tafsir tematik,komunikasi intra-interpersonal dlm al-qur'an_2

25
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-quran sebagai kitab petunjuk memberikan arahan kepada umat manusia, bukan kepada persoalan ibadah saja, tetapi pada ranah mu’amalah juga. Salah satu dari bentuk mu’amalah itu adalah komunikasi. Al-qur’an menata bagaimana seharusnya muslim berkomunikasi ketika pribadi mereka menghadapi keadaan lawan bicara yang berbeda-beda. Misalnya, serangkaian ayat yang mengandung konteks komunikasi seperti komunikasi intrapersonal dan interpersonal. Ayat-ayat tersebut menunjukkan wawasan al-qur’n terhadap bentuk-bentuk intrapersonal dan interpersonal, sebagai gambaran prototipe yang selalu ada dalam kehidupan manusia dimanapun dan kapanpun agar dapat menjadi pelajaran bagi umat manusia. Seperti halnya pada saat ini telah banyak kita lihat persoalan-persoalan dikalangan umat muslim yang berkaitan dengan komunikasi khususnya di ranah intra-interpersonal. Banyak muslim saat ini lalai dalam mengingat Allah SWT yang mana disebabkan kurangnya kontrol terhadap proses komunikasi intrapersonal dengan nuansa islami. Kemudian banyak juga kita temui masalah-masalah hubungan antarpribadi sesama muslim pada khususnya, seperti konflik didalam keluarga, sahabat, bahkan konflik yang terjadi antar kelompok- kelompok, madzhab, dan aliran dalam islam. Berdasarkan fenomena yang terjadi, wawasan al-qur’an menjadi solusi dalam menghadapi persoalan tersebut. Ini menjadi hal yang baru dalam kajian tafsir tematik dalam menyingkap makna-makna yang telah tersirat dalam al-qur’an dalam ilmu komunikasi, sehingga menjadi manfaat dalam pengkajian lebih lanjut tentang relasi al-qur’an terhadap kehidupan dan keseharian manusia dalam beribadah kepada Allah SWT. B. Rumusan Masalah 1. Apakah Pengertian Komunikasi Intrapersonal dan Macam-macamnya? 2. Apakah Pengertian Komunikasi Interpersonal dan Macam-macamnya? 3. Bagaimana Wawasan Al-qur’an dalam konteks Komunikasi Intrapersonal? 4. Bagaimana Wawasan Al-qur’an dalam konteks Komunikasi Interpersonal? C. Tujuan 1. Memahami Komunikasi Intra-Interpersonal dalam perspektif ilmu Komunikasi. 2. Agar dapat dipaparkan dengan rinci mengenai konteks komunikasi Intra-Interpersonal dalam Al-qur’an berserta makna yang terkandungnya

Upload: iik-hikmah

Post on 12-Feb-2016

36 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Tafsir Tematik,Komunikasi Intra-Interpersonal Dlm Al-qur'An_2

TRANSCRIPT

Page 1: Tafsir Tematik,Komunikasi Intra-Interpersonal Dlm Al-qur'An_2

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-quran sebagai kitab petunjuk memberikan arahan kepada umat manusia, bukan

kepada persoalan ibadah saja, tetapi pada ranah mu’amalah juga. Salah satu dari bentuk

mu’amalah itu adalah komunikasi. Al-qur’an menata bagaimana seharusnya muslim

berkomunikasi ketika pribadi mereka menghadapi keadaan lawan bicara yang berbeda-beda.

Misalnya, serangkaian ayat yang mengandung konteks komunikasi seperti komunikasi

intrapersonal dan interpersonal. Ayat-ayat tersebut menunjukkan wawasan al-qur’n terhadap

bentuk-bentuk intrapersonal dan interpersonal, sebagai gambaran prototipe yang selalu ada

dalam kehidupan manusia dimanapun dan kapanpun agar dapat menjadi pelajaran bagi umat

manusia.

Seperti halnya pada saat ini telah banyak kita lihat persoalan-persoalan dikalangan

umat muslim yang berkaitan dengan komunikasi khususnya di ranah intra-interpersonal.

Banyak muslim saat ini lalai dalam mengingat Allah SWT yang mana disebabkan kurangnya

kontrol terhadap proses komunikasi intrapersonal dengan nuansa islami. Kemudian banyak

juga kita temui masalah-masalah hubungan antarpribadi sesama muslim pada khususnya,

seperti konflik didalam keluarga, sahabat, bahkan konflik yang terjadi antar kelompok-

kelompok, madzhab, dan aliran dalam islam.

Berdasarkan fenomena yang terjadi, wawasan al-qur’an menjadi solusi dalam

menghadapi persoalan tersebut. Ini menjadi hal yang baru dalam kajian tafsir tematik dalam

menyingkap makna-makna yang telah tersirat dalam al-qur’an dalam ilmu komunikasi,

sehingga menjadi manfaat dalam pengkajian lebih lanjut tentang relasi al-qur’an terhadap

kehidupan dan keseharian manusia dalam beribadah kepada Allah SWT.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah Pengertian Komunikasi Intrapersonal dan Macam-macamnya?

2. Apakah Pengertian Komunikasi Interpersonal dan Macam-macamnya?

3. Bagaimana Wawasan Al-qur’an dalam konteks Komunikasi Intrapersonal?

4. Bagaimana Wawasan Al-qur’an dalam konteks Komunikasi Interpersonal?

C. Tujuan

1. Memahami Komunikasi Intra-Interpersonal dalam perspektif ilmu Komunikasi.

2. Agar dapat dipaparkan dengan rinci mengenai konteks komunikasi Intra-Interpersonal

dalam Al-qur’an berserta makna yang terkandungnya

Page 2: Tafsir Tematik,Komunikasi Intra-Interpersonal Dlm Al-qur'An_2

2

3. Menunjukkan bahwa Al-qur’an akan terus relavan seiring dengan kebutuhan manusia

walaupun zaman yang terus berkembangnya.

4. Mampu menafsirkan ayat-ayat Al-qur’an dalam konteks ilmu Komunikasi, sehingga bisa

menjadi implikasi dalam kehidupan sehariannya.

Page 3: Tafsir Tematik,Komunikasi Intra-Interpersonal Dlm Al-qur'An_2

3

BAB II

PENGERTIAN INTRA-INTERPERSONAL

1. Komunikasi Intrapersonal dan Macam-macamnya

A. Pengertian

Komunikasi intrapersonal menurut Jalaludin Rahmat(2013:47) adalah proses

pengolahan informasi. Proses ini melewati empat tahap; sensasi, persepsi, memori,

dan berpikir.

B. Macam-macamnya

1. Sensasi

Tahap paling awal dalam penerimaan informasi adalah sensasi. Sensasi berasal

dari kata “sense” , artinya alat pengindraan,yang menghubungkan organisme

dengan lingkungannya. Secara terminologi senasi adalah pengalaman elementer

yang segera, yang tidak membutuhkan penguraian verbal, simbolis, atau

konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indra.

2. Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-

hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan

atau proses memberi makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh

pengetahuan baru.

Menurut Thoha persepsi pada hakikatnya adalah “proses kognitif yang dialami

oleh setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat

penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman.”1

3. Memori

“Memori adalah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan

organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan

1 Laura A. King, the Sience of Psychology: An Appreciative View, hal. 225

Page 4: Tafsir Tematik,Komunikasi Intra-Interpersonal Dlm Al-qur'An_2

4

pengetahuannya untuk membimbing perilaku.” Ini definisi menurut Schlessinger

dan Groves.2 Atau proses menyimpan informasi dan memanggilnya kembali.

Jenis-Jenis Memori

a. Pengingatan (Recall)

Proses aktif untuk menghasilkan kembali fakta dan informasi secara verbatim

(kata demi kata), tanpa petunjuk yang jelas.

b. Pengenalan (Recognition)

Agak sukar untuk mengingat kembali sejumlah fakta; lebih mudah

mengenalnya kembali.

c. Belajar Lagi (Relearning)

Menguasai kembali pelajaranyang sudah pernah kita diperoleh termasuk

pekerjaan memori.

d. Redintegrasi (Redintegration)

Merekontruksi seluruh masa lalu dari satu petunjuk memori kecil.

4. Berpikir

Apakah Berpikir Itu?

“Berpikir merupakan manipulasi atau organisasi unsur-unsur lingkungan

dengan menggunakan lambang-lambang sehingga tidak perlu langsung melakukan

kegiatan yang tampak,” kata Floyd L.Ruch3

Menurut Paul Mussen dan Mark R. Rosenzweig, “The term „thinkking‟ refers

to many kind of activities that involve the manipulation of concepts and symbols,

representations of objects and events” (1973:410). Jadi, berpikir menunjukkan

berbagai kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan lambang, sebagai

pengganti objek dan peristiwa.

Bagaimana Orang Berpikir?

Secara garis besar ada dua macam berpikir: berpikir autistik dan berpikir

realistik. Berpikir autistik mungkin lebih tepat disebut melamun. Fantasi,

2 Ibid. Hlm. 61

3 Drs.Jalaludin Rakhmat, M.Sc., Psikologi Komunikasi, PT Remaja Rosda Karya, Bandung, 2013, hlm. 67

Page 5: Tafsir Tematik,Komunikasi Intra-Interpersonal Dlm Al-qur'An_2

5

menghayal, wishful thinking, adalah contoh-contohnya. Dengan berpikir autistik

orang melarikan diri dari kenyataan, dan melihat hidup sebagai gambar-gambar

fantastis. Berpikir realistik, disebut juga nalar (reasoning), ialah berpikir dalam

rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata.

Floyd L. Ruch menyebutkan tiga macam berpikir realistik: deduktif, induktif,

evaluatif.Berpikir deduktif ialah mengambil kesimpulan dari dua pernyataan;

yang pertama merupakan pernyataan umum. Dalam logika ini disebut

silogisme. Berpikir induktif sebaliknya, dimulai dari hal –hal yang khusus dan

kemudian mengambil kesimpulan umum; kita melakukan generalisasi.

Berpikir evaluatif ialah berpikir kritis, menilai baik-buruknya, tepat atau

tidaknya suatu gagasa. Kita menilainya menurut kriteria tertentu.

Menetapkan Keputusan (Decision Making)

Salah satu fungsi berpikir ialah menetapkan keputusan. Keputusan yang

kita ambil beraneka ragam. Akan tetapi, ada tanda-tanda umumnya: (1) keputusan

merupakan hasil berpikir, hasil usaha intelektual; (2) keputusan selalu melibatkan

pilihan dari berbagai alternatif; (3) keputusan selalu melibatkan tindakannyata,

walaupunb pelaksanaannya boleh ditangguhkan atau dilupakan.

Memecahkan Persoalan (Problem Solving)

Proses memecahkan persoalan langsung melalui lima tahap (tentu, tidak selalu

begitu):

1. Terjadi peristiwa ketika perilaku yang biasa dihambat karena sebab-sebab

tertentu.

2. Kita mencoba menggali memori kita untuk mengetahui cara-cara apa saja

yang efektif pada masa yang lalu.

3. Pada tahap ini kita akan mencoba seluruh kemungkinan pemecahan yang

pernah kita ingat atau yang dapat kita pikirkan. Ini disebut penyelesaian

mekanis (mechanical solution) dengan uji coba --- trial and error.

Page 6: Tafsir Tematik,Komunikasi Intra-Interpersonal Dlm Al-qur'An_2

6

4. Kita mulai menggunakan lambang-lambang verbal atau grafis untuk

menyelesaikan masalah. Kita mencoba mamahami situasi yang terjadi,

mencari jawaban, dan menemukan kesimpulan yang tepat.

5. Tiba-tiba terlintas dalam pikiran kita suatu pemecahan.

2. Komunkasi Interpersonal dan Macam-macamnya

A. Pengertian

Dalam sebuah hubugan interpersonal, De Vito (2004:4), lebih menyoroti

karakteristik komunikasi interpersonal berdasarkan sisi keintiman. Ia menyebutnya

dengan istilah established relationship, dyadic primacy, dan dyadic coalition.

Sebuah komunikasi interpersonal adalah sebu-ahbentuk komunikasi yang terdiri

dari dua orang dengan hubungan yang mantap, hubungan personal yang saling

menguntungkan, serta adanya kesadaran masing-masing partisipan untuk berfikir

positif tentang hubungan mereka. Hubungan ini terwujud antara anak dengan orang

tuanya, dua saudara, murid dan guru, sepasang kekasih, dua sahabat, dsb.

Berdasarkan ciri yang diungkapkan oleh De Vito, menunjukan bahwa keintiman

adalah syarat mutlak bagi terwujudnya komunikasi interpersonal.4

B. Klasifikasi Komunikasi Interpersonal

Redding yang dikutip Jalaluddin Rahmat (2012:78-127) mengembangkan

klasifikasi komunikasi interpersonal menjadi interaksi intim, percakapan sosial,

interogasi atau pemeriksaan dan wawancara.

Interaksi intim termasuk komunikasi di antara teman baik, anggota famili,

dan orang-orang yang sudah mempunyai ikatan emosional yang kuat.

Percakapan sosial adalah interaksi untuk menyenangkan seseorang secara

sederhana. Tipe komunikasi tatap muka penting bagi pengembangan

hubungan informal dalam organisasi. Misalnya dua orang atau lebih

bersama-sama dan berbicara tentang perhatian, minat di luar organisasi

seperti isu politik, teknologi dan lain sebagainya.

4 Dr.Suciati ,S.Sos., M.Si., Komunikasi Interpersonal Sebuah Tinjaun Psikologis dan Perspektif Islam, Buku

Litera Yogyakarta, 2015, hlm.2-3

Page 7: Tafsir Tematik,Komunikasi Intra-Interpersonal Dlm Al-qur'An_2

7

Interogasi atau pemeriksaan adalah interaksi antara seseorang yang ada

dalam kontrol, yang meminta atau bahkan menuntut informasi dari yang

lain. Misalnya seorang karyawan dituduh mengambil barang-barang

organisasi maka atasannya akan menginterogasinya untuk mengetahui

kebenarannya.

Wawancara adalah salah satu bentuk komunikasi interpersonal di mana

dua orang terlibat dalam percakapan yang berupa tanya jawab. Misalnya

atasan yang mewawancarai bawahannya untuk mencari informasi

mengenai suatu pekerjaannya.

C. Karakteristik Komunikasi Interpersonal

Richard L. Weaver (dalam Budyatna, 2011: 15-18), menyebutkan ada

delapan karakteristik komunikasi interpersonal :5

Malibatkan paling sedikitnya dua orang

Adanya umpan balik (feedback)

Tidak harus tatap muka

Tidak harus bertujuan

Menghasilkan beberapa pengaruh/efek

Tidak harus menggunakan kata-kata

Dipengaruhi oleh konteks

Dipengaruhi oleh kegaduhan

5 Dr.Suciati ,S.Sos., M.Si., Komunikasi Interpersonal Sebuah Tinjaun Psikologis dan Perspektif Islam, Buku

Litera Yogyakarta, 2015, hlm.1-2

Page 8: Tafsir Tematik,Komunikasi Intra-Interpersonal Dlm Al-qur'An_2

8

BAB III

WAWASAN AL-QUR’AN MENGENAI KOMUNIKASI INTRAPERSONAL

A. Sensasi Dalam Al-Qur’an

Komunikasi intrapersonal meliputi sensasi, persepsi, momeri dan cara berfikir, maka dalam

pandangan Islam mencakup demikian juga dalam perspektif Islam. Sebelum memanggil dan

mengajak seseorang, seorang muslim memiliki kekuatan kesehatan jasmani (fisikal), ruhani, dan

kecerdasan spiritual yang tetap menjaga potensi bingkai fitrahnya ke dalam bingkai personal

muslim.

Sistem komunikasi intrapersonal meliputi sensasi, persepsi, memori, dan berfikir. Dalam

pandangan Islam adalah komunikasi kepada diri sendiri melalui pendekatan komunikasi

intrapersonal yang mengatur sensasi, persepsi, memori dan cara berfikir dalam bingkai Islam.

Adapun tanda bahwa komunikasi intrapersonal dalam bingkai Islam ini berhasil adalah manusia

dapat memanajemen keseimbangan antara dimensi struktur manusia, yaitu jasmani, akal, ruh,

nafs, kalbu, nurani, dan syahwat, nafs kalbu, nurani, dan syahwat sehingga jika hal tersebut terjadi

bisajadi lembaga pengawasan, polisi, jaksa, dan hakim menganggur. Pekerjaan dalam hal sesuai

dengan prosedur peraturannya. Masyarakat demikian disebut masyarakat madani dan pasti

demokrasi.

Faktor pribadi mempengaruhi sensasi menurut Islam, pancaindera fisik dan pancaindra batin.

Menurut Ibnu Sina dalam Mulyadi Kartanegara, mengenai pancaindera batin yang terdiri dari

pancaindra bersama, daya khayal, estimasi baik-buruk, imajinasi dan memori untuk menerima,

memahami dan mengingat stimulasi.6 Akal adalah untuk berpikir dan mengembangkan rasio dan

nurani di otak, ditegas dalam al-qur’an, Allah SWT berfirman:

Artinya: “Maka Apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka,

bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-

retak sedikitpun ?” (QS: Qa’f(50):6)

Menurut Ibnu Katsir, dalam tafsirnya, ayat ini menunjukkan bahwa Alla SWT seraya

mengingatkan hamba-hamba-Nya tentang kekuasaan-Nya yang agung, lebih besar dari apa yang

mereka herankan itu, yang mereka nyatakan sebagai peristiwa yang mustahil terjadi, melalui

6 Dr. Armawati Arbi, M.Si, PSIKOLOGI KOMUNIKASI DAN TABLIGH,Jakarta: Amzah, 2012, hlm.86

Page 9: Tafsir Tematik,Komunikasi Intra-Interpersonal Dlm Al-qur'An_2

9

pancaindra yang diciptakan; oleh karena itu penting bagi manusia memelihara sistem tubuhnya

agar mereka berjalan sesuai dengan jalan Islam dan tetap beriman kepada Allah SWT semata-

matanya.7

Manusia mampu memfungsikan pancainderanya. Mata dan pancaindra lainnya adalah pintu

menguasai alam semesta atau pintu manusia di kuasai oleh hawa nafsu. Dalam al-qur’an banyak

menyebutkan tentang Sensasi atau pancaindra, dalam ruang lingkup utama seperti memelihara,

mengembang, menanggung jawab dan menjadi alat menyaksi, hal ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Memelihara Pancaindra

Manusia adalah produk hi-tech yang tercanggih. Jika diperbandingkan manusia dan

komputer. Pancaindra disamakan dengan key-bord sebagai tempat input dan output. Sel tubuh

sebagai hard disk, pikiran dan perasaan sebagai solfware. Hati nurani sebagai operating

system. Pikiran dan perasaan yang kena virus diberikan antivirus, dan apabila terlalu banyak

data dapat dihapus atau delete. Komputer perlu disusun dan dirapikan. Manusia juga begitu

harus mampu melihara dan menyeliksi pandangan matanya dan indra yang lain serta anggota

didalam tubuh kita. Allah SWT berfirman dalam Al-qur’an :

Artinya: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan

pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi

mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat” QS: an-Nuur

(24):30.

Menurut Ibnu katsir dalam tafsirnya, ayat ini merupakan perintah Allah SWT kepada

hamba-hambaNya yang beriman agar mereka menahan, memelihara pancaindra, khususnya

pandangan mata dan kemaluan dari perkara-perkara yang haram dilihat. Maka disini

pandangan jangan melihat kecuali kepada hal-hal yang dibolehkan untuk dilihat dan harus

menjaga, menahan, memelihara pandangan dari perkara-perkara yang haram dilihat, supaya

menghindari perbuatan dosa besar yang akan dominan dengan sebab pandangan yang haram.8

Maka perlu kita sadari bahwa Allaw SWT Maha Mengetahui dan Maha Mendengar, didalam

7 Ibnu Katsir,Tafsir Ibnu Katsir, jilid 7, Juz 26, Pustaka Imam Asy-syafi’i,Bogor (2004), hlm.506

8 Ibid. jilid 6, juz.18, hlm.39

Page 10: Tafsir Tematik,Komunikasi Intra-Interpersonal Dlm Al-qur'An_2

10

zahir mahupon batin atas perbuatan dan barang yang mengerjakan dalam seharian, jika

dikerjakan dengan baik, nascaya dibalas-Nya dengan pahala dan Syurga, jika dikerjakan

dengan jahat, nascaya dibalas-Nya dengan dosa dan api neraka, wal‟iyazubillah. Hal ini Allah

SWT berfirman dalam Al-Qur’an :

Aritnya: “Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat[1318] dan apa yang

disembunyikan oleh hati.” (QS:Al-Mu’min(40):19)

Yang dimaksud dengan “pandangan mata yang khianat”, menurut syeikh Abdul-Qadir

bin Abdul Muthalib Al-Mandili, dalam kitab Penawar bagi hati, adalah pandangan yang

dilarang, seperti memandang kepada wanita yang bukan muhrimnya.9 Orang dewasa yang

berakal mensucikan jasmani dan jiwanya. Implikasinya, rumah muslim, masjid, sekolah,

kantor, dan busananya bersih, rapi. Keluarga muslim harus menjaga anggota keluarganya dan

memelihara, menjaga, menahan kemaluannya. Ini membuktikan bahwa pancaindra manusia

harus ditempatpada temapat yang suci, pancaindra suci maka akal, kalbu, dan nafs berfunsi

pada jalan yang lulus, yang dibatas oleh syari’at Islam.

2. Pengembangan Potensi Pancaindra

Memanfaatkan pancaindra secara optimal, manusia dapat berhitung, membaca,

mendengar dengan cepat dan cermat, dapat mencium wewangian, meraba kain yang halus dan

lembut. Para ibu mampu memilih sayur yang segar, buah yang organik, daging, dan tahu yang

tidak memakai formalin.

Banyak keterampilan dalam menyeleksi sandang pangan yang berkualitas yang

membutuhkan kemampuan pancaindra, seperti membedakan gula asli dan gula biang dalam

makanan. Allah SWT berfirman:

9 Syeikh Abdul Qadir bin Abdul Muthalib Al-Mandili Al-andunisi, Penawar Bagi Hati,PT:Sahabat Press,

Patani, Thailand, 1964, hlm.7

Page 11: Tafsir Tematik,Komunikasi Intra-Interpersonal Dlm Al-qur'An_2

11

Artinya: “dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui

sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu

bersyukur.”(QS:an-Nahl(16):78)

Manusia yang bersyukur akan menuntut ilmu dunia untuk mendukung kebahagian

akhirat. Pancaindranya digunakan untuk menciptakan berbagai karya dan kreasi. Menurut

Ibnu Katsir dalam tafsirnya, Allah SWT menyebutkan berbagai anugerah yang Dia limpahkan

kepada hamba-hamba-Nya ketika mereka dikeluarkan dari perut ibunya dalam keadaan tidak

mengetahui apapun. Setelah itu Dialah memberikan pendengaran yang dengannya mereka

mengetahui suara, penglihatan yang dengannya mereka dapat melihat berbagai hal, dan hati,

yaitu akal yang pusatnya adalah hati, dengan indra yang kurniakan dapat kita membedakan

berbagai hal, yang membawa mudharat dan yang membawa manfaat. Semua kekuatan dan

indra tersebut diperoleh manusia secara berangsur-angsur. Sedikit demi sedikit. Setiap kali

tumbuh, bertambahlah daya pendengaran, penglihatan, persentuhan, penciuman, dan akalnya

sehingga dewasa. Penganugerahan daya tersebut kepada manusia dimaksudkan agar mereka

dapat beribadah kepada Tuhan Rabbnya yang Maha Tinggi. Dia dapat meminta kepada setiap

anggota tubuh, begitulah yang dimaksud orang yang bersyukur.10

3. Melihat Tanda-Tanda Kebesaran Allah SWT

Allah berfirman dalam al-Qur’an :

Artinya: “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala

wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah

benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (QS:

Fushshilat(41):53)

Kemana pun manusia pergi, berada, dan diam, mereka bisa membaca kekuasaan Allah SWT.

Terlebih apabila terjadi gangguan atau kerusakan pada anggota tubuh atau pancaindra kita,

misalnya, telinga terus berair, hidung tersumbat, mata mengalami iritasi, dan sebagainya,

pasti manusia tersebut akan merasakan betapa pentingnya pancaindra bagi manusia, dalam

ayat diatas menunjukkan pentingnya bagi manusia memelihara sistem tubuhnya agar mereka

10

Ibnu Katsir,Tafsir Ibnu Katsir, jilid 5, Juz 14, Pustaka Imam Asy-syafi’i,Bogor (2004), hlm.88

Page 12: Tafsir Tematik,Komunikasi Intra-Interpersonal Dlm Al-qur'An_2

12

berjalan sesuai fungsi dalam Islam, dan menjadi wasilah untuk Tafakur sendiri atau refleksi

alam, sebagai tanda-tanda kebesaran Tuhan yang MahaPerkasa.

4. PancaindraMemperhatikan Alam Semesta

Allah berfirman dalam Al-qur’an:

Artinya: “ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya

mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai

fikiran.”(QS: Shaad(38):29)

Pesan dalam ayat diatas, menurut Armawati Arbi bahwa manusia menggunakan

pancaindranya dalam memperhatikan ayat-ayat Allah agar mereka menjadi manusia yang

berfikir (ulil albab).11

Ibnu Katsir mengatakan bahwa dikarenakan al-qur’an memberikan

arahan kepada tujuan-tujuan yang benar dan sumber-sumber rasional yang tepat, maka

pancaindralah menjadi alat sarana pesan-pesan al-qur’an, supaya mendapat pelajaran

didalamnya.12

5. Pancaindra sebagai Saksi di Hari Perhitungan

Allah berfirman:

Artinya: “pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan

memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (QS: Yasiin(36):25)

Pesan dari ayat di atas menunjukkan bahwa betapa pentingnya peran pancaindra dalam

mengarahkan perilaku manusia di dunia yang fana, seorang muslim haruslah menjaga,

memelihara, dan menahan pancaindra mereka dari perbuatan yang keji, jika tidak akan semua

anggota badan menjadi saksi dan bicara tentang apa yang sudah kita perbuat di dunia. Pada

hari perhitungan atau hari akhirat kelak semua anggota badan berbicara kecuali lisan, pada

11

Dr. Armawati Arbi, M.Si, PSIKOLOGI KOMUNIKASI DAN TABLIGH,Jakarta: Amzah, 2012, hlm.90 12

Ibnu Katsir,Tafsir Ibnu Katsir, jilid 7, Juz 23, Pustaka Imam Asy-syafi’i,Bogor (2004), hlm.65

Page 13: Tafsir Tematik,Komunikasi Intra-Interpersonal Dlm Al-qur'An_2

13

hari itu Allah akan menutup lisan-lisan kita, karena lisan adalah sumber-sumber

kebohongan.13

6. Pertanggungjawaban Sensasi Manusia

Allah SWT berfirman :

Arinya: “dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.

Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan

jawabnya.” (QS: Al-Isra’(17):36)

Dalam Tafsir Al-Misbah, M. Quraish Shihab menjelaskan ayat di atas; bahwa jangan

berucap apa yang engkau tidak ketahui, jangan mengaku tahu, apa yang engkau tidak tahu,

atau mengaku mendengar apa yang engkau tidak dengar. Nikmat pendengaran, nikmat

penglihatan, dan nikmat hati yang tenang akan dinyatakan pertanggungjawabannya. Manusia

memperoleh informasi dan pengetahuan dari ketiga alat tersebut. Semoga dimanfaatkan

pendengaran, penglihatan, dan hati seoptimal mungkin dalam mengembangkan potensinya.14

Permasalahan sensasi manusia dalam Islam merupakan hal terpenting karena sensasi

merupakan pintu untuk membuat kesalahan dan pintu bergesernya bingkai kemanusiaan.

Peristiwa-peristiwa diberitakan di media massa dan nonmedia massa sebagai bukti manusia

mana yang menjaga kemanusiaannya dan siapa yang tidak menghergai diri sendiri. Senasasi

dalam pandangan Islam merewat pancaindra, seperti merawat diri sendiri bagaikan komputer.

B. Persepsi Dalam Al-qur’an

Persepsi adalah fungsi psikis didalam komunikasi intrapersonal, yang penting yang menjadi

jendela pemahaman bagi peristiwa dan realitas kehidupan yang dihadapi manusia. Manusia

sebagai makhluk yang diberikan amanah kekhalifahan diberikan berbagai macam keistimewaan

yang salah satunya adalah proses dan fungsi persepsi yang lebih rumit dan lebih kompleks

dibanding dengan makhluk Allah yang lainnya. Dalam Al Quran proses dan fungsi persepsi

13

Ibid. Jilid 6, Juz 23, hlm.23 14

M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, jilid 7, hlm.464.

Page 14: Tafsir Tematik,Komunikasi Intra-Interpersonal Dlm Al-qur'An_2

14

tercermin dalam QS.Al Mu’minun:12-24, ayat tersebut berisi tentang proses penciptaan manusia

dilengkapi dengan penciptaan fungsi-fungsi pendengaran dan penglihatan.dalam ayat terebut tidak

disebutkan telinga dan mata tetapi yang disebutkan adalah sebuah fungsi.

Proses persepsi ini dimulai dengan proses penerimaan stimulus pada reseptor yaitu indra, dan

indra ini tidak langsung berfungsi begitu seseorang dilahirkan, namun akan mulai berfungsi

seiring dengan perkembangan fisiknya. Di dalam Al Quran pun dapat ditemukan beberapa ayat

yang maknanya sangat berkaitan dengan panca indra yang kita miliki, antara lain dalam QS. An

Nahl: 78 dan juga QS. As Sajadah: 9

Artinya: “dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun,

dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”

Artinya: ”kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia

menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.”

Ayat tersebut memberikan gambaran bahwa manusia dilahirkan dengan tidak mengetahui

sesuatu apapun, maka Allah melengkapi manusia dengan alat indera untuk manusia sehingga

manusia dapat merasa atas apa yang terjadi padanya dari pengaruh-pengaruh luar yang baru dan

mengandung perasaan-perasaan yang berbeda sifatnya antara sau dengan yang lainnya. Dengan

Page 15: Tafsir Tematik,Komunikasi Intra-Interpersonal Dlm Al-qur'An_2

15

alat indera tersebut, manusia akan mengenali lingkungannya dan hidup di dalam lingkungan

tersebut.15

C. Memori Dalam Al-qur’an

Memori adalah seni memperhatikan dalam buku Quantum Learning mereka mengatakan

bahwa untuk memiliki memori yang baik, anda harus sadar memasukan tidak hanya fakta, tetapi

juga makna dan asosiasi. Dalam hal ini kita sebagai muslim harus sadar dalam memasukan

informasi dan fakta dengan mengasosiasikannya pada Al Quran.

M. Utsman Najati menjabarkan inat dan lupa dalam memori kita. Daya ingat (at tadzakur)

mempunyai kedudukan penting dari sdut agama. Pesan ajaran Islam dalam Al Quran

membuktikan tanda-tanda kekuasaanNya. Wawasan Al Quran membahas ungkapan berulang

ulang, sebagai berikut:

1.afala tatadzakkarun, apakah kamu tidak emngambil pelajaran daripadanya? Meskipun

pesan Allah telah berulangkali disebutkan, masih saja manusia lupa, kurang memperhatikan,

dan menghayati makna ayat tersebut. Akan tetapi, sejarah, sinetron, dan film bisa emnjadi

pelajaran.

2. wama yadzakkaruun illa ulil albab, tidak ada yang dapat mengabil pelajaran, kecuali

orang-orang yang berakal. Dari sifat yang pelupa tersebut, manusia kera lupa memfungsikan

akalnya untuk mengambil pelajaran setiap peristiwa. Orang dewasa yang sempit dadanya,

senang mengolok-olok makna ayat, dan memilih pemimpin yang salah.

3. innamaa yatadzakkaru illa ulil albab, hanya orang yang berakal saja yang dapat

mengambil pelajaran. 16

Allah SWT berfirman :

15

Ahmad Fani, Persepsi dalam tinjauan Islam, Jurusan Manajemen , Fakultas Ekonomi, UIN Maulana Malik

Ibrahim Malang, 2012 16

Dr. Armawati Arbi, M.Si, PSIKOLOGI KOMUNIKASI DAN TABLIGH,Jakarta: Amzah, 2012, hlm.111.

Page 16: Tafsir Tematik,Komunikasi Intra-Interpersonal Dlm Al-qur'An_2

16

Artinya: “2 ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, Maka janganlah ada

kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan kitab itu

(kepada orang kafir), dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman. 3 ikutilah apa

yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-

pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya)” (QS: Al-

A’raf(7) : 2-3)

Ayat diatas menunjukkan bahwa, manusia yang berakal memiliki memori yang baik, ia dapat

ememtik pelajaran dari apa yang ia baca, dengar, dan tonton. Bacaan, tontonan, dan

pendengaran menjadi bermanfaat apabila pelajaran menjadi tindakan dan gerakan yang

positif. Hal ini diterkaitan dengan memori yang diciptakan-Nya. Allah SWT menciptakan

memori manusia untuk berfikir, berekam ilmu pengetahuan yang mereka dapat, supaya

bermanfaat dalam kehidupannya.

D. Berfikir Dalam Al-qur’an

Berfikir yang islami berawal dan merujuk pada sensasi, persepsi, dan memori dalam

pandangan islam. Pesikolog islampun menjabarkan prosesnya dan konsep apa saja yang ada di

dalamnya.

Menurut Muhbib di dalam tesisnya, nabi ibrahim adalah seseorang yang mampu berdialog

kepada dirinya sendiri. Ibrohim AS menemukan Tuhannya melalui sensasi,persepsi, emmori dan

cara berfikirnya islami. Beliau seorang ahli dialog yang andal, ia juga mampu mengenal dirinya

dan tuhannya. Abu Azmi Azzah menjabarkan langkah sensasi, persepsi, memori dan berfikir

menurut pandangan islam, yang juga merupakan cara berfikir nabi Ibrahim AS dan Musa AS

dalam emlihat kehidupan dan mencari tuhan.17

Dalam perspektif komunikasi Islam, menurut Yusuf Al Qardhawi menganjurkan agar seorang

muslim mampu menyaring informasi, baik melalui media dan non media, agar benar-benar bisa

meneliti berita yang dibawa oleh orang-orang fasik dalam rangka mewaspadainya, dalam buku

yang berjudul islam dan globalisasi.18

Allah SWT. Berfirman :

17

Ibid.hlm.124 18

Ibid. hlm.125

Page 17: Tafsir Tematik,Komunikasi Intra-Interpersonal Dlm Al-qur'An_2

17

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita,

Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa

mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” (QS: Al-

Hujuraat(49) :6)

Ayat ini menunjukkan bahwa, seorang muslim harus benar-benar berfikir, analisis, dan

peneliti dengan akal yang waras dalam menerima suatu berita atau informasi dalam media

massa maupun non-media massa, supaya mewaspadainya segala fitnah dari orang-orang fasik

yang akan menimpa akhirnya. Sehingga ayat diatas, menurut Ibnu Katsir, mengatakan bahwa

ayat ini sebagai dalil bagi menerima riwaat dan melarang untuk menerima riwayat yang

diperoleh dari orang yang tidak diketahui keadaannya, karena adanya kemungkinan orang

tersebut fasik.19

Berfikir dan Analisis menjadi hal yang penting bagi seorang muslim, untuk

mengungkapkan suatu hal peristiwa di alam ini, berfikir itu merupakan kunci cahaya dan

dasar bagi pengamatan dan penelitian. Berfikir merupakan jaring ilmu dan wadah (tempat)

bagi berbagai pengetahuan dan pemahaman.

Dalam al-qur’an ada beberapa ayat menyebutkan berkaitan anjur berfikir seorang mu’min;

1. Ayat-ayat di dalam Al-qur’an yang berkaitan dengan anjuran berfikir (menghayati)

tentang ayat-ayat dibaca

Allah berfirman:

Artinya: “ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya

mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai

fikiran.”(QS: Shaad(38):29)

19

Ibnu Katsir,Tafsir Ibnu Katsir, jilid 7, Juz 26, Pustaka Imam Asy-syafi’i,Bogor (2004), hlm.476.

Page 18: Tafsir Tematik,Komunikasi Intra-Interpersonal Dlm Al-qur'An_2

18

Pesan dalam ayat diatas, menurut Armawati Arbi bahwa manusia menggunakan

pancaindranya dalam memperhatikan ayat-ayat Allah agar mereka menjadi manusia yang

berfikir (ulil albab).20

Ibnu Katsir mengatakan bahwa dikarenakan al-qur’an memberikan

arahan kepada tujuan-tujuan yang benar dan sumber-sumber rasional yang tepat, maka

pancaindralah menjadi alat sarana pesan-pesan al-qur’an, supaya mendapat pelajaran

didalamnya.21

Dan supaya menjadi wasilah untuk hamba-hamba-Nya berfikir kebesaran

Tuhan, supaya meningkatkan ketaqwaan dan beriman yang dalam.

2. Ayat-ayat di dalam Al-qur’an yang berkaitan dengan anjuran berfikir tentang ayat-

ayat (tanda-tanda kekuasaan) Allah di penjuru Alam.

Allah berfirman :

Aritnya : “190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam

dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, 191. (yaitu) orang-orang yang

mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan

tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau

menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa

neraka.”(QS: Ali Imran (3): 190-191)

3. Ayat-ayat di dalam Al-qur’an yang berkaiatan dengan anjuran berfikir tentang

berbagai nikmat dan kerunia Allah

Allah berfirman :

20

Dr. Armawati Arbi, M.Si, PSIKOLOGI KOMUNIKASI DAN TABLIGH,Jakarta: Amzah, 2012, hlm.90 21

Ibnu Katsir,Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 7, Juz 23, hlm. 68

Page 19: Tafsir Tematik,Komunikasi Intra-Interpersonal Dlm Al-qur'An_2

19

Artinya: “Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu

dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu

dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup

lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian)

supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya).”(QS. Al-

Mukminuun 40:67)

Page 20: Tafsir Tematik,Komunikasi Intra-Interpersonal Dlm Al-qur'An_2

20

BAB IV

WAWASAN AL-QUR’AN MENGENAI KOMUNIKASI INTERPERSONAL

A. Komunikasi Antar Pribadi Dalam Al-qur’an

Komunikasi interpersonal menjadi modal dasar dalam menjalankan dakwah fardiyah.

Kemampuan komunikasi antarpribadi bermanfaat untuk mengenal dan menilai seseorang dengan

cermat dan dapat dimanfaatkan untuk mengkaderisaasi seseorang dan membina persahabatan.

Sebelum bersahabat dengan orang lain, kita bersahabat dengan anggota keluarga terlebih

dahulu. Oleh karena itu, kenalilah dan monitor data psikologis anggota keluarga dengan cermat.

Dalam kasus, banyak orang tua tidak mengetahui perkembangan anaknya, justru, tetangganya

lebih tahu. Ini disebabkan komunikasi interpersonal didalam keluarga kurang efektif.

Allah berfirman dalam QS Al-Ankabut 29:41

Artinya: perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-

laba yang membuat rumah. dan Sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau

mereka mengetahui.

Dalam tafsir Al-Misbah, M. Quraish Shihabmengatakan bahwa manusia dan keluarga yang

berlindung, selain Allah SWT akan rapuh dan hancur bagaikan rumah laba-laba. Rumah tangg

yang kuat, anggota keluarganya berlindung kepada Allah SWT dan persahabatan yang ikhlas.

Organisasi dan negara yang rapuh berlindung selain Allah SWT akan hancur karena makhluk

Allah SWT lemah dan ada batas kekuatan dan kekuasaan. Quraish Shihab menyimpulkan agar kita

menyadari, merasakan kekuasaan Allah SWT sebesar-besarnya, dan menyerahkan diri kita sebulat-

bulatnya kepada Allah SWT.22

Al-qur’an dengan dimensi kemanusiaan, kekinian dan keduniawiannya menawarkan model-

model komunikasi interpersonal yang efektif, kontekstual, indah, dan penuh hikmah. Salah satu

model tersebut tercermin dalam percakapan antara sang ayah dan anaknya yang intim dan

harmonis, yakni Nabi Ibrahim dan Nabi ismail. Peristiwa ini digambarkan dalam surat As-

Saffat/37 : 102

22

M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, jilid 10, hlm.500.

Page 21: Tafsir Tematik,Komunikasi Intra-Interpersonal Dlm Al-qur'An_2

21

Artinya: “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama

Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpibahwa aku

menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku,

kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu: in sya Allah kamu akan mendapatiku

termasuk orang-orang yang sabar”.

Dalam ayat diatas terdapat hikmah yang dapat diambil terkait dengan komunikasi

interpersonal. Nabi Ibrahim ketika berkomunikasi dengan anaknya tidak lantas memaksakan

kehendak yang sudah jelas menjadi perintah Allah SWT. Namun beliau meminta pendapat dan

menceritakan hal ihwal sebenarnya kepada Nabi Ismail, sehingga Nabi Ismail mengerti dan

mengikuti apa yang diperintahkan oleh Allah SWT.Selain itu tercermin ekspresi kasih sayang

yang ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim ditandai dengan penggunaan kata "يا بني" kepada anaknya.

B. Komunikasi Kelompok Dalam Al-Qur’an

Komunikasi kelompok atau komunikasi halaqah adalah komunikasi yang menyampaikan

pesan kepada kelompoknya sendiri dan ia juga dapat mengajak kelompok lain. Komunikasi

kelompok mengatur kaderisasi dalam manajemen halaqah dan kelomopok lain. Kelompok

memiliki loyalitas, identitas , norma-norma kelompok, dan homogen. Kelompok dibagi

berdsarkan jenis kelamin, pekerjaan, hobi, profesi, etnis dan ideologi. Berikut ini akan dibahas

wawasan Al-qur’an mengenai kelompok berdasarkan berbagai pandangan dibawah ini:

Manusia sebagai Makhluk Ciptaan Allah yang Berasal dari Nabi Adam as.

Artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari

seorang diri, dan dari padany Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah

memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang

Page 22: Tafsir Tematik,Komunikasi Intra-Interpersonal Dlm Al-qur'An_2

22

dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah)

hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.(QS:An-

Nisaa’(4):1)

Menurut Dr. Armawati Arbi (2012:192),M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah memberikan

pengantar Ayat diatas, bahwa menuju jalan kebahagiaan dan segala kegiatan adalah tauhid

tersebut membutuhkan persatuan dan kesatuan dengan mengajaka dan menjalin kasih sayang

kepada seluruh manusia. Tidak ada perbedaan antara perempuan dan lelaki, besar dan kecil,

beragama dan tidak beragama. Semua dituntut menciptakan perdamaian. Ayah manusia dari

seluruh manusia adalah Nabi Adam as.. Quraish Shihab menerangkan min nafsin wahidah arti

Adam a.s dan ulama lainnya jenis manusia lelaki dan perampuan.23

Manusia sebagai Makhluk Sosial

Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang

perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-

mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling

taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS: Al-Hujarat

(49):13)

Menurut Dr. Armawati Arbi (2012:192),M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah, memahami

bahwa berbicara asal kejadian manusia yang sama, dilihat dari sisi persamaan hakikat kemanusian

orang perorang. Walaupun manusia berbeda, tetapi unsur dan proses kejadiannya sama. Oleh

karena itu, seseorang tidak wajar menghina dan merendahkan orang lain. Hakikat kemanusian

memilki dimensi kemanusiaan yang sama.24

Umat Yang Satu

23

Dr. Armawati Arbi, M.Si, PSIKOLOGI KOMUNIKASI DAN TABLIGH,Jakarta: Amzah, 2012, hlm.192 24

Ibid.

Page 23: Tafsir Tematik,Komunikasi Intra-Interpersonal Dlm Al-qur'An_2

23

Artinya: Sesungguhnya (agama Tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu,

dan aku adalah Tuhanmu, Maka bertakwalah kepada-Ku. (QS: Al-Mu’minun (23):52)

Menurut Ibnu Katsir dalam Tafsirnya, bahwa ayat di atas saling berkaitan, dipesankan bahwa

agama tauhid, agama kamu semua. Namun manusia tidak menjaga dimensi kemanusiaannya,

sebagian mereka berpecah-belah, mereka membanggakan golongan-golongan, kelompok-

kelompoknya masing-masing. Mereka tidak takut kepada Allah SWT. Allah pun membiarkan

kelompok-kelompok tersebut sampai waktu tertentu.25

Kelompok tersebut terpecah karena mereka

bersifat ashobiyah/etnosentrisme, mengukur budaya kelompok lain dengan kacamata

kelompoknya. Tafsir tersebut memberikan intisarinya adalah orang yang takut kepada Allah SWT,

berhati-hati atas hukum Allah SWT.

Agama Satu Tuhan dan Satu Tauhid

Artinya: Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu[971] dan

aku adalah Tuhanmu, Maka sembahlah aku.(QS: Al-Anbiya’ (21):92)

Menurut Dr.Armawati Arbi, membahaskan konsep umat dalam Piagam Madinah tidak hanya

meliputi orang muslim, tetapi juga meliputi orang lain agamanya (Persatuan dalam Pasal 25 dari

piagam tersebut) dinyatakan mereka satu umat (orang Yahudi bani Auf Bersama Umat Mukmin) yang

berbuat baik dalam kenyataan sejarah Madinah. Hakikat iman dan ikatan suci antarjamaah kaum

muslimin, bisa menerapkan muslim bersaudara supaya muslim mendapat rahmat dalam Surah Al-

Hujurat (49) ayat 10.26

25

Ibnu Katsir,Tafsir Ibnu Katsir, jilid 7, Juz 23, Pustaka Imam Asy-syafi’i,Bogor (2004), hlm. 26

Dr. Armawati Arbi, M.Si, PSIKOLOGI KOMUNIKASI DAN TABLIGH,Jakarta: Amzah, 2012, hlm.193

Page 24: Tafsir Tematik,Komunikasi Intra-Interpersonal Dlm Al-qur'An_2

24

BAB V

PENUTUPAN

A. KESIMPULAN

Komunikasi intrapersonal yakni proses komunikasi yang berlangsung dengan

diri manusia masing-masing. Adapun sistem komunikasi intrapersonal terjadinya

sensasi (penginderaan), persepsi, memori, dan terakhir berfikir. Komunikasi

interpersonal ialah komunikasi yang berlangsung antar pribadi atau dua bahkan

banyak manusia secara dua arah. Dalam ilmu komunikasi itulah yang dimaksud

dengan komunikasi intra-interpersonal.

Dalam islam, terdapat tuntutan manajemen sensasi, persepsi, memori bahkan

berfikir. Diantaranya yang disebutkan dalam QS: an-Nuur (24):30, QS: Fushshilat(41):53

karna pancaindra manusia yang akan dimintai pertanggungjawaban nantinya diakhirat (QS:

Al-Isra’(17):36). Dengan memasukkan nuansa islami pada proses sensasi maka begitupun

persepsi, memori juga akan begitu. Pada akhirnya pola berfikir muslim akan berbeda dengan

pola berfikir tanpa nuansa islami. Seperti tertulis dalam QS: Shaad(38):29, QS: Ali Imran (3):

190-191, dan QS. Al-Mukminuun 40:67.

Sedangkan dalam hal komunikasi interpersonal, al-qur’an mengajarkan kepada kita

betapa pentingnya komunikasi terhadap sesama muslim. Tersirat dalam apa dilakukan oleh

Nabi Ibrahim kepada anaknya dengan melakukan komunikasi maka terjadinya saling

memahami satu sama lain dikarenakan adanya keintiman dan kekraban. Hal ini disebutkan

dalam QS Al-Ankabut 29:41 dan As-Saffat/37 : 102.

Dengan ini sudah jelas bahwa al-qur’an dengan universalitasnya mampu

memenuhi kebutuhan manusia dengan derasnya arus dinamisasi dunia. Yang

diharapka mampu menambah keimanan terhadap Al-qur’an dan keta’atan kita kepada

Allah SWT. Wallah hu a‟alam bishowab..

Wal hamdulillah hi Rabbil „alamin

Page 25: Tafsir Tematik,Komunikasi Intra-Interpersonal Dlm Al-qur'An_2

25

DAFTAR PUSTAKAAN

Ibnu Katsir,Tafsir Ibnu Katsir, Pustaka Imam Asy-syafi’i,Bogor (2004),

M.Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur‟an “Tafsir Maudhu‟i atas Pelbagai Persoalan Umat”,

Bandung: Mizan Media Utama, 1996

M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi;Hidup Bersama Al-Qura‟an,Bandung:Mizan,2007

M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-qur‟an, Mizan, Jakarta, 2002

Laura A. King, the Sience of Psychology: An Appreciative View

Drs.Jalaludin Rakhmat, M.Sc., Psikologi Komunikasi, PT Remaja Rosda Karya, Bandung, 2013

Dr.Suciati ,S.Sos., M.Si., Komunikasi Interpersonal Sebuah Tinjaun Psikologis dan Perspektif Islam,

Buku Litera Yogyakarta, 2015

Dr. Armawati Arbi, M.Si, PSIKOLOGI KOMUNIKASI DAN TABLIGH,Jakarta: Amzah, 2012

Ahmad Fani, Persepsi dalam tinjauan Islam, Jurusan Manajemen , Fakultas Ekonomi, UIN Maulana

Malik Ibrahim Malang, 2012.

Syeikh Abdul Qadir bin Abdul Muthalib Al-Mandili Al-andunisi, Penawar Bagi Hati,PT:Sahabat

Press, Patani, Thailand, 1964