terhadap gerak motorik mencit swiss …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel...

13
PENGARUH AIR REBUSAN DAUN SUPIT KIJANG (Tetracera indica) TERHADAP GERAK MOTORIK MENCIT Swiss webster JANTAN Oleh Regina 1 , Zico Fakhrur Rozi, M.Pd.Si. 2 , Dian Samitra, M.Pd.Si. 3 Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA STKIP-PGRI Lubuklinggau Email: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian air rebusan daun supit kijang terhadap gerak mencit Swiss webster jantan. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 5 pengulangan. Hewan percobaan adalah mencit Swiss webster jantan yang dibagi menjadi 5 kelompok yaitu P0 kontrol negatif (aquadest), P1 (2 gram supit kijang), P2 (5 gram daun supit kijang), P3 (10 gram daun supit kijang) dan P4 (14 gram ekstra joss blend). Perlakuan dilakukan dengan metode gavage, pemberian air rebusan supit kijang selama 7 hari berturut- turut yang dilakukan pada pagi hari. Penghitungan gerak motorik dilakukan dengan melakukan serangkaian pengujian dengan masing-masing 3 kali pengulangan, yang terdiri dari uji menghindari jurang, uji bidang miring, uji bergelantung dan uji berenang. Berdasarkan uji Kruskall Wallis menunjukkan bahwa air rebusan daun supit kijang tidak berpengaruh signifikan terhadap gerak motorik mencit Swiss webster jantan. Kata kunci: air rebusan, supit kijang, gerak motorik mencit PENDAHULUAN Keanekaragaman hayati di Indonesia sangat tinggi baik flora maupun faunanya, sebagai negara tropis Indonesia memiliki beraneka ragam tumbuhan yang banyak dimanfaatkan manusia untuk beberapa kepentingan. Sejak zaman dahulu, masyarakat Indonesia kerap kali memanfaatkan tanaman yang ada di hutan untuk dijadikan ramuan obat-obatan tradisional. Pemanfaatan tanaman obat tersebut 78% masih diperoleh melalui pengambilan langsung di hutan (Nugroho, 2010:78). Sejak ribuan tahun yang lalu, obat dan pengobatan tradisional sudah ada di Indonesia, jauh sebelum pelayanan kesehatan formal dengan obat-obatan modernya dikenal masyarakat (Wijayanti 2008:1). Pengetahuan masyarakat

Upload: others

Post on 14-Jan-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TERHADAP GERAK MOTORIK MENCIT Swiss …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL REGINA.pdfPENGARUH AIR REBUSAN DAUN SUPIT KIJANG (Tetracera indica) TERHADAP GERAK MOTORIK MENCIT

PENGARUH AIR REBUSAN DAUN SUPIT KIJANG (Tetracera indica)

TERHADAP GERAK MOTORIK MENCIT Swiss webster JANTAN

Oleh

Regina1, Zico Fakhrur Rozi, M.Pd.Si.2, Dian Samitra, M.Pd.Si.3

Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA STKIP-PGRI

Lubuklinggau

Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian air rebusan daun supit

kijang terhadap gerak mencit Swiss webster jantan. Jenis penelitian ini adalah

penelitian eksperimen dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 5 pengulangan. Hewan percobaan adalah

mencit Swiss webster jantan yang dibagi menjadi 5 kelompok yaitu P0 kontrol

negatif (aquadest), P1 (2 gram supit kijang), P2 (5 gram daun supit kijang), P3 (10

gram daun supit kijang) dan P4 (14 gram ekstra joss blend). Perlakuan dilakukan

dengan metode gavage, pemberian air rebusan supit kijang selama 7 hari berturut-

turut yang dilakukan pada pagi hari. Penghitungan gerak motorik dilakukan

dengan melakukan serangkaian pengujian dengan masing-masing 3 kali

pengulangan, yang terdiri dari uji menghindari jurang, uji bidang miring, uji

bergelantung dan uji berenang. Berdasarkan uji Kruskall Wallis menunjukkan

bahwa air rebusan daun supit kijang tidak berpengaruh signifikan terhadap gerak

motorik mencit Swiss webster jantan.

Kata kunci: air rebusan, supit kijang, gerak motorik mencit

PENDAHULUAN

Keanekaragaman hayati di Indonesia sangat tinggi baik flora maupun

faunanya, sebagai negara tropis Indonesia memiliki beraneka ragam tumbuhan

yang banyak dimanfaatkan manusia untuk beberapa kepentingan. Sejak zaman

dahulu, masyarakat Indonesia kerap kali memanfaatkan tanaman yang ada di

hutan untuk dijadikan ramuan obat-obatan tradisional. Pemanfaatan tanaman obat

tersebut 78% masih diperoleh melalui pengambilan langsung di hutan (Nugroho,

2010:78).

Sejak ribuan tahun yang lalu, obat dan pengobatan tradisional sudah ada di

Indonesia, jauh sebelum pelayanan kesehatan formal dengan obat-obatan

modernya dikenal masyarakat (Wijayanti 2008:1). Pengetahuan masyarakat

Page 2: TERHADAP GERAK MOTORIK MENCIT Swiss …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL REGINA.pdfPENGARUH AIR REBUSAN DAUN SUPIT KIJANG (Tetracera indica) TERHADAP GERAK MOTORIK MENCIT

mengenai tanaman obat adalah hasil warisan turun-temurun oleh nenek moyang

mereka. Selain murah dan mudah didapat, obat tradisional yang berasal dari

tumbuhan pun memiliki efek samping yang jauh lebih rendah tingkat bahayanya

dibandingkan obat-obatan kimia (Fauziah, 2005:95).

Penggunaan tumbuhan alam yang berkhasiat sebagai obat tradisional

merupakan suatu keahlian yang sudah jarang dijumpai saat ini, bahkan pada

beberapa tempat hanya menjadi sebuah kearifan oleh masyarakat setempat. Di

kecamatan Muara Kelingi, Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan

terdapat tumbuhan yang biasa dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk obat.

Masyarakat setempat menyebut tanaman tersebut dengan nama supit kijang.

Tanaman supit kijang banyak mengandung senyawa kimia, salah satunya adalah

senyawa flavonoid. Senyawa flavonoid mempunyai aktivitas antioksidan yang

kuat dan merupakan pendonor hidrogen yang sangat baik (Prakash dan Gupta,

2009:20-35). Oleh sebab itu, masyarakat memanfaatkan tanaman supit kijang

sebagai obat tradisional. Untuk melihat apakah daun supit kijang juga

berpengaruh atau tidak terhadap aktivitas motorik maka penelitian ini dilakukan.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Air Rebusan Daun Supit Kijang (Tetracera

indica) Terhadap Gerak Motorik Mencit Swiss webster Jantan”.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang bertujuan untuk

mengetahui pengaruh air rebusan daun supit kijang terhadap gerak motorik mencit

Swiss webster jantan. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode Rancang Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 5

pengulangan.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2017 bertempat di

laboratorium Biologi STKIP-PGRI Lubuklinggau.

Page 3: TERHADAP GERAK MOTORIK MENCIT Swiss …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL REGINA.pdfPENGARUH AIR REBUSAN DAUN SUPIT KIJANG (Tetracera indica) TERHADAP GERAK MOTORIK MENCIT

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan untuk penelitian ini antara lain, yaitu; kandang mencit,

nampan sekam padi, botol minuman, timbangan, kamera, stopwatch, panci, tali,

alat gavage, ember, meja, dan bidang miring. Sedangkan bahan-bahan yang akan

digunakan antara lain, yaitu; daun supit kijang, mencit jantan, extra joss blend,

pakan mencit dan aquades.

Cara Kerja Penelitian

1. Penyediaan Mencit Swiss webster Jantan

Mencit Swiss webster jantan diperoleh dari peternak mencit yang berada di

kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan. Mencit yang sudah tersedia kemudian

diletakkan satu persatu kedalam kandang, dimana setiap kandang terdiri dari satu

ekor mencit.

2. Penyediaan Air Rebusan

Ambil daun supit kijang yang berada pada baris ke-4 sampai baris ke-6.

Setelah itu daun ditimbang, yang terdiri dari 2 gr, 5 gr, dan 10 gr. Kemudian daun

direbus dengan air 600 mL, biarkan air rebusan sampai menyusut menjadi 50 mL.

3. Konversi Dosis

Belum ada literatur yang menyatakan jumlah persentase dosis efektif

flavonoid penggunaan air rebusan daun supit kijang. Berdasarkan hal tersebut

dosis yang digunakan pada penelitian ini adalah 2 gr, 5 gr dan 10 gr, sehingga

dapat dikonversikan sebagai berikut:

a) Dosis untuk 2 gr supit kijang 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛

2 𝑔𝑟 x Jumlah air (ml)

b) Dosis untuk 5 gr supit kijang 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛

5 𝑔𝑟 x Jumlah air (ml)

c) Dosis untuk 10 gr supit kijang 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛

10𝑔𝑟 x Jumlah air (ml)

4. Pengelompokkan Hewan Uji

Dalam penelitian ini hewan yang diberi perlakuan adalah mencit jantan

berumur 8-10 minggu dengan berat antara 20-30 gr. Mencit di kelompokkan

Page 4: TERHADAP GERAK MOTORIK MENCIT Swiss …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL REGINA.pdfPENGARUH AIR REBUSAN DAUN SUPIT KIJANG (Tetracera indica) TERHADAP GERAK MOTORIK MENCIT

secara acak menjadi 5 kelompok dengan masing-masing kelompok 5 kali

pengulangan.

5. Pemberian Perlakuan

Perlakuan dilakukan pada pagi hari dengan metode gavage selama 1

minggu. Sebelum pemberian perlakuan, mencit terlebih dahulu ditimbang untuk

menentukan jumlah dosis yang akan diberikan kepada mencit.

6. Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan setelah 1 minggu pada sore harinya sekitar

pukul 17.30 WIB. Sebelum melakukan pengambilan data di sore hari, pagi

harinya mencit Swiss webster harus diberikan air rebusan supit kijang sesuai dosis

yang telah ditentukan. Berikut ini adalah beberapa data yang diambil dalam

penelitian ini, diantaranya sebagai berikut:

1) Uji Kemampuan Refleks Menghindari Jurang (Cliff Avoidance Reflex)

Siapkan meja dengan ketinggian tertentu, letakkan mencit dengan posisi

ujung jari kaki, depan dan mulut sejajar dengan tepi meja, tahan sebentar

kemudian lepas, catat waktu yang diperlukan mencit untuk memutar badannya

menjauhi meja/tepi meja, lakukan uji ini sebanyak 3 kali berturut-turut, hitung

rata-rata waktunya.

2) Refleks Geotaksis Negatif (Negative Geotaxis Reflex)

Mencit yang akan di uji diletakkan pada suatu tempat/bidang miring dengan

sudut kemiringan 25%, kemudian amati reaksi mencit dan cocokkan dengan skor :

a) Skor 0 : mencit tidak dapat menahan berat tubuhnya dan menukik turun ke

bagian dasar tempat miring.

b) Skor 1 : mencit diam saja di posisinya.

c) Skor 2: mencit berhasil menahan berat tubuhnya dan memutar posisi

tubuhnya.

3) Lokomosi Berenang

Isi akuarium dengan air hingga ketinggian air sekitar 6-7 cm, jatuhkan

mencit di sisi ujung akuarium, biarkan mencit berenang selama mungkin.

Lakukan uji ini 3 kali berturut-turut, hitung rata-rata waktunya.

4) Lokomosi Bergelantung

Page 5: TERHADAP GERAK MOTORIK MENCIT Swiss …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL REGINA.pdfPENGARUH AIR REBUSAN DAUN SUPIT KIJANG (Tetracera indica) TERHADAP GERAK MOTORIK MENCIT

Ikat tali pada ketinggian 1 meter, letakkan kedua kaki depan mencit pada

tali. Kemudian lepaskan mencit secara perlahan. Catat berapa lama waktu mencit

dapat bergelantung. Ulangi sebanyak 3 kali dan hitung rata-ratanya.

ANALISIS DATA

Data yang diperoleh dalam penelitian ini, selanjutnya akan diuji dengan

perhitungan uji Normalitas, perhitungan uji Homogenitas dan perhitungan uji

Kruskall Wallis.

HASIL

Berikut ini merupakan rata-rata hasil pengamatan terhadap gerak motorik

mencit Swiss webster jantan yang dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1

Rata-rata Hasil Pengamatan Gerak Motorik

Kelompok

Perlakuan

Rata-rata

Menghindari

Jurang

(Detik) ± SD

Bidang Miring

(Skor) ± SD

Bergelantung

(Detik) ± SD

Berenang

(Detik) ±

SD

P0 (-) 10 ± 4,2 1 ± 0,5 14 ± 15,1 29 ± 9,4

P1 (2 gr) 6 ± 2,8 2 ± 0,5 14 ± 10,4 26 ± 19,8

P2 (5 gr) 3 ± 0,0 2 ± 0,5 10 ± 3,9 18 ± 2,6

P3 (10 gr) 6 ± 3,9 2 ± 0,4 9 ± 8,6 27 ± 22,7

P4 (+) 2 ± 1,1 2 ± 0,0 23 ± 17,7 38 ± 11,2

1. Uji Kemampuan Refleks Menghindari Jurang

Hasil pengamatan antara perlakuan P0, P1, P2, P3 dan P4 menunjukan data

tidak normal ketika diuji Normalitas dengan uji Liliefors dimana dalam

perhitungan Liliefors menghasilkan Lo > Ltabel (0,2589 > 0,173). Hal tersebut

menyatakan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, maka data disimpulkan

berdistribusi tidak normal terlihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2

Ringkasan Normalitas Kemampuan Refleks Menghindari Jurang

Jumlah n Α L0 Ltabel

25 0,05 0,2589 0,173

Page 6: TERHADAP GERAK MOTORIK MENCIT Swiss …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL REGINA.pdfPENGARUH AIR REBUSAN DAUN SUPIT KIJANG (Tetracera indica) TERHADAP GERAK MOTORIK MENCIT

Hasil perhitungan data sistem motorik menghindari jurang pada mencit

jantan melalui uji homogenitas menggunakan uji F (Fishers) menghasilkan Fhitung

> Ftabel (17,75 > 6,39), sehingga disimpulkan bahwa data berdistribusi tidak

homogen dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3

Ringkasan Homogen Kemampuan Refleks Menghindari Jurang

Db X2hitung X2

tabel

4 17,75

17,75

6,39 5%

15,98 1%

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa Hhitung < Htabel (1,6154 < 9,49) ,

sehingga dapat disimpulkan data yang diperoleh tidak berpengaruh signifikan

secara analisis statistik berdasarkan uji Kruskall Wallis yang dapat dilihat pada

tabel 4.4.

Tabel 4.4

Ringkasan Kruskall Wallis Kemampuan Refleks Menghindari Jurang

N Hhitung Htabel

4 1,6154 9,49

2. Uji Refleks Geotaksis Negatif (Uji Bidang Miring)

Hasil pengamatan antara perlakuan P0, P1, P2, P3 dan P4 menunjukan data

tidak normal ketika diuji Normalitas dengan uji Liliefors. Hasil perhitungan

Liliefors menunjukkan Lo > Ltabel (0,2451 > 0,173), maka data disimpulkan

berdistribusi tidak normal terlihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5

Ringkasan Normalitas Refleks Bidang Miring

Jumlah n Α L0 Ltabel

25 0.05 0,2451 0,173

Hasil perhitungan data sistem motorik uji bidang miring pada mencit jantan

melalui uji homogenitas menggunakan uji F (Fishers) menghasilkan Fhitung > Ftabel

(0,3 > 6,39). Dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi homogen. Dapat dilihat

pada tabel 4.6.

Page 7: TERHADAP GERAK MOTORIK MENCIT Swiss …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL REGINA.pdfPENGARUH AIR REBUSAN DAUN SUPIT KIJANG (Tetracera indica) TERHADAP GERAK MOTORIK MENCIT

Tabel 4.6

Ringkasan Homogen Refleks Bidang miring

Db X2hitung X2

tabel

4 0,3

0,3

6,39 5%

15,98 1%

Data yang diperoleh menunjukkan bahwa Hhitung < Htabel (0,6923 < 9,49)

sehingga dapat disimpulkan data yang diperoleh tidak berpengaruh signifikan

secara analisis statistik berdasarkan uji Kruskall Wallis yang dapat dilihat pada

tabel 4.7.

Tabel 4.7

Ringkasan Kruskall Wallis Refleks Bidang Miring

N Hhitung Htabel

4 0,6923 9,49

3. Lokomosi Bergelantung

Adapun data hasil perhitungan pengaruh air rebusan daun supit kijang

terhadap gerak motorik mencit jantan pada uji bergelantung menunjukan data

tidak normal ketika diuji Normalitas dengan uji Liliefors dimana dalam

perhitungan Liliefors menghasilkan Lo > Ltabel (-0,2129< 0,173). Dapat

disimpulkan bahwa data berdistribusi tidak normal. Dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8

Ringkasan Normalitas Lokomosi Bergelantung

Jumlah n Α L0 Ltabel

25 0,05 0,2129 0,173

Pada uji homogenitas menggunakan uji F (Fishers) menghasilkan Fhitung >

Ftabel (20,4> 6,39). Oleh karena Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi tidak homogen. Dapat dilihat pada

tabel 4.9.

Tabel 4.9

Ringkasan Homogen Lokomosi Bergelantung

Db X2hitung X2

tabel

4 20,4

20,4

6,39 5%

15,98 1%

Page 8: TERHADAP GERAK MOTORIK MENCIT Swiss …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL REGINA.pdfPENGARUH AIR REBUSAN DAUN SUPIT KIJANG (Tetracera indica) TERHADAP GERAK MOTORIK MENCIT

Data pengamatan pengaruh air rebusan daun supit kijang antara kelompok

perlakuan P0, P1, P2, P3, dan P4 menunjukkan bahwa Hhitung < Htabel (6,5557 <

9,49), sehingga dapat disimpulkan data yang diperoleh tidak berpengaruh

signifikan secara analisis statistik berdasarkan uji Kruskall Wallis yang dapat

dilihat pada tabel 4.10.

Tabel 4.10

Ringkasan Kruskall Wallis Lokomosi Bergelantung

N Hhitung Htabel

4 6,5557 9,49

4. Lokomosi Berenang

Data hasil pengamatan antara P0, P1, P2, P3 dan P4 menunjukkan data yang

tidak normal ketika di uji dengan uji normalitas dengan menggunakan uji Liliefors

dimana dalam perhitungan tersebut memperlihatkan L0>Ltabel (0,2114>0,173).

Hal tersebut menyatakan bahwa H0 ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa data

berdistribusi tidak normal sebagaimana terlihat pada tabel 4.11.

Tabel 4.11

Ringkasan Normalitas Lokomosi Berenang

Jumlah n Α L0 Ltabel

25 0,05 0,2114 0,173

Hasil perhitungan data uji bergelantung melalui uji homogenitas

menggunakan uji F (Fishers) menghasilkan Fhitung > Ftabel (76,14> 6,39). Oleh

karena Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa

data berdistribusi tidak homogen. Dapat dilihat pada tabel 4.12.

Tabel 4.12

Ringkasan Homogen Lokomosi Berenang

Db X2hitung X2

tabel

4 76,14

76,14

6,39 5%

15,98 1%

Data pengamatan pengaruh air rebusan daun supit kijang terhadap gerak

motorik uji berenang pada mencit jantan antara kelompok perlakuan P0, P1, P2,

P3, dan P4 menunjukkan Hhitung < Htabel (8,7138 < 9,49), sehingga dapat

Page 9: TERHADAP GERAK MOTORIK MENCIT Swiss …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL REGINA.pdfPENGARUH AIR REBUSAN DAUN SUPIT KIJANG (Tetracera indica) TERHADAP GERAK MOTORIK MENCIT

disimpulkan data yang diperoleh tidak berpengaruh signifikan secara analisis

statistik berdasarkan uji Kruskall Wallis yang dapat dilihat pada tabel 4.13.

Tabel 4.13

Ringkasan Kruskall Wallis Lokomosi Berenang

N Hhitung Htabel

4 8,7138 9,49

PEMBAHASAN

Senyawa kimia yang terkandung dalam air rebusan daun supit kijang

merupakan hasil metabolisme berupa metabolit primer dan sekunder. Ahli kimia

menyatakan bahwa senyawa kimia dari tumbuhan yang berkaitan dengan

metabolit sekunder saja yang pada umumnya senyawa bioaktif seperti alkaloid,

flavonoid, steroid (sikloartenol pada tumbuhan), terpenoid, saponin, dan tanin

(Rizal, 2011:43). Secara umum fungsi dari alkaloid adalah sebagai racun, steroid

sebagai hormon, flavonoid sebagai antioksidan, terpenoid dapat digunakan

sebagai antiseptic dan untuk penyakit diabetes, saponin berperan menghasilkan

rasa pahit.

1. Uji Kemampuan Refleks Menghindari Jurang

Hasil analisis statistik penelitian dengan uji Kruskall Wallis menyatakan

bahwa tidak ada pengaruh air rebusan daun supit kijang (Tetracera indica)

terhadap gerak motorik menghindari jurang. Hal tersebut dibuktikan dengan tidak

adanya pergerakan yang abnormal terhadap mencit jantan saat dilakukan uji

menghindari jurang dengan 3 kali pengulangan pada masing-masing mencit.

Hasil penelitian uji menghindari jurang menunjukan bahwa persentase gerak

motorik tercepat mencapai 2 pada perlakuan P4 dengan suplemen Ekstra Joss.

Selanjutnya tercepat kedua mencapai 3 pada perlakuan P2 dengan 5 gram supit

kijang. Kemudian tercepat ketiga dan keempat mencapai 6 pada perlakuan P1 dan

P3 dengan dosis daun supit kijang 2 dan 10 gram. Sedangkan pergerakan paling

lambat mencapai 10 pada perlakuan P0 tanpa dosis daun supit kijang dan Ekstra

Joss.

Dari uraian diatas disimpulkan bahwa air rebusan daun supit kijang yang

mengandung flavonoid akan meningkatkan c-AMP pada mencit jantan untuk

Page 10: TERHADAP GERAK MOTORIK MENCIT Swiss …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL REGINA.pdfPENGARUH AIR REBUSAN DAUN SUPIT KIJANG (Tetracera indica) TERHADAP GERAK MOTORIK MENCIT

mempengaruhi kinerja motorik. Oleh sebab itu, pada penelitian ini tidak

menunjukkan pengaruh yang bermakna terhadap sistem gerak motorik

menghindari jurang pada mencit jantan. Dalam hal ini, senyawa flavonoid

mempunyai bioaktivitas stimulan yang dapat mempengaruhi aktivitas motorik

(Robinson, 1995:68). Flavonoid tersebut dapat meningkatkan c-AMP yang

menyebabkan semakin banyak impuls yang dikirimkan maka akan mempengaruhi

kinerja sistem gerak motorik. Namun, berdasarkan kemungkinan dosis yang

digunakan dalam penelitian ini tidak melebihi ambang batas yang tidak baik jika

digunakan sehingga tidak mempengaruhi gerak motorik pada mencit jantan.

2. Uji Refleks Geotaksis Negatif (Uji Bidang Miring)

Dari hasil analisis penelitian uji bidang miring menunjukan hasil yang tidak

signifikan pada perlakuan P0, P1, P2, P3 dan P4. Hasil penelitian menunjukan

bahwa persentase gerak motorik terendah mencapai 1 pada perlakuan P0 tanpa

dosis supit kijang dan obat Ekstra Joss. Sedangkan tertinggi mencapai 2 pada

perlakuan P1, P2, P3 dan P4 dengan dosis daun supit kijang dan Ekstra Joss.

Dari penelitan uji bidang miring diketahui bahwa air rebusan daun supit

kijang tidak berpengaruh terhadap gerak motorik mencit, yang mana ditunjukkan

dengan pergerakan normal pada refleks geotaksis negatif mencit jantan. Hal ini

dimungkinkan karena kandungan flavonoid yang bersifat antioksidan yang dapat

mengendalikan reaksi berantai radikal bebas dalam tubuh (Nababan, 2015:275).

Pada hasil penelitian bidang miring memang menunjukkan hasil yang kurang

signifikan. Akan tetapi dari data yang diperoleh juga memperlihatkan bahwa

dengan meningkatnya jumlah dosis yang diberikan maka semakin meningkat pula

pergerakan mencit menaiki papan dibandingkan perlakuan kontrol negatif.

3. Lokomosi Bergelantung

Berdasarkan hasil analisis penelitian uji bergelantung pada mencit

menunjukan hasil yang tidak signifikan pada perlakuan P0, P1, P2, P3 dan P4. Hasil

penelitian menunjukan bahwa persentase gerak motorik terendah mencapai 9 pada

perlakuan P3 (10 gram supit kijang). Terendah kedua mencapai 10 pada perlakuan

P2 (5 gram supit kijang). Terendah keempatmencapai 14 pada P0 (aquades) dan

Page 11: TERHADAP GERAK MOTORIK MENCIT Swiss …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL REGINA.pdfPENGARUH AIR REBUSAN DAUN SUPIT KIJANG (Tetracera indica) TERHADAP GERAK MOTORIK MENCIT

P2(2 gram supit kijang). Dan yang tertinggi mencapai 23 pada perlakuan P1 (extra

joss).

Dari penelitan uji bergelantung diketahui bahwa air rebusan daun supit

kijang tidak berpengaruh signifikan terhadap gerak motorik mencit yang ditandai

dengan pergerakan normal. Hal ini disebabkan karena kandungan flavonoid yang

terdapat dalam air rebusan daun supit kijang. Senyawa flavonoid yang bersifat

antioksidan mampu mengikat senyawa radikal bebas (toksis) dan mampu

mendetoksifikasi senyawa berbahaya serta mampu menghambat kerusakan

jaringan sistem motorik (Nababan, 2015:280). Hasil penelitian uji bergelantung

menunjukkan bahwa kelompok P4 (extra joss) sangat berpengaruh terhadap

ketahanan lamanya mencit bergelantung. Namun pada kelompok perlakuan

lainnya belum menunjukkan pengaruh yang signifikan.

4. Lokomosi Berenang

Berdasarkan hasil analisis penelitian uji berenang menunjukan hasil yang

tidak signifikan pada perlakuan P0, P1, P2, P3 dan P4. Hasil penelitian menunjukan

bahwa persentase gerak motorik tertinggi mencapai 18 pada perlakuan P2 (5 gram

supit kijang). Tertinggi kedua mencapai 26 pada perlakuan P1 (2 gram supit

kijang). Tertinggi ketiga mencapai 27 pada perlakuan P3(10 gram supit kijang).

Tertinggi keempatmencapai 29 pada perlakuan P0 tanpa dosis daun supit kijang

dan ekstra joss.. Dan yang paling tinggi mencapai 38 pada perlakuan P4 (ekstra

joss).

Dari uraian diatas diketahui bahwa air rebusan daun supit kijang tidak

berpengaruh signifikan terhadap motorik uji berenang terhadap mencit jantan. Hal

ini disebabkan karena kandungan flavonoid yang bersifat antioksidan sehingga

tidak berpengaruh terhadap motorik mencit (Nababan, 2015:283). Hasil penelitian

uji berenang menunjukkan bahwa kelompok P4 (14 gram extra joss) memiliki

kemampuan yang baik. Namun pada kelompok perlakuan lainnya tidak

menunjukkan pengaruh yang berarti, hal tersebut ditunjukkan dengan kemampuan

berenang yang masih normal. Namun, dari data yang diperoleh memperlihatkan

Page 12: TERHADAP GERAK MOTORIK MENCIT Swiss …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL REGINA.pdfPENGARUH AIR REBUSAN DAUN SUPIT KIJANG (Tetracera indica) TERHADAP GERAK MOTORIK MENCIT

semakin naik dosis yang diberikan maka semakin lama pula mencit dapat

bertahan berenang di permukaan air.

Dari semua pengamatan gerak motorik yang telah dilakukan menunjukkan

bahwa semua hewan uji tidak mengalami gangguan motorik yang ditandai dengan

pergerakan normal dari setiap kelompok hewan uji. Berdasarkan beberapa asumsi

tersebut dapat disimpulkan bahwa flavonoid baik apabila digunakan sebagai obat

dengan efek samping yang tidak terlalu berarti terhadap gerak motorik.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data penelitian mengenai pengaruh air rebusan

daun supit kijang (Tetracera indica) terhadap gerak motorik mencit yang telah

diuji menggunakan Uji Kruskall Wallis menyatakan bahwa air rebusan daun supit

kijang tidak pengaruh terhadap gerak motorik mencit Swiss webster jantan.

Namun, jika dilihat dari perbandingan rata-rata perlakuan P0, P1, P2, P3 dan P4,

yang paling tinggi adalah perlakuan P4 dan paling rendah adalah perlakuan P0.

SARAN

Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini yaitu:

1. Bagi Masyarakat

Pemanfaatan daun supit kijang (Tetracera indica) sebagai tanaman obat

tidak boleh terlalu berlebihan agar tidak menimbulkan gangguan pada gerak

motorik.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk penelitian selanjutnya perlu digunakan metode pengekstraksian daun

supit kijang (Tetracera indica) yang lebih baik agar kandungan zat dalam daun

supit kijang (Tetracera indica) dapat tersari dengan sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Fauziah, Muslihah. 2005. Tanaman Obat Keluarga. Jakarta: Penerbit Swadaya.

Page 13: TERHADAP GERAK MOTORIK MENCIT Swiss …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/ARTIKEL REGINA.pdfPENGARUH AIR REBUSAN DAUN SUPIT KIJANG (Tetracera indica) TERHADAP GERAK MOTORIK MENCIT

Nababan, Nova C. Dkk. 2015. Pengaruh Pemberian Ekstrak daun Honje Hutan

Etlingera hemisphaerica (Blume) R.M.Sm Terhadap Gejala Parkinsonisme

Pada Mencit Mus musculus L (1758) Swiss webster Yang Telah Disuntik

Paraquat. UNIB.

Nugroho, L.A. 2010. Lokakarya Nasional Tumbuhan Obat Indonesia. Apforgen

NewsLetter Edisi 2 Tahun 2010. http://www.forplan.or.id. Diakses 10 Nov

2016-11-15.

Prakash, D., dan Gupta, K.R. 2009. The Antioxidant Phytochemicals of

Nutraceutical Importance. The Open Nutraceuticals Journal 2 : 20-35.

Rizal, S. 2011. Metabolit Sekunder. http://www.kutipanbuku.com. Diakses 28

November 2017.

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi Edisi

Keempat. Bandung: ITB Press.

Wijayanti. 2008. Uji Aktivitas Mukolitik Infusa Daun Pare (Momordica charantia

L.) Pada Mukus Usus Sapi Secara In Vitro. Skripsi Fakultas Farmasi

UMS. Tidak diterbitkan.