tinjauan pustaka, dapus, saran ksimpulan.doc

Upload: amanda-samurti-pertiwi

Post on 18-Oct-2015

28 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seperti kita ketahui bisnis penerbitan buku merupakan sebuah bisnis yang sangat menjanjikan prospeknya. Di era yang serba digital sekarang ini banyak orang memperkirakan bahwa usaha penerbitan akan mengalami penurunan. Faktanya, justru di era sekarang ini banyak penerbit yang sukses karena dukungan teknologi sehingga memudahkan mereka dalam mencari naskah-naskah dan penulis. Banyak penerbit-penerbit besar sekarang yang memulainya dari nol. Pada awalnya, dengan menerbitkan beberapa judul buku kemudian berkembang menjadi banyak judul buku sehingga semakin berkembang. Tak jarang, beberapa penerbit baru yang berdiri kurang dari 5 tahun sudah menjadi penerbit yang sukses dan buku-bukunya sangat diminati oleh Pasar. ( Lahudin, 2010 )

Harus diakui dengan jujur bahwa bisnis buku pelajaran sekolah merupakan bidang usaha yang sangat menggiurkan. Pemerintah sendiri sampai saat ini tampaknya belum mampu menyediakan jumlah buku pelajaran (buku teks) untuk satu murid satu buku, kecuali untuk lima mata pelajaran di sekolah dasar dan mata pelajaran pokok di sekolah lanjutan tingkat pertama. Padahal, untuk menuntaskan program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun (yang direncanakan tuntas pada tahun 2008) diperlukan jatah satu buku untuk setiap murid untuk setiap mata pelajaran. Dari sekitar 550 penerbit yang ada sekarang, sebagian besar penerbit menjadikan buku pelajaran sekolah sebagai tulang punggung bisnisnya. Hanya sebagian kecil penerbit yang menjadikan buku-buku umum sebagai andalan bisnisnya. Itu pun umumnya adalah penerbit-penerbit yang sudah mapan. Adanya privatisasi dan semangat otonomi daerah, pengadaan buku pelajaran sekolah dengan melibatkan pemerintah daerah dan penerbit swasta merupakan angin segar. Hal ini dapat dijadikan peluang sekaligus tantangan bagi para penerbit untuk menerbitkan buku-buku pelajaran sekolah. Beberapa waktu lalu (19962000), pemerintah telah menenderkan pengadaan buku pelajaran sekolah sampai dengan jenjang SMP. Untuk proses penyeleksian, Departemen Pendidikan Nasional melalui Pusat Perbukuan telah membentuk Panitia Nasional Penilaian Buku Pelajaran (PNPBP) yang terdiri atas berbagai unsur, seperti Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dari Menengah, guru, dosen, para pakar bidang studi dan bidang pendidikan, dan departemen lain yang terkait (Pusat Bahasa dan Pusat Penilaian Pendidikan). PNPBP yang dikoordinasikan oleh Pusat Perbukuan Depdiknas telah melakukan penilaian terhadap buku-buku yang disusun untuk dijadikan buku pelajaran yang disusun oleh penerbit swasta dan mendapat persetujuan Dinas Pendidikan masing-masing daerah (kabupaten/kota), sesuai dengan dana yang tersedia di masing-masing daerah tersebut. Proses pangadaan buku seperti itu memungkinkan buku pelajaran untuk satu provinsi/kabupaten/kota dengan provinsi/kabupaten/kota lainnya bisa berbeda-beda. Misalnya, buku pelajaran untuk provinsi DKI Jakarta menggunakan buku pelajaran A; sementara provinsi Kalimantan Barat menggunakan buku pelajaran B. Namun, bobot dan materi buku yang lolos uji itu memiliki kualitas yang relatif sama karena Pusat Perbukuan telah mengeluarkan rambu-rambu/pedoman yang dapat dijadikan sebagai pegangan oleh para penulis, penerbit, dan daerah yang memberikan rekomendasi itu. ( Kurniawan )

Kecelakaan kerja merupakan salah satu masalah bagi sebuah perusahaan. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi namun timbulnya korban jiwa pekerja. Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan kerugian bagi perusahaan karena diperlukan waktu untuk mencari atau mendidik sumber daya manusia yang sesuai perusahaan. Kerugian yang langsung yang nampak dari timbulnya kecelakaan kerja adalah biaya pengobatan dan kompensasi kecelakaan. Sedangkan biaya tak langsung yang tidak nampak ialah kerusakan alat-alat produksi, penataan manajemen keselamatan yang lebih baik, penghentian alat produksi, dan hilangnya waktu kerja. Di Indonesia sendiri sangat sulit menentukan jumlah angka kerugian materi yang muncul akibat dari kecelakaan kerja. Hal ini karena setiap kejadian kecelakaan kerja perusahaan bersangkutan tidak berkenan menyampaikan kerugian materi yang mereka derita. Sepanjang Tahun 2009 Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans) mencatat 54.398 kasus kecelakaan kerja di Indonesia, hal ini disebabkan kurangnya jumlah pengawas perkerjaan, dan kurangnya partisipasi pihak-pihak yang menjaga dan mengawasi sesuai standar dalam UU No.1 tahun 1970 dan UU No.13 tahun 2003. (ITS, 2011)Keselamatan dan perlindungan tenaga kerja di Indonesia masih minim. Ini terlihat dari banyaknya jumlah kecelakaan kerja di 2011 dengan jumlah 96.400 kecelakaan. Dari 96.400 kecelakaan kerja yang terjadi, sebanyak 2.144 pekerja diantaranya tercatat meninggal dunia dan 42 lainnya cacat. Data dari ILO (International Labour Organization,) dalam rentan waktu rata-rata per tahun terdapat 99.000 kasus kecelakaan kerja dan 70% diantaranya berakibat fatal yaitu kematian dan cacat seumur hidup. Data dari ILO (International Labour Organization) menyatakan kerugian empat persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia atau Rp 280 triliun. (Menakertrans, 2012)Ilmu keselamatan dan kesehatan kerja yang merupakan bagian dari Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni dalam pengelolaan hazard (bahaya) dan resiko agar tercipta kondisi tempat kerja yang aman dan sehat. Tujuan utama dari kesehatan lingkungan kerja adalah melindungi pekerja dan masyarakat sekitar suatu tempat usaha dari bahaya bahaya yang mungkin timbul. ( FKUI )Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama. Artinya semua pekerja industri baik sektor formal ataupun informal berhak mendapatkan perlindungan dari segi keselamatan dan kesehatan kerja. (Anonim, 2012)Berdasarkan kenyataan yang ada , bahwa belum banyak pengulasan tentang bahaya kerja dan penerapan K3 pada usaha penerbitan buku, maka kami tertarik untuk melakukan pengamatan terhadap salah satu usaha penerbitan buku, yaitu Gunung Pesagi, yang terletak di Jalan Tamin No. 57-a Sukajawa, Bandar Lampung.

1.2. Tujuan

Tujuan dari kegiatan walk through survey ini yaitu: Mengenali dan mengidentifikasi faktor risiko terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja yang ada di tempat kerja

Identifikasi gangguan kesehatan yang mungkin timbul dengan adanya faktor risiko

Mempelajari upaya perlindungan dan pencegahan yang telah dilakukan di tempat kerja

Memberikan rekomendasi di tempat kerja untuk peningkatan upaya K3 di tempat kerja sesuai dengan perkembangan IPTEK yang mutakhir.

1.3. Manfaat

Manfaat dari kegiatan walk through survey ini yaitu: Memberikan pengalaman dan pengetahuan tentang walk through survey Memberikan sosialisasi tentang pentingnya penggunaan APD (alat pelindung diri) untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerjaBAB II

HASIL KUNJUNGAN

2.1. Informasi Umum

Walk through survei dilakukan di kantor penerbitan buku Gunung Pesagi yang berlokasi di Jalan Tamin No. 57-a Sukajawa, Bandar Lampung. Penerbitan buku ini milik bapak Rudi dengan jumlah tenaga kerja tetap 3 orang, 2 orang perempuan yaitu Lisa dan Sari yang mengatur bagian administrasi, dan 1 laki-laki yaitu Ardi yang mengatur bagian pergudangan. Sedangkan jumlah tenaga kerja free land tidak tetap karena hanya bekerja saat proses pendistribusian buku-buku. Kantor penerbitan buku ini memiliki luas kurang lebih 100 m2 yang meliputi lantai 1 dan lantai 2, keseluruhannya memiliki lantai keramik (kecuali lantai 2 yang hanya berlantaikan semen), beratapkan genteng, dan dinding yang di cat putih. Ruangan di kantor ini terbagi dalam 5 ruangan, yaitu ruang kerja pemilik kantor, ruang administrasi, ruang penyusunan dan penyimpanan buku sementara, kamar mandi, dan mushola beserta gudang penyimpanan buku di lantai 2. Waktu kerja pegawai adalah setiap hari Senin hingga Sabtu pukul 08.00-16.00 WIB, dan libur pada hari Minggu dan hari libur Nasional. Waktu istirahat para pekerjanya adalah pada pukul 12.00-13.00 WIB, yang digunakan pekerjanya untuk makan siang dan sholat. Penerbitan buku Gunung Pesagi ini bergerak di bidang pendistribusian buku-buku pelajaran, khususnya buku-buku pelajaran Bahasa Lampung. Di penerbitan ini, proses produksinya berawal dari penerimaan buku-buku dari percetakan yang telah bekerjasama dengan penerbitan ini, hingga pendistribusian buku-buku tersebut ke sekolah-sekolah maupun ke tempat lainnya.2.2. Alur Produksi

Buku dari percetakan

Pemindahan buku dari luar ke dalam ruanganPemindahan buku ke ruang penyusunan dan penyimpanan buku sementaraPembongkaran paket bukuPengecekan bukuPenghitungan bukuPengepakan/pembungkusan buku

Pemindahan dan penyusunan buku di gudang penyimpanan buku

Pendistribusian buku

Proses penerbitan buku milik pak Rudi ini memiliki tujuan akhir untuk mempromosikan serta memasarkan buku pelajaran ke sekolah-sekolah. Sebelum buku-buku ini di pasarkan, buku-buku ini harus melewati beberapa proses. Yang pertama adalah saat buku-buku ini baru diterima dari percetakan, buku ini akan di pindahkan dari luar ke dalam ruangan. Proses pemindahan buku ini di lakukan secara manual, yaitu dengan mengangkat menggunakan kedua tangan. Dalam tahap ini, pekerja tidak menggunakan alat bantu untuk memudahkan poses pemindahannya dan posisi tubuh saat mengangkatnya hanya disesuaikan dengan kenyamanan pekerja, sehingga dapat menimbulkan lecet-lecet pada tangan dan nyeri pada punggungnya apabila posisinya tidak benar.

Tahap selanjutnya adalah pemindahan buku ke ruang penyusunan dan penyimpanan buku sementara. Cara pemindahannya sama saja dengan tahap sebelumnya, namun ruangan yang di gunakan ini lebih kecil, dan tidak terdapat cukup pencahayaan dan ventilasi sebagai tempat pertukaran udara. Hal ini menyebabkan ruangan ini lebih gelap dan pengap.

Kemudian di ruang penyusunan dan penyimpanan buku sementara ini, buku-buku tadi di bongkar untuk di periksa satu per satu sehingga apabila ada kecacatan pada halamannya dapat diperbaiki, baik dengan menggunakan gunting maupun cuter. Hal tersebut harus di lakukan dengan teliti dan cermat, di tambah lagi harus di lakukan di ruangan yang kurang terang bila tidak di bantu oleh penerangan tambahan dan sirkulasi udara yang kurang baik. Hal ini dapat meningkatkan resiko timbulnya keluhan sakit kepala karena mata yang terlalu lelah serta suplai oksigen yang kurang terpenuhi.Tahap selanjutnya adalah penghitungan dan pengepakan atau pembungkusan buku-buku yang telah di periksa satu per satu tadi. Buku-buku tersebut di masukkan ke dalam 1 plastik tiap 100 buku, kemudian di plester. Buku-buku yang telah di bungkus itu kemudian di susun di gudang penyimpanan buku dan sebagian di simpan di lantai 2. Akses dari lantai 1 ke lantai 2 menggunakan tangga yang hanya di semen, tidak memiliki pegangan di pinggirannya, serta desainnya kurang sesuai, sehingga dapat membahayakan pekerjanya.

Tahap terakhirmya adalah distribusi buku-buku pelajaran ke sekolah-sekolah. Pendistribusian buku-buku ini dapat di lakukan dengan berbagai cara. Bisa menggunakan tenaga kerja lepas (sales), maupun dengan melayani pembelian langsung di kantor tersebut. Biasanya pekerja yang menangani tahap ini adalah bagian administrasi. Bagian administrasi akan melayani konsumen, kemudian mencatat buku-buku yang akan di distribusikan menggunakan komputer. Pada tahap ini letak komputer dan posisi duduk pekerja dapat berpengaruh pada kesehatan para pekerja. Jika letak komputer dan posisi duduknya salah (tidak ergonomis), maka dapat terjadi gangguan penglihatan dan musculoskeletal. Duduk terlalu lama juga tidak baik bagi kesehatan pekerja, karena dapat menyebabkan nyeri pada pinggang dan punggung.

2.3. Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Tidak ada program kesehatan dan keselamatan kerja di tempat ini. Namun apabila ada pegawai yang mengalami gangguan kesehatan, akan diberikan biaya tambahan untuk berobat.

2.4. Identifikasi Faktor Resiko

a. Pemindahan Buku1. Debu

Debu merupakan partikel-partikel zat yang disebabkan oleh pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan dan lain-lain dari bahan-bahan organik maupun anorganik. Debu ini dapat masuk kedalam tubuh melalui saluran pernafasan dan dapat pula menyebabkan alergi terhadap kulit. Dampak negatif dari debu terhadap kesehatan dapat berupa :

Iritasi dan alergi terhadap saluran pernafasan

Alergi terhadap kulit.2. Barang-barang berat yang di bawa menggunakan tangan dapat menyebabkan lecet atau luka gores pada tangan. Apabila barang-barang ini terjatuh maka dapat mengenai kaki.

3. Posisi kerja yang tidak benar / tidak ergonomis (seperti jongkok, membungkuk akan menimbulkan nyeri otot dan punggung).

b. Pembongkaran dan Pemeriksaan Buku1. Debu banyak dihasilkan pada kegiatan ini yaitu pada proses pembongkaran buku dan pemeriksaan buku. Debu ini dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan, serta dapat pula menyebabkan iritasi dan alergi terhadap saluran pernafasan dan kulit.

2. Sikap dan posisi kerja yang tidak benar / tidak ergonomis (seperti jongkok, membungkuk) akan menimbulkan nyeri otot dan punggung serta gangguan fungsi dan bentuk otot

3. Cara kerja kurang hati-hati dapat menimbulkan luka tersayat atau terpotong oleh alat-alat seperti gunting dan cuter.

4. Kurangnya pencahayaan dan sirkulasi udara di ruangan ini dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan pernapasan serta dapat menyebabkan meningkatnya keluhan sakit kepala.

c. Penghitungan dan Pembungkusan Buku1. Debu yang mungkin menempel di buku dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan serta dapat menyebabkan allergi pada kulit. Dampak negatif terhadap kesehatan dapat berupa :

a. Iritasi dan allergi saluran pernafasan,

b. Allergi terhadap kulit.

2. Cara kerja yang kurang hati-hati akan menimbulkan luka tersayat , terpotong, maupun tertimpa.

3. Kurangnya pencahayaan dan sirkulasi udara di ruangan ini dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan pernapasan serta dapat menyebabkan meningkatnya keluhan sakit kepala.

d. Penyusunan Buku1. Posisi kerja yang tidak benar / tidak ergonomis (seperti jongkok, membungkuk) akan menimbulkan nyeri otot dan punggung.

2. Desain ruangan termasuk akses yang menghubungkan lantai 1 dan 2 yang tidak tepat dapat membahayakan pekerja. Tangga yang hanya di semen memiliki ujung lantai yang tajam sehingga dapat menyebabkan kaki yang terbentur terluka. Kemudian tangga yang tidak memiliki pegangan di pinggirannya dapat menyebabkan orang yang melintasinya terjatuh. Dan desain yang tidak tepat, misalnya tinggi tangga yang tidak sesuai dapat menyebabkan kepala orang yang melintasinya terbentur.

3. Susunan buku yang terlalu tinggi dapat membahayakan pekerja karna apabila tidak seimbang dapat terjatuh sewaktu-waktu dan menimpa pekerja.

e. Pendistribusian Buku1. Posisi kerja yang tidak benar/tidak ergonomis pada saat pendataan atau pengangkatan buku (seperti jongkok, membungkuk) akan menimbulkan nyeri otot dan punggung. Selain itu jarak antara mata dan komputer yang tidak sesuai akan meyebabkan penurunan kemampuan penglihatan.

2. Cara kerja yang kurang hati-hati dapat menyebabkan terjatuhnya buku-buku dan dapat menimpa kaki pekerja.2.5. Alasan Pemilihan Topik PembahasanSetelah kami melakukan survei kami mendapatkan beberapa hazard seperti bahaya potensial fisik, kimia, dan ergonomic. Dari segi bahaya potensial fisik, terdapat pengaruh dari kurangnya pencahayaan dan sirkulasi udara. Selain itu terdapat penggunaan barang-barang seperti gunting dan cuter, yang di dalam penggunaannya harus hati-hati agar tidak melukai. Kemudian dari segi bahaya potensial kimia, terdapat pengaruh debu yang dapat mempengaruhi sistem pernapasan atau bahkan menyebabkan alergi. Sedangkan dari segi bahaya potensial ergonomic, terlihat dari desain ruangan yang kurang tepat, kemudian dari posisi pekerja saat melakukan pekerjaannya. Meskipun belum ada keluhan yang berarti dari para pekerjanya, namun menurut kami potensi-potensi bahaya seperti itu perlu di bahas secara jelas, sehingga nantinya dapat menghasilkan kesimpulan yang bisa di jadikan sebagai pemecahan dari masalah ini.

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

Bahaya yang terdapat pada lingkungan kerja menurut Kesehatan Kerja di Labkes.Masalah Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

A. Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Biasanya kecelakaan menyebabkan, kerugian material dan penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat.

Penyebab kecelakaan kerja dapat dibagi dalam kelompok :

1. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari:

a. Mesin, peralatan, bahan dan lain-lain

b. Lingkungan kerja

c. Proses kerja

d. Sifat pekerjaan

e. Cara kerja

2. Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia, yang dapat terjadi antara lain karena:

a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana

b. Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect)

c. Keletihanan dan kelemahan daya tahan tubuh.

d. Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik

Beberapa contoh kecelakaan yang banyak terjadi:

1. Terpeleset , biasanya karena lantai licin.

Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk kecelakaan kerja yang dapat terjadi

Akibat :

- Ringan memar

- Berat fraktura, dislokasi, memar otak, dll.

Pencegahan :

- Pakai sepatu anti slip

- Jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar

- Hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin) atau tidak rata konstruksinya.

- Pemeliharaan lantai dan tangga

2. Mengangkat beban

Mengangkat beban merupakan pekerjaan yang cukup berat, terutama bila mengabaikan kaidah ergonomi.

Akibat : cedera pada punggung

Pencegahan :

- Beban jangan terlalu berat

- Jangan berdiri terlalu jauh dari beban

- Jangan mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi pergunakanlah tungkai bawah sambil berjongkok

- Pakaian penggotong jangan terlalu ketat sehingga pergerakan terhambat.

3. Risiko terjadi kebakaran (sumber : bahan kimia, kompor) bahan desinfektan yang mungkin mudah menyala (flammable) dan beracun.Kebakaran terjadi bila terdapat 3 unsur bersama-sama yaitu: oksigen, bahan yang mudah terbakar dan panas.

Akibat :

- Timbulnya kebakaran dengan akibat luka bakar dari ringan sampai berat bahkan kematian.

- Timbul keracunan akibat kurang hati-hati.

Pencegahan :

- Konstruksi bangunan yang tahan api

- Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan yang mudah terbakar

- Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran

- Sistem tanda kebakaran

Manual yang memungkinkan seseorang menyatakan tanda bahaya dengan segera

Otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda secara otomatis

- Jalan untuk menyelamatkan diri

- Perlengkapan dan penanggulangan kebakaran.

- Penyimpanan dan penanganan zat kimia yang benar dan aman.( Depkes, 2010 )

Penyakit Akibat Kerja & Penyakit Akibat Hubungan Kerja

Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab, harus ada hubungan sebab akibat antara proses penyakit dan hazard di tempat kerja. Faktor Lingkungan kerja sangat berpengaruh dan berperan sebagai penyebab timbulnya Penyakit Akibat Kerja. Sebagai contoh antara lain debu silika dan Silikosis, uap timah dan keracunan timah. Akan tetapi penyebab terjadinya akibat kesalahan factor manusia juga (WHO). Berbeda dengan Penyakit Akibat Kerja, Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK) sangat luas ruang lingkupnya. Menurut Komite Ahli WHO (1973), Penyakit Akibat Hubungan Kerja adalah penyakit dengan penyebab multifaktorial, dengan kemungkinan besar berhubungan dengan pekerjaan dan kondisi tempat kerja. Pajanan di tempat kerja tersebut memperberat, mempercepat terjadinya serta menyebabkan kekambuhan penyakit.

1) Faktor Biologis

Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan favorable bagi berkembang biaknya strain kuman yang resisten, terutama kuman-kuman pyogenic, colli, bacilli dan staphylococci, yang bersumber dari pasien, benda-benda yang terkontaminasi dan udara. Virus yang menyebar melalui kontak dengan darah dan sekreta (misalnya HIV dan Hep. B) dapat menginfeksi pekerja hanya akibat kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena tergores atau tertusuk jarum yang terkontaminasi virus. Angka kejadian infeksi nosokomial di unit Pelayanan Kesehatan cukup tinggi. Secara teoritis kemungkinan kontaminasi pekerja LAK sangat besar, sebagai contoh dokter di RS mempunyai risiko terkena infeksi 2 sampai 3 kali lebih besar dari pada dokter yang praktek pribadi atau swasta, dan bagi petugas Kebersihan menangani limbah yang infeksius senantiasa kontak dengan bahan yang tercemar kuman patogen, debu beracun mempunyai peluang terkena infeksi

Pencegahan :

1. Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan, dan desinfeksi.

2. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan dalam keadaan sehat badani, punya cukup kekebalan alami untuk bekrja dengan bahan infeksius, dan dilakukan imunisasi.

3. Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang benar.

2) Faktor Kimia

Pencegahan :

1. Material safety data sheet (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada untuk diketahui oleh seluruh petugas.

2. Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah tertelannyabahan kimia dan terhirupnya aerosol.

3. Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan, celemek, jas pelindung) dengan benar.

5. Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.

3) Faktor Ergonomi

Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat, cara, proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya. Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan kuratif, secara popular kedua pendekatan tersebut dikenal sebagai To fit the Job to the Man and to fit the Man to the Job. Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan Kesehatan pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis, misalnya tenaga operator peralatan, hal ini disebabkan peralatan yang digunakan pada umumnya barang impor yang disainnya tidak sesuai dengan ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain)4) Faktor Fisik

Faktor fisik yang dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja meliputi:

1. Kebisingan, getaran akibat mesin dapat menyebabkan stress dan ketulian

2. Pencahayaan yang kurang dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan kecelakaan kerja.

3. Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja

4. Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar.

5. Terkena radiasi

Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya teknologi pemeriksaan, penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika tidak dikontrol dapat membahayakan petugas yang menangani.

Pencegahan :

1. Pengendalian cahaya

2. Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup memadai.

3. Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi

4. Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.

5. Pelindung mata untuk sinar laser

e. Faktor Psikososial

Beberapa contoh yang dapat menyebabkan stress :

1. pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan dan keramahan-tamahan

2. Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton.

3. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama teman kerja.

4. Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sector formal ataupun informal.

PENGENDALIAN PENYAKIT AKIBAT KERJA DAN KECELAKAAN MELALUI PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

A. Pengendalian Melalui Perundang-undangan (Legislative Control) antara lain :

1. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

2. Peraturan Menteri Kesehatan tentang higene dan sanitasi lingkungan.

3. Peraturan penggunaan bahan-bahan berbahaya

4. Peraturan/persyaratan pembuangan limbah dll.

B. Pengendalian melalui Administrasi / Organisasi (Administrative control) antara lain:

1. Persyaratan penerimaan tenaga medis, para medis, dan tenaga non medis yang meliputi batas umur, jenis kelamin, syarat kesehatan

2. Pengaturan jam kerja, lembur dan shift

3. Menyusun Prosedur Kerja Tetap (Standard Operating Procedure) untuk masing-masing instalasi dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaannya

4. Melaksanakan prosedur keselamatan kerja (safety procedures) terutama untuk pengoperasian alat-alat yang dapat menimbulkan kecelakaan (boiler, alat-alat radiology, dll) dan melakukan pengawasan agar prosedur tersebut dilaksanakan

5. Melaksanakan pemeriksaan secara seksama penyebab kecelakaan kerja dan mengupayakan pencegahannya.

C. Pengendalian Secara Teknis (Engineering Control) al.:

1. Substitusi dari bahan kimia, alat kerja atau proses kerja

2. Isolasi dari bahan-bahan kimia, alat kerja, proses kerja dan petugas kesehatan dan non kesehatan (penggunaan alat pelindung)

3. Perbaikan sistim ventilasi, dan lain-lain

D. Pengendalian Melalui Jalur kesehatan (Medical Control)

Yaitu upaya untuk menemukan gangguan sedini mungkin dengan cara mengenal (Recognition) kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat tumbuh pada setiap jenis pekerjaan di unit pelayanan kesehatan dan pencegahan meluasnya gangguan yang sudah ada baik terhadap pekerja itu sendiri maupun terhadap orang disekitarnya. Dengan deteksi dini, maka penatalaksanaan kasus menjadi lebih cepat, mengurangi penderitaan dan mempercepat pemulihan kemampuan produktivitas masyarakat pekerja. Disini diperlukan system rujukan untuk menegakkan diagnosa penyakit akibat kerja secara cepat dan tepat (prompt-treatment) Pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja yang meliputi:1. Pemeriksaan Awal

Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum seseorang calon / pekerja (petugas kesehatan dan non kesehatan) mulai melaksanakan pekerjaannya. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang status kesehatan calon pekerja dan mengetahui apakah calon pekerja tersebut ditinjau dari segi kesehatannya sesuai dengan pekerjaan yang akan ditugaskan kepadanya.

Pemerikasaan kesehatan awal ini meliputi:

Anamnese umum

Anamnese pekerjaan

Penyakit yang pernah diderita

Alergi

Imunisasi yang pernah didapat

Pemeriksaan badan

Pemeriksaan laboratorium rutin

Pemeriksaan tertentu:

Tuberkulin test

Psiko test

2. Pemeriksaan Berkala

Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan secara berkala dengan jarak waktu berkala yang disesuaikan dengan besarnya resiko kesehatan yang dihadapi. Makin besar resiko kerja, makin kecil jarak waktu antar pemeriksaan berkala. Ruang lingkup pemeriksaan disini meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus seperti pada pemeriksaan awal dan bila diperlukan ditambah dengan pemeriksaan lainnya, sesuai dengan resiko kesehatan yang dihadapi dalam pekerjaan.

3. Pemeriksaan Khusus

Yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada khusus diluar waktu pemeriksaan berkala, yaitu pada keadaan dimana ada atau diduga ada keadaan yang dapat mengganggu kesehatan pekerja. Sebagai unit di sektor kesehatan p engembangan K3 tidak, dalam hal memberikan pelayanan paripurna juga harus merambah dan memberi panutan pada masyarakat pekerja di sekitarnya, utamanya pelayanan promotif dan preventif. Misalnya untuk mengamankan limbah agar tidak berdampak kesehatan bagi pekerja atau masyarakat disekitarnya, meningkatkan kepekaan dalam mengenali unsafe act dan unsafe condition agar tidak terjadi kecelakaan dan sebagainya.

Pembagian jenis bahaya/potensial hazard menurut Occupational Health and Safety( Takele Tadesse, 2006) A. Bahaya FisikA. Suhu EkstremLingkungan kerja yang baik nyaman atau sangat dingin atau panas dan tidak nyaman. Bahaya fisik yang umum di sebagian besar industri adalah panas. Suhu ekstrim panas berlaku pada mereka yang bekerja di pengecoran atau dalam industri-industri di mana mereka menggunakan api terbuka untuk energi. Contoh ini termasuk pabrik sabun di industri besar dan di sektor informal yang menggunakan panas yang ekstrim untuk membentuk besi atau mengolah bahan lainnya.

Pengaruh suhu panas di tempat kerja meliputi:

1. Stres Panas

stres Panas adalah masalah umum di tempat kerja karena orang-orang dalam fungsi umum hanya dalam kisaran suhu yang sangat sempit seperti yang terlihat dari suhu inti diukur jauh di dalam tubuh. Fluktuasi suhu inti sekitar 2 0 C di bawah atau 3 0 C di atas suhu inti normal 37,6 0 C mengganggu kinerja nyata dan bahaya kesehatan yang ada. Ketika ini terjadi upaya tubuh untuk menangkal oleh:

Peningkatan denyut jantung

Kapiler di kulit melebar untuk membawa lebih banyak darah ke permukaan sehingga laju pendinginan meningkat.

Berkeringat untuk mendinginkan tubuh2. Heat stroke

Heat stroke terjadi ketika suhu tubuh meningkat dengan cepat dalam pekerja yang terkena lingkungan kerja di mana tubuh tidak mampu untuk mendinginkan diri secukupnya. Faktor predisposisi untuk stroke panas adalah aktivitas fisik yang berlebihan dalam kondisi panas yang ekstrim. Metode pengendalian Oleh karena itu, untuk mengurangi suhu sekitarnya atau untuk meningkatkan kemampuan tubuh untuk mendinginkan diri.

3. Kram Panas

kram Panas mungkin akibat dari paparan suhu tinggi untuk waktu yang relatif lama terutama jika disertai dengan tenaga berat atau berkeringat dengan kehilangan berlebihan garam dan kelembaban dari tubuh.

4. Panas Kelelahan

Ini juga hasil dari latihan fisik dalam lingkungan yang panas. Tanda-tanda dari masalah meliputi:

Suhu sedikit meningkat

Nadi lemah

Pusing

Berkeringat banyak

Dingin, kulit lembab, ruam panas

5. Stres Dingin

Stres dingin terutama dapat didefinisikan sebagai pengaruh lingkungan kerja eksternal (suhu sangat rendah yaitu kurang dari 6 0 C) dan ketidakmampuan resultan dari tubuh untuk mempertahankan suhu tubuh yang konstan internal. Aliran udara yang tinggi merupakan faktor penting di sini, karena akan meningkatkan efek stres dingin jauh. Hal ini sering disebut sebagai faktor angin dingin.

Kondisi khusus yang terjadi dalam cuaca dingin

1. Trench Foot

Cedera yang hasil dari paparan panjang kaki dengan kondisi basah terus pada suhu beku 10 0 C dengan sedikit gerakan menyebabkan perubahan dalam sirkulasi darah di kaki.

Hasil: hilangnya jari kaki atau bagian dari kaki.

Pengobatan: menjaga kaki kering dan hangat, melakukan latihan untuk sirkulasi yang baik.

2. Perendaman kaki

Perendaman kaki dalam air yang di bawah 10 0 C, untuk waktu yang lama, biasanya lebih dari 24 jam

3. Radang dingin

Cedera jaringan dari paparan intens dingin, bagian tubuh yang paling mudah membeku adalah pipi, hidung, telinga, dagu dahi, pergelangan tangan, tangan dan kaki.

Pencegahan

Mengenakan jumlah yang tepat hangat, longgar, pakaian kering.

Memijat wajah, tangan, dan kaki secara berkala untuk meningkatkan sirkulasi yang baik.

Pasukan bepergian dalam cuaca dingin, terutama di bagian belakang truk harus diizinkan untuk turun dan berolahraga secara berkala untuk memulihkan sirkulasi.

Jika pakaian menjadi basah, harus dikeringkan atau mengubah sekaligus.

B. Getaran

Getaran menyebabkan gangguan pembuluh darah dari perubahan senjata dan tulang di tulang kecil pergelangan tangan. Perubahan vaskular dapat dideteksi dengan pemeriksaan X-ray pergelangan tangan. Temuan yang paling umum adalah penghalusan dari lunate bone

C. Tekanan-Atmosfer (tinggi dan rendah)

Paparan peningkatan tekanan atmosfer (bawah air) menyebabkan nekrosis tulang aseptik sekitar lutut, pinggul dan bahu yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan sinar-X

D. Pengion dan Non-Pengion Radiasi

Radiasi memiliki berbagai energi membentuk spektrum elektromagnetik, yang digambarkan di bawah ini. Spektrum memiliki dua divisi utama: radiasi non-ionisasi dan pengion. Radiasi yang memiliki energi yang cukup untuk memindahkan atom dalam molekul sekitar atau menyebabkan mereka bergetar, tapi tidak cukup untuk memindahkan elektron, disebut sebagai "radiasi non-ionisasi." Contoh semacam ini radiasi gelombang suara, cahaya tampak, dan oven microwave. Radiasi yang termasuk dalam radiasi pengion "rentang memiliki energi yang cukup untuk memindahkan elektron dari atom terikat erat, sehingga menciptakan ion. Ini adalah jenis radiasi yang orang biasanya berpikir sebagai 'radiasi'. keuntungan dari sifat-sifatnya untuk menghasilkan tenaga listrik, untuk membunuh sel-sel kanker, dan dalam banyak proses manufaktur.

1. Radiasi nonionisasi

keuntungan dari sifat-sifat radiasi non-ionisasi

radiasi gelombang mikro - telekomunikasi dan memanaskan makanan

radiasi infra merah - lampu inframerah untuk menjaga makanan hangat di restoran

gelombang radio - penyiaran

Rentang radiasi non-ionisasi dari radiasi sangat rendah frekuensi, ditampilkan di paling kiri melalui terdengar, microwave, dan bagian terlihat spektrum ke kisaran ultraviolet. Sangat radiasi frekuensi rendah memiliki panjang gelombang yang sangat panjang (di urutan satu juta meter atau lebih) dan frekuensi di kisaran 100 Hertz atau siklus per detik atau kurang. Frekuensi radio memiliki panjang gelombang antara 1 dan 100 meter dan frekuensi di kisaran 1.000.000-100,000,000 Hertz. Oven microwave yang kita gunakan untuk memanaskan makanan memiliki panjang gelombang yang sekitar 1 seperseratus dari satu meter panjang dan memiliki frekuensi sekitar 2,5 miliar Hertz.

2. Radiasi pengion

Radiasi pengion memiliki banyak kegunaan praktis, tetapi juga berbahaya bagi kesehatan manusia. Kedua aspek diperlakukan bawah. Radiasi pengion adalah radiasi partikel baik atau radiasi elektromagnetik di mana sebuah partikel individu / foton membawa energi yang cukup untuk mengionisasi atom atau molekul dengan melepas satu elektron dari orbitnya. Jika partikel individu tidak membawa jumlah energi ini, pada dasarnya mustahil untuk bahkan banjir besar partikel menyebabkan ionisasi. Ini ionizations, jika cukup terjadi, bisa sangat merusak jaringan hidup, dan dapat menyebabkan kerusakan DNA dan mutasi. Contoh radiasi pengion partikel yang mungkin elektron energik, neutron, ion atom atau foton. Radiasi elektromagnetik dapat menyebabkan ionisasi jika energi per foton, atau frekuensi, cukup tinggi, dan dengan demikian panjang gelombang cukup pendek. Jumlah energi yang diperlukan bervariasi antara molekul yang terionisasi. Sinar X-ray, dan gamma akan mengionisasi hampir semua molekul atau atom. Jauh ultraviolet, ultraviolet dekat dan cahaya tampak yang pengion untuk beberapa molekul, gelombang mikro dan gelombang radio radiasi non-ionisasi. Namun, cahaya tampak begitu umum bahwa molekul yang terionisasi oleh itu sering akan bereaksi hampir secara spontan kecuali dilindungi oleh bahan yang menghalangi spektrum terlihat. Contohnya termasuk film fotografi dan beberapa molekul yang terlibat dalam radiasi photosynthesis.Alpha terdiri dari helium-4 inti dan mudah dihentikan oleh selembar kertas. Radiasi beta, yang terdiri dari elektron, dihentikan oleh plat aluminium. Radiasi gamma pada akhirnya diserap seperti menembus bahan padat. Radiasi pengion diproduksi oleh peluruhan radioaktif, fisi nuklir dan fusi nuklir, oleh benda yang sangat panas (panas matahari, misalnya, menghasilkan ultraviolet), dan dengan akselerator partikel yang dapat menghasilkan, misalnya, elektron cepat atau proton atau bremsstrahlung atau radiasi sinkrotron. Agar radiasi menjadi pengion, partikel-partikel harus sama-sama memiliki energi yang cukup tinggi dan berinteraksi dengan elektron. Foton berinteraksi kuat dengan partikel bermuatan, sehingga foton energi yang cukup tinggi pengion. Energi di mana hal ini mulai terjadi dalam daerah ultraviolet, kulit terbakar adalah salah satu efek ionisasi ini. Partikel bermuatan seperti elektron, positron, dan partikel alpha juga berinteraksi kuat dengan elektron. Neutron, di sisi lain, tidak berinteraksi kuat dengan elektron, sehingga mereka tidak dapat secara langsung mengionisasi atom. Mereka dapat berinteraksi dengan inti atom, tergantung pada inti dan kecepatan mereka, reaksi ini terjadi dengan neutron cepat dan neutron lambat, tergantung pada situasi. Radiasi neutron sering menghasilkan inti radioaktif, yang menghasilkan radiasi pengion ketika mereka membusuk. Elektron bermuatan negatif dan ion bermuatan positif diciptakan oleh radiasi pengion dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan hidup. Jika dosis yang cukup, efeknya dapat dilihat segera, dalam bentuk keracunan radiasi. Dosis yang lebih rendah dapat menyebabkan kanker atau masalah jangka panjang lainnya. Efek dari dosis yang sangat rendah ditemui dalam keadaan normal (baik dari sumber-sumber alam dan buatan, seperti sinar kosmis, medis sinar-X dan pembangkit listrik tenaga nuklir) adalah subyek perdebatan saat ini. Sebuah laporan tahun 2005 yang dikeluarkan oleh Dewan Riset Nasional (laporan beir VII menunjukkan bahwa risiko kanker secara keseluruhan terkait dengan sumber radiasi latar belakang relatif rendah.

Bahan radioaktif biasanya melepaskan partikel alfa yang merupakan inti helium, partikel beta, yang dengan cepat elektron atau positron, atau sinar gamma bergerak. Alfa dan beta sinar sering dapat terlindung oleh selembar kertas atau selembar aluminium, masing-masing. Mereka menyebabkan kerusakan yang paling ketika mereka dipancarkan dari dalam tubuh manusia. Sinar gamma kurang pengion dari baik alpha atau sinar beta, namun perlindungan terhadap mereka membutuhkan lebih tebal perisai. Mereka menghasilkan kerusakan yang mirip dengan yang disebabkan oleh sinar-X seperti luka bakar, dan kanker melalui mutasi. Biologi manusia menolak mutasi germline dengan baik mengoreksi perubahan DNA atau menginduksi apoptosis dalam sel bermutasi. Radiasi non-ionisasi dianggap dasarnya tidak berbahaya di bawah tingkat yang menyebabkan pemanasan. Radiasi pengion berbahaya dalam paparan langsung, meskipun tingkat bahaya merupakan subyek perdebatan. Manusia dan hewan juga dapat terkena radiasi pengion internal: jika isotop radioaktif yang hadir di lingkungan, mereka dapat diambil ke dalam tubuh. Misalnya, yodium radioaktif diperlakukan sebagai yodium normal dengan tubuh dan digunakan oleh tiroid, akumulasi sana sering menyebabkan kanker tiroid. Beberapa elemen radioaktif juga bioakumulasi.

Contoh: Radiasi elektromagnetik

Energi dari foton (yaitu, kuantum radiasi elektromagnetik) diberikan oleh persamaan Planck:

E = h

dimana

E adalah energi foton

h adalah konstanta Planck

adalah frekuensi foton

Panjang gelombang foton berkaitan dengan frekuensi dengan persamaan kecepatan gelombang ini:

c =

dimana

c adalah kecepatan cahaya

adalah panjang gelombang cahaya

Memasukkan kembali dan pemecahan untuk panjang gelombang, kita dapatkan,

= hc / E

Unsur-unsur dengan potensi ionisasi terendah dan tertinggi adalah cesium (3,89 eV) dan helium (24,6 eV), masing-masing. Senyawa dapat memiliki potensi ionisasi yang rendah juga. Misalnya, PMMA memiliki potensial ionisasi dari 8,1 eV. Foton dengan energi kurang dari 3,89 eV (> 318,8 nm) adalah radiasi non-ionisasi, foton dengan energi lebih besar dari 24,6 eV (