tesis ismail saleh

65
 PERTUMBUHAN, PRODUKSI, DAN KADAR METABOLIT PUCUK KOLESOM (Tali num t r i a ng ulare (Jacq.) Willd) DENGAN PEMUPUKAN ORGANIK BERULANG ISMAIL SALEH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Upload: yudistira

Post on 17-Oct-2015

57 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kolesom (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) merupakan tanaman obat yang dapat dikonsumsi pucuknya sebagai sayur. Pucuk kolesom mengandung beberapa senyawa bioaktif yang bermanfaat untuk kesehatan sehingga kolesom dapat digolongkan sebagai sayuran fungsional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pertumbuhan, produksi, dan kadar metabolit pucuk kolesom pada musim tanam pertama dan ke-dua dengan pemupukan organik dan residunya yang dipanen secara berulang. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo Darmaga Bogor dan Laboratorium Plant Analysis and Chromatography Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB pada Bulan November 2012-Mei 2013. Terdapat tiga jenis pupuk organik yang digunakan yaitu pupuk kandang (PK), rock phosphate (RP) dan abu sekam (AS) yang dikombinasikan menjadi empat kombinasi perlakuan yaitu PK +RP, PK +AS, RP +AS, dan PK +RP +AS dengan satu perlakuan kontrol (tanpa pemupukan). Perlakuan disusun dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Musim tanam ke-dua terdapat dua percobaan yaitu penambahan kembali pupuk organik dengan dosis dan kombinasi yang sama dengan musim tanam pertama kemudian set berikutnya adalah residu pupuk organik musim tanam pertama.

TRANSCRIPT

  • PERTUMBUHAN, PRODUKSI, DAN KADAR METABOLIT

    PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd)

    DENGAN PEMUPUKAN ORGANIK BERULANG

    ISMAIL SALEH

    SEKOLAH PASCASARJANA

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2013

  • PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

    SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

    Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pertumbuhan, Produksi,

    dan Kadar Metabolit Pucuk Kolesom dengan Pemupukan Organik Berulang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

    diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

    informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

    diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

    Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

    Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

    Pertanian Bogor.

    Bogor, September 2013

    Ismail Saleh

    NIM A252110151

  • RINGKASAN

    ISMAIL SALEH. Pertumbuhan, Produksi, dan Kadar Metabolit Pucuk Kolesom

    (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) dengan Pemupukan Organik Berulang.

    Dibimbing oleh SANDRA ARIFIN AZIZ dan NURI ANDARWULAN.

    Kolesom (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) merupakan tanaman obat yang

    dapat dikonsumsi pucuknya sebagai sayur. Pucuk kolesom mengandung beberapa

    senyawa bioaktif yang bermanfaat untuk kesehatan sehingga kolesom dapat

    digolongkan sebagai sayuran fungsional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

    menganalisis pertumbuhan, produksi, dan kadar metabolit pucuk kolesom pada

    musim tanam pertama dan ke-dua dengan pemupukan organik dan residunya yang

    dipanen secara berulang. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo

    Darmaga Bogor dan Laboratorium Plant Analysis and Chromatography

    Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB pada Bulan November 2012-Mei

    2013. Terdapat tiga jenis pupuk organik yang digunakan yaitu pupuk kandang

    (PK), rock phosphate (RP) dan abu sekam (AS) yang dikombinasikan menjadi

    empat kombinasi perlakuan yaitu PK +RP, PK +AS, RP +AS, dan PK +RP +AS

    dengan satu perlakuan kontrol (tanpa pemupukan). Perlakuan disusun dengan

    menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Musim

    tanam ke-dua terdapat dua percobaan yaitu penambahan kembali pupuk organik

    dengan dosis dan kombinasi yang sama dengan musim tanam pertama kemudian

    set berikutnya adalah residu pupuk organik musim tanam pertama.

    Hasil penelitian pada musim tanam pertama yaitu kombinasi pupuk organik

    tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan, produksi, dan kadar

    vitamin C, flavonoid, serta aktivitas POD. Terdapat korelasi positif antara kadar

    flavonoid dan kadar vitamin C pada tajuk dan kadar senyawa tersebut berkorelasi

    negatif dengan kadar K jaringan tanaman. Penurunan curah hujan pada panen ke-

    dua meningkatkan kadar vitamin C dan aktivitas POD sedangkan kadar flavonoid

    menurun. Hal tersebut disebabkan persaingan prekursor pada biosintesis flavonoid

    dengan biosintesis lignin yang dikatalisis oleh enzim POD.

    Penambahan pupuk organik lengkap di musim tanam ke-dua dapat

    meningkatkan pertumbuhan, produksi, dan kadar metabolit pucuk kolesom

    dibandingkan dengan perlakuan kontrol sedangkan pada percobaan residu pupuk

    organik secara umum tidak terdapat perbedaan nyata antara kelompok residu

    dengan perlakuan kontrol. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara kelompok

    residu dengan penambahan pupuk organik di musim tanam ke-dua. Pertumbuhan

    dan produksi pucuk kolesom di musim tanam ke-dua lebih rendah dibandingkan

    dengan musim tanam pertama karena curah hujan yang relatif lebih rendah

    sehingga pertumbuhan kolesom lebih terhambat. Demikian juga terdapat

    perbedaan kadar senyawa metabolit pucuk kolesom antara musim tanam pertama

    dengan musim tanam ke-dua. Kadar vitamin C di musim tanam pertama lebih

    tinggi dibandingkan musim tanam ke-dua, sebaliknya kadar flavonoid lebih tinggi

    di musim tanam ke-dua.

    Kata kunci: flavonoid, pemanenan berulang, POD, Talinum triangulare, vitamin

    C

  • SUMMARY

    ISMAIL SALEH. Growth, Shoot Production, and Metabolite Content of

    Waterleaf (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) with Repeated Organic

    Fertilization. Supervised by SANDRA ARIFIN AZIZ and NURI

    ANDARWULAN.

    Waterleaf (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) can be consumed as

    vegetable by consuming its shoot. Waterleaf is known as functional vegetable

    because the shoot contains some bioactive compounds to maintain human health.

    The purpose of this research was to investigate the effect of organic fertilizer

    combination to growth, production and metabolite content of waterleaf i.e.

    vitamin C, flavonoid, and peroxidase (POD) activity in the first and second

    planting season and organic fertilizer residue with repeated harvesting. This

    research was conducted at Leuwikopo Darmaga Bogor and Plant Analysis and

    Chromatography Laboratory, Department of Agronomy and Horticulture, IPB in

    November 2012-May 2013. The organic fertilizers were cow manure (CM), rock

    phosphate (RP) and rice-hull ash (HA). The fertilizer was combined into four

    combinations, CM + RP, CM + HA, RP +HA, and CM +RP +HA; with one

    control (without fertilizer). Treatment was arranged with randomized completely

    block design with three replications. Two experiments were set in the second

    season, i.e. the effect of organic fertilizing in the second season and the effect of

    organic fertilizer residue.

    The result showed that organic fertilizer gave same effect on growth, shoot

    production and metabolite content of waterleaf. Vitamin C was positively

    correlated to flavonoid content while flavonoid and vitamin C content was

    negatively correlated to K. Low rain intensity in the second harvest increased

    POD activity while flavonoid content decreased that was caused by precursor

    competition in flavonoid and lignin biosynthesis. Lignin biosynthesis is catalyzed

    by POD enzyme.

    Application of organic fertilizer in the second season increased growth,

    production, and metabolite content of waterleaf shoot. Cow manure + rock

    phosphate + rice-hull ash treatment gave the highest increase of shoot production

    compared to control treatment. Organic fertilizer residue from first season gave

    the same effect on growth and shoot production compared to control treatment.

    There was no significant difference effect between residual effect and organic

    fertilizer added in the second season. Growth and shoot production in the second

    season was lower than first season that was caused by low of rain intensity that

    inhibited the growth of waterleaf. The same condition also occurred in waterleaf

    metabolite content. Vitamin C content decreased in the second season while

    flavonoid content increased. Keywords: flavonoid, POD, repeated harvesting, Talinum triangulare, vitamin C

  • Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

    Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

    Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

    atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

    penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

    tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

    IPB

    Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

    dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

  • Tesis

    sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Magister Sains

    pada

    Program Studi Agronomi dan Hortikultura

    PERTUMBUHAN, PRODUKSI, DAN KADAR METABOLIT

    PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd)

    DENGAN PEMUPUKAN ORGANIK BERULANG

    SEKOLAH PASCASARJANA

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2013

    ISMAIL SALEH

  • Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Prof Dr Ir Munif Ghulamahdi, MS

  • Judul Tesis : Pertumbuhan, Produksi, dan Kadar Metabolit Pucuk Kolesom

    (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) dengan Pemupukan Organik

    Berulang

    Nama : Ismail Saleh

    NIM : A252110151

    Disetujui oleh

    Komisi Pembimbing

    Prof Dr Ir Sandra Arifin Aziz, MS

    Ketua

    Prof Dr Ir Nuri Andarwulan, MSi

    Anggota

    Diketahui oleh

    Ketua Program Studi

    Agronomi dan Hortikultura

    Prof Dr Ir Munif Ghulamahdi, MS

    Dekan Sekolah Pascasarjana

    Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

    Tanggal Ujian:

    31 Juli 2013

    Tanggal Lulus:

  • PRAKATA

    Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa taala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

    dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2012 ini ialah

    pemupukan organik, dengan judul Pertumbuhan, Produksi, dan Kadar Metabolit

    Pucuk Kolesom (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) dengan Pemupukan Organik

    Berulang. Bagian dari tesis ini diajukan untuk diterbitkan di Jurnal Agronomi

    Indonesia dengan judul Shoot Production and Metabolite Content of Waterleaf

    with Organic Fertilizing.

    Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof Dr Ir Sandra Arifin Aziz, MS

    dan Ibu Prof Dr Ir Nuri Andarwulan, MSi selaku pembimbing, serta Bapak Prof

    Dr Ir Munif Ghulamahdi, MS dan Ibu Dr Ir Maya Melati, MS, MSc yang telah

    banyak memberikan banyak masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

    Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada SEAFAST Center IPB atas

    sebagian biaya penelitian melalui Tropical Plant Curriculum Project. Ungkapan

    terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas

    segala doa dan kasih sayangnya.

    Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

    Bogor, September 2013

    Ismail Saleh

  • DAFTAR ISI

    DAFTAR TABEL vi

    DAFTAR GAMBAR vi

    DAFTAR LAMPIRAN vi

    1 PENDAHULUAN 1

    Latar Belakang 1

    Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 3

    Manfaat Penelitian 3 Ruang Lingkup Penelitian 3

    2 METODE 4 Bahan 5

    Alat 5 Prosedur Analisis Data 5

    Pelaksanaan Percobaan 6

    3 HASIL DAN PEMBAHASAN 9

    Hasil 9 Percobaan I. Pengaruh Kombinasi Pupuk Organik terhadap

    Pertumbuhan, Produksi, dan Kadar Metabolit Pucuk Kolesom di

    Musim Tanam Pertama 9

    Kondisi Umum 9

    Laju Tumbuh Relatif (LTR) dan Laju Asimilasi Bersih (LAB) pada

    Tanaman yang Tidak Dipanen di Musim Tanam Pertama 11

    Pertumbuhan Tanaman di Musim Tanam Pertama 12

    Produksi dan Kadar Metabolit Pucuk Kolesom di Musim Tanam

    Pertama

    Percobaan II. Pengaruh Penambahan Pupuk Organik terhadap

    Pertumbuhan, Produksi, dan Kadar Senyawa Metabolit Pucuk

    Kolesom di Musim Tanam ke-Dua 16

    Kondisi Umum 16

    Laju Tumbuh Relatif dan Laju Asimilasi Bersih pada Tanaman yang

    Tidak Dipanen 17

    Pertumbuhan Tanaman Kolesom dengan Penambahan Pupuk

    Organik di Musim Tanam ke-Dua 18

    Produksi dan Kadar Metabolit Pucuk Kolesom dengan Penambahan

    Pupuk Organik di Musim Tanam ke-Dua 18

    Percobaan III. Pengaruh Residu Pupuk Organik Musim Tanam

    Pertama terhadap Pertumbuhan, Produksi, dan Kadar Metabolit

    Pucuk Kolesom di Musim Tanam ke-Dua 22

  • Laju Tumbuh Relatif (LTR) dan Laju Asimilasi Bersih (LAB) pada

    Tanaman yang Tidak Dipanen 22

    Pertumbuhan Tanaman dengan Residu Pupuk Organik di Musim

    Tanam ke-Dua 22

    Produksi dan Kadar Metabolit Pucuk Kolesom dengan Residu

    Pupuk Organik

    Pembahasan 26 Kondisi Hara Tanah dan Tanaman 26

    Pertumbuhan Tanaman Kolesom yang Tidak Dipanen 27

    Pertumbuhan Tanaman Kolesom dengan Pemanenan Berulang 29

    Produksi Pucuk Kolesom 31

    Kadar Senyawa Metabolit Pucuk Kolesom 33

    4 SIMPULAN 42

    Simpulan 42

    DAFTAR PUSTAKA 42

    LAMPIRAN 45

    RIWAYAT HIDUP 47

  • DAFTAR TABEL

    1 Kombinasi perlakuan pupuk organik 5 2 Kadar hara tanah dan tajuk kolesom di musim tanam pertama 10

    3 pH tanah, kadar C-organik dan rasio C/N tanah sebelum dan sesudah

    penanaman di musim tanam pertama 10

    4 Kondisi curah hujan mingguan pada musim tanam pertama 11 5 Laju tumbuh relatif (LTR) dan laju asimilasi bersih (LAB) tanaman

    kolesom pada berbagai kombinasi pupuk organik di musim tanam

    pertama 12

    6 Pertumbuhan pucuk kolesom pada berbagai kombinasi pupuk organik

    di musim tanam pertama 13

    7 Produksi pucuk kolesom pada berbagai kombinasi pupuk organik di

    musim tanam pertama 14

    8 Bobot per pucuk dan jumlah pucuk kolesom pada berbagai kombinasi

    pupuk organik di musim tanam pertama 14

    9 Kadar vitamin C, flavonoid, dan aktivitas enzim POD pada berbagai

    kombinasi pupuk organik di musim tanam pertama 15

    10 Total bobot kering dan rata-rata kadar metabolit pucuk kolesom di

    musim tanam pertama 15

    11 Produksi vitamin C dan flavonoid pucuk kolesom pada musim tanam

    pertama 16

    12 Kadar hara tanah awal pada musim tanam ke-dua 16 13 Kondisi curah hujan pada musim tanam ke-dua 17

    14 Laju tumbuh relatif (LTR) dan laju asimilasi bersih (LAB) tanaman

    kolesom dengan penambahan pupuk organik di musim tanam ke-dua 17

    15 Pertumbuhan tanaman pada berbagai kombinasi pupuk organik di

    musim tanam ke-dua 18

    16 Produksi pucuk kolesom dengan penambahan pupuk organik di

    musim tanam ke-dua 19

    17 Bobot per pucuk dan jumlah pucuk per tanaman dengan penambahan

    pupuk organik di musim tanam ke-dua 19

    18 Kadar vitamin C, flavonoid, dan aktivitas enzim POD dengan

    penambahan pupuk organik di musim tanam ke-dua 20

    19 Total bobot kering dan rata-rata kadar metabolit pucuk kolesom

    dengan penambahan pupuk organik di musim tanam ke-dua 21

    20 Produksi vitamin C dan flavonoid pucuk kolesom dengan

    penambahan pupuk organik di musim tanam ke-dua 21

    21 Laju tumbuh relatif (LTR) dan laju asimilasi bersih (LAB) tanaman

    kolesom dengan residu pupuk organik di musim tanam ke-dua 22

    22 Pertumbuhan kolesom dengan residu pupuk organik di musim tanam

    ke-dua 23

    23 Produksi pucuk kolesom dengan residu pupuk organik pada tiga

    waktu panen di musim tanam ke-dua 24

    24 Bobot per pucuk dan jumlah pucuk per tanaman dengan residu pupuk

    organik di musim tanam ke-dua 24

    25 Kadar metabolit pucuk kolesom dengan residu pupuk organik di

    musim tanam ke-dua 25

  • 26 Total bobot kering pucuk dan kadar metabolit pucuk kolesom dengan

    residu pupuk organik di musim tanam ke-dua 25 27 Produksi vitamin C dan flavonoid pucuk kolesom dengan residu

    pupuk organik 26

    DAFTAR GAMBAR

    1 Bagan Alir kegiatan penelitian produksi dan kadar metabolit pucuk

    kolesom dengan pemupukan organik dan pemanenan berulang 4

    2 Persentase peningkatan kadar hara tajuk kolesom terhadap perlakuan

    kontrol di musim tanam pertama 10

    3 Histogram laju tumbuh relatif (LTR) dan laju asimilasi bersih (LAB)

    tanaman kolesom yang tidak dipanen 28

    4 Histogram perbandingan pertumbuhan tanaman antara musim tanam

    pertama dengan musim tanam ke-dua 30

    5 Total produksi pucuk kolesom berdasarkan (a) bobot basah (b) bobot

    kering pada musim tanam pertama dan musim tanam ke-dua 32

    6 Produksi pucuk kolesom dengan penambahan pupuk organik dan

    residu pada musim tanam ke-dua (a) produksi pucuk basah pada

    setiap waktu panen dan total produksi pucuk (b) total produksi pucuk

    kering pada setiap waktu panen 33

    7 Histogram curah hujan dan pengaruhnya terhadap kadar senyawa

    metabolit pucuk kolesom di musim tanam pertama 35

    8 Histogram curah hujan dan pengaruhnya terhadap kadar metabolit

    pucuk kolesom di musim tanam ke-dua dengan penambahan pupuk

    organik. 36 9 Histogram data curah hujan dan pengaruhnya terhadap kadar

    metabolit pucuk kolesom di musim tanam ke-dua 37 10 Biosintesis vitamin C, flavonoid, dan lignin 38

    11 Kadar metabolit pucuk kolesom dengan penambahan pupuk organik

    dan residu pada musim tanam ke-dua 39

    12 Kadar metabolit pucuk kolesom pada musim tanam pertama dan

    musim tanam ke-dua 41

    DAFTAR LAMPIRAN

    1. Persiapan contoh untuk analisis protein dan enzim POD 45 2. Prosedur analisis protein 45 3. Prosedur analisis aktivitas enzim POD 45

    4. Prosedur analisis flavonoid 45 5. Prosedur analisis vitamin C 46

    6. Kriteria penilaian hasil analisis tanah 46

  • 1 PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Kolesom (Talinum triangulare (Jacq.)Willd) merupakan tanaman tahunan

    yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Selain itu, kolesom juga dapat

    dimanfaatkan sebagai sayuran dengan mengonsumsi pucuknya. Pucuk kolesom

    dapat dipanen dengan interval panen terbaik 15 hari sekali (Susanti et al. 2011).

    Kolesom juga disebut krokot landa atau postelein. Bentuk tanaman terna atau

    semak kecil dengan daun tebal berdaging, duduknya tersebar atau berhadapan

    (Tjitrosoepomo 2007).

    Kolesom dapat disebut sebagai sayuran fungsional karena mengandung

    beberapa bahan bioaktif yang dapat mempengaruhi fisiologis dan berdampak

    positif untuk kesehatan. Kadar protein, lemak, karbohidrat, serat, dan energi pada

    kolesom berturut-turut adalah 5.1, 1.33, 1.05, 8% bobot kering, dan 36.6 Kcal

    (100 g)-1

    (Kwenin et al. 2011). Daun kolesom juga memiliki kandungan beberapa

    mineral seperti Ca (2.44 mg (100 g)-1

    ), K (6.10 mg (100 g)-1

    ), Mg (2.22 mg (100

    g)-1

    ), Na (0.28 mg (100 g)-1

    ), dan Fe (0.43 mg (100 g)-1

    ) (Mensah et al. 2009)

    serta kandungan bioaktif seperti antosianin, alkaloid, flavonoid, saponin, dan

    tannin (Mensah et al. 2009; Susanti et al. 2008; Mualim et al. 2009; Aja et al.

    2010; Andarwulan et al. 2010). Umbi kolesom juga bersifat sebagai antioksidan

    (Estiasih dan Kurniawan 2007).

    Kolesom mengandung metabolit primer dan sekunder yang dibutuhkan oleh

    manusia. Kandungan metabolit primer yang terdapat pada kolesom antara lain

    vitamin C (Andarwulan et al. 2012; Mualim et al. 2012). Vitamin C berfungsi

    sebagai antioksidan bagi manusia dengan melindungi membran eritrosit, menjaga

    fleksibilitas dari pembuluh darah dan membantu penyerapan zat besi pada tubuh

    (Adegunwa 2011). Vitamin C disintesis oleh tanaman dengan prekursor D-

    glukosa-6-P (Valpuesta dan Botella 2004).

    Kandungan metabolit sekunder yang terdapat pada kolesom antara lain

    flavonoid dan lignin. Kedua senyawa tersebut merupakan kelompok senyawa

    fenolik dengan prekursor p-coumaroyl CoA (Vogt 2010). Flavonoid merupakan

    salah satu golongan senyawa terbesar dari kelompok fenolik. Fungsi flavonoid

    bagi tanaman antara lain mencegah kerusakan tanaman dari sinar UV dan penarik

    serangga untuk penyerbukan (Taiz dan Zeiger 2002) dan bagi manusia bermanfaat

    sebagai antioksidan untuk mencegah kanker (Ren et al. 2003). Lignin merupakan

    salah satu senyawa dari golongan fenolik non flavonoid. Fungsi lignin bagi

    tanaman yaitu untuk melindungi dari serangan serangga dan herbivora. Selain itu

    lignin juga dapat berfungsi untuk mencegah penyebaran patogen (Taiz dan Zeiger

    2002). Biosintesis dari lignin dipengaruhi oleh aktivitas enzim peroksidase (POD)

    yang mengubah koniferil, sinapil, dan p-koumaril alkohol (Boerjan et al. 2003).

    Lignifikasi pada tanaman mempengaruhi citarasa buah dan sayuran (Vickery dan

    Vickery 1981). Lignin termasuk ke dalam kelompok serat pangan yang

    bermanfaat untuk kesehatan manusia (Cseke et al. 2006).

    Kolesom membutuhkan teknik budidaya yang baik untuk mengoptimalkan

    pertumbuhan, produksi, dan kadar metabolit yang terdapat di dalamnya. Salah

    satu teknik budidaya yang umum dilakukan adalah pemupukan. Pupuk organik

  • 2

    saat ini banyak digunakan untuk mendukung sistem pertanian organik.

    Keunggulan pupuk organik dibandingkan pupuk anorganik adalah dapat

    memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah selain dapat menyumbang unsur

    hara pada tanah dan tanaman.

    Pertanian organik dapat disebut sebagai sistem pertanian yang dapat

    memberikan kondisi yang sesuai untuk meningkatkan kualitas sayuran seperti

    kandungan gizi, citarasa, dan kualitas penyimpanan yang lebih baik jika

    dibandingkan dengan budidaya konvensional (Huber et al. 2011). Kelebihan

    sayuran organik lainnya adalah rendahnya kandungan nitrat dan tinggi kandungan

    senyawa fenolik dan vitamin C yang bermanfaat untuk kesehatan seperti

    antikarsinogenik (Rembialkowska 2007).

    Kelemahan pemupukan organik seperti yang terdapat pada penelitian

    Mualim et al. (2012) pada tanaman kolesom menunjukkan bahwa pemupukan

    organik pada musim hujan memberikan produksi pucuk yang lebih rendah jika

    dibandingkan dengan pemupukan anorganik. Selain itu ketersediaan hara dari

    pupuk organik cenderung lambat karena harus mengalami proses mineralisasi

    supaya dapat diserap oleh tanaman. Seringkali pengaruh dari pupuk organik tidak

    langsung terlihat pada satu musim tanam namun pada musim tanam berikutnya.

    Oleh karena itu pengaruh residu pupuk organik di musim tanam ke-dua juga perlu

    dipelajari untuk mengetahui efektivitas penambahan pupuk organik di musim

    tanam berikutnya.

    Beberapa pupuk organik yang dapat digunakan antara lain pupuk kandang

    sapi, rock phosphate, dan abu sekam. Pupuk kandang sapi dapat digunakan

    sebagai sumber N, rock phosphate sebagai sumber P (Havlin et al. 2005), dan abu

    sekam sebagai sumber K (Hadi 2005) walaupun dari masing-masing pupuk

    tersebut memiliki kandungan hara yang lengkap. Kombinasi dari pupuk tersebut

    perlu dipelajari untuk mengetahui kombinasi pupuk organik yang tepat dan efektif

    untuk pertumbuhan dan kadar metabolit pucuk kolesom.

    Penelitian yang telah dilakukan oleh Mualim (2012) pada kolesom yaitu

    menganalisis kadar flavonoid, vitamin C, aktivitas enzim POD, dan produksi

    pucuk tanaman kolesom pada umur 2, 4, dan 6 Minggu Setelah Tanam (MST).

    Mualim (2012) menyatakan bahwa produksi pucuk kolesom tertinggi diperoleh

    saat tanaman berumur 6 MST. Namun pada penelitian ini banyak pucuk yang

    layak panen saat tanaman berumur 6 MST sehingga pemanenan dimulai pada 8

    MST. Belum terdapat informasi mengenai kadar senyawa-senyawa metabolit

    tersebut pada umur yang lebih lanjut sehingga perlu dilakukan penelitian

    mengenai kadar vitamin C, flavonoid, dan aktivitas POD pada saat panen umur 8,

    10, 12, dan 14 MST dengan sistem pemanenan berulang.

    Perumusan Masalah

    Kolesom merupakan salah satu sayuran fungsional yang berpotensi untuk

    dikembangkan. Budidaya yang baik perlu dilakukan untuk memaksimalkan baik

    pertumbuhan, produksi pucuk, dan kadar metabolit yang terdapat di dalamnya.

    Salah satu upaya peningkatan tersebut adalah dengan pemberian pupuk organik.

    Manfaat dari pupuk organik selain dapat menyediakan unsur hara bagi tanaman

    juga dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Jenis pupuk organik

    yang sesuai perlu diteliti untuk mengefisienkan aplikasi pupuk organik pada

  • 3

    kondisi lahan tertentu. Residu dari kombinasi pupuk organik juga perlu diteliti

    untuk mengetahui apakah perlu dilakukan pemupukan kembali pada musim tanam

    berikutnya.

    Kolesom merupakan tanaman tahunan yang pucuknya dapat dipanen

    berulang dengan interval panen 15 hari. Setiap waktu panen memiliki dinamika

    produksi pucuk dan kadar metabolit yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor.

    Oleh karena itu perlu dipelajari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kadar

    metabolit dari pucuk kolesom dari setiap waktu pemanenan.

    Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kombinasi

    pupuk organik terhadap pertumbuhan, produksi pucuk, kadar vitamin C, flavonoid,

    dan aktivitas enzim POD pada pemanenan berulang pada dua musim tanam serta

    residunya di musim tanam ke-dua.

    Manfaat Penelitian

    Manfaat penelitian ini adalah mendapatkan kombinasi pupuk organik yang

    tepat untuk meningkatkan produksi pucuk serta kadar metabolit, baik metabolit

    primer seperti vitamin C maupun metabolit sekunder seperti flavonoid dan lignin.

    Efektivitas aplikasi pupuk organik perlu diperhatikan karena volume pupuk

    organik yang lebih besar jika dibandingkan dengan pupuk anorganik untuk

    mendapatkan kadar hara yang sama.

    Ruang Lingkup Penelitian

    Rangkaian percobaan dilakukan untuk menjawab tujuan dari penelitian

    (Gambar 1). Terdapat tiga percobaan yang dilaksanakan di Kebun Percobaan

    Leuwikopo IPB, Darmaga, Bogor serta Laboratorium Plant Analysis and

    Chromatography Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB. Percobaan 1

    adalah pengaruh empat kombinasi pupuk organik pada musim tanam pertama

    yang dilaksanakan pada bulan November 2012 sampai bulan Februari 2013.

    Musim tanam ke-dua dilaksanakan setelah musim tanam pertama yaitu pada bulan

    Maret sampai Mei 2013 untuk mengetahui residu pupuk organik pada musim

    tanam pertama. Dua set percobaan dilakukan pada musim tanam ke-dua yaitu

    dengan penambahan pupuk organik dan tanpa penambahan pupuk organik. Setiap

    satu musim tanam dilakukan tiga kali pemanenan pucuk dengan interval panen 15

    hari sekali.

  • 4

    Gambar 1 Bagan Alir kegiatan penelitian produksi dan kadar metabolit pucuk

    kolesom dengan pemupukan organik dan pemanenan berulang

    2 METODE

    Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Leuwikopo, Darmaga,

    Bogor pada bulan November 2012 sampai Mei 2013. Analisis kadar vitamin C,

    flavonoid, dan aktivitas enzim POD dilakukan di Plant Analysis and

    Cromatography Laboratory Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB.

    Analisis kadar hara tanah dan jaringan tanaman dilakukan di Laboratorium

    Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, IPB.

    Penelitian ini terdiri atas dua musim tanam. Musim tanam pertama yaitu

    untuk mempelajari pengaruh kombinasi pupuk organik terhadap pertumbuhan,

    produksi, dan kadar metabolit pucuk kolesom yang dilaksanakan pada bulan

    November 2012 sampai Februari 2013. Musim tanam ke-dua terdapat dua set

    percobaan yaitu pengaruh penambahan pupuk organik di musim tanam ke-dua dan

    pengaruh residu pupuk organik musim tanam pertama terhadap tanaman kolesom

    di musim tanam ke-dua. Percobaan ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai Mei

    2013.

    Jenis pupuk organik yang digunakan terdiri atas pupuk kandang sapi, rock

    phosphate, dan abu sekam padi. Empat kombinasi dari pupuk kandang tersebut

    dikombinasikan dengan menggunakan metode minus one test. Dosis rekomendasi

    dari masing-masing jenis pupuk mengacu pada Farchany (2012). Perlakuan pada

    percobaan ini dapat dilihat pada Tabel 1.

    Kolesom

    Pengaruh kombinasi pupuk organik

    pada musim tanam pertama

    Pengaruh penambahan pupuk

    organik pada musim tanam ke-dua

    Pengaruh residu pupuk organik musim pertama pada musim tanam

    ke-dua

    Kombinasi pemupukan organik

    yang tepat untuk kolesom yang

    dipanen pada umur 8, 10, 12, dan

    14 MST

  • 5

    Tabel 1 Kombinasi perlakuan pupuk organik

    Perlakuan

    Dosis (ton ha-1

    ) Sumbangan Hara

    (ton ha-1

    )

    Pupuk

    Kandang Sapi

    1

    Rock

    Phosphate2

    Abu

    Sekam3

    N P2O5 K2O

    Kontrol 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

    PK + RP 12.3 1.5 0.0 0.16 0.07 0.04

    PK + AS 12.3 0.0 5.5 0.17 0.04 0.10

    RP + AS 0.0 1.5 5.5 0.01 0.05 0.06

    PK + RP +AS 12.3 1.5 5.5 0.17 0.08 0.10

    Keterangan: PK: pupuk kandang, RP: rock phosphate, AS: abu sekam, 1 kadar N 1.29%, 2 kadar P2O5 2.87%, dan

    3 kadar K2O 1.10% (Hasil analisis Laboratorium Departemen Ilmu

    Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian Bogor)

    Bahan

    Bahan yang digunakan untuk percobaan lapangan adalah setek kolesom

    dengan ukuran panjang 10 cm, kapur pertanian, arang sekam, pupuk kandang sapi,

    rock phosphate, dan abu sekam. Bahan untuk analisis kimia di laboratorium antara

    lain bahan untuk analisis kadar vitamin C (larutan iodin, buffer vitamin C, KI,),

    bahan untuk analisis kadar flavonoid (metanol, etanol, aluminium klorida,

    potassium asetat), serta bahan untuk analisis aktivitas enzim POD

    (aminoantipyrine, fenol, dan H2O2).

    Alat

    Alat yang digunakan untuk percobaan lapangan adalah alat-alat pertanian,

    sedangkan alat yang digunakan untuk analisis di laboratorium antara lain

    Shimadzu UV-1800 spectrophotometer (Japan) yang dihubungkan dengan

    software UV Probe 2.34 untuk analisis menggunakan spektrofotometri, Eyela

    waterbath SB-24 untuk inkubasi, freeze dryer Flexy-DryTM

    MP (USA) untuk

    mengeringkan daun kolesom dengan suhu -50C, dan centrifuge Heraeus

    Labofuge-400R.

    Prosedur Analisis Data

    Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak

    kelompok (RAK) satu faktor. Terdapat lima perlakuan yang diulang tiga kali

    sehingga terdapat 15 satuan percobaan. Data dianalisis dengan menggunakan uji

    Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5% untuk membedakan nilai tengah antar

    perlakuan. Data juga dianalisis dengan menggunakan uji t-student untuk

    membandingkan nilai tengah antara kelompok perlakuan residu pupuk dengan

    perlakuan penambahan pupuk organik di musim tanam ke-dua. Data yang

    disajikan pada tabel dan histogram diikuti dengan nilai standar deviasinya.

  • 6

    Pelaksanaan Percobaan

    Percobaan I. Pengaruh Kombinasi Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan,

    Produksi, dan Kadar Metabolit Pucuk Kolesom di Musim Tanam Pertama

    Percobaan dilakukan menggunakan petakan yang berukuran 5 m x 5 m (25

    m2 per petak). Jarak tanam yang digunakan adalah 50 cm x 50 cm. Perlakuan

    dasar adalah arang sekam dan kapur pertanian masing-masing sebanyak 2 ton ha-1

    yang diaplikasikan dua minggu sebelum tanam. Aplikasi perlakuan pupuk organik

    juga dilakukan dua minggu sebelum tanam dengan cara dilarik per baris tanam

    kecuali rock phosphate yang diberikan per lubang tanam. Bahan tanam yang

    digunakan adalah setek kolesom dengan ukuran 10 cm. Penanaman dilakukan

    langsung di lapangan.

    Pengamatan pertumbuhan meliputi tinggi tanaman, lebar tajuk, jumlah

    cabang primer dan sekunder yang diukur setiap minggu. Pengamatan destruktif

    pada tanaman yang tidak dipanen meliputi laju tumbuh relatif (LTR) dan laju

    asimilasi bersih (LAB) yang dilakukan pada umur 5, 8, 11, dan 14 MST.

    Pengamatan destruktif dilakukan dengan cara mencabut satu tanaman pinggir di

    luar tanaman contoh untuk setiap satu-satuan percobaan.

    Laju tumbuh relatif (South 1995) dan laju asimilasi bersih tanaman kolesom

    dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

    = ln2 ln1

    2 1 1

    Keterangan:

    W1 = bobot kering tanaman pada waktu t1

    W2 = bobot kering tanaman pada waktu t2

    = 2 12 1

    ln2 ln1

    2 1 21

    Keterangan:

    W1 = bobot kering tanaman pada waktu t1

    W2 = bobot kering tanaman pada waktu t2

    A1 = luas daun total pada waktu t1

    A2= luas daun total pada waktu t2

    Pemanenan pucuk dilakukan ketika tanaman berumur 10, 12, dan 14 MST.

    Panen dilakukan tiga kali dengan interval 15 hari sekali mengacu pada Susanti

    (2012). Kriteria pucuk yang layak panen adalah pucuk yang berukuran 10 cm dari

    ujung daun yang ditegakkan. Pengamatan saat panen pucuk yaitu jumlah pucuk

    per tanaman, bobot per pucuk, dan bobot pucuk per tanaman kemudian

    dilanjutkan dengan analisis kadar senyawa metabolit pucuk di laboratorium yang

    meliputi kadar vitamin C dengan menggunakan metode titrimetri yang

  • 7

    dimodifikasi. Kadar flavonoid diukur dengan menggunakan metode aluminium

    chloride colorimetric dengan modifikasi (Mualim 2012). Analisis kadar vitamin C

    dan flavonoid dilakukan dengan cara duplo untuk masing-masing sampel.

    Aktivitas enzim POD dianalisis dengan menggunakan metode Dangcham et al.

    (2008).

    Analisis kadar N, P, K, C-organik, dan pH tanah dilakukan sebelum aplikasi

    pemupukan dan sesudah penanaman. Analisis kadar N, P, K, dan C-organik

    jaringan tanaman dilakukan saat tanaman berumur 14 MST setelah panen ke-tiga.

    Analisis kadar hara tanah dan jaringan menggunakan metode Balittanah (2005).

    Sampel tanah dan jaringan merupakan komposit dari tiga ulangan.

    Percobaan II. Pengaruh Penambahan Pupuk Organik terhadap

    Pertumbuhan, Produksi, dan Kadar Metabolit Pucuk Kolesom di Musim

    Tanam ke-Dua

    Lahan yang digunakan pada percobaan ini adalah setengah dari lahan yang

    digunakan pada musim tanam pertama dengan ukuran 5 m x 2.5 m. Percobaan ini

    dilaksanakan setelah penanaman kolesom di musim tanam pertama. Lahan bekas

    penanaman kolesom di musim tanam pertama diberi pupuk organik dengan

    kombinasi dan dosis yang sama dengan musim tanam sebelumnya. Bibit kolesom

    disemai terlebih dahulu di polybag dengan menggunakan media arang sekam

    untuk memudahkan perawatan bibit kolesom serta untuk mengurangi persentase

    kematian bibit ketika langsung ditanam di lapangan. Bibit dipindahtanamkan ke

    lahan yang telah diberi pupuk organik dua minggu setelah pembibitan.

    Pengamatan pertumbuhan meliputi tinggi tanaman, lebar tajuk, jumlah

    cabang primer dan sekunder yang diukur setiap minggu. Pengamatan destruktif

    pada tanaman yang tidak dipanen meliputi laju tumbuh relatif (LTR) dan laju

    asimilasi bersih (LAB) yang dilakukan pada umur 5, 7, 9, dan 11 MST.

    Pengamatan destruktif dilakukan dengan cara mencabut satu tanaman pinggir di

    luar tanaman contoh untuk setiap satu-satuan percobaan. Rumus yang digunakan

    untuk menghitung laju tumbuh relatif dan laju asimilasi bersih sama dengan

    rumus yang digunakan di musim tanam pertama.

    Pemanenan pucuk dilakukan ketika tanaman berumur 8, 10, dan 12 MST.

    Panen dilakukan tiga kali dengan interval 15 hari sekali mengacu pada Susanti

    (2012). Kriteria pucuk yang layak panen adalah pucuk yang berukuran 10 cm dari

    ujung daun yang ditegakkan. Pengamatan saat panen pucuk yaitu jumlah pucuk

    per tanaman, bobot per pucuk, dan bobot pucuk per tanaman kemudian

    dilanjutkan dengan analisis kadar senyawa metabolit pucuk kolesom di

    laboratorium yang meliputi kadar vitamin C dengan menggunakan metode

    titrimetri yang dimodifikasi. Kadar flavonoid diukur dengan menggunakan

    metode aluminium chloride colorimetric dengan modifikasi (Mualim 2012).

    Analisis kadar vitamin C dan flavonoid dilakukan dengan cara duplo untuk

    masing-masing sampel. Aktivitas enzim POD dianalisis dengan menggunakan

    metode Dangcham et al. (2008). Analisis tanah awal pada percobaan ini sama

    dengan analisis tanah akhir di percobaan pertama.

  • 8

    Percobaan III. Pengaruh Residu Pupuk Organik Musim Tanam Pertama

    terhadap Pertumbuhan, Produksi, dan Kadar Metabolit Pucuk Kolesom di

    Musim Tanam ke-Dua

    Lahan yang digunakan pada percobaan ini adalah setengah dari lahan yang

    digunakan pada percobaan I dengan ukuran 5 m x 2.5 m. Percobaan ini

    dilaksanakan setelah penanaman kolesom di musim tanam I. Lahan tersebut tidak

    diberi pupuk organik kembali. Sumber hara pada percobaan ini diharapkan

    diperoleh dari residu pupuk organik di musim tanam sebelumnya. Bibit kolesom

    dibibitkan terlebih dahulu di polybag dengan menggunakan media arang sekam

    untuk memudahkan perawatan bibit kolesom serta untuk mengurangi persentase

    kematian bibit ketika langsung ditanam di lapangan. Bibit dipindahtanamkan ke

    lahan yang telah diberi pupuk organik dua minggu setelah pembibitan.

    Pengamatan pertumbuhan meliputi tinggi tanaman, lebar tajuk, jumlah

    cabang primer dan sekunder yang diukur setiap minggu. Pengamatan destruktif

    pada tanaman yang tidak dipanen meliputi laju tumbuh relatif (LTR) dan laju

    asimilasi bersih (LAB) yang dilakukan pada umur 5, 7, 9, dan 11 MST.

    Pengamatan destruktif dilakukan dengan cara mencabut satu tanaman pinggir di

    luar tanaman contoh untuk setiap satu-satuan percobaan. Rumus yang digunakan

    untuk menghitung laju tumbuh relatif dan laju asimilasi bersih tanaman kolesom

    sama dengan rumus pada musim tanam pertama.

    Pemanenan pucuk dilakukan ketika tanaman berumur 8, 10, dan 12 MST.

    Panen dilakukan tiga kali dengan interval 15 hari sekali mengacu pada Susanti

    (2012). Kriteria pucuk yang layak jual adalah pucuk yang berukuran 10 cm dari

    ujung daun yang ditegakkan. Pengamatan saat panen pucuk yaitu jumlah pucuk

    per tanaman, bobot per pucuk, dan bobot pucuk per tanaman kemudian

    dilanjutkan dengan analisis kadar senyawa metabolit pucuk kolesom di

    laboratorium yang meliputi kadar vitamin C dengan menggunakan metode

    titrimetri yang dimodifikasi. Kadar flavonoid diukur dengan menggunakan

    metode aluminium chloride colorimetric yang dimodifikasi (Mualim 2012).

    Analisis kadar vitamin C dan flavonoid dilakukan dengan cara duplo untuk

    masing-masing sampel. Aktivitas enzim POD dianalisis dengan menggunakan

    metode Dangcham et al. (2008).

  • 9

    3 HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil

    Percobaan I. Pengaruh Kombinasi Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan,

    Produksi, dan Kadar Metabolit Pucuk Kolesom di Musim Tanam Pertama

    Kondisi Umum

    Kadar Hara Tanah dan Tajuk Kolesom

    Hasil analisis tanah sebelum aplikasi pemupukan, setelah penanaman, dan

    kadar hara pada jaringan tanaman dapat dilihat pada Tabel 2. Kadar hara tanah

    sebelum aplikasi pemupukan dihitung berdasarkan hasil penjumlahan analisis

    tanah awal sebelum pemupukan dengan prediksi sumbangan hara yang diperoleh

    dari pupuk organik pada masing-masing perlakuan sedangkan hasil analisis tanah

    di akhir percobaan menunjukkan kadar hara total pada tanah.

    Kadar N total pada lahan percobaan mengalami penurunan dari awal

    sebelum aplikasi pemupukan. Berdasarkan Balittanah (2005) status N di awal

    percobaan sebelum aplikasi pemupukan tergolong sedang namun di akhir

    percobaan tergolong rendah. Hal tersebut diduga karena unsur N yang berasal dari

    pupuk organik sebagian besar belum tersedia untuk tanaman sehingga serapan

    hara berasal dari N tanah.

    Kadar P tanah tersedia di awal percobaan sebelum aplikasi pemupukan

    tergolong sangat rendah (Balittanah 2005). Kurangnya ketersediaan P pada

    tanaman disebabkan oleh pH tanah yang agak masam (Tabel 3). Rasio C/N pada

    tanah tergolong rendah yang memungkinkan proses mineralisasi bahan organik

    berlangsung.

    Persentase peningkatan kadar hara tajuk kolesom terhadap perlakuan kontrol

    di musim tanam pertama dapat dilihat pada Gambar 2. Pemberian pupuk organik

    meningkatkan kadar N pada tajuk sedangkan hal sebaliknya terjadi pada kadar K.

    Diduga N yang diserap tanaman menghambat serapan K karena N lebih banyak

    diserap dalam bentuk NH4+. Peningkatan kadar P tajuk terdapat pada semua

    kombinasi kecuali rock phosphate + abu sekam. Walaupun rock phosphate pada

    percobaan ini ditujukan sebagai sumber P namun ketersediaan P dari pupuk ini

    sangat rendah sehingga diduga sumber hara P terbesar pada kolesom diperoleh

    dari pupuk kandang.

  • 10

    Tabel 2 Kadar hara tanah dan tajuk kolesom di musim tanam pertama

    Perlakuan N P K

    sb Sd jar sb Sd jar sb sd jar

    ..%................ ..ppm (%) ..ppm.. (%) Kontrol 0.21 0.16 1.34 3.80 517.1 0.32 119.52 63.96 5.15 PK + RP 0.22 0.17 1.90 19.05 280.6 0.36 139.52 93.48 3.26

    PK + AS 0.22 0.14 1.45 13.40 492.3 0.35 169.52 71.34 4.25

    RP + AS 0.21 0.17 1.83 15.60 495.9 0.32 149.52 76.26 3.43

    PK + RP + AS

    0.22 0.17 1.39 22.15 513.5 0.38 169.52 95.94 3.53

    Keterangan: PK: pupuk kandang, RP: rock phosphate, AS: abu sekam, sb: sebelum aplikasi pemupukan pada tanah, sd: setelah penanaman pada tanah, jar: kadar hara pada

    jaringan tanaman

    Tabel 3 pH tanah, kadar C-organik dan rasio C/N tanah sebelum dan sesudah

    penanaman di musim tanam pertama

    Perlakuan pH tanah C-org (%) C/N

    Sb sd sb sd jar sb sd

    Kontrol 5.6 5.5 2.2 1.5 49.6 10.2 9.4

    PK + RP 5.6 5.5 2.2 1.6 51.2 10.2 9.4 PK + AS 5.6 5.9 2.2 1.4 49.7 10.2 9.6

    RP + AS 5.6 5.4 2.2 1.6 50.5 10.2 9.4

    PK + RP +AS 5.6 5.7 2.2 1.6 51.1 10.2 9.4

    Keterangan: PK: pupuk kandang, RP: rock phosphate, AS: abu sekam, sb: sebelum aplikasi

    pemupukan pada tanah, sd: setelah penanaman pada tanah, jar: kadar hara pada

    jaringan tanaman

    Gambar 2 Persentase peningkatan kadar hara tajuk kolesom terhadap perlakuan

    kontrol di musim tanam pertama; PK: pupuk kandang, RP: rock

    phosphate, AS: abu sekam

    -50

    -40

    -30

    -20

    -10

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    %

    PK + RP

    PK + AS

    RP + AS

    PK + RP + ASN P

    K

  • 11

    Curah Hujan

    Data curah hujan yang diambil dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan

    Geofisika Darmaga ditunjukkan pada Tabel 4. Dari tabel tersebut dapat dilihat

    bahwa rata-rata curah hujan selama penelitian berlangsung cukup tinggi.

    Tabel 4 Kondisi curah hujan mingguan pada musim tanam pertama

    Minggu ke- Curah hujan (mm minggu-1

    )*

    9 168.6

    10 240.6

    11 42.9 12 17.0

    13 177.9

    14 168.7

    Keterangan: *) data diperoleh dari BMKG Darmaga Bogor

    Curah hujan menurun dari panen pertama (10 MST) ke panen ke-dua (12

    MST) dan meningkat lagi di panen ke-tiga (14 MST). Fluktuasi curah hujan

    tersebut berpengaruh terhadap kadar senyawa metabolit yang terdapat pada pucuk

    kolesom.

    Laju Tumbuh Relatif (LTR) dan Laju Asimilasi Bersih (LAB) pada

    Tanaman yang Tidak Dipanen di Musim Tanam Pertama

    Laju tumbuh relatif (LTR) tanaman kolesom yang tidak dipanen tidak

    dipengaruhi oleh pemupukan organik sedangkan laju asimilasi bersih (LAB)

    berbeda nyata pada pengamatan 8-11 MST (Tabel 5). Kombinasi pupuk kandang

    sapi + abu sekam memberikan nilai LAB tertinggi sedangkan nilai terendah

    terdapat pada perlakuan rock phosphate + abu sekam.

  • 12

    Tabel 5 Laju tumbuh relatif (LTR) dan laju asimilasi bersih (LAB) tanaman

    kolesom pada berbagai kombinasi pupuk organik di musim tanam pertama

    Perlakuan Umur (MST)

    5-8 8-11 11-14

    LTR (x10-2 g hari

    -1)

    Kontrol 10.45a

    0.8 3.41a

    1.2 5.54a

    0.6 PK +RP 8.25

    a 0.8 4.87

    a 0.3 1.86

    a 0.8

    PK +AS 9.21a

    1.4 5.84a

    0.4 3.17a

    1.0

    RP + AS 11.51a

    0.0 0.91a

    0.4 5.94a

    0.6

    PK +RP + AS 11.93a

    2.0 1.82a

    2.1 4.34a

    2.0

    LAB (x 10-4 g cm

    -2 hari

    -1)

    Kontrol 5.35a

    0.9 2.29ab

    0.4 8.09a

    2.3

    PK +RP 4.35a

    0.1 3.72ab

    0.5 1.97a

    0.9 PK +AS 4.50

    a 2.2 4.17

    a 1.1 4.13

    a 1.5

    RP + AS 5.70a

    0.0 0.48b

    0.2 6.10a

    0.6

    PK +RP + AS 6.35a

    0.5 1.33ab

    1.6 6.37a

    4.4

    Keterangan : PK : pupuk kandang, RP: rock phosphate, AS: abu sekam; angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut

    uji BNJ pada taraf 5%; nilai rataan diikuti oleh nilai standar deviasi (sd)

    Pertumbuhan Tanaman di Musim Tanam Pertama

    Pertumbuhan tanaman kolesom di musim tanam pertama yang meliputi

    tinggi taaman, lebar tajuk, jumlah cabang primer, dan jumlah cabang sekunder

    dapat dilihat pada Tabel 6. Tinggi tanaman, lebar tajuk, serta jumlah cabang

    primer pucuk kolesom tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata baik

    antar perlakuan pupuk organik maupun antara pemupukan organik dengan

    perlakuan kontrol. Perlakuan kombinasi pupuk kandang + rock phosphate

    meningkatkan jumlah cabang sekunder pucuk kolesom pada umur 14 MST atau

    saat panen ke-tiga.

    Jumlah cabang sekunder terlihat tumbuh lebih pesat dibandingkan dengan

    cabang primer. Cabang primer adalah cabang yang muncul dari batang utama

    (setek awal) sedangkan cabang sekunder adalah cabang yang muncul dari cabang

    primer. Cabang sekunder muncul ketika ujung dari cabang primer dipotong karena

    pemanenan atau saat ujung cabang muncul tangkai bunga. Pemanenan pucuk

    menghilangkan dominansi apikal dari cabang primer sehingga menginduksi

    munculnya cabang-cabang sekunder yang baru. Pertumbuhan cabang sekunder

    menurun pada 12 MST (panen ke-dua) diduga karena menurunnya intensitas

    hujan sehingga pertumbuhan kolesom juga terhambat. Jumlah cabang sekunder

    berbeda nyata pada umur 14 MST (panen ke-tiga).

  • 13

    Tabel 6 Pertumbuhan pucuk kolesom pada berbagai kombinasi pupuk organik di

    musim tanam pertama

    Perlakuan Umur (MST)

    10 12 14

    Tinggi tanaman (cm) Kontrol 52.24

    a 13.5 53.43

    a 14.3 70.03

    a 3.8

    PK +RP 51.33a

    3.0 52.39a

    4.6 60.54a

    10.1

    PK +AS 54.43a

    2.8 59.07a

    5.0 68.08a

    4.1 RP + AS 51.27

    a 3.0 51.24

    a 5.6 62.97

    a 3.7

    PK +RP + AS 52.80a

    3.0 56.55a

    4.7 58.95a

    8.0

    Lebar tajuk (cm)

    Kontrol 47.68a

    1.4 49.46a

    1.5 53.33a

    9.3 PK +RP 46.85

    a 4.7 49.24

    a 3.5 57.23

    a 0.8

    PK +AS 51.55a

    1.9 56.83a

    3.1 53.69a

    8.3

    RP + AS 53.53a

    3.4 52.40a

    6.8 65.57a

    11.0 PK +RP + AS 52.23

    a 3.5 52.33

    a 3.1 60.65

    a 13.5

    Jumlah cabang primer

    Kontrol 3.6a

    0.8 3.5a

    0.5 3.4a

    0.2

    PK +RP 3.8a

    0.9 3.4a

    0.5 4.1a

    1.0

    PK +AS 4.1a

    1.6 2.8a

    0.4 5.2a

    2.6

    RP + AS 3.4a

    0.2 2.8a

    0.3 2.5a

    0.2

    PK +RP + AS 3.7a

    1.0 3.2a

    0.6 3.9a

    1.3

    Jumlah cabang sekunder

    Kontrol 16.3a

    1.6 15.1a

    0.7 21.1ab

    1.1

    PK +RP 15.0a

    3.7 16.3a

    1.3 22.9a

    2.2

    PK +AS 19.6a

    1.6 17.9a

    2.3 20.3ab

    0.0 RP + AS 18.1

    a 1.0 16.7

    a 1.1 19.7

    ab 1.8

    PK +RP + AS 19.3a

    2.3 16.4a

    2.3 18.0b

    1.0

    Keterangan : PK : pupuk kandang, RP: rock phosphate, AS: abu sekam; angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut

    uji BNJ pada taraf 5%, nilai rataan diikuti oleh nilai standar deviasi (sd)

    Perlakuan kombinasi pupuk kandang + rock phosphate memberikan jumlah

    cabang sekunder tertinggi sedangkan perlakuan kombinasi pupuk lengkap

    memberikan jumlah cabang sekunder terendah dibandingkan dengan perlakuan

    lainnya namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan kombinasi pupuk organik

    lainnya.

    Produksi dan Kadar Metabolit Pucuk Kolesom di Musim Tanam Pertama

    Produksi Pucuk Kolesom

    Produksi pucuk kolesom pada setiap waktu pemanenan dan total produksi

    pucuk di musim tanam pertama tidak dipengaruhi oleh pemupukan organik (Tabel

    7). Tidak adanya perbedaan yang signifikan antar perlakuan menunjukkan bahwa

    kebutuhan hara kolesom untuk produksi pucuk dapat terpenuhi tanpa penambahan

    pupuk organik.

  • 14

    Tabel 7 Produksi pucuk kolesom pada berbagai kombinasi pupuk organik di

    musim tanam pertama

    Perlakuan Umur Panen (MST) Total Produksi

    Pucuk 10 12 14

    g BB tanaman-1

    Kontrol 43.92

    a 7.4 35.61

    a 9.5 51.12

    a 12.2 130.64

    a 18.8

    PK + RP 41.88a 2.8 47.11

    a 13.2 48.27

    a 29.9 137.26

    a 34.7

    PK + AS 39.97a 7.8 58.78

    a 11.2 44.65

    a 4.6 143.41

    a 13.0

    RP + AS 57.13a 1.1 48.73

    a 22.4 57.02

    a 5.3 162.88

    a 19.7

    PK + RP + AS 53.15a 9.2 40.12

    a 8.0 41.53

    a 13.9 134.80

    a 10.0

    Keterangan: PK : pupuk kandang, RP: rock phosphate, AS: abu sekam, BB: bobot basah; angka yang diikuti oleh angka yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ pada taraf

    5%, nilai rataan diikuti oleh nilai standar deviasi (sd)

    Jumlah pucuk per tanaman dan bobot per pucuk tidak dipengaruhi oleh

    perlakuan kombinasi pupuk organik (Tabel 8). Jumlah pucuk semakin meningkat

    pada setiap waktu pemanenan dan sebaliknya bobot per pucuk semakin menurun.

    Pemangkasan atau pemanenan pucuk menyebabkan hilangnya dominansi apikal

    sehingga menginduksi munculnya cabang-cabang baru pada cabang yang dipanen

    dengan ukuran yang lebih kecil sehingga ukuran pucuk kolesom semakin

    mengecil.

    Tabel 8 Bobot per pucuk dan jumlah pucuk kolesom pada berbagai kombinasi

    pupuk organik di musim tanam pertama

    Perlakuan Umur Panen (MST)

    10 12 14

    Bobot per pucuk (g BB)

    Kontrol 5.69a

    0.1 3.69a

    0.3 2.97a

    0.2

    PK +RP 5.35a

    1.2 4.36a

    1.1 2.82a

    0.4 PK +AS 5.14

    a 0.5 3.86

    a 0.4 2.93

    a 0.4

    RP + AS 5.44a

    0.9 4.32a

    0.5 2.90a

    0.5

    PK +RP + AS 4.76a

    0.6 3.94a

    0.3 2.86a

    0.8

    Jumlah pucuk per tanaman Kontrol 7.7

    a 1.5 9.6

    a 2.3 17.3

    a 5.3

    PK +RP 8.1a

    1.7 10.9a

    2.9 16.3a

    7.8

    PK +AS 7.9a

    2.1 15.3a

    2.4 15.6a

    3.6 RP + AS 10.7

    a 1.5 11.2

    a 4.4 19.8

    a 1.7

    PK +RP + AS 11.5a

    3.6 10.2a

    2.2 14.6a

    0.5

    Keterangan: PK: pupuk kandang, RP: rock phosphate, AS: abu sekam; angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut

    uji BNJ pada taraf 5%, nilai rataan diikuti oleh nilai standar deviasi (sd)

    Kadar Metabolit Pucuk Kolesom

    Kadar metabolit pucuk kolesom yang meliputi kadar vitamin C, flavonoid,

    dan aktivitas enzim POD tidak berbeda nyata antar perlakuan pemupukan di setiap

    waktu panen (Tabel 9). Kadar vitamin C ditampilkan sebagai kadar dalam bobot

    kering setelah dikonversi dari kadar bobot basah pucuk kolesom.

  • 15

    Tabel 9 Kadar vitamin C, flavonoid, dan aktivitas enzim POD pada berbagai

    kombinasi pupuk organik di musim tanam pertama

    Perlakuan Umur Panen (MST)

    10 12 14

    Vitamin C (mg g-1 BK)

    Kontrol 41.29a 5.9 49.69

    a 17.3 29.11

    a 13.6

    PK + RP 44.44a

    20.5 47.07a 14.6 47.45

    a 11.4

    PK + AS 49.18a 14.3 42.05

    a 4.9 35.63

    a 9.6

    RP + AS 44.93a 14.2 52.94

    a 11.8 44.28

    a 14.5

    PK + RP + AS 43.29a 12.3 52.28

    a 8.6 43.85

    a 8.9

    Flavonoid (mg SK g-1

    BK)

    Kontrol 10.62a 2.8 4.86

    a 1.0 10.59

    a 0.6

    PK + RP 11.07a 3.1 8.60

    a 1.3 10.37

    a 2.1

    PK + AS 9.10a 2.7 6.15

    a 0.7 11.25

    a 0.6

    RP + AS 8.90a 1.2 6.17

    a 1.0 13.17

    a 3.0

    PK + RP + AS 9.71a 1.6 8.63

    a 2.9 10.15

    a 2.3

    Aktivitas POD (x10-3

    U (mg protein)-1

    )

    Kontrol 1.08a

    0.1 8.31a

    4.5 4.74a

    1.3

    PK + RP 0.88a

    0.7 3.09a

    1.1 4.16a

    1.4 PK + AS 1.36

    a 0.2 6.58

    a 1.5 4.77

    a 0.4

    RP + AS 1.29a

    0.3 7.58a

    4.4 5.42a

    5.0

    PK + RP + AS 0.79a

    0.2 5.42a

    2.6 5.04a

    0.8

    Keterangan: PK: pupuk kandang, RP: rock phosphate, AS: abu sekam; angka yang diikuti oleh

    huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut

    uji BNJ pada taraf 5%; BK: bobot kering, SK: setara kuersetin, U: unit, nilai rataan

    diikuti oleh nilai standar deviasi (sd)

    Total Bobot Kering, Rata-Rata Kadar Metabolit, dan Produksi Metabolit Pucuk

    Kolesom

    Total bobot kering pucuk kolesom dan rata-rata kadar vitamin C, flavonoid,

    serta aktivitas enzim POD dari ketiga waktu panen tidak berbeda nyata antar

    perlakuan pemupukan (Tabel 10). Hal tersebut menunjukkan tidak adanya

    pengaruh penambahan pupuk organik terhadap produksi pucuk dan kadar

    metabolit pucuk kolesom di musim tanam pertama.

    Tabel 10 Total bobot kering dan rata-rata kadar metabolit pucuk kolesom di

    musim tanam pertama

    Perlakuan Total Produksi

    Pucuk Vitamin C Flavonoid Aktivitas POD

    (g BK tanaman-1

    ) (mg g-1

    BK) (mg SK g-1

    BK) (x10

    -3 U (mg

    protein)-1

    )

    Kontrol 9.19a 1.4 40.03

    a 13.1 8.69

    a 3.2 4.81

    a 13.1

    PK + RP 9.42a 2.2 46.32

    a 8.5 10.02

    a 2.2 2.71

    a 8.5

    PK + AS 8.55a 2.2 42.29

    a 8.1 9.13

    a 2.7 4.24

    a 8.1

    RP + AS 9.55a 1.6 47.39

    a 10.6 9.60

    a 3.7 4.76

    a 10.6

    PK + RP + AS 9.28a 0.5 46.69

    a 7.0 9.50

    a 2.1 3.65

    a 7.0

    Keterangan: PK: pupuk kandang, RP: rock phosphate, AS: abu sekam; BK: bobot kering; SK: setara kuersetin; U: unit; angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang

    sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji BNJ pada taraf 5%; nilai rataan

    diikuti oleh standar deviasi.

  • 16

    Produksi vitamin C dan flavonoid juga tidak dipengaruhi oleh pemupukan

    organik di musim tanam pertama (Tabel 11). Produksi metabolit pucuk kolesom

    diperoleh dari perkalian bobot kering pucuk dengan kadar metabolit pucuk

    kolesom.

    Tabel 11 Produksi vitamin C dan flavonoid pucuk kolesom pada musim tanam

    pertama

    Perlakuan Vitamin C Flavonoid

    mg tanaman-1

    Kontrol 361.69a 19.7 79.21

    a 11.0

    PK + RP 426.21a 28.5 92.27

    a 7.8

    PK + AS 363.73a 102.6 79.53

    a 28.2

    RP + AS 458.16a 149.0 91.93

    a 16.9

    PK + RP + AS 432.70a 11.5 87.88

    a 18.8

    Keterangan: PK: pupuk kandang, RP: rock phosphate, AS: abu sekam; BK: bobot kering; angka

    yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak

    berbeda nyata menurut uji BNJ pada taraf 5%; nilai rataan diikuti oleh standar deviasi.

    Percobaan II. Pengaruh Penambahan Pupuk Organik terhadap

    Pertumbuhan, Produksi, dan Kadar Senyawa Metabolit Pucuk Kolesom di

    Musim Tanam ke-Dua

    Kondisi Umum

    Hasil analisis tanah

    Analisis tanah awal pada percobaan di musim tanam ke-dua sama dengan

    hasil analisis tanah akhir di musim tanam pertama. Hasil analisis tersebut dapat

    dilihat pada Tabel 12. Kadar N dan K total di lahan penelitian tergolong rendah,

    sedangkan P total termasuk ke dalam kategori sangat tinggi. Kadar P total yang

    tinggi belum menggambarkan ketersediaannya bagi tanaman karena ketersediaan

    P sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya pH tanah. Hasil analisis

    tanah menunjukkan bahwa reaksi tanah bersifat masam. Kemasaman tanah yang

    tinggi menyebabkan P terikat oleh Fe/Al sehingga menjadi tidak tersedia bagi

    tanaman.

    Tabel 12 Kadar hara tanah awal pada musim tanam ke-dua

    Perlakuan pH H2O C-org (%) N-total (%) P HCl 25%

    (ppm)

    K HCl 25%

    (ppm)

    Kontrol 5.50 1.51 0.16 517.10 63.96 PK +RP 5.50 1.60 0.17 280.60 93.48

    PK +AS 5.90 1.35 0.14 492.30 71.34

    RP + AS 5.40 1.60 0.17 495.90 76.26

    PK +RP + AS 5.70 1.60 0.17 513.50 95.94

    Keterangan : PK: pupuk kandang sapi, RP: rock phosphate, AS: abu sekam

  • 17

    Curah Hujan

    Kondisi curah hujan di musim tanam ke-dua relatif lebih rendah

    dibandingkan dengan di musim tanam pertama. Curah hujan pada 7 MST sampai

    12 MST disajikan pada Tabel 13. Curah hujan yang diterima kolesom dua minggu

    sebelum panen pertama, ke-dua, dan ke-tiga berturut-turut adalah 74.9, 129.2, dan

    229.1 mm per minggu.

    Tabel 13 Kondisi curah hujan pada musim tanam ke-dua

    Minggu ke- Curah hujan (mm minggu-1

    )*

    7 19.0

    8 54.1

    9 45.0 10 86.0

    11 192.3

    12 29.6

    Keterangan: *Data diambil dari Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor

    Laju Tumbuh Relatif dan Laju Asimilasi Bersih pada Tanaman yang Tidak

    Dipanen

    Laju tumbuh relatif (LTR) tanaman kolesom tidak dipengaruhi oleh

    penambahan pupuk di musim tanam ke-dua sedangkan laju asimilasi bersih

    (LAB) berbeda nyata pada umur 9-11 MST (Tabel 14). LAB tertinggi terdapat

    pada kombinasi pupuk kandang + rock phosphate. Nilai negatif pada LTR dan

    LAB menunjukkan penurunan biomassa tanaman dan luas daun yang disebabkan

    oleh berkurangnya luas daun serta berkurangnya biomassa tanaman karena

    terserang oleh penyakit busuk bakteri.

    Tabel 14 Laju tumbuh relatif (LTR) dan laju asimilasi bersih (LAB) tanaman

    kolesom dengan penambahan pupuk organik di musim tanam ke-dua

    Perlakuan Umur (MST)

    5-7 7-9 9-11

    LTR (x 10-2

    g hari-1

    )

    Kontrol 8.87a 0.8 6.57

    a 3.4 2.81

    a 2.0

    PK +RP 9.35a 7.3 7.91

    a 2.3 5.72

    a 2.4

    PK +AS 11.37a 3.9 7.21

    a 3.2 3.37

    a 4.2

    RP + AS 9.68a 3.8 9.90

    a 2.9 -0.44

    a 1.5

    PK +RP + AS 9.83a 3.5 6.91

    a 1.2 4.99

    a 3.3

    LAB (x 10-4 g cm

    -2 hari

    -1)

    Kontrol 5.94a 0.6 4.60

    a 2.9 2.23

    ab 1.2

    PK +RP 6.92a 5.2 5.30

    a 2.0 5.66

    a 2.2

    PK +AS 7.43a 4.0 5.30

    a 3.0 2.70

    ab 3.9

    RP + AS 5.93a 1.8 6.27

    a 1.7 -0.31

    b 1.1

    PK +RP + AS 7.07a 3.2 4.40

    a 1.8 4.40

    ab 2.8

    Keterangan: PK: pupuk kandang, RP: rock phosphate, AS: abu sekam; angka yang diikuti oleh

    huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut

    uji BNJ pada taraf 5%; nilai rataan diikuti oleh nilai standar deviasi.

  • 18

    Pertumbuhan Tanaman Kolesom dengan Penambahan Pupuk Organik di

    Musim Tanam ke-Dua

    Pengaruh penambahan pupuk organik di musim tanam ke-dua terhadap

    komponen pertumbuhan tanaman kolesom seperti tinggi, lebar tajuk, dan jumlah

    cabang dapat dilihat pada Tabel 15. Pemberian kombinasi pupuk lengkap di

    musim tanam ke-dua menghasilkan tajuk terlebar saat 12 MST (panen ke-tiga).

    Perlakuan kontrol menghasilkan lebar tajuk terendah. Peubah-peubah lain

    menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antar perlakuan.

    Tabel 15 Pertumbuhan tanaman pada berbagai kombinasi pupuk organik di musim

    tanam ke-dua

    Perlakuan Umur (MST)

    8 10 12

    Tinggi tanaman (cm)

    Kontrol 27.08a 0.9 36.06

    a 1.2 42.36

    a 8.7

    PK +RP 30.70a 4.0 38.33

    a 5.8 43.10

    a 5.6

    PK +AS 30.83a 2.5 38.53

    a 1.0 47.14

    a 3.0

    RP + AS 29.33a 1.9 34.95

    a 1.5 29.57

    a 8.5

    PK +RP + AS 32.43a 2.6 39.87

    a 0.8 44.71

    a 8.1

    Lebar tajuk (cm)

    Kontrol 30.72a 2.2 41.20

    a 2.2 39.09

    d 0.5

    PK +RP 34.77a 4.9 41.30

    a 2.2 41.10

    cd 0.3

    PK +AS 30.33a 2.7 40.01

    a 1.5 42.50

    bc 0.5

    RP + AS 31.67a 0.8 39.40

    a 0.4 43.77

    b 0.7

    PK +RP + AS 34.00a 2.7 42.29

    a 2.1 51.07

    a 1.8

    Jumlah cabang primer Kontrol 2.7

    a 0.3 2.7

    a 0.3 2.7

    a 0.7

    PK +RP 3.1a 0.5 3.7

    a 0.4 3.5

    a 0.1

    PK +AS 3.1a 0.7 2.4

    a 0.5 2.3

    a 0.3

    RP + AS 2.5a 0.2 2.4

    a 0.4 2.0

    a 1.0

    PK +RP + AS 2.8a 0.5 2.7

    a 0.5 2.4

    a 0.5

    Jumlah cabang sekunder

    Kontrol 7.6a 1.1 13.3

    a 2.3 16.0

    a 3.8

    PK +RP 8.6a 3.8 16.7

    a 3.6 17.0

    a 7.8

    PK +AS 8.6a 1.4 13.6

    a 2.3 16.8

    a 1.4

    RP + AS 8.5a 2.0 14.2

    a 0.2 12.3

    a 6.5

    PK +RP + AS 8.8a 1.8 18.1

    a 2.4 17.5

    a 5.3

    Keterangan: PK: pupuk kandang, RP: rock phosphate, AS: abu sekam; angka yang diikuti oleh

    huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut

    uji BNJ pada taraf 5%; nilai rataan diikuti oleh nilai standar deviasi.

    Produksi dan Kadar Metabolit Pucuk Kolesom dengan Penambahan Pupuk

    Organik di Musim Tanam ke-Dua

    Produksi Pucuk Kolesom

    Produksi pucuk kolesom pada setiap waktu panen dan total produksi

    pucuk tidak dipengaruhi oleh penambahan pupuk organik di musim tanam ke-dua

    (Tabel 16). Diduga kebutuhan hara untuk pembentukan pucuk belum dapat

  • 19

    terpenuhi dengan penambahan pupuk organik di musim tanam ke-dua karena sifat

    hara dari pupuk organik yang lambat tersedia untuk tanaman.

    Tabel 16 Produksi pucuk kolesom dengan penambahan pupuk organik di musim

    tanam ke-dua

    Perlakuan Umur Panen (MST) Total produksi

    pucuk 8 10 12

    g BB tanaman-1

    Kontrol 26.32

    a 11.3 39.96

    a 11.7 32.34

    a 5.2 98.61

    a 27.7

    PK + RP 33.26a 10.3 34.68

    a 2.5 39.92

    a 12.0 107.86

    a 21.0

    PK + AS 24.70a 13.8 36.54

    a 17.4 48.88

    a 13.4 110.12

    a 23.4

    RP + AS 29.27a 4.7 24.50

    a 10.2 22.78

    a 12.2 76.55

    a 14.7

    PK + RP + AS 26.59a 7.6 38.32

    a 13.3 55.29

    a 7.9 120.20

    a 25.6

    Keterangan: PK: pupuk kandang, RP: rock phosphate, AS: abu sekam; angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut

    uji BNJ pada taraf 5%; BB: bobot basah, nilai rataan diikuti oleh nilai standar

    deviasi

    Kombinasi pupuk organik berpengaruh nyata terhadap bobot per pucuk

    saat panen pertama (8 MST). Bobot per pucuk tertinggi diperoleh dari kombinasi

    pupuk kandang + rock phosphate sedangkan terendah terdapat pada perlakuan

    pupuk kandang + abu sekam (Tabel 17). Jumlah pucuk per tanaman tidak

    dipengaruhi oleh pemberian pupuk organik.

    Seperti halnya pada musim tanam pertama, Jumlah pucuk semakin

    meningkat pada setiap waktu pemanenan dan sebaliknya bobot per pucuk semakin

    menurun. Pemangkasan atau pemanenan pucuk menyebabkan dominansi apikal

    hilang sehingga menginduksi munculnya pucuk-pucuk baru pada cabang tersebut

    yang ukurannya lebih kecil sehingga ukuran pucuk mengecil.

    Tabel 17 Bobot per pucuk dan jumlah pucuk per tanaman dengan penambahan

    pupuk organik di musim tanam ke-dua

    Perlakuan Umur Panen (MST)

    8 10 12

    Bobot per pucuk (g) Kontrol 5.15

    ab 0.4 4.47

    a 0.3 2.95

    a 0.3

    PK +RP 5.95a 0.7 3.70

    a 0.2 3.35

    a 0.9

    PK +AS 4.57b 0.7 3.86

    a 0.5 2.82

    a 0.5

    RP + AS 5.11ab

    0.3 3.47a 0.6 2.88

    a 0.8

    PK +RP + AS 5.16ab

    0.3 4.01a 0.4 3.07

    a 0.2

    Jumlah pucuk per tanaman

    Kontrol 5.0a 1.8 8.9

    a 2.1 11.0

    a 2.0

    PK +RP 5.7a 1.8 9.4

    a 0.2 14.3

    a 4.7

    PK +AS 5.2a 2.4 9.9

    a 5.9 17.6

    a 5.6

    RP + AS 5.7a 0.9 6.8

    a 2.0 8.2

    a 4.4

    PK +RP + AS 5.1a 1.2 9.6

    a 3.4 18.1

    a 3.2

    Keterangan: PK: pupuk kandang, RP: rock phosphate, AS: abu sekam; angka yang diikuti oleh

    huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji BNJ pada taraf 5%; BB: bobot basah, nilai rataan diikuti oleh nilai standar

    deviasi

  • 20

    Kadar Metabolit Pucuk Kolesom di Musim Tanam ke-Dua

    Pemberian pupuk organik berpengaruh nyata terhadap kadar vitamin C

    pada panen ke-dua (10 MST) dan panen ke-tiga (12 MST). Kadar flavonoid

    berbeda nyata saat panen pertama sedangkan aktivitas enzim POD tidak

    dipengaruhi oleh pemupukan organik (Tabel 18).

    Kadar vitamin C tertinggi diperoleh pada perlakuan kombinasi pupuk

    lengkap saat panen ke-dua terendah pada perlakuan kontrol. Hal sebaliknya terjadi

    saat panen ke-tiga ketika perlakuan kontrol memberikan kadar vitamin C tertinggi.

    Kadar flavonoid tertinggi saat panen pertama terdapat pada perlakuan kombinasi

    rock phosphate + abu sekam.

    Tabel 18 Kadar vitamin C, flavonoid, dan aktivitas enzim POD dengan

    penambahan pupuk organik di musim tanam ke-dua

    Perlakuan Umur Panen (MST)

    8 10 12

    Vitamin C (mg g-1 BK)

    Kontrol 26.53a 3.1 26.33

    a 5.0 18.12

    a 3.0

    PK + RP 23.05a 3.7 28.94

    a 7.7 15.05

    ab 2.2

    PK + AS 21.44a 7.6 25.69

    a 5.3 13.72

    b 1.6

    RP + AS 27.14a 4.0 22.28

    a 6.3 16.21

    ab 3.4

    PK + RP + AS 24.33a 7.2 28.90

    a 3.1 13.21

    b 1.6

    Flavonoid (mg SK g-1

    BK) Kontrol 10.45

    b 1.8 14.72

    a 2.3 11.64

    a 1.2

    PK + RP 11.47b

    1.8 13.33a

    1.1 14.39a

    3.0

    PK + AS 9.86b

    2.1 12.05a

    2.6 14.10a

    1.9

    RP + AS 15.39a

    3.5 13.36a

    2.4 11.38a

    0.6 PK + RP + AS 11.58

    ab 2.2 12.33

    a 1.0 13.60

    a 2.5

    Aktivitas POD (x10-3

    U (mg protein)-1

    )

    Kontrol 8.39a 5.2 2.60

    a 1.2 4.03

    a 2.1

    PK + RP 3.10a 1.6 2.80

    a 0.8 3.39

    a 2.3

    PK + AS 4.87a 2.1 1.55

    a 0.4 3.76

    a 1.2

    RP + AS 2.32a 0.7 1.52

    a 1.3 4.53

    a 1.9

    PK + RP + AS 5.26a 1.4 2.45

    a 0.6 2.84

    a 0.7

    Keterangan: PK: pupuk kandang, RP: rock phosphate, AS: abu sekam; angka yang diikuti oleh

    huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut

    uji BNJ pada taraf 5%; BB: bobot basah, BK: bobot kering, SK: setara kuersetin, U:

    unit, nilai rataan diikuti oleh nilai standar deviasi.

    Total Bobot Kering, Kadar Metabolit, dan Produksi Metabolit Pucuk Kolesom di

    Musim Tanam ke-Dua

    Total bobot kering pucuk dari tiga waktu panen serta rata-rata kadar

    metabolitnya pada berbagai kombinasi pupuk organik dapat dilihat pada Tabel 19.

    Kombinasi pupuk organik berpengaruh nyata terhadap total produksi pucuk kering.

    Total produksi pucuk tertinggi terdapat pada perlakuan kombinasi pupuk lengkap.

    Total produksi pucuk kering terendah terdapat pada perlakuan kombinasi pupuk

    rock phosphate + abu sekam. Diduga pembentukan pucuk kolesom lebih

    membutuhkan unsur N yang berasal dari pupuk kandang. Hal tersebut ditunjukkan

    bahwa kombinasi pupuk yang menggunakan pupuk kandang tidak berbeda nyata

    dengan perlakuan pupuk lengkap. Rata-rata kadar vitamin C, flavonoid, dan

  • 21

    aktivitas enzim POD tidak berbeda nyata pada berbagai kombinasi perlakuan

    pupuk organik.

    Tabel 19 Total bobot kering dan rata-rata kadar metabolit pucuk kolesom dengan

    penambahan pupuk organik di musim tanam ke-dua

    Perlakuan Total Produksi

    Pucuk Vitamin C Flavonoid Aktivitas POD

    (g BK tanaman-1

    ) (mg g-1

    BK) (mg SK g-1

    BK) (x10

    -3 U (mg

    protein)-1

    )

    Kontrol 6.74ab

    1.0 23.66a 1.9 12.27

    a 0.1 5.01

    a 1.2

    PK + RP 7.51ab

    1.3 22.35a 2.6 13.06

    a 1.1 3.10

    a 1.5

    PK + AS 7.99ab

    0.9 20.28a 2.6 12.00

    a 1.3 3.40

    a 1.1

    RP + AS 5.26b 1.6 21.88

    a 4.1 13.38

    a 0.6 2.79

    a 1.2

    PK + RP + AS 9.49a 1.9 22.14

    a 3.0 12.50

    a 1.3 3.51

    a 0.6

    Keterangan: PK: pupuk kandang, RP: rock phosphate, AS: abu sekam; angka yang diikuti oleh

    huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut

    uji BNJ pada taraf 5%, BK: bobot kering, U: unit, SK: setara kuersetin, nilai rataan

    diikuti oleh nilai standar deviasi.

    Produksi vitamin C per tanaman dengan penambahan pupuk organik di

    musim tanam ke-dua tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (Tabel 20).

    Produksi flavonoid berbeda nyata dengan penambahan pupuk organik di musim

    tanam ke-dua. Produksi flavonoid tertinggi terdapat pada perlakuan kombinasi

    pupuk organik lengkap sedangkan terndah terdapat pada perlakuan kontrol dan

    kombinasi rock phosphate + abu sekam. Hal tersebut menunjukkan pupuk

    kandang dibutuhkan untuk produksi pucuk dan produksi metabolit pucuk kolesom

    di musim tanam ke-dua.

    Tabel 20 Produksi vitamin C dan flavonoid pucuk kolesom dengan penambahan

    pupuk organik di musim tanam ke-dua

    Perlakuan Vitamin C Flavonoid

    mg tanaman-1

    Kontrol 160.63

    a 35.9 82.80

    b 12.6

    PK + RP 168.03a 36.3 97.16

    ab 10.1

    PK + AS 161.75a 24.7 95.48

    ab 9.0

    RP + AS 113.59a 30.7 69.72

    b 17.7

    PK + RP + AS 213.09a 63.0 117.11

    a 13.9

    Keterangan: PK: pupuk kandang, RP: rock phosphate, AS: abu sekam; angka yang diikuti oleh

    huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut

    uji BNJ pada taraf 5%, nilai rataan diikuti oleh nilai standar deviasi.

  • 22

    Percobaan III. Pengaruh Residu Pupuk Organik Musim Tanam Pertama

    terhadap Pertumbuhan, Produksi, dan Kadar Metabolit Pucuk Kolesom di

    Musim Tanam ke-Dua

    Laju Tumbuh Relatif (LTR) dan Laju Asimilasi Bersih (LAB) pada

    Tanaman yang Tidak Dipanen

    Laju tumbuh relatif dan laju asimilasi bersih tanaman kolesom tidak

    dipengaruhi oleh residu pupuk organik di musim tanam ke-dua (Tabel 21). LTR

    cenderung menurun seiring bertambahnya umur tanaman dan demikian juga

    dengan nilai LAB. Penurunan nilai LTR dan LAB yang cukup signifikan terjadi

    saat tanaman berumur 9 MST. Hal tersebut disebabkan karena tanaman kolesom

    sudah memasuki fase generatif sehingga pembentukan organ-organ seperti batang

    dan daun menurun.

    Tabel 21 Laju tumbuh relatif (LTR) dan laju asimilasi bersih (LAB) tanaman

    kolesom dengan residu pupuk organik di musim tanam ke-dua

    Residu Umur (MST)

    5-7 7-9 9-11

    LTR (x10-2 g hari

    -1)

    Kontrol 8.87a 0.8 6.57

    a 3.4 2.82

    a 2.0

    PK +RP 8.17a 1.5 8.69

    a 2.5 2.93

    a 1.1

    PK +AS 8.16a 2.3 7.59

    a 2.8 1.82

    a 3.0

    RP + AS 9.34a 2.3 11.53

    a 1.9 0.79

    a 2.2

    PK +RP + AS 9.82a 1.2 7.77

    a 3.7 5.21

    a 2.1

    LAB (x10-4 g (cm

    2)

    -1 hari

    -2)

    Kontrol 5.92a 0.6 4.60

    a 2.9 2.23

    a 1.2

    PK +RP 4.72a 0.8 5.90

    a 2.5 2.67

    a 0.9

    PK +AS 5.49a 2.1 4.50

    a 2.0 1.27

    a 2.4

    RP + AS 5.52a 1.6 9.04

    a 2.8 0.90

    a 2.6

    PK +RP + AS 6.42a 0.9 4.62

    a 2.0 4.81

    a 2.5

    Keterangan: PK: pupuk kandang, RP: rock phosphate, AS: abu sekam; angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut

    uji BNJ pada taraf 5%; nilai rataan diikuti oleh nilai standar deviasi.

    Pertumbuhan Tanaman dengan Residu Pupuk Organik di Musim Tanam ke-

    Dua

    Pertumbuhan tanaman pada residu pupuk organik di musim tanam ke-dua

    dapat dilihat pada Tabel 22. Residu pupuk organik tidak berpengaruh nyata

    terhadap tinggi tanaman, lebar tajuk, jumlah cabang primer, dan jumlah cabang

    sekunder. Jumlah cabang sekunder meningkat pesat dari panen pertama ke panen

    ke-dua. Hal tersebut disebabkan pemanenan pucuk kolesom pertama yang berasal

    dari cabang primer menginduksi munculnya cabang-cabang sekunder karena

    hilangnya dominansi apikal pada tajuk kolesom. Pertambahan cabang primer tidak

    terlalu besar karena pembentukan cabang lebih mengarah ke cabang sekunder.

  • 23

    Tabel 22 Pertumbuhan kolesom dengan residu pupuk organik di musim tanam ke-

    dua

    Residu Umur (MST)

    8 10 12

    Tinggi tanaman (cm) Kontrol 27.08

    a 0.9 36.06

    a 1.2 42.36

    a 8.7

    PK +RP 27.53a 1.4 36.70

    a 8.6 41.23

    a 11.1

    PK +AS 30.07a 0.3 36.81

    a 1.8 38.47

    a 3.9

    RP + AS 27.63a 2.6 33.70

    a 4.2 40.87

    a 8.8

    PK +RP + AS 29.77a 2.6 33.06

    a 2.6 41.87

    a 8.6

    Lebar tajuk (cm)

    Kontrol 30.72a 2.2 41.20

    a 2.2 39.09

    a 0.5

    PK +RP 32.03a 4.0 37.30

    a 7.7 42.13

    a 6.2

    PK +AS 33.87a 2.0 43.65

    a 2.9 46.63

    a 4.0

    RP + AS 33.53a 3.9 40.04

    a 5.0 44.97

    a 4.9

    PK +RP + AS 32.77a 0.7 41.28

    a 5.3 41.53

    a 6.1

    Jumlah cabang primer

    Kontrol 2.7a 0.3 2.7

    a 0.3 2.7

    a 0.7

    PK +RP 2.9a 0.3 2.9

    a 0.1 2.8

    a 0.2

    PK +AS 2.9a 0.4 2.8

    a 0.4 2.6

    a 0.4

    RP + AS 3.1a 0.2 3.0

    a 0.5 3.2

    a 0.3

    PK +RP + AS 3.3a 0.2 2.9

    a 0.3 2.8

    a 0.5

    Jumlah cabang sekunder

    Kontrol 7.6a 1.1 13.3

    a 2.3 16.0

    a 3.8

    PK +RP 6.5a

    2.4 15.0a 3.9 16.0

    a 6.2

    PK +AS 9.3a 1.4 19.5

    a 1.1 17.6

    a 1.1

    RP + AS 7.3a 1.7 16.6

    a 2.5 16.2

    a 9.9

    PK +RP + AS 9.4a 1.9 12.3

    a 0.2 17.3

    a 9.0

    Keterangan: PK: pupuk kandang, RP: rock phosphate, AS: abu sekam; angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut

    uji BNJ pada taraf 5%; nilai rataan diikuti oleh nilai standar deviasi.

    Produksi dan Kadar Metabolit Pucuk Kolesom dengan Residu Pupuk

    Organik

    Produksi Pucuk Kolesom

    Produksi pucuk kolesom pada setiap waktu panen dan total produksi

    pucuk tidak berbeda nyata antar perlakuan residu pupuk organik (Tabel 23). Hal

    tersebut menunjukkan bahwa residu pupuk organik di musim tanam pertama tidak

    dapat mencukupi kebutuhan hara kolesom untuk pembentukan pucuk. Demikian

    juga dengan jumlah pucuk dan bobot per pucuk yang juga menunjukkan tidak

    berbeda nyata antar perlakuan residu pupuk organik (Tabel 24). Sama halnya

    dengan percobaan yang lain jumlah pucuk cenderung meningkat dari panen satu

    ke panen berikutnya dan sebaliknya bobot per pucuk semakin menurun.

  • 24

    Tabel 23 Produksi pucuk kolesom dengan residu pupuk organik pada tiga waktu

    panen di musim tanam ke-dua

    Residu Umur Panen (MST) Total produksi

    pucuk 8 MST 10 MST 12 MST

    g BB tanaman-1

    Kontrol 26.32

    a 11.3 39.96

    a 11.7 32.34

    a 5.2 98.61

    a 27.7

    PK +RP 23.88a 5.8 32.94

    a 7.9 44.86

    a 22.4 107.86

    a 21.0

    PK +AS 37.23a 14.4 46.55

    a 15.4 39.95

    a 15.8 110.12

    a 23.4

    RP + AS 25.78a 6.0 43.10

    a 13.8 30.03

    a 9.5 76.55

    a 14.7

    PK +RP + AS 33.85a 11.6 32.55

    a 2.0 31.79

    a 11.7 120.20

    a 25.6

    Keterangan: PK: pupuk kandang, RP: rock phosphate, AS: abu sekam; angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut

    uji BNJ pada taraf 5%; nilai rataan diikuti oleh nilai standar deviasi

    Tabel 24 Bobot per pucuk dan jumlah pucuk per tanaman dengan residu pupuk

    organik di musim tanam ke-dua

    Residu Umur Panen (MST)

    8 10 12

    Bobot per pucuk (g)

    Kontrol 5.15a 0.3 4.47

    a 0.3 2.95

    a 0.3

    PK +RP 4.92a 0.6 4.17

    a 0.8 2.99

    a 0.6

    PK +AS 5.19a 0.7 3.89

    a 0.4 2.96

    a 0.7

    RP + AS 5.60a 0.1 4.07

    a 0.4 3.37

    a 0.9

    PK +RP + AS 5.64a 0.9 4.32

    a 1.0 2.95

    a 0.1

    Jumlah pucuk per tanaman Kontrol 5.0

    a 1.8 8.9

    a 2.1 11.0

    a 2.0

    PK +RP 4.9a 1.1 8.4

    a 0.6 14.5

    a 5.4

    PK +AS 7.1a 2.3 12.0

    a 4.0 13.2

    a 3.3

    RP + AS 4.6a 1.0 10.5

    a 2.3 10.5

    a 3.5

    PK +RP + AS 6.0a 1.8 7.7

    a 1.4 10.7

    a 3.7

    Keterangan: PK: pupuk kandang, RP: rock phosphate, AS: abu sekam; angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut

    uji BNJ pada taraf 5%; nilai rataan diikuti oleh nilai standar deviasi.

    Kadar Metabolit Pucuk Kolesom dengan Residu Pupuk Organik

    Residu pupuk organik berpengaruh nyata terhadap kadar vitamin C dan

    flavonoid saat 10 MST (panen ke-dua) (Tabel 25). Kadar vitamin C tertinggi

    terdapat pada perlakuan residu kombinasi rock phosphate + abu sekam sedangkan

    kadar vitamin C terendah terdapat pada perlakuan residu pupuk kandang + rock

    phosphate. Kadar flavonoid tertinggi terdapat pada perlakuan residu kombinasi

    pupuk lengkap sedangkan kadar flavonoid terendah terdapat pada perlakuan

    residu pupuk kandang + rock phosphate. Aktivitas enzim POD tidak berbeda

    nyata pada perlakuan residu pupuk organik.

  • 25

    Tabel 25 Kadar metabolit pucuk kolesom dengan residu pupuk organik di musim

    tanam ke-dua

    Residu Umur panen (MST)

    8 10 12

    Vitamin C (mg g-1 BK)

    Kontrol 26.53a 3.1 36.33

    a 5.0 18.12

    a 3.0

    PK + RP 23.32a 2.2 21.90

    a 2.1 13.72

    b 1.8

    PK + AS 21.41a 4.8 27.91

    a 6.5 14.74

    ab 2.7

    RP + AS 23.75a 1.9 23.91

    a 4.5 14.64

    ab 2.9

    PK + RP + AS 23.37a 4.1 24.31

    a 3.9 15.56

    ab 1.7

    Flavonoid (mg SK g-1

    BK)

    Kontrol 10.45a 1.8 14.72

    ab 2.3 11.64

    a 1.2

    PK + RP 10.55a 1.0 10.89

    b 0.9 11.50

    a 2.6

    PK + AS 12.13a 1.5 13.11

    ab 3.0 12.65

    a 1.5

    RP + AS 11.17a 1.9 11.86

    ab 1.5 12.32

    a 1.4

    PK + RP + AS 12.42a 3.4 15.20

    a 4.0 12.18

    a 2.1

    Aktivitas POD (x10-3

    U (mg protein)-1

    )

    Kontrol 8.39a 5.2 2.60

    a 1.2 4.03

    a 2.1

    PK + RP 5.46a 1.3 3.25

    a 0.8 3.90

    a 0.9

    PK + AS 10.61a 9.6 8.06

    a 9.0 4.94

    a 3.0

    RP + AS 5.50a 0.8 2.40

    a 1.0 5.51

    a 2.4

    PK + RP + AS 5.70a 2.0 2.96

    a 0.7 3.47

    a 1.5

    Keterangan: PK: pupuk kandang, RP: rock phosphate, AS: abu sekam; angka yang diikuti oleh

    huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut

    uji BNJ pada taraf 5%; BB: bobot basah, BK: bobot kering, SK: setara kuersetin, U:

    unit, milai rataan diikuti oleh nilai standar deviasi.

    Total Bobot Kering, Rata-Rata Kadar Metabolit, dan Produksi Metabolit Pucuk

    Kolesom dengan Residu Pupuk Organik

    Total produksi pucuk kering dan rata-rata kadar metabolit pucuk kolesom

    tidak berbeda nyata pada perlakuan residu pupuk organik di musim tanam ke-dua

    (Tabel 26). Hal tersebut menunjukkan residu pupuk organik di musim tanam

    pertama tidak dapat menyediakan unsur hara yang cukup untuk produksi pucuk

    kolesom dan peningkatan kadar metabolit pada pucuknya.

    Tabel 26 Total bobot kering pucuk dan kadar metabolit pucuk kolesom dengan

    residu pupuk organik di musim tanam ke-dua

    Residu Total Produksi

    Pucuk Vitamin C Flavonoid Aktivitas POD

    (g BK tanaman-1

    ) (mg g-1

    BK) (mg SK g-1

    BK) (x10

    -3 U (mg

    protein)-1

    )

    Kontrol 6.75a 1.0 23.64

    a 5.0 12.27

    a 2.2 5.01

    a 3.0

    PK + RP 7.53a 2.1 20.15

    a 5.4 11.65

    a 0.6 4.23

    a 1.1

    PK + AS 8.57a 1.0 21.66

    a 6.8 13.23

    a 0.6 7.87

    a 2.8

    RP + AS 7.88a 1.9 20.36

    a 5.4 12.39

    a 0.9 4.47

    a 1.8

    PK + RP + AS 7.30a 2.0 20.57

    a 4.1 14.05

    a 1.8 4.04

    a 1.5

    Keterangan: PK: pupuk kandang, RP: rock phosphate, AS: abu sekam; angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut

    uji BNJ pada taraf 5%; BB: bobot basah, BK: bobot kering, SK: setara kuersetin, U:

    unit, nilai rataan diikuti oleh nilai standar deviasi.

  • 26

    Produksi vitamin C dan flavonoid pucuk kolesom per tanaman

    menunjukkan tidak berbeda nyata antar perlakuan residu pupuk organik (Tabel

    27). Hal tersebut menunjukkan bahwa residu pupuk organik di musim tanam ke-

    dua tidak dapat memberikan hara yang cukup untuk produksi pucuk kolesom dan

    peningkatan kadar metabolitnya.

    Tabel 27 Produksi vitamin C dan flavonoid pucuk kolesom dengan residu pupuk

    organik

    Perlakuan Vitamin C Flavonoid

    mg tanaman-1

    Kontrol 142.77a 27.0 82.81

    a 12.6

    PK + RP 149.62a 44.9 87.60

    a 25.5

    PK + AS 185.45a 51.7 113.61

    a 17.4

    RP + AS 161.45a 30.3 95.69

    a 12.5

    PK + RP + AS 171.96a 43.7 99.74

    a 19.9

    Keterangan: PK: pupuk kandang, RP: rock phosphate, AS: abu sekam; BK: bobot kering; angka

    yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak

    berbeda nyata menurut uji BNJ pada taraf 5%; nilai rataan diikuti oleh standar

    deviasi.

    Pembahasan

    Kondisi Hara Tanah dan Tanaman

    Aplikasi pemupukan organik pada lahan diharapkan dapat meningkatkan

    kadar hara pada lahan tersebut serta dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan

    biologi tanah namun salah satu kelemahan dari penggunaan pupuk organik adalah

    ketersediaannya yang cenderung lambat dibandingkan dengan pupuk anorganik.

    Pupuk organik terlebih dahulu mengalami mineralisasi untuk dapat tersedia bagi

    tanaman (Havlin et al. 2005).

    Kadar N dan K tanah di awal percobaan pada musim tanam pertama

    termasuk ke dalam kategori sedang sedangkan kadar P tersedia termasuk ke dalam

    kategori sangat rendah (Tabel 2). Ketersediaan P di lahan tersebut sangat rendah

    karena pH tanah yang agak masam. Fosfor mengendap menjadi Fe/Al-P atau

    diserap oleh permukaan oksida Fe/Al dan mineral liat (Havlin et al. 2005).

    Terjadi penurunan kadar N total dari awal ke akhir penanaman di musim

    tanam pertama. Pemberian pupuk organik Diduga kolesom banyak menyerap

    nitrogen karena nitrogen dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan

    vegetatifnya. Kolesom yang dipanen pucuknya secara berulang akan selalu tetap

    memperpanjang fase vegetatifnya karena pembentukan bunga dan biji terhambat

    sehingga merangsang terbentuknya pucuk baru.

    Aplikasi pemupukan organik di musim tanam pertama pada tanaman

    kolesom meningkatkan kadar N pada jaringan tanaman dibandingkan perlakuan

    kontrol (Gambar 2). Berkebalikan dengan N, kadar K menurun dengan

    penambahan pupuk organik. Diduga N yang diserap oleh tanaman sebagian besar

    dalam bentuk NH4+. Penyerapan dalam bentuk NH4

    + dapat menghambat serapan

    K+ ke perakaran tanaman (Havlin et al. 2005). Penyerapan dalam bentuk NH4

    +

    juga berakibat akar mengeluarkan ion H+ untuk menyeimbangkan konsentrasi ion

  • 27

    antara sel akar dengan lingkungan luar. Hal tersebut berakibat pH tanah setelah

    penanaman kolesom di siklus pertama menjadi turun (reaksi tanah masam) (Tabel

    3). Kolesom yang dipanen berulang akan memperpanjang masa vegetatifnya

    untuk kembali memproduksi pucuk yang baru sehingga kolesom membutuhkan

    banyak unsur N untuk pertumbuhannya (Susanti 2012).

    Kadar P pada jaringan terendah terdapat pada perlakuan tanpa pemupukan

    dan rock phosphate + abu sekam. Serapan P pada tanaman kolesom diduga

    terbesar berasal dari pupuk kandang sapi. Hal ini ditunjukkan pada perlakuan

    tanpa pupuk kandang memiliki kadar P terendah dibandingkan dengan perlakuan

    pupuk organik lainnya. Hasil penelitian Garg dan Bahl (2008) menunjukkan

    bahwa penambahan pupuk kandang dapat meningkatkan ketersediaan P bagi

    tanaman dengan meningkatkan aktivitas enzim phosphatase. Rock phosphate

    walaupun dalam percobaan ini ditujukan sebagai sumber P namun

    ketersediaannya mungkin masih terbatas untuk tanaman. Rock phosphate

    merupakan sumber P yang bersifat slow release. Ketersediaan P dari pupuk rock

    phosphate dapat ditingkatkan melalui proses pemasaman yang diinduksi dengan

    NH4+ (Pickering et al. 2002). Rata-rata kadar P dari semua perlakuan pada

    jaringan tanaman kolesom yaitu 0.35%. Havlin et al. (2005) menyatakan bahwa

    kadar P pada jaringan tanaman berkisar 0.1-0.5%. Hal tersebut menunjukkan

    bahwa kadar P kolesom tergolong dalam kategori cukup sehingga sifat pupuk

    tersebut yang slow release tidak terlalu berpengaruh pada pertumbuhan kolesom.

    Unsur P dibutuhkan oleh tanaman untuk peningkatan indeks luas daun dan

    produksi pucuk kolesom (Mualim dan Aziz 2011).

    Kalium merupakan unsur yang banyak diserap oleh tanaman dan mudah

    tercuci namun perubahan bentuk dari mineral primer ke bentuk tersedia berjalan

    sangat lambat (Havlin et al. 2005). Selain itu, tanaman juga cenderung mengambil

    K dalam jumlah yang lebih banyak dari yang dibutuhkan tetapi tidak menambah

    produksi tanaman (Hardjowigeno 2007). Hal tersebut menyebabkan kadar total

    kalium dalam tanah menjadi rendah setelah musim tanam pertama (Tabel 3).

    Pertumbuhan Tanaman Kolesom yang Tidak Dipanen

    Pengamatan terhadap kolesom yang tidak dipanen meliputi laju tumbuh

    relatif (LTR) dan laju asimilasi bersih (LAB). Laju tumbuh relatif menunjukkan

    penambahan biomasa tanaman pada setiap satu satuan waktu. Laju tumbuh relatif

    pada musim tanam pertama tidak dipengaruhi oleh pemupukan organik (Tabel 5).

    Demikian juga pada musim tanam ke-dua dengan penambahan pupuk organik

    (Tabel 14) maupun pada residu pupuk organik (Tabel 21). Tidak adanya

    perbedaan nyata terhadap nilai LTR pada tanaman yang tidak dipanen tersebut

    diduga karena kebutuhan hara kolesom dapat terpenuhi tanpa tambahan pupuk

    organik di musim tanam pertama dan ke-dua.

    Nilai laju asimilasi bersih (LAB) berbeda nyata pada umur 8-11 MST pada

    musim tanam pertama (Tabel 5). Nilai LAB pada tanaman yang tidak dipanen

    tertinggi diperoleh pada perlakuan pupuk kandang + abu sekam dan nilai terendah

    terdapat pada perlakuan rock phosphate + abu