tesis demm

Upload: dieansepty

Post on 17-Jul-2015

1.461 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kurikulum 2006 menyebutkan mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif (Depdiknas, 2006). Salah satu dari beberapa aspek yang terdapat dalam tujuan pembelajaran matematika dalam standar kompetensi kurikulum 2006 yang harus dikembangkan dalam diri siswa adalah kreativitas. Kreativitas merupakan suatu bidang yang sangat menarik untuk dikaji namun cukup rumit sehingga menimbulkan berbagai perbedaan pandangan. Supriadi (dalam Trihadiyanti, 2001:1) menjelaskan pada bahwa kreativitas orang

didefinisikan

secara

berbeda-beda

tergantung

bagaimana

mendefinisikannya. Tidak ada satu definisipun yang dianggap dapat mewakili pemahaman yang beragam tentang kreativitas atau tidak ada satu definisipun yang dapat diterima secara universal (Haylock, 1997:97). Hal ini disebabkan oleh dua alasan. Pertama, kreativitas merupakan ranah psikologis yang kompleks dan multidimensional yang mengundang berbagai tafsiran yang beragam. Kedua, 1

2

definisi-definisi kreativitas memberikan tekanan yang berbeda-beda, tergantung pada dasar teori yang menjadi acuan pembuatan definisi kreativitas tersebut (Munandar, 2009:9). Kreativitas menurut Lumsdaine (2007:6) adalah sebagai aktivitas otak yang dinamis yang melibatkan mental bawah sadar dan yang sadar yang memproses kedua-duanya dan membuat sesuatu. Creativity is a dynamic, whole brain activity that involves the conscious and subconscious mental processing in both idea generation and making something happen. Munandar (2009), menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk melihat atau memikirkan hal-hal yang luar biasa, tidak lazim, memadukan informasi yang tampaknya tidak berhubungan dan mencetuskan solusi-solusi baru atau gagasan-gagasan baru yang menunjukan kefasihan, keluwesan, dan orisionalitas dalam berpikir. Ciri-ciri kreativitas dapat dibedakan menjadi dua yaitu ciri kognitif (aptitude) dan ciri non-kognitif (nonaptitude). Ciri kognitif dari kreativitas terdiri dari orisinalitas, fleksibilitas dan kefasihan. Sedangkan ciri nonkognitif dari kreativitas meliputi motivasi, kepribadian, dan sikap kreatif. Kreativitas yang baik meliputi ciri kognitif maupun ciri non kognitif merupakan salah satu potensi yang penting untuk dipupuk dan dikembangkan. Anderson & Krathwohl (dalam Wulan, 2004) merevisi Taksonomi Bloom tentang aspek kognitif menjadi dua dimensi, yaitu: dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan. Hasil revisi yang menonjol tentang dimensi proses kognitif

3

adalah ditiadakannya aspek sintesis, kemudian

ditambahkan aspek kreativitas

sesudah aspek evaluasi. Hal ini menunjukan bahwa kreativitas merupakan tingkatan tertinggi dalam aspek kognitif yang akan tercapai jika keempat tingkatan dapat dikuasai. Pentingnya pengembangan kreativitas ini memiliki empat alasan, yaitu: 1. Dengan berkreasi, orang dapat mewujudkan dirinya, perwujudan diri tersebut termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Menurut Maslow (dalam Munandar, 2009) kreativitas juga merupakan manifestasi dari seseorang yang berfungsi sepenuhnya dalam perwujudan dirinya. 2. Kreativitas sebagai kemampuan untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan untuk memecahkan suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan formal. Siswa lebih dituntut untuk berpikir linier, logis, penalaran, ingatan atau pengetahuan yang menuntut jawaban paling tepat terhadap permasalahan yang diberikan. Kreativitas yang menuntut sikap kreatif dari individu itu sendiri perlu dipupuk untuk melatih anak berpikir luwes (flexibility), lancar (fluency), asli (originality), menguraikan (elaboration) dan dirumuskan kembali (redefinition) yang merupakan ciri berpikir kreatif yang dikemukakan oleh Guilford (dalam Munandar, 2009). 3. Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat, tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu.

4

4.

Kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam kenyataannya, kreativitas siswa dalam matematika belum

diperhatikan oleh guru. Berdasarkan hasil obeservasi pada SMAN I Manyar, kegiatan pembelajaran sudah difokuskan pada siswa. Siswa dibentuk dalam kelompok belajar dan bertanggung jawab atas LKS yang diberikan guru. Namun soal yang diberikan sebatas pada materi yang diajarkan yang telah didahului dengan contoh oleh guru, bukan merupakan masalah matematika. Pemberian soal rutin seperti itu membuat siswa hanya menguasai teknik penyelesaian yang sudah dicontohkan sebelumnya dan tidak memberikan ruang bagi siswa berkreasi dengan pengalaman matematika sebelumnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika, beberapa faktor yang menyebabkan tidak dimungkinkan pemberian soal nonrutin adalah waktu yang terbatas, padatnya materi dan sulitnya mengembangkan penilaian yang memenuhi aspek kreativitas. Secara umum beberapa kendala lain pembelajaran matematika masih relevan dengan strategi pembelajaran tradisional, pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered approach) atau juga penggunaan model pembelajaran yang tidak menekankan kreativitas, sistem evaluasi yang selama ini digunakan yang hanya mengukur prestasi belajar seolah-olah belajar matematika hanya menekankan hasil bukan pada proses. Tes prestasi belajar umumnya hanya mengarah pada cara berpikir konvergen. Untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan kreativitas siswa, maka siswa harus diperkenalkan dengan masalah-masalah matematika yang menantang

5

dan merangsang peserta didik untuk berpikir. Hal itu, sesuai dengan salah satu tujuan pembelajaran matematika menurut kurikulum 2006 yaitu agar siswa memiliki kemampuan memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, memecahkan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Para ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Namun setiap pertanyaan tidak lantas menjadi sebuah masalah. Suatu pertanyaan akan menjadi masalah jika pertanyaan itu menunjukan adanya suatu tantangan (challenge), yang tidak dapat dipecahkan dengan suatu prosedur rutin (routine procedure) yang sudah diketahui oleh si pelaku, seperti yang dinyatakan Cooney, (dalam Fajar 2004:10) berikut for a question to be a problem, it must a present challenge that cannot be resolved by some routine procedure known to the student. Masalah matematika hanya akan bisa dipecahkan jika siswa memiliki motivasi, kemampuan berpikir kreatif, keterampilan dan pengetahuan akan masalah yang diberikan disamping aspek lainnya. Aspek motivasi, berpikir kreatif dan keterampilan merupakan komponen kreativitas yang saling berkaitan. Aspek berpikir kreatif dan keterampilan merupakan dua aspek yang berkaitan dengan fungsi kognitif yang dapat diukur berdasarkan proses pemecahan masalah dan produk pemecahannya. Dalam penelitian ini kreativitas akan dideskripsikan atau ditelusuri berdasarkan dua aspek yakni proses dan produk. Penelusuran kreativitas

6

berdasarkan dua aspek ini lebih dimungkinkan karena kedua hal ini adalah aspek kognitif yang dapat langsung ditemukan melalui hasil pekerjaan siswa dan pengungkapan ide mereka secara lisan. Hal ini berbeda dengan aspek lain dalam kreativitas yakni pribadi dan dorongan yang merupakan aspek non kognitif atau ciri psikologis yang pengkajiannya cukup rumit. Indikator penelusuran kedua aspek tersebut adalah kefasihan (fluency), keluwesan/luwes (flexibility), kebaruan (novelty) serta keterincian (elaboration). Selain itu kreativitas juga dideskripsikan berdasarkan kemampuan matematika siswa. Penelitian Kattou (2000)

menunjukkan siswa dengan tingkat kemampuan matematika yang berbeda-beda mencerminkan tiga kategori yang bervariasi dalam kreativitas. Untuk tujuan ini, dapat diasumsikan bahwa kreativitas merupakan salah satu komponen yang memberikan kontribusi pada pengembangan kemampuan matematika. Penelitian Palaniappan (2006; 149) pada siswa setingkat SMP tentang hubungan intelegensi dan kreativitas terhadap prestasi siswa disekolah mengungkapkan bahwa siswa yang memiliki taraf intelegensi tinggi dan kreativitas rendah memiliki prestasi akademik yang sama dengan siswa yang mempunyai taraf intelegensi rendah dan kreativitas tinggi. Hal ini mendukung temuan penelitian yang dilaporkan oleh Getzels dan Jackson (1962), Torrance (1959) dan Yamamoto (1964a). Pada tingkat IQ yang sangat tinggi, kekuatan hubungan antara kreativitas dan prestasi akademik tampaknya berkurang. Temuan ini muncul untuk mendukung konsep ambang batas dalam hubungan ini. Tampaknya bahwa di atas ambang inteligensi sekitar 120, kreativitas tidak dapat meningkatkan prestasi akademik. Temuan lain

7

dikemukakan oleh Torrance (dalam Davis dan Yamamoto 1964a; 349) yang mengungkapkan bahwa anak yang kreativitasnya tinggi mempunyai taraf intelegensi (IQ) di bawah rata-rata IQ teman sebayanya. Hal ini mengindikasikan bahwa taraf intelegensi siswa atau kemampuan individu siswa bukanlah suatu ukuran mutlak bahwa siswa tersebut kreatif. Berbagai penelitian mengenai hubungan intelegensi dan kreativitas melaporkan hasil yang berbeda-beda. Pada intinya, penelitian itu membuktikan bahwa sampai tingkat tertentu terdapat hubungan antara intelegensi dan kreativitas. Namun, pada tingkat IQ di atas 120, hampir tidak ada hubungan antara keduanya. Artinya, orang yang IQ-nya tinggi, mungkin kreativitasnya rendah atau sebaliknya. Dengan demikian, kreativitas dan intelegensi merupakan dua domain kecakapan manusia yang berbeda. Baik intelegensi maupun kreativitas, dijadikan kriteria untuk menentukan bakat seseorang. Penelitian Livne dan Milgram (2006) mengungkapkan bahwa kecerdasan umum dapat digunakan untuk memprediksi kemampuan matematika namun tidak dapat memprediksi kemampuan kreatif dan sebaliknya kemampuan kreatif tidak dapat memprediksi kemampuan matematika siswa. Berdasarkan kenyataan ini, penulis tertarik untuk melihat dan

mendeskripsikan bagaimana kreativitas siswa dalam memecahkan masalah matematika berdasarkan tingkat kemampuan matematika. Kajian ini

memungkinkan diperolehnya sumbangan pengetahuan baru dalam melihat kemampuan dan kreativitas siswa dan bagaimana memanfaatkannya.

8

B. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah kreativitas siswa dalam memecahkan masalah matematika ditinjau dari kemampuan matematika siswa? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kreativitas siswa dalam memecahkan masalah matematika ditinjau dari kemampuan matematika siswa. D. Manfaat penelitian : Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : a. Hasil penelitian ini memberikan sumbangan pengetahuan pada guru dan peneliti tentang kreativitas siswa dalam memecahkan masalah-masalah matematika. b. Hasil dari penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk merancang model atau strategi pembelajaran yang bertujuan meningkatkan atau

mengoptimalkan kreativitas siswa. c. Sebagai sebuah pengetahuan baru tentang kreativitas siswa dengan perbedaan kemampuan matematika dalam memecahkan masalah. E. Batasan Istilah Untuk menghindari perbedaan penafsiran, maka perlu diberikan batasan istilah sebagai berikut :

9

1.

Kreativitas adalah produk dari kemampuan berpikir siswa dalam memecahkan masalah matematika dengan benar, menggunakan cara-cara yang berbeda serta menghasilkan sesuatu yang baru.

2.

Masalah matematika adalah soal yang tidak dapat diselesaikan dengan prosedur rutin yang sudah diketahui oleh siswa.

3.

Memecahkan masalah adalah suatu proses atau kegiatan dalam menyelesaikan masalah matematika.

4.

Indikator kreativitas adalah petunjuk atau keterangan tentang aktivitas kreatif yang dimunculkan siswa dalam memecahkan masalah. Indikator kreativitas dalam penelitian ini meliputi aspek proses kreatif dan produk yakni kefasihan (fluency), keluwesan (flexibility), kebaruan (novelty), dan keterincian (elaboration).

5.

Kefasihan (fluency) dalam pemecahan masalah mengacu pada bermacammacam interpretasi atau jawaban terhadap sebuah masalah.

6.

Keluwesan (flexibility) dalam pemecahan masalah mengacu pada kemampuan siswa memecahkan masalah dalam satu cara, kemudian dengan menggunakan cara lain.

7.

Kebaruan (novelty) dalam pemecahan masalah mengacu pada kemampuan menjawab masalah dengan jawaban yang tidak biasa dilakukan oleh individu (siswa) pada tingkat pengetahuannya.

8.

Keterincian (elaboration) dalam pemecahan masalah mengacu pada proses kerja yang terperinci, mudah dipahami, serta menggabungkan unsur-unsur,

10

prinsip, konsep atau aturan dalam matematika yang benar yang tidak sama/serupa sehingga menjadi sebuah kesatuan yang menjawab masalah yang diberikan . 9. Tingkat kemampuan siswa adalah kemampuan individual siswa yang diukur berdasarkan nilai tes kemampuan matematika dan konsultasi dengan guru matematika tentang kemampuan komunikasi siswa. Tingkat kemampuan didasarkan pada batasan nilai untuk kelompok yang pertama (kemampuan tinggi) dengan syarat x 80 , kelompok kedua (kemampuan sedang) dengan syarat 60 x 80 dan kelompok ketiga (kemampuan rendah) dengan syarat

x 60 .

11

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pemecahan Masalah dalam Matematika Kegiatan memecahkan masalah adalah suatu aktivitas dasar manusia. Dalam setiap kesempatan manusia senantiasa berhadapan dengan masalah yang menuntut dirinya untuk memecahkannya. Ada masalah yang kompleks yang butuh keterampilan dan waktu yang cukup, tetapi ada pula masalah yang mudah dicari solusinya. Masalah dalam matematika adalah sebuah pertanyaan yang tidak mampu diselesaikan dengan prosedur rutin melainkan menggunakan berbagai keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki untuk memecahkan (Hudoyo, 2001: 162). Berhadapan dengan kehidupan yang penuh dengan masalah maka sekolah sebaiknya dirancang dengan pembelajaran yang menempatkan masalah sebagai topik utama dalam kegiatan pembelajaran. Masalah merupakan pertanyaan yang kompleks sehingga dalam penyelesaiannya membutuhkan aktivitas mental yang tinggi. Sebuah masalah dikatakan layak jika memiliki syarat sebagai berikut : 1. Pertanyaan yang dihadapkan kepada seseorang haruslah dapat dimengerti oleh orang tersebut dan merupakan tantangan baginya untuk

menjawabnya.

11

12

2.

Pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab dengan prosedur rutin yang telah diketahui. Terdapat dua macam masalah dalam matematika, sebagaimana diungkapkan

oleh Polya (dalam Hudoyo, 2001: 164) yaitu: 1. Masalah untuk menemukan masalah untuk menemukan dapat teoritis atau praktis,abstrak atau konkret.kita harus mencari variabelmasalah semua jenis tersebut yang untuk dapat mendapatkan digunakan atau untuk

mengkonstruksi

objek

menyelesaikan masalah itu. Bagian utama dari masalah menemukan adalah: a. Apakah yang ditanyakan? b. Apakah data yang diketahui? c. Bagaimana syaratnya? 2. Masalah untuk membuktikan Masalah untuk membuktikan yaitu untuk menunjukkan bahwa suatu pernyataan itu benar atau salah namun tidak keduanya. Sehingga perlu dijawab pertanyaan Apakah pernyataan tersebut benar atau salah? Bagian utama dari masalah ini adalah hipotesis dan konklusi dari suatu teorema yang harus dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan uraian di atas maka disimpulkan masalah adalah sebuah pertanyaan yang tidak mampu diselesaikan dengan prosedur rutin yang menyajikan tantangan dan keterampilan untuk menyelesaikannya.

13

Dalam penelitian ini masalah yang digunakan adalah masalah untuk menemukan. Hal ini karena menurut Polya (1973), masalah untuk menemukan lebih penting dalam matematika dasar. Untuk memecahkan masalah, ada empat langkah yang harus dilakukan yaitu : a. Memahami masalah Langkah awal dalam memecahkan masalah adalah harus mengetahui dengan jeli apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Guru dapat mengecek hal ini pada siswa dengan meminta siswa untuk mengulangi peryataan atau soal sampai siswa memahami masalahnya dengan fasih. Beberapa pertanyaan penuntun dapat memperjelas masalah yang diberikan seperti : what are the unknown?, what are the data? What is the condition? Namun karena keterbatasan daya manusia dalam mengingat maka pada tahap ini setiap informasi bisa disajikan dalam bentuk tabel, gambar atau pun sketsanya. Hal ini untuk mempermudah dalam memahami makna dan arah masalah yang diberikan. Tidak semua masalah dapat disajikan dalam bentuk gambar ataupun tabel, dengan demikian perlu upaya memahami setiap perintah atau masalah yang ada dengan membacanya berulang-ulang (Polya,1973:5). b. Merencanakan cara penyelesaian Setelah memahami masalahnya maka tahap berikutnya adalah merencanakan penyelesaian. Jalan dari memahami masalah sampai pada membuat sebuah perencanaan adalah panjang dan berliku-liku. Hal ini bisa terjadi jika siswa memiliki sedikit pengetahuan dan bahkan sangat tidak mungkin jika siswa

14

tidak memiliki pengetahuan. Ide yang bagus untuk sebuah perencanaan berasal dari pengalaman masa lalu dan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya. Merencanakan disini yakni melihat keseluruhan tahap yang akan dilaksanakan sesuai dengan arah masalah yang diinginkan. Ada bebarapa strategi perencanaan penyelesaian yang bisa digunakan dalam kegiatan pelaksanaanya yakni misalnya dengan mencoba-coba, menyajikan dalam diagram atau tabel dan lain-lain. Hal penting untuk memecahkan masalah matematika adalah melihat item yang relevan dari pengetahuan matematika terdahulu sebagai solusi awal dari masalah, dengan sebuah pertanyaan penuntun do you know a related problem? Kesulitan yang lain adalah jika masalah memiliki keterkaitan dengan masalah yang ada, bagaimana memilih masalah yang sesuai dengan masalah sebenarnya. Look at the unknown! And try to think of a familiar problem having the same or a similar unknown. Ada masalah yang tidak mampu untuk diselesaikan dengan segera sehingga masalah tersebut bisa diubah, dimodifikasi atau ditransformasikan ke bentuk yang lain. Could you restate the problem? Beberapa masalah lain memberikan petunjuk spesifik untuk mengubah masalah, seperti generalisasi, spesialisasi, menggunakan analogi, dan yang lainnya. Variasi masalah pasti memberikan beberapa pendekatan sebagai pelengkap masalah : if you cannot solve the proposed problem try to solve the first some related problem (Polya,1973:8).

15

c. Melaksanakan rencana Memikirkan sebuah rencana sampai pada menyusun ide dari solusi bukan hal yang mudah. Perencanaan memberikan sebuah bagan umum yang memberikan jalan untuk dapat melaksanakan penyelesaian yang tepat Pelaksanaannya dapat menggunakan salah satu strategi yang ada pada tahap perencanaan. Perencanaan yang baik akan memberikan hasil yang efektif dalam kegiatan pelaksanaan. Beberapa pertanyaan penuntun dalam

melaksanakan rencana adalah : can you see clearly that the step is correct? Can you prove that it is correct? (Polya,1973:12). d. Menafsirkan atau mengevaluasi hasil Satelah melaksanakan rencana, langkah selanjutnya adalah melihat kembali penyelesaian dengan mengecek kembali langkah pengerjaan dan mengecek kembali hasilnya dengan memberikan argumentasi yang benar untuk tiap langkah yang ditulis. Demikian pula untuk hasil penyelesaian masalahnya. Hal ini dibantu dengan pertanyaan can you check the result? Can you check the argument? Ada berbagai kemungkinan jawaban yang bisa diperoleh dengan berbagai macam strategi penyelesaian dan di sini dibutuhkan penafsiran yang terbaik sesuai dengan masalah yang diberikan. Hasil pada kegiatan harus dapat digunakan untuk menjawabi permasalahan yang diberikan dalam konteks yang sama, hal ini didalami dengan pertanyaan can you use the result, or the method, for some other problem? (Polya 1973:5-14)

16

Dalam penelitian ini, langkah-langkah yang digunakan dalam memecahkan masalah berdasarkan langkah-langkah Polya di atas yang meliputi, memahami masalah, merencanakan cara penyelesaian, melaksanakan rencana, menafsirkan atau mengevaluasi hasil. Mengajarkan pemecahan masalah kepada peserta didik merupakan kegiatan seorang guru. Hal ini dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang membangkitkan respon siswa untuk mencari solusi yang diharapkan. Bagi siswa pemecahan masalah harus dipelajari karena dengan demikian siswa terampil dalam menghadapi masalah serupa dalam kehidupannya. B. Kreativitas Pembahasan tentang kreativitas tidak lepas dari berpikir kreatif. Kusuma (2003;23) mengemukakan kreativitas merupakan perpaduan dari

keahlian/keterampilan, berpikir kreatif dan motivasi.Creative thinking skills

ExpertiseCreativity

Motivation(Sumber : Kusuma,2010;23) Gambar 2.1 : Komponen kreativitas

Kreativitas juga ditinjau dari berbagai aspek yakni pribadi, proses, produk dan dorongan, yang dikenal dengan 4P. Kreativitas dalam tinjauan 4P

17

memberikan gambaran bahwa seseorang dikatakan kreatif jika memiliki salah satu atau kombinasi dari keempat aspek tersebut. Lebih lengkapnya pribadi yang kreatif yakni pribadi yang memiliki dorongan atau motivasi untuk bersikap kreatif, memiliki kemampuan berpikir kreatif dan menghasilkan sesuatu yang baru dan berdaya guna (Munandar, 2009;20). Dalam penelitian ini kreativitas ditinjau sebagai proses penyelesaian masalah dan produk penyelesaiannya. Pengkajian kreativitas berdasarkan dua aspek ini lebih dimungkinkan karena kedua hal ini adalah aspek kognitif yang dapat langsung ditemukan melalui hasil pekerjaan siswa dan pengungkapan ide mereka secara lisan. Hal ini berbeda dengan aspek lain dalam kreativitas yakni pribadi dan dorongan yang merupakan aspek non kognitif atau ciri psikologis yang pengkajiannya cukup rumit. Kreativitas merupakan sebuah kajian yang menarik karena masing-masing pakar memberikan pengertian yang berbeda. Tidak ada pengertian umum yang diterima dan digunakan untuk sebuah penelitian. Kreativitas secara umum

mencakup kemampuan kognitif, performa dan produk yang dihasilkan (Haylock,1996; 97). Dalam matematika, untuk mengenal berpikir kreatif adalah dengan melihat respons siswa dalam memecahkan masalah dengan

memperhatikan proses berpikir divergen yang meliputi fleksibilitas, keaslian dan kelayakan (appropriateness/useful). Welsch (dalam Crawford 2008) menjelaskan

18

Creativity is the process of generating unique products by transformation of existing products. These products, tangible and intangible, must be unique only to the creator, and must meet the criteria of purpose and value established by the creator. Kreativitas adalah proses menghasilkan produk yang unik dengan transformasi produk yang ada. Produk ini, berwujud dan tidak berwujud, harus unik dan harus memenuhi kriteria tujuan dan nilai yang ditetapkan oleh sang pencipta. Proses dalam pembuatan produk ini masih menfokuskan pada produk kreatif, tidak menjelaskan secara rinci langkah langkah proses mental yang terjadi. Di bidang psikologi, biasanya dinyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan manghasilkan hal baru dan tepat. Sederhananya, hal itu adalah proses mental yang melibatkan ide-ide baru atau konsep atau asosiasi baru antara ide-ide atau konsep yang telah ada. Dari sudut pandang ilmiah, produk pemikiran kreatif (kadangkadang disebut sebagai pemikiran divergen) biasanya dianggap memiliki keaslian dan kesesuaian. (Tabbakh, 1998;152). Pandangan ini hendak menjelaskan bahwa nilai kreativitas diukur berdasarkan kemampuan mengkombinasikan berbagai konsep dan ide dengan cara-cara yang tidak biasa dan menghasilkan sesuatu yang baru. Hal baru itu merupakan produk asli yang menggambarkan keseluruhan proses pemecahanannya. Guilford (1986) menekankan perbedaan berfikir divergen (disebut juga berfikir kreatif) dan berfikir konvergen.

19

1. Berfikir Divergen : bentuk pemikiran terbuka, yang menjajaki macam-macam kemungkinan jawaban terhadap suatu persoalan/ masalah. 2. Berfikir konvergen: sebaliknya berfokus pada tercapainya satu jawaban yang paling tepat terhadap suatu persoalan atau masalah Lebih lanjut Guilford (dalam Munandar, 2009) menjelaskan bahwa Kreativitas menuntut sikap kreatif dari individu itu sendiri yang terdiri dari berpikir luwes (flexibility), lancar (fluency), asli (originality), menguraikan (elaboration) dan dirumuskan kembali (redefinition). Kefasihan (fluency) mengacu pada bermacammacam interpretasi, metode penyelesaian atau jawaban, luwes (flexibility) mengacu pada kemampuan siswa pemecahkan dalam satu cara, kemudian dengan menggunakan cara lain, menguraikan (elaboration) merujuk pada derajat sejauh mana produk itu menggabungkan unsur-unsur, prinsip dan konsep yang tidak sama/serupa sehingga menjadi keseluruhan yang canggih dan koheren. Dirumuskan kembali (redefinition) mangacu kepada produk yang dihasilkan dapat menjawabi permalahan yang ada. Munandar memberikan definisi kreativitas sebagai kemampuan untuk melihat atau memikirkan hal-hal yang luar biasa, tidak lazim, memadukan informasi yang tampaknya tidak berhubungan dan mencetuskan solusi-solusi baru atau gagasangagasan baru yang menunjukan kefasihan, keluwesan, dan orisionalitas dalam berpikir. Silver (1997) menjelaskan cara menilai kreativitas dengan menunjukkan hubungan kreativitas dengan pengajuan masalah dan pemecahan masalah.

20

Dikatakan bahwa hubungan kreativitas tidak pada pengajuan masalah sendiri tetapi lebih besar pada saling pengaruh antara pemecahan masalah dan pengajuan masalah. Proses dan produk kegiatan itu dapat menentukan sebuah tingkatan (the extent) kreativitas dengan jelas. Silver menjelaskan bahwa untuk menilai kemampuan berpikir kreatif sering digunakan The Torrance Tests of Creative Thinking (TTCT). Tiga komponen kunci yang dinilai dalam berpikir kreatif menggunakan TTCT adalah kefasihan (fluency), fleksibilitas (flexibility) dan kebaruan (novelty). Kefasihan mengacu pada banyaknya ide-ide yang dibuat dalam merespons sebuah perintah. Fleksibilitas tampak pada perubahanperubahan pendekatan ketika merespons perintah. Kebaruan merupakan keaslian ide yang dibuat dalam merespons perintah.Problem solving Students explore open ended problems, with many interpretations, solution methods, or answers Students solve (or express or justify) in one way; then in other ways. Students discuss many solution methods Students examine many solution methods or answers (expressions or justifications); then generate another that is different Creativity Problem possing Students generate many problems to be solved Students share their posed problems Students pose problems that are solved in different ways. Students use What ifnot? approach to pose problems Students examine several posed problems; then pose a problem that is different

Fluency

Flexibility

Novelty

(Sumber, Silver 2007 ; 97) Tabel 2.1 : Hubungan kreativitas dalam pemecahan dan pengajuan masalah

21

Tabel diatas menunjukan hubungan antara kreativitas siswa dalam memecahkan maupun mengajukan soal (masalah) matematika. Kreativitas diukur berdasarkan kefasihan, keluwesan dan kebaruan. Ketiga indikator diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Kefasihan dalam pemecahan masalah mengacu pada keberagaman jawaban masalah yang dibuat siswa dengan benar. 2. Fleksibilitas dalam pemecahan masalah mengacu pada kemampuan siswa memecahkan masalah dengan berbagai cara yang berbeda. 3. Kebaruan dalam pemecahan masalah mengacu pada kemampuan siswa menjawab masalah dengan jawaban yang tidak biasa dilakukan oleh individu (siswa) pada tingkat pengetahuannya. Beberapa ahli mendefinisikan kreativitas sebagai proses, hasil dan dari segi pribadi. 1. Kreativitas sebagai proses a. Proses kreatif sebagai munculnya dalam tindakan suatu produk baru yang tumbuh dari keunikan individu di satu pihak, dan dari kejadian, orang-orang, dan keadaan hidupnya dilain pihak (Rogers, 1982) b. Kreativitas adalah suatu proses yang tercermin dalam keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan, karangan, dan sebagainya; dalam pemecahan masalah menggunakan cara-cara orisinal, yang jarang diperlihatkan anak-anak lain) (Munandar, 1977).

22

c. Creativity is looking at the same thing as everyone else and thinking something different (Lumsdaine, 2007). Kreativitas adalah cara melihat hal yang sama namun memikirkan sesuatu yang berbeda. Hal ini menjelaskan bahwa sebuah masalah dilihat secara sama oleh semua orang namun orang yang kreatif adalah orang yang memikirkan cara penyelesaian yang berbeda dengan orang lainnya. Disini aspek fleksibilitas dan kebaruan menonjolkan pribadi yang kreatif. d. Secara kognitif kreativitas adalah pengembangan fungsi-fungsi divergen meliputi kefasihan (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), dan keterincian (elaboration) dalam berpikir. (Semiawan 1997) 2. Kreativitas sebagai produk a. Kreativitas sebagai kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru. b. Besemer dan Treffinger menyarankan produk kreatif digolongkan menjadi tiga kategori : 1) kebaruan (novelty) 2) pemecahan (resolution) 3) keterincian (elaboration) dan sintesis a) Kebaruan : sejauh mana produk itu baru, dalam hal jumlah dan luas proses yang baru, teknik baru, bahan baru, konsep baru, produk kreatif dimasa depan.

23

Produk itu orisinal : sangat langka diantara produk yang dibuat orang dengan pengalaman dan pelatihan yang sama, juga menimbulkan kejutan (suprising) dan juga germinal (dapat menimbulkan gagasan produk orisinal lainnya). b) Pemecahan (resolution) : menyangkut derajat sejauh mana produk itu memenuhi kebutuhan untuk mengatasi masalah. Ada 3 kriteria dalam dimensi ini : 1) produk harus bermakna 2) produk harus logis 3) produk harus berguna (dapat diterapkan secara praktis). c) Elaborasi dan sintesis : dimensi ini merujuk pada derajat sejauh mana produk itu menggabungkan unsur-unsur yang tidak sama/serupa menjadi keseluruhan yang canggih dan koheren. Besemer dan Treffinger mengemukakan masalah dalam penerapan modelnya. 1) Bila kriteria kegunaan diterapkan secara ketat, kebanyakan karya seni tidak memenuhi persyaratan ini. 2) Masalah kedua menyangkut dimensi kebaruan Pertanyaan adalah apakah produk itu harus baru untuk seluruh masyarakat atau hanya bagi si pencipta. Kebanyakan pakar sependapat bahwa kebaruan harus dipertimbangkan dari sudut pengalaman si pencipta.

24

3) Keterincian (Elaborasi, kekayaan) a) Seperti lukisan dalam cara ekspresi: Jika karangannya hidup dan menarik b) Emosi : Jika karangan kaya dalam ungkapan perasaan c) Empati : Jika secara eksplisit mengungkapkan pendapatnya atau pengalaman pribadi d) Unsur pribadi : Jika subjek melibatkan diri dalam kejadian, mengungkapkan pendapatnya atau pengalaman pribadi e) Percakapan : menggunakan kalimat naratif langsung dengan menggunakan tanda kutip. Dari uraian mengenai ciri-ciri kreativitas diatas maka dapat dipahami bahwa seseorang dikatakan kreatif apabila dalam interaksinya dengan lingkungan ciriciri dari kreativitas mendominasi dalam aktivitas kehidupannya, dan melakukan segalanya dengan cara-cara yang unik. Semua ciri-ciri tersebut secara konstruktif dapat dimunculkan dalam diri setiap individu, sebab setiap individu memiliki potensi kreatif. Pada intinya kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Kreativitas melibatkan keseluruhan otak. Seseorang akan bertindak kreatif manakala mempergunakan potensi otak dengan optimal. Mempergunakan kedua

25

belahan otak, otak kiri dan otak kanan. Otak kiri yang mengatur kemampuan logika, kata-kata, matematika, dan urutan yang disebut pembelajaran akademis dan otak kanan yang mengatur humanistis yakni irama, rima, musik, gambar, dan imajinasi yang disebut dengan aktivitas kreatif. Implikasinya setiap persoalan yang datang dilihat tidak hanya secara logika tetapi berbagai dimensi yang menyertainya. Kreativitas mengekspresikan kualitas solusi penyelesaian masalah. Kunci kreativitas adalah kemampuan menilai permasalahan dari berbagai sudut pandang sehingga menjadi solusi yang lebih baik. Sudut pandang yang berbeda akan menstimulasi beragam ide dan mengembangkan struktur kognitif baru. Pendapat beberapa ahli diatas menunjukan pengertian dan indikator yang berbeda-beda yang dapat dirangkum dalam tabel berikut :Munandar Menghasilkan sesuatu yang baru. Kefasihan (fluency) Keluwesan (fleksibel) Keaslian Silver - Flexibility (fleksibel) - Fluency(fasih) - Novelty (baru) Haylock - Fleksibilitas - Keaslian - Kelayakan Welsch - Produk yang unik/baru Tabbakh - Cara-cara yang berbeda/tak biasa - Sesuatu yang baru Guliford Fleksibilitas Fluency Asli Elaborasi Dirumuskan kembali

-

-

-

Rogers - Sesuatu yang baru

Lumsdaine - Fleksibel - Kebaruan -

Semiawan Kefasihan Keluwesan Keaslian Keterincian

Bessemer dan Treffinger - Kebaruan - Pemecahan (resolution) - Keterincian dan sintesis

Tabel 2.2 : Indikator kreativitas dari beberapa ahli

26

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli yang dirangkum dalam tabel diatas maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan definisi kreativitas sebagai proses atau kegiatan yang melibatkan fungsi kognitif dalam merencanakan, melaksanakan dan menghasilkan penyelesaian masalah yang benar dengan caracara yang berbeda serta menghasilkan sesuatu yang baru yang ditinjau dari dua dimensi yakni proses dan produk. Kedua dimensi tinjauan ini didefinisikan sebagai kegiatan yang memiliki indikator fleksibilitas, kefasihan, kebaruan dan keterincian. Penilaian kreativitas dimulai dari bagaimana siswa bekerja memecahkan masalah sampai pada hasil yang diperoleh siswa sebagai sesuatu yang baru. C. Indikator Kreativitas Penelitian ini menggunakan indikator kreativitas dari segi proses dan produk. Indikator kreativitas dari segi proses dan produk dapat diuraikan dalam tabel berikut ini : a. Keluwesan (Flexibility) dalam pemecahan masalah mengacu pada

kemampuan siswa memecahkan masalah dalam satu cara, kemudian dengan menggunakan cara lain. b. Kefasihan (Fluency) dalam pemecahan masalah menekankan pada pemikiran divergen. Kefasihan dideskripsikan mengacu pada bermacam-macam

interpretasi, atau jawaban terhadap sebuah masalah c. Kebaruan (Novelty) dalam arti, sebelumnya tidak dikenal pembuatnya, berbeda, unik, mungkin tidak terduga, asli, mungkin merupakan penemuan

27

dan harus sesuai tujuan/bernilai, efektif, berguna, praktis, layak atau mungkin bermakna sosial. Jadi dalam pemecahan masalah, beberapa jawaban atau cara penyelesaian memenuhi kebaruan jika jawaban atau cara penyelesaian yang berbeda itu menjawab masalah dengan benar (sesuai permintaan/pertanyaan) dan asli ditemukan/dikerjakan mereka sendiri serta yang tidak biasa dilakukan oleh individu (siswa) pada tingkat pengetahuannya. d. Keterincian (Elaboration) dalam pemecahan masalah mengacu pada proses kerja yang rinci dan mudah dipahami, serta menggabungkan unsur-unsur, prinsip, konsep atau aturan yang benar dalam matematika yang tidak sama/serupa sehingga menjadi keseluruhan yang canggih dan koheren. Keempat indikator tersebut menekankan ciri yang berbeda antara satu dengan yang lainnya namun ada keterkaitan dalam penilaian atau pengukuran kreativitas. Keterkaitan yang erat antar semua indikator mengakibatkan seorang siswa dikatakan kreatif jika siswa tersebut mampu menampilkan keempat indikator tersebut. Ditinjau dari aspek kebutuhan yang paling utama dalam penelitian ini, indikator kreativitas fleksibilitas dan kebaruan ditempatkan pada tingkat kreatif yang paling tinggi.Indikator Keluwesan (Flexibility) Deskripsi Fleksibilitas dalam pemecahan masalah mengacu pada kemampuan siswa memecahkan masalah dalam satu cara, kemudian dengan menggunakan cara lain. Sebagai

gambaran misalnya cara pertama siswa membuat bangun ruang dengan memanfaatkan rumus volum dari bangun ruang yang digambarnya dan cara kedua yakni dengan

28

memotong sebuah bangun ruang dan membentuk bangun ruang yang baru menggunakan hasil potongan yang ada (untuk masalah pertama). Siswa membuat sistem persamaan linier baru dengan cara mengalikan atau membagi setiap persamaan dari sistem persamaan linier yang diketahui dengan sebuah bilangan tertentu. Cara kedua yakni dengan menyelesaikan sistem persamaan linier yang diberikan dan membentuk sistem persamaan linier baru dengan mengganti koefisiennya dan carayang ketiga adalah dengan menggunakan grafik persamaan linier(untuk masalah kedua). Kefasihan (Fluency) Kefasihan dalam pemecahan masalah dideskripsikan

mengacu pada bermacam-macam interpretasi atau jawaban terhadap sebuah masalah. Sebagai gambaran misalnya siswa menggambar dua buah balok dengan ukuran yang berbeda namun memiliki volume yang sama atau dua bangun lain yang berbeda namun memiliki volum yang sama dengan volum bangun yang diketahui (untuk masalah pertama). Siswa membuat minimal dua sistem persamaan linier yang penyelesaiannya sama dengan penyelesaian yang diberikan (untuk masalah kedua).

Kebaruan (Novelty)

Hasil pemecahan masalahnya sebelumnya tidak dikenal pembuatnya, unik, mungkin tidak terduga, asli, mungkin merupakan penemuan atau berbeda dengan yang umum ditemukan. Sebagai gambaran misalnya siswa menggambar bangun ruang yang unik, belum/jarang ditemukan dalam kegiatan pembelajaran di kelas atau merupakan gabungan dari dua bangun atau lebih (untuk masalah pertama). Contohnya siswa menggambar bangun ruang berbentuk L yang merupakan gabungan dari dua balok atau bangun seperti bentuk rumah yang merupakan gabungan dari balok dan limas. Siswa membuat sistem persamaan linier yang koefisiennya

29

merupakan bilangan pecahan, desimal atau bentuk lain yang bukan merupakan bilangan bulat (untuk masalah kedua). Keterincian (Elaboration) Keterincian mengacu pada proses kerja yang rinci dan mudah dipahami, serta menggabungkan unsur-unsur,

prinsip, konsep atau aturan yang benar dalam matematika yang tidak sama/serupa sehingga menjadi keseluruhan yang canggih dan koheren. Sebagai gambaran misalnya siswa mampu menjelaskan dengan langkah-langkah yang

terperinci dan menggunakan aturan matematika yang benar dalam membuat bangun ruang dengan memanfaatkan volum bangun yang diketahui dan mampu menjelaskan dengan langkah-langkah dalam memotong sebuah bangun ruang dan membentuk bangun ruang yang baru menggunakan hasil potongan yang ada (untuk masalah pertama). Siswa mampu menjelaskan dengan langkah-langkah yang terperinci dan menggunakan aturan matematika yang benar cara mengalikan atau membagi setiap persamaan dari sistem persamaan linier yang diketahui dengan sebuah bilangan tertentu, menyelesaikan sistem persamaan linier yang diberikan dan membentuk sistem persamaan linier baru dengan mengganti koefisiennya(untuk masalah kedua).

Tabel 2.3 : Indikator Kreativitas

D. Kreativitas dalam Matematika Dalam hubungannya dengan matematika, kreativitas sangat diperlukan untuk mendukung pemahaman siswa akan konsep, prinsip dan aturan dalam matematika yang digunakan dalam memecahkan sebuah masalah. Kreativitas atau berpikir kreatif mendorong siswa bekerja dengan prosedur yang tidak biasa yang memungkinkan mereka menemukan hal-hal baru dan mendukung keterlaksanaan pembelajaran yang bermakna.

30

Kreativitas dalam matematika tidak boleh dianggap remeh. Lamon (dalam Chamberlin, 2005;38) menekankan cara berpikir yang berbeda atau "tidak sesuai dengan dunia sekarang ini". Secara matematis, kreativitas mungkin ada ketika solusi tidak standar yang dibuat untuk memecahkan masalah yang dapat diselesaikan dengan algoritma standar. Beberapa individu telah menekankan pentingnya kreativitas dalam matematika. Sternberg (dalam Chamberlin,2005;38) telah menggarisbawahi pentingnya kreativitas dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Dia menyatakan bahwa dalam rangka menjadi seorang matematikawan yang efektif di dunia nyata, siswa harus mampu menerapkan secara kreatif apa yang dipelajarinya dikelas sebagai lawan dari belajar hanya untuk ujian. Piirto (1998) menyatakan bahwa tanpa kreativitas, matematikawan berbakat tidak mempunyai kemampuan untuk berpikir secara abstrak. Di samping itu, orang lain telah menyarankan bahwa berpikir secara abstrak dan terlibat dalam tatanan pemikiran yang lebih tinggi, keduanya merupakan pintu gerbang kesuksesan dalam matematika tingkat atas (Schoenfeld, 1992). Lebih tinggi berpikir, pada gilirannya, melibatkan kedua cara berpikir yakni analitis dan sintetis. Dengan kata lain berpikir matematis diperlukan tapi tidak mencukupi untuk sukses di tingkat matematika yang lebh tinggi, kemampuan berpikir kreatif juga diperlukan. E. Tingkat Kemampuan Matematika Siswa Kemampuan matematika memiliki dampak yang signifikan pada kinerja siswa dalam memahami dan menyelesaikan masalah matematika. Meskipun studi

31

tentang kognisi matematika bukan hal baru, namun hal ini terus diperbaharui demi kepentingan dalam melukiskan pengaruh kognitif pada kemampuan matematika bertepatan dengan upaya untuk mempromosikan keberhasilan pencapaian matematika untuk semua siswa, termasuk anak-anak dengan kesulitan belajar dalam matematika(Mazzocco,2008;197). Kemampuan matematika siswa diukur berdasarkan dua hal yakni pengetahuan prosedural dan pemahaman konseptual. Kedua hal ini memberikan sumbangan besar dalam menggolongkan tingkat kemampuan seorang siswa. Kemampuan pemahaman konseptual meliputi kemampuan memanipulasi ide tentang pemahaman konsep dengan berbagai jalan, kemampuan memberi alasan apa yang dikerjakan dan kemampuan mengidentifikasi dan mengaplikasikan prinsip matematika. sedangkan kemampuan pengetahuan prosedural meliputi kemampuan untuk menghubungkan dan mengkomunikasikan algoritma. Menurut Meissner (dalam Kattou 2000), pengetahuan matematika adalah dasar penting untuk pengembangan kreativitas matematika. Salah satu alasan penting untuk kebutuhan ini adalah kenyataan bahwa pengetahuan yang sangat baik dapat membantu individu (siswa) untuk membuat hubungan antara konsepkonsep yang berbeda dan jenis informasi yang berbeda. Oleh karena itu, siswa yang memeiliki kemampuan matematis yang bagus dan kelancaran akan lebih mampu menyajikan pemikiran kreatif dalam tugas-tugas matematika baru, menyediakan solusi bermakna dan asli (Binder, 1996). Selain itu, "karya kreatif

32

melibatkan jumlah pengetahuan domain yang sudah ada sebelumnya dan ditransformasi menjadi baru pengetahuan"(Nakakoji, Yamamoto, & Ohira, 1999). Salah satu tujuan penelitian Kattou (2000) yakni melihat sejauh mana siswa dalam sampel yang sesuai dengan kemampuan matematika mereka yang bervariasi. Ada tiga kategori yang berbeda dari siswa dapat diidentifikasi. Kategori 1 siswa kemampuan matematika rendah, Kategori 2 siswa memiliki kemampuan matematis rata-rata (sedang) dan Kategori 3 siswa mempunyai kemampuan matematika yang tinggi. Hasil penelitian ini diverifikasi dan menunjukan bahwa ketiga kategori siswa yang berbeda-beda dalam kemampuan matematika, mencerminkan tiga kategori siswa juga bervariasi dalam kreativitas matematika. merupakan Untuk salah tujuan satu ini, dapat yang diasumsikan memberikan bahwa kreativitas pada

komponen

kontribusi

pengembangan kemampuan matematika. Penelitian Livne dan Milgram (2006) mengungkapkan bahwa kemampuan umum atau kecerdasan umum dan berpikir kreatif umum jelas berbeda dari jenis kemampuan dalam matematika yaitu akademis dan kreatif, namun kecerdasan umum mempengaruhi kemampuan matematika. Temuan ini menunjukkan bahwa kecerdasan umum dapat digunakan untuk memprediksi kemampuan matematika namun tidak dapat memprediksi kemampuan kreatif dan sebaliknya kemampuan kreatif tidak dapat memprediksi kemapuan matematika siswa. Hal ini menunjukan perbedaan kemampuan matematika memberikan peluang perbedaan kreativitas yang ditampilkan oleh siswa.

33

F. Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian yang menggunakan tema kreativitas antara lain : 1. Penelitian Dr. Tatag Yuli Eko Siswono, M.Pd (2007) tentang penjenjangan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Identifkasi Tahap Berpikir Kreatif Siswa dalam Memecahkan dan Mengajukan Masalah Matematikasiswa dengan indikator berpikir kreatif kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan. Penelitian ini menghasilkan jenjang berpikir kreatif yakni o TKBK 4 (Sangat Kreatif). Siswa mampu menyelesaikan suatu masalah dengan lebih dari satu alternatif jawaban maupun cara penyelesaian dan membuat masalah yang berbeda-beda (baru) dengan lancar (fasih) dan fleksibel. Dapat juga siswa hanya mampu mendapat satu jawaban yang baru (tidak biasa dibuat siswa pada tingkat berpikir umumnya) tetapi dapat menyelesaikan dengan berbagai cara (fleksibel). Siswa cenderung mengatakan bahwa membuat soal lebih sulit daripada menjawab soal, karena harus mempunyai cara untuk penyelesaiannya. Siswa cenderung mengatakan bahwa mencari cara yang lain lebih sulit daripada mencari jawaban yang lain. o TKBK 3 (Kreatif). Siswa mampu membuat suatu jawaban yang baru dengan fasih, tetapi tidak dapat menyusun cara berbeda (fleksibel) untuk mendapatkannya atau siswa dapat menyusun cara yang berbeda (fleksibel) untuk mendapatkan jawaban yang beragam, meskipun jawaban tersebut tidak baru. Selain itu, siswa dapat membuat masalah yang berbeda

34

(baru) dengan lancar (fasih) meskipun cara penyelesaian masalah itu tunggal atau dapat membuat masalah yang beragam dengan cara penyelesaian yang berbeda-beda, meskipun masalah tersebut tidak baru. Siswa cenderung mengatakan bahwa membuat soal lebih sulit daripada menjawab soal, karena harus mempunyai cara untuk penyelesaiannya. Siswa cenderung mengatakan bahwa mencari cara yang lain lebih sulit daripada mencari jawaban yang lain. o TKBK 2 (Cukup Kreatif). Siswa mampu membuat satu jawaban atau membuat masalah yang berbeda dari kebiasaan umum (baru) meskipun tidak dengan fleksibel ataupun fasih, atau siswa mampu menyusun berbagai cara penyelesaian yang berbeda meskipun tidak fasih dalam menjawab maupun membuat masalah dan jawaban yang dihasilkan tidak baru. Siswa cenderung mengatakan bahwa membuat soal lebih sulit daripada menjawab soal, karena belum biasa dan perlu memperkirakan bilangannya, rumus maupun penyelesaiannya. Cara yang lain dipahami siswa sebagai bentuk rumus lain yang ditulis berbeda. o TKBK 1 (Kurang Kreatif). Siswa mampu menjawab atau membuat masalah yang beragam (fasih), tetapi tidak mampu membuat jawaban atau membuat masalah yang berbeda (baru), dan tidak dapat menyelesaikan masalah dengan cara berbeda-beda (fleksibel). Siswa cenderung mengatakan bahwa membuat soal tidak sulit (tetapi tidak berarti mudah) daripada menjawab soal, karena tergantung pada kerumitan soalnya. Cara

35

yang lain dipahami siswa sebagai bentuk rumus lain yang ditulis berbeda. Soal yang dibuat cenderung bersifat matematis dan tidak mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari. o TKBK 0 (Tidak Kreatif). Siswa tidak mampu membuat alternatif jawaban maupun cara penyelesaian atau membuat masalah yang berbeda dengan lancar (fasih) dan fleksibel. Kesalahan penyelesaian suatu masalah disebabkan karena konsep yang terkait dengan masalah tersebut (dalam hal ini rumus luas atau keliling) tidak dipahami atau diingat dengan benar. Siswa cenderung mengatakan bahwa membuat soal lebih mudah daripada menjawab soal, karena penyelesaiannya sudah diketahui. Cara yang lain dipahami siswa sebagai bentuk rumus lain yang ditulis berbeda. 2. Penelitian JW Getzels dan PW Jackson (1962) pada 449 siswa sekolah menengah. Kegiatan penelitian ini adalah membandingkan sekelompok murid remaja kelas menengah yang memiliki kecerdasan yang tinggi (setelah di tes dengan tes kecerdasan) dengan siswa yang mendapatkan nilai baik dalam tes kreativitas yang dirancang oleh Guilford. Hasil penelitian mengemukakan anak-anak dengan IQ tinggi dan memiliki prestasi akademik tinggi di sekolah juga memiliki keunggulan dalam kreativitas. Hal ini menunjukan hubungan yang positif antara kreativitas dan kemampuan akademik. 3. Penelitian Yamamoto (1964a) yang mereplikasi penelitian Getzels dan Jackson (1962). Subjek penelitian adalah 272 siswa kelas dua belas dari University of Minnesota High School. Para siswa di kelas masing-masing

36

dikelompokkan menjadi tiga kelompok berdasarkan tingkat skor kreativitas dan kecerdasan. Kelompok pertama adalah kelompok kecerdasan tinggi (terdiri dari siswa dengan nilai pada IQ di atas 20% tetapi nilai kreativitas tidak di atas 20%), kelompok kedua adalah kelompok kreatif tinggi (terdiri dari siswa dengan nilai kreativitas di atas 20% tetapi nilai IQ tidak di atas 20 %) dan kelompok ketiga adalah kelompok kreatif tinggi cerdas-tinggi (terdiri siswa dengan nilai IQ dan kreativitas di atas 20%). Hasil penelitian menunjukan nilai prestasi akademik dari ketiga kelompok tersebut. Yamamoto (1964a) menemukan tidak ada perbedaan dalam prestasi

akademik antara siswa dengan kreativitas tinggi dan IQ tinggi walaupun ada perbedaan rata-rata IQ sebanyak dua puluh poin. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa kreativitas tampaknya bisa "mengimbangi" mereka yang kurang dalam kecerdasan oleh kemampuan kreatif untuk mencapai tingkat yang sama dalam prestasi akademik. 4. Penelitian Ananda Kumar Palaniappan (2006). Subjek penelitian sebanyak 467 siswa dari tiga sekolah menengah di kota dari Kuantan, di negara bagian Pahang Malaysia. Usia rata-rata adalah 13,3 tahun dan siswa telah menjalani enam tahun sekolah dasar dan tiga tahun sekolah menengah pendidikan. Para siswa dibagi menjadi 4 subkelompok: IQ tinggi-kreativitas rendah atau kelompok HI-LC (subjek dengan nilai IQ di atas 20% tetapi nilai Kreativitas tidak di atas 20%), IQ rendah-Kreativitas tinggi atau kelompok LI-HC (subyek dengan nilai nilai Kreativitas di atas 20% tetapi nilai IQ tidak di atas

37

20%), IQ tinggi-tinggi Kreativitas atau kelompok HI-HC (subjek di atas dengan nilai Kreativitas dan IQ diatas 20%) dan IQ rendah-Kreativitas rendah atau kelompok LI-LC (nilai Kreativitas dan skor IQ tidak di atas 20%).hasil penelitian menunjukkan nilai prestasi antara HI-HC dan kelompok LI-HC adalah sama. Hal ini diduga adanya kontribusi kreativitas terhadap prestasi akademik. Fakta bahwa siswa dengan nilai IQ tidak di atas 20% mampu mencapai prestasi akademik sama baiknya dengan siswa dengan IQ diatas 20% hal ini mungkin karena kreativitas mereka tinggi. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Habibollah Naderi dkk (2010) untuk mengetahui hubungan antara kreativitas dan prestasi akademik dengan tinjauan perbedaan gender pada 150 siswa (31.4% perempuan dan 68.6% lakilaki ) dengan usia 18-27 tahun untuk perempuan dan 19-27 untuk laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan gender yang menunjang ketercapaian aspek-aspek tertentu dari kreativitas, dalam kaitannya dengan prestasi akademik. Aspek kreativitas dan prestasi akademik yang ditemukan secara signifikan berbeda antara pria dan wanita. Salah satu interpretasi yang mungkin dapat menjelaskan perbedaan gender adalah bahwa laki-laki dan perempuan sangat baik dalam berbagai aspek kreativitas. Beberapa studi (Ai, 1999; Habibollah, Rohani, Tengku Aizan & Jamaluddin, 2009; Palaniappan, 2000) menunjukkan bahwa laki-laki mengungguli perempuan pada beberapa komponen kreativitas, tetapi perempuan umumnya lebih baik daripada lakilaki pada hal lain. Palaniappan (2000) menyatakan tidak ada perbedaan

38

signifikan pada sensitivitas faktor lingkungan antara pria dan wanita, sementara laki-laki memperoleh skor yang lebih tinggi atas inisiatif dari perempuan.

39

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan tentang proses atau prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini. Pembahasannya meliputi jenis penelitian, subyek penelitian, prosedur pengumpulan data, proses pengembangan instrumen pendukung dan prosedur analisis data. A. Jenis Penelitian Tujuan penelitian yakni mendeskripsi kreativitas siswa dalam memecahkan masalah matematika ditinjau dari kemampuan matematika. Dengan demikian yang ditekankan dalam penelitian adalah bagaimana melihat, mendokumentasikan hasil tertulis maupun wawancara dan dianalisis untuk mendeskripsikan kreativitas yang sesuai dengan masalah yang diberikan. Sehingga jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomena-fenomena yang terjadi apa adanya (Sukmadinata, 2008 ; 18). B. Subjek Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas X SMAN 1 Manyar Gresik. Jumlah kelas X pada sekolah ini adalah 11 kelas dan penentuan kelas untuk pemilihan subjek penelitian berdasarkan informasi dari guru mata pelajaran matematika tentang kelas yang dimungkinkan akan diperolehnya subjek penelitian yang sesuai dengan kriteria peneliti dan ijin yang diperoleh peneliti 39

40

untuk melakukan kegiatan penelitian. Jumlah subjek penelitian sebanyak 3 siswa, yang terdiri dari kemampuan rendah, sedang dan tinggi masing-masing satu subjek dengan pertimbangan pengumpulan data serta analisis yang digunakan adalah menggunakan triangulasi waktu. Pengelompokan siswa dalam ketiga kelompok dengan batasan kelompok tinggi x 80 , kelompok sedang 60 x 80 , kelompok rendah x 60 Subjek yang diambil adalah siswa kelas X, hal ini dikarenakan : 1. Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget, siswa pada jenjang ini telah berada pada tahap operasional formal sehingga sudah mampu berpikir secara abstrak dalam memecahkan masalah-masalah matematika. 2. Siswa sudah memiliki bekal pengetahuan dasar dan pengalaman yang sesuai dengan masalah yang akan diberikan. Pemilihan subjek didasarkan pada 2 kriteria yakni 1) nilai tes kemampuan matematika yang hasilnya dibagi dalam tiga kelompok yakni rendah, sedang dan tinggi, 2) informasi guru matematika tentang kemampuan komunikasi siswa.

41

Alur pemilihan subjek penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :Mulai

Pemberian tes kemampuan matematika

Pengelompokan Siswa berdsrkn kemampuan

Kemampuan Tinggi

Kemampuan sedang

Kemampuan rendah

Pilih subjek penelitian

Apakah subjek sdh memenuhi kriteria?

tidakKeterangan: : urutan kegiatan : kegiatan

yaDiperoleh 1 siswa dari tiap kelompok

: hasil kegiatan : keputusan

selesai Gambar 3.1 : Diagram alur pemilihan subjek

: terminal(awal dan akhir kegiatan : siklus (jika diperlukan)

C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti merupakan instrumen utama, dan penelitian kualitatif ini menekankan proses dan hasil. Peneliti terlibat dalam

42

semua kegiatan dari pemilihan subjek penelitian, pengumpulan data dan wawancara. Dalam penelitian ini digunakan instrumen pendukung sebagai berikut : 1) Indikator Kreativitas Instrumen ini berisi petunjuk atau keterangan tentang aktivitas kreatif yang diperoleh dari kajian teori kreativitas dari para ahli. Dalam penelitian ini kreativitas dilihat dari aspek proses kreatif dan poduk kreatif yakni kefasihan/kelancaran (fluency), keluwesan/luwes (flexibility), kebaruan (novelty) serta keterincian (elaboration). 2) Soal Tes Kemampuan Matematika Instrumen ini digunakan untuk mengetahui kemampuan matematika siswa secara keseluruhan dimana butir soal tes ini tidak terbatas pada sebuah materi tertentu namun matematika secara umum yang pernah dipelajari siswa. Hal ini dilakukan karena soal-soal pemecahan masalah yang digunakan merupakan soal yang dirancang dengan penyelesaian yang melibatkan banyak pengetahuan matematika. Instrumen ini adalah soal matematika UN SMP 2010 yang digunakan untuk pemilihan subjek penelitian dari kelas yang diberikan tes. Soal tes kemampuan matematika tercantum pada lampiran L-1. 3) Soal Tes Pemecahan Masalah Soal tes pemecahan masalah terdiri dari dua buah soal yang digunakan untuk mengetahui bagaimana siswa memecahkan masalah kemudian

43

ditelusuri kreativitasnya berdasarkan indikator yang ditetapkan. Dua buah soal tersebut terdiri dari soal geometri tentang volume bangun ruang dan aljabar tentang sistem persamaan linier dua variabel. Soal tes ini dikonsultasikan dengan pembimbing dan divalidasi oleh beberapa ahli. Soal tes pemecahan masalah tercantum pada lampiran L-8. 4) Pedoman wawancara Instrumen ini garis besar pertanyaan yang akan disampaikan dalam kegiatan wawancara yang merupakan wawancara tidak terstruktur.

Dimana dalam kegiatan wawancara, pertanyaan yang diajukan disesuaikan dengan kondisi proses dan hasil pemecahan yang disajikan oleh siswa . pedoman wawancara ini dikonsultasikan dengan pembimbing dan divalidasi oleh beberapa ahli. Pedoman wawancara tercantum pada lampiran L-19. 2. Teknik pengumpulan data Data merupakan bagian penting dalam penelitian yang akan menjawab tujuan penelitian. Dalam penelitian ini pengumpulan data melalui beberapa metode yakni metode tes dan wawancara dengan tujuan yang diinginkan. a. Metode tes Dalam penelitian ini digunakan tes kemampuan matematika dan tes pemecahan masalah. Tes kemampuan matematika digunakan untuk pengelompokan dan pemilihan subjek penelitian.

44

b. Metode Wawancara Wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi lebih jelas tentang kreativitas yang ditampilkan siswa. Wawancara direkam dengan audiovisual sebagai bahan dokumentasi peneliti untuk keperluan analisis data. Secara rinci prosedur pengumpulan data penelitian dimulai dengan pemberian tes pemecahan masalah kepada para subjek. Subjek diminta untuk menyelesaikan semua masalah yang ada. Hasil pekerjaan subjek kemudian dianalisis untuk melihat aktivitas kreativitas yang ditampilkan. Hasil analisis sesuai indikator kreativitas menjadi pedoman untuk dilakukan wawancara. Berdasarkan hasil analisis tersebut jika ada indikator kreativitas yang belum nampak atau belum dapat disimpulkan sebagai kreativitas yang ditampilkan oleh siswa maka diadakan wawancara. Jadi wawancara akan dilaksanakan sesuai kebutuhan untuk memperjelas hal yang belum dapat disimpulkan juga untuk menggali aktivitas kreatif yang mungkin ada dalam diri siswa namun tidak ditampilkan dalam pekerjaannya karena berbagai faktor yang mempengaruhi. Setelah wawancara,dilakukan triangulasi metode yakni pengecekan keabsahan data dengan dua metode berbeda (tertulis dan wawancara). Kemudian dilakukan tes pemecahan masalah kedua dan hasil tertulisnya diwawancara dan ditriangulasi sampai mendapatkan data yang valid. Data ini kemudian ditriangulasi (triangulasi waktu). Data yang valid hasil triangulasi ini adalah data hasil penelitian.

45

Secara umum teknik pengumpulan data digambarkan sebagai berikut :Subjek I

Pemberian tes Pemecahan masalah

Pemberian tes Pemecahan masalah

Masalah 1

Masalah 2

Masalah 3

Masalah 4

Analisis data sesuai indikator

Analisis data sesuai indikator

Analisis data sesuai indikator

Analisis data sesuai indikator

Data tertulis hasil analisis

Data tertulis hasil analisis

Data tertulis hasil analisis

Data tertulis hasil analisis

Triangulasi metode

Triangulasi metode

Triangulasi metode

Triangulasi metode

Wawancara

Wawancara

Wawancara

Wawancara

Data valid masalah 1

Data valid masalah 2

Data valid masalah 3

Data valid masalah 4

Analisis Data Masalah I

Analisis Data Masalah 2

Analisis Data Masalah 2

Analisis Data Masalah 4

Triangulasi waktu

Triangulasi waktu

Analisis Data Hasil Penelitan

Analisis Data

Gambar 3.2 : Diagram alur pengumpulan data

46

D. Prosedur Pengembangan Instrumen Penelitian Pengembangan instrumen penelitian dilakukan untuk mendapatkan instrumen yang valid yang dapat digunakan dalam penelitian. Bentuk instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berbentuk soal tes kemampuan matematika dan soal tes pemecahan masalah. menggunakan berbagai konsep dan aturan Soal tes pemecahan masalah dalam matematika dengan

kemungkinan proses yang berbeda sesuai dengan tuntutan indikator proses dan produk kreativitas yang digunakan. Selain itu menggunakan bahasa Indonesia yang baku, mudah di pahami dan tidak menimbulkan berbagai penafsiran. Validator yang dipercaya peneliti untuk memvalidasi instrumen penelitian ini terdiri dari 2 orang dosen matematika dan seorang guru mata pelajaran

matematika. Validator dipilih sesuai dengan kriteria yang ditetapkan peneliti meliputi: a. Validator (dosen) memiliki tingkat pendidikan minimal S2, sebanyak dua orang yakni : satu orang dari program matematika murni dan satu orang dari program pendidikan matematika. b. Validator (guru) memiliki pengalaman mengajar yang cukup dan dipandang mampu memberikan masukan yang baik .

47

Nama-nama validator sebagai berikut :No 1. Nama Validator Dr. Jackson M, M.Pd Keterangan Dosen tetap pada Universitas palangkaraya yang baru menyelesaikan S3 di Universitas Negeri Surabaya tahun 2011 Dosen tetap pada Universitas Nusa Cendana Kupang yang memiliki pengalaman mengajar selama 10 tahun. Guru matematika pada SMAN I Manyar Gresik yang telah memiliki pengalaman mengajar selama 8 tahun dan sekarang sedang dalam penyusunan tugas akhir pada program Pasca Sarjana Universitas Negeri Surabaya.

2. 3.

Drs. Wara Sabon Dominikus, M.Sc Nurul Wafiyah, S.Pd

Tabel 3.1, Daftar Nama Validator

1. Validitas Instrumen Tes Pemecahan Masalah Sugiyono (2009: 349), yang menyatakan bahwa suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang valid adalah instrumen yang mempunyai validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal meliputi validasi isi dan validasi konstruk. Sedangkan validasi eksternal yakni validitas yang didasarkan pada perhitungan-perhitungan secara empiris. Dalam penelitian ini instrumen yang valid adalah instrumen yang telah memenuhi bentuk yang diinginkan serta mampu mengetahui kreativitas siswa. Sesuai dengan tujuan itu maka dalam penelitian ini pengembangan instrumen yang valid melalui validitas internal (rasional) yang terdiri dari validitas isi dan konstruk. Validitas isi menyangkut ketepatan materi matematika soal tes pemecahan masalah yang sesuai dengan tingkatan kelas siswa. Validasi konstruk menyangkut ketepatan penggunaan bahasa Indonesia yang baku, mudah di pahami dan tidak menimbulkan berbagai penafsiran serta bisa mengukur kreativitas yang diinginkan. Validitas internal dilakukan dengan meminta

48

saran, komentar dan penilaian dari ketiga validator. Kriteria yang ditetapkan adalah jika kedua pembimbing menyetujui soal pemecahan masalah yang diajukan peneliti dan sekurang-kurangnya 2 dari 3 validator menyetujui bahwa instrumen tersebut mampu mengukur kemampuan dan kreativitas siswa maka instrumen dikatakan valid. Alur penyusunan dan validasi instrumen tes dapat digambarkan sebagai berikut :Mulai

Penyusunan instrumen soal pemecahan masalah

Draf instrumen SPM

Validasi ahli ke-i i:1-3

Revisi

Instrumen Valid? Keterangan: : urutan kegiatanDraf SPM yang valid

: kegiatan : hasil kegiatan : keputusan

selesai

Gambar 3.3 : Diagram alur validasi instrumen tes pemecahan masalah

: siklus (jika diperlukan) : kegiatan awal dan akhir

49

2. Validitas Intrumen pedoman wawancara Pedoman wawancara disusun berdasarkan indikator kreativitas yang telah ditetapkan. Pedoman ini hanya memuat pertanyaan-pertanyaan pokok saja dan dalam pelaksanaan dilapangan bergantung pada apa yang ditampilkan siswa dalam memecahkan masalah. Pedoman wawancara dikonsultasikan dengan pembimbing dan 3 orang validator. Kriteria yang ditetapkan adalah jika kedua pembimbing menyetujui pedoman wawancara yang diajukan peneliti dan sekurang-kurangnya 2 dari 3 validator menyetujui bahwa instrumen tersebut mampu mengungkap kreativitas siswa maka instrumen dikatakan valid. Proses pengembangan instrumen wawancara dilaksanakan berdasarkan diagram berikut :

50

Mulai

Penyusunan pedoman wawancara

Draf pedoman wawancara

Validasi ahli ke-i i:1-3

Revisi

Instrumen Valid?

tidak

yaDraf pedoman wawancara yang valid

Keterangan: : urutan kegiatan : kegiatan : hasil kegiatan : keputusan

selesai

: siklus (jika diperlukan) : kegiatan awal dan akhir

Gambar 3.4 : Diagram alur validasi instrumen wawancara

E. Teknik Analisis DataDalam analisis data ini terbagi menjadi dua bagian yakni analisis data

tertulis dan analisis data wawancara. Analisis data tertulis berdasarkan kebenaranpemecahan masalah yang dilakukan siswa dengan dipandu petunjuk pemecahan yang dibuat oleh peneliti. Dari jawaban subjek penelitian tersebut dianalisis kreativitasnya

51

berdasarkan indikator yang ditetapkan. Indikator kreativitas yang ditetapkan yakni

kefasihan (fluency), keluwesan/luwes (flexibility), kebaruan (novelty) serta keterincian (elaboration). Kefasihan (fluency) dideskripsikan mengacu pada bermacam-macam interpretasi, atau jawaban terhadap sebuah masalah. Keluwesan(flexibility) mengacu pada kemampuan siswa memecahkan masalah dalam satu

cara, kemudian dengan menggunakan cara lain. Keterincian (elaboration) mengacu mengacu pada proses kerja yang rinci dan mudah dipahami, serta menggabungkan unsur-unsur, prinsip, konsep atau aturan yang benar dalam matematika yang tidak sama/serupa sehingga menjadi keseluruhan yang canggih dan koheren. Kebaruan(novelty) mengacu pada arti sebelumnya tidak dikenal pembuatnya, berbeda, unik,

mungkin tidak terduga, asli, mungkin merupakan penemuan dan harus sesuai tujuan/bernilai, efektif, berguna, praktis, layak atau mungkin bermakna sosial. Jadi dalam pemecahan masalah, beberapa jawaban atau cara penyelesaian memenuhi kebaruan jika jawaban atau cara penyelesaian yang berbeda itu menjawab masalah dengan benar (sesuai permintaan/pertanyaan) dan asli ditemukan/dikerjakan mereka sendiri. Analisis data pekerjaan dilanjutkan dengan analisis hasil wawancara untuk menggali informasi dari siswa tentang apa yang disajikan dalam penyelesaian dan hal-hal yang belum terungkap sepenuhnya dalam penyelesaiannya. Analisis hasil wawancara di bagi terdiri dari 3 tahap (Miles dan Huberman,1992; 16) :

52

1) Tahap reduksi Dalam tahap ini dilakukan proses menyeleksi dan menyederhanakan data, atau mengidentifikasikan adanya satuan yakni bagian terkecil yang ditemukan dalam data yang memiliki makna bila dikaitkan dengan masalah penelitian. Tahap reduksi ini dimaksudkan untuk pengurangan data yang tidak perlu. 2) Tahap penyajian Dalam tahap ini, kumpulan data diorganisasikan dan dikategorikan sehingga memungkinkan penarikan kesimpulan dan tindakan. Data yang dianalisis diklasifikasikan berdasarkan subjek penelitian. 3) Tahap penarikan kesimpulan Dalam tahap ini, dilakukan penarikan kesimpulan pada setiap kegiatan wawancara kepada siswa. F. Prosedur Penelitian Secara ringkas prosedur penelitian dimulai dengan mengadakan observasi ke sekolah untuk melihat bagaimana pembelajaran dilaksanakan di kelas, apakah siswa terbiasa mengerjakan masalah matematika baik secara individu maupun kelompok juga bagaimana keterlibatan siswa didalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan berikutnya adalah mengkaji teori tentang kreativitas sebagai bagian dari usaha memperoleh indikator kreativitas yang dapat digunakan untuk mengukur kreativitas siswa dalam memecahkan masalah matematika. Selain itu disusun juga instrumen pendukung lainnya yakni tes kemampuan matematika dan soal

53

pemecahan masalah. Instrumen tes pemecahan masalah kemudian dikonsultasikan dengan pembimbing dan divalidasi oleh beberapa ahli serta diujicobakan untuk mendapatkan instrumen mudah dipahami serta dapat mengukur kreativitas siswa. Kegiatan penelitian dimulai dengan memberikan soal tes kemampuan matematika.Tes ini bertujuan untuk melihat kemampuan awal siswa untuk dikelompokan dalam tiga tingkatan yakni rendah, sedang dan tinggi. Hasil tes kemudian dianalisis dan siswa dikelompokkan dalam tiga tingkatan tersebut. Pemilihan subjek dilakukan dengan mengambil masing-masing satu siswa dari tiap tingkatan dengan mempertimbangkan informasi dari guru mata pelajaran tentang kemampuan komunikasi siswa. Subjek penelitian yang dipilih adalah wakil dari masing-masing tingkatan yang mampu mengungkapkan pendapat atau pikirannya secara lisan maupun tulisan. Subjek penelitian kemudian diberikan tes pemecahan masalah. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2011. Kegiatan akhir penelitian adalah analisis data hasil pekerjaan siswa dan wawancara untuk melihat kreativitas yang ditampilkan berdasarkan indikator kreativitas yang ada untuk selanjutnya dituangkan dalam bentuk laporan hasil penelitian. Kegiatan penelitian tersebut dilakukan dalam tiga tahapan kegiatan pokok, yaitu: 1. Tahap Persiapan: Pada tahap ini dilakukan kegiatan obeservasi dan penyusunan instrumen penelitian yang dijabarkan sebagai berikut: 1). Orientasi lapangan atau observasi ke sekolah

54

2). Pengkajian teori kreativitas dan penyusunan indikator kreativitas 3). Pengembangan instrumen a. Menyusun kisi-kisi soal tes kemampuan matematika b. Menyusun instrumen soal tes kemampuan matematika c. Menyusun instrumen soal pemecahan masalah. d. Validasi instrumen oleh ahli e. Uji coba instrumen f. Menyiapkan instrumen dan administrasi penelitian 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian: Tahap ini adalah kegiatan utama penelitian yang meliputi : 1). Memberikan soal tes kemampuan metematika dengan tujuan memperoleh gambaran pengelompokan kemampuan siswa. 2). Pemilihan subjek berdasarkan tiap tingkat kemampuan matematika yakni masing-masing 2 siswa dari kelompok dengan kemampuan rendah, sedang dan tinggi. 3). Memberikan soal pemecahan masalah dan hasilnya akan dianalisis dengan indikator kreativitas dan diadakan wawancara terhadap subjek penelitian. 3. Tahap Penyelesaian: 1). Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian 2). Penyusunan laporan hasil penelitian Secara lengkap prosedur penelitian dapat disajikan sebagai berikut :

55Mengkaji teori kreativitas Menyusun indikator kreativitasIndikator kreativitas

Validasi instrumen pendukung

Instrumen pendukung

Menyusun instrumen pendukung

Revisi instrumen tidak Instrumen valid? ya Pengelompokan siswa Pemberian tes kemampuan mat Pelaksanaan penelitian Ujicoba instrumen pendukungInstrumen pendukung yg valid

Pemilihan subjek penelitian

tidak Apakah subjek sdh memenuhi kriteria? ya

Subjek penelitian

Data tertulisTriangulasi metode

Pemberian tes pemecahan masalah

Pengumpulan data

wawancaraAnalisis dan penarikan kesimpulanTriangulasi waktu

Data subjek yg valid

Pemberian tes pemecahan masalah kedua Analisis hasil tes

Data subjek yg valid

Analisis dan penarikan kesimpulanKeterangan: : urutan kegiatan : kegiatan : hasil kegiatan : keputusan : siklus (jika diperlukan)

Data kreativitas

Hasil penelitianTemuan lain

Gambar 3.6 : Diagram Prosedur Penelitian

56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

Pada bab ini diuraikan tentang pembahasan dan analisis aspek kreativitas yang ditampilkan siswa secara tertulis dan lisan atau wawancara untuk menjawab rumusan masalah yakni mendeskripsikan kreativitas siswa berdasarkan perbedaan kemampuan matematikanya. Secara umum sistematika bab IV ini adalah : A. Hasil Pengembangan Instrumen Bantu B. Pemilihan Subjek Penelitian C. Kegiatan Penelitian D. Pembahasan dan Analisis Data E. Deskripsi Kreativitas Sesuai Dengan Teori Kreativitas F. Temuan Lain G. Kelemahan Penelitian

A. Hasil Pengembangan Instrumen Bantu 1. Berdasarkan hasil validasi instrumen bantu soal pemecahan masalah dapat disimpulkan sebagai berikut : a) Ketiga validator menyetujui bahwa dari aspek isi, masalah I dan 2 dapat digunakan untuk mengungkap kreativitas siswa. Ketiga validator tidak memberikan catatan revisi dengan kategori layak digunakan dalam penelitian. 56

57

b) Ketiga validator menyetujui bahwa dari aspek kontruksi kalimat, masalah I dan 2 dapat digunakan untuk mengungkap kreativitas siswa. Ketiga validator tidak memberikan catatan revisi dengan kategori layak digunakan dalam penelitian. c) Dua validator menyetujui bahwa dari aspek bahasa, masalah I dan 2 dapat digunakan untuk untuk mengungkap kreativitas siswa, sedangkan satu validator memberikan catatan revisi agar masalah mudah dipahami siswa. Kedua validator tidak memberikan catatan revisi dengan kategori layak digunakan dalam penelitian sedangkan validator ketiga memberikan catatan revisi pada bahasa yang digunakan. Dari hasil validasi secara keseluruhan dua dari tiga validator menyetujui instrumen tes pemecahan masalah ini dapat digunakan untuk mengungkap kreativitas siswa dan valid sehingga layak digunakan dalam penelitian. Deskripsi hasil validator dapat dilihat pada lampiran L-25 2. Berdasarkan hasil validasi instrumen bantu pedoman wawancara dapat disimpulkan sebagai berikut : a) Ketiga validator menyetujui bahwa dari aspek tujuan wawancara, urutan pertanyaan, dan objektivitas terlihat dengan jelas dan dapat digunakan untuk mengungkap kreativitas siswa. Ketiga validator tidak memberikan catatan revisi dengan kategori layak digunakan dalam penelitian. b) Ketiga validator menyetujui bahwa dari aspek bahasa dan konstruksi kalimat dapat digunakan untuk mengungkap kreativitas siswa. Ketiga

58

validator tidak memberikan catatan revisi dengan kategori layak digunakan dalam penelitian. Dari hasil validasi secara keseluruhan tiga validator menyetujui instrumen pedoman wawancara ini dapat digunakan untuk mengungkap kreativitas siswa dan valid sehingga layak digunakan dalam penelitian. B. Pemilihan Subjek Kegiatan pemilihan subjek dimulai dengan pemilihan kelas berdasarkan informasi dari guru mata pelajaran matematika. Kelas yang dipilih adalah kelas X6 dengan jumlah siswa sebanyak 32 siswa. Siswa pada kelas tersebut kemudian diberikan soal tes kemampuan matematika. Untuk menjamin kepercayaan data, soal tes diambil dari butir soal Ujian Nasional SMP 2010 yang telah memiliki validitas dan reliabilitas yang baik. Sehingga pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan matematika diharapkan benar-benar dapat menggambarkan

kelompok kemampuan matematika siswa tersebut. Teknik pemilihan subyek dilakukan dengan melihat skor tes kemampuan matematika siswa. Berdasarkan hasil tes kemampuan matematika diperoleh nilai terendah adalah 45 sedangkan nilai tertinggi adalah 80. Data nilai tersebut kemudian dibagi berdasarkan batasan nilai untuk kelompok yang pertama (kemampuan tinggi) dengan syarat x 80 , kelompok kedua (kemampuan sedang) dengan syarat 60 x 80 dan kelompok ketiga (kemampuan rendah) dengan syarat x 60 .

59

Hasil pengelompokan sesuai kriteria diperoleh 9 siswa berkemampuan rendah, 14 siswa berkemampuan sedang dan 8 siswa berkemampuan tinggi. Data pengelompokan siswa tercantum pada lampiran L-26. Hasil konfirmasi dengan guru matematika menunjukan bahwa data hasil tes dan pengelompokannya cukup sesuai namun ada beberapa siswa yang tidak sesuai dengan kelompok yang dibuat peneliti. Dari data tersebut diperoleh 3 subjek penelitian yang mewakili tiap tingkat kemampuan matematika yakni :No 1 2 3 Nama OD RA LS Nilai 45 60 80 Tingkat kemampuan Rendah Sedang Tinggi

Tabel 4.1, Data Subjek Penelitian

C. Kegiatan Penelitian Kegiatan penelitian dimulai dengan Tes kemampuan matematika. Tes kemampuan matematika dilaksanakan pada tanggal jumat 13 Mei 2011. Tes pemecahan masalah dilaksanakan pada Kamis, 19 Mei 2011 di ruang perpustakaan SMAN 1 Manyar yang diawasi oleh guru matematika, peneliti dan rekan peneliti. Data tes tertulis terdapat pada lampiran L-28 sampai L-32. Kegiatan wawancara terhadap ketiga subjek penelitian dilaksanakan pada :No 1. 2. 3. Nama subyek OD (kemampuan rendah) RA (kemampuan sedang) LS (kemampuan tinggi) Tanggal Wawancara 23 Mei 2011, 27 Mei 2011,10 juni 2011 24 Mei 2011, 27 Mei 2011,10 juni 2011 25 Mei 2011, 27 Mei 2011,11 juni 2011

Tabel 4.2, Jadwal Wawancara Subjek Penelitian

60

Transkrip wawancara terdapat pada lampiran L-33 sampai L-52. D. Pembahasan dan Analisis data Masalah matematikanya adalah :1. Sebuah bangun ruang memiliki volume 540 cm3. a. Gambarlah paling sedikit 2 bangun ruang yang volumenya sama dengan volume bangun ruang yang diketahui. b. Berdasarkan hasil pada butir a), tunjukkan beberapa cara yang berbeda untuk menemukan atau membuat bangun-bangun tersebut. 2. Perhatikan sistem persamaan linier berikut ini

2x x

y 17 y 5

a. Buatlah paling sedikit 2 sistem persamaan linier yang himpunan penyelesaiannya sama dengan himpunan penyelesaian sistem persamaan linier di atas. b. Berdasarkan hasil pada butir a), tunjukkan beberapa cara yang berbeda untuk mendapatkan atau membuat sistem persamaan linier tersebut.

61

1. Pembahasan dan Analisis Data OD (subjek 1 berkemampuan rendah) a) Pembahasan Masalah I Hasil tes tertulis :

Berdasarkan hasil tertulis subjek OD pada masalah I dapat dideskripsikan kreativitas yang ditampilkan sebagai berikut : 1) Aspek kefasihan. Berdasarkan hasil tertulis nampak bahwa OD menggambar dua balok dengan ukuran yang berbeda yakni 20 cm x 9 cm x 3 cm dan 27 cm x 5 cm x 4 cm namun memiliki volume yang sama dan bernilai benar sehingga OD memenuhi aspek kefasihan. Kemudian dilakukan

62

wawancara untuk mengetahui apakah OD mampu memahami masalah dengan baik. Berikut petikan wawancaranya : P : kamu paham soal ini? khususnya bagian a? OD : (membaca sebentar) disuruh buat bangun satu bangun ruang yang sebangun, bentuknya sama. P : perhatikan lagi soalnya, gambarlah paling sedikit dua buah bangun yang yang memiliki volume sama dengan volume bangun yang diketahui OD : oo iya.saya salah (nampak sedikit kaget) P : pemahaman kamu awalnya apa? OD : 2 bangun bentuknya sama namun ukuran berbeda dan memiliki volume sama. P : sekarang apa yang kamu pahami? OD : dua bangun itu tidak harus sama P : berarti bangun ruang apa aja bisa kan? OD : iya. P : oke..sekarang misalkan saya minta kamu buat 2 bangun ruang, tidak usah dipikirkan ukurannya, kita anggap saja bangun yang dibuat 3 memiliki volume 540 cm OD : (subjek menggambar sebuah prisma dan limas).sudah.

P: bisa menentukan ukurannya? OD Bisa (subjek kemudian mencari ukuran bangun dengan memanfaatkan : volum yang diketahui dan menggunakan rumus kedua bangun tersebut)

. P okeyang kamu gambar sebuah prisma dan limas, pernah berpikir ga : bangun lain selain bangun ini? OD pernah : P apa aja : OD tabung dll :

Hasil wawancara menunjukan pemahaman yang berbeda dari OD akan masalah yang diberikan. OD memahami perintah pada masalah yakni diminta untuk membuat bangun yang sebangun. OD menyadari

63

kekeliruannya dalam memahami masalah yang diberikan dan ketika diminta menyelesaikan sesuai yang dipahaminya sekarang, OD mampu menggambar dua buah bangun yakni limas dan prisma. Berdasarkan hasil triangulasi metode (tertulis dan wawancara) maka dapat disimpulkan OD memenuhi aspek kefasihan. 2) Aspek kebaruan. Berdasarkan hasil tertulis nampak bahwa OD tidak memenuhi aspek kebaruan. Ketika diminta menggambarkan bangun ruang yang sesuai dengan maksud soal tanpa memikirkan ukuran dari bangun ruang tersebut, OD menggambar dua bangun yang sudah lazim diketahui atau didapat disekolah yakni prisma dengan alas berbentuk segitiga,panjang sisi alas segitiga 20 cm dan tinggi 9 cm serta tinggi prisma 3 cm dan limas dengan alas berbentuk segitiga, panjang sisi alas 18 cm dan tinggi 20 cm serta tinggi limas 9 cm. Namun pada kesempatan berikut OD menggambar sebuah prisma dengan alas berbentuk bintang. OD awalnya tidak mampu membuat bangun lain yang unik atau kombinasi dari dua bangun dikarenakan OD terikat pada pertanyaan bagian b) yang meminta menunjukan cara yang berbeda dalam membuat bangun ruang. Hal ini terlihat dalam petikan wawancara berikut :

64

P : pertanyaan bagian a ini sulit? OD : tidak terus mengapa tidak paham soalnya? Apa kalimat soalnya kurang P : jelas? tidak, saya lihat bagian b nya, kalo saya gambar bangun yang OD : bentuknya unik nanti tunjukan cara yang berbeda saya susah mendapatkannya . sekarang saya berikan kamu waktu untuk menggambar sebuah bangun P : seperti suruhan sebelumnya (mulai menggambar)(subjek menggambar sebuah prisma dengan OD : alas berbentuk bintang) P : apa yang kamu gambar? OD : bentuk prisma dengan alasnya berbentuk bintang P : oke..bangun ini pernah didapat disekolah? OD : belum pernah

3) Aspek fleksibilitas. Berdasarkan hasil tertulis nampak bahwa OD tidak memenuhi aspek fleksibilitas. OD menampilkan dua cara dalam membentuk bangun ruang yang diminta namun kedua cara tersebut relatif sama yakni dengan cara membagi volumenya menjadi 3 bilangan. Berdasarkan hasil tertulis maka dilakukan wawancara mendalam yang ditunjukan dalam petikan wawancara berikut :.. P : hasil pekerjaan kamu ada 2 cara, bisa dijelaskan? OD : (sambil menunjuk pekerjaannya) caranya dengan membagi 540 dengan 3 bilangan sehingga menjadi 1 P : kenapa seperti itu? OD : kan rumusnya panjang x lebar x tinggi. Jadi 540 kita bagi dengan bilangan yang gampang-gampang aja seperti 3, 9 dan 20 P : bagaimana kamu mengerjakannya? OD : ya dibagi biasa aja.(subjek kemudian menunjukkan cara membaginya) 540 bagi 3 didapat 180 trus 180 bagi 9 dapat 20 sehingga diperoleh ukurannya 3 x 9 x 20 P : kemudian cara yang kedua? OD : dengan mengganti faktor-faktornya P : bagimana penjelasannya? OD : ini kan 20. (mulai menuliskan perhitungannya) 20 itu bisa difaktorkan menjadi 10 dan 2 kemudian 9 dan 3 dikalikan diperoleh 27 dengan demikian ukurannya 10 x 2 x 27 P : berarti bisa juga 4 x 5 x 27 atau lainnya? intinya bergantung pada rumus v = p x l x t? OD : Iya (sambil tersenyum)

65

P OD P OD P OD P OD P

menurut kamu dua cara yang kamu tulis ini sama ga? (berpikir sebentar) sebenarnya sama tinggal dijabarkan aja. tidak memikirkan cara lain? tidak sulit ya menyelesaikan soal ini? sulitnya hanya yang dipatok pada rumusnya selain rumus ga tau ya? iya selama ini hanya taunya rumus. oke..misalkan saya gambar sebuah balok yang ukurannya seperti yang kamu dapatkan yakni 20 x 9 x 3, (peneliti menggambar bangun yang dimaksud) kemudian sekarang saya minta kamu buat bangun lain menggunakan balok ini OD : (melihat sebentar pada gambarnya) ga bisa P : ga bisa ya? OD : Iya ga bisa ..

: : : : : : : : :

Hasil wawancara menunjukan bahwa cara yang digunakan OD dalam menyelesaikan soal adalah dengan menggunakan rumus volume bangun ruang. Kedua cara yang relatif sama ini yakni dengan cara membagi volume bangun yang diketahui dengan salah satu bilangan kemudian mendapatkan bilangan-bilangan yang lain sehingga didapat bilangan yang merepresentasikan ukuran panjang, lebar dan tinggi dari balok. Ketika diminta membuat bangun lain dari balok yang diberikan, OD tidak mampu membuat membuatnya. Hal ini karena OD selalu berpatokan pada rumus volum bangun ruang sehingga cara yang dipikirkan dan diketahui adalah dengan rumus bangun ruang yang digambarkan. Hal ini ditemukan dalam petikan wawancara berikut :. P : sulit ya menyelesaikan soal ini? OD : sulitnya hanya yang dipatok pada rumusnya P : selain rumus ga tau ya OD : iya selama ini hanya taunya rumus

Hasil triangulasi metode (tertulis dan wawancara) menunjukan OD tidak memenuhi indikator fleksibilitas.

66

4) Aspek Keterincian Pada hasil tertulis, menunjukan cara yang digunakan OD dalam membentuk bangun dengan membagi volume bangun ruang yang diketahui yakni 540 cm3 dengan tiga bilangan sehingga hasilnya adalah 1. Konsep yang digunakan adalah pembagian dan perkalian yang telah dijelaskan dengan rinci saat wawancara pada poin 3 aspek fleksibilitas. OD menggunakan rumus volume balok dalam

pembentukan bangun ruang yang dapat dijelaskan dengan baik seperti petikan wawancara berikut :. P : kamu menggunakan rumus volume balok dalam menggambar bangunnya, bagaimana rumus volume balok? OD : volume balok = p x l x t P : oke baik..jika sebuah balok diketahui volumenya serta panjang salah satu rusuknya, bagaimana cara mencari panjang rusuk yang lain? OD : ya menggunakan caraku sebelumnya yakni dengan membagi volumenya dengan rusuk yang telah diketahui kemudian hasil pembagiannya dibagi dengan bilangan yang sederhana sehingga didapat 2 bilangan yang lain.

Dengan demikian dapat disimpulkan OD memenuhi indikator keterincian. Salah satu faktor kesulitan OD dalam memecahkan masalah ini adalah dengan tidak mengecek kembali jawaban yang telah dibuatnya dengan pertanyaan yang ada pada lembar tugas. OD berkeyakinan akan jawaban yang sudah dibuatnya telah memenuhi permintaan dari masalah yang. Hal ini ditunjukan dalam petikan wawancara berikut :. P : apakah setelah mengerjakan soal ini kamu kembali mengecek jawabanya apa sesuai dengan pertanyaannya atau tidak OD : tidak.

67

P : jadi setelah selesai ga memeriksa kembali? OD : iya P : apa kamu yakin penyelesaianmu benar? OD : yakin ga yakin (sambil tertawa)

b)

Analisis Data Masalah I Hasil tertulis dan wawancara memberikan gambaran bahwa aktivitas kreatif siswa tidak selalu nampak dalam kegiatan tertulis dan baru terungkap pada kegiatan wawancara. Keadaan ini disebabkan subjek terpaku pada penyelesaian standar yang ia pahami dan pengalaman belajar yang kurang didukung dengan kegiatan yang melatih kreativitas. Sebagai gambaran yang ditemukan dalam kegiatan memecahkan masalah I adalah subjek hanya menggambar bangun-bangun yang biasa ditemukan dalam kegiatan di kelas, cara-cara yang digunakannya juga hanya berpedoman pada rumus yang diketahuinya. Deskripsi aktivitas kreatif siswa dan karakteristik lain yang ditemukan dapat ditulis sebagai berikut : 1. Subjek dapat menggambar beberapa bangun yang berbeda dan bangun yang sama namun memiliki ukuran yang berbeda. 2. Subjek kurang memahami masalah pada kegiatan tertulis, hal ini karena tidak membaca masalah berulang kali. 3. Bangun yang digambar pada kegiatan tertulis adalah bangun yang sederhana atau yang sering ditemui dalam kegiatan belajar dikelas. 4. Subjek sebenarnya mampu membuat bangun ruang lain yang unik namun terkendala pada menentukan ukuran-ukurannya. Pada kegiatan

68

wawancara subjek menyajikan bangun yang unik namun tanpa ukuran. 5. Cara yang digunakan subjek untuk menentukan bangun lain hanya berdasarkan rumus volum yang diketahui. Pemeriksaan keabsahan data menggunakan triangulasi metode yakni membandingkan metode tertulis dan wawancara. Aktivitas kreatif subjek lebih banyak diketahui saat kegiatan wawancara yang menunjukan kreativitas sesungguhnya dari subjek tersebut. Data hasil triangulasi ini adalah data yang valid tentang kreativitas subjek OD. Rangkuman kreativitas OD untuk masalah pertama dapat sajikan sebagai berikut :No 1. Indikator Kefasihan Keterangan Memenuhi Deskripsi Berdasarkan hasil tertulis OD mampu menggambar 2 buah balok dengan ukuran yang berbeda serta bernilai benar dan setelah ditriangulasi, OD mampu membuat beberapa bangun ruang lain yakni limas dan prisma. Berdasarkan hasil tertulis dan wawancara OD dapat menggambar bangun yang unik yakni prisma dengan alas berbentuk bintang pada kegiatan wawancara. Berdasarkan hasil tertulis dan wawancara, OD hanya dapat menunjukan satu cara dalam membentuk bangun ruang yakni memanfaatkan volume bangun ruang yang dibuatnya. Berdasarkan hasil tertulis dan wawancara, OD dapat menjelaskan dengan rinci penggunaan rumus volume balok dalam membentuk bangun ruang.

2.

Kebaruan

Memenuhi

3.

Fleksibilitas

Tidak memenuhi

4.

Keterincian

Memenuhi

Tabel 4.3. Rangkuman kreativitas subjek 1 untuk masalah pertama

69

c) Pembahasan Masalah 2 Hasil tes tertulis :

Berdasarkan hasil tertulis subjek OD pada masalah I ini dapat dideskripsikan kreativitas yang ditampilkan sebagai berikut : 1) Aspek kefasihan. Berdasarkan hasil tertulis nampak bahwa OD memahami masalah dengan baik dan tidak menemukan kesulitan dalam membuat sistem persamaan linier lain yang penyelesaiannya sama dengan sistem persamaan linier yang diberikan. OD mampu membuat 2 buah sistem persamaan linier yang berbeda dan bernilai benar sehingga OD memenuhi indikator kefasihan. Dua buah sistem persamaan linier ini memiliki koefisien-koefisien bilangan bulat.

70

2) Aspek kebaruan. Berdasarkan hasil tertulis nampak bahwa OD tidak memenuhi indikator kebaruan. OD membuat sistem persamaan linier dengan koefisien bilangan bulat. Untuk lebih mendalami apakah OD mampu membuat sistem persamaan linier dengan koefisien selain bilangan bulat maka dilakukan wawancara. Hasil petikan wawancaranya sebagai berikut :. P : nah disini kamu buat dua buah sistem persamaan linier OD : iya P : pernah berpikir ga kalo koefisiennya selain bilangan bulat? OD : iya misalnya pecahan P : kenapa tidak mau dituliskan? OD : ga mau sulit (tersenyum) P : bisa kamu membuatnya? OD : bisa (OD kemudian membuat sis