the use of oral device to reduce sleep apnea on malocclusion case

33
HUBUNGAN MALOKLUSI DAN PENGGUNAAN ALAT LEPASAN ORTHODONTI PADA PENDERITA APNEA

Upload: norman-tri-kusumo

Post on 18-Jan-2016

20 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Indonesian version, this paper work is made specially for young dentist to finish their co-assistant program to become a dentist. in this case, patient explain by genetic malocclusion that increase the risk of having sleep apnea. in the last chapter we conclude best oral device theraphy according to dentist capability

TRANSCRIPT

Page 1: The use of oral device to reduce sleep apnea on malocclusion case

HUBUNGAN MALOKLUSI DAN PENGGUNAAN ALAT LEPASAN ORTHODONTI

PADA PENDERITA APNEA

DISUSUN OLEH :

RM NORMAN TRIKUSUMO INDRO, SKG

R MAGISTRA DHENI SETIADI,SKG

M. ZAID NOVIALDI,SKG

Page 2: The use of oral device to reduce sleep apnea on malocclusion case

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tidur adalah suatu proses esensial yang dibutuhkan setiap orang untuk bertahan hidup.

Manusia menjadikan tidur untuk mengistirahatkan tubuh dan melepaskan penat setelah seharian

beraktivitas, oleh karena itu, tidur yang nyenyak menjadi kebutuhan setiap orang. Namun

ternyata, banyak yang memiliki perbedaan pendapat mengenai definisi tidur yang nyenyak itu 2.

Sebagian besar orang mengira bahwa, tidur yang nyenyak adalah ketika seseorang tertidur

lelap, kemudian mengeluarkan suara (mendengkur). Tidak sedikit juga orang yang meyakini

bahwa, seseorang yang terlalu lelah, ketika tidur malam hari, pasti akan mendengkur, dan hal ini

menurut mereka menandakan orang tersebut telah tertidur nyenyak. Padahal, keyakinan seperti

ini adalah sebuah keyakinan yang salah. Justru mendengkur merupakan suatu bentuk gangguan

tidur yang tidak kita sadari.

Mendengkur atau dalam medis disebut snoring (apnea )adalah suara bising yang

disebabkan oleh sumbatan parsial saluran nafas pada belakang hidung dan mulut yang terjadi

saat tidur secara frekuen1. Sumbatan terjadi akibat kegagalan otot-otot dilator saluran nafas atas

dalam melakukan stabilisasi jalan nafas saat tidur. Mendengkur adalah suatu kebiasaan buruk

yang dapat menjadi pertanda seseorang terkena penyakit kardiovaskuler1.

Apnea tidur atau biasa dikenal dengan sleep apnea merupakan periode dalam tidur, ketika

seseorang berhenti bernafas selama lebih dari 10 detik untuk setiap periode. Sebenarnya, periode

henti nafas ini bukanlah mendengkur, tapi merupakan suatu periode pemberhentian dari

mendengkur3.

OSA merupakan suatu jenis sleep apnea yang disebabkan oleh penyempitan atau obstruksi

(penyumbatan) saluran nafas akibat melemahnya tonus otot leher saat tidur. Sebenarnya,

sebagian kecil apnea tidur ada yang disebabkan oleh terganggunya kontrol pernafasan. Akan

tetapi kebanyakan apnea tidur memang disebabkan oleh tersumbatnya aliran nafas (Davey,

dalam Safitri, 2005:171) 3 .

Page 3: The use of oral device to reduce sleep apnea on malocclusion case

Semua orang dapat mendengkur pada waktu-waktu tertentu pada saat tidur, dan biasanya

dapat hilang dengan sendirinya. Namun, pada beberapa orang, kejadian mendengkur ini sudah

menjadi suatu kebiasaan yang selalu terjadi saat tidur, padahal hal ini termasuk suatu kebiasaan

buruk yang harus dihentikan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan

mendengkur dalam karya tulis ilmiah ini dan menjelaskan berbagai terapi yang dapat dilakukan

untuk mengurangi kebiasaan buruk tersebut, demi meningkatkan derajat kesehatan penderitanya.

Ortodonti dan tindakan yang dilakukan untuk mengurangi apnea sudah beberapa waktu

terbukti secara efektif dapat mengurangi dari ringan hingga sedang pada gejala sleep apnea,

bahkan beberapa studi dari Cochrane collaboration membuktikan bahwa penggunaan alat

lepasan lebih baik dibandingkan terapi lainnya seperti CPAP (continuous positive air pressure) 5

.

Page 4: The use of oral device to reduce sleep apnea on malocclusion case

BAB I

APNEA TIDUR

2.1 Mendengkur

“Mendengkur atau dalam medis disebut snoring adalah suara bising yang disebabkan

oleh sumbatan parsial saluran nafas pada belakang hidung dan mulut yang terjadi saat tidur.”

(Kotecha, dalam Saragih, 2007:5). “… mendengkur terjadi ketika ada gangguan terhadap aliran

udara bebas melalui jalan lintasan di bagian belakang mulut Anda. Gangguan tersebut memaksa

udara melalui sebuah lubang kecil dan keluar dari mulut Anda: udara yang bergesekan dengan

lapisan tenggorokan Andalah yang menghasilkan suara itu” (Roizen, 2007: 149).

Dalam subbab mendengkur ini, akan lebih detail dijelaskan mengenai beberapa hal, antara lain

sebagai berikut.

2.1.1 Etiologi Mendengkur

Dari definisi mendengkur di atas, dapat dikemukakan bahwa mendengkur memang

merupakan suatu gangguan tidur. Hal ini terjadi tanpa disadari dan hampir 50% dari orang

dewasa kadang-kadang mendengkur saat tidur, sedangkan 25% lainnya selalu mendengkur saat

tidur. Gangguan tidur ini dapat disebabkan oleh suatu kondisi, seperti penumpukan lemak pada

leher. Lemak yang menumpuk di bagian belakang tenggorokan menyebabkan dengkuran dan

apnea tidur ketika otot-otot di sekitarnya melemas selama tidur (Roizen, 2007:149).

2.1.2 Mekanisme Mendengkur

Terjadinya gangguan aliran udara saat tidur akan menimbulkan suara yang disebut sebagai

dengkuran, dengan mekanisme detailnya sebagai berikut. Ketika seseorang bertambah tua,

jaringan di dalam tenggorokan melembut/melunak, dan daerah di sekitar amandel menjadi

tempat utama lemak untuk tinggal. Lemak dan jaringan tersebut membengkak kemudian

menghalangi saluran pernafasan. Ketika tidur, otot-otot di dalam tubuh, termasuk otot pada leher,

menjadi kendur sepenuhnya. Jaringan otot leher itu akan jatuh ke belakang sehingga tidak ada

ruang di bagian belakang tenggorokan (Roizen, 2007:151).

Page 5: The use of oral device to reduce sleep apnea on malocclusion case

2.2 Apnea Tidur

Apnea tidur atau biasa dikenal dengan sleep apnea merupakan periode dalam tidur, ketika

seseorang berhenti bernafas selama lebih dari 10 detik untuk setiap periode 3. Sebenarnya,

periode henti nafas ini bukanlah mendengkur, tapi merupakan suatu periode pemberhentian dari

mendengkur. Sehingga, berdasarkan definisi tersebut, asal mula terjadinya apnea tidur adalah

dari gangguan aliran nafas lalu timbul dengkuran, kemudian dengkuran yang berlanjut, pada

suatu periode tertentu akan mengalami henti nafas. (Roizen, 2007:151).

Apnea pada orang dewasa didefinisikan sebagai tidak adanya aliran udara di hidung atau

mulut selama 10 detik atau lebih.29 Gastaut et al. menyatakan ada 3 jenis apnea:

a. obstruktif, di mana aliran udara pernafasan terhenti tetapi gerakan dinding dada tetap ada,

b. sentral, di mana aliran udara pernafasan dan gerakan dinding dada terhenti,

c. campuran, merupakan kombinasi yang dimulai dengan tipe sentral diikuti dengan obstruksi

(Gastaut et al, dalam Saragih, 2007:9).

2.3 OSA (Obstructive Sleep Apnea)

OSA merupakan suatu jenis sleep apnea yang disebabkan oleh penyempitan atau

obstruksi (penyumbatan) saluran nafas akibat melemahnya tonus otot leher saat tidur.

Sebenarnya, sebagian kecil apnea tidur ada yang disebabkan oleh terganggunya kontrol

pernafasan. Akan tetapi kebanyakan apnea tidur memang disebabkan oleh tersumbatnya aliran

nafas (Davey, dalam Safitri, 2005:171). Dalam subbab ini, akan dibahas mendetail mengenai

etiologi OSA dan mendengkur sebagai gejala awal OSA.

Page 6: The use of oral device to reduce sleep apnea on malocclusion case

2.3.1 Etiologi OSA

Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa OSA disebabkan oleh penyempitan atau obstruksi

saluran nafas. Obstruksi dan penyempitan ini disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor-faktor itu

antara lain obesitas leher, pembesaran tonsil, gangguan endokrin (seperti akromegali dan

hipotiroidisme), kelainan neuromuscular, penggunaan alcohol dan zat sedative serta kondisi

kurang tidur yang bisa memperburuk keadaan pada saluran pernafasan yang mengalami

penyempitan secara anatomis (Davey, dalam Safitri, 2005:171).

2.3.2 Mendengkur sebagai Gejala Awal OSA

Gejala utama dari OSA adalah mendengkur. Hal ini dapat diketahui oleh pasangan tidur si

penderita, karena pasangan tidur biasanya merasa terganggu dengan suara dengkuran. Pasangan

tidur penderita juga bisa saja mengetahui periode apnea saat tidur, yaitu ditandai dengan kondisi

megap-megap, seperti kekurangan nafas (asma) yang terjadi secara mendadak. Kondisi megap-

megap ini selanjutnya akan membangunkan penderita seketika, dan ini menyebabkan penderita

akan terbangun beberapa kali (jika apnea tidur lebih dari satu periode). Tentunya tidur yang

terputus-putus ini akan mengurangi nyenyaknya tidur. Sehingga gejala selanjutnya akan timbul,

yaitu mengantuk berat di siang hari. Selain itu, ada pula gejala potensial lain, seperti nyeri kepala

di pagi hari, konsentrasi buruk dan impotensi (Davey, dalam Safitri, 2005:171).

Gambar 1.1 Mekanisme Apnea (www.ideadoctor.com)

Page 7: The use of oral device to reduce sleep apnea on malocclusion case

BAB II

KLASIFIKASI MALOKLUSI DAN HUBUNGAN DENGAN APNEA

Terdapat berbagai macam klasifikasi maloklusi yaitu klasifikasi Angle, Achkerman dan

Profit, klasifikasi Deway modifikasi Angle, klasifikasi Lischer modifikasi Angle.14

3.1 Klasifikasi Angle

Angle mendasarkan klasifikasinya atas asumsi bahwa gigi molar pertama hampir tidak

pernah berubah posisinya. Klasifikasi Angle merupakan klasifikasi yang paling banyak

digunakan dalam penentuan maloklusi.14 Angle menggambarkan tujuh malposisi individu

gigi yaitu bukal atau labial, lingual, mesial, distal, rotasi, infraposisi, supraposisi.

Malposisi gigi ini dapat digunakan untuk menggambarkan maloklusi secara lebih

lengkap.15

Klasifikasi maloklusi Angle :

3.1.1 Maloklusi Kelas I

Relasi lengkung anteroposterior yang normal dilihat dari relasi molar pertama

permanen meskipun mesiobukal cusp molar pertama permanen atas berada pada bucal

groove molar pertama permanen mandibula. Maloklusi kelas I dapat disertai dengan

openbite, protrusi bimaksila dan kelainan yang paling banyak adalah disertai dengan

crowded, sedangkan diastema multiple yang menyeluruh jarang dijumpai.4 Lihat

gambar 1.

Gambar 1. Oklusi normal

Sumber :Contemporary orthodontcs 3 th ed.Philadelphia:Mosby; 2000, p.124

Page 8: The use of oral device to reduce sleep apnea on malocclusion case

3.1.2 Maloklusi Kelas II

Relasi posterior dari mandibula terhadap maksila. Mesiobukal cusp molar pertama

permanen atas berada lebih mesial dari bucal groove gigi molar pertama permanen

mandibula. Karakteristik maloklusi kelas II adalah protrusive gigi anterior atas dengan

overjet yang besar dan kadang disertai retroklinasi gigi insisivus. 16

Divisi I :Insisivus gigi rahang atas letakya labioversio (protrusi bilateral)

Subdivisi :Insisivus rahang atas letaknya labioversio (protrusi unilateral)

Menurut Moyers yang dikutip oleh Karin dan Yuniar pada penderita maloklusi

kelas II divisi I biasanya ditandai dengan profil muka yang konveks, overjet, yang

besar dan kadang-kadang disertai dengan deep bite. Pada keadaan demikian, tekanan

otot-otot muka tidak normal, sehingga sering dijumpai sulcus mentolabial yang dalam

atau disebut lip trap.

Selain itu menurut Staley maloklusi kelas II divisi I digambarkan dengan maksila

yang sempit, gigi insisivus atas yang terlihat lebih panjang dan protrusiv, fungsi bibir

yang tidak normal dan kadang-kadang dijumpai beberapa obstruksi nasal serta bernafas

melalui mulut. Liat gambar 2

Gambar 2. Maloklsi kelas II

Sumber :(http://cuvetmerh.wordpress.com/2008)

Divisi II : insisivus sentral rahang atas letakya palatoversi.

3.1.3 Maloklusi Kelas III

Relasi anterior dari mandibula terhadap maksila. mesiobukal cusp molar

pertama permanen atas berada lebih distal dari bukal groove gigi molar pertama

permanen mandibula. Lihat gambar 3

Page 9: The use of oral device to reduce sleep apnea on malocclusion case

Gambar 3.Maloklusi kelas III

Sumber :(http://cuvetmerh.wordpress.com/2008)

Klasifiksi Angle memiliki kekurangan. Beberapa kekurangan klasifikasi Angle

sebagai berikut : Klasifikasi Angle didasarkan atas relasi molar pertama permanen.

Bila molar pertama permanen bergeser karena prematur ekstraksi molar sulung,

maka relasi molar yang ada bukan relasi molar yang sebenarnya sebelum terjadi

pergeseran. Bila molar pertama permanen telah dicabut berarti tidak ada relasi molar.

Bila terjadi pergeseran molar pertama permanen ke mesial maka perlu dibayangkan

letak molar pertama permanen sebelum terjadi pergeseran, baru ditetapkan

klasifikasinya, demikian juga jika molar permanen telah dicabut.

Ada kemungkinan relasi molar permanen kanan tidak sama dengan relasi molar

pertama permanen kiri. Angle memperbolehkan hal ini dan disebut subdivisi pada

kelas II dan kelas III. Angle berpendapat letak molar pertama permanen tetap stabil

dalam perkembangan pada rahag sehingga dengan melihat relasi molar dapat juga

dilihat relasi rahang. Hal ini tidak selamanya benar karena letak gigi dalam

perkembangannya tidak sama dengan letak rahang.

Page 10: The use of oral device to reduce sleep apnea on malocclusion case

3.2 Klasifikasi Maloklusi bedasarkan Skeletal.

Dentoalveolar maloklusi kelas II

Mandibula retrogenati kelas II

Maksilia Progenati kelas II

Kombinasi kelas II

2.2 Hubungannya malokulsi dengan Apnea

Page 11: The use of oral device to reduce sleep apnea on malocclusion case

Berbicara mengenai Apnea berarti berbicara mengenai sirkulasi udara dalam mulut yang

bebas dalam arti selain karena faktor predisposisi seperti diet dan gaya hidup, perkembangan dari

rahang atas dan rahang bawah juga berpengaruh dalam proses apnea. Seperti pada pasien yang

mengalami ekspansi maksilia maka tulang basal juga akan berekspansi didalam maksilia, dimana

akan menciptakan ruangan pada orofaringeal, dengan meluasnya ruangan pada orofaringeal

maka jalur pernafasan akan semakin meningkat dan sirkulasi udara akan membaik. Membaiknya

sirkulasi udara ini akan mengurangi kejadian pada mendengkur 5 .

Pada kasus Maloklusi kelas II ,Maloklusi ini melibatkan beberapa otot penting yang

dapat mempengaruhi jalur kualitas udara penderita, seperti pada kasus maloklusi kelas II

Mandibula retrogenati, pada kasus ini ,kondisi otot sekitar menyesuaikan dengan pertumbuhan

mandibula yang retrogenati sehingga mempengaruhi otot genial turbecle ,dimana didalam genial

turbecle ini bermuara dua otot yaitu geniohioid dan genioglossus ,kedua otot ini jika mengalami

obstruksi maka terjadi gangguan sirkulasi nafas yang baik sehingga resiko mengalami sleep

apnea menjadi lebih besar. Hal ini pun terjadi pada kasus Maloklusi angle kelas II tipe Maksilia

progenati dan kombinasi.

BAB 4

Page 12: The use of oral device to reduce sleep apnea on malocclusion case

TERAPI PENANGGULANGAN APNEA TIDUR DENGAN MENGGUNAKAN

ALAT ORTHODONTI LEPASAN

4.1

Mendengkur, yang merupakan gejala awal OSA, telah terbukti merupakan suatu

gangguan tidur dan akan berefek pada kehidupan sosial si penderita. Seseorang yang terbiasa

mendengkur tentunya akan sangat mengganggu pasangan tidurnya. Hal ini membuat

pasangannya tidak bisa tidur nyenyak, begitupun dirinya. Seorang pendengkur ketika mengalami

sleep apnea akan berulang kali terbangun karena merasakan sesak (disebabkan oleh sumbatan

yang terjadi pada tenggorokan). Karena itulah, akibatnya, banyak pendengkur yang mengalami

rasa kantuk berat di siang hari, dan menurunnya konsentrasi. Hal ini tentunya akan mengurangi

produktivitas kerja.

Berikut terapi dengan menggunakan alat lepasan orthodontia

4.2 Definisi Alat lepasan (Oral device)

Penggunaan alat lepasan pada mulut (oral device) untuk terapi manajemen mendengkur dan

apnea adalah seperti alat lepasan yang terbuat dari plastic. Biasanya kurang lebih sama

dengan orthodontic retainer atau alat atletik mouthguard pada olahraga tinju. Alat ini

biasanya dipakai saat menjelang tidur untuk mencegah jaringan orofaringeal dan basis dari

lidah untuk bergerak dan menghalangi jalur masuknya jalur udara. Tapi kebanyakan dari

literature meng-informasikan bahwa alat dari oral device ini masuk kedalam kategori alat

kedokteran gigi.

Seperti layaknya penggunaan Oral device, alat ini biasanya digunakan dengan cara membuat

cengkram pada sebuah gigi dengan kawat retainer atau dengan bahan fleksibel material

plastic dimana bahannya dengan seksama dibuat. Bahan ini biasanya sudah mendapat lisensi

untuk penggunaan didalam mulut, seperti metilmetakrilik, polyvinyl, dan beberapa bahan

termoplastik material yang sudah mendapat persetujuan dari FDA . alat lepasan pada lidah

Page 13: The use of oral device to reduce sleep apnea on malocclusion case

pun biasanya digunakan untuk meningkatkan kenyamanan pada kontur dan posisi dari

pengjakaran alat cengkram.

Oral device ini secara fungsinya dibagi menjadi 3 bagian, pertama dengan melibatkan rahang

bawah mandibula dan basis dari lidah yang terdepan untuk meng-support jaringan lunak

palatal yang terdorong dan uvula. Kombinasi dari penggunaan ini akan menunjukan fungsi

yang sama pada kedua alat berikutnya secara berurutan. Yang kedua, dengan membuat

stabilisasi dari rahang bawah mandibula dan mencegah nya terbuka kembali saat periode

tidur. Gerakan ini membantu otot geniolihoid yang berdilatasi menuju jalur masuknya udara

melalui protaksi dari tulang hyioid. Yang ketiga dengan mengubah posisi dari mandibula

melalui gerakan rotasi kebawah dimana akan mengakibatkan meningkatnya garis basis dari

pergerakan otot genioglosus dimana ,akan dipostulasikan dan berkaitan dengan perawatan

dari jalur udara yang paten.

4.4 Alat Orthodonti yang Berperan dalam Penanggulangan Apnea

Ada empat dasar alat cengkram pada mulut , yaitu yang pertama alat cengkram soft palate lifter ,

TRD, mendibular repositioning device’s (MRDs) dan alat pelatihan postur lidah. Alat-alat ini

memiliki kegunaan fungsi yang berbeda. Dimana alat-alat ini memiliki perbedaan pada

design dan mempengaruhi mobilitas kerja alat ini. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk

mengetahui efektifitas lebih lanjut dari alat ini.

4.4.1 Soft Palatal Lifters

Merupakan alat cengkram yang bersifat sebagai pemegang dan pendukung perancah, mencapai

bagian belakang dan mendukung bagian jaringan lunak palatal. Alat ini secara signifikan

mengurangi penurunan dari arah vertical jaringan lunak palatal , uvula dan mengurangi

keluar masuknya saliva dan mendengkur. Alat ini mungkin akan mengurangi kemungkinan

dari terjebaknya uvula yang panjang diantara bagian belakang dari lidah dan batas dari

dinding posterior pharyngeal serta mengarahkan kepada jarak orofaringeal. Penemu dari soft

palatal lifter (ASPL) ini adalah Herbert paskow, mengungkapkan bahwa dia percaya alat ini

mampu dan efektif untuk mengurangi dan menghilangkan mengdengkur.

Page 14: The use of oral device to reduce sleep apnea on malocclusion case

Soft palatal lifter

4.4.2 Tongue Retainers

TRD (tongue retainer) dan TLD (tongue locking device) merupakan perpaduan dari pegangan

grip tip dari batas lidah dan menahannya maju kedepan diantara gigi anterior. Lidah ini

sebenarnya masuk menyesuaikan kedalam suatu ruangan fleksiblel kecil, ukurannya dari

perbandingan ini berkaitan dengan derajat bergeraknya lidah (protrude), mengecilkan

ukurannya, untuk itu diperlukan alat penghisap. Alat penghisap (sunction) ini menahan lidah

berada di tempatnya dan tidak bergerak. Bedasarkan penelitian menunjukan bahwa

meningkatnya aktifitas genioglosus secara langsung berkaitan dengan memakai alat ini

(TRD). Jika secara teori , TRD terbukti alat yang paling efektif digunakan pada saat terjadi

obstruksi secara predominan pada bagian orofaringeal. Para peniliti percaya bahwa TRD

sangat nyaman digunakan oleh pasien yang memiliki ukuran lidah yang cukup besar.

Beberapa studi membuktikasn bahwa TRD lebih efektif dengan bantuan memposisikannya

yang baik berkaitan dengan OSA. Atau bisa dibilang TRD yang terbuat secara khusus

(custom) .

Page 15: The use of oral device to reduce sleep apnea on malocclusion case

Tounge reposisitioner device

4.4.3 Mandibula repositioners

Mandibula repositioner merupakan alat yang secara tidak langsung membuat lidah bergerak

maju kearah anterior dan basis dari lidah secara mekanis mengarah maju protraksi kea rah

mandibula. Alat ini terbuat dari bahan rigid plastic yang akan sesegera menyesuaikan dengan

kontur maksila dan mandibula dan gigi sehingga membuat nyaman pemakai. Dan menjaga

kedua nya berada di relasi yang spesifik satu sama lain. Alat ini mempunyai pegangan yaitu

gigi yang dibuat dari kawat orthodontic seperti klamer, atau dengan bahan plastik material.

Seberapa besar jarak pergerakan dari jarak mandibula kearah anterior, dari yang sebelumnya

tidak ada protusi menjadi 1-3mm panjang maksimum dari area protusif. Ada beberapa varian

dari alat ini yang membuka secara vertical , jarak ini biasanya dari 5-7 mm jarak inter-insisal.

Sebuah batas minimal dari yang dibutuhkan pernafasan melalui mulut biasanya mencapai 13-

17mm jarak interinsisal. Dan membuka nya pemakaiannya SNOAR.

Beberapa perbedaan dari alat ini ketergantungan dengan derajat dari fiksasi mandibula, jarak ini

meng-indikasikan total fiksasi dari pembebasan penuh lateral dan pergerakan vertical dari

anterior menuju batas paling protraksi posisi dari snore guard. Dr.Peter George, penemu dari

NAPA, telah meneliti lebih lanjut mengenai posisi dan gejala yang terulang pada saat alat ini

dilepas. Beliau telah melihat beberapa gejala telah secara penuh hilang dengan cara

menambahkan tekanan fiksasi dari mandibula dengan cara menguatkan kekuatan grip dari

NAPA clasp dari gigi. Penjelasan lebih lanjutnya terdeskripsikan pada sebuah abstract yang

ditulis oleh George.yaitu dia mengaitkan perbedaan relasi dari kekuatan vector vertical dan

horizontal yang mempengaruhi protaksi dari mandible dan basis dari lidah menuju batas

jarak vertical dari tulang hyioid yang berasal dari batas inferior dari mandibula. Dr.George

juga mempercayai bahwa penelitian studi dari Suratt dan temannya dalam sistim respirasi

yang berkaitan dengan keterikatannya otot masseter meng-ilustrasikan pada hubungan

diantara stabilisasi dari mandibula dan kemampuan untuk aktifasi otot genioglosus agar

meng-dilatasi menuju bagian atas jalur pernafasan.

Page 16: The use of oral device to reduce sleep apnea on malocclusion case

Mandibular reposisitioner

4.4.3.1 Terapi Terbaru Menggunakan Alat Mandibular Advancement

Mandibular Advancement atau biasa disebut mandibular splint ini prinsipnya

dipasangkan pada gigi, sehingga dapat menahan lidah dan mandibula ke depan. Hal ini akan

memperbesar diameter faring dan mengurangi kemungkinan terjadinya kolaps atau jatuhnya

lidah ke bawah (ke faring). Sehingga memperkecil kemungkinan terjadi obstruksi jalan nafas,

dan tentunya mengurangi terjadinya dengkuran. Biasanya alat ini digunakan pada penderita OSA

yang tidak dapat menjalani operasi (tonsilektomi) atau pada penderita OSA yang intoleran

terhadap nCPAP (Lim, dalam Saragih, 2007:17).

Page 17: The use of oral device to reduce sleep apnea on malocclusion case

Gambar 3.3 Mandibular Splint

Sumber : Abdul Rachman Saragih, 2007.

4.4.4.Tounge Posture Trainers

Kedua dari aplikasi ini telah re-design untuk menangani gangguan mengdekur dan OSA dengan

cara menangani masalah postur lidah yang abnormal dengan cara menguatkan otot dorsal

dari lidah yaitu otot stiloglosal dan palatoglosal. Penemu alat ini yaitu lembaga TPE (tounge

proprioceptor stimulator) (TOPS) dan lembaga The tongue positioned and exerciser (TPE) .

mereka percaya bahwa dengan meng-fasilitasi reposisi ulang dari lidah menuju posisi yang

lunak dan keras pada palatal melalui sudut pandang yang prospektif. Lidah ini akan tetap

pada posisi istirahat jadi akan meningkatkan jarak dari jalur pernafasan seperti irama otot

yang istirahat.

4.5 Beberapa terapi mudah tanpa obat yang dapat dilakukan untuk menghilangkan kebiasaan

mendengkur antara lain.

4.5.1 Mengubah Posisi Tidur

Biasanya orang-orang lebih menyukai tidur dengan posisi telentang, daripada posisi

miring. Padahal, tidur dengan posisi telentang akan menyebabkan pangkal lidah jatuh ke dalam

tenggorokan, sehingga mempersempit saluran pernafasan dan menyebabkan suara dengkuran.

Page 18: The use of oral device to reduce sleep apnea on malocclusion case

Oleh karena itu, sebaiknya gantilah posisi tidur dengan posisi menyamping, karena hal ini dapat

memperkecil kemungkinan terjadinya obstruksi akibat pangkal lidah yang jatuh ke tenggorokan.

Seperti yang kita tahu, kita tidak akan menyadari bagaimana posisi tidur kita saat sudah

terlelap, kemungkinan kita akan kembali tidur telentang, maka dapat disiasati dengan cara,

mengganjal kepala dengan bantal (mengapit kepala menggunakan bantal, yang diletakkan di

samping telinga (Ghoffar, 2006:416).

4.5.2 Mengurangi Berat Badan

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, bahwa etiologi atau penyebab mendengkur dapat

pula dari obesitas. Obesitas atau keadaan tubuh dengan lemak berlebih, terutama obesitas atau

penumpukan lemak pada leher, dapat menyebabkan obstruksi dan menghambat aliran udara

pernafasan sehingga timbul dengkuran. Oleh karena itu, alangkah lebih baik jika kita

membiasakan hidup sehat dengan mengurangi makanan berlemak dan berolahraga secara teratur.

Kebiasaan hidup sehat harus dilakukan demi mengurangi berat badan, terutama untuk mereka

yang memiliki berat badan berlebih, sehingga kemungkinan kebiasaan mendengkur bisa

terkurangi (Ghoffar, 2006:417).

4.5.3 . Mengurangi Konsumsi Alkohol dan Obat Penenang

Mengonsumsi alkohol dan obat penenang dapat menekan susunan system syaraf pusat

sehingga menyebabakan otot-otot tubuh, termasuk otot di bagian tenggorokan, menjadi relaksasi

atau lemas berlebihan. Sehingga otot yang lemas ini kemungkinan bisa menutup saluran nafas

dan menghambat aliran udara lalu menyebabkan timbulnya dengkuran. Oleh karena itu, lebih

baik kita mengurangi konsumsi alkohol dan obat penenang, atau setidaknya tidak mengonsumsi

selama 2 jam sebelum tidur (Ghoffar, 2006:417).

4.5.4 Tidak Merokok

Asap rokok dapat menyebabkan terganggunya aliran udara di hidung, serta dapat

menambah resiko obstruksi pada daerah saluran pernafasan atas dan menyebabkan timbulnya

dengkuran. Oleh karena itu, akan lebih baik apabila kita menjauhi merokok (Ghoffar, 2006:417).

4.5.5 Tidur yang Cukup

Page 19: The use of oral device to reduce sleep apnea on malocclusion case

Apabila kita tidur dalam kondisi terlalu lelah, biasanya kita dapat tidur sangat lelap dan

dalam. Sehingga, hal ini akan membuat otot-otot (termasuk otot pada tenggorokan) kita yang

tadinya bekerja terlalu keras, lalu akan berelaksasi berlebihan sehingga otot terlalu lemas.

Keadaan ini, kembali seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat menyebabkan obstruksi

pada saluran nafas atas dan menyebabkan dengkuran. Sehingga, sebaiknya kita mengatur tidur

dengan waktu yang teratur setiap harinya untuk menghindari kelelahan, dan juga dalam upaya

mengurangi kebiasaan mendengkur (Ghoffar, 2006:417).

4.5.6 Menghindari Hidung Tersumbat

Kondisi hidung tersumbat dapat menyebabkan aliran udara keluar masuk menjadi tidak

lancar. Sehingga, hidung tersumbat yang biasanya dikarenakan flu ini dapat memperberat suara

dengkuran. Mandi dengan air hangat dan melegakan hidung yang tersumbat dengan salep inhaler

akan membantu melegakan pernafasan (Ghoffar, 2006:418).

4.5.7 Minum Banyak Air

Lendir yang ada pada saluran pernafasan juga bisa menjadi penyebab terganggunya aliran

udara pernafasan. Lendir ini akan dihasilkan lebih banyak saat kita mengalami dehidrasi, dan

otomatis hal ini memperbesar kemungkinan timbulnya suara mendengkur. Sehingga, akan lebih

baik jika kita meminum air putih kurang lebih 8 gelas per hari, untuk mengurangi kemungkinan

terjadi dehidrasi, yang bisa saja mengakibatkan mendengkur (Ghoffar, 2006:418).

4.5.8 Memakai Counter Nasal Strips

Strip penjepit yang bernama counter nasal strips ini digunakan dengan cara dilekatkan

pada hidung. Alat ini dapat memperlebar saluran pernafasan terutama dari hidung sehingga si

pengguna memilih bernafas menggunakan hidung daripada bernafas dari mulut. Hal ini tentunya

akan mengurangi kemungkinan terjadinya mendengkur, karena tidak terjadi sumbatan jalan nafas

(Weaver, 2006:85).

4.5.9 Terapi Menggunakan nasal Continous Positive Airway Pressure (nCPAP)

Suatu alat yang dinamakan nCPAP dikenal dapat memperlancar jalannya aliran udara

pernafasan. Prinsip penggunaan alat ini cukup sederhana, yaitu dengan memberikan tekanan

Page 20: The use of oral device to reduce sleep apnea on malocclusion case

positif melalui hidung, dan hal ini dapat menghindari kecenderungan jalan nafas untuk

menyempit dan menutup. Akibatnya, dinding jalan nafas dapat distabilkan (tidak terjadi ganggua

aliran udara), sehingga dapat menekan suara mendengkur. Telah dibuktikan bahwa efektifitas

pengobatan menggunakan nCPAP ini dapat mencapai 90-95% (Gibson, dalam Saragih,

2007:16).

Gambar berikut adalah gambar prinsip dan alat nCPAP

Gambar 3.1 Prinsip nCPAP Gambar 3.2 Alat nCPAP

Sumber: Abdul Rachman Saragih, 2007.

BAB V. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Page 21: The use of oral device to reduce sleep apnea on malocclusion case

Terbukti secara ilmiah bahwa mendengkur dan OSA (Obstructive Sleep Apnea)

merupakan penyakit kronis yang sering ditemukan pada kasus umum maupun kedokteran gigi.

Banyak lembaga yang turut serta membantu dalam hal mengatasi masalah ini, seperti lembaga

APNEA pada Negara masing-masing, asosiasi dokter umum serta asosiasi dokter gigi yang

dalam hal ini difokuskan pada Ortodontist. Pada kasus Maloklusi kelas II ,Maloklusi ini

melibatkan beberapa otot penting yang dapat mempengaruhi jalur kualitas udara penderita,

seperti pada kasus maloklusi kelas II Mandibula retrogenati, pada kasus ini ,kondisi otot sekitar

menyesuaikan dengan pertumbuhan mandibula yang retrogenati sehingga mempengaruhi otot

genial turbecle ,dimana didalam genial turbecle ini bermuara dua otot yaitu geniohioid dan

genioglossus ,kedua otot ini jika mengalami obstruksi maka terjadi gangguan sirkulasi nafas

yang baik sehingga resiko mengalami sleep apnea menjadi lebih besar. Hal ini pun terjadi pada

kasus Maloklusi angle kelas II tipe Maksilia progenati dan kombinasi. Dalam hal menentukan

perawatan yang terbaik maka diperlukan diagnosa yang tepat bedasarkan rumusan masalah dan

kebiasan dari pasien. Namun beberapa kasus kebanyakan terbukti bahwa menggunakan alat

lepasan orthodonti yang tepat bedasarkan diagnose yang baik dan mengurangi kebiasan

mendengkur secara berlebihan. Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan pustaka, serta

pembahasan yang ada, dapat disimpulkan bahwa mendengkur merupakan suatu kebiasaan buruk

yang dapat membahayakan kesehatan penderitanya. Oleh karena itu, perlu dilakukan beberapa

terapi untuk menghilangkan kebiasaan buruk ini. Terapi yang dijelaskan dalam karya tulis ini

adalah terapi tanpa obat, yang pada umumnya lebih mengarah ke cara hidup sehat, dan tidak

menimbulkan efek samping, serta tentunya mudah untuk dilakukan. Riset dan penelitian lebih

lanjut pun dibutuhkan untuk informasi yang lebih detil.

4.2 Saran

Dari sepuluh terapi yang dijelaskan pada karya tulis ini, sebaiknya penderita ataupun

pembaca mencoba melakukan terapi dimulai dari yang paling sederhana. Terapi yang sederhana

yaitu terapi yang mengarah ke cara hidup sehat atau terapi tanpa menggunakan alat-alat bantu.

Page 22: The use of oral device to reduce sleep apnea on malocclusion case

Daftar Pustaka

1. Francisco Palacios,Francisco J. Coves et al. detection of sleep obsctructive sleep apnea from the

sleep frequency analysis of heart rate variability. University hospital of elche, 2007. Spain

Page 23: The use of oral device to reduce sleep apnea on malocclusion case

2. Mohammed Al Biltagi et al. Correlation of 8-isoprostane, interleukin-6 and cardiac functions

with clinical score in childhood obstructive sleep apnoea. Faculty of medicine, tanta

university.97-1397-1405

3. Intan palupi. Terapi non farmakologi dalam penanganan gejala mendengkur pada Obstructive

sleep apnea. Karya tulis ilmiah.Universitas jember.1.1-3.1.9-17.2013

4. Gillian L Twigg. Obstructive sleep apnoe syndrome is associated with deficits in verbal but not

visual memory. Imperial College healthcare sleep centre,5-10.2010

5. R.Scott Conley and harry L.Legan. Role of orthodontics in obstructive sleep apnea.Management

of adult and complex case.Chapter 20.251-280.2006

6. Yuliawati Senab,Drg,Sp.ort. Perawatan maloklusi kelas 1 angle tipe 2. Universitas padjajaran.2-

9.2010

7. Arthur m.Strauss. Oral devices for the management of snoring and Obstructive sleep apnea.

Crozer chester medical centre. Pennyslvania.Chapter-15-220-243. 2001

8. Fergusin,MD et al. Oral appliances for snoring and obstructives sleep apnea ; A review .

University of western ontario.london.2010

9. United Health Care . Non surgical treatment of obstructive sleep apnea. Medical policy 2010.

10. Tomonori Iwasaki,Haruaki Hayasaki et al. Oropharyngeal airway in children with class III

Malocclusion evaluation by cone beam computer tomography. 318 e.1 .2013