televisi dan dakwah

40
BAB II TINJAUAN TENTANG DAKWAH DAN TELEVISI A. Ruang Lingkup Dakwah 1. Pengertian Dakwah Dalam menguraikan pengertian dakwah akan dikemukakan secara etimologi dan secara terminologi dari berbagai pendapat. Ditinjau dari segi etimologi (bahasa), dakwah berasal dari bahasa Arab. Yang berarti, panggilan, ajakan atau seruan. Dalam Ilmu Tata Bahasa Arab, kata dakwah berbentuk sebagai isim mashdar. Kata ini berasal dari fi’il (kata kerja) da’a yad’u, artinya memanggil, mengajak atau menyeru. 1 1 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al Ikhlas,1983), cet. ke-1, h. 17 9

Upload: danang

Post on 08-Aug-2015

66 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

dakwah via televisi

TRANSCRIPT

Page 1: televisi dan dakwah

BAB II

TINJAUAN TENTANG DAKWAH DAN TELEVISI

A. Ruang Lingkup Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Dalam menguraikan pengertian dakwah akan dikemukakan secara

etimologi dan secara terminologi dari berbagai pendapat.

Ditinjau dari segi etimologi (bahasa), dakwah berasal dari bahasa

Arab. Yang berarti, panggilan, ajakan atau seruan.

Dalam Ilmu Tata Bahasa Arab, kata dakwah berbentuk sebagai isim

mashdar. Kata ini berasal dari fi’il (kata kerja) da’a yad’u, artinya

memanggil, mengajak atau menyeru.1

Dalam literatur-literatur yang lain mengenai pengertian dakwah secara

etimologi dapat disimpulkan semuanya sama. “ditinjau dari segi bahasa

Da’wah berarti : panggilan, seruan, atau ajakan. Bentuk perkataan tersebut

dalam bahasa Arab disebut mashdar. Sedang bentuk kata kerja atau fi’ilnya

adalah da’a- yad’u yang berarti memanggil menyeru atau mengajak.2

1 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al Ikhlas,1983), cet. ke-1, h. 17

2 Abd. Rasyid Shaleh; Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), cet. ke-3, h. 7

9

Page 2: televisi dan dakwah

“Menurut pengertian bahasa, dakwah berarti seruan atau ajakan kepada

sesuatu.”3 “ Dakwah berarti mengajak atau mendorong kesuatu tujuan.”4

“Dakwah itu menyeru atau mengajak kepada sesuatu perkara, yakni mengajak

manusia kepada jalan Allah agar menerima dan menjadikan Dienul Islam

sebagai dasar dan pedoman hidupnya.”5

Jamaluddin Hasyib dalam suatu diskusi Wawacara dan Latihan Da’i

Pembangunan Menyongsong Matahari-2000 dalam makalahnya Strategi

Dakwah dalam Pembangunan Masyarakat menulis tentang pengertian dakwah

etimologi sebagai berikut :

Dakwah = menyeru

Dakwah = mengajak

Dakwah = memanggil

Dakwah = berdoa6

Menelusuri pengertian dakwah dari segi yang lain yaitu secara

terminologi, beraneka ragam pendapat para ulama.

3 H. Akib Suminto, Problematika Dakwah, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984), cet. ke-2 h. 53

4 Barmawi Umary, Azas-azas Ilmu Dakwah, (Solo: Ramadhani,1984), cet.ke-1, h. 52

5 Farid Ma’ruf Noor, Dinamika dan Akhlak Dakwah, (Surabaya: PT. Bina Ilmu,1981), h. 28

6 Jamaluddin Hasyib, Strategi Da’wah dalam Pembangunan Masyarakat”, Makalah Diskusi Wawasan dan Latihan Da’i Pembangunan Menyongsong Matahari, (Jakarta: 1990), h. 11. t.d.

10

Page 3: televisi dan dakwah

Menurut istilah, dakwah mempunyai bermacam-macam pengertian,

tergantung pada tujuan yang hendak dicapainya, dan cara menyampaikannya.

Dakwah dapat dikatakan sebagai suatu strategi penyampaian nilai-nilai

Islam pada umat manusia demi terwujudnya tata kehidupan yang imani dan

realitas hidup yang Islami.

Dakwah juga dikatakan sebagai agen mengubah manusia kearah

kehidupan yang lebih baik.

Farid Ma’ruf Noor dalam bukunya “ Dinamika dan Akhlak Da’wah”

telah mengutip beberapa pendapat ulama.

Sedangkan menurut istilah, dakwah mempunyai arti sebagai

pandangan-pandangan yang diberikan oleh beberapa ulama, antara lain :

a. Dakwah ialah menyeru apa yang diserukan Allah, bagi siapa yang

mengikuti Rasulullah SAW. ( Muhammad Abu Zaed, Hadyu Rasul, hal 9)

b. Dakwah itu ialah menegakkan yang benar, menyiarkan kalimah Allah

dalam kehidupan manusia dipersada bumi Tuhan. (Mas’ud Annadawi,

Tarikhud Da’wah Al Islamiyah, hal.14).

c. Dakwah itu ialah memindahkan situasi umat dari situasi ke situasi yang

lain yang lebih baik. (Bakhiyulkhullie, Tadzkiratun Du’at, hal 27).

11

Page 4: televisi dan dakwah

d. Dakwah itu adalah usaha mengubah keadaan yang negatif kepada keadaan

yang positif, memperjuangkan yang ma’ruf atau yang mungkar,

memenangkan yang hak atas yang bathil, ( Drs. Salahuddin Sanusi,

Prinsip-prinsip Da’wah Islam, hal 8-11).

Kemudian menurut Al-qur’an tentang dakwah secara jelas

memaparkannya, pada Surat An Nahl ayat 125 :

وجادلهم الحسنة والموعظة بالحكمة ربك سبيل الئ ادع

ا هي حسن بالتى

\ )125: 16النحل (

“Seruah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran

yang baik dan bantahlah mereka dengan cara baik.” (An Nahl/ 16: 125)

Dalam Al-qur’an disebutkan bahwa dakwah adalah mengajak umat

manusia ke jalan Allah dengan cara bijaksana, nasehat yang baik serta

berdebat dengan yang baik pula.

2. Subyek dan Obyek Dakwah

Subyek dakwah (ulama, mubaligh, dan da'i), yaitu orang yang

melaksanakan tugas dakwah. Pelaksana tugas dakwah ini bisa perorangan atau

12

Page 5: televisi dan dakwah

kelompok. Pribadi atau subyek adalah sosok manusia yang mempunyai nilai

keteladanan yang baik (uswatun hasanah) dalam segala hal.7

Pelaksana adalah seorang kader atau pemimpin, bahkan Sayyid al-

Qalam. Dia hidup dalam masyarakat yang terus berubah dan harus sadar akan

perubahan ini, kemudian memberikan petunjuknya. Daerah da'i adalah mulai

dari masyarakat desa yang primitif hingga masyarakat industri yang telah

terpengaruh diktatornya pengaruh ekonomi raksasa dan teknologi ultra

modern dan merajalelanya individualisme. Da'i berada di tengah gejolak

masyarakat yang bergejolak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa da'i

adalah seorang yang harus paham benar tentang kondisi masyarakat itu dari

berbagai segi, psikologi, sosial, kultural, etnis, ekonomi, politik, makhluk

Tuhan ahsani takwim.8

Sebagai orang yang akan menjalankan amanah Allah di atas bumi,

maka juru dakwah harus memiliki sifat-sifat khusus, harus memiliki

kepribadian muslim sejati.

Menurut M. Ghazali bahwa ada tiga sifat dasar yang harus dimiliki

seorang juru dakwah ke jalan Allah, yaitu : setia, pada kebenaran,

7 Rafiudin, S.Ag., Drs. Maman Abdul Jalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 1997), cet. Ke-1, hal. 47

8 M. Syafaat Habin, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta : Wijaya, 1982), cet. Ke-1, hal. 106-107

13

Page 6: televisi dan dakwah

menegakkan perintah kebenaran dan menghadapi semua manusia dengan

kebenaran.9

M. Ghazali juga menegaskan dua syarat utama yang harus dimiliki

oleh seorang juru dakwah, yaitu : pengetahuan mendalam tentang Islam dan

juru dakwah harus memiliki jiwa kebenaran (ruh yang penuh dengan

kebenaran, kegiatan, kesadaran, kemajuan).10

Obyek dakwah ini disebut juga mad'u atau sasaran dakwah, yaitu

orang-orang yang diseru, dipanggil, atau diundang. Maksudnya ialah orang

yang diajak ke dalam Islam sebagai penerima dakwah.11

Sehubungan dengan kenyataan yang berkembang dalam masyarakat,

bila dilihat dari aspek kehidupan psikologis, maka dalam pelaksanaan

program kegiatan dakwah, sasaran dakwahnya terbagi menjadi :

a. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi

sosiologis berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil,

serta masyarakat di daerah marginal dari kota besar.

b. Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari segi

struktur kelembagaan berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga.

9 A. Hasymi, Dustur Dakwah menurut al-Qur'an, (Jakarta : Bulan Bintang, 1994), hal. 142

10 Ibid., hal. 167

11 Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. Ke-1, hal. 34

14

Page 7: televisi dan dakwah

c. Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari segi

sosial kultural berupa golongan priyai, abangan dan santri. Klasifikasi ini

terutama terdapat dalam masyarakat di Jawa.

d. Sasaran yang berhubungan dengan golongan dilihat dari segi tingkat usia

berupa golongan anak-anak, remaja dan orang tua.

e. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi tingkat

hidup sosial ekonomi berupa golongan orang kaya, menengah dan miskin.

f. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi

okupasional (profesi dan pekerjaan) berupa golongan petani, pedagang,

seniman, buruh, pegawai negeri, dan sebagainya.12

3. Metode dan Media Dakwah

Metode dakwah berasal dari bahasa Jerman methodica artinya ajaran

tentang metode. Dalam bahasa Yunani, metode berasal dari kata methodos

artinya jalan, yang dalam bahasa Arab disebut thariq.13 Dalam bahasa Inggris,

metode berasal dari kata method, yang mempunyai arti pelajaran atau cara

yang ditempuh untuk mencapai tujuan dengan hasil yang efektif.14

12 M. Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta : Bumi Aksara, 1997), ed. Ke-2, cet. Ke-4, hal. 47

13 Hasanuddin, Op.cit., hal. 3514 Masdar Helmi, Problem Dakwah Islamiyah dan Pedoman Mubaligh, (Semarang : CV.

Toha Putra, 1969), hal. 34

15

Page 8: televisi dan dakwah

Metode dakwah berarti jalan atau cara atau teknik berkomunikasi yang

digunakan oleh seorang da'i dalam menyampaikan risalah Islam kepada

masyarakat (mad'u) yang menjadi obyek dakwahnya.15

Dari pengertian ini dapat diketahui agar dakwah bisa berhasil haruslah

diketahui metode yang digunakannya. Pedoman dasar atau prinsip

penggunaan metode dakwah Islam sudah termaktub dalam al-Qur'an dan

Hadits Rasulullah SAW.

Dalam al-Qur'an, metode dakwah ini disebutkan dalam surat an-Nahl

ayat 125, dimana diterangkan dengan jelas tentang cara berdakwah. Dengan

kata lain, pada ayat tersebut Allah memberikan penjelasan yang dapat

dijadikan patokan, bagaimana seharusnya berdakwah itu. Allah pun

memberikan ketentuan, agar ajaran Islam itu disampaikan dengan hikmah

yang kita terjemahkan dengan kebijaksanaan, sesuai dengan kebutuhan yang

ada.

Allah berfirman dalam Surat an-Nahl ayat 125 :

وجادلهم الحسنة والموعظة بالحكمة ربك سبيل الئ ادع

ا هي حسن بالتى

15 Said bin Ali Qathani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, (Jakarta : Gema Insani Press, 1994), cet. Ke-1, hal. 101

16

Page 9: televisi dan dakwah

\ )125: 16النحل(

Artinya : “Seruah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara baik.” (An Nahl/ 16:

125)

Dari ayat di atas menunjukkan bahwa metode dakwah itu ada tiga cara,

yaitu dengan hikmah, dengan nasihat/pelajaran dengan baik (mau'izhah

hasanah), dan dengan mujadalah (berdebat dengan cara yang baik).

1. Dengan Hikmah (bijaksana)

Menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud an-Nasafi :

الموضح الدليل وهو المحكمة الصحيحة بالمقالة اي بالحكمة

. للشبهة المزيل للحق

Artinya : "Dakwah dengan bil Hikmah adalah dakwah dengan

menggunakan perkataan yang benar dan pasti yaitu dalil yang

menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan".

Menurut Toha Yahya Omar, "hikmah adalah bijaksana, artinya

meletakkan sesuatu pada tempatnya dan kitalah yang harus berpikir,

berusaha menyusun dan mengatur cara-cara dengan menyesuaikan kepada

17

Page 10: televisi dan dakwah

keadaan dan zaman, asal tidak bertentangan dengan hal-hal yang dilarang

oleh Tuhan".16

Menurut al-Maraghi dalam kitab tafsirnya, "hikmah adalah perkataan

yang tepat lagi tegas yang dibarengi dengan dalil yang dapat menyingkap

kebenaran dan melenyapkan keserupaan".17

Menurut Ali Mustafa Ya'kub, "hikmah adalah sebagai ucapan-

ucapan yang tepat dan benar atau argumen-argumen yang kuat dan

meyakinkan".18

Dari penjelasan para ahli di atas dalam memberikan definisi hikmah,

penulis dapat menyimpulkan bahwa hikmah adalah perkataan dan

perbuatan yang tepat berdasarkan ilmu, dalam arti menyesuaikan kepada

keadaan zaman yang tidak bertentangan dengan agama Allah.

2. Dengan Mau'izhah Hasanah (nasehat/pelajaran yang baik)

تناصعهم انك عليهم اليخفى التي وهي الحسنة الموعظة

. بالقران او فيها ينفعهم ما وتقصد بها

16 Hasanuddin, Op.cit., hal. 36

17 M. Mansyur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta : al-Amin Press, 1997), hal. 21

18 Ali Mustafa Ya'kub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1997),

hal. 121

18

Page 11: televisi dan dakwah

Artinya : "Al- Mau'izhatil hasanah yaitu perkataan-perkataan yang tidak

tersembunyi bagi mreka, bahwa engkau memberikan nasihat dan

menghendaki manfaat kepada mereka, atau dengan al-Qur'an.19

Mau'izhah hasanah juga merupakan nasihat-nasihat yang baik atau

memberi peringatan, kata-kata, ucapan, dan teguran yang baik.20 Dengan

lemah lembut dan perkataan yang enak didengar dan memberi pelajaran

atau nasihat akan dapat membuka hati yang keras, dan akan mendapatkan

hasil yang lebih baik dari pada dengan ancaman dan penghinaan.

Jadi mau'izhah hasanah adalah nasihat yang baik, yaitu dengan

anjuran dan didikan yang baik serta dengan ajaran-ajaran yang mudah

dipahami. Memberi nasihat merupakan cara yang mudah dalam

berdakwah yang bisa dilakukan oleh seorang muslim, ia tidak harus

melalui mimbar di masjid atau majelis taklim tapi cukup dengan obrolan

biasa atau diskusi ringan yang menyejukkan.

3. Dengan Mujadalah (berdebat dengan cara yang baik)

Dalam Tafsir Jalalain disebutkan :

19 Hasanuddin, Op.cit., hal. 37

20 Ghazali Darussalam, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah, (Malaysia : Nuur Niaga SDN, BHD, 1996), hal. 27

19

Page 12: televisi dan dakwah

كالدعاء احسن هي التي المجادلة اي احسن هي بالتي وجادلهم

. حجته الى والدعاء باياته الله الى

Artinya : "Berbantahan yang baik yaitu mengajak ke jalan Allah SWT

dengan menggunakan ayat-ayat-Nya dan hujjah-Nya".21

Menurut M. Mansyur Amin, "berdebat dengan cara yang lebih baik

artinya adalah berdakwah dengan jalan mengadakan tukar pikiran yang

sebaik-baiknya.22

Metode debat merupakan cara praktis yang ideal untuk mencapai

cita-cita mulia yang diharapkan, yaitu untuk menegakkan kebenaran.23

Dengan cara demikian, kita dapat mengetahui letak keluasan ilmu

Islam untuk diterangkan kepada orang lain. Yang tadinya pendapat kita

benar dan yang lain salah, dalam metode debat ini kita dapat mengetahui

kebenaran yang baik atau sesungguhnya dan membetulkan aqidah yang

batil.

Adapun bentuk-bentuk metode dakwah yang lainnya antara lain :

a. Metode pendekatan pribadi (personal approach)

21 Hasanuddin, op.cit.

22 M. Mansyur Amin, op.cit., hal. 30

23 Muhammad Husain Fadhlullah, Metodologi Dakwah al-Qur'an, (Jakarta : Lentera, 1997), cet. Ke-1, hal. 40

20

Page 13: televisi dan dakwah

Yaitu metode yang dilaksanakan dengan cara langsung

melakukan pendekatan kepada setiap individu.24

Metode ini pada prakteknya dilaksanakan secara individu, yaitu

dari pribadi ke pribadi secara tatap muka, walaupun jama'ah yang

dihadapinya melalui satu perkembangan. Kelebihan memakai metode

ini antara lain dapat mengetahui secara langsung situasi dan kondisi

individu. Sedangkan kekurangannya antara lain, memerlukan tenaga

dan waktu yang cukup lama.

b. Metode diskusi

Metode ini dilakukan dengan cara berdiskusi, khususnya dalam

penyampaian materi, sehingga menimbulkan pengertian serta

perubahan tingkah laku.25

Kelebihan pada metode ini antara lain kesimpulan yang

dihasilkan dalam diskusi akan mudah dipahami. Adapun

kekurangannya sulit untuk diramalkan arah penyelesaian diskusi, dan

diskusi akan gagal bila tidak dapat mengarahkannya.

c. Metode Ceramah

24 Proyek Penerapan Bimbingan dan Dakwah/Khutbah Agama Islam Pusat, "Risalah Metodologi Dakwah Terhadap Narapidana", 1997, hal. 36

25 Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, "Pedoman Guru Agama Lanjutan Atas", (Jakarta : 1974), hal. 15

21

Page 14: televisi dan dakwah

Metode yang paling banyak diwarnai oleh ciri (karakteristik)

bicara seorang mubalig pada suatu aktivitas dakwah.26

Metode ceramah ini sangat tepat, apabila jama'ah yang dihadapi

merupakan kelompok orang yang berjumlah besar dan perlu dihadapi

secara sekaligus. Kelebihan metode ini adalah adanya karakteristik

tersendiri dan peluang keberhasilannya pun berbeda dengan metode

lainnya, serta dalam waktu cepat dapat disampaikan materi yang

sebanyak-banyaknya. Sedangkan kekurangannya, bila penceramah

tidak memperhatikan segi psikologis jama'ahnya, maka materi

ceramah yang disampaikan tidak sesuai dan membosankan.

d. Metode Tanya Jawab

Metode ini dilakukan dengan cara menyampaikan materi dakwah

sehingga mendorong mereka yang mendengarkan atau menanyakan

masalah yang dirasa belum dimengerti dan da'i sebagai penjawabnya.27

Kelebihan pada metode ini adalah dapat digunakan sebagai

komunikasi dua arah dan forum yang lebih hidup, dimana mubalig dan

jama'ahnya sama-sama aktif memberikan kesempatan untuk

melakukan hal-hal yang kurang jelas di hati para jama'ah. Sedangkan

26 Asmuni Syukir, Op.cit., hal. 104

27 Ibid., hal. 123-124

22

Page 15: televisi dan dakwah

kekurangan dari metode ini adalah hal ini membutuhkan banyak waktu

untuk menyelesaikannya.

Dalam arti sempit media dakwah dapat diartikan sebagai alat bantu

dakwah. Alat bantu dakwah berarti media dakwah memiliki peranan atau

kedudukan sebagai penunjang tercapainya tujuan. Artinya proses dakwah

tanpa adanya media masih dapat mencapai tujuan yang semaksimal mungkin.

Hakekat dakwah adalah mempengaruhi dan mengajak manusia untuk

mengikuti (menjalankan) ideologi (pengajaknya). Sedangkan pengajak (da'i)

sudah barang tentu memiliki tujuan yang hendak dicapainya. Proses dakwah

tersebut agar mencapai tujuan yang efektif dan efisien, da'i harus

mengorganisir komponen-komponen (unsur) dakwah secara baik dan tepat.

Salah satu komponennya adalah media dakwah .28

Ada beberapa media komunikasi dakwah, yang dapat digolongkan

menjadi lima golongan besar, yaitu:

1. Lisan : termasuk dalam bentuk ini adalah khutbah, pidato, diskusi,

seminar, musyawarah, nasihat, ramah tamah dalam suatu acara, obrolan

secara bebas setiap ada kesempatan yang semuanya dilakukan dengan

lisan atau bersuara.

28 Ibid., hal. 165

23

Page 16: televisi dan dakwah

2. Tulisan : dakwah yang dilakukan dengan perantara tulisan umpamanya;

buku-buku, majalah surat kabar, buletin, risalah, kuliah-kuliah tertulis,

pamplet, pengumuman tertulis, spanduk-spanduk dan lain sebagainya.

3. Lukisan : yakni gambar-ganbar dalam seni lukis, foto dan lain sebagainya.

Bentuk terlukis ini banyak menarik perhatian orang banyak dan dipakai

untuk menggambarkan suatu maksud yang ingin disampaikan kepada

orang lain termasuk umpamanya komik-komik bergambar islami untuk

anak-anak.

4. Audio Visual : yaitu suatu cara menyampaikan sekaligus merangsang

penglihatan dan pendengaran. Bentuk ini dilaksanakan dalam televisi,

radio, film, dan sebagainya.

5. Akhlak : yaitu suatu cara menyampaikan langsung ditunjukkan dalam

bentuk perbuatan yang nyata.29

Di zaman kemajuan sekarang ini dakwah tidaklah cukup disampaikan

dengan lisan belaka tanpa bantuan alat-alat modern yang sekarang ini terkenal

dengan sebutan alat-alat komunikasi massa, yaitu pers (percetakan), radio,

film dan televisi. Kata-kata yang terucapkan hanya dapat terjangkau jarak

yang sangat terbatas pada waktu dan ruang.

29 DR. Hamzah Ya'kub, "Publisistik Islam : Teknik Dakwah dan Leadership", (Bandung : Diponegoro, 1998), hal. 47-48

24

Page 17: televisi dan dakwah

Dakwah yang disampaikan dalam surat-surat kabar, majalah, brosur

dan buku-buku, misalnya bukan hanya sampai pada orang-orang yang hidup

sekarang, tetapi sampai pada masyarakat yang hidup berabad-abad sampai

pada zaman yang akan datang. Dakwah yang disampaikan dengan radio bukan

hanya didengar oleh orang-orang setempat, tetapi pada saat itu juga dapat

menembus luar angkasa dan didengar bukan hanya diseluruh Indonesia, tetapi

diseluruh dunia. Lain pula dengan film dan televisi, disini dakwah itu

berbentuk audio visual, sehingga panca indera mata dan telinga serta emosi

manusia sekaligus menerima dan menanggapi maksud-maksud dan tujuan

dakwah yang diharapkan itu.30

Kenyataan membuktikan bahwa hubungan antara manusia sekarang

ini, hampir-hampir tidak bisa menghindarkan diri dari pemakaian alat-alat

komunikasi massa bahkan menurut Carl Hovlan, ciri yang menonjol bagi

abad XX ini ialah kenyataan bahwa kita hidup dalam abad komunikasi massa.

Bagi masyarakat kita, koran, radio, televisi, film, majalah-majalah, buku-buku

dan lain-lain semua itu menjadi sumber pokok untuk mengetahui kenyataan,

pendapat, hiburan dan penerangan.31

Televisi dan film tidak kalah pentingnya jika dibandingkan dengan

radio. Lebih-lebih televisi, meskipun daya penetrasinya tidak seperti radio,

30 Abdul Munir Mulkan, "Idiologisasi Gerakan Dakwah", (Yogyakarta : SIPERS, 1996), hal. 58

31 R.H.A Suminto, "Problematika Dakwah, (Jakarta : Tintamas, 1973), hal. 47

25

Page 18: televisi dan dakwah

namun ia mampu menembus tembok-tembok rumah justru dengan gambar

dan suara. Apalagi dengan ditemukannya sistem satelit relay, maka televisi

mampu memindahkan gambar dari suatu benua ke benua lain dipermukaan

bumi ini.

B. Ruang Lingkup Televisi

1. Pengertian dan Sejarah Perkembangan Televisi Di Indonesia

Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, televisi mempunyai

pengertian, pengubahan gambar (serta suara) menjadi sinyal listrik kemudian

disalurkan dengan perantaraan kabel atau gelombang elektro magnetik untuk

diubah menjadi bentuk semula oleh pesawat penerima. Karena televisi

merupakan peranti yang mengubah pantulan cahaya obyek menjadi deretan

pulsa-pulsa listrik. Tabung kamera tersedia dalam berbagai bentuk dan jenis,

namun pada umumnya memiliki dua bagian penting, yakni permukaan peka

cahaya berfungsi untuk mengubah pantulan cahaya obyek menjadi muatan

listrik membentuk citra elektris (electrical image). Berkas dibangkitkan oleh

penembak elektron kemudian dipindahkan ke seluruh permukaan bermuatan

listrik.32

Televisi dari segi etimologis berasal dari kata “tele” yang artinya jauh

dan “vision” yang berarti penglihatan. Segi jauhnya diusahakan oleh prinsip

radio dan penglihatannya oleh gambar33. Dengan demikian televisi yang

32 Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT. Cipta Adi Pusaka), Jilid 16, cet. ke-1, h. 194

33 Lathief Rosyidi, Dasar-Dasar Retorika Komunikasi dan Informasi, (Medan: Firma Rimbow, 1989), cet. ke-2, h. 221

26

Page 19: televisi dan dakwah

dalam bahasa Inggrisnya television diartikan dengan melihat jauh. Melihat

jauh disini yaitu dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat

(studio televisi) dan dapat dilihat dari tempat “lain” melalui sebuah perangkat

penerima (televisi set).34

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka,

mengandung arti, televisi adalah pesawat sistem penyiaran gambar obyek

yang bergerak yang disertai dengan bunyi (suara) melalui angkasa dengan

menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara)

menjadi gelombang listrik dan mengubahnya menjadi berkas cahaya yang

dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar, digunakan untuk penyiaran

pertunjukan berita dan sebagainya.35

Istilah televisi sendiri baru dicetuskan pada tanggal 25 Agustus 1906,

di Kota Paris, yang saat itu di kota tersebut berlangsung pertemuan para ahli

bidang elektronika dari berbagai negara.36

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa televisi yang

dimaksud di sini adalah televisi siaran yang dapat dilakukan melalui transmisi

atau pancaran dan dapat juga disalurkan melalui kabel (televisi kabel). Dalam

sistem transmisi atau pancaran gambaran dan suara yang dihasilkan oleh

34 Sunandar, Telaah Format Keagamaan di Televisi, Studi Deskriptif Analisis TPI, Tesis, (Yogyakarta: 1998)

35 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara, 1986), cet. ke-3, h. 59

36 JB. Wahyudi, Media Komunikasi Massa Televisi, (Bandung: Alumni, 1986), h. 49

27

Page 20: televisi dan dakwah

kamera elektronik diubah menjadi gelombang elektro magnetik dan

selanjutnya transmisi melalui pemancar. Gelombang elektro magnetik ini

diterima oleh sistem antena yang menyalurkan ke pesawat penerima (pesawat

televisi). Di pesawat televisi lalu gelombang elektro magnetik diubah kembali

menjadi gambar dan suara yang dapat kita nikmati di layar televisi.

Sedangkan pada televisi kabel gelombang elektro magnetik tersebut

disalurkan melalui kabel ke pesawat penerima.

Jelas televisi siaran, untuk dapat diterima di rumah harus melalui

proses-proses tertentu. Kecanggihan yang ada pada televisi ini bila tidak

ditunjang dengan sumber daya manusia menyebabkan televisi yang diterima

menjadi tontonan yang membosankan.

Karenanya untuk menjadikan televis siaran ini tetap survive, maka

dibutuhkan tenaga-tenaga handal di bidangnya dan juga manajerial yang kuat,

sedikitnya ada delapan hal yang harus dimiliki individu-individu di televisi

siaran, individu yang handal tersebut harus memiliki :

a. Keahlian di bidang masing-masing

b. Tanggung jawab profesi

c. Kreativitas

d. Sifat untuk bekerja sama (tidak egoistis)

e. Kepemimpinan bijaksana (tegas tapi tidak kaku)

f. Kesadaran pada fungsinya masing-masing

g. Satu tekad untuk mencapai satu tujuan dengan baik yaitu siaran televisi.

28

Page 21: televisi dan dakwah

h. Memiliki pandangan jauh ke depan di bidang perangkat keras.6

2. Televisi sebagai Media Dakwah

Berdakwah menggunakan media teknologi komunikasi (televisi),

merupakan salah satu bentuk pengoptimalan fungsi teknologi tersebut.

Kegiatan dakwah pada dasarnya tidak berbeda dengan kegiatan komunikasi

secara umum dalam berkomunikasi kecanggihan media di samping komponen

lain, komunikator, isi pesan, komunikan dan feedback, merupakan salah satu

faktor sukses tidaknya suatu aktivitas komunikasi.

Media televisi khususnya sebagai hasil teknologi merupakan saluran

yang bisa dipergunakan untuk memperluas jangkauan dakwah islamiyah,

karena itu penguasaan IPTEK sangat penting termasuk infra strukturnya.

Dakwah merupakan kekuatan moral yang mampu menggerakkan

perubahan sosial serta menawarkan satu alternatif dalam membangun

dinamika masa depan umat, dengan menempuh cara dan strategi yang lentur,

kreatif dan bijak.37

Kehadiran televisi berbagai stasiun televisi baik nasional maupun

swasta secara tidak langsung menjadikan alternatif tontonan yang sangat luas

bagi pemirsa di rumah dan bagi pengelola stasiun televisi, menjadi suatu

kewajiban untuk menampilkan paket acara-acara menarik televisi merupakan

tempat yang potensial untuk berdakwah. Hal tersebut bisa dapat dilihat dari

37 Makalah, Asep Saipul Muhtadi, Dakwah Dalam Pluralisme Masyarakat Modern

29

Page 22: televisi dan dakwah

hasil penelitian yang dilakukan oleh Roper Organization (AS) 1982,

menyebutkan bahwa TV mempunyai kredibilitas 53 %, surat kabar 22 %,

majalah 28 %, dan radio 6 %.38

Dari hasil penelitian tersebut kita maupun pihak pengelola harus

tanggap bahwa dakwah di televisi itu lebih efektif karena ditonton banyak

orang terlebih mayoritas negara kita 85 % pemeluk agama Islam, maka sudah

selayaknya para pengelola televisi bisa menghadirkan paket-paket acara

dengan nuansa islami sebagai penghormatan dan sebagai penyeimbang bagi

tayangan yang lebih tertuju kepada politis, informatif dan hiburan.

3. Efektifitas Dakwah melalui Media Televisi

Abad ini adalah abad informasi. Teknologi telah melahirkan media

baru yang lebih efisien, efektif dan mencapai jangkauan yang lebih luas.

Semua teknologi komunikasi dapat digunakan sebagai media dakwah, salah

satunya adalah televisi.

Dalam perkembangannya sekarang televisi sudah memasyarakat

seperti halnya radio. Kini hampir setiap orang sudah dapat menikmati siaran

televisi. Televisi merupakan hasil teknologi komunikasi yang dapat

menyiarkan suatu program dalam bentuk suara sekaligus gambar (audio-

38 Bisri Hasanuddin, Dakwah untuk Desa Global Dunia Islam, (Jakarta: Pelita, 13 Desember 1991)

30

Page 23: televisi dan dakwah

visual) dari stasiun yang memancarkannya sehingga Dr. Jack Lyle39, Director

Of Communication Institute The West Center pernah menyatakan di depan

rapat staff Menteri Penerangan RI, tentang efektifitas dalam menjalankan

fungsi televisi, ia menyatakan sebagai berikut :

Bahwa televisi untuk kita sebagai "jendela dunia". Apa yang kita lihat melalui jendela ini sangat membantu dalam mengembangkan daya kreasi kita, hal ini seperti diungkapkan oleh Walter Lippman beberapa tahun lalu, bahwa dalam pikiran kita ada semacam ilustrasi gambar dan gambar-gambar ini merupakan sesuatu yang penting dalam hubungannya dengan proses belajar, terutama sekali yang berkenaan dengan orang, tempat situasi yang tidak setiap orang bertemu mengunjungi, atau telah mempunyai pengalaman.

Apabila kita melihat perkembangan pertelevisian di Indonesia, maka

kita sangat bergembira dengan adanya kebijakan pemerintah yang

membolehkan beroperasinya stasiun-stasiun televisi swasta seperti, RCTI,

SCTV, TPI, ANTV, INDOSIAR, TV 7, LATIVI, JAK TV, O CHANNEL,

dan SPACE TOON. Dari sekian banyak stasiun televisi tersebut, kini telah

hadir setiap hari di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang menyajikan

program-program tayangan yang beraneka ragam, dari yang sifatnya hiburan,

pendidikan, dakwah islamiyah dan lain sebagainya.

Televisi sangat efektif untuk kepentingan dakwah, karena

kemampuannya yang dapat menjangkau daerah yang cukup luas dengan

melalui siaran gambar sekaligus narasinya (suaranya). Dakwah melalui

39 Lihat dalam bukunya Darwanto Sastro Subroto, Televisi sebagai Media Pendidikan, (Yogyakarta : Duta Wacana University Press, 1994), hal. 89

31

Page 24: televisi dan dakwah

televisi dapat dilakukan dengan cara baik, dalam bentuk ceramah, sandiwara,

pragmen ataupun drama. Dengan melalui televisi seorang pirsawan dapat

mengikuti dakwah, seakan ia berhadapan dan berkomunikasi langsung di

hadapan da'i. Sangat menarik dakwah melalui televisi, dan apalagi jika da'i

benar-benar mampu menyajikan dakwahnya dalam suatu program yang

mudah dan disenangi berbagai kalangan masyarakat.40

Kelebihan dakwah melalui media televisi dibandingkan dengan media

lainnya adalah disamping menarik karena kemungkinan penyajian yang

bervariasi, juga kemampuannya menjangkau daerah yang cukup luas. Seorang

da'i hanya cukup duduk beraction di studio tanpa harus tergantung

berkumpulnya komunikan, sebaliknya komunikan tidak lagi harus

menyiapkan diri secara resmi mengikuti suatu program dakwah seperti halnya

untuk menghadiri pengajian.

Di tengah perubahan masyarakat dan bangsa, serta akselerasi

perkembangan dunia, memang mau tidak mau dakwah islamiyah harus

mengakomodir peran dan fungsi perangkat komunikasi dan informasi modern

dengan segenap kemajuan teknologinya. Dengan menggunakan teknologi

demikian dakwah islamiyah akan lebih efektif dan efisien, selain juga akan

lebih luas lagi jangkauannya. Persoalannya tinggal bagaimana setiap

40 Slamet Muhaimin Abda, Prinsip-Prinsip Metodologi dakwah, (Surabaya : al-Ikhlas, 1994), cet. Ke-1, hal. 87-89

32

Page 25: televisi dan dakwah

mendayagunakan dan menghasilgunakan segenap kecanggihan teknologi

komunikasi tersebut secara optimal.41

Oleh karena itu kita juga harus menyadari, bahwa kemajuan di bidang

teknologi dan alat-alat komunikasi massa mengharuskan kita untuk

menyesuaikan dalam teknologi dan metodologi dakwah serta media dakwah.

Jika tidak ada kesesuaian antara media dakwah dengan berbagai bidang

teknologi alat-alat komunikasi, maka sulit rasanya kegiatan dakwah dapat

berkembang.

Dengan demikian jelaslah, bahwa secara fungsional televisi menjadi

perangkat strategi dan universal bagi usaha memacu pembangunan mental

spiritual dan akhlak masyarakat. Sejumlah kecanggihan yang dimiliki oleh

televisi dengan segenap perkembangan artistik, estetik, dan etiknya dapat

didayagunakan secara optimal untuk mendorong manusia mendalami ajaran

agamanya secara lebih intens. Sumbangan televisi swasta terhadap dakwah

Islam dapat pula ditampilkan melalui program-program acara lain, baik film,

musik, atau sinetron dan lainnya.

Melalui keragaman program acara seperti itulah dakwah Islam dapat dilakukan dengan berpegang pada etika dakwah. Sumbangan televisi swasta bagi dakwah Islam sejalan dengan usianya yang masih sangat muda, belum seberapa banyak. Sehingga, masih memungkinkan untuk dikembangkan di masa mendatang. Namun, semua itu akan menjadi kenyataan, apabila partisipasi umat, pemuka-pemuka agama, budayawan, artis dan musisi-musisi beragama Islam semakin memainkan perannya sebagai media dakwah alternatif.42

41 A. Alatas Fahmi, Peran dan Fungsi Sosio Kultural TV Swasta dalam Dakwah Islam, (Jakarta : Salam, 2 Juli 1992), hal. 4

42 Ibid.

33