usia 1-3 tahun anak sudah dapat:
a. Membedakan diri sendiri dengan setiap objek.
8
b. Mengenal diri sebagai pelaku kegiatan dan mulai bertindak dengan
tujuan tertentu contohnya: menarik seutas tali untuk menggerakkan
sebuah mobil atau menggerakkan mainan supaya bersuara.
c. Menguasai keadaan tetap dari objek misalnya: menyadari bahwa benda
tetap ada meskipun tidak terjangkau oleh mata.
3. Sifat-sifat fisik kognitif yang umumnya pada bayi toddler
a. Sewaktu lahir, berat otak anak sekitar 27% berat otak orang dewasa.
Sedangkan pada usia 2 tahun, berat otak anak sudah mencapai 90% dari
berat otak orang dewasa (sekitar 1200 gram). Hal ini menunjukkan
bahwa pada usia ini, masa perkembangan otak sangat pesat.
Pertumbuhan ini memberikan implikasi terhadap kecerdasan anak.
b. Pada usia 1 – 2 tahun, anak memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar.
Pada usia ini, anak mengembangkan rasa keingintahuannya melalui
beberapa hal.
c. Memahami kalimat yang terdiri dari beberapa kata. Pada usia 12 – 17
bulan, anak sudah dapat memahami kalimat yang terdiri atas rangkaian
beberapa kata. Selain itu, anak juga sudah dapat mengembangkan
komunikasi dengan menggunakan gerakan tubuh, tangisan dan mimik
wajah. Pada usia 13 bulan, anak sudah mulai dapat mengucapkan kata-
kata sederhana seperti “mama” atau “papa”. Pada usia 17 bulan,
umumnya anak sudah dapat mengucapkan kata ganti diri dan
merangkainya dengan beberapa kata sederhana dan mengutarakan
pesan-pesan seperti: “Adik mau susu”.
d. Cepat menangkap kata-kata baru. Pada usia 18 – 23 bulan, anak
mengalami perkembangan yang pesat dalam mengucapkan kata-kata.
Perbendaharaan kata anak-anak pada usia ini mencapai 50 kata. Selain
itu, anak sudah mulai sadar bahwa setiap benda memiliki nama
sehingga hal ini mendorongnya untuk melancarkan kemampuan
bahasanya dan belajar kata-kata baru lebih cepat.
e. Belajar melalui pengamatan/mengamati. Mulai usia 13 bulan, anak
sudah mulai mengamati hal-hal di sekitarnya. Banyak “keajaiban” di
9
sekitarnya mendorong rasa ingin tahu anak. Anak kemudian melakukan
hal-hal yang sering dianggap bermain, padahal anak sedang mencari
tahu apa yang akan terjadi kemudian setelah anak melakukan suatu hal
sebagai pemuas rasa ingin tahunya. Pada usia 19 bulan, anak sudah
dapat mengamati lingkungannya lebih detail dan menyadari hal-hal
yang tidak semestinya terjadi berdasarkan pengalamannya.
C. Perkembangan Psikoseksual
a. Pengertian
Teori perkembangan psikoseksual yang dikemukakan oleh Freud
mengatakan bahwa setiap makhluk hidup pasti mengalami pertumbuhan dan
perkembangan, begitu pula manusia juga mengalaminya. Freud mengatakan
bahwa seksualitas adalah faktor pendorong terkuat untuk melakukan sesuatu
dan bahwa pada masa anak-anak pun mengalami ketertarikkan dan kebutuhan
seksual. Apabila tahap-tahap psikoseksual selesai dengan sukses, hasilnya
adalah kepribadian yang sehat. Jika masalah tertentu tidak diselesaikan pada
tahap yang tepat, fiksasi dapat terjadi. Fiksasi adalah fokus yang gigih pada
tahap awal psikoseksual. Sampai konflik ini diselesaikan, individu akan tetap
“terjebak” dalam tahap ini. Misalnya, seseorang yang terpaku pada tahap oral
mungkin terlalu bergantung pada orang lain dan dapat mencari rangsangan
oral melalui merokok, minum, atau makan.
b. Sifat-sifat umum Perkembangan Psikoseksual Anak Pada Usia 1-3
Tahun Dibagi dua fase :
1) Fase Anal
Pada fase ini fungsi tubuh yang memberi kepuasan berkisar pada
sekitar anus. Tugas perkembangan yang harus dilalui anak adalah
melakukan kontrol terhadap BAB dan BAK, dan bila tercapai anak
akan senang melakukan sendiri. Sedangkan bila tugas perkembangan
tidak tercapai akan muncul beberapa masalah seperti anak akan
menahan dan melakukannya dengan mempermainkan.Peran
lingkungan adalah membantu anak untuk belajar mengontrol
10
pengeluaran (melakukan Toilet Training), yaitu suatu konsep bersih
dimana anak belajar mengontrol pengeluaran tepat waktu dan tempat
serta dapat melakukan dengan mandiri.
Adapun kreteria yang umumnya ditemukan antara lain :
a. Kehidupan anak berpusat pada kesenangan anak terhadap dirinya
sendiri, sangat egoistik, mulai mempelajari struktur tubuhnya.
b. Pada fase initugas yang dapat dilaksanakan anak adalah latihan
kebersihan.
c. Anak senang menahan feses, bahkan bermain-main dengan fesesnya
sesuai dengan keinginanya.
d. Untuk itu toilet training adalah waktu yang tepat dilakukan dalam
periode ini.
e. Masalah yang yangdapatdiperolehpadatahapiniadalahbersifatobsesif
(ganggan pikiran) dan bersifat impulsive yaitu dorongan membuka
diri, tidak rapi, kurang pengendalian diri.
2) Fase Perkembangan Moral
Menurut Kohelberg, tingkatan pertama dari perkembangan moral
adalah prekonvensional ketika anak merespon pada label “baik” atau
“buruk”. Selama tahun kedua kehidupan, anak mulai belajar
mengetahui beberapa aktifitas yang mendatangkan pengaruh dan
persetujuan. Mereka juga mengenal ritual-ritual tertentu, seperti
mengulang bagian dari doa-doa. Saat usia dua tahun, toddler belajar
pada perilaku orang tua mereka yang berkaitan dengan urusan moral.
Pola disiplin mempengaruhi perkembangan moral toddler :
a. Hukuman fisik dan pengambilan hak-hak khusus cenderung
membentuk moral yang negatif.
b. Menghilangkan cinta dan perasaan sebagai bentuk dari hukuman
menimbulkan perasaan bersalah pada toddler.
11
c. Disiplin diukur secara tepat dengan memberikan penjelasan yang
sederhana mengapa perbuatan nya tidak diperbolehkan,
memberikan pujian terhadap perbuatan yang baik.
D. Perkembangan Psikososial
a. Pengertian
Menurut ERIK H. ERIKSOTeori perkembangan psikososial ini adalah
salah satu teori kepribadian terbaik dalam psikologi. Seperti Sigmund Freud,
Erikson percaya bahwa kepribadian berkembang dalam beberapa tingkatan.
Salah satu elemen penting dari teori tingkatan psikososial Erikson adalah
perkembangan persamaan ego. Persamaan ego adalah perasaan sadar yang kita
kembangkan melalui interaksi sosial. Menurut Erikson, perkembangan ego
selalu berubah berdasarkan pengalaman dan informasi baru yang kita dapatkan
dalam berinteraksi dengan orang lain. Erikson juga percaya bahwa
kemampuan memotivasi sikap dan perbuatan dapat membantu perkembangan
menjadi positif, inilah alasan mengapa teori Erikson disebut sebagai teori
perkembangan psikososial.
Erikson memaparkan teorinya melalui konsep polaritas yang
bertingkat/bertahapan. Ada 8 (delapan) tingkatan perkembangan yang akan
dilalui oleh manusia. Menariknya bahwa tingkatan ini bukanlah sebuah
gradualitas. Manusia dapat naik ketingkat berikutnya walau ia tidak tuntas
pada tingkat sebelumnya. Setiap tingkatan dalam teori Erikson berhubungan
dengan kemampuan dalam bidang kehidupan. Jika tingkatannya tertangani
dengan baik, orang itu akan merasa pandai. Jika tingkatan itu tidak tertangani
dengan baik, orang itu akan tampil dengan perasaan tidak selaras.
Dalam setiap tingkat, Erikson percaya setiap orang akan mengalami
konflik/krisis yang merupakan titik balik dalam perkembangan. Erikson
berpendapat, konflik-konflik ini berpusat pada perkembangan kualitas
psikologi atau kegagalan untuk mengembangkan kualitas itu. Selama masa ini,
12
potensi pertumbuhan pribadi meningkat. Begitu juga dengan potensi
kegagalan.
b. Sifat-sifat umum psikososial yang pada bayi toddler
Anak di daycare/toddler akan banyak berinteraksi dengan teman
sebayanya di sekolah toddler/PG atau ketika aktivitas daycare. Anak akan
bertemu dengan guru, pengasuh, orang tua, dan terutama temen-temannya itu
sendiri. Anak belajar bagaimana bisa berhubungan dan berteman dengan baik.
E. Perkembangan Bahasa
1. Pengertian
Bahasa adalah alat berkomunikasiberdasarkan visual daripada
rangsangan pendengaran,dan penglihatan,yang mempunyai tiga bentuk secara
umum yaitu bahasa lisan,tulisan,dan bahasa isyarat.
Lev Vygotsky Tokoh psikologi Rusia menyatakan bahwa bahasa
memegang peranan kunci dalam perkembangan kognitif anak. Bahasa adalah
“alat” menuju kecerdasan-kecerdasan lain karena bahasa adalah alat untuk
berkomunikasi. Katakanlah begini, jika si kecil belajar matematika ia perlu
memahami soal-soalnya. Itu berarti ia perlu memahami bahasa. Begitu juga
dengan kecerdasan lainnya.
2. Perkembangan bahasa anak toddler secara umum
Pemerolehan bahasa pada anak usia 1 – 3 tahun merupakan proses yang
bersifat fisik dan psikhis. Secara fisik, kemampuan anak dalam memproduksi
kata-kata ditandai oleh perkembangan bibir, lidah, dan gigi mereka yang
sedang tumbuh. Pada tahap tertentu pemerolehan bahasa (kemampuan
mengucapkan dan memahami arti kata juga tidak lepas dari kemampuan
mendengarkan, melihat, dan mengartikan simbol-simbol bunyi dengan
kematangan otaknya. Sedangkan secara psikhis, kemampuan memproduksi
kata-kata dan variasi ucapan sangat ditentukan oleh situasi emosional anak
saat berlatih mengucapkan kata-kata. Anak-anak yang mendapatkan
bimbingan dan dorongan moral yang sangat kuat akan memperoleh kata-kata
yang banyak dan bervariasi dibandingkan anak-anak lainnya. Makalah ini
13
menguraikan secara singkat dan sederhana proses pemerolehan bahasa
tersebut secara pragmatis dan memaparkan beberapa contoh ucapan anak
untuk fonem-fonem tertentu yang secara umum mengalami kesulitan dalam
pengucapan (ditinjau secara fonologis).
Dari berbagai macam keuniversalan serta proses pemerolehan seperti
yang baru saja digambarkan tampak bahwa pemerolehan bahasa seorang anak
berkaitan erat dengan keuniversalan bahasa. Bahkan keterkaitan ini lebih
menjurus lagi dalam arti bahwa ada elemen-elemen bahasa yang urutan
pemerolehannya bersifat universal absolut, ada yang universal statistikal, dan
ada pula yang universal implikasional. (Soenjono Dardjowidjojo : 21)
F. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik (motorik)merupakan proses tumbuh kembang
sistem gerak seorang anak. Setiap gerakan yang dilakukan anak merupakan
sistem interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh
yang dikontrol oleh otak.
Perkembangan fisik ini terbagi menjadi sistem motorik halus dan kasar :
1. MOTORIK HALUS
a. Pengertian
Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan
dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-
tangan. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui
kegiatan dan rangsangan yang kontinue secara rutin. Seperti, bermain
puzzle, menyusun balok, memasukan benda ke dalam lubang sesuai
bentuknya, membuat garis, melipat kertas dan sebagainya.
b. Kemampuan dasar motorik halus anak usia toddler secara umum
1) menggambar mengikuti bentuk
2) menarik garis vertikal, menjiplak bentuk lingkaran
3) membuka menutup kotak
4) menggunting kertas mengikuti pola garis lurus
2. PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR
14
a. Pengertian
Kemampuan motorik kasar adalah kemampuan yang berhubungan
dengan gerak-gerak kasar yang melibatkan sebagian besar organ tubuh
seperti berlari, dan melompat .perkembangan motorik kasar sangat
dipengaruhi oleh proses kematangan anak semakin karena proses
kematangan anak juga bisa berbeda.
b. Kemampuan dasar motorik kasar anak usia toddler secara umum
1) Berjalan dan berlari kecil di sekitar rumah
2) Mengangkat dan mengambil benda disekitanya
3) Menari dengan gerakan kecil tangan dan kaki
G. Karakteristik pertumbuhan usia toddler
1. Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada
individu, yaitu secara bertahap, berat dan tinggi anak semakin bertambah
dan secara simultan mengalami peningkatan untuk berfungsi baik secara
kognitif, psikososial, maupun spiritual. ( Supartini, 2000 ). Anak usia
toddler memiliki karakteristik tersendiri dalam berbagai ranah
pertumbuhan dan perkembangannya. Pertumbuhan dan perkembangan
biologis. Secara umum pertumbuhan baik dari segi berat maupun tinggi
badan berjalan cukup stabil atau lambat. Rata – rata bertambah sekitar
1,8-2,7 kg/ tahun, Pada usia 2 tahun berat badannya rata-rata 12,3 kg.
Berat badan naik empat kali pada usia 2,5 tahun, tinggi badan bertambah
sekitar 6 – 7 cm / tahun ( tungkai bawah lebih dominant untuk bertambah
dibanding anggota tubuh lainnya ). Untuk usia 2 tahun tinggi badan ±
86,6 cm. Tinggi badan pada usia 2 tahun diharapkan setengah tinggi
badan pada saat dewasa. Usia Toddler mempunyai lingkar kepala lingkar
dada. Lingkar kepala meningkat total pada tahun ke dua yaitu 2,5 tahun,
kemudian meningkat secara perlahan-lahan rata-rata 0,5 inchi tiap tahun
sampai 5 tahun kemudian
Hampir semua fungsi tubuh sudah matang dan stabil sehingga
dapat beradaptasi dengan berbagai perubahan dan stress, sehingga saat
15
ini sudah bisa diajarkan toilet training. Pada fase ini perkembangan
motorik sangat menonjol. Kaki bengkok yang kas yang terjadi terus-
menerus pada toddler karena otot kaki harus menopang berat badan yang
terlalu besar.
H. Asupan Gizi pada Usia Toodler
Usia toddler adalah usia anak dari 1-2 tahun atau 2-3 tahun. Usia
toddler merupakan bagian dari usia balita dimana usia toddler itu merupakan
rentang usia pada usia balita. Pada usia ini pula merupakan usia yang rentang
terkena penyakit. Ketika memasuki usia 2 tahun anak harus sudah
diperkenalkan dengan makanan biasa yang lazim untuk seusianya. Dengan
demikian, anak tidak perlu lagi diberi makan khusus seperti bubur campur
atau makanan lainnya.
1. Syarat Makanan untuk Usia Toddler
a. Memenuhi kecukupan zat gizi dan energi sesuai dengan umur
b. Susunan hidangan disesuaikan pada menu seimbang dengan bahan
makanan setempat yang tersedia, kebiasaan makanan dan selera
terhadap makanan,
c. Bentuk dan posisi makanan disesuaikan dengan daya terima atau
toleransi
d. Memperhatikan kebersihan perorangan dan lingkungan.
2. Asupan Makanan
Hidangan merupakan jenis makanan yang disajikan untuk
dimakan. Disini peran orang tua harus memutuskan apa yang anaknya
harus makan, khususnya pada usia 1-3 tahun karena pada usia ini anak
bersifat konsumen pasif dan rentan terhadap penyakit gizi (KKP dan
anemia) .
Jenis makanan anak ini termasuk buah, kue, semua jenis makanan
lunak dan makanan berasa, disamping asi atau susu yang mungkin masih
diperlukan. Makanan lunak biasanya dikonsumsi bagi anak yang belum
memiliki geraham, anak berumur 1 ½ tahun – 2 tahun biasanya memiliki
geraham maka bisa diberikan makanan biasa asalkan tidak pedas,
16
berlemak, dan merangsang. Pemberian sayuran dan buah-buahan harus
bervariasi, minyak dapat diganti margarin, gula pasir dapat diganti gula
merah atau gula batu atau madu.
Usia toddler memerlukan minimum dua porsi (480 g) kelompok
susu setiap hari untuk memberikan protein, kalsium, riboflavin, dan
vitamin A da B12. Susu yang diperkaya memberikan vitamin D dan
tambahan vitamin A. Keseluruhan susu harus digunakan sampai toddler
mencapai usia 2 tahun untuk membantu meningkatkan asupan asam
lemak yang cukup. Separuh dari asupan protein toddler harus
mengandung nilai protein tinggi.
Pada usia toddler biasanya lebih menyukai makanan manis
seperti, cokelat, permen, dan eskrim. Sedangkan sayuran kurang disukai,
keadaan ini harus lebih diperhatikan agar anak dapat menyukai berbagai
jenis sayuran.
Makanan kecil boleh diberikan antara 2 waktu makan, sepanjang
tidak mengurangi selera makan. Dalam keadaan tertentu anak lebih
menyukai makanan kecil daripada makanan utama. Hal ini masih
diperbolehkan selama kandungan nutrien dalam makanan kecil tersebut
masih terpenuhi dan hal ini hanya bersifat sementara. Jadwal pemberian
makan untuk usia ini tidak berbeda dengan jadwal makan orang dewasa.
I. Tingkah laku todler dan cara menyikapinya
1. Agresif – suka memukul, menggigit, dan tingkah agresif lainnya.
Kemampuan berbahasa yang sedikit/terbatas, keinginan kuat
untuk melakukan sesuatu sendiri, dan belum terbentuknya kontrol
kemauan di otak membuat “Toddler” bertingkah laku agresif. Meski
demikian bukan berarti itu harus dibiarkan. “Toddler” harus diberitahu
bahwa kelakuan mereka tidak baik dan tunjukkan cara lain untuk
mangekspresikan perasaannya. Cara menyikapinya antara lain :
a. Turuti konsekuensi logis.
Jika anak misalnya: melempar bola kearah anak lain yang sedang
bermain, singkirkan dia, duduklah dengannya dan melihat anak-anak
17
lain bermain, jelaskan bahwa dia bisa bermain tanpa menyakiti
temannya, lalu tunggu sampai ia siap bermain. Hindari beralasan
dengannya, misalnya dengan menanyakan : Bagaimana kalau dedek
dilempar bola sama teman dedek? “Toddler” belum punya pikiran
dewasa/matang untuk bisa membayangkan dirinya di posisi orang
lain atau berubah tingkah lakunya karena pertanyaan tadi. Tapi
“Toddler” mengerti apa akibatnya/konsekuensinya.
b. Tetap tenang
Membentak, memukul, atau mengatakan kalimat tidak baik, tidak
akan mencegah tingkah lakunya bahkan anda membuatnya marah
dan juga memberi contah tidak baik yang akan ditiru. Sebenarnya
kalau anda tenang dan bisa mengendalikan amarah anda justru
mungkin menjadi langkah awal baginya untuk belajar mengotrol
kemarahannya
c. Beri batas jelas
Cobalah untuk segera merespon jika anak anda agresif. Jangan
tunggu sampai dia memukul adiknya untuk ketiga kalinya baru anda
menegurnya. Dia harus segera tahu bahwa dia salah. Beberapa saat
dia akan menghubungkan perbuatan dan akhirnya dia mengerti
bahwa jika dia memukul, menggigit dan kenakalan lainya maka dia
akan disingkirkan
d. Disiplin secara konsisten
Jika setiap tingkah laku tidak baik dia diberi “Toddler” maka dia
akan sadar konsekuensi kenakalannya
e. Ajarkan alternatif
Tunggu sampai anak anda sudah tenang lalu jelaskan dengan lembut
apa yang terjadi, tanyakan apa yang membuatnya marah. Katakan
bahwa marah itu wajar tapi tidak boleh ditunjukkan dengan
memukul, mengigit, menendang, dll. Ajarkan cara efektif kalau dia
sedang marah dengan adeknya, misalnya ajarkan dia berkata “adek
jangan begitu!”, “adek jangan nakal!” dsb. Atau ajarkan dia minta
18
bantuan pada yang lain, misal: orang tua, kakak, atau yang lain.
Pastikan bahwa anak anda mengerti kata “maaf”. Dia harus minta
maaf kalau berbuat salah. Mungkin kata maaf itu tidak tulus pada
awalnya tapi lama kelamaan dia akan terbiasa mengatakannya ketika
menyakiti orang lain
f. Beri penghargaan untuk tingkah laku yang baik
Dari pada memberi perhatian pada saat ia berbuat salah, cobalah
memperhatikannya ketika dia berbuat baik dan pujilah. Misalnya,
ketika ada anak lain sedang bermain ayunan, anak anda minta
bergantian alih-alih mendorong anak lain itu dari ayunan. Pujilah dia
misalnya: “wah, anak mama pinter sekali mau minta bergantian
ayunan!”. Pada saat itu anak anda akan sadar akan kekuatan kata-
kata
g. Batasi waktu nonton TV
Kartun dan acara anak-anak lainnya sering berisikan hal negatif.
Cobalah monitor acara yang dia tonton, apalagi dia type anak
agresif. Menontonlah dengan anak anda, dan jelaskan padanya
situasi apa yang sedang dilihat. Perkumpulan Dokter Anak Amerika
menganjurkan anak di bawah usia 2 tahun tidak menonton TV sama
sekali
h. Berikan tempat leluasa
Bagi anak yang sangat agresif, rumah bisa menjadi “teror” baginya.
Beri dia waktu bermain yang banyak, sebaiknya di luar rumah, untuk
“menguapkan” kemauannya
i. Jangan ragu untuk meminta bantuan
Terkadang anak agresif butuh intervensi lebih jauh dari yang orang
tua bisa lakukan. Perlakuan agresifnya lebih sering, membuat takut
atau selalu mengganggu anak lain, dan usaha anda hanya sedikit
sekali hasilnya. Bicaralah dengan dokter anak atau psikolog anak,
ingat anak anda masih sangat muda, masih banyak kesempatan untuk
berubah, jangan putus asa. Kalau anda sabar dan konsisten dalam
19
memberi asuhan yang tepat, maka kenakalan atau kelakuan buruknya
hanya akan menjadi masa lalunya.
2. Bandel (tidak punya perhatian) / Hyperaktif
Diagnosa kelainan perilaku ini sulit ditegakkan dibawah usia 6
tahun, karena orang tua sering menganggapnya wajar. Ciri khasnya
adalah anak tidak bisa mengendalikan diri dimanapun ia berada.
a. Gejala
1) Sering kali gagal menyelesaikan tugas / permainannya.
2) Tidak dapat berkonsentrasi atau mudah terganggu, dan
cenderung tidak mau mendengar
3) Tidak mau menuruti perintah
4) Sulit mengatur aktifitasnya
5) Sering tidak memperhatikan dan ceroboh
6) Sering gelisah
7) Suka berlari-lari atau memanjat-manjat
8) Sulit bermain dengan tenang
9) Sering menjawab sebelum pertanyaan selesai
10) Tidak mau menunggu gilirannya
b. Penyebab
Penyebabnya yang pasti belum diketahui, tapi ada beberapa
hal yang mempengaruhi:
1) Genetik
2) Neurologikal, tidak mampu mengatur level neurotransmitter
(zat yang mengirim pesan ke otak) seperti Dopamine
3) Penyalah gunaan obat dan alcohol oleh ibu hamil
4) Trauma kecil di otak
5) Konsumsi gula dan zat aditif lainya dalam makanan bayi.
c. Apa Yang Dapat Anda Lakukan
Langkah pertama adalah menerima bahwa anak anda
mempunyai kelainan perilaku. Tapi jangan putus asa, anak anda
20
mungkin adalah calon ilmuwan atau sutradara film, hanya saja anda
harus tahu bagaimana mengasuhnya begitu juga dengan
lingkungannya.
Berikut adalah cara memulainya:
1) Minta dukungan semua pihak : Mintalah kerabat dekat, teman
dekat, guru dan siapa saja yang bisa memberi support untuk
membantu mengatasi/memahami perilaku anak anda.
2) Rubahlah suasana : Hilangkan sumber-sumber overstimulasi
atau distraksi(gangguan) di lingkungan anak anda. Buatlah
kamarnya rapi, simpanlah mainan extra. Di sekolah minta
bantuan guru untuk selalu mengawasinya dan untuk
menjauhkan dari teman atau objek yang dapat mengganggunya
3) Buatlah harinya terstruktur : Toddler biasanya merespond
terhadap rutinitas. Jadwal yang teratur mengurangi
ketegangannya. Pastikan bahwa ia tahu waktu makan, waktu
tidur siang, waktu mandi, dll. Hal itu juga membantu anak
anda fokus terhadap tugasnya.
4) Berilah penghargaaan, jangan menghukum
5) Mungkin anda tahu betapa sia-sianya menghukum anak anda,
anda belum tahu betapa betapa bermanfaat penghargaan
meskipun sederhana. Pujilah hal-hal yang baik yang ia lakukan
(misal: “Wah, bersih sekali giginya, anak mama pintar gosok
gigi!”), atau beri ia hadiah kecil. Anak anda akan senang dan ia
akan mengulangi perbuatan yang anda puji atau beri hadiah itu
untuk mendapat perasaan yang sama lagi. Lama kelamaan
perasaan senang melakukan hal yang baik itu akan muncul dari
dalam dan ia akan tetap melakukannya meskipun tanpa hadiah
3. Suka Berteriak
a. Anak suka berteriak
Ketika mereka menginginkan perhatian orang tuanya. Ini
adalah cara mereka berkata: “Hey lihat aku”. Ada juga yang
21
melakukannya karena menginginkan sesuatu yang tidak
diperbolehkan, dalam hal ini mereka ingin mengatakan: “Pokoknya
aku minta itu, berikan padakusekarang!”
Cara menyikapinya :
Meneriaki anak anda supaya diam adalah percuma. Jalan
terbaik adalah mencegah hal itu terjadi dan mengalihkan
perhatiannya ketika dia berteriak. Cukupilah Kebutuhannya Ketika
Anda Pergi Sedapat mungkin sebelum anda pergi Pastikan bahwa ia
kenyang, sudah buang air, dan cukup istirahat. Bawa Ke Toko Atau
Restoran Yang Ramai Jika ia berteriak di tempat yang ramai/brisik,
maka anda akan tidak begitu dipermalukan dan ia juga malas
meneruskan berteriak.
Minta Ia Merendahkan Suaranya Kalau anak anda menjerit
senang, biarkanlah. Tapi kalau itu mengganggu anda, mintalah ia
merendahkan tapi jangan mengomelimya. Rendahkan suara anda
sehingga dia kan mereda untuk mendengarkan anda, dan dengan
pelan katakan: “Mama tidak suka mendengar teriakan, sayang”.
Buatlah Permainan Anda ikut berteriak ketika ia berteriak, katakan:
“Ayo lomba teriak”, lalu rendahkan volume suara dan katakan:
“Sekarang lomba berbisik”. Atau tutup telinga anda. Bisa juga
dengan mengatakan: “Wah suaranya seperti singa, sekarang coba
suara ular, bisa tidak?!” Ketahuilah Perasaannya Jika anak anda
berteriak karena minta perhatian, tanyakan diri anda apakah ia
berpura – pura atau benar-benar tidak nyaman. Jika ia tidak nyaman
di tempat tertentu dimana ia berada saat itu, bawalah ke tempat lain.
Jika ia sudah mulai bosan lagi katakan: “Mama tahu kamu mau
pulang tapi tunggu sebentar ya, kita sudah hampir selesai”. Dengan
begitu ia bukan cuma senang karena anda tahu perasaannya, tapi itu
dapat juga membantunya belajar mengungkapkan perasaannya
dengan kata-kata. Jika anak anda berteriak karena minta sesuatu
yang anda pegang. Jangan langsung berikan, karena ia akan
22
ketagihan dan akan mengulanginya lagi setiap ia minta sesuatu.
Coba katakan: “Mama mau berikan roti ini kalau kita sudah sampai
rumah” atau katakan: “Mama mau berikan roti ini asalkan tidak
rewel lagi”. Buatlah Ia Sibuk : Ajaklah bermain-main,Ketika anda
keluar dengannya katakan apa yang sedang anda lakukan, apa yang
terjadi atau yang ada di sekitar anda, dll. Dia akan diam kalu dia
sibuk. Atau mintalah ia membantu anda mengambil barang yang
anda beli di super market, ajak ia bernyanyi, ciptakan lagu-lagu yang
dari apa yang sedang anda kerjakan. Anak anda akan merasa senang.
Berikan Mainan dan Snack, Berilah sesuatu sebelum ia berteriak
memintanya. Jika anda menunggu sampai ia berteriak berarti anda
mengajarkannya bahwa ia baru diberi sesuatu setelah ia berteriak.
Jangan Peduli Kata Orang.Banyak ibu-ibu yang bermasalah dengan
anaknya yang suka menjerit merasa malu dengan pandangan negatif
orang. Bila anak anda berteriak di tempat yang tenang dan
mengganggu suasana, bawalah keluar, alihkan ke tempat lain. Bila
anda berteriakdi keramaian, jangan peduli kata orang, tapi sikapilah
anak anda sebaimana mestinya.
4. Persaingan Saudara (SIBLING RIVALRY)
Meski pun keluarga besar mendatangkan kesenangan,tapi dapat
juga mendatangkan masalah persaingan saudara kandung atau dikenal
dengan (SIBLING RIVALRY). Walau bagaimana pun anda berusaha
berlaku adil, anak anda akan tetap bersaing untuk mendapat perhatian
dan kasih sayang yang lebih dari anda. Beberapa cara yang sering
dilakukan antara lain ; Bertengkar, berkelahi, mengolok-
olok,mengganggu, dan suka mengadukan apa yang dilakukan
saudaranya.
Cara menyikapinya sebelum Kelahiran Sang Adik :
a. Siapkan anak anda untuk kedatangan sang adik.
23
Kira-kira tiga atau empat bulan sebelum kelahiran, katakan kepada
anak anda dengan jujur tentang kedatangan sang adik. Biarkan ia
memegang perut anda dan merasakan gerakan janin. Gambarkan
perubahan yang akan terjadi di rumah dengan barang – barang baru
ketika adiknya lahir. Tanyakan bagaimana perasaannya, yakinkan
bahwa anda tetap menyayangi nya.
b. Suruh anak sebagai dekorator kamar.
Ajak anak anda membantu menyiapkan kamar bayi dan mengambil
barang – barang yang di perlukan untuk kamarnya atau membuat
dekorasi. Jika perlu pindahkan ia ke kamar lain, lakukan hal ini
beberapa bulan sebelum kelahiran sehingga ia tidak merasa
disisihkan.
c. Jelaskan apa yang akan terjadi saat anda melahirkan.
Kira-kira dua minggu sebelum melahirkan, siapkan anak anda
untuk ketidak beradaan. Jika ada keluarga, teman atau baby sitter
yang akan mengasuh anak anda selama anda di rumah sakit,
sebaiknya orang itu sudah tinggal bersama anda selama satu atau
dua minggu sebelum anda melahirkan. Setelah kelahiran suruhlah
anak anda anak anda menjenguk anda dan adik barunya, sehingga
ia merasa bahwa ia adalah bagian penting dari keluarga. Setelah
anda anda dan bayi pulang
d. Libatkan “toddler” dalam mengurusi adik barunya.
Ketika anda memandikan bayi suruh toddler anda yang memegang
handuknya atau membantu menyabuninya. Ketika anda jalan-jalan
bersama biarkan dia yang mendorong stroller adiknya dengan
bantuan anda. Jika dia minta menggendong adiknya sedangkan dia
belum kuat, letakkan bayi anda di pangkuannya dan anda duduk di
sebelahnya untuk memeganginya. Suruh “toddler” anda menghibur
adiknya. Bayi dan anak – anak mudah diajak bercanda dan sangat
apresiatif, dengan hiburan sederhana saja adiknya akan tertawa,
dengan begitu “toddler” anda bukan saja senang mendapat
24
perhatian tapi jiga bangga bisa membuat adiknya tertawa. Jika
“toddler” belum mau dilibatkan dalam mengurusi adiknya, jangan
dipaksa, dia akan peduli sendiri pada saatnya.
e. Berilah waktu “Ibu” yang banyak Adalah wajar jika toddler anda
cemburu, karena tiba-tiba ada anggota keluarga lain yang menyita
lebih banyak waktu dan perhatian anda. Berikan waktu khusus
untuknya walaupun cuma sebentar, misalnya menggambar,
menyusun balok, membaca cerita, main game atau melihat album
photo, dsb. Lakukan hal tersebut terutama pada saat bayi anda tidur.
Tunjukkan photonya waktu bayi dan ceritakan bahwa dia dulu sama
seperti adiknya, maka dia bisa lebih toleran pada adiknya.
f. Bersiaplah untuk keagresifan si “Toddler” Anak yang cemburu
biasanya mengekspresikan perasaannya dengan memukul atau
melempar sesuatu pada saudaranya. Cegahlah tapi jangan
memperolok atau menghukum secara fisik. Kalau anda
memukulnya maka ia akan balas dendam dengan adiknya suatu saat.
Cukup katakan: “Memukul itu tidak bagus, adek kan tidak
menyakiti kakak, dan kakak lebih kuat dari pada adek”. Beri ia
“time out” supaya ia berfikir bahwa ia salah. Jika anak anda agresif
jangan biarkan mereka berdua saja. Jauhkan benda-benda tajam.
g. Bantulah mereka bekerja sama Carilah kesempatan /permainan yang
dapat membuat mereka bekerja sama, misalnya: membuat benteng
dari tumpukan bantal, membereskan mainan mereka bersama, main
sandiwara, dan lain-lain.
h. Jangan Menanggapi pengaduan Jika anak anda datang pada anda
dan mengadukan sesuatu tentang saudaranya, katakan padanya
bahwa anda tidak senang mendengar pengaduan. Jelaskan bahwa
anda tidak mau memihak pada anak yang ingin membuat masalah
pada yang lain. Jika mengadukan saudara yang dalam bahaya atau
terluka barulah anda mau mendengarkannya
J. Terapi Bermain Usia Toodler
25
1. Definisi Bermain
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan atau kepuasan. Bermain merupakan cerminan
kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan bermain merupakan media
yang baik untuk belajar karena dengan bermain anak-anak akan berkata-
kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan,
melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan mengenal waktu, jarak,
serta suara (Wong, 2000).
Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan
aspek terpenting dalam kehidupan anak, serta merupakan satu cara yang
paling efektif untuk menurunkan stres pada anak, dan penting untuk
kesejahteraan mental dan emosional anak (Champbell dan Glaser, 1995)
2. Fungsi Bermain
Ada beberapa fungsi bermain antara lain:
a. Perkembangan sensoris-motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik
merupakan komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain
aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat
permainan yang digunakan untuk bayi yang mengembangkan
kemampuan sensoris-motorik dan alat permainan untuk anak usia
toddler dan prasekolah yang banyak membantu perkembangan
aktivitas motorik baik kasar maupun halus
b. Perkembangan intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi
terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama
mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur, dan membedakan objek.
Pada saat bermain pula, anak akan melatih diri untuk memecahkan
masalah. Pada saat anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya
terlepas dan anak dapat memperbaikinya, maka ia telah belajar
memecahkan masalahanya melalui eksplorasi alat mainannya dan
untuk mencapai kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan
26
imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan
eksplorasi seperti ini, anak semakin terlatih kemampuan
intelektualnya.
c. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi
dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan sosial dan belajar memecahkan masalah
dari hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak
belajar berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara,
dan belajar tentang nilai sosial yang ada pada kelompoknya. Hal ini
terjadi terutama pada anak usia sekolah dan remaja. Meskipun
demikian, anak usia toddler dan prasekolah adalah tahapan awal bagi
anak untuk meluaskan aktivitas soaialnya di luar lingkungan keluarga
d. Perkembangan kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya kedalam bentuk objek dan / atau kegiatan yang
dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan
mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan
membongkar dan memasang satu alat permainan akan merangsang
kreativitasnya untuk semakin berkembang
e. Perkembangan kesadaran diri
Melalui bermain, anak akan mengembangkan kemampuannya dalam
mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal
kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain dan
menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan
mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain. Misalnya,
jika anak mengambil mainan temannya sehingga temannya menangis.
Anak akan belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti
temannya. Dalam hal ini, penting peran orang tua untuk menanamkan
nilai moral dan etika terutama dalam kaitannya dengan kemampuan
27
untuk memahami dampak positif dan negatif dari perilakunya
terhadap orang lain
f. Perkembangan moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama
dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak
akan mendapat kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut
sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan
diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya.
Melalui kegiatan bermain, anak juga akan belajar nilai norma dan
etika, belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah,
serta belajar bertanggung jawab atas segala tindakan yang telah
dilakukannya. Misalnya, merebut mainan teman merupakan perbuatan
yang tidak baik dan membereskan alat permainan sesudah bermain
adalah membelajarkan anak untuk bertanggung jawab terhadap
tindakan serta barang yang dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan
kognitifnya, bagi anak usia toddler dan prasekolah, permainan adalah
media yang efektif untuk mengembangkan nilai moral dibandingkan
dengan memberikan nasehat. Oleh karena itu, penting peran orang tua
untuk mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas bermain dan
mengajarkan nilai moral, seperti baik/buruk atau benar/salah
g. Bermain dengan terapi
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut,
cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari
hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stresor
yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan
permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stres yang
dialaminya karena dengan melakukan permainan, anak akan
mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan
relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan.
3. Tujuan Bermain
28
Melalui fungsi yang terurai diatas, pada prinsipnya bermain mempunyai
tujuan sebagai berikut :
a. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal
pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan
perkembangannya. Walaupun demikian, selam anak dirawat di rumah
sakit, kegiatan sitimulasi pertumbuhan dan perkembangan masih harus
tetap dilanjutkan untuk menjaga kesinambungannya
b. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
c. Mengembangkan kreativitas dan kemampuannya memecahkan
masalah
d. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan
dirawat dirumah sakit
4. Jenis Permainan Anak Usia Toodler
Anak usia toddler menunjukkan karakteristikyang khas, yaitu
banyak bergerak, tidak bias diam dan mulai mengembangkan otonomi
dan kemampuannya untuk mandiri. Oleh karena itu, dalam melakukan
permainan, anak lebih bebas, spontan, dan menunjukkan otonomi baik
dalam memilih mainan maupun dalam aktivitas bermainnya. Anak
mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Oleh karena itu seringkali
mainannya dibongkar-pasang, bahkan dirusaknya. Untuk itu harus
diperhatikan keamanan dan keselamatan anak dengan cara tidak
memberikan alat permainan yang tajam dan menimbulkan perlukaan.
Jenis permainan yang tepat dipilih untuk anak usia toddler adalah :
a. Solitary play
Pada permainan ini, anak tampak berada dalam kelompok permainan,
tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya,
dan alat permainan tersebut berbeda dengan alat permainan yang
digunakan temannya, tidak ada kerja sama, ataupun komunikasi
dengan teman sepermainannya
b. Parallel play
29
Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat permainan yang
sama, tetapi antara satu anak dengan anak lainnya tidak terjadi kontak
satu sama lain sehingga antara anak satu dengan anak lain tidak ada
sosialisasi satu sama lain. Biasanya permainan ini dilakukan oleh anak
usia toddler
Pada anak usia 1 sampai 2 tahun lebih jelas terlihat anak
melakukan permainan sendiri dengan mainannya sendiri, sedangkan
pada usia lebih dari 2 tahun sampai 3 tahun, anak mulai dapat
melakukan permainan secara parallel karena sudah dapat
berkomunikasi dalam kelompoknya walaupun belum begitu jelas
karena kemampuan berbahasa belum begitu lancar. Jenis alat
permainan yang tepat diberikan adalah boneka, pasir, tanah liat dan
lilin warna-warni yang dapat dibentuk benda macam-macam
5. Prinsip Permainan Pada Anak di Rumah Sakit
a. Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang
dijalankan pada anak. Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih
permainan yang dapat dilakukan di tempat tidur, dan anak tidak boleh
diajak bermain dengan kelompoknya di tempat bermain khusus yang
ada di ruangan rawat
b. Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan
sederhana
c. Permainan harus mempertimbangkan keamanan anak
d. Permainan harus melibatkan kelompok umur yang sama
e. Melibatkan orang tua
6. Keuntungan Bermain Pada Anak di Rumah Sakit
a. Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat
b. Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk
mandiri. Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan
perasaan mandiri pada anak
30
c. Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya memberikan rasa
senang pada anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan
perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih tegang dan nyeri
d. Permainan yang terapeutuk akan dapat meningkatkan kemampuan
anak untuk mempunyai tingkah laku yang positif
7. Tujuan Bermain di Rumah Sakit
Kebutuhan bermain mengacu pada tahapan tumbuh kembang anak,
sedangkan tujuan yang ditetapkan harus memperhatikan prinsip bermain
bagi anak di rumah sakit yaitu menekankan pada upaya ekspresi sekaligus
relaksasi dan distraksi dari perasaan takut, cemas, sedih, tegang dan nyeri.
31
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Usia batita merupakan masa keemasan bagi perkembangan anak. Pada
usia 1-3 tahun inilah perkembangan otak, psikologi, sosial, dan fisik anak
berjalan dengan cepat. Tahap-tahap perkembangan batita dapat dilihat dari
bertambahnya kemampuan anak dalam bersosialisasi, perkembangan mental,
dan aktifitas fisiknya.
Perkembangan batita sejatinya merupakan perkembangan yang sangat
cepat hingga mau tidak mau, orang tua harus selalu waspada dan selalu
bersiap untuk “terkejut” melihat perkembagan batita mereka.
B. Saran
Hal – hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan didikan anak usia
toddler dengan tujuan meningkatkan kecerdasan anak perlu diperhatikan
perkembangan dan pertumbuhannya dalam aspek fisik dan pisikis yang
didampingi dengan perhatian pula pada gangguan – gangguan yang dialami
oleh anak dan cara penanggulangan serta cara mengatasinya.
32
DAFTAR PUSTAKA
Nelson. 2000. “Ilmu Kesehatan Anak.” Jakarta : EGC.
Sal Severe, Ph.D. 2003. “ Bagaimana Bersikap Pada Anak.” Jakarta : Gramedia.
Wong, dkk. 2008. “Buku Ajar Keperawatan Pediatrik.” Jakarta : EGC.
http://www.medicinesia.com/kedokteran-klinis/tumbuh kembang/perkembangan-anak-masa-t s oddler-dan-school-age/ diunduh tanggal 9 Januari 2013 pukul 20.15.
33