tambang ramah lingkungan

52
Kementerian Lingkungan Hidup

Upload: indra-purnama

Post on 26-Nov-2015

1.870 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Fatwa Pertambangan Ramah Lingkungan

TRANSCRIPT

  • Kementerian Lingkungan Hidup

  • SAMBUTANMENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP RI

    Bencana lingkungan hidup terus meningkat dan marak terjadi diberbagaipelosok tanah air, selain itu populasi penduduk yang terus meningkat sehinggaberdampak pada meningkatnya kebutuhan masyarakat berdampak padaperilaku eksploitatif terhadap Sumber Daya Alam (SDA) yang berlanjut padamenurunnya tingkat kuantitas maupun kualitas SDA.

    Dalam upaya mengendalikan masalah lingkungan tersebut, KementerianLingkungan Hidup melakukan berbagai macam program, kegiatan bahkanmemperbaharui Undang-undang 23 Tahun 1997 menjadi Undang-undang 32Tahun 2008 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup. Selainitu juga telah dilakukan berbagai kerjasama untuk lebih mendorongketerlibatan stakeholders khususnya masyarakat keagamaan dengan membuatMoU dengan Majelis Ulama Indonesia.

    Bersama Majelis Ulama Indonesia telah menandatangani MemorandumOf Undestanding (MoU) No. 14 /MENLH/12/2010 dan Kep-621/MUI/XII/2010Pada tanggal 15 Desember 2010, dimana didalamnya disepakati bersamabahwa perlu disusun fatwa mengenai Lingkungan Hidup yaitu FatwaPertambangan Ramah Lingkungan pada 5 Juni 2011, dengan tujuan untuk:1. Memperkuat penegakan hukum positif yang ada terutama dalam upaya

    mengendalikan kerusakan lingkungan di sektor pertambangan;2. Memberi penjelasan dan pemahaman yang benar pada seluruh lapisan

    masyarakat mengenai hukum normatif (keagamaan) terhadap beberapamasalah yang berkaitan dengan lingkungan hidup;

    3. Sebagai salah satu upaya untuk menerapkan sangsi moral dan etika bagipemangku kepentingan termasuk masyarakat terhadap perlindungan danpengelolaan lingkungan hidup di sektor pertambangan.

    Harapan kami Fatwa ini dapat dijadikan pijakan bagi para pihak khususnyabagi umat Islam baik dalam mengelola SDA di sektor pertambangan.

    Menteri Negara Lingkungan HidupRepublik Indonesia,

    Prof. Dr. Ir. Gusti Muhammad Hatta, MSFATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN i

  • SAMBUTANDEWAN PIMPINAN

    MAJELIS ULAMA INDONESIA

    Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu waTaala karena atas inayah dan bimbingan-Nya, fatwa Majelis Ulama Indonesiatentang Pertambangan Ramah Lingkungan akhirnya selesai dirumuskan danditetapkan oleh Majelis Ulama Indonesia.

    Fatwa ini disusun untuk merespons semakin memprihatinkannya kondisilingkungan hidup di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah lemahnyakeberpihakan banyak pihak terhadap upaya pelestarian lingkungan hidup.Berbagai kasus kerusakan lingkungan tersebut berakar dari perilaku manusiayang tidak bertanggungjawab terhadap lingkungannya, dikarenakan eksploitasiberlebihan terhadap sumberdaya alam. Akibat perilaku tersebut telah memicuterjadinya kerusakan lingkungan terutama berupa degradasi lahan, air danudara yang merupakan sumberdaya yang berfungsi sebagai penyanggakehidupan manusia, hewan dan tumbuhan.

    Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan sumberdaya alampada saat ini banyak bertumpu pada faktor keekonomian sebagai motif utamayang menomorduakan faktor norma dan etika. Banyak pakar lingkunganberpendapat bahwa tindakan praktis dan teknis perlindungan dan pengelolaanlingkungan hidup dan sumber daya alam yang hanya menyandarkan padabantuan sains dan teknologi ternyata bukan solusi yang tepat. Yang dibutuhkanadalah perubahan perilaku dan gaya hidup yang beretika. Agama Islammempunyai pandangan dan konsep yang sangat jelas terhadap perlindungandan pengelolaan lingkungan hidup dan sumber daya alam, karena manusiasebagai khalifah Allah di muka bumi diperintahkan tidak hanya untuk mencegahperilaku menyimpang ini (nahii munkaar), tetapi juga untuk melakukan perilakuyang baik (amr maruuf).

    Kepentingan dasar perhatian MUI terhadap lingkungan hidup dan sumberdaya alam ialah meningkatkan kesadaran umat muslim sebagai potensi terbesarbangsa, atas pentingnya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dansumber daya alam yang sesuai dengan kaidah syariah. Dan kami berharap,motivasi dan dasar perhatian yang sama juga dimiliki oleh jajaran KementrianLingkungan Hidup yang banyak membantu hadirnya fatwa MUI ini.

    Akhirnya setiap muslim dan semua pihak kita harapkan untuk dapat

    FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN ii

  • menyebarluaskan fatwa ini sehingga dapat terjadi perubahan perilaku umatdalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan sumber daya alamyang merupakan cerminan akhlak dan keimanannya.

    Kami berdoa, semoga Allah SWT memberikan balasan yang lebih baik,jazakumullah ahsanal jaza, dan senantiasa melimpahkan maunah, taufiq danhidayah kepada semua pihak yang berkenan membantu sosialisasi fatwa MUIini. Amin.

    Jakarta, 29 Rajab 1432 H01 Juli 2011M

    DEWAN PIMPINANMAJELIS ULAMA INDONESIA

    Ketua Umum, Sekretaris Jenderal,

    DR. KH. MA. SAHAL MAHFUDH DRS. H. M. ICHWAN SAM

    FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGANiii

  • Kata PengantarPimpinan Komisi Fatwa

    Majelis Ulama Indonesia

    Alhamdulillahi rabbil alamin, atas rahmat dan karuniaNya, kami dapatmenyelesaikan pembahasan fatwa tentang Pertambangan Ramah Lingkungan.

    Di samping memberikan bimbingan keagamaan, Ulama memilikitanggung jawab untuk memberikan panduan kepada umat dalam kehidupansosial kemasyarakatan seiring dengan perkembangan dan tantangan zaman.

    Fatwa ini sebagai salah satu manifestasi dari bentuk tanggung jawabkeulamaan dalam merespons fenomena kehidupan sosial kemasyarakatan.

    Dengan rampungnya fatwa ini, komisi fatwa mengucapkan terima kasihkepada seluruh pihak, terutama kepada seluruh anggota Komisi Fatwa yangdengan ikhlas mencurahkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk melakukanijtihad kolektif sehingga fatwa ini dapat diselesaikan.

    Terima kasih juga disampaikan kepada para ahli yang memberikanmasukan, serta tim dari Kementerian Lingkungan Hidup yang telah memberikanpendukungan. Akhirnya semoga bermanfaat. Wallahul Muwaffiq.

    KOMISI FATWAMAJELIS ULAMA INDONESIA

    Ketua Sekretaris Jenderal,

    PROF. DR. H. HASANUDDIN AF, MA DR. HM. ASRORUN NIAM SHOLEH, MA

    FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN iv

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN 1

    BAB 1

    FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIATENTANG

    PERTAMBANGAN RAMAH LINGKUNGAN

    KerjasamaKementerian Lingkungan Hidup

    dengan Majelis Ulama Indonesia

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN2

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN 3

    FATWAMAJELIS ULAMA INDONESIA

    Nomor: 22 Tahun 2011

    Tentang

    PERTAMBANGAN RAMAH LINGKUNGAN

    Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), setelah :

    MENIMBANG : a. bahwa manusia sebagai khalifah di bumi (khalifah fi al-ardl) memiliki amanah dan tanggung jawab untukmemakmurkan bumi seisinya;

    b. bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya, termasuk barang tambang, merupakan karuniaAllah SWT yang dapat dieksplorasi dan dieksploitasi untukkepentingan kesejahteraan dan kemaslahatan masyarakat(mashlahah ammah) secara berkelanjutan.

    c. bahwa dalam proses eksplorasi dan eksploitasisebagaimana dimaksud huruf b wajib menjaga kelestariandan keseimbangan lingkungan hidup agar tidakmenimbulkan kerusakan (mafsadah);

    d. bahwa dalam prakteknya, kegiatan pertambanganseringkali menyimpang dan tidak memperhatikan dampaknegatif, baik pada aspek ekologi, eknomi, maupun sosialdan budaya;

    e. bahwa terhadap masalah ini, ada pertanyaan dimasyarakat mengenai hukum pertambangan dalam Islamdan praktek pertambangan yang menimbulkan kerusakanlingkungan;

    f. bahwa oleh karena itu Komisi Fatwa MUI perlumenetapkan fatwa tentang pertambangan ramahlingkungan guna dijadikan pedoman.

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN4

    MENGINGAT :

    1. Ayat-ayat al-Quran:

    a. Firman Allah yang menegaskan bahwa Allah telah menjadikan danmenundukkan alam untuk kepentingan manusia, antara lain:

    Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu(QS. Al-Baqarah[2] :29)

    b. Firman Allah SWT yang menjelaskan keberadaan barang tambang danpertambangan yang memiliki kemanfaatan untuk kemanusiaan,antara lain:

    Tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah Telah menundukkanuntuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi danmenyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. (QS. Lukman:20)

    Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimuapa yang ada di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan denganperintah-Nya. dan dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi,melainkan dengan izin-Nya? Sesungguhnya Allah benar-benar MahaPengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia. (QS Al-Hajj [22]:65)

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN 5

    Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebatdan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakanbesi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong(agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya.Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (QS. Al-Hadid [57]:25)

    Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah airdi lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buihyang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalamapi untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya sepertibuih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yangbenar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatuyang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepadamanusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuatperumpamaan- perumpamaan (QS al-Rad [13]:17)

    Dan Kami telah melunakkan besi untuknya. (Yaitu) buatlah baju besiyang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalanyang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan. (QS.Saba [34]: 10 11)

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN6

    c. Firman Allah SWT yang menegaskan hubungan antara keimanandengan memakmurkan bumi dan seisinya serta dampak negatif yangditimbulkan jika tidak memperhatikan kaedah pelestarian lingkungan,antara lain:

    Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shalehberkata: Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimuTuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) danmenjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya,kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat(rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya). (QS. Hud [11]:61)

    Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi danmemperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orangsebelum mereka? orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka(sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannyalebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datangkepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yangnyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka, akantetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri. (QS. Al-Rum[30] : 9)

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN 7

    Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakanbahagianmu dari (kenimatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepadaorang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, danjanganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allahtidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al-Qashash[28]:77)

    d. Firman Allah SWT yang melarang berbuat kerusakan di bumi, termasukdi dalamnya dalam hal pertambangan, antara lain :

    Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah(Allah) memperbaikinya (QS. Al-Araf: 56)

    Makan dan minumlah rezki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamuberkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan. (QS. Al-Baqarah[2]:60)

    Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya danjanganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan.(QS al-Syuara [26]:183)

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN8

    Dari Ibn Abbas ra ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Kaum Muslimberserikat dalam tiga hal: air, padang rumput gembalaan, dan api.(HR. Muslim)

    Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karenaperbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada merekasebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar). (QS. Al-Rum [30]:41)

    Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalamkebinasaan (QS al-Baqarah [2] : 195)

    e. Firman Allah SWT yang menjelaskan kewajiban taat kepada ulil amri,antara lain:

    Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),dan ulil amri di antara kamu. (QS. Al-Nisa [4]: 59)

    2. Hadis Rasulullah SAW, antara lain:

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN 9

    Dari Said ibn Zaid ra dari Nabi saw beliau bersabda: Barang siapamenghidupkan tanah yang mati maka ia berhak memilikinya, dan bagiorang yang zhalim tidak memiliki hak untuk itu

    Dari Jabir ibn Abdillah ra ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Tidaklahseorang muslim menanam satu buah pohon kemudian dari pohontersebut (buahnya) dimakan oleh binatang buas atau burung atau yanglainnya kecuali ia memperoleh pahala (HR. Muslim)

    Dari Said ibn Yazid ra ia berkata: Saya mendengar Rasulullah sawbersabda: Barang siapa melakukan kezhaliman terhadap sesuatu pundari bumi, niscaya Allah akan membalasnya dengan borgolan tujuhkali bumi yang ia zhalimi.

    Dari Amr ibn Syarid ia berkata: Saya mendengar Syarid ra berkata:Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: Barang siapa membunuh

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN10

    Pada prinsipnya setiap hal (di luar ibadah) adalah boleh kecuali adadalil yang menunjukkan sebaliknya

    Pada prinsipnya larangan itu menunjukkan keharaman

    Kebijakan imam (pemerintah) terhadap rakyatnya didasarkan padakemaslahatan.

    satu ekor burung dengan sia-sia ia akan datang menghadap Allah SWTdi hari kiamat dan melapor: Wahai Tuhanku, sesungguhnya si fulantelah membunuhku sia-sia, tidak karena untuk diambil manfaatnya.(HR. al-Nasai)

    Dari Ibn Abbas ra ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Tidak bolehmembahayakan diri sendiri maupun orang lain (HR Ahmad, al-Baihaqi,al-Hakim, dan Ibnu Majah)

    Dari Abi Hurairah ra dari Nabi saw beliau bersabda: Janganlah salahsatu di antara kalian buang air kecil di dalam air yang menggenangkemudian berwudlu darinya. (HR. al-Nasai dan Ibn Majah)

    3. Qaidah ushuliyyah dan qaidah fiqhiyyah

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN 11

    Kemudaratan itu harus dihilangkan.

    Segala mudharat (bahaya) harus dihindarkan sedapat mungkin.

    Bahaya itu tidak boleh dihilangkan dengan mendatangkan bahayayang lain.

    Menghindarkan mafsadat didahulukan atas mendatangkan maslahat.

    Dharar yang bersifat khusus harus ditanggung untuk menghindarkandharar yang bersifat umum (lebih luas).

    Apabila terdapat dua kerusakan atau bahaya yang salingbertentangan, maka kerusakan atau bahaya yang lebih besar dihindaridengan jalan melakukan perbuatan yang resiko bahayanya lebih kecil.

    Keputusan pemerintah itu mengikat untuk dilaksanakan danmenghilangkan perbedaan pendapat.

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN12

    dengan atau tanpa izin penguasa. Namun, menurut Imam Abu Hanifahharus seizin penguasa, karena sabda nabi saw: Tidak ada hak bagiseseorang kecuali yang diizinkan oleh Imam.....Menurut Imam Malik ra, orang terdekat lebih berhak untuk membukalahan (dan mengeksplorasinya) dari pada orang yang jauh (asing).Sementara, tata cara pembukaan lahan (yang memiliki konsekwensihak kepemilikan dan pemanfaatan) didasarkan pada urf karenarasulullah saw menyebutkannya secara mutlak, tidak memberipenjelasan rinci tentang tata caranya, berarti didasarkan padakebiasaan yang telah disepakati masyarakat.

    MEMPERHATIKAN:

    1. Pendapat ulama terkait masalah lingkungan dan pertambangan, antara lain:

    a. Pendapat Imam al-Mawardi dalam al-Ahkam al-Suthaniyyah halaman231 sebagai berikut:Barang siapa membuka lahan baru maka ia berhak memilikinya, baik

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN 13

    b. Imam al-Shanani dalam Subul al-Salam:

    Al-Mawat yaitu: tanah (sumber daya alam) yang belum dimakmurkan(diolah dan dieksplorasi). Proses pemakmuran diserupakan dengankehidupan dan pembiarannya diserupakan dengan tidak adanyakehidupan. Menghidupkan bumi dengan cara mengolahkan. Ketahuilah,ketentuan mengenai ihya (pengolahan dan eksplorasi) dari Syaribersifat mutlak. Dengan demikian, implementasinya harus kembalipada urf (kebiasaan) masyarakat mengenai tata caranya. Dalam hallain, Syari terkadang memberikan penjelasan tentang suatu masalahsecara mutlak, sebagaimana ketentuan al-qabdlu (menerima) dalamharta untuk jual beli serta ketentuan al-hirzu (tempat penyimpanan)dalam masalah pencurian yang implementasinya didasarkan pada urf.Menurut urf (setidaknya) ada lima hal yang bisa dikategorikan sebagaiihya, yaitu: memutihkan tanah dan membersihkannya untukkemudian ditanami, membangun pagar, menggali parit, sehingga orangyang lewat tidak memungkinkan untuk melihatnya. Ini pendapat ImamYahya.

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN14

    c. Ibn Qudamah dalam al-Mughni, juz 8 halaman 149:

    Lahan yang dekat dengan khalayak dan terkait dengankemaslahatannya, seperti untuk jalan, saluran air, pembuangansampah, pembuangan debu, maka dalam hal seperti ini tidak bolehada ihya (pemanfaatan lahan) untuk dikuasai. Hal demikian tidak adaperbedaan dalam pendapat madzhab. Demikian juga yang terkaitdengan kemasalahatan kawasan, seperti tempat gembala dan tempatmengambil kayu bakar, jalan-jalan dan saluran airnya. Kesemuanya itutidak dapat dikuasi untuk dimiliki dengan cara ihya(menghidupkannya), dan kami tidak melihat adalah khilaf di antaraulama. Setiap lahan yang telah dimiliki orang juga tidak mungkindilakukan ihya untuk kepentingan kemaslahatannya, sebagaimanasabda nabi saw Barang siapa yang menghidupkan tanah yang mati diluar yang telah dimiliki oleh orang Islam makan ia berhak memilikinya.Dari hadis ini, diperoleh pemahaman bahwa sesuatu yang terkaitdengan hak seorang muslim tidak dapat dimiliki (oleh orang lain) sebabadanya ihya (mengolahnya), karena hak pengolahan tersebut ikutdalam kepemilikan barang. Seandainya dibolehkan adanya hak ihyaterhadap harta yang dimiliki orang lain niscaya akan batal adanya hakkepemilikian tersebut.

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN 15

    d. Ibn Qudamah dalam al-Mughni, juz 8 Halaman 153 - 156

    Pemerintah dapat menetapkan hak kepemilikan mawat (lahan kosong)kepada orang yang menghidupkannya (merambahnya) sebagaimananabi saw pernah memberikan kuasa kepada Bilal ibn Harits terhadapLembah Ajma.... Said berkata: Diceritakan dari Sufyan dari Ibn AbiNujaih dari Amr ibn Syuaib bahwa rasulullah saw memberikan kuasasebidang tanah kepada seseorang dari Juhainah atau Muzainah, akantetapi mereka membiarkannya (tanpa pemanfaatan) lantas datangseseorang dan menggarapnya. Kemudian orang yang diberikewenangan nabi tersebut datang mengadukan hal ini kepada KhalifahUmar ibn Khattab, dan Umar berkata: Seandainya pemberian tersebutdari saya dari Abu Bakar aku pati tidak akan mengembalikannya. Akantetapi ini penetapan pemberian dari Rasulullah saw maka aku putuskanuntuk mengembalikannya. Setelah itu Umar berkata lagi: Barang siapayang memiliki tanah, yakni menguasai (mengkarantina) tanah dan

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN16

    membiarkan nya selama tiga tahun (tanpa pengolahan) lantas datangkelompok orang lain memakmurkannya maka orang tersebut lebihberhak memilikinya.

    e. Ibn Hajar al-Haitami dalam Tuhfat al-Muhtaj fi Syarh al-Minhaj , juz25 halaman 267

    f. Imam Zakaria al-Anshari dalam Asna al-Mathalib Syarh Raudlatu al-Thalibin, juz 19 halaman 140

    Imam Ghazali dalam kitab Ihyaulumiddin berpendapat, jika seseorangmandi di kamar mandi dan meninggalkan bekas sabun yangmenyebabkan licinnya lantai, lantas menyebabkan seeorang tergelincirdan mati atau anggota tubuhnya cedera, sementara hal itu tidakNampak, maka kewajiban menanggung akibat tersebut dibebankankepada orang yang meninggalkan bekas serta penjaga, mengingatkewajiban penjaga untuk membersihkan kamar mandi.

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN 17

    2. Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 yang menegaskan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yangterkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuksebesar-besar kemakmuran rakyat;

    3. Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineraldan Batubara;

    4. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan danPengelolaan Lingkungan Hidup;

    5. Hasil Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia II di Gontor Ponorogo Tahun2006 tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam;

    6. Hasil Workshop tentang Masalah Lingkungan Hidup yang diselenggarakanoleh Kementerian Lingkungan Hidup dan MUI di Bogor pada 15 17 April2011;

    7. Keterangan ahli dari Kementerian Lingkungan Hidup mengenai kebijakanPemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup serta hasil kunjunganlapangan ke lokasi pertambangan pada 5 7 Mei 2011;

    8. Pendapat, saran, dan masukan yang berkembang dalam Rapat-Rapat KomisiFatwa tanggal 12 Mei 2011, tanggal 19 20 Mei 2011, tanggal 22 Mei 2011,dan tanggal 26 Mei 2011.

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN18

    Dengan bertawakkal kepada Allah SWT

    MEMUTUSKAN

    MENETAPKAN : FATWA TENTANG PERTAMBANGAN RAMAH LINGKUNGAN

    Pertama : Ketentuan Umum

    Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan :

    1. Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangkapenelitian, pengelolaan, dan pengusahaan mineral, batubara, minyak, gasbumi, atau barang tambang lainnya yang meliputi penyelidikan umum,eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, pertambangan, pengolahan, danpemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.

    2. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yangmempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dankesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

    3. Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan orang yang menimbulkanperubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup sehingga melampaui kriteria baku kerusakanlingkungan hidup.

    4. Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung dan/atau tidaklangsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yangmelampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.

    Kedua : Ketentuan Hukum

    1. Pertambangan boleh dilakukan sepanjang untuk kepentingan kemaslahatanumum, tidak mendatangkan kerusakan, dan ramah lingkungan.

    2. Pelaksanaan pertambangan sebagaimana dimaksud angka satu harusmemenuhi persyaratan sebagai berikut:a. harus sesuai dengan perencanaan tata ruang dan mekanisme perizinan

    yang berkeadilan;b. harus dilakukan studi kelayakan yang melibatkan masyarakat pemangku

    kepentingan (stake holders)

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN 19

    c. pelaksanaannya harus ramah lingkungan (green mining);d. tidak menimbulkan kerusakan dan pencemaran lingkungan;e. melakukan reklamasi, restorasi dan rehabilitasi pascapertambangan;f. pemanfaatan hasil tambang harus mendukung ketahanan nasional dan

    pewujudan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan amanat UUD; dang. memperhatikan tata guna lahan dan kedaulatan teritorial.

    3. Pelaksanaan pertambangan sebagaimana dimaksud angka satu wajibmenghindari kerusakan (dafu al-mafsadah), yang antara lain:a. menimbulkan kerusakan ekosistem darat dan laut;b. menimbulkan pencemaran air serta rusaknya daur hidrologi (siklus air);c. menyebabkan kepunahan atau terganggunya keanekaragaman hayati

    yang berada di sekitarnya;d. menyebabkan polusi udara dan ikut serta mempercepat pemanasan

    global;e. mendorong proses pemiskinan masyarakat sekitar;f. mengancam kesehatan masyarakat.

    4. Kegiatan pertambangan yang tidak sesuai dengan persyaratan sebagaimanaangka 2 dan angka 3 serta tidak mendatangkan kesejahteraan bagimasyarakat sekitar, hukumnya haram.

    5. Dalam hal pertambangan yang menimbulkan dampak buruk sebagaimanaangka 3, penambang wajib melakukan perbaikan dalam rangka menjaminkesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup.

    6. Mentaati seluruh ketentuan peraturan perundangan-undangan untukmewujudkan pertambangan ramah lingkungan hukumnya wajib.

    Ketiga : Rekomendasi

    Pemerintah

    a. Dalam memberikan izin pemanfaatan lahan untuk pertambangan harusdibatasi, selektif dan berkeadilan serta semata-mata untuk kesejahteraanmasyarakat umum (maslahah ammah).

    b. Harus melakukan pengawasan yang efektif terhadap pelaksanaan izin, baikyang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat maupun Daerah dengan melibatkanperan serta masyarakat (broad-based monitoring system).

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN20

    c. Harus melakukan penindakan terhadap praktek penyimpangan atasperizinan serta pelaksanaan pertambangan yang tidak memenuhipersyaratan dan/atau menimbulkan kerusakan sebagaimana dalamketentuan fatwa ini, baik dengan tawidl (ganti rugi) maupun tazir(hukuman).

    d. Meninjau kembali izin yang diberikan kepada perusahaan yang secara nyatatidak memberikan manfaat langsung kepada masyarakat.

    e. Terus mengupayakan kesadaran pendidikan lingkungan hidup bagimasyarakat.

    Legislatif

    a. Agar membuat Undang-Undang yang memberikan sanksi tegas kepadaperusak lingkungan dalam pertambangan;

    b. Agar mereviu dan mengganti ketentuan peraturan perundang-undanganyang hanya menguntungkan sekelompok orang dan tidak menjaminpemanfaatan pertambangan untuk kesejahteraan masyarakat dankedaulatan nasional.

    Pemerintah Daerah

    a. Agar pemberian izin pertambangan yang menjadi kewenangannya harussesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, baik terkaitdengan tata ruang wilayah maupun tata guna lahan serta harusmemperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan.

    b. Agar meningkatkan monitoring dan pengawasan pelaksanaan reklamasilahan pasca pertambangan dengan melibatkan masyarakat.

    c. Agar meningkatkan pengawasan secara efektif terhadap konsistensi kegiatanpertambangan agar tidak menimbulkan dampak bagi kelangsunganlingkungan hidup.

    d. Agar tidak memberikan izin monopoli pertambangan kepada pihak tertentu.

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN 21

    Pengusaha

    a. Agar mentaati seluruh ketentuan perizinan secara benar, termasukketentuan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

    b. Agar melakukan reklamasi dan restorasi terhadap lahan yang rusak akibatpertambangan tersebut sebelum meninggalkan lokasi pertambangan.

    c. Agar melakukan pemberdayaan masyarakat, terutama masyarakat sekitaragar lebih sejahtera.

    d. Agar memikul tanggung jawab sosial untuk menjamin terwujudnyakesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan.

    e. Agar mentaati kewajiban penunaian zakat atas hasil tambangnya sesuaiketentuan kepada lembaga amil zakat.

    Tokoh Agama

    a. Mengembangkan pemahaman dan pengamalan agama dalam aspekperlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan sumber daya alamuntuk mewujudkan kemaslahatan.

    b. Memberikan panduan keagamaan guna mewujudkan kesadaran masyarakatdalam pemeliharaan lingkungan hidup.

    c. Berperan serta dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat danmencegah terjadinya kerusakan lingkungan hidup akibat pertambangandengan memberikan pengarahan dan pencegahan melalui dakwah yangbijaksana terhadap pemegang kebijakan dan pemangku kepentingan.

    Masyarakat

    a. Berperan serta dalam mewujudkan pertambangan yang ramah lingkungan;

    b. Berperan serta dalam melakukan pengawasan sosial dan pencegahankerusakan lingkungan;

    c. Membangun kesadaran dan tanggung jawab dalam pelestarian lingkungan.

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN22

    Keempat : Ketentuan Penutup

    1. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diperbaiki dandisempurnakan sebagaimana mestinya.

    2. Agar setiap muslim dan pihak-pihak yang memerlukan dapatmengetahuinya, menghimbau semua pihak untuk menyebarluaskan fatwaini.

    Ditetapkan di : JakartaPada tanggal : 12 Rabiul Tsani 1432 H

    26 Mei 2011M

    MAJELIS ULAMA INDONESIAKOMISI FATWA

    Ketua Sekretaris

    PROF. DR. H. HASANUDDIN AF DR. HM. ASRORUN NIAM SHOLEH, MA

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN 23

    BAB 2

    TRANSLITERASIFATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

    TENTANGPERTAMBANGAN RAMAH LINGKUNGAN

    KerjasamaKementerian Lingkungan Hidup

    dengan Majelis Ulama Indonesia

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN24

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN 25

    FATWAMAJELIS ULAMA INDONESIA

    Nomor: 22 Tahun 2011

    Tentang

    PERTAMBANGAN RAMAH LINGKUNGAN

    Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), setelah :

    MENIMBANG : a. bahwa manusia sebagai khalifah di bumi (khalifah fi al-ardl) memiliki amanah dan tanggung jawab untukmemakmurkan bumi seisinya;

    b. bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya, termasuk barang tambang, merupakan karuniaAllah SWT yang dapat dieksplorasi dan dieksploitasi untukkepentingan kesejahteraan dan kemaslahatan masyarakat(mashlahah ammah) secara berkelanjutan.

    c. bahwa dalam proses eksplorasi dan eksploitasisebagaimana dimaksud huruf b wajib menjaga kelestariandan keseimbangan lingkungan hidup agar tidakmenimbulkan kerusakan (mafsadah);

    d. bahwa dalam prakteknya, kegiatan pertambanganseringkali menyimpang dan tidak memperhatikan dampaknegatif, baik pada aspek ekologi, eknomi, maupun sosialdan budaya;

    e. bahwa terhadap masalah ini, ada pertanyaan dimasyarakat mengenai hukum pertambangan dalam Islamdan praktek pertambangan yang menimbulkan kerusakanlingkungan;

    f. bahwa oleh karena itu Komisi Fatwa MUI perlumenetapkan fatwa tentang pertambangan ramahlingkungan guna dijadikan pedoman.

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN26

    MENGINGAT :

    1. Ayat-ayat al-Quran:

    a. Firman Allah yang menegaskan bawa Allah telah menjadikan danmenundukkan alam untuk kepentingan manusia, antara lain:

    Alam tarau annallaha sakhkhara lakum maa fis samaawaati wa maafil ardli wa asbagha alaikum niamahu zhaahirataw wa baathinahTidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah Telah menundukkanuntuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi danmenyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. (QS. Lukman:20)

    Alam tara annallaha sakhkhara lakum maa fil ardli wal fulka tajrii filbahri bi amrihi wa yumsikus samaa-a an taqaa alal ardli illaa biidznih. Innallaha bin naasi lara-uufur rahiim.Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimuapa yang ada di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan denganperintah-Nya. dan dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi,melainkan dengan izin-Nya? Sesungguhnya Allah benar-benar MahaPengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia. (QS Al-Hajj [22]:65)

    Huwalladzi khalaqa lakum maa fil ardli jamiiaa.Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu(QS. Al-Baqarah[2] :29)

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN 27

    b. Firman Allah SWT yang menjelaskan keberadaan barang tambang danpertambangan yang memiliki kemanfaatan untuk kemanusiaan,antara lain:

    Wa anzalnal hadiida fiihi basun syadiiduw wa manaafiu linnaasi waliya lamallaahu man yanshuruhu wa rusulahuu bil ghaib. Innallahaqawiyyun aziiz.Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebatdan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakanbesi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong(agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya.Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (QS. Al-Hadid [57]:25)

    Anzala minas samaa-i maa-an fasaalat audiyatum biqadarihaafahtamalas sailu zabadar raabiyaa. Wa mimmaa yuuqiduuna alaihifin naaribtighaa-a hilyatin au mataain zabadum mitsluh. Kadzaalikayadlribullaahul haqqa wal baathil. Fa ammaz abadu fa yadzhabujufaa-aa. Wa ammaa maa yanfaun naasa fa yamkutsu fil ardl.Kadzaalika yadlribullahul amtsaal.Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah airdi lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buihyang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalamapi untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN28

    c. Firman Allah SWT yang menegaskan hubungan antara keimanandengan memakmurkan bumi dan seisinya serta dampak negatif yangditimbulkan jika tidak memperhatikan kaedah pelestarian lingkungan,antara lain:

    buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yangbenar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatuyang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepadamanusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuatperumpamaan-perumpamaan (QS al-Rad [13]:17)

    Wa alannal hadidd. Animal saabighaatiw waqaddir fis sardi wamaluushaalihaa. Innii bimaa tamaluuna bashiir.Dan Kami telah melunakkan besi untuknya. (Yaitu) buatlah baju besiyang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalanyang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan. (QS.Saba [34]: 10 11)

    Wa ilaa tsamuuda akhaahum shaalihaa. Qaala yaa qaumibudullaahamaa lakum min ilaahin ghairuh. Huwa ansya-akum minal ardliwastamarakum fiihaa fastaghfiruuhu tsumma tuubuu ilaih. Innarabbii qariibum mujiib.

    Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shalehberkata: Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimuTuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) danmenjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya,

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN 29

    Awalam yasiiruu fil ardli fa yanzhuruu kaifa kaana aaqibatalladziinamin qablihim kaanuu asyadda minhum quwwataw wa atsaarul ardlawa amaruuhaa aktsara mimmaa amaruuhaa wa jaa-athumrusuluhum bil bayyinaati fa maa kaanallahu liyazhlimahum wa laakinkaanuu anfusahum yazhlimuun.Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi danmemperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orangsebelum mereka? orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka(sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannyalebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datangkepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yangnyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka, akantetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri. (QS. Al-Rum[30] : 9)

    d. Firman Allah SWT yang melarang berbuat kerusakan di bumi, termasukdi dalamnya dalam hal pertambangan, antara lain :

    kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat(rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya). (QS. Hud [11]:61)

    Wa laa tufsiduu fil ardli bada ishlaahihaaDan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah(Allah) memperbaikinya (QS. Al-Araf: 56)

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN30

    Kuluu wasyrabuu mir rizqillaahi wa laa tatsau fil ardli mufsidiin.Makan dan minumlah rezki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamuberkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan. (QS. Al-Baqarah[2]:60)

    Wabtaghi fiimaa aataakallahud daaral aakhirata wa laa tansanashiibaka minad dunyaa. Wa ahsin kamaa ahsanallahu ilaika walaa tabghil fasaada fil ardl. Inaallaha laa yuhibbul mufsidiin.Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakanbahagianmu dari (kenimatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepadaorang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, danjanganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allahtidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al-Qashash[28]:77)

    Walaa tabkhasun naasa asyyaa-ahum wa laa tatsau fil ardlimufsidiin.Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya danjanganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan.(QS al-Syuara [26]:183)

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN 31

    Zhaharal fasaadu fil barri wal bahri bimaa kasabat aidin naasaliyudziiqahum badlalladzii amiluu laallahum yarjiuun.Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karenaperbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada merekasebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar). (QS. Al-Rum [30]:41)

    Wa laa tulquu bi aidiikum ilat tahlukah Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalamkebinasaan (QS al-Baqarah [2] : 195)

    e. Firman Allah SWT yang menjelaskan kewajiban taat kepada ulil amri,antara lain:

    Yaa-ayyuhalladziina aamanuu athiiullaahi wa athiiur rasuula wa ulilamri minkum.Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),dan ulil amri di antara kamu. (QS. Al-Nisa [4]: 59)

    2. Hadis Rasulullah SAW, antara lain:

    An ibn Abbas qaala qaala rasuulullaahi shallallaahu alaihi wa sallam.Almuslimuuna syurakaa-u fi tsalaatsin fil maa-i wal kalai wan naar.(rawaahu muslim)

    Dari Ibn Abbas ra ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Kaum Muslimberserikat dalam tiga hal: air, padang rumput gembalaan, dan api.(HR. Muslim)

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN32

    An saiidin ibn zaidin anin nabiyy shallallahu alaihi wa sallama qaalaman ahyaa ardlan maitatan fahiya lahu wa laisa li irqin zhaaliminhaqqun.Dari Said ibn Zaid ra dari Nabi saw beliau bersabda: Barang siapamenghidupkan tanah yang mati maka ia berhak memilikinya, dan bagiorang yang zhalim tidak memiliki hak untuk itu

    An jaabirin ibn abdillahi yaquulu samitu rasuulallaahi shallallaahualaihi wa sallama yaquulu: Laa yaghrisu rajulun muslimun gharsanwa laa zaran fa yakulu minhu sabuun au thaa-irun au syai-un illaakaana lahuu fiihi ajrun (rawaahu muslim)Dari Jabir ibn Abdillah ra ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Tidaklahseorang muslim menanam satu buah pohon kemudian dari pohontersebut (buahnya) dimakan oleh binatang buas atau burung atau yanglainnya kecuali ia memperoleh pahala (HR. Muslim)

    An saiidin ibn zaidin radliyallaahu anhu qaala samitu rasuulallahishallallahu alaihi wa sallama yaquulu: Man zhalama minal ardlisyaian thawwaqahu min sabi aradliin.

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN 33

    Dari Said ibn Yazid ra ia berkata: Saya mendengar Rasulullah sawbersabda: Barang siapa melakukan kezhaliman terhadap sesuatu pundari bumi, niscaya Allah akan membalasnya dengan borgolan tujuhkali bumi yang ia zhalimi.

    An amrin ibnisy syariid qaala samitusy syariida yaquul: samiturasuulallahi shallallahu alaihi wa sallama yaquulu man qatalaushfuura abatsan ajja ilallaahi azza wa jalla yamal qiyaamatiyaquulu Yaa rabbi inna fulaana qatalanii abatsan wa lam yaqtulniilimanfaatin (rawaahun nasaa-i)Dari Amr ibn Syarid ia berkata: Saya mendengar Syarid ra berkata:Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: Barang siapa membunuhsatu ekor burung dengan sia-sia ia akan datang menghadap Allah SWTdi hari kiamat dan melapor: Wahai Tuhanku, sesungguhnya si fulantelah membunuhku sia-sia, tidak karena untuk diambil manfaatnya.(HR. al-Nasai)

    An ibni Abbasin radliyallaahu anhuma qaala: qaala rasuulullahishallallahu alaihi wa sallama: Laa dlarara wa laa dliraar. (RawaahuAhmad wal baihaqi wal hakim wabnu maajah)Dari Ibn Abbas ra ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Tidak bolehmembahayakan diri sendiri maupun orang lain (HR Ahmad, al-Baihaqi,al-Hakim, dan Ibnu Majah)

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN34

    An abii hurairata radliyallaahu anhu ;anin nabiyy shallallahu alaihiwa sallama qaala: laa yabuulanna ahadukum fil maa-id daa-imitsumma yaghtasilu minhu (Rawaahu muslim)Dari Abi Hurairah ra dari Nabi saw beliau bersabda: Janganlah salahsatu di antara kalian buang air kecil di dalam air yang menggenangkemudian berwudlu darinya. (HR. al-Nasai dan Ibn Majah)

    3. Qaidah ushuliyyah dan qaidah fiqhiyyah

    Al-ashlu fil asyyaa-i al-ibaahatu illaa maa dallad daliilu alaa khilaafihPada prinsipnya setiap hal (di luar ibadah) adalah boleh kecuali adadalil yang menunjukkan sebaliknya

    Al-ashlu fin nahyi lit tahriimPada prinsipnya larangan itu menunjukkan keharaman

    Tasharruful imaami alar raiyyati manuuthun bil mashlahah

    Kebijakan imam (pemerintah) terhadap rakyatnya didasarkan padakemaslahatan.

    Adl-dlararu yuzaalKemudaratan itu harus dihilangkan.

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN 35

    Adl-dlararu yudfau bi qadril imkaanSegala mudharat (bahaya) harus dihindarkan sedapat mungkin.

    Adl-dlararu laa yuzaalu bidl dlararBahaya itu tidak boleh dihilangkan dengan mendatangkan bahayayang lain.

    Dar-ul mafaasisi muqaddamun alaa jalbil mashaalihMenghindarkan mafsadat didahulukan atas mendatangkan maslahat.

    Yutahammaludl dlararul khaashshu li dafidl dlararil aammDharar yang bersifat khusus harus ditanggung untuk menghindarkandharar yang bersifat umum (lebih luas).

    Idzaa taaaradlat mafsadataani au dlararaani ruuiya azhamuhumaadlararan birtikaabi akhaffihimaaApabila terdapat dua kerusakan atau bahaya yang salingbertentangan, maka kerusakan atau bahaya yang lebih besar dihindaridengan jalan melakukan perbuatan yang resiko bahayanya lebih kecil.

    Hukmul haakimi ilzaamun wa yarfaul khilaafKeputusan pemerintah itu mengikat untuk dilaksanakan danmenghilangkan perbedaan pendapat.

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN36

    MEMPERHATIKAN:

    1. Pendapat ulama terkait masalah lingkungan dan pertambangan, antara lain:

    a. Pendapat Imam al-Mawardi dalam al-Ahkam al-Suthaniyyah halaman231 sebagai berikut:Man ahyaa mawaatan malakahuu bi idznil imaami wa bi ghairihi.

    Wa qaala abuu haniifata: laa yajuuzu ihyaa-uhu illaa bi idznil imaami,liqaulin nabiyyi alaihish shalaatu was salaamu: laisa li ahadin ilaamaa thaabat bihi nafsu imaamihi....Wa qaala maalik: jiiraanuhu min ahlil amiri ahaqqu bi ihyaa-ihi minalabaaidi; wa shifatul ihyaa-i mutabaratun bil urfi fiimaa yuraadulahul ihyaa-u; lianna rasuulallaahi shallallahu alaihi wa sallamaathlaqa dzikrahu ihaalatan alal urfil mahuudi fiih.Barang siapa membuka lahan baru maka ia berhak memilikinya, baikdengan atau tanpa izin penguasa. Namun, menurut Imam Abu Hanifahharus seizin penguasa, karena sabda nabi saw: Tidak ada hak bagiseseorang kecuali yang diizinkan oleh Imam.....Menurut Imam Malik ra, orang terdekat lebih berhak untuk membukalahan (dan mengeksplorasinya) dari pada orang yang jauh (asing).Sementara, tata cara pembukaan lahan (yang memiliki konsekwensi

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN 37

    hak kepemilikan dan pemanfaatan) didasarkan pada urf karenarasulullah saw menyebutkannya secara mutlak, tidak memberipenjelasan rinci tentang tata caranya, berarti didasarkan padakebiasaan yang telah disepakati masyarakat.

    b. Imam al-Shanani dalam Subul al-Salam:

    Al-mawaatu bi fathil miimi wal waawil khafiifati: al ardlullatii lamtumar. syubbihatil imaaratu bil hayaati, wa tathiiluhaa bi adamilhayaati, wa ihyaa-uhaa imaaratuhaa. Walam annal ihyaa-a waradaanisy syaarii muthlaqan, wa maa kaana kadzaalika wajabar rujuuufiihi ilal urfi; li annahu qad yubayyinu muthlaqqtisy syaariI kamaafii qabdlil mabiiaati wal hirzi fis sariqati mimmaa yahkumu bihil urfu.Walladzii yahshulu bihil ihyaa-u fil urfi ahadu khamsati asbaab:tabyiidlul ardli wa tanqiyatuhaa liz zarI, wa binaa-ul haaithi alal ardliwa hafrul khandaqil qaiiril ladzii laa yathlau man nazalahu illaa bimathlain. Haadzaa kalaamul imaami yahyaa.Al-Mawat yaitu: tanah (sumber daya alam) yang belum dimakmurkan(diolah dan dieksplorasi). Proses pemakmuran diserupakan dengankehidupan dan pembiarannya diserupakan dengan tidak adanya

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN38

    kehidupan. Menghidupkan bumi dengan cara mengolahkan. Ketahuilah,ketentuan mengenai ihya (pengolahan dan eksplorasi) dari Syaribersifat mutlak. Dengan demikian, implementasinya harus kembalipada urf (kebiasaan) masyarakat mengenai tata caranya. Dalam hallain, Syari terkadang memberikan penjelasan tentang suatu masalahsecara mutlak, sebagaimana ketentuan al-qabdlu (menerima) dalamharta untuk jual beli serta ketentuan al-hirzu (tempat penyimpanan)dalam masalah pencurian yang implementasinya didasarkan pada urf.Menurut urf (setidaknya) ada lima hal yang bisa dikategorikan sebagaiihya, yaitu: memutihkan tanah dan membersihkannya untukkemudian ditanami, membangun pagar, menggali parit, sehingga orangyang lewat tidak memungkinkan untuk melihatnya. Ini pendapat ImamYahya.

    c. Ibn Qudamah dalam al-Mughni, juz 8 halaman 149:

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN 39

    Fashlun: wa maa qaruba minal aamiri wa tataallaqu bi mashaalihihimin thuruqihii wa masiili maa-ihi wa mathrahi qumaamatihi wamulqaa turaabihi wa aalaatihi fa laa yajuuzu ihyaa-uhu bi ghairikhilaafin fil madzhabi wa kadzaalika maa taallaqa bi mashaalihilqaryati ka finaa-ihaa wa mara maasyiyatihaa wa muhtathabihaawa thuruqihaa wa masiili maa-ihaa laa yamliku bil ihyaa-i wa laanalamu fiihi aidlan khilaafan baina ahlil ailmi wa kadzaalika hariimulbiri wan nahri wal aini. Wa kullu mamluukin laa yajuuzu ihyaa-umaa taallaqa bi mashaalihihi li qaulihii alaihis salaamu: (man ahyaaardlan maitatan fii ghairi haqqi muslimin fa hiya lahu) mafhuumuhuanna maa taallaqa bihi haqqu muslimin laa yamliku bil ihyaa-i wa liannahu taabiun lil mamluuki, walau jawwaznaa ihyaa-ahu la bathalalmilku fil aamiri alaa ahlih....Lahan yang dekat dengan khalayak dan terkait dengankemaslahatannya, seperti untuk jalan, saluran air, pembuangansampah, pembuangan debu, maka dalam hal seperti ini tidak bolehada ihya (pemanfaatan lahan) untuk dikuasai. Hal demikian tidak adaperbedaan dalam pendapat madzhab. Demikian juga yang terkaitdengan kemasalahatan kawasan, seperti tempat gembala dan tempatmengambil kayu bakar, jalan-jalan dan saluran airnya. Kesemuanya itutidak dapat dikuasi untuk dimiliki dengan cara ihya (menghidupkannya), dan kami tidak melihat adalah khilaf di antara ulama. Setiaplahan yang telah dimiliki orang juga tidak mungkin dilakukan ihya untukkepentingan kemaslahatannya, sebagaimana sabda nabi saw Barangsiapa yang menghidupkan tanah yang mati di luar yang telah dimilikioleh orang Islam makan ia berhak memilikinya. Dari hadis ini, diperolehpemahaman bahwa sesuatu yang terkait dengan hak seorang muslimtidak dapat dimiliki (oleh orang lain) sebab adanya ihya (mengolahnya),karena hak pengolahan tersebut ikut dalam kepemilikan barang.Seandainya dibolehkan adanya hak ihya terhadap harta yang dimilikiorang lain niscaya akan batal adanya hak kepemilikian tersebut.

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN40

    d. Ibn Qudamah dalam al-Mughni, juz 8 Halaman 153 - 156

    fashlu: lil imaami iqthaaul mawaati liman yuhyiihi fa yakuunu bimanzilatil mutahajjirisy syaariI fil ihyaa-I lima ruwiya annan nabiyyashallallahu alaihi wa sallama (aqthaa bilaalabnal haaritsa al aqiiqaajma) .. wa qaala saiidun: haddatsanaa sufyaan anibni abiinujaihin an amrin ibn Syuaibin (anna rasuulallaahi shallallaahualaihi wa sallama aqthaa naasan min juhainata au muzainata ardlanfa aththaluuhaa fa jaa-a qaumun fa ahyauhaa fa khaashamahumulladziina aqthaahum rasuulullaahi shallallahu alaihi wa sallama ilaumarabnal khaththaabi fa qaala umar : Lau kaanat qathiiatan minniiau min abii bakrin lam aruddahaa wa lakinnahaa qathiiatan minrasuulillaahi shallallahu alaihi wa sallama fa ana arudduhaa tsummaqaala umaru radliyallaahu anhu : Man kaanat lahuu ardlun yaniiman tahajjara ardlan fa aththalahaa tsalaatsa siniina fa jaa-aqaumun fa ammaruuhaa fa hum ahaqqu bihaa

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN 41

    Pemerintah dapat menetapkan hak kepemilikan mawat (lahan kosong)kepada orang yang menghidup kannya (merambahnya) sebagaimananabi saw pernah memberikan kuasa kepada Bilal ibn Harits terhadapLembah Ajma.... Said berkata: Diceritakan dari Sufyan dari Ibn AbiNujaih dari Amr ibn Syuaib bahwa rasulullah saw memberikan kuasasebidang tanah kepada seseorang dari Juhainah atau Muzainah, akantetapi mereka membiarkannya (tanpa pemanfaatan) lantas datangseseorang dan menggarapnya. Kemudian orang yang diberikewenangan nabi tersebut datang mengadukan hal ini kepada KhalifahUmar ibn Khattab, dan Umar berkata: Seandainya pemberian tersebutdari saya dari Abu Bakar aku pati tidak akan mengembalikannya. Akantetapi ini penetapan pemberian dari Rasulullah saw maka aku putuskanuntuk mengembalikannya. Setelah itu Umar berkata lagi: Barang siapayang memiliki tanah, yakni menguasai (mengkarantina) tanah danmembiarkannya selama tiga tahun (tanpa pengolahan) lantas datangkelompok orang lain memakmur kannya maka orang tersebut lebihberhak memilikinya.

    e. Ibn Hajar al-Haitami dalam Tuhfat al-Muhtaj fi Syarh al-Minhaj , juz25 halaman 267

    Li anna hariiman nahri laa yajuuzut tasharrufu fiihi bimaa yadlurrufil intifaaI bihi kamaa taqarrara wa minhaa annahuu qad yusykilujawaazu binaa-il qantharati war rahaa fil mawaati wal umraanibimtinaaI ihyaa-I hariimin nahri wal maa-i fiihi illaa an yujaaba biannal mumtania at tamalluku bil ihyaa-i wa ammaa mujarradulintifaai bi hariimihi bi syarthi adamidl dlarari fa laa maania minhu.

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN42

    f. Imam Zakaria al-Anshari dalam Asna al-Mathalib Syarh Raudlatu al-Thalibin, juz 19 halaman 140

    (tanbiihun) Qaalal ghazaaliy fil ihyaa-i lawightasala fil hammaamiwa tarakash shaabuuna was sidral muzliqaini bi ardlil hammaami fazalaqa bihii insaanun fa talafa au talafa minhu udlwun wa kaana fiimaudliin laa yazhharu bi haitsu yataadzdzarul ihtiraazu minhu fadldlamaanu mutaraddidun bainat taariki wal hammaamyy idz alalhammaamyy tanzhiiful hammaam.Imam Ghazali dalam kitab Ihyaulumiddin berpendapat, jika seseorangmandi di kamar mandi dan meninggalkan bekas sabun yangmenyebabkan licinnya lantai, lantas menyebabkan seeorang tergelincirdan mati atau anggota tubuhnya cedera, sementara hal itu tidakNampak, maka kewajiban menanggung akibat tersebut dibebankankepada orang yang meninggalkan bekas serta penjaga, mengingatkewajiban penjaga untuk membersihkan kamar mandi.

    2. Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 yang menegaskan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yangterkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuksebesar-besar kemakmuran rakyat;

    3. Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineraldan Batubara;

    4. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan danPengelolaan Lingkungan Hidup;

    5. Hasil Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia II di Gontor Ponorogo Tahun2006 tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam;

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN 43

    6. Hasil Workshop tentang Masalah Lingkungan Hidup yang diselenggarakanoleh Kementerian Lingkungan Hidup dan MUI di Bogor pada 15 17 April2011;

    7. Keterangan ahli dari Kementerian Lingkungan Hidup mengenai kebijakanPemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup serta hasil kunjunganlapangan ke lokasi pertambangan pada 5 7 Mei 2011;

    8. Pendapat, saran, dan masukan yang berkembang dalam Rapat-Rapat KomisiFatwa tanggal 12 Mei 2011, tanggal 19 20 Mei 2011, tanggal 22 Mei 2011,dan tanggal 26 Mei 2011.

    Dengan bertawakkal kepada Allah SWT

    MEMUTUSKAN

    MENETAPKAN: FATWA TENTANG PERTAMBANGAN RAMAH LINGKUNGAN

    Pertama : Ketentuan Umum

    Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan :

    1. Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangkapenelitian, pengelolaan, dan pengusahaan mineral, batubara, minyak, gasbumi, atau barang tambang lainnya yang meliputi penyelidikan umum,eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, pertambangan, pengolahan, danpemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.

    2. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yangmempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dankesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

    3. Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan orang yang menimbulkanperubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup sehingga melampaui kriteria baku kerusakanlingkungan hidup.

    4. Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung dan/atau tidaklangsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yangmelampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN44

    Kedua : Ketentuan Hukum

    1. Pertambangan boleh dilakukan sepanjang untuk kepentingan kemaslahatanumum, tidak mendatangkan kerusakan, dan ramah lingkungan.

    2. Pelaksanaan pertambangan sebagaimana dimaksud angka satu harusmemenuhi persyaratan sebagai berikut:a. harus sesuai dengan perencanaan tata ruang dan mekanisme perizinan

    yang berkeadilan;b. harus dilakukan studi kelayakan yang melibatkan masyarakat pemangku

    kepentingan (stake holders)c. pelaksanaannya harus ramah lingkungan (green mining);d. tidak menimbulkan kerusakan dan pencemaran lingkungan;e. melakukan reklamasi, restorasi dan rehabilitasi pascapertambangan;f. pemanfaatan hasil tambang harus mendukung ketahanan nasional dan

    pewujudan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan amanat UUD; dang. memperhatikan tata guna lahan dan kedaulatan teritorial.

    3. Pelaksanaan pertambangan sebagaimana dimaksud angka satu wajibmenghindari kerusakan (dafu al-mafsadah), yang antara lain:a. menimbulkan kerusakan ekosistem darat dan laut;b. menimbulkan pencemaran air serta rusaknya daur hidrologi (siklus air);c. menyebabkan kepunahan atau terganggunya keanekaragaman hayati

    yang berada di sekitarnya;d. menyebabkan polusi udara dan ikut serta mempercepat pemanasan

    global;e. mendorong proses pemiskinan masyarakat sekitar;f. mengancam kesehatan masyarakat.

    4. Kegiatan pertambangan yang tidak sesuai dengan persyaratan sebagaimanaangka 2 dan angka 3 serta tidak mendatangkan kesejahteraan bagimasyarakat sekitar, hukumnya haram.

    5. Dalam hal pertambangan yang menimbulkan dampak buruk sebagaimanaangka 3, penambang wajib melakukan perbaikan dalam rangka menjaminkesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup.

    6. Mentaati seluruh ketentuan peraturan perundangan-undangan untukmewujudkan pertambangan ramah lingkungan hukumnya wajib.

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN 45

    Ketiga : Rekomendasi

    Pemerintah

    a. Dalam memberikan izin pemanfaatan lahan untuk pertambangan harusdibatasi, selektif dan berkeadilan serta semata-mata untuk kesejahteraanmasyarakat umum (maslahah ammah).

    b. Harus melakukan pengawasan yang efektif terhadap pelaksanaan izin, baikyang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat maupun Daerah dengan melibatkanperan serta masyarakat (broad-based monitoring system).

    c. Harus melakukan penindakan terhadap praktek penyimpangan atasperizinan serta pelaksanaan pertambangan yang tidak memenuhipersyaratan dan/atau menimbulkan kerusakan sebagaimana dalamketentuan fatwa ini, baik dengan tawidl (ganti rugi) maupun tazir(hukuman).

    d. Meninjau kembali izin yang diberikan kepada perusahaan yang secara nyatatidak memberikan manfaat langsung kepada masyarakat.

    e. Terus mengupayakan kesadaran pendidikan lingkungan hidup bagimasyarakat.

    Legislatif

    a. Agar membuat Undang-Undang yang memberikan sanksi tegas kepadaperusak lingkungan dalam pertambangan;

    b. Agar mereviu dan mengganti ketentuan peraturan perundang-undanganyang hanya menguntungkan sekelompok orang dan tidak menjaminpemanfaatan pertambangan untuk kesejahteraan masyarakat dankedaulatan nasional.

    Pemerintah Daerah

    a. Agar pemberian izin pertambangan yang menjadi kewenangannya harussesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, baik terkaitdengan tata ruang wilayah maupun tata guna lahan serta harusmemperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan.

    b. Agar meningkatkan monitoring dan pengawasan pelaksanaan reklamasilahan pasca pertambangan dengan melibatkan masyarakat.

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN46

    c. Agar meningkatkan pengawasan secara efektif terhadap konsistensi kegiatanpertambangan agar tidak menimbulkan dampak bagi kelangsunganlingkungan hidup.

    d. Agar tidak memberikan izin monopoli pertambangan kepada pihak tertentu.

    Pengusaha

    a. Agar mentaati seluruh ketentuan perizinan secara benar, termasukketentuan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

    b. Agar melakukan reklamasi dan restorasi terhadap lahan yang rusak akibatpertambangan tersebut sebelum meninggalkan lokasi pertambangan.

    c. Agar melakukan pemberdayaan masyarakat, terutama masyarakat sekitaragar lebih sejahtera.

    d. Agar memikul tanggung jawab sosial untuk menjamin terwujudnyakesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan.

    e. Agar mentaati kewajiban penunaian zakat atas hasil tambangnya sesuaiketentuan kepada lembaga amil zakat.

    Tokoh Agama

    a. Mengembangkan pemahaman dan pengamalan agama dalam aspekperlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan sumber daya alamuntuk mewujudkan kemaslahatan.

    b. Memberikan panduan keagamaan guna mewujudkan kesadaran masyarakatdalam pemeliharaan lingkungan hidup.

    c. Berperan serta dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat danmencegah terjadinya kerusakan lingkungan hidup akibat pertambangandengan memberikan pengarahan dan pencegahan melalui dakwah yangbijaksana terhadap pemegang kebijakan dan pemangku kepentingan.

    Masyarakat

    a. Berperan serta dalam mewujudkan pertambangan yang ramah lingkungan;

    b. Berperan serta dalam melakukan pengawasan sosial dan pencegahankerusakan lingkungan;

    c. Membangun kesadaran dan tanggung jawab dalam pelestarian lingkungan.

  • FATWA MUI TENTANG PERTAMBANGAN LINGKUNGAN 47

    Keempat : Ketentuan Penutup

    1. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diperbaiki dandisempurnakan sebagaimana mestinya.

    2. Agar setiap muslim dan pihak-pihak yang memerlukan dapatmengetahuinya, menghimbau semua pihak untuk menyebarluaskan fatwaini.

    Ditetapkan di : JakartaPada tanggal : 12 Rabiul Tsani 1432 H

    26 Mei 2011M

    MAJELIS ULAMA INDONESIAKOMISI FATWA

    Ketua Sekretaris

    PROF. DR. H. HASANUDDIN AF DR. HM. ASRORUN NIAM SHOLEH, MA