tinjauan ekonomi islam pada akad murabahah oleh …etheses.uinmataram.ac.id/1853/1/ahmad saiful...
TRANSCRIPT
TINJAUAN EKONOMI ISLAM PADA AKAD MURABAHAH
BIL WAKALAH DI BANK MEGA SYARI’AH CABANG MATARAM
OLEH
AHMAD SAEFUL ANWAR 152.145.260
JURUSAN EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2018
TINJAUAN EKONOMI ISLAM PADA AKAD MURABAHAH
BIL WAKALAH DI BANK MEGA SYARI’AH CABANG MATARAM
Skripsi
Diajukan kepada Universitas Agama Islam Negeri Mataram
Untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar
Sarjana Ekonomi
OLEH
AHMAD SAEFUL ANWAR 152.145.260
JURUSAN EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2018
MOTTO
“Orang yang pesimis selalu melihat kesulitan di setiap kesempatan,
tetapi orang yang optimis selalu melihat kesempatan
dalam setiap kesulitan”
“Ali bin Abi Thalib”
PERSEMBAHAN
Dengan seagala puja dan puji syukur kehadirat Allah yang Maha Kuasa
dan berkat do’a dari orang-orang yang tercinta , akhirnya skripsi ini bisa dapat
dirampungkan dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu denga rasa
bangga dan bahagiasaya khaturkan dan terima kasih saya kepada :
1. Allah swt yang telah memberikan kesehatan, kesempatan, izinnya dan
karunianya, maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat
pada waktunya.
2. Nabi Muhammad saw yang telah membawa umat manusia sehingga kita
dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
3. Orang tua dan keluarga saya yang selalu memberikan dukungan moril
maupun materil serta do’a yang tiada henti untuk kesuksesan saya.
4. Bapak dan Ibu dosen Pengajar, Pembimbing, dan Penguji yang ada di
Fakultas FEBI UIN Mataram, yang selama ini telah tulus dan ikhlas
meluangkan waktunya untuk menuntun, membimbing dan mengarahkan
serta mengajar saya menjadi pribadi yang lebih baik.
5. Terima kasih atas bantunaya saya ucapkan kepada “Zona Mustofa Amni
dan keluarga” yang selalu memberikan arahan dan masukan tanpa kenal
lelah serta selalu baik kepada saya.
6. Sahabat dan Teman-teman seperjuangan “Kelas G”
7. Organisasiku “PMII UINMA” & “PASKIBRA”
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah tuhan semesta alam yang
senantiasa memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan perjuangan dan do’a. Sholawat beserta salam
selalu tercurahkan kepada junjungan alam Nabi Muhammad saw yang menjadi
panutan umat Islam sehingga dapat membedakan yang hak dan yang batil serta
memperjuangkan hakikat manusia.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, tentunya tidak bisa dilakukan
dengan sendiri, tetapi juga butuh bantuan orang lain. Maka dari itu saya pribadi
ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan ini. Oleh karena itu, penulis memberikan pengahargaan setinggi-
tinggnya dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
sebagai berikut :
1. Dr. M. Salahudin, M.Ag sebagai Pembimbing I dan Ummu Rosyidah,
M.Ei sebagai Pembimbing II yang selelu memberikan bimbingan,
motivasi, dan koreksi mendetail secara terus-menerus sehingga skripsi ini
menjadi skripsi yang lebih matang.
2. Bahrur Rosyid, M.M dan Bq. Elbadriati sebagai Ketua Jurusan Ekonomi
Syari’ah.
3. Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag sebagai Dekan Fakultasa Ekonomi dan
Bisnis Islam.
4. Prof. Dr. H. Mutawali, M.Ag sebagai Rektor Universitas Islam Negeri
(UIN) Mataram.
Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala
yang berlipat-lipat dari Allah swt dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi
mahasiswa UIN Mataram selanjutny. Amin
Mataram, 17 Desember 2018 Penulis
Ahmad Saeful Anwar
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .............................................................................. i
HALAMAN JUDUL ................................................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... iii
NOTA DINAS PEMBIMBING ............................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................. v
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ..................................................... vi
HALAMAN MOTTO ............................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. viii
KATA PENGANTAR .............................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................. x
ABSTRAK ................................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat .................................................................. 6
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ...................................... 7
E. Telaah Pustaka ........................................................................... 7
F. Kerangka Teori .......................................................................... 9
G. Metode Penelitian ..................................................................... 25
H. Sistematika Pembahasan .......................................................... 30
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ......................................... 32
A. Gambaran Umum Bank Mega Syari’ah ................................... 32
B. Struktur Organisasi Bank Mega Syari’ah ................................. 36
C. Gambaran Kerja Organisasi Bank Mega Syari’ah ................... 37
D. Produk-Produk Bank Mega Syari’ah ........................................ 40
E. Mekanisme Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah
bil Wakalah di Bank Mega Syari’ah Cabang Mataram ............ 50
BAB III PEMBAHASAN ....................................................................... 65
A. Praktik Pelaksanaan Akad Murabahah bil Wakalah
Pada Bank Mega Syari’ah Cabang Mataram ................................ 65
B. Tinjauan Ekonomi Islam Pada Akad Murabahah
bil Wakalah di Bank Mega Syari’ah Cabang Mataram ................ 71
BAB IV PENUTUP ................................................................................. 81 A. Kesimpulan ................................................................................... 81 B. Saran ............................................................................................. 82
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 83
LAMPIRAN ............................................................................................. 85
DAFTAR RIWAYAT ............................................................................. 96
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara
Lampiran 2 Hasil Wawancara
Lampiran 3 Daftar Nama Nasabah
TINJAUAN EKONOMI ISLAM PADA AKAD MURABAHAH BIL WAKALAH DI BAK MEGA SYARAI’AH CABANG KOTA MARATAM
Oleh
Ahmad Saeful Anwar NIM : 152.145.260
ABSTRAK
Perkembangan Bank Syari’ah dipelopori oleh Pakistan pada tahun 1979 dengan menghapus sistem bunga dari oprasional tiga institusi : National Investment, House Building Finance Co, dan Mutual Fund of the Investment Comparation of Pakistan. Pada tahun 1985 seluruh sistem perbankan Pakistan dikonversi dengan sistem yang baru, yaitu sistem Perbankan Syari’ah.Sementara di Malaysia, Bank Islam Malaysia Berhad (BMIB) yang didirikan tahun 1983 merupakan bank syari’ah pertama di Asia Tenggara
Murabahah bil wakalah adalah jual beli dengan sistem wakalah. Dalam jual beli sistem ini pihak lembaga keuangan mewakilkan pembeliannya kepada nasabah, dengan demikian akad pertama adalah akad wakalah setelah akad wakalah berakhir yang ditandai dengan penyerahan barang dari nasabah ke lembaga keuangan syariah kemudian pihak lembaga memberikan akad murabahah. Pemberian kuasa kepada nasabah sering kali di salahgunakan oleh nasabah, seperti setelah pemebelian barang maka nasabah seharusnya memberikan nota hasil pembelian kepada pihak bank sebagai bukti pembelian.
Jenis dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yaitu penelitianyang ditujuakan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, pristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orangsecara individu maupun kelompok. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode obsevasi, metode wawancara dan metode dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukan Bank Mega Syari’ah Cabang Mataramsebagai lembaga keuangan syari’ah telah menjalankan praktik akad murabahah bil wakalah sesuai dengan apa yang telah ditentukan dalam aturan perbankan. Hal ini bisa dilihat dari alur pembiayaan pada Bank Mega Syari’ah Cabang Mataram memberikan perwakilan terhadap nasabah dalam pembelian barang untuk mengedepankan proses dari akad murabhah bil wakalah. Tetapi dalam pelaksanaanya nasabah yang mewakilkan pembelian barang terkadang tidak mengembalikan nota pembelian barang sesuai dengan apa yang diperjanjikan.
Dalam teori dan prakteknya akad murabahah bil wakalah di Bank Mega Syari’ah Cabang Mataram sudah sesuai dalam hal ketentuan dan prinsip-prinsip ekonomi Islam. Hal ini berdasarkan pada rukun dan syarat akad pembiayaan murabahah bil wakalah di Bank Mega Syariah Cabang Mataram yang tidak mengandung unsur unsur yang dilarang seperti maisyir, gharar, haram, dan riba.
Kata Kunci : Murabahah bil Wakalah, Nota Pembelian, Ekonomi Islam
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdirinya Islamic Devloment Bank (IDB) pada tahun 1975 di Jeddah
telah memotivasi banyak negara Islam untuk mendirikan lembaga keuangan
syari’ah. Pada awal periode 1980-an, bank-bank syari’ah bermunculan di
Mesir, Sudan, Pakistan, Iran, Malaysia, Banglades serta Turki. Secara garis
besar, lembaga tersebut dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu Bank Islam
Komersial dan lembaga investasi dalam bentuk internasional holding
companies.
Perkembangan Bank Syari’ah dipelopori oleh Pakistan pada tahun
1979 dengan menghapus sistem bunga dari oprasional tiga institusi : National
Investment, House Building Finance Co, dan Mutual Fund of the Investment
Comparation of Pakistan. Pada tahun 1985 seluruh sistem perbankan
Pakistan dikonversi dengan sistem yang baru, yaitu sistem Perbankan
Syari’ah. Adapun di Mesir, bank syari’ah pertama yang didirikan adalah
Faisal Islamic Bank pada tahun 1978, bank ini beroprasi sebagai bank
investasi, bank perdagangan, ataupun bank komersial. Sementara di Malaysia,
Bank Islam Malaysia Berhad (BMIB) yang didirikan tahun 1983 merupakan
bank syari’ah pertama di Asia Tenggara.1
1 Herry Sutanto dan Khaerul Umam, Manajemen Pemasaran Bank Syari‟ah, (Bandung:
CV. Pustaka Setia, 2013), hlm. 118.
2
Di Indonesia, bank syari’ah yang pertama didirikan pada tahun 1992
adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI).Walaupun perkembangannya agak
terlambat bila dibandingkan dengan negara-negara Muslim lainnya,
perbankan syari’ah di Indonesia akan terus berkembang. Bila pada periode
tahun 1992-1998 hanya ada satu unit Bank Syari’ah, maka pada tahun 2005
jumlah Bank Syari’ah di Indonesia telah bertambah menjadi 20 unit.2
Operasional perbankan syari’ah di Indonesia didasarkan pada
Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan yang kemudian
diperbaharui pada Undang-Undang No. 10 tahun 1998tentang Perbankan dan
diperbaharui lagi pada tahun 2008 dengan lahirnya Undang-Undang No. 21
tahun 2008 tentang Perbankan Syari’ah.3
Produk perbankan syari’ah secara garis besar dapat dibedakan menjadi
tiga bagian, yakni: pertama, produk penyaluran dana (financing), kedua,
produk penghimpunan dana (funding), ketiga, produk jasa (services). Pada
produk penyaluran dana ada beberapa kategori yang dibedakan berdasarkan
tujuan penggunaan, baik dengan prinsip bagi hasil maupun dengan akad
pelengkap.
Secara umum, setiap bank Islam dalam menjalankan usahanya
minimal mempunyai lima prinsip operasional, yaitu sebagai berikut :
1. Prinsip simpanan giro, yaitu fasilitas yang diberikan oleh Bank untuk
memberikan kesempatan kepada pihak yang kelebihan dana untuk
menyimpan dananya dalam bentuk wadiah yang diberikan untuk tujuan
2 Adiwarman A. Karim, Bank Islam “Analisis Fiqih dan Keuangan”, (Jakatra: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 25.
3Muhammad, Manajemen Bank Syari‟ah, (Yogyakarta: STIM YKPN, 2011), hlm. 11.
3
keamanan dan pemindahbukuan, bukan untuk tujuan investasi guna
mendapatkan keuntungan seperti halnya tabungan atau deposito.
2. Prinsip bagi hasil yaitu meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara
pemilik dana dengan pengelola dana. Pembagian hasil usaha ini dapat
terjadi atara bank dengan penyimpan dana. Prinsip ini dapat digunakan
sebagai dasar untuk produksi pendanaan maupun pembiayaan.
3. Prinsip jual beli yaitu pembeiayaan bank yang diperhitungkan secara
limp-up dalam bentuk nominal diatas nilai kredit yang diterima nasabah
penerima kredit dari bank. Biaya bank tersebut ditetapkan sesuai dengan
kesepakatan antara bank dengan nasabah
4. Prinsip sewa yaitu terdiri dari dua macam, yaitu sewa murni (ijaroh) dan
sewa beli (bai‟ al ta‟jir)
5. Prinsip jasa yaitu meliputi seluruh kekayaan non-pembiayaan yang
diberikan bank, seperti kliring, inkaso, transfer dan sebagainya.4
Pembiayaan dengan prinsip jual beli ditujukan untuk memiliki barang,
sedangkan prinsip sewa untuk mendapatkan jasa. Untuk prinsip bagi hasil
digunakan sebagai usaha kerja sama yang ditunjukan guna mendapatkan
barang dan jasa sekaligus.5
Prinsip jual beli merupakan landasan yang harus dipenuhi seseorang
ketika akan melakukan transaksi jual beli. Dalam ekonomi Islam ada
4 Amir Machmud dan Rukaman, Bank Syari‟ah, (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama,
2010), hlm. 27. 5 Hermansyah dan Jaya Wijaya, Inovasi Produk Bank Syari‟ah, (Yogyakarta: Indie Book
Corner, 2013), hlm. 54.
4
beberapa prinsip jual beli yang ditawarkan diantaranya : Murabahah, Salam
dan Istisna.6
Pembiayaan murabahah adalah suatu penjualan barang seharga
barang tersebut ditambah keuntungan yang disepakati. Dalam prinsip
operasionalnya murabahah menekankan pada tidak terjadinya ketidakjelasan,
adanya unsur penipuan, adanya unsur judi, bebas dari riba dan bunga,
sehingga memperkuat salah satu pihak saja. Sedangkan pengertian wakalah
itu sendiri adalah pemberian kuasa atau menunjuk seseorang atau suatu
badan hukum untuk bertindak atas nama orang lain atau perwakilan seseorang
untuk melaksanakan suatu tugas tertentu.
Pembiayaan murabahahbil wakalah berdasarkan Fatwa Dewan
Syari’ah Nasional No: 04/DSN-MUI/IV/2000, yaitu jika bank mewakilkan
kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli
murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik
bank. Selalu terjadi akad wakalah dulu sebelum akad murabahah karena
akad wakalah akan berakhir pada saat nasabah menyerahkan barang yang
dibeli pada bank dan mempercepat proses pencairan dan memudahkan
nasabah, sehingga setelah barang diterima oleh bank maka terjadilah
pembiayaan murabahah.
Dalam pembiayaan murabahah bil wakalah di Bank Mega Syari’ah
dari hasil observasi yang dilakukan antara praktik dan teori tidak sesuai
dengan peraturan dan ketetapan yang berlaku, jika pada teorinya setelah
6 Lukman Hakim, Prinsip-prinsip Ekonomi Islam, (Surakarta: PT Gelora Aksara Pratama,
2012), hlm. 117.
5
adanya pemberian kuasa oleh Bank kepada nasabah untuk membeli suatu
barang maka setelah itu nasabah memberitahukan kepada bank bahwa
nasabah telah membeli barang dengan menyebutkan spesifikasinya dan harga
beli, baru diadakan pembicaraan mengenai keuntngan yang akan diperoleh.7
tetapi dalam praktik dilapangan tidak seperti itu. Pemberian kuasa kepada
nasabah sering kali di salahgunakan oleh nasabah, seperti setelah pemebelian
barang maka nasabah seharusnya memberikan nota hasil pembelian kepada
pihak bank sebagai bukti pembelian tetapi ini tidak terjadi. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Yassar Wildiantyo 8 , menjelaskan bahwa setelah
terjadinya akad wakalah maka nasabah menyerahkannya ke lembaga
keuangan tersebut dan menjadi miliknya. Selanjutnya barulah Bank
menentukan berapa keuntungan yang akan diperoleh oleh Bank tersebut.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka saya tertarik untuk meneliti lebih
mendalam mengenai akad murabahah bil wakalah di Bank Mega Syari’ah
dan tinjauannya dari perspektif Ekonomi Islam dengan judul “Tinjauan
ekonomi Islam pada akad murabahah bil wakalah di Bank Mega
Syari’ah Cabang Mataram”.
B. Rumusan Masalah
Untuk memberi batas hal-hal yang akan diteliti dan berguna dalam
memberikan arah selama proses penelitian, utamanya pada saat pengumpulan
data yaitu membedakan antara data mana yang relevan dengan tujuan
7 Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syari’ah “Produk-produk dan Aspek-aspek
Hukumnya”, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), hlm. 223. 8Yassar Wildantyo, Aplikasi Akad Murabahah bil Wakalah dalam Pembiayaan Mikro di
Mega Syari’ah KCP Kudus, (UIN Walisongo, Surakarta, 2006)
6
penelitian kita. Adapun rumusan permasalahan yang akan dijadikan obyek
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana praktik pelaksanaan akad murabahah bil wakalah di Bank
MegaSyari’ah ?
2. Bagaimana tinjauan ekonomi Islam pada praktik akad murabahah bil
wakalah dalam Perbankan Syari’ah?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan yang akan dicapai oleh penulis adalah:
a. Untuk mengetahui praktik pelaksanaan akad murabahah bil wakalah
pada produk pembiayaan di Bank Mega syari’ah.
b. Untuk mengetahui tinjauan ekonomi Islam pada akad murabahah bil
wakalah di Bank Mega Syari’ah.
2. Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
a. Bagi penulis
Dari penelitian ini, diharapkan bisa memperluas
wawasan,meningkatkandan memantapkan pengetahuan yang didapat
selama perkuliahan mengenai pembiayaan murabahah bil wakalah.
b. Bagi akademik
Diharapkan Bisa menambah informasi dan refrensi bagi
pembaca yangmembutuhkan data-data penelitian.
c. Bagi masyarakat
Sebagai sarana sosialisasi pengenalan kepada masyarakat
tentang produkpembiayaan akad murabahah bil wakalah.
7
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
1. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun fokus penelitian ini mencangkup pada bagaimana praktik
Produk Pembiyaan murabahah bil wakalah pada Bank Mega Syari’ah
Cabang Mataram. Pembatasan ruang lingkup bahasa ini dimaksudkan agar
tidak melebar keluar alur pokok pembahasan, sehingga tujuan penelitian
ini dapat mencapai sasaran yang tepat. Namun demikian, tidak menutup
kemungkinan membahas hal-hal lain dilihat pembahasan diatas, sepanjang
hal itu masih relevan dengan pokok permasalahan yang diangkat.
2. Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bank Mega Syari’ah Cabang Mataram.
E. Telaah Pustaka
Untuk mendapatkan gambaran secara jelas mengenai penelitian ini,
peneliti melakukan telaah pustaka terhadap kerya-karya peneliti sebelumnya.
Telaah pustaka dilakukan dengan memperhatikan skripsi dan buku-buku
terkait untuk memperkaya isi tulisan. Tujuan telaah pustaka ini adalah untuk
menghindari plagiasi dan duplikasi serta mempertahankan urgensi data
penelitian. Berdasarkan hasil telaah pustaka, peneliti menemukan beberapa
hasil penelitian yang dapat dijadikan referensi dan pertimbangan, yaitu:
1. Skripsi oleh Yassar Wildantyo, “Aplikasi Akad murabahah bil wakalah
dalam Pembiayaan Mikro di Mega Syari’ahKCP Kudus”, 2006, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Walisongo Surakarta.
8
Skripsi oleh Yassar Wildantyo, sama-sama membahas tentang
pembiayaan murabahah bil wakalah, perbedaanya skripsi ini lebih
menekankan pada aplikasi pembiayaan mikro pada Mega Syari’ah KCP
Kudus.9
2. Skripsi Azzifatur Rofiah, “Implementasi Pembiayaan murabahah bil
wakalah Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Ekonomi Peternak Sapi
Pada LKS Asri Cabang Sendang”, 2015, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam IAIN Tulungagung.
Skripsi oleh Azzifatur Rofiah, sama-sama membahas tentang
pembiayaan murabahah bil wakalah, tetapi skripsi ini lebih menekankan
pada implementasi pembiayaan dalam meningkatkan ekonomi peternak
sapi pada LKS Asri cabang Sendang. Perbedaanya terletak pada objek
yang dibeli serta pemberian pembiayaan ini untuk meningkatkan
ekonomi peternak sapi.10
3. Skripsi Dahana Agni Redian Muslimin Faerdi, “Implementasi Produk
Pembiayaan Murabahah di KSPPS BMT EL Amanah Kendal”, 2016,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Walisongo
Semarang.
Di dalamnya dijelaskan bahwa Implementasi Produk Pembiayaan
murabahah di KSPPS BMT EL Amanah Kendal, disini menjelaskan
bahwa murabahah dibagi menjadi dua murabahah tanpa pesanan dan
9Yassar Wildantyo, “Aplikasi Akad Murabahah Bil Wakalah dalam Pembiayaan Mikro di
Mega Syari’ah KCP Kudus”, (UIN Walisongo, Surakarta, 2006) 10Azzifatur Rofiah, “Implementasi Pembiayaan Murabahah Bil Wakalah Sebagai Upaya
Untuk Meningkatkan Ekonomi Peternak Sapi Pada LKS Asri Cabang Sendang”, (IAIN Tulungagung, 2015)
9
murabahah berdasarkan pesanan semua itu untuk membantu dan
memudahkan nasabah agar dapat mendapatkan hak kepemilikan atas
suatu barang yang di kehendaki nasabah. Dan dalam penelitian tersebut
juga memberikan mekanisme pengambilan keputusan dalam menyetujui
suatu pembiayaan. Persamaan dengan skripsi ini adalah sama-sama
membahas tentang bagaimana pelaksanaan akad murabahah dalam suatu
lembaga, sedangkanperbedaan penelitian ini dengan penulis yaitu dalam
penelitian penulis menerangkan akad pelengkap seperti akad wakalah.11
F. Kerangka Teori
1. Ekonomi Islam
a. Pengertian Ekonomi Islam
Kata ekonomi berasal dari kata Yunani, yaitu oikos dan nomos.
Kata oikos berarti rumah tangga (house-hold), sedangkan kata nomos
memiliki arti mengatur. Maka secara garis besar ekonomi dapat
diartikan sebagai aturan rumah tangga, atau manajemen rumah tangga.
Definisi yang lebih populer yang sering digunakan untuk
menerangkan ilmu ekonomi tersebut adalah salah satu cabang ilmu
sosial yang khusus mempelajari tingkah laku manusia atau golongan
masyarakat dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan yang relatif
tidak terbatas, dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas adanya.
Adapun pandangan dalam Islam, ekonomi atau iqtishad berasal
dari kata “qosdun” yang berarti keseimbangan (equilimegaum) dan
11Dahana Agni Redian Muslimin Faerdi, “Implementasi Produk Pembiayaan Murabahah
di KSPPS BMT EL Amanah Kendal”, (Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang, 2016)
10
keadilan (equally balanced). Adapun Islam berarti damai ataupun
selamat. Ekonomi Islam dibangun atas dasar agama islam, karena
ekonomi Islam merupakan bagian yang terpisahkan dari agama Islam.
Kemudian pengertian ekonomi Islam menurut “Muhammad Abdul
Mannan dalam “Islamic Economics Theory and Practics” bahwa
ekonomi Islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari
masalah-masalah ekonomi masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai
Islam.”
b. Dasar Ekonomi Islam
Dalam pandangan tauhid, manusia sebagai pelaku ekonomi
hanyalah sekedar peMegang amanah. Oleh karena itu, manusia harus
mengikuti ketentuan Allah dalam segala aktivitasnya, termasuk
aktivitas ekonomi. Ketentuan Allah yang harus dipatuhi dalam hal ini
tidak hanya bersifat mekanistis dalam alam dan kehidupan sosial
tetapi juga yang bersifat teologis (uluhiyyah) dan moral (khuluqiyyah
Ada tiga aspek yang sangat mendasar dalam ajaran Islam,
yaitu aspek akidah (tauhid), hukum (syari’ah) dan akhlak. Ketika
seseorang memahami ekonoomi Islam secara keseluruhan, maka ia
harus mengerti ekonomi Islam dalam ketiga aspek tersebut.12
12 Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam, (Jakarta :
Prenadamedia Group, 2015), hlm. 2-8.
11
c. Asas Ekonomi dalam Islam
1) Kegiatan usaha yang halal
Semua kegiatan perekonomian harus berada dalam lingkup
jenis usaha yang halal dan barang-barang yang halal. Kegiatan
ekonomi merupakan bagian dari ibadah kepada Allah, maka
dari itu semua bentuk kegiatan dimaksudkan untuk mendorong
kemakmuran.
2) Pengakuan terhadap hak milik individu
Menurut syari’at Islam, eksistensi setiap individu
sebagai pesonapelaku kegiatan ekonomi harus mendapatkan
jaminan penuh dengan segenap kebebasan, hak dan tanggung
jawab.
3) Keadilan sosial
Nilai dasar ekonomi yang diajarkan syariat Islam adalah
keadilan, dalam ekonomi prinsip keadailan ini harus disemua
lini baik aktifitas produksi, konsumsi, dan distribusi.13
2. Akad (Perikatan)
a. Pengertian Akad (Perikatan)
Secara etimologis, al-„aqd adalah kosa kata dalam
bahasaArab yang diartikan sebagai ikataan (penetapan) diantara sisi-
sisi yang terdapat pada segala sesuatu, baik ikata secara fisik atau
non fisik, baik ikatan dari satu pihak atau dari dua pihak.
13 Miftahul Huda, Aspek Ekonomi dan Syariat Islam, (Mataram: Lembaga Konsultasi dan
Bantuan Hukum, 2007), hlm. 46.
12
Dalam peristilahan (terminology) para ahli hukum fiqh, akad
memiliki dua pengertian, yaitu pengertian umum dan khusus. Dalam
pengertian umum, akad diartikan sebagai segala sesuatu yang
ditetapkan akan dilakukan seseorang baik yang timbul dari kemauan
satu pihak seperti wakaf maupun yang keberadaanya memerlukan
kemauan dan tindakan dari dua pihak seperti jual beli. Dalam
pengertian khusus, akad diartikan sebagai terhubungnya ijab dan
qabul dengan cara-cara yang sesuai dengan ketentuan syari’at yang
seketika memiliki dampak atau konsekuensi hukum.
b. Asas-asas dalam Transaksi
Agar suatu transaksi perekonomian sejalan dengan ketentuan
syariat islam dan memiliki akibat hukum secara syar’i maka harus
berpegangan pada beberapa asas pokok sebagai berikut :
1) Setiap trensaksi yang sah harus bersifat mengikat dan harus
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh para pihak yang
membuatnya.
2) Asas kemauan bebas. Sebuah transaksi harus dibangun diatas
prinsip kemauan bebas atau suka rela antara para pihak yang
melakukannya.
3) Asas kejujuran. Sebuah transaksi harus selalu dibuat oleh
pihak-pihak yang terlibat didalamnya secara jujur dan
transparan.
13
4) Prinsip halal. Semua bentuk transaksi harus berada dalam
lingkup arena kegiatan usaha yang halal, baik dalam jenis
kegiatan usaha maupun barang-barang yang menjadi obyek
transaksi.
5) Asas kepastian atau prediktabilitas. Syariat Islam melarang
transaksi atas obyek-obyek atau barang yang keberadaannya
atau spesifikasinya belum dapat dipastikan.
c. Unsur dan syarat dalam akad
Setiap transaksi agar sesuai dengan ketentuan syariat harus
memuat tiga rukun yaitu : shighat (ungkapan yang menunjukan
adanya kesepakatan), al-aqid (pihak yang melakukan transaksi), al-
ma-qud‟alaih (obyek transaksi).
1) Shighat
Shighat adalah bentuk-bentuk ungkapan, baik secara
verbal ataupun non verbal dari para pihak yang secara hukum
berkelayakan melakukan transaksi seperti perkataan lisan,
perbuatan, syarat dan tulisan.
2) Al-Akid (orang yang melakukan akad)
Suatu transaksi atau akad dapat menjadi sah dan
memiliki kekuatan hukum hanya jika dilakukan oleh orang-
orang yang berkelayakan untuk melakukannya seperti
berkaitan dengan status dan posisi orang itu dalam hubunganya
14
dengan obyek dan berkaitan dengan kelayakan pribadi prilaku
untuk melakukan transaksi perdata secara umum.
3) Maudlu‟aqd (obyek akad)
Obyek transaksi terdiri dari 2 hal yaitu : yang terkait
dengan jenis kegiatan perekonomian yang ditransaksi dan yang
menyangkut jenis barang atau jasa yang ditransaksikan.14
3. Murabahah bil Wakalah
a. Tentang Murabahah
1) Pengertian Murabahah
Secara sederhana, murabahah berarti suatu penjualan
barang seharga barang tersebut ditambah keuntungan yang
disepakati. Misalnya, seseorang membeli barang kemudian
menjualnya kembali dengan keuntungan tertentu. Berapa besar
keuntungan tersebutdinyatakan dalam nominal rupiah tertentu atau
dalam bentuk persentase dari harga pembeliannya, misal 10% atau
20%.15
Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syari’ah memberikan definisi tentang Murabahah dalam penjelasan
Pasal 19 ayat (1) huruf d. Menurut Pasal 19 ayat (1) huruf d
tersebut yang dimaksud dengan “Akad Murabahah” adalah akad
pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya
14Miftahul Huda, Aspek Ekonomi dan Syariat Islam, (Mataram: Lembaga Konsultasi dan
Bantuan Hukum, 2007), hlm. 74. 15 Adiwarman A. Karim, Bank Islam “Analisis Fiqih dan Keuangan”, (Jakatra: Raja
Grafindo Persada, 2011), hlm. 113.
15
kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang
lebih sebagai keuntungan yang disepakati.16
2) Landasan Hukum dan Syari’ah
a. Al-qur’an surat An-Nisa : 29
“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.17
b. Al-Hadits
Dari Suhaib ar-Rumi r.a. bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Tiga di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, Mudharabah dan mencampurkan gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah)18
3) Syarat Pembiayaan Murabahah
a. Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah
b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang
ditetapkan
c. Kontrak harus bebas dari riba
16 Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syari’ah “Produk-produk dan Aspek-aspek
Hukumnya”, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), hlm. 193. 17Departemen Agama RI. .Al-Qur‟an dan Terjemahnya. (Semarang: PT. Karya Toha
Putra, 1996). 18 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah “Dari Teori ke Praktiknya”, (Jakarta:
Gema Insani, 2001), hlm. 102.
16
d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat
atas barang sesudah pembelian
e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan
dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara
hutang.19
4) Tahapan dalam Pembiayaan Murabahah
Tahapan-tahapan yang seyogyanya ditempuh oleh bank-
bank syari’ah di Indonesia adalah sebagai berikut :
a. Pengajuan permohonan oleh nasabah kepada bank untuk
memperoleh fasilitas pembiayaan murabahah.
b. Sebelum akad murabahah ditandatangani oleh bank dan
nasabah, kedua belah pihak harus menyepakati mengenai :
1) Spesifikasi barang secara perinci
2) Harga beli barang oleh bank dar pemasok yang nantinya
harus dibayar oleh nasabah sebagai harga beli nasabah
kepada bank ditambah margin/mark up
3) Jumlah margin ditambah di atas harga beli barang oleh
bank merupakan keuntungan bagi bank
4) Jangka waktu pelunasan seluruh harga barang (yaitu
harga pembelian bank ditambah margin) yang waji
dipenuhi oleh nasabah kepada bank
19 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah “Dari Teori ke Praktiknya”, (Jakarta:
Gema Insani, 2001), hlm. 102.
17
5) Jadwal pencicilan oleh nasabah atas barang yang
dibelinya dari bank
6) Jumlah cicilan untuk setiap tahap pelunasan
7) Saat penyerahan barang secara fisik oleh bank kepada
nasabah
8) Dan hal-hal lain yang merupakan persyaratan bank yang
ditentukan secara kasus per kasus
c. Apabila telah terjadi kesepakatan antara bank dan nasabah
mengenai segala sesuatu yang menyangkut fasililtas
murabahah yang akan diberikan oleh bank kepada nasabah,
bank menegeluarkan surat keputusan persetujuan fasilitas
murabahah yang dikirimkan kepada nasabah.
d. Dibuat akad murabahah antara bank dan nasabah, akad
murabahah tersebut dapat dibuat di bawah tangan atau dalam
bentuk akta yang dibuat oleh notaris.
e. Bersamaan atau setelah ditandatangani akad murabahah,
dapat pula dibuat dan ditandatangani perjanjian pemberian
kuasa anatar bank dan nasabah yang berisi pemberian kuasa
oleh bank kepada nasabah untuk membeli barang tertentu
yang diinginkan oleh nasabah terkait dengan permohonan
fasilitas murabahah.
f. Apabila bank tidak bersedia atau tidak bermaksud memberi
kuasa kepada nasabah untuk membeli sendiri barang yang
18
diperluakan, maka bank dapat menegakan kuasa tersebut
kepada pihak ketiga. Dapat pula bank syari’ah langsung
memberikan kuasa kepada pemasok untuk dan atas nama
bank syari’ah melakukan transaksi jual beli dengan nasabah
dan pemasok yang bersangkutan langsung melakukan
penyerahan barang tersebut kepada nasabah.
g. Berdasarkan kuasa bank kepada nasabah, nasabah untuk dan
atas nama bank memesan barang yang diinginkan dari
pemasok. Jika tidak bank sendiri yang langsung memesan
barang ke pemasok.
h. Nasabah memberitahukan kepada bank bahwa nasabah telah
membeli barang dengan menyebutkan spesifikasi dan harga
belinya.
i. Bila harga tersebut sudah saatnya dibayar kepda pemasok,
nasabah memberitahukan kepada bank untuk membayar
harga barang tersebut langsung kepada pemasok barang
j. Tahap terkhir adalah dilaksanakannya jual beli barang
tersebut dari bank kepada nasabah dan terjadinya peralihan
kepemilikan atas barang itu dari bank kepada nasabah.
Peralihan kepemilikan tersebut harus dilakukan berdasarkan
19
peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
peralihan kepemilikan untuk barang tersebut.20
5) Skema akad Murabahah
Ada beberapa skema yang digunakan dalam akad murabahah
diantaranya :
a. Skema 1
Dalam skema ini pihak bank bukan hanya bergerak
dalam sektor keuangan saja tetapi juga bergerak dalam sektor
riil, sehingga pihak bank akan tau segala bentuk kejadian
yang terjadi di lapangan.
b. Skema 2
20 Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syari’ah “Produk-produk dan Aspek-aspek
Hukumnya”, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), hlm. 223.
PIHAK III BANK NASABAH
BANK PIHAK III NASABAH
4
3
1
2
4
3
2
1
20
Dalam skema ini pihak bank hanya bergerak dalam
sektor keuangan, sehingga pihak bank tidak terlibat
sepenuhnya dalam pembelian barang, maka dari itu disinilah
timbul ketidak transparan pembeli (nasabah).
c. Skema 3
Dalam skema ini pihak bank hanya memesankan
barang yang diinginkan nasabah, kemudian barang tersebut
dikirim langsung kepada nasabah dan baru kemudian
membeicarakn berapa keuntungan yang akan diperoleh.
b. Tantang Wakalah
1) Pengertian
Wakalah atau wikalah berarti penyerahan, pendelegasian
atau pemberian mandat. 21 Dalam bahasa Inggris, wakalah sama
dengan “agency” yang memberikan arti bahwa akad wakalah
berarti menunjuk seseorang atau suatu badan hukum untuk
bertindak atas nama orang lain atau perwakilan seseorang. Suatu
akad wakalah memberikan kuasa atau penugasan sebagai kuasa
21 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah “Dari Teori ke Praktiknya”, (Jakarta:
Gema Insani, 2001), hlm. 120.
BANK NASABAH PIHAK III
3
1 2
4
21
kepada suatu perantara keuangan untuk melaksanakan suatu tugas
tertentu.22
2) Landasan Hukum dan Syari’ah
a. Al-qur’an
Sebagaimana yang tercantum dalam Surah Al-Khafi : 19
“Dan demikianlah kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya diantara nereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: sudah berpa lamakah kamu berada (di sini?)”. mereka menjawab: “Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari”. Berkata (yang lain lagi): “Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berklaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada sesorang.”
b. Hadits
“Dari Jabir r.a. bahwa Nabi Saw. Menyembelih kurban sebanyak 63 ekor hewan dan Ali r.a. disuruh menyembelih binatang kurban yang belum disembelih.” (HR. Muslim)23
22 Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syari’ah “Produk-produk dan Aspek-aspek Hukumnya”, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), hlm. 329.
23 Mardani, Ayat-ayat dan Hadits Ekonomi Syari‟ah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 83.
22
3) Rukun dan Syarat Wakalah
Sebagaimana yang tercantum dalam Fatwa DSN-MUI No.
10/DSN-MUI/IV/2000 tentang Wakalah adalah :
1) Ketentuan tentang Wakalah
a. Pernyataan ijab dan qabul dinyatakan oleh para pihak untuk
menunjukan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak
(akad).
b. Wakalah dengan imbalan bersifat mengikat dan tidak boleh
dibatalkan secara sepihak.
2) Rukun dan Syarat Wakalah
a. Syarat-syarat mewakili
1) Pemilik sah yang dapat bertindak terhadap suatu yang
diwakilkan
2) Orang mukallafatau anak mumayyiz dalam batas-batas
tertentu yakni, dalam hal-hal yang bermanfaat baginya
seperti mewakilkan untuk menerima hibah, menerima
sedekah dan sebainya.
b. Syarat-syarat wakil
1) Cakap hukum
2) Dapat mengerjakan tugas yang diwakilkan kepadanya
3) Wakil adalah orang yang diberi amanah.
c. Hal-hal yang diwakilkan
1) Diketahui dengan jelas oleh yang mewakili
23
2) Tidak bertentang dengan syari’ah Islam
3) Dapat diwakilkan menurut syari’ah islam. Manfaat
barang atau jasa harus dapat dinilai dan dapat
dilaksanakan dlam kontrak.24
c. Murabahah bil Wakalah
1) Pengertian
Murabahah bil wakalah adalah jual beli dengan sistem
wakalah. Dalam jual beli sistem ini pihak Lembaga Keuangan
mewakilkan pembeliannya kepada nasabah, dengan demikian akad
pertama adalah akad wakalah setelah akad wakalah berakhir yang
ditandai dengan penyerahan barang dari nasabah ke Lembaga
Keuangan Syariah kemudian pihak lembaga memberikan
akadmurabahah.
Sesuai dengan ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional
No:04/DSN-MUI/IV/2000 pasal 1 ayat 9: “jika bank hendak
mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak
ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang,
secara prinsip, menjadi milik bank”. 25 Sesuai dengan ketentuan
Fatwa DSN MUI akad murabahah bil wakalahdapat dilakukan
dengan syarat jika barang yang dibeli oleh nasabah sepenuhnya
sudah milik lembaga keuangan syariah, kemudian setelah barang
24 Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syari’ah “Produk-produk dan Aspek-aspek
Hukumnya”, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), hlm. 396. 25 DSN MUI, Himpunan Fatwa DSN ....hlm. 26
24
tersebut dimiliki lembaga keuangan syariah maka akad murabahah
dapat dilakukan.
Akad murabahah bil wakalah adalah jual beli dimana
lembaga keuangan syariah mewakilkan pembelian produk kepada
nasabah kemudian setelah produk tersebut di dapatkan oleh
nasabah kemudian nasabah memberikannya kepada pihak lembaga
keuangan syariah. Setelah barang tersebut di miliki pihak lembaga
dan harga dari barang tersebut jelas maka pihak lembaga
menentukan margin yang didapatkan serta jangka waktu
pengembalian yang akan disepakati oleh pihak lembaga keuangan
syariah dan nasabah.
2) Syarat murabahah bil wakalah
1) Barang yang diperjual belikan halal dan bebas dari najis
2) Penjual memberitahu modal yang akan diberikan kepada
nasabah
3) Kontrak pertama harus sah sesuai rukun yang telah ditetapkan
4) Kontrak harus bebas dari riba
5) Penjual harus memberitahu atau menjelaskan bila terjadi cacat
atasbarang sesudah pembelian
6) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan
denganpembelian, misalnya jika pembelian tersebut dilakukan
secara utang.
25
7) Objek barang yang akan dibeli harus jelas dan diwakilkan
kepadanasabah yang mengajukan pembiayaan dengan akad
murabahah bil wakalah
8) Tidak bertentangan dengan syariat Islam
G. Metode Penelitian
Pada bagian ini dijelaskan secara rinci prosedur penelitian yang
digunakan dalam melaksanakan penelitian yang meliputi:
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang peneliti gunakan dalam hal ini adalah
pendekatan kualitatif karena alasan-alasan sebagai beriku, yaitu
pendekatan kualitatif lebih mudah apabilah berhadapan dengan
kenyataan-kenyataan ganda, pendekatan ini lebih peka dan lebih dapat
menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan
pola-pola nilai yang dihadapi dengan tujuan untuk membuat penulis
penelitian secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan
sifat-sifat populasi yang ada ditempat penelitian.
Penelitian Kualitatif (qualitative Reseach) adalah suatu penelitian
yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena,
peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang
secara individu maupun kelompok. Beberapa deskripsi digunakan untuk
menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada
26
penyimpulan. 26 Dalam hal ini peneliti akan menggunakan pendekatan
kualitiatif deskripsi yang lebih menjurus pada studi kasus memaparkan
tentang mekanisme oprasional produk pembiyaan murabahah bil
wakalah pada Bank Mega Syari’ah Cabang Mataram.
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti di lokasi merupakan suatu keharusan agar
informasi yang diperoleh benar-benar sesuai dengan keadaan yang ada
dilapangan peneliti lebih banyak menemukan informasi sekaligus sebagai
pengamatan partisipatif.27Kehadiran peneliti di lokasi penelitian dalam
rangka mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dengan metode
wawancara tak berstruktur.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bank Mega Syari’ah Cabang Mataram.
4. Sumber dan Jenis Data
Sumber data dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu
sumber data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti
dari sumber pertama dalam hal ini pegawai Bank Mega Syari’ah Cabang
Mataram antara lain pimpinan Cabang, pegawai penaksir (murtahin),
pegawai khusus bagian pemasaran dan nasabah yang menggunakan
produk Pembiayaan murabahah bil wakalah. Sedangkan sumber data
sekunder, yaitu berwujud buku atau dokumen-dokumen yang telah
26 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode penelitian pendidikan, (Jakarta: PT Remaja
Rosdakarya, 2008), hlm. 60. 27 Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2013), hlm. 24.
27
tersusun dengan rapi.28Jurnal-jurnal dan hasil penelitian yang masih ada
kaitannya dengan tema dari penelitian ini serta dokumen-dokumen yang
ada pada Bank Mega Syari’ah Cabang Mataram tersebut.
5. Teknik Pengumpulan Data
Data yang ada di lapangan sangat banyak dan beragam, dan
tempatnya pun berbeda-beda. Hingga untuk memaksimalkan
penghematan waktu dan biaya maka peneliti menggunakan beberapa
teknik yaitu:
a. Observasi
Observasi adalah kemampuan seseorang untuk
menggunakan pengamatan melalui hasil kerja mata serta dibantu
oleh panca indra yang lain.29 Dalam arti luas, observasi tidaklah
terbatas pada pengamatan yang dilakukan baik secara langsung
maupun tidak langsung. 30 Dari observasi ini akan mendapatkan
praktik pelaksanaan pembiayaan Produk Murabahah bil wakalah
di Bank Mega Syari’ah Cabang Mataram.
b. Wawancara
Metode wawancara yang penulis gunakan adalah metode
wawancara mendalam yaitu proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
antara pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai
28 Sumardi Surya Brata, Metode Penelitian, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 39. 29 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2007), hlm. 115. 30 Soetrisno Hadi, Metode Reseacrh, (Yogyakarta: Andi ofdet, 2002), hlm. 136.
28
dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana
pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang
relatif lama. 31 Dalam wawancara ini peneliti akan mewancarai
nasabah dan pegawai yang terkait sehingga akan didapatkan hasil
yang akan dipadukan dengan materi serta mekanisme pengajuan
pembiayaan yang dilakukan oleh Bank tersebut.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu teknik untuk mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip
buku, surat kabar, majalah, notulen rapat dan agenda.32Metode ini
peneliti gunakan untuk mendapatkan bagaimana alur pembiyaan
murabahah bil wakalah pada Bank Mega Syari’ah Cabang
Mataram. Adapun hal-hal yang akan menjadi dokumentasi pada
penelitian ini adalah gambar tentang alur pengajuan Pembiayaan
murabahah bil wakalah serta gambar-gambar yang terkait sebagai
penunjang penelitian.
6. Analisis data
Setelah data-data yang dibutuhkan terkumpul, maka kegiatan
yang selanjutnya adalah menganalisis data. Analisis data adalah upaya
mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara
dan lain sebagiannya untuk meningkatkan pemahaman penelitian tentang
31 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2007), hlm. 108. 32 Burhan Bungin, Metode penelitian pendidikan, (jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2007), hlm. 227.
29
kasus yang diteliti. 33 Pendapat lain menjelaskan bahwa analisis data
adalah mendefinisikan data sebagai proses yang merinci usaha secara
formal untuk menemukan tema dan merumuskan ide seperti yang
disarankan oleh data sebagai usaha memberikan bantuan terhadap tema
dan ide itu sendiri.34
7. Validitas Data
Validitas data membuktikan bahwa apa yang diamati oleh
peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam dunia
kenyataan. Apakah penjelasan yang diberikan tentang dunia memang
sesuai dengan yang sebenarnya atau terjadi35.
Untuk menjamin validasi data digunakan cara-cara sebagai berikut:
a) Perpanjangan waktu observasi
Harus cukup waktu untuk betul-betul mengenal suatu
lingkungan, mengadakan hubungan baik dengan orang-orang yang
ada disana, mengenal budaya lingkungan, dan mengecek kebenaran
informasi. Agar semua data tentang Bank Mega Syariah Cabang
Kota Mataram dapat diteliti dengan lancar dan baik dalam hal
oprasional dan jenis-jenis produk yang dikembangkan oleh Bank
Mega Syari’ah.
33 Lexi Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 43.
34 Soetrisno Hadi, Metode Researceh, (Yogyakarta: Andi Ofset, 2001) ,hlm. 420. 35 Nasution S, Metode Penelitian Naturalistic Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1992),
hlm. 105.
30
b) Pengamatan yang terus menerus
Dengan pengamatan yang terus menerus atau kontinyu
peneliti dapat memperhatikan sesuatu lebih cermat, terinci, dan
mendalam terkait dengan apa yang peneliti teliti. Tidak sedikitpun
akan luput dari pengamatannya. Apa saja harus dianggap penting,
terutama dalam taraf permulaan, lambat laun ia akan dapat
membedakan hal-hal yang tak bermakna untuk memahami gejalah
tertentu.
c) Triangulasi
Triangulasi bukan sekedar mengetes kebenaran data bukan
untuk mengumpulkan berbagai ragam data, melainkan juga suatu
usaha untuk melihat dengan lebih tajam hubungan data agar
mencegah kesalahan dalam analisis data36. Dalam hal ini peneliti
betul-betul hati-hati dalam melihat keabsahan data dan
hubungannya dengan apa yang peneliti teliti yaitu Tinjauan
Ekonomi Islam pada produk pembiayaan murabahah bil wakalah
pada Bank Mega Syari’ah Cabang Mataram.
H. Sistematika Pembahasan
Untuk memperoleh gambaran lebih jelas kembali mengenai isi dari
skripsi ini agar mudah dipahami, maka diperlukan suatu sistematika
penelitian yang sederhana sehingga pembaca tidak kesulitan dalam membaca
maupun memahami isi dari skripsi ini. Sistematika Pembahasan ini
36 Nasution S, Metode Penelitian Naturalistic kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1992),
hlm. 115.
31
merupakan suatu pembahasan secara garis besar dari bab-bab yang akan di
bahas. Sistematika skripsi ini adalah:
Bab pertama, merupakan pendahuluan yang berisi tentang Latar
Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat, Ruang Lingkup
dan Setting Penelitian, Telaah Pustaka, Kerangka Teori, Metode Penelitian,
Sistematika Pembahasan dan Daftar Pustaka.
Bab kedua, pada bab ini dibahas mengenai seluruh data dan temuan
penelitian yang ada di Bank Mega Syari’ah Cabang Kota Mataram.
Bab ketiga, pada bab ini dibahas mengenai proses analisis terhadap
temuan penelitian sebagaimana dipaparkan di Bab II berdasarkan pada
perseptif penelitian atau kerangka teoritik sebagaimana diungkapkan dibagian
Pendahuluan.
Bab keempat, merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari
hasil penelitian dan saran-saran yang dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Khususnya bagi Bank Mega Syari’ah Cabang Mataram. Sebagai upaya
evaluasi guna pertumbuhan dan perkembangan pembiayaan pada produk
murabahah bil wakalah. Meningkatkan pelayanan kepada nasabah guna
mencapai visi misi perusahaan, yang nantinya bisa menjadi acuan Perbankan
Syariah lain dalam bentuk oprasional dan prakteknya dalam melaksanaan
kualitas pelayanan prima dalam meningkatkan kesejatraan nasabah.
32
BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Gambaran umum Bank Mega Syari’ah
1. Sejarah berdirinya Bank Mega Syari’ah
Berawal dari PT Bank Umum Tugu (Bank Tugu). Bank umum
yang didirikan pada 14 Juli 1990 melalui Keputusan Menteri Keuangan
RI No.1046/KMK/013/1990 tersebut, diakuisisi CT Corpora (d/h Para
Group) melalui Mega Corpora (d/h PT Para Global Investindo) dan PT
Para Rekan Investama pada 2001. Sejak awal, para peMegang saham
memang ingin mengonversi bank umum konvensional itu menjadi bank
umum syariah. Keinginan tersebut terlaksana ketika Bank Indonesia
mengizinkan Bank Tugu dikonversi menjadi bank syariah melalui
Keputusan Deputi Gubernur Bank Indonesia No.6/10/KEP.DpG/2004
menjadi PT Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) pada 27 Juli 2004,
sesuai dengan Keputusan Deputi Gubernur Bank Indonesia
No.6/11/KEP.DpG/2004. Pengonversian tersebut dicatat dalam sejarah
perbankan Indonesia sebagai upaya pertama pengonversian bank umum
konvensional menjadi bank umum syariah.
Pada 25 Agustus 2004, BSMI resmi beroperasi. Hampir tiga
tahun kemudian, pada 7 November 2007, peMegang saham memutuskan
perubahan bentuk logo BSMI ke bentuk logo bank umum konvensional
yang menjadi sister company-nya, yakni PT Bank Mega, Tbk., tetapi
berbeda warna. Sejak 2 November 2010 sampai dengan sekarang, melalui
33
Keputusan Gubernur Bank Indonesia No.12/75/KEP.GBI/DpG/2010, PT.
Bank Syariah Mega Indonesia berganti nama menjadi PT Bank Mega
Syariah.
Untuk mewujudkan visi "Tumbuh dan Sejahtera Bersama
Bangsa", CT Corpora sebagai peMegang saham mayoritas memiliki
komitmen dan tanggung jawab penuh untuk menjadikan Bank Mega
Syariah sebagai bank umum syariah terbaik di industri perbankan syariah
nasional. Komitmen tersebut dibuktikan dengan terus memperkuat modal
bank. Dengan demikian, Bank Mega Syariah akan mampu memberikan
pelayanan terbaik dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dan
kompetitif di industri perbankan nasional. Misalnya, pada 2010, sejalan
dengan perkembangan bisnis, melalui rapat umum pemegang saham
(RUPS), pemegang saham meningkatkan modal dasar dari Rp400 miliar
menjadi Rp1,2 triliun dan modal disetor bertambah dari Rp150,060 miliar
menjadi Rp318,864 miliar. Saat ini, modal disetor telah mencapai
Rp787,204 miliar.
Di sisi lain, pemegang saham bersama seluruh jajaran
manajemen Bank Mega Syariah senantiasa bekerja keras, memegang
teguh prinsip kehati-hatian, serta menjunjung tinggi asas keterbukaan dan
profesionalisme dalam melakukan kegiatan usahanya. Beragam produk
juga terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta
didukung infrastrukur layanan perbankan yang semakin lengkap dan luas,
termasuk dukungan sejumlah kantor cabang di seluruh Indonesia.
34
Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sekaligus
mengukuhkan semboyan "Untuk Kita Semua", pada 2008, Bank Mega
Syariah mulai memasuki pasar perbankan mikro dan gadai. Strategi
tersebut ditempuh karena ingin berperan lebih besar dalam peningkatan
perekonomian umat yang mayoritas memang berbisnis di sektor usaha
mikro dan kecil.
Sejak 16 Oktober 2008, Bank Mega Syariah telah menjadi bank
devisa. Dengan status tersebut, bank ini dapat melakukan transaksi devisa
dan terlibat dalam perdagangan internasional. Artinya, status itu juga
telah memperluas jangkauan bisnis bank ini, sehingga tidak hanya
menjangkau ranah domestik, tetapi juga ranah internasional. Strategi
peluasan pasar dan status bank devisa itu akhirnya semakin memantapkan
posisi Bank Mega Syariah sebagai salah satu Bank Umum Syariah terbaik
di Indonesia.
Selain itu, pada 8 April 2009, Bank Mega Syariah memperoleh
izin dari Departemen Agama Republik Indonesia (Depag RI) sebagai
bank penerima setoran biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPS BPIH).
Dengan demikian, bank ini menjadi bank umum kedelapan sebagai BPS
BPIH yang tersambung secara online dengan Sistem Komputerisasi Haji
Terpadu (Siskohat) Depag RI. Izin itu tentu menjadi landasan baru bagi
Bank Mega Syariah untuk semakin melengkapi kebutuhan perbankan
syariah umat Indonesia.
35
2. Visi dan Misi
a. VISI
Tumbuh dan Sejahtera Bersama Bangsa
b. MISI
Bertekad mengembangkan perekonomian syariah melalui sinergi
dengan semua pemangku kepentingan.
Menebarkan nilai-nilai kebaikan yang islami dan manfaat
bersama sebagai wujud komitmen dalam berkarya dan beramal.
Senantiasa meningkatkan kecakapan diri dan berinovasi
mengembangkan produk serta layanan terbaik yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat.
c. Nilai-nilai
Integrity, Synergy, Excellence.37
37www.megasyari’ah.co.id di akses pada Senin, 3 September 2018 pada pukul 10.00
36
B. Struktur Organisasi Bank Mega Syari’ah Cabang Mataram
Adapun struktur organisasi pada Bank Mega Syari’ah adalah sebagai
berikut :38
38Buku Bank Mega Syari’ah
Branch Manager Catur Rahmat Mardhiyanto
Operasional Supervisor Nani Augstina
Distrik Financing Supervisor Sony Aprianto
Teller L. Dian Kurniawan
Costumer Servic Wiwin Aprianti
Security Zaenol
Funding Officer Zona Mustofa
Account Officer Fathul Hakiki
MarketingAdministrasi Ririn Aprianti
Internal Control Unit Eka Damayanti
Document Custody Unit Suci Ayu Ramadhani
37
C. Gambaran Kerja Organisasi Bank Mega Syari’ah Cabang Mataram
Berikut adalah uraian pembagian tugas masing-masing jabatan di
Bank Mega Syari’ah Cabang Mataram sebagai berikut :
1. Tugas, wewenang dan tanggung jawab branch manager adalah
mengkoordinir pelaksanaan operasional bank untuk mendukung
pertumbuhan bisnis dengan cara memberikan service dan layanan yang
terbaik sehingga transaksi dari nasabah di kantor cabang dapat
diselesaikan dengan baik.
2. Tugas, wewenang dan tanggung jawab customer service adalah sebagai
berikut:
a. Memberikan pelayanan kepada nasabah dalam memberikan informasi
produk.
b. Membantu nasabah dalam melakukan proses pembukaan rekening
tabungan dan deposito.
c. Membantu nasabah dalam melakukan proses penutupan rekening
tabungan dan deposito.
d. Memberikan informasi saldo simpanan nasabah.
e. Menerima berkas pengajuan pembiayaan dari calon debitur.
f. Menyediakan materai untuk akad pembiayaan maupun bilyet
deposito, dan bertanggung jawab atas pengelolaannya.
g. Membuat surat keluar dan memo internal.
h. Bertanggung jawab atas penomeran surat keluar, surat masuk, dan
memo internal dan bertanggung jawab atas pengarsipannya.
38
i. Menyimpan berkas tabungan dan deposito.
j. Memberikan pelayanan informasi perbankan lainnya kepada nasabah,
terutama dalam menangani permasalahan transaksi nasabah. 39
3. Tugas, wewenang dan tanggung jawab Teller adalah sebagai berikut:
a. Menerima setoran dari nasabah baik tunai ataupun non tunai,
kemudian memposting di sistem komputer bank.
b. Melakukan pembayaran tunai kepada nasabah yang bertransaksi tunai
di konter bank dan melakukan posting di sistem computer bank.
c. Bertanggung jawab terhadap kesesuaian jumlah kas yang ada di
sistem dengan kas yang ada di terminalnya.40
4. Tugas, wewenang dan tanggung jawab Account Officer adalah sebagai
berikut
a. Funding:
1) Mencari atau menghubungi nasabah potensial
2) Memberikan informasi seperti brosur dan menjelaskan
perkembangan hasil usaha perusahaan kepada nasabah.
b. Lending:
1) Bertanggung jawab dalam upaya menyalurkan dana bank
dalam bentuk pembiayaan yang diberikan kepada masyarakat
yang dinilai produktif.
39 Wawancara dengan saudari Wiwin Aprianti, Customer Service BMS Cabang Mataram, pada Rabu, 12 September 2018 pada pukul 09.00 40 Wawancara dengan saudara L. Dian Kurniawan, Teller BMS Cabang Mataram, pada Rabu, 12 September 2018 pada pukul 10.00
39
2) Mencari nasabah potensial yang layak diberikan fasilitas
pembiayaan.
3) Melakukan analisa untuk menentukan layak tidaknya
pengajuan pembiayaan dari masyarakat.
4) Bertanggung jawab atas kelancaran pengembalian dana yang
telah disalurkan.
5) Melakukan penagihan, pengawasan dan pembinaan terhadap
nasabah yang telah memperoleh fasilitas pembiayaan dari
bank.
5. Tugas wewenang dan tanggung jawab marketing administrasi(ADP):
a. Bertanggung jawab secara langsung kepada FSM terhadap hasil
kinerja dan administrasi pembiayaan.
b. Memastikan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan aspek
administrasi pembiayaan telah sesuai degan standar dan kebijakan
yang berlaku.
c. Melakukan kegiatan pengawasan dokumentasi dan kualitas
pembiayaan yang diberikan.
d. Mengelola dan membina hubungan dengan pihak ketiga terkait
pembiayaan yang diberikan (pihak asuransi, notaris dan independen
apraisal).41
41 Wawancara dengan saudara Fathul Hakiki, Account Officer BMS Cabang Mataram, pada Kamis, 13 September 2018 pada pukul 09.00
40
D. Produk-produk Bank Mega Syari’ah
1. Penyaluran Dana(Landing)
a. Pembiayaan Modal Kerja
Pembiayaan Modal Kerja merupakan fasilitas pembiayaan
dengan tujuan pemberian tambahan dana untuk modal kerja usaha
baik untuk persediaan usaha maupun untuk menutupi piutang
usahanya.
FITUR :
Pembiayaan dalam mata uang rupiah.
Berdasarkan prinsip syariah dengan akad murabahah atau
musyarakah.
Jangka waktu pembiayaan 1 s/d 5 tahun.
Stuktur pembiayaan bersifat revolving dan non-revolving.
Pembayaran angsuran fleksibel dan disesuaikan dengan
kemampuan nasabah.
Margin tetap sepanjang waktu pembiayaan (akad murabahah).
b. Pembiayaan Investasi
Pembiayaan Investasi merupakan fasilitas pembiayaan yang
diberikan untuk membiayai kebutuhan investasi atau pengadaan
barang modal, seperti renovasi, rehabilitasi, perluasan usaha ataupun
pendirian proyek baru.
FITUR :
Pembiayaan dalam mata uang rupiah.
41
Berdasarkan prinsip syariah dengan akad murabahah atau
musyarakah.
Jangka waktu pembiayaan 1 s/d 5 tahun.
Realisasi pembiayaan dapat secara langsung atau bertahap.
Pembayaran angsuran fleksibel dan disesuaikan dengan
kemampuan nasabah.
Margin tetap sepanjang waktu pembiayaan (akad murabahah)
c. Pembiayaan Joint Financing
Pembiayaan Joint Financing adalah kerjasama antara Bank
Mega Syariah dengan Perusahaan Mitra untuk melakukan
pembiayaan secara syariah kepada Nasabah / end user dengan
sumber dananya merupakan sharing antara Bank Mega Syariah dan
Perusahaan Mitra.
FITUR :
Pembiayaan dalam mata uang rupiah.
Berdasarkan prinsip syariah dengan
akad murabahah dan ijarah muntahiyah bit tamlik.
Stuktur pembiayaan kepada end-user dapat disesuaikan dengan
produk pembiayaan perusahaan mitra.
Tujuan pembiayaan dapat berupa pembiayaan konsumtif
maupun produktif.
42
d. Pembiayaan IMBT iB
Pembiayaan IMBT iB adalah fasilitas pembiayaan investasi
dengan akad ijarah muntahiyah bit tamlik (IMBT) dimana obyek
yang dapat dibiayai adalah barang bergerak yang dapat diikat dengan
fiducia.
FITUR :
Pembiayaan dalam mata uang rupiah.
Berdasarkan prinsip syariah dengan akad ijarah muntahiyah
bit tamlik.
Jangka waktu pembiayaan 1 s/d 5 tahun.
Obyek yang dibiayai adalah barang bergerak yang ready stock.
Harga Sewa yang belum jatuh tempo dapat dilakukan review
dan penyesuaian dengan tingkat imbal hasil yang berlaku.
e. Pembiayaan MMQ iB
Pembiayaan MMQ iB adalah fasilitas pembiayaan
kepemilikan asset melalui pola kerjasama atas suatu usaha sewa,
dimana penyertaan porsi dana Bank menurun karena
pengambilalihan oleh nasabah.
FITUR :
Pembiayaan dalam mata uang rupiah.
Berdasarkan prinsip syariah dengan akad musyarakah
mutanaqisah.
Jangka waktu pembiayaan 1 s/d 5 tahun.
43
Obyek yang dibiayai adalah barang ready stock.
Harga Sewa yang belum jatuh tempo dapat dilakukan review
dan penyesuaian dengan tingkat imbal hasil yang berlaku.
f. Pembiayaan Rekening Koran Syariah iB
Pembiayaan Rekening Koran Syariah iB merupakan fasilitas
pembiayaan modal kerja dengan akad Musyarakah, dimana realisasi
maupun pembayaran pokok dapat dilakukan berulang-ulang kali,
selama limit fasilitasnya belum terlampaui dan pembiayaan belum
jatuh tempo.
FITUR :
Pembiayaan dalam mata uang rupiah.
Berdasarkan prinsip syariah dengan akad musyarakah.
Jangka waktu pembiayaan 1 tahun.
Pembiayaan bersifat revolving.
Penarikan dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan
menggunakan media Cek/BG.
Bagi hasil dihitung berdasarkan rata-rata penggunaan fasilitas
pembiayaan.
Pembayaran pokok dapat dilakukan sewaktu waktu.
Pembayaran bagi hasil dilakukan setiap bulan.
Nasabah dapat memanfaatkan pembiayaan secara optimal
dengan cara melakukan penarikan sesuai dengan kebutuhan.
44
2. Penghimpunan Dana (Funding)
a. Tabungan Haji iB
Tabungan Haji iB adalah tabungan yang ditujukan untuk
nasabah perorangan yang diperuntukkan untuk merencanakan dana
keberangkatan ibadah haji.
FITUR :
Simpanan dalam mata uang rupiah.
Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Mudharabah
Mutlaqah.
Dana tidak dapat ditarik, kecuali untuk setoran awal porsi haji
dan setoran pelunasan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji.
Keunggulan :
Sistem terhubung online dengan siskohat Kementerian Agama
RI.
Mendapatkan porsi Haji melalui switching siskohat setelah
memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Kemenag
Autodebet untuk setoran bulanan.
Syarat dan Ketentuan :
KTP
Kartu Keluarga (KK) & Akte Kelahiran (untuk Tabungan Haji
Anak)
Setoran Awal : Rp 200.000,-
Setoran Porsi Haji : Rp 25.100.000,-
45
Setoran Minimum selanjutnya : Rp 100.000,-
Saldo Minimum : Rp 100.000,-
Nisbah : 2.25%
b. Tabungan Simpel iB
Tabungan Simpel iB adalah tabungan yang ditujukan untuk
Nasabah Perorangan (khusus siswa) dengan persyaratan mudah dan
sederhana serta fitur yang menarik, dalam rangka edukasi dan inklusi
keuangan untuk mendorong budaya menabung sejak dini.
FITUR :
Simpanan dalam mata uang rupiah.
Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Mudharabah
Mutlaqah.
Keunggulan :
Setoran awal ringan.
Syarat :
Siswa PAUD, TK, SD, SMP, SMA, Madrasah (MI, MTS, dan
MA) atau sederajat yang bersekolah di sekolah yang telah
bekerjasama dengan Bank Mega Syariah.
Usia dibawah 17 Tahun dan belum memiliki KTP.
KTP orang tua/wali yang masih berlaku.
Surat kuasa yang sudah diverifikasi oleh pihak sekolah.
Kartu Keluarga.
Identitas Anak (NIK/NISN/NIS) dan Akta Kelahiran.
46
Ketentuan :
Setoran Awal : Rp 1.000,-.
Saldo Minimum : Rp 1.000,-.
Saldo Maksimum : Rp 20.000.000,-.
Minimum setoran selankutnya : Rp 1.000,-
Nisbah : 1%.
c. Tabungan Investasya iB
Tabungan Investasya iB adalah tabungan yang ditujukan untuk
Nasabah Perorangan dan Non Perorangan yang memberikan bagi
hasil lebih tinggi untuk dana investasi lebih besar.
FITUR :
Simpanan dalam mata uang rupiah.
Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Mudharabah
Mutlaqah.
Nilai investasi akan berpotensi naik/turun mengikuti
pergerakan profit Bank.
Dana dapat diambil sewaktu - waktu oleh Nasabah.
Keunggulan :
Nisbah yang lebih tinggi
Diskon Special 5% untuk transaksi debit menggunakan mesin
EDC Bank Mega di Transmart, METRO & Indeksliving Mall
47
Diskon Special 10% untuk transaksi debit menggunakan mesin
EDC Bank Mega di Wendys, Coffe Bean & Tea Leaf, Baskin
Robins
Tambahan Saldo Kidscity / Transtudio Mini sampai dengan
50% untuk top up saldo menggunakan kartu debit BMS.
Fitur Bill payment (pembayaran PDAM, Listrik dan pembelian
Pulsa).
Gratis biaya debit di mesin EDC Prima (BCA).
Gratis tarik tunai di ATM jaringan MegaNet.
Layanan SMS Notifikasi dan Mega Syariah Mobile
Ketentuan :
Setoran Awal : Rp 25.000.000,-.
Setoran Min Selanjutnya : Rp 50.000,-
Saldo Minimum : Rp 1.000.000,-.
Syarat :
Melampirkan KTP pengurus perusahaan
Melampirkan copy akte pendirian perusahaan dan perubahan
terakhir
Melampirkan copy NPWP
Melampirkan copy SIUP/TDP
Melampirkan copy domisili perusahaan
48
d. Tabungan Rencana iB
Tabungan Rencana iB adalah tabungan yang ditujukan untuk
Nasabah perorangan yang dapat digunakan untuk merencanakan
semua kegiatan sesuai keinginan nasabah.
Tabungan Rencana iB terdiri dari :
1. Tabungan rencana - Setoran rutin
Jumlah dan tanggal setoran tetap setiap bulannya sesuai
dengan pilihan nasabah.
2. Tabungan rencana - Setoran non rutin
Jumlah dan tanggal setoran bebas sesuai dengan cashflow
Nasabah, namun Nasabah memiliki target dana dan waktu
pemenuhan target dananya.
FITUR :
Simpanan dalam mata uang rupiah.
Berdasarkan prinsip syariah dengan akad Mudharabah
Mutlaqah.
Jangka Waktu 6 s/d 216 bulan (18 tahun).
Rekening akan ditutup secara otomatis jika terjadi gagal
debet setoran sebanyak 3 kali berturut-turut.
Keunggulan :
Jangka waktu yang beragam sesuai dengan kebutuhan
Nasabah.
Bagi hasil yang kompetitif.
49
Syarat :
KTP
Usia minimal 17 tahun dan maksimal 60 tahun pada saat
pembukaan rekening atau 65 tahun pada saat jatuh tempo.
Ketentuan :
Tabungan Rencana iB - Setoran Rutin.
Setoran Rutin : Minimal Rp 100.000,-/Bulan
Tabungan Rencana iB - Setoran Non Rutin.
Setoran Awal : Minimal Rp 300.000,-
Jangka Waktu : 6 Bulan - 216 Bulan (18 tahun)
Nisbah : 8.5%.42
42 www.megasyari’ah.co.id, di akses pada 3 September 2018, pada pukul 10.00
50
E. Mekanisme pelaksanaan pembiayaan murabahah bil wakalah di Bank
Mega Syari’ah Cabang Mataram
Penerapan akad murabahah bil wakalah dalam bentuk pembiayaan
di Bank Mega Syari’ah bukan hanya, bersifat produktif melainakan juga
bersifat konsumtif. Pada prakteknya sudah di terapkan, misalkan. Nasabah
membutuhkan tambahan modal untuk memperbesar usahanya atau pembelian
barang yang bersifat konsumtif seperti membeli sebuah mobil atau motor dan
lain sebagainya. Dalam mengajukan pembiayaan di Bank Mega Syariah, bank
membelikan barang yang diingikna oleh nasabah, namun karena keterbatasan
supplier Bank Mega Syariah mewakilkan kenasabah untuk membeli sendiri
keperluan tesebut. Setelah itu pihak bank juga meminta bukti nota-nota
pembelian dari nasabah agar pihak bank mengetahui apakah barang yang
dibeli nasabah sesuai dengan pengajuan yang di daftarkan dalam rencana
pembiayaan.
Hal ini sesuai dengan prinsip akad murabahah sebegaiaman yang
digunakan dalam perbankan syari’ah, prinsipnya didasarkan pada dua elemen
pokok; harga beli serta biaya yang terkait, dan kesepakatan atas mark up
margin (laba). 43 Ciri dasar akad murabahah (sebagai jual beli dengan
pembayaran tunda) adalah sebagai berikut :
a. Si pembeli harus memiliki pengetahuan tentang biaya-biaya terkait dan
tentang harga asli barang dan batas laba (mark up margin) harus
43 Muhammad Shaleh, Perhitungan bagi hasil, (Diktat kuliah Yogyakarta 1997), hlm. 94.
51
ditetapkan dalam bentuk persentase dari total harga ditambah biaya-
biayanya;
b. Apa yang dijual adalah barang atau komuditas yang dibayarkan dengan
uang;
c. Apa yang diperjualbelikan harus ada dan dimiliki oleh si penjual dan si
penjual harus mampu menyerahkan barang itu kepada si pembeli
d. Pembayarannya dapat ditangguhkan.44
Berdasarkan prinsip-prinsip diatas terutama pada poin c, dapat
dikatakan bahwa akad wakalah dalam pembiayaan murabahah mempunyai
kedudukan yang sangat penting. Hal ini dikarenakan pihak Bank tidak
memiliki semua kebutuhan yang diinginkan nasabah, sehingga pihak Bank
mewakilkan pembelian barang kepada nasabah (murabahah bil wakalah) dan
nasabah sebagai bentuk pertanggung jawabannya terhadap pihak Bank harus
menyerahkan bukti berupa nota pembelian barang sesuai dengan
pengajuananya pada pembiayaan murabahah.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada
bapak Zona Mustofa Amni selaku Funding Officerdi Bank Mega Syari’ah :
“Pembiayaan murabahah bil wakalah disini sama saja seperti halnya dengan yang lain, nasabah mengajukan pembiayaan untuk kebutuhan setelah itu pihak bank menilai nasabah dengan prinsip 3 C (character, capability, collateral) setalah dinyatakan lulus barulah bank memberikan sejumlah uang kepada nasabah untuk membeli barang yang diingkan kemudian nasabah diwajibkan untuk mengembalikan nota pembelian sebagai bukti”45
44Ibid 45 Wawancara dengan bapak Zona Mustofa Amni, Funding Officer BMS Cabang Mataram, Pada Selasa 25 September 2018 pukul 15.00
52
Hal senada juga dikatakan oleh ibu Ririn Aprianti selaku Marketing
Administrasi :
“Memang secara aturannya dalam akad murabahah itu harus digandeng dengan akad wakalah hal ini bertujauan agar memudahkan nasabah memperoleh barang yang diinginkan seasuai pengajuannya. Saya selaku administrasi tetap mengingatkan kepada nasabah untuk mengambalikan nota pembelian barangnya, karena itu merupakan syarat untuk kelengkapan berkas pengajuan dan syarat untuk terpenuhinya akad wakalah tersebut”46
Berdasarkan hasil wawancara dengan staf Bank Mega Syari’ah
terdapat kesamaan mengenai mekanisme pembiayaan murabahah bil wakalah
dengan penjelasan yang terdapat pada Fatwa DSN MUI
No.04/DSN_MUI/IV/2000 tentang murabahah dan Fatwa DSN MUI
No.10/DSN_MUI/IV/2000 tentang wakalah. Bank bertindak sebagai pihak
penyedia dana dalam transaksi murabahah dengan memberikan pembiayaan
sebagai atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakasi. Pihak
Bank wajib menyediakan dana untuk merealisasikan penyediaan barang yang
dipesan nasabah dan dapat memberikan potongan dalam besaran yang wajar
sesuai dengan kesepakatan. Nasabah disini sebagai pihak yang membeli
barang (perwakilan Bank) sesuai kesepakatan dan nasabah berkewajiban
mengembalikan nota pembelian sebagai bukti kepada pihak Bank, agar
terjaganya prinsip akad murabahah bil wakalah.
Sesuai yang dikatakan oleh Lalu Sumerat selaku nasabah Bank
Mega Syari’ah :
“saya mengajukan pembiayaan ini untuk membeli mobil, setelah berkas persyaratan yang diberikan bank saya lengkapi baru saya dikasi uang oleh
46 Wawancara dengan ibu Ririn Aprianti, Marketing Administrasi BMS Cabang Mataram, Pada Rabu 26 September 2018 pukul 10.00
53
pihak bank untuk membeli mobil yang saya inginkan, kemudian baru notanya saya berikan ke pihak bank, kalau ada sisa uangany bisa juga kita belikan barang yang lainnya mas”.47
Dalam mekanisme pembiayaan usaha mikro ini dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Penawaran Pembiayaan Usaha Mikro
Cara mengenalkan produk pada masyarakat adalah dengan
melakukan penawaran lewat brosur kepada sejumlah koperasi/instansi
yaitu dengan proses sosialisasi.
2. Permohonan Pembiayaan Usaha Mikro
Permohonan pembiayaan dilakukan secara tertulis dari nasabah
kepada Customer Service dengan mengisi form pengajuan pembiayaan.
Dalam proses permohonan pembiayaan ini calon nasabah harus
menyertakan persyaratannya antara lain:
a) Foto copy KTP (Suami/Istri).
b) Foto copy kartu keluarga.
c) Foto copy Akte nikah/cerai.
d) Foto copy slip gaji selama 3 bulan terakhir.
e) Asli SK terakhir/sertifikat hak milik + PBB + IMB (Izin Mendirikan
Bangunan) bagi perusahaan.
f) Surat persetujuan suami istri (bila sudah menikah) atau surat
pernyataan (bila belum menikah).
47 Wawancara dengan bapak Lalu Sumerat, nasabahBMS Cabang Mataram
54
Persyaratan diatas oleh bagian Customer Service akan
diserahkan ke bagian marketing untuk dicek kelengkapan dan dilakukan
wawancara terhadap perwakilan/ bendahara calon nasabah.
3. Perjanjian Pembiayaan Usaha Mikro
Perjanjian Pembiayaan adalah perjanjian kerjasama pembiayaan
mikro yang dilakukan oleh Bank Mega Syariah Cabang Mataram dengan
instansi. Adapun prosedur dalam perjanjian tersebut adalah:
a) Bagian marketing meneliti keaslian kelengkapan pembiayaan mikro,
misalnya tanda tangan KTP, surat nikah dan lain-lain.
b) Mencetak naskah perjanjian dan menyerahkannya ke Kepala Bank
Mega Syariah Cabang Mataram.
c) Kepala Bank Mega Syariah Cabang Mataram menandatangani
perjanjian tersebut paling bawah sebelah kiri surat perjanjian tersebut.
d) Bagian marketing menerima perjanjian tersebut lalu mengirimkannya
ke instansi.
e) Pihak instansi mendatangi Bank Mega Syariah Cabang Mataram dan
meminta keputusan tentang pembiayaan dan meminta lembar
perjanjian pembiayaan.
f) Kepala instansi membaca dan mempelajari dengan seksama perjanjian
pembiayaan tersebut dan jika tidak setuju langsung ditandatangani
pada sebelah kanan perjanjian tersebut.
55
4. Persetujuan komite pembiayaan
Setelah perjanjian pembiayaan di setujui oleh bendahara
perusahaan, tahap diputuskannya persetujuan suatu permohonan oleh
komite pembiayaan. Selanjutnya dilakukan pembuatan surat penegasan
persetujuan kepada pemohon pembiayaan, maka akan diserahkan kepada
analis pembiayaan dengan persetujuan Komite Pembiayaan. Adapun
prosedur untuk mendapatkan persetujuan komite pembiayaan adalah:
a. Perjanjian pembiayaan diserahkan lagi ke Bank Mega Syariah
cabang Mataram melalui analis pembiayaan.
b. Analis pembiayaan menganalisis citra instansi yang
merekomendasikan calon nasabah.
c. Analis pembiayaan menganalisis character, capacity, capital,
condition dan collateral per calon nasabah dengan mengecek ke BI
Checking dan Bank Checking.
d. Hasil analisis diberitahukan ke Komite Pembiayaan.
e. Dari hasil analisa tersebut maka Komite Pembiayaan baru bisa
menentukan apakah pembiayaan yang diajukan calon nasabah
disetujui atau tidak.
f. Menelpon bendahara instansi dan memberitahukan bahwa Komite
Pembiayaan, telah menyetujui permohonan pembiayaan yang
diinginkan.
56
5. Pembukaan Rekening
Setelah proses persetujuan komite pembiayaan, maka nasabah
datang sendiri ke Bank Mega Syariah Cabang Mataram untuk
pembukaan rekening. Karena mengajukan pembiayaan nasabah harus
mempunyai rekening di Bank Mega Syariah Cabang Mataram.
Pembukaan rekening ini atas nama individu bukan nama instansi.
6. Penandatanganan Akad
Penandanganan akad dilakukan oleh Bank Mega Syariah
Cabang Mataram untuk mengetahui tujuan calon nasabah mengajukan
pembiayaan, apakah untuk keperluan konsumtif (menggunakan akad
murabahah) atau untuk memperoleh manfaat atau atas jasa seperti: biaya
pendidikan anak (menggunakan akad ijarah).
7. Persetujuan
Usulan pembiayaan yang telah dibuat account officer
selanjutnya akan diusulkan kepada komite pembiayaan untuk
mendapatkan persetujuan. Atas usulan tersebut komite pembiayaan
memiliki hak sepenuhnya untuk menyetujui atau menolak suatu
permohonan pembiayaan, bila disetujui, biasanya komite pembiayaan
akan memberikan catatan-catatan atau disposisi atas hal-hal yang perlu
dipenuhi, dilengkapi, atau dijalankan dalam pemberian pembiayaan.
Setiap disposisi yang dibuat oleh komite pembiayaan harus diperhatikan
oleh account officer. Bila hal-hal tersebut merupakan keputusan yang
57
harus dipenuhi oleh nasabah, maka hal tersebut harus dicantumkan dalam
persyaratan pembiayaan.
Persetujuan oleh komite pembiayaan selanjutnya ditindak lanjuti
dengan penerbitan surat persetujuan pembiayaan. Surat persetujuan
pembiayaan merupakan surat pemberitahuan bank kepada nasabah,
bahwa bank telah menyetujui permohonan pembiayaan yang diajukan
oleh nasabah. Dalam surat persetujuan pembiayaan tercantum segala hal-
hal direkomendasikan dalam usulan pembiayaan, meliputi struktur
pembiayaan yang diberikan dan persyaratan-persyaratan yang harus
dipenuhi oleh nasabah sebelum pembiayaanya direalisasikan. Apabila
nasabah telah membaca dan menyetujui isi surat persetujuan pembiayaan,
maka nasabah harus menandatanganinya di atas materai cukup sebagai
bukti sah persetujuan nasabah.
Di dalam proses persetujan ini, pihak bank akan menghubungi
bendahara instansi tersebut. Adapun langkah dalam proses persetujuan
adalah:
a. Akad yang telah ditandatangani diperiksa oleh Bank Mega Syari’ah
Cabang Mataram.
b. Pihak Bank Mega Syari’ag Cabang Mataram memberikan surat
persetujuan dan kuasa untuk ditandatangani bendahara gaji.
c. Memberikan surat kuasa pendebetan rekening, tanda terima uang
oleh nasabah, surat sanggup yang ditandatangani calon nasabah.
58
d. Seluruh surat ditandatangani dengan dibubuhi materai dan
diserahkan lagi kebagian komite pembiayaan.
8. Pencairan
Tahap pencairan pembiayaan adalah tahapan pamungkas dari
rangkaian panjang proses pembiayaan. Sejak dilakukannya pencairan
pembiayaan kepada seorang nasabah, maka mulai saat itu fasilitas
pembiayaan yang diberikan akan dicatat sebagai account bagi bank.
Account tersebut merupakan aktiva yang akan menjadi sumber
penghasilan bagi bank, dan pada saat yang sama juga mengandung risiko
bagi bank. Risiko utama dari setiap fasilitas pembiayaan adalah adanya
peluang untuk menjadi pembiayaan bermasalah. Oleh karenanya bank
harus mengelola risiko tersebut dengan baik melalui langkah-langkah
yang harus dijalankan secara hati-hati dalam proses pencairan
pembiayaan.
Dalam merealisasikan pembiayaan, dikenal prinsip
prudensialitas (kehati-hatian), yaitu:
a. Prinsip Dual Control
Prinsip ini mengandung maksud bahwa pelaksana realisasi
pencairan pembiayaan harus dijalankan oleh suatu bagian yang
terpisah dari bagian pemprosesan pembiayaan. Dengan adanya
pemisahan fungsi seperti ini, maka diharapkan akan berlaku fungsi
check and recheck atas proses pembiayaan.
59
b. Prinsip Compliance
Persetujuan pembiayaan diberikan dengan persyaratan-
persyaratan yang harus dipenuhi sebagaimana tercantum dalam
usulan pembiayaan, tertulis dalam surat persetujuan pembiayaan dan
tercatat pula di dalam akad pembiayaan. Oleh karenanya, setiap
aspek yang dipersyaratkan akan menjadi suatu keharusan untuk
dipenuhi oleh nasabah. Artinya, sebelum realisasi pembiayaan
nasabah harus memenuhi compliance atau kepatuhan atas hal-hal
yang disyaratkan. Petugas pelaksana pencairan berhak menolak
melakukan pencairan bila suatu pembiayaan tidak memenuhi unsur
compliance atas hal-hal yang seharusnya dipenuhi.
Sebelum terjadinya pencairan, maka dilakukan pemeriksaan
terlebih dahulu terhadap semua kelengkapan dan persyaratan yang
telah ditentukan, termasuk persyaratan tambahan yang didisposisikan
oleh komite pembiayaan. Setelah semua persyaratan lengkap maka
pencairan baru dapat dilakukan.
Adapun syarat dari proses pencairan dana pada akad
murabahah bi al-wakalah adalah:
a. Nasabah telah menandatangani akad pembiayaan.
b. Surat-surat yang disyaratkan telah lengkap.
Pencairan dilakukan secara kolektif ke rekening masing-
masing nasabah dan maksimal 100 juta per instansi. Pencairan dapat
dilakukan dengan tiga cara yaitu:
60
a. Transfer ke rekening giro penjual.
b. Transfer ke rekening Tabungan Bank Mega Syariah tiap
nasabah.
c. Transfer ke rekening giro instansi di bank berdasarkan kuasa
dari masing-masing nasabah.48
Berikut beberapa daftar nama nasabah yang menggunakan pembiayaan
akad murabahah bil wakalah:49
No Nama Nasabah Alamat Jenis Usaha Plafond
1 Lalu Sumerat Ampenan Pedagang Bahan
Bangunan
105 jt
2 Muhsin Cakranegara Pedagang Bakso 40 jt
3 Suparman Mataram Pedagang Baju 51 jt
4 Murti Ampenan Warung Makan 10 jt
5 Sumarno Selaparang Warung Makan 125 jt
6 Muhammad Aswadi Ampenan Pengusaha Fotocopy 30 jt
7 Ishak Ampenan Pedagang Mie Ayam 25 jt
8 Bq. Kurniati Cakranegara Pedagang Baju 40 jt
9 Suparno Sekarbela Pedagang Emas 51 jt
10 Siti Hurairah Mataram Pedagang Baju 40 jt
11 Ida Haris Ampenan Pedagang Kaki Lima 51 jt
12 Hadisiyah Cakranegara Pedagang Baju 30 jt
13 Maemunah Cakranegara Warung Makan 20 jt
14 Marlita Mataram Pedagang Toko 100 jt
15 Abdurrahman Sekarbela Pedagang Emas 25 jt
48 Wawancara dengan saudara Fathul Hakiki, Account Officer BMS Cabang Mataram,
pada Selasa, 18 September 2018 pada pukul 14.00 49 Data base Bank Mega Syari’ah Cabang Mataram, di ambil pada Selasa, 18 September 2018 pada pukul 14.00
61
Berdasarkan data diatas dari beberapa data nasabah yang penulis
dapat dari Bank Mega Syari’ah Cabang Mataram (data terlampir). Dari
100 nasabah yang mengajukan pinjaman yang paling banyak berasal dari
Ampenan 40 %, Cakranegara 30% dan sisanya dari beberapa Kecamatan
yang ada di kota Mataram. Dari 40% nasabah yang berasal dari Ampenan,
50% nya atau setengah dari data tersebut berprofesi sebagai pedagang.
Dalam rangka mencari jawaban dari permasalahan, sebagaimana
dikemukakan pada fokus masalah, penulis menggunakan upaya
pengumpulan data dengan berbagai metode, yaitu observasi dan
wawancara. Hasil pengumpulan data tersebut selanjutnya penulis kemukan
paparan studi kasus dalam bentuk kualitatif. Untuk data kualitatif
diperoleh dari hasil wawancara dan observasi.
Sedangkan cara penulis memperoleh data didasarkan pada
instrument seperti obsevasi dan wawancara dengan karyawan dan nasabah
yang dianggap layak memberikan informasi terkait dengan judul
penelitian. Sesuai dengan tingkat kebutuhan pembahasan terhadap data
yang penulis peroleh dari hasil penelitian, maka penulis akan memilih
hasil wawancara terhadap pegawai dan nasabah yang ada di Bank Mega
Syari’ah. Ini dimaksudkan agar pembahasan tidak dilakukan berulang-
ulang, karena jawaban atas pertanyaan yang termasuk dalam lembaran
hasil wawancara pada umumnya memiliki kemiripan bahkan ada yang
sama. Atas dasar itulah sehingga penulis melakukan penelitian dan
62
mencari jawaban yang signifikan dengan pokok permasalahan yang
dibahas dalam skripsi ini.
Bank Mega Syari’ah adalah sebuah lembaga keuangan yang
kegiatannya menghimpun dan menyalurkan dana bagi kepentingan
masyarakat, seperti penyaluran dana dengan menggunakan akad
murabahah bil wakalah. Untuk itu peneliti menanyakan wacana tentang
akad murabahah bil wakalah yang terdapat pada Bank Mega Syari’ah.
Sebagaimana penuturan beliau ketika peneliti menanyakan
bagaimana proses pelaksanaan akad murabahah bil wakalah di Bank
Mega Syari’ah.Seperti yang diungkapkan oleh karyawan di Bank Mega
Syari’ah yaitu :Hasil wawancara dengan bapak Fathul Hakiki selaku
Account Officer Bank Mega Syari’ah Cabang Mataram menjelaskan
bahwa :
“Pelaksanaan pembiayaan murabahah disini ada beberpa skema diantaranya ada yang menggunakan pembiayaan murabahah bil wakalah, kalau yang menggunakan murabahah bil wakalah ini sebenarnya sama saja seperti murabahah pada umumnya tetapi perbedaannya pada nasabah langsung yang membeli barang tersebut, sebelum pembelian barang tersebut bank mensurvei pekerjaan dan penghasilan apakah sesuai dengan apa yang tertera pada persyaratan tersebut, istilahnya kemampuan nasabah tersebut untuk membayar, setelah barangnya ada barulah kita bicarakan berapa keuntunga yang akan diambil oleh bank, biasanya nasabah memberikan nota pembelian barang itu sebagai buktinya”.50
50Wawancara dengan saudara Fathul Hakiki, Account Officer BMS Cabang Mataram, pada Selasa, 18 September 2018 pada pukul 14.00
63
Hal senada juga dikatakan oleh salah satu nasabah Bank Mega
Syari’ah, yaitu bapak Muhsin :
“Saya mengajukan pembiayaan, kemudian pihak bank meminta saya untuk melengkapi beberapa persyaratan. Setelah itu orang dari bank dateng buat survei atau mengecek usaha dan jaminan saya, kemudian setelah disetujuai saya datang ke bank untuk tanda tangan dan pihak bank memberikan sejumlah uang yang kemudian digunakan untuk membeli barang yang saya inginkan, kemudian Bank meminta nota pembelian barang sebagai bukti”.51
Dari hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa penerapan
atau praktik akad murabahah bil wakalah di Bank Mega Syari’ah memiliki
tiga unsur penting dalam menentukan disetujui atau tidaknya suatu
pengajuan akad pembiayaan. Unsur-unsur tersebut yaitu ;
a. Character, yaitu penilaian yang dilakukan oleh pihak Bank terhadap
nasabah dengan cara melakukan survei kepada masyarakat atau
tetangga dari nasabah yang bersangkutan serta melakukan pengecekan
pada aparatur desa tentang sifat nasabah dalam masyarakat. Dan juga
penilaian dilakukan oleh pihak Bank melalui BI Checking untuk
mengetahui apakah nasabah tersebut pernah menunggak atau tidak
pada lembaga pembiayaan lain.
b. Capability, yaitu penilaian terhadap kemampuan nasabah dalam
melakukan pembayaran terhadap Bank, hal ini dinilai dari berapa
pemasukan nasabah dari ushanya dikurangi dengan pengeluaran
nasabah untuk usaha dan kehidupan pribadinya.
51 Wawancara dengan bapak Muhsin, nasabah BMS Cabang Mataram
64
c. Collateral, yaitu penilaian terhadap jaminan yang diajukan oleh
nasabah terhadap Bank sebagai agunan pembiayaan, dengan menilai
besaran nilai atau harga agunan sesuai dengan pengajuan jumlah
pinjaman yang dikalkulasikan dengan harga barang.
Pada prakteknya pelaksanaan akad murabahah bil wakalah dalam
bentuk pembiayaan di Bank Mega Syari’ah bukan hanya bersifat produktif
melainakan juga bersifat konsumtif, sehingga untuk memutuskan bahwa
pengajuan nasabah disetujui atau tidak harus melalui proses penilaian yang
sangat ketat. Hal ini, untuk menjaga kualitas penilaian perbankan.
Berdasarkan hasil penelitian, penulis berpendapat terdapat
beberapa kekurangan dalam proses pembiayaan akad murabahah bil
wakalah di Bank Mega Syari’ah Cabang Mataram, sehingga proses
pembiayaan ini menimbulkan kurang terkontrolnya nasabah dalam
pembelian barang, terkadang nota pembelian barang tersebut tidak
diberikan oleh nasabah kepada Bank atau tidak sesuai dengan pengajuan
yang mengakibatkan proses tersebut tidak berjalan sesuai dengan aturan
yang ada.
65
BAB III
PEMBAHASAN
A. Praktik pelaksanaan akad murabahah bil wakalah pada Bank Mega
Syari’ah Cabang Mataram
Pelaksanaan akad murabahah bil wakalah dapat dikatakan syariah
apabila melakukan akad wakalah terlebih dahulu baru melakukan akad
murabahah setelah barang yang dimaksud sudah menjadi milik bank. Namun
dari hasil penelitian, dalam praktik penerapan akad murabahah bil wakalah
yang dilakukan oleh Bank Mega Syariah ialah menggunakan 2 akad
murabahah dan wakalah, walaupun disini untuk akad wakalah nya sendiri
dilakukan secara internal saja, yaitu antara pihak bank dan nasabah atau biasa
disebut dengan akad dibawah tangan, artinya untuk akad wakalah ini sebagai
akad pelengkap. Dan dalam hal ini Bank Mega Syari’ah hanya sebagai
pemberi dana saja, namun pada pelaksanaan akad pihak bank dan calon
nasabah akan menandatangani dua akad yaitu untuk akad murabahah dan
akad wakalah. Dan Akad wakalah inilah yang akan menjadi surat
pendelegasian pembelian barang kepada nasabah.
Adapun beberapa penerapan akad murabahah di Bank Mega Syariah
KC Mataram, sebagaimana berikut:
a. Barang yang Diperjual Belikan
Berdasarkan ayat Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 275, Allah
mengatakan bahwa setiap transaksi murabahah harus bebas dari riba,
termasuk pula barang yang diperjualbelikan dalam murabahah pun juga
66
harus barang yang halal.Selain ayat Al-Qur’an diatas syarat mengenai
barang yang diperjualbelikan juga dapat dilihat dari ketentuan
berdasarkan Fatwa DSN No.04/DSN-MUI/IV/2000 yang berbunyi
barang yang diperjualbelikan bukan termasuk barang yang diharamkan
atau dilarang oleh agama. Dan ternyata dalam prakteknya Bank Mega
Syariah menerapkan seperti apa yang diperintahkan oleh Al-Qur’an dan
Fatwa DSN tersebut, karena dalam prakteknya Bank Mega Syariah ini
hanya membiayai pembiayaan yang halal saja baik itu zat maupun non
zat nya.
b. Jaminan
Berdasarkan ayat Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 283, Allah
mengatakan bahwa setiap jaminan itu diperbolehkan adanya. 52 Selain
dari ayat Al-Qur’an juga di atur dalam Fatwa DSN No.04/DSN-
MUI/IV/2000 yang berunyi, jaminan ialah sebagai berikut: Jaminan
bukanlah suatu yang bersifat mutlak yang harus dipenuhi dalam
pembiayaan murabahah, jaminan hanyalah dimaksudkan untuk menjaga
agar si pemesan serius dengan barang yang dipesan. 53 Dan ternyata
pelaksanaan di Bank Mega Syari’ah terkait hal jaminan, pihak Bank
Mega Syariah menganggap bahwa jaminan itu penting karena bukan
hanya sebagai tanda keseriusan saja tapi juga digunakan pertama kali
untuk penentuan besarnya plafond pembiayaan yang diberikan.
52Departemen Agama RI. .Al-Qur‟an dan Terjemahnya. (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1996).
53DSN MUI, Himpunan Fatwa DSN ....hlm. 26
67
c. Penerapan Margin
Dalam penentuan harga pokok ditambah keuntungan, Dalam hal
penentuan syarat-syarat dan penetapan margin untuk setiap akad
pembiayaan yang diberikan, Bank Mega Syariah juga menerapkan hal
yang sama seperti yang dilakukan oleh kebanyakan bank yaitu
berdasarkan pada kesepakatan dari satu sisi saja yaitu dari pihak bank
sendiri. Walaupun ada negosiasi namun tetap saja keputusan akhir
ditentukan oleh pihak bank.
d. Penalti dan Diskon
Dalam hal penalti dan diskon, Bank Mega Syariah menerapkan
yaitu pihak bank tidak menerapkan adanya penalti namun dalam hal
diskon penerapannya ada walaupun hanya sebatas usulan saja karena
Bank Mega Syariah berprinsip bahwa potongan harga itu diperbolehkan,
tapi tidak boleh diperjanjikan berapa nominalnya dan tidak boleh
diakadkan, hal itu dikarenakan islam sendiri pun mengajarkannya seperti
itu.
Berdasarkan Fatwa No. 23/DSN-MUI/III/2000 tentang potongan
pelunasan dalam murabahah dimana dalam fatwa ini dijelaskan bahwa:
a. Jika nasabah dalam transaksi murabahah melakukan pelunasan
pembayaran tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang telah
disepakati, LKS boleh memberikan potongan dari kewajiban
pembayaran tersebut, dengan syarat tidak diperjanjikan dalam akad.
68
b. Besar potongan sebagaimana dimaksud diatas diserahkan pada
kebijakan dan pertimbangan LKS.
Pada praktiknya akad murabahah bil wakalah hukumnya mubah
jika dilakukan sesuai dengan konsep fiqih dimana Bank bertindak
sebagai penjual barang yang harganya sudah jelas seperti pembelian
mobil di dealer, kemudian untuk memudahkan nasabah dalam memilih
karakteristik dari barang yang akan dibeli, maka Bank mewakilkan
pembelian kepada nasabah. Maka dalam prakteknya Bank dan nasabah
tidak boleh melakukan akad murabahah terlebih dahulu tetapi hendaknya
melakukan akad wakalah terlebih dahulu agar barang yang dibeli
menjadi milik bank dan tidak langsung berpindah kepemilikan pada
nasabah.54
Aplikasi murabahah bil wakalah yang sah adalah Bank
mewakilkan pembelian barang kepada nasabah atas izin dan kuasa dari
bank, dan akad dibuat secara terpisah. Fatwa Dewan Syariah Nasional
No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah pada poin 9 disebutkan
“jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang
dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah
barang, secara prinsip, menjadi milik bank”.55
Namun aplikasi murabahah bil wakalah seringkali
menimbulkan kecurangan side streaming yang berarti penggunaan dana
54 Yenti Afrida, “Analisis Pembiayaan Murabahah di Perbankan Syariah”, JEBI (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam), Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2016, hlm. 164 55 Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah dikutip dari https://dsnmui.or.id/produk/fatwa/ diakses pada 07 Oktober 2018.
69
yang tidak sesuai dengan akad perjanjian awal. Adanya akad wakalah
akan membebaskan nasabah untuk membeli barang sendiri tanpa ada
pendampingan dari pihak bank syariah yang berakibat pada tidak sah-nya
akad murabahah. Kecurangan ini dilakukan nasabah dengan memalsukan
kwitansi atau bukti pembelian sehingga kecurangan tersebut tidak
diketahui oleh bank syariah.56
Dalam sebuah hadits dinyatakan :
”Seorang mukmin itu bagaikan seorang pedagang, dia tidak akan menerima laba sebelum ia mendapatkan modal pokoknya. Demikian juga, seorang mukmin tidak akan menerima amalan-amalan sunnahnya sebelum ia menerima amalan-amalan wajibnya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam Islam tidak ada sesuatu pun yang bebas nilai, segala
sesuatu pasti ada batasan dan ketentuan-ketentuannya. Begitu pula dalam
penentuan margin/laba, yang walaupun sebenarnya dalam penentuan laba
adalah hak penjual, namun secara umum dapat dikatakan bahwa ada
kriteria umum Islam yang dapat memberi pengaruh dalam penentuan
batas laba, diantaranya sebagai berikut :57
1. Nilai-nilai Iman, Akidah, serta Akhlak Pedagang
Menurut konsep Islam nilai-nilai akhlak, keimanan dan
tingkah laku seorang pedagang muslim memegang peranan dalam
penentuan kadar laba dalam transaksi dan muamalah. Karena ketika
56 Mufti Afif dan Richa Angkita Mulyawisdawati, “Celah Riba pada Perbankan Syariah serta Konsekwensinya Terhadap Individu, Masyarakat dan Ekonomi”, Jurnal Cakrawala, Vol. XI, No. 1, 2016, hlm. 11 57www.google.com., “penentuan margin dalam perbankan syari‟ah”, diakses pada 07 November 2018.
70
ekonomi Islam mau diaplikasikan, kalau tanpa dibarengi nilai-nilai
luhur (seperti tidak adanya kejujuran) adalah nonsense. Maka segala
bentuk kegiatan ekonomi yang bersifat monofoli, eksploitasi,
penipuan, kebohongan, kecurangan, pembodohan, dan segala sesuatu
yang mengakibatkan pengambilan harta orang lain secara batil
sangat terlarang adanya.
2. Kelayakan dalam Penentuan Laba
Islam menganjurkan agar para pedagang tidak berlebihan
dalam mengambil laba. Ali bin Abi Thalib pernah menjajakan susu
di pasar Kuffah dan beliau berkata, ”Wahai para saudagar! Ambilah
(laba) yang pantas maka kamu akan selamat (berhasil) dan jangan
kamu menolak laba yang kecil karena itu akan menghalangi kamu
dari pendapatan (laba) yang banyak.”
Dengan sudah ditentukannya barang yang diperjanjikan, maka
pihak Bank dan nasabah selanjutnya menentukan jumlah besaran margin
yang disepakati dari harga pokok barang tersebut.
Berdasarkan pemaparan diatas penulis berpendapat bahwa Bank
Mega Syari’ah yang berkedudukan sebagai lembaga syari’ah sudah
menjalankan praktik akad murabahah bil wakalah sesuai dengan aturan
yang berlaku serta menjalankan prinsip-prinsip syari’ah. Namun menurut
hemat penulis Bank Mega Syari’ah harus lebih meningkatkan fungsi
keterbukaan dan fungsi kontrol dalam hal pembelian barang, harag pokok
barang. Sebagai fungsi kontrolnya Bank Mega syari’ah harus juga selalu
71
mengingatkan nasabah untuk mengembalikan nota dan membeli barang
sesuai dengan apa yang diajukan, guna menghindari adanya side
streaming.
B. Tinjauan Ekonomi Islam pada akad murabahah bil wakalah di Bank
Mega Syari’ah Cabang Mataram
Sistem keuangan dalam perbankan Islam merupakan bagian dari
konsep yang luas tentang ekonomi Islam, dimana tujuannya sebagaimana
dianjurkan oleh para ulama adalah memberlakukan sistem nilai dan etika
islam ke dalam lingkungan ekonomi. Persepsi Islam dalam transaksi finansial
itu dipandang oleh banyak kalangan muslim sebagai kewajiban agama dalam
bersungguh-sunguh memperhatikan batas-batas yang digariskan oleh Islam.
Oleh karena itu, produk-produk pendanaan dan pembiayaan pada lembaga
keuangan harus menghindari unsur-unsur yang dilarang oleh Islam.
Prinsip dasar dari ekonomi Islam tentunya tidak hanya bergantung
atau memberikan keuntungan kepada salah satu atau sebagian pihak saja.
Ajaran Islam menghendaki transaksi ekonomi dan kebutuhan ekonomi dapat
memberikan kesejahteraan dan kemakmuran manusia hidup di muka bumi.
Prinsip dasar ekonomi ini juga tentu berlandasakan kepada Rukun
Islam, Dasar Hukum Islam, Fungsi Iman Kepada Allah SWT, Sumber Syariat
Islam, dan Rukun Iman. Berdasarkan teorinya ada beberapa prinsip Ekonomi
Islam yang senantiasa ada dalam aturan islam antara lain :58
58www.google.com., “Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam” di akses pada Minggu 07 Oktober 2018
72
1. Tidak Menimbulkan Kesenjangan Sosial
Pada prinsipnya Bank Mega Syari’ah tidak membeda-bedakan
nasabah dari status sosialnya. Bank Mega Syari’ah melakukan penilaian
terhadap nasabah berdasarkan pada kemampuan nasabah tersebut dalam
memenuhi syarat-syarat pengajuan dan ketentuan dalam proses pengajuan
pembiayaan.
Prinsip dasar Islam dalam hal ekonomi senantiasa berpijak dengan
masalah keadilan. Islam tidak menghendaki ekonomi yang dapat
berdampak pada timbulnya kesenjangan. Misalnya saja seperti ekonomi
kapitalis yang hanya mengedepankan aspek para pemodal saja tanpa
mempertimbangkan aspek buruh, kemanusiaan, dan masyarakat marginal
lainnya.Untuk itu, Islam memberikan aturan kepada umat Islam untuk
saling membantu dan tolong menolong.
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yangberhak menerimanya dan apabila kamu menetapkan hukum di
antara manusia,hendaklah dengan adil…” (QS. an-Nisa : 58).
Ayat diatas menjelaskan bahwa dalam penentuan nasabah pihak
bank harus menilai dengan sebenar-benarnya, tanpa mengurangi atau
melebihkan hasil penilaian. Sehingga tidak ada terjadinya tebang pilih
pada pemberian pembiayaan terhadap nasabah.
73
2. Tidak Bergantung Kepada Nasib yang Tidak Jelas
Dalam transaksi murabahah bil wakalah Bank dan nasabah harus
benar-benar menentukan barang yang akan dibeli baik berupa bentuk,
warna, dan spesifikasinya secara jelas dan detail. Hal ini dikarenakan
untuk menghindari ketidakjelasan terhadap barang yang akan diakadkan
guna menghindari pelanggaran terhadap prinsip ekonomi Islam.
Bank Mega Syari’ah sebagai lembaga syari’ah harus
mengedepankan prinsip ini dengan cara mewakilkan pembelian barang
kepada nasabah agar tidak terjadinya kesalahan terhadap ketidakjelasan
barang dengan pengembalian nota pembelian barang tersebut sebagai
bentuk kontrol Bank kepada nasabah.
Untuk itu, prinsip ekonomi Islam berpegang kepada kejelasan
transaksi dan tidak bergantung kepada nasib yang tidak jelas, apalagi
melalaikan ikhtiar dan kerja keras.
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi.
Katakanlah: “Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa
manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari
manfaatnya.”…” (QS Al-Baqarah : 219)
Islam melarang umatnya untuk menggantung nasib kepada hal
yang sangat tidak jelas, tidak jelas ikhtiarnya, dan hanya mengandalkan
74
peruntungan dan peluang semata. Untuk itu Islam melarang perjudian dan
mengundi nasib dengan anak panah sebagai salah satu bentuk aktivitas
ekonomi.
3. Mencari dan Mengelola Apa yang Ada di Muka Bumi
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di
muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak
supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jumuah : 10)
Allah memberikan perintah kepada manusia untuk dapat
mengoptimalkan dan mencari karunia Allah di muka bumi. Hal ini seperti
mengoptimalkan hasil bumi, mengoptimalkan hubungan dan transaksi
dengan sesama manusia. Untuk itu, jika manusia hanya mengandalkan
hasil ekonominya dari sesuatu yang tidak jelas atau seperti halnya judi,
maka apa yang ada di bumi ini tidak akan teroptimalkan. Untuk itu, dalam
hal ekonomi prinsip Islam adalah jangan sampai manusia tidak
mengoptimalkan atau membiarkan apa yang telah Allah berikan di muka
bumi dibiarkan begitu saja. Nikmat dan rezeki Allah dalam hal ekonomi
akan melimpah jika manusia dapat mencari dan mengelolanya dengan
baik.
75
4. Larangan Ekonomi Riba
Lembaga syari’ah, khususnya Bank Mega Syari’ah dalam
menghindari riba pada pelaksanaanya menggunakan margin atau
keuntungan. Margin disini harus ditentukan diawal antara pihak Bank
dengan nasabah sampai menemukan kesepakatan berapa keuntungan yang
akan diperoleh Bank sehingga nasabah tidak merasa dibebankan atau
dirugikan. Dengan demikian Bank Mega syari’ah telah menerapkan
prinsip syari’ah dan menghindari riba.
Prinsip Islam terhadap ekonomi yang lainnya adalah larangan riba.
Riba adalah tambahan yang diberikan atas hutang atau transaksi ekonomi
lainnya. Orientasinya dapat mencekik para peminjam dana, khususnya
orang yang tidak mampu atau tidak berkecukupan. Yang dimaksudkan
dengan riba disini adalah pengambilan keuntungan yang berlipat ganda
atau berlebihan sehingga terjadinya zolim kepada salah satu pihak.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang
beriman.” (QS Al-Baqarah :278)
Sudah jelas dikatakan dalam Al-qur’an bahwa Allah menghalalkan
jual beli dan mengharamkan riba. Dalam islam pengambilan keuntungan
dibolehkan tetapi dengan cara harus adanya kesepakatan antara kedua
belah pihak dan keuntungan tersebut tidak terlalu berlebihan serta bersifat
transparansi.
76
5. Transaksi Keuangan yang Jelas dan Tercatat
Pencatatan disini yang dimaksudkan adalah penulisan secara jelas
yang dilakukan pihak Bank baik itu berupa jumlah pinjaman, besaran
angsuran, besaran margin, sisa angsuran dan sebagainya. Bank dalam hal
ini harus menginformasikan semuanya kepada pihak nasabah secara jelas
dan memudahkan nasabah untuk mendapatkan informasi yang diinginkan
nasabah tekait pembiayaannya.
Transaksi keuangan yang diperintahkan islam adalah transaksi
keuangan yang tercatat dengan baik. Transaksi apapun di dalam islam
diperintahkan untuk dicatat dan ditulis diatas hitam dan putih bahkan ada
saksi. Dalam zaman modern ini maka ilmu akuntansi tentu harus
digunakan dalam aspek ekonomi. Hal ini tentu saja menghindari pula
adanya konflik dan permasalahan di kemudian hari. Manusia bisa saja lupa
dan lalai, untuk itu masalah ekonomi pun harus benar-benar tercatat
dengan baik.
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu‟amalah
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar” (QS Al Baqarah : 282)
77
6. Keadilan dan Keseimbangan dalam Berniaga
Dalam pemberian pembiayaan kepada nasabah, Bank Mega
syari’ah telah berlaku adil kepada semua nasabah dengan cara memberikan
margin sesuai dengan besaran pinjamannya, tidak berdasarkan status
nasabah atau kedudukan nasabaha dalam masyarakat.
Allah memerintahkan manusia ketika melaksanakan perniagaan
maka harus dengan keadilan dan keseimbangan. Hal ini juga menjadi
dasar untuk ekonomi dalam Islam. Perniagaan haruslah sesuai dengan
neraca yang digunakan, transaksi keuangan yang digunakan, dan juga
standar ekonomi yang diberlakukan. Jangan sampai ketika bertransaksi
kita membohongi, melakukan penipuan, atau menutupi kekurangan atau
kelemahan dari apa yang kita transaksikan. Tentu saja, segalanya akan
dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT.
“Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan
timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu)
dan lebih baik akibatnya.” (QS. Al-Isra : 35)
Adapun terhadap rukun dan syarat akad pembiayaan murabahah
bil wakalah di Bank Mega Syariah Cabang Mataram sudah sesuai dengan
syariah dan kegiatan operasionalnya tidak mengandung unsur unsur yang
dilarang seperti maisyir, gharar, haram, dan riba. Adapun unsur-unsur lain
yaitu paksaan penyerahan yang menyebabkan kerugian, dan fasid atau
kerusakan yang beresiko batalnya pembiayaan.
78
Prinsip utama yang dianut oleh lembaga keuangan syari’ah dalam
menjalankan kegiatan usahanya adalah bebas dari “Maghrib” :59
1. Maysir
Maysir merupakan transaksi yang digantungkan kepada suatu
keadaan yang tidak pasti dan bersifat untung-untungan. Dalam hal ini
Bank Mega syari’ah selalu memberikan informasi yang terkait dengan
harga pokok barang, sehingga tidak adanya sesuatu yang tidak pasti
yang akan diterima oleh nasabah.
2. Gharar
Gharar berarti menjalankan suatu usaha secara buta tanpa
memiliki pengetahuan yang cukup. Gharar dapat terjadi pada transaksi
yang tidak jelas obyeknya, tidak dimiliki, tidak diketahui
keberadaannya atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi
dilakukan kecuali diatur dalam syari’ah ekonomi.Disini Bank Mega
syari’ah selalu terbuka dengan nasabah dalam menentukan suatu harga
maupun keuntungan yang akan diambilnya.
3. Haram
Haram dalam aktivitas ekonomi setiap orang dilarang untuk
melakukan kegiatan atau transaksi yang bersifat haram, baik haram
zatnya maupun haram selain zatnya. Kegiatan transaksi di Bank Mega
syari’ah bebas dari transaksi yang berbau haram, karena pada
59 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syari‟ah, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2009), hlm. 36.
79
prosesnya Bank sangat berhati-hati untuk memberikan dana untuk
pembelian barang yang bersifat tidak jelas apa yang akan dibelikannya.
4. Riba
Riba adalah penambahan pendapatan secara tidak sah, antara
lain dalam transaksi tukar-menukar barang yang sejenis yang tidak
sama kualitas, kuantitas dan waktu penyerahan. Bank Mega syari’ah
yang bertindak sebagai pemberi dana, dalam pengambilan keuntungan
(margin) selalu memberikan tawaran terhadap nasabah yang ingin
mengajukan pembiayaan, apakah nasabah tersebut sanggup atau setuju
dengan harag ditambah keuntungan yang akan diberikan oeh Bank
atau sebaliknya.
5. Batil
Batil dalam aktivitas jual beli Allah melarang manusia
mengambil harta sesama dengan cara yang batil atau tidak dibenarkan
dalam Islam. Disini karena adanya keterbukaan dan tawar menawar
antara pihak Bank dengan nasabah telah membuktikan bahwa tidak
adanya pengambilan keuntungan yang sepihak dilakukan oleh Bank
kepada nasabah.
Jika pelaksanaan akad murabahah bil wakalah di Bank Mega
Syariah Cabang Mataramsudah terhindar dari unsur-unsur yang dilarang
Islam dan pelaksanaan akad pembiayaan pada Bank MegaSyariah juga
sudah memenuhi rukun dan syarat murabahah. Karena hal tersebut akan
menentukan sah atau tidaknya akad. Seperti yang sudah di sampaikan
80
penulis pada bab sebelumnya, rukun adalah unsur yang mutlak harus ada
dalam suatu tindakan. Dalam akad murabahah rukun yang harus di penuhi
adalah orang yang berakad, barang yang di akadkan atau objek akad, dan
sighat (ijab dan qabul) Sudah sesuai dengan syariah karena telah
memenuhi semua rukun dan juga syarat-syarat agama.
Berdasarkan uraian diatas Bank Mega Syariah dalam salah satu
produk pembiayaan yaitu dengan mengunakan prinsip jual beli
(murabahah bil wakalah) dalam praktiknya sudah sesuai menurut syariah
dan prinsip ekonomi Islam, tetapi karena tidak ada pengawalan dalam
pembelian barang oleh Bank kepada nasabah sehingga terjadi kelalaian
dari pihak nasabah dalam hal pembelian barang mengenai spesifikasi dan
harga serta tidak terjadinya pengembalian nota sebagai bukti pembelian
barang oleh nasabah.
81
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan mengenai mekanisme akad murabahah bil
wakalah dan teknis pelaksanaannya di Bank Mega Syari’ah Cabang
Mataram dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Bank Mega Syari’ah Cabang Mataram sebagai lembaga keuangan
syari’ah telah menjalankan praktik akad murabahah bil wakalah
sesuai dengan apa yang telah ditentukan dalam aturan perbankan. Hal
ini bisa dilihat dari alur pembiayaan pada Bank Mega Syari’ah
Cabang Mataram memberikan perwakilan terhadap nasabah dalam
pembelian barang untuk mengedepankan proses dari akad murabhah
bil wakalah. Tetapi dalam pelaksanaanya nasabah yang mewakilkan
pembelian barang terkadang tidak mengembalikan nota pembelian
barang sesuai dengan apa yang diperjanjikan.
2. Dalam teori dan prakteknya akad murabahah bil wakalah di Bank
Mega Syari’ah Cabang Mataram sudah sesuai dalam hal ketentuan
dan prinsip-prinsip ekonomi Islam. Hal ini berdasarkan pada rukun
dan syarat akad pembiayaan murabahah bil wakalah di Bank Mega
Syariah Cabang Mataram yang tidak mengandung unsur unsur yang
dilarang seperti maisyir, gharar, haram, dan riba.
82
B. Saran
1. Bank Mega Syari’ah Mataram harus selalu mematuhi prinsip akad
Murabahah bil wakalah dalam penerapan pembiayaan, agar nama
Bank Mega Syariah tidak tercoreng di masyarakat. Dan, Bank Mega
Syari’ah Mataram harus meningkatakan fungsi kontrol terhadap
nasabah agar nasabah dapat mengembalikan nota pembelian barang
sesuai dengan yang diperjanjikan untuk menghindari adanya side
streaming.
2. Bank Mega Syari’ah Mataram dalam menjalankan praktik perbankan
harus lebih mengedepankan prinsip ekonomi Islam dalam proses
pembiayaannya. Seperti, tidak memilih-milih nasabah, berlaku adil
dan seimbang, tidak zolim dalam menentukan margin, transparansi
sehingga Bank Mega Syari’ah menjadi lembaga keuangan syari’ah
yang dapat dipercaya oleh masyaraka.
83
DAFTAR PUSTAKA
Afif, Mufti dan Richa Angkita Mulyawisdawati, “Celah Riba pada Perbankan Syariah serta Konsekwensinya Terhadap Individu, Masyarakat dan Ekonomi”, Jurnal Cakrawala, Vol. XI, No. 1, 2016
Afrida, Yenti.“Analisis Pembiayaan Murabahah di Perbankan Syariah”,
JEBI (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam), Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2016
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syari’ah “Dari Teori ke Praktiknya”.
Jakarta: Gema Insani, 2001 Bungin, Burhan. Metode Penelitian Pendidikan. jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2007 Brata, Sumardi Surya. Metode Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers, 2011 Departemen Agama RI. .Al-Qur‟an dan Terjemahnya. Semarang: PT. Karya
Toha Putra, 1996. Djamil, Fathurrahman. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank
Syari‟ah. Jakarta: Sinar Grafika, 2012 Faerdi, Dahana Agni Redian Muslimin.“Implementasi Produk Pembiayaan
Murabahah di KSPPS BMT EL Amanah Kendal”, Skripsi Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang, 2016
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Murabahah dikutip dari https://dsnmui.or.id/produk/fatwa/ diakses pada 07 Oktober 2018.
Fauzia, Ika Yunia dan Abdul Kadir Riyad. Prinsip Dasar Ekonomi Islam.
Jakarta: Pranadamedia Group, 2015 Hadi, Soetrisno. Metode Researceh. Yogyakarta: Andi Ofset, 2001
Hadi, Soetrisno. Metode Reseacrh. Yogyakarta: Andi Ofdet, 2002
Hakim, Lukman. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam. Surakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 2012
Hermansyah dan Jaya Wijaya. Inovasi Produk Bank Syari‟ah. Yogyakarta:
Indie Book Corner, 2013
84
Huda, Miftahul. “ Aspek Ekonomi dan Syariat Islam”. Mataram: Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum, 2007
Karim A, Adiwarman. Bank Islam “ Analisis Fiqih dan Keuangan”. Jakatra:
Raja Grafindo Persada, 2011
Moleong, Lexi. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000
Machmud , Amir dan Rukaman. Bank Syari‟ah. Jakarta: PT. Gelora Aksara
Pratama, 2010 Mardani. Ayat-ayat dan Hadits Ekonomi Syari‟ah. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2012 Muhammad, Manajemen Bank Syari‟ah. Yogyakarta: STIM YKPN, 2011 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2013
Rofiah, Azzifatur. “Implementasi Pembiayaan Murabahah Bil Wakalah
Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Ekonomi Peternak Sapi Pada LKS Asri Cabang Sendang”. IAIN Tulungagung, 2015
S, Nasution. Metode Penelitian Naturalistic kualitatif. Bandung: Tarsito, 1992 Sjahdeini, Sutan Remy. Perbankan Syari’ah “Produk-Produk dan Aspek-
Aspek Hukumnya”. Jakarta: Prenadamedia Group, 2014 Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT
Remaja Rosdakarya, 2008 Sutanto, Herry dan Khaerul Umam. Manajemen Pemasaran Bank Syari‟ah.
Bandung: CV. Pustaka Setia, 2013 Wildantyo, Yassar. “Aplikasi Akad Murabahah Bil Wakalah dalam
Pembiayaan Mikro di BRI Syari’ah KCP Kudus”. Skripsi UIN Walisongo, Surakarta, 2006
www.google.com.,“Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam” di akses pada Minggu 07
Oktober 2018 www.google.com., “penentuan margin dalam perbankan syari‟ah”, diakses
pada 07 November 2018.
85
Lampiran-Lampiran
86
Lampiran I
Pedoman wawancara sebagai berikut :
A. Nasabah
1. Bagaimana alur pembiayaan murabahah bil wakalah di Bank Mega
Syari’ah, tolong ceritakan?
2. Apa saja persyaratan untuk melakukan pembiayaan murabahah bil
wakalah di Bank Mega Syari’ah?
3. Apa yang bapak/ibu butuhkan sehingga melakukan pembiayaan
murabahah bil wakalah?
4. Pada saat melakukan pembiayaan murabahah, apakah pihak Bank Mega
Syari’ah ini mewakilkan pembelian barang? Bagaimana alurnya? Tolong
ceritakan?
5. Apakah dengan adanya pembiayaan ini memudahkan atau menyusahkan
bapak/ibu?
B. Manajer Marketing
1. Bagaimana praktik atau pelaksanaan pembiayaan murabahah bil wakalah
di Bank Mega Syari’ah?
2. Bagaimana status kepemilikan barang pada saat akad?
3. Bagaimana pengungkapan harga pokok dan margin kepada nasabah?
4. Bagaimana sifat pemesanan barang oleh nasabah?
5. Apa tujuan dari pembiayaan murabahah di di Bank Mega Syari’ah?
87
Lampiran II
Hasil wawancara dengan staf (pegawai)
1. Bagaimana praktik pelaksanaan pembiayaan murabahah bil wakalah di Bank Mega Syari’ah?
No Nama Hasil Wawancara 1 Fathul Hakiki Pelaksanaa pembiayaan murabahah disini ada
beberpa skema diantaranya ada yang menggunakan pembiayaan murabahah bil wakalah, kalau yang menggunakan murabahah bil wakalah ini sebenarnya sama saja seperti murabahah pada umumnya tetapi perbedaannya pada nasabah langsung yang membeli barang tersebut, sebelum pembelian barang tersebut bank mensurvei pekerjaan dan penghasilan apakah sesuai dengan apa yang tertera pada persyaratan tersebut, istilahnya kemampuan nasabah tersebut untuk membayar, setelah barangnya ada barulah kita bicarakan berapa keuntunga yang akan diambil oleh bank, biasanya nasabah memberikan nota pembelian barang itu sebagai buktinya
2 Zona Mustofa Amni
Pembiayaan murabahah bil wakalah disini sama saja seperti halnya dengan yang lain, nasabah mengajukan pembiayaan untuk kebutuhan setelah itu pihak bank menilai nasabah dengan prinsip 3 C (character, capability, collateral) setalah dinyatakan lulus barulah bank memberikan sejumlah uang kepada nasabah untuk membeli barang yang diingkan kemudian nasabah diwajibkan untuk mengembalikan nota pembelian sebagai bukti
3 Ririn Aprianti Memang secara aturannya dalam akad murabahah itu harus digandeng dengan akad wakalah hal ini bertujauan agar memudahkan nasabah memperoleh barang yang diinginkan seasuai pengajuannya. Saya selaku administrasi tetap mengingatkan kepada nasabah untuk mengambalikan nota pembelian barangnya, karena itu merupakan syarat untuk kelengkapan berkas pengajuan dan syarat untuk terpenuhinya akad wakalah tersebut
88
2. Bagaimana status kepemilikan barang pada saat akad?
No Nama Hasil Wawancara 1 Fathul Hakiki Begitu akad sudah disepakati barang langsung
berpidah kepemilikan menjadi milik nasabah 2 Zona Mustofa
Amni Untuk awalnya barang tersebut mash milik bank sampai terjadinya akad baru bepindah kepada nasabah
3 Ririn Aprianti Secara prinsipnya walaupun yang membeli adalah nasabah namun barang tersebut adalah milik bank secara prinsip, setelah terjadinya akad baru berpindah kepemilikan menjadi milik nasabah
3. Bagaimana harga pokok dan margin kepada nasabah?
No Nama Hasil Wawancara 1 Fathul Hakiki Jadi ada terjadi tawar menawar mengenai harga dan
penetapan margin yang akan diambil oleh bank 2 Zona Mustofa
Amni Kalau kita sih terbuka dengan nasabah mengenai harga dan keuntungan yang akan diambil
3 Ririn Aprianti Adanya tawar-menawar dalam penetapan margin dan kita terbuka berapa harga pokok barang tersebut
4. Bagaimana sifat pemesanan barang oleh nasabah?
No Nama Hasil Wawancara 1 Fathul Hakiki Nasabah menentukan terlebih dahulu barangnya,
kemudian dibayarkan setelah mendapatkan uang dari bank
2 Zona Mustofa Amni
Pemesanan barang dilakukan oleh nasabah sebagai perwakilan bank dalam pembelian
3 Ririn Aprianti Sifat pemesanan barang tersebut adalah perwakilan bank yang diberikan kepada nasabah karena keterbatasan suplier pihak bank
5. Apa tujuan dari pembiayaan murabahah di Bank Mega Syari’ah?
No Nama Hasil Wawancara 1 Fathul Hakiki Untuk membantu nasabah dalam memenuhi
kebutuhannya 2 Zona Mustofa
Amni Memberikan pembiayaan yang lebih terbuka dan transparansi
3 Ririn Aprianti Lebih kepada saling tolong-menolong
89
Hasil wawancara dengan nasabah
1. Bagaimana alur pembiayaan murabahah bil wakalah di Bank Mega Syari’ah?
No Nama Hasil Wawancara 1 Lalu Sumerat Saya mengajukan pembiayaan ini untuk membeli mobil,
setelah berkas persyaratan yang diberikan bank saya lengkapi baru saya dikasi uang oleh pihak bank untuk membeli mobil yang saya inginkan, kemudian baru notanya saya berikan ke pihak bank, kalau ada sisa uangany bisa juga kita belikan barang yang lainnya mas
2 Muhsin Saya mengajukan pembiayaan, kemudian pihak bank meminta saya untuk melengkapi beberapa persyaratan. Setelah itu orang dari bank dateng buat survei atau mengecek usaha dan jaminan saya, kemudian setelah disetujuai saya datang ke bank untuk tanda tangan dan pihak bank memberikan sejumlah uang yang kemudian digunakan untuk membeli barang yang saya inginkan, kemudian Bank meminta nota pembelian barang sebagai bukti
3 Suparno Saya menajukan pembiayaan untuk membeli sebuah motor, kemudian bank memberitahukan harga motor tersebut dengan margin yang akan diambil, setelah itu bank memberikan sejumlah uang untuk pembelian motor dengan syarat nota pembelian barang diserahkan kembali ke bank
2. Apa saja persyaratan untuk melakukan pembiayaan murabahah bil wakalah tersebut?
No Nama Hasil Wawancara 1 Lalu Sumerat g) Persyaratan hanya Foto copy KTP (Suami/Istri).
h) Foto copy kartu keluarga.
i) Foto copy Akte nikah/cerai.
j) Foto copy slip gaji selama 3 bulan terakhir.
k) Asli SK terakhir/sertifikat hak milik + PBB + IMB
(Izin Mendirikan Bangunan) bagi perusahaan.
l) Surat persetujuan suami istri (bila sudah menikah)
atau surat pernyataan (bila belum menikah).
90
2 Muhsin a. Persyaratan hanya Foto copy KTP (Suami/Istri).
b. Foto copy kartu keluarga.
c. Foto copy Akte nikah/cerai.
d. Foto copy slip gaji selama 3 bulan terakhir.
e. Asli SK terakhir/sertifikat hak milik + PBB + IMB
(Izin Mendirikan Bangunan) bagi perusahaan.
f. Surat persetujuan suami istri (bila sudah menikah)
atau surat pernyataan (bila belum menikah).
3 Suparno a. Persyaratan hanya Foto copy KTP (Suami/Istri).
b. Foto copy kartu keluarga.
c. Foto copy Akte nikah/cerai.
d. Foto copy slip gaji selama 3 bulan terakhir.
e. Asli SK terakhir/sertifikat hak milik + PBB + IMB
(Izin Mendirikan Bangunan) bagi perusahaan.
f. Surat persetujuan suami istri (bila sudah menikah)
atau surat pernyataan (bila belum menikah).
3. Apa yang bapak/ibu butuhkan sehingga melakukan pembiayaan murabahah bil wakalah ini?
No Nama Hasil Wawancara 1 Lalu Sumerat Saya membutuhkan kendaraan untuk menunjang kegiatan
sehaari-hari 2 Muhsin Saya membutuhkan motor untuk membeli perlengkapan
dagang agar waktunya lebih efisien 3 Suparno Saya membeli mobil sebagai alat transportasi pribadi
4. Pada saat melakukan pembiayaan murabahah bil wakalah ini, apakah pihak Bank mewakilkan pembelian barang ? Bagaimana alurnya ? tolong ceritakan !
No Nama Hasil Wawancara 1 Lalu Sumerat Iya, pihak bank memberikan sejumlah uang sesuai
dengan harga barang yang kita ajukan 2 Muhsin Iya, awalnya kita mengajukan pembiayaan kemudian
bank memberikan uang sesuai harga barang yang kita
91
inginkan 3 Suparno Iya, bank memberikan uang untuk pembelian barang
sesuai dengan harga barang tersebut
5. Apakah dengan adanya pembiayaan ini memudahkan atau menyusahkan bapak/ibu?
No Nama Hasil Wawancara 1 Lalu Sumerat Memudahkan saya dalam menenuhi kebutuhan 2 Muhsin Sangat memudahkan 3 Suparno Memudahkan
92
Lampiran III
Berikut daftar nama nasabah yang menggunakan akad murabahah bil wakalah di
Bank Mega Syari’ah adalah sebagai berikut :
No Nama Nasabah Alamat Jenis Usaha Plafond
1 Lalu Sumerat Cakranegara Pedagang Bangunan 105 jt
2 Ida Bagus Alit Cakranegara PNS 150 jt 3 Zakki Rahman Mataram Peternak Ayam 280 jt 4 I Nengah Suartadi Ampenan PNS 150 jt 5 Suparman Nur Ampenan Pedagang Baju 55 jt 6 M. Zainuddin Gunungsari Tukang Jagal 25 jt 7 I Putu Oka Mahendra Ampenan Pedagang Baju 70 jt 8 I Wayan Subagia W Sekarbela Toko Fotocopy 150 jt 9 Abdul Hafizh Cakranegara Pedagang Baju 150 jt 10 H. Ahmad Junaedi Sekarbela Pedagang Emas 150 jt 11 Miftahul Hasanah Mataram Wiraswasta 55 jt
12 Suhaeni Handrianto Cakranegara Pedagang Bakso 101 jt
13 Didik Setyawan Ampenan Pedagang Mie Ayam 150 jt
14 Azhari Andriyan M Ampenan PNS 150 jt 15 Yayuk Sundari Sekarbela Pedagang Emas 101 jt 16 M. Arijanto Sekarbela Toko Sembako 150 jt 17 Mashud Mataram Konter 201 jt 18 Ahyar Rosidi Ampenan Tukang Jagal 25 jt
19 L. Mirza Satriawan Ampenan Pedagang Mie Ayam 150 jt
20 Hizbul Jaddi Cakranegara Pedagang Baju 250 jt 21 Hendra Hermawan Ampenan Wiraswasta 52 jt 22 Rustan Effendi Ampenan Peternak Ayam 80 jt
93
23 Sahban Mataram Konter 31 jt 24 Sri Rahayu Mataram Pengusaha 25 jt
25 M. Bakti Nusantara Ampenan Peagang Sembako 250 jt
26 Maani Ampenan Warung Makan 101 jt 27 Andy Wibowo Suyadi Sandubaya Pengusaha 40 jt 28 Suparman Nur Cakranegara Pedagang Baju 31 jt 29 Muhabatir Ampenan Konter 51 jt 30 Sri Mulyati Ampenan Warung Makan 35 jt 31 M Rais Mataram Toko Sembako 105 jt 32 H Kudsiah Sandubaya Pengusaha 150 jt 33 Kamarudin Zaelani Ampenan PNS 70 jt 34 H Mustapa Adnan Cakranegara Pedagang Baju 210 jt
35 Agus Setyawan Mulyono Ampenan Pedagang Bakso 201 jt
36 L. Suparman Adnan Ampenan Peternak Ayam 150 jt 37 Baiq Dian Susanti Mataram Warung Makan 101 jt 38 M.Sukri.S.Fil.I.Mhum Sandubaya PNS 85 jt 39 Mudhofir Cakranegara PNS 40 jt 40 Rumawit Ampenan Toko Sembako 65 jt 41 Hajar Mataram Toko Fotocopy 150 jt 42 Syahnan Ampenan Wiraswasta 15 jt 43 Suharno Sandubaya Pengusaha 51 jt 44 Suhartono Ampenan Pengusha 51jt 45 I Nengah Arsana Ampenan PNS 101jt 46 Muhammad Mari Ampenan Pedagang 101jt 47 Dwi Aprillina Yuanita Ampenan Warung Makan 160jt 48 Lalu Srinata Mataram Pedagang Baju 101jt
94
49 Lalu Adenan Mataram Konter 101jt 50 Drs Ainul Yakin Ampenan Konter 60jt 51 Hadi Suyono Selaparang Peternak Ayam 150jt 52 I Ketut Lingga Bagiartha Ampenan PNS 135jt 53 Lalu Khaeruman Amd Selaparang PNS 40jt
54 Muhsin Selaparang Pedagang Bakso 40jt
55 Suparman Selaparang Pedagang Baju 51jt 56 Murti Ampenan Warung Makan 10 jt 57 Sumarno Ampenan Warung Makan 125 jt 58 Muhammad Aswadi Selaparang Wiraswasta 101 jt 59 I Wayan Andika Selaparang Pedagang Baju 201 jt 60 I Wayan Wirya Sudanta Ampenan PNS 30jt
61 Ishak Ampenan Pedagang Mie Ayam 25 jt
62 H Rusdi Sandubaya Konter 250 jt 63 Baiq Kurniati Ampenan Pedagang Baju 40 jt 64 Suparno Selaparang Peternak Ayam 51 jt 65 Siti Hairunisah Ampenan Toko Fotocopy 201 jt 66 Jamilah Ampenan Toko Sembako 130 jt
67 I Gusti Lanang Janguharta Ampenan PNS 201 jt
68 Syamsurizal Sekarbela Pedagang Emas 101 jt
69 Ida Haris Selaparang Pedagang Kaki Lima 51 jt
70 Sahab Sekarbela Pedagang Emas 80 jt 71 Murdani Ampenan Pengusaha 25 jt
72 Johan Wahyudi Ampenan Pedagang Bakso 100 jt
73 Made Ayu Hardyawati Ampenan Pedagang Baju 201 jt
74 Marlita Sekarbela Pedagang Sembako 100 jt
95
75 Maemunah Selaparang Peternak Ayam 43 jt 76 Abdurrachman S.Sos Sekarbela Pedagang Emas 25 jt 77 Bahariah Selaparang Tukang Jagal 35 jt 78 Hadisiyah Ampenan Wiraswata 30 jt 79 Muhamad Nasiun S Sos Cakranegara PNS 100 jt 80 Abdullah Ampenan Pegawai Swasta 100 jt 81 Sumartono Selaparang Peternak Sapi 180 jt 82 Yossita Karel Haba Ampenan PNS 51 jt 83 Haji Sanusi Ampenan Pegawai Swasta 275 jt 84 Muhammad Hambali Cakranegara Pegawai Swasta 51 jt 85 Suparman Ampenan Pengusaha 150 jt 86 Ni Kadek G Andayani Sekarbela PNS 60 jt 87 Tjiptasari Haryanti Sekarbela Pengusaha 100 jt 88 Ahyar Rosidi Cakranegara Pedagang Baju 25 jt 89 Burhanuddin Gunungsari Peternak Sapi 15 jt 90 Sehabudin Sekarbela Pegawai Swasta 35 jt 91 Tanwirul Harri Gunungsari Peternak Ayam 99 jt
92 Emmy Kristianingsih, SH Sandubaya PNS 51 jt
93 Dwi Aprillina Yuanita Gunungsari Peternak Sapi 55 jt 94 Huzaini Mataram Toko Fotocopy 51 jt
95 Ida Bagus Budi Satriyana M Cakranegara PNS 51 jt
96 L Mirza Satriawan Cakranegara Pegawai Swasta 201 jt 97 Miftahul Hasanah Gunungsari PNS 95 jt 98 M Bakti Nusantara Cakranegara PNS 101 jt
99 Junaidi Mataram Pedagang sembako 30 jt
100 Yayuk Sundari Mataram Pedagang Mie Ayam 201 jt
96
99